Anda di halaman 1dari 2

Nama : Erna Audina

NIM : 30902100077
Kelas : A

Soal

Tugas Islam disiplin ilmu

Sperma seorang suami yang disimpan pada bank Sperma dan sesudah suaminya meninggal, istrinya
ingin mempunyai anak lagi. Sperma (cadangan) itu disuntikkan ke dalam rahim wanita itu. Bagaimana
hukumnya mengenai hal ini. Berikan jawaban dengan dilengkapi landasan normatif dan yuridis?

Jawab

Menurut hukum Islam, praktik penggunaan sperma suami yang disimpan di bank sperma untuk tujuan
reproduksi setelah kematian suami adalah diperbolehkan, dengan beberapa syarat dan ketentuan.

Secara normatif, praktik penggunaan sperma suami yang disimpan di bank sperma untuk tujuan
reproduksi setelah kematian suami dapat diatur oleh undang-undang atau peraturan-peraturan yang
mengatur tentang reproduksi manusia dan kesehatan reproduksi, baik itu di tingkat nasional maupun
internasional.

Pada tingkat nasional, di Indonesia, praktik ini diatur dalam Undang-Undang Reproduksi

Manusia dan Kesehatan Reproduksi (UU No. 36 Tahun 2009) dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 49
Tahun 2014 tentang Pelaksanaan UU Reproduksi Manusia dan Kesehatan Reproduksi.

Sementara itu, pada tingkat internasional, praktik penggunaan sperma suami yang disimpan di bank
sperma setelah suami meninggal diatur oleh beberapa konvensi internasional yang berkaitan dengan
hak asasi manusia, seperti Konvensi tentang Hak-Hak Anak (Convention on the Rights of the Child) dan
Konvensi tentang Hak-Hak Perempuan (Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination
against Women).

Dalam hal ini, praktik reproduksi menggunakan sperma suami yang disimpan di bank sperma harus
memenuhi standar dan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan dalam undang-undang atau peraturan-
peraturan yang berlaku, serta tidak bertentangan dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip hak asasi
manusia.

Secara yuridis, di Indonesia, praktik reproduksi menggunakan sperma suami yang disimpan di bank
sperma setelah kematian suami diatur dalam Undang-Undang Reproduksi Manusia dan Kesehatan
Reproduksi (UU No. 36 Tahun 2009) dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 49 Tahun 2014 tentang
Pelaksanaan UU Reproduksi Manusia dan Kesehatan Reproduksi.

Pasal 55 ayat (2) UU Reproduksi Manusia dan Kesehatan Reproduksi menyatakan bahwa "pengambilan,
penyimpanan, dan penggunaan sperma atau sel telur pasangan yang sudah meninggal hanya dapat
dilakukan apabila pasangan tersebut telah memberikan persetujuan tertulis sebelum meninggal dunia."
Sementara itu, Pasal 22 ayat (1) PP Pelaksanaan UU Reproduksi Manusia dan Kesehatan Reproduksi
menjelaskan bahwa "penggunaan sperma atau sel telur yang disimpan dalam bank sperma atau bank sel
telur untuk tujuan reproduksi manusia hanya dapat dilakukan apabila pihak yang bersangkutan
memberikan persetujuan tertulis."

Dalam hal ini, penggunaan sperma suami yang disimpan di bank sperma setelah suami meninggal hanya
dapat dilakukan jika persyaratan persetujuan tertulis sudah terpenuhi dan prosedur medis dilakukan
dengan benar oleh tenaga medis yang terlatih dan dalam pengawasan dokter yang berwenang, sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai