Disusun Oleh
Wahyu Dikdo Sukmawan
2010532022
Rahmadhani
2010531043
DEPERTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ANDALAS
LIFE CYCLE COSTING
(Strategic Cost Management And The Value Chain)
Penerapan life cycle costing dirasa juga lebih tepat bagi perusahaan yang menawarkan
produk jasa yang memiliki daur hidup produk yang pendek. Perusahaan yang memiliki produk
berdaur hidup pendek tidak memiliki waktu yang cukup untuk bertindak proaktif, sehingga
perencanaan yang baik menjadi sangat penting dan harus diatur dengan tepat agar dapat
menutupi semua biaya daur hidup dan tetap menghasilkan laba yang bagus. Hal ini tidak berlaku
pada produk yang berdaur hidup lebih panjang karena produk yang berdaur hidup panjang
memiliki waktu yang lebih leluasa untuk bersikap lebih proaktif dalam mencari margin labanya.
Contoh:
PT. X memproduksi produk-produk elektronik yang mempunyai daur hidup kurang lebih
24 bulan. Pada awal semester kedua tahun 2006, sebuah komponen baru diajukan. Para
perancang percaya bahwa produk tersebut siap diproduksi pada awal 2007. Untuk
memproduksinya dan juga produk-produk lain yang serupa, beberapa resistor harus dimasukkan
ke dalam papan sirkuit. Pihak manajemen mengetahui bahwa biaya untuk papan sirkuit,
tergantung pada jumlah resistor yang dimasukkan. Mengetahui hal ini, para perancang
memproduksi komponen baru yang lebih sedikit dalam penggunaan resistornya
Biaya laba yang dianggarkan untuk daur hidup selama dua tahun pada tabel berikut,
Perhatikan bahwa biaya daur hidup unit Rp 100.000 dibandingkan dengan perhitungan
konvensional yang hanya Rp 60.000 dan biaya seluruh daur hidup produk yang sebesar Rp
120.000. Agar dapat terus hidup, tentu saja, produk itu harus menutup semua biaya daur hidup
produk dan menghasilkan keuntungan yang dapat diterima. Untuk mencapai tujuan inidipasang
harga Rp 150.000.
LCC:AnggaranBiayadanPendapatan
AnggaranBiaya (dalamribuan rupiah)
Item
2006 2007 2008 Total Item
BiayaPengembangan 2.000 - - 2.000
BiayaProduksi - 2.400 3.600 6.000
BiayaLogistik - 800 1.200 2.000
SubtotalTahunan 2.000 3.200 4.800 10.000
BiayaStlhPembelian - 800 1.200 2.000
TotalTahunan 2.000 4.000 6.000 12.000
UnitDiproduksi 40.000 60.000
LaporanAnggaranLabaProduk(dalamribuanrupiah)
Tahun Pendapatan Biaya LabaTahunan Laba
2006 - (2.000) (2.000) (2.000)
2007 6.000 (3.200) 2.800 800
2008 9.000 (4.800) 4.200 5.000
Dengan berfokus pada biaya sebesar Rp 60.000, bisa dibuat keputusan memberi harga
dibawah optimal. Perubahan fokus berarti mengharuskan manajer untuk pindah dari pengertian
biaya produk secara finansial yang tradisional. Sistem biaya tredisional tidak secara langsung
mengidentifikasikan biaya pengembangan dengan produk yang sedang dikembangkan. Biaya
seluruh hidup menyediakan lebih banyak informasi yang terbukti vital bagistrategi daur hidup
perusahaan. Sebagai contoh, jika pesaing kita menjual barang yang sama dengan harga yang
sama pula tetepi dengan biaya setelah pembelian yang Cuma Rp 10.000 per unit, perusahaan
dapat berada dalam posisi tidak kompetitif. Denga mengetahui informasi ini bisa dilakukan
tindakan yang dianggap dapat menghilangkan posisi ini (dapat berupa perancangan ulang produk
dengan biaya setelah pembelian yang lebih rendah).
LCC hanyalah salah satu praktik misalnya LCA atau desain untuk lingkungan yang
mendorong LCM . Ini adalah kekuatan bersih dari praktik-praktik ini, dan bukan hanya LCC,
yang akan menentukan LCM pada saat tertentu. LCM bersifat performatif dan karena itu juga
akan mendorong LCC, dalam proses dua arah. Misalnya, visi utama dalam laporan keberlanjutan
IpsosCo adalah “menghilangkan limbah” yang sangat didasarkan pada efisiensi sumber daya.
Pemahaman ini dapat memperkuat pemahaman dalam LCC tentang biaya sebagai sumber daya;
kekuatan gabungan mereka dapat meningkatkan potensi tindakan lingkungan lainnya yang
dikesampingkan dalam LCM.
Contoh lain terkait PSS. Dengan menawarkan PSS, insentif LCM selaras dengan insentif
perusahaan dengan memberikan tanggung jawab lebih besar atau penuh terhadap siklus hidup.
Di IpsosCo, hal ini sebagian berlaku untuk kehidupan pertama dan kedua. Apa yang terjadi jika
produk tersebut memiliki lebih dari dua masa pakai? Kemudian LCM dan insentif usaha tidak
lagi selaras. Oleh karena itu, PSS yang kini menggerakkan dan melegitimasi LCM, nantinya bisa
saja mengekang LCM. PSS juga memainkan peran penting dalam menyoroti aspek layanan dari
penawaran yang merupakan kepentingan sekunder bagi produk, sehingga mendukung pola
mental yang diperlukan untuk KPK.
Life cycle costing memberikan perspektif jangka panjang, sehingga dapat
mempertimbangkan semua biaya selama siklus hidup produk atau jasa. Dengan adanya sistem
ini, dapat membantu meningkatkan kesadaran manajemen pada faktor-faktor yang mendorong
biaya dan sumber daya yang diperlukan oleh suatu item, sehingga bisa diberlakukan program
pengurangan biaya. Ini akan membantu manajer agar dapat memahami latar belakang teoritis
nilai waktu uang dan analisis risiko serta dampaknya terhadap proses pengambilan keputusan.
Penerapan life cycle costing akan meningkatkan kesadaran manajemen pada faktor-
faktor yang mendorong biaya dan sumber daya yang diperlukan oleh satu item, sehingga bisa
dilakukan program pengurangan biaya dan juga dapat mengurangi operasi dan biaya
pemeliharaan tanpa meningkatkan kinerja alat produksi melalui analisis parameter kinerja dan
biaya driver Dengan penerapan ini kita juga memahami latar belakang teoritis nilai waktu uang
dan analisis risiko serta dampaknya terhadap proses pengambilan keputusan.
Dengan adanya kemajuan teknologi informasi seperti yang terjadi pada saat sekarang ini,
suatu perusahaan tidak dapat memperoleh keunggulan bersaing hanya dengan mengadopsi
teknogi baru dengan cepat atau mengelola aktiva dan kewajiban finansialnya dengan sangat baik.
Dengan demikian perusahaan memerlukan kemampuan baru untuk dapat berhasil dalam
persaingan selain kemampuan untuk mengelola barang modal secara efesien. Karena kondisi
diatas terjadi perubahan yang penting dalam strategic cost management yaitu dengan adanya.
gabungan dari tiga tema yaitu Value chain analysis, Strategic positioning analysis, dan Cost
driver analysis.
Value chain bagi setiap perusahaan adalah hubungan dalam value-creating activities
mulai dari bahan baku hingga produk atau jasa yang diberikan kepada konsumen. Value chain
merupakan alat analisis yang digunakan oleh perusahaan atau organisasi untuk mengidentifikasi
tahapan tertentu mulai dari supplier hingga pelanggan dalam menghasilkan produk atau jasa
yang memiliki competitive advantage.