Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH ETIKOLEGAL

HUKUM DAN UNDANG-UNDANG

DOSEN PENGAMPU : RULLY HEVRIALNI SST. M. Keb. MH

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK 5

- TIOMA ULI P.H.S


- NASA ALDILA
- AMALLYA KARTIKA
- QANITA SANI
- NURUL FAJRINA SALMA
- HAYATUN SA’DIAH
- YASMIN PUTRI TSABITAH
- NAWADA AQILAH ARIFIN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU


JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha atas rahmat dan karunia-Nya yang
telah di limpahkan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah etikolegal.

Dalam makalah ini kami membahas materi tentang “hukum dan undang-undang” . dalam
kesempatan ini terima kasih kami ucapkan kepada ibu Rully Hevrialni SST. M. Keb. MH. Selaku
dosen pengajar dengan mata kuliah Etikolegal yang telah memberikan tugas ini kepada kami
sehingga wawasan dan pengetahuan kami bertambah.

Bagi kami sebagai penyusun merasa banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 23 Agustus 2023

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................................iii

A. ADOPSI.................................................................................................................................. 1

B. BANK ASI.............................................................................................................................. 1

C. ABORSI.................................................................................................................................. 2

D. BAYI TABUNG..................................................................................................................... 3

E. SIRKUMSISI......................................................................................................................... 3

PENUTUP.........................................................................................................................................5
1.1Kesimpulan.....................................................
.....................................................................5

3
A. ADOPSI

Berikut adalah lima undang-undang Indonesia yang terkait dengan adopsi:


1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak: Undang-undang ini
mengatur tentang perlindungan anak, termasuk adopsi. Pasal 42 hingga 50 dalam undang-
undang ini mengatur mengenai adopsi, termasuk persyaratan, prosedur, dan hak-hak yang
terkait dengan adopsi.
2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak: Undang-undang ini merupakan perubahan dari
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 dan mengatur tentang perlindungan anak, termasuk
adopsi.
3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Administrasi Kependudukan: Undang-undang
ini mengatur tentang administrasi kependudukan, termasuk pencatatan adopsi dan pengesahan
anak yang diadopsi.
4. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan: Undang-undang ini merupakan perubahan
dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 dan mengatur tentang administrasi
kependudukan, termasuk pencatatan adopsi dan pengesahan anak yang diadopsi.
5. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan: Undang-undang ini merupakan perubahan
dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 dan mengatur tentang administrasi
kependudukan, termasuk pencatatan adopsi dan pengesahan anak yang diadopsi.

Harap dicatat bahwa undang-undang dapat mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Oleh
karena itu, penting untuk selalu merujuk pada undang-undang terkini dan berkonsultasi dengan
pakar hukum yang berkompeten dalam hal adopsi di Indonesia.

B. BANK ASI

Di Indonesia, tidak ada undang-undang yang secara khusus mengatur tentang “bank ASI”
sebagai lembaga keuangan. Namun, terdapat beberapa undang-undang yang terkait dengan
pemberian ASI dan perlindungan hak-hak ibu menyusui. Berikut adalah beberapa undang-undang
yang relevan:

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan: Undang-undang ini mengatur


tentang kesehatan, termasuk pemberian ASI eksklusif dan perlindungan hak-hak ibu
menyusui.

1
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan: Undang-undang ini juga mengatur
tentang kesehatan, termasuk pemberian ASI eksklusif dan perlindungan hak-hak ibu
menyusui.

3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan: Undang-undang ini


mengatur tentang ketenagakerjaan, termasuk perlindungan hak-hak ibu menyusui di tempat
kerja.
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan: Undang-undang ini
mengatur tentang tenaga kesehatan, termasuk perlindungan hak-hak ibu menyusui dan promosi
pemberian ASI eksklusif.
5. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia: Undang-undang ini
mengatur tentang hak asasi manusia, termasuk hak-hak ibu menyusui dan perlindungan
terhadap anak.

Meskipun tidak ada undang-undang yang secara khusus mengatur tentang “bank ASI”,
pemerintah Indonesia telah mendorong pendirian bank ASI sebagai upaya untuk meningkatkan
akses terhadap ASI bagi bayi yang membutuhkan. Namun, regulasi terkait bank ASI masih dalam
tahap pengembangan dan belum diatur secara khusus dalam undang-undang.

C. ABORSI

Berikut adalah lima undang-undang Indonesia yang terkait dengan aborsi:


1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengatur
tentang hak reproduksi perempuan, namun tidak secara spesifik membahas tentang aborsi.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan mengatur
mengenai kewenangan dan tanggung jawab pemerintah dalam bidang kesehatan, tetapi
tidak secara spesifik membahas tentang aborsi.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
mengatur mengenai perlindungan dan pemenuhan hak-hak sosial, termasuk hak kesehatan
reproduksi. Namun, undang-undang ini tidak menjelaskan secara rinci tentang aborsi.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak
mengatur tentang hak-hak anak, termasuk hak hidup dan perlindungan terhadap tindakan
yang merugikan anak, termasuk aborsi yang tidak sah terhadap anak yang sedang
dikandung.
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga mengatur mengenai kebijakan dan program
pembangunan keluarga. Namun, undang-undang ini juga tidak secara khusus membahas
tentang aborsi.

Dalam konteks Indonesia, aborsi ilegal dan hanya diizinkan dalam keadaan tertentu seperti
untuk menyelamatkan nyawa ibu atau dalam kasus pemerkosaan, dan itu pun harus dilakukan

2
dengan izin dari otoritas medis yang berwenang. Pembatasan aborsi di Indonesia diatur oleh
Peraturan Pemerintah dan peraturan kesehatan yang lebih rinci.

D. BAYI TABUNG

Berikut adalah lima undang-undang Indonesia yang terkait dengan bayi tabung:
1. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Pasal 63): Undang-undang ini
mengatur mengenai reproduksi manusia, termasuk prosedur dan pengaturan terkait bayi
tabung atau teknologi reproduksi, serta etika yang berkaitan dengan bidang tersebut.
2. Undang-Undang No. 16 Tahun 2019 tentang Kesehatan Reproduksi (Pasal 5): Undang-
undang ini mengatur mengenai hak dan kewajiban pasangan suami istri dalam
mendapatkan layanan kesehatan reproduksi, termasuk akses terhadap teknologi reproduksi
seperti bayi tabung.
3. Undang-Undang No. 13 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Pasal 96): Undang-undang ini
memberikan wewenang kepada menteri untuk mengatur teknik pergeseran atau
pemindahan embrio atau gamet manusia.
4. Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan (Pasal 101): Peraturan pemerintah ini memuat tentang
teknis pelaksanaan dalam bidang kesehatan, termasuk aspek teknis terkait bayi tabung.
5. Ketentuan Kode Etik Kedokteran Indonesia: Kode Etik Kedokteran Indonesia mengatur
prinsip-prinsip etika yang harus diikuti oleh dokter, termasuk juga dalam melakukan
prosedur teknologi reproduksi seperti bayi tabung. Meskipun bukan undang-undang, kode
etik ini memberikan orientasi bagi praktisi medis yang terlibat dalam proses bayi tabung.

Harap diingat bahwa undang-undang ini mungkin mengalami perubahan seiring waktu, jadi
selalu penting untuk memastikan memeriksa undang-undang dan peraturan terkini yang
berlaku.

E. SIRKUMSISI

Berikut adalah lima undang-undang Indonesia yang terkait dengan sirkumsisi:


1. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Pasal 100): Undang-undang ini
membahas tentang kewenangan menteri dalam mengatur teknik sirkumsisi dan persyaratan
pelaksanaannya.
2. Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Keputusan Presiden
Nomor 89 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pembinaan dan Bimbingan Kesehatan
Personal Hygiene, Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan Kerja: Keputusan presiden ini
mencakup aspek kebijakan dalam pelaksanaan sirkumsisi yang berkaitan dengan kesehatan
personal dan sanitasi.

3
3. Undang-Undang No. 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak (Pasal 11): Undang-
undang ini mengatur perlindungan anak, termasuk dalam konteks sirkumsisi. Undang-
undang ini menetapkan bahwa setiap anak berhak dilindungi dari perlakuan yang
merugikan, termasuk dalam prosedur medis seperti sirkumsisi.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147/Menkes/Per/I/2010 tentang Penyelenggaraan
Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Seksual (Pasal 15): Peraturan menteri
ini mengatur mengenai pelayanan sirkumsisi dan penyuluhan terkait penyakit menular
seksual (PMS), yang dapat menjadi alasan dibalik pelaksanaan sirkumsisi.
5. Ketentuan Kode Etik Kedokteran Indonesia: Kode Etik Kedokteran Indonesia mengatur
prinsip-prinsip etika yang harus diikuti oleh dokter, termasuk dalam menjalankan prosedur
sirkumsisi. Meskipun bukan undang-undang, kode etik ini memberikan orientasi bagi
praktisi medis yang terlibat dalam proses sirkumsisi.

Perlu diketahui bahwa undang-undang ini mungkin mengalami perubahan seiring waktu.
Oleh karena itu, penting untuk selalu memperbarui dan memeriksa undang-undang dan
peraturan yang terkait saat ini.

4
PENUTUP
Kesimpulan
 Adopsi: Di bawah undang-undang ini, adopsi diatur sebagai upaya terakhir untuk
melindungi dan memenuhi hak-hak anak yang tidak memiliki orang tua atau tidak
dapat hidup bersama dengan orang tua mereka.
 Bank ASI: Undang-Undang ini memungkinkan pembentukan Bank ASI sebagai
lembaga yang bertanggung jawab mengumpulkan, menyimpan, dan memproses ASI
didonorkan yang kemudian akan didistribusikan kepada bayi yang membutuhkan.
 Aborsi: Aborsi dapat diizinkan dalam keadaan darurat medis yang mengancam nyawa
ibu hamil, atau jika kehamilan adalah hasil pemerkosaan yang telah dilaporkan atau
terdokumentasi dengan benar.
 Bayi Tabung: Sebagai suatu kepentingan hukum permasalahan bayi tabung dengan
cara sewa rahim perlu diakomodasi dari sudut pandang kepentingan pasangan yang
ingin mempunyai keturunan dan sudut pemanfaatan perkembangan teknologi dari
sudut pragmatisnya selain dari sudut idiilnya, sehingga pembukaan katup terhadap
perkembangan teknologi tersebut kiranya dapat diakomodasi dalam konsep suatu
pengecualian dengan persyaratan tertentu yang bersifat ketat, dengan harapan
keseimbangan berbagai kepentingan dapat diraih harmonisasinya.
 Sirkumsisi:Dalam praktiknya, sirkumsisi di Indonesia umumnya dilakukan berdasarkan
faktor agama, budaya, dan kebiasaan masyarakat. Hal ini umumnya dilakukan dalam
konteks agama Islam dan oleh kelompok etnis tertentu. Namun, penting untuk diingat
bahwa sirkumsisi harus dilakukan oleh tenaga medis yang berkompeten dan dalam
lingkungan yang steril untuk memastikan keselamatan dan kesehatan individu yang
menjalani prosedur tersebut.

Anda mungkin juga menyukai