Anda di halaman 1dari 3

Contoh Perhitungan Bagi Hasil Pemodal Sekaligus Rekan Kerja

Sistem bagi hasil pertama yang bisa Anda temukan adalah pemodal sekaligus rekan kerja. Jika Anda
melakukan patungan bisnis dengan teman, sistem ini sangat mungkin terjadi.

Misalnya, teman Anda memberikan modal sekaligus menjadi rekan kerja aktif. Namun, ingat bahwa rekan
kerja aktif juga merupakan karyawan. Oleh sebab itu, ia juga berhak mendapatkan dua penghasilan, yakni
dividen dari modal dan gaji dari hasil kerjanya.

Dividen atau keuntungan bersih didapatkan setelah dipotong investasi kedepan dan biaya operasional.
Pembagian keuntungan juga disesuaikan oleh besar persentase modal yang ditanamkan di awal oleh masing-
masing pemilik modal.

Sistem bagi hasil keuntungan yang didapatkan pemodal nantinya akan diakumulasi dan diberikan setahun
sekali.

Hak keduanya adalah gaji untuk kinerja selama ini.


Berbeda dari keuntungan, Anda harus memberikannya setiap bulan, bisa di awal atau di akhir bulan
tergantung sistem bisnis yang dianut.
Sebagai contoh, A dan B mendirikan sebuah toko sepatu.
Masing-masing dari mereka mengeluarkan modal untuk pendiriannya sebesar Rp 100 juta dari A dan Rp 200
juta dari B.
Maka modal awal secara keseluruhan sebesar Rp 300 juta.

Dari sini bisa terhitung berapa persentase modal oleh masing-masing pemilik.
Kepemilikan A sebesar
(100 juta/300juta) x 100% = 34%
Kepemilikan B sebesar
(200 juta/300 juta) x 100% = 66%
A dan B sepakat untuk menerima gaji perbulan masing-masing sebesar Rp 6 juta.

Lantas bagaimana sistem cara menghitung bagi hasil usaha pemodal dan pengelola?
Katakanlah toko sepatu mereka mendapatkan keuntungan sekitar Rp 400 juta pada tahun ini maka estimasi
pembagian keuntungan adalah sebagai berikut.
Keuntungan = Rp 400 juta
Investasi tahun depan = Rp 200 juta
Biaya operasional = Rp 50 juta
Dividen = Rp 150 juta

Perhitungan dividen untuk A dan B:


Dividen untuk A = 34% x Rp 150 juta = Rp 51 juta
Dividen untuk B = 66% x Rp 150 juta = Rp 99 juta
Dan pendapatan masing-masing dari mereka adalah sebagai berikut.
Pendapatan A:
Gaji Rp 6 juta x 12 bulan = Rp 72 juta
Dividen = Rp 51 juta
Total = Rp 123 juta
Pendapatan B:
Gaji Rp 6 juta x 12 bulan = Rp 72 juta
Dividen = Rp 99 juta
Total = Rp 171 juta
Gunakan sistem cara bagi hasil usaha pemodal dan pengelola yang tepat, seperti contoh di atas.
Contoh Perhitungan Bagi Hasil Pemodal dalam Bentuk Saham
Sistem investasi pemodal yang membiayai perusahaan dalam bentuk saham sering disebut sebagai investor.
Karena itu biasanya pembagian keuntungan dalam perseroan terbatas didasarkan atas berapa saham yang
dimiliki oleh seseorang.

Seorang investor biasanya hanya memberikan modal dan tidak ikut terlibat dalam kegiatan operasional.
Lalu pembagian keuntungan dalam perseroan terbatas berdasarkan atas apa saja?

Cara pembagian keuntungan pada sistem bagi hasil permodalan ini adalah pengelola mendapatkan gaji
bulanan serta dividen.

Sementara pemodal mendapat penghasilan dari dividen.


Sebelum memulai bisnis, kedua pihak ini harus membuat kesepakatan terlebih dahulu mengenai berapa
persen pembagian untuk masing-masing.

Misalnya C, D, dan E bersepakat untuk membuka bisnis binatu. Lalu, C dan E yang mempunyai modal sedikit
meminta E untuk menjadi investor.
C memberikan Rp 60 juta, D memberikan Rp 60 juta dan E memberikan modal sebesar Rp 180 juta.
Maka modal keseluruhan yang terkumpul yaitu Rp 300 juta.

Dari masing-masing modal ini akan memperoleh persentase sebagai berikut:


C mengeluarkan modal sebesar Rp 60 juta
(60 juta/300 juta) x 100% = 20%
D mengeluarkan modal sebesar Rp 60 juta
(60 juta/300 juta) x 100% = 20%
E mengeluarkan modal sebesar Rp 180 juta
(180 juta/300 juta) x 100% = 60%

Bagaimana cara menghitung sistem bagi hasil usaha pemodal dan pengelola, berdasarkan contoh di atas?
Jika pengelola dan investor sepakat, maka persentase pemberian modal ini bisa digunakan sebagai
persentase pembagian keuntungan nantinya.

Ingat kembali bahwa pengelola berhak untuk mendapatkan gaji atas kinerja mereka.
Dan mereka sepakat untuk menggaji diri mereka sebesar RP 5 juta per bulan.
Tahun ini bisnis laundry yang telah berjalan mempunyai keuntungan sekitar RP 300 juta pula.
Selain harga saham, pembagian keuntungan dalam perseroan terbatas biasanya berdasarkan atas dividen.

Maka estimasi pembagian dividennya sebagai berikut:


Keuntungan = Rp 300 juta
Investasi tahun depan = Rp 100 juta
Biaya operasional = Rp 100 juta
Dividen = Rp 100 juta

Selanjutnya perhitungan dividen untuk C, D dan E sebagai sistem cara bagi hasil usaha pemodal dan
pengelola adalah sebagai berikut:
Nominal Dividen untuk C = 20% x Rp 100 juta = Rp 20 juta
Dividen untuk D = 20% x Rp 100 juta = Rp 20 juta
Dividen bagi E = 60% x Rp 100 juta = Rp 60 juta
Dan pendapatan masing-masing mereka adalah sebagai berikut:

Pendapatan C:
Gaji Rp 5 juta x 12 bulan = Rp 60 juta
Dividen = Rp 20 juta
Total = Rp 80 juta
Pendapatan D:
Gaji Rp 5 juta x 12 bulan = Rp 60 juta
Dividen = Rp 20 juta
Total = Rp 80 juta
Pendapatan E
Dividen = Rp 60 juta

Contoh Perhitungan Bagi Hasil Pemodal dalam Bentuk Hutang


Bagaimana cara bagi hasil usaha pemodal dan pengelola dalam bentuk ini?
Pemodal jenis ini biasa menyebut dirinya sebagai kreditur.

Seorang kreditur hampir sama dengan investor dalam sebuah bisnis, yakni sekadar memberikan modal.
Namun yang membedakan adalah kreditur memberikan modal dalam bentuk hutang.
Sama ketika Anda berhutang dengan lembaga seperti bank dan lain-lain, dalam perjanjian hutang pasti
terdapat pokok hutang, bunga dan jatuh tempo.

Status modal adalah hutang dan tidak ada keterikatan antara pengelola bisnis dan kreditur.
Sehingga melakukan pelunasan sesuai dengan perjanjian awal dan seberapa banyak pun dividennya tidak
berpengaruh pada pembayaran hutang kemudian.
Begitu juga pada saat bisnis terpuruk, kreditur tidak bisa terlibat dan pengelola bisnis harus tetap menjalani
kewajiban untuk membayar hutang.

Anda harus tetap membayar sesuai dengan jatuh tempo.


Jika melewati tempo yang sudah kedua belah pihak sepakati, maka resiko bunga semakin bertambah, maka
pengelola bisnis harus mampu menghadapinya.

Oleh karena itu sebelum memutuskan untuk mengambil permodalan melalui kreditur, Anda harus menghitung
secara rinci jumlah yang akan dipinjam, kemampuan bisnis dalam memperoleh uang, dan jangka waktu untuk
Anda bisa mengembalikan dana yang dipinjam.

Jangan sampai angka yang Anda keluarkan tidak realistis dan memberatkan Anda ketika harus membayar.
Itu tadi tiga bentuk pembagian keuntungan yang kerap kali Anda temui ketika mendirikan sebuah bisnis.
Anda sah-sah saja melakukan sistem di atas, namun Anda tetap harus memperhatikan beberapa hal.
Buatlah kesepakatan yang jelas apakah modal hanya Anda dapat dari investor atau dari kedua belah pihak.
Khususnya untuk modal dari investor.

Anda harus melakukan kesepakatan dengan sejelas-jelasnya agar tidak terjadi masalah di kemudian hari.
Untuk semua jenis permodalan, mitra harus mengetahui perkembangan bisnis, batasan waktu pembagian
hasil harus jelas, dan apa model wujud dari pembagian keuntungan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai