Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIKUM INJEKSI INSULIN PADA PASIEN DIABETES

Keperawatan Medical Bedah III

Disusun Oleh : Salshabilla Ramadhisa Aulia (21.0603.0013)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1)


UNIVERSITAS MEHAMMADIYAH MAGELANG
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
TAHUN AJARAN 2023/2024
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Penyuntikan insulin adalah terapi pemberian insulin kepada klien atau pasien yang
mengalami kekurangan hormon insulin di dalam tubuhnya. Tetapi insulin umunya
diberikan dengan suntikan dibawah kulit (subcutan). Insulin merupakan terapi terakhir
untuk penderita DM (Diabetes Melitus). Terapi ini baru dilakukan bila pankreas tidak bisa
lagi memproduksi insulin. Pemberian insulin terdapat dua tipe larutan, yaitu jernih dan
keruh. Larutan jernih dimaksudkan sebagai insulin tipe reaksi cepat (insulin reguler).
Larutan yang keruh termasuk tipe lambat karena adanya penambahan protein sehingga
memperlambat absorpsi obat (Hidayat, 2008). Injeksi subcutan adalah injeksi yang
dilakukan dengan menempatkan obat ke dalam jaringan ikat longgar di bawah dermis.
Karena jaringan SC tidak dialiri darah sebanyak darah yang mengaliri otot, absorpsi
di jaringan subkutan sedikit lebih lambat daripada absorpsi pada injeksi IM. Namun, obat
diabsorpsi secara lengkap jika status sirkulasi normal (Potter & Perry, 2005).
Insulin adalah hormon yang dibuat oleh pankreas. Merupakan yang tertua dari obat
saat ini tersedia, dan dengan demikian satu dengan pengalaman yang paling klinis.
Meskipun awalnya dikembangkan untuk mengobati kekurangan insulin tipe 1 diabetes,
telah lama digunakan untuk mengobati resisten insulin diabetes tipe 2. Ini adalah obat yang
paling efektif untuk mengurangi glikemia (Anonim, 2010). Insulin merupakan hormon
yang diproduksi oleh pankreas yang berfungsi mengontrol kadar glukosa (gula) di dalam
darah. Pada pasien yang mengidap diabetes, pankreas tidak cukup atau sama sekali tidak
memproduksi insulin, atau tidak mampu berfungsi secara efektif ketika insulin tersebut
diproduksi (CDA, 2001), insulin diperlukan pada keadaan:
1. Penurunan berat badan yang cepat
2. Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
3. Ketoasidosis diabetic
4. Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
5. Hiperglikemia dengan asidosis laktat
6. Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal
7. Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
8. Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional yang tidak terkendali
dengan perencanaan makan
9. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
10. Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO

B. TUJUAN
Pemberian obat melalui jaringan sub kutan ini pada umum nya dilakukan dengan
program pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah.
Pemberian insulin terdapat dua tipe larutan yaitu jernih dan keruh karena adanya
penambahan protein sehingga memperlambat absorbs obat atau juga terasuk tipe lambat.

3 Lokasi umum untuk sub cutan :


• Perut bawah
• Lengan atas, sebelah luar 1/3 bagian dari bahu
• Paha atas sebelah luar

C. JENIS-JENIS INSULIN
1. Insulin Basal : jumlah insulin eksogen per unit waktu yang diperlukan untuk
mencegah hiperglikemi pusat akibat glukomiogenesis serta mencegah ketoasidosis
yang tidak terdeteksi
2. Insulin Prandial : jumlah insulin yang diperlukan untuk mengkonversi bahan makanan
dalam bentuk energy cadangan sehingga tidak terjadi hiperglikemia prospandial

D. MACAM INSULIN
Berdasarkan lama kerja, insulin terbagi menjadi tiga jenis, yakni
1. Insulin short-acting
Insulin ini mempunyai onset pendek dan durasi yang singkat. Contohnya insulin
Lispro, Aspart, dan Glulisine (Kaur & Badyal, 2008). Sediaan ini terdiri dari insulin
tunggal 'biasa Mulai kerjanya dalam 30 menit (injeksi subkutan) mencapai puncaknya
1-3 jam kemudian dan bertahan 7-8 jam (Tjay dan Rahardja, 2007).

2. Insulin long-acting
Insulin yang mempunyai durasi aksi yang lama dan menjaga kontrol gula darah
kurang lebih 24 jam dengan minimum absorbsi dan diberikan sekali sehari. Contohnya
insulin Gargline dan Detemir (Kaur & Badyal, 2008). Guna memperpanjang kerjanya
telah dibuat sediaan long-acting, yang semuanya berdasarkan mempersulit daya
larutnya di cairan jaringan dan menghambat reabsopsinya dari tempat injeksi ke dalam
darah (Tjay dan Rahardja, 2007).
3. Insulin Medium-acting
Jangka waktu efeknya dapat divariasikan dengan mencampur beberapa bentuk
insulin dengan lama kerja berlainan. Misalnya mencampur insulin kerja-singkat dengan
insulin long-acting. Mulai kejanya sesudah 1-1,5 jam, puncaknya sesudah 4-12 jam dan
bertahan 16-24 jam (Tjay dan Rahardja, 2007). Pemilihan tipe insulin tergantung pada
beberapa faktor, yaitu:
a. Respon tubuh individu terhadap insulin (berapa lama menyerap insulin ke
dalam tubuh dan tetap aktif di dalam tubuh sangat bervariasi dari setiap
individu)
b. Pilihan gaya hidup seperti: jenis makanan, berapa banyak konsumsi alkohol,
berapa sering berolah raga, yang semuanya mempengaruhi tubuh untuk
merespon insulin.
c. Berapa banyak suntikan per hari yang ingin dilakukan.
d. Berapa sering melakukan pengecekan kadar gula darah.
e. Usia
f. Target pengaturan gula darah (Rismayanthi, 2010).

E. ALAT INSULIN
Penggunaan insulin dapat diberikan secara pen insulin, jet injeksi, jarum suntik,
dan pompa insulin.
1. Pen Insulin
Pen insulin merupakan kombinasi jarum suntik dan isi insulin pada satu
unit, membuat insulin ini mudah diberikan pada banyak suntikan. Sebagian
orang membawa dua atau lebih pen jika mereka menggunakan insulin lebih dari
sekali pada waktu yang berbeda dalam sehari. Jika pasien membutuhkan untuk
menggunakan dua insulin yang berbeda pada waktu bersamaan, pasien akan
membutuhkan dua alat pen dan menyuntikannya sendiri. Salah satu
keuntungannya yaitu mudah dibawa (CDA, 2001).
Pen insulin adalah combinasi dari vial insulin dan jarum dijadikan satu alat
sederhana yang dicari orang agar nyaman. Pen insulin sangat mudah digunakan:
hanya ambil pen insulin dari wadah, putar dosis, masukkan jarum, tekan tombol
injeksi untuk memasukkan insulin (Gebel, 2012).
2. Jet Injeksi
Jet injeksi tidak mempunyai jarum suntik sama sekali. Alat ini melepaskan
insulin dengan cara arus kecil, kemudian menembus ke dalam kulit karena
tekanan (CDA, 2001).
3. Jarum Suntik
Jarum suntik sekarang lebih kecil dari yang dahulu, sehingga mengurangi
sakit pada waktu penyuntikan sangatlah mungkin. Jika pasien membutuhkan
dua tipe insulin untuk digunakan pada waktu yang sama, pasien dapat
mencampur insulin dan menyuntikannya sekali, atau dengan insulin campuran
(CDA, 2001). Pemakaian semprit dan jarum cukup fleksibel serta
memungkinkan kita untuk mengatur dosis dan membuat berbagai formula
campuran insulin untuk mengurangi jumlah injeksi per hari. Keterbatasannya
adalah memerlukan penglihatan yang baik dan ketrampilan yang cukup untuk
menarik dosis insulin yang tepat (PERKENI, 2008).
4. Pompa Insulin
Pompa insulin yang paling aman, jalan yang efektif untuk mengantar insulin
pada terapi. Alat ini menggunakan pipa kecil, yang disematkan dibawah kulit,
dan sebuah pompa, yang sebesar pager, dan berada di luar tubuh. Pompa
tersebut sebagai penyuplai dan dapat diprogram untuk mengantarkan sejumlah
kecil insulin pada waktu yang ditentukan (CDA, 2001).
F. DOSIS INSULIN
Gula Darah <60 mg% 0 Unit
Gula Darah <200 mg% 5-8 Unit
Gula Darah 200-250 mg% 10-12 Unit
Gula Darah 250-300 mg% 15-16 Unit
Gula Darah 300-350 mg% 20 Unit
Gula Darah >350 mg% 20-24 Unit

G. HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM INJEKSI INSULIN


1. Tempat yang dipilih harus bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, dan
otot atau saraf besar di bawahnya.
2. Klien penderita diabetes secara teratur merotasi tempat injeksisetiap hari untuk mencegah
hipertrofi (penebalan) kulit danlipodistrofi (atrofi jaringan).
3. Tempat injeksi tidak boleh digunakan lebih dari setiap enamsampai tujuh minggu.
4. Obat yang diberikan melalui rute SC hanya obat dosis kecil yanglarut dalam air (0,5 sampai
1 ml). Jaringan SC sensitif terhadaplarutan yang mengiritasi dan obat dalam volume besar.
Kumpulanobat dalam jaringan dapat menimbulkan abses steril yang tampakseperti
gumpalan yang mengeras dan nyeri di bawah kulit.
5. Vial insulin yang tidak digunakan sebaiknya disimpan dilemari es.
6. Periksa vial insulin tiap kali akan digunakan (misalnya : adanya perubahan warna).
7. Pastikan jenis insulin yang akan digunakan dengan benar.
8. Insulin dengan kerja cepat (rapid-acting insulin)harus diberikandalam 15 menit sebelum
makan. Interval waktu yangdirekomendasikan antara waktu pemberian injeksi dengan
waktu makan adalah 30 menit.
9. Sebelum memberikan terapi insulin, periksa kembali hasillaboratorium (kadar gula darah).
10. Amati tanda dan gejala hipoglikemia dan hiperglikemia

Khusus Untuk Insulin Pen


a. Insulin Pen yang tidak sedang digunakan harus disimpan dalam suhu 2-8 °C dalam
lemari pendingin (tidak boleh didalam freezer).
b. Insulin Pen yang sedang digunakan sebaiknya tidak disimpan dalam lemari pendingin.
Insulin Pen dapat digunakan/dibawa oleh perawat dalam kondisi suhu ruangan (sampai
dengan suhu 25 °C) selama 4 minggu.
c. Jauh dari jangkauan anak-anak, tidak boleh terpapar dengan api,sinar matahari
langsung, dan tidak boleh dibekukan.
d. Jangan menggunakan Insulin Pen jika cairan didalamnya tidak berwarna jernih lagi.

H. LOKASI INJEKSI INSULIN


Tempat terbaik untuk injeksi subkutan meliputi area vaskular di sekitar bagian luar
lengan atas, abdomen dari batas bawah kosta sampai krista iliaka, dan bagian anterior paha.
Area ini dapat dengan mudah diakses, khususnya pada klien diabetes yang melakukan
injeksi insulin secara mandiri (Potter & Perry, 2005). Pada daerah tersebut dengan mudah
kita mengambil/memegang lipatan kulit dan memasukkan jarum ke dalam jaringan lemak
dan jaringan pengikatnya yang ada di bawah kulit.
Tergantung juga pada panjangnya jarum, kita masukkan ke dalam dengan sudut 90
derajat (pada jarum yang panjangnya 1 cm) atau di bawah sudut 45 derajat (pada jarum
yang lebih panjang). Tempat yang lain meliputi daerah skapula di punggung atas dan
daerah ventral atas atau gluteus dorsal (Potter & Perry, 2005). Bagian perut (abdomen)
menyerap insulin paling cepat dimana lokasi tersebut paling sering digunakan kebanyakan
orang (SDA, 2008). Walaupun penting pada setiap pemberian injeksi di area berbeda dalam
satu lokasi (misalnya perut), itu tidak baik merubah tempat tanpa didiskusikan terlebih
dahulu dengan dokter atau pembimbing Diabetes Mellitus.
1. Menyuntikkan insulin ke dalam perut (daerah perut), bekerja tercepat.
2. Menyuntikkan insulin ke lengan, bekerja dengan kecepatan sedang.
3. Menyuntikkan insulin ke paha, bekerja paling lambat.
4. Menyuntikkan insulin berpindah/berputar area injeksi 1 inci terpisah (sekitar
lebar 2 jari) dalam area tubuh yang sama akan mencegah masalah kulit.
I. INDIKASI
Indikasi pemberian isulin menurut (Perkeni, 2007)
1. Apabila kadar gula darah tak terkendali melalui pengobatan OHO, dengan KGD
puasa > 250 mg/dl, KGD acak menetap > 300 mg/dl, dan HBA1C > 10%.
2. Ada riwayat operasi pengangkatan pankreas.
3. Apabila terjadi ketoasidosis dan keton keluar bersama urine (ketonuria)
4. Pasien DM dengan gejala nyata masih mencolok yaitu: poliurie (banyak kencing),
polidipsi (banyak minum), poliphagi (banyak makan), dan berat badan turun
drastis.
5. Penyandang DM lebih dari 10 tahun dengan KGD fluktuatif.
6. Apabila diperlukan terapi kombinasi OHO – Insulin. Indikasi pemberian insulin
menurut Misnadiarly (2006) yaitu
7. Semua penyandang DM tipe I memerlukan insulin eksogen karena produksi
insulin oleh sel beta tidak ada atau hampir tidak ada.
8. Penyandang DM tipe II tertentu mungkin membutuhkan insulin bila terapi jenis
lain tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
9. Keadaan stress berat, seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan, infark
miokard akut atau stroke.
10. DM gestasional dan penyandang DM yang hamil membutuhkan insulin bila diet
saja tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
11. Ketoasidosis diabetik.
12. Hiperglikemik hiperosmolar non ketotik.
13. Penyandang DM yang mendapat nutrisi parenteral atau yang memerlukan
suplemen tinggi kalori, untuk memenuhi kebutuhan energi yang meningkat, secara
bertahap akan memerlukan insulin eksogen untuk mempertahankan kadar glukosa
darah mendekati normal selama periode resistensi insulin atau ketika
terjadi peningkatan kebutuhan insulin.
14. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
15. Kontra indikasi atau alergi terhadap obat hipoglikemi oral
J. KONTRAINDIKASI
1. Penderita obat-ibatan hipoglikemik oral
2. Hipoglikemik
3. Hipersensitivitas

K. SASARAN KENDALI GLUKOSA DARAH

Puasa Atau Sebelum Makan 80-110 Mg/Dl


Satu Jam Setelah Makan <180 Mg/Dl
Pasien Bedah Dan Keadaam Kritis 80-110 Mg/Dl
Pasien Non Bedah Dan Bedah Tidak Kritis 90-140 Mg/Dl

L. MANFAAT
1. Memperbaiki status metabolic dengan cepat
2. Memperbaiki inflamasi dan mofilipid
3. Menurunkan angka kematian pada penderita kelainan jantung dan stroke
4. Menurunkan angka kejadian kegagalan organ multiple akibat sepsis
5. Menurunkan penggunaan ventilasi mekanik yang berkepanjangan dan lama
perawatan di ruang intensif

M. PENYIMPANAN INSULIN
Penyimpanan insulin yang belum dibuka pada lemari pendingin dengan temperatur
2ºC sampai 10°C (35°F sampai 50°F). Sekali dibuka, insulin mempunyai waktu pakal 28
hari. Vial yang belum dibuka lebih baik sampai waktu kadaluarsa, dan memastikan waktu
kadaluarsa pada vial sebelum digunakan. Pastikan insulin tersebut tidak membeku atau
terlalu panas (CDA, 2001).
Insulin vial Eli Lily yang sudah dipakai dapat disimpan selama 6 bulan atau sampai
200 suntikan bila dimasukkan dalam lemari es. Vial Novo Nordisk insulin yang sudah
dibuka, dapat disimpan selama 90 hari bila dimasukkan lemari es (Depkes RI, 2005).
Insulin dapat disimpan pada suhu kamar dengan penyejuk 15-20° C bila seluruh isi
vial akan digunakan dalam satu bulan. Penelitian menunjukkan bahwa insulin yang
disimpan pada suhu kamar lebih dari 30" C akan lebih cepat kehilangan potensinya.
Penderita dianjurkan untuk memberi tanggal pada vial ketika pertama kali memakai dan
sesudah satu bulan bila masih tersisa sebaiknya tidak digunakan lagi (Depkes RI, 2005).

N. KOMPLIKASI
1. Hipoglikemia merupakan komplikasi yang paling berbahaya dan dapat terjadi bila
terdapat ketidaksesuaian antara diet, kegiatan jasmani dan jumlah insulin.
2. Lipoatrofi yaitu terjadi lekukan di bawah kulit tempat suntikan akibat atrofi
jaringan lemak. Hal ini diduga disebabkan oleh reaksi imun dan lebih sering terjadi
pada wanita muda terutama terjadi di negara yang memakai insulin tidak begitu
murni.
3. Lipohipertrofi yaitu pengumpulan jaringan lemak subkutan ditempat suntikan
akibat lipogenik insulin. Lebih banyak ditemukan di negara yang memakai insulin
murni. Regresi terjadi bila insulin tidak lagi disuntikkan di tempat tersebut.
4. Reaksi alergi lokal terjadi 10x lebih sering daripada reaksi sistemik terutama pada
penggunaan sediaan yang kurang murni. Reaksi lokal berupa eritem dan indurasi
di tempat suntikan yang terjadidalam beberpa menit atau jam dan berlagsung.
5. Inflamasi lokal atau infeksi mudah terjadi bila pembersihan kulitkurang baik,
penggunaan antiseptik yang menimbulkan sensitisasiatau terjadinya suntikan
intrakutan, reaksi ini akan hilang secaraspontan. Reaksi umum dapat berupa
urtikaria, erupsi kulit,angioudem, gangguan gastrointestinal, gangguan pernapasan
danyang sangat jarang ialah hipotensi dan shock yang diakhiri kematian

O. PROSEDUR KEPERAWATAN
a) Pra Interaksi Persiapan Alat
1. Spuit insulin 4. Handscoon steril
2. Vial insulin 5. Daftar / formulir obat klien
3. Kapas alcohol 6. Bak injeksi dan bengkok
b) Orientasi
1. Mengucapkan salam dan menyebutkan nama
2. Menjelaskan kepada klien tentang persiapan dan tujuan prosedur pemberian injeksi
insulin

c) Tahap Kerja

• Cara Menggunakan Insulin Jarum Suntik


1. Cuci tangan dan memakai handscoon steril
2. Mengambil vial insulin dan aspirasi sebanyak dosis yang diperlukan
3. Memilih lokasi suntikan, periksa apakah dipermukaan kulitnya terdapat kebiruan
inflamsi dan edema
4. Melakukan rotasi tempat / lokasi penyuntikan insulin
5. Mendisenfeksi area penyuntikkan dengan kapas alcohol dimulai dari bagian tengah
6. Mencubit kulit tempat area penyuntikkan pada klien yang kurus dan regangkan kulit,
pada klien yang gemuk dengan tangan yang tidak dominan
7. Menyuntikkan insulin secara subkutan dengan tangan yang dominan secara lembut
dan perlahan
8. Mencabut jarum dengan cepat, tidak boleh dipijat, hanya dilakukan penekanan
pada area penyuntikkan dengan menggunakan kapas alcohol
9. Membuang spuit dalam keadaan jarum yang sudah tertutup
10. Lepas handscoon dan cuci tangan
• Cara Menggunakan Insulin Pen
1. Mencuci tangan terlebih dahulu
2. Membersihkan tempat yang akan diinjeksi dengan kapas alcohol dan keringkan
3. Memutar berapa unit insulin pada pen insulin sejumlah yang dibutuhkan
4. Mencubit kulit (lapisan lemak) menggunakan 2 jari
5. Mendorong jarum ke dalam kulit dengan sudut kemirinan 90 derajat (tegak lurus
dengan bagian tubuh yang diinjeksi) dan tekan ke bawah plunger
6. Menahan pen insulin selama 5-10 detik
7. Melepaskan kulit yang dicubit dan lepaskan juga jarum
8. Membersihkan kulit dengan kapas alcohol
9. Membersihkan jarum pen insulin dengan alcoho

• Cara Menggunakan Insulin Jet


1. Mencuci tangan terlebih dahulu
2. Membersihkan tempat yang akan diinjeksi dengan kapas alcohol dan keringkan
3. Memutar berapa unit insulin pada jet insulin sejumlah yang dibutuhkan
4. Menempelkan jet insulin sambal sedikit menekan pada kulit dengan sudut kemiringan
90 derajat (tegak lurus dengan bagian tubuh yang diinjeksi) dan tekan ke bawah plunger
5. Menahan pen insulin selama 5-10 detik
6. Melepaskan jet insulin setelah disemprotkan
7. Membersihkan jarum pen insulin dengan alcohol
• Cara Menggunakan Pump Insulin
1. Mencuci tangan terlebih dahulu
2. Menggunakan set infus steril yang secara otomatis memasukkan kanula (suatu tabung
yang sangat tipis) dibawah kulit, proses ini mudah dan hamper tanpa rasa sakit
3. Mengatur tingkat insulin basal (target glukosa darah rata-rata) pada pompa insulin
4. Mengisi pompa insulin dengan insulin
5. Memasang reservoir pompa insulin untuk cannula tersebut
6. Mencari lokasi yang aman pada tubuh untuk menyimpan tempat pompa

d) Terminasi
1. Rapikan alat dan pasien, kemudian cuci tangan
2. Mengevaluasi respon klien terhadap medikasi yang diberikan 30 menit setelah
injeksi insulin dilakukan
3. Menginspeksi tempat penyuntikkan dan mengamati apakah terjadi pembengkakan
atau hematoma
e) Dokumentasi
1. Mencatat respon klien setelah pemberian injeksi insulin
2. Mencatat kondisi tempat tusukan injeksi insulin
3. Mencatat tanggal dan waktu pemberian injeksi insulin
DAFTAR PUSTAKA

Greenspan dan baxter. (2017). Endokrinologi Dasar dan klinik. EGC. . Jakarta

Kee and Hayes. (2019). Farmakologi, Pendekatan Proses Keperawatan

Wisman, hakimi, Charles D. siregar, M. Deliana “PEMBERIAN INSULIN PADA


DIABETES MELITUS TIPE – 1 TAHUN 2016.” Jurnal Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, 09, No. 01 (2016).51-52

Anda mungkin juga menyukai