KELOMPOK 4
i
I. PENDAHULUAN
Demam berdarah dengue (DBD) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
infeksi virus dengue. DBD adalah penyakit akut dengan manifestasi klinis perdarahan
yang menimbulkan syok yang berujung kematian. DBD disebabkan oleh salah satu dari
empat serotipe virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Setiap serotipe cukup
berbeda sehingga tidak ada proteksisilang dan wabah yang disebabkan beberapa serotip
(hiperendemisitas) dapat terjadi. Virus ini bisa masuk ke dalam tubuh manusia dengan
perantara nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat
hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari
1000 meter di atas permukaan laut. Seluruh wilayah di Indonesia mempunyai resiko
untuk terjangkit penyakit demam berdarah dengue, sebab baik virus penyebab maupun
nyamuk penularnya sudah tersebar luas di perumahan penduduk maupun di tempat-
tempat umum diseluruh Indonesia kecuali tempat-tempat di atas ketinggian 100 meter
dpl. Hampir setiap tahun terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) di beberapa daerah pada
musim penghujan. Penyakit ini masih menjadi masalah Kesehatan masyarakat dan
endemis di sebagian kabupaten / kota di Indonesia (Sukohar A, 2014).
Sesuai dengan UU No. 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular dan
Permenkes No. 560 tahun 1989 tentang Jenis Penyakit yang Dapat Menimbulkan
Wabah,Tatacara Penyampaian Laporannya dan Tatacara Penanggulangan Seperlunya,
maka semua penyakit yang dapat menimbulkan wabah termasuk DBD harus segera
dilaporkan selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam setelah diagnosis ditegakkan
(Ditjen PP dan PL, 2005). Penyakit Demam Berdarah Dengue menjadi salah satu
prioritas nasional pengendalian penyakit menular di Indonesia sesuai dengan Peraturan
Presiden nomor 5 tahun 2010 tentang RPJM 2010-2014, dan tercantum pula dalam
Rencana Strategis (Renstra) yang ditetapkan berdasarkan Kepmenkes No.
HK.03.01/160/1/2010. DBD juga tercantum dalam Standart Pelayanan Minimal (SPM)
tahun 2008 bidang kesehatan sebagai salah satu penyakit menular yang menjadi
kewajiban kabupaten/kota untuk menanganinya (Ditjen PP dan PL, 2005).
Di Indonesia pada tahun 2021 terdapat 73.518 kasus DBD dengan jumlah kematian
sebanyak 705 kasus. Kasus maupun kematian akibat DBD mengalami penurunan
dibandingkan tahun 2020 yaitu sebesar 108.303 kasus dan 747 kematian.
Pada tahun 2021, Provinsi Kepulauan Riau memiliki IR DBD tertinggi sebesar 80,9 per
100.000 penduduk, diikuti oleh Kalimantan Timur dan Bali masing-masing sebesar 78,1
dan 59,8 per 100.000 penduduk. Secara Nasional IR DBD Tahun 2021 sebesar 27 per
100.000 penduduk, angka ini masih lebih rendah dibandingkan dengan target nasional
sebesar ≤ 49 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2020 Provinsi dengan IR DBD tertinggi
yaitu Bali (273,1), Nusa Tenggara Timur (107,7),
dan DI Yogyakarta (93,2). Sedangkan provinsi dengan IR DBD terendah yaitu Aceh
(0,0), Maluku (4,2), Papua (5,0). Secara Nasional IR DBD Tahun 2020 sebesar 40 per
100.000 penduduk. Dibandingakan dengan IR pada tahun 2021 yang masih rendah dari
target nasional, IR pada tahun 2020 hampir mencapai target nasional yaitu ≤ 49 per
100.000 penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2021).
Sejak tahun 2011 sampai dengan 2021 jumlah kabupaten/kota terjangkit DBD
cenderung mengalami peningkatan, walaupun sedikit penurunan terjadi dari 477 pada
tahun 2020 menjadi 474 kabupaten/kota pada tahun 2021. Pada tahun 2020 IR DBD
1
Provinsi NTT mencapai 45,5 per 100.000 penduduk dan pada tahun 2021 IR DBD
Provinsi NTT mencapai 72,7 per 100.000 penduduk. Hal ini memperlihatkan bahwa ada
peningkatan di tahun 2021 dimana Provinsi NTT telah mencapai target yaitu ≤ 49 per
100.000 penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2021).
Pada tahun 2022 kasus DBD di kabupaten Ende sebanyak 62 dan 1 kasus meninggal
yang terdiri dari 1 Perempuan ,dengan adanya kasus kematian ini angka CFR( case
Fatality Rate) menjadi 1.6 %. kasus angka ini Meningkat sebelumnya yaitu 58 kasus di
Tahun 2021 .Incidence rate(IR) kasus DBD pada Tahun 2022 22.8 per 100.000
penduduk perlu diketahui bahwa semua kasus DBD yang ditemukan semuanya ditangani
(Profil Kesehatan Kabupaten Ende, 2022). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
Kabupaten Ende, perkembangan kasus di Kabupaten Ende tahun 2020-2022 jumlah
kasus yang dilaporkan mengalamai fluktuasi. Tahun 2020 ditemukan sebanyak 233
kasus, kemudian menurun tajam pada tahun 2021 menjadi 43 kasus dan pada tahun 2023
meningkat menjadi 55 kasus. jika tidak mendapat perhatian yang serius maka setiap
tahun akan tetap terjadi fluktuasi Jumlah penderita bahkan Jumlah kematian akibat DBD.
Pada penelitian Farid, 2009 dalam (Prasetyowati, 2015) menjelaskan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus DBD sangat kompleks,
antara lain pertumbuhan penduduk yang tinggi, urbanisasi yang tidak terencana dan tidak
terkendali, tidak adanya kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah endemis dan
peningkatan sarana transportasi. Manusia adalah pembawa utama virus dengue. Negara-
negara yang terserang dengue umumnya mempunyai kenaikan jumlah penduduk yang
pesat. Dengan demikian manusia pembawa virus akan semakin banyak. Perbaikan
transportasi akan disertai perpindahan orang dan barang yang cepat dari daerah dengue
ke daerah nondengue atau sebaliknya. Kepadatan penduduk ini akan memudahkan
transmisi virus dengue karena sifat multiple bitting dari virus.
Pada penelitian maria, 2013 yang di kutip dari (Prasetyowati, 2015), Kepadatan
penduduk yang tinggi dan jarak rumah yang sangat berdekatan membuat penyebaran
penyakit DBD lebih intensif di wilayah perkotaan daripada wilayah pedesaan karena
jarak rumah yang berdekatan memudahkan nyamuk menyebarkan virus dengue dari satu
orang ke orang lain yang ada disekitarnya. Pada penelitian Hakim, 2010 dalam
(Prasetyowati, 2015), Rumah yang jumlah penghuninya lebih banyak berpeluang lebih
besar untuk tertular virus dengue dibandingkan yang penghuninya sedikit.
Berdasarkan pada situasi dan kondisi tersebut, maka diperlukan adanya penelitian
yang bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana kepadatan penduduk dan insidens rate
DBD di Kabupaten.
2
ditempati dinyatakan dengan banyaknya penduduk per kilometer persegi.
Kepadatan penduduk dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
3
secara bersamaan (usia, jenis kelamin, ras) dalam periode waktu yang
bervariasi.
III. METODE
1. Metode yang digunakan
a. Uji regresi sederhana menggunakan aplikasi SPSS
Regresi linear sederhana adalah metode statistika yang digunakan untuk
memodelkan hubungan linier antara satu variabel bebas (variabel independen)
dan satu variabel terikat (variabel dependen). Dalam konteks ini, "sederhana"
berarti bahwa kita hanya mempertimbangkan satu variabel bebas.
Dengan menggunakan model regresi linear sederhana, kita dapat melakukan
prediksi nilai variabel terikat (Y) berdasarkan nilai variabel bebas (X).
Y = a+bx
Dalam konteks kesehatan dan kependudukan, regresi linear sederhana dapat
digunakan untuk mencari hubungan atau pengaruh antara satu variabel yang
dianggap sebagai faktor risiko atau variabel independen dengan variabel terkait
kesehatan atau populasi yang dianggap sebagai variabel dependen. Berikut
adalah beberapa tujuan umum penggunaan regresi linear sederhana dalam
kesehatan dan kependudukan:
1) Menganalisis Faktor Risiko: Regresi linear sederhana dapat digunakan untuk
menilai sejauh mana satu faktor risiko tertentu (seperti perilaku hidup sehat,
paparan lingkungan, atau karakteristik demografis) berhubungan dengan status
kesehatan tertentu (seperti tingkat penyakit, tingkat kesejahteraan, atau angka
kematian).
2) Mengidentifikasi Hubungan Kausal: Analisis regresi linear sederhana dapat
membantu peneliti untuk mengidentifikasi apakah ada hubungan sebab-akibat
antara variabel independen dan variabel dependen. Ini dapat memberikan
wawasan tentang faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi kesehatan atau
karakteristik kependudukan.
3) Pengelolaan dan Perencanaan Kesehatan: Dengan memahami hubungan antara
variabel seperti kebiasaan hidup, lingkungan, atau karakteristik demografis
dengan indikator kesehatan, para pengambil kebijakan dapat membuat
keputusan yang lebih baik dalam perencanaan dan manajemen sumber daya
kesehatan.
4) Pemantauan dan Evaluasi Program: Regresi linear sederhana dapat digunakan
untuk mengevaluasi dampak dari program kesehatan atau intervensi tertentu
pada populasi. Hal ini membantu mengukur sejauh mana program tersebut
berdampak positif atau negatif terhadap variabel kesehatan atau populasi yang
diukur.
4
5) Prediksi dan Peramalan: Jika hubungan antara variabel independen dan
dependen sudah terbukti, regresi linear sederhana dapat digunakan untuk
melakukan prediksi atau peramalan. Misalnya, memprediksi tingkat kejadian
penyakit berdasarkan faktor-faktor risiko tertentu.
Dengan menggunakan metode ini dengan hati-hati dan memperhatikan
asumsi-asumsi yang terkait, regresi linear sederhana dapat menjadi alat yang
berguna dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan kesehatan dan kependudukan
yang kompleks.
2. Data yang digunakan bersumber dari
a. BPS kabupaten ende
b. Profil kesehatan ende 2022
Gambar 1. Distribusi Kasus DBD Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Ende Tahun
2018-2022.
Sumber : Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Ende
5
(51,6%) daripada jenis kelamin perempuan dengan 30 kasus (48,4%). Hal ini
menunjukan peningkatan kasus para tahun 2022 dan juga peningkatan kasus pada
jenis kelamin laki-laki yang pada tahun 2021 jumlah 25 kasus meningkat pada tahun
2022 menjadi 32 kasus.
15 12
10 8
5 5 6
5 2 2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0
0
a e o e n r h a a r u a r u ri le u li e o ia
a nd End kar End lata imu nga tar don imu war lojit imu mut do uro Bar uke isok sok ar
N a ta at el tu ew
a p a u au S e T Te e
U N T lo o T li
na Wo W Lio Ke
ng Pul M e nde de nd o
M Ko D K De W
N a nd E n E d su
E E N bu
m
pe
Le
6
b. Kepadatan Penduduk
D IS T R IB U S I KE P A D A T A N P E N D U D U K ME N U -
R U T KE C A MA T A N KA B U P A T E N E N D E T A HU N
2020-2022
4149.17
4145.91
4036.21
1326.83
1317.88
1265.63
1046.51
1045.35
1018.28
992.77
992.56
977.86
853.81
848.94
842.55
253.09
253.24
253.68
223.73
218.31
215.98
192.84
157.24
157.63
157.77
149.13
148.71
147.74
148.43
143.97
139.12
131.02
131.16
130.22
124.14
121.45
120.09
106.39
126.8
105.1
99.31
98.65
98.57
96.26
75.05
74.87
75.02
60.37
60.74
59.79
60.07
56.73
55.46
53.04
37.28
35.88
35.94
36.11
95.4
95.4
55.1
52.4
35.6
P u l au En d e
Mau ro l e
L ep em b u su K el i so k e
En d e
En d e Ut ar a
Wolojita
W ew ar i a
Nan gap an d a
Ndona
En d e Ti m u r
Nd o n a Ti m u r
L i o Ti m u r
Mau karo
K el i m u t u
K o t aBaru
D et u so k o
En d e S el at an
En d e Ten gah
W o l o w aru
D at u kel i
Ndori
7
dimana pada tahun 2020 mencapai 35.88 jiwa, pada tahun 2021 mencapai 35.94
jiwa, dan pada tahun 2022 mencapai 36.11 jiwa.
c. Insidens Rate
Ende Tengah
Wolowaru
Maukaro
Kelimutu
KotaBaru
Detusoko
Ndona Timur
Ende Timur
Lio Timur
Lepembusu Kelisoke
Pulau Ende
Maurole
Ende
Nangapanda
Wolojita
Ndori
Datukeli
Ende Utara
Ndona
Wewaria
Gambar 4. Insidens Rate DBD Kabupaten Ende Tahun 2022 Per 10.000 Penduduk
Sumber
8
Square the Estimate
Dari table 1 di atas di lihat bahwa nilai R Square sebesar 0,132. Nilai ini
mengandung arti bahwa pengaruh Kepadatan penduduk (X) terhadap insidens rate
DBD (Y) adalah sebesar 13,2 % sedangkan 87% insidanse rate dipengaruhi oleh
variabel yang lain yang tidak diteliti.
Tabel 2 ANOVAa
Sum of Mean
Model Squares df Squares F Sig.
Total 177.070 20
Dari table 2 diatas dapat di lihat bahwa F hitung = 2,895 dengan tingkat
signifikansi/Probabilitas 0,105 > 0,05, maka model regresi tidak dapat dipakai untuk
memprediksi variabel Insidens rate.
Tabel 3 Coefficientsa
B Std. Beta
9
Error
Pada table 3 di atas dapat di lihat bahwa pada kolom B pada Constant (a)
adalah 1,448. Sedangkan nilai Kepadatan penduduk (b) adalah 0,001. Sehingga
persamaan/model regresinya dapat ditulis:
Y = a + bX atau 1,448 + 0,001X
Nilai konstanta positif sebesar 1,448 menunjukkan pengaruh positif variabel
independent (kepadatan penduduk). Bila variabel independent naik atau
berpengaruh dalam satu satuan, maka variabel hasil belajar akan naik atau
terpenuhi.
Koefisien regresi X sebesar 0,001 menyatakan bahwa jika kepadatan penduduk (X)
mengalami kenaikan satu satuan, maka Insidens rate (Y) akan mengalami
peningkatan sebesar 0,001 atau 0,1%.
Std.
Minimun Maximum Mean Deviation N
10
Std. -.858 2.690 .000 .975 21
Residual
Dari table 4 dapat di lihat bahwa hasil dari Residuals Statistics digunakan
untuk melihat nilai maksimum, minimum, rata-rata, standar deviasi, dan jumlah
data. Untuk hasil diatas sesuai dengan angka yang tertera pada masing-masing sub
nilai maka diperoleh nilai maksimum 6.3007 , minimum 1.4899, rata-rata 2.0143,
standar deviasi 1.08194, dan jumlah data sebanyak 21.
Unstandardized
Residual
N 21
Std.
2.77180652
Deviation
Negative -.217
11
mencatat kasus DBD yakni Nangapanda (2 kasus), Ende (5 kasus), Ende Selatan
(5 kasus), Ende Timur (20 kasus), Ende Tengah (12 kasus), Ende Utara (8
kasus), Ndona (6 kasus), Maurole (2 kasus), Lepembusu Kelisoke (1 kasus) dan
Detusoko (1 kasus)
2. Kepadatan penduduk di Kabupaten Ende tertinggi di Kecamatan Ende Tengah
dan terendah kecamatan Lepembusu Kelisoke
3. Insidens rate Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Ende tertinggi di
Kecamatan Ende Timur
4. Berdasarkan uji yang dilakukan dengan metode regresi linier sederhana
menggunkan aplikasi SPSS, diperoleh bahwa kepadatan penduduk tidak dapat
digunakan untuk memprediksi Insidens rate pada kabupaten Ende diakrenakan
nilai sig > 0,05
VI. SARAN
1. kepadatan penduduk hanya 13,2% mempengaruhi insidens rate di kabupaten
Ende, sehingga dapat dikatakan bahwa masih banyak variabel lain yang menjadi
faktor resiko insidens rate di kabupaten Ende.
2. Maka disarankan untuk pembaca dan peneliti selanjutnya untuk dapat
melakukan penelitian untuk menemukan faktor resiko lain yang menyebabkan
peningkatan kasus DBD di Kabupaten Ende.
VII. REFERENSI
Sukohar, A. 2014. Dema Berdarah Dengue (DBD). Jurnal Medula, Vol.2, No.2.
Ditjen PP dan PL. 2005. Pencegahan dan pemberantasan demam berdarah dengue di
Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesa. 2021. Profil Kesehatan Indonesia.
Irham, A dan Putri, R. 2023. Media Komunikasi Geografi. Kepadatan Penduduk
terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Lampung
Prasetyowati, I. 2015. The Indonesian Journal Of Health Science. KEPADATAN
PENDUDUK DAN INSIDENS RATE DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
KABUPATEN BONDOWOSO, JAWA TIMUR (Population Density and
Incidence Rate of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) in Bondowoso Distric, East
Java).
Orien et al. 2023. INSOLOGI: Jurnal Sains dan Teknologi. Peran Masyarakat dalam
Lingkungan Bebas Jentik dengan Insiden Rate Kasus DBD di Sumut Tahun 2021.
Waidah, D dan Pernanda, O. 2020. Jurnal PELITA KOTA. ANALISIS
PENGARUH KEPADATAN PENDUDUK TERHADAP PDRB PER KAPITA DI
KABUPATEN KARIMUN TAHUN 2013-2017.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Ende
Profil Kesehatan Kabupaten Ende Tahun 2022
VIII. LAMPIRAN
12
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 .364a .132 .087 2.84381
a. Predictors: (Constant), Kepadatan penduduk
b. Dependent Variable: Insidens rate
ANOVAa
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 23.412 1 23.412 2.895 .105b
Residual 153.658 19 8.087
Total 177.070 20
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1.448 .704 2.057 .054
Kepadatan penduduk .001 .001 .364 1.701 .105
a. Dependent Variable: Insidens rate
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 1.4899 6.3007 2.0143 1.08194 21
Residual -2.44108 7.65095 .00000 2.77181 21
Std. Predicted Value -.485 3.962 .000 1.000 21
Std. Residual -.858 2.690 .000 .975 21
a. Dependent Variable: Insidens rate
13
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 21
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 2.77180652
Most Extreme Differences Absolute .271
Positive .271
Negative -.217
Test Statistic .271
Asymp. Sig. (2-tailed) .000c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
14