Anda di halaman 1dari 11

Mengajar dengan Kasih Sayang

MENGAJAR DENGAN KASIH SAYANG

Ahmad Haromaini
aharomaini@unis.ac.id
(Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Islam Syekh-Yusuf Tangerang)

Abstrak:
Manusia sebagai makhluq yang terlahir dan belum mengetahui apa-apa dibekali Allah
swt. dengan beragam potensi. Potensi-potensi tersebut kemudian digunakan membantunya
untuk menjawab apa yang belum diketahuinya. Ihktiyar yang ditempuh manusia untuk
mewujudkannya dengan proses pendidikan. Sebagai makhluq yang menyukai keharmonisan,
mendidik manusia membutuhkan metodik khusus. Lalu bagaimana semestinya yang
dibutuhkan dalam mendidiknya?. Pada dasarnya mendidik manusia diperlukan adanya sikap
kasih sayang kepadanya. Karena cita-cita luhur yang dibutuhkan tidak hanya persoalan
kedewasaan dan pengetahuan yang tinggi namun tetap mengutamakan keluhuran akhlak
baginya. Mendidik dengan kasih sayang menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan.

Kata Kunci: Manusia, Pendidikan, Rahmat

A. Pendahuluan potensi seperti inilah yang dapat membantu


Manusia dikenal sebagai makhluq manusia bertugas dan menjalankan fungsi
educandus, terdidik. Pendapat lain kekhilafahannya di bumi.
menyebut manusia sebagai makhluq M. Qurasih Shihab menyebutkan
paedagogik.1 Disebut demikian karena potensi yang diberikan Tuhan bagi
padanya dibenamkan potensi-potensi yang manusia adalah kemampuan untuk
menjadikan ia dapat dididik dan mampu mengetahui sifat-sifat, fungsi, dan
mendidik.2 Untuk mencapai hal demikian kegunaan segala macam benda.5 Pendapat
manusia dianugerahkan potensi. Di antara lain mengemukakan bahwa yang diajarkan
potensi yang Allah swt. berikan adalah kepada Adam as. adalah bahasa.6 Bahasa
telinga dengan fungsi mendengarnya, mata memang menjadi alat komunikasi yang
dengan fungsi melihatnya dan hati dengan dibutuhkan manusia untuk mengenal
fungsi berpikirnya.3 Dari potensi tersebut istilah-istilah serta nama-nama benda7 dan
ia mampu memperoleh ilmu pengetahuan kemudian lebih jauh mengenal fungsi dan
di mana ketika terlahir belum mampu kegunaannya. Pengajaran yang diterima
mengetahui sedikitpun. Kemampuan Adam as. Menjadi hal yang sangat penting,
mengetahui yang dimilikinya, menurut mengingat proses pendidikan tersebut
kaum rasionalis menjadikan manusia
mampu menyadari dirinya.4 Potensi- 5
M. Qurasih Shihab, Membumikan Al-
Qur’an, Mizan: Bandung, 2007, cet. ke-30, hal. 233
1 6
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikann Islam, Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Munir, Dar al-
Bumi Aksara: Jakarta, 2018, cet. ke-18, hal. 16 Fikr: Damaskus, 2009, cet. ke-10, jil. I, hal. 132.
2 7
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikann Islam, Nama-nama benda ini dikemukakan oleh
hal. 16 Al-Thabari yang menyebutkan bahwa nama-nama
3
QS. Al-Sajadah [32]: 7-9. QS. Al-Nahl tersebut adalah yang akan saling dikenali oleh
[16]: 78, QS. Al-Mulk [67]: 23. manusia, baik nama-nama manusia, hewa, gunung,
4
Umar Tirtahardja dan S.L. La Sulo, lautan maupun yang lainnya. Lihat Al-Thabari,
Pengantar Pendidikan, Penerbit Rineka Cipta: Tafsir al-Thabari, Maktabah Ibnu Taimiyah, ttp,
Jakarta, 2008, cet. ke-2, hal. 6. cet. ke-II, jil. hal. 457.

Rausyan Fikr. Vol. 15 No. 2 September 2019. ISSN. 1979-0074 e-ISSN. 9 772580 594187 │ 71
Mengajar dengan Kasih Sayang

dapat membantunya untuk menjalani Keharusan manusia belajar dan


kehidupannya manusia membutuhkan mencari pengetahuan merupakan ajaran
benda-benda tersebut agar ia mammpu agama yang harus dilakukan olehnya.
memanfaatkannya untuk memenuhi Bagaimana tidak Islam tidak mentolerir
kebutuhannya. Selain itu juga alam pengikutnya berada pada kebodohan,
semesta baik yang menjadi tempat karenanya untuk menghindari yang
singgahnya maupun yang menjadi objek demikian orang-orang beriman diharuskan
eksplorasinya ditundukkan untuk manusia mencai ilmu pengetahuan. Bahkan
agar dapat memanfaatkannya serta pendidikan yang mesti diperolehnya harus
mengembangkan potensi yang secara total dengan tidak hanya pada
8
dimilikinya. sekedar transfer pengetahuan tetapi juga
Namun demikian, potensi yang telah meliputi pendidikan jasmanai, akal dan
dianugerahkan kepadanya tidak akan jiwa dengan proses yang baik dan simultan
berfungsi dengan baik bila diabaikan dan dan integratif.12
tidak dimaksimalkan penggunaannya. Pendidik yang merupakan salah satu
Maksimalisasi potensi tersebut melalui faktor tercapainya cita-cita luhur manusia
usaha dan cara pendidikan.9 Bahkan menjadi makhluq mulia dengan peradaban
pendidikan mampu menjadikan manusia agung memiliki peran yang sangat strategis
menjadi manusia.10 Melalui pendidikan bahkan menentukan, bagaimana tidak ia
yang ditempuh oleh manusia dapat didefinisikan sebagai pengendali serta
membantunya dalam mencapai mampu mengarahkan pada suatu proses
eksistensinya sebagai manusia.11 membentuk manusia ke arah yang lebih
Karenanya dalam memperoleh tersebut baik.13 Dari sini dapat dipahami bahwa
potensi-potensi yang dimilikinya tugas pendidik serta fungsi yang
mendorongnya untuk menyelesaikan dijalankannya memiliki andil yang sangat
persoalan yang dihadapinya dan kemudian besar dalam pembentukkan karakter
ia berusaha mencari tahu dan memperoleh manusia. Pendidik secara substantif bisa
jawabannya. saja disamakan dengan penutur agama
Pada dirinya terdapat semangat ingin (da’i),14 keduanya memiliki tugas
mengetahui. Rasa ingin mengetahui menyampaikan ajaran-ajaran baik yang
tersebut diberikan Tuhan agar manusia terkandung dalam pesan-pesan agama.
mampu memenuhi kebutuhan hidupnya Karena itu posisi pendidik dalam proses
serta membantunya menyelesaikan tugas pembelajaran sangatlah menentukkan.
kemanusiaannya di bumi. Dalam Ekspektasi ideal adalah terwujudnya
membantu mengetahui apa yang proses pembelajaran yang terbangun atas
dibutuhkan manusia ia memiliki cara dan dasar ketentuan dan mekanisme
jalan untuk memperolehnya. Jalan tersebut pembelajaran yang ideal. Namun dalam
kemudian dengan belajar.
12
M. Quraish Shihab, Membumikan al-
8
M. Qurasih Shihab, Membumikan Al- Qur’an, hal. 184.
13
Qur’an, hal. 233. Eneng Muslihah, Ilmu Pendidikan Islam,
9
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikann Islam, Diadit Media: Jakarta, 2010, cet. ke-I, hal. 114.
14
hal. 17. Abudin Nata menyebutkan peran da‟i
10
Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam, dengan pendidik memiliki kesamaan, yakni pada
Remaja Rosda Karya: Bandung, 2006, cet. ke-1, objek, materi yang disampaikan maupun tujuannya.
hal. 33. Lihat Abuddin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan
11
Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam, (Tafsir al-Ayat al-Tarbawy, Rajawali Press: Jakarta,
hal. 33. 2014, cet. ke-6, hal. 186-187.

Rausyan Fikr. Vol. 15 No. 2 September 2019. ISSN. 1979-0074 e-ISSN. 9 772580 594187 │ 72
Mengajar dengan Kasih Sayang

beberap tahun terakhir ada beberapa makhluq Allah swt. yang lain,17 serta
peristiwa yang menampilkan hal-hal yang meredam rasa bangga yang dimiliki
jauh dari harapan dunia pendidikan. Lalu malaikat atas ilmu pengetahuan yang
bagaimana al-Qur‟an memberikan dimilikinya dan juga Allah swt.
guidance atau bimbingan terkait teknik menampakkan rahasia yang tidak diketahui
pengajaran yang berbasiskan kasih sayang? mereka yang disampaikan oleh hamba-
Atau perlukah menentukan syarat seorang hamba-Nya yang dikehendaki.18 Bahkan
pendidik memiliki sifat kasih sayang tinggi Baidhawi menyebut keterciptaan Adam as.
ketika bertugas menjadi seorang pendidik? merupakan kemuliaan dari Pencipta
Tulisan singkat ini berusaha kepadanya.19
mengeksplorasi luasnya “samudera tak Proses pendidikan telah diungkapkan
berkesudahan” ini. Diharapkan melalui oleh Tuhan kepada Adam as. kemudian
media tulisan ini terwujud harapan yang proses tersebut berlangsung sesuai dengan
hendak dicapai dalam proses pembelajaran subjek dan objek yang berbeda sesuai
yang lebih baik. dengan perkembangan masa dan
berbedanya tempat. Term pendidikan
B. Pendidikan, Ikhtiyar Membangun dalam beberapa terminologi yang dibangun
Peradaban Manusia oleh para ahli menjadi hal yang tidak
Dengan tugasnya sebagai khalifah, mudah untuk didefinisikan.20 Ia menjadi
manusia diperintahkan menjalani istilah yang memiliki berbagai aspek serta
kehidupan ini dengan baik. Namun berragam jenis kegiatan yang dibangun di
demikian tetap memerlukan usaha yang dalamnya.21 Bahkan dengan cakupan
maksimal untuk menjalaninya. Salah satu pengertian yang luas, istilah pendidikan
jalan yang bisa ditempuh manusia adalah menjadi sebuah aktifitas dan fenomena.22
dengan meningkatkan kualitas JOE Park sebagaiman yang dikutip oleh
pengetahuan untuk memahami hal-hal Ahmad Tafsir menyebutkan pendidikan
yang sejatinya menjadi kewajibannya dan sebagai the art or process of imparting or
menghindarkan dirinya dari sesuatu yang acquiring knowledge and habit through
membahayakannya. Upaya yang bisa instructional as study.23 Namun demikian
ditempuh manusia memperoleh hal yang ia bukan berarti menjadi istilah yang sulit
demikian adalah melalui pendidikan.
Sesaat setelah terciptanya Adam as.
17
sebagai manusia Tuhan membantunya Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-
memahami hal-hal yang tentunya akan Maraghi, Maktabah Musthafa al-Bab al-Hilmi:
Mesir, 1946, cet. ke-I, juz. I, hal. 79
dilihatnya di dalam kehidupannya. Tuhan 18
Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Munir, Dar al-
mengajarkan Adam as. nama-nama benda Fikr: Damaskus, 2009, cet. ke-10, jil. I, hal. 142.
serta karakteristik,15 serta memberikan 19
Nashr al-Din Abu Sa‟id al- Baidhawi,
kepadanya pokok-pokok ilmu serta alat- Tafsir Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil, Anwar
alat berikut teknik penggunannya. 16 al-Tanzil, jil. I, hal. 81.
20
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran
Peristiwa pengajaran ini menampakkan Agama Islam, Remaja Rosda Karya: Banudng,
kemulian Adam as. dan manusia sebagai 2007, cet. ke.9, hal. 5.
keturunannya dibandingkan dengan 21
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran
Agama Islam, hal. 5
22
Muhaimini, et.al, Paradigma Pendidikan
15
QS. Al-Baqarah [2]: 31. Islam, Remaja Rosda Karya,: Bandung, 2004, cet.
16
Nashr al-Din Abu Sa‟id al- Baidhawi, ke-3, hal. 37
23
Tafsir Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil, Dar al- Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran
Rasyid: Bairut, 2000, jil. I, cet.ke-1, hal. 84. Agama Islam, hal.5-6.

Rausyan Fikr. Vol. 15 No. 2 September 2019. ISSN. 1979-0074 e-ISSN. 9 772580 594187 │ 73
Mengajar dengan Kasih Sayang

dijangkau oleh definisi dan tersentuh oleh memiliki kualitas tauhid yang benar juga
hakikat. didukung oleh tingkat pengetahuan.
Yunani kuno mengharuskan kritera Karena dengan pengetahuan dan keimanan
manusia pada tiga hal, yakni memiliki tersebut manusia mampu mengkualitaskan
kemampuan dalam mengendalikan diri, diri, sehingga kedudukan yang mulia dan
cinta tanah air, dan berpengetahuan.24 kedudukan terbaik akan menjadi
27
Memiliki pengetahuan menjadi hal yang miliknya. Karena pada dasarnya manusia
sangat penting bagi manusia. Eksistensinya diciptakan dalam bentuk terbaik dan
terukur dari pengetahuan yang dimilikinya, kemudian disempurnakan dengan akal dan
karena dengan ilmu pengetahuan yang pengetahuan.28
dimiliki membantunya mampu Peningkatan peradaban manusia
mengendalikan diri terhadap hal-hal dan diajarkan Allah swt. melalui kecakapan
kondisi-kondisi yang dihadapi serta berkomunikasi (al-bayan),29 serta
mampu membawa dirinya ke arah yang diajarkan bagaimana ia mampu memahami
lebih baik dan pada gilirannya selain dirinya.30 Proses peningkatan
kesanggupan dia mencintai tanah airnya tersebut tidak akan terrealisasi melainkan
menjadi hal yang niscaya timbul yang bisa diwujudkannya akal dan jiwa.31 Oleh sebab
jadi diakibatkan dari kualitas pengetahuan itulah ia dianugerahi potensi-potensi yang
yang diperolehnya. dengannya ia mampu meraih kemuliaann
Ibn Miskawaih bahkan menegaskan tersebut dan juga mampu menyelesaikan
letak kebaikan manusia pada perannya persoalan-persoalan yang dihadapinya.
berpikir.25 Dengan potensi yang diberikan Bila semua terwujud dan manusia menjadi
Tuhan, kinerja berpikir manusia dapat mutsaqif, madani dan terbentuk civil
dioptimalkan guna meraih kebaikkan society yang baik, manusia tentunya akan
tersebut. Lebih jauh Ibn Miskawaih mampu menjadi masyarakat yang baik
menegaskan semakin semakin akurat dan yang mampu memahami hal-hal yang
tepat berpikirnya manusia maka dapat menjadi peristiwa dalam kehidupannya.32
dipastikan ia memiliki kesempurnaan Oleh sebab itu, pengetahuan menjadi
menjadi manusia.26 Karenanya optimalisasi kebutuhan yang sangat mendasar bagi
berpikir tersebut harus ditopang oleh kehidupan manusia. Karena pendidikan
proses mencari pengetahuan dan berusaha mampu mengantarkan manusia menjadi
menjawab setiap persoalan yang pastinya lebih baik dan memiliki peradaban.
akan dihadapi oleh setiap manusia, Sehingga alasan-alasan apapun yang
sehingga dengan pengetahuan yang dalam mungkin pernah muncul tentang adanya
serta kemampuan berpikirnya yang lebih beberapa prilaku yang abai terhadap
baik, manusia akan memperoleh urgensi pendidikan mesti diperbaiki
kesempurnaannya. Allah swt. menjelaskan sehingga cita-cita luhur manusia menjadi
kemuliaan manusia tidak hanya ditentukan
oleh keimanan kepada Penciptanya dengan 27
QS. Al-Mujadalah [58]: 11.
28
Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir Al-
24
Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam, Maraghi, jil. 27. hal. 105.
29
Remaja Rosda Karya: Bandung, 2006, cet. ke-I, hal. QS. Al-Rahman [55]:4.
30
33. Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir Al-
25
Ibnu Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Maraghi, jil. 27. hal. 105.
31
Akhlaq, terj. Helmi Hidayat, Mizan: Bandung, Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir Al-
1998, cet. ke-4. hal. 41. Maraghi, jil. 27. hal. 105.
26 32
Ibnu Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir Al-
Akhlaq, hal. 41. Maraghi, jil. 27. hal. 106.

Rausyan Fikr. Vol. 15 No. 2 September 2019. ISSN. 1979-0074 e-ISSN. 9 772580 594187 │ 74
Mengajar dengan Kasih Sayang

lebih baik melalui pendidikan dapat pengalaman”.35 Lebih lanjut Chaplin


terwujud. seperti yang dikutip Muhibbin Syah
Sebagai proses dari transfer mendefinisikan belajar sebagai:
pengetahuan, dalam Islam nilai-nilai “…Acquisition of any relatively
Ketuhanan dalam sebuah pencapaian permanent change in behavior as a
memperoleh ilmu pengetahuan harus result and experience” dan “Process
menjadi prioritas utama. Tradisi tasawuf of acquiring responses as a result of
mengajarkan bahwa sikap-sikap special practice”
penghambaan kepada Tuhan dan dibarengi “Belajar sebagai perolehan
rasa takut kepada-Nya merupakan hal yang perubahan tingkah laku yang relative
sangat penting untuk ditunjukkan bagi menetap sebagai akibat latihan dan
seseorang yang memiliki ilmu pengalaman” dan “ Belajar menjadi
pengetahuan, karena ilmu pengetahuan sebuah proses memperoleh respons-
yang tidak dibarengi dengan sikap seperti respon sebagai dampak dari latihan-
itu akan mebawa pelataka bagi latihan yang khusus.36
33
pemiliknya. Berbeda dengan Chaplin, psikolog
kenamaan Reber seperti yang dikutip
C. Makna Belajar, Mengajar dan Muhibbin Syah37 mendefinisikan
Mendidik terminologi belajar dengan dua rumusan,
Untuk mencapai asa dalam yakni:
melengkapi ikhtiar manusia membangun “The process of acquiring
peradabannya serta transfer ilmu knowledge, A relatively permanent
pengetahuan menjadi terwujud diperlukan change in response potentiality which
adanya kegiatan pendidikan yang occurs as result of reinforced
mengantarkan ke arah tersebut. Aktifitas practise”
tersebut kemudian dikenal dengan belajar. “Belajar merupakan proses
Dengan belajar, terlebih didukung dengan memperoleh pengetahuan dan belajar
motivasi yang tinggi akan menghasilkan sebagai sebuah perubahan
ilmu pengetahuan serta keinginan yang kemampuan beraaksi yang relative
hendak dicapai.34 Belajar menjadi kegiatan langgeng sebagai hasil latihan yang
yang menampilkan beragam aktifitas, baik diperkuat”.
membaca, menghafal, menulis maupun Sikun Pribadi dan Ki Hajar
yang lainnya. Dewantara sesuai yang dikutip Ahmad
Para pakar mendefinisikan makna Tafsir mendefinisikan mendidik sebagai
belajar dengan pandangan yang lain, sebut melaksanakan berbagai usaha untuk
saja Wittig seperti yang dikutip Muhibbin menolong anak didik dalam usaha
Syah menyatakan bahwa “belajar menjadi mengembangkan sikap kedewasaannya.38
sebuah perubahan yang bersifat relatif Kedewasaan yang ditempuh oleh manusia
menetap yang terjadi pada berbagai hal
tingkah laku suatu organisme sebagai hasil 35
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar,
Rajawali Press: Jakarta, 2003, cet. ke-2, hal. 65-66.
36
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan,
33
Ashim Ibrahim Al-Kayyali, Al-Hikam Ibn Remaja Risda karya: Bandung, 1995, cet. ke-2, hal.
‘Atha’ilah, Ulasan Singkat Memikat, terj. M. Tatam 89
37
Wijaya, Qaf: Jakarta, 2018, cet. ke-I, hal. 124-125 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, hal.
34
Ary Ginanjar Agustian, ESQ, Emotional, 90.
38
Spiritual Quotient, The ESQ Way 165, Jakarta: M. Qurasih Shihab, Menabur Pesan Ilahi,
Arga Tilanta, jil. 1, hal. 311. Lentera Hati: Jakarta, 2006, cet. ke-II, hal. 375

Rausyan Fikr. Vol. 15 No. 2 September 2019. ISSN. 1979-0074 e-ISSN. 9 772580 594187 │ 75
Mengajar dengan Kasih Sayang

menjadi kebutuhannya dalam upaya kompetensi pengajar dan sifat bahan


menempuh kualitas hidup yang lebih baik. pengajaran.41
Karena bagaimana pun juga keinginan
manusia menjadi dewasa membutuhkan D. Mengajar dengan Kasih Sayang
bantuan orang lain, dan bantuan tersebut Kasih sayang dalam al-Qur‟an
bernama proses pendidikan. Pendidik akan setidaknya direfresentasikan dengan lafadz
menuntun peserta didik mengenalkan ilmu rahmah. Bahasa Inggris menyebutnya
pengetahuan kepada peserta didik dan sebagai Most Gracious dan Most
dengan ilmu pengetahuan yang Merciful.42 Kata ini disebutkan berulang-
dimilikinya, peserta didik akan mengetahui ulang.43 Pengulangan tersebut sudah dapat
hal-hal yang penting untuk dilakukan dan disaksikan sejak permulaan al-Qur‟an,
yang sejatinya mesti dijauhi. yakni seperti yang terdapat dalam QS. Al-
Pendidikan sejatinya bertugas Fatihah. Kasih sayang ini oleh Al-Alusi
memposisikan manusia secara utuh, disebut sebagai kelembutan hati.44
simultan, terpadu dan terkoordinasi melalui Implementasi dari kelembutan hati tersebut
semua fasilitas pendukung demi berdampak pada kebaikan. Karena jika
terwujudnya pendidikan. Proses seseorang berada pada kondisi seperti ini ia
pendidikan yang tepat menurut M. Qurasih akan memberikan kebaikan dan sesuatu
Shihab adalah tidak adanya dikotomi kepada yang disayanginya tersebut.45
antara dua unsur yang integrative dalam Tradisi keilmuan tafsir sempat
tubuh manusia, yakni dimensi jasadiah dan memunculkan perdebatan di kalangan para
ruhaniyyah.39 Kedua dimensi tersebut sarjana muslim tersebut. Tidak hanya pada
menjadi penting untuk diperhatikan, soal lafadz Rahman dan Rahim saja
mengingat eksistensi manusia dapat dinilai melainkan diskusi sampai membahas
dan tidak mungkin mengabaikan kedua posisi dan peletakkan kedua kata tersebut
dimensi tersebut dalam proses pendidikan dalam bentuk didahulukan dan
dalam hal ini pembelajaran.
Mendidik memiliki jangkauan yang
jauh dari sekedar mengajar, Ahmad Tafsir 41
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran
menyebutkan seorang pendidik memiliki Agama Islam, hal. 35.
pengetahuan tentang potensi yang dimiliki 42
Muhammad Taqi al-Din al-Hilali dan
manusia (yang merupakan tujuan Muhammad Muhsin Khan, The Noble Qur’an In
pendidikan), bahkan jauh dari itu ia the English Language, King Fahd Complex the
mampu mengetahui seseorang yang Printing of the Holy Qur‟an: Madinah, tt, hal. 1
43
Muhammad Abduh berpendapat
menjadi muridnya ada yang berhasil dan pengulangan kata rahman dan rahim dalam al-
ada yang tidak.40 Namun yang perlu Qur‟an memberikan makna pendidikan Allah swt.
menjadi perhatian dari proses mengajar kepada makhluq-Nya tidak sekedar faktor
dan mendidik itu ada beberapa hal yang kebutuhan yakni bagaimana menarik manfaat dan
harus menjadi perhatian beberapa hal menolak yang berbahaya tetapi pengulangan kata
rahman dan rahim sebagai menyeluruhnya dan
berikut; mempertimbangkan tingkat menjangkaunya kasih sayang Allah swt. kepadanya.
kecerdasan objek pengajaran, maksud dan Lihat. Muhammad Abduh dan Muhammad Rasyid
tujuan, situasi, media pembelajaran, Ridha, Tafsir Al-Manar, Dar al-Manar, Mesir,
1947, jil. I, cet. ke-2, hal. 51.
44
Syihab al-Din Sayyid Mahmud al-Alusi al-
39
M. Qurasih Shihab, Menabur Pesan Ilahi, Baghdadi, Ruh al-Ma’ani, Ihya al-Turats al-„Arabi:
hal. 375. Bairut, tt, juz. I, hal. 59.
40 45
Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam, Syihab al-Din Sayyid Mahmud al-Alusi al-
hal. 36-37 Baghdadi, Ruh al-Ma’ani, hal. 59

Rausyan Fikr. Vol. 15 No. 2 September 2019. ISSN. 1979-0074 e-ISSN. 9 772580 594187 │ 76
Mengajar dengan Kasih Sayang

diakhirkan.46 Pembahasan seperti demikian dan merupakan kehendak nikmat.50


menjadi bahasan tafsir yang disajikan oleh Sebagian ada yang menyatakan bahwa kata
Al-Alusi,47 begitu pun para mufassir al- Rahman adalah yang menganugerahkan
Qur‟an yang memiliki concern terhadap nikmat kepada semua makhluq hingga
struktur bahasa Arab, dalam hal ini kajian orang-orang yang tidak beriman ikut
yang menjadi objeknya adalah al-Qur‟an. merasakannya, sedangkan Rahim
Namun demikian yang perlu menjadi memberikan nikmat dikhususkan kepada
catatan adalah bagaimana terminologi orang-orang yang beriman.51 Namun
kasih sayang tersebut dapat dipahami demikian keistimewaan kedua nama
dengan mudah dan pada gilirannya dapat tersebut bila digabungkan dalam
dimanifestasikan dalam kehidupan sehari- penyebutan secara bersamaan oleh Ibnu al-
hari baik dalam bentuknya relasi sosial Qayyim sesuai yang dikutip Muhammad
dengan cakupan luas maupun dalam dunia Abduh sebagai makna yang indah, karena
pendidikan dalam konteks pengajaran. menurutnya Rahman adalah sifat-Nya dan
Diskusi di seputaran lafadz Rahman Rahim adalah perbuatannya.52
dan Rahim48 yang oleh Muhammad Abduh Perbedaan yang dapat dikatakan
disebut memiliki sumber lafadz yang sama, mendasar pada kedua nama tersebut adalah
yakni rahmah49 cukup menarik perhatian bahwa kata Rahman oleh mayoritas
para sarjana muslim. Sebut saja Al- mufassir dikatakan sebagai kata yang
Qusyairi menyebutnya sebagai sifat azali dikhususkan kepada Allah swt. bahkan
secara mutlak dinyatakan bahwa tidak
46
M. Qurasih Shihab menyebutkan bahwa dibolehkan kepada selain-Nya. Berbeda
dalam terdapat keindahan susunan lafadz serta dengan Rahim, kata ini bisa dikaitkan
pesan-pesan yang terkandung di dalamnya dalam kepada makhluq.53
kaidah taqdim dan takhir. Karena para linguis Arab
dalam beberapa literatur ilmu tata bahasa Arab
Bersikap kasih dan sayang harus
menjadi pembahasan yang cukup menarik dapat diterapkan dalam kondisi apapun.
perhatian. Karena dari peristiwa taqdim dan takhir Karena sifat ini tentunya akan membawa
tersebut memiliki makna akibat dari proses kebaikan kepada pelakunya dan dapat
tersebut. Lihat M. Qurasih Shihab, Kaidah Tafsir, dirasakan manfaatnya oleh orang yang
Lentera Hati: Jakarta, 2015, cet. ke-III, hal. 229.
47
Lihat Syihab al-Din Sayyid Mahmud al-
merasakannya. Memang tidak dapat
Alusi al-Baghdadi dalam tafsir Ruh al-Ma‟ani, hal. dipungkiri kondisi jiwa yang dialami
59-62. Namun demikian, para ulama sepakat bahwa seseorang tidak membuatnya selalu
rahman dan rahim merupakan nama Allah swt. dan mencurahkan kasih sayangnya terlebih
berdasarkan pada sifat yang terjadi dari proses kepada seseorang yang membuatnya
morfologis derivatif yang muncul secara bersamaan
karena memiliki kesesuaian. lihat juga Muhammad
kecewa. Namun demikian hal tersebut
Abduh dan Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir Al- bukanlah menjadi alasan bagi seseorang
Manar, Dar al-Manar, Mesir, 1947, jil. I, cet. ke-2,
hal. 46.
48 50
Muhammad Qurasih Shihab menyebutkan Abi al-Qasim Abd al-Karim ibn Hawazin
bahwa sebenarnya Allah swt. memiliki nama yang ibn Abd al-Malik al-Qusyairi, Tafsir al-Qusyairi,
banyak dan tersebar di dalam al-Qur‟an, namun Dar al-Kutub al-Ilmiyyah: Bairut, 2007, cet. ke-2,
yang terpilih hanyalah lafadz Rahman dan Rahim jil. I, hal. 11.
51
yang keduanya merupakan lafadz yang terbentuk Muhammad Abduh dan Muhammad
dari lafadz yang sama, menurutnya kedua sifat ini Rasyid Ridha, Tafsir Al-Manar, hal. 47.
52
dipilih karena sifat itulah yang dominan. Lihat M. Muhammad Abduh dan Muhammad
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Lentera Hari: Rasyid Ridha, Tafsir Al-Manar, hal. 48.
53
Jakarta, 2005, jil. I, cet. ke-3, hal. 21 Muhammad Ali Al-Shabuni, Tafsir Ayat
49
Muhammad Abduh dan Muhammad al-Ahkam min Al-Qur’an, Dar al-Qur‟an Al-Karim:
Rasyid Ridha, Tafsir Al-Manar, hal. 46. Bairut, 1999, cet. ke-I, jil. I, hal. 19.

Rausyan Fikr. Vol. 15 No. 2 September 2019. ISSN. 1979-0074 e-ISSN. 9 772580 594187 │ 77
Mengajar dengan Kasih Sayang

untuk meninggalkan berkasi sayang petunjuk untuk kehidupan mereka di dunia


kepada seseorang yang hadir di sekitarnya. maupun sekembalinya menghadap
55
Nabi Muhammad saw. dalam satu kondisi Tuhan.
disebutkan bahwa beliau merasakan Seorang pendidik-menurut Umar ibn
curahan kasih sayang Allah swt. di saat Khattab- diharuskan memiliki sifat kasih
selesainya peristiwa perang Uhud. Seperti sayang terhadap anak didiknya. 56 Karena
yang tercantum dalam QS. Ali-Imran [3]: sikap demikian akan berdampak pada sikap
159. yang dimunculkan oleh peserta didik
ِِ ٍ
‫نت فَظًّا‬ َ ‫نت ََلُ مم ۖ َولَ مو ُك‬ َ ‫فَبِ َما َر مْحَة ِّم َن ٱهلل ل‬
dengan tidak menjadi takut atau berusaha
menghindar dari sikap guru yang tidak
ِ َ ‫َغلِي‬
‫ف‬ُ ‫ٱع‬ ‫ك ۖ فَ م‬ َ ‫ب لَن َفضوا ِم من َح مول‬ ِ ‫ظ ٱلم َقلم‬ membuatnya senang untuk berkomunikasi
bahkan menerima ilmu pengetahuan
‫ٱستَ مغ ِف مر ََلُ مم َو َشا ِومرُه مم ِِف مٱْل مَم ِر ۖ فَِإ َذا‬
‫َعمن ُه مم َو م‬ darinya. Karena itu mengajar dengan kasih

‫ت فَتَ َوك مل َعلَى ٱهللِ ۖ إِن ٱهللَ ُُِيب‬


sayang merupakan hal yang sangat penting
َ ‫َعَزمم‬ dalam dunia pendidikan.
ِ Petunjuk menjadi pendidik dengan
َ ‫ٱلم ُمتَ َوِّكل م‬
‫ي‬ kasih sayang disajikan al-Qur‟an dalam
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah QS. Al-Rahman. Sebagai kelompok
kamu berlaku lemah lembut terhadap Makkiyyah dan diturunkan setelah QS. Al-
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras Ra‟d,57 surat ini mengawali pesan-pesan
lagi berhati kasar, tentulah mereka Tuhan dengan uraian adanya proses
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena pendidikan dengan menjadikan kata
itu maafkanlah mereka, mohonkanlah Rahman sebagai pelakunya. Surat ini juga
ampun bagi mereka, dan menjelaskan berkaitan dengan hal-hal yang
bermusyawaratlah dengan mereka dalam berfaidah -dengan kasih sayang-Nya- bagi
urusan itu. Kemudian apabila kamu telah penduduk bumi.58 Allah swt. berfirman:
membulatkan tekad, maka bertawakkallah )2( ‫) َعل َم الم ُق مرآ َن‬١( ‫ْح ُن‬
‫الر م م‬
kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal Penyebutan kata Rahman yang
kepada-Nya. mengawali surat tersebut dan menunjukkan
Pengutusan nabi Muhammad saw. ke aktifitas yang dilaksanakannya berupa
muka bumi merefresentasikan kasih pengajaran, maka sejatinya dalam dunia
sayang.54 Kasih sayang yang memancar pendidikan dengan berbagai model dan
dari nabi Muhammad saw. menjadi metode pengajaran apapun, sikap kasih
kebaikkan bagi semua manusia dengan sayang menjadi modal dasar dan sikap
latar belakang yang berragam. Peran mulia yang sejatinya ditunjukkan kepada setiap
ini ditempuh oleh nabi Muhammad saw. orang yang berprofesi menjadi tenaga
dengan menyampaikan ajaran-ajaran pendidik. Karena sikap berkasih sayang ini
risalah Tuhan. Secara tegas al-Qur‟an
menyebutnya sebagai rahmah dengan 55
Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir Al-
bentuk kata jadian “ism”, bukan kata Maraghi, jil. 17. hal. 78.
56
verbal “fi’il”, artinya kasih sayang tersebut Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi, Hadis-
adalah nabi Muhammad saw. Dengan hadis Pendidikan, Kencana: Jakarta, 2012, cet. ke-
1, hal. 79
kasih sayang tersebut nabi memberikan 57
Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir Al-
Maraghi, jil. 27. hal. 104.
58
Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir Al-
54
QS. Al-Anbiya [21]: 107 Maraghi, jil. 27. hal. 104.

Rausyan Fikr. Vol. 15 No. 2 September 2019. ISSN. 1979-0074 e-ISSN. 9 772580 594187 │ 78
Mengajar dengan Kasih Sayang

menjadi sebuah kebutuhan yang mendasar rasul yang diutus sebagai rahmat bagi
agar suasana pembelajaran akan lebih seluruh makhluq juga pernah
menyenangkan dan terhindar dari rasa menyampaikan sikap kasih sayangnya
takut dan khawatir menerima informasi- dengan sikap yang menunjukkan
informasi pengetahuan. keengganan beliau membebani umatnya
Mendidik dengan kasih sayang untuk bersiwak.63
menjadi hal yang sangat dibutuhkan, Proses pendidikan semestinya
mengingat objek pendidikan adalah menuntut menghadirkan sikap kasih
manusia, dengan segala potensi yang sayang dalam proses pendidikan
dimilikinya pendidikan yang diterima oleh mengingat karakter manusia yang
manusia harus dikelola dengan baik, menghendaki ungkapan-ungkapan yang
karena bila potensi-potensi tersebut diasah didasarkan dengan kasih sayang. Manusia
dan diasuh secara baik dapat mewujudkan yang disebut al-Qur‟an dengan term “al-
manusia yang utuh dan mampu meneladani uns” yakni penyebutan manusia yang
sifat-sifat Tuhan sesuai dengan posisinya senang dengan keharmonisan tentunya
sebagai ciptaan-Nya.59 sikap kasih sayang menjadi hal yang
Sikap kasih sayang sejatinya harus sangat ia butuhkan.
dimunculkan dalam proses pendidikan, Guru-guru yang mengajarkan ilmu
karena rahmat menjadi nilai akhlak yang pengetahuan dengan sikap kasih sayang
sangat penting dalam interaksi seorang tentunya akan memperoleh balasan serupa.
muslim.60 Bahkan tidak hanya kepada Ia akan disayangi tidak hanya dari Allah
sesama manusia, Islam dengan keluhuran swt. yang Maha Rahman tetapi dari
nilai dan ajarannya, mengajarkan makhluq-makhluq Allah swt yang lainnya.
pentingnya kasih sayang kepada makhluq Bila proses pendidikan yang terlaksana dan
Allah swt. yang lain. Nabi Muhammad didasarkan dengan kasih sayang harapan
saw. bersabda: menjadikan manusia seutuhnya dalam
“Siapa yang berkasih sayang meskipun proses pendidikan akan semakin mudah
kepada seekor burung pipit yang terwujud dan cita-cita membangun
disembelih, akan disayangi Allah pada peradaban manusia yang lebih baik tidak
hari kiamat (HR. Bukhari).61 hanya peningkatan kedewasaan dan
Sikap berkasih sayang menjadi hal berkembangnya ilmu pengetahuan tetapi
yang sangat penting. Karena dengan juga peradaban luhur itu akan menjadi
Rahmat yang diberikan-Nya, Dia tidak sempurna dengan tersebarnya kasih sayang
membebani kepada hamba-Nya beban di dalamnya.
yang di luar batas kemampuannya.62
Bahkan nabi Muhammad saw. nabi dan
DAFTAR PUSTAKA
59
M. Qurasih Shihab, Menabur Pesan Ilahi, Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi, Hadis-
hal. 375
60
M. Quraish Shihab, Yang Hilang dari Kita:
hadis Pendidikan, Kencana, Jakarta:
Akhlak, Lentera Hati, Jakarta: 2019, cet. ke-3, hal. 2012
133. Abi al-Qasim Abd al-Karim ibn Hawazin
61
Redaksi terjemah dari hadits ini dikutip
dalam Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Ibn Abd al-Malik al-Qusyairi, Tafsir
Tafsirnya, Kementerian Agama RI: Jakarta, 2012,
jil. 1, hal. 15.
62 63
M. Qurasih Shihab, Yang Hilang..., hal. M. Qurasih Shihab, Yang Hilang..., hal.
133. 133.

Rausyan Fikr. Vol. 15 No. 2 September 2019. ISSN. 1979-0074 e-ISSN. 9 772580 594187 │ 79
Mengajar dengan Kasih Sayang

al-Qusyairi, Dar al-Kutub al- _______________, Membumikan Al-


Ilmiyyah: Bairut, 2007. Qur’an, Mizan: Bandung, 2007.Al-
Abuddin Nata, Tafsir Ayat-ayat _______________, Menabur Pesan Ilahi,
Pendidikan (Tafsir al-Ayat al- Lentera Hati: Jakarta, 2006.
Tarbawy, Rajawali Press: Jakarta, Muhaimini, et.al, Paradigma Pendidikan
2014. Islam, Remaja Rosda Karya,:
Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al- Bandung, 2004.
Maraghi, Maktabah Musthafa al-Bab Muhammad Abduh dan Muhammad
al-Hilmi: Mesir, 1946. Rasyid Ridha, Tafsir Al-Manar, Dar
Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam, al-Manar, Mesir, 1947
Remaja Rosda Karya: Bandung, Muhammad Ali Al-Shabuni, Tafsir Ayat
2006. al-Ahkam min Al-Qur’an, Dar al-
___________, Filsafat Pendidikan Islam, Qur‟an Al-Karim: Bairut, 1999
Remaja Rosda Karya: Bandung, Muhammad Taqi al-Din al-Hilali dan
2006. Muhammad Muhsin Khan, The
___________, Metodologi Pengajaran Noble Qur’an In the English
Agama Islam, Remaja Rosda Karya: Language, King Fahd Complex the
Banudng, 2007. Printing of the Holy Qur‟an:
Madinah, tt, hal. 1
Ary Ginanjar Agustian, ESQ, Emotional,
Spiritual Quotient, The ESQ Way Muhibbin Syah, Psikologi Belajar,
165, Jakarta: Arga Tilanta. Rajawali Press: Jakarta, 2003.
Ashim Ibrahim Al-Kayyali, Al-Hikam Ibn ____________, Psikologi Pendidikan,
‘Atha’ilah, Ulasan Singkat Memikat, Remaja Risda karya: Bandung, 1995.
terj. M. Tatam Wijaya, Qaf: Jakarta, Nashr al-Din Abu Sa‟id al- Baidhawi,
2018. Tafsir Anwar al-Tanzil wa Asrar al-
Eneng Muslihah, Ilmu Pendidikan Islam, Ta’wil, Dar al-Rasyid: Bairut, 2000.
Diadit Media: Jakarta, 2010. Syihab al-Din Sayyid Mahmud al-Alusi al-
Ibnu Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Baghdadi, Ruh al-Ma’ani, Ihya al-
Akhlaq, terj. Helmi Hidayat, Mizan: Turats al-„Arabi: Bairut, tt.
Bandung, 1998. Thabari, Tafsir al-Thabari, Maktabah Ibnu
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Taimiyah, ttp.
Tafsirnya, Kementerian Agama RI: Umar Tirtahardja dan S.L. La Sulo,
Jakarta, 2012 Pengantar Pendidikan, Penerbit
M. Quraish Shihab, Yang Hilang dari Kita: Rineka Cipta: Jakarta, 2008.
Akhlak, Lentera Hati: Jakarta, 2019 Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Munir, Dar al-
_______________, Tafsir Al-Misbah, Fikr: Damaskus, 2009, cet. ke-10, jil.
Lentera Hari: Jakarta, 2005 I, hal. 142.
_______________, Kaidah Tafsir, Lentera Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikann Islam,
Hati: Jakarta, 2015 Bumi Aksara: Jakarta, 2018.

Rausyan Fikr. Vol. 15 No. 2 September 2019. ISSN. 1979-0074 e-ISSN. 9 772580 594187 │ 80
Mengajar dengan Kasih Sayang

Rausyan Fikr. Vol. 15 No. 2 September 2019. ISSN. 1979-0074 e-ISSN. 9 772580 594187 │ 114

Anda mungkin juga menyukai