Anda di halaman 1dari 9

ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME (AIDS)

A.Konsep Penyakit
1. Definisi
AIDS atau acquired immuno deficiency syndrome didefinisikan kumpulan
penyakit dengan karakteristik defisiensi kekebalan tubuh yang berat dan
merupakan stadium akhir infeksi HIV Kerusakan progresif pada system kekebalan
tubuh menyebabkan ODHA amat rentan dan mudah terjangkit bermacam-macam
penyakit (Rendy & Margareth, 2012)
AIDS adalah kependekan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome
Acquired berarti didapat bukan keturunan Immuno terkait dengan sistem
kekebalan tubuh kita deficiency berarti kekurangan syndrome atau sindrom berarti
penyakit dengan kumpulan gejala, bukan gejala tertentu jadi AIDS berarti
kumpulan gejala akibat kekurangan atau kelemahan sistem kekebalan tubuh yang
dibentuk setelah kita lahir. (Auliasari,2019).
AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) atau kumpulan berbagai
gejala penyakit akibat turunnya kekebalan tubuh individu akibat HIV ketika
individu sudah tidak lagi memiliki sistem kekebalan tubuh maka semua penyakit
dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh karena sistem kekebalan tubuhnya
menjadisangat lemah penyakit yang tadinya tidak berbahaya akan menjadi sangat
berbahaya, orang yang baru terpapar HIV belum tentu menderita AIDS hanya
saja lama kelamaan sistem kekebalan tubuhnya makin lama semakin lemah
sehingga semua penyakit dapat masuk ke dalam tubuh pada tahapan itulah
penderita disebut sudah terkena AIDS. (Wahyuni, A. 2016).
Dari definisi pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa penyakit HIV
AIDS merupakan penyakit yang dapast ditularkan dari orang ke orang melalui
cairan tubuh penderita yang terjadi melalui proses berhubungan seksual, transfusi
darah, penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi secara bergantian, dan
penularan dari ibu ke anak dalam kendungan melalui plasenta dan kegiatan
menyusui

1
2

2. Anatomi Dan Fisiologi


2.1 Anatomi sistem imunologi

Gambar 2.1 Anatomi sistem imunologi


Sumber : (syaifuddin 2015)

2.2 Fisiologi
Menurut Syaifuddin (2015) anatomi fisiologi sistem imunologi dan
integumen adalah sebagai berikut :
a. Sel darah merah (Eritrosit)
Sel darah merah adalah sel yang berwarna merah dan yang berukuran kecil
cekung pada kedua sisinya sehingga jika dilihat dari samping tampak seperti dua
buah bulan sabit yang saling bertolak belakang, setiap mililiter kubik darah
terdapat 5.000.000 sel darah merah fungsinya untuk transport makanan dan di
dalamnya mengandung hemoglobin yang membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan tubuh. Pembentukan sel darah merah terjadi di dalam sumsum tulang
melalui proses pematangan, pembentukan sel darah merah tersebut di rangsang
3

oleh hormon eritropoitin yaitu suatu hormon yang diproduksi oleh ginjal yang
berfungsi untuk merangsang pembentukan sel darah merah di dalam sumsum
tulang.
b. Sel darah putih (Leukosit)
Sel darah putih atau leukosit memiliki jumlah paling sedikit dibandingkan
dengan jumlah sel darah merah atau eritrosit bentuk sel darah putih adalah lonjong
hingga bulat, leukosit terdiri dari grnulosit (monosit dan limfosit) dan granulosit
(heterofil, eosinofil dan basofil) lima jenis sel darah putih yang sudah di
identifikasi dalam darah perifer adalah eosinofil 1 sampai 2%, Basofil 0 sampai
1%, Neutrofil 55%, Limfosit 36%, Monosit 6% leukosit memiliki bermacam-
macam fungsi erat kaitannya dengan menghilangkan benda asing termasuk
mikroorganisme patogen. Harga nolmal leukosit adalah 4.000 sampai 10.000 tiap
mililiter kubik darah fungsi sel darah putih sebagai pertahanan tubuh terhadap
infeksi memberikan perlindungan badan dari mikroorganisme yaitu
kemampuansebagai fagosit dan memakan bakteri hidup yang masuk ke peredaran
darah sertamembantu dalam penyembuhan luka.
c.Hemoglobin
Hemoglobin merupakan salah satu protein yang paling penting dalam tubuh
manusia karena fungsinya dalam transportasi oksigen dan karbondioksida
kekurangan hemoglobin berdampak pada kesehatan seperti kepala pusing badan
lemah, lelah, kurang energi, kurang nafsu makan, daya konsentrasi menurun, jika
tidak dilakukan upaya peningkatan kadar hemoglobin menjadi normal seperti
anemia tingkat konsumsi protein sangat diperhatikan karena semakin rendah
tingkat konsumsi protein maka akan makin cenderung menderita anemia.
d. Keping darah (Trombosit) ER
Keping darah (Trombosit) adalah sel darah yang berperan penting dalam
hemostasis trombosit melekat pada lapisan endotel pembuluh darah yang robek
(luka) dengan membentuk plug trombosit trombosit tidak mempunyai inti sel
berukuran 1-4 mikro dan sitoplasmanya berwarna biru dengan granula ungu-
kemerahan trombosit merupakan derivat dari megakariosit berasal dari fragmen-
fragmen sitoplasma megakariosit jumlah trombosit 150.000-350.000/ml darah
4

Granula trombosit mengandung faktor pembekuan darah, umur trombosit sekitar


10 hari.
e. Plasma darah
Plasma darah merupakan komponen cairan yang mengandung berbagai
nutrisi maupun subtansi penting lainnya yang diperlukan oleh tubuh manusia
antara lain protein albumin globulin faktor-faktor pembekuan darah dan berbagai
macam elektrolit hormon dan sebagainnya plasma darah berfungsi sebagai sistem
penyangga tubuh atau sistem buffer yang penting untuk mempertahankan keadaan
asam basa, melalui kandungan elektrolit byang terkandung di dalamnya antara
lain ion hidrogen dan bikarbonat fungsi utama plasma sebagai perantara untuk
menyalurkan makanan, mineral, lemak, glukosa, dan asam amino keseluruh
jaringan tubuh. Plasma juga berfungsi sebagai perantara untuk mengangkut zat-zat
yang dibuang seperti, urea, asam urat, dan lain-lain.

3. Etiologi
Etiologi AIDS adalah HIV yang dahulu disebut virus limfotrofik sel T manusia
tipe III (HTLV-III) atau virus limfadenapati (LAV), adalah suatu retrovirus
manusia sitopatik dari famili lentivirus retrovirus mengubah asam ribonukleatnya
(RNA) menjadi asam deoksiribonukleat (DNA) setelah masuk ke dalam sel
pejamu HIV -1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik, dengan HIV-1 menjadi
penyebab utama AIDS diseluruh dunia vpx meningkatkan infektivitas (daya tular)
dan mungkin merupakan duplikasi dari protein lain Vpr diperkirakan
meningkatkan transkripsi virus HIV-2, yang pertama kali diketahui dalam serum
dari para perempuan afrika barat (warga senegal) pada tahun 1985, menyebabkan
penyakit klinis tetapi tampaknya kurang patogenik dibandingkan dengan HIV-1
(Sylvia, 2015).
Menurut Masjoer (2015) Etiologi dari Aids sebagai berikut :
a. hubungan seksual, dengan risiko penularan 0,1-1% tiap hubungan seksual
b. Melalui darah, yaitu :Transfusi darah yang mengandung HIV, risiko
penularan 90-98%. tertusuk jarum yang mengandung HIV, risiko penularan
0,03%. terpapar mukosa yang mengandung HIV,risiko penularan 0,0051%
5

c. Transmisi dari ibu ke anak : Selama kehamilan saat persalinan risiko


penularan 50%, dan melalui air susu ibu(ASI)14%.

4. Patofisiologi
Menurut Sudoyo (2016) Penyakit AIDS disebabkan oleh Virus HIV Masa
inkubasi AIDS diperkirakan antara 10 minggu sampai 10 tahun diperkirakan
sekitar 50% orang yang terinfeksi HIV akan menunjukan gejala AIDS dalam 5
tahun pertama, dan mencapai 70% dalam sepuluh tahun akan mendapat AIDS.
Berbeda dengan virus lain yang menyerang sel target dalam waktu singkat
virus HIV menyerang sel target dalam jangka waktu lama supaya terjadi infeksi
virus harus masuk ke dalam sel dalam hal ini sel darah putih yang disebut limfosit
materi genetik virus dimasukkan ke dalam DNA sel yang terinfeksi.
Limfosit T penolong berfungsi mengaktifkan dan mengatur sel-sel lainnya
pada sistem kekebalan (misalnya limfosit B, makrofag dan limfosit T sitotoksik)
yang kesemuanya membantu menghancurkan sel-sel ganas dan organisme asing
Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T penolong sehingga terjadi
kelemahan sistem tubuh dalam melindungi dirinya terhadap infeksi dan kanker.
Selama bulan-bulan ini penderita bisa menularkan HIV kepada orang lain
karena banyak partikel virus yang terdapat di dalam darah meskipun tubuh
berusaha melawan virus tetapi tubuh tidak mampu meredakan infeksi setelah
sekitar 6 bulan, jumlah partikel virus di dalam darah mencapai kadar yang stabil
yang berlainan pada setiap penderita.
Setelah virus HIV masuk ke dalam tubuh dibutuhkan waktu selama 3-6 bulan
sebelum titer antibodi terhadap HIVpositif fase ini disebut “periode jendela”
(window period) setelah itu penyakit seakan berhenti berkembang selama lebih
kurang 1-20 bulan namun apabila diperiksa titer antibodinya terhadap HIV tetap
positif (fase ini disebut fase laten) beberapa tahun kemudian baru timbul
gambaran klinik AIDS yang lengkap (merupakan sindrom/kumpulan gejala)
perjalanan penyakit infeksi HIV sampai menjadi AIDS membutuhkan waktu
sedikitnya 26 bulan, bahkan ada yang lebih dari 10 tahun setelah diketahui HIV
positif.
6

5. Manifestasi Klinis
Menurut Sudoyo (2016) manifestasi klinis AIDS yaitu:
a. Gejala mayor :
1. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
3. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
4. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
5. Demensia/HIV ensefalopati
b. Gejala minor :
1. batuk menetap lebih dari 1 bulan
2. Dermatitis generalisata
3. Adanya herpes zoster multisegmental dan zoster berulang
4. Kandidias orofaringeal
5. Herpes simpleks kronis progresif
6. Limfadenopati generalisata
7. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
8. Retinitis virus sitomegali

6. Komplikasi
Menurut Mansjoer (2015) Adapun komplikasi klien dengan AIDS yaitu:
a. Pneumonia pneumocystis (PCP)
b. Tuberculosis (TBC)
c. Esofagitis
d. Diare
e. Toksoplasmositis
f. Leukoensefalopati multifocal prigesif
g. Sarcoma Kaposi
h. Kanker getah bening
i. Kanker leher rahim (pada wanita yang terkena HIV)
7

7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Auliasari (2019) ada bererapa tahap dalam pemeriksaan penunjang
antaranya adalah :
1) Lakukan anamnesi gejala infeksi oportunistik dan kanker yang terkait
dengan AIDS.
2) Telusuri perilaku berisiko yang memmungkinkan penularan.
3) Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan kanker
terkait. Jangan lupa perubahan kelenjar, pemeriksaan mulut, kulit, dan
funduskopi.
4) Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosot total, antibodi HIV
dan pemeriksaan rontgen bila hasil pemeriksaan antibodi positif maka dilakukan
pemeriksaan jumlah CD4, protein purufied derivative (PPD), serologi
toksoplasma, serologi sitomegalovirus, serologi PMS, hepatitis, dan pap smear.
5) Sedangkan pada pemeriksaan follow up diperiksa jumlah CD4 Bila >500
maka pemeriksaan diulang tiap 6 bulan sedangkan bila jumlahnya 200-500 maka
diulang tiap3-6 bulan dan bila <200 diberikan profilaksi pneumonia pneumocystis
carini pemberian profilaksi INH tidak tergantung pada jumlah CD 4. perlu juga
dilakukan pemeriksaan viral load untuk mengetahui awal pemberian obat
antiretroviral dan memantau hasil pengobatan bila tidak tersedia peralatan untuk
pemeriksaan CD4 (mikroskop fluoresensi atau flowcytometer) untuk kasus AIDS
dapat digunakan rumus CD4 = (1/3 x jumlah limfosit total)-8.

8. Penatalaksanaan
Menurut kurniati (2018) dan tim pokja siki ppni (2017) penatalaksanaa pada
AIDS diantaranya:.
a. Toxoplasma gondi
b. Pirimetamin 50-100mg perhari
c. clindamicin 450-600 mg tiap 6 jam.
d. Asam folinic 5-10 mg perhari
e. Azitromycin 1200mg/hr, atau claritromicin 1 gram tiap 12 jam, atau
atovaquone 750 mg tiap 6 jam.
8

f. Terapi anti retro viral (ARV) CD4 kurang dari 200 sel/ml.
g. Obat oral injeks
h. Terapi cairan
i. Berikan oksigenisasi
j. Ajarkan batuk tidak efektif
k. Berikan Ivfd RL
9

DAFTAR PUSTAKA

Auliasari,(2019).Modul pembelajaran keperawatan HIV-AIDS.2019 icme


press.Jombang Jawa timur.
Kurniati,(2018) Asuhan keperawatan klien gangguan sistem imunologi (hiv/aids)
dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas.jurnal nursing. Jombamg.
Mansjoer, Arif . 2015 . Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : Media Sculapius
Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam praktek keperawatan
Profesional, Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika.
Rendy dan Margareth. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit
Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika
Sudoyo, Siti, S. and Alwi, I. (2016) Ilmu Penyakit Dalam. 6, Vol 2 edn. Interna
Publishing
Syaifuddin. 2015. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Komptenvsi. Jakarta :
EGC
Sylvia A Price , dan Lorraine M.Wilson . 2015 . Patofissiologis Konsep Klinis
Proses – Proses Penyakit . Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. 1st
edn. Jakarta.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019) Standar Luaran Keperawatan Indonesia. 1st
edn. Jakarta.
Wahyuni, A. 2016. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku
Pasien HIV/AIDS.Medika Indah.Jakarta Selatan.

Anda mungkin juga menyukai