Anda di halaman 1dari 19

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

asdcasd

B. Analisis Data

1. Penyajian Data

Pada penelitian keterlambatan pengembalian empty container ke depo

perusahaan pelayaran peneliti menggunakan berbagai jenis data, data-data

tersebut diperoleh dari hasil metode pengumpulan data yang dilakukan

sebelumnya. Data dan informasi yang digunakan untuk menghasilkan output

penelitian bersifat majemuk atau beragam. Data dan informasi yang telah

dihimpun dilakukan triangulasi sehingga data tersebut sudah jenuh.

Adapun penyajian data atau informasi dari penelitian ini dibagi atas 3

mapping yang dijelaskan sebagai berikut:

a) Alur Pengembalian Empty Container

Pada proses pengembalian empty container ke depo terdapat beberapa

tahapan yang harus dilalui sebagai berikut :

1) Consignee (customer) menyelesaikan Administrasi dan dokumentasi

dengan Pelayaran.

2) Menerbitkan DO (Delivery Order) untuk mengambil

container/cargo dari terminal/pelabuhan untuk dibawa ke gudang

atau pabrik consignee/customer.

3) Setelah container/cargo tiba di gudang consignee melakukan

unloading barang.

1
4) Setelah selesai unloading container kosong akan dikembalikan ke

depo yang telah ditunjuk oleh pelayaran pada saat penyerahan DO

(Delivery Order)

b) Dokumentasi Dalam Kegiatan Pengembalian Empty Container

Pada kegiatan pengembalian empty container ke depo, terdapat

beberapa dokumen yang dibutuhkan untuk memenuhi syarat

dokumentasi pada setiap prosesnya.

1) DWI (Depot Working Instruction)

DWI adalah surat perintah kerja yang digunakan sebagai panduan

pengambilan container yang berada di lapangan penumpukan

sebelum dilakukan pengangkutan container ke atas chasis truk

trailer.

2) Bay Block

Bay block adalah dokumen yang menunjukkan lokasi penumpukan

container yang berada di slot, row, tier tertentu di area blok

muatan atau bongkaran penumpukan petikemas.

3) Surat Jalan

Surat jalan adalah surat yang berisikan tentang pengantar untuk

membawa barang atau container ke tujuan atau depo ke terminal

pelabuhan.

4) Tally Sheet

Tally sheet adalah dokumen atau surat yang isinya adalah tentang

data container yang akan dibongkar atau dimuat, di dalam tally

sheet terdapat nomer container, ukuran container type, status, serta

2
stowage.

5) Discharging list

Discarging list adalah dokumen yang berisikan container (cargo)

yang akan dibongkar.

6) Load List

Loading list adalah dokumen yang berisikan daftar nomer

container yang akan dimuat ke kapal atau daftar barang yang akan

dipindahkan ke CY untuk dilakukan pemuatan kapal.

7) Delivery order

Delivery Order adalah dokumen yang berfungsi sebagai surat

perintah penyerahan barang/ pengambilan container kepada

pembawa surat tersebut, yang ditujukan kepada bagian penyimpan

dokumen.

8) EIR (Equipment Interchange Receipt)

EIR adalah dokumen pengeluaran container yang berisi riwayat

perjalanan container.

c) Pihak yang Terlibat

Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan pengembalian empty

container ke depo adalah sebagai berikut :

1) Consignee

2) Pelayaran atau EMKL

3) Bea Cukai

4) Karantina

2. Analisis Data

3
Pada penelitian keterlambatan pengembalian empty container ke depo

perusahaan pelayara peneliti mengumpulkan data dan informasi. Data

yang diperoleh tersebut sebelumnya dilakukan validitas dan reliabilitas

instrumen & data, kemudian dilakukan analisis data menggunakan teknik

analisis Fish Bone.

a. Validitas & Reliabilitas Data Penelitian

Dalam penelitian ini dilakukan validasi & reliabilitas data untuk

mendapatkan data yang valid atau akurat, peneliti menggunakan data

yang dinilai sudah valid dan kredibel karena pada penyajian dan

pengolahan data harus sesuai dengan data sesungguhnya yang terjadi

pada subjek penelitian (Empty Container). Adapun cara yang dilakukan

untuk mendapatkan keabsahan dan keakuratan data yaitu dengan

triangulasi sumber. Adanya validitas & reliabilitas data dilakukan untuk

mengukur konsistensi data yang dicek sehingga didapatkan data yang

sesuai dengan actual di lapangan.

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek akurasi data

dengan melibatkan beberapa pihak yang dinilai paham tentang Ship

Chandler. Data yang telah dihimpun atau diperoleh adalah hasil dari

wawancara dengan informan yang terlibat dalam kegiatan

pengembalian empty container, dan dokumentasi pada subjek

penelitian.

Adapun triangulasi sumber yang dilakukan melibatkan beberapa

pihak antara lain :

1) Pihak I (perusahaan pelayaran)

4
Nama : Bapak. I Nyoman

Jabatan : Sr. Port Supervisor I (Estimator Container Flow)

Perusahaan : PT ABC

2) Pihak II (consignee)

Nama : Bapak. Gunaidi Wardana

Jabatan : Manager Operasional

Perusahaan : PT DEF

3) Pihak III (Bea Cukai)

Nama : Ibu. Fetriana

Jabatan : Kanit

Perusahaan : Kemenkeu

Berikut tabel hasil dari triangulasi sumber yang dilakukan dengan

beberapa pihak yang disebutkan diatas :

Tabel 4. 1 Tabel hasil Triangulasi Sumber


Pertanyaan Jawaban konsisten
1. Bagaimana dan apa saja tahapan 1. Alur, tahapan, dan Proses
yang harus dilalui dalam dari kegiatan pengembalian
kegiatan pengembalian empty empty container ke depo,
container ke depo? mulai dari administrasi
2. Dokumen apa saja yang sampai dengan tahap
dibutuhkan dalam kegatan container tiba di depo.
pengembalian empty container 2. Terdapat 8 dokumen penting
ke depo? yang digunakan untuk
3. Siapa saja pihak yang terlibat kepengurusan pengembalian
dalam kegiatan pengembalian empty container :
empty container ke depo? a. Depot Working
4. Apakah terdapat ketentuan Instruction
khusus dalam kegiatan b. Bay block
pengembalian empty container c. Surat jalan
ke depo? d. Tally sheet
e. Discharging list
f. Loading list
g. Delivery
h. Equipment Interchange

5
Receipt
3. Pihak pihak yang terlibat :
a. Consignee
b. Pelayaran/EMKL
c. Bea Cukai
d. Karantina
4. Ketentuan khusus :
a. Untuk pengembalian
container kosong harus
sesuai dalam waktu
freetime yang sudah
diberikan oleh Pelayaran,
b. Ada Pelayaran yang
mewajibkan untuk
melakukan pembayaran
biaya demurrage (Denda)
diawal pada saat
pengembalian container
kosong ke depo,
c. ada yang mewajibkan
untuk menyetorkan deposit
terlebih dahulu, setelah
container kosong Kembali
ke depo baru dihitung
actual biaya demurrage
yang timbul.
Sumber : Peneliti (2023)

Dari uji konsistensi data dengan sumber data diatas diperoleh

data yang sudah kredibel atau absah yaitu data yang memiliki hasil

akurasi yang sama (konsisten) dari ketiga pihak diatas. Data-data yang

telah lolos validitas & reliabilitas selanjutnya akan dianalisis

menggunakan teknik analisis Fishbone.

6
b. Analisis Fish Bone

SYSTEM SKILLS

PENGEMBALIAN
EMPTY CONTAINER

SUPPLIERS SAFETY

NO Root Cause DISCUSSION Root Cause

Kepengurusan proses Jumlah karyawan dalam


pengembalian empty kepengurusan pengembalian
container empty container kurang,
1 MAN membutuhkan skills kurangnya kompetensi
atau kompetensi karyawan, beban pekerjaan
berat yang ditanggungg
karyawan
Dalam kegiatan bisnis Biaya operasional mahal,
diperlukan siklus beban denda (demurrage),
pemasok sampai produktivitas penggunaan
dengan pengguna yang container tinggi, demand
2 MONEY berjalan dengan lancar lebih besar daripada
untuk mendapatkan persediaan (ketersediaan
produktivitas bisnis empty container), pencurian,
sehingga tidak terjadi kerusakan fisik container.
kerugian
Keamanan container Birokrasi dalam alur
sebagai produk bisnis kepengurusan rumit karena
melalui banyak tahapan,
3 METHOD dokumen yang dibutuhkan
banyak, setiap dokumen
membutuhkan proses yang
tidak singkat.

7
Proses yang dilalui Gudang depo penuh, Resiko
4 ENVIRONMENT untuk menyelesaikan kehilangan container yang
kegiatan pengembalian salah tempat unloading
empty container

C. Pembahasan

Berdasarkan route cause analisis dari diagram fishbone yang muncul atau

diperoleh diatas maka dapat diperoleh hasil yang akan peneliti paparkan

sebagai berikut :

1. Alur pengembalian empty container

Perusahaan depo kontainer memberikan jasa penyimpanan kontainer

dengan proses perawatan/perbaikan terhadap kontainer. Sebuah depo

kontainer harus memenuhi persyaratan dari Asosiasi Depo Kontainer

Indonesia (ASDEKI), pemerintah, dan pemilik kontainer.

Pada kegiatan pengembalian container kosong terdapat beberapa

ketentuan khusus yang harus diselesaikan sesuai dalam waktu freetime yang

sudah diberikan oleh perusahaan pelayaran :

a. Freetime Peminjaman yang diberikan oleh pelayaran kepada consignee

14 hari terhitung dari Kapal Sandar. Maka dalam waktu 14 hari

consignee harus mengembalikan ke depo yang sudah ditunjuk. Jika

melebihi waktu yang ditentukan, dikembalikan lagi kepada prosedur

internal pelayaran masing masing.

b. Beberapa perusahaan pelayaran mewajibkan untuk melakukan

pembayaran biaya demurrage (denda) diawal pada saat pengembalian

container kosong ke depo, ada yang mewajibkan untuk menyetorkan

8
deposit terlebih dahulu, setelah container kosong kembali ke depo baru

dihitung actual biaya demurrage yang timbul.

Pada prosesnya, saat tiba di pelabuhan awal, kontainer dibawa oleh

perusahaan trucking dari terminal operator pelabuhan (terminal peti

kemas) menuju pabrik atau gudang pemilik barang (shipper).

Selanjutnya, setelah proses bongkar muat barang impor, kontainer akan

disimpan di depo kontainer terdekat atau mitra dari shipper itu sendiri

untuk dibersihkan, diperbaiki jika rusak, dan dipastikan kelaiklautannya

untuk penggunaan selanjutnya.

Kontainer tersebut biasanya disimpan di depo selama rata-rata 4 - 8

minggu, sebelum akhirnya dipakai untuk ekspor. Hal tersebut bertujuan

agar shipper tidak perlu lagi mencari kontainer untuk disewa atau

digunakan pada kegiatan ekspor. Setelah dipesan untuk ekspor, kontainer

harus kembali menuju pabrik tempat shipper menaikkan barang yang akan

diekspor. Kemudian, kontainer dibawa kembali ke pelabuhan tujuan untuk

dinaikkan ke kapal.

Menurut Keputusan Menteri Perhubungan No. PM 83 Tahun

2006, kegiatan usaha di depo Petikemas meliputi :

a. Penyimpanan dan/atau penumpukan petikemas.

b. Pembersihan atau pencucian, perawatan dan perbaikan petikemas.

c. Pemuatan dan pembongkaran barang dagang di petikemas yang

dimiliki oleh lebih dari satu pemilik barang (Less than container

load cargo).

d. Kegiatan lain seperti pemindahan, pengaturan dan angsur,

9
penataan, lo/lo (lift on/lift off), shifting, stacking, pelaksanaan

survei, pengemasan, pelabelan, pengikatan atau pelepasan,

pemeriksaan fisik, penerimaan, tempat penimbunan yang

peruntukannya untuk kegiatan depo petikemas.

Sedangkan dalam kepengurusan penggunaan empty container

untuk kegiatan ekspedisi ekspor/impor ataupun pengiriman barang

dalam negeri melalui beberapa tahapan sebagai berikut :

Pihak shipper/eksportir Request Order terlebih dahulu

menyerahkan dokumen Shipping Instruction (SI), Packing list, invoice,

sesuai tujuan dan muat barang, dan pembayaran setelah itu pihak

pelayaran mengeluarkan Delivery Order (DO). Berdasarkan surat

rekomendasi Shipping Instruction ini, shipper meminta Booking

Confirmation ke Pelayaran. Booking Confirmation adalah surat

pengantar dari pelayaran yang minta kepada Depo Container untuk

disediakan container kosong sesuai yang tercantum di Shipping

Instruction (SI). Setelah itu pihak shipper membawa dokumen-

dokumen Delivery Order dan bukti pembayaran ke Depo, untuk

diserahkan ke pihak kasir/ gate out. Pihak Depo menginput/ me-release

Delivery Order sesuai job order dan bon muat, fungsi bon muat ini

sebagai surat jalan untuk supir yang akan mengambil container kosong

ke depo. Setelah itu pemilihan container sesuai tipe, barulah ada

kegiatan muat container ke trucking, sebelum trucking keluar dari

Depo pihak gate out mengeluarkan EIR atau surat jalan kepada supir.

10
2. Faktor yang mempengaruhi keterlambatan pengembalian empty

container ke depo

Berdasarkan data yang telah dihimpun dari narasumber, intensitas

terjadinya keterlambatan pengembalian empty container terjadi sekitar 5-

10% dari total muatan, artinya pada setiap kegiatan pengiriman barang

menggunakan container pasti terjadi keterlambatan pengembalian empty

container ke depo.

Berdasarkan hasil root cause yang muncul dari analisis fishbone,

terdapat beberapa faktor atau penyebab yang mempengaruhi keterlambatan

pengembalian empty container ke depo, berikut faktor yang menyebabkan

keterlambatan pegembalian empty container ke depo :

a. Keterlambatan penerimaan dokumen pendukung dari shipper ke

consignee

Pada proses pengembalian empty container memerlukan

dokumentasi sebagai syarat untuk kepengurusanya, dokumen-

dokumen yang dibutuhkan harus tersedia dan tidak boleh ada yang

terlewat karena dokumen tersebut sebagai bukti kepemilikan dan

legalitas dari kegiatan penggunaan container sebagai media

pengiriman barang. Apabila dalam proses kepengurusan

pengembalian container belum mendapatkan dokumen yang

dibutuhkan maka hal tersebut berdampak pada berhentinya proses

pengurusan sehingga kegiatan pengembalian empty container terjadi

keterlambatan.

11
Adapun dokumen-dokumen yang dibutuhkan dalam mengurus

pengembalian empty container adalah sebagai berikut :

1) DWI (Depot Working Instruction)

DWI adalah surat perintah kerja yang digunakan sebagai panduan

pengambilan container yang berada di lapangan penumpukan

sebelum dilakukan pengangkutan container ke atas chasis truk

trailer.

2) Bay Block

Bay block adalah dokumen yang menunjukkan lokasi penumpukan

container yang berada di slot, row, tier tertentu di area blok

muatan atau bongkaran penumpukan petikemas.

3) Surat Jalan

Surat jalan adalah surat yang berisikan tentang pengantar untuk

membawa barang atau container ke tujuan atau depo ke terminal

pelabuhan.

4) Tally Sheet

Tally sheet adalah dokumen atau surat yang isinya adalah tentang

data container yang akan dibongkar atau dimuat, di dalam tally

sheet terdapat nomer container, ukuran container type, status, serta

stowage.

5) Discharging list

Discarging list adalah dokumen yang berisikan container (cargo)

yang akan dibongkar.

6) Load List

12
Loading list adalah dokumen yang berisikan daftar nomer

container yang akan dimuat ke kapal atau daftar barang yang akan

dipindahkan ke CY untuk dilakukan pemuatan kapal.

7) Delivery order

Delivery Order adalah dokumen yang berfungsi sebagai surat

perintah penyerahan barang/ pengambilan container kepada

pembawa surat tersebut, yang ditujukan kepada bagian penyimpan

dokumen.

8) EIR (Equipment Interchange Receipt)

EIR adalah dokumen pengeluaran container yang berisi riwayat

perjalanan container.

b. Kondisi gudang/pabrik consignee penuh

Gudang atau pabrik consignee merupakan tempat untuk kegiatan

membongkar barang yang dimuat di dalam container, apabila

gudang/pabrik penuh sehingga container yang seharusnya dilakukan

pembongkaran muatan menjadi tertunda karena menunggu space atau

tempat untuk dilakukanya pembongkaran muatan yang hanya bisa

dilakukan di gudang atau pabrik consignee. Hal tersebut berdampak

pada penambahan waktu penggunaan container sehingga proses

pengembalian empty container mengalami keterlambatan.

c. Keterlambatan pembayaran ke pelayaran

Pada penggunaan container terdapat syarat atau ketentuan dari

pemiliknya, ketentuan tersebut diterapkan oleh perusahaan pelayaran

sebagai owner dari container. Beberapa perusahaan pelayaran

13
mewajibkan untuk melakukan pembayaran biaya demurrage (denda)

diawal pada saat pengembalian container kosong ke depo. Dari

ketentuan pembayaran diatas terdapat beberapa consignee atau

penyewa empty container mengalami hambatan untuk membayar atau

melunasinya, hal tersebut mengakibatkan proses kepengurusan

container kosong menjadi lebih lama karena menunggu persyaratan

pembiayaan terpenuhi terlebuh dahulu.

d. Birokrasi kepengurusan rumit

Pada proses kepengurusan empty container terdapat tahapan

yang harus dilalui yaitu antara lain kepengurusan dokumen yang

beragam, izin atau legalitas yang harus diselesaikan dengan beberapa

pihak seperti BeaCukai, Karantina, Port Authority, dan yang lainya.

Banyaknya tahapan yang dilalui memberikan dampak waktu

kepengurusan yang lama dan membutuhkan waktu yang tidak

sebentar, sehingga berdampak pada keterlambatan pengembalian

empty container.

e. Kerusakan & kehilangan cargo

Container yang telah digunakan biasanya mengalami kerusakan

karena faktor dari penumukan cargo dan proses handling yang kurang

tepat, beberapa kasus kehilangan cargo juga pernah terjadi karena

adanya pencurian. Hal tersebut mengakibatkan proses pengembalian

empty container ke depo mengalami keterlambatan karena

memerlukan waktu yang panjang untuk memperbaiki kerusakan dan

kehilanga cargo.

14
3. Upaya untuk mengatasi keterlambatan empty container

Untuk mengatasi penyebab terjadinya keterlambatan pengembalian

empty container ke depo, terdapat beberapa upaya yang perlu dilakukan

untuk mengatasinya :

a. Dalam mengatasi keterlambatan penerimaan dokumen pendukung

sebagai syarat untuk mengurus kegiatan pengembalian empty

container, pihak pelayaran perlu memberikan batasan waktu yang

tegas dalam penerbitan dan kepengurusan dokumen yang diperlukan.

Sehingga dokumen yang dibutuhkan dapat diterima sebelum masa

freetime penggunaan container habis.

b. Dalam mengatasi gudang atau pabrik consignee yang penuh,

diperlukan tempat alternatif lain yang sudah ditunjuk sebagai tempat

pembongkaran muatan. Dengan begitu kegiatan bongkar muatan pada

container dapat dilakukan sesuai jadwal sehingga dapat diproses

sebagaimana mestinya.

c. Upaya yang perlu dilakukan terkait pembiayaan atau pembayaran

penggunaan container, perusahaan perlu menerbitkan kebijakan baru

berupa menyetorkan deposit terlebih dahulu, setelah container kosong

kembali ke depo baru dihitung actual biaya demurrage yang timbul.

Hal tersebut dinilai dapat meringankan beban pembiayaan tanpa

mengurangi kuantitas atau jumlah biaya yang harus dibayar sesuai

dengan actual biaya demurrage.

d. Untuk mengatasi birokrasi kepengurusan container yang rumit, perlu

adanya kebijakan dan inovasi dari pemerintah dengan menerbitkan

15
sistem single window, pada sistem tersebut kepengurusan untuk

mendapatkan legalitas atau dokumen dapat dilalui dengan satu sistem

dan satu atap saja tanpa perlu melakukanya ke berbagai pihak. Dengan

begitu proses mengurus pengembalian empty container dapat dipangkas

namun tetap melalui tahapan atau alur yang legal sesuai demgan

ketentuan yang berlaku.

e. Kerusakan dan kehilangan cargo dapat diatasi dengan handling cargo

yang tepat, hal tersebut memerlukan Man Power atau SDM yang

memiliki kompetensi pada bidang handling cargo. Dengan begitu

kerusakan cargo karena cara handling yang tidak tepat dapat dihindari.

16
BAB V
PENUTUP

Berdasarkan pemhasan yang telah dilakukan melaui penelitian

terkait keterlambatan pengembalian empty container ke depo perusahaan

pelayaran, peneliti dapat memberikan kesimpulan dan saran.

A. Kesimpulan

1. Alur pengembalian empty container

Pada prosesnya consignee (Customer) menyelesaikan administrasi

dengan perusahaan pelayaran, kemudian diberikan DO (Delivery Order)

untuk mengambil container/cargo dari terminal/telabuhan untuk dibawa ke

gudang/pabrik consignee, untuk selanjutnya melakukan kegiatan unloading

muatan. Setelah selesai unloading container kosong akan dikembalikan ke

depo yang telah ditunjuk oleh pelayaran pada saat penyerahan DO (Delivery

Order), proses pengembalian container kosong harus sesuai dengan waktu

freetime yang sudah diberikan oleh perusahaan pelayaran.

2. Faktor yang mempengaruhi keterlambatan pengembalian empty

container ke depo

a. Keterlambatan penerimaan dokumen pendukung dari shipper ke

consignee

b. Kondisi gudang/pabrik consignee penuh

c. Keterlambatan pembayaran ke pelayaran

d. Birokrasi kepengurusan rumit

e. Kerusakan & kehilangan cargo

17
3. Upaya untuk mengatasi keterlambatan empty container

a. memberikan batasan waktu yang tegas dalam penerbitan dan

kepengurusan dokumen yang diperlukan. Sehingga dokumen yang

dibutuhkan dapat diterima sebelum masa freetime penggunaan container

habis.

b. Apabila gudang/pabrik consignee tidak dapat menampung container yang

akan unloading, diperlukan tempat alternatif lain yang sudah ditunjuk

sebagai tempat pembongkaran muatan.

c. Perlu kebijakan baru berupa menyetorkan deposit terlebih dahulu, setelah

container kosong kembali ke depo baru dihitung actual biaya demurrage

yang timbul.

d. Perlu adanya kebijakan dan inovasi dari pemerintah dengan menerbitkan

sistem single window, pada sistem tersebut kepengurusan untuk

mendapatkan legalitas atau dokumen dapat dilalui dengan satu sistem dan

satu atap saja tanpa perlu melakukanya ke berbagai pihak.

e. Peningkatan kompetensi SDM yang terlibat langsung dalam handling

cargo

B. Saran

Setelah memperhatikan kesimpulan di atas, maka Peneliti memberikan

saran yang sekiranya dapat bermanfaat. Peneliti menyadari pada penelitian ini

masih terdapat keterbatasan dan kekurangan, namun demikian dari penelitian

ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat.

a. Untuk perusahaan pelayaran

18
Diharapkan perusahaan pelayaran dalam memberikan ketentuan untuk

customer sebagai penyewa container dapat memperhatikan kemudahan

dalam berbisnis sehingga dalam kegiatan penggunaan container dapat

menguntungkan kedua belah pihak.

b. Untuk consignee/customer

Consignee sebagai customer penyewa container diharapkan dapat

memenuhi syarat dalam penggunaan container, sehingga proses

pengembalian container dapat berjalan sesuai jadwal (freetime) yang telah

disepakati.

c. Untuk pihak pemerintah

Diharapkan dari pihak pemerintah melalui instansi yang bersangkutan

dalam kegiatan bisnis container dapat memberikan kebijakan atau inovasi

yang dapat memudahkan customer atau pelaku usaha dalam melaksanakan

kegiatan bisnisnya.

19

Anda mungkin juga menyukai