Anda di halaman 1dari 2

leh: Hersumpana Ignatius

Kenapa Kebijakan SIHA penting dalam Penanggulangan HIV


dan AIDS?

Kebijakan Kemenkes memberlakukan SIHA pada 19 Desember 2012 adalah satu langkah penting dalam
pengendalian penyebaran HIV dan penyakit AIDS di Indonesia. SIHA menjadi sistem pencatatan dan
pelaporan HIV-AIDS dan IMS yang resmi meliputi level Kabupaten, Propinsi dan Nasional dalam satu
bank data nasional yang kredibel, legal dan satu pintu.
Kebijakan dan intervensi akan semakin optimal jika dibarengi dengan ketersediaan data yang akurat dan
kredibel. Semua data tentang HIV /AIDS dan IMS harus tercatat dan terlaporkan secara akurat. SIHA
dapat meminimalisir ketidakakuratan data. Dengan demikian, persoalan fragmentasi data mulai dari
layanan kesehatan primer, sekunder maupun tersier dapat diatasi. Aplikasi SIHA memungkinkan Indonesia
menerapkan sistem pencatatan dan pelaporan HIV dan AIDS secara terpadu. Semua data pencatatan dan
pelaporan kasus HIV/AIDS dan IMS yang dilakukan oleh petugas atau fasilitas kesehatan
pemerintah/swasta, dan NGO di seluruh Indonesia akan masuk dalam Bank Data Nasional SIHA. Semua
data yang diinput dalam SIHA akan terhubung secara langsung dengan "SIKDA Generik". Sistem
Informasi Kesehatan yang dirancang memungkinkan SIHA memiliki keunggulan dari sistem yang lain
karena menggunakan Tehnologi Informasi Kesehatan yang bersifat: individual (disagregat), komprehensif,
nasional dan dapat dipercaya.
Sistem SIHA terdapat 13 modul atau form yang siap diisi meliputi layanan VCT, PITC, IMS, LJSS,
Methadon, ODHA, Penjangkauan, Konseling dan Testing, layanan Bahan dan Alat, Sero Sentinel dan
Dampak Obat ARV. Secara sistem, Hardware dan softwarenya sudah siap dan tersedia. Pertanyaannya
bagaimana dengan kesiapan sumber daya manusianya? Isu sumberdaya untuk implementasi SIHA ini
menjadi penting sekali karena kualitas "brain" yang dimiliki oleh petugas kesehatan/layanan kesehatan ini
menjadi faktor utama sebagai pelaksana. Dalam kenyataan, faktor kesiapan sumberdaya manusia perlu
mendapatkan perhatian serius dari pemerintah. Tanpa strategi dan persiapan yang matang, SIHA yang
dirancang dengan Tehnologi informasi Kesehatan yang canggih, dan dengan tehnologi penginderaan jarak
jauh yang dilengkapi statplanet akan memudahkan kita membaca data per wilayah secara realtime dengan
peta visual.
Oleh karenanya, kebijakan integrasi pencatatan dan pelaporan data HIV/ AIDS dan IMS secara nasional
dalam SIHA perlu dibarengi dengan kebijakan pemberdayaan kapasitas petugas/layanan kesehatan
khususnya yang berada di level kabupaten. Pendidikan dan pelatihan tentang Data Management Informasi
Kesehatan mutlak sebelum penerapan SIHA. Kebijakan SIHA ini memang dalam beberapa hal sedikit
ketinggalan dengan beberapa daerah yang sudah menjalankan "SIKDA Generik" seperti kota Yogyakarta,
Ngawi dan Pasuruhan. Yang dibutuhkan sekalilagi adalah sinkronisasi sistemik SIKDA Generik dengan
SIHA sehingga konsistensi pencatatan dan pelaporan HIV/AIDS dan IMS dari hulu ke hilir dapat
terintegrasi. Sehingga kualitas dan akurasi data terjamin untuk mendukung pengambilan kebijakan
Kesehatan Nasional dalam menanggulangi epidemi HIV dan AIDS secara komprehensif dan efektif
sebagaimana ditegaskan oleh WHO dalam buku Design and Implementation of Health Information System
(Geneva, 2000) yang menegaskan bahwa sistem informasi kesehatan yang efektif memberikan dukungan
Informasi bagi proses pengambilan keputusan di semua jenjang. Sistem informasi harus dijadikan sebagai
alat yang efektif bagi menejemen. Pengelolaan sistem informasi yang baik akan berdampak dalam
pengembangan kebijakan dan tata kelola kesehatan yang kuat (good health governance). Singkat kata,
informasi yang baik (better information) akan menghasilkan keputusan yang baik (better decision) dan
berdampak pada tercapainya derajat kesehatan yang baik (better health).
JAYAPURA PAPUA – Kementerian Kesehatan telah menetapkan Permenkes
Nomor 23 Tahun 2022 tentang Penanggulangan HIV AIDS dan Penyakit dan
Infeksi Menular Seksual (PIMS) serta Rencana Aksi Nasional (RAN) HIV AIDS
dan PIMS 2020-2024 dalam upaya mengakhiri epidemi HIV/AIDS pada
Tahun 2030. Menurut RAN tersebut, target indikator cakupan Orang dengan
HIV (ODHIV) dalam pengobatan terapi antiretroviral (ODHIV on ART) yang
diperiksa Viral Load (VL) di Tahun 2023 adalah sebesar 70%.

Berdasarkan data Sistem Informasi HIV/AIDS (SIHA) sampai dengan Juni


2023, jumlah ODHIV on ART di Papua sebanyak 9.118 orang. Pengobatan
Antiretroviral (ARV) yang di tes VL tahun 2023 sebanyak 2.488 orang dari
7.828 ODHIV (32%) yang memenuhi syarat tes. Angka ini masih jauh dari
target yang diharapkan. Angka capaian yang masih jauh dari target ini
disebabkan pencatatan kurang lengkap dan data pelayanan yang belum
mutakhir.

Permasalahan ini mendorong dilakukannya Pelatihan Peningkatan Kapasitas


Petugas Terkait SIHA 2.0 di Provinsi Papua untuk meningkatkan kapasitas
petugas dan data register pra ART dan ART yang telah tervalidasi.

Tim Monev pada Seksi AIDS Balai Pencegahan Penyakit (P2) AIDS, TBC dan
Malaria (ATM) Provinsi Papua telah melaksanakan Pelatihan Peningkatan
Kapasitas Petugas Terkait Sistem Informasi HIV AIDS (SIHA) 2.0 Tingkat
Provinsi Papua pada tanggal 17-18 Agustus 2023 di Jayapura.

Peserta pada kegiatan ini berasal dari BP2 ATM bidang AIDS, dan 10
Kabupten/Kota dukungan Global Fund (GF) yang diwakili oleh Penanggung
Jawab HIV dan Data Officer Kabupaten/Kota, Kepala Bidang dari Provinsi
Papua Selatan, Provinsi Papua Tengah, serta perwakilan Layanan Perawatan
Dukungan dan Pengobatan (PDP) dari Kota Jayapura dan Kabupaten
Jayapura. Sedangkan Kepala Bidang dari Provinsi Papua Pegunungan tidak
hadir dalam pertemuan ini.

Hasil yang dicapai dalam kegiatan ini yaitu layanan telah menggunakan Excel
Register pra ART dan ART terbaru dan migrasi Excel Register ke SIHA 2.1.
Kegiatan ini dibiayai oleh Dinas Kesehatan Provinsi Papua melalui Dana
Hibah GF ATM Komponen AIDS.

Anda mungkin juga menyukai