ABSTRAK
This research is motivated by the fact that it does not include clauses related to the risk of the
Bank or the Customer in the mudharabah agreements in the customer deposit funds in Islamic Banking
(Sharia Banking), if at any time the business of managing a Islamic Bank fund suffers, even though there
are also Customer funds in the business, and it’s not balanced, because maybe only one party, the
Customer or the Bank, bears the risk of loss. This imbalance then causes injustice, even though justice is
a shariah requirement in the distribution of results from a business activity. Research that uses the
normative legal research with the statute approach, and conceptual approach, results in the finding that
the principle of justice in customer deposit funds in Islamic Banking based on mudharabah agreements is
realized in the form of profit sharing system in the form of proportional and balanced benefits and risks.
Keyword: Principle of Justice, Mudharabah Agreements, Customer Deposit Fund, Islamic Banking
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fakta yang menunjukkan tidak dicantumkannya klausul terkait
resiko Bank ataupun Nasabah di dalam akad mudharabah pada transaksi penyimpanan dana Nasabah di
Bank Syariah, apabila suatu ketika usaha dari pengelolaan dana Bank Syariah mengalami kerugian,
padahal di dalam usaha tersebut juga terdapat dana Nasabah, dan ini tentu tidak seimbang, karena
dimungkinkan hanya pihak Nasabah Penyimpan atau Bank Syariah yang menanggung resiko atas
kerugian tersebut. Ketidakseimbang inilah yang kemudian menimbulkan adanya ketidakadilan, padahal
keadilan merupakan persyaratan syari’ah dalam pembagian hasil dari suatu kegiatan usaha. Penelitian
yang menggunakan metode normatif dengan pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konseptual
ini, menghasilkan temuan bahwa asas keadilan pada transaksi penyimpanan dana Nasabah di Bank
Syariah berdasarkan akad mudharabah diwujudkan dalam bentuk sistem bagi hasil berupa keuntungan
dan resiko secara proporsionalitas dan seimbang.
Kata Kunci:Asas Keadilan, Akad Mudharabah, Penyimpanan Dana Nasabah, Bank Syariah
23
24 Jurnal Dialektika, Volume 5, Nomor 1, Februari 2020
https://doi.org/10.36636/dialektika.v5i1.409
timbul hak dan kewajiban para pihak, baik pihak pula. Berkenaan dengan demikian, resiko atau
Nasabah Penyimpan maupun Pihak Bank kerugian yang tidak dicantumkan di dalam
Syariah. Salah satu hak Nasabah Penyimpan perjanjian penyimpanan dana Nasabah
maupun Bank Syariah yaitu hak memperoleh sebagaimana yang dimaksud menunjukkan
bagi hasil yang diberikan dalam bentuk nisbah. bahwa terdapat ketidakseimbangan hak dan
Terkait demikian, perlu dipahami, bahwa nisbah kewajiban dari Bank Syariah dan Nasabah. Hal
bagi hasil sebagaimana yang dimaksud tidak ini dikarenakan adanya kemungkinan bahwa
hanya pembagian keuntungan saja, akan tetapi hanya pihak Nasabah Penyimpan atau Bank
juga mencakup resiko atau kerugian, artinya Syariah yang menanggung resiko atas kerugian
apabila usaha yang dibiayai oleh Bank Syariah tersebut, dan hal ini tentu tidak seimbang.
mengalami kerugian akibat resiko bisnis maka Ketidakseimbang inilah yang kemudian
pembagian kerugian antara pihak Bank dengan menimbulkan adanya ketidakadilan. Padahal
Nasabah didasarkan pada porsi modal yang persyaratan syari’ah dalam membagi modal dan
disetor oleh masing-masing pihak.(Muhamad III, keuntungan dari suatu kegiatan usaha adalah
2017:155) Hal inilah yang kemudian menjadi keadilan.(Dyah OS, 2011:19)
salah satu hak (dalam hal ini hak mendapatkan Berdasarkan penjelasan di atas, Penulis
keuntungan dari hasil usaha) dan kewajiban tertarik untuk membahas topik sebagaimana
(dalam hal ini tanggung jawab terhadap resiko yang telah diuraikan dengan tema sentral yakni
yang diakibatkan oleh kerugian dari usaha) para “Penerapan Asas Keadilan Pada Transaksi
pihak sebagai akibat dari hubungan hukum Penyimpanan Dana Nasabah di Bank Syariah
antara Bank Syariah dan Nasabah. Terkait Berdasarkan Akad Mudharabah”. Sehubungan
demikian, agar hak dan kewajiban sebagaimana dengan tema tersebut, terdapat permasalahan
yang dimaksud terpenuhi dan dilaksanakan oleh yang perlu dibahas di dalam penulisan karya
masing-masing pihak, maka hak dan kewajiban tulis ilmiah ini yaitu apa wujud asas keadilan
tersebut perlu dicantumkan di dalam perjanjian pada transaksi penyimpanan dana nasabah di
tertulis. Bank Syariah berdasarkan akad mudharabah?
Sehubungan dengan hal tersebut di atas,
faktanya, perjanjian baku pada penyimpanan METODE PENELITIAN
dana Nasabah di Bank Syariah berdasarkan akad
Metode yang digunakan dalam karya
mudharabah tidak mencantumkan klausul terkait
dengan adanya resiko Bank ataupun Nasabah, tulis ilmiah ini yakni metode penelitian hukum
apabila suatu ketika usaha dari pengelolaan dana normatif atau penelitian hukum doktrinal
Bank Syariah mengalami kerugian, mengingat di (doktrinal research). Penelitian hukum normatif
dalam usaha tersebut terdapat dana Nasabah adalah penelitian yang objek kajiannya adalah
26 Jurnal Dialektika, Volume 5, Nomor 1, Februari 2020
https://doi.org/10.36636/dialektika.v5i1.409
dipecahkan atau ditangani. (Peter Mahmud rukun, sandaran, sendi, teras, tiang,
pendekatan ini diterapkan melalui telaah aturan- Indonesia, 2008 : 29) Berkenaan dengan
Siti Nur Shoimah, Dyah Octorina Susanti 27
PENERAPAN ASAS KEADILAN PADA TRANSAKSI PENYIMPANAN...
pengertian asas hukum dikemukakan Bellefroid itu pula, pada tataran normatif, keadilan juga
dalam Sudikno Mertokusumo dalam Dyah dijelaskan di dalam Penjelasan Pasal 2 ayat (3)
Ochtorina Susanti yang menerangkan bahwa PBI No. 10/16/PBI/2008 tentang Perubahan
asas hukum umum adalah norma dasar yang Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor
dijabarkan dari hukum positif dan yang oleh 9/19/PBI/2007 Tentang Pelaksanaan Prinsip
ilmu hukum tidak dianggap berasal dari aturan- Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana
aturan yang lebih umum. (Dyah OS, 2011: 83) Dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa
Sehubungan dengan hal tersebut, salah satu asas Bank Syariah yang menerangkan bahwa yang
hukum yang penting bahkan menjadi prioritas dimaksud adil yaitu menempatkan sesuatu hanya
utama di dalam Islam yakni asas keadilan. (Any pada tempatnya, dan memberikan sesuatu hanya
Nugroho. 2015 : 159) Keadilan merupakan pada yang berhak serta memperlakukan sesuatu
kebijakan tertinggi dan selalu ada dalam segala sesuai posisinya.
manifestasinya yang beranekaragam. (Dyah OS, Sehubungan dengan penjelasan di atas,
2011: 16) Makna keadilan banyak dikemukakan pada tataran Hukum Islam, keadilan sendiri
oleh para ahli, seperti John Stuart Mill dalam merupakan fondasi dan dasar ajaran hukum
Karen Lebacqz berpendapat bahwa keadilan Islam yang meliputi aqidah, syariah, dan
merupakan upaya atau bentuk perlindungan hak- akhlak.(Dyah OS. 2011:16) Hal ini sebagaimana
hak masyarakat yang diperlakukan setara (sama, yang tercantum di dalam Firman Allah SWT
seimbang), melalui pembentukan aturan-aturan. mengenai perintah untuk berbuat adil tercantum
(Karen Lebacqz, 2015 : 23). Aturan-aturan di dalam QS. An-Nahl ayat 90, yang
tersebut dibentuk dengan persyaratan yakni terjemahannya sebagai berikut:
aturan dibuat harus memberikan kebaikan atau
kemanfaatan yang sebesar-besarnya untuk ”Sesungguhnya Allah
masyarakat demi menjamin pemenuhan menyuruh (kamu) Berlaku adil
kewajiban-kewajiban tertentu serta melindungi dan berbuat kebajikan,
hak-hak individu. (Karen Lebacqz, 2015 : 16). memberi kepada kaum kerabat,
Sejalan dengan pendapat J.S. Mill, John Rawl dan Allah melarang dari
dalam Karen Lebacqz lebih menekankan perbuatan keji, kemungkaran
keadilan sebagai kesetaraan, artinya setiap orang dan permusuhan. Dia memberi
diberikan kesempatan yang setara untuk pengajaran kepadamu agar
memperoleh hak-haknya. Hal ini menunjukkan kamu dapat mengambil
bahwa keadilan menurut kedua ahli tersebut pelajaran.”
hadir untuk melindungi pihak-pihak yang kurang
beruntung di masyarakat. Berkaitan dengan hal
28 Jurnal Dialektika, Volume 5, Nomor 1, Februari 2020
https://doi.org/10.36636/dialektika.v5i1.409
Ayat di atas mengandung makna bahwa keadilan tersebut, maka dapat dilihat bahwa
setiap manusia dihimbau untuk berbuat adil keadilan distributif merupakan jenis keadilan
kepada siapapun, termasuk dalam hal yang paling sering disebut di dalam kegiatan
bermuamalah atau melakukan kegiatan ekonomi. ekonomi, dimana berkenaan dengan penjelasan
Terkait demikian, pada tataran ekonomi, yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa jenis
Aristoteles dalam Any Nugroho, membagi keadilan ini menerangkan bahwa setiap orang
keadilan menjadi 2 (dua) jenis yaitu pertama, berhak memperoleh haknya yang disesuaikan
keadilan distributif yang mengemukakan bahwa dengan proporsi masing-masing individu, baik
setiap orang berhak mendapatkan haknya, dilihat dari kemampuan, kedudukan, pendidikan,
dimana hak tersebut disesuaikan pada kekayaan, dan lain sebagainya.
kelahiran, pendidikan, kemampuan, yang Sehubungan dengan penjelasan di atas,
sifatnya proporsional.(Any Nugroho, 2015:159) dapat dipahami pula bahwa keadilan merupakan
Hal ini sebagaimana pendapat Sudikno salah satu asas yang sangat penting dan harus
Mertokusumo yang menegaskan bahwa adil ada di dalam menjalankan kegiatan ekonomi
adalah ketika setiap orang memperoleh haknya Islam terutama berkenaan dengan kegiatan
secara proporsional sesuai pendidikan, kerjasama guna melindungi dan memberikan
kedudukan, dan sebagainya.(Sudikno hak-hak para pihak, salah satunya kerjasama
Mertokusumo, 2010:101) Berkenaan dengan menggunakan akad mudharabah. Akad
jenis yang kedua, yaitu keadilan komutatif mudharabah merupakan salah satu akad yang
adalah memberikan hak bagi setiap orang menerapkan sistem bagi hasil usaha yang berasal
dengan bagian sama banyak, tanpa melihat dari kerjasama antara pemilik dana (shahibul
pendidikan, kemampuan, kedudukan, dan maal) atau pengelola dana (mudharib), dimana
sebagainya. (Any Nugroho, 2015:159) pembagian hasilnya ditetapkan dalam bentuk
Pembagian lainnya dijelaskan oleh Abdul Aziz nisbah.(Lihat Pasal 20 Peraturan Mahkamah
yang membagi keadilan menjadi 2 (dua), yakni Agung No. 2 Tahun 2008 tentang Kompilasi
keadilan distributif dan keadilan produktif. Hukum Ekonomi Syariah) Perlu diketahui,
Senada dengan definisi yang dikemukakan bahwa ciri utama sistem bagi hasil ini yaitu
Aristoteles, keadilan distributif diartikan oleh keuntungan dan kerugian ditanggung bersama
Abdul Aziz yakni semua orang yang terlibat di oleh para pihak yang terlibat di dalam
dalam kegiatan usaha berhak menerima kerjasama Berkenaan dengan hal tersebut pula,
pendapatan dan kekayaan atas hasil kerjanya, Taaqi Usmani dalam Dyah Ochtorina Susanti
sedangkan keadilan produktif yaitu berkenaan menyebutkan prinsip dasar konsep bagi hasil,
dengan hak dan kewajiban para pihak.(Abdul diantaranya: 1) Bagi hasil tidak berarti
Aziz, 2008:100) Berdasarkan pembagian jenis meminjamkan uang, tetapi merupakan
Siti Nur Shoimah, Dyah Octorina Susanti 29
PENERAPAN ASAS KEADILAN PADA TRANSAKSI PENYIMPANAN...
partisipasi dalam usaha; 2) Investor atau pemilik proporsionalitas dan menjadi bagian dari
dana harus ikut menanggung resiko kerugian keadilan.
usaha sebatas proporsi pembiayaannya.; 3) Para Senada dengan penjelasan di atas,
pihak bebas menentukan sesuai kesepakatan merujuk pada hasil penelitian Dyah Ochtorina
bersama mengenai rasio keuntungan masing- Susanti ditemukan bahwa secara filsafati, asas
masing pihak, dimana rasio tersebut dapat keadilan terdiri dari 2 (dua) unsur, yaitu
berbeda dari rasio pembiayaan yang disertakan; proporsionalitas dan keseimbangan, dimana
4) Kerugian yang ditanggung oleh masing- kedua unsur tersebut merupakan hasil refleksi
masing pihak harus sama dengan proporsi dari adanya 3 (tiga) syarat minimum agar
investasi yang diserahkan. .(Dyah OS, 2011:143) keadilan dapat dikatakan adil, yakni: 1) Adil
Berdasarkan konsep bagi hasil di atas, adalah tengah-tengah, yang berada diantara dua
maka dapat dilihat bahwa pembagian hasil usaha ujung; 2) Adil adalah kesebandingan, yang harus
di dalam akad mudharabah tidak hanya dinyatakan dalam dua bagian yang sebanding
pembagian terkait keuntungan saja, akan tetapi dari apa yang dibagi; 3) berkenaan sifatnya
juga kerugian yang ditimbulkan. Pembagian sebagai yang adil, harus ada orang-orang
sebagaimana yang disebutkan tentu harus adil tertentu untuk siapa hal itu adil. (Dyah OS,
bagi para pihak, agar tidak ada yang merasa 2011:164) Terkait demikian, maka keadilan di
dirugikan. Para pihak dalam hal ini berhak dalam akad mudharabah juga harus
memperoleh bagi hasil usaha baik keuntungan mengandung proporsionalitas dan
maupun kerugian secara proporsional. keseimbangan. Berkaitan dengan pengertian
Berkenaan dengan demikian pula, selain proporsionalitas sendiri, menurut Black Law
pembagian dengan proporsi yang tepat, di dalam Dictionary dalam Dyah Ochtorina Susanti yang
keadilan juga diperlukan keseimbangan untuk menyebutnya dengan istilah proportion,
mengatur kepentingan yang saling bertentangan. memberikan definisi proporsional yaitu:
(Any Nugroho, 2015:160) Terkait hal itu, “an indefinite proportion is equivalent
menurut Chapra dalam Popon Srisusilawati dan to a general one.”
Nanik Eprianti berpendapat bahwa tanpa adanya Terjemahan dari definisi diatas
keseimbangan, maka masyarakat dimungkinkan menerangkan bahwa proporsional adalah
akan menghadapi berbagai masalah, sebab tidak sebanding satu sama lain.(Dyah OS, 2011:165)
ada batasan yang mengatur mengenai ukuran Makna lain proporsionalitas juga terdapat di
proporsional.(Popon Srisusilawati dan Nanik dalam Tesaurus Bahasa Indonesia yang
Eprianti. 2017:19) Hal ini menunjukkan bahwa memberikan arti proporsional yaitu harmonis,
keseimbangan sangat berkaitan erat dengan memadai, sama, sebanding, seimbang, sepadan,
30 Jurnal Dialektika, Volume 5, Nomor 1, Februari 2020
https://doi.org/10.36636/dialektika.v5i1.409
setakar, setara, dan simetri. (Tim Redaksi proporsionalitas sebagaimana dijelaskan diatas,
Tesaurus Bahasa Indonesia, 2008 : 387) pada dasarnya terdapat kesamaan arti diantara
Berdasarkan pengertian di atas, keduanya, dimana proporsionalitas juga
proporsional di dalam akad mudharabah diartikan sebagai keseimbangan, sama,
diartikan sebagai bagian atau porsi para pihak sebanding, namun jika dikaji lebih mendalam,
yang terlibat di dalam kerjasama atau perjanjian terutama dalam hal perjanjian, terdapat
yang harus dilakukan secara seimbang dan perbedaan antara proporsionalitas dan
sebanding satu sama lain. Mengingat akad keseimbangan. Proporsionalitas tidak
mudharabah merupakah suatu perjanjian, maka mempermasalahkan keseimbangan (kesamaan)
sebagaimana N.E. Algra dalam Dyah Ochtorina hasil secara matematis, akan tetapi lebih
Susanti, pada tataran hukum perjanjian, menekankan pada proporsi pembagian hak dan
proporsionalitas diterjemahkan menjadi kewajiban di antara para pihak yang
proportionaliteits beginsel yang memiliki arti dilaksanakan secara patut dan
bahwa harus ada keseimbangan tertentu antara selayaknya.(Junaidi Arif, 2016:69) Berkenaan
timbulnya kerugian dan pemberian ganti dengan keseimbangan sendiri di dalam
rugi.(Dyah OS, 2011:166) Artinya, para pihak perjanjian, ditekankan pada posisi tawar para
yang terlibat di dalam perjanjian (dalam hal ini pihak yang harus seimbang. Terkait demikian,
akad mudharabah) harus memperhatikan pula apabila keseimbangan posisi para pihak tidak
resiko atau kerugian yang akan ditimbulkan ada, maka dapat mengakibatkan perjanjian
apabila usaha mengalami kerugian. Hal ini menjadi tidak seimbang.(Dyah OS, 2011:168)
sejalan dengan prinsip ekonomi Islam yang Berkenaan dengan hal tersebut, Herlien Budiono
berasaskan keadilan, dimana Islam mengajarkan mengemukakan bahwa keseimbangan berfungsi
untuk tidak memperbolehkan melakukan untuk menyeimbangkan posisi para pihak yang
perkongsian yang bertujuan menimbulkan saling mengingat diri dalam suatu perjanjian,
kerugian pada orang lain, oleh sebab itu, maka dimana tujuan akhir dari keseimbangan ini yaitu
para pihak yang saling bekerjasama memiliki menempatkan posisi para pihak secara seimbang
hak dan kewajiban dalam memperoleh (equal) dalam menentukan hak dan
keuntungan serta menanggung resiko kerugian kewajibannya.( Herlin Budiono, 2006:296)
pada usaha bersama secara proporsional juga Sehubungan dengan penjelasan di atas, di
seimbang agar tidak ada salah satu pihak yang dalam pembuatan suatu perjanjian,
merasa terdzholimi, sehingga keadilan pun dapat ketidakseimbangan muncul dikarenakan perilaku
tercapai.(Shinta Puspita Sari, et.all, 2016:3) para pihak sendiri maupun sebagai konsekuensi
Berkaitan dengan pengertian dari substansi (isi) dari perjanjian atau
keseimbangan, jika melihat definisi pelaksanaan perjanjian. Padahal, keseimbangan
Siti Nur Shoimah, Dyah Octorina Susanti 31
PENERAPAN ASAS KEADILAN PADA TRANSAKSI PENYIMPANAN...
dibutuhkan sebagai bentuk pengharapan masa (shahibul maal dan mudharib) sepakat
depan yang objektif, serta sebagai upaya mengikatkan diri untuk melakukan kesepakatan,
mencegah terjadinya kerugian yang akan dialami sehingga timbullah yang namanya hak dan
oleh para pihak dalam perjanjian.(Herlin kewajiban diantara para pihak tersebut. (Any
Budiono, 2006:317-318) Berkenaan dengan hal Nugroho, 2015: 233) Hal ini menunjukkan
itu, maka dalam pembuatan perjanjian, termasuk bahwa perjanjian merupakan sesuatu yang
di dalam pelaksanaan akad mudharabah, penting sebab kontraktual dapat digunakan
haruslah memperhatikan pula substansi (isi) sebagai alat bukti bagi para pihak apabila suatu
yang ada di dalam perjanjian, terutama dalam ketika terjadi penyimpangan-penyimpangan
hal hak dan kewajiban para pihak termasuk terhadap isi perjanjian yang dibuat.
pembagian hasil usaha baik keuntungan maupun Sehubungan dengan penjelasan di atas,
kerugian harus tercantum secara jelas di dalam pada pelaksanaannya, perjanjian yang dibuat
perjanjian yang dibuat. oleh kedua belah pihak sering kali menimbulkan
Berdasarkan penjelasan yang telah konsekuensi ketidakseimbangan bagi para pihak
diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan yang membuat perjanjian.(Any Nugroho, 2015:
bahwa nilai keadilan dalam akad mudharabah 165) Hal ini disebabkan karena digunakannya
sebagaimana yang dimaksud di atas terletak perjanjian baku di dalam kegiatan usaha, salah
pada pembagian keuntungan dan pembagian satunya dalam kegiatan operasional di Bank
resiko atau kerugian dari masing-masing pihak Syariah, dimana perjanjian baku tersebut
yang terlibat di dalam akad atau perjanjian menjadikan Nasabah harus menerima dan
dalam bentuk perjanjian tertulis (kontrak). menyetujui isi yang terdapat di dalam
Tujuan dari dibuatnya perjanjian sendiri yakni perjanjian.(Any Nugroho, 2015: 165) Berkenaan
untuk mencegah terjadinya kerugian yang dapat dengan demikian, salah satu contoh perjanjian
menimbulkan ketidakadilan di dalam hubungan baku sebagaimana yang dimaksud diterapkan di
hukum kontraktual. Definisi hubungan hukum dalam transaksi penyimpanan dana Nasabah di
sendiri yaitu adalah hubungan yang terjadi Bank Syariah berdasarkan akad mudharabah,
dalam masyarakat, baik hubungan antar subjek yakni salah satu jenis kegiatan usaha Bank
dengan subjek hukum, maupun subjek dengan Syariah yang berisifat investasi, dimana Nasabah
objek yang diatur oleh hukum, serta (shahibul maal) menyetorkan sejumlah dana
menimbulkan akibat hukum berupa hak dan yang dijadikan modal kepada kepada Bank
kewajiban (Titik Triwulan Tutik, 2006:108), (mudharib) untuk dikelola dalam suatu usaha
sedangkan kontraktual atau perjanjian tual tertentu dengan tujuan memperoleh keuntungan,
perjanjian tual merupakan bentuk hubungan dimana keuntungan tersebut dibagi dalam
hukum akad mudharabah, dimana para pihak bentuk bagi hasil.(Burhanuddin, 2010:60)
32 Jurnal Dialektika, Volume 5, Nomor 1, Februari 2020
https://doi.org/10.36636/dialektika.v5i1.409
Berkaitan dengan hal di atas, mengingat keuntungan nyata yang diperoleh dari usaha
mudharabah merupakan akad yang menerapkan tersebut.(Dyah OS, 2011:173)
sistem bagi hasil dalam pembagian hasil usaha Sehubungan dengan pembagian
antara pemilik dana dan pengelola dana, dimana keuntungan di dalam akad mudharabah,
proporsi keuntungannya dibagi sesuai menurut para ahli hukum Islam, sebagaimana
kesepakatan yang ditentukan sebelumnya, dan pendapat Imam Maliki dan Syafi’i bahwa
berkenaan dengan resiko apabila suatu ketika proporsi keuntungan yang didapat antar shahibul
mengalami kerugian usaha, maka masing- maal dan mudharib ditentukan menurut porsi
masing pihak juga akan menanggungnya,(Sutan modal yang disertakan. Hal ini berbeda dengan
Remy Sjahdeni, 2014:320-321) begitu pula pada pendapat Imam Ahmad yang mengemukakan
akad mudharabah di dalam transaksi bahwa proporsi keuntungan tidak harus sesuai
penyimpanan dana Nasabah di Bank Syariah. dengan porsi modal, akan tetapi bisa berbeda
Pembagian keuntungan dan kerugian para pihak sesuai dengan kesepakatan bersama. Menengahi
pada transaksi penyimpanan dana Nasabah di kedua pendapat sebelumnya, Imam Abu Hanifah
Bank Syariah berdasarkan akan mudharabah mengatakan bahwa pembagian porsi keuntungan
merupakan aspek utama di dalam sistem bagi dapat berbeda dari pembagian porsi modal pada
hasil, khususnya akad mudharabah. Pembagian kondisi normal, kemudian apabila ada pihak
keuntungan dan kerugian yang tidak yang memutuskan menjadi sleeping partner,
proporsional dan seimbang, akan memunculkan proporsi keuntungannya tidak boleh melebihi
rasa ketidakadilan dan sudah tentu merugikan proporsi modalnya. (Dyah OS, 2011:173)
salah satu pihak, bahkan dapat menimbulkan Berkenaan dengan pembagian porsi keuntungan
sengketa diantara kedua belah pihak yang saling tersebut, pada intinya, keuntungan dibagi
bekerjasama tersebut. Berkenaan dengan hal berdasarkan kesepakatan masing-masing pihak
tersebut, maka di dalam pembagian keuntungan yang saling berakad (berjanji), dan untuk
dan kerugian hasil usaha pada transaksi menciptakan keseimbangan bagi para pihak,
penyimpanan dana Nasabah di Bank Syariah, maka pembagian porsi keuntungan harus
para pihak yang terlibat di dalam akad dituangkan ke dalam perjanjian tertulis pada
mudharabah harus memperhatikan 2 (dua) awal akad.
ketentuan, yaitu: 1) Pembagian keuntungan dan Berkenaan dengan penjelasan di atas,
kerugian yang diberikan kepada para Nasabah sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya,
(shahibul maal) dan Bank (mudharib) harus jelas bahwa bentuk akad (perjanjian tertulis) pada
dan harus disepakati di awal akad (perjanjian); 2. transaksi penyimpanan dana di Bank Syariah
Nisbah keuntungan (rasio) untuk masing-masing yakni menggunakan perjanjian baku, dimana
pihak harus ditetapkan sesuai dengan substansi (isi) perjanjian telah ditentukan oleh
Siti Nur Shoimah, Dyah Octorina Susanti 33
PENERAPAN ASAS KEADILAN PADA TRANSAKSI PENYIMPANAN...
pihak Bank Syariah. Begitu pula ketentuan merupakan milik shahibul maal (100%),
mengenai pembagian keuntungan yang didapat sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola
oleh Bank maupun Nasabah juga telah modal yang disediakan tersebut, maka kerugian
ditentukan oleh pihak Bank dalam bentuk nisbah dari usaha tersebut ditanggung sepenuhnya oleh
bagi hasil, misalnya Bank menentukan proporsi shahibul maal.(Sutan Remy Sjahdeni, 2014:113)
keuntungan 75:25 dengan pembagian 75 untuk Hal ini sebagaimana salah satu kode etik dalam
Bank dan 25 untuk Nasabah. Terkait demikian, sistem pembagian hasil usaha berdasarkan akad
apabila Nasabah menyetujui dan sepakat atas mudharabah yang menyebutkan bahwa
pembagian tersebut, maka Nasabah akan keuntungan berdasarkan kesepakatan para pihak,
menandatangani formulir pembukaan rekening sedangkan kerugian ditanggung oleh pemilik
sekaligus di dalamnya memuat akad modal atau shahibul maal saja.
mudharabah antara pihak Bank dan Nasabah. Berdasarkan penjelasan tersebut, mungkin
Kesepakatan antar pihak Bank dan Nasabah sekilas terdapat ketidakseimbangan dalam
tersebut merupakan bentuk proporsionalitas dan pembagian proporsi kerugian sebagaimana yang
keseimbangan, sebab masing-masing pihak disebutkan, sebab yang menanggung kerugian
menerima dan menyetujui proporsi keuntungan hanyalah shahibul maal saja. Terkait demikian,
tersebut. akan tetapi jika dicermati lebih mendalam, pihak
Pembagian selanjutnya yakni mengenai shahibul maal dalam hal ini juga mengalami
pembagian proporsi kerugian, para ahli hukum resiko atau kerugian yakni berupa resiko waktu,
Islam sepakat bahwa para pihak menanggung pikiran, dan waktu untuk mengelola usaha
kerugian sesuai dengan porsi modal yang tersebut. (Sutan Remy Sjahdeni, 2014:113)
disertakan. (Dyah OS, 2011:180) Hal ini Berkenaan dengan hal tersebut, maka dapat
sebagaimana pendapat Muhamad yang dilihat adanya proporsionalitas di dalam
menjelaskan bahwa persentase keuntungan yang pembagian kerugian pada akad mudharabah,
akan diperoleh shahibul maal dan mudharib dimana proporsi kerugian disesuaikan dengan
yang ditentukan berdasarkan kesepakatan antara modal yang disertakan. Lebih lanjut,
keduanya, namun apabila usaha dari sebagaimana proporsi keuntungan yang
pengelolaan dana shahibul maal mengalami ditentukan pada awal akad, pada proporsi
kerugian akibat resiko bisnis, bukan akibat kerugian juga harus ditentukan di awal akad,
kelalaian mudharib, maka pembagian artinya dalam hal ini bukan ditentukan jumlah
kerugiannya berdasarkan porsi modal yang dari kerugian yang ditanggung, akan tetapi
disetor oleh masing-masing pihak.(Muhamad III, ketentuan mengenai resiko usaha apabila suatu
2017:155) Berkenaan dengan demikian, ketika usaha mengalami kerugian. Ketentuan
mengingat modal yang ditanam dalam usaha pembagian kerugian sebagaimana yang
34 Jurnal Dialektika, Volume 5, Nomor 1, Februari 2020
https://doi.org/10.36636/dialektika.v5i1.409
dimaksud merupakan bentuk keseimbangan, ataupun jaminan kepastian hukum bagi para
dimana tidak hanya pembagian keuntungan saja pihak.
yang memiliki bukti tertulis, akan tetapi
pembagian kerugian juga memilikinya, dan hal KESIMPULAN
ini merupakan bentuk keadilan bagi para pihak, Asas keadilan pada transaksi penyimpanan dana
baik Bank maupun Nasabah. Berdasarkan Nasabah di Bank Syariah berdasarkan akad
penjelasan sebagaimana yang telah diuraikan di mudharabah terletak di dalam dua unsur yang
atas, maka penyimpanan dana Nasabah di Bank harus terpenuhi yakni proporsionalitas dan
Syariah berdasarkan akad mudharabah keseimbangan. Kedua unsur tersebut dapat
mengandung asas keadilan yakni dengan ditemukan di dalam 2 (dua) hal, yaitu:
mengacu pada 2 (dua) unsur yaitu 1) Pembagian keuntungan para pihak pada
proporsionalitas dan keseimbangan. transaksi penyimpanan dana Nasabah di
Sehubungan dengan penjelasan Bank Syariah berdasarkan akad mudharabah.
sebagaimana yang telah diuraikan di atas, Berkaitan dengan pembagian keuntungan,
berdasarkan penelitian dan pengamatan Penulis maka dibagi sesuai kesepakatan bersama,
(selaku Nasabah Penyimpan Dana di Bank dalam hal penyimpanan dana Nasabah di
Syariah menggunakan akad mudharabah), Bank Syariah berdasarkan akad mudharabah
faktanya pada pelaksanaan atau praktek ditentukan oleh pihak Bank Syariah.
transaksi penyimpanan dana Nasabah di Bank Penandatangan formulir pembukaan rekening
Syariah berdasarkan akad mudharabah sekaligus di dalamnya memuat akad
(simpanan mudharabah), di dalam akad (perjanjian tertulis) para pihak merupakan
(perjanjian tertulis) pada transaksi tersebut tidak bentuk kesepakatan dari pihak Bank dan
mencantumkan klausul mengenai pembagian Nasabah. Berkenaan dengan demikian, maka
resiko usaha apabila suatu ketika usaha yang pembagian keuntungan dapat dikatakan
dikelola menggunakan dana Nasabah mengalami proporsional dan seimbang, karena telah
kerugian. Terkait demikian, maka dapat dilihat sesuai dengan persetujuan dan kesepakatan
bahwa tidak ada keseimbangan di dalamnya, para pihak.
dimana dimungkin salah satu pihak, misalnya 2) Pembagian kerugian para pihak pada
pihak Bank membagi resiko usaha atau kerugian transaksi penyimpanan dana Nasabah di
dengan sewenang-wenang tanpa memperhatikan Bank Syariah berdasarkan akad mudharabah
proporsionalitas, keseimbangan, dan manfaat Berkaitan dengan pembagian kerugian,
bagi Nasabah. Lebih lanjut, pada saat terjadi disesuaikan dengan modal masing-masing
sengketa dalam hal pembagian resiko usaha ini, pihak, dimana dalam hal transaksi
maka tidak ada bukti tertulis sebagai alat bukti penyimpanan dana Nasabah di Bank Syariah
Siti Nur Shoimah, Dyah Octorina Susanti 35
PENERAPAN ASAS KEADILAN PADA TRANSAKSI PENYIMPANAN...
dengan baik dan lancar. Semoga karya tulis Al’Adl: Jurnal IAIN Kendari, Vol. VIII
ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi No. 2 (2016): 69.
semua pihak, terutama para pembaca.
Karen Lebacqz. (2015). Teori-Teori Keadilan: