Proses - JTOI Bayam - 3
Proses - JTOI Bayam - 3
ABSTRACT
The abstract must be written in english, write the abstract using single spacing, Cambria 10, italic. The
abstract should include a background and aim of research, a brief description of the methods, results, a
conclusion. They are indicative only and will not be used for citation purposes. The abstract should be written
not more than 300 words.
Keywords: not more than 5 words or phrases, separated by commas (,), that it’s important, spesific, or
representative for the article
ABSTRAK
Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia, satu spasi, satu paragraf, font Cambria ukuran 10,. Abstrak
memuat latar belakang dan tujuan penelitian, deskripsi singkat metode yang digunakan, hasil dan
pembahasan. Tidak diperkenankan sitasi pada abstrak. Abstrak tidak lebih dari 300 kata.
Latar Belakang: Insidensi diabetes tipe 2 baik di Indonesia maupun dunia diprediksi akan meningkat
pada tahun 2030. Tatalaksana dari pengaturan pola makan dapat menjadi salah satu solusi. Berbagai
kandungan gizi baik, termasuk antihiperglikemia dapat ditemukan pada sayuran. Bayam merupakan jenis
sayur yang sering dikonsumsi di Indonesia dan memiliki aktivitas antihiperglikemia
Tujuan: Meninjau perkembangan penelitian terkini mengenai bukti aktivitas antihiperglikemia tanaman
bayam (Amaranthus sp)
Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan scoping review jurnal dari database artikel PubMed,
Google Scholar, Science Direct, ProQuest, EBSCO, Portal Garuda, dan Neliti yang terbit dalam rentang
tahun 2011-2021. Pencarian dilakukan menggunakan kata kunci bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Proses seleksi artikel didasarkan pada alur PRISMA-ScR.
Hasil: Terdapat 6 artikel yang meneliti aktivitas antihiperglikemia tanaman bayam. Keenam artikel
menggunakan tikus sebagai hewan coba model diabetes, 5 (83.33%) artikel berasal dari India dan 1
(16.67%) artikel berasal dari Amerika Serikat. Artikel mengenai potensi ekstrak etanol dari tiga spesies
Amaranthus terhadap tikus diabetes memiliki sitasi terbanyak dengan 165 sitasi. Semua studi
menunjukkan pemberian ekstrak tanaman bayam menurunkan kadar glukosa darah tikus model diabetes
secara signifikan.
Kesimpulan: Pada review ini ditemukan bahwa hasil penelitian in vitro dan pengujian dengan hewan
coba menunjukkan bahwa tanaman bayam memiliki potensi antidiabetik. Penelitian lebih lanjut
diperlukan untuk mengembangkan pengolahan makanan yang dapat tetap menjaga bioaktivitas bayam.
Received
Revised
Accepted
Publish DOI https:................. 1
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia, 14(1): xx-xx, Juli 2021
Kata kunci: Diabetes tipe 2, Bayam, Amaranthus sp, Antihiperglikemia, tidak lebih dari 5 kata, dipisahkan
koma, penting, spesifik, merepresentasikan artikel.
PENDAHULUAN
Pada tahun 2030 diprediksi penderita diabetes tipe 2 di dunia akan mencapai 350 juta
dan lebih dari sepertiga jumlah tersebut berasal dari bangsa Asia (World Health Organization,
2003). Di Indonesia, diprediksi adanya lonjakan angka penyandang DM, sekitar 14,7% pada
daerah urban dan 7,2% pada daerah rural (PERKENI, 2019). Diabetes tipe 2 ditandai dengan
penurunan progresif fungsi sel beta pankreas dan peningkatan stress oksidatif yang
menyebabkan tidak terkontrolnya kadar gula darah dan komplikasi diabetes.
Beberapa spesies tanaman di dunia diketahui memiliki aktivitas hipoglikemik. Terlepas
dari keberadaan obat antidiabetes, pencarian sumber antidiabetes baru dari bahan alam terus
dilakukan untuk mendapatkan alternatif terapi yang efektif dan aman (Arifah et al., 2022; Jugran
et al., 2021). Amaranthus sp., atau dikenal sebagai ‘‘bayam’’, adalah salah satu tanaman yang
popular di Indonesia. Tanaman bayam mempunyai banyak spesies, antara lain bayam cabut atau
bayam hijau (Amaranthus viridis), bayam hijau atau bayam petik (Amaranthus hybridus,
Amaranthus caudatus), bayam putih (Amaranthus paniculatus), bayam merah (Amaranthus
gangeticus, Amaranthus tricolor), bayam itik atau bayam kotok (Amaranthus blitum), bayam
maksi (Amaranthus hypochondriacus, Amaranthus cruentus),dan bayam duri (Amaranthus
spinosus) (Sahat & HIdayat, 1996). Bayam yang umum dikonsumsi di Indonesia dan negara-
negara lain di Asia Tenggara adalah sayuran yang berasal dari genus Amaranthus, terutama
adalah bayam petik dan bayam cabut. Penyebutannya dalam bahasa Inggris adalah Chinese
amaranth. Jenis bayam tersebut berbeda dengan apa yang disebut sebagai “spinach” di Amerika
Serikat dan negara-negara barat lainnya, yang dalam Bahasa latin disebut sebagai Spinacia
oleracea. Tanaman ini berasal dari genus Spinacia, mempunyai suku yang sama dengan genus
Amaranthus yaitu suku Amaranthaceae. Meskipun potensi bayam sebagai antidiabetik telah
dilaporkan di beberapa penelitian (Peter & Gandhi, 2017), belum terdapat review yang mengkaji
perkembangan terkini penelitian bayam terkait dengan potensinya sebagai anti
antihipergklilemik.
METODE
2. Pandhare, Tikus, induksi Ekstrak air dari 30 Plasebo, Penurunan kadar glukosa darah Parameter hiperlipidemik:
2012, India streptozotocin, batang Amaranthus hari glibenklamid (p<0.05) pada kelompok penurunan kolesterol total,
n=24 viridis, dosis 100, intervensi dan glibenklamid. trigliserid, LDL-C, VLCL-C,
200 dan 400 TTGO normal pada kelompok peningkatan kadar HDL-C
mg/kgBB intervensi dan glibenklamid
3. Kumar, Tikus wistar Ekstrak methanol 15 Plasebo, Penurunan kadar glukosa darah Parameter hiperlipidemik:
2012, India albino, induksi Amaranthus viridis hari glibenklamid pada kelompok intervensi dan penurunan kolesterol total,
aloksan, n=30 (semua bagian glibenklamid yang diamati trigliserid, LDL-C, VLCL-C,
tumbuhan) dosis setelah pemberian dosis peningkatan kadar HDL-C
200 mg dan 400 tunggal dan 15 hari. Parameter antioksidan:
mg/kgBB TTGO normal pada kelompok penurunan MDA, GSH, CAT, TT
intervensi dan glibenklamid
4. Mishra, Tikus albino, Ekstrak daun 21 Plasebo, Penurunan kadar glukosa darah Parameter hiperlipidemik:
2010, India induksi Amaranthus hari glibenklamid (p<0.05) pada kelompok penurunan lipid total,
stretozotocin- spinosus, dosis 250 intervensi dan glibenklamid. kolesterol total, trigliserid
nicotinamide, dan 500 mg/kgBB Parameter antioksidan:
n=30 penurunan GSH, GST, GPx, CAT,
SOD
Histopatologi: morfologi sel
pancreas pada kelompok
intervensi lebih mirip dengan
tikus normal dibandingkan
pada kelompok glibenklamid
5. Girija, Tikus Ekstrak metanol 21 Plasebo, Penurunan kadar glukosa darah Parameter hiperlipidemik:
2011, India daun Amaranthus hari glibenklamid pada semua kelompok Penurunan kadar kolesterol
caudatus, intervensi dan glibenklamid total, LDL, VLDL, trigliserida.
Amaranthus TTGO normal pada kelompok Tidak terdapat letalitas dan
spinosus dan intervensi dan glibenklamid reaksi toksik setelah pemberian
Amaranthus viridis, intervensi ekstrak Amaranthus
dosis 200 mg dan Perubahan histopatologi pada
sp.
400 mg/kgBB pancreas (hari ke-21)
KESIMPULAN
Hasil kajian in vitro dan pengujian pada hewan coba menunjukkan tanaman bayam
mempunyai potensi sebagai antidiabetik. Penelitian lanjut diperlukan untuk mengembangkan
pengolahan makanan yang dapat tetap menjaga bioaktivitas bayam. Berbagai bukti di uji
preklinik merupakan langkah untuk mengembangkan obat bahan alam dari bayam melalui uji
klinik yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ishaq, R. K., Abotaleb, M., Kubatka, P., Kajo, K., & Bü sselberg, D. (2019). Flavonoids and their anti-
diabetic effects: Cellular mechanisms and effects to improve blood sugar levels. Biomolecules, 9(9).
https://doi.org/10.3390/biom9090430
Arifah, F. H., Nugroho, A. E., Rohman, A., & Sujarwo, W. (2022). A review of medicinal plants for the
treatment of diabetes mellitus: The case of Indonesia. South African Journal of Botany, 149, 537–558.
Conarello, S. L., Li, Z., Ronan, J., Roy, R. S., Zhu, L., Jiang, G., Liu, F., Woods, J., Zycband, E., & Moller, D. E.
(2003). Mice lacking dipeptidyl peptidase IV are protected against obesity and insulin resistance.
Proceedings of the National Academy of Sciences, 100(11), 6825–6830.
Gelinas, B., & Seguin, P. (2007). Oxalate in grain amaranth. Journal of Agricultural and Food Chemistry,
55(12), 4789–4794.
Girija, K., Lakshman, K., Udaya, C., Sachi, G. S., & Divya, T. (2011). Anti–diabetic and anti–cholesterolemic
activity of methanol extracts of three species of Amaranthus. Asian Pacific Journal of Tropical
Biomedicine, 1(2), 133–138.
Jaitak, V. (2019). A review on molecular mechanism of flavonoids as antidiabetic agents. Mini Reviews in
Medicinal Chemistry, 19(9), 762–786.
Jugran, A. K., Rawat, S., Devkota, H. P., Bhatt, I. D., & Rawal, R. S. (2021). Diabetes and plant‐derived natural
products: From ethnopharmacological approaches to their potential for modern drug discovery and
development. Phytotherapy Research, 35(1), 223–245.
Kumar, B. S. A., Lakshman, K., Jayaveera, K. K. N., Shekar, D. S., Muragan, C. S. V., & Manoj, B. (2009).
Antinociceptive and antipyretic activities of Amaranthus viridis Linn in different experimental
models. Avicenna Journal of Medical Biotechnology, 1(3), 167.
Mishra, S. B., Verma, A., Mukerjee, A., & Vijayakumar, M. (2012). Amaranthus spinosus L.(Amaranthaceae)
leaf extract attenuates streptozotocin-nicotinamide induced diabetes and oxidative stress in albino
rats: A histopathological analysis. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine, 2(3), S1647–S1652.
Moher, D., Liberati, A., Tetzlaff, J., & Altman, D. G. (2009). Preferred reporting items for systematic reviews
and meta-analyses: the PRISMA statement. Journal of Clinical Epidemiology, 62(10), 1006–1012.
https://doi.org/10.1016/j.jclinepi.2009.06.005
Nauck, M. A., & Vardarli, I. (2010). Comparative evaluation of incretin‐based antidiabetic medications and
alternative therapies to be added to metformin in the case of monotherapy failure. Journal of
Diabetes Investigation, 1(1‐2), 24–36.
Nyanchoka, L., Tudur-Smith, C., Thu, V. N., Iversen, V., Tricco, A. C., & Porcher, R. (2019). A scoping review
describes methods used to identify, prioritize and display gaps in health research. Journal of Clinical
Epidemiology, 109, 99–110. https://doi.org/10.1016/j.jclinepi.2019.01.005
Pandhare, R., Balakrishnan, S., Mohite, P., & Khanage, S. (2012). Antidiabetic and antihyperlipidaemic
potential of Amaranthus viridis (L.) Merr. in streptozotocin induced diabetic rats. Asian Pacific
Journal of Tropical Disease, 2, S180–S185.
Peter, K., & Gandhi, P. (2017). Rediscovering the therapeutic potential of Amaranthus species: A review.
Egyptian Journal of Basic and Applied Sciences, 4(3), 196–205.
Sahat, S., & HIdayat, I. M. (1996). Bayam: Sayuran Penyangga Petani di Indonesia. Balai Penelitian Tanaman
Sayuran.
Sarker, U., & Oba, S. (2019). Nutraceuticals, antioxidant pigments, and phytochemicals in the leaves of
Amaranthus spinosus and Amaranthus viridis weedy species. Scientific Reports, 9(1), 1–10.
Velarde-Salcedo, A. J., Barrera-Pacheco, A., Lara-Gonzá lez, S., Montero-Morá n, G. M., Díaz-Gois, A., De Mejia,
E. G., & De La Rosa, A. P. B. (2013). In vitro inhibition of dipeptidyl peptidase IV by peptides derived
from the hydrolysis of amaranth (Amaranthus hypochondriacus L.) proteins. Food Chemistry, 136(2),
758–764.