Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menulis adalah suatu kegiatan yang tidak mungkin bisa dipisahkan dari
para mahasiswa, khususnya saat perkuliahan. Baik dalam menulis laporan
praktikum, makalah, tugas akhir, esai dan sebagainya, mahasiswa dituntut untuk
menuliskannya dengan baik dan benar. Namun pada kenyataannya, tidak semua
mahasiswa memiliki pemahaman yang baik akan hal tersebut.
Mengapa kami bisa mengatakan demikian? Hal ini dapat dibuktikan
dengan melihat karya ilmiah mahasiswa salah satunya yang berupa esai.
Kebanyakan strukturnya kurang teratur dan pembahasannya tidak terpaku pada
satu topik. Selain itu, biasanya mahasiswa tidak menyertakan fakta-fakta yang
mendukung opini mereka dalam esai tersebut. Hal-hal inilah yang masih luput
dari pembuatan esai di kalangan para mahasiswa.
Oleh karena itu, untuk memperdalam pengetahuan dan meningkatkan
kemampuan mahasiswa dalam kegiatan menulis karya ilmiah khususnya esai,
diperlukan pembahasan lebih dalam mengenai esai, baik dari segi ciri, bentuk,
kiat serta langkah penulisannya. Permasalahan–permasalahan tersebut di atas
akan menjadi bahan bahasan dalam makalah Bahasa Indonesia yang berjudul
“Esai” ini.

1.2 Rumusan Masalah


Masalah yang dibahas dalam penulisan makalah ini adalah :
a. Bagaimanakah ciri dari esai ?
b. Apa sajakah bentuk dari esai ?
c. Bagaimanakah bahasa yang dipakai dalam pembuatan esai ?
d. Bagaimanakah kiat dan praktik penulisan esai ?

1
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
a. Menjelaskan mengenai ciri dari esai
b. Menjelaskan mengenai bentuk–bentuk dari esai
c. Menjelaskan mengenai bahasa yang benar dalam pembuatan esai
d. Menjelaskan mengenai kiat dan praktik dari penulisan esai

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Esai
1. Karangan prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas lalu dari sudut
pandang pribadi penulisnya (KBBI ‘88).
2. Karangan prosa yang berisi pandangan, pendapat, perasaan, dan pikiran
pengarang terhadap suatu masalah yang bertujuan untuk merangsang
pemikiran kritis dari pembacanya.

B. Ciri-Ciri Esai
1. Esai bersifat pribadi karena penulisan esai disesuaikan dengan gaya penulisan
penulisnya.
2. Singkat, maksudnya dapat dibaca dengan santai dan dalam waktu yang singkat.
3. Berupa penjelasan-penjelasan dan bukti-bukti yang bisa memperkuat pendapat
penulis.
4. Mengupas suatu topik yang terbatas lingkupnya atau karangan yang berusaha
mendorong pembaca untuk menerima suatu pandangan tertentu.

C. Bentuk Esai
• Esai deskriptif
Esai jenis ini dapat melukiskan subjek atau objek apa saja yang dapat menarik
perhatian pengarang. Ia bisa mendeskripsikan sebuah rumah, sepatu, tempat
rekreasi, dan sebagainya.
• Esai Persuasif
Esai yang bertujuan untuk mengajak pembaca agar mengikuti pendapat yang
disampaikan penulis.
• Esai argumentatif
Esai jenis ini bertujuan meyakinkan pembaca untuk menerima ide, pandangan,
sikap, atau kepercayaan penulis. Penulis berusaha menunjukkan kebenaran
suatu ide dengan motif agar pembaca pada akhirnya berpihak kepada penulis,
kemudian berbuat sesuatu.

3
• Esai formal
Esai yang tujuan dan situasinya resmi, misalnya mengupas tentang topik yang
ditujukan kepada pembaca yang serius. Di sini penulis harus mengupas secara
ilmiah sehingga gaya penulisannya pun mengikuti aturan penulisan yang formal
dan sistematis.
• Esai informal
Esai yang tujuan dan situasinya tidak tesmi, melainkan santai, misalnya
mengupas sesuatu kepada pembaca umum. Penulis akan menulisnya secara
familier, ringan, dan bisa juga dibubuhi humor.
• Esai kritik
Esai yang menilai buruk, manfaat tidaknya, kelebihan dan kekurangan suatu
karya. Misalnya, seseorang yang hendak menulis kritik tentang suatu karya
sastra, ia dapat membicarakan dan menilai berbagai unsur pembentuk karya
sastra tersebut, baik yang intrinsik maupun yang ekstrinsik.

D. Bahasa Esai
Bahasa yang digunakan dalam esai pada umumnya sama dengan karya
ilmiah, yaitu :
 Baku
Struktur yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa indonesia baku, baik
mengenai struktur kalimat maupun kata. Demikian juga, pemilihan
kata/istilah, dan penulisan sesuai dengan kaidah ejaan yang disempurnakan
(EYD)
 Logis
Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa indonesia ragam ilmiah
dapat diterima akal
 Ringkas
Ide dan gagasan diungkapkan dengan kalimat pendek sesuai dengan
kebutuhan, pemakaian kata seperlunya, tidak berlebihan, tetapi isinya
bernas
 Runtun
Ide diungkapkan secara teratur sesuai dengan urutan dan tingkatannya baik
dalam kalimat maupun dalam paragraf
 Denotatif

4
Kata yang diungkapkan dengan kalimat pendek sesuai dengan kebutuhan,
pemakaian kata seperlunya, tidak berlebihan, tetapi isinya bernas.

E. Bagian esai
Sebuah esai dasar bisa dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
 Pendahuluan
Bagian ini berisi latar belakang informasi yang mengidentifikasi subyek
bahasan dan pengantar tentang subyek yang akan dinilai oleh si penulis
tersebut.
 Tubuh esai
Bagian ini menyajikan seluruh informasi tentang subyek bahasan.
 Penutup
Bagian ini memberikan kesimpulan dengan cara menyebutkan kembali ide
pokok, ringkasan dari tubuh esai, atau menambahkan beberapa observasi
tentang subyek yang dinilai oleh si penulis.

F. Kiat dalam Pembuatan Esai


Suatu esai yang baik hendaknya berisikan pendapat atau pandangan,
pembuktian atas pandangan tersebut, dan fakta atau contoh sebagai
pendukungnya. Hal tersebut dapat dilihat pada format berikut :
Topik : ............
1. Pendapat pertama
a. Penjelasan / pembahasan
b. Pembuktian
c. Contoh

2. Pendapat kedua
a. Penjelasan / pembahasan
b. Pembuktian
c. Contoh
3. Dan seterusnya.

G. Langkah Pembuatan Esai


1. Menentukan tema atau topik.

5
Menentukan tema atau topik yang ingin dibicarakan dalam sebuah esai dan
dituangkan menjadi sebuah gagasan pokok berupa satu kalimat lengkap, dimana
gagasan pokok merupakan pandangan atau pendirian mengenai topik yang
dipilih.
2. Membuat outline atau garis besar ide-ide yang akan dibahas.
Tujuan dari pembuatan outline adalah meletakkan ide-ide tentang topik anda
dalam naskah dalam sebuah format yang terorganisir. Kemudian tuliskan garis
besar ide anda tentang topik yang anda maksud
 Jika anda mencoba meyakinkan, berikan argumentasi terbaik
 Jika anda menjelaskan satu proses, tuliskan langkah-langkahnya se-
hingga dapat dipahami pembaca
 Jika anda mencoba menginformasikan sesuatu, jelaskan kategori utama
dari informasi tersebut
3. Menuliskan pendapat kita sebagai penulisnya dengan kalimat yang singkat dan
jelas.
4. Menulis tubuh esai.
Dimulai dengan memilah poin-poin penting yang akan dibahas, kemudian buat-
lah beberapa subtema pembahasan agar lebih memudahkan pembaca untuk
memahami maksud dari gagasan kita sebagai penulisnya, selanjutnya kita harus
mengembangkan subtema yang telah kita buat sebelumnya.
5. Membuat paragraf pertama yang sifatnya sebagai pendahuluan.
6. Menuliskan kesimpulan.
Ini penting karena untuk membentuk opini pembaca kita harus memberikan
kesimpulan pendapat dari gagasan kita sebagai penulisnya. Karena memang tu-
gas penulis esai adalah seperti itu. Berbeda dengan penulis berita di media
massa yang seharusnya (memang) bersikap netral.

H. Praktik Penulisan Esai


Menyetiai Siswa Miskin
Sudah jelek, miskin, kurang cerdas, dan hidup lagi! Begitulah Tukul ser-
ing berolok-olok. Anak-anak seperti itulah yang dari tahun ke tahun memenuhi

6
sekolah-sekolah yayasan kami. Apakah mesti merasa sial mengelola sekolah
semacam ini? Adakah alasan untuk menyetiai siswa-siswanya?
Untuk apa sekolah dibangun? Ini pertanyaan penting dalam menyikapi
realitas sekolah kami yang sebagian besar dipenuhi anak-anak miskin. Sekolah
adalah ruang mengolah hidup. Di sekolah seseorang ditumbuhkembangkan
kepribadiannya. Jadi semestinya tak masalah dengan anak macam apa pun di
sekolah, termasuk yang ringkih modal hidupnya. Namun, jujur saja, tidak mudah
menyetiai siswa macam ini.
Siswa yang miskin, lusuh, kurang cerdas lagi, sering disikapi sebagai ke-
sialan. Sesungguhnya yang lebih sial adalah ketika mereka tidak mendapat ke-
sempatan mengolah hidupnya dengan belajar di sekolah. Anak-anak semacam
itulah yang banyak penulis jumpai di kelas.
Mereka adalah representasi anak bangsa yang dikalahkan karena
kemiskinan. Untung saja yayasan berkomitmen memberi ruang bagi mereka.
Kami berharap sekolah kami memberi kesempatan bagi tumbuh kembangnya
kepribadian mereka.
Kemiskinan menjadikan mereka kurang cerdas. Sebagian besar dari
mereka adalah lulusan sekolah yang tak memiliki tradisi studi yang baik. Jadi tak
mudah mengajak mereka bertekun di kelas. Oleh karena itu, kami sadar terlalu
berat menggusur prestasi siswa sekolah favorit yang leluasa merekrut anak-anak
cerdas, berkecukupan, dan memiliki tradisi studi yang baik.
Satu hal yang kami perjuangkan adalah menghentikan ”kesialan” jalan
hidup anak-anak kami. Kalau ada satu dua lulusan kami yang akhirnya bisa ber-
saing dengan anak-anak dari sekolah favorit, itu sudah luar biasa.
Kalau ada anak-anak kami yang lulus dengan kesadaran pentingnya
peduli terhadap perjuangan nasib diri sendiri, itu menjadi kepuasan kami seba-
gai pendidik. Kami pandang mereka telah menyingkap tempurung hidupnya
karena kemiskinan. Bukankah ini hakikat pendidikan yang berjuang menyingkap
keterbelengguan diri?
Bagi kami yang telah lama bergulat dengan anak-anak miskin, ada
banyak pergulatan hidup sebagai pendidik selama mendampingi mereka. Seo-
rang sahabat kami dibuat menangis ketika siswinya tak mau ikut ujian karena
lebih memilih bekerja demi menghidupi keluarganya.

7
Sahabat lain merasakan kebermaknaan sebagai pendidik ketika men-
jemput paksa sejumlah siswa agar mau mengikuti ujian meski belum melunasi
uang sekolah.
Yang lain lagi merasa lega ketika semua siswanya bisa mengikuti ujian
meski untuk itu ia harus mengemis kepada para donatur demi biaya ujian para
siswanya. Ada juga yang bersyukur sekaligus geli karena beberapa kali harus rela
menjual burung peliharaan untuk biaya akomodasi lomba para siswanya.
Pada realitas semacam itu, anak-anak miskin di sekolah sesungguhnya
menjadi penuntun dalam pergulatan hidup seorang guru. Mereka seperti men-
ciptakan outbound bagi tumbuh kembangnya jiwa kami sebagai pendidik.
Mereka ”memaksa” kami untuk mengajar dengan cara sesederhana dan sekre-
atif mungkin. Lemahnya daya nalar serta rendahnya daya tahan untuk bertekun
di kelas mendidik kami untuk semakin sabar.
Anak-anak itu membantu kami melompati batas-batas hidup (bound-
aries of life) sebagai pendidik. Mereka adalah penolong kami yang nyata untuk
menjumput kebermaknaan hidup sebagai pendidik. Bersama anak miskin, kami
tidak hanya menjadi guru yang mengajarkan pengetahuan. Lebih dari itu mereka
membantu kami belajar menjadi manusia yang sempurna.
Meski demikian, tak banyak guru yang sempat menjumput kebermak-
naan hidup bersama siswa-siswanya yang miskin. Banyak guru dari sekolah kaya
lagi favorit tak rela pindah ke sekolah miskin. Mereka merasa dibuang ketika
dimutasi ke sekolah miskin. Pasalnya, di sekolah miskin pendapatan mereka di
luar gaji pokok menurun drastis, tak ada kegagahan fisik, juga tak lagi berjumpa
para murid menarik.
Arus hedonisme, konsumerisme, dan pragmatisme telah menggusur ide-
alisme banyak guru. Semua diukur dengan uang dan kemutakhiran fasilitas.
Apalagi tahun-tahun ini perhatian guru sering dimobilisasi oleh gaji dan beragam
tunjangan. Dinamika pendidikan yang lebih menyeruakkan penampilan
semacam bangunan gedung dan beragam kegiatan mewah membuat guru tak
lagi menjumput pergulatan sebagai pendidik. Sekolah miskin pun menjadi ke-
sialan.
Sampai di sini kita bertanya, generasi macam apakah yang akan lahir
dari pendidik yang nihil idealisme dan pergulatan?

8
SIDHARTA SUSILA Rohaniwan, Pendidik di Yayasan Pangudi Luhur, Muntilan,
Jawa Tengah

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Untuk membuat sebuah karangan ilmiah khususnya esai, kita harus memiliki
pemahaman yang baik mengenai pengertian, ciri, bentuk–bentuk, kebahasaan, kiat serta
langkah penulisan yang runtut agar esai yang dibuat dapat memiliki struktur yang baik
dan benar.

3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini, para pembaca dapat membuat esai
dengn baik dan benar. Selain itu, saran dan kritik dari para pembaca juga sangat
dibutuhkan demi perkembangan bahasan makalah ini selanjutnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://cetak.kompas.com/read/2011/07/22/02073255/.menyetiai.siswa.miskin

http://sunarno5.wordpress.com/2008/12/02/esai/

http://id.wikipedia.org/wiki/Esai

Tukan,P.2007.Mahir Berbahasa Indonesia.Bogor:Yudhistira.

11

Anda mungkin juga menyukai