Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan
kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan makalah tentang “ Hak Eigendom” tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Teman-teman kelompok 1
yang telah membantu dalam pengerjaan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah ini.
Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca
sekalian. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya.

Kediri, 21 April 2017

Kelompok 1

1
DAFTAR ISI

Kata pengantar ................................................................................................................1


Daftar isi .........................................................................................................................2
Bab I pendahuluan ...........................................................................................................3
1.1 Latar belakang ...........................................................................................................3
1.2 Rumusan masalah ......................................................................................................3
1.3 Tujuan penelitian ...................................................................................................... 3

Bab II Pembahasan...........................................................................................................4
2.1 Pengertian Hak Eigendom .......................................................................................... 4
2.2 Ciri-ciri Hak Eigendom .................................................................................................4

2.3 Cara memperoleh Hak Eigendom...................................................................................5

2.4 Sebab-sebab hilangnya Hak Eigendom...........................................................................7

2.5 Berlakunya UUPA........................................................................................................7

Bab III Kesimpulan...........................................................................................................9

3.1. Kesimpulan ..............................................................................................................9


Daftar pustaka ...............................................................................................................10

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hak Milik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sangat dilindungi dan
dituangkan pada hukum dasar Indonesia. Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 memberikan kepastian, jaminan, dan perlindungan
terhadap hak-hak milik untuk setiap warga negaranya. Seperti yang dikatakan oleh
Adrian Sutedi dalam Bukunya yang berjudul Peralihan Hak Atas Tanah dan
Pendaftarannya, yang menyatakan bahwa Indonesia adalah “Negara Hukum yang
memberikan jaminan dan memberikan perlindungan atas hak-hak warga negara,
antara lain hak warga negara untuk mendapatkan, mempunyai dan menikmati hak
milik.”

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Eigendom?


2. Apa ciri-ciri hak Eigendom?
3. Bagaimana cara memperoleh hak Eigendom?
4. Sebab-sebab hilangnya hak eigendom
5. Berlakunya UUPA

1.2 Tujuan

Untuk mengembangkan ilmu hukum dan memperluas wawasan pengetahuan sehingga daoat
memahami, khususnya pada bidang hak eigendom. Selain itu mempraktekan teori-teori
kedalam kehidupan bermasyarakat

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Hak Eigendom adalah hak atas sesuatu benda untuk mengenyam kenikmatan se-luas2nya dan
mempergunakannya secara tidak terbatas asal penggunaannya tidak bertentangan dengan UU
atau peraturan2 umum yg dikeluarkan oleh sesuatu kekuasaan yg memang berhak
mengeluarkannya, dan tidak mengganggu hak orang lain (Pasal 570 BW).
Hak Eigendom atau lengkapnya disebut " eigendom recht" atau "right of property" dapat
diterjemahkan sebagai " hakmilik ", diatur dalam buku II BW ( burgerlijke wetboek) atau
KUHPerdata (Kitab Undang-Undang HUkum Perdata ). Hak eigendom ini dikontruksikan
sebagai hak kepemilikan atas tanah yang tertinggi diantara hak-hak kepemilikan yang lain.
Hak eigendom merupakan hak kepemilikan keperdataan atas tanah yang terpenuh, tertinggi
yang dapat dipunyai oleh seseorang. Terpenuh karena penguasaan hak atas tanah tersebut
bisa berlangsung selamanya, dapat diteruskan atau diwariskan kepada anak cucu. Tertinggi
karena hak atas atas tanah ini tidak dibatasi jangka waktu, tidak seperti jenis hak atas tanah
yang lain, misalnya hak erfpacht ( usaha ) atau hak opstal ( bangunan ). akan tetapi dengan
adanya UU no 5 tahun 1960 tentang Undang-undang Pokok Agraria maka Pasal 570 BW
KUHPerdata dinyatakan telah dicabut dan menurut pasal 1 ayat 1 bagian kedua UUPA
mengatur tentang hak atas tanah eigendom menjadi hak milik.

Menurut ahli:
R.Subekti(R.Subekti I., op-cit, hal 69) mengemukakan Eigendom adalah hak yang paling
sempurna atas sesuatu benda. Seseorang yang mempunyai hak milik atas sesuatu benda
dapat berbuat apa saja dengan benda itu (menjual, menggadaikan, memberikan, bahkan
merusak), asal saja ia tidak melanggar undang-undang atau hak orang lain.

2.2 Ciri-ciri hak Eigendom

Sebagai hak kebendaan yang paling sempurna, hak milik memiliki cirri-ciri
sebagaiberikut:
1. Hak milik merupakan hak induk terhadap hak-hak kebendaan yang lain. Sedangkan hak-
hak kebendaan yang lain merupakan hak anak terhadap hak milik;
2. Hak milik ditinjau dari kualitasnya merupakan hak yang selengkap-lengkapnya;
3. Hak milik bersifat tetap, artinya tidak akan lenyap terhadap hak kebendaan yang lain.
Sedangkan hak kebendaan yang lain dapat lenyap jika menghadapi hakmilik;

4
4. Hak milik mengandung inti (benih) dari hak kebendaan yang lain. Edangkan hak
kebendaan yang lain hanya merupakan bagian saja dari hak milik.
Setiap orang yang mempunyai hak milik atas suatu benda, berhak meminta kembali benda
miliknya itu dari siapapun jugayang menguasainya berdasarkan hak milik itu (Pasal 574
BW). Permintaan kembali yang didasarkan kepada hak milik ini dinamakan revindicatie.
Baik sebelum maupun pada saat perkara sedang diperiksa oleh Pengadilan, pemilik dapat
meminta supaya benda yang diminta kembali itu disita (revindicatoir beslag).
Mengenai cara memperoleh hak milik dalam BW diatur dalam Pasal 584 yang menyebutkan
secara limitative bagaimana cara-cara memperoleh hak milik, seakan-akan tidak ada cara
lain untuk memperoleh hak milik tersebut di luar Pasal 584. Padahal macam-macam cara
memperoleh hak milik yang disebutkan dalam Pasal 584 BW tersebut hanyalah sebagian
saja, dan masih ada cara-cara lain yang tidak disebut Pasal 584 BW.

2.3 Cara memperoleh hak Eigendom


Cara memperoleh hak milik yang disebutkan dalam Pasal 584 BW :

1. Pengambilan (toegening atau occupatio)


Yaitu cara memperoleh hak milik dengan mengambil benda-benda bergerak yang
sebelumnya tidak ada pemiliknya (res nullius), seperti binatang di hutan, ikan di sungai, dan
sebagainya.
2. Penarikan oleh benda lain (natrekking atau accessio)
Yaitu cara memperoleh hak milik di mana benda (pokok) yang dimiliki sebelumnya karena
alam bertambah besar atau bertambah banyak. Misalnya pohon yang berbuah.
3. Lewat waktu/daluarsa (verjaring)
Yaitu cara memperoleh hak milik karena lampaunya waktu 20 tahun dalam hal ada alas hak
yang sah atau 30 tahun dalam hal tidak ada alas hak. Lewat waktu ini diatur dalam Pasal 610
BW dan pasal-pasal Buku IV BW tentang pembuktian dan daluarsa. Ada dua macam
daluarsa, yaitu:
a. Acquisitieve verjaring
Adalah cara untuk memperoleh hak-hak kebendaan seperti hak milik.
b. Extinctieve verjaring
Adalah cara untuk dibebaskan dari suatu perutangan.
4. Pewarisan (erfopvolging)
Yaitu cara memperoleh hak milik bagi para ahli waris atas boedel warisan yang ditinggalkan
5
pewaris.
5. Penyerahan (levering atau overdracht)
Yaitu cara memperoleh hak milik karena adanya pemindahan hak milik dari seseorang yang
berhak memindahkannya kepada orang lain yang memperoleh hak milik itu.
Menurut pendapat umum di kalangan ahli hukum dan para hakim, dalam BW berlaku apa
yang dinamakan causal stelsel, dimana sah atau tidaknya peralihan hak milik bergantung
kepada sah tidaknya perjanjian obligatoir.
Cara memperoleh hak milik yang tidak disebutkan dalam Pasal 584 BW adalah:
1. Pembentukan benda (zaaksvorming), yaitu dengan cara membentuk atau menjadikan benda
yang sudah ada menjadi benda yang baru.
2. Penarikan buahnya (vruchttrekking), yaitu dengan menjadi bezitter te goeder trouw suatu
benda dapat menjadi pemilik (eigenaar) dari buah-buah.hasil benda yang dibezitnya (lihat
Pasal 575 BW).
3. Persatuan atau percampuran benda (vereniging), yaitu memperoleh hak milik karena
bercampurnya beberapa macam benda kepunyaan beberapa orang.
4. Pencabutan hak (onteigening), yaitu cara memperoleh hak milik bagi penguasa
(Pemerintah) dengan jalan pencabutan hak milik atas suatu benda kepunyaan
seseorang/beberapa orang.
5. Perampasan (verbeurdverklaring), yaitu cara memperoleh hak milik atas suatu benda
kepunyaan terpidana yang biasanya dipergunakan untuk melakukan tindak pidana.
6. Pembubaran suatu badan hukum, yaitu cara memperoleh hak milik karena pembubaran
suatu badan hukum, dimana anggota-anggota badan hukum yang masih ada memperoleh
bagian dari harta kekayaan badan hukum tersebut (Pasal 1665 BW)
Kalau dilihat dari segi sifatnya cara memperoleh hak milik dapat dibedakan atas 2 macam:
1. Secara originair (asli), yaitu memperoleh hak milik bukan berasal dari orang lain yang
lebih dahulu memiliki.
2. Secara derivatief, yaitu memperoleh hak milik berasal dari orang lain yang dahulu
memiliki atas suatu benda. Jadi memperolehnya dengan bantuan dari orang lain yang
mendahuluinya. Cara ini dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Mereka yang memperoleh hak milik berdasarkan alas hak yang umum yakni para ahli
waris, suami dan isteri karena adanya persatuan harta kekayaan dalam perkawinana mereka,
anggota-anggota badan hukum yang dibubarkan, dan negara terhadap harta benda yang
terlantar.
b. Mereka yang memperoleh hak milik berdasarkan alas hak yang khusus yakni pembeli
setelah adanya levering dalam perjanjian jual-beli, cessionaries, legataris, dan lain-lain.
Lazimnya, hak milik atas suatu benda itu hanya dipunyai oleh orang seorang pemilik. Namun
ada kemungkinan hak milik atas suatu benda dipunyai oleh beberapa orang yang bersama-
sama menjadi pemilik, sehingga terjadi hak milik bersama (medeeigendom) atas suatu benda.
Dalam BW hak milik bersama diatur dalam Pasal 573 yang menentukan bahwa membagi
suatu benda yang menjadi milik lebih dari seoran, harus dilakukan menurut aturan-aturan
yang ditetapkan tentang pemisahan dan pembagian harta peninggalan.
Hak milik bersama dapat dibedakan atas 2 macam hak yaitu:
1. Hak milik bersama yang bebas (vrije medeeigendom), dalam hak ini orang-orang yang
mempunyai hak milik bersama itu tidak ada hubungan selain daripada mereka bersama

6
menjadi pemilik. Misalnya A, B, dan C bersama-sama membeli buku.
2. Hak milik bersama yang terikat (gebonden emedeeigendom), dalam hak ini adanya orang-
orang yang bersama-sama menjadi pemilik atas suatu benda itu adalah akibat daripada
hubungan satu sama lain yang telah ada sebelumnya.
Perbedaan lain dari kedua hak milik bersama itu adalah dalam hak milik bersama yang bebas
ada kehendak beberapa orang yang menjadi pemilik itu untuk bersama-sama memiliki suatu
benda. Sedangkan dalam hak milik bersama yang terikat kehendak untuk bersama-sama
menjadi pemilik itu tidak ada atau kecil sekali.
Umumnya para ahli melihat perbedaan antara hak milik bersama yang bebas dan hak milik
bersama yang terikat sebagai berikut:

a. Para pemilik di dalam hak milik bersama yang bebas dapat meminta perusahaan dan
pembagian terhadap benda yang merupakan hak milik bersama; Sedangkan para pemilik di
dalam hak milik bersama yang terikat tidak dapat meminta pemisahan dan pembagian
terhadap benda yang merupakan milik bersama itu. Keberatannya di sini mengenai harta
peninggalan, dimana para ahli waris dapat meminta pemisahan dan pembagian harta
peninggalan tersebut yang justru merupakan hak milik bersama yang terikat.
b. Di dalam hak milik bersama yang bebas, masing-masing orang mempunyai bagian yang
merupakan harta kekayaan yang berdiri sendiri, sehingga masing-masing orang tersebut
berwenang untuk menguasai dan berbuat apa saja terhadap benda bagiannya tanpa
memerlukan izin pemilik yang lain. Sedangkan di dalam hak milik bersama yang terikat, hal
yang demikian tidak mungkin, sebab harus mendapat izin dari pemilik-pemilik yang lain.
c. Di dalam hak milik bersama yang bebas tiap-tiap pemilik mempunyai bagian atas benda
milik bersama itu; Sedangkan dalam hak milik bersama yang terikat tiap-tiap pemilik berhak
atas seluruh bendanya.
Adapun sebab-sebab yang mengakibatkan hilangnya (hapusnya) hak milik adalah:
1. Karena orang lain memperoleh hak milik itu dengan salah satu cara untuk memperoleh hak
milik seperti telah diuraikan di atas;
2. Karena musnahnya benda yang dimiliki;
3. Karena pemilik melepaskan benda yang dimilikinya dengan maksud untuk melepaskan hak
miliknya.
2.4 Sebab-sebab hilangnya hak eigedom
Adapun sebab-sebab yang mengakibatkan hilangnya (hapusnya) hak milik adalah:

1. Karena orang lain memperoleh hak milik itu dengan salah satu cara untuk memperoleh hak
milik seperti telah diuraikan di atas;
2. Karena musnahnya benda yang dimiliki;
3. Karena pemilik melepaskan benda yang dimilikinya dengan maksud untuk melepaskan hak
miliknya.

2.5 Berlakunya UUPA


Pasal-pasal yang di cabut dari KUHPerdata hubungkan dengan diktum ke IV UUPA
no. 5 thaun 1960

7
UUPA terdiri dari :
Bagian I terdiri dari 4 bab pasal 1 sampai dengan pasal 58
Bagian II terdiri dari ketentuan konversi
Bagian III, IV, V terdiri dari beralihnya kewenangan pada negara, tanah dikuasai negara

Penggunaa hak milik menurut UUPA :


1. Tidak boleh disalah gunakan atau dirusak
2. Mempunyai fungsi sosial pada 6 juncto pasal 20 UUPA
3. Menganut asas pemisahan horizotal.

UUPA lebih menonjolkan asas kemasyarakatan atau fungsi sosial


Atas dasar surat Menteri Pertanian/Agraria pemerintah menganut:
 Asas accesie untuk tanah – tanah yang sudah bersertifikat
 Asas pemisahan horizontal untuk tanah yang belum bersertifikat
Pembatasan hak milik menurut UUPA :
1. Penggunaan hak milik harus memperhatikan kepentingan umum
2. Tidak boleh menimbulkan kerugian pada pihak lain
3. Harus dipelihara dengan baik
4. Pemerintah mengawasi penyerahan hak milik
5. Pemerintah mengawasi monopoli hak atas tanah

Berkaitan dengan subyek hak milik KUHPerdata tidak memberikan batasan siapa yg
menjadi subjek hak milik tsb. Sementara UUPA melalui pasal 21 membatasi subyek hak
milik.
Cara perolehan hak milik :
 KUHPerdata berdasarkan pasal 584
 UUPA berdasarkan pasal 22 ð terjadinya hak milik menurut hukum adat diatur dalam
PP

Hak milik terjadi dengan :


1. Penetapan pemerintah dengan cara dan syarat ditentukan dalam PP
2. Ketentuan Undang – undang
8
Pasal 26 UUPA menetapkan jual beli, tukar menukar, hibah, testament, pemberian
menurut hukum adat (segala peralihan hak dengan cara tersebut diatas diawasi oleh
pemerintah dengan PP)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hak Eigendom adalah hak atas sesuatu benda untuk mengenyam kenikmatan se-luas2nya dan
mempergunakannya secara tidak terbatas asal penggunaannya tidak bertentangan dengan UU
atau peraturan2 umum yg dikeluarkan oleh sesuatu kekuasaan yg memang berhak
mengeluarkannya, dan tidak mengganggu hak orang lain

Hak Milik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sangat dilindungi dan
dituangkan pada hukum dasar Indonesia. Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. memberikan kepastian, jaminan, dan perlindungan
terhadap hak-hak milik untuk setiap warga negaranya

9
DAFTAR PUSTAKA

http://stdln.blogspot.com/2011/04/sekilas-hukum-perdata-bezit-eigendom.html

10

Anda mungkin juga menyukai