Makalah Hukum Perdata 5
Makalah Hukum Perdata 5
tentang
DOSEN PENGAMPU:
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah yang Maha Esa, karna atas
limpahan rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat
waktu tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PNDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2. Hipotek .......................................................................................................................10
3. Fidusia ........................................................................................................................13
A. Kesimpulan ...............................................................................................................16
iii
BAB I
PNDAHULUAN
A. Latar Belakang
Benda (zaak) adalah segala sesuatu yang dapat dipakai oleh orang.
Yang berarti benda sebagai obyek dalam hukum. Ada juga perkataan
benda dipakai dalam arti yang sempit, yaitu sebagai barang yang dapat
dilihat saja, ada juga dipakai jika yang dimaksud kekayaan seorang. Jika
benda itu dipakai dalam arti kekayaan seorang maka, benda itu meliputi
barang-barang yang tak dapat dilihat yaitu hak hak, misalnya hak hak
piutang atau penagihan sebagai mana seorang dapat menjual dan
menggadaikan hak-haknya.
Hak kebendaan, ialah hak mutlak atas suatu benda di nama hak itu
memberikan kekuasaan langsung atas suatu benda dan dapat
dipertahankan terhadap siapa pun juga. Menurut, Subekti, suatu hak
kebendaan (zakelijk recht), ialah suatu hak yang memberikan kekuasaan
langsung atas suatu benda, kekuasaan nama dapat dipertahankan terhadap
setiap orang. Hak kebendaan dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu,
hak menikmati, seperti hak milik, bezit, hak memungut (pakai) hasil, hak
pakai, dan mendiami; hak memberi jaminan, seperti gadai, fidusia, hak
tanggungan, dan hipotek.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
1
1. Mahasiswa/I mengetahui apa saja yang termasuk ke dalam beenda
tidak bergerak.
2. Mahasiswa/I mengetahui bentuk jaminan bagi benda tidak
bergerak.
2
BAB II
PEMBAHASAN
a) Karena sifatnya;
b) Karena peruntukannya; atau
c) Karena ditetapkan menurut undang-undang.
3
9) Pipa-pipa dan got-got yang diperuntukan untuk menyalurkan
air dari rumah atau pekarangan;
10) Segala apa yang tertancap dalam pekarangan;
11) Segala yang terpaku dalam bangunan rumah.
b) Kebendaan yang karena peruntukkannya termasuk dalam kebendaan
tidak bergerak, karena benda-benda tersebut telah menyatu sebagai
bagian dari kebendaan tidak bergerak. Kebendaan yang demikian itu
meliputi:1
1) Kebendaan dalam perusahaan pabrik yang tertancap atau
terpaku, yaitu barang-barang hasil pabrik itu sendiri,
penggilingan-penggilingan, pengemblengan besi dan barang-
barang tidak bergerak yang sejenis itu, apitan besi, kuali-kuali
pengukusan, tempat api, jambang-jambang, tong-tong dan
perkakas-perkakas sebagainya yang termasuk dalam atau
bagian dari pabrik walaupun barang itu tidak terpaku;
2) Kebendaan dalam perumahan, yaitu cermin-cermin, lukisan-
lukisan dan perhiasan lainnya sepanjang barang-barang itu
diletakkan pada papan atau pasangan batu yang merupakan
bagian dinding, pagar atau plesteran ruangan walaupun barang-
barang itu tidak terpaku;
3) Kebendaan dalam (kemilikan) pertanahan, yaitu lungkang atau
timbunan gemuk yang diperuntukkan guna merabuk tanah,
burung merpati termasuk kawanan burung merpati, sarang
burung yang dapat dimakan selama belum dikumpulkan atau
diambil, ikan yang ada di dalam kolam;
4) Kebendaan bahan pembangunan gedung yang berasal dari
perombakan atau perubuhan gedung, bila diperuntukkan guna
mendirikan kembali gedung itu;
1
Putri Ayi Winarsasi, Hukum jaminan di Indonesia, (CV. Jakad Media Publishing:
Surabaya, 2020) h 46-47
4
5) Kebendaan yang oleh pemiliknya dihubungkan dengan
kebendaan tidak bergeraknya guna dipakai selamanya, yaitu
bilamana kebendaan itu dilekatkan kepadanya dengan
pekerjaan menggali, pekerjaan kayu atau pemasangan batu,
atau bilamana kebendaan itu tidak dapat dilepaskan dengan
tidak memutus atau merusaknya, atau dengan tidak memutus
atau merusak bagian dari kebendaan tidak bergerak tadi di
mana kebendaan itu dilekatkan.
c) Kebendaan yang karena undang-undang ditetapkan sebagai kebendaan
tidak bergerak, yaitu berupa:
1. Hak-hak yang melekat pada kebendaan tidak bergerak:
a. Hak pakai hasil dan hak pakai barang tak bergerak;
b. Hak pengabdian tanah:
c. Hak numpang karang;
d. Hak guna usaha;
e. Bunga tanah;
f. Hak sepersepuluhan;
g. Bazar atau pasar yang diakui oleh pemerintah dan hak
istimewa yang berhubungan dengan itu;
h. Gugatan guna menuntut pengembalian atau penyerahan
kebendaan tidak bergerak.
2. Kapal dengan ukuran isi kotor sekurang-kurangnya 20 m³ atau
yang dinilai sama dengan itu Pembedaan benda bergerak dan
benda tidak bergerak ini penting untuk penguasaan (bezzit),
penyerahan (levering), pembebanan (bezwaring) dan
kadaluwarsa (verjaring). Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal
1977 ayat (1) KUH Perdata, orang yang menguasai (membezit)
suatu benda bergerak dianggap sebagai pemilik (eigenaar). Di
sini berlaku asas bezit sebagai titel yang sempurna (bezit geld
als volkomend titel). Artinya siapa yang menguasai (bezitter)
suatu benda bergerak dianggap sebagai pemilik (eigenaar) dari
5
benda bergerak tersebut. Adapun penguasaan terhadap benda
tidak bergerak tidak demikian halnya. Pasal 1977 ayat (1) KUH
Perdata menyatakan: Terhadap benda bergerak yang tidak
berapa bunga maupun piutang yang tidak atas tunjuk, maka
bezitnya berlaku sebagai alasan hak yang sempurna. Asas di
dalam bezit bagi benda bergerak yang tercantum dalam
ketentuan Pasal 1977 KUHPerdata itu, pada saat ini sebenarnya
sudah tidak dapat diterapkan terhadap semua benda bergerak,
karena benda bergerak dalam perkembangannya terdapat
klasifikasi atas benda bergerak atas nama dan tidak atas nama
atau dapat pula dalam benda terdaftar dan tidak terdaftar.
Ketentuan Pasal 1977 hanya akan berlaku bagi benda bergerak
tidak terdaftar atau benda bergerak tidak atas nama saja
(Djuhaendah Hasan, 1996: 98). Pembedaan kebendaan atas
benda bergerak dan benda tidak bergerak penting pula bagi
penyerahan (levering). Penyerahan benda yang bergerak pada
umumnya dilakukan dengan penyerahan yang nyata (feitelijke
levering), kecuali benda tidak berwujud dilakukan dengan
cessie sebagaimana diatur di dalam Pasal 612 dan Pasal 613
KUHPerdata. Penyerahan nyata tersebut sekaligus penyerahan
yuridis (juridische levering).
B. Perikatan Jaminan
2
Ibid, h 48-49
6
Secara sederhana, mengapa bank-bank melakukan perikatan atas
jaminan adalah agar bank berada pada posisi didahulukan (preferent)
apabila jaminan kredit/pembiayaan tersebut dijual untuk pembayaran
debitur/nasabah. utang-utangnya Adapun perikatan jaminan untuk benda
tidak bergerak , lebih dikenal dengan istilah lembaga jaminan, yang antara
lain adalah: hak tanggungan; hipotik; dan fidusia.3
1. Hak Tanggungan
3
Daeng Naja, Cidera janji pengakuan hutang dan jaminan pembiayaan bank syariah,
(Uwais Inspirasi Indonesia: Jawa Timur, 2019) h 56
7
benda-benda tersebut, seperti yang telah dilakukan dan dibenarkan dalam
praktek selarna ini. Untuk tetap berdasarkan pada asas pemisahan
horisontal, pernbebanan atas bangunan, tanarnan dan hasil karya tersebut
harus secara tegas dinyatakan di dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan
atas tanah yang bersangkutan.
Syarat untuk dapat dibebaninya suatu hak atas tanah dengan Hak
Tanggungan adalah bahwa hak itu menurut sifatnya harus dapat
dipindahtangankan (karena jika terpaksa dilakukan eksekusi, hak itu akan
harus dijual untuk pelunasan hutang), dan harus didaftar dalam daftar
umum (untuk memenuhi asas publisitas).
8
Dalam memberikan Hak Tanggungan, pemberi Hak Tanggungan
wajib hadir di hadapan PPAT. Jika karena suatu sebab tidak dapat hadir
sendiri, ia wajib menunjuk pihak lain sebagai kuasanya, dengan Surat
Kuasa Membebankan Hak Tanggungan, disingkat SKMHT, yang
berbentuk akta otentik. Pembuatan SKMHT selain kepada Notaris,
ditugaskan juga kepada PPAT yang keberadaannya sampai pada wilayah
kecamatan, dalam rangka memudahkan pelayanan kepada pihak-pihak
yang memerlukan.
9
Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan mengenai hak atas
tanah yang sudah didaftar wajib diikuti dengan pembuatan Akta
Pemberian Hak Tanggungan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan
sesudah diberikan.
Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan mengenai hak atas
tanah yang belum didaftar wajib diikuti dengan pembuatan Akta
Pemberian Hak Tanggungan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan
sesudah diberikan.
Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan yang tidak dilikuti
dengan pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan dalam waktu
yang ditentukan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3) atau
ayat (4), atau waktu yang ditentukan menurut ketentuan
sebagaimana yang dimaksud pada ayat (5) batal demi hukum.
2. Hipotek
10
utangnya atau jumlah uang hipotek yang diberikan (Pasal 1176
BW). Inilah yang disebut dengan asas spesialitas (specialiteit).
Hipotek harus didaftarkan supaya mempunyai akibat hukum (Pasal
1179 BW), yang disebut dengan asas publisitas (openbaarheid) dari
hipotek.4
Calon-calon kreditur dan kreditur-kreditur lainnya supaya
mengetahui bahwa benda/tanah yang bersangkutan sesudah
dihipotek, diketahui berapa besar jumlah yang dicapai. Kalau
jumlah hipotek sudah mendekati harga barangnya, maka bagi
kreditur lainnya tanah jaminan itu tidak akan ada artinya lagi.
Calon pembeli atau pihak ketiga lainnya yang ingin membeli tanah
itu. Mereka akan berpikir terlebih dahulu sebelum membelinya,
sebab sungguh pun sudah dibeli dan hak sudah beralih kepadanya,
hak hipotek tetap terus membebani tanah itu selama utang belum
dibayar oleh si debitur. Ini berarti, meskipun tanah sudah menjadi
kepunyaan pembeli kalau debitur tidak memenuhi kewajibannya,
tanah tersebut tetap dapat dijual untuk membayar debitur.
4
Thomas Suyatno, Dasar-dasar perkreditan, (PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta,
1997) h 87
11
yang melekat pada bangunan tersebut yang karena sifat dan kegunaannya
oleh undang-undang dianggap sebagai barang yang tidak bergerak.
12
Kemudian, salinan dari akta hipotek berikut sertifikat tanahnya,
dibawa ke kantor Pendaftaran dan Pengawasan Pendaftaran Tanah, untuk
didaftarkan dan dibuat buku sertifikat hipotek. Setelah itu bank akan
memegang:
3. Jaminan Fidusia
13
mempunyai hak milik di atas tanah yang dapat dijaminkan melalui Hak
Tanggungan dan hipotik, sedangkan barang jaminannya cukup berharga
yaitu bangunan, maka jalam keluarnya ialah lewat fidusia".
5
Celina Tri Siwi, Aspek hukum bnda tidak bergerak sebagai obyek jaminan fidusia, (Vol
1 No 2: Jurnal Notariil, 2017) h 9
14
Dengan demikian bangunan dapat dipindahtangankan terlepas dari
tanahnya. Demikian juga dapat menjaminkan bangunan itu terlepas dari
tanah dimana. bangunan itu berdiri terpisah dari tanahnya. Secara normatif
dan ekonomis, bangunan di atas tanah orang lain dapat dibebani dengan
jaminan hutang. Karena Hak Tanggungan tidak dimungkinkan untuk itu,
dicari jalan keluarnya melalui jaminan. fidusia. Dengan keluarnya
Undang-Undang Jaminan Fidusia menambah kepastian. hukum bahwa
pihak pemberi kredit tidak. perlu ragu lagi untuk mengikat bangunan
terlepas dari hak atas tanahnya dengan jaminan fidusia. Perkembangan
hukum jaminan fidusia tersebut menunjukkan bahwa pembentuk undang-
undang cukup merespon realitas bisnis dan memperhatikan prinsip hukum
tanah yang dianut dalam UUPA.
15
BAB III
PENUTUP
A. Ksimpulan
B. Saran
16
agar tercapainya makalah yang sempurna. Dan semoga makalah kami bisa
bermanfaat bagi kita semua, dan menjadi wawasan kita dalam memahami
makalah ini.
17
DAFTAR PUSTAKA
Naja, Daeng. Cidera janji pengakuan hutang dan jaminan pembiayaan bank
syariah. Jawa Timur: Uwais Inspirasi Indonesia, 2019.
Siwi, Celina Tri. "Aspek hukum benda tidak bergerak sebagai obyek jaminan
fidusia." Jurnal Notariil, 2017: 13-22.
Winarsasi, Putri Ayi. Hukum jaminan di Indonesia. Surabaya: CV. Jakad Media
Publishing, 2020.
18