Anda di halaman 1dari 2

Tanggal : Sabtu, 13 Januari 2024

Mata Kuliah : Arbitrase dan Penyelesaian Sengketa Bisnis Syariah


Pemateri : Al Ustadz Akhmad Affandi Mahfudz M. Ec, CPIF

LEGAL DOKUMENTASI AKAD MUDHARABAH


Write Up by Masterman A J
Fatwa DSN-MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudhârabah (Qirâdh)
menyatakan bahwa "Pada prinsipnya dalam pembiayaan mudhârabah tidak ada jaminan,
namun agar mudhârib tidak melakukan penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan dari
mudhârib atau pihak ketiga." Fatwa ini menekankan bahwa dalam prinsip Mudharabah, tidak
ada jaminan yang diberikan, tetapi dalam prakteknya, untuk mencegah penyimpangan,
lembaga keuangan syariah dapat meminta jaminan dari mudharib atau pihak ketiga. Dengan
demikian, lembaga keuangan dapat menyesuaikan praktik Mudharabah dengan mengambil
langkah-langkah yang diperlukan untuk mengurangi risiko dan memastikan kepatuhan
terhadap prinsip-prinsip syariah. Akad Mudharabah adalah prinsip utama dalam keuangan
syariah yang berdasarkan pada prinsip bagi hasil antara pihak yang menyediakan modal
(shahib al-maal) dan pihak yang mengelola modal (mudharib). Legal dokumentasi yang tepat
dan komprehensif sangat penting dalam proses pelaksanaan Akad Mudharabah untuk
memastikan kejelasan hak dan kewajiban kedua belah pihak serta kepatuhan terhadap
prinsip-prinsip syariah. Pendahuluan dalam dokumen Akad Mudharabah bertujuan untuk
menguraikan tujuan, ruang lingkup, dan ketentuan umum yang mengatur hubungan antara
kedua belah pihak, serta memberikan pemahaman dasar tentang jenis transaksi yang akan
dilakukan. Dalam konteks ini, pendahuluan harus merangkum pokok-pokok penting dalam
Akad Mudharabah dan memberikan landasan yang kuat untuk penyusunan detail selanjutnya
dalam dokumen tersebut. Dengan pendahuluan yang baik, implementasi Akad Mudharabah
dapat berjalan lancar dan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, serta memberikan kejelasan
dan keamanan bagi semua pihak yang terlibat. Konsep Akad Mudharabah didasarkan pada
prinsip bagi hasil antara shahib al-maal dan mudharib. Dalam praktiknya, mudharib
bertanggung jawab atas manajemen dan pengelolaan modal dengan harapan memperoleh
keuntungan bagi kedua belah pihak sesuai kesepakatan. Modus operandi Akad Mudharabah
melibatkan beberapa tahapan, mulai dari penetapan modal awal, pembagian hasil, hingga
penyelesaian transaksi. Pada tahap awal, kedua belah pihak sepakat untuk menentukan
besarnya modal yang akan disediakan oleh shahib al-maal dan hak-hak serta kewajiban
masing-masing pihak. Selanjutnya, mudharib bertanggung jawab untuk mengelola modal
tersebut dengan penuh kehati-hatian dan kejujuran, serta memberikan laporan secara berkala
kepada shahib al-maal mengenai perkembangan investasi. Pembagian hasil dilakukan
berdasarkan kesepakatan awal, di mana keuntungan dibagi sesuai dengan proporsi yang
disepakati, sementara kerugian biasanya ditanggung sepenuhnya oleh shahib al-maal.
Transaksi Akad Mudharabah berakhir dengan pembagian hasil dan penyelesaian akhir sesuai
dengan ketentuan yang telah disepakati dalam dokumen perjanjian. Dalam praktiknya,
konsep dan modus operandi Akad Mudharabah memerlukan kesepahaman yang jelas dan
komitmen yang kuat dari kedua belah pihak untuk mencapai tujuan investasi yang diinginkan
dan memastikan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah. Metode lain yang sering
digunakan dalam konteks Mudharabah adalah Musharakah. Musharakah adalah bentuk
kemitraan di mana kedua belah pihak menyumbangkan modal dan mengelola bisnis bersama
dengan pembagian keuntungan sesuai dengan proporsi kontribusi masing-masing. Dalam
Musharakah, semua pihak berbagi risiko dan keuntungan secara proporsional sesuai dengan
kesepakatan awal. Salah satu keuntungan utama dari Musharakah adalah distribusi risiko
yang lebih adil, karena risiko dibagi di antara semua pihak yang terlibat. Namun, ada juga
beberapa tantangan yang terkait dengan penggunaan Musharakah, seperti potensi konflik
antara kedua belah pihak terkait pengambilan keputusan dan manajemen bisnis. Dalam
konteks perbankan syariah, Musharakah sering digunakan untuk pembiayaan proyek-proyek
besar atau investasi jangka panjang. Kesepakatan yang akan dieksekusi dalam konteks
Mudharabah mencakup serangkaian klause yang memuat persyaratan dan ketentuan yang
harus dipatuhi oleh kedua belah pihak, yaitu shahib al-mal (penyedia modal) dan mudharib
(pengelola bisnis). Beberapa contoh klause yang umum terdapat dalam kesepakatan
Mudharabah meliputi pembagian keuntungan, tanggung jawab dan kewajiban, alokasi modal,
prosedur pengambilan keputusan, dan periode serta pelaporan keuangan. Ketika merancang
kesepakatan Mudharabah, penting untuk memperhatikan detail klause-klausa ini agar tidak
ada kebingungan atau ketidaksetujuan di antara kedua belah pihak selama masa berlakunya
perjanjian. Dengan mengimplementasikan langkah-langkah yang tepat, masalah Late
Payment dalam Akad Mudharabah dapat diminimalkan atau diatasi dengan lebih efektif,
sehingga kedua belah pihak dapat menjaga hubungan yang saling menguntungkan dan
berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai