Naskah Ruang Tunggu Dan Pertanyaan Tentang Catatan Akhir
Naskah Ruang Tunggu Dan Pertanyaan Tentang Catatan Akhir
Naskah Ruang Tunggu Dan Pertanyaan Tentang Catatan Akhir
RUANG TUNGGU
& PERTANYAAN
TENTANG
CATATAN AKHIR
Tokoh:
1. 114
2. 120
3. 121/122/123/124/125
4. Suara
Tokoh-tokoh tidak memiliki nama, mereka dipanggil sesuai dengan nomor yang ada di tas tangan mereka.
Para tokoh menggunakan pakaian yang sama; sebuah topi kupluk kusam berwarna hitam, kaos berwarna
cokelat muda kusam, celana pendek berwarna hitam. Pakaian yang digunakan tidak diobras bagian ujung-
ujungnya. Para aktor tidak menggunakan alas kaki. Di dalam tas tangan mereka ada sebuah tongkat dari
bahan pipa (bisa pipa plastik yang dicat).
Tokoh 114 memiliki rambut yang panjang dan awut-awutan, seperti beberapa tahun tanpa bercukur.
Tubuhnya cukup lemah, berusia cukup tua, dan berbicara lebih lemah. Ia lebih terkesan sebagai seseorang
yang sudah tidak punya harapan untuk hidup lagi.
Tokoh 120 menggambarkan sosok yang energik, masih cukup bersemangat, mencoba melawan.
Rambutnya lebih pendek, akan lebih baik bila tidak terlihat di balik topi kupluknya.
Tokoh 121 hingga 126 adalah aktor/pemeran yang sama. Usahakan memiliki bentuk fisik yang jauh
berbeda dengan dua tokoh lainnya, seperti lebih gemuk, atau mungkin jauh lebih tinggi.
Sedangkan tokoh Suara adalah suara yang hadir dari luar ruangan. Usahakan, untuk tokoh Suara tidak
teridentifikasi sebagai seorang lelaki ataupun perempuan.
Ketika layar terbuka, tersaji sebuah ruangan yang cukup gelap, sebuah kusen pintu, tanpa daun pintu
berada di tengah dinding belakang. Dinding-dinding menutupi kiri dan kanan berwarna cukup kelam
(disarankan abu-abu tua), ada police line mengelilingi ruangan, sedangkan pencahayaan cukup
temaram. Satu atau dua lampu fokus mengarah ke tengah ruangan.
Ada tiga buah kursi, akan lebih baik bila dibuat dengan bahan kayu tanpa sandaran punggung. Seorang
tokoh duduk di kursi paling kanan, berdiam diri, membawa tas kain lengan (atau paper bag dengan
sedikit tali) bernomor 114.
Musik pengantar dibuat dengan piano untuk chord dan flute untuk melodi dengan nada minor. Musik
pengantar dibunyikan hingga suara pemanggil berbunyi dan tokoh dengan tas kain lengan bernomor 120
masuk ke ruangan.
Suara: 120, silahkan masuk ruangan. Anda akan dipanggil kembali bila waktunya telah datang.
120 masuk ke ruangan. Melihat ke semua arah, lalu terhenti ketika melihat 114. Ia duduk di kursi paling
kiri.
Responder
Permisi:
pakeeet (Arita)
yaaa (Keyko)
masuk (Olis)
yuhuu (Febi)
siapa tuc (Ridwan)
Siapa namamu?
Eva (Rinda)
Dede (Olis)
Marimar (Febi)
114: (statis, menghadap langit-langit)
120: Hei? Hei?
114: (diam)
120: Sudah lama di sini?
Responder:
Sudah lama disini?
dah lama daahh (Olis)
lumayan (Arita)
dari kemareenn (Fikri)
3 | Ruang Tunggu & Pertanyaan Tentang Catatan Akhir
kamu nanyea? (Ridwan)
114: (diam)
120: Hei, apakah kau sudah lama di sini?
114: (Menoleh ke arah 120, kemudian kembali diam)
120: Astaga, apa kau bisu?
114: Baba bum baba
120: Apa?
114: Baba bum baba
120: Apa pula itu bababumbaba?
114: (diam)
Hening
Hening
114: (diam)
120: Eh, apa ini? (mengambil sesuatu dari tasnya). Apakah kita semua harus membawa ini, ketika masuk
ke sini?
Responder:
Eh, apa ini (komentar tongkat):
tongkatnya letoy wkwkwkw (Olis)
ah itu mah pensil inul (Rinda)
ga banget (Ridwan)
jelek (Fikry)
loyo (Arita)
harus membawa ini:
Hening
120: (Menghembus napas panjang) Baiklah, 114, sepertinya kau tidak mengerti apa yang aku sampaikan.
Dan aku juga tidak mengerti babum-babum itu. Jadi, kita akan tetap diam menunggu waktunya kita
dipanggil untuk dieksekusi.
114: (diam)
120: (mendekatkan kursi ke kursi 114) Ayolah, kita sudah dipastikan mati. Setidaknya kita berbicara,
saling mengenal satu sama lain.
114: Ah, jangan ubah susunan di dalam ruangan! (mengembalikan kursi 120 ke posisi awal)
Responder:
Hening
Responder:
wajar sih (Olis)
lebih baik mati (Ridwan)
yakiiiin (Rinda)
emang harusnya mati (Arita)
114: Kau tidak tahu apa yang terjadi?
120: Iya, ketika dibawa ke sini semua terasa gelap dan buta.
114: Dunia memang gelap dan buta
120: Kalau kau? Hei, kalau kau? Aku sudah bercerita tadi, sekarang giliranmu.
114: Aku sadar bahwa aku telah membuat satu kesalahan. Karena itu aku dihukum.
120: Apa kesalahanmu?
114: Aku dilahirkan
Responder:
iya sih, betul (Fikry)
ya ya ya ya harusnya ga lahir (Rizal)
betul betul, (Febi)
120: Itu bukan kesalahan! Bukankah hidup adalah sebuah berkah
Responder:
tergantung lahirnya dari siapa (Olis)
recok responer
114: (diam)
120: Lahir bukanlah sebuah kesalahan
114: (menarik nafas, lalu menatap kea rah berlawanan dengan 120) Tapi kita tetap mendapat hukuman
mati karena kesalahan itu. Kartu merah.
120: Aku prihatin denganmu.
114: Prihatin ataupun tidak, toh kita berakhir di tempat yang sama.
Responder:
setuju berkali kali (Rinda)
tetep berakhir disana (Fikri)
salah itu salah (Keyko)
hidup terlalu banyak harapan (Febi)
Hening
120: (Berdiri, berjalan mondar-mandir) Ini terlalu lama, (berteriak) Kapan aku akan dieksekusi!
114: Kau tidak bertanya tadi?
120: Bertanya pada siapa?
Responder:
pada bapaknya (Ridwan)
pada rumput yang bergoyang (Rinda dan Olis)
6 | Ruang Tunggu & Pertanyaan Tentang Catatan Akhir
114: Tidak ada seorang yang mengantarmu ke sini?
120: Tidak ada!
114: Astaga, malang sekali nasibmu. (berdiri) Aku diantarkan seseorang yang disebut sebagai penjaga
ruangan. Aku diantarnya masuk ke sini. Tepat sampai pintu, lalu aku dipersilahkan masuk.
120: Seperti apa orang yang mengantarmu?
114: Bahkan ia juga yang membuka dan menutupkan pintu itu untukku.
120: Eh, seperti apa orang yang mengantarmu. Pintu apa yang dibuka dan ditutupnya?
114: (diam, duduk perlahan)
Hening
Hening
114: Sekarang hari Sabtu? Bukankah hari ini adalah hari Jumat.
120: Kemarin hari Jumat. Sekarang Sabtu. Semua akan kacau bila kau tidak bisa membedakan antara hari
Jumat dan Sabtu.
114: Bagiku tak ada bedanya. Di sini semua telah kacau. Waktu telah kacau. Dan aku juga telah kacau.
120: Setidaknya kau harus bisa membedakan mana yang hari Sabtu dan mana hari Jumat.
114: (Diam)
120: Ah, sial! Eh iya, kau tadi bilang kita akan dieksekusi hari Minggu?
114: Aku tidak bilang "kita".
120: Iya, berarti kau. Besok kau dieksekusi?
114: Entahlah
Hening
Suara
121, silahkan masuk ke ruang tunggu. Anda akan kembali dipanggil lagi ketika waktunya telah datang
Aktor dengan paper bag bernomor 121 masuk, diiringi dengan musik piano dan flute
121: (Masuk ke ruangan dengan membungkuk, lalu jongkok, lalu membungkuk lagi dan duduk di kursi.
Memeriksa paper bag, menemukan tongkat pipa di dalamnya, kemudian ia memainkannya) Baba bum
baba. Baba bum baba!
114: Baba bum baba. Baba bum baba.
120: Sialan. Persetan dengan babum babum kalian.
114: Apa sulitnya kau tinggal berbicara dengan baba bum baba?
120: Apakah semua yang ingin kau sampaikan itu bisa tersampai hanya dengan baba bum baba.
114: Kenapa kau ingin semuanya tersampai?
121: Baba bum baba bum dada dum dada?
114: Baba bum baba, dada dum dada.
120: Kita ini manusia. Ada banyak keinginan yang harus kita sampaikan. Tak bisa dengan baba bum baba
bum baba bum sialan itu. (tanya responder 3 orang )
Responder:
baba bum baba
121: Bum baba bum?
114: Dada dum dada. Baba bum baba.
120: Oh! Sial! Sial! Sial! Kalian dan bababum itu sama memuakan.
121: Dada dum dada! Baba dum baba! Dada dum dada! Baba bum baba. (melambai ke 120 dan 114)
121 keluar.
Responder:
tersesat di jalan (berjamaah)
114: Sesat di jalan? Ah, klasik. Peribahasa yang klasik dan menjemukan. Hanya memaksa kita untuk
terus bertanya seperti orang tolol.
Hening
120: Kenapa 121 yang dieksekusi? Apa karena dia berjalan membungkuk tak jelas itu ketika masuk
kemari?
114: Sebenarnya, itu karena…
120: Iya, karena apa?
114: Karena dia, tidak bertanya. Terpenting, dia berbicara dengan baba bum baba.
120: Ah? (mengangguk-angguk)
114: Dia tidak berbicara dengan bahasa apapun selain baba bum baba. Itu kata kuncinya. Lalu dia
dipanggil untuk dieksekusi.
120: Berarti?
114: Mulai berbaba bum baba.
120: Baba bum baba?
114: (bernyanyi bababumbaba bersama responder diiringi musik) Baba bum baba. Dada dum dada. Baba
bum baba bum baba bum baba.
120: Baba bum baba?
114: Baba bum baba bum baba. Dada dum. Baba bum baba.
120: Baba bum baba? Dada dum dada?
114: Baba bum.
120: Baba! Bababum bababum!
114: Baba. Baba bum baba bum baba.
Suara: 122, silahkan masuk ke ruang tunggu. Anda akan kembali dipanggil lagi ketika waktunya telah
datang
122: (Masuk ke ruangan seperti 121; membungkuk, lalu jongkok, lalu membungkuk lagi dan duduk di
kursi. Memeriksa paper bag, menemukan tongkat pipa di dalamnya, kemudian ia diam)
114: Baba bum baba ?
122: (diam)
120: Baba bum baba bum baba bum? eh... baba?
122: (diam, lalu memainkan tongkat pipanya)
120: (mendekat ke 114) Baba bum baba bum baba bum baba? (menunjuk 122)
114: Dada dum dada. Baba, baba bum baba.
120: Baba bum baba. (mendekat ke 122) Baba! Baba bum baba dada dum dada?
120: Sebentar! Hei 114, dia ini adalah orang yang sama dengan 121. (tanya 3 orang responder )
Responder:
mmmm???? 11, 15
mmmm mirip
aaahh ya, dia orang yang beda.
114: Ehm, mirip.
120: Bukan mirip, tapi orang yang sama
114: (berdiri, mendekat ke 122) Hei 120, ini 122 dan yang tadi 121, tentunya mereka adalah orang yang
berbeda.
120: Mereka adalah orang yang sama, aku yakin itu.
114: Kau pernah melihat korek api? Di dalamnya ada ratusan pentul korek. Lalu, bayangkan hari ini aku
memberikan kau satu pentul dan kau membakarnya. Lalu besok aku memberikan satu pentul lagi. Kau
pasti akan berteriak, ini pentul yang sama dengan yang kemarin!
Responder:
tertawa
120: Kau samakan manusia dengan pentul korek?
Responder:
masih tertawa
114: (tertawa kecil, kembali duduk, memainkan tongkat pipa)
120: Hei, 122 apakah kau orang yang sama dengan 121!
122: (diam)
120: Sial-sial. Selalu diam. Atau kalaupun bicara, baba bum baba.
114: Kita tidak akan dipanggil bila tidak berbababum baba
120: Tapi dia hanya diam, tidak bicara sedikitpun. Pastinya, dia tidak berbababum baba. Itu berarti, ia
tidak akan pernah dipanggil juga.
Suara: 122, silahkan keluar. Hari eksekusi Anda telah tiba.
122: (Berdiri dari tempat duduknya, lalu melihat 120 dan 114 bergantian, kemudian keluar)
120: Lah, kenapa dia dipanggil? Bukankah dia tidak berbaba bum baba?
114: Tapi dia memainkan tongkatnya
120: Sial-sial-sial. Apakah berarti tongkat sialan ini yang membuat kita tidak dipanggil-panggil?
114: (Menjawab dengan isyarat, lalu bermain tongkat pipa)
120: Ah! Hei (berteriak) Kapan aku akan dieksekusi!
114: (Masih memainkan tongkat pipa)
120: Ini memuakkan. Bahkan untuk kematian sendiri, kita tidak tahu pasti.
114: He-eh (kembali memainkan tongkat pipa)
120: Sebentar, bukankah kita bisa memastikannya?
114: Memastikan apa?
120: Memastikan kematian kita!
114: Caranya?
120: Kita bunuh diri!
120 masih sibuk mencari, kemudian terhenti melihat 114 tidak bergerak sedikitpun.
Hening
Suara: 123, silahkan masuk ke ruang tunggu. Anda akan kembali dipanggil lagi ketika waktunya telah
datang.
123 masuk ke ruangan dengan membungkuk, lalu jongkok, lalu membungkuk lagi dan duduk di kursi.
membawa paperbag masuk ke ruangan lalu duduk di tengah. 114 dan 120 memberi isyarat pada paper
bag. 123 memeriksa paperbag lalu mengeluarkan alat musik triangle di dalamnya. Ia memainkannya.
120: Tunggu, kau adalah orang yang sama. Yah, kau adalah 122 juga 121.
Responder:
ah yang bener lah
ah beda kok,
semuanya beda
114: Ada apa dengan pikiranmu saat ini? Kau terlalu banyak berkhayal.
Responder:
imaajinaasiii
menghayal terus
semua semua disamain
120: Lihat, semuanya. Wajahnya, tubuhnya, pipinya dan panjang tongkatnya. Semua sama! Hanya
nomornya yang berbeda. Benar yang aku duga! Bukan baba bum baba sialan itu yang membuat mereka
dipanggil. Tapi ini! Tongkatnya! Harus pendek, tidak sepanjang kita.
114: Berarti?
120: Apa kau berpikir sama denganku?
Responder:
tidak
mamir (males mikir)
apa yang dia pikirkan? (Rinda &Olis)
114 dan 120: (saling melihat. Lalu, 120 memegangi tubuh 122 dan 114 mendekat mengambil tongkat dari
tangan 122).
122: (diam, berbalik badan menghadap dinding belakang).
114: (Memainkan tongkat dengan suka hati, menari-nari)
120: Hei, aku yang punya ide. Ayo gantian.
114: (memberikan tongkat)
120: Setelah ini kita akan dipanggil. Penantian kita berakhir.
Responder:
kata siapa?
sotoy
huuu
114: Entahlah, aku takut sebenarnya.
120: Coba sambil bernyanyi.
114: Bernyanyi?
120: Yah, bernyanyi saja baba bum baba. Mungkin kita harus sambil menari?
114: Bisa jadi, tapi mereka tidak menari.
15 | Ruang Tunggu & Pertanyaan Tentang Catatan Akhir
120: Menari saja dulu
114: Ah, mungkin menari bisa menolong kita.
120: Mari menari, baba bum baba. (Bermain tongkat sambil mengajak responder bernyanyi-nyanyi dengan
riang gembira diiringi alunan musik)
114: (kembali ke kursi)
Suara: 123 (120 dan 114 terdiam, statis), silahkan keluar dan menuju ruang eksekusi. Hari eksekusi Anda
telah tiba.
123: (berbalik dengan wajah cemberut, mengambil lagi tongkat dari 120/114, memasukkannya dalam
paper bag, lalu keluar)
120: Kenapa?
114: Kenapa apanya? (Berjalan balik ke tempat duduk, lalu memainkan tongkat pipa)
120: Kenapa bukan kita?
114: Entahlah.
120: Aku sudah tidak tahan lagi, aku akan bunuh diri!
Responder:
bunuh diri lagi, teu bararoseun?!
heh. Berisik
itu Mulu
udah gila ya?
114: Aku sebenarnya juga menolak untuk hidup. Tapi aku ingin mati dengan sebaik-baiknya.
120: Bunuh diri juga sebaik-baiknya mati. Setidaknya, bukan orang lain yang mengambil kehidupanmu.
114: Kita tidak bebas untuk mati.
Hening
120 dan 114 kembali memainkan lagu bababumbaba bersama responder diiringi dengan alunan musik
120: Hentikan, hentikan, hentikan!( b e r d i r i ) Ini memuakkan. Seharusnya kita dipanggil dan
dieksekusi. Kenapa kita harus menghabiskan waktu dengan hal-hal yang bodoh seperti bermain tongkat
sialan ini.
114: Saat ini, bermain tongkat itu satu-satunya kesempatan untuk kita melupakan sejenak beban hidup
120: Aku tak pernah terbebani oleh hidup (berjalan selangkah).
120: Lagi-lagi entahlah, entahlah, entahlah! Ah sial! Sial! Persetan dengan entahlah. (menarik nafas
panjang) Aku sudah bosan di sini! Kita harus mencari ruangan lain
114: Ruangan lain?
120: Yah, selain ruangan ini.
114: Ehm..
120: Jangan jawab dengan “entahlah”.
114: Yah, mungkin
120: Kita harus mencari ruangan lain itu, sekarang?
114: Eh?
120: Kalau kau tidak ada ide lain, berarti ikut dengan usulku
114: Eh?
120: Ayo bergerak sekarang! (sambil menarik tangan)
114: Eh?
120: Ayo cepat! Kita harus bergerak! Anggap saja ada musuh yang datang, sehingga kita harus pergi
secepatnya!
114: Hah?
120: Astaga! Musuh telah datang, kita harus segera kabur, selamatkan dirimu.
114: Hah!
120: Tas dan tongkatmu jangan tertinggal.
114: Kenapa?
120: Tidak ada waktu untuk menjawab. Kita harus pergi sekarang! Hei, ayo cepat.
120 dan 114 keluar, berjalan dengan mode slomotion dan responder ikut melihat dengan mode respon
slowmotion, diiringi oleh alunan musik, satu putaran berjalan kemudian kembali ke tempat semula.
Suara: 124, silahkan masuk ke ruang tunggu. Anda akan kembali dipanggil lagi ketika waktu eksekusi
telah datang
Iringan musik masih berjalan ketika 124 Masuk ke ruangan dengan membungkuk, lalu jongkok, lalu
membungkuk lagi dan duduk di kursi, musik pun berhenti. Ia menatap ruangan yang kosong, kemudian
membuka paper bag lalu memainkan tongkatnya.
120 dan 114 in. 114 masuk dengan cara yang sama dengan 120-124.
Adegan perkelahian, 120 berkelahi dengan diri sendiri, diiringi dengan solois flute dan berhenti setelah
120 terjatuh dan berbaring dilantai.
124 Keluar
Hening
120 dan 114 menarik sambil berjalan kembali duduk di kursinya masing-masing.alunan musik mengisi
suasana Ruang Tunggu. Mereka berbababumbaba dengan raiang gembira.
120: Baba bum baba. Baba bum baba. Bum baba
114: Baba bum. Dada dum dada dum.
120: Baba bum baba. Baba.
114: Baba.
Suara: 125, silahkan masuk ke ruang tunggu. Anda akan kembali dipanggil lagi ketika waktunya telah
datang.
125: (Masuk ke ruangan dengan membungkuk, lalu jongkok, lalu membungkuk lagi dan duduk di kursi)
120: (menatap 114) Bum baba?
114: (mengangguk)
120 dan 114 kemudian keluar ruangan lalu masuk ke ruangan dengan cara 125 masuk ke ruangan. 125
melihat 120 dan 114 bergantian. Kemudian, 125 membuka tas dan mengambil tongkat. 120 dan 114
mengikuti semua gerak-gerik 125.
125: Baba bum baba. Bum baba?
120: Baba bum baba. Baba bum baba bum baba.
114: Baba, baba bum baba.
125: Baba bum.
114: Baba, bum baba bum.
120: Baba bum baba!
Ketiganya kemudian memainkan tongkatnya. 125 dan 120 bernyanyi-nyanyi (baba bum baba).
Suara: 125, silahkan keluar. Waktu eksekusi Anda telah datang.
Musik berjalan kemudian terdengar suara memanggil 126 dan musik berhenti seketika.
Suara: 126, silahkan masuk ke ruang tunggu. Anda akan kembali dipanggil lagi ketika waktunya telah
datang.
126 masuk ke ruangan berjalan membawa paper bag, kemudian duduk di kursi sambil melihat ke semua
arah.
SELESAI