Edoc - Tips Askep-Kraniotomi
Edoc - Tips Askep-Kraniotomi
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN POST CRANIOTOMI E.C NEOPLASMA
A. Definisi
a. Tumor
Tumor adalah istilah umum yang mencakup setiap pertumbuhan benigna (jinak) dalam setiap
bagian tubuh. Pertmbuhan ini tidak bertujuan, bersifat parasit dan berkembang dengan
mengorbankan manusia yang menjadi hospesnya. (Sue Hinchliff, 1997).
b. Tumor otak
Tumor otak adalah tumor jinak pada selaput otak atau salah satu otak. (Rosa Marion, 2000)
c. Karsinoma otak (maligna)
Karsnoma otak adalah neoplasma yang tumbuh di selaput otak.
d. Neoplasama
Neoplasma ialah sekumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus
menerus secara terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi
tubuh. (Achmad Tjarta, 1973).
B. Etiologi
Penyeban tumor otak belum diketahui pasti, tapi dapat diperkirakan karena :
1. Genetik
Tumor susunan saraf pusat primer nerupakan komponen besar dari beberapa gangguan yang
diturunkan sebagi kondisi autosomal, dominant termasuk sklerasis tuberose, neurofibromatosis.
2. Kimia dan Virus
Pada binatang telah ditemukan bahwa karsinogen kimia dan virus menyebabkan terbentuknya
neoplasma primer susunan saraf pusat tetapi hubungannya dengan tumor pada manusia masih
belum jelas.
3. Radiasi
Pada manusia susunan saraf pusat pada masa kanak-kanak menyebablkan terbentuknya
neoplasma setelah dewasa.
4. Trauma
Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma (neoplasma selaput otak). Pengaruh
trauma pada patogenesis neoplasma susunan saraf pusat belum diketahui.
C. Klasifikasi
1. Glioma
Jumlah ½ tumor otak. Tumbuh pada tiap jaringan dari otak. Infiltrasi dari terutama ke jaringan
hemisfer cerebral. Tumbuh sangat cepat, sebagian orang bias hidup beberapa bulan sampai
tahun.
2. Meningoma
Dari 13 % sampai 18 % merupakan tumor primer intracranial. Tumbuh dari selaput meningeal
otak. Biasanya jinak tapi bisa berubah menjadi maligna. Biasanya berkapsul dan penyembuhan
melaui bedah sangat mungkin. Pertumbuhan kembali mungkin
3. Tumor Pituitari
Tumor pada semua kelompok umur, tapi lebih sering pada wanita. Tumbuh dari berbagai jenis
jaringan. Pendekatan pembedahan biasanya berhasil. Kekembuhan kembali mungkin.
4. Neuroma (Schwannoma, neuro)
Neuroma akustik sangat sering. Tumbuh dari sel-sel Schwann di dalam meatus auditori pada
bagian vestibular saraf cranial III. Biasanya jinak bisa berubah menjadi maligna. Akan tmbuh
kembali bila tidak terangkat lengkap. Reseksi bedah sukar karena lokasinya.
5. Tumor Metastase
Dari 2 % sampai 20 % penderita kanker terjadi metastase ke otak Sel kanker menjangkau otak
lewat sistem sirkulasi. Reaksi bedah sangat sukar, pemgobatan kurang berhasil. Pemulihan
dibawah satu tahun atau dua tahun tidak biasa.
D. Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif. Gangguan neurologik pada tumor
otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor yaitu gangguan fokal disebabkan oleh tumor
dan kenaikan tekanan intrakranial. Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada
jaringan otak, dan infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan
neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya
bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan
gangguan serebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai gejala perunahan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompesi
invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Bebrapa tumor membentuk kista yang juga
menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat ganggguan neurologist fokal.
Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu bertambahnya
massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan
serebrospinal.
Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema yang
disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak. Semuanya menimbulkan kenaikan volume
intracranial dan meningkatkan tekanan intracranial. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari
ventrikel lateral ke ruangan subaraknoid menimbulkan hidrosefalus.
Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa. Mekanisme kompensasi
memerlukan waktu lama untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tak berguna apabila tekanan
intrakranial timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intracranial,
volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim,
kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi unkus atau serebelum yang timbul
bilagirus medialis lobus temporalis bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa
dalam hemisfer otak. Herniasi menekan mesensenfalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan
menekan saraf otak ketiga. Kompresi medula oblogata dan henti pernafasan terjadi dengan cepat.
Perubahan fisiologi lain terjadi akibat peningkatan intracranial yang cepat adalah
bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi), dan gangguan pernafasan.
Pathway (terlampir)
F. Pemeriksaan Diagnostik
a. Arterigrafi atau Ventricolugram ; untuk mendeteksi kondisi patologi pada sistem ventrikel dan
cisterna.
b. CT – SCAN ; Dasar dalam menentukan diagnosa.
c. Radiogram ; Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur, penebalan dan
klasifikasi; posisi kelenjar pinelal yang mengapur; dan posisi selatursika.
d. Elektroensefalogram (EEG) : Memberi informasi mengenai perubahan kepekaan neuron.
e. Ekoensefalogram : Memberi informasi mengenai pergeseran kandungan intra serebral.
f. Sidik otak radioaktif : Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari zat radioaktif.
Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang menyebabkan akumulasi abnormal
zat radioaktif.
G. Penatalaksanaan Medis
1. Pembedahan dengan craniotomy
2. Radiotherapi
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula merupakan therapi
tunggal. Adapun efek samping : kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi
pada nervus atau otot pectoralis, radang tenggorkan.
3. Kemoterapi
Pemberian obat-obatan anti tumor yang sudah menyebar dalam aliran darah.
Efek samping : lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan membuat, mudah terserang
penyakit.
4. Manipulasi hormonal.
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk tumor yang sudah bermetastase.
5. Psikologi
Tujuan penatalaksanaan unit gawat darurat pada injury kepala pasien yang post-operative adalah
sama sepeti pre-operativ, yakni: optimisasi physiologic. Prinsip kontrol tekanan intracranial dan
optimisasi perfusi tekanan cerebral seperti halnya pemeliharaan oxygenation yang cukup dari
perfusi darah :
a. Ventilasi
Hyperventilation bukanlah suatu therapy yang tidak berbahaya ( disebabkan alkalosis,
hypokalemia, vasoconstricsi dengan ischemia) dan bagaimanapun secara relatif tidak efektif
dalam pengerutan pembuluh darah cerebral setelah beberapa jam. Normocapnia harus dirawat
sedapat mungkin. Drainase CSF dari suatu kateter/pipa ventricular dalam saluran tubuh lebih
disukai untuk mereduksi/mengurangi ICP ( dan optimisasi pada tekanan perfusion cerebral)
untuk metabolically deranging therapies seperti hyperventilation dan diuresis.
b. Fluids/cairan
Walaupun penggantian cairan bukan sebagian besar diantaranya intracranial sebagai intra-
abdominal atau perawatan intrathoracic post operasi trauma kepala penatalaksanaan cairan
adalah komplikasi perawatan pada kontrol hipertensi intracranial seperti diuresis dan
hyperventilation kedua-duanya yang mana cenderung menyebabkan berkurangnya volume dan
metabolisme alkalosis. Solusinya Isotonik IV harus digunakan dalam semua kasus. Jumlah
volume Darah yang bagus tidak hanya meningkatkan kapasitas oksigen tetapi juga
menyebabkan unsur selularnya tidak pecah ( seperti albumin) ke dalam molekul lebih kecil yang
berdifusi ke membran alveolar dalam paru-paru dan dari intravascular ke ruang
extravascular yang membawa cairan pada paru-paru dan edema cerebral.
Pasien dengan berbagai trauma, laserasi kulit kepala, perdarahan subdural, dan injury sering
kehilangan sejumlah darah dalam jumblah yang besar pada saat itu mereka tiba di ruang op di
ICU. Transfusi diberikan kepada pasien dengan hematocrit yang rendah pada level kritis (pada
umumnya di bawah 25%) terutama ketika disertai dengan hypotension, tachycardia, dan
berkurangnya urin output.
c. Nutrisi
Dukungan nuitrisi harus segera setelah trauma kepala craniotomy ketika pasien bowel sounds.
Pemberian makanan Enteral itu baik tidak hanya untuk mencegah perdarahan tetapi juga nutrisi
diatur melalui rute ini jadi lebih siap diserap dan metabolisme tanpa resiko dari hepatitis, sepsis,
dan komplikasi lain yang berhubungan dengan total parenteral nutrition ( TPN)., seandainya
bowel berbunyi adalah suatu pngembalian lambat, TPN yang pertama dapat dimulai dalam
duapuluh empat jam setelah suatu operasi trauma kepala.
H. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat kita temukan pada pasien yang menderita tumor otak ialah :
a. Gangguan fisik neurologist
b. Gangguan kognitif
c. Gangguan tidur dan mood
d. Disfungsi seksual
I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Primer
a. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek
batuk
b. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau
tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
c. Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung
normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap
lanjut
2. Pengkajian Sekunder
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan dan kesehatan
Riwayat keluarga denga tumor
Terpapar radiasi berlebih.
Adanya riwayat masalah visual-hilang ketajaman penglihatan dan diplopia
Kecanduan Alkohol, perokok berat
Terjadi perasaan abnormal
Gangguan kepribadian / halusinasi
b. Pola nutrisi metabolik
Riwayat epilepsy
Nafsu makan hilang
Adanya mual, muntah selama fase akut
Kehilangan sensasi pada lidah, pipi dan tenggorokan
Kesulitan menelan (gangguan pada refleks palatum dan Faringeal)
c. Pola eliminasi
Perubahan pola berkemih dan buang air besar (Inkontinensia)
Bising usus negatif
d. Pola aktifitas dan latihan
Gangguan tonus otot terjadinya kelemahan otot, gangguan tingkat kesadaran
Resiko trauma karena epilepsy
Hamiparase, ataksia
Gangguan penglihatan
Merasa mudah lelah, kehilangan sensasi (Hemiplegia)
e. Pola tidur dan istirahat
Susah untuk beristirahat dan atau mudah tertidur
f. Pola persepsi kognitif dan sensori
Pusing
Sakit kepala
Kelemahan
Tinitus
Afasia motorik
Hilangnya rangsangan sensorik kontralateral
Gangguan rasa pengecapan, penciuman dan penglihatan
Penurunan memori, pemecahan masalah
kehilangan kemampuan masuknya rangsang visual
Penurunan kesadaran sampai dengan koma.
Tidak mampu merekam gambar
Tidak mampu membedakan kanan/kiri
3. Diagnosa Keperawatan
Pre-Operasi
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah dan tidak
nafsu makan / pertumbuhan sel-sel kanker
b. Nyeri kepala berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kanker pada otak/mendesak otak.
c. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan gangguan pergerakan dan kelemahan.
d. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan kerusakan sirkulasi serebral.
e. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra diri
f. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan penyakit berhubungan dengan kurangnya
informasi
g. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan
Post-Operasi
a. Nyeri yang berhubungan dengan efek dari pembedahan
b. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra
diri.
c. Kurang pengetahuan tentang tumor otak yang berhubungan dengan ketidaktahuan tentang
sumber informasi
d. Kecemasan yang berhubungan dengan penyakit kronis dan masa depan yang tidak pasti.
3. Rencana Keperawatan
Pre-Operasi
Dx 1. Nyeri berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kanker
Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan
Hasil yang diharapkan : Nyeri berkurang sampai dengan hilang
Rencana Tindakan :
1. Kaji karakteristik nyeri, lokasi, frekfensi
R/ mengtahui tingkat nyeri sebagai evaluasi untuk intervensi selanjutnya
2. Kaji faktor penyebab timbul nyeri (takut , marah, cemas)
R/ dengan mengetahui faktor penyebab nyeri menentukan tindakan untuk mengurangi nyeri
3. Ajarkan tehnik relaksasi tarik nafas dalam
R/ tehnik relaksasi dapat mengatsi rasa nyeri
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
R/ analgetik efektif untuk mengatasi nyeri
Dx 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah
dan tidak nafsu makan.
Tujuan : Kebutuhsn nutrisi dapat terpenuhi setelah dilakukan keperawatan
Hasil yang diharapkan :
- Nutrisi klien terpenuhi
- Mual berkurang sampai dengan hilang.
Rencana tindakan :
1. Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan hangat.
R/ Makanan yang hangat menambah nafsu makan.
2. Kaji kebiasaan makan klien.
R/ Jenis makanan yang disukai akan membantu meningkatkan nafsu makan klien.
3. Ajarkan teknik relaksasi yaitu tarik napas dalam.
R/ Tarik nafas dalam membantu untuk merelaksasikan dan mengurangi mual.
4. Timbang berat badan bila memungkinkan.
R/ Untuk mengetahui kehilangan berat badan.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin
R/ Mencegah kekurangan karena penurunan absorsi vitamin larut dalam lemak
Dx 3. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan gangguan pergerakan dan
kelemahan.
Tujuan : Gangguan mobilitas fisik teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil : Pasien mendemonstrasikan tehnik / prilaku yang memungkinkan dilakukannya
kembali aktifitas.
Rencana tindakan :
1. Kaji derajat mobilisasi pasien dengan menggunakan skala ketergantungan
( 0-4 )
R / : seseorang dalam semua kategori sama-sama mempunyai resiko kecelakaan.
2. Letakkan pasien pada posisi tertentu untuk menghindari kerusakan karena tekanan.
R / : Perubahan posisi yang teratur meningkatkan sirkulasi pada seluruh tubuh.
3. Bantu untuk melakukan rentang gerak
R / : Mempertahankan mobilisasi dan fungsi sendi
4. Tingkatkan aktifitas dan partisipasi dalam merawat diri sendiri sesuai kemampuan
R / : Proeses penyembuhan yang lambat sering kali menyertai trauma kepala,
keterlibatan pasien dalam perencanaan dan keberhasilan.
5. Berikan perawatan kulit dengan cermat, masase dengan pelembab.
R / : Meningkatkan sirkulasi dan elastisitas kulit
Dx 4. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan kerusakan sirkulasi
serebral.
Tujuan : Klien dapat membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat di ekspresikan
Kriteria Hasil :
- Mengindikasikan pemahaman tentang masalah komunikasi
- Membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat diekspresikan
- Menggunakan sumber-sumber dengan tepat
Intervensi :
1. Kaji tipe/derajat disfungsi seperti pasien tidak tampak memahami kata atau mangalami
kesulitan berbicara atau membuat pengertian sendiri
R/ : Membantu menentukan daerah dan derajat kerusakan serebral yang terjadi dan kesulitan
pasien dalam bebrapa atau seluruh tahap proses komunikasi.
2. Perhatikan kesalahan dalam komunikasi dan berikan umpan balik
R/ : Pasien mungkin kehilangan kemampuan untuk memantau ucapn yang keluar dan tidak
menyadari bahwa komunikasi yang diucapkan tidak nyata.
3. Minta pasien untuk mengikuti perintah sederhana
R/ : menilai adanya kerusakan motorik
4. Katakan secara langsung pada pasien, bicara perlahan dan tenang
R/ : menurunkan kebingungan/ansietas selama proses komunikasi dan respon pada informasi
yang lebih banyak pada satu waktu tertentu.
Daftar Pustaka
A.K. Muda, Ahmad. 2003. Kamus Lengkap Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta : Gitamedia Press.
Carpenito, Lynda Juall RN.1999. Diagnosa dan Rencana Keperawatan Ed 3. Jakarta : Media
Aesculappius.
Purnawan Ajunadi, Atiek S.seomasto, Husna Ametz,(1982). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta :
Media Aesculapius
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC
ASUHAN KEPERAWATAN KRANIOTOMY
http://www.ziddu.com/download/16469954/askepcraniotomy.docx.html
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
2.2 INDIKASI
f. Tumor otak,
g. Perdarahan (hemorrage),
Sama dengan skan CT, dengan tambahan keuntungan pemeriksaan lesi di potongan
lain.
c. Electroencephalogram (EEG)
d. Angiografy Serebral
e. Sinar-X
f. Brain Auditory Evoked Respon (BAER) : menentukan fungsi korteks dan batang
otak
a. PRAOPERASI
b. PASCAOPERASI
Asetaminofen biasanya diberikan selama suhu di atas 37,50C dan untuk nyeri.
Sering kali pasien akan mengalami sakit kepala setelah kraniotomi, biasanya
sebagai akibat syaraf kulit kepala diregangkan dan diiritasi selama pembedahan.
Kodein, diberikan lewat parenteral, biasanya cukup untuk menghilangkan sakit
kepala. Medikasi antikonvulsan (fenitoin, deazepam) diresepkan untuk pasien yang
telah menjalani kraniotomi supratentorial, karena resiko tinggi epilepsi setelah
prosedur bedah neuro supratentorial. Kadar serum dipantau untuk
mempertahankan medikasi dalam rentang terapeutik.
Kateter ventrikel, atau beberapa tipe drainase, sering dipasang pada pasien yang
menjalani pembedahan untuk tumor fossa posterior. Kateter disambungkan ke
sistem drainase eksternal. Kepatenan kateter diperhatikan melalui pulsasi cairan
dalam selang. TIK dapat di kaji dengan menyusun sistem dengan sambungan
stopkok ke selang bertekanan dan tranduser. TIK dalam dipantau dengan memutar
stopkok. Perawatan diperlukan untuk menjamin bahwa sistem tersebut kencang
pada semua sambungan dan bahwa stopkok ada pada posisi yang tepat untuk
menghindari drainase cairan serebrospinal, yang dapat mengakibatkan kolaps
ventrikel bila cairan terlalu banyak dikeluarkan. Kateter diangkat ketika tekanan
ventrikel normal dan stabil. Ahli bedah neuro diberi tahu kapanpun kateter tanpak
tersumbat. Pirau ventrikel kadang dilakuakan sebelum prosedur bedah tertentu
untuk mengontrol hipertensi intrakranial, terutama pada pasien tumor fossa
posterior
2.5 KOMPLIKASI PASCABEDAH
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada pasien pascabedah intrakranial atau
kraniotomi adalah sebagai berikut :
d. Infeksi
e. Kejang
PREOPERASI
Tanyakan pada klien bagaimana pemahaman pasien dan keluarga tentang rencana
prosedur bedah dan kemungkinan gejala sisanya yang dikaji bersamaan dengan
reaksi pasien terhadap rencana pembedahan. Menanyakan pada klien tentang
pengalaman pembedahan, pengalaman anestesi, riwayat pemakaian tembakau,
alcohol, obat-obatan. Biasanya klien mengalami perubahan status kognitif karena
pembedahan ang akan dihadapi.
Tanyakan kepada klien bagaimana pola makannya sebelum sakit dan pola makan
setelah sakit? Apakah ada perubahan pola makan klien? Kaji apa makanan
kesukaan klien?kaji riwayat alergi makanan maupun obat-obatan tertentu. Biasanya
sebelum pembedahan, pasien dipuasakan selama 6-8 jam. Segala bentuk defisiensi
nutrisi dan cairan harus di koreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein
yang cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan
pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien
menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Balance cairan perlu diperhatikan dalam
kaitannya dengan input dan output cairan. Demikaian juga kadar elektrolit serum
harus berada dalam rentang normal.
3) Pola eliminasi
Kaji bagaimana pola miksi dan defekasi klien? Apakah mengalami gangguan? Kaji
apakah klien menggunakan alat bantu untuk eliminasi nya?. Biasanya klien yang
dipasangi keteter akan merasa sakit saat BAK .
4) Pola aktivas latihan
Kaji perubahan pola tidur klien sebelum menghadapi oprasi, berapa lama klien tidur
dalam sehari? Apakah klien mengalami gangguan dalam tidur, seperti nyeri dan lain
lain.
Keadaan pasien yang cemas akan mempengaruhi kebutuhan tidur dan istirahat
(Ruth F. Craven, Costance J Himle, 2000). Pada pasien preoperasi yang terencana
mengalami kecemasan yang mengakibatkan terjadinya gangguan pola tidur antara
3 – 5 jam, sedangkan kebutuhan tidur dan istirahat normal adalah antara 7 – 8 jam.
(Gunawan L, 2001).
Kaji bagaimana peran fungsi klien dalam keluarga sebelum dan selama dirawat di
Rumah Sakit? Dan bagaimana hubungan social klien dengan masyarakat
sekitarnya?. Pola peran hubungan klien dengan orang lain tergantung dengan
kepribadiannya. Klien dengan kepribadian tipe ekstrovert pada orang biasanya
memiliki ciri-ciri mudah bergaul, terbuka, hubungan dengan orang lain lancar dan
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Hal ini akan menyebabkan
seseorang lebih terbuka, lebih tenang serta dapat mengurangi rasa cemas dalam
menghadapi pra operasi.
Kaji apa yang biasa dilakukan klien saat ada masalah? Apakah klien menggunakan
obat-obatan untuk menghilangkan stres? Pada pasien pre operasi dapat mengalami
berbagai ketakutan . Takut terhadap anestesi, takut terhadap nyeri atau kematian,
takut tentang ketidaktahuaan atau takut tentang derformitas atau ancaman lain
terhadap citra tubuh dapat menyebabkan ketidaktenangan atau ansietas (Smeltzer
and Bare, 2002).
NANDA
Cemas, berhubungan dengan pengalaman bedah (anesthesi, nyeri) dan hasil akhir
dari pembedahan (p. 242)
Defenisi:
Batasan karakteristik:
· Insomnia
· Kawatir
· Menggigil
· Gelisah
· Sulit konsentrasi
NOC :
Indikator:
NIC
Aktifitas:
o Tanggapi perilaku
POSTOPERASI
Tanyakan kepada klien bagaimana pola makannya sebelum sakit dan pola makan
setelah sakit? Apakah ada perubahan pola makan klien? Kaji apa makanan
kesukaan klien?kaji riwayat alergi klien.
· Flatus positif
3) Pola eliminasi
Kaji bagaimana pola miksi dan defekasi kliensetelah pembedahan? Apakah
mengalami gangguan? Kaji apakah klien menggunakan alat bantu untuk eliminasi
nya?. Biasanya klien dipasangi keteter pasca operasi. Kontrol volunter fungsi
perkemihan kembali setelah 6 – 8 jam post anesthesia inhalasi, IV, spinal.
Biasanya pasien diposisikan untuk berbaring ditempat tidur agar keadaanya stabil.
Biasanya posisi awal adalah terlentang, tapi juga harus tetap dilakukan perubahan
posisi agar tidak terjadi dekubitus. Pasien yang menjalani pembedahan abdomen
dianjurkan untuk melakukan ambulasi dini.
Kaji perubahan pola tidur klien selama sehat dan sakit, berapa lama klien tidur
dalam sehari? Apakah klien mengalami gangguan dalam tidur pasca operasi seperti
nyeri dan lain lain. Biasanya pasien mengalami gangguan tidur karena nyeri pasca
operasi.
Monitor kondisi umum dan neurologis pasien dilakukan seperti biasanya. Jahitan
dibuka pada hari ke 5-7. Tindakan pemasangan fragmen tulang atau kranioplasti
dianjurkan dilakukan setelah 6-8 minggu kemudian.
CT scan kontrol diperlukan apabila post operasi kesadaran tidak membaik dan untuk
menilai apakah masih terjadi hematom lainnya yang timbul kemudian.
Kaji bagaimana peran fungsi klien dalam keluarga sebelum dan selama dirawat di
Rumah Sakit? Dan bagaimana hubungan social klien dengan masyarakat
sekitarnya?
9) Pola reproduksi dan seksualitas
Kaji apakah ada masalah hubungan dengan pasangan? Apakah ada perubahan
kepuasan pada klien? Pada klien baik preoperasi maupun postoperasi terkadang
mengalami masalah tentang efek kondisi/terapi pada kemampuan seksualnya
Kaji apa yang biasa dilakukan klien saat ada masalah? Apakah klien menggunakan
obat-obatan untuk menghilangkan stres?
10. Pola nafas inefektif berhubungan dengan gangguan integritas jaringan otak,
hypoxemia dampak dari anestesi, serebral edema, area pembedahan sekitar
medulla obongata atau pons.
13. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah
NANDA
Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penghentian aliran darah
(hemoragi, hematoma); edema cerebral; penurunan TD sistemik/hipoksia
(hipovolemia, disritmia jantung) p. 143
Factor resiko:
· Tumor otak
· Cedera kepala
· Embolus
NOC
Defenisi: meluasnya aliran darah ke sistem saraf otak dan memelihara fungsi otak.
Indicator:
Ø Fungsi neurologis
NIC
Aktivitas: