Anda di halaman 1dari 16

32

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Puskesmas 11 Ilir


1. Sejarah Puskesmas 11 Ilir
Puskesmas 11 Ilir pada awal berdiri pada tahun 1983
dengan nama Pustu 11 Ilir dibawah Puskesmas induk 11 Ilir dan
pada tahun 1996 Puskesmas 11 Ilir dibangun dan dijadikan
Puskesmas induk dengan satu Pustu yaitu Pustu 9 Ilir Palembang.
Terakhir Puskesmas 11 Ilir direhab pada Tahun 2016 dan
mengalami perluasan bangunan.
Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Palembang wilayah
kerja Puskesmas 11 Ilir meliputi 2 kelurahan, yaitu : Kelurahan 9
Ilir dan Kelurahan 11 Ilir. Adapun Puskesmas 11 Ilir ini
merupakan salah satu Puskesmas Induk dari 5 Puskesmas yang
ada di Kecamatan Ilir Timur II Kota Palembang dan mempunyai
dan luas wilayah kerja 290 Ha.

2. Letak Geografi
Batas Wilayah Puskesmas 11 Ilir, yaitu :
Utara : berbatasan dengan Kelurahan Sekip D2.
Selatan : berbatasan dengan Kuto Batu
Timur : berbatasan dengan Kelurahan 8 Ilir
Barat : berbatasan dengan Kelurahan 10 Ilir, 15 Ilir dan
Sekip D2.
Wilayah kerja Puskesmas 11 Ilir terdiri dari dataran rendah dan
sebagian kecil pinggiran sungai.

3. Transportasi
Puskesmas 11 Ilir terletak di tepi jalan untuk mencapai
Puskesmas 11 Ilir relatif mudah karena dilalui oleh kendaraan
33

umum dan juga dengan berjalan kaki, sehingga transportasi lancar


karena letaknya sangat strategis di Pusat Kota.

4. Demografi
Berdasarkan data jumlah penduduk dalam wilayah kerja
Puskesmas 11 Ilir pada tahun 2016 adalah :
Tabel 5
Data Demografi Wilayah Kerja Puskesmas 11 Ilir Palembang

No Data Sasaran Jumlah


1 Jumlah Penduduk 20.317 jiwa
2 Penduduk Laki-laki 10.220 jiwa
3 Penduduk Wanita 10.097 jiwa
4 WUS 3.210 Jiwa
5 PUS 1.495 jiwa
6 Usila 1.461 jiwa
7 Balita 982 jiwa
8 Bumil 235 jiwa
9 Bulin 226 jiwa
10 Bayi 222 jiwa
11 KK 4.564
12 RT 50
13 Posyandu 16
14 Kader 75
Sumber : Profil Puskesmas 11 Ilir Palembang
34

5. Jumlah Tenaga
Jumlah tenaga yang ada di puskesmas 11 Ilir Terdiri dari:
Tabel 6
Distribusi Ketenagaan Puskesmas 11 Ilir Palembang Tahun 2016

No Jenis Ketenagaan Jumlah


1 Dokter Umum 2 Orang (1 Dokter PNS + 1 Dokter PTT)
2 Dokter Gigi 1 Orang PNS
3 Bidan 3 orang PNS + 4 Non PNSD
4 Perawat 5 orang PNS + 2 Non PNSD
5 Perawat Gigi 2 orang PNS + 1 Non PNSD
6 AKG 1 orang PNS
7 SPPH 1 orang PNS
8 Analis 1 orang PNS
9 SMF 2 orang PNS
10 Promkes 1 orang Non PNSD
11 Akuntan 1 Non PNSD

Sumber : Profil Puskesmas 11 Ilir Palembang

B. Karakteristik Respionden
Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah umur ibu,
usia kehamilan yang dapat dilihat secara lebih jelas pada table berikut
dbawah ini :
1. Usia ibu
Distribusi responden menurut usia ibu disajikan pada table 7
TABEL 7
Distribusi responden menurut usia ibu

Usia (th) Frekuensi Pesentase


19-29 33 71.7
30-49 13 28.3
Total 46 100
35

Berdasarkan Tabel 7 diatas diketahui bahwa, sebagian


besar responden berusia 19-29 tahun dengan frekuensi sebanyak
33 orang (71.7%) dan responden berusia 30-49 tahun sebanyak
13 orang (28.3%).

2. Usia Kehamilan
Distribusi responden menurut usia kehamilan disajikan pada
Tabel 8
TABEL 8
Distribusi responden menurut usia ibu

Usia Kehamilan Frekuensi Pesentase


Trimester 1 5 10.9
Trimester 2 24 52.2
Trimester 3 17 37.0
Total 46 100

Berdasarkan Tabel 8 diatas diketahui bahwa, sebagian


besar responden trimester 2 dengan frekuensi sebanyak 24 orang
(52.2%) dilanjutkan trimester 3 sebanyak 17 orang (37.0%) dan
trimester 1 dengan frekuensi sebanyak 5 orang (10.9%).

C. Hasil dan Pembahasan


1. Analisis Univariat
Hasil analisis data kejadian anemia pada ibu hamil di
Puskesmas 11 ilir Palembang didapatkan data yang dapat dilihat
dalam Tabel berikut ini :
36

a. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Anemia


TABEL 9
DISTRIBUSI FREKUENSI RESPONDEN MENURUT
KEJADIAN ANEMIA

Kejadian Anemia n %
Tidak Anemia 21 45.7
Anemia 25 54.3
Jumlah 46 100
Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa ibu hamil yang
Anemia sebanyak 25 orang (54.3%) sedangkan ibu hamil yang
tidak anemia sebanyak 21 orang (45.7%).

b. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Gizi


TABEL 10
DISTRIBUSI FREKUENSI RESPONDEN MENURUT
PENGETAHUAN GIZI

Pengetahuan Gizi n %
Baik 22 47.8
Kurang 24 52.2
Jumlah 46 100

Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa


pengetahuan gizi responden berada pada kategori Kurang yaitu
sebanyak 24 (58.7%) dan responden dengan pengetahuan gizi
pada kategori baik yaitu sebanyak 22 (41.3%).
37

c. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendapatan


Keluarga
TABEL 11
DISTRIBUSI FREKUENSI RESPONDEN MENURUT
PENDAPATAN KELUARGA

Pendapatan Keluarga n %
Tinggi 18 39.1
Rendah 28 60.9
Jumlah 46 100

Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa pendapatan


keluarga sebagian besar berada pada kategori rendah yaitu
sebanyak 28 (60.9%) dan responden dengan pendapatan
keluarga pada kategori tinggi yaitu sebanyak 18 (39.1%). Rata-
rata pendapatan keluarga responden diwilayah kerja
Puskesmas yaitu Rp.2.082.000. Pendapatan Maximum yaitu
Rp.4.000.000 dan pendapatan minimumnya yaitu 750.000.

d. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan kecukupan Fe


TABEL 12
DISTRIBUSI FREKUENSI RESPONDEN MENURUT
KECUKUPAN Fe

Kecukupan Fe n %
Cukup 13 28.7
Kurang 33 71.3
Jumlah 46 100

Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa Kecukupan


Fe responden sebagian besar berada pada kategori kurang
yaitu sebanyak 33 (71.3%) dan responden dengan kecukupan
Fe cukup yaitu sebanyak 13 (28.7%). Rata-rata asupan Fe yang
38

dikonsumsi responden di wilayah puskesmas 11 Ilir yaitu 20.035


mg.

e. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kecukupan Asam


Folat
TABEL 13
DISTRIBUSI FREKUENSI RESPONDEN MENURUT
KECUKUPAN ASAM FOLAT

Kecukupan Asam Folat n %


Cukup 9 19.6
Kurang 37 80.4
Jumlah 46 100

Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa kecukupan


Asam Folat responden sebagian besar berada pada kategori
kurang yaitu sebanyak 37 (80.4%) dan responden dengan
kecukupan Asam Folat pada kategori cukup yaitu sebanyak 9
(19.6%). Rata-rata asupan asam folat yang dikonsumsi
responden yaitu 240.822 mg.

2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui gambaran
hubungan antara Variabel independent dan dependen.
a. Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Kejadian Anemia pada
ibu hamil
39

TABEL 14
HUBUNGAN KEJADIAN ANEMIA MENURUT
PENGETAHUAN GIZI

Pengetahua Kejadian Anemia


Total p.Value
n Tidak Anemia Anemia
Gizi n % n % n %
Baik 14 63.64 8 36.36 22 100
0.041
Kurang 7 29.17 17 70.83 24 100
Total 21 25 46

Berdasarkan tabel 14 menunjukkan bahwa responden


dengan pengetahuan gizi kurang status anemia lebih banyak
ditemukan pada responden yang memiliki pengetahuan gizi
dengan kategori kurang yaitu sebesar 70.83% dibandingkan
dengan responden yang memiliki pengetahuan gizi dengan
kategori baik yaitu sebesar 36.36%.
Hasil Uji Continuity Correction di dapatkan nilai p = 0,041
dan nilai E< 0,05 menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara pengetahuan gizi dengan kejadian anemia pada
ibu hamil.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Riny (2014),
bahwa terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan gizi
dengan kejadian anemia pada ibu hamil, dimana anemia lebih
banyak ditemukan pada pengetahuan gizi kurang 65%
dibandingkan dengan pengetahuan gizi baik 35%.
Menurut Soraya (2013) dalam Diana (2015) bahwa usia,
pendidikan, pendapatan, pengalaman, serta sumber informasi
dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Sistem sosial
budaya masyarakat setempat pun secara tidak langsung akan
mempengaruhi pengetahuan seseorang, karena system sosial
40

budaya akan memepengaruhi sikap seseorang dalam menerima


informasi.
Pengetahuan gizi yaitu pengetahuan yang dimiliki oleh ibu
menurut kemampuan berfikir tentang gizi dan makanan yang
sehat. Menurut Depkes RI (2002) Tingkat pengetahuan yang
rendah menyebabkan ibu tidak mengerti cara pemenuhan nutrisi
yang dibutuhkan ibu hamil selama kehamilannya (Goni dkk,
2013). Pengetahuan ibu tentang gizi diartikan sebagai segala
apa yang diketahui berkenaan dengan zat makanan. Tingkat
pengetahuan ibu bermakna dengan sikap positif terhadap
perencanaan dan persiapan makanan yang merupakan
serangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai
dengan pendistribusian makanan dalam rangka mencapai status
gizi yang optimal melalui pemerian makanan yang tepat Semakin
tinggi pengetahuan ibu semakin positif sikap ibu terhadap gizi
makanan.

b. Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Kejadian Anemia pada


ibu hamil
TABEL 15
HUBUNGAN KEJADIAN ANEMIA MENURUT PENDAPATAN
KELUARGA

Kejadian Anemia
Pendapatan Total p.Value
Tidak Anemia Anemia
Kelurga
n % n % n %
Tinggi 12 66.67 6 33.33 18 100
0.046
Rendah 9 32.14 19 67.86 28 100
Total 21 25 46

Berdasarkan tabel 15 menunjukkan bahwa responden


dengan status anemia lebih banyak ditemukan pada responden
41

yang memiliki pendapatan keluarga dengan kategori rendah


yaitu sebesar 67.86% dibandingkan dengan responden yang
memiliki pendapatan keluarga dengan kategori tinggi yaitu
sebesar 33.33%.
Hasil Uji Continuity Correction di dapatkan nilai p = 0,046
dan nilai E< 0,05 menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara pendapatan keluarga dengan kejadian anemia
pada ibu hamil.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian saputri (2014),
bahwa terdapat hubungan bermakna antara pendapatan
keluarga dengan kejadian anemia pada ibu hamil, dimana
anemia lebih banyak ditemukan pada responden yang
berpendapatan kurang 90.5% dibandingkan dengan responden
berpendapatan rendah 47.4%. Pendapatan keluarga berperan
dalam menentukan status kesehatan seseorang terutama ibu
hamil karena berbanding lurus dengan daya beli keluarga.
Keluarga mampu membeli bahan makanan tergantung dari besar
kecilnya pendapatan perbulannya. Semakin tinggi pendapatan
maka semakin tinggi pula jumlah pebelanjaanya. Responden
dengan pendapatan keluarga rendah banyak memilih bahan
makanan yang kurang baik seperti mengemil dengan makanan
ringan contohnyo cokolatos, Gerry sallut, tango, pempek, bakso,
mie ayam dan lain-lain dalam satu hari responden
menghabiskan 5-6 bungkus makanan tersebut, padahal untuk
ibu hamil harus menjaga makanan yang gizi seimbang agar
kebutuhan selama kehamilan tercukupi. Untuk responden yang
pendapatan keluarganya tinggi sebagian sudah memilih bahan
makanan yang sehat sepeti ayam, susu untuk ibu hamil, ikan,
dan jarang mengonsumsi makanan ringan contohnya wafer,
tanggo, cokolatos dan lain-lain.
42

c. Hubungan kecukupan Fe dengan Kejadian Anemia pada ibu


hamil
TABEL 16
HUBUNGAN KEJADIAN ANEMIA MENURUT KECUKUPAN
Fe

Kejadian Anemia
Kecukupan Total p.Value
Tidak Anemia Anemia
Fe
n % n % n %
Cukup 10 77 3 23 13 100
0.019
Kurang 11 33 22 67 33 100
Total 21 25 46

Berdasarkan tabel 16 menunjukkan bahwa responden


dengan status anemia lebih banyak ditemukan pada responden
yang memiliki kecukupan Fe dengan kategori kurang yaitu
sebesar 67% dibandingkan dengan responden yang memiliki
kecukupan Fe dengan kategori cukup yaitu sebesar 23%.
Hasil Uji Continuity Correction di dapatkan nilai p = 0.019
dan nilai E< 0,05 menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara tingkat kecukpan Fe dengan kejadian anemia
pada ibu hamil.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian utomo (2016),
bahwa terdapat hubungan bermakna antara asupan zat besi
dengan kejadian anemia pada ibu hamil didapatkan nilai
p= 0.001. Kecukupan zat besi dalam kategori kurang disebabkan
oleh kurangnya asupan zat besi dari pangan sumber zat besi
heme yang dapat diperoleh dari pangan hewani. Pangan sumber
protein nabati sebagai sumber zat besi non heme dari kelompok
pangan kacang-kacangan dan olahannya penyerapannya lebih
43

rendah dibandingkan dengan sumber zat besi heme. Diperlukan


bantuan vitamin C untuk mereduksi zat besi non heme dalam
bentuk ferri menjadi ferro agar lebih mudah dalam proses
penyerapan ke dalam tubuh.. sebagian asupan zat besi berasal
dari suplementasi zat besi serta kepatuhan responden untuk
mengonsumsi tablet besi masih rendah yang memungkinkan
terjadinya anemia.
Zat besi sangat diperlukan dalam pembentukan darah
yaitu untuk mensintesis hemoglobin. Kekurangan zat besi dapat
mengakibatkan cadangan zat besi dalam hati menurun, sehingga
pembentukan sel darah merah terganggu yang akan
mengakibatkan pembentukan kadar hemoglobin darah di bawah
normal (Almatsier, 2009).

d. Hubungan kecukupan Asam Folat dengan Kejadian Anemia


pada ibu hamil
TABEL 17
HUBUNGAN KEJADIAN ANEMIA MENURUT KECUKUPAN
ASAM FOLAT

Tingkat Kejadian Anemia


Total p.Value
Kecukupan Tidak Anemia Anemia
Asam Folat n % n % n %
Cukup 8 88.89 1 11.11 9 100
0.007
Kurang 13 35.14 24 64.86 37 100
Total 21 25 46

Berdasarkan tabel 17 menunjukkan bahwa responden


dengan status anemia lebih banyak ditemukan pada responden
yang memiliki kecukupan Asam folat dengan kategori kurang
yaitu sebesar 64.86% dibandingkan dengan responden yang
44

memiliki kecukupan Asam Folat dengan kategori Cukup yaitu


sebesar 11.11%.
Uji Fisher's Exact Test di dapatkan nilai p = 0.007 dan
nilai E<0,05 menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara kecukupan asam dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Parahita
(2014), bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
kecukupan Asam Folat dengan kejadian anemia pada ibu hamil
dengan nilai p = 0.540.
Asam folat berhubungan dengan kejadian anemia karena
asam folat dapat membantu untuk membentuk sel darah merah
dan sel darah putih di dalam sumsum tulang (Almatsier, 2009).
Asam folat penting untuk pematangan akhir sel darah merah,
selain itu asam folat juga penting untuk sintesis DNA
(deoxyribonucleic acid) karena masing-masing vitamin dengan
cara yang berbeda dibutuhkan untuk pembentukan timidin
trifosfat, yaitu salah satu zat pembangun esensial DNA.
Kurangnya asam folat dapat menyebabkan abnormalitas dan
pengurangan DNA dan akibatnya adalah kegagalan pematangan
inti dan pembelahan sel (Guyton, 2008).
Selama kehamilan asupan akan zat gizi baik makro
maupun mikro sangat mempengaruhi status gizi ibu hamil,
dengan pengetahuan yang baik dalam pemilihan bahan
makanan, pemilihan menu, pengolahan pangan, dan
menentukan pola konsumsi pangan akan berpengaruh pada
keadaan gizi individu. Pengetahuan harus diiringi juga dengan
pendapatan yang tinggi agar jumlah bahan makanan, kualitas
dan kuantitas bahan makanan terpenuhi secara maksimal, tetapi
tidak semua bahan makanan yang murah itu tidak begizi seperti
tempe, tahu, makanan tersebut mengandung nilai gizi protein
nabati yang tinggi.
45

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap ibu hamil di
Puskesmas 11 Ilir Palembang dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Sebagian besar status gizi ibu hamil dikatakan Anemia dengan
frekuensi 25 responden (54.3 %).
2. Sebagian besar pengetahuan ibu dikatakan kurang dengan
frekuensi 24 responden (52.2%).
3. Sebagian besar pendapatan responden dikatakan rendah
dengan frekuensi 28 responden (60.9 %).
4. Sebagian besar kecukupan Fe responden dikatakan kurang
dengan frekuensi 34 responden (73.9 %).
5. Sebagian besar kecukupan Asam Folat responden dikatakan
kurang dengan frekuensi 37 responden (80.4 %).
6. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan kejadian
Anemia pada ibu hamil di Puskesmas 11 ilir Palembang (p =
0,041)
7. Ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian
Anemia pada ibu hamil di Puskesmas 11 ilir Palembang (p =
0,046)
8. Ada hubungan antara kecukupan Fe dengan kejadian anemia
pada ibu hamil di Puskesmas 11 ilir Palembang (p = 0,042)
9. Ada hubungan antara kecukupan Asam Folat dengan kejadian
Anemia pada ibu hamil di Puskesmas 11 ilir Palembang
(p = 0,007)
46

B. Saran
1. Diharapkan agar petugas Puskesmas 11 ilir lebih banyak
melakukan penyuluhan-penyuluhan tentang kesehatan terutama
tentang anemia pada ibu hamil karena anemia pada ibu hamil
merupakan masalah yang menyebabkan ibu dan janin yang
dikandung mengalami mortalitas dan morbiditas seperti abortus,
BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan dan lain-lain.
2. Disarankan kepada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas 11 Ilir
agar mengikuti penyuluhan yang diadakan oleh tenaga
kesehatan dan ibu hamil harus aktif mencari informasi tentang
nutrisi dan makanan yang seimbang agar memenuhi kebutuhan
selama kehamilan untuk mencegah terjadinya Anemia pada ibu
hamil.
47

Anda mungkin juga menyukai