Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ismail

NIM : 2022001010

Prodi : PBSI

Tugas individu menyimak intensif

I: Ismail/pewawancara

S: Sukiyem/narasumber

Narasumber dan suaminya merupakan pedagang kelapa dan kelapa muda yang membeli
dagangannya dari warga Bantul. Setelah terkumpul jumlah yang diinginkan maka kelapa atau
kepapa muda tersebut dikirimkan kepada pedang kelapa atau pedagang es kelapa muda yang
berada di beberapa titik di Bantul dan dekat JokTeng.

Disini saya tidak menulis lengkap hasil wawancara dan hanya menulis hal yang menurut saya
penting, karena jika dimasukkan semua akan membuat laporan ini sangat panjang dan mebuat
saya pusing untuk menerjemahkannya kedalam bahasa Indonesia. Terlebih, saya terlambat untuk
mengumpulkan tugas dan asam lambung saya masih belum sembuh dari kemarin.

I: Selamat siang. Saya Ismail. Maaf, bolehkah saya tahu nama Anda?

S: Sukiyem, mas.

I: Kalau boleh tahu, ibu berjualan kelapa dan kelapa muda ini sejak tahun berapa ya bu?

S: dari 1999 sampai sekarang

I: Sebelum ibu berjualan kelapa dan kelapa muda ini apakah ibu ada pekerjaan lain?

S: sebelum jualan kelapa, dulu suami saya tengah malam pergi ke pasar pakai sepeda buat
kulakan buah (jeruk/rambutan) trs nanti sampai rumah kurang lebih jam 4 lalu tidur bentar
setelah itu pergi ke kota naik sepeda untuk jadi buruh tukang, jam 4 saya nimbang ulang buah
dan memilah ada yang busuk atau tidak kalau sudah selesai nanti siap-siap untuk ke pasar. Jam
10an kalau dagang masih ada dagangnya, maka dagang itu ‘diiderkan’ ke pantai Parangtritis,
Depok, Samas dan desa2. Kalau sudah sore, nanti cari ceplukan di sawah dengan kangkung yang
dicari di kali untuk dijual. Untuk kangkung biasanya nyisain dikit untuk lauk makan malam
nanti. Lalu pas tahun 1999 lapak saya di pasar diambil orang, jadi saya terpaksa menghabiskan
jualan dengan cara keliling. Setelah dagangan habis kami putuskan untuk berhenti dari pekerjaan
sebelumnya, dan keliling untuk membeli kelapa lalu menjualnya ke pengepul.

I: Pada saat itu ibu keliling untuk membeli kelapa itu menggunakan kendaraan apa ya bu?

S: masih pakai sepeda mas. Jadi kalau ‘krondo” penuh itu harus pulang dulu lalu balik untuk
ngelanjutkan atau keliling lagi.

I: apakah itu sudah mencari kelapa muda juga bu?

S: sudah mas. Tetapi degan (kelapa muda) yang sudah bisa diselumbat(dikupas) tidak pecah mas.
Biasanya untuk membuat wingko mas.

I: bagaimana reaksi pelanggan ibu yang dimintai ijin untuk dibeli kelapanya bu?

S: awalnya banyak yang nolak untuk menjual kelapanya, karena kok harga belinya kok murah
tidak sama seperti di pasar. Setelah dijelasin kalau saya ngambil untungnya hanya 500 perak
padahal manjat sendiri dan ngupas kelapa sendiri dan yangbjual kelapa dapat sepet kelapa(sabut
kelapa) dan belarak(pelepah kelapa) untuk kayu bakar maka saya diperbolehkan membeli mas.

I: lalu ibu mulai berbisnis kelapa muda yang kulitan itu mulai kapan bu?

S: kalau itu pas sudah punya motor mas, sekitar tahun 2002/2003. Kredit motor Yamaha 70
warna biru harga 1 juta. Pas sudah lunas(2004) terus motor suka rewel terus ganti mobil trontong
mas, tp karena rewel(suka mogok & paku pengunci ban mobi suka patah) akhirnya mobil dijual
untuk kredit motor Smash mas tahun 2005an. Pas pakai motor Yamaha 70 itu sehari bisa untuk
40-50 kelapa muda atau 80-100an kelapa, kalau campur sih kira2 50an kelapa sama 25an kelapa
muda. Kalau pas Smash sehari bisa 80an kelapa muda dan 150an kelapa, kalau campur 100
kelapa dan 50 kelapa muda. Itu masih bolak-balik ya mas, mulai jam 7 pagi pulang jam 5 sore.
Pas pakai mobil trontong itu bisa sama seperti pas motor Yamaha 70 tp bedanya kalau motor
bolak balik 3-5 kali sedangkan mobil trontong maksimal hanya 2 kali (selama tidak mogok).
Terus pas 2010 kredit mobil Suzuki Carry 1.0, itu sehari bisa untuk mencari 100 kelapa dan 100
degan. Dan sampai skrg Suzuki Carrynya masih dipakai.

I: sampai sekarang ibu masih menjual kelapa dan kelapa muda ke pengepul bu?

S: kalau kelapa mudah sekarang langsumg ke penjual mas. Tetapi setelah covid, kami harus
menunggu kalau ada pesanan mas, soalnya sekrang banyak saingannya mas.

I: saingannya itu darimana saja itu bu?

S: Dari Kulon Progo ada, Kebumen ada, dari Sumatra juga ada, dan masih bnayak lagi mas,
apalagi sistem mereka cuma titip barang dagangan dan hanya dengan bayar setengah jumlah
barang yang dijual kemarin bisa jadi langganannya mas. kalau saya tidak berani mas, soalnya
klau menggunakan sistem meraka sama saja tombok dulu untuk mendapatkan pembeli, tetapi
pada praktiknya kalau barang sudah ditangan penjual es dan uang belum dikasih ke kita sih
biasanya dibawa kabur mas. Soalnya saya sudah berapa kali ketipu mas. apalagi sekarang dagang
juga rebutan mas. Sekarang maksmal sehari cuma bisa membeli 50an kelapa muda mas, padahal
saya sudah ijin duluan untuk membeli kelapa mudanya tapi yang ngambil bisa orang lain dan itu
saja pemiliknya tidak tahu lho mas, entah diutang dulu atau dititip tetangga lahan pemilik kelapa
saya juga tidak tahu.

I: apa yang membedakan ibu dengan kompetitor?

S: kalau saya ijin dulu kepemiliknya(minimal sms, wa atau telepon) sebelum saya petik/kerek
kelapa/kelapa mudanya kecuali pemiliknya sudah bilang kalau tidak perlu ijin kepemilik, selama
ada kelapa/kelapa mudanya dipetik saja. Jadi kalau beli di tempat saya bisa jamin Halal. Dan
biasnya saya nyari kelapa atau kelapa mudanya mendadak kecuali pemesan minta disiapin dulu.

I: Terima kasih banyak atas kesempatan untuk wawancara ini dan waktu yang Anda luangkan.
Semoga usaha Anda terus berkembang dan semoga kita bisa berhubungan lagi di masa depan.

S: Sama-sama mas
Sebenarnya masih banyak pertanyaan yang ingin saya tanyakan tetapi karena kondisi badan saya
kurang sehat, sehingga saya memutuskan untuk mengakhiri wawancara sampai disini. Bila
terdapat banyak kekurang saya mohon maaf yang sedalam-dalamnya. Terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai