Anda di halaman 1dari 12

Budaya akademik dan etos kerja

Budaya akademik
Budaya akademik adalah budaya universal. Artinya, dimiliki oleh setiap orang
yang melibatkan dirinya dalam aktivitas akademik. Diperlukan upaya sosialisasi
terhadap kegiatan akademik, sehingga terjadi kebiasaan di kalangan akademisi
untuk melakukan norma-norma kegiatan akademik tersebut. Pemilikan budaya
akademik ini seharusnya menjadi idola semua insan akademisi perguruaan tinggi,
yakni dosen dan mahasiswa
Dunia akademik
Pelajar/Mahasiswa yang terlibat dalam berbagai bidang studi dan keahlian
(disiplin ilmu).
Bernaung dibawah Institusi Educative (Perguruan Tinggi)
Memfokuskan diri pada kajian Ilmu, Penelitian, Penemuan dan sebagainya secara
ilmiah.
Untuk pengembangan ilmu baru dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat atau
Perguruan Tinggi yang mendorong mahasiswa melaksanakan Tridharma
Perguruan Tinggi (Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat).
Ciri-ciri Perkembangan
Budaya Akademik

penghargaan terhadap pendapat orang lain secara obyektif


pemikiran rasional dan kritis-analitis dengan tanggungjawab moral
kebiasaan membaca
penambahan ilmu dan wawasan
kebiasaan meneliti dan mengabdi kepada masyarakat
penulisan artikel, makalah, buku
diskusi ilmiah
proses belajar-mengajar, dan
manajemen perguruan tinggi yang baik
Islam tentang
budaya akademik

Hakekat manusia terletak pada amal atau eksistensi diri atau penciptaan
kebudayaan yang terus menerus untuk mencapai kesempurnaan dirinya
sebagai manusia (full human). Yang menghentikan proses penciptaan
kebudayaan ini hanya kalau dia meninggal. Amal, bereksistensi, atau
aktifitas budaya (penciptaan, pelestarian, perubahan, penyempurnaan,
pemantapan) merupakan kesatuan dari akal, qalbu, dan aksi budaya serta
kesadaran akan tujuannya. Tujuan seluruh aktifitas kebudayaan adalah
pelaksanaan perintah Tuhan.
Allah berfirman
Artinya :
“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku
Wujud penyembahan atau pengabdian manusia kepada Allah adalah
melaksanakan tugas sebagai khalifah, memakmurkan bumi, berlaku baik
terhadap alam semesta, sesama manusia, dan Allah. Penghambaan,
penyembahan, atau pengabdian itu sebenarnya bukan untuk menambahkan agar
Allah semakin agung, melainkan kepada manusia itu sendiri.
Etos kerja
Etos berarti watak atau karakter seorang individu atau kelompok
manusia yang berupa kehendak atau kemauan yang disertai
dengan semangat yang tinggi guna mewujudkan sesuatu
keinginan atau cita-cita. Etos kerja adalah refleksi dari sikap
hidup yang mendasar maka etos kerja pada dasarnya juga
merupakan cerminan dari pandangan hidup yang berorientasi
pada nilainilai yang berdimensi transenden.
Fungsi etos kerja

Etos kerja berfungsi sebagai alat penggerak tetap perbuatan dan kegiatan
individu. Menurut A. Tabrani Rusyan, fungsi etos kerja adalah: Pendorang
timbulnya perbuatan, Penggairah dalam aktivitas, Penggerak, seperti mesin
bagi mobil besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat lambatnya
suatu perbuatan.
Islam tentang etos kerja

Tanggung jawab terhadap kerja berarti kesiapan untuk bertanggung jawab di hadapan Allah karena
kerja adalah saksi bagi semua tindakan manusia. Dalam ushuluddin disebut-sebut perihal konsep
ma'ad atau qiyamah yang bila diterjemahkan dalam keseharian akan sangat mendukung sekali
terhadap profesionalisme dalam bekerja. Di sini konsep ma'ad atau qiyamah bukanlah suatu konsep
di langit-langit Platonik melainkan sesuatu yang hidup, membumi. Penghayatan yang mendalam
terhadap prinsip ma'ad akan berimplikasi positif dan konstruktif terhadap perkembangan kepribadian
kaum Muslim.
Enam Etos Kerja Menurut Islam (6 prinsip kerja seorang muslim)

1. Kerja adalah perwujudan rasa syukur atas rahmat dan nikmat Allah. QS.Saba’,34 : 13
“Bekerjalah untuk bersyukur kepada Allah, dan sedikit sekali dari hamba-hambaku yang
bersyukur”.
2. Kerja berorientasi hasil yang baik (hasanah) dunia dan akhirat. QS. Al-baqarah,2 : 202
“Mereka itulah orang-orang yang mendapat bagian dari apa yang mereka usahakan”.
3. Kerja berdasarkan realibility (kuat fisik dan mental) dan integrity (jujur, amanah).
Perpaduan emosional, intelektual dan spritual. QS.Al-Qashash, 28 : 26 “ Sesungguhnya oarng
yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”
4. Kerja berdasarkan semangat dan kerja keras
pantang menyerah. Pekerja keras tidak mengenal
kata gagal.
5. Kerja cerdas, memanfaatkan dan mengoptimalkan
SDM yang ada secara tepat (pengetahuan), terampil
dan terencana, akurat.
6. Kerja Ikhlas, merupakan amal dan ibadat yang perlu
dihayati, bukan sekedar membayar kewajiban atau
tanggung jawab (kesalehan individual dan komunal,
fastabiqul khairat).
THANKS!

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including


icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai