Anda di halaman 1dari 21

askep kraniotomi

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN POST CRANIOTOMI E.C NEOPLASMA

A. Definisi
a. Tumor
Tumor adalah istilah umum yang mencakup setiap pertumbuhan benigna (jinak) dalam setiap
bagian tubuh. Pertmbuhan ini tidak bertujuan, bersifat parasit dan berkembang dengan
mengorbankan manusia yang menjadi hospesnya. (Sue Hinchliff, 1997).
b. Tumor otak
Tumor otak adalah tumor jinak pada selaput otak atau salah satu otak. (Rosa Marion, 2000)
c. Karsinoma otak (maligna)
Karsnoma otak adalah neoplasma yang tumbuh di selaput otak.
d. Neoplasama
Neoplasma ialah sekumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus
menerus secara terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi
tubuh. (Achmad Tjarta, 1973).

B. Etiologi
Penyeban tumor otak belum diketahui pasti, tapi dapat diperkirakan karena :
1. Genetik
Tumor susunan saraf pusat primer nerupakan komponen besar dari beberapa gangguan yang
diturunkan sebagi kondisi autosomal, dominant termasuk sklerasis tuberose, neurofibromatosis.
2. Kimia dan Virus
Pada binatang telah ditemukan bahwa karsinogen kimia dan virus menyebabkan terbentuknya
neoplasma primer susunan saraf pusat tetapi hubungannya dengan tumor pada manusia masih
belum jelas.

3. Radiasi
Pada manusia susunan saraf pusat pada masa kanak-kanak menyebablkan terbentuknya
neoplasma setelah dewasa.
4. Trauma
Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma (neoplasma selaput otak). Pengaruh
trauma pada patogenesis neoplasma susunan saraf pusat belum diketahui.

C. Klasifikasi
1. Glioma
Jumlah ½ tumor otak. Tumbuh pada tiap jaringan dari otak. Infiltrasi dari terutama ke jaringan
hemisfer cerebral. Tumbuh sangat cepat, sebagian orang bias hidup beberapa bulan sampai
tahun.
2. Meningoma
Dari 13 % sampai 18 % merupakan tumor primer intracranial. Tumbuh dari selaput meningeal
otak. Biasanya jinak tapi bisa berubah menjadi maligna. Biasanya berkapsul dan penyembuhan
melaui bedah sangat mungkin. Pertumbuhan kembali mungkin
3. Tumor Pituitari
Tumor pada semua kelompok umur, tapi lebih sering pada wanita. Tumbuh dari berbagai jenis
jaringan. Pendekatan pembedahan biasanya berhasil. Kekembuhan kembali mungkin.
4. Neuroma (Schwannoma, neuro)
Neuroma akustik sangat sering. Tumbuh dari sel-sel Schwann di dalam meatus auditori pada
bagian vestibular saraf cranial III. Biasanya jinak bisa berubah menjadi maligna. Akan tmbuh
kembali bila tidak terangkat lengkap. Reseksi bedah sukar karena lokasinya.
5. Tumor Metastase
Dari 2 % sampai 20 % penderita kanker terjadi metastase ke otak Sel kanker menjangkau otak
lewat sistem sirkulasi. Reaksi bedah sangat sukar, pemgobatan kurang berhasil. Pemulihan
dibawah satu tahun atau dua tahun tidak biasa.
D. Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif. Gangguan neurologik pada tumor
otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor yaitu gangguan fokal disebabkan oleh tumor
dan kenaikan tekanan intrakranial. Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada
jaringan otak, dan infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan
neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya
bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan
gangguan serebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai gejala perunahan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompesi
invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Bebrapa tumor membentuk kista yang juga
menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat ganggguan neurologist fokal.
Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu bertambahnya
massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan
serebrospinal.
Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema yang
disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak. Semuanya menimbulkan kenaikan volume
intracranial dan meningkatkan tekanan intracranial. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari
ventrikel lateral ke ruangan subaraknoid menimbulkan hidrosefalus.
Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa. Mekanisme kompensasi
memerlukan waktu lama untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tak berguna apabila tekanan
intrakranial timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intracranial,
volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim,
kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi unkus atau serebelum yang timbul
bilagirus medialis lobus temporalis bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa
dalam hemisfer otak. Herniasi menekan mesensenfalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan
menekan saraf otak ketiga. Kompresi medula oblogata dan henti pernafasan terjadi dengan cepat.
Perubahan fisiologi lain terjadi akibat peningkatan intracranial yang cepat adalah
bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi), dan gangguan pernafasan.

Pathway (terlampir)

E. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala tumor otak sangat bervariasi, tergantung pada tempat lesi dan kecepatan
pertumbuhannya, antara lain :
1. Lobus Frontalis
 Gangguan kepribadian
 Epilepsi
 Afasia mototik
 Hemiparesis
 Ataksia
 Gangguan bicara
 Gangguan gaya berjalan
2. Lobus Oksipitalis
 Gangguan penglihatan
3. Lobus Temporalis Halusinasi
 Kejang psikomotor
 Tinitus (bunyi berdengung atau berdesing)
 Kesulitan menyebutkan objek
4. Lobus Parietalis
 Tidak mampu merekam gambar
 Tidak dapat membedakan mana kiri mana kanan.

F. Pemeriksaan Diagnostik
a. Arterigrafi atau Ventricolugram ; untuk mendeteksi kondisi patologi pada sistem ventrikel dan
cisterna.
b. CT – SCAN ; Dasar dalam menentukan diagnosa.
c. Radiogram ; Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur, penebalan dan
klasifikasi; posisi kelenjar pinelal yang mengapur; dan posisi selatursika.
d. Elektroensefalogram (EEG) : Memberi informasi mengenai perubahan kepekaan neuron.
e. Ekoensefalogram : Memberi informasi mengenai pergeseran kandungan intra serebral.
f. Sidik otak radioaktif : Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari zat radioaktif.
Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang menyebabkan akumulasi abnormal
zat radioaktif.

G. Penatalaksanaan Medis
1. Pembedahan dengan craniotomy
2. Radiotherapi
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula merupakan therapi
tunggal. Adapun efek samping : kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi
pada nervus atau otot pectoralis, radang tenggorkan.
3. Kemoterapi
Pemberian obat-obatan anti tumor yang sudah menyebar dalam aliran darah.
Efek samping : lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan membuat, mudah terserang
penyakit.
4. Manipulasi hormonal.
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk tumor yang sudah bermetastase.
5. Psikologi
Tujuan penatalaksanaan unit gawat darurat pada injury kepala pasien yang post-operative adalah
sama sepeti pre-operativ, yakni: optimisasi physiologic. Prinsip kontrol tekanan intracranial dan
optimisasi perfusi tekanan cerebral seperti halnya pemeliharaan oxygenation yang cukup dari
perfusi darah :
a. Ventilasi
Hyperventilation bukanlah suatu therapy yang tidak berbahaya ( disebabkan alkalosis,
hypokalemia, vasoconstricsi dengan ischemia) dan bagaimanapun secara relatif tidak efektif
dalam pengerutan pembuluh darah cerebral setelah beberapa jam. Normocapnia harus dirawat
sedapat mungkin. Drainase CSF dari suatu kateter/pipa ventricular dalam saluran tubuh lebih
disukai untuk mereduksi/mengurangi ICP ( dan optimisasi pada tekanan perfusion cerebral)
untuk metabolically deranging therapies seperti hyperventilation dan diuresis.
b. Fluids/cairan
Walaupun penggantian cairan bukan sebagian besar diantaranya intracranial sebagai intra-
abdominal atau perawatan intrathoracic post operasi trauma kepala penatalaksanaan cairan
adalah komplikasi perawatan pada kontrol hipertensi intracranial seperti diuresis dan
hyperventilation kedua-duanya yang mana cenderung menyebabkan berkurangnya volume dan
metabolisme alkalosis. Solusinya Isotonik IV harus digunakan dalam semua kasus. Jumlah
volume Darah yang bagus tidak hanya meningkatkan kapasitas oksigen tetapi juga
menyebabkan unsur selularnya tidak pecah ( seperti albumin) ke dalam molekul lebih kecil yang
berdifusi ke membran alveolar dalam paru-paru dan dari intravascular ke ruang
extravascular yang membawa cairan pada paru-paru dan edema cerebral.
Pasien dengan berbagai trauma, laserasi kulit kepala, perdarahan subdural, dan injury sering
kehilangan sejumlah darah dalam jumblah yang besar pada saat itu mereka tiba di ruang op di
ICU. Transfusi diberikan kepada pasien dengan hematocrit yang rendah pada level kritis (pada
umumnya di bawah 25%) terutama ketika disertai dengan hypotension, tachycardia, dan
berkurangnya urin output.
c. Nutrisi
Dukungan nuitrisi harus segera setelah trauma kepala craniotomy ketika pasien bowel sounds.
Pemberian makanan Enteral itu baik tidak hanya untuk mencegah perdarahan tetapi juga nutrisi
diatur melalui rute ini jadi lebih siap diserap dan metabolisme tanpa resiko dari hepatitis, sepsis,
dan komplikasi lain yang berhubungan dengan total parenteral nutrition ( TPN)., seandainya
bowel berbunyi adalah suatu pngembalian lambat, TPN yang pertama dapat dimulai dalam
duapuluh empat jam setelah suatu operasi trauma kepala.

H. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat kita temukan pada pasien yang menderita tumor otak ialah :
a. Gangguan fisik neurologist
b. Gangguan kognitif
c. Gangguan tidur dan mood
d. Disfungsi seksual

I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Primer
a. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek
batuk
b. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau
tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
c. Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung
normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap
lanjut
2. Pengkajian Sekunder
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan dan kesehatan
 Riwayat keluarga denga tumor
 Terpapar radiasi berlebih.
 Adanya riwayat masalah visual-hilang ketajaman penglihatan dan diplopia
 Kecanduan Alkohol, perokok berat
 Terjadi perasaan abnormal
 Gangguan kepribadian / halusinasi
b. Pola nutrisi metabolik
 Riwayat epilepsy
 Nafsu makan hilang
 Adanya mual, muntah selama fase akut
 Kehilangan sensasi pada lidah, pipi dan tenggorokan
 Kesulitan menelan (gangguan pada refleks palatum dan Faringeal)
c. Pola eliminasi
 Perubahan pola berkemih dan buang air besar (Inkontinensia)
 Bising usus negatif
d. Pola aktifitas dan latihan
 Gangguan tonus otot terjadinya kelemahan otot, gangguan tingkat kesadaran
 Resiko trauma karena epilepsy
 Hamiparase, ataksia
 Gangguan penglihatan
 Merasa mudah lelah, kehilangan sensasi (Hemiplegia)
e. Pola tidur dan istirahat
 Susah untuk beristirahat dan atau mudah tertidur
f. Pola persepsi kognitif dan sensori
 Pusing
 Sakit kepala
 Kelemahan
 Tinitus
 Afasia motorik
 Hilangnya rangsangan sensorik kontralateral
 Gangguan rasa pengecapan, penciuman dan penglihatan
 Penurunan memori, pemecahan masalah
 kehilangan kemampuan masuknya rangsang visual
 Penurunan kesadaran sampai dengan koma.
 Tidak mampu merekam gambar
 Tidak mampu membedakan kanan/kiri

g. Pola persepsi dan konsep diri


 Perasaan tidak berdaya dan putus asa
 Emosi labil dan kesulitan untuk mengekspresikan
h. Pola peran dan hubungan dengan sesame
 Masalah bicara
 Ketidakmampuan dalam berkomunikasi ( kehilangan komunikasi verbal/ bicara pelo )
i. Reproduksi dan seksualitas
 Adanya gangguan seksualitas dan penyimpangan seksualitas
 Pengaruh/hubungan penyakit terhadap seksualitas
j. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
 Adanya perasaan cemas,takut,tidak sabar ataupun marah
 Mekanisme koping yang biasa digunakan
 Perasaan tidak berdaya, putus asa
 Respon emosional klien terhadap status saat ini
 Orang yang membantu dalam pemecahan masalah
 Mudah tersinggung
k. Sistem kepercayaan
 Agama yang dianut, apakah kegiatan ibadah terganggu

3. Diagnosa Keperawatan
Pre-Operasi
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah dan tidak
nafsu makan / pertumbuhan sel-sel kanker
b. Nyeri kepala berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kanker pada otak/mendesak otak.
c. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan gangguan pergerakan dan kelemahan.
d. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan kerusakan sirkulasi serebral.
e. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra diri
f. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan penyakit berhubungan dengan kurangnya
informasi
g. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan

Post-Operasi
a. Nyeri yang berhubungan dengan efek dari pembedahan
b. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra
diri.
c. Kurang pengetahuan tentang tumor otak yang berhubungan dengan ketidaktahuan tentang
sumber informasi
d. Kecemasan yang berhubungan dengan penyakit kronis dan masa depan yang tidak pasti.

3. Rencana Keperawatan
Pre-Operasi
Dx 1. Nyeri berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kanker
Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan
Hasil yang diharapkan : Nyeri berkurang sampai dengan hilang
Rencana Tindakan :
1. Kaji karakteristik nyeri, lokasi, frekfensi
R/ mengtahui tingkat nyeri sebagai evaluasi untuk intervensi selanjutnya
2. Kaji faktor penyebab timbul nyeri (takut , marah, cemas)
R/ dengan mengetahui faktor penyebab nyeri menentukan tindakan untuk mengurangi nyeri
3. Ajarkan tehnik relaksasi tarik nafas dalam
R/ tehnik relaksasi dapat mengatsi rasa nyeri
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
R/ analgetik efektif untuk mengatasi nyeri
Dx 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah
dan tidak nafsu makan.
Tujuan : Kebutuhsn nutrisi dapat terpenuhi setelah dilakukan keperawatan
Hasil yang diharapkan :
- Nutrisi klien terpenuhi
- Mual berkurang sampai dengan hilang.
Rencana tindakan :
1. Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan hangat.
R/ Makanan yang hangat menambah nafsu makan.
2. Kaji kebiasaan makan klien.
R/ Jenis makanan yang disukai akan membantu meningkatkan nafsu makan klien.
3. Ajarkan teknik relaksasi yaitu tarik napas dalam.
R/ Tarik nafas dalam membantu untuk merelaksasikan dan mengurangi mual.
4. Timbang berat badan bila memungkinkan.
R/ Untuk mengetahui kehilangan berat badan.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin
R/ Mencegah kekurangan karena penurunan absorsi vitamin larut dalam lemak
Dx 3. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan gangguan pergerakan dan
kelemahan.
Tujuan : Gangguan mobilitas fisik teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil : Pasien mendemonstrasikan tehnik / prilaku yang memungkinkan dilakukannya
kembali aktifitas.
Rencana tindakan :
1. Kaji derajat mobilisasi pasien dengan menggunakan skala ketergantungan
( 0-4 )
R / : seseorang dalam semua kategori sama-sama mempunyai resiko kecelakaan.
2. Letakkan pasien pada posisi tertentu untuk menghindari kerusakan karena tekanan.
R / : Perubahan posisi yang teratur meningkatkan sirkulasi pada seluruh tubuh.
3. Bantu untuk melakukan rentang gerak
R / : Mempertahankan mobilisasi dan fungsi sendi
4. Tingkatkan aktifitas dan partisipasi dalam merawat diri sendiri sesuai kemampuan
R / : Proeses penyembuhan yang lambat sering kali menyertai trauma kepala,
keterlibatan pasien dalam perencanaan dan keberhasilan.
5. Berikan perawatan kulit dengan cermat, masase dengan pelembab.
R / : Meningkatkan sirkulasi dan elastisitas kulit
Dx 4. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan kerusakan sirkulasi
serebral.
Tujuan : Klien dapat membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat di ekspresikan
Kriteria Hasil :
- Mengindikasikan pemahaman tentang masalah komunikasi
- Membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat diekspresikan
- Menggunakan sumber-sumber dengan tepat
Intervensi :
1. Kaji tipe/derajat disfungsi seperti pasien tidak tampak memahami kata atau mangalami
kesulitan berbicara atau membuat pengertian sendiri
R/ : Membantu menentukan daerah dan derajat kerusakan serebral yang terjadi dan kesulitan
pasien dalam bebrapa atau seluruh tahap proses komunikasi.
2. Perhatikan kesalahan dalam komunikasi dan berikan umpan balik
R/ : Pasien mungkin kehilangan kemampuan untuk memantau ucapn yang keluar dan tidak
menyadari bahwa komunikasi yang diucapkan tidak nyata.
3. Minta pasien untuk mengikuti perintah sederhana
R/ : menilai adanya kerusakan motorik
4. Katakan secara langsung pada pasien, bicara perlahan dan tenang
R/ : menurunkan kebingungan/ansietas selama proses komunikasi dan respon pada informasi
yang lebih banyak pada satu waktu tertentu.

Dx 5. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran,


perubahan citra diri.
Tujuan : Gangguan harga diri teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil : Klien dapat percaya diri dengan keadaan penyakitnya.
Intervensi :
1. Kaji respon, reaksi keluarga dan pasien terhadap penyakit dan penanganannya.
R/: Untuk mempermudah dalam proses pendekatan.
2. Kaji hubungan antara pasien dan anggota keluarga dekat.
R/: Support keluarga membantu dalam proses penyembuhan.
3. Libatkan semua orang terdekat dalam pendidikan dan perencanaan perawatan di rumah.
R/ : Dapat memudahkan beban terhadap penanganan dan adaptasi di rumah.
4. Berikan waktu/dengarkan hal-hal yang menjadi keluhan.
R/: Dukungan yang terus menerus akan memudahkan dalam proses adaptasi.
Dx 6. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan penyakit berhubungan
dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Pengetahuan pasien bertambah mengenai kondisi dan penanganan penyakit
setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil : Pasien mengerti penyebab ginjal dan komplikasinya.
Rencana Keperawatan :
1. Kaji pemahaman pasien, keluarga mengenai penyebab gagal ginjal dan penanganannya.
R / : Instruksi dasar untuk penyuluhan lebih lanjut.
2. Jelaskan fungsi renal dan konsekuensinya sesuai dengan tingkat pemahaman klien.
R / : Menambah pengetahuan pasien.
3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi cara-cara memahami perubahan akibat penyakit.
R / : Pasien dapat melihat bahwa kehidupannya tidak harus berubah.

Dx 7. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan


Tujuan : Kecemasan dapat diminimalkan setelah dilakukan tindakan
keperawatan
Hasil yang diharapkan : Kecemasan pasien berkurang
Rencana Tindakan :
1. Jelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
R/ pasien kooperatif dalam segala tindakan dan mengurangi kecemasan pasien
2. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan akan
ketakutannya
R/ untuk mengurangi kecemasan
3. Evaluasi tingkat pemahaman pasien / orang terdekat tentang diagnosa medik
R/ memberikan informasi yang perlu untuk memilih intervensi yang tepat
4. Akui rasatakut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan
R/ dukungan memampukan pasien memulai membuka/ menerima kenyataan penyakit dan
pengobatan
Post Operasi
Dx 1. Nyeri yang berhubungan dengan efek dari pembedahan.
Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil :
- Pasien dapat menjalani aktivitas tanpa merasa nyeri
- Ekspresi wajah rileks
- Klien mendemonstrasikan ketidaknyamananya hilang
Rencana Keperawatan :
1. Kaji tingkat nyeri (lokasi, durasi, intensitas, kualitas) tiap 4 – 6 jam
R/ : Sebagai indikator awal dalam menentukan intervensi berikutnya
2. Kaji keadaan umum pasien dan TTV
R/ : Sebagai indikator awal dalam menentukan intervensi berikutnya
3. Beri posisi yang menyenangkan bagi pasien
R/ : Untuk membantu pasien dalam pengontrolan nyeri
4. Beri waktu istrahat yang banyak dan kurangi pengunjung sesuai keinginan pasien
R/ : Dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dan emosional
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
R/ : Membantu dalam penyembuhan pasien
Dx 2. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran,
perubahan citra diri.
Tujuan : Gangguan harga diri teratasi setelah dilakuakn tindakan keperawatan
Kriteria Hasil : Klien dapat percaya diri dengan keadaan penyakitnya.
Rencana keperawatan :
1. Kaji respon, reaksi keluarga dan pasien terhadap penyakit dan penanganannya.
R / : Untuk mempermudah dalam proses pendekatan.
2. Kaji hubungan antara pasien dan anggota keluarga dekat.
R / : Support keluarga membantu dalam proses penyembuhan.
3. Libatkan semua orang terdekat dalam pendidikan dan perencanaan perawatan di rumah.
R / : Dapat memudahkan beban terhadap penanganan dan adaptasi di rumah.
4. Berikan waktu/dengarkan hal-hal yang menjadi keluhan.
R / : Dukungan yang terus menerus akan memudahkan dalam proses adaptasi.
Dx 3. Kurang pengetahuan tentang tumor otak yang berhubungan dengan ketidaktahuan
tentang sumber informasi
Tujuan : Informasi tentang perawatan diri dan status nutrisi dipahami setalah dilakukan
tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
Kriteria hasil :
- Klien menyatakan pemahaman tentang informasi yang diberikan
- Klien menyatakan kesadaran dan merencanakan perubahan pola perawatan diri
Intervensi :
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien
R/ : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dalam penerimaan informasi, sehingga dapat
memberikan informasi secara tepat
2. Diskusikan hubungan tentang agen penyebab terhadap penyakit Ca. Paru
R/ : Memberikan pemahaman kepada pasien tentang hal-hal yang menjadi pencetus penyakit
3. Jelaskan tanda dan gejala perforasi
R/ : Gejala perforasi adalah nyeri pada dada
4. Jelaskan pentingnya lingkungan tanpa stress
R/ : Untuk mencegah peningkatan stimulasi simpatis
5. Diskusikan tentang metode pelaksanaan stress
R/ : Cara penatalaksanaan stress : relaksasi, latihan dan pengobatan
Dx 4 Kecemasan yang berhubungan dengan penyakit kronis dan masa depan yang tidak
pasti.
Tujuan : Kecemaskan dapat diminimalkan setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil : Kecemasan berkurang.
Intervensi :
1. Mendengarkan keluhan klien dengan sabar.
R / : Menghadapi isu pasien dan perlu dijelaskan dan membuka cara penyelesaiannya.
2. Menjawab pertanyaan klien dan keluarga dengan ramah.
R / : Membuat pasien yakin dan percaya.
3. Mendorong klien dan keluarga mencurahkan isi hati.
R / : Membuat kepercayaan dan menurunkan kesalahan persepsi.
4. Menggunakan teknik komunikasi terapeutik.
R / : Menjalin hubungan saling percaya pasien.
5. Berikan kenyamanan fisik pasien.
R / : Ini sulit untuk menerima dengan isu emosi bila pengalaman
ekstrem/ketidaknyamanan fisik menetap.

Daftar Pustaka

A.K. Muda, Ahmad. 2003. Kamus Lengkap Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta : Gitamedia Press.
Carpenito, Lynda Juall RN.1999. Diagnosa dan Rencana Keperawatan Ed 3. Jakarta : Media
Aesculappius.
Purnawan Ajunadi, Atiek S.seomasto, Husna Ametz,(1982). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta :
Media Aesculapius
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC
ASUHAN KEPERAWATAN KRANIOTOMY

Download ASKEP DISINI atau klik download link:

http://www.ziddu.com/download/16469954/askepcraniotomy.docx.html

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan teknologi dan adanya perbaikan prosedur pencitraan dan teknik


pembedahan memungkinkan ahli bedah neuro melokalisasi dan mengatasi lesi
intrakranial dengan ketepatan lebih besar dari pada sebelumnya.

Tindakan bedah Intrakranial atau disebut juga kraniotomi, merupakan suatu


intervensi dalam kaitannya dengan masalah-masalah pada Intrakranial. Artinya
kraniotomi dilakukan dengan maksud pengambilan sel atau jaringan intrakranial
yang dapat terganggunya fungsi neorologik dan fisiologis manusia atau dapat juga
dilakukan dengan pembedahan yang dimasudkan pembenahan letak anatomi
intrakranial.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini, yaitu :

1. Mampu mengetahui pengertian kraniotomi.

2. Mampu menjelaskan indikasi penggunaan kraniotomi.

3. Menggunakan proses keperawatan sebagai kerangka kerja untuk perawatan


pasien pre, intra dan pasca kraniotomi.

4. Mengidentifikasi beberapa tindakan pada proses penatalaksanaan pasien


bedah.

5. Mengidentifikasi tindakan – tindakan keperawatan praoperatif yang dapat


menurunkan resiko terjadinya infeksi dan komplikasi pascaoperatif.

6. Mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien operasi kraniotomi.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI

a. Kraniotomi adalah operasi membuka tulang tengkorak untuk mengangkat


tumor, mengurangi TIK, mengeluarkan bekuan darah atau menghentikan
perdarahan. (Hinchliff, Sue. 1999).

b. Kraniotomi mencakup pembukaan tengkorak melalui pembedahan untuk


meningkatkan akses pada struktur intrakranial. (Brunner & Suddarth. 2002)

c. Jadi post kraniotomi adalah setelah dilakukannya operasi pembukaan tulang


tengkorak untuk, untuk mengangkat tumor, mengurangi TIK, mengeluarkan bekuan
darah atau menghentikan perdarahan.

d. Craniektomy adalah insisi pada tulang tengkorak dan membersihkan tulang


dengan memperluas satu atau lebih lubang,. Pembedahan craniektomy dilakukan
untuk mengangkat tumor, hematom, luka, atau mencegah infeksi pada daerah
tualang tengkorak.

e. Cranioplasty adalah memperbaiki kerusakan tulang kepala dengan


menggunakan bahan plastic atau metal plate.

2.2 INDIKASI

Indikasi tindakan kraniotomi atau pembedahan intrakranial adalah sebagai berikut :

a. Pengangkatan jaringan abnormal baik tumor maupun kanker.

b. Mengurangi tekanan intrakranial.

c. Mengevakuasi bekuan darah .

d. Mengontrol bekuan darah,

e. Pembenahan organ-organ intrakranial,

f. Tumor otak,

g. Perdarahan (hemorrage),

h. Kelemahan dalam pembuluh darah (cerebral aneurysms)

i. Peradangan dalam otak

j. Trauma pada tengkorak.

2.3 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Prosedur diagnostik praoperasi dapat meliputi :


a. Tomografi komputer (pemindaian CT)

Untuk menunjukkan lesi dan memperlihatkan derajat edema otak sekitarnya,


ukuran ventrikel, dan perubahan posisinya/pergeseran jaringan otak, hemoragik.

Catatan : pemeriksaan berulang mungkin diperlukan karena pada iskemia/infark


mungkin tidak terdeteksi dalam 24-72 jam pasca trauma.

b. Pencitraan resonans magnetik (MRI)

Sama dengan skan CT, dengan tambahan keuntungan pemeriksaan lesi di potongan
lain.

c. Electroencephalogram (EEG)

Untuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya gelombang patologis

d. Angiografy Serebral

Menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran jaringan otak akibat


edema, perdarahan trauma

e. Sinar-X

Mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (fraktur), pergeseran struktur dari


garis tengah (karena perdarahan,edema), adanya fragmen tulang

f. Brain Auditory Evoked Respon (BAER) : menentukan fungsi korteks dan batang
otak

g. Positron Emission Tomography (PET) : menunjukkan perubahan aktivitas


metabolisme pada otak

h. Fungsi lumbal, CSS : dapat menduga kemungkinan adanya perdarahan


subarakhnoid

i. Gas Darah Artery (GDA) : mengetahui adanya masalah ventilasi atau


oksigenasi yang akan dapat meningkatkan TIK

j. Kimia/elektrolit darah : mengetahui ketidakseimbangan yang berperan dalam


meningkatkan TIK/perubahan mental

k. Pemeriksaan toksikologi : mendeteksi obat yang mungkin bertanggung jawab


terhadap penurunan kesadaran

l. Kadar antikonvulsan darah : dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat terapi


yang cukup efektif untuk mengatasi kejang.

(Doenges, Marilynn.E, 1999)

2.4 PENATALAKSANAAN MEDIS

a. PRAOPERASI

Pada penatalaksaan bedah intrakranial praoperasi pasien diterapi dengan medikasi


antikonvulsan (fenitoin) untuk mengurangi resiko kejang pascaoperasi. Sebelum
pembedahan, steroid (deksametason) dapat diberikan untuk mengurangai edema
serebral. Cairan dapat dibatasi. Agens hiperosmotik (manitol) dan diuretik
(furosemid) dapat diberikan secara intravena segera sebelum dan kadang selama
pembedahan bila pasien cenderung menahan air, yang terjadi pada individu yang
mengalami disfungsi intrakranial. Kateter urinarius menetap di pasang sebelum
pasien dibawa ke ruang operasi untuk mengalirkan kandung kemih selama
pemberian diuretik dan untuk memungkinkan haluaran urinarius dipantau. Pasien
dapat diberikan antibiotik bila serebral sempat terkontaminasi atau deazepam pada
praoperasi untuk menghilangkan ansietas.

Kulit kepala di cukur segera sebelum pembedahan (biasanya di ruang operasi)


sehingga adanya abrasi superfisial tidak semua mengalami infeksi.

b. PASCAOPERASI

· Mengurangi Edema Serebral

Terapi medikasi untuk mengurangi edema serebral meliputi pemberian manitol,


yang meningkatkan osmolalitas serum dan menarik air bebas dari area otak
(dengan sawar darah-otak utuh). Cairan ini kemudian dieksresikan melalui diuresis
osmotik. Deksametason dapat diberikan melalui intravena setiap 6 jam selama 24
sampai 72 jam ; selanjutnya dosisnya dikurangi secara bertahap.

· Meredakan Nyeri dan Mencegah Kejang

Asetaminofen biasanya diberikan selama suhu di atas 37,50C dan untuk nyeri.
Sering kali pasien akan mengalami sakit kepala setelah kraniotomi, biasanya
sebagai akibat syaraf kulit kepala diregangkan dan diiritasi selama pembedahan.
Kodein, diberikan lewat parenteral, biasanya cukup untuk menghilangkan sakit
kepala. Medikasi antikonvulsan (fenitoin, deazepam) diresepkan untuk pasien yang
telah menjalani kraniotomi supratentorial, karena resiko tinggi epilepsi setelah
prosedur bedah neuro supratentorial. Kadar serum dipantau untuk
mempertahankan medikasi dalam rentang terapeutik.

· Memantau Tekanan Intrakranial

Kateter ventrikel, atau beberapa tipe drainase, sering dipasang pada pasien yang
menjalani pembedahan untuk tumor fossa posterior. Kateter disambungkan ke
sistem drainase eksternal. Kepatenan kateter diperhatikan melalui pulsasi cairan
dalam selang. TIK dapat di kaji dengan menyusun sistem dengan sambungan
stopkok ke selang bertekanan dan tranduser. TIK dalam dipantau dengan memutar
stopkok. Perawatan diperlukan untuk menjamin bahwa sistem tersebut kencang
pada semua sambungan dan bahwa stopkok ada pada posisi yang tepat untuk
menghindari drainase cairan serebrospinal, yang dapat mengakibatkan kolaps
ventrikel bila cairan terlalu banyak dikeluarkan. Kateter diangkat ketika tekanan
ventrikel normal dan stabil. Ahli bedah neuro diberi tahu kapanpun kateter tanpak
tersumbat. Pirau ventrikel kadang dilakuakan sebelum prosedur bedah tertentu
untuk mengontrol hipertensi intrakranial, terutama pada pasien tumor fossa
posterior
2.5 KOMPLIKASI PASCABEDAH

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada pasien pascabedah intrakranial atau
kraniotomi adalah sebagai berikut :

a. Peningkatan tekanan intrakranial

b. Perdarahan dan syok hipovolemik

c. Ketidakseimbangan cairan dan elekrolit

d. Infeksi

e. Kejang

(Brunner & Suddarth. 2002).

2.6 ASUHAN KEPERAWATAN

PREOPERASI

a. Pengkajian berdasarkan pola fungsional Gordon pada preoperasi

1) Pola persepsi kesehatan manajemen kesehatan

Tanyakan pada klien bagaimana pemahaman pasien dan keluarga tentang rencana
prosedur bedah dan kemungkinan gejala sisanya yang dikaji bersamaan dengan
reaksi pasien terhadap rencana pembedahan. Menanyakan pada klien tentang
pengalaman pembedahan, pengalaman anestesi, riwayat pemakaian tembakau,
alcohol, obat-obatan. Biasanya klien mengalami perubahan status kognitif karena
pembedahan ang akan dihadapi.

2) Pola nutrisi metabolic

Tanyakan kepada klien bagaimana pola makannya sebelum sakit dan pola makan
setelah sakit? Apakah ada perubahan pola makan klien? Kaji apa makanan
kesukaan klien?kaji riwayat alergi makanan maupun obat-obatan tertentu. Biasanya
sebelum pembedahan, pasien dipuasakan selama 6-8 jam. Segala bentuk defisiensi
nutrisi dan cairan harus di koreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein
yang cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan
pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien
menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Balance cairan perlu diperhatikan dalam
kaitannya dengan input dan output cairan. Demikaian juga kadar elektrolit serum
harus berada dalam rentang normal.

3) Pola eliminasi

Kaji bagaimana pola miksi dan defekasi klien? Apakah mengalami gangguan? Kaji
apakah klien menggunakan alat bantu untuk eliminasi nya?. Biasanya klien yang
dipasangi keteter akan merasa sakit saat BAK .
4) Pola aktivas latihan

Kaji bagaimana klien melakukan aktivitasnya sehari-hari sebelum menghadapi


pembedahan, apakah klien dapat melakukannya sendiri atau malah dibantu
keluarga, dan apakah aktivitas terganggu karena perasaan cemas yang dirasakan.

5) Pola istirahat tidur

Kaji perubahan pola tidur klien sebelum menghadapi oprasi, berapa lama klien tidur
dalam sehari? Apakah klien mengalami gangguan dalam tidur, seperti nyeri dan lain
lain.

Keadaan pasien yang cemas akan mempengaruhi kebutuhan tidur dan istirahat
(Ruth F. Craven, Costance J Himle, 2000). Pada pasien preoperasi yang terencana
mengalami kecemasan yang mengakibatkan terjadinya gangguan pola tidur antara
3 – 5 jam, sedangkan kebutuhan tidur dan istirahat normal adalah antara 7 – 8 jam.
(Gunawan L, 2001).

6) Pola kognitif persepsi

Kaji tingkat kesadaran klien, apakah klien mengalami gangguan


penglihatan,pendengaran, dan kaji bagaimana klien dalam berkomunikasi? atau
lakukan pengkajian nervus cranial.

7) Pola persepsi diri dan konsep diri

Kaji bagaimana klien memandang dirinya dengan penyakit yang dideritanya?


Apakah klien merasa rendah diri ? biasanya klien akan merasa rendah diri akibat
pembedahan yang akan dijalani. Klien akan takut akan terjadi hal yang tidak
diinginkan setelah operasi.

8) Pola peran hubugan

Kaji bagaimana peran fungsi klien dalam keluarga sebelum dan selama dirawat di
Rumah Sakit? Dan bagaimana hubungan social klien dengan masyarakat
sekitarnya?. Pola peran hubungan klien dengan orang lain tergantung dengan
kepribadiannya. Klien dengan kepribadian tipe ekstrovert pada orang biasanya
memiliki ciri-ciri mudah bergaul, terbuka, hubungan dengan orang lain lancar dan
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Hal ini akan menyebabkan
seseorang lebih terbuka, lebih tenang serta dapat mengurangi rasa cemas dalam
menghadapi pra operasi.

9) Pola reproduksi dan seksualitas


Kaji apakah ada masalah hubungan dengan pasangan? Apakah ada perubahan
kepuasan pada klien berkaitan dengan kecemasan dan ketakutan sebelum operasi?
Pada pasien baik preoperasi maupun postoperasi terkadang mengalami masalah
tentang efek kondisi/terapi pada kemampuan seksualnya

10) Pola koping dan toleransi stress

Kaji apa yang biasa dilakukan klien saat ada masalah? Apakah klien menggunakan
obat-obatan untuk menghilangkan stres? Pada pasien pre operasi dapat mengalami
berbagai ketakutan . Takut terhadap anestesi, takut terhadap nyeri atau kematian,
takut tentang ketidaktahuaan atau takut tentang derformitas atau ancaman lain
terhadap citra tubuh dapat menyebabkan ketidaktenangan atau ansietas (Smeltzer
and Bare, 2002).

11) Pola nilai dan kepercayaan

Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap klien menghadapi pembedahan?

b. Diagnosa keperawatan preoperasi

1. Depresi berhubungan dengan ketidakpastian pengobatan : pembedahan

2. Kurang pengetahuan tentang persiapan pre operasi berhubungan dengan


keterbatasan koginitf.

3. Resiko tinggi peningkatan tekanan intracranial berhubungan dengan


metastase tumor ke jaringan lunak.

4. Cemas, berhubungan dengan pengalaman bedah (anesthesi, nyeri) dan hasil


akhir dari pembedahan

5. Kurang pengetahuan mengenai prosedur dan protokol pre-operatif dan


harapan pasca-operatif

NANDA

Cemas, berhubungan dengan pengalaman bedah (anesthesi, nyeri) dan hasil akhir
dari pembedahan (p. 242)

Defenisi:

sebuah perasaan ketidaknyamanan, tidak enak atau takut samar-samar


disertai oleh respon otonom sumbernya sering tidak spesifik atau tidak diketahui
oleh individu; perasaan ketakutan yang disebabkan oleh antisipasi bahaya. itu
adalah mengubah sinyal yang memperingatkan bahaya yang akan datang dan
memungkinkan individu untuk mengambil langkah-langkah untuk menghadapi
ancaman

Batasan karakteristik:
· Insomnia

· Kawatir

· Menggigil

· Gelisah

· Tidak nafsu makan

· Tekanan darah meningkat

· Sulit konsentrasi

NOC :

Control kecemasan (p. 116)

Indikator:

Ø Memonitor intensitas kecemasan

Ø Mengeliminasi penyebab kecemasan

Ø Menurunkan stimulasi lingkungan ketika cemas

Ø Merencanakan strategi koping

Ø Gunakan strategi koping yag efektif

Ø Gunakan teknik relaksasi

Ø Perhatikan hubungan social

Ø Laporkan tidur yang tidak adekuat

Ø Control respon cemas

NIC

Penurunan kecemasan (p.109)

Aktifitas:

o Gunakan ketenangan, meyakinkan pendekatan

o Jelaskan semua prosedur

o Lihat untuk mengerti perspektif pasien terhadap situasi stress

o Sediakan informasi tentang diagnosis, pengobatan, dan prognosis

o Tetap bersama pasien untuk kenyamanan dan mengurangi takut

o Tanggapi perilaku

o Ciptakan suasana untuk menfasilitasi kepercayaan

o Menyemangati secara verbal mengenai perasaan, persepsi, dan ketakutan


o Identifikasi perubahan tingkat kecemasan

o Bantu pasien mengidentifikasi situasi yang menurunkan kecemasan

o Ajarkan klien menggunakan teknik relaksasi

o Gunakan obat-obatan untuk mengurangi kecemasan, jika diperlukan

POSTOPERASI

a. Pengkajian berdasarkan pola fungsional Gordon pada pasien postoperasi

1) Pola persepsi kesehatan manajemen kesehatan

Tanyakan pada klien bagaimana pandangannya tentang penyakit yang dideritanya


dan pentingnya kesehatan bagi klien? Bagaimana pandangan klien tentang
penyakitnya setelah pembedahan? Apakah klien merasa lebih baik setelah
pembedahan?

2) Pola nutrisi metabolic

Tanyakan kepada klien bagaimana pola makannya sebelum sakit dan pola makan
setelah sakit? Apakah ada perubahan pola makan klien? Kaji apa makanan
kesukaan klien?kaji riwayat alergi klien.

Pada pasien pasca pembedahan biasanya tidak diperkenankan menelan makanan


sesudah pembedahan. Insersi NG tube intra operatif mencegah komplikasi post
operatif dengan decompresi dan drainase lambung. Makanan yang dianjurkan pada
pasien post operasi adalah makanan tinggi protein dan vitamin C. Protein sangat
diperlukan pada proses penyembuhan luka, sedangkan vitamin C yang
mengandung antioksidan membantu meningkatkan daya tahan tubuh untuk
pencegahan infeksi.

Pembatasan diit yang dilakukan adalah NPO (nothing peroral) .

Biasanya makanan baru diberikan jika:

· Perut tidak kembung

· Peristaltik usus normal

· Flatus positif

· Bowel movement positif

Pemberian infus merupakan usaha pertama untuk mempertahankan keseimbangan


cairan dan elektrolit. Monitor cairan per infus sangat penting untuk mengetahui
kecukupan pengganti dan pencegah kelebihan cairan. Begitu pula cairan yang
keluar juga harus dimonitor.

3) Pola eliminasi
Kaji bagaimana pola miksi dan defekasi kliensetelah pembedahan? Apakah
mengalami gangguan? Kaji apakah klien menggunakan alat bantu untuk eliminasi
nya?. Biasanya klien dipasangi keteter pasca operasi. Kontrol volunter fungsi
perkemihan kembali setelah 6 – 8 jam post anesthesia inhalasi, IV, spinal.

4) Pola aktivas latihan

Kaji bagaimana klien melakukan aktivitasnya sehari-hari, apakah klien dapat


melakukannya sendiri atau malah dibantu keluarga?

Biasanya pasien diposisikan untuk berbaring ditempat tidur agar keadaanya stabil.
Biasanya posisi awal adalah terlentang, tapi juga harus tetap dilakukan perubahan
posisi agar tidak terjadi dekubitus. Pasien yang menjalani pembedahan abdomen
dianjurkan untuk melakukan ambulasi dini.

5) Pola istirahat tidur

Kaji perubahan pola tidur klien selama sehat dan sakit, berapa lama klien tidur
dalam sehari? Apakah klien mengalami gangguan dalam tidur pasca operasi seperti
nyeri dan lain lain. Biasanya pasien mengalami gangguan tidur karena nyeri pasca
operasi.

6) Pola kognitif persepsi

Kaji tingkat kesadaran klien, apakah klien mengalami gangguan penglihatan,


pendengaran, dan kaji bagaimana klien dalam berkomunikasi?atau lakukan
pengkajian nervus cranial. Kaji apakah ada komplikasi pada kognitif, sensorik,
maupun motorik setelah pembedahan.

Monitor kondisi umum dan neurologis pasien dilakukan seperti biasanya. Jahitan
dibuka pada hari ke 5-7. Tindakan pemasangan fragmen tulang atau kranioplasti
dianjurkan dilakukan setelah 6-8 minggu kemudian.

CT scan kontrol diperlukan apabila post operasi kesadaran tidak membaik dan untuk
menilai apakah masih terjadi hematom lainnya yang timbul kemudian.

7) Pola persepsi diri dan konsep diri

Kaji bagaimana klien memandang dirinya dengan penyakit yang dideritanya?


Apakah klien merasa rendah diri? Biasanya klien mengalami gangguan citra tubuh
karena efek pembedahan.

8) Pola peran hubugan

Kaji bagaimana peran fungsi klien dalam keluarga sebelum dan selama dirawat di
Rumah Sakit? Dan bagaimana hubungan social klien dengan masyarakat
sekitarnya?
9) Pola reproduksi dan seksualitas

Kaji apakah ada masalah hubungan dengan pasangan? Apakah ada perubahan
kepuasan pada klien? Pada klien baik preoperasi maupun postoperasi terkadang
mengalami masalah tentang efek kondisi/terapi pada kemampuan seksualnya

10) Pola koping dan toleransi stress

Kaji apa yang biasa dilakukan klien saat ada masalah? Apakah klien menggunakan
obat-obatan untuk menghilangkan stres?

11) Pola nilai dan kepercayaan

Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap klien menghadapi penyakitnya? Apakah


ada pantangan agama dalam proses penyembuhan klien?

b. Diagnosa keperawatan post operasi

Diagnosa keperawatan yang dapat muncul adalah:

1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan pendarahan, edema serebral.

2. Potensial terhadap ketidakefektifan termoregulasi yang berhubungan dengan


kerusakan hipotalamus, dehidrasi, dan infeksi.

3. Potensial terhadap kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan


hipoventilasi, aspirasi dan imobilisasi.

4. Perubahan sensori persepsi berhubungan dengan edema periorbital, balutan


kepala, selang endotrakea dan efek TIK

5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan atau


ketidakmampuan fisik

6. Ganggguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka insisi.

7. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka insisi.

8. Resiko tinggi infeksi berhubungan berhubungan dengan tindakan invasif,


penurunan tingkat kesadaran, lamanya, type dari tindakan pembedahan.

9. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan post operasi.

10. Pola nafas inefektif berhubungan dengan gangguan integritas jaringan otak,
hypoxemia dampak dari anestesi, serebral edema, area pembedahan sekitar
medulla obongata atau pons.

11. Bersihan jalan napas inefektif berhubungan dengan penumpukan secret.

12. Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan efek anastesi.

13. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah

NANDA
Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penghentian aliran darah
(hemoragi, hematoma); edema cerebral; penurunan TD sistemik/hipoksia
(hipovolemia, disritmia jantung) p. 143

Defenisi : resiko untuk penurunan sirkulasi jaringan serebral.

Factor resiko:

· Tumor otak

· Cedera kepala

· Embolus

NOC

Perfusi jaringan otak

Defenisi: meluasnya aliran darah ke sistem saraf otak dan memelihara fungsi otak.

Indicator:

Ø Fungsi neurologis

Ø Tekanan intra cranial dalam batas normal

Ø Tidak ada muntah

NIC

Monitoring tekanan intracranial (p. 345)

Defenisi: mengukur dan menginterpretasikan data pasien untuk meregulasi tekanan


intra cranial

Aktivitas:

Anda mungkin juga menyukai