Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS KEPADATAN PENDUDUK DAN INSIDENS RATE DEMAM

BERDARAH DENGUE (DBD) KABUPATEN ENDE

KELOMPOK 4

1. ARCHANGELA ROM OSE AGUN (2007010058)


2. ARIANTY SAMARINA NAU (2007010018)
3. ELISABET AGUSTINA P. U. TOBY (2107010070)
4. ELVITTA EUNIKE ANIN (2107010072)
5. MARIA ELVIRA KURNIATY (2007010186)
6. NINIEK WINDARTI ANIN (2007010198)
7. YOPY RATULOLO (2007010045)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2023

i
I. PENDAHULUAN
Demam berdarah dengue (DBD) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
infeksi virus dengue. DBD adalah penyakit akut dengan manifestasi klinis perdarahan
yang menimbulkan syok yang berujung kematian. DBD disebabkan oleh salah satu dari
empat serotipe virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Setiap serotipe cukup
berbeda sehingga tidak ada proteksisilang dan wabah yang disebabkan beberapa serotip
(hiperendemisitas) dapat terjadi. Virus ini bisa masuk ke dalam tubuh manusia dengan
perantara nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat
hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari
1000 meter di atas permukaan laut. Seluruh wilayah di Indonesia mempunyai resiko
untuk terjangkit penyakit demam berdarah dengue, sebab baik virus penyebab maupun
nyamuk penularnya sudah tersebar luas di perumahan penduduk maupun di tempat-
tempat umum diseluruh Indonesia kecuali tempat-tempat di atas ketinggian 100 meter
dpl. Hampir setiap tahun terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) di beberapa daerah pada
musim penghujan. Penyakit ini masih menjadi masalah Kesehatan masyarakat dan
endemis di sebagian kabupaten / kota di Indonesia (Sukohar A, 2014).
Sesuai dengan UU No. 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular dan
Permenkes No. 560 tahun 1989 tentang Jenis Penyakit yang Dapat Menimbulkan
Wabah,Tatacara Penyampaian Laporannya dan Tatacara Penanggulangan Seperlunya,
maka semua penyakit yang dapat menimbulkan wabah termasuk DBD harus segera
dilaporkan selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam setelah diagnosis ditegakkan
(Ditjen PP dan PL, 2005). Penyakit Demam Berdarah Dengue menjadi salah satu
prioritas nasional pengendalian penyakit menular di Indonesia sesuai dengan Peraturan
Presiden nomor 5 tahun 2010 tentang RPJM 2010-2014, dan tercantum pula dalam
Rencana Strategis (Renstra) yang ditetapkan berdasarkan Kepmenkes No.
HK.03.01/160/1/2010. DBD juga tercantum dalam Standart Pelayanan Minimal (SPM)
tahun 2008 bidang kesehatan sebagai salah satu penyakit menular yang menjadi
kewajiban kabupaten/kota untuk menanganinya (Ditjen PP dan PL, 2005).
Di Indonesia pada tahun 2021 terdapat 73.518 kasus DBD dengan jumlah kematian
sebanyak 705 kasus. Kasus maupun kematian akibat DBD mengalami penurunan
dibandingkan tahun 2020 yaitu sebesar 108.303 kasus dan 747 kematian.
Pada tahun 2021, Provinsi Kepulauan Riau memiliki IR DBD tertinggi sebesar 80,9 per
100.000 penduduk, diikuti oleh Kalimantan Timur dan Bali masing-masing sebesar 78,1
dan 59,8 per 100.000 penduduk. Secara Nasional IR DBD Tahun 2021 sebesar 27 per
100.000 penduduk, angka ini masih lebih rendah dibandingkan dengan target nasional
sebesar ≤ 49 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2020 Provinsi dengan IR DBD tertinggi
yaitu Bali (273,1), Nusa Tenggara Timur (107,7),
dan DI Yogyakarta (93,2). Sedangkan provinsi dengan IR DBD terendah yaitu Aceh
(0,0), Maluku (4,2), Papua (5,0). Secara Nasional IR DBD Tahun 2020 sebesar 40 per
100.000 penduduk. Dibandingakan dengan IR pada tahun 2021 yang masih rendah dari
target nasional, IR pada tahun 2020 hampir mencapai target nasional yaitu ≤ 49 per
100.000 penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2021).
Sejak tahun 2011 sampai dengan 2021 jumlah kabupaten/kota terjangkit DBD
cenderung mengalami peningkatan, walaupun sedikit penurunan terjadi dari 477 pada
tahun 2020 menjadi 474 kabupaten/kota pada tahun 2021. Pada tahun 2020 IR DBD

1
Provinsi NTT mencapai 45,5 per 100.000 penduduk dan pada tahun 2021 IR DBD
Provinsi NTT mencapai 72,7 per 100.000 penduduk. Hal ini memperlihatkan bahwa ada
peningkatan di tahun 2021 dimana Provinsi NTT telah mencapai target yaitu ≤ 49 per
100.000 penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2021).
Pada tahun 2022 kasus DBD di kabupaten Ende sebanyak 62 dan 1 kasus meninggal
yang terdiri dari 1 Perempuan ,dengan adanya kasus kematian ini angka CFR( case
Fatality Rate) menjadi 1.6 %. kasus angka ini Meningkat sebelumnya yaitu 58 kasus di
Tahun 2021 .Incidence rate(IR) kasus DBD pada Tahun 2022 22.8 per 100.000
penduduk perlu diketahui bahwa semua kasus DBD yang ditemukan semuanya ditangani
(Profil Kesehatan Kabupaten Ende, 2022). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
Kabupaten Ende, perkembangan kasus di Kabupaten Ende tahun 2020-2022 jumlah
kasus yang dilaporkan mengalamai fluktuasi. Tahun 2020 ditemukan sebanyak 233
kasus, kemudian menurun tajam pada tahun 2021 menjadi 43 kasus dan pada tahun 2023
meningkat menjadi 55 kasus. jika tidak mendapat perhatian yang serius maka setiap
tahun akan tetap terjadi fluktuasi Jumlah penderita bahkan Jumlah kematian akibat DBD.
Pada penelitian Farid, 2009 dalam (Prasetyowati, 2015) menjelaskan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus DBD sangat kompleks,
antara lain pertumbuhan penduduk yang tinggi, urbanisasi yang tidak terencana dan tidak
terkendali, tidak adanya kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah endemis dan
peningkatan sarana transportasi. Manusia adalah pembawa utama virus dengue. Negara-
negara yang terserang dengue umumnya mempunyai kenaikan jumlah penduduk yang
pesat. Dengan demikian manusia pembawa virus akan semakin banyak. Perbaikan
transportasi akan disertai perpindahan orang dan barang yang cepat dari daerah dengue
ke daerah nondengue atau sebaliknya. Kepadatan penduduk ini akan memudahkan
transmisi virus dengue karena sifat multiple bitting dari virus.
Pada penelitian maria, 2013 yang di kutip dari (Prasetyowati, 2015), Kepadatan
penduduk yang tinggi dan jarak rumah yang sangat berdekatan membuat penyebaran
penyakit DBD lebih intensif di wilayah perkotaan daripada wilayah pedesaan karena
jarak rumah yang berdekatan memudahkan nyamuk menyebarkan virus dengue dari satu
orang ke orang lain yang ada disekitarnya. Pada penelitian Hakim, 2010 dalam
(Prasetyowati, 2015), Rumah yang jumlah penghuninya lebih banyak berpeluang lebih
besar untuk tertular virus dengue dibandingkan yang penghuninya sedikit.
Berdasarkan pada situasi dan kondisi tersebut, maka diperlukan adanya penelitian
yang bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana kepadatan penduduk dan insidens rate
DBD di Kabupaten.

II. LANDASAN TEORI


a. Kepadatan Penduduk
Menurut Sarwono, 1992 dalam (Irham & Putri, 2023), kepadatan penduduk
merupakan sebuah kondisi yang dikatakan semakin padat bila Jumlah manusia
pada suatu batas ruang tertentu semakin banyak dibandingkan dengan luas
ruangannya.
Kepadatan penduduk merupakan indikator dari pada tekanan penduduk di
suatu daerah. Kepadatan di suatu daerah dibandingkan dengan luas tanah yang

2
ditempati dinyatakan dengan banyaknya penduduk per kilometer persegi.
Kepadatan penduduk dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Jumlah Penduduk Suatu WIlayah


KP
Luas Wilayah

Pada Kajian Kependudukan, 2015 dalam penelitian (Waidah & Pernanda,


2020), kepadatan penduduk di suatu wilayah dapat dibagi menjadi empat bagian
:
1) Kepadatan penduduk kasar (crude density of population) atau sering pula
disebut dengan kepadatan penduduk aritmatika. Kepadatan Penduduk Kasar
(Crude Population Density), yaitu menunjukkan banyaknya jumlah
penduduk untuk setiap kilometer persegi luas wilayah.
2) Kepadatan penduduk fisiologis (physiological density). Kepadatan
Fisiologis (Physiological Density), yang menyatakan banyak nya penduduk
untuk setiap kilometer persegi wilayah lahan yang ditanami (cul tivable
land).
3) Kepadatan penduduk agraris (agricultural density). Kepadatan Agraris
(Agriculture Density), menunjukkan banyaknya penduduk petani untuk
setiap kilometer persegi wilayah cultivable land.
4) Kepadatan penduduk ekonomi (economical density of population).
Kepadatan penduduk ekonomis adalah perbandingan antara jumlah
penduduk dengan luas lahan berdasarakan kapasitas produksinya
b. Insidens Rate
Pada penelitian Adnyana, 2015 dalam (Orien et al., 2023), incidence rate
atau incidence density atau hazard rate adalah jumlah kasus baru (suatu
penyakit) yang terjadi per unit waktu/periode individu terancam, selama periode
waktu yang ditentukan. Laju ini adalah suatu keadaan yang menyebabkan suatu
individu atau kelompok hewan menjadi sakit atau mati. Ini adalah potensi instan
terjadinya perubahan status penyakit per-unit waktu t, dibandingkan dengan
ukuran populasi yang masih bebas penyakit pada waktu t. Numeratornya
mengandung jumlah kasus baru selama periode pengamatan, dan
denominatornya adalah akumulasi jumlah seluruh periode resiko/terancam
semua individu (diukur dalam unit-unit “waktu hewan” atau animal time).

Jumlah kasus baru periode waktu tertentu


I= xk
Jumlah populasi at risk periode tertentu

Menurut Last dalam UKURAN KESAKITAN DAN KEMATIAN DALAM


EPIDEMIOLOG, 2022 yang di kutip dari (Orien et al., 2023), cara menghitung
Insidensi sebagai tingkat insidensi orang / persontime incidence rate. Insidensi
ini digunakan pada studi prospektif, yaitu investigasi yang melacak kasus
seiring perjalanan waktu ke depan. Digunakan ketika banyak factor datang

3
secara bersamaan (usia, jenis kelamin, ras) dalam periode waktu yang
bervariasi.

III. METODE
1. Metode yang digunakan
a. Uji regresi sederhana menggunakan aplikasi SPSS
Regresi linear sederhana adalah metode statistika yang digunakan untuk
memodelkan hubungan linier antara satu variabel bebas (variabel independen)
dan satu variabel terikat (variabel dependen). Dalam konteks ini, "sederhana"
berarti bahwa kita hanya mempertimbangkan satu variabel bebas.
Dengan menggunakan model regresi linear sederhana, kita dapat melakukan
prediksi nilai variabel terikat (Y) berdasarkan nilai variabel bebas (X).
Y = a+bx
Dalam konteks kesehatan dan kependudukan, regresi linear sederhana dapat
digunakan untuk mencari hubungan atau pengaruh antara satu variabel yang
dianggap sebagai faktor risiko atau variabel independen dengan variabel terkait
kesehatan atau populasi yang dianggap sebagai variabel dependen. Berikut
adalah beberapa tujuan umum penggunaan regresi linear sederhana dalam
kesehatan dan kependudukan:
1) Menganalisis Faktor Risiko: Regresi linear sederhana dapat digunakan untuk
menilai sejauh mana satu faktor risiko tertentu (seperti perilaku hidup sehat,
paparan lingkungan, atau karakteristik demografis) berhubungan dengan status
kesehatan tertentu (seperti tingkat penyakit, tingkat kesejahteraan, atau angka
kematian).
2) Mengidentifikasi Hubungan Kausal: Analisis regresi linear sederhana dapat
membantu peneliti untuk mengidentifikasi apakah ada hubungan sebab-akibat
antara variabel independen dan variabel dependen. Ini dapat memberikan
wawasan tentang faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi kesehatan atau
karakteristik kependudukan.
3) Pengelolaan dan Perencanaan Kesehatan: Dengan memahami hubungan antara
variabel seperti kebiasaan hidup, lingkungan, atau karakteristik demografis
dengan indikator kesehatan, para pengambil kebijakan dapat membuat
keputusan yang lebih baik dalam perencanaan dan manajemen sumber daya
kesehatan.
4) Pemantauan dan Evaluasi Program: Regresi linear sederhana dapat digunakan
untuk mengevaluasi dampak dari program kesehatan atau intervensi tertentu
pada populasi. Hal ini membantu mengukur sejauh mana program tersebut
berdampak positif atau negatif terhadap variabel kesehatan atau populasi yang
diukur.

4
5) Prediksi dan Peramalan: Jika hubungan antara variabel independen dan
dependen sudah terbukti, regresi linear sederhana dapat digunakan untuk
melakukan prediksi atau peramalan. Misalnya, memprediksi tingkat kejadian
penyakit berdasarkan faktor-faktor risiko tertentu.
Dengan menggunakan metode ini dengan hati-hati dan memperhatikan
asumsi-asumsi yang terkait, regresi linear sederhana dapat menjadi alat yang
berguna dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan kesehatan dan kependudukan
yang kompleks.
2. Data yang digunakan bersumber dari
a. BPS kabupaten ende
b. Profil kesehatan ende 2022

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


a. Gambaran Kasus DBD di Kabupaten Ende Tahun 2018-2022 berdasarkan
Orang, Tempat, dan Waktu

DISTRIBUSI KASUS DBD MENURUT JENIS


KELAMIN DI KABUPATEN ENDE TAHUN 2021-
2022
70
60 62
58
50
40
30 33 32
30
20 25
10
0
2021 2022

Jumah Kasus Jenis Kelamin Perempuan Jenis Kelamin Laki-laki

Gambar 1. Distribusi Kasus DBD Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Ende Tahun
2018-2022.
Sumber : Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Ende

Dari gambar 1. Distribusi kasus DBD pada tahun 2021-2022 menunjukan


grafik yang hamper sama antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Distribusi
kasus DBD pada tahun 2021 dengan Jumlah 58 kasus, penderita kasus DBD lebih
banyak ditemukan pada jenis kelamin perempuan dengan 33 kasus (56,9%)
daripada jenis kelamin laki-laki dengan 25 kasus (431,%). Dibandingkan dengan
distribasui kasus DBD pada tahun 2022 dengan Jumlah 62 kasus, penderita kasus
DBD kebih banyak ditemukan pada jenis kelamin laki-laki dengan 32 kasus

5
(51,6%) daripada jenis kelamin perempuan dengan 30 kasus (48,4%). Hal ini
menunjukan peningkatan kasus para tahun 2022 dan juga peningkatan kasus pada
jenis kelamin laki-laki yang pada tahun 2021 jumlah 25 kasus meningkat pada tahun
2022 menjadi 32 kasus.

DISTRIBUSI KASUS DBD MENURUT KE-


CAMATAN KABUPATEN ENDE TAHUN 2022
25
20
20

15 12
10 8
5 5 6
5 2 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0
0
a e o e n r h a a r u a r u ri le u li e o ia
a nd End kar End lata imu nga tar don imu war lojit imu mut do uro Bar uke isok sok ar
N a ta at el tu ew
a p a u au S e T Te e
U N T lo o T li
na Wo W Lio Ke
ng Pul M e nde de nd o
M Ko D K De W
N a nd E n E d su
E E N bu
m
pe
Le

Gambar 2. Distribusi Kasus DBD Menurut Kecamatan Kabupaten Ende Tahun


2022
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Ende Tahun 2022

Kabupaten ende terdiri dari 21 kecamatan . berdasarkan gambar 4.


menunjukan bahwa pada tahun 2022 kasus DBD tersebar di 10 kecamatan yaitu,
Kecamatan Nangapanda, Kecamatan Ende, Kecamatan Ende Selatan, Kecamatan
Ende Timur, Kecamatan Ende Tengah, Kecamatan Ende Utara, Kecamatan Ndona,
Kecamatan Maurole, Kecamatan Lepembusu Kelisoke, dan Kecamatan Detusoko.
Persebaran kasus terbanyak berada di Kecamatan Ende Timur dengan 20 kasus
DBD.
Sedangkan kasus terendah berada di dua kecamatan dengan 1 kasus yaitu
Kecamatan Lepembusu Kelisoke dan Kecamatan Detusoko.

6
b. Kepadatan Penduduk

D IS T R IB U S I KE P A D A T A N P E N D U D U K ME N U -
R U T KE C A MA T A N KA B U P A T E N E N D E T A HU N
2020-2022
4149.17
4145.91
4036.21
1326.83
1317.88
1265.63

1046.51
1045.35
1018.28
992.77
992.56

977.86
853.81
848.94
842.55

253.09
253.24
253.68

223.73
218.31
215.98
192.84
157.24
157.63
157.77
149.13

148.71
147.74

148.43
143.97

139.12
131.02

131.16
130.22
124.14
121.45
120.09

106.39

126.8
105.1

99.31
98.65
98.57
96.26

75.05
74.87
75.02

60.37
60.74

59.79
60.07
56.73
55.46

53.04
37.28
35.88
35.94
36.11

95.4
95.4

55.1
52.4

35.6
P u l au En d e

Mau ro l e

L ep em b u su K el i so k e
En d e

En d e Ut ar a

Wolojita

W ew ar i a
Nan gap an d a

Ndona
En d e Ti m u r

Nd o n a Ti m u r

L i o Ti m u r
Mau karo

K el i m u t u

K o t aBaru

D et u so k o
En d e S el at an

En d e Ten gah

W o l o w aru

D at u kel i
Ndori

Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022

Gambar 3. Distribusi Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Kabupaten Ende


Tahun 2020-2022
Sumber : Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Ende

Berdasarkan gambar 3 dapat diketahui bahwa distribusi kepadatan penduduk


di Kabupaten Ende mengalami flutuasi dari tahun 2020-2022, dimana bisa di lihat
bahwa kepadatan penduduk terpadat terdapat di Kecamatan Ende Tengah pada tiga
tahun berturut-turut dan mengalami peningkatan dimana pada tahun 2020 kepadatan
penduduk mencapai 4036.21 jiwa, pada tahun 2021 mencapai 4145.91 jiwa, dan
pada tahun 2022 mencapai 4149.17 jiwa. Sedangkan kepadatan penduduk terendah
terdapat di Kecamatan Maukaro yang mengalami peningkatan di setiap tahunnya

7
dimana pada tahun 2020 mencapai 35.88 jiwa, pada tahun 2021 mencapai 35.94
jiwa, dan pada tahun 2022 mencapai 36.11 jiwa.

c. Insidens Rate

INSIDENS RATE DBD KABUPATEN ENDE TAHUN


2022
Insidens Rate DBD 2022 Per 10.000 Penduduk
12
10.26
10
8
6
5.03
4.3
4 4.37
2.85
2 1.92 1.72 1.86
0.86 1.39
00 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Ende Selatan

Ende Tengah

Wolowaru
Maukaro

Kelimutu

KotaBaru

Detusoko
Ndona Timur
Ende Timur

Lio Timur

Lepembusu Kelisoke
Pulau Ende

Maurole
Ende
Nangapanda

Wolojita

Ndori

Datukeli
Ende Utara
Ndona

Wewaria
Gambar 4. Insidens Rate DBD Kabupaten Ende Tahun 2022 Per 10.000 Penduduk
Sumber

Berdarkan gambar 4 dapat di lihat bahwa insidens rate DBD Kabupaten


Ende pada tahun 2020 dari 21 Kecamatan, insidens rate DBD tertinggi berada di
Kecamaran Ende Timur dengan Insidens Rate 10.26 per 10.000 penduduk.
Sedangkan ada 11 kecamatan yang insidens rate DBD 0 per 10.000 penduduk.

d. Kepadatan Penduduk dan Insidens Rate


Melakukan uji regresi sederhana dengan spss
Tabel 1 Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Std. Error of

8
Square the Estimate

1 .364a .132 .087 2.84381

Untuk mengetahui besarnya pengaruh kepadatan penduduk (X) terhadap


insidens rate DBD (Y) dalam analisis regresi linear sederhana, kita dapat
berpedoman pada nilai R Square yang terdapat pada tabel Model Summary

Dari table 1 di atas di lihat bahwa nilai R Square sebesar 0,132. Nilai ini
mengandung arti bahwa pengaruh Kepadatan penduduk (X) terhadap insidens rate
DBD (Y) adalah sebesar 13,2 % sedangkan 87% insidanse rate dipengaruhi oleh
variabel yang lain yang tidak diteliti.

Tabel 2 ANOVAa

Sum of Mean
Model Squares df Squares F Sig.

1 Regression 23.412 1 23.412 2.895 .105b

Residual 153.658 19 8.087

Total 177.070 20

Dari table 2 diatas dapat di lihat bahwa F hitung = 2,895 dengan tingkat
signifikansi/Probabilitas 0,105 > 0,05, maka model regresi tidak dapat dipakai untuk
memprediksi variabel Insidens rate.

Tabel 3 Coefficientsa

Model Unstandardized Standardized t Sig.


Coefficients Coefficients

B Std. Beta

9
Error

1 (Constant) 1.448 .704 2.057 .054

Kepadatan .001 .001 .364 1.701 .105


Penduduk

Pada table 3 di atas dapat di lihat bahwa pada kolom B pada Constant (a)
adalah 1,448. Sedangkan nilai Kepadatan penduduk (b) adalah 0,001. Sehingga
persamaan/model regresinya dapat ditulis:
Y = a + bX atau 1,448 + 0,001X
 Nilai konstanta positif sebesar 1,448 menunjukkan pengaruh positif variabel
independent (kepadatan penduduk). Bila variabel independent naik atau
berpengaruh dalam satu satuan, maka variabel hasil belajar akan naik atau
terpenuhi.
 Koefisien regresi X sebesar 0,001 menyatakan bahwa jika kepadatan penduduk (X)
mengalami kenaikan satu satuan, maka Insidens rate (Y) akan mengalami
peningkatan sebesar 0,001 atau 0,1%.

Tabel 4 Residuals Statisticsa

Std.
Minimun Maximum Mean Deviation N

Predicted 1.4899 6.3007 2.0143 1.08194 21


Value

Residual -2.44108 7.65095 .00000 2.77181 21

Std. -.485 3.962 .000 1.000 21


Predicted
Value

10
Std. -.858 2.690 .000 .975 21
Residual

Dari table 4 dapat di lihat bahwa hasil dari Residuals Statistics digunakan
untuk melihat nilai maksimum, minimum, rata-rata, standar deviasi, dan jumlah
data. Untuk hasil diatas sesuai dengan angka yang tertera pada masing-masing sub
nilai maka diperoleh nilai maksimum 6.3007 , minimum 1.4899, rata-rata 2.0143,
standar deviasi 1.08194, dan jumlah data sebanyak 21.

Table 5 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 21

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std.
2.77180652
Deviation

Most Extreme Absolute .271


Differences
Positive .271

Negative -.217

Test Statistic .271

Asymp. Sig. (2-tailed) .000c

Berdasarkan tabel 5 di atas dapat di lihat bahwa nilai signifikansi


Asiymp.Sig (2-tailed) sebesar 0,000439 lebih kecil dari 0,05. Maka sesuai dengan
dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas kolmogorov-smirnov di atas,
dapat disimpulkan bahwa data tidak berdistribusi normal. Dengan demikian, asumsi
atau persyaratan normalitas dalam model regresi tidak terpenuhi.
V. KESIMPULAN
1. Gambaran kasus DBD yang terjadi di Kabupaten Ende menunjukan Penderita
DBD tertinggi pada tahun 2020 sebanyak 253 kasus. Terdapat 21 kecamatan
yang yang ada di kabuapaten Ende. Pada tahun 2022 beberapa kecamatan

11
mencatat kasus DBD yakni Nangapanda (2 kasus), Ende (5 kasus), Ende Selatan
(5 kasus), Ende Timur (20 kasus), Ende Tengah (12 kasus), Ende Utara (8
kasus), Ndona (6 kasus), Maurole (2 kasus), Lepembusu Kelisoke (1 kasus) dan
Detusoko (1 kasus)
2. Kepadatan penduduk di Kabupaten Ende tertinggi di Kecamatan Ende Tengah
dan terendah kecamatan Lepembusu Kelisoke
3. Insidens rate Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Ende tertinggi di
Kecamatan Ende Timur
4. Berdasarkan uji yang dilakukan dengan metode regresi linier sederhana
menggunkan aplikasi SPSS, diperoleh bahwa kepadatan penduduk tidak dapat
digunakan untuk memprediksi Insidens rate pada kabupaten Ende diakrenakan
nilai sig > 0,05
VI. SARAN
1. kepadatan penduduk hanya 13,2% mempengaruhi insidens rate di kabupaten
Ende, sehingga dapat dikatakan bahwa masih banyak variabel lain yang menjadi
faktor resiko insidens rate di kabupaten Ende.
2. Maka disarankan untuk pembaca dan peneliti selanjutnya untuk dapat
melakukan penelitian untuk menemukan faktor resiko lain yang menyebabkan
peningkatan kasus DBD di Kabupaten Ende.

VII. REFERENSI
Sukohar, A. 2014. Dema Berdarah Dengue (DBD). Jurnal Medula, Vol.2, No.2.
Ditjen PP dan PL. 2005. Pencegahan dan pemberantasan demam berdarah dengue di
Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesa. 2021. Profil Kesehatan Indonesia.
Irham, A dan Putri, R. 2023. Media Komunikasi Geografi. Kepadatan Penduduk
terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Lampung
Prasetyowati, I. 2015. The Indonesian Journal Of Health Science. KEPADATAN
PENDUDUK DAN INSIDENS RATE DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
KABUPATEN BONDOWOSO, JAWA TIMUR (Population Density and
Incidence Rate of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) in Bondowoso Distric, East
Java).
Orien et al. 2023. INSOLOGI: Jurnal Sains dan Teknologi. Peran Masyarakat dalam
Lingkungan Bebas Jentik dengan Insiden Rate Kasus DBD di Sumut Tahun 2021.
Waidah, D dan Pernanda, O. 2020. Jurnal PELITA KOTA. ANALISIS
PENGARUH KEPADATAN PENDUDUK TERHADAP PDRB PER KAPITA DI
KABUPATEN KARIMUN TAHUN 2013-2017.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Ende
Profil Kesehatan Kabupaten Ende Tahun 2022

VIII. LAMPIRAN

12
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 .364a .132 .087 2.84381
a. Predictors: (Constant), Kepadatan penduduk
b. Dependent Variable: Insidens rate

ANOVAa
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 23.412 1 23.412 2.895 .105b
Residual 153.658 19 8.087

Total 177.070 20

a. Dependent Variable: Insidens rate


b. Predictors: (Constant), Kepadatan penduduk

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1.448 .704 2.057 .054
Kepadatan penduduk .001 .001 .364 1.701 .105
a. Dependent Variable: Insidens rate

Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 1.4899 6.3007 2.0143 1.08194 21
Residual -2.44108 7.65095 .00000 2.77181 21
Std. Predicted Value -.485 3.962 .000 1.000 21
Std. Residual -.858 2.690 .000 .975 21
a. Dependent Variable: Insidens rate

13
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 21
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 2.77180652
Most Extreme Differences Absolute .271
Positive .271
Negative -.217
Test Statistic .271
Asymp. Sig. (2-tailed) .000c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

14

Anda mungkin juga menyukai