Anda di halaman 1dari 10

HASIL DISKUSI KELOMPOK

PENCEMARAN LINGKUNGAN DI INDONESIA

HUKUM LINGKUNGAN (H)

Dosen Pengampu: Dr. Amiek Soemarmi, S.H., M.Hum.

KELOMPOK 6

Ketua: Muhammad Zaky Tamimi 11000121130438

Sekretaris: Najla Azena Zhaafira 11000121130228

Anggota:

Indah Novita Sari 11000121120114

Laurensia Marni Manihuruk 11000121120100

Muhammad Alvyn Rezqy Habibie 11000121130447

Mukhammad Riski Aurora Aldama 11000121120134


Pendahuluan

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki sumber daya alam yang
amat berlimpah baik yang dapat diperbaharui dan juga tidak dapat diperbaharui. Salah satu
wadah untuk menampung sumber–sumber daya tersebut adalah lingkungan hidup. Lingkungan
hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. kenyataan yang dapat terjadi dan bahkan
sudah terjadi di Indonesia adalah adanya perusakan lingkungan hidup. (Hamzah, 2008)
“Hukum lingkungan merupakan hukum fungsional, karena bertujuan untuk menanggulangi
pencemaran, pengurasan, dan perusakan lingkungan sehingga tercipta lingkungan yang baik,
sehat, indah, dan nyaman bagi seluruh rakyat. Untuk fungsi itu mempunyai instrumen seperti
disebutkan sebelumya yang dipergunakan secara selektif dan kalau perlu secara simultan”.
Kerusakan lingkungan hidup dapat terjadi karena ketidaktahuan masyarakat atas apa
yang diperbuatnya dapat menimbulkan dampak yang serius bagi lingkungan hidup, dan ada
yang sebenarnya telah mengetahui akan dampak yang terjadi tetapi tetap melakukan semata-
mata untuk keuntungan pihak tersebut. Untuk itu pemerintah membuat peraturan tentang
Lingkungan Hidup yaitu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam peraturan tersebut mengatur mengenai menjamin
kepastian hukum serta memberikan kepastian hukum kepada setiap orang untuk mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat, menjamin kualitas hidup yang mana pada saat ini
semakin menurun dan telah mengancam perkehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya,
mengatur tentang ketentuan pidana yang berkaitan dengan lingkungan hidup dan sebagainya.
Berkaitan dengan Lingkungan Hidup Pesisir pantai juga termasuk kedadalamnya.
Hasil Diskusi

Pada fakta yang terjadi di lingkungan, khususnya di Indonesia banyak sekali


pencemaran air yang terjadi, baik di sungai, danau, dan bibir pantai yang disebabkan oleh
industri-industri yang tidak bertanggung jawab dalam membuang limbah mereka. Hal ini dapat
mudah kita temukan baik di pemukiman maupun di lingkungan yang sering kita jumpai. selain
pada tempat yang ramai penduduk masalah-masalah pencemaran air ini juga sering terjadi di
muara dan pesisir pantai, dan terkadang dampak yang diberikan memiliki skala yang serius
karena dapat mencemari dan membunuh biodiversitas yang hidup di dalam perairan tersebut
yang pula berdampak pada rusaknya keseimbangan alam. Hal ini tampak pada 3 kasus hasil
diskusi kami yaitu Pencemaran laut akibat penambangan pasir laut oleh PT Royal Boskalis,
Tumpahan Minyak Pertamina di Teluk Balikpapan Akibat Putusnya Pipa Transfer yang
Berakibat Terganggunya Fungsi Lingkungan, dan Pencemaran Lingkungan di Sungai Cikijing
oleh PT Kahatex. Penjelasan terkait dapat dilihat dalam tabel berikut:

No. Masalah Lokasi Regulasi Lembaga yang Penyelesaian


terkait

1 Pencemaran Pesisir UU No. 32 BPLH dan Dinas Sudah sampai di


Laut Akibat Kota Tahun 2009, Lingkungan tahap pengadilan
Penambangan Makassar Permen LHK Hidup dan sudah dijatuhi
Pasir Laut oleh No. 4 Tahun pencabutan izin,
PT Royal 2016 sanksi pidana
Boskalis penjara, dan
sanksi
administrasi
berupa ganti rugi
atau denda dan
rehabilitasi
lingkungan yang
terdampak

2 Tumpahan Perairan UU No. 32 Gubernur Pengadilan


Minyak Teluk Tahun 2009 Kaltim, Bupati Negeri
Pertamina di Balikpap tentang Paser Utara, Balikpapan telah
Teluk an, Perlindungan Wali Kota menjatuhkan
Balikpapan Kalimant dan Balikpapan, hukuman 10
Akibat an Timur Pengelolaan Menteri KLHK, tahun penjara
Putusnya Pipa Lingkungan Menhub dan serta denda Rp 15
Transfer yang Hidup, UU No. Menteri miliar subsidair 1
Berakibat 27 Tahun 2007 Kelautan dan tahun penjara atas
Terganggunya tentang Perikanan tindakan
Fungsi Pengelolaan pencemaran dan
Lingkungan Wilayah Pesisir perusakan
dan Pulau- lingkungan hidup
Pulau Kecil yang dilakukan
oleh Zhang Deyi.
Pemberian sanksi
tersebut
didasarkan fakta
bahwa Zhang
Deyi dianggap
sengaja
memasuki daerah
terlarang hingga
menabrak pipa
bawah air milik
PT Pertamina
(Persero).

3 Pencemaran Sungai UU No. 32 Dinas Pelaksanaan


Lingkungan di Cikijing, Tahun 2009 Lingkungan putusan MA,
Sungai Cikijing Kabupate tentang Hidup Pembuatan IPAL
oleh PT n Perlindungan Kabupaten Terpadu,
Kahatex Sumedan dan Sumedang, Memastikan hak
g, Jawa Pengelolaan Pemerintah karyawan PT
Barat Lingkungan Kabupaten Kahatex apabila
Hidup Sumedang dan IPLC (Izin
Kabupaten Pembuangan
Bandung, dan Limbah Cair),
Masyarakat. Pemulihan lahan
pertanian yang
tercemar

4 Transboundary Hutan Pasal 5 ayat (1) Regional Upaya


Haze Pollution Provinsi Undang ASEAN, penyelesaian
di Malaysia Riau, Undang Nomor lembaga sengketa
dan Singapura Malaysia 23 Tahun 1997 lingkungan lingkungan
Akibat , tentang negara Malaysia internasional
Kebakaran Singapur Pengelolaan dan Singapura. apabila
Hutan di a Lingkungan BPLH, Dinas pencemaran yang
Provinsi Riau Hidup, yang Lingkungan bersifat lintas
kemudian di Hidup batas, sesuai
perbaharui dengan artikel
menjadi Piagam
Undang Perserikatan
Undang Bangsa-Bangsa
Nomor. 32 mengenai
Tahun 2009 penyelesaian
Tentang secara damai
perlindungan sengketa
dan internasional.
pengelolaan
lingkungan
hidup, yang
terdapat dalam
Pasal 1 ayat (1).
Deklarasi
Stockholm
1972,
Deklarasi Rio
1992, Komisi
Hukum
Internasional
(International
Law
Commision).

5 Transboundary Hutan UU No. 32 BPLH, Dinas Pemerintah


Haze Pollution Provinsi Tahun 2009 Lingkungan menghasilkan
akibat Riau, tentang Hidup, Peraturan Daerah
kebakaran Malaysia Perlindungan Kementerian Nomor 1 Tahun
hutan di , dan Lingkungan 2019 tentang
Provinsi Riau Singapur Pengelolaan Hidup dan Pedoman Teknis
yang a Lingkungan Kehutanan serta Penanggulangan
berdampak di Hidup, Presiden dan Kebakaran Hutan
Malaysia dan Deklarasi Wakil Presiden dan/atau Lahan.
Singapura Stockholm Terdapat
1972, Pencegahan
Deklarasi Rio Kebakaran Hutan
1992, Draft dan/atau Lahan,
Articles Penanggulangan
Responsibility Kebakaran Hutan
of States for dan/atau Lahan,
Internationally Penanganan
Wrongful Acts, Pasca Kebakaran
International Hutan dan/atau
Law Lahan, Sarana
Commission, Prasarana,
2001 Pengawasan,
Kelembagaan,
Peran
masyarakat,
Pembiayaan,
Ketentuan
Penyidikan; dan
Ketentuan Pidana
untuk
penanggulangan
dan pencegahan.
dan pula
sosialisasi dan
pelatihan jika
terjadi situasi
serupa.
Pemerintah telah
mengerahkan
lebih dari 9.000
personil untuk
memadamkan api
di lebih dari 2.000
titik panas di
sejumlah daerah
di Kalimantan
dan Sumatera.

6 Penurunan Kalimant Undang- Pusat Upaya


Produktivitas an Undang Nomor Pengembangan penyelesain kasus
Lahan Akibat Selatan 4 Tahun 2009 Sumber Daya dilakukan secara
Pertambangan Tentang Manusia mediasi.
di Kalimantan Pertambangan Geologi, Mineral
Selatan Mineral dan Batubara
dan Batu Bara (PPSDM
GEOMINERBA
)
Kesimpulan

Pada 3 (tiga) kasus pencemaran air yang kami bahas di atas lokasinya tidak hanya di
laut tapi juga ada di sungai. Namun, dampak pencemaran yang terjadi di Sungai Cikijing tidak
menutup kemungkinan bahwa dampaknya akan terbawa ke laut. Sebagaimana kita ketahui
bahwa air itu mengalir dari hulu ke hilir dan nantinya akan berakhir di laut juga. Selanjutnya,
3 (tiga) pencemaran kasus tersebut memiliki kesamaan dalam hal limbah yang dihasilkan oleh
masing-masing PT. Dalam aktivitasnya, mereka kurang memperhatikan lingkungan sehingga
limbah yang dihasilkan mencemari lingkungan disekitarnya. Sebelum aktivitas PT tersebut
dijalankan, hendaknya didahului dan didasarkan pada izin prinsip dan analisis dampak
lingkungan (AMDAL). Dasar hukum yang menjadi acuan dari masalah tersebut menggunakan
UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
peraturan lainnya terkait. Sementara itu, ketiga kasus ini juga melibatkan lembaga terkait
seperti BPLH, Dinas Lingkungan Hidup, dsb. Ketiga kasus tersebut juga sudah mendapatkan
putusan yang didalamnya memuat pencabutan izin, sanksi pidana penjara, sanksi administratif
berupa denda atau ganti rugi, rehabilitasi maupun restorasi terhadap lingkungan yang
terdampak.
Di sisi lain kelompok kita juga berdiskusi mengenai kasus pencemaran udara yakni
pada kasus pencemaran udara berupa transboundary haze pollution yang disebabkan
kepulauan Riau dan berdampak pada negara tetangga yakni Malaysia dan Singapura juga
digunakan dasar hukum UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup sebagai acuannya. Di Indonesia telah melanggar 3 perjanjian internasional
Deklarasi Stockholm 1972, Deklarasi Rio 1992, Draft Articles Responsibility of States for
Internationally Wrongful Acts, International Law Commission, 2001 dikarenakan asap
kebakaran yang bertiup ke Malaysia dan Singapura tersebut. Indonesia sejak 2 dekade lalu
memang sering terjadi kebakaran hutan hingga ASEAN mengajukan bantuan untuk mencegah
dan memadamkannya. Namun, beberapa kali pula Indonesia menolak pertolongan tersebut
hingga puncaknya pada 2019 silam kebakaran terjadi di kepulauan Riau yang asapnya meluas
hingga ke negara Malaysia dan Singapura dan membuat keresahan karena menyebabkan
penyakit pernapasan kepada para penduduknya. Tentu saja kedua negara tersebut meminta
pertanggung jawaban dan menawarkan bantuan, tetapi indonesia masih berusaha untuk
menanggulanginya sendiri dengan menghasilkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2019
tentang Pedoman Teknis Penanggulangan Kebakaran Hutan dan/atau Lahan. Terdapat
Pencegahan Kebakaran Hutan dan/atau Lahan, dengan memberikan sanksi denda administratif
yang tinggi, pencabutan izin operasi, dan sebagainya yang diharapkan dengan demikian akan
membuat efek jera pelaku pembakaran hutan dan lahan. Maka apabila terjadi asap lintas batas,
perusahaan yang melakukan pembakaran dapat didenda sampai 80.000 Dolar AS untuk setiap
hari, di mana kabut tidak sehat menyelimuti Singapura. Selain itu, bagi perusahaan yang gagal
mengambil langkah-langkah pencegahan pada periode kabut tersebut bisa mendapat denda
tambahan sampai 40.000 Dolar AS perhari. Hukuman maksimum untuk masing-masing
pelanggaran dibatasi hingga sebesar 1,6 juta Dolar AS, sosialisasi, dan pelatihan jika terjadi
situasi serupa. Selain hal yang disebutkan, Indonesia juga melakukan upaya langsung pada
kebakaran dengan mengerahkan lebih dari 9.000 personil untuk memadamkan api di lebih dari
2.000 titik panas di sejumlah daerah di Kalimantan dan Sumatera. Dengan begitu kebakaran
yang terjadi dapat ditekan semaksimal mungkin dan pemerintah indonesia harus memberikan
penyuluhan hukum dibidang lingkungan tentang pentingya menjaga serta melestarikan
lingkungan, sehingga semua lapisan masyarakat biasa ikut ambil bagian bersama dengan
pemerintah dalam menjaga kelestarian hutan.
Selain itu, kelompok kami juga berdiskusi mengenai penurunan produktivitas lahan
akibat pertambangan di Kalimantan Selatan. Kegiatan pertambangan di Kalimantan Selatan
yang semakin tidak terkendali merupakan salah satu masalah yang menimbulkan berbagai
dampak bagi masyarakat dan kehidupan sekitar tambang, di antaranya kerusakan lingkungan,
tingginya tingkat pencemaran (tanah, air, dan udara), juga mengakibatkan gangguan bagi
masyarakat luas berupa kerusakan bangunan rumah dan fasilitas umum terutama akibat
aktivitas peledakan dinamit untuk membuka lokasi tambang. Terganggunya aspek kehidupan
masyarakat, jika dilihat dari sisi Hak Asasi Manusia (HAM), yakni terutama yang berkaitan
dengan hak-hak ekonomi, sosial dan budaya, tentulah sangat bersentuhan dengan dampak dari
pertambangan batubara ini. Karena hak asasi manusia meliputi aspek-aspek hak untuk hidup
dan berkehidupan yang baik, aman dan sehat yang merupakan hak atas lingkungan hidup yang
baik yang sehat yang diatur didalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945. Lahirnya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan
Batu Bara (selanjutnya ditulis Minerba) dengan sistem Undang-Undang yang baru didalamnya,
diharapkan dapat membawa perbaikan dalam pengelolaan sektor pertambangan di Tanah Air.
UU Minerba ini juga diharapkan dapat menyempurnakan kekurangan UU No 11 Tahun 1967
tentang Ketentuan Pokok-Pokok Pertambangan, serta mampu mengembalikan fungsi dan
kewenangan negara terhadap penguasaan sumber daya alam yang dimiliki. Dengan demikian,
amanat konstitusi yang menyebutkan bahwa Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung
didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat, benar-benar dapat diwujudkan.

Anda mungkin juga menyukai