Anda di halaman 1dari 16

IMPLEMENTASI MABADI KHAIRA UMMAH MELALUI

IPNU/IPPNUDALAM PENDIDIKAN KARAKTER BAGI


GENERASI Z DI DESA TLOGOSARI
Oleh : Ahmad Siddiq Ali Tantowi
Universitas Islam Raden Rahmat, Malang
ahmad.tantowisiddiq99@gmail.com

Abstrak
Setiap generasi memiliki karakteristiknya masing-masing, begitu juga dengan
Gen-Z. Penelitian ini bertujuan untuk melihat implementasi dari Mabadi Khaira Ummah
sebagai pendidikan karakter untuk Gen-Z melalui organisasi IPNU/IPPNU desa
Tlogosari, Donomulyo. Latar belakang penelitian ini adalah adanya fakta bahwa Gen-Z
yang ikut dalam IPNU/IPPNU lebih terjaga dari perilaku menyimpang. Disesuaikan
dengan judul, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan
pendekatan studi kasus. Selanjutnya, penelitian ini menggunakan wawancara, observasi
dan studi dokumenter untuk pengumpulan datanya.
Pada tahap akhir penelitian ini, didapatkan bahwa: 1. Karakteristik Gen-Z di desa
Tlogosari terbagi menjadi 2, yakni karakter positif seperti mudah diarahkan, menyukai
tantangan, dan menghormati guru. Sedang untuk karakter negatif seperti mudah terbawa
arus pergaulan, overuse gadget, FoMO, dan mager. 2. Dalam implementasi Mabadi
Khaira Ummah ada 3 model, yakni dilakukan di kegiatan organisasi IPNU/IPPNU,
dilakukan di sekolah dan dilakukan di kegiatan organisasi dan sekolah. 3. Faktor
pendukung implementasi ini yang meliputi orang tua, sregep ngaji, lingkungan yang baik
dan tantangan. Sedang untuk faktor penghambat meliputi keluarga, gedget, kesulitan
bersosialisasi, dan kurikulum.
Kata Kunci: Mabadi Khaira Ummah, Gen-Z, Pendidikan Karakter dan
IPNU/IPPNU
Abstract
Each generation has its own characteristics, so does Gen-Z. This study aims to see
the implementation of Mabadi Khaira Ummah as character education for Gen-Z through
the IPNU/IPPNU organization in Tlogosari village, Donomulyo. The background of this
research is the fact that Gen-Z who participate in IPNU/IPPNU are more protected from
deviant behavior. According to the title, this research is a qualitative using a case study
approach. Furthermore, this study uses interviews, observation and documentary studies
for data collection.
At the final stage of this study, it was found that: 1. The characteristics of Gen-Z
in Tlogosari village are divided into 2, namely positive characters such as being easily
directed, liking challenges, and respecting teachers. As for negative characters such as
being easily carried away by association, overuse of gadgets, FoMO, and mager. 2. In the
implementation of Mabadi Khaira Ummah there are 3 models, which are carried out in
IPNU/IPPNU organizational activities, carried out in schools and carried out in
organizational and school activities. 3. Factors supporting this implementation include
parents, good recitation, good environment and challenges. As for the inhibiting factors
include family, gadgets, social difficulties, and curriculum.
Keywords: Mabadi Khaira Ummah, Gen-Z, Character Education and
IPNU/IPPNU

1
Pendahuluan
Berbicara mengenai pendidikan karakter, secara tidak langsung juga berbicara
tentang perilaku menyimpang. Berdasarkan data lapangan, banyak sekali jenis
penyimpangan yang dilakukan oleh generasi-generasi muda kita. Berdasarkan data yang
diperoleh dari Indonesia Drug’s Report 2021 yang diterbitkan BNN, sebaran tingkat
pendidikan tersangka yang terkait dengan kasus narkoba terbanyak ada di tingkat SLTA,
terdapat 32.790 kasus.1 Kemudian terdapat juga data terkait perilaku seks bebas, dimana
dari rentang usia 15-24 tahun, sebanyak 2% wanita dan 8% laki-laki mengaku sudah
melakukan seks pranikah, dan 11% diataranya mengalami hamil diluar nikah.2 Selain itu,
dengan berkembangnya teknologi, pornografi juga menjadi acaman moral bagi generasi
penerus bangsa. Dimana data lapangan menunjukkan bahwa 90% anak Indonesia di usia
11 tahun sudah terpapar dengan konten-konten pornografi.3 Penyimpangan ini juga
terjadi di desa Tlogosari, dimana terdapat setidaknya remaja putri yang mengajukan
dispensasi nikah karena hamil diluar nikah.4
Dari data-data penyimpangan diatas, jika ditela’ah lebih lanjut akan ditemukan
fakta bahwa usia rata-rata individu yang melakukan penyimpangan ini berkisar pada usia
12-24 tahun, yang mana jika dikaitkan dengan teori generasi dari Codrington dan Sue
Grand-Marshall dalam Generation Theory individu-individu ini akan masuk dalam
Generasi Z yang mana mereka lahir dalam rentang tahun 1996-2010.5 Mengutip
perkataan Socrates dimana ia berkata “Jangan paksakan anak-anakmu mengikuti jejakmu,
mereka diciptakan untuk kehidupan di zaman mereka, bukan zamanmu”6 dimana hal ini
tentu berlaku dengan anak-anak Gen-Z. Berangkat dari hal ini, tentu diperlukan suatu
model pendidikan karakter yang sesuai dengan karakter dari Gen-Z itu sendiri. Kondisi
ini kemudian menjadikan IPNU/IPPNU sebagai wadah yang ideal untuk penerapan

1
BNN, Indonesia Drug’s Report. (Jakarta: Badan Narkotika Nasional, 2021) hal. 121
2
National Population and Family Planning Board, Indonesia Demographic and Health Survey 2017,
(BkkbN: Jakarta, 2018), hal. 52-54
3
Puji Prihandini, Putri Limilia, dan Benazir Bona Pratamawaty, 2020. “Studi Komparasi Chi-Square
Perilaku Konsumsi Pornografi Bagi Remaja Berdasarkan Perbedaan Jenis Kelamin”, dalam Jurnal
Komunikasi Pembangunan, Vol.18 No.2, hal. 166
4
Hasil observasi terhadap perilaku menyimpang Gen-Z desa Tlogosari dan wawancara kepada bapak Indra
Irawan, selaku Mudin desa Tlogosari.
5
Hadion Wijoyo, dkk. Generasi Z & Revolusi Industri 4.0 (Jawa Tengah: CV. Pena Persada, 2020) hal. 32
6
Lilik Huriyah, Muhammad Fahmi, Rohaizan Baruc, dan Wahyu Ilaihid. 2020. “Quo Vadis Higher Order
Thinking Skills (HOTS) pada Soal UM-PTKIN Materi Pendidikan Agama Islam” dalam Journal of Islamic
Education Studies, Vol.8, No.2, hal. 148

2
pendidikan karakter. Berkaitan dengan ini, istilah Mabadi Khaira Ummah menjadi model
yang dapat disesuaikan sebagai model dari pendidikan karakter. Karena berdasarkan
pendapat bapak Indra Irawan, anak-anak yang tergabung dalam IPNU/IPPNU lebih
terjaga dari perilaku menyimpang.7
Dari konteks penelitian diatas, kemudian dirumuskan 3 fokus penelitian, yakni:
1.) Bagaimana karakter Gen-Z dalam IPNU/IPPNU di desa Tlogosari?, 2.) Bagaimana
implementasi “Mabadi Khaira Ummah” pada Gen-Z dalam IPNU/IPPNU di desa
Tlogosari?, dan 3.) Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat
implementasi “Mabadi Khaira Ummah” di desa Tlogosari?. Penelitian ini bertujuan
untuk menjawab fokus-fokus penelitian diatas.
1. Mabadi Khaira Ummah
Kata Khaira Ummah merupakan sebuah susunan kalimat dalam bahasa arab yang
dinamakan dengan susunan Idhofah adalah “masyarakat yang terbaik”. Sedangkan kata
Mabadi merupakan bentuk jama’ dari kata mabda’ yang memiliki arti prinsip. Jadi jika
diartikan secara bahasa Mabadi Khaira Ummah adalah prinsip-prinsip untuk menjadi
masyarakat/bangsa/umat terbaik. Istilah ini juga terdapat dalam surat Ali Imran ayat 110,
dimana Allah berfirman:
ِ‫ف وتَْن هو َن ع ِن الْمْن َك ِر وتُ ْؤِمنُو َن ِِب ٰلل‬
ّ ْ َ ُ َ ْ َ َ ‫َّاس ََتْ ُمُرْو َن ِِبلْ َم ْع ُرْو‬
ِ ِ ‫ت لِلن‬
ْ ‫ُكْن تُ ْم َخ ْ َْي اَُّم ٍة اُ ْخ ِر َج‬
Artinya: “Kamu adalah umat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada
Allah…” [Q.S Ali Imran: 110]8
Kemudian hal ini berkembang menjadi sebuah gerakan untuk menjadikan warga
NU saat itu kurang dalam menjalankan prinsip yang terdapat dalam potongan ayat diatas,
yakni amar makruf nahi mungkar yang diakibatkan oleh lemahnya ekonomi saat itu. Lalu
dalam kongres NU ke XIII di Lampung pada tahun 1935 menghasilkan trisila mabadi
yang diharapkan dapat menjadi solusi masalah umat ini oleh para petinggi NU saat itu.
Prinsip ini antara lain; 1. As Shidqu (selalu benar, tidak berdusta kecuali yang diizinkan
oleh agama karena menggandung maslahat lebih besar). 2. Al Amanah wal Wafa bil Ahdi
(menetapi segala janji). dan 3. At Ta’awun (tolong-menolong di antara anggota-anggota
(leden) NU khususnya dan sebisa-bisa sesama umat Muslimin pada umumnya). 9

7
Hasil wawancara dengan Mudin desa, Bpk. Indra Irawan di kantor kesekretariatan desa Tlogosari pada 24
Februari 2023
8
Sayyid Qutub, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Jilid 2. (Jakarta: GEMA INSANI, 2004) hal. 127
9
PP. Lakpesdam NU, Mabadi Khoiro Ummah. (Lampung: PP. Anwar Futuhiyyah, 1992). hal. 2

3
Kemudian dikarenakan perkembangan zaman dan ekonomi, akhirnya pada tahun 1992
pada Munas NU di Lampung, ditambahkan 2 prinsip lain, yakni 4. al-Adalah (bersikap
adil dalam segala kondisi) dan 5. Istiqomah (selalu berusaha konsisten dalam kebaikan).10

2. IPNU/IPPNU

Ikatan Pelajar NU dan Ikatan Pelajar Putri NU merupakan badan otonom NU yang
beranggotakan para pelajar NU mulai dari tingkat menengah pertama hingga perguruan
tinggi. Dalam sejarahnya, organisasi ini didirikan pada 24 Februari 1954 atas usul dari
kiai Tholhah Mansur dan kawan-kawan dalam Mukhtar LP. Ma’arif. Setelah itu, resmi
berdirilah IPNU yang kemudian dalam rentang 1 tahun, pada 2 Maret 1955 berdirilah
IPPNU.11 Sebagai bagian dari NU, tentu melaksanakan apa yang diperintahkan dari
pengurus pusat merupakan titah yang harus bener-benar dijalankan. Dengan lingkungan
yang baik, para pelajar yang tergabung dalam IPNU/IPPNU ini tentunya akan lebih
bersemangat lagi dalam mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Mabadi Khaira
Ummah. Hal ini juga selaras dengan tujuan dari berdirinya IPNU/IPPNU yang ingin
membentuk pelajar putra-putri Indonesia menjadi individu yang bertaqwa kepada Allah,
memiliki wawasan yang luas, berakhlak sebagaimana yang nabi SAW ajarkan dan
memiliki pengetahuan kebangsaan serta memikul tanggung jawab atas tegak dan
terlaksanannya syari’at Islam dalam faham ahlussunnah wal jama’ah yang berdasarkan
pada pancasila dan UUD 1945.12

3. Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter (character education) sangat erat hubungannya dengan


pendidikan moral dimana tujuannya adalah untuk membentuk dan melatih kemampuan
individu secara terus-menerus guna penyempurnaan diri kearah hidup yang lebih baik.
sedang menurut Thomas Lickona, pendidikan karakter adalah “the deliberate us of all
dimensions of school life to foster optimal character development” jika dialih bahasakan
dalam bahasa Indonesia adalah “kesengajaan dari seluruh dimensi kehidupan sekolah
untuk membina perkembangan karakter secara optimal.” Lebih sederhananya pendidikan

10
Ibid, hal. 4-5
11
Burha Nudin, 2013. “Peran Budaya Organisasi IPNU- IPPNU dalam Pengembangan Pendidikan Agama
Islam di Kabupaten Sleman” dalam Jurnal El-Tarbawi, Jurnal Pendidikan Islam, Vol. X, No. 1 hal 91-104
12

4
karakter adalah usaha untuk membentuk seseorang memahami nilai-nilai etika secara
sengaja 13 namun jauh sebelum Thomas lahir, 1400 tahun yang lalu, nabi Muhammad
menyatakan bahwa beliau diutus ke dunia untuk menyempurnakan akhlak dari manusia.
Sebagaimana yang ada dalam hadist riwayat imam Bukhari berikut ini:

‫صالِح "(روه خبري‬ ِ ِ


َ " ‫َخَر َجهُ الْبَ َّزار م ْن َه َذا الْ َو ْجه بِلَ ْفظ " َم َكا ِرم " بَ َدل‬
ْ ‫َخ ََلق " َوأ‬
ِ ‫إََِّّنَا بعِثْت ِِلُتَِّم‬
ْ ‫صالح ْاِل‬
َ ُ
14
)٥٩٤٩
Artinya: “Sesungguhnya aku (Muhammad) diutus untuk menyempurnakan
keshalihan akhlak. Dalam riwayat lain ‫ صَ ِالح‬digantikan dengan lafadz ‫كا ِرم‬
َ َ‫”م‬
Disebutkan sebelumnya bahwa pendidikan karakter sama halnya dengan
pendidikan moral. Begitu juga pendidikan karakter dalam Islam. dalam dunia pendidikan
Islam, seperti di Madrasah atau Pesantren pendidikan karakter juga diajarkan disini,
namun dengan istilah yang berbeda, yakni pendidikan akhlak.15 Dalam Islam, akhlak
terbagi menjadi 2, yakni akhlak Mahmudah (etika/sifat baik) dan akhlak Mazmumah
(etika/sifat buruk)16. Yang tergolong akhlak-akhlak baik antara lain: jujur, dapat
dipercaya, dermawan, birrul walidain/berbuat baik kepada orang tua. Sedang yang
termasuk akhlak buruk antara lain, namimah/adu domba, kikir, sombong, melawan
kepada orang tua, hasud dan lain-lain. Tujuan dari mempelajari sifat-sifat ini ialah untuk
menjauhkan diri dari sifat-sifat mazmumah dan menghiasi diri dengan sifati-sifat
mahmudah.

Sebagai tambahan, dalam pendidikan karakter terdapat 3 hal dalam tahapan


pembentukan karakter seorang siswa:
1) Moral Knowing
Pada tahap ini, siswa akan diberikan pemahaman terkait apa yang
dinamakan dengan kebaikan, bagimana cara berbuat baik, mengapa seseorang
harus berbuat baik, dan apa yang kita dapat dari berbuat baik kepada orang lain.

13
Rian Damariswara, Frans Aditia Wiguna, Abdul Aziz Hunaifi, Wahid Ibnu Zaman, dan Dhian Dwi
Nurwenda, 2021. “Penyuluhan Pendidikan Karakter Adaptasi Thomas Lickona Di Sdn Gayam 3” dalam
Dedikasi Nusantara: Jurnal Pengabdian Masyarakat Pendidikan Dasar. Vol.1 No.1, hal. 34-35
14
Ibn Hajar Al Asqalani, Fathul Baari, Penjelasan Kitab Shahih Al Bukhari Jilid 18 (Jakarta: Pustaka
Azzam, 2018) hal. 160-161
15
Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: CV
Pustaka Setia, Cet.2 2021), hal. 43-44
16
Hafidz Hasan Al Mas’udi, Taisirul Khalaq fi Ilmi Akhlaq. (Penerbit Al Miftah: Surabaya, 2011), hal. 1-
3

5
2) Moral Feeling
Tahap selanjutnya dalam pembentukan karakter pada anak adalah
memberikan motivasi kepada anak-anak untuk menjadi pribadi yang baik. Yang
paling utama pada tahap ini adalah memberikan perasaan pada anak bahwa
berbuat baik adalah hal yang menyenangkan dan menciptakan kebahagiaan.
3) Moral Action
Dan pada tahap terakhir siswa akan diajarkan bagaimana
mengimplementasikan langsung apa yang telah didapatkan pada tahap pertama
dan tahap kedua dalam kehidupan sehari-hari anak sampai pada titik dimana hal
ini menjadi kebiasaan mereka untuk berlaku baik.17
3. Generasi-Z
Teori mengenai generasi ini dikenalkan oleh Codrington & Sue Grand-Marshall.
Dalam Generation Theory terdapat 5 generasi yang eksis saat ini, generasi-generasi ini
dikelompokkan berdasarkan tahun kelahirannya. Untuk kelahiran 1946-1964 adalah
generasi Baby Boomber, kelahiran 1965-1979 adalah generasi X, kelahiran 1980-1995
adalah generasi Y/Milenial, lalu untuk kelahiran 1996-2009 adalah generasi Z yang mana
usia Gen-Z saat ini berkisar diantara usia 14-27 tahun, yakni usia seseorang awal masuk
SMP sampai usia produktif/usia kerja. Dan yang terakhir generasi Alpha yang lahir pada
tahun 2010 hingga sekarang18
Selain itu, Gen-Z juga memiliki karakteristik seperti mereka suka menggunakan
gedget, Fear of Missing Out atau rasa takut tertinggal dari tren yang sedang berlaku
dimasyarakat, ekspresif, fast switcher atau gampang berubah pendirian.19 Karakter ini,
secara tidak langsung juga dipengaruhi oleh kemajuan teknologi yang ada saat ini. Selain
karakter-karakter diatas, diketahui Gen-Z juga memiliki karakter positif seperti senang
berbagi, rasa toleransi yang tinggi, multitasking, fasih dalam penggunaan teknologi. 20
Sedangkan untuk model pendidikan yang cocok untuk diberikan kepada Gen-Z
setelah mengetahui karakter mereka ialah dengan menggunakan model pendidikan
dengan menerepkan conceptuall skill sebagai bekal untuk Gen-Z ini di masa yang akan

17
Dedi Supriadi, 2005. Mengangkat Citra dan Martabat Guru (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa), hal.95
18
Hadion Wijoyo, dkk. Generasi Z & Revolusi Industri 4.0 (Jawa Tengah: CV. Pena Persada, 2020) hal.
32
19
Ibid, hal. 59-62
20
Mercia Karina,. Sinergi antara Karakter Gen Z dan Pendidikan di Indonesia untuk Menyongsong
Revolusi Industri 4.0. (Surakarta: Unisri Press, 2021). hal. 1-2

6
datang, lalu technical skill untuk memberikan kemampuan kepada mereka terkait teknik-
teknik tertentu dan yang terakhir ialah interpersonal skill yang mengajarkan bagaimana
cara berkomunikasi yang baik dengan orang lain.21 Kemudian pendidikan ini dipadukan
dengan ICT atau information, communication and technology.
Metode Penelitian
Untuk memahami gejala sosial secara menyeleruh, memilih metode penelitian
kualitatif merupakan langkah yang tepat dalam penelitian ini. Alasannya tidak lain karena
sifat dari penelitian kualitatif yang naturalistik.22 Selain itu penelitian ini menggunakan
pendekatan case study dimana hasil penelitian nanti akan berupa opini dari manusia yang
berhubungan langsung dengan gejala yang sedang diteliti.23 Dalam penelitian kualitatif,
peneliti juga berperan sebaagai subjek penelitian untuk mendapatkan hasil penelitian
yang lebih menyeluruh, dinamis, penuh makna yang menjelaskan suatu gejala dengan apa
adanya.
Selanjutnya untuk pengumpulan data, penelitian ini menggunakan metode
observasi, wawancara dan studi dokumenter. Sedang untuk analisis data menggunakan 6
langkah metode dari Miles dan Huberman yang mana meliputi menyiapkan data,
membaca data, mengelompokkan data, mendeskripsikan data, menghubungkan data satu
dengan yang lain dan pada tahap terakhir, ditarik makna yang terkandung dari data yang
sudah dikumpulkan.24 Dan untuk pengecekan keabsahan data, penelitian ini
menggunakan metode trianggulasi sumber, dimana data yang ada dicek dengan data yang
serupa namun dengan sumber yang berbeda.25
Dalam penelitian ini, penulis akan membeberkan suatu kasus yang terjadi di desa
Tlogosari yang terfokus kepada Gen-Z terkait pendidikan karakter yang diberikan kepada
mereka untuk menjadikan individu yang sesuai dengan nilai norma masyarakat dan
agama. terkait dengan hal ini, organisasi ke NU-an seperti IPNU/IPPNU kemudian dapat
dijadikan wadah sebagai tempat tempat pendidikan karakter bagi Gen-Z di desa ini. Nilai-
nilai yang ada dalam konsep Mabadi Khaira Ummah yang sejalan dengan cita-cita dari
pendiri NU terkait dengan membentuk generasi yang terbaik dari umat Islam di Indonesia
pada khususnya dan umat Islam di dunia secara umum.

21
Dian Wahyuni, Perilaku Generasi Z Dalam Pendidikan. (Jurnal UNISRI Ekspress: 2021), hal. 71-73
22
23
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, & R & D. (Bandung: Alfabeta, 2019 Cet. 2) hal. 17
24
Ibid, hal. 344-348
25
Ibid, hal. 370

7
Hasil dan Pembahasan
Dalam sejarahnya, desa Tlogosari sudah ada sejak tahun 1920-an, dimana saat
awal berdiri, desa ini memiliki nama desa Tlogowaru. Penamaan ini disesuaikan dengan
keadaan desa saat itu dimana ada sebuah telaga dengan dikelilingi dengan pohon Waru. 26
Lurah pertama desa ini dikenal dengan nama Ejang Kertorejo yang menjabat cukup lama,
dimana makam berjarak sekitar 700 meter dari kantor desa.27 Sedangkan untuk saat ini,
desa Tlogosari dipimpin pertama kali oleh kelapa desa perempuan, yakni ibu Lilik
Rahayu yang akan menjabat hingga tahun 2025.28 Secara administrasi wilayah desa ini
memiliki 4 dusun yang tersebar diluas 9,53 KM2, yakni dusun Krajan, dusun Darungan,
dusun Tlogo, dan dusun Tegalrejo. Untuk akses jalan di Desa Tlogosari sudah cukup
mudah, hanya dibeberapa gang yang masih berupa jalan makadam/berbatu.29

1. Karakteristik Gen-Z dalam IPNU/IPPNU di Desa Tlogosari


Secara garis besar, Gen-Z didesa memiliki 2 karakteristik utama. Yang mana
karakteristik positif dan karakteristik negatif. Banyak yang mempengaruhi beragamnya
karakteristik yang dimiliki oleh Gen-Z ini.30
a. Karakter Positif

Karakter sendiri adalah sebuah watak, perangai, sifat dasar yang khas yang
tetap dan terus menerus melekat pada individu yang kemudian dapat digunakan
untuk mengidentifikasi seseorang.31

1) Mudah Diarahkan

Karakter pertama yang paling menonjol dari Gen-Z desa Tlogosari


dimana mereka mudah diarahkan dalam kegiatan-kegiatan keagamaan
seperti tahlilan, diba’an, dan sholawatan yang diadakan secara rutin.

26
Hasil wawancara dengan sesepuh desa Mbah Dul Majid, di kediaman beliau pada 24 Februari 2023
27
Hasil observasi di kompleks pemakaman Ejang Kertorejo di dusun Krajan pada 24 Februari 2023
28
Hasil wawancara dengan Mudin desa, Bpk. Indra Irawan di kantor kesekretariatan desa Tlogosari pada
24 Februari 2023
29
Hasil wawancara dengan SekDes, Bpk. Agam di kediaman beliau pada 27 Februari 2023
30
Atik Latifah, 2020. “Peran Lingkungan dan Pola Asuh Orang Tua terhadap Pembentukan Karakter Anak
Usia Dini” dalam Japra: Jurnal Pendidikan Raudhatul Athfal, Vol. 3 No. 2, Hal. 101-112
31
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia Group, 2012, Cet.9) hal. 510.

8
2) Menyukai Tantangan

Tantangan yang dimaksudnya pada poin ini adalah hal baru, yang
mana belum pernah Gen-Z ini lakukan. Seperti menjadi MC dalam suatu
acara, khutbah pada sholat jumat, atau menjadi imam sholat tarawih.

3) Kreatif dan Inisiatif

Karakter lain yang mencolok adalah kreatif dan inisiatif. Bagi Gen-
Z tentu tidak sulit untuk mendapatkan inspirasi dengan adanya internet
yang menjadi sumber informasi tanpa batas.

4) Toleransi

Karakter lain yang cukup mencolok dari Gen-Z di desa Tlogosari


ialah rasa toleransi yang cukup tinggi terutama atas perbedaan agama yang
ada. Sebagian Gen-Z didapati berteman baik dengan teman non-muslim.

5) Hormat Kepada Guru

Memang sudah seharusnya seoarang murid untuk menghormat


kepada gurunya, begitu juga dengan Gen-Z desa Tlogosari. Terutama pada
Gen-Z yang bergabung dengan organisasi IPNU/IPPNU.
b. Karakter Negatif

Sebagai mana pengertian karakter sebelumnya, yang mana menetap dalam


individu, hal ini juga berlaku kepada karakter negatif. Berikut adalah karakter-
karakter negatif/kurang baik yang dimiliki oleh Gen-Z desa Tlogosari.

1) Mudah Terbawa Arus Pergaulan

Pengaruh lingkungan yang dapat mempengaruhi karakteristik


seoarang individu adalah peer group atau pergaulan teman sebaya. Sedikit
banyak hal ini akan mempengaruhi karkater dari individu.

2) Overuse Gedget

Tidak dapat dinafikan, bahwa perkembangan teknologi juga


membawa kita kepada permasalahan baru. Gen-Z yang merupakan
generasi yang lahir pada saat teknologi sedang berkembang dengan

9
pesatnya, tentu saja mahir dalam mengoperasikan berbagai jenis gedget
yang ada. Namun sebagian dari Gen-Z ini ada yang menggunakan gedget
dengan berlebihan, yang mana hal ini tentu bukan hal yang baik.

3) Fear of Missing Out

Atau FoMO adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan


rasa takut akan kehilangan suatu momen. Fenomena ini hangat
diperbincangkan setelah pada 2012 terdapat laporan mengenai hal ini oleh
Intillegence. Dalam laporannya, FoMO diartikan sebagai sebuah rasa
takut, resah dan gelisah seorang individu bahwa akan tertinggal.

4) Mager

Istilah Mager sendiri merupakan akronim dari males gerak, yang


mana berorientasi kepada kondisi dimana seseorang merasa kelelahan
(tiredness) dan pusing (dizziness) dengan kegiatan sehari-hari yang
diakibatkan karena paparan alat elektronik.32

2. Implementasi Mabadi Khaira Ummah untuk Gen-Z dalam IPNU/IPPNU Desa


Tlogosari
Terdapat 3 model dalam tingkah implementasi mabadi khaira ummah ini, antara
lain:
a. Dilakukan di Organisasi-Organisasi

Model implementasi yang pertama ialah dengan memanfaatkan


organisasi-organisasi keagamaan Nahdatul Ulama seperti IPNU/IPPNU. Gen-Z
yang terkumpul dalam organisasi-organisasi tentu memiliki kegiatan-kegiatan
yang sedikit banyak akan berpengaruh kepada perkembangan karakter individu.

b. Dilakukan di Sekolah

Model implementasi yang selanjutnya dapat diterapkan di sekolah.


terdapat beberapa alasan. Seperti terdapat jam khusus yang dapat digunakan untuk

32
B.J. Sujibto, 2022. Remaja Jompo: Diskursus dan Praktik Gaya Hidup Pandemi, dalam Jurnal Studi
Pemuda Vol. 11, No. 1. hal. 14-29

10
bimbingan, Gen-Z akan dikumpulkan dengan teman sebaya-nya. Tanggung jawab
implementasi ini kemudian akan diberikan kepada guru PAI di sekolah terkait.

c. Dilakukan di Organisasi dan Sekolah

Model implementasi mabadi khaira ummah sebagai pendidikan karakter


yang terakhir ialah pengabungan 2 model sebelumnya. Yakni implementasinya
dilakukan baik itu di kegiatan-kegiatan organisasi dan di sekolah. Hal ini
bertujuan untuk mendapatkan hasil maksimal dari pendidikan karakter yang
diberikan kepada Gen-Z di desa Tlogosari.

Dengan mengabungkan 2 model implementasi ini diharapkan


mendapatkan hasil yang lebih maksimal lagi dalam menempa karakter Gen-Z di
desa Tlogosari hingga layak untuk mendapatkan predikat sebagai “generasi
terbaik”
3. Faktor Penghambat dan Pendukung Impementasi Mabadi Khaira Ummah di
Desa Tlogosari
Sebagaimana suatu program pendidikan, pasti terdapat faktor yang mendukung
dan menghambat dalam pengimplementasiaannya. Hal ini juga berlaku kepada
implementasi mabadi khaira ummah sebagai pendidikan karakter untuk Gen-Z dalam
IPNU/IPPNU desa Tlogosari. Faktor-faktor ini antara lain:

a. Faktor Pendukung
Faktor dalam KBBI adalah suatu kondisi yang mempengaruhi suatu hak
untuk terjadi.33 Jadi yang dimaksud faktor pendukung disini adalah suatu hal yang
mendorong berhasilnya pendidikan karakter berbasis khaira ummah. Faktor yang
mendukung antara lain sebagai berikut.

1) Orang Tua
Sudah secara naluriah orang tua yang baik untuk memberikan yang
terbaik bagi anaknya, begitu juga yang berhubungan dengan pendidikan.
Memiliki putra-putri yang sholeh dan sholihah merupakan cita-cita dari

33
Dalam kbbi online, https://kbbi.web.id/faktor

11
banyak orang tua, agar kelak ketika sudah mereka meninggal, anak-
anaknya dapat menjadi jariyah yang terus mengalir hingga akhir dunia.

2) Sregep Ngaji

Sering sekali kita mendengarkan pari bahasa “padi semakin berisi


semakin merunduk” yang mana hal ini juga menjadi faktor pendukung
dimana Gen-Z yang rajin mengaji atau sregep ngaji dalam bahasa Jawa.
Para Gen-Z yang rajin dalam mengikuti pengajian-pengajian baik dari
kegiatan rutinan organisasi atau kegiatan lainnya yang semacam tentu
sedikit banyak akan menambahkan wawasan keilmuan mereka. Hal ini
dapat menjadi langkah untuk memenuhi tahapan moral knowing dalam
tahapan pembentukan karkater seorang anak

3) Lingkungan yang Baik

Dikarenakan dengan lingkungan yang baik ini tentu akan


mendukung segala kegiatan yang dapat membawa kebaikan untuk
generasi-generasi muda, seperti mengaji, sholawatan, diba’an, atau
semacamnya. Selain itu dengan lingkungan yang sehat anak-anak dapat
terhindar dari pergaulan yang kurang baik.

4) Tantangan

Alasan tantangan menjadi faktor pendukung ada di kondisi dimana


tantangan ini menjadi motivasi kepada Gen-Z untuk melakukan yang
terbaik. Dengan menganggap tantangan ini sebagai motivasi, Gen-Z akan
berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan yang terbaik agar dapat
menyelesaikan tantangan dihadapan mereka dengan baik.

5) Menyimbukkan Diri dengan Kegiatan Bermanfaat

Salah satu dari penyebab perilaku menyimpang adalah banyaknya


waktu kosong. Jadi tentu tidak berlebihan ketika menyatakan bahwa
menyibukkan diri dengan kegiatan-kegaitan yang bermanfaat merupakan
salah satu faktor pendukung berhasilnya pendidikan karakter untuk Gen-
Z di desa Tlogosari.

12
b. Faktor Penghambat

1) Gedget

Sudah disebetkan sebelumnya mengenai karakter Gen-Z di desa


Tlogosari yang salah satunya overuse gedget. Karakter negatif ini juga
menjadi faktor penghambat implementasi mabadi khaira ummah, karena
dengan penggunaan gedget yang berlebihan dapat membuat lupa waktu
hingga berujung kepada banyak kewajiban yang terabaikan, seperti
belajar, mengaji dan lain-lain.

2) Keluarga

Yang menjadi faktor penghambat selanjutnya adalah keluarga dari


Gen-Z itu sendiri. Dimana tidak mendukung kegiatan-kegiatan dengan
alasan tidak mendapatkan apa-apa dari keikutsertaan mereka dalam
organisasi IPNU/IPPNU. Keluarga yang dimaksud adalah orang tua dan
saudara yang kerap kali tidak memahami dengan baik manfaat apa yang
didapatkan dari organisasi ini.

3) Sulit Bersosialisasi

Ketika melakukan kegiatan-kegiatan kerap kali Gen-Z yang ini


tidak ingin bersosialisai untuk mengenal teman baru. Hal ini kemudian
berujung kepada rasa malas untuk ikut kegiatan-kegiatan rutinan ketika
temannya yang biasa ikut.

4) Kurikulum

Sebuah program pendidikan sudah seharusnya untuk memiliki


kurikulum sebagai bentuk profesionalitas dan memaksimalkan kegiatan
pembelajaran. Begitu juga dengan pendidikan karakter. Selain
menyelaraskan materi yang diajarkan dan metode yang digunakan,
penggunaan kurikulum juga dapat menjadikan tolak ukur keberhasilan
penerapan pendidikan karakter itu sendiri.

13
5) Perbedaan Pemahaman

Perbedaan pemahaman ini terletak pada konsep dari


mabadi khaira ummah itu sendiri yang mana terjadi perbedaan
dalam pemahamannnya. Terdapat 3 pemahaman terkait khaira
ummah, yang walau berbeda pemahaman, eksensi yang dimaksud
tetap sama sebagaimana yang terkandung dalam surat Ali Imran
ayat 110.

Dari berbagai hambatan yang telah disebutkan diatas, yang menjadi


perhatian adalah orang tua. Dimana peran orang tua yang seharusnya menuntun
anak-anaknya agar dapat menjadi pribadi yang baik, namun tidak diizinkan untuk
turut dalam kegiatan-kegiatan keagamaan yang notabenya adalah sarana untuk
mengatarkan anak-anaknya kepada jalan kebaikan. Selain itu, orang tua juga
sering kali lebih mementingkan prestasi di sekolah dari pada mencari tahu minat
anak-anaknya.

Kesimpulan dan Saran


Jika dibandingkan dengan masa nabi SAW dan para sahabat, tentu generasi saat
ini tidak lebih baik. Akan tetapi bukan berati generasi saat ini tidak layak untuk menjadi
generasi yang dapat diunggulkan. Dari banyaknya istilah tentang generasi, pada saat ini
terdapat 2 generasi yang sering disebut yakni generasi Milenial dan Generasi Z. dari 2
generasi ini, Gen-Z atau Generasi Z memiliki stigma yang kurang baik dari generasi
sebelum-sebelumnya.

Dari penelitian ini, peneliti mendapatkan kesimpulan bahwa:

1. Karakteristik Gen-Z yang Tergabung di IPNU/IPPNU Rating desa Tlogosari

Dalam penelitian ini, peneliti dapat menyimpulkan bahwa karakter Gen-Z


IPNU/IPPNU desa Tlogosari secara umum memiliki 2 karakteristik, yakni
karakter positif yang meliputi mudah diarahkan, menyukai tantangan, kreatif dan
inisiatif, toleransi dan hormat kepada guru. Sedang untuk karakter negatif antara
lain seperti mudah terbawa arus pergaulan, overuse gadget, FoMO, dan mager.
Namun tidak semua Gen-Z dalam IPNU/IPPNU desa Tlogosari memiliki karakter
yang disebutkan diatas, karakter diatas hanya gambaran umumnya.

14
2. Implementasi Mabadi Khaira Ummah dalam IPNU/IPPNU di Desa Tlogosari

Selanjutnya mengenai implementasi Mabadi Khaira Ummah di desa


Tlogosari ini terdapat 3 model implementasi yang dilakukan. 1) Implementasi
dilakukan di organisasi-organisasi ke-NU-an seperti ISNU dan IPNU/IPPNU. 2)
Implementasi dapat dilakukan di sekolah, baik dari jenjang sekolah dasar hingga
perguruan tinggi. 3) Implementasi yang terakhir dilakukan di organisasi dan di
sekolah. Dalam model ketiga ini, Gen-Z di sekolah akan diajarkan tentang materi
dari Mabadi Khaira Ummah dan ketika di organisasi tugasnya adalah untuk
mengamalkan apa yang sudah didapat di sekolah dengan pengawasan dari
pembina/ustadz.

3. Faktor Penghambat dan Pendukung Implementasi

Yang terakhir adalah faktor yang mendukung dan menghambat dari


implementasi Mabadi Khaira Ummah. Untuk faktor yang menjadi penghambat
antara lain gedget, keluarga, sulit untuk bersosialisasi, kurikulum dan perbedaan
pemahaman. Sedangkan faktor pendukung antara lain restu orang tua, semangat
dalam mengaji, lingkungan yang baik, tantangan dan menyibukkan diri dengan
kegiatan yang bermanfaat. Dari faktor pendukung dan penghambat implementasi
ini peran orang tua sangat penting, dimana orang tua juga yang kemudian ikut
dalam pemilihan pendidikan seperti apa yang akan diberikan kepada anak-
anaknya.

15
Daftar Pustaka
Abdussamad, Zuchri. 2020. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Syakir Media Press.
Al Asqalani, Ibn Hajar. 2018. Fathul Baari, Penjelasan Kitab Shahih Al Bukhari Jilid 18.
Jakarta: Pustaka Azzam.
Andrian, Felix. 2019. Karakteristik Generasi Z di Yogyakarta Tahun 2019. Skripsi tidak
diterbitkan. Yogyakarta: Univ. Sanata Dharma.
BNN, 2021. Indonesia Drug’s Report. Jakarta: Badan Narkotika Nasional.
Chamidi, Agus Salim dan Murtopo, Bahrun Ali. 2018. Manajemen Pendidikan Karakter
Mabadi Khaira Ummah di Smk Maarif 2 Gombong. Jurnal Wahana Akademika.
5(1):23-24
Chamidi, Agus Salim, Ulfiah, dan Nurjaman, Ujang. 2021. Mabadi Khaira Ummah dan
Urgensinya di Era Industry 4.0 dan Society 5.0. IBTIDA: Jurnal Kajian
Pendidikan Dasar. 1(2): 29
Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi Bandung:
Alfabeta.
Hamid, Hamdani dan Saebani, Beni, Ahmad. 2021. Pendidikan Karakter Perspektif
Islam. Bandung: CV Pustaka Setia, Cet. 2.
Imaddudin, 2020. FOMO Dan Konsep Diri Generasi-Z: Ditinjau Dari Aspek
Komunikasi. JPRMEDCOM. 2(1):25-26
Kamus Bahasa Arab Al-Ma’any (online).
Kamus Besar Bahasa Indonesia (online)
Karina, Mercia. (Ed.), 2021. Sinergi antara Karakter Gen Z dan Pendidikan di Indonesia
untuk Menyongsong Revolusi Industri 4.0. Surakarta: Unisri Press.
Martellozzo, Elena, dkk. 2016. Pornography Report. United Kingdom: Middlesex
University London,
Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
National Population and Family Planning Board, 2018. Indonesia Demographic and
Health Survey 2017. BkkbN: Jakarta.
Shibab, M. Quraish. 2006. Tafsir Al-Misbah Cet. VII Jilid I. Tangerang: Perpustakaan
Umum Islam Iman Jama’.
Sugiyono, 2019. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, & R & D. Bandung: Alfabeta,
Cet. 2
Suyuthi, Syekh Jalaluddin. 2005. Syarhi Ibn Aqil ala al-Fiyah Ibn Malik. Surabaya: Al
Haromain Jaya Indonesia.
UNODC, 2022. World Drug’s Report 2022. New York: United Nations Office on Drugs
and Crime.

16

Anda mungkin juga menyukai