Pasal 21 Pasal 25
Keadaan Kahar Perlindungan Terhadap Pengalihan Alih Daya
(1) Yang dapat digolongkan sebagai keadaan kahar (Force (1) Dalam hal Pekerja PKWT dipekerjakan oleh KAI Properti
Majeure) yaitu, kebijakan Pemerintah setempat, untuk melaksanakan Pekerjaan alih daya, maka pada saat
pemberontakan, krisis energi/bahan bakar, revolusi/huru- terjadi pengalihan perusahaan alih daya dari KAI Properti
hara, keadaan politik, bencana alam, pandemi, gempa kepada perusahaan lain, KAI Properti akan menyampaikan
bumi, kebakaran yang mempengaruhi pelaksanaan hak-hak pekerja alih daya kepada perusahaan alih daya
Pekerjaan. yang baru.
(2) Bila terjadi Keadaan Kahar, PIHAK yang terkena Keadaan (2) KAI Properti tidak bertanggung jawab atas keterangan yang
Kahar wajib memberitahukan kepada PIHAK lainnya secara tidak benar atau terdapat unsur penipuan dalam
tertulis dengan disertai pernyataan tertulis dari pihak yang keterangan pengalaman kerja yang dibuat oleh pihak lain.
berwenang atau Pemerintah setempat paling lambat 7
(tujuh) hari kerja setelah terjadinya Keadaan Kahar. Pasal 26
(3) Apabila pemberitahuan dari PIHAK yang terkena Keadaan Hukum Yang Mengatur
Kahar melewati batas waktu sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2), maka kejadian tersebut dianggap tidak pernah Setiap ketentuan dalam PKWT dan Dokumen Pendukung PKWT
ada dan PIHAK yang bersangkutan harus tetap harus ditafsirkan sesuai dengan dan diatur oleh hukum Negara
melaksanakan kewajiban sebagaimana mestinya. Republik Indonesia.
(4) Apabila terjadi kegagalan pelaksanaan Pekerjaan atau
pembayaran Harga Pekerjaan, yang disebabkan Keadaan
Kahar, maka keterlambatan tersebut karenanya tidak
dianggap sebagai kesalahan/kelalaian PARA PIHAK.
(5) Dalam waktu 7 (tujuh) hari kalender sejak diterimanya Disetujui oleh,
pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
PARA PIHAK harus melakukan musyawarah terkait dengan Cirebon, 02 Januari 2023
kelanjutan pelaksanaan Perjanjian.
(6) Apabila dalam musyawarah sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) disepakati bahwa Perjanjian dilanjutkan kembali,
maka hasil kesepakatan tersebut dituangkan dalam bentuk
Adendum Perjanjian.
(7) Segala biaya dan kerugian yang diderita oleh PIHAK yang
mengalami Keadaan Kahar tidak menjadi beban dan
tanggung jawab PIHAK lainnya.
....................................................
Pasal 22
Keterpisahan
Dalam hal suatu ketentuan dalam PKWT ini dinyatakan tidak sah
atau tidak dapat diberlakukan secara hukum, baik secara
keseluruhan maupun sebagian, maka ketidaksahan atau
ketidakberlakuan tersebut hanya berkaitan pada ketentuan itu
atau sebagian dari padanya, sedangkan ketentuan lainnya akan
tetap berlaku dan mempunyai kekuatan hukum secara penuh.
Pasal 23
Penyelesaian Perselisihan