Abstrak
Setiap generasi memiliki karakteristiknya masing-masing, begitu juga dengan
Gen-Z. Penelitian ini bertujuan untuk melihat implementasi dari Mabadi Khaira Ummah
sebagai pendidikan karakter untuk Gen-Z melalui organisasi IPNU/IPPNU desa
Tlogosari, Donomulyo. Latar belakang penelitian ini adalah adanya fakta bahwa Gen-Z
yang ikut dalam IPNU/IPPNU lebih terjaga dari perilaku menyimpang. Disesuaikan
dengan judul, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan
pendekatan studi kasus. Selanjutnya, penelitian ini menggunakan wawancara, observasi
dan studi dokumenter untuk pengumpulan datanya.
Pada tahap akhir penelitian ini, didapatkan bahwa: 1. Karakteristik Gen-Z di desa
Tlogosari terbagi menjadi 2, yakni karakter positif seperti mudah diarahkan, menyukai
tantangan, dan menghormati guru. Sedang untuk karakter negatif seperti mudah terbawa
arus pergaulan, overuse gadget, FoMO, dan mager. 2. Dalam implementasi Mabadi
Khaira Ummah ada 3 model, yakni dilakukan di kegiatan organisasi IPNU/IPPNU,
dilakukan di sekolah dan dilakukan di kegiatan organisasi dan sekolah. 3. Faktor
pendukung implementasi ini yang meliputi orang tua, sregep ngaji, lingkungan yang baik
dan tantangan. Sedang untuk faktor penghambat meliputi keluarga, gedget, kesulitan
bersosialisasi, dan kurikulum.
Kata Kunci: Mabadi Khaira Ummah, Gen-Z, Pendidikan Karakter dan
IPNU/IPPNU
Abstract
Each generation has its own characteristics, so does Gen-Z. This study aims to see
the implementation of Mabadi Khaira Ummah as character education for Gen-Z through
the IPNU/IPPNU organization in Tlogosari village, Donomulyo. The background of this
research is the fact that Gen-Z who participate in IPNU/IPPNU are more protected from
deviant behavior. According to the title, this research is a qualitative using a case study
approach. Furthermore, this study uses interviews, observation and documentary studies
for data collection.
At the final stage of this study, it was found that: 1. The characteristics of Gen-Z
in Tlogosari village are divided into 2, namely positive characters such as being easily
directed, liking challenges, and respecting teachers. As for negative characters such as
being easily carried away by association, overuse of gadgets, FoMO, and mager. 2. In the
implementation of Mabadi Khaira Ummah there are 3 models, which are carried out in
IPNU/IPPNU organizational activities, carried out in schools and carried out in
organizational and school activities. 3. Factors supporting this implementation include
parents, good recitation, good environment and challenges. As for the inhibiting factors
include family, gadgets, social difficulties, and curriculum.
Keywords: Mabadi Khaira Ummah, Gen-Z, Character Education and
IPNU/IPPNU
1
Pendahuluan
Berbicara mengenai pendidikan karakter, secara tidak langsung juga berbicara
tentang perilaku menyimpang. Berdasarkan data lapangan, banyak sekali jenis
penyimpangan yang dilakukan oleh generasi-generasi muda kita. Berdasarkan data yang
diperoleh dari Indonesia Drug’s Report 2021 yang diterbitkan BNN, sebaran tingkat
pendidikan tersangka yang terkait dengan kasus narkoba terbanyak ada di tingkat SLTA,
terdapat 32.790 kasus.1 Kemudian terdapat juga data terkait perilaku seks bebas, dimana
dari rentang usia 15-24 tahun, sebanyak 2% wanita dan 8% laki-laki mengaku sudah
melakukan seks pranikah, dan 11% diataranya mengalami hamil diluar nikah.2 Selain itu,
dengan berkembangnya teknologi, pornografi juga menjadi acaman moral bagi generasi
penerus bangsa. Dimana data lapangan menunjukkan bahwa 90% anak Indonesia di usia
11 tahun sudah terpapar dengan konten-konten pornografi.3 Penyimpangan ini juga
terjadi di desa Tlogosari, dimana terdapat setidaknya remaja putri yang mengajukan
dispensasi nikah karena hamil diluar nikah.4
Dari data-data penyimpangan diatas, jika ditela’ah lebih lanjut akan ditemukan
fakta bahwa usia rata-rata individu yang melakukan penyimpangan ini berkisar pada usia
12-24 tahun, yang mana jika dikaitkan dengan teori generasi dari Codrington dan Sue
Grand-Marshall dalam Generation Theory individu-individu ini akan masuk dalam
Generasi Z yang mana mereka lahir dalam rentang tahun 1996-2010.5 Mengutip
perkataan Socrates dimana ia berkata “Jangan paksakan anak-anakmu mengikuti jejakmu,
mereka diciptakan untuk kehidupan di zaman mereka, bukan zamanmu”6 dimana hal ini
tentu berlaku dengan anak-anak Gen-Z. Berangkat dari hal ini, tentu diperlukan suatu
model pendidikan karakter yang sesuai dengan karakter dari Gen-Z itu sendiri. Kondisi
ini kemudian menjadikan IPNU/IPPNU sebagai wadah yang ideal untuk penerapan
1
BNN, Indonesia Drug’s Report. (Jakarta: Badan Narkotika Nasional, 2021) hal. 121
2
National Population and Family Planning Board, Indonesia Demographic and Health Survey 2017,
(BkkbN: Jakarta, 2018), hal. 52-54
3
Puji Prihandini, Putri Limilia, dan Benazir Bona Pratamawaty, 2020. “Studi Komparasi Chi-Square
Perilaku Konsumsi Pornografi Bagi Remaja Berdasarkan Perbedaan Jenis Kelamin”, dalam Jurnal
Komunikasi Pembangunan, Vol.18 No.2, hal. 166
4
Hasil observasi terhadap perilaku menyimpang Gen-Z desa Tlogosari dan wawancara kepada bapak Indra
Irawan, selaku Mudin desa Tlogosari.
5
Hadion Wijoyo, dkk. Generasi Z & Revolusi Industri 4.0 (Jawa Tengah: CV. Pena Persada, 2020) hal. 32
6
Lilik Huriyah, Muhammad Fahmi, Rohaizan Baruc, dan Wahyu Ilaihid. 2020. “Quo Vadis Higher Order
Thinking Skills (HOTS) pada Soal UM-PTKIN Materi Pendidikan Agama Islam” dalam Journal of Islamic
Education Studies, Vol.8, No.2, hal. 148
2
pendidikan karakter. Berkaitan dengan ini, istilah Mabadi Khaira Ummah menjadi model
yang dapat disesuaikan sebagai model dari pendidikan karakter. Karena berdasarkan
pendapat bapak Indra Irawan, anak-anak yang tergabung dalam IPNU/IPPNU lebih
terjaga dari perilaku menyimpang.7
Dari konteks penelitian diatas, kemudian dirumuskan 3 fokus penelitian, yakni:
1.) Bagaimana karakter Gen-Z dalam IPNU/IPPNU di desa Tlogosari?, 2.) Bagaimana
implementasi “Mabadi Khaira Ummah” pada Gen-Z dalam IPNU/IPPNU di desa
Tlogosari?, dan 3.) Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat
implementasi “Mabadi Khaira Ummah” di desa Tlogosari?. Penelitian ini bertujuan
untuk menjawab fokus-fokus penelitian diatas.
1. Mabadi Khaira Ummah
Kata Khaira Ummah merupakan sebuah susunan kalimat dalam bahasa arab yang
dinamakan dengan susunan Idhofah adalah “masyarakat yang terbaik”. Sedangkan kata
Mabadi merupakan bentuk jama’ dari kata mabda’ yang memiliki arti prinsip. Jadi jika
diartikan secara bahasa Mabadi Khaira Ummah adalah prinsip-prinsip untuk menjadi
masyarakat/bangsa/umat terbaik. Istilah ini juga terdapat dalam surat Ali Imran ayat 110,
dimana Allah berfirman:
ِف وتَْن هو َن ع ِن الْمْن َك ِر وتُ ْؤِمنُو َن ِِب ٰلل
ّ ْ َ ُ َ ْ َ َ َّاس ََتْ ُمُرْو َن ِِبلْ َم ْع ُرْو
ِ ِ ت لِلن
ْ ُكْن تُ ْم َخ ْ َْي اَُّم ٍة اُ ْخ ِر َج
Artinya: “Kamu adalah umat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada
Allah…” [Q.S Ali Imran: 110]8
Kemudian hal ini berkembang menjadi sebuah gerakan untuk menjadikan warga
NU saat itu kurang dalam menjalankan prinsip yang terdapat dalam potongan ayat diatas,
yakni amar makruf nahi mungkar yang diakibatkan oleh lemahnya ekonomi saat itu. Lalu
dalam kongres NU ke XIII di Lampung pada tahun 1935 menghasilkan trisila mabadi
yang diharapkan dapat menjadi solusi masalah umat ini oleh para petinggi NU saat itu.
Prinsip ini antara lain; 1. As Shidqu (selalu benar, tidak berdusta kecuali yang diizinkan
oleh agama karena menggandung maslahat lebih besar). 2. Al Amanah wal Wafa bil Ahdi
(menetapi segala janji). dan 3. At Ta’awun (tolong-menolong di antara anggota-anggota
(leden) NU khususnya dan sebisa-bisa sesama umat Muslimin pada umumnya). 9
7
Hasil wawancara dengan Mudin desa, Bpk. Indra Irawan di kantor kesekretariatan desa Tlogosari pada 24
Februari 2023
8
Sayyid Qutub, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Jilid 2. (Jakarta: GEMA INSANI, 2004) hal. 127
9
PP. Lakpesdam NU, Mabadi Khoiro Ummah. (Lampung: PP. Anwar Futuhiyyah, 1992). hal. 2
3
Kemudian dikarenakan perkembangan zaman dan ekonomi, akhirnya pada tahun 1992
pada Munas NU di Lampung, ditambahkan 2 prinsip lain, yakni 4. al-Adalah (bersikap
adil dalam segala kondisi) dan 5. Istiqomah (selalu berusaha konsisten dalam kebaikan).10
2. IPNU/IPPNU
Ikatan Pelajar NU dan Ikatan Pelajar Putri NU merupakan badan otonom NU yang
beranggotakan para pelajar NU mulai dari tingkat menengah pertama hingga perguruan
tinggi. Dalam sejarahnya, organisasi ini didirikan pada 24 Februari 1954 atas usul dari
kiai Tholhah Mansur dan kawan-kawan dalam Mukhtar LP. Ma’arif. Setelah itu, resmi
berdirilah IPNU yang kemudian dalam rentang 1 tahun, pada 2 Maret 1955 berdirilah
IPPNU.11 Sebagai bagian dari NU, tentu melaksanakan apa yang diperintahkan dari
pengurus pusat merupakan titah yang harus bener-benar dijalankan. Dengan lingkungan
yang baik, para pelajar yang tergabung dalam IPNU/IPPNU ini tentunya akan lebih
bersemangat lagi dalam mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Mabadi Khaira
Ummah. Hal ini juga selaras dengan tujuan dari berdirinya IPNU/IPPNU yang ingin
membentuk pelajar putra-putri Indonesia menjadi individu yang bertaqwa kepada Allah,
memiliki wawasan yang luas, berakhlak sebagaimana yang nabi SAW ajarkan dan
memiliki pengetahuan kebangsaan serta memikul tanggung jawab atas tegak dan
terlaksanannya syari’at Islam dalam faham ahlussunnah wal jama’ah yang berdasarkan
pada pancasila dan UUD 1945.12
3. Pendidikan Karakter
10
Ibid, hal. 4-5
11
Burha Nudin, 2013. “Peran Budaya Organisasi IPNU- IPPNU dalam Pengembangan Pendidikan Agama
Islam di Kabupaten Sleman” dalam Jurnal El-Tarbawi, Jurnal Pendidikan Islam, Vol. X, No. 1 hal 91-104
12
4
karakter adalah usaha untuk membentuk seseorang memahami nilai-nilai etika secara
sengaja 13 namun jauh sebelum Thomas lahir, 1400 tahun yang lalu, nabi Muhammad
menyatakan bahwa beliau diutus ke dunia untuk menyempurnakan akhlak dari manusia.
Sebagaimana yang ada dalam hadist riwayat imam Bukhari berikut ini:
13
Rian Damariswara, Frans Aditia Wiguna, Abdul Aziz Hunaifi, Wahid Ibnu Zaman, dan Dhian Dwi
Nurwenda, 2021. “Penyuluhan Pendidikan Karakter Adaptasi Thomas Lickona Di Sdn Gayam 3” dalam
Dedikasi Nusantara: Jurnal Pengabdian Masyarakat Pendidikan Dasar. Vol.1 No.1, hal. 34-35
14
Ibn Hajar Al Asqalani, Fathul Baari, Penjelasan Kitab Shahih Al Bukhari Jilid 18 (Jakarta: Pustaka
Azzam, 2018) hal. 160-161
15
Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: CV
Pustaka Setia, Cet.2 2021), hal. 43-44
16
Hafidz Hasan Al Mas’udi, Taisirul Khalaq fi Ilmi Akhlaq. (Penerbit Al Miftah: Surabaya, 2011), hal. 1-
3
5
2) Moral Feeling
Tahap selanjutnya dalam pembentukan karakter pada anak adalah
memberikan motivasi kepada anak-anak untuk menjadi pribadi yang baik. Yang
paling utama pada tahap ini adalah memberikan perasaan pada anak bahwa
berbuat baik adalah hal yang menyenangkan dan menciptakan kebahagiaan.
3) Moral Action
Dan pada tahap terakhir siswa akan diajarkan bagaimana
mengimplementasikan langsung apa yang telah didapatkan pada tahap pertama
dan tahap kedua dalam kehidupan sehari-hari anak sampai pada titik dimana hal
ini menjadi kebiasaan mereka untuk berlaku baik.17
3. Generasi-Z
Teori mengenai generasi ini dikenalkan oleh Codrington & Sue Grand-Marshall.
Dalam Generation Theory terdapat 5 generasi yang eksis saat ini, generasi-generasi ini
dikelompokkan berdasarkan tahun kelahirannya. Untuk kelahiran 1946-1964 adalah
generasi Baby Boomber, kelahiran 1965-1979 adalah generasi X, kelahiran 1980-1995
adalah generasi Y/Milenial, lalu untuk kelahiran 1996-2009 adalah generasi Z yang mana
usia Gen-Z saat ini berkisar diantara usia 14-27 tahun, yakni usia seseorang awal masuk
SMP sampai usia produktif/usia kerja. Dan yang terakhir generasi Alpha yang lahir pada
tahun 2010 hingga sekarang18
Selain itu, Gen-Z juga memiliki karakteristik seperti mereka suka menggunakan
gedget, Fear of Missing Out atau rasa takut tertinggal dari tren yang sedang berlaku
dimasyarakat, ekspresif, fast switcher atau gampang berubah pendirian.19 Karakter ini,
secara tidak langsung juga dipengaruhi oleh kemajuan teknologi yang ada saat ini. Selain
karakter-karakter diatas, diketahui Gen-Z juga memiliki karakter positif seperti senang
berbagi, rasa toleransi yang tinggi, multitasking, fasih dalam penggunaan teknologi. 20
Sedangkan untuk model pendidikan yang cocok untuk diberikan kepada Gen-Z
setelah mengetahui karakter mereka ialah dengan menggunakan model pendidikan
dengan menerepkan conceptuall skill sebagai bekal untuk Gen-Z ini di masa yang akan
17
Dedi Supriadi, 2005. Mengangkat Citra dan Martabat Guru (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa), hal.95
18
Hadion Wijoyo, dkk. Generasi Z & Revolusi Industri 4.0 (Jawa Tengah: CV. Pena Persada, 2020) hal.
32
19
Ibid, hal. 59-62
20
Mercia Karina,. Sinergi antara Karakter Gen Z dan Pendidikan di Indonesia untuk Menyongsong
Revolusi Industri 4.0. (Surakarta: Unisri Press, 2021). hal. 1-2
6
datang, lalu technical skill untuk memberikan kemampuan kepada mereka terkait teknik-
teknik tertentu dan yang terakhir ialah interpersonal skill yang mengajarkan bagaimana
cara berkomunikasi yang baik dengan orang lain.21 Kemudian pendidikan ini dipadukan
dengan ICT atau information, communication and technology.
Metode Penelitian
Untuk memahami gejala sosial secara menyeleruh, memilih metode penelitian
kualitatif merupakan langkah yang tepat dalam penelitian ini. Alasannya tidak lain karena
sifat dari penelitian kualitatif yang naturalistik.22 Selain itu penelitian ini menggunakan
pendekatan case study dimana hasil penelitian nanti akan berupa opini dari manusia yang
berhubungan langsung dengan gejala yang sedang diteliti.23 Dalam penelitian kualitatif,
peneliti juga berperan sebaagai subjek penelitian untuk mendapatkan hasil penelitian
yang lebih menyeluruh, dinamis, penuh makna yang menjelaskan suatu gejala dengan apa
adanya.
Selanjutnya untuk pengumpulan data, penelitian ini menggunakan metode
observasi, wawancara dan studi dokumenter. Sedang untuk analisis data menggunakan 6
langkah metode dari Miles dan Huberman yang mana meliputi menyiapkan data,
membaca data, mengelompokkan data, mendeskripsikan data, menghubungkan data satu
dengan yang lain dan pada tahap terakhir, ditarik makna yang terkandung dari data yang
sudah dikumpulkan.24 Dan untuk pengecekan keabsahan data, penelitian ini
menggunakan metode trianggulasi sumber, dimana data yang ada dicek dengan data yang
serupa namun dengan sumber yang berbeda.25
Dalam penelitian ini, penulis akan membeberkan suatu kasus yang terjadi di desa
Tlogosari yang terfokus kepada Gen-Z terkait pendidikan karakter yang diberikan kepada
mereka untuk menjadikan individu yang sesuai dengan nilai norma masyarakat dan
agama. terkait dengan hal ini, organisasi ke NU-an seperti IPNU/IPPNU kemudian dapat
dijadikan wadah sebagai tempat tempat pendidikan karakter bagi Gen-Z di desa ini. Nilai-
nilai yang ada dalam konsep Mabadi Khaira Ummah yang sejalan dengan cita-cita dari
pendiri NU terkait dengan membentuk generasi yang terbaik dari umat Islam di Indonesia
pada khususnya dan umat Islam di dunia secara umum.
21
Dian Wahyuni, Perilaku Generasi Z Dalam Pendidikan. (Jurnal UNISRI Ekspress: 2021), hal. 71-73
22
23
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, & R & D. (Bandung: Alfabeta, 2019 Cet. 2) hal. 17
24
Ibid, hal. 344-348
25
Ibid, hal. 370
7
Hasil dan Pembahasan
Dalam sejarahnya, desa Tlogosari sudah ada sejak tahun 1920-an, dimana saat
awal berdiri, desa ini memiliki nama desa Tlogowaru. Penamaan ini disesuaikan dengan
keadaan desa saat itu dimana ada sebuah telaga dengan dikelilingi dengan pohon Waru. 26
Lurah pertama desa ini dikenal dengan nama Ejang Kertorejo yang menjabat cukup lama,
dimana makam berjarak sekitar 700 meter dari kantor desa.27 Sedangkan untuk saat ini,
desa Tlogosari dipimpin pertama kali oleh kelapa desa perempuan, yakni ibu Lilik
Rahayu yang akan menjabat hingga tahun 2025.28 Secara administrasi wilayah desa ini
memiliki 4 dusun yang tersebar diluas 9,53 KM2, yakni dusun Krajan, dusun Darungan,
dusun Tlogo, dan dusun Tegalrejo. Untuk akses jalan di Desa Tlogosari sudah cukup
mudah, hanya dibeberapa gang yang masih berupa jalan makadam/berbatu.29
Karakter sendiri adalah sebuah watak, perangai, sifat dasar yang khas yang
tetap dan terus menerus melekat pada individu yang kemudian dapat digunakan
untuk mengidentifikasi seseorang.31
1) Mudah Diarahkan
26
Hasil wawancara dengan sesepuh desa Mbah Dul Majid, di kediaman beliau pada 24 Februari 2023
27
Hasil observasi di kompleks pemakaman Ejang Kertorejo di dusun Krajan pada 24 Februari 2023
28
Hasil wawancara dengan Mudin desa, Bpk. Indra Irawan di kantor kesekretariatan desa Tlogosari pada
24 Februari 2023
29
Hasil wawancara dengan SekDes, Bpk. Agam di kediaman beliau pada 27 Februari 2023
30
Atik Latifah, 2020. “Peran Lingkungan dan Pola Asuh Orang Tua terhadap Pembentukan Karakter Anak
Usia Dini” dalam Japra: Jurnal Pendidikan Raudhatul Athfal, Vol. 3 No. 2, Hal. 101-112
31
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia Group, 2012, Cet.9) hal. 510.
8
2) Menyukai Tantangan
Tantangan yang dimaksudnya pada poin ini adalah hal baru, yang
mana belum pernah Gen-Z ini lakukan. Seperti menjadi MC dalam suatu
acara, khutbah pada sholat jumat, atau menjadi imam sholat tarawih.
Karakter lain yang mencolok adalah kreatif dan inisiatif. Bagi Gen-
Z tentu tidak sulit untuk mendapatkan inspirasi dengan adanya internet
yang menjadi sumber informasi tanpa batas.
4) Toleransi
2) Overuse Gedget
9
pesatnya, tentu saja mahir dalam mengoperasikan berbagai jenis gedget
yang ada. Namun sebagian dari Gen-Z ini ada yang menggunakan gedget
dengan berlebihan, yang mana hal ini tentu bukan hal yang baik.
4) Mager
b. Dilakukan di Sekolah
32
B.J. Sujibto, 2022. Remaja Jompo: Diskursus dan Praktik Gaya Hidup Pandemi, dalam Jurnal Studi
Pemuda Vol. 11, No. 1. hal. 14-29
10
bimbingan, Gen-Z akan dikumpulkan dengan teman sebaya-nya. Tanggung jawab
implementasi ini kemudian akan diberikan kepada guru PAI di sekolah terkait.
a. Faktor Pendukung
Faktor dalam KBBI adalah suatu kondisi yang mempengaruhi suatu hak
untuk terjadi.33 Jadi yang dimaksud faktor pendukung disini adalah suatu hal yang
mendorong berhasilnya pendidikan karakter berbasis khaira ummah. Faktor yang
mendukung antara lain sebagai berikut.
1) Orang Tua
Sudah secara naluriah orang tua yang baik untuk memberikan yang
terbaik bagi anaknya, begitu juga yang berhubungan dengan pendidikan.
Memiliki putra-putri yang sholeh dan sholihah merupakan cita-cita dari
33
Dalam kbbi online, https://kbbi.web.id/faktor
11
banyak orang tua, agar kelak ketika sudah mereka meninggal, anak-
anaknya dapat menjadi jariyah yang terus mengalir hingga akhir dunia.
2) Sregep Ngaji
4) Tantangan
12
b. Faktor Penghambat
1) Gedget
2) Keluarga
3) Sulit Bersosialisasi
4) Kurikulum
13
5) Perbedaan Pemahaman
14
2. Implementasi Mabadi Khaira Ummah dalam IPNU/IPPNU di Desa Tlogosari
15
Daftar Pustaka
Abdussamad, Zuchri. 2020. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Syakir Media Press.
Al Asqalani, Ibn Hajar. 2018. Fathul Baari, Penjelasan Kitab Shahih Al Bukhari Jilid 18.
Jakarta: Pustaka Azzam.
Andrian, Felix. 2019. Karakteristik Generasi Z di Yogyakarta Tahun 2019. Skripsi tidak
diterbitkan. Yogyakarta: Univ. Sanata Dharma.
BNN, 2021. Indonesia Drug’s Report. Jakarta: Badan Narkotika Nasional.
Chamidi, Agus Salim dan Murtopo, Bahrun Ali. 2018. Manajemen Pendidikan Karakter
Mabadi Khaira Ummah di Smk Maarif 2 Gombong. Jurnal Wahana Akademika.
5(1):23-24
Chamidi, Agus Salim, Ulfiah, dan Nurjaman, Ujang. 2021. Mabadi Khaira Ummah dan
Urgensinya di Era Industry 4.0 dan Society 5.0. IBTIDA: Jurnal Kajian
Pendidikan Dasar. 1(2): 29
Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi Bandung:
Alfabeta.
Hamid, Hamdani dan Saebani, Beni, Ahmad. 2021. Pendidikan Karakter Perspektif
Islam. Bandung: CV Pustaka Setia, Cet. 2.
Imaddudin, 2020. FOMO Dan Konsep Diri Generasi-Z: Ditinjau Dari Aspek
Komunikasi. JPRMEDCOM. 2(1):25-26
Kamus Bahasa Arab Al-Ma’any (online).
Kamus Besar Bahasa Indonesia (online)
Karina, Mercia. (Ed.), 2021. Sinergi antara Karakter Gen Z dan Pendidikan di Indonesia
untuk Menyongsong Revolusi Industri 4.0. Surakarta: Unisri Press.
Martellozzo, Elena, dkk. 2016. Pornography Report. United Kingdom: Middlesex
University London,
Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
National Population and Family Planning Board, 2018. Indonesia Demographic and
Health Survey 2017. BkkbN: Jakarta.
Shibab, M. Quraish. 2006. Tafsir Al-Misbah Cet. VII Jilid I. Tangerang: Perpustakaan
Umum Islam Iman Jama’.
Sugiyono, 2019. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, & R & D. Bandung: Alfabeta,
Cet. 2
Suyuthi, Syekh Jalaluddin. 2005. Syarhi Ibn Aqil ala al-Fiyah Ibn Malik. Surabaya: Al
Haromain Jaya Indonesia.
UNODC, 2022. World Drug’s Report 2022. New York: United Nations Office on Drugs
and Crime.
16