1. Pengantar
Penulis adalah orang yang membuat apa yang ada dalam pikiran kita lalu
dituliskan di sebuah kertas, buku, atau apapun medianya. Bahkan orang cacat pun bisa
membuat tulisan, baik itu ditulis sendiri maupun lewat bantuan orang lain. Penulis bisa
menjadi sebuah profesi tersendiri bagi orang yang gemar menulis. Sebut saja Andrea
Hirata yang sukses menjadi penulis novel laskar pelangi. Buku yang sempat menjadi best
seller dan banyak dicari. Imam Ghazali pernah berkata, “kalau kamu bukan anak raja atau
anak ulama besar, maka menulislah!”2
1 https://www.medcom.id/pendidikan/news-pendidikan/5b2qv3eN-profesi-penulis-tak-tergantikan-robot
2 Setiawan, N.K (2011). Kode Etik dan Etika Kepenulisan, Bahan Pelatihan Penulisan Artikel Ilmiah
Nasional
Menulis bukanlah sebuah pekerjaan yang berat. Menulis yang dimaksud bukanlah
sekadar asal tulis saja, tetapi mengandung manfaat untuk orang lain. Jadi, bagaimana pun
latar belakang seseorang, ia selalu berpotensi menjadi penulis. Menulis adalah suatu
pekerjaan kemanusiaan di mana ia bisa memengaruhi pola pikir orang lain, menanamkan
sebuah nilai, bahkan hingga mengubah peradaban dunia. Untuk menjadi seorang penulis
yang ditambah dengan handal, jangan lupa bahwa disitu ada ruang yang terdapat aturan
yang tidak boleh dilanggar yang disebut dengan etika. Berikutnya akan diuraikan
bagaimana kode etik dan etika menjadi seorang penulis.
2. Rumusan Masalah
3. Pembahasan
Penulis merupakan pelaku kreatif yang menciptakan suatu karya tulis baik berupa
karya fiksi (novel, cerpen, puisi) maupun non-fiksi (karya ilmiah, makalah, jurnal,
artikel). Karya-karya yang diciptakan oleh penulis biasanya mewakili ide, pikiran, dan
perasaannya. Dalam KBBI, penulis didefinisikan sebagai yang melahirkan pikiran atau
perasaan. Menurut Setiawan (2011)3, kode etik yang harus ada pada penulis, diantaranya
adalah melahirkan karya orisinal bukan jiplakan; selalu menjaga kebenaran dan manfaat
serta makna informasi yang disebarkan sehingga tidak menyesatkan; menulis secara
cermat, teliti, dan tepat; penulis dapat bertanggung jawab secara akademis atas
tulisannya; hasil karyanya dapat dimanfaatkan kepada konsumen atau pembaca.
Sedangkan definisi penulis menurut Tarigan (1986)4, menulis adalah menurunkan atau
melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami
oleh seseorang sehingga orang-orang dapat membaca lambang grafik tersebut. Dalam
kegiatan berbahasa yang produktif merupakan sebuah kegiatan menyampaikan gagasan,
pikiran atau perasaan oleh pihak penutur, dalam hal ini adalah penulis. Dalam kegiatan
menulis, penulis harus memanfaatkan grafologi, struktur bahasa dan kosa kata melalui
latihan dan praktik yang banyak dan teratur.
Pada sub bab sebelumnya, telah disinggung secara singkat kode etik seperti apa
yang harus dipatuhi seorang penulis. Pada sub bab ini, kami akan menjelaskan secara
lebih mendalam mengenai etika profesi seorang penulis.
9 ibid
10 Susanti, E., Siburian, B. B., Purba, B. D., Sinaga, A. T., Daeli, B. A., Rumahorbo, A. O., ... & Siagian,
A. D. E. (2021). Etika Profesi. Yayasan Kita Menulis.
11 Sumber tentang kode etik penulis ini didapat dari materi Pelatihan Penulisan Artikel Ilmiah Nasional
yang diadakan oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, Kementrian Pendidikan dan
Kabudayaan Nasional pada tahun 2012 yang disampaikan kembali oleh Abdullah (2012) dalam materinya
mengenai Kode Etik Penulis dan Etika Penulisan dalam Karya Ilmiah.
12 Wiradi, G. (2020). Etika penulisan karya ilmiah. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
13 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan
dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi
karya ilmiah. Selain itu, penting untuk penulis melindungi objek penulisan dari
pemalsuan dan menjaga reputasi ilmuwan (Wiradi, 2020)14.
Salah satu contoh bentuk pelanggaran kode etik di atas adalah plagiarisme yang
merupakan salah satu pelanggaran paling dalam penulisan karya ilmiah. Plagiarisme
merupakan contoh pelanggaran yang banyak kita temui saat ini. Dalam Permindiknas No.
17 Tahun 2010 Pasal 1, plagiat diartikan sebagai suatu perbuatan berusaha mengambil
kredit atau nilai dari suatu karya dengan mengutip sebagian atau keseluruhan dari karya
tanpa menyatakan sumber dengan tepat dan memadai. 15 Tindakan plagiarisme terjadi
pada banyak lingkup kelompok, seperti kelompok mahasiswa, kelompok dosen, dan
sebagainya. Ulum dalam Santoso (2011)16 menyatakan bahwa ada beberapa jenis
plagiarisme, seperti plagiarisme secara sengaja, secara tidak sengaja, dan plagiarisme
karena ketidaktahuan. Tetapi apapun bentuknya, hal tersebut tetap dinamakan
plagiarisme. Tindakan plagiarisme merupakan tindakan tidak terpuji dan harus dibasmi.
Hukum mengenai aturan dan sanksi bagi pelaku plagiarisme diatur dalam Permindiknas
No.17 Tahun 2010, sehingga dalam usaha pencegahan dan pembasmiannya, penting
untuk merujuk pada peraturan resmi tersebut.
Tindakan patuh pada kode etik penulis dan etika kepenulisan membuat penulis
menjadi seseorang yang bermoral. Pelanggaran terhadap etika merupakan tindakan yang
tidak bermoral, sehingga dapat merusak reputasi ilmuwan. Terlebih lagi, karya ilmiah
merupakan suatu karya yang dimaksudkan untuk menyampaikan suatu gagasan, makna,
teori, kepada orang lain. Tidak terpenuhinya kode etik dan etika kepenulisan dapat
menyebabkan hal-hal yang mempengaruhi tersampaikannya gagasan tersebut kepada
membaca, sehingga tujuan dari tulisan tersebut tidak tersampaikan.
Menurut Dahlan (2009), teori etika yang dikemukakan oleh Immanuel Kant
tentang kewajiban dalam melakukan sesuatu secara niscaya, tanpa harus melihat
konsekuensi-konsekuensi yang akan diperolehnya. Dengan kata lain, menurut Kant
sendiri tindakan yang baik tidak selalu sesuai dengan kewajiban, melainkan dijalankan
demi kewajiban. Apabila dikaitkan dalam penulis karya ilmiah, etika deontologi dapat
diterapkan karena, ketika penulis karya ilmiah melahirkan karya yang menurut penulis
telah memenuhi etika, tidak melakukan plagiarisme, serta dapat
mempertanggungjawabkan karyanya sendiri. Maka, penulis ini telah melakukan
kewajiban dan tidak memperdulikan konsekuensi yang akan datang apabila karyanya
telah dipublikasi. Karena pada hakikatnya, etika deontologi ini menyatakan bahwa
14 Santoso, H. (2011). Pencegahan dan penanggulangan plagiarisme dalam penulisan karya ilmiah di
lingkungan perpustakaan Perguruan Tinggi. Universitas Negeri Malang.
15 ibid
16 https://banten.antaranews.com/berita/167930/siapa-pun-bisa-menjadi-penulis
apabila seseorang telah melakukan sebuah kebaikan yang mana sebuah kewajiban maka
tidak perlu menghiraukan tindakan dari masyarakat atau orang lain.
Dalam etika teleologis atau dapat disebut juga sebagai etika konsekuensialis yang
mana merupakan teori etika yang menekankan baik buruknya suatu tindakan berdasarkan
akibat dari tindakan tersebut. Mengutip dari Weruin (2019) yang mengutip Brown
(1987), di mana suatu keputusan, kebijakan, atau tindakan secara moral dianggap baik,
jika keputusan atau tindakan tersebut mendatangkan akibat baik, begitu juga sebaliknya.
Akibat baik ini dapat berupa kebahagiaan, kesenangan, kecantikan, pengetahuan, dan
sebagainya. Apabila diterapkan dalam penulis karya ilmiah, etika teleologis ini cocok
karena berorientasi pada hasil, dengan kata lain berfokus pada pengambilan keputusan.
Dalam menulis terutama menulis karya ilmiah, kita harus dapat mempertimbangkan
apakah tulisan yang telah dipublikasi dapat berguna bagi masyarakat luas atau tidak?
4. Kesimpulan
Penulis merupakan pelaku kreatif yang menciptakan suatu karya tulis baik berupa
karya fiksi (novel, cerpen, puisi) maupun non-fiksi (karya ilmiah, makalah, jurnal,
artikel). Karya-karya yang diciptakan oleh penulis biasanya mewakili ide, pikiran, dan
perasaannya. Dari beberapa definisi yang telah dipaparkan oleh beberapa peneliti, adapun
bentuk klasifikasi tujuan penulisan yang diklasifikasi oleh Hugo Harting dalam Tarigan
(1994), tujuan dari penulisan adalah sebagai berikut: Tujuan penugasan (assignment
purpose), tujuan altruistik (altruistic purpose), tujuan persuasi (persuasive purpose),
17 Sumber tentang kode etik penulis ini didapat dari materi Pelatihan Penulisan Artikel Ilmiah Nasional
yang diadakan oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, Kementrian Pendidikan dan
Kabudayaan Nasional pada tahun 2012 yang disampaikan kembali oleh Abdullah (2012) dalam materinya
mengenai Kode Etik Penulis dan Etika Penulisan dalam Karya Ilmiah.
tujuan informasi (informational purpose), tujuan kreatif (creative purpose), serta tujuan
pemecahan masalah (problem-solving purpose).
18 Theo, Y. (2021). Peremajaan Etika Keutamaan Aristoteles. Paradigma: Jurnal Filsafat, Sains,
Teknologi, dan Sosial Budaya, 27(1), 75-83.
5. Referensi
a. Buku
4. Susanti, E., Siburian, B. B., Purba, B. D., Sinaga, A. T., Daeli, B. A.,
Rumahorbo, A. O., ... & Siagian, A. D. E. (2021). Etika Profesi. Yayasan
Kita Menulis.
b. Jurnal