Anda di halaman 1dari 30

PEMISAHAN SECARA

MEKANIS
Feed Preparation
Pengecilan Ukuran/Kominusi (Size Reduction)
“Unit Operation Handbook”, McCabe & Thiele

Proses untuk merubah ukuran bahan menjadi


lebih kecil.
Untuk tujuan :
1. Menyesuaikan ukuran dan bentuk untuk
proses selanjutnya di suatu unit operasi.
2. Menyesuaikan ukuran dan bentuk
(morfologi) produk yang dikehendaki, karena
akan berpengaruh terhadap unjuk kerjanya,
penyimpanannya, penanganan dan
pengangkutannya dan lain-lain.
Cara Kominusi Zat Padat
1. Kompresi (penekanan) — compression
Biasanya untuk reduksi partikel yang keras dan kasar, menjadi beberapa
partikel kecil.
Contoh: pemecah kacang (nutcracker,)
2. Impak (pembenturan) — impaction
Dipakai untuk mereduksi partikel yang keras, menjadi partiket-partikel
berukuran lebih kecil sampai partikel halus. Contoh: palu (hammer)
3. Atrisi (penggerusan/gesekan) — attrition or rubbing
Umunya dipakai untuk menghaluskan partikel-partikel lunak dan non-
abrasive. Contoh: penggerus.
4. Pemotongan — cutting
Digunakan untuk memotong partikel (biasanya berbentuk
lempeng/lembaran) sehingga berukuran lebih kecil atau mempunyai
bentuk tertentu. Umumnya tidak menghasilkan partikel-partikel yang
Iembut/halus. Contoh: gunting
• Kriteria Alat Kominusi:
Kriteria ideal untuk alat-alat kominusi secara umum adalah
sebagai berikut:
1. Mempunyai kapasitas yang besar/fleksibel — bisa
disesuaikan
2. Konsumsi energi kecil per satuan produk yang dihasilkan
3. Menghasilkan produk sesuai dengan spesifikasi
(umumnya: berukuran tertentu dan seseragam mungkin).
• Alat-alat kominusi, secara umum dapat dibedakan menjadi :
1. Crusher (penghancur/peremuk)
2. Grinder (penggerus)
3. Ultrafine grinders (penggerus sangat lembut)
4. Cutting machines (pemotong)
Crusher pada umumnya digunakan untuk memecahkan
bongkahan partikel besar menjadi bongkahan kecil. Crusher
primer (primary crusher) banyak digunakan pada pemecahan
bahan-bahan tambang dan ukuran besar menjadi ukuran
antara 6 -10 in (150-250 mm). Crusher sekunder (secondary
crusher) akan meneruskan kerja crusher primer, yaitu
menghancurkan partikel padatan hasil crusher primer menjadi
berukuran sekitar ¼ in (6 mm).
Selanjutnya grinder menghaluskan partikel-partikel keluaran
crusher sekunder. Produk grinder antara (intermediate grinder)
berukuran sekitar 40 mesh. Penghalusan sampai ukuran sekitar
200 mesh dilakukan oleh grinder halus (fine grindei).
Ukuran partikel yang Iebih halus (antara 1-50 mm) dapat
diperoleh dengan ultrafine grinder.
Cutter umumnya didesain untuk memberikan bentuk dan
ukuran partikel tertentu, yaitu dengan panjang antara 2-10 mm.
Jenis-jenis pokok dan alat kominusi adalah sebagai berikut:
A. Crushers(kasar dan halus).
Mekanisme penghancuran dilakukan dengan cara penekanan (compression).
Ada beberapa jenis, diantaranya:
1. Jawcrushers(dan berbagai modiflkasinya).
2. Gyratoly crusher (dan berbagai jenis/modifikasinya).
3. Crushing Rolls (mesin penggilas): toothed rolldan smooth-roll crusher.
B. Grinders (intermediate dan fine).
Mekanisme kominusi dilakukan dengan cara pembenturan/pemukulan (impact dan atrisi (gesekan antar
partikel). Beberapa jenis grinder diantaranya:
1. Hammer Mills, Impactor
2. Rolllng-compression mills, diantaranya: (a). Bowl Mills, (b). Roller Mills.
3. Attrition Mills
4. Tumbling Mills, diantaranya: (a). Rod-Mills, (b). Ball-Mills, Pebble Mills, (c).Tube Mills, Compartment
Mills.
C. Ulltrafine Grinder, diantaranya:
1. Hammer Mills, dilengkapi dengan alat klasiflkasi internal
2. fluid-energy mills
3. Agitated Mills
D. Cutting machines, diantananya:
1. Pemotong pisau (Knife cuttet)
2. Penyayat (Dicers)
3. Slitters
Estimasi Energi : Pendekatan Empiris
SCREENING (PENGAYAKAN)
Tujuan Pengayaan
SCREENING (PENGAYAKAN)
• Pengayakan merupakan metode pemisahan dan klasifikasi partikel semata-mata
hanya berdasarkan ukurannya. Menggunakan screen shaker.
• Untuk pengayakan menggunakan ayakan ukuran tunggal, dikenal dua macam produk
yaitu: (a). Undersize atau fine, yaitu produk yang lolos lubang ayakan, dan (b).
Oversize atau tails, yaitu produk yang tertahan oleh ayakan.
• Untuk pengayakan menggunakan dua jenis ayakan, akan diperoleh dua tiga macam
ukuran produk, yaitu: (a). Undersize (b). On-size, dan (c). Oversize.
• Hasil ayak sampel padatan menggunakan set ayakan berukuran
0.25 in, 0.125 in dan 0.0625 in:

• Cara pelaporan yang kedua. Diameter rata-rata partikel pada


umumnya diukur berdasarkan rata-rata aritmatik ukuran
aperture/lubang ayakan.
Misal:
Diameter rata-rata partikel -0.25 +0.125 in adalah 1⁄2(0.25+0.125) in =
0.1875 in.
• Misal:
Fraksi massa yang lolos ayakan 10 mesh tetapi tertahan ayakan 14
mesh adalah 0.425.
Penulisan yang lengkap akan berbentuk:
Diameter partikel rata-rata (Dpw) dirumuskan dengan persamaan :
Harga Dpw = ∑Xi . Dp Mean
Xi = Fraksi massa
Dp Mean =Diameter rata-rata antar ayakan
Fraksi kumulatif = 1 – Xi (1)
LATIHAN
• Grafik skala log digunakan untuk memprediksi
distribusi ukuran partikel kecil yang lolos ayakan
terkecil.
• Misalnya di laboratorium hanya tersedia ayakan
terkecil 200 mesh, dan ternyata ada partikel
yang lolos 200 mesh dengan total fraksi 0,2.
Tentu saja, ukuran partikel yang lolos 200 mesh
ini tidak seragam. Bagaimanakah distribusi
ukuran yang lolos 200 mesh ini?
• Distribusi ukuran partikel yang lolos 200 mesh
ini diprediksi dengan cara ekstrapolasi grafik
yang disusun berdasarkan data yang diperoleh
sebelumnya. Contoh seperti gambar sbb.:
NERACA MASSA

• Fraksi massa bahan B (yaitu bahan dengan ukuran yang diinginkan/


undersize product pada umpan, oversize dan undersize streams
masing-masing adalah: (1- XF), (1- XD) dan (1- XB).
• Neraca massa padatan total : F = D + B

• Neraca massa bahan A : F xF = D xD + B xB

• Kombinasi dua persamaan diatas dan substitusikan dengan


persamaan neraca bahan B memberikan:
Efisiensi Pengayakan (1)
• Efisiensi ayakan (atau sering disebut sebagai efektivitas ayakan)
merupakan ukuran kesuksesan ayakan dalam memisahkan bahan
berukuran A dengan bahan berukuran B. Jika ayakan bekerja
sempurna, maka semua bahan A akan berada pada oversize,
sedangkan semua B ada dalam undersize (clear-cut separation).
• Efisiensi ayakan didefinisikan sebagai perbandingan bahan A yang
ada pada overflow terhadap bahan A pada umpan. Jumlah ini
masing-masing adalah D.xD dan F.xF. Sehingga,

• dimana EA adalah efisiensi ayakan berdasarkan pada produk


oversize.
• Dengan cara yang sama dapat didefinisikan efisiensi berbasis B:
Efisiensi Pengayakan (2)
• Efisiensi keseluruhan (overall effectiveness) dari ayakan
didefinisikan sebagai kombinasi dari dua efisiensi diatas:

• Substitusi rasio (D/F) dan (B/F) dengan persamaan diatas,


memberikan:

Anda mungkin juga menyukai