Anda di halaman 1dari 17

Contents available at: www.repository.unwira.ac.

id

LUMEN VERITATIS
Jurnal Teologi dan Filsafat
https://journal.unwira.ac.id/index.php/LUMENVERITATIS

ETOS KERJA MASYARAKAT DAWAN DAN KORELASINYA


DENGAN KONSEP KERJA MENURUT KARL MARX

Agrindo Sandro Raioan, Mayolus Dimas Ismuputranto Bhatara Randa


Sekolah Tinggi Filsafat Widya Sasana Malang
Email: agrinndozanndro@gmail.com, mayolus.dimas99@gmail.com

Abstract

This article pays attention to description of metaphysical and practical meaning of wisdom expression
“meup onle ate, tah onle usif”, a cultural philosophy. In addition, this article also wants to describe the
relevance of these local wisdom expressions in dealing with the reality of life for a tribe on the island of
Timor, namely the Dawan tribe. The expression of wisdom or philosophy is closely related to work ethic.
The work ethic of the Dawanese is decreasing day by day for various reasons. The article also uses
working concept from Karl Marx as a colaburation o get deep meaning. The methodology used in this
article is a literature methodology combined with phenomenological studies. This article basically wants
to reveal the noble values and operational values of the philosophy in question. By looking at these two
kinds of values, the author wants to make readers aware, especially the Dawanese, to have will to work
because the authors finds that work is not just a matter of looking for food, but more than that, there is
a metaphysical dimension behind work activity. The distinctive contributions of this article are
inspiration as well as motivation to work hard in everyday life.

Keywords: Dawanese, Cultural Philosophy, Work, Work Ethic

Pendahuluan kesejahteraan hidup pun tidak terjamin.


Etos kerja pada dasarnya Dilihat dari esensinya, etos kerja dapat
merupakan semua kebiasaan positif pula menjadi suatu kebiasaan yang terus
sekaligus keunggulan yang meliputi berkembang hingga menjadi karakter dan
kedisipilinan, kejujuran, ketekunan, bahkan menjadi budaya. Budaya bekerja
kesetiaan, dan pertanggungjawaban inilah yang pada saat atau peradaban
berdasarkan etika yang harus dilakukan tertentu memunculkan suatu falsafah
setiap orang di tempat kerja.1 Etos kerja dalam dunia kerja kelompok masyarakat
menjadi keharusan bagi setiap orang, tertentu. Falsafah bekerja ini timbul dari
terutama bagi mereka yang menginjak pandangan dan pengalaman bekerja dari
usia produktif. Tanpa kriteria etos kerja masyarakat yang tercermin dalam sikap,
seperti yang telah dikemukakan, perilaku, cita-cita, dan tindakan.2
produktivitas menjadi minimal dan Falsafah bekerja memiliki relasi dan

1
Abdul R. Saleh, “Pengaruh Disiplin Kerja, 2
Muhammad Isa Indrawan, “Pengaruh Etika
Motivasi Kerja, Etos Kerja dan Lingkungan Kerja Kerja, Pengalaman Kerja Dan Budaya Kerja
terhadap Produktivitas kerja Karyawan bagian Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Kecamatan
Produksi di PT. Inko Java Semarang” Jurnal Binjai Selatan” Jurnal Abdi Ilmu Vol. 10 No.2
STIEAMA Vol.11 No. 21, (Juli 2018): 33. (Desember 2017): 1853.
Copyright ©2023 Agrindo Sandro Raioan, Mayolus Dimas Ismuputranto Bhatara Randa. This is an open access article
distributed the Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License
69
LUMEN VERITATIS: Jurnal Filsafat dan Teologi, Volume. 14 Nomor 1 April 2023
pSSN 1978-3469; eISSN 2657-1927

keterkaitan yang kuat dengan etos kerja. Dawan untuk bekerja setulus hati sesuai
Keduanya turut berpengaruh dalam profesi dan etos kerjanya.
aktivitas, kreativitas, dan produktivitas Muncul permasalahan yang
dalam dunia kerja masyarakat pada sangat mengganggu etos kerja
umunya. masyarakat Dawan. Terdapat dua jenis
Sebagai suatu kelompok masalah yang harus dihadapi, yaitu
masyarakat, suku Dawan juga memiliki masalah internal dan masalah eksternal.
sebuah falsafah dalam dunia dan etos Ada 2 masalah internal yaitu karakter
kerja. Falsafah itu berbunyi; “Meup Onle konsumerisme yang ekstrim dan budaya
Ate, Tah Onle Usif”, yang dalam Bahasa feodalisme yang masih melekat dalam
Indonesia diterjemahkan menjadi diri orang Dawan. Rata-rata pendapatan
“Bekerja seperti hamba, makan seperti masyarakat Dawan sudah cukup untuk
raja”.3 Falsafah ini muncul dari suatu hidup. Namun, sekali mendapat hasil,
refleksi yang mendalam akan kehidupan saat itu juga dihabiskan. Karakter
seorang orang Dawan yang setiap harinya konsumerisme ini sangat kentara dalam
harus bekerja membanting tulang untuk kehidupan masyarakat Dawan.5 Karakter
menjamin kehidupan yang layak. konsumerisme ini juga mengubah
Martabat manusia yang luhur mentalitas pekerja menjadi mentalitas
hanya dapat ditemukan bila pekerjaan cari gampang tanpa peras keringat. Etos
yang dilakukan manusia memungkinkan kerja masyarakat pun menurun akibat
manusia itu untuk memperoleh hidup masalah internal ini. Selain itu, budaya
yang semakin baik dan layak, bukan feodalisme pun masih dihidupi oleh
malah penindasan.4 Sehingga, dapat kebanyakan orang Dawan.6 Feodalisme
dilihat di sini bahwa pengalaman bekerja ini membuat lumpuh kreativitas
seorang orang Dawan selalu memberikan masyarakat dalam bekerja. Apa yang
pelajaran yang sangat berarti bagi diajarkan dari zaman kuno masih
kehidupannya; “bekerjalah semaksimal dihidupi hingga saat ini tanpa kesadaran
mungkin seperti seorang hamba, dan untuk mengubah dan membuatnya
kamu akan memperoleh kehidupan yang menjadi lebih baik. Mereka suka
sejahtera layaknya seorang raja”. Inilah menghidupi yang seperti begitu saja.
falsafah yang harus dihayati oleh seluruh Masalah eksternal yang muncul
orang Dawan di mana pun dia berada, seperti; kurangnya Pendidikan
terutama mengenai apa pun pekerjaan spesialisasi dalam kaitannya dengan
yang dilakukannya. Apa pun profesinya, hasil-hasil bumi di Pulau Timor,
entah itu sebagai karyawan, petani, Kurangnya profesionalitas dalam
pelajar, pegawai, pengajar, dan lain-lain, bekerja, iklim kering yang
falsafah tersebut harus dihidupi sebagai berkepanjangan, dan minimnya kursus-
inspirasi sekaligus motivasi yang kursus keterampilan di bidang pertanian,
menarik dan mendorong setiap orang
3
Siti Maria, dkk. Kepercayaan Komunitas Adat
Suku Dawan, (Kupang: Departemen Kebudayaan 5
Gregor Neonbasu, ed., Kebudayaan: Sebuah
dan Pariwisata, 2006), 29. Agenda (Pulau Timor dan Sekitarnya) (Jakarta:
4
Armada Riyanto, Menjadi-Mencintai Gramedia, 2013), 156.
(Yogyakarta: Kanisius, 2013), 121. 6
Koentjaraningrat, ed., Manusia dan Kebudayaan
di Indonesia (Jakarta: Djambatan, 1980), 219.

70
Agrindo Sandro Raioan, Mayolus Dimas Ismuputranto Bhatara Randa :
Etos Kerja Masyarakat Dawan dan Korelasinya dengan Konsep Kerja Menurut Karl Marx

peternakan, dan kehutanan.7 Semua uraian tentang arti dan makna dari
masalah baik internal maupun eksternal falsafah “Meup onle ate, tah onle usif”.
yang telah dikemukakan, sangat Setelah itu, terdapat analisis mengenai
memengaruhi etos kerja masyarakat makna kerja menurut Karl Marx dan
Dawan. Falsafah “Meup onle ate, tah dibandingkan dengan makna kerja
onle usif” tidak lagi dihayati dan dihidupi menurut falsafah dari masyarakat Dawan
oleh masyarakat Dawan karena telah tersebut. Bagian terakhir ini menjadi
hilang dimakan waktu atau telah punah bahan dasar untuk membentuk suatu
dari pribadi orang Dawan. relevansi; mengatasi masalah etos kerja
Penelitian ini dibuat dengan masyarakat Dawan serta menjadi bahan
tujuan untuk menguraikan kembali dasar untuk meningkatkan etos kerja dari
falsafah asli dari masyarakat Dawan yang masyarakat itu sendiri. Pada bagian
berbunyi “Meup onle ate, tah onle usif” terakhir, penelitian ini akan ditutup
sebagai modal untuk meningkatkan etos dengan kesimpulan.
kerja masyarakat Dawan. Falsafah
tersebut memiliki makna yang sangat Tinjauan Antropologis dan Ekologis
mendalam, terutama dalam kaitannya a. Profil Antropologis Orang
dengan etos kerja masyarakat Dawan. Dawan
Uraian tentang makna dan arti falsafah Analisis tentang manusia,
tersebut perlu dilihat kembali sebagai aktivitasnya sehari-hari, hingga
suatu muatan atau modal untuk karakteristik yang ada dalam diri
menyadarkan para pembaca, terutama manusia, secara jelas, sistematis, dan
masyarakat Dawan agar memiliki analitis dapat ditemukan dalam kajian
kemauan untuk bekerja. Berdasarkan antropologis.8 Kajian semacam ini pada
tujuan tersebut, penelitian ini kemudian dasarnya mengungkapkan suatu
menawarkan motivasi dan inspirasi bagi rangkuman pemahaman yang sangat
semua pembaca, terutama masyarakat mendalam mengenai orang Dawan dan
Dawan, agar mereka dapat menyadari kehidupannya sehari-hari. Kajian ini juga
makna dari bekerja itu sendiri hingga mencakup karya manusia dan seluruh
dengan penuh kesadaran meningkatkan keberadaannya, dan lebih dari itu kajian
etos kerjanya dalam berbagai profesi ini juga hendak mengatakan bahwa
yang digelut. manusia adalah suatu elemen integral dari
Untuk mencapai tujuan tersebut, dunia fisik atau dengan kata lain manusia
penelitian ini dimulai dengan penjelasan berada pada relasi atau jejaring tertentu.9
mengenai profil orang Dawan melalui Pada akhirnya, kajian yang sama
dua pendekatan terkait; antropologis, mendapatkan tujuannya, yakni; suatu
karena berkaitan dengan manusia itu susunan general mengenai manusia,
sendiri, dan ekologis, karena berkaitan susunan general itu kemudian berfungsi
dengan lingkungan tempat orang Dawan dalam hidup manusia dan perilaku
hidup. Kemudian dilanjutkan dengan sosialnya, dan pada akhirnya dapat

7 9
Gregor Neonbasu, Op. Cit., 156-157. Gregor Neonbasu, ed., Ekologi dan Masyarakat:
8
Joseph Glinka, Seri Buku Pastoralia: Kerasulan Kajian dan Refleksi Atoin Meto di Timor, NTT
dan Kebudayaan (Maumere: Seminari Tinggi St. (Surabaya: Sejahtera Mandiri, 2020), 2.
Paulus Ledalero, 1984), 7.

71
LUMEN VERITATIS: Jurnal Filsafat dan Teologi, Volume. 14 Nomor 1 April 2023
pSSN 1978-3469; eISSN 2657-1927

menemukan sebuah pengertian yang melainkan orang lain yang menamakan


lengkap tentang pluralisme manusia.10 orang yang tinggal di Pulau Timor
Kajian semacam inilah yang dibutuhkan dengan sebutan atoin meto.12 Namun
sebagai teropong untuk melihat siapa itu pada akhirnya diakui sebagai
orang Dawan. ‘kebanggaan’ dalam konteks pembedaan
Dimensi antropologis orang dengan suku atau kelompok masyarakat
Dawan baik secara personal maupun sekitar.13 Uraian sederhana dan singkat
komunal dapat ditelaah secara analitis ini kurang lebih telah memperlihatkan
dan sistematis dalam kajian antropologis arti dan identifikasi sederhana tentang
seperti di atas. Orang Dawan baik itu orang Dawan, terutama mengenai
manusia, karya, dan relasionalitasnya eksistensi insaninya. Uraian identifikasi
telah menunjukkan dengan jelas suatu tentang orang Dawan seperti yang telah
muatan kearifan lokal dan kebudayaan dirangkai ini, pada akhirnya menyentuh
yang unik, istimewa, dan kaya akan dimensi eksistensial antropologi, yakni
makna. Pada bagian ini akan diterangkan memiliki (kesadaran) “to have” dan ber-
secara singkat dan pada tapa saja yang (ada) pada lokasi tertentu, “to be”.14
terkandung dalam dimensi antropologis Orang Dawan memiliki kesadaran akan
orang Dawan serta esensi dan dimensi itu siapa dirinya dan keberadaannya pada
dalam kerangka atau bingkai suatu ruang lingkup yang menyatakan
kebudayaan. kehidupannya.
Orang Dawan pada hakikatnya Selain gambaran di atas, dapat
memiliki eksistensi dan esensinya ditemukan dalam ranah historis dan
sendiri. Secara sederhana hal ini kultural, bahwa istilah ‘atoin meto’ di
dibuktikan dengan identitasnya, yakni atas memiliki fungsi diferensiasi, yaitu
Namanya. Dalam bahasa Dawan, “orang untuk membedakan antara orang asli
atau orang Dawan” memiliki nama, yakni (orang Dawan) dengan orang-orang
‘atoin meto’. Istilah atoin meto adalah pendatang. Hal ini perlu diperhatikan
sebutan bagi orang Dawan secara mengingat di Pulau Timor. orang Dawan
individual dan juga komunal. Istilah ini tidak hanya tinggal dengan orang-orang
tak lain berasal dari dua kata bahasa suku sendiri melainkan juga hadir suku
Dawan, yang secara harafiah diuraikan bangsa lain yang berasal dari luar Pulau
demikian; atoni berarti ‘orang’, ‘laki- Timor. Penyebab kenyataan ini adalah
laki’ dan meto berarti ’daratan’, ‘kering’. pada abad ke-19, kolonial Belanda
Secara harafiah, istilah atoin meto menempatkan orang-orang dari Rote
merupakan orang-orang atau masyarakat (sebuah pulau dekat pulau Timor) untuk
atau juga suku bangsa yang tinggal di tinggal di pulau Timor.15 Dengan
daratan.11 Nama atau istilah ini pada demikian lahirlah istilah baru, yaitu atoin
awalnya bukanlah nama yang disematkan kase, yang berarti orang asing dan karena
oleh orang Dawan bagi dirinya sendiri, orang-orang ini bekerja sebagai nelayan
10 14
Ibid. Gregor Neonbasu, Sketsa Dasar Mengenal
11
Gregor Neonbasu, ed., Ekologi dan Manusia dan Masyarakat, Op.Cit., 11-12.
15
Masyarakat: Kajian dan Refleksi Atoin Meto di Gregor Neonbasu, ed., Ekologi dan
Timor, NTT, Op.Cit. Masyarakat: Kajian dan Refleksi Atoin Meto di
12
Ibid., 3. Timor, NTT, Op.Cit., 5.
13
Ibid., 6.

72
Agrindo Sandro Raioan, Mayolus Dimas Ismuputranto Bhatara Randa :
Etos Kerja Masyarakat Dawan dan Korelasinya dengan Konsep Kerja Menurut Karl Marx

di laut, maka mereka juga disebut atoin yang lain. Dimensi ekologi dianggap
tasi (orang laut).16 Demikian fungsi sebagai suatu esensi yang memiliki
diferensiasi dari istilah atoin meto. aturan dan tata krama kehidupan alamiah
Fungsi ini tidak hadir begitu saja tetapi yang senantiasa menjadi guru yang baik
hendak menunjukkan suatu tendensi untuk mengatur seluruh perspektif
ekslusivisme dan kecurigaan negatif dari kehidupannya menjadi lebih
orang Dawan terhadap orang asing (atoin bermartabat.18 Orang Dawan senantiasa
kase). Tendensi ini juga membuat adanya dekat dengan alam sekitar karena
suatu limit yang membatasi ruang gerak diyakini bahwa alam sekitar dapat
dan relasi Orang Dawan dengan menyingkapkan pemahaman akan hal-hal
masyarakat luar. di luar kemampuan insani. Unsur alamiah
yang sangat dihormati orang Dawan
b. Profil Ekologis Orang Dawan karena kemampuan eksistensialnya
Ekologi pada hakikatnya adalah air, batu, dan kayu.19 Alam
memiliki keterkaitan dengan kehadiran menjadi sumber hidup secara moril
manusia. Antara keduanya, muncul suatu maupun materil. Alam sekitar
istilah unitas, yakni “ekologi manusia”. menyediakan setiap kebutuhan manusia.
Ekologi manusia bertumbuh dan Sehingga alam pun harus dihormati.
berkembang dari keniscayaan adanya Selaras dengan fungsi diferensiasi
interaksi antara manusia dan lingkungan. (pembedaan) pada bagian sebelumnya
Ilmu ekologi ini sangat dibutuhkan dalam serta gambaran sederhana mengenai
konteks relasi manusia dengan alam dimensi ekologis di atas, istilah atoin
sekitar, terutama sebagai landasan meto pada intinya berkaitan dengan
teoritik dan konseptual untuk memaknai kondisi alam dan mata pencaharian
dan memahami fenomena dan kenyataan masyarakat Dawan. Kondisi alam
interaksional antara manusia dan alam tertentu sangat berperan dalam mata
serta perubahan sosial dan ekologi yang pencarian di daerah tertentu. Alam
terjadi di alam ini.17 Gambaran ekologi menentukan corak hidup kelompok
semacam ini tentu sangat membantu masyarakat tertentu dan hal ini juga
dalam proses pemahaman akan objek dialami oleh masyarakat Dawan. Dimensi
kajian penelitian ini, yakni orang Dawan. ekologis ini pada hakikatnya mendapat
Dari sudut pandang ekologis, tempat yang sentral sekaligus sakral
masyarakat Dawan memiliki dalam kehidupan masyarakat Dawan
penghargaan dan penghormatan yang karena menurut mereka, alam memiliki
tinggi terhadap lingkungan tempat ia kekuatan yang tak terpahami. Dengan
tinggal. Hal ini didasarkan pada suatu demikian perlulah relasi yang harmonis
kesadaran eksistensial-relasionalitas, antara keduanya; manusia dan alam.
yakni berada karena yang lain berada, Relasionalitas antara orang Dawan
keberadaan ada selalu terkait dengan ada dengan lingkungan alam sekitar sangat

16 18
Ibid. Gregor Neonbasu, Citra Manusia Berbudaya:
17
Arya Adi Dharmawan, “Dinamika Sosio- Sebuah Monografi tentang Timor dalam
Ekologi Pedesaan” Jurnal Sodality Vol. 1, No. 1 Perspektif Melanesia, (Jakarta: Antara
(2007), 6. Publishing, 2016), 139.
19
Ibid., 142.

73
LUMEN VERITATIS: Jurnal Filsafat dan Teologi, Volume. 14 Nomor 1 April 2023
pSSN 1978-3469; eISSN 2657-1927

ditekankan, bahkan bencana alam yang terjadi dalam hidup manusia, yaitu dari
terjadi selalu dikaitkan dengan perhatian nomaden berganti menjadi cara hidup
orang Dawan terhadap lingkungan menetap. Baik hidup nomaden maupun
hidupnya. menetap, hidup orang Dawan sangat
Secara lebih spesifik, bergantung pada kondisi alam. Alam atau
relasionalitas antara orang Dawan dan lingkungan sekitar adalah titik sentral
alam sekitar dapat ditemukan dalam sekaligus sakral bagi hidup orang Dawan.
pekerjaan atau mata pencarian hidup Sehingga tak heran bila ‘yang sakral
sehari-hari. Pada kenyataannya, terutama sekaligus sentral’ itu menguasai seluruh
pada masa lampau, orang Dawan dimensi ekologis orang Dawan, karena
memiliki dua mata pencaharian yang yang sakral itulah yang mengontrol
familier, yaitu bertani dan mencari ikan secara teratur dan ketat segala yang
(nelayan). Kedua mata pencarian ini terjadi di sekitar manusia dan
sangat digemari oleh orang Dawan pada kehidupannya.22
masa lampau. Bertani adalah pekerjaan Sebagai contoh sederhana, dapat
bagi orang Dawan yang tinggal di diterangkan ilustrasi berikut yang
pedalaman pulau, sedangkan mencari sejatinya berhubungan dengan
ikan atau nelayan adalah profesi orang relasionalitas antara orang Dawan dan
Dawan yang tinggal di daerah pesisir alam sekitar, antara subyek tokoh utama
pantai. Kedua mata pencarian ini menjadi dan dimensi ekologinya, yakni
suatu keharusan untuk disinggung dalam lingkungan tempat dia mencari hidup.
pembahasan ini karena keduanya Mengolah tanah di pulau Timor bukanlah
memiliki kaitan erat dengan objek kajian hal yang mudah. Sesuai dengan nama
penelitian ini. orang Dawan; atoin meto (orang di
Sebelum mengenal pertanian, daratan kering), pulau Timor adalah
orang Dawan menghidupi suatu modus sebuah pulau yang diliputi dengan tanah
vivende, yaitu meramu dan nomaden atau gersang, padang sabana, dan stepa.
cara hidup berpindah-pindah dari satu Memang ada juga hutan tropis tetapi
tempat ke tempat lain.20 Cara hidup ini dengan ukuran yang tidak terlalu
diperkirakan terjadi karena adanya mendominasi teritorial Pulau Timor. Hal
bahaya perang, wabah penyakit, sumber ini memang juga dilatarbelakangi oleh
daya makanan yang semakin berkurang, keadaan musim kemarau yang lebih lama
dan lain-lain. Namun setelah mengenal dari musim hujan.23 Lebih banyak
cara hidup bertani, orang Dawan terdapat tanah kering yang ketika
praaksara mulai hidup secara tetap mengolahnya dengan cara mencangkul,
dengan mengolah tanah dan dari sini tentu membutuhkan tenaga yang tidak
strategi hidup mereka bukan lagi sedikit, terlebih pada masa silam, belum
konsumtif tetapi lebih merupakan sebuah ada mesin pengolah tanah seperti saat ini,
rumah tangga yang produktif.21 Inilah tentu pekerjaan mengolah tanah kering
suatu perubahan kearifan lokal yang sungguh sulit. Kemudian, karena kondisi

20 22
Gregor Neonbasu, ed., Kebudayaan: Sebuah Gregor Neonbasu, Citra Manusia Berbudaya:
Agenda (Pulau Timor dan Sekitarnya), (Jakarta: Sebuah Monografi tentang Timor dalam
Gramedia, 2013),74. Perspektif Melanesia, Op.Cit., 132-133.
21 23
Ibid. Ibid., 61.

74
Agrindo Sandro Raioan, Mayolus Dimas Ismuputranto Bhatara Randa :
Etos Kerja Masyarakat Dawan dan Korelasinya dengan Konsep Kerja Menurut Karl Marx

curah hujan yang kurang, akhirnya untuk pengambil-alihan pemahaman yang biasa
menyiram tanaman, petani Dawan harus atau lazim diketahui secara umum dari
menimba air di sungai atau mata air generasi yang sat uke generasi yang lain,
terdekat. Dan tentu, itu membutuhkan melainkan cara pandang atau paradigma
tenaga yang tidak sedikit. Masih banyak baru yang disinari dengan refleksi,
pekerjaan lain seputar pengolahan tanah kesadaran, hingga pengetahuan baru yang
di pulau Timor yang pada dasarnya timbul dalam ruang dan waktu yang
sangat membutuhkan banyak tenaga. khas.25 Sehingga pada akhirnya orang
Kesadaran akan perjuangan hidup ini Dawan tiba pada suatu titik capai
membangunkan kesadaran orang Dawan refleksinya dan menemukan gagasan
akan suatu pandangan dan paradigma filsafati yang berbunyi; “Meup onle ate,
baru yang holistik tentang hidupnya. tah onle usif”, yang artinya “bekerja
Demikian sebuah tinjauan seperti hamba, makan seperti raja”.
antropologis dan ekologis singkat seputar Korelasi antara dimensi antropologis dan
orang Dawan dan lingkungannya. Dari ekologis orang Dawan telah melahirkan
situ, ditemukan bahwa cara hidup yang falsafah tersebut. Memiliki arti yang khas
membutuhkan banyak perjuangan itu, dan kaya akan makna.
orang Dawan mulai merefleksikan
eksistensi dirinya dan esensi dari Falsafah Meup Onle Ate, Tah Onle Usif
pekerjaan yang dilakukannya setiap hari. Falsafah “meup onle ate, tah onle
Sebagai individu dalam lensa usif” merupakan ungkapan berbahasa
antropologis, orang Dawan berpikir dan dawan (uab meto) yang terdiri dari enam
bertindak dalam suatu lingkaran rutinitas kata. Kata-kata tersebut dapat diuraikan
yang tak berhenti. Demikian orang sebagai berikut; kata pertama meup,
Dawan membudaya. Dia merupakan ungkapan dalam bentuk
mengekspresikan diri di dalam metatesis yang berasal dari kata mepu
pengakuannya, dan seluruh korelasinya yang berarti ‘bekerja’. Kata kedua, ‘onle’
dengan yang lain berupa “behaviour” yang berarti ‘seperti’. Kata ketiga ‘ate’
pribadi.24 Orang Dawan mengambil yang berarti ‘hamba’. Kata keempat ‘tah’
peran dalam ruang dan waktu sebagai yang berarti ‘makan’, kemudian kata
pertanggungjawaban akan kelima sama dengan kata kedua dan yang
keberadaannya, temporalitasnya. terakhir kata ‘usif’ yang berarti ‘raja’ atau
Demikian orang Dawan menampakan ‘tuan’. Secara harafiah ungkapan ‘meup
suatu nilai metafisisnya sebagai subyek onle ate, tah onle usif’ berarti ‘bekerja
yang mengada. seperti hamba, makan seperti raja’.26
Orang Dawan melakukan Walaupun memiliki arti yang amat
pergulatan refleksi yang luar biasa sederhana, artian ini menjadi objek kajian
mengenai dua hal itu; dimensi dalam tulisan ini yang tentunya memiliki
antropologi dan ekologinya. Muncul cara suatu khasanah yang luar biasa.
pandang baru, yakni bukan terbatas pada Terjemahan bahasa dawan serupa dengan

24 25
Anton Bakker, Antropologi Metafisik, Gregor Neonbasu, Citra Manusia Berbudaya:
(Yogyakarta: Kanisius, 2000), 122. Sebuah Monografi tentang Timor dalam
Perspektif Melanesia, Op.Cit., 141.
26
Siti Maria, dkk.Op.Cit.

75
LUMEN VERITATIS: Jurnal Filsafat dan Teologi, Volume. 14 Nomor 1 April 2023
pSSN 1978-3469; eISSN 2657-1927

struktur bahasa Indonesia yakni pekerjaan atau aktivitas. Pekerjaan atau


‘dijelaskan-menjelaskan’ sehingga bagi aktivitas itu pada dasarnya harus
orang baru yang hendak belajar bahasa dilakukan dalam kesadaran natura
dawan, tentulah hal ini tidak sesulit sebagai manusia, bukan suatu beban.
bahasa inggris yang memiliki banyak Sebab, dengan bekerja manusia
konsep waktu dan struktur bahasa yang menjadikan dirinya benar-benar nyata
kurang lebih membingungkan logika dalam dunia ini.
manusia. Dalam kebiasaan orang Dawan,
Melihat uraian arti di atas, bila terdapat seseorang yang sudah
terdapat dua kata kerja yang masing- mencapai masa untuk bekerja dan dia
masing memiliki arti dan memiliki relasi tidak mau bekerja, orang tuanya akan
kausalitas yang eksistensial. Artinya, bila berkata kepadanya demikian;
ada yang satu, yang lain pun harus berada “Nalekones ho maet nokoha ho moen ma
layaknya dua sisi mata koin yang ho kamameup”, dalam bahasa Indonesia
memiliki fungsi yang sama dan tanpa diterjemahkan demikian; “Lebih baik
eksistensi salah satu sisi, esensi harga dari kamu mati dari pada hidup tapi tidak mau
koin tersebut tidak ada sama sekali. bekerja”. Kalimat ini setidaknya hendak
Demikian keduanya memiliki menegaskan bahwa bekerja dan hidup itu
relasionalitas. Relasionalitas adalah memiliki keselarasan yang hakiki dan
natura atau kodrat kemanusiaan dari memiliki koherensi sekaligus
setiap insani.27 Corak relasionalitas keterhubungan. Singkatnya, kerja adalah
keduanya dapat dilihat seperti dua sisi hidup manusiawi itu sendiri, sebab
koin tadi yang bereksistensi secara bekerja itu berprinsip pada hidup
substansial, bukan aksidental, dan tak manusia.29 Dengan itu, dapat dipahami
terpisahkan satu sama lain. Dua kata kerja makna pekerjaan bagi orang Dawan.
itu adalah mepu (meup), yang berarti Bekerja, berjuang, berusaha adalah esensi
bekerja dan tah, yang berarti makan. konkret dari hidup orang Dawan. Dalam
Bagi orang Dawan, bekerja dapat diri manusia terdapat natura untuk
diselaraskan dengan cetusan keberadaan bekerja. Bekerja adalah suatu kewajiban
manusia itu sendiri. Pernyataan ini secara kodrati yang substansial ada dalam diri
langsung hendak mengatakan bahwa jika manusia.
seseorang berada, ia harus bekerja. Tanpa Setelah melihat makna bekerja,
bekerja, ia telah kehilangan dirinya. Hal berikutnya akan dilihat kata ‘tah’
ini sepadan dengan apa yang disampaikan (makan). ‘Makan’ dapat disamakan
oleh Paus Yohanes Paulus II dalam dengan hak yang diterima setelah
ensiklik Laborem Exercens yang berkata melakukan pekerjaan (kewajiban). Bila
bahwa kerja adalah bagian integral dari dilihat secara lebih mendalam, hak ini
martabat manusia dan kerja juga adalah bukanlah sesuatu yang utama. Melainkan
cetusan manusiawi.28 Di sini hendak kewajiban itulah yang utama. Demikian
dikatakan bahwa manusia dapat natura atau kodrat manusia terarah
mengungkapkan kemanusiaannya lewat kepada kewajiban untuk bekerja, bukan

27 28
Armada Riyanto, Relasionalitas: Filsafat Armada Riyanto, Menjadi-Mencintai, Op. Cit.,
Fondasi Interpretasi Aku, Liyan, Fenomen 121.
29
(Yogyakarta: Kanisius, 2018), i. Ibid., 125.

76
Agrindo Sandro Raioan, Mayolus Dimas Ismuputranto Bhatara Randa :
Etos Kerja Masyarakat Dawan dan Korelasinya dengan Konsep Kerja Menurut Karl Marx

pada hasil dari bekerja itu. Dengan itu teratur dalam suatu bentuk ungkapan
demkian, ‘makan’ adalah aktivitas yang sistematis.30 Demikian pemahaman
sekunder dari aktivitas manusia sehari- tersebut membawa manusia kepada
hari. Memang ada pendapat yang tindakan yang lebih layak, yaitu bekerja
mengatakan dengan singkat bahwa berdasarkan kesadaran natura atau
manusia harus makan dulu sebelum kodrati, bukan malah suatu cara dan
bekerja. Sayangnya, hal ini tidak berlaku peluang untuk mendapatkan uang atau
untuk orang Dawan. Makan(-an) hanya lainnya. Yang terakhir ini adalah hal
diberikan kepada orang yang sudah kedua, sekunder, bukan utama, primer.
bekerja. Karena hanya dengan bekerja, Sebagai pemahaman, secara jelas
orang dapat menghasilkan sesuatu untuk ungkapan tersebut hendak mengatakan
dimakan. Makan itu berada secara suatu filsafat mengenai etos kerja orang
substansial sekaligus aksidental pada Dawan. Etos kerja yang dimaksud adalah
pekerjaan. hanya orang yang memiliki etos kerja
Berbeda dengan mepu dan tah keras yang akan menikmati kelimpahan
yang memiliki keselarasan, kata ate hasil untuk menjamin hidup sejahtera dan
(hamba) dan usif (raja) sebagai kata bahagia.
benda, dalam konteks kultural memiliki
jarak vertikal yang jauh dan sangat Esensi Kerja
dipengaruhi oleh budaya feodalisme. Kata ‘kerja’ atau ‘bekerja’ telah
Demikian budaya feodalisme ini pun didefinisikan dengan banyak arti oleh
menjadi masalah tersendiri dalam hidup para ahli, namun definisi yang paling
masyarakat Dawan. Lanjut lagi, ate umum untuk mendefinisikan kata ‘kerja’
memiliki arti yang berkonotasi negatif atau’bekerja’ adalah kegiatan yang
dan dalam kebiasaan orang Dawan, kata dilakukan oleh subjek. Definisi umum
ini digunakan sebagai sindiran kepada dari kata ‘kerja’ atau ‘bekerja’ tersebut
orang Dawan yang tidak mau bekerja dapat ditemukan dalam Kamus Besar
keras mengolah tanah. Sedangkan usif Bahasa Indonesia. Menurut Kamus Besar
digunakan sebagai bentuk pujian bagi Bahasa Indonesia atau KBBI kata ‘kerja’
orang Dawan yang rajin bekerja. Dalam adalah sebuah kata benda yang memiliki
kaitannya dengan feodalisme, mepu arti kegiatan melakukan sesuatu,
(bekerja) adalah aktivitas para budak, sementara kata ‘bekerja’ adalah bentuk
sedangkan tah (makan) adalah aktivitas kata kerja dari kata ‘kerja’ yang memiliki
para raja. Relasionalitas istilah-istilah arti melakukan suatu pekerjaan
Dawan tersebut memiliki hubungan (perbuatan) atau berbuat sesuatu. Selain
filosofis yang sangat erat. itu kata ‘kerja’ juga diartikan sebagai
Sebagai suatu bentuk ide empiris sesuatu yang dilakukan untuk mencari
sekaligus sistem berfilsafat, falsafah nafkah atau mata pencaharian. Menurut
meup onle ate, tah onle usif merupakan KBBI kata ‘nafkah’ adalah kata benda
suatu buah filsafat yang membawa yang diartikan sebagai alat untuk belanja
manusia kepada pemahaman dan untuk hidup. Secara tidak langsung kata
tindakan. Ungkapan tersebut memiliki nafkah bisa diartikan alat yang
pengetahuan yang kompleks dan semua digunakan untuk memenuhi hidup

30
Op. Cit., 3.

77
LUMEN VERITATIS: Jurnal Filsafat dan Teologi, Volume. 14 Nomor 1 April 2023
pSSN 1978-3469; eISSN 2657-1927

manusia. Maka dapat disimpulkan bahwa kerja manusia sehingga manusia dapat
tujuan ‘kerja’ yang dilakukan manusia menghasilkan sesuatu. Peran alam sangat
adalah kegiatan yang dilakukan untuk dirasakan oleh manusia, tanpa adanya
memenuhi kebutuhannya. alam manusia tidak akan bisa
Dalam Bahasa Inggris kata kerja menghasilkan sesuatu sebab tidak ada
atau pekerjaan dibedakan ke dalam dua bahan yang bisa diubah untuk
jenis yakni work dan labor. Kata work mempertahankan dan memelihara
adalah suatu kata kerja yang salah satu kelangsungan hidup manusia. Demikian
artinya adalah untuk melakukan suatu juga sebaliknya tanpa adanya manusia
pekerjaan atau memenuhi tugas – tugas alam tidak akan bisa lestari. Hubungan
untuk mendapatkan penghasilan atau timbal balik antara manusia dan alam
gaji. Sedangkan kata labor sebagai suatu dalam pengertian kerja ini selaras dengan
kata benda memiliki arti sebagai suatu sikap masyarakat Dawan yang memiliki
kegiatan manusia yang dilakukan untuk kesadaran eksistensial-relasionalitas akan
menghasilkan suatu benda atau jasa untuk alam sekitar.
perekonomian. Kata work dan labor Kerja adalah kegiatan yang
memiliki pengertian yang berbeda satu penting bagi manusia. Seperti yang
sama lain tetapi konsepnya sama yakni dijelaskan oleh W.S. Neff akan
suatu kegiatan yang dilakukan oleh pengertian kerja, tujuan manusia bekerja
manusia untuk menghasilkan sesuatu adalah untuk memelihara dan
agar manusia dapat memenuhi kebutuhan mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Sejalan dengan arti kata work hidupnya. Dengan bekerja manusia dapat
dan labor. Melalui pengertian – memenuhi kebutuhan hidupnya.
pengertian tersebut dapat diketahui Pemenuhan hidup ini bisa didapatkan
bahwa arti kerja menurut KBBI dan juga secara langsung dari alam maupun
Miriam – Webster Dictionary adalah melalui sarana pemenuh yakni nafkah
suatu kegiatan yang dilakukan manusia atau mata pencaharian. Lebih dari itu,
untuk menghasilkan sesuatu guna kerja menjadi penting karena kerja adalah
memenuhi kebutuhannya. hak semua manusia.32 Menurut John
Alam menjadi faktor penting Locke kerja membuat manusia memiliki
dalam kerja manusia. Manusia mencoba alasan natural akan hak milik.33 Alasan
mengubah keadaan alam agar dapat tersebut muncul karena sesuatu yang
memenuhi kebutuhan hidupnya. dihasilkan dari kerja adalah hasil dari
Pernyataan ini selaras dengan definisi usaha manusia itu sendiri. Kesadaran
dari kerja yang diberikan oleh W.S. Neff akan hasil tersebut membuat manusia
yakni kerja adalah kegiatan manusia yang sadar akan kemampuannya. Kesadaran
mengubah keadaan-keadaan tertentu dari akan kemampuan tersebut menjadikan
alam lingkungan yang ditujukan untuk kerja bukan hanya sebagai sebuah
mempertahankan dan memelihara kegiatan untuk menghasilkan sesuatu
kelangsungan hidupnya.31 Alam menjadi atau mencari pemenuhan kebutuhan
faktor yang berperan penting bagi proses hidup tetapi menjadikan kerja sebagai

31 32
Iftikhar Z Sutalaksana, dkk. Teknik Tata Cara Armada Riyanto, Menjadi-Mencintai,
Kerja (Bandung: Institut Teknologi Bandung, (Yogyakarta: Kanisius, 2013), 121.
33
2006), 60. Ibid.

78
Agrindo Sandro Raioan, Mayolus Dimas Ismuputranto Bhatara Randa :
Etos Kerja Masyarakat Dawan dan Korelasinya dengan Konsep Kerja Menurut Karl Marx

bentuk cetusan martabat manusiawi.34 itu bekerja atau pekerjaan adalah kegiatan
Kerja itu penting bagi manusia karena khas dari manusia. Pertanyaannya,
dengan bekerja manusia memiliki hak kenapa manusia harus bekerja. Menurut
milik akan karyanya dan mencetuskan pemikiran Karl Marx yang ditulis oleh
martabatnya. Frans-Magnis Suseno, manusia perlu
bekerja sebab alam sendiri belum sesuai
Kerja Menurut Karl Marx dengan kebutuhan manusia38 berbeda
Karl Marx adalah salah satu filsuf dengan binatang yang langsung dapat
yang menyumbangkan pemikiran memenuhi kebutuhannya dari alam,
filosofis tentang kerja. Menurut Karl manusia harus terlebih dahulu mengolah
Marx pekerjaan adalah tindakan manusia atau mengubah alam agar sesuai dengan
yang paling dasar: dalam pekerjaan, kebutuhannya. Pengertian Karl Marx
manusia membuat dirinya menjadi tentang kerja hamper selaras dengan
nyata.35 Sayangnya manusia menjadi pengertian yang diberikan oleh W.S. Neff
terasing dari pekerjaan karena berada di bahwa manusia bekerja untuk mengubah
bawah sistem ekonomi kapitalis. Secara keadaan alam sekitar agar manusia
garis besar sistem ekonmi kapitalis mampu bertahan hidup dan memenuhi
menjadi penyebab utama manusia kebutuhannya. Pemikiran Karl Marx
terasing dari pekerjaannya karena sedikit berbeda karena bagi Karl Marx
manusia tidak lagi memandang hasil manusia berproduksi menggunakan
pekerjaannya sebagai miliknya atau rasionalitasnya bukan hanya instingnya,
bagian dari dirinya. Hasil pekerjaan maka dari itu manusia berproduksi dalam
manusia (secara khusus golongan bawah kebebasan dari kebutuhannya. 39 Berikut
atau proletar) akan diambil oleh mereka gambaran yang diberikan oleh Karl Marx
yang mempunyai modal atau golongan tentang seekor laba-laba, seorang
kapitalis. Pemikiran Karl Marx ini penenun, seekor lebah dan seorang
dipengaruhi oleh dua filsuf Jerman: arsitek:
Georg Wilhelm Frederick Hegel dan “Seekor laba-laba melakukan
Ludwig Andreas Feuerbach.36 Pemikiran pekerjaan-pekerjaan yang
filosif Karl Marx perihal kerja ditemukan menyamai pekerjaan seorang
dalam naskah – naskah Paris yang berisi penenun dan seekor lebah lewat
tulisan – tulisan Karl Marx dalam bidang bangunan sel-selnya menyamai
ekonomi. Keterasingan dalam pekerjaan pekerjaan seorang arsitek. Tetapi
menjadi pokok utama perenungan Marx yang langsung membedakan
dalam naskah – naskah itu.37 arsitek yang paling buruk dari
Pekerjaan, kegiatan khas seekor lebah yang paling pandai
manusia. Manusia adalah satu – satunya adalah bahwa ia telah
makhluk yang bekerja di dunia maka dari membangun sel itu di dalam

34
Ibid. Manusia), Jurnal Filsafat dan Teologi Media,
35
Frans-Magnis Suseno, Pemikiran Karl Marx Vol. 2, No 1, (2021): 124.
37
Pemikiran Karl Marx dari Sosialisme Utopis ke Franz Magnis-Suseno, Op.Cit.
38
Perselisihan Revisionisme (Jakarta: Penerbit PT Ibid., 89.
39
Gramedia Pustaka Utama, 2003), 88. Ibid., 90.
36
Johanis H. Raharsun, Makna Kerja Menurut
Karl Marx (Sebuah Kajian dari Perspektif Filsafat

79
LUMEN VERITATIS: Jurnal Filsafat dan Teologi, Volume. 14 Nomor 1 April 2023
pSSN 1978-3469; eISSN 2657-1927

kepalanya sebelum si arsitek memberikan kepadanya bentuk


membangunnya. Pada akhir baru, bentuk yang
setiap proses kerja muncul suatu dikehendakinya sendiri. Bentuk
hasil yang sudah sejak awal alami diambil dan diberi bentuk
dibayangkan oleh pekerja itu, manusiawi (bentuk yang
karenanya sudah ada secara ideal. dikehendaki manusia). Bentuk
Manusia tidak saja menghasilkan kayu yang telah menjadi patung
suatu perubahan bentuk pada mencerminkan kehendak dan
bahan-bahan alam; ia juga kemampuan si pengukir. Apa
merealisasikan maksudnya yang hanya ada di kepalanya
sendiri ke dalam bahan-bahan sekarang menjadi kenyataan
tersebut”.40 objektif. Sekarang ia mempunyai
Pernyataan Karl Marx tersebut kepastian tentang dirinya sendiri:
menandakan bahwa manusia itu bekerja ia tidak hanya bermimpi menjadi
secara bebas dan universal. Manusia seniman, ia memang seorang
bekerja secara bebas karena ia tidak harus seniman.” 42
bekerja saat ia butuh saja, manusia bisa Contoh yang diberikan oleh
bekerja bebas kapan saja. Sementara Frans-Magnis Suseno menggambarkan
manusia bekerja secara universal karena bagaimana seorang pengukir tersebut
manusia bisa menggunakan berbagai cara mengobjektivikasikan dirinya ke dalam
untuk mencapai hal yang sama.41 ukiran kayunnya. Objektivikasi diri yang
Pekerjaan sebagai objektivitas dimaksud adalah saat manusia mampu
manusia. Maksud dari pernyataan Karl melihat dirinya dalam hasil kerjanya.
Marx ‘Pekerjaan sebagai objektivitas Melalui hasil tersebut manusia dapat
manusia’ adalah melalui pekerjaan melihat bakat dan kemampuannya
manusia mampu menyatakan dirinya. sehingga memunculkan rasa bangga
Untuk memahami pernyataan ini lebih terhadap hasil pekerjaan. Manusia dapat
lanjut berikut penjelasan yang diberikan merasakan martabatnya melalui
oleh Frans-Magnis Suseno: pekerjaan yang ia lakukan.
”Dalam arti apa manusia Pekerjaan dan sifat sosial
menyatakan diri dalam manusia. Melalui pekerjaan manusia
pekerjaan? Mari kita ambil contoh dapat membuktikan diri sebagai makhluk
seorang pengukir. la masuk hutan, sosial. Ada berbagai macam pekerjaan
menebang sebatang pohon yang yang harus dilakukan oleh manusia untuk
kayunya sesuai, mengulitinya, menghasilkan berbagai macam
lalu mulai mengukir sampai kebutuhannya, tidak mungkin hanya satu
sempurna patung seekor kera. orang saja yang melakukan segala
Apa yang dilakukannya? Dari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan
potongan kayu itu ia mengambil tersebut. Manusia sebagai makhluk sosial
bentuknya yang alami dan memerlukan manusia lain untuk

40 41
Karl Marx, Das Kapital: Kritik der Politischen Franz Magnis-Suseno, Op.Cit., 90-91.
42
Oekonomie. Alih bahasa oleh, Oey Hay Djoen, Ibid. 91.
Kapital: Sebuah Kritik Ekonomi Politik, Buku I,
Vol. I (Jakarta: Hasta Mitra, 2007), 167.

80
Agrindo Sandro Raioan, Mayolus Dimas Ismuputranto Bhatara Randa :
Etos Kerja Masyarakat Dawan dan Korelasinya dengan Konsep Kerja Menurut Karl Marx

melakukan pekerjaan – pekerjaan lainnya ungkapan “meup onle ate tah onle usif’.
agar kebutuhan dapat terpenuhi dan Mereka tahu makna apa yang terkandung
sebagai ikatan sosial manusia dengan di dalamnya serta tahu juga dengan pasti
demikian manusia tidak teralienasi bagaimana ungkapan tersebut dapat
dengan sesame, pekerjaan, dan diri dinyatakan dalam hidup setiap hari.
sendiri. Namun dalam kenyataannya, ungkapan
Pekerjaan menjadi sarana itu semakin luntur dan kehilangan
manusia merealisasikan dirinya. taringnya. Asumsi konkret aktual yang
Realisasi diri manusia dapat dipenuhi dapat dikatakan adalah zaman sekarang
apabila dia mendapatkan pengakuan diri dengan kebutuhan dan keinginan
atas apa yang telah dia kerjakan. manusia yang semakin luas, beraneka,
Pekerjaan yang dilakukan manusia bukan dan kompleks, ada kecenderungan umum
hanya semata – mata untuk memenuhi yang mengarah pada pola hidup
kebutuhan tetapi juga untuk mendapatkan konsumtif dan cepat saji (instan). Budaya
pengakuan akan hasil kerja manusia. instan menjadi minat utama generasi
Rasa bahagia pasti akan timbul jika hasil muda Dawan. Hal ini membuat semangat
kerja kita diakui dan berguna bagi orang kerja semakin menurun, khususnya bagi
lain. Manusia akan merasa dihormati kalangan masyarakat Dawan. 43 Demikian
apabila pekerjaannya diakui oleh orang seakan-akan filosofi itu hilang ditelan
lain. Di sini pekerjaan berfungsi sebagai karakter orang Dawan yang tidak mau
jembatan antarmanusia. peduli dengan hidupnya sendiri.
Jembatan yang dibangun pun Masalah lain yang paling
berlaku secara historis karena sekarang fundamental adalah budaya feodalisme
manusia hidup dengan pengetahuan dan yang masih kuat dalam hidup masyarakat
ilmu yang telah diwariskan oleh generasi Dawan, terutama orang tua yang tidak
– generasi sebelumnya. Warisan – mendapatkan pendidikan yang
warisan itu Nampak dalam cara manusia maksimal.44 Masalah ini tentu menjadi
mengolah teras – teras sawah maupun perhatian karena orang-orang tua Dawan
puing – puing kuno. Karl Marx masih menganut paham feodalisme
menyatakan bahwa dunia yang ada secara radikal dan konservatif serta
sekarang ini adalah hasil dari produk memiliki peran yang cukup besar dalam
industry dan masyarakat. Dunia dan menentukan warna hidup masyarakat
segala perkembangannya tidak muncul Dawan di tempat tertentu. Bagi mereka,
begitu saja tetapi dimunculkan oleh tradisi apa pun adalah benar in se dan
manusia untuk memenuhi segala sangat baik untuk diteruskan dalam hidup
kebutuhannya. seorang orang Dawan. Sekalipun mereka
sudah mengetahui akibat dari penerapan
budaya feodalisme ini, mereka tetap
Realitas Etos Kerja Orang Dawan merasa nyaman akan keadaan dan
Pada umumnya, semua orang terdapat tendensi untuk tidak mau
Dawan sudah sangat familier dengan mencari kehidupan yang lebih

Florianus E. Bani, “Filosofi Tmeup On Ate, Tah


43
Perspektif Ensiklik Laborem Exercens,” Jurnal
On Usif: Meneropong etos Kerja Atoinmeto’ dari STFK Ledalero (2020): 1.
44
Koentjaraningrat ed., Op.Cit.

81
LUMEN VERITATIS: Jurnal Filsafat dan Teologi, Volume. 14 Nomor 1 April 2023
pSSN 1978-3469; eISSN 2657-1927

bermartabat. Inilah yang menjadi Budaya konsumtif sangat tinggi


penghambat fundamental dalam dalam kehidupan rumah tangga
menerapkan etos kerja yang maksimal. masyarakat Dawan. Memang hasil panen,
Tidak berhenti di situ, muncul seperti; panen padi, jagung, pisang,
suatu penghinaan sekaligus pengolokan kelapa, dan lainnya sangat melimpah.
terhadap falsafah tersebut dengan Tetapi hal ini tidak diikuti dengan
mengebiri ungkapan tersebut dan manajemen hasil yang baik. Yang umum
memutarbalikkannya menjadi ungkapan terjadi adalah orang-orang Dawan hanya
yang sungguh bobrok. Falsafah itu berpikir bagaimana mengonsumsi atau
dibalik sehingga kedengaran sangat tidak menghabiskan hasil panen tersebut dan
menyenangkan, demikian bunyinya; lupa untuk memberi simpanan bagi
“Meup onle usif, tah onle ate”, yang konsumsi dalam rumah sendiri.
dalam bahasa Indonesia diterjemahkan Akhirnya, belum sampai pada musim
menjadi; “Bekerja seperti raja, makan panen berikutnya, makanan dari hasil
seperti hamba”. Latar belakang dari panen sebelumnya sudah habis.
munculnya pemutarbalikkan falsafah ini Akibatnya, orang-orang Dawan kembali
adalah untuk menyindir orang-orang berharap dari bantuan pemerintah, seperti
Dawan yang tidak mau bekerja, dan jika raskin. Kenyataan ini sungguh sangat
bekerja, ia bekerja tidak dengan miris, bodoh, dan aneh, tapi nyata.
kesungguhan hati, tetapi ketika makan, Karakter malas adalah yang paling aktual
orang-orang ini bertingkah seperti tuan, dimiliki orang Dawan saat ini. Generasi
berlagak seperti raja, dan suka memilih muda orang Dawan saat ini, lebih tertarik
milih makanan. Itulah kenyataan yang untuk menikmati apa yang ada dan
dapat ditemukan saat ini. menolak untuk bekerja keras. Hal ini
Dilihat dari sumber daya, baik tentu bertolak belakang dengan ungkapan
sumber daya alam maupun sumber daya filsafat “meup onle ate, tah onle usif”.
manusia, dapat dikatakan bahwa kedua Dengan itu maka identitas sebagai orang
sumber daya itu cukup untuk menghidupi Dawan pun mulai memudar, terutama
orang-orang di Pulau Timor. Tercatat yang berkaitan dengan dunia kerja. Etos
bahwa setiap keluarga Dawan kerja orang Dawan hingga saat ini boleh
memelihara beberapa ekor ayam dan satu dikatakan sangat minim. Generasi muda
atau dua ekor ternak kecil, seperti babi orang Dawan boleh belajar di sekolah-
untuk konsumsi atau dijual.45 Di sini sekolah maupun di perguruan tinggi,
terbukti adanya sumber daya yang baik tetapi belum tentu mereka menyadari apa
untuk bekerja dan hidup. Namun hal ini yang harus mereka perbuat. Tidak belajar
tidak bisa bertahan hingga langgeng dan hanya mau main game dan makan
karena ada dua kebiasaan buruk dari saja. Kondisi ini sangat memprihatinkan.
orang Dawan yang sulit dihapus, yakni Mereka telah lupa akan filsafat yang
budaya konsumtif tingkat tinggi dan yang dalam sejarah orang Dawan sangat mulia
muncul baru-baru ini adalah karakter dan berdaya guna itu.
malas. Etos kerja orang Dawan mulai
menurun. Spiritualitas dari ungkapan

45
Gregor Neonbasu, ed., Ekologi dan Timor, NTT (Surabaya: Sejahtera Mandiri, 2020),
Masyarakat: Kajian dan Refleksi Atoin Meto di 84.

82
Agrindo Sandro Raioan, Mayolus Dimas Ismuputranto Bhatara Randa :
Etos Kerja Masyarakat Dawan dan Korelasinya dengan Konsep Kerja Menurut Karl Marx

filsafat “meup onle ate, tah onle usif” (juga Aristoteles) bahwa kegiatan atau
seakan-akan menjadi cacat gerak dan bekerja membuat manusia menemukan
bukan lagi suatu nasihat tetapi telah jati dirinya sebagai makhluk hidup sejati.
berubah menjadi penghinaan dan sindirin Manusia hanya mampu menemukan
bagi orang Dawan sendiri. Untuk itu, eksistensi dirinya ketika ia melakukan
harus dilakukan sesuatu. Sesuatu yang dan menyelesaikan sebuah pekerjaan.
benar-benar dapat membaharui corak Dari perkerjaan yang telas selesai
hidup dan etos kerja Orang Dawan masa dilakukan, kebanggaan muncul. Di sini,
kini. Tentunya dengan ungkapan filsafati kesadaran akan hakikat manusia melalui
yang sama, tetapi dengan sebuah cara aktivitas kerja membawa makna bahwa
pembudayaan baru yang dapat sesuangguhnya objektivitas manusia
dimengerti dan ditangkap dengan baik hanya muncul ketika ia melakukan dan
oleh anak-anak zaman ini, terutama menyelesaikan pekerjaan. Dalam bekerja
generasi muda Dawan. pula manusia dapat berelasi dengan yang
lain sebagai ‘opus hominis’. Manusia
Refilosofi dalam Konteks Pemikiran bukanlah pekerja yang dipaksa karena
Karl Marx situasi yang menuntut. Marx dengan
Falsafah “meup onle ate, tah onle argumentasi bahwa manusia telah
usif” memiliki esensi mengenai kekhasan teralienasi dari pekerjaannya karena ada
manusia, yakni mengenai siapa itu paksaan dari luar sehingga ia bekerja
manusia dalam konteks hidupnya sehari- dalam alienasi dengan sesama, pekerjaan,
hari.. Pernyataan dari Karl Marx bahwa dan diri sendiri. Inilah yang disampaikan
manusia itu bekerja secara bebas dan oleh Marx bahwa bekerja adalah
universal membawa pengertian bahwa ungkapan sosialitas manusia di mana ia
manusia dapat bekerja tidak harus bekerja sendiri tidak teralienasi dengan sesama,
saat ia butuh saja, manusia bisa bekerja pekerjaan, dan diri sendiri. Dengan ini,
bebas kapan saja dan di mana saja karena falsafah “meup onle ate, tah onle usif”
demikian eksistensi manusia dan esensi mendapat sumbangan yang sangat
bekerja itu sendiri. Berkaitan dengan bermakna. Objektivitas dan sosialitas dari
kekhasan manusia dalam bekerja Marx kegiatan bekerja membawa pengertian
menambahkan bahwa manusia bekerja yang lebih dan dapat meningkatkan etos
dan berproduksi menggunakan kerja manusia saat ini.
rasionalitasnya bukan hanya instingnya, Ketiga poin penting dari Marx
maka dari itu manusia berproduksi dalam rasanya seperti akulturasi budaya kerja
kebebasan dari kebutuhannya. Esensi modern dan tradisional. Cara yang
falsafah “meup onle ate, tah onle usif” dimaksud ini lebih menyangkut
mendapat sumbangan berarti dari peleburan, penggabungan, percampuran
pemikiran Marx, terutama bahwa dua kebudayaan yang saling
manusia bekerja bukan hanya dengan memengaruhi. Cara yang dimaksud ini
insting untuk mencari makan tetapi juga lebih kepada tindakan membuat suatu
dengan rasionalitasnya di mana ia dapat pengakuan terhadap kebudayaan daerah
menyadari kesejatian pribadinya dalam sekaligus keterbukaan untuk menerima
bekerja. budaya asing yang dinilai baik dan
Objektivitas manusia dalam
bekerja seperti yang dikatakan Marx

83
LUMEN VERITATIS: Jurnal Filsafat dan Teologi, Volume. 14 Nomor 1 April 2023
pSSN 1978-3469; eISSN 2657-1927

positif.46 Artinya, kebudayaan daerah Demikian etos kerja juga memiliki kaitan
dileburkan dan dijadikan satu dengan dengan budaya.
kebudayaan baru, asing dan modern. Sebagai kelompok manusia yang
Tetapi, yang dileburkan ini adalah hal-hal bereksistensi di bumi, masyarakat suku
yang bersifat positif, moderat, dan dapat Dawan pun memiliki etos kerja. Dalam
diterima oleh kedua kubu yang disatukan. hidupnya sehari-hari, masyarakat yang
Era singularitas semakin disebut dengan bahasa lokal setempat
menunjukkan esensi dan eksistensinya dengan istilah atau nama atoin meto,
dalam peradaban manusia. Hal ini secara harus melakukan aktivitas bekerja untuk
jelas dapat melunturkan setiap unsur memenuhi kebutuhan hidup di dunianya
kebudayaan, termasuk ungkapan- yang unik. Bekerja menjadi aktivitas
ungkapan filosofis kebudayaan. Untuk pokok, mengingat kondisi ekologis yang
itu, usaha pembudayaan falsafah ini kurang menguntungkan, orang Dawan
sangat dibutuhkan. Budiman Sudjatmiko harus memiliki etos kerja yang tinggi.
dalam sebuah seminar berkata bahwa Muncul masalah, seperti; budaya feudal,
pada saat era singularitas menguasai karakter malas, dan lainnya menjadi
dunia, pluralitas kebudayaan di Indonesia penghambat yang secepatnya harus
dapat menjadi oase bagi semua insan diatasi. Falsafah “meup onle ate, tah onle
yang merindukan kekhasan multikultural. usif” dengan sumbangan konsep bekerja
Untuk itu, usaha pembudayaan, salah menurut Karl Marx menjadi senjata yang
satunya ialah pembudayaan falsafah dapat menghancurkan masalah-masalah
“meup onle ate, tah onle usif” sangat itu dan demikian dapat meningkatkan
baik untuk diejawantahkan dalam hidup etos kerja masyarakat Dawan.
sehari-hari masyarakat Dawan sehingga Pembaharuan falsafah dengan konsep
budaya dan falsafah tersebut tidak bekerja menurut Karl Marx membuat
kehilangan taringnya, apalagi lenyap falsafah tersebut menemukan esensi yang
eksistensinya dalam hidup manusia itu lebih aplikatif dan dengan demikian
sendiri. semakin tajam dalam menghadapi kultur
dunia yang dikuasai dengan kapitalis dan
Kesimpulan budaya instan.
Etos kerja pada dasarnya
merupakan suatu karakter dalam dunia Daftar Pustaka
kerja. Etos kerja yang tinggi sangat
dibutuhkan dalam hidup manusia Arif, Syarif. Refilosofi Kebudayaan:
universal. Tak bisa dipungkiri bahwa etos Pergeseran Pascaskultural,
kerja yang tinggi menjadi tuntutan bagi Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
siapa pun dan di mana pun seseorang 2010.
bekerja. Etos kerja dan bekerja memiliki
Bakker, Anton. Antropologi Metafisik,
kaitan yang tak terpisahkan. Adanya
Yogyakarta: Kanisius, 2000.
kerja mengharuskan adanya etos kerja.
Sebagai suatu karakter, etos kerja Bani, Florianus E. “Filosofi Tmeup On
melekat dalam diri manusia yang hidup Ate, Tah On Usif: Meneropong
dalam dunia atau kebudayaan tertentu. etos Kerja Atoinmeto’ dari

46
Fuad Hasan, Op.Cit.17.

84
Agrindo Sandro Raioan, Mayolus Dimas Ismuputranto Bhatara Randa :
Etos Kerja Masyarakat Dawan dan Korelasinya dengan Konsep Kerja Menurut Karl Marx

Perspektif Ensiklik Laborem Surabaya: Sejahtera Mandiri,


Exercens” Jurnal STFK Ledalero, 2020.
(2020): 1. Raharsun, Johanis H., Makna Kerja
Dharmawan, Arya Adi. “Dinamika Menurut Karl Marx (Sebuah
Sosio-Ekologi Pedesaan” Jurnal Kajian dari Perspektif Filsafat
Sodality Vol. 1, No. 1 (2007): 6. Manusia), Jurnal Filsafat dan
Teologi Media, Vol. 2, No 1,
Hassan, Fuad. Renungan Budaya,
(2021): 124.
Jakarta: Balai Pustaka, 1991.
Riyanto, Armada. Menjadi-Mencintai,
Indrawan, Muhamad Isa. “Pengaruh
Etika Kerja, Pengalaman Kerja Yogyakarta: Kanisius, 2013.
Dan Budaya Kerja Terhadap Riyanto Armada. Relasionalitas: Filsafat
Prestasi Kerja Pegawai Fondasi Interpretasi Aku, Teks,
Kecamatan Binjai Selatan” Liyan, Fenomen, Yogyakarta:
Jurnal Abdi Ilmu Vol. 10 No.2 Kanisius, 2018.
(Desember 2017): 1853. Saleh, Abdul Rachman. Pengaruh
Kattsoff, Louis O. Pengantar Filsafat, Disiplin Kerja, Motivasi Kerja,
Yogyakarta: Tiara Wacana, 1992. Etos Kerja dan Lingkungan Kerja
terhadap Produktivitas Kerja
Koentjaraningrat, ed. Manusia dan
Karyawan bagian Produksi di PT.
Kebudayaan di Indonesia,
Inko Java Semarang, Jurnal STIE
Jakarta: Djambatan, 1980.
AMA, Vol. 11, No 1, (2018): 33.
Maria, Siti, dkk. Kepercayaan Komunitas
Sudhiarsa, Raymundus, ed. Belajar Bijak
Adat Suku Dawan, Depatemen
Dalam Perjumpaan Budaya,
Kebudayaan dan Pariwisata,
Malang: Widya Sasana, 2021.
2006.
Marx, Karl. Das Kapital: Kritik der
Politischen Oekonomie. Alih
bahasa oleh, Oey Hay Djoen,
Kapital: Sebuah Kritik Ekonomi
Politik, Buku I, Vol. I, Jakarta:
Hasta Mitra, 2007.
Neonbasu, Gregor, ed. Kebudayaan:
Sebuah Agenda (Pulau Timor dan
Sekitarnya), Jakarta: Gramedia,
2013.
Neonbasu, Gregor. Etnologi: Gerbang
Memahami Kosmos, Jakarta:
Pustaka Obor, 2021.
Neonbasu, Gregor, ed. Ekologi dan
Masyarakat: Kajian dan Refleksi
Atoin Meto di Timor, NTT,

85

Anda mungkin juga menyukai