lebih kecil. Untuk tujuan : 1. Menyesuaikan ukuran dan bentuk untuk proses selanjutnya di suatu unit operasi. 2. Menyesuaikan ukuran dan bentuk (morfologi) produk yang dikehendaki, karena akan berpengaruh terhadap unjuk kerjanya, penyimpanannya, penanganan dan pengangkutannya dan lain-lain. Cara Kominusi Zat Padat 1. Kompresi (penekanan) — compression Biasanya untuk reduksi partikel yang keras dan kasar, menjadi beberapa partikel kecil. Contoh: pemecah kacang (nutcracker,) 2. Impak (pembenturan) — impaction Dipakai untuk mereduksi partikel yang keras, menjadi partiket-partikel berukuran lebih kecil sampai partikel halus. Contoh: palu (hammer) 3. Atrisi (penggerusan/gesekan) — attrition or rubbing Umunya dipakai untuk menghaluskan partikel-partikel lunak dan non- abrasive. Contoh: penggerus. 4. Pemotongan — cutting Digunakan untuk memotong partikel (biasanya berbentuk lempeng/lembaran) sehingga berukuran lebih kecil atau mempunyai bentuk tertentu. Umumnya tidak menghasilkan partikel-partikel yang Iembut/halus. Contoh: gunting • Kriteria Alat Kominusi: Kriteria ideal untuk alat-alat kominusi secara umum adalah sebagai berikut: 1. Mempunyai kapasitas yang besar/fleksibel — bisa disesuaikan 2. Konsumsi energi kecil per satuan produk yang dihasilkan 3. Menghasilkan produk sesuai dengan spesifikasi (umumnya: berukuran tertentu dan seseragam mungkin). • Alat-alat kominusi, secara umum dapat dibedakan menjadi : 1. Crusher (penghancur/peremuk) 2. Grinder (penggerus) 3. Ultrafine grinders (penggerus sangat lembut) 4. Cutting machines (pemotong) Crusher pada umumnya digunakan untuk memecahkan bongkahan partikel besar menjadi bongkahan kecil. Crusher primer (primary crusher) banyak digunakan pada pemecahan bahan-bahan tambang dan ukuran besar menjadi ukuran antara 6 -10 in (150-250 mm). Crusher sekunder (secondary crusher) akan meneruskan kerja crusher primer, yaitu menghancurkan partikel padatan hasil crusher primer menjadi berukuran sekitar ¼ in (6 mm). Selanjutnya grinder menghaluskan partikel-partikel keluaran crusher sekunder. Produk grinder antara (intermediate grinder) berukuran sekitar 40 mesh. Penghalusan sampai ukuran sekitar 200 mesh dilakukan oleh grinder halus (fine grindei). Ukuran partikel yang Iebih halus (antara 1-50 mm) dapat diperoleh dengan ultrafine grinder. Cutter umumnya didesain untuk memberikan bentuk dan ukuran partikel tertentu, yaitu dengan panjang antara 2-10 mm. Jenis-jenis pokok dan alat kominusi adalah sebagai berikut: A. Crushers(kasar dan halus). Mekanisme penghancuran dilakukan dengan cara penekanan (compression). Ada beberapa jenis, diantaranya: 1. Jawcrushers(dan berbagai modiflkasinya). 2. Gyratoly crusher (dan berbagai jenis/modifikasinya). 3. Crushing Rolls (mesin penggilas): toothed rolldan smooth-roll crusher. B. Grinders (intermediate dan fine). Mekanisme kominusi dilakukan dengan cara pembenturan/pemukulan (impact dan atrisi (gesekan antar partikel). Beberapa jenis grinder diantaranya: 1. Hammer Mills, Impactor 2. Rolllng-compression mills, diantaranya: (a). Bowl Mills, (b). Roller Mills. 3. Attrition Mills 4. Tumbling Mills, diantaranya: (a). Rod-Mills, (b). Ball-Mills, Pebble Mills, (c).Tube Mills, Compartment Mills. C. Ulltrafine Grinder, diantaranya: 1. Hammer Mills, dilengkapi dengan alat klasiflkasi internal 2. fluid-energy mills 3. Agitated Mills D. Cutting machines, diantananya: 1. Pemotong pisau (Knife cuttet) 2. Penyayat (Dicers) 3. Slitters Estimasi Energi : Pendekatan Empiris SCREENING (PENGAYAKAN) Tujuan Pengayaan SCREENING (PENGAYAKAN) • Pengayakan merupakan metode pemisahan dan klasifikasi partikel semata-mata hanya berdasarkan ukurannya. Menggunakan screen shaker. • Untuk pengayakan menggunakan ayakan ukuran tunggal, dikenal dua macam produk yaitu: (a). Undersize atau fine, yaitu produk yang lolos lubang ayakan, dan (b). Oversize atau tails, yaitu produk yang tertahan oleh ayakan. • Untuk pengayakan menggunakan dua jenis ayakan, akan diperoleh dua tiga macam ukuran produk, yaitu: (a). Undersize (b). On-size, dan (c). Oversize. • Hasil ayak sampel padatan menggunakan set ayakan berukuran 0.25 in, 0.125 in dan 0.0625 in:
• Cara pelaporan yang kedua. Diameter rata-rata partikel pada
umumnya diukur berdasarkan rata-rata aritmatik ukuran aperture/lubang ayakan. Misal: Diameter rata-rata partikel -0.25 +0.125 in adalah 1⁄2(0.25+0.125) in = 0.1875 in. • Misal: Fraksi massa yang lolos ayakan 10 mesh tetapi tertahan ayakan 14 mesh adalah 0.425. Penulisan yang lengkap akan berbentuk: Diameter partikel rata-rata (Dpw) dirumuskan dengan persamaan : Harga Dpw = ∑Xi . Dp Mean Xi = Fraksi massa Dp Mean =Diameter rata-rata antar ayakan Fraksi kumulatif = 1 – Xi (1) LATIHAN • Grafik skala log digunakan untuk memprediksi distribusi ukuran partikel kecil yang lolos ayakan terkecil. • Misalnya di laboratorium hanya tersedia ayakan terkecil 200 mesh, dan ternyata ada partikel yang lolos 200 mesh dengan total fraksi 0,2. Tentu saja, ukuran partikel yang lolos 200 mesh ini tidak seragam. Bagaimanakah distribusi ukuran yang lolos 200 mesh ini? • Distribusi ukuran partikel yang lolos 200 mesh ini diprediksi dengan cara ekstrapolasi grafik yang disusun berdasarkan data yang diperoleh sebelumnya. Contoh seperti gambar sbb.: NERACA MASSA
• Fraksi massa bahan B (yaitu bahan dengan ukuran yang diinginkan/
undersize product pada umpan, oversize dan undersize streams masing-masing adalah: (1- XF), (1- XD) dan (1- XB). • Neraca massa padatan total : F = D + B
• Neraca massa bahan A : F xF = D xD + B xB
• Kombinasi dua persamaan diatas dan substitusikan dengan
persamaan neraca bahan B memberikan: Efisiensi Pengayakan (1) • Efisiensi ayakan (atau sering disebut sebagai efektivitas ayakan) merupakan ukuran kesuksesan ayakan dalam memisahkan bahan berukuran A dengan bahan berukuran B. Jika ayakan bekerja sempurna, maka semua bahan A akan berada pada oversize, sedangkan semua B ada dalam undersize (clear-cut separation). • Efisiensi ayakan didefinisikan sebagai perbandingan bahan A yang ada pada overflow terhadap bahan A pada umpan. Jumlah ini masing-masing adalah D.xD dan F.xF. Sehingga,
• dimana EA adalah efisiensi ayakan berdasarkan pada produk
oversize. • Dengan cara yang sama dapat didefinisikan efisiensi berbasis B: Efisiensi Pengayakan (2) • Efisiensi keseluruhan (overall effectiveness) dari ayakan didefinisikan sebagai kombinasi dari dua efisiensi diatas:
• Substitusi rasio (D/F) dan (B/F) dengan persamaan diatas,