Anda di halaman 1dari 9

Rahma Yuliani

17031174
Pendidikan Biologi
Pendekatan dan Model Pelayanan BK Komprehensif
A. Bimbingan dan Konseling Komprehensif
Bimbingan konseling komprehensif adalah suatu program pendidikan disekolah yang
diberikan oleh konselor sebagai pelaksanaan program bimbingan konseling di sekolah dan
bertujuan untuk memandirikan peserta didik. Bentuk layanan yang diberikan ditak lagi berfungsi
membantu peserta didik menyelesaikan masalahnya namun mengembangkan potensi peserta
didik.
Bimbingan konseling komprehensif diartikan sebagai sebuah program layanan yang
mengandung prinsip-prinsip :
1. Subjek layanan adalah semua peserta didik
2. Konselor dan guru merupakan fungsionaris yang bekerja sama.
Bimbingan dan konseling komprehensif dirancang untuk merespon bebagai
permasalahan yang dihadapi oleh koselor di sekolah. Menurut Suherman (dalam Sugiyo,
2011:16) bimbingan dan konseling komprehensif perlu memperhatikan :
a. Ruang lingkup yang menyeluruh
b. Dirancang untuk lebih berorientasi pada pencegahan
c. Tujuannya pengembangan potensi peserta didik.
Titik berat bimbingan dan konseling komprehensif adalah mengarahkan peserta didik
agar mampu mencegah berbagai hal yang dapat menghambat perkembangannya. Selain itu,
melalui hal preventif peserta didik mampu memutuskan dan memilih tindakan-tindakan tepat
yang dapat mendukung perkembangannya. Menurut Gysbers & Henderson (2012:30) lima premis
dasar yang menegaskan istilah Comprehensive school guidance and counseling adalah:
1. Bimbingan dan konseling adalah sebuah program. Karakteristiknya yang mirip dengan
program lain di bidang pendidikan.
2. Program bimbingan dan bimbingan konseling adalah perkembangan dan komprehensif.
3. Program bimbingan dan konseling melibatkan kolaborasi antara staf.
4. Program bimbingan dan konseling dikembangkan melalui serangkaian proses sistematis.
5. Program bimbingan dan konseling ditopang oleh kepemimpinan yang kokoh.
Bimbingan dan konseling komprehensif disusun berdasarkan 5 komponen program,
diantaranya :
1. Layanan Dasar Bimbingan
2. Layanan Peminatan dan Perencanaan Karir
3. Layanan Responsif
4. Layanan Perencanaan Individual
5. Dukungan Sistem
B. Komponen Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif
1. Layanan Dasar Bimbingan
Layanan dasar bimbingan merupakan layanan bantuan bagi peserta didik melalui
kegiatan-kegiatan kelas atau di luar kelas, yang disajikan secara sistematis, dalam rangka
membantu siswa mengembangkan potensinya secara optimal.
Pelayanan ini bertujuan untuk membantu semua konseli agar memperoleh
perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan dasar
hidupnya, atau dengan kata lain membantu konseli agar mereka dapat mencapai tugas-tugas
perkembangannya. Secara rinci tujuan pelayanan ini dapat dirumuskan sebagai upaya untuk
membantu konseli agar :
a. Memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan,
sosial budaya dan agama).
b. Mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab atau
seperangkat tingkah laku yang layak bagi penyesuaian diri dengan lingkungannya.
c. Mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya.
d. Mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, fokus perilaku yang dikembangkan menyangkut aspek-
aspek pribadi, sosial, belajar dan karir. Semua ini berkaitan erat dengan upaya membantu konseli
dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya (sebagai standar kompetensi kemandirian).
Sementara itu tugas-tugas perkembangan peserta didik pada jenjang pendidikan tertentu adalah
sebagai berikut :
1) Tugas perkembangan peserta didik SD/MI dan sederajat :
 Menanamkan dan mengembangkan kebiasaan dan sikap dalam beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa
 Mengembangkan keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung
 Mengembangkan konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-hari
 Belajar bergaul dan bekerja dengan kelompok sebaya
 Belajar menjadi pribadi yang mandiri
 Mempelajari keterampilan fisik sederhana yang diperlukan baik untuk permainan maupun
kehidupan
 Mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai sebagai pedoman perilaku
 Membina hidup sehat, untuk diri sendiri, dan lingkungan serta keindahan
 Belajar memahami diri sendiri dan orang lain sesuai dengan jenis kelaminnya dan
menjalankan peran tanpa membedakan jenis kelamin
 Mengembangkan sikap terhadap kelompok, lembaga sosial, serta tanah air bangsa dan
negarak. Mengembangkan pemahaman dan sikap awal untuk perencanaan masa depan.
2) Tugas perkembangan peserta didik SMP/MTs dan sederajat :
 Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa
 Mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap perbuatan fisik
dan psikis yang terjadi pada diri sendiri untuk kehidupan yang sehat
 Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam perannya sebagai pria
dan wanita
 Memantapkan nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima dalam kehidupan yang
lebih luas
 Mengenal kemampuan, bakat dan minat serta arah kecenderungan karir dan aparesiasi
seni
 Mengembangkan pengerahuan dan keterampilan untuk mengikuti dan melanjutkan
pelajaran dan/atau mempersiapkan atau berperan dalam kehidupan di masyarakat
 Mengenal gambaran dan mengembangkan sikap tentang kehidupan mandiri secara
emosional, sosial dan ekonomi
 Mengenal system etika dan nilai-nilai bagi pedoman hidup sebagai mandiri, anggota
masyarakat, dan warga negara.
3) Tugas perkembangan peserta didik SMA/SMK/MA dan sederajat :
 Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
 Mencapai kematangan dalam hubungan dengan teman sebaya, serta kematangan dalam
perannya sebagai pria dan wanita
 Mencapai kematangan pertumbuhan jasmaniah yang sehat
 Mengembangkan penguasaan ilmu, teknologi dan seni sesuai dengan program kutikulum
dan persiapan karir atau melanjutkan pendidikan tinggi, serta berperan dalam kehidupan
yang lebih luas
 Mencapai kematangan dalam pilihan karir
 Mencapai kematangan gambar dan sikap tentang kehidupan mandiri, secara emosional,
sosial, intelektual dan ekonomi
 Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan berkeluarga,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
 Mengembangkan kemampuan berkomunikasi sosial dan intelektual serta apresiasi seni
 Mencapai kematangan dalam system etika dan nilai.
2. Layanan Responsif
Layanan responsif merupakan layanan bantuan bagi para siswa yang memiliki
kebutuhan atau masalah yang memerlukan bantuan (pertolongan) dengan segera. Layanan ini
bertujuan untuk membantu siswa memenuhi kebutuhan yang dirasakan pada saat ini, atau para
siswa yang dipandang mengalami hambatan dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya.
Indikator dari kegagalan itu berupa ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri atau perilaku
bermasalah.
Layanan ini lebih bersifat kuratif. Strategi yang digunakan adalah konseling individual,
konseling kelompok dan konsultasi. Isi layanan responsif ini adalah bidang pendidikan, belajar,
sosial, pribadi, karir, tata tertib di sekolah, narkotika dan perjudian, perilaku seksual, dan
kehidupan lainnya. Untuk memahami kebutuhan dan masalah konseli dapat ditempuh dengan
cara asesmen dan analisis perkembangan konseli, dengan menggunakan berbagai teknik,
misalnya inventori tugas-tugas perkembangan (ITP), angket konseli, wawancara,
observasi,sosiometri, daftar hadir konseli, leger, psikotes dan daftar masalah konseli atau alat
ungkap masalah (AUM).
a. Bidang Pribadi
1) Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mencakup :
 Kurang motivasi untuk mempelajari agama;
 Kurang memahami bahwa agama sebagai pedoman hidup;
 Kurang memiliki kesadaran bahwa setiap perbuatan manusia diawasi Tuhan;
 Masih merasa malas untuk melaksanakan shalat;
 Kurang memiliki kemampuan untuk bersabar dan bersyukur.
2) Perolehan sistem nilai meliputi :
 Masih memiliki kebiasaan berbohong;
 Masih memiliki kebiasaan mencontek;
 Kurang berdisiplin (khususnya memelihara kebersihan).
3) Kemandirian Emosional, meliputi :
 Belum mampu membebaskan diri dari perasaan kekanak-kanakan;
 Belum mampu menghormati orangtua atau orang lain secara ikhlas;
 Masih kurang mampu menghadapi frustasi (stress) secara positif.
4) Pengembangan keterampilan intelektual, meliputi :
 Masih kurang mampu mengambil keputusan;
 Masih suka melakukan sesuatu tanpa memperhitungkan baik buruk, untung rugi.
5) Menerima diri dan mengembangkannya secara positif
 Kurang merasa bangga dengan keadaan diri sendiri;
 Merasa rendah diri apabila bergaul dengan orang lain yang mempunyai kelebihan.
b. Bidang Sosial
1) Berperilaku sosial yang bertanggung jawab, meliputi :
 Kurang menyenangi kritikan orang lain;
 Kurang memahami tatakrama (etika pergaulan);
 Kurang berpartisipasi dalam kegiatan sosial, baik di sekolah maupun di masyarakat.
2) Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya, meliputi :
 Merasa malu untuk berteman dengan lawan jenis;
 Merasa tidak senang kepada teman yang suka mengkritik.
3) Mempersiapkan pernikahan dan hidup keluarga, meliputi :
 Sikap yang kurang positif terhadap pernikahan;
 Sikap yang kurang positif terhadap hidup berkeluarga.
c. Bidang Belajar
1) Kurang memiliki kebiasaan belajar yang baik;
2) Kurang memahami cara belajar yang efektif;
3) Kurang memahami cara mengatasi kesulitan belajar;
4) Kurang memahami cara membaca buku yang efektif;
5) Kurang memahami cara membagi waktu belajar;
6) Kurang menyenangi pelajaran-pelajaran tertentu.
d. Bidang Karir
1) Kurang memahami cara memilih program studi yang cocok dengan kemampuan dan
minat;
2) Kurang mempunyai motivasi untuk mencari informasi tentang dunia kerja;
3) Masih bingung untuk memilih pekerjaan;
4) Masih kurang mampu memilih pekerjaan yang sesuai dengan kamampuan dan minat;
5) Merasa cemas untuk mendapat pekerjaan setelah tamat sekolah;
6) Belum memiliki pandangan akan kuliah di mana setelah tamat sekolah
3. Perencanaan Individual
Perencanaan individual diartikan sebagai bantuan kepada konseli agar mampu
merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan peren-canaan masa depan
berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang
dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya.
Perencanaan individual bertujuan untuk membantu konseli agar memiliki pemahaman
tentang diri dan lingkungannya, mampu merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan
terhadap perkembangan dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir,
dan dapat melakukan kegiatan berdasarkan pemahaman, tujuan, dan rencana yang telah
dirumuskannya.
Fokus pelayanan perencanaan individual berkaitan erat dengan pengembangan aspek
akademik, karir, dan sosial-pribadi. Secara rinci cakupan fokus tersebut antara lain mencakup
pengembangan aspek:
a. Akademik meliputi memanfaatkan keterampilan belajar, melakukan pemilihan pendidikan
lanjutan atau pilihan jurusan, memilih kursus atau pelajaran tambahan yang tepat,
dan memahami nilai belajar sepanjang hayat;
b. Karir meliputi mengeksplorasi peluang-peluang karir, mengeksplorasi latihan-latihan
pekerjaan, memahami kebutuhan untuk kebiasaan bekerja yang positif;
c. Sosial-pribadi meliputi pengembangan konsep diri yang positif, dan pengembangan
keterampilan sosial yang efektif.
Perencanaan individual bagi siswa diimplementasikan melalui beberapa strategi
(Suherman, 2011:67-68) yaitu penilaian individual/kelompok kecil, pemberian saran pada
individual atau kelompok kecil . Sedangkan menurut Sugiyo (2011) strategi yang dapat
dikembangkan yaitu :
a. Individual appraisal yaitu suatu strategi dimana konselor membantu peserta didik untuk
dapat menilai dan menafsirkan potensi yang dimilikinya
b. Individual advisement yaitu digunakan agar peserta didik mampu menggunakan segala
informasi baik social-pribadi, karir
c. Transition Planning yaitu membantu peserta didik dalam memahami dunia kerja
d. Follow up, digunakan ketika memberikan layanan lanjut melalui berbagai pengumpulan
data untuk evaluasi dan program yang akan dating.
4. Dukungan Sistem
Komponen dukungan sistem mencakup dua bagian, yaitu program bimbingan konseling
dan layanan pendukung. Strategi yang digunakan dalam dukungan sistem ini berupa :
a. Pengembangan jejaring (networking) yaitu upaya menjalin kerjasama dengan guru,
orangtua dan masyarakat serta seluruh personil sekolah agar tercipta suasana kondusif
dalam proses pembelajaran dan layanan bimbingan dan konseling.
b. Pengembangan konselor yang meliputi pelatihan-pelatihan yang terkait dengan bimbingan
dan konseling, aktif dalam organisasi, aktif dalam pertemuan ilmiah seperti seminar,
workshop, dan lain sebagainya. (Sugiyo, 2011)
c. Pemberian layanan
Kegiatan manajemen ini merupakan berbagai upaya untuk memantapkan, memelihara
dan meningkatkan mutu program bimbingan dan konseling melalui kegiatan-kegiatan
pengembangan program, pengembangan staf, pemanfaatan sumber daya dan pengembangan
penataan kebijaksanaan.
1) Pengembangan program;
Pengembangan program ini hendaknya diselaraskan dengan hasil kajian atau analisis
tentang tujuan dan program sekolah, kondisi objektif pencapaian tugas-tugas perkembangan
siswa, atau kebutuhan dan masalah siswa, kondisi objektif lingkungan perkembangan siswa,
implementasi aktual layanan BK di SMK, dan perkembangan masyarakat (sosial budaya, dan
dunia industri dan perusahaan). Berdasarkan pertimbangan ini, maka seyogianya program BK itu
bersifat fleksibel (tilikan kontekstual) namun tetap idealis.
2) Pengembangan staf;
Agar para pembimbing dan personel sekolah lainnya mampu memberikan layanan
bimbingan secara bermutu, maka kepada mereka perlu diberikan penambahan, perluasan, atau
pendalaman tentang konsep-konsep atau keterampilan-keterampilan tertentu tentang bimbingan,
sesuai dengan deskripsi pekerjaan (kinerja) masing-masing. Bentuk pengembangan staf itu bisa
dilaksanakan melalui seminar, penataran, atau lokakarya. Melalui kegiatan ini diharapkan para
personel sekolah memiliki kompetensi atau kemampuan sesuai dengan deskripsi kerja (kinerja)
masing-masing. Staf yang harus dikembangkan tersebut yaitu :
 Kepala sekolah
 Wakasek dan para PKS (pembantu kepala sekolah)
 Guru mata pelajaran
 Guru pembimbing dan konseling (konselor)
3) Pemanfaatan sumber daya masyarakat
Aspek ini berkaitan dengan upaya sekolah untuk menjalin kerjasama dengan unsur-
unsur masyarakat yang dipandang relevan dengan peningkatan mutu layanan bimbingan. Jalinan
kerjasama ini seperti dengan pihak-pihak instansi pemerintah, instansi swasta, organisasi profesi,
para ahli dalam bidang tertentu yang terkait seperti psikolog, psikiater, dokter, dan orangtua
siswa.
4) Pengembangan atau penentuan kebijakan.
Pelaksanaan pelayanan BK di sekolah didukung oleh kebijakan kepala sekolah secara
jelas. Kebijakan yang diluncurkan itu hendaknya dapat memfasilitasi (memberi kemudahan dan
peluang) bagi kelancaran implementasi program. Kebijakan yang perlu ditata itu diantaranya
menyangkut aspek-aspek struktur organisasi, rekrutment dan pengembangan staf bimbingan,
penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, pengalokasian biaya operational BK, dan
penjadwalan waktu khusus untuk masuk kelas bagi guru pembimbing sebagai wahana untuk
pelaksanaan program yang bersifat klasikal, menjamin kerjasama dengan pihak-pihak terkait.

Anda mungkin juga menyukai