Anda di halaman 1dari 173

MODEL PENDIDIKAN REMAJA

DALAM PERSPEKTIF ALQURAN

Pembimbing I: Dr. Saifuddin Ahmad Husin, MA


Pembimbing II: Dr. H. Abd. Basir, M.Ag.

Oleh:
Muhammad Nor
NIM: 180211020043

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


PROGRAM MAGISTER PASCASARJANA
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BANJARMASIN
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Pendidikan adalah kerumitan dinamis dan masalah rutin. Di setiap

negara maju dan berkembang, pelatihan diadakan untuk mengumpulkan aset

manusia kelas satu sesuai dengan keinginan perbaikan dan pasar proses. Selain

itu, jauh lebih baik untuk melatih kerajaan dalam perjalanan untuk

meningkatkan kedudukan dan nilai mereka sebagai manusia. Dalam bahasa al-

Qur'an dikenal sebagai khaira ummah (manusia penting).1

Pendidikan merupakan upaya untuk mengembangkan dan

meningkatkan sumber daya manusia. Pengembangan sumber daya manusia

tidak dapat dilakukan tanpa pendidikan.2 Hal ini karena merupakan

kepercayaan umum bahwa pendidikan adalah desain kegiatan yang memiliki

dampak terbesar pada perubahan perilaku individu dan masyarakat. Pendidikan

adalah model rekayasa sosial yang efektif untuk mempersiapkan semacam

masyarakat masa depan. Pendidikan menuntut peserta didik untuk menjadi

dirinya sendiri, masyarakat, bangsa, dan negara.3

1
Al-Kandahlawi, Himpunan Fadhilah Amal (Yogyakarta: Ash-Shaff, 2010), h. 322.
2
Abd. Basir, “‘Simpul-Simpul Pendidikan Islam Pada Surah Ali Imran, an-Nisa Dan al-
Maidah,’ Dalam at-Tarbawi, Jurnal Kajian Kependidikan Islam, Vol.11, No. 2, (Nopember 2012-
April)” (2013): h. 211.
3
Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran (Bandung: CV. Alfabeta, 2011), h. 3.
Pendidikan membuka potensi peserta didik untuk beriman kepada

Tuhan Yang Maha Esa, bertakwa, berakhlak mulia, menjadi warga negara yang

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab.4

Dalam hal ini, pembelajar dapat melihat dari masa remaja. Masa remaja

sering secara sederhana didefinisikan sebagai masa transisi antara masa anak-

anak dan dewasa, atau ketika seorang remaja, atau seseorang, menunjukkan

perilaku tertentu seperti tidak terkendali, mudah bersemangat, dll.5 Namun dari

sudut pandang sosial, masa remaja merupakan masa pertumbuhan dan

perkembangan, masa transisi dari ketidakdewasaan pada masa kanak-kanak

menuju kedewasaan pada masa dewasa. Masa remaja merupakan masa transisi

individu biologis, psikologis, sosiologis, dan ekonomi. Masa remaja adalah

masa yang menyenangkan dan mengasyikkan dalam hidup. Mereka akan lebih

pintar dan lebih canggih (njelimet) dan akan mampu mengambil keputusan

sendiri dibandingkan ketika mereka masih anak-anak.6

Remaja merupakan bagian dari kelompok manusia atau masyarakat

yang memiliki kepribadian dan profil yang berbeda dengan kelompok manusia

atau masyarakat lainnya. Perbedaan ini terlihat jelas dalam kaitannya dengan

usia di mana masa remaja berada dalam masa transisi dan perkembangan fisik

dan psikologis berkembang pesat. Oleh karena itu, keunikan dan kompleksitas

perilaku remaja terletak pada perubahan perilaku yang kurang stabil dan sangat

4
“Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia” Nomor 20 tahun 2003, bab II pasal
3 Tentang Dasar, Fungsi, dan Tujuan Pendidikan, h. 4.
5
Sarlito W. Sarwono, Psikologi Remaja, Cet. 17. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2015), h. 2.
6
Abuddin Nata, Psikologi Pendidikan Islam, Cet. 1. (Depok: PT RajaGrafindo Persada,
2018), h. 211.
sulit untuk diidentifikasi. Mengenai perkembangan perilaku pada masa remaja,

Zakiah Dadjat mengatakan: “Salah satu kondisi mental yang dapat dipastikan

pada masa remaja adalah salah satu guncangannya.”7

Syok psikologis remaja erat kaitannya dengan kondisi internal (internal)

dan eksternal (eksternal) masa remaja karena adanya rangsangan dari luar.

Situasi ini dapat memiliki efek positif dan negatif pada perubahan perilaku

remaja. Hal ini tercermin dari fenomena perilaku yang menyimpang dari norma

sosial. Seperti yang dikatakan Andi Mappiare, beberapa perilaku menyimpang

anak laki-laki adalah perilaku menyimpang dan agresif yang ditandai dengan

perilaku sosial menyimpang yang ditandai dengan kecenderungan untuk

menyakiti, melanggar aturan, atau menyerang. Termasuk: pencurian dan

perusakan properti, jenis kelamin, hubungan dengan orang lain (melawan

serangan mendadak).8

Pada tahun 1904, psikolog Amerika G. Stanley Hall menulis buku sains

pertama tentang sifat remaja. G. Stanley Hall sedang membahas masalah "badai

dan stres". Menurut Hall, masa remaja adalah periode konflik dan perubahan

suasana hati, di mana pikiran, emosi, dan tindakan berayun antara kebanggaan

dan kerendahan hati, kelembutan dan godaan, dan kegembiraan dan kesedihan.

Remaja dapat mengerjai teman-temannya pada suatu saat dan menjadi ramah

7
Zakiah Dradjat, Pembinaan Nilai Moral Di Indonesia (Jakarta: Bulan Bintang, 1971), h.
112.
8
Andi Mappiare, Psikologi Remaja (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), h. 191-192.
pada saat berikutnya, atau dia bisa merasa sendirian tetapi merasa berada

dengan sahabat dia dalam beberapa detik.9

Bahkan, untuk sebagian besar abad ke-20, remaja digambarkan sebagai

anomali dan menyimpang daripada normal dan menyimpang, ini adalah refleksi

Hall tentang badai dan stres. Media menggambarkan remaja sebagai

pemberontak, kontradiktif, hipster, menyimpang, dan pemberontak yang

mementingkan diri sendiri-tidak masuk akal di akhir 1950-an dan pengendara

mudah di 1960-an. Pertimbangkan gambar seorang pemuda yang stres dan

bermasalah di klub 16 lilin dan sarapan di tahun 1980-an. Boyz Nthe Hood di

tahun 1990-an. Menurut analisis liputan televisi lokal, topik yang paling sering

dilaporkan tentang pemuda adalah kejahatan, kecelakaan, dan kejahatan yang

dilakukan oleh pemuda, dan berita adalah sekitar setengah (46%) dari semua

liputan pemuda).10

Masalah lain yang mempengaruhi remaja dalam kehidupan kita sehari-

hari adalah tidur larut, tidak di rumah, mencuri, berbohong, merokok,

mengumpat dengan kata-kata yang tidak jelas, dan mengucapkan kata-kata

vulgar dan tidak patuh, suka bertengkar, selalu menolak perintah, bolos sekolah,

mendengarkan musik yang keras, tidak membersihkan badan dengan benar,

atau sebaliknya, menghabiskan waktu di toilet (mandi), malas (menganggur)

dengan tidak melakukan apa-apa, membuat model dan potongan rambut yang

kikuk atau ceroboh, melakukan hal-hal yang berisiko konyol tanpa berpikir

9
John W. Santrock, Life Span Development, Perkembangan Masa Hidup, 5 Jilid 1.
(Jakarta: Erlangga, 2002), h. 8.
10
Ibid., h. 9.
matang, kehidupan bergaul dengan orang yang tidak disukai karena tidak jelas

arahnya, mengabaikan pelajaran agamanya, atau mengabaikan ibadahnya

sehingga tidak sholat, atau tidak sholat tepat waktu.11

Setidaknya ada empat isu yang mempengaruhi mayoritas remaja, yaitu

masalah penyalahgunaan zat, masalah kenakalan remaja, masalah seksual,

masalah yang berhubungan dengan sekolah. Remaja yang paling terancam

adalah remaja dengan berbagai masalah.12

Secara bertahap, para peneliti menyadari bahwa masalah perilaku

remaja terkait. Misalnya, penyalahgunaan zat yang parah dikaitkan dengan

aktivitas seksual dini, kinerja yang buruk, putus sekolah, dan perilaku buruk.

Aktivitas seksual dini dikaitkan dengan penggunaan tembakau dan alkohol,

penggunaan ganja, dan narkotika lainnya. Meskipun tidak sempurna, beberapa

remaja berisiko lebih tinggi untuk "melakukan semua ini".13

Untuk mengatasi krisis moral yang terjadi di negara kita, sangat penting

untuk memperkuat pendidikan karakter dalam situasi saat ini. Diakui atau tidak,

masyarakat sekarang mengalami krisis yang nyata dan mengkhawatirkan, yang

mempengaruhi aset kita yang paling berharga, anak-anak kita. Krisis ini

memanifestasikan dirinya dalam bentuk pesta seks yang meningkat.14

Menurut Emotional Spiritual Question (ESQ), krisis moral dalam

masyarakat Indonesia meliputi krisis kejujuran, krisis tanggung jawab,

11
Ruqayyah Waris Masqood, Membawa Pemuda Ke Surga (Bandung: Penerbit Mizan,
1998), h. 43.
12
John W. Santrock, Remaja, Ed.11. Jilid 2. (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2002), h. 269.
13
Ibid. h. 269.
14
Zubaidi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi Dan Aplikasinya Dalam Lembaga
Pendidikan, Ed. 1. (Jakarta: Penerbit Kencana, 2011), h. 1.
kurangnya pandangan ke depan, krisis disiplin, krisis persatuan, dan krisis

keadilan.15

Pendidikan sebenarnya memberikan kontribusi paling besar terhadap

situasi ini. Dalam konteks pendidikan formal di sekolah, ini mungkin salah satu

alasan mengapa pendidikan Indonesia cenderung berfokus pada perkembangan

intelektual atau kognitif, tetapi paling-paling aspek soft skill atau non-akademik

sepertinya diabaikan.

Saat ini, tujuan akademik masih menjadi tujuan utama dari hasil

pendidikan, seperti Ujian Nasional (UN), masih sulit untuk melakukan proses

pendidikan karakter.16

Pendidikan pemuda yang bijaksana adalah pendidikan yang

memperhatikan keadaan jiwa pemuda itu sendiri. Dengan memperhatikan ciri-

ciri fisik dan non fisik, terutama kognitif dan sosial,17 sangat jelas perbedaannya

dibandingkan mendidik anak-anak atau orang dewasa bahwa mendidik remaja

akan jauh lebih sulit. Dengan demikian, tugas terberat bagi orang tua adalah

membimbing anak-anaknya agar berhasil melewati masa remajanya.

Pendidikan remaja, pertama, dapat dilakukan dengan memberikan

kesempatan dan kebebasan untuk mengambil inisiatif, peran, tanggung jawab,

mengajukan pertanyaan, dan sebagainya, dan bukan dengan mendikte atau

memaksa mereka makan, apalagi jika apa yang mereka didiktekan dan makan

15
Darmiyati Zuhdi, Pendidikan Karakter (Yogyakarta: UNY Press, 2009), h. 39-40.
16
Zubaidi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi Dan Aplikasinya Dalam Lembaga
Pendidikan, h. 2-3.
17
Nata, Psikologi Pendidikan Islam, h. 218.
tidak. sejalan dengan pemikiran mereka.18 Pemberian kebebasan berinisiatif ini

sesuai dengan keadaan jiwa remaja itu sendiri, yang penuh rasa ingin tahu dan

suka mencari jawaban atas sesuatu yang dilihat atau dilakukan. Misalnya,

mereka bertanya mengapa umat Islam harus beriman kepada Allah, menunaikan

shalat, puasa, zakat, dan rukun Islam lainnya. Mereka juga mempertanyakan

mengapa ketentuan ajaran Islam tentang berbagai hal, seperti pembagian

warisan, kesaksian di pengadilan, pengenaan hak talak dan lain-lain dibedakan

antara laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu, pendekatan normatif dan

doktrinal dalam pengajaran agama kepada remaja tidak dapat diterima oleh

remaja itu sendiri. Sedangkan pemberian peran dan tanggung jawab kepada

remaja merupakan cara mendidik yang tepat agar mereka mendapatkan

pengalaman langsung dari masyarakat. Seperti memberikan tugas kepada

remaja untuk membuat rangkuman dari buku-buku yang telah mereka baca, atau

untuk membuat laporan survei, wawancara, studi banding, dan sebagainya;

memimpin pengumpulan zakat, infaq dan sedekah dan mendistribusikannya;

mengumpulkan hewan kurban, menyembelih dan mendistribusikan daging

kurban, mengelola kegiatan ibadah, menyampaikan maklumat,

mengumandangkan adzan dan iqamat, memimpin salat berjamaah, dan

mengorganisir berbagai kepanitiaan.

Cara mendidik ini juga diikuti dengan pemberian penghargaan dan

pengakuan atas usahanya. Hal ini penting bagi remaja, karena remaja adalah

seseorang yang menunjukkan jati dirinya di tengah masyarakat, ingin

18
Ibid., h. 219.
mendapatkan pengakuan atas peran, kontribusi dan keberadaannya di tengah

masyarakat. publik. Dengan cara ini, ia telah memasuki kehidupan masyarakat,

dan berusaha untuk diterima oleh masyarakat.

Kedua, pendidikan pemuda melalui dialog interaktif. Yaitu cara

penyampaian ajaran dengan menggali argumentasi atau alasan para remaja itu

sendiri.19

Berangkat dari konteks di atas, remaja dengan segala permasalahannya

memerlukan upaya yang sangat serius untuk segera mengatasinya, terutama

melalui pembinaan nilai-nilai agama yang universal dalam segala langkah

kehidupan. meningkat. Pembinaan dimulai pada usia anak, tetapi harus

dibentuk pada usia dewasa. Menurut Ahmad Tafsir, tidak dapat dipungkiri

bahwa nilai terpenting yang ditanamkan pada anak adalah “menanam iman,

tetap perlu sebagai landasan bagi anak”.20 Pendapat Ahmad Tafsir menyarankan

bahwa iman merupakan bahan utama untuk menanamkan nilai-nilai agama pada

anak, yang merupakan modal utama untuk pendidikan selanjutnya.

Al-Qur'an banyak berbicara tentang kaum muda. Disebut Fatan dalam

Al-Qur'an dan berbagai turunannya ditafsirkan sebagai pemuda, termasuk surat

Anbiya / 21:60. Dalam ayat ini disebutkan bahwa remaja yang diduga bernama

Ibrahim bahkan menyalahkan raja atas berhala yang disembah oleh mayoritas

penduduk saat itu. Kecurigaan mereka adalah bahwa berhala yang mereka

sembah dihancurkan ketika mereka meninggalkan mereka, kecuali yang besar.

19
Ibid., h. 220.
20
Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama Dalam Keluarga ((Bandung: Pemuda Rosdakarya,
1996), h. 8.
Mereka juga mengarak Ibrahim di depan orang banyak dan dibakar hidup-hidup

untuk menghukumnya. Tetapi Ibrahim tidak takut dengan hukuman yang

diberikan raja kepadanya. Ibrahim adalah orang yang yakin, kokoh, percaya dan

mengetahui Tuhannya. Tuhannya tercermin dalam hati dan nuraninya.21 Betapa

kuatnya tekad Ibrahim sehingga dia bahkan tidak takut akan ancaman terhadap

nyawanya. Hal ini karena ia dapat melihat kebenaran dan iman yang tertanam

kuat dalam jiwanya. Dia seperti berlian di lumpur. Tetap kokoh di tengah

masyarakat yang sangat berbeda keyakinannya, tetapi untuk menjaga kebenaran

yang diyakininya.

Kisah serupa dijelaskan dalam ayat 10 Surah Alcalf sebagai kata

alfityatu, dan pada ayat 13 kata fityatun berarti muda. Mereka percaya kepada

Allah dan mengungsi ke gua. Allah menutup telinga mereka dan menidurkan

mereka selama beberapa tahun. Orang-orang muda yang memilih untuk

mempertahankan iman mereka daripada mematuhi iman raja yang tidak adil

bersedia bersembunyi di gua jauh dari masyarakat.

Selain dua cerita di atas, tentunya masih banyak cerita lain yang menarik

untuk disimak. Kajian remaja merupakan topik yang menarik untuk diangkat

karena banyak penelitian terdahulu yang membahas tentang remaja, seperti

pendidikan Islam oleh Herman, DM dan peran Islam dalam pembentukan

kepribadian remaja oleh Siti Maryam Munjiat.

Berdasarkan penelitian di atas, peneliti tertarik untuk mengangkat topik

penelitian baru yang berbeda dari penelitian sebelumnya dalam topik model

21
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an (Jakarta: Gema Insani, 2003), h. 71.
pendidikan remaja perspektif alquran, yang mengkaji semua informasi yang

terkandung di dalam alquran yang didasarkan pada kajian tafsir maudhu'i.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian atau rumusan penelitian yang diajukan dalam tulisan

ini adalah “Bagaimana Model Pendidikan Remaja Menurut Perspektif

Alquran?” Fokus penelitian masih sangat umum dan luas. Untuk memudahkan

pembahasan, penelitian tersebut telah diuraikan secara rinci dan dibatasi

sebagai berikut:

1. Bagaimana pendidikan remaja perspektif alquran?

2. Bagaimana model pendidikan remaja perspektif alquran, seperti pendidik,

siswa, tujuan, materi pendidikan dan metode pendidikan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah untuk menemukan jawaban atas “model pendidikan remaja perspektif

alquran”. Tujuan umum di atas selanjutnya dikategorikan sebagai berikut:

1. Mengetahui pendidikan remaja dalam perspektif alquran.

2. Mengetahui dan memahami model pendidikan remaja dari perspektif

alquran, meliputi pendidik, peserta didik, tujuan, materi pendidikan, dan

metode pendidikan.
D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki nilai teoritis. Dengan kata lain,

dapat ditambahkan ke tubuh pengetahuan akademik di bidang pendidikan Islam

menurut Quran. Selain khazanah keilmuan, khususnya pendidikan agama Islam,

perlu ditambah model pendidikan remaja berbasis AlQuran. Selain itu, hasil

survei ini juga diharapkan memiliki nilai praktis. Artinya dapat diterapkan dan

diamalkan untuk melaksanakan pendidikan remaja di sekolah umum khususnya

di rumah, dalam rangka memberikan kontribusi kepada keluarga islami dalam

rangka penyelenggaraan pendidikan Islam.

E. Definisi istilah

1. Model

Menurut Poerwaarminta, model adalah contoh, acuan, varietas,

spesies, dan lain-lain yang dibuat setelah aslinya. Model juga mencakup

tiruan kecil dan akurat seperti model pesawat terbang. Menurut Muhaimin,

model ini merupakan kerangka konseptual yang digunakan sebagai

pedoman atau acuan dalam melakukan aktivitas.22

Model yang peneliti maksudkan dalam penelitian ini adalah contoh

pendidikan remaja yang diselidiki dalam Al-Qur'an. Komponen model

pendidikan remaja yang disurvei meliputi pendidik, peserta didik, tujuan,

bahan ajar, dan metode pendidikan.

22
Amirullah Syarbini, Model Pendidikan Karakter Dalam Keluarga, Revitalisasi Peran
Keluarga Dalam Membentuk Karakter Anak Dalam Perspektif Islam (Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo Gramedia Group, 2014), h. 7.
2. Pendidikan

Pendidikan menciptakan lingkungan dan proses belajar bagi peserta

didik untuk secara aktif mengembangkan potensi diri, masyarakat, bangsa,

jiwa keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, kepribadian

luhur, dan kemampuan yang diinginkan bangsa. Untuk itu perlu adanya

usaha yang sadar dan sistematis.23

Dari uraian di atas, pendidikan dalam judul tesis ini mendidik,

mengajar, dan mendidik para remaja untuk menjadi teladan bagi pendidikan

kaum muda Islam dengan bimbingan, arahan, dan pembelajaran yang

bersumber dari alquran, sehingga menjadi sebuah model pendidikan remaja

muslim.

3. Remaja

Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan

masa dewasa. Selama masa ini, anak mengalami tahapan pertumbuhan dan

perkembangan fisik dan psikis. Mereka bukan anak-anak dari bentuk tubuh,

cara berpikir, dan perilaku, tetapi mereka bukan orang dewasa yang matang.

Rentang usia untuk remaja adalah 12 hingga 22 tahun.

Remaja dalam Alquran yang dikaji dalam tesis ini adalah kata fata

dengan berbagai bentuk derivasinya terulang sebanyak 7 kali yang terdapat

dalam dua surat, seperti lifatâhu/bentuk mufrad, pada surat Al-Kahfi

(18/069): 60, 62, fatâhâ pada surat Yusuf (12/053): 30, fatayâni/bentuk

23
Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran, Cet. 9. (Bandung: CV. Alfabeta,
2011), h. 3.
tatsniyah pada surat Yusuf (12/053): 36, alfityatu/bentuk jamak pada surat

Al-Kahfi (18/069): 10, fityatun pada surat Al-Kahfi (18/069): 13, dan

lifityânihî pada surat Yusuf (12/053): 62.

4. Perspektif Alquran

Perspektif Al-Qur'an adalah asumsi, nilai, kerangka konseptual,

perspektif, atau perspektif Al-Qur'an.24 Perspektif Al-Qur'an dalam

penelitian ini merupakan kerangka konseptual yang mengikuti nilai-nilai

Al-Qur'an tentang model pendidikan remaja.

Berdasarkan ruang lingkup masalah ini, pembahasan yang dilakukan

tidak dimaksudkan untuk menguji kebenaran ajaran yang terkandung dalam

Al-Qur'an, tetapi menemukan, dan merumuskan model pendidikan bagi

generasi muda sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur'an,

dalam surat Yusuf 30, 36, 62, dan Al-Kahfi 10, 13, 60, 62, termasuk jajaran

pendidik, murid, tujuan, materi, dan metode pendidikan, dengan metode

maudhu’i.

F. Penelitian sebelumnya

Beberapa penelitian yang berkaitan dengan model pendidikan remaja

seperti:

1. Disertasi yang telah dibukukan, “Model Pendidikan Keluarga Qur'ani

(Kajian Surat Ali Imran dan Luqman)”, Abd. Basir, Banjarmasin: Antasari

Press, 2015. Hasil penelitian ini membagi Ali Imran dan Luqman menjadi

24
KBBI, http://kbbi.web.id/perspektif
model pendidikan keluarga prenatal dan postnatal. Model pendidikan

keluarga pralahir ditunjukkan kepada Yahya oleh Hannah Binti Fakuz dan

Nabi Zakariya terhadap Nabi Yahya. Dan model pendidikan keluarga pasca

melahirkan dijelaskan secara sistematis oleh Luqman al-Hakim. Model

Pendidikan Keluarga dalam hal ini menunjukkan bahwa pendidikan pralahir

merupakan bagian dari pendidikan pascakelahiran. Artinya keberhasilan

postnatal parenting sangat ditentukan oleh prenatal parenting. Dengan kata

lain, asuhan prenatal menentukan keberhasilan pendidikan anak postnatal.

Karena pentingnya pendidikan keluarga, semua pihak dalam pendidikan

keluarga prenatal dan postnatal seperti yang digambarkan oleh keluarga

Imran dan Lukman, yang ditunjukkan dalam surat Ali Imran dan Lukman,

saya harap kita bisa mengadopsi model itu.

2. Disertasi yang telah dibukukan, “Interaksi Pendidikan, 10 Cara Al-Qur'an

Mendidik Anak,” Miftahul Huda, Malang: UIN Malang, 2008. Dalam

penelitian ini, peneliti menemukan 10 model interaksi pendidikan pada anak

berdasarkan teori sosial. Model interaksi edukatif ini berkaitan dengan 20

aspek prinsip reaksi dalam kajian disertasi penulis, khususnya pada model

pendidikan remaja, namun dalam kajian yang dilakukan oleh Miftahul Huda

bukan remaja, melainkan hanya interaksi pendidikan anak.

3. Disertasi yang telah dibukukan, “Pendidikan Keimanan Kontemporer

Sebuah Pendekatan Qur’ani,” Burhanuddin Abdullah, Banjarmasin:

Antasari Press, terbitan 2008. Penelitian ini menggunakan metode tafsir

maudhu'i. Pada bab V, ditemukan pola operasional pendidikan keimanan


kepada Allah swt, namun lebih menitikberatkan pada pendidikan agama dan

terbatas pada keyakinan kepada Allah swt, tidak sepenuhnya membahas

model pendidikan remaja perspektif Al-Qur'an.

4. Tesis, Model Pembelajaran Dalam Perspektif Al-Qur'an, Zainal Abidin,

Banjarmasin: Sekolah Pascasarjana IAIN Antasari, 2010. Dalam tulisan ini,

model pembelajaran umum tidak menitikberatkan pada aspek pembelajaran

tertentu.

Berbagai penelitian di atas, menunjukkan bahwa penelitian tentang

model pendidikan merupakan hal yang menarik untuk diteliti, begitu juga

metode penelitian yang berlatar ayat-ayat alquran dengan kajian maudhu’i juga

sangat penting untuk dikaji lebih dalam, dan membuka lapangan penelitian

untuk tema-tema yang beragam. Berdasarkan hasil penelusuran yang peneliti

lakukan, belum terdapat penelitian tentang model pendidikan remaja dalam

alquran. Dengan demikian, penelitian yang akan peneliti lakukan ini penting

dilakukan karena berbeda dengan penelitian sebelumnya dan memiliki

kebaruan dari penelitian yang pernah ada.

G. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Kajian yang berjudul Model Pendidikan Remaja Dalam Perspektif

Alquran ini merupakan salah satu jenis studi kepustakaan. Artinya,

penelitian yang mengumpulkan sumber data dari bahan pustaka berupa


buku, surat kabar, atau dokumen lain yang berkaitan dengan maksud atau

tujuan penelitian.25

Pendekatan penelitian untuk penelitian ini adalah penelitian

kualitatif. Artinya, data dari sumber perpustakaan yang berbeda

disampaikan secara lisan melalui penjelasan berupa kata-kata dan bahasa

dalam konteks khusus dengan menggunakan metode ilmiah yang alami dan

berbeda.26 Untuk memberikan penjelasan atau interpretasi, buku dibaca,

dipahami, dipelajari, dan dianalisis baik dalam bentuk buku interpretasi

maupun sumber informasi lain yang berkaitan dengan pembahasan yang

ada.

Penelusuran perpustakaan ini merupakan penelitian yang dilakukan

dengan melakukan penelusuran buku-buku yang berkaitan dengan pokok

bahasan yang dibahas secara deskriptif. Penelitian yang mengikuti

perkembangan penelitian di bidang yang diteliti, menggunakan bahan

pustaka sebagai sumber data utama untuk menyelidiki konsep-konsep yang

ditemukan oleh para ahli sebelumnya. Selidiki dan gunakan data sekunder

berdasarkan topik yang dipilih untuk menghindari penyelidikan ganda.27

2. Sumber Data

Seperti yang telah dijelaskan di atas, penelitian ini merupakan studi

kepustakaan, sehingga sumber data yang digunakan penulis berasal dari

25
Ulya, Interpretasi Metode Penelitian (Kudus: Nora Media Enterprise, 2010), h. 19.
26
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2011), h. 6.
27
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei (Jakarta: LP3S, 1986),
h. 70.
berbagai sumber. Berkaitan dengan penelitian ini, penulis mengambil

sumber dari buku-buku tentang tafsir Al-Qur'an dan buku-buku yang terkait

dengan masalah yang penulis bahas dalam kaitannya dengan model

pendidikan remaja dalam perspektif Alquran. Berdasarkan tingkatannya,

data kepustakaan yang dikumpulkan dalam penelitian ini dapat dibedakan

menjadi dua jenis.

a. Data Utama

Data primer berkaitan langsung dengan penelitian tesis ini.28

Sumber data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah: ayat-

ayat Alquran yang ada pada Mushaf Al-Qur'an dan terjemahannya yang

diterbitkan pada tahun 2019 oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an

di bawah naungan Kementerian Agama Republik Indonesia.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak berhubungan langsung

dengan penelitian tetapi berguna untuk menunjang hasil penelitian.29

Sumber data sekunder yang diperlukan adalah At-Tafsir Al-Maragi oleh

Ahmad Musthafa Al Maraghi, Tafsir al-Qur`an al-Karim oleh Imam

Abu Fida Ibn Katsir Ad Dimasyqi, al-Jâmi' li Ahkami al Qur'an oleh

Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Asy'âri al-Qurtubi, Tafsir

Sya’rawi oleh Syekh Muhammad Mutawalli Sya'rawi, At-Tafsir al-

Munir oleh Wahbah az-Zuhaili. Yang bahasa Indonesianya Tafsir Fii

28
Ibnu Hajar, Fundamentals of Qualitative Research Methodology in Education (Jakarta:
PT. Raja Grafindo, 1996), h. 83.
29
Ibid., h. 84.
Zhilaalil Qur'an oleh Sayyid Qutb, Pesan, Kesan dan Harmoni Al-

Qur'an oleh Prof. M. Quraish Shihab. Buku tentang hadits, buku tentang

ilmu tafsir Al-Qur'an, dan buku tentang pendidikan Islam juga

digunakan untuk melengkapi data-data yang dibutuhkan untuk

penelitian ini.

Sumber data ini dimaksudkan untuk membantu penulis

mengembangkan cara untuk memodelkan pendidikan remaja dalam

perspektif Alquran. Untuk memudahkan tindak lanjut dari ayat-ayat Al-

Qur'an yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka digunakan buku Al-

Mu’jam Al-Mufahras Fi Alfhaz al-Qur’an Al-Karim oleh Muhammad

Fuad Abdul Baqi. Saat mendiskusikan kata dan istilah Arab, maka

digunakan kamus Bahasa Arab, misalnya Lisan al-Arab oleh Ibn

Manzur al-Ifriki al-Misra, Mu’jam Maqayis al-Lugah oleh Abu al-

Husain Ahmad bin Faris bin Zakaria, Al-Qamus al-Munir oleh Al-

Fairuz Abadi dan Kamus Kontemporer Arab Indonesia oleh Atabik Ali

dan Ahmad Zuhdi Muhdlor.

Sedangkan yang digunakan sebagai alat untuk menganalisis

makna kata dan istilah Al-Qur'an adalah kitab Mu'jam Mufradat Alfaz

Qur'an dan Al-Mufradat fi Garib Qur'an oleh Abu al-Qasim al-Husin

bin Muhammad ar-Ragib al-Asfahani.

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik perolehan data yang digunakan penulis dalam

penelitian ini adalah:


a. Membaca berbagai rujukan yang berkaitan dengan masalah yang sedang

diselidiki.

b. Pemilihan sumber primer dan sekunder, serta buku-buku dan ayat-ayat

yang menjadi sumber buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini.

c. Mencari dan menemukan ayat dan hadits yang berkaitan dengan kajian

dan pembahasan karya ini.

4. Analisis Data

Validasi data dilakukan untuk mendapatkan data yang benar-benar

valid untuk bahan penelitian. Setelah data terkumpul secara sistematis,

langkah selanjutnya adalah menganalisis data atau isi tekstual. Dalam

menganalisis data, penulis menggunakan analisis isi dengan interpretasi

maudhu`i (subjek).

a. Analisis Konten

Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan di atas, penulis

menggunakan metode analisis isi dalam penelitian ini. Menurut Weber

Moleong, analisis isi adalah metode penelitian yang menggunakan

serangkaian langkah untuk menarik kesimpulan yang valid dari suatu

pernyataan atau dokumen. Selain itu, Holsi Moleong mendefinisikannya

sebagai teknik yang digunakan untuk memperoleh kesimpulan dan

mengeksekusinya secara objektif dan sistematis dalam upaya

menemukan karakteristik suatu pesan.30

30
Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 163.
Analisis isi adalah teknik yang digunakan untuk menarik

kesimpulan. Analisis ini merupakan analisis rinci atau survei terhadap

teks. Sumber data utama untuk penelitian ini adalah teks Al-Qur'an,

sehingga analisis ini sangat cocok untuk digunakan dalam penelitian ini.

Untuk tujuan menganalisis data primer yang terkait dengan

debat pendidikan remaja sesuai Al-Qur'an, maka disusun terlebih dahulu

ayat-ayat Al-Qur'an terkait tema pokok bahasan diturunkan secara

kronologis dalam urutan surat-surat Al-Qur'an. Untuk memfasilitasi ini,

maka disusun daftar konversi tertib surat-surat yang dipesan telah diedit

dalam urutan kronologis sebagaimana terlampir. Pada data hasil

konversi, angka sebelum surat menunjukkan urutan surat dalam mushaf.

Adapun angka setelah surat adalah nomor urut turunnya.31 Untuk studi

pendidikan remaja, maka dianalisis menurut urutan-urutan ayat-ayat

dalam alquran.

b. Kajian Tafsir Maudhu'i (Tematik)

Penelitian ini juga menggunakan interpretasi maudhu'i terhadap

topik dan materi percakapan dan diskusi. Secara sederhana tafsir

maudhu'i ini adalah memaknai ayat-ayat Al-Qur'an berdasarkan pokok

bahasan atau pokok persoalan yang berkaitan dengan aspek-aspek

kehidupan manusia yang dijelaskan melalui ayat Al-Qur'an.32 Tafsir

mengumpulkan ayat-ayat dari berbagai surat yang berbicara tentang

31
Abdullah Karim, Tanggung Jawab Kolektif Manusia Menurut Al-Qur’an (Banjarmasin:
Antasari Press, 2010), h. 24.
32
Mustafa Muslim, Mabahis Fi Al-Tafsir al-Maudhu’i (Damaskus: Dar al-Qalam, 1997),
h. 16.
suatu masalah tertentu, ayat-ayat tersebut disusun sedemikian rupa,

ditempatkan di bawah topik pembahasan, dan kemudian

diinterpretasikan atau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan

interpretasi maudhu’i atau biasa dikenal dengan tafsir tematik.33

Yang dimaksud dengan cara pendekatan tematik adalah cara

membaca dan memahami ayat-ayat Al-Qur`an melalui cara-cara

mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur'an yang memiliki kesamaan sebab

bahwa mereka masing-masing membahas hal yang sama, kemudian

penafsir mulai menawarkan data dan penyebab dan menarik

kesimpulan. Pendekatan ini lebih banyak digunakan saat ini, karena

dialognya sesuai dengan tema yang diinginkan.34

Tafsir maudhu`i, yaitu metode yang digunakan dengan

membicarakan masalah/subjek (maudhu’i) dan mengumpulkan semua

ayat Al-Qur'an yang mengarah pada pemahaman dan tujuan yang sama,

walaupun ayat-ayat tersebut (cara) turunnya terungkap secara berbeda

dan tersebar pada berbagai surat dalam Al Qur'an dan turun wahyunya

pun pada waktu dan tempat yang berbeda pula.35 Adapun prosedurnya

adalah sebagai berikut:

1) Pilih topik.

2) Kumpulkan semua ayat Alquran yang terkait dengannya.

33
Usman, Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Teras, 2009).
34
Abdul Hayy Al-Farmawi, Metode Tafsir Maudhu’i (Bandung: Setia Pustaka, 2002), h.
55-56.
35
Said Agil Husin Al-Munawwar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, Cet.
3. (Jakarta: Intermasa, 2004), h. 74.
3) Tentukan urutan ayat menurut waktu turunnya dan berikan Asbab

Nuzulnya.

4) Jelaskan Munasabah (relevansi) antar ayat.

5) Menyusun kajian yang sistematis dengan kerangka yang sistematis

dan lengkap dengan gambaran yang mencakup seluruh aspek dan

topik kajian.

6) Menyajikan hadits-hadits yang berkaitan dengan hal tersebut,

kemudian ditakhrij demi menjelaskan sejauh mana kedudukan

hadis-hadis tersebut. Juga menyebutkan asar dari sahabat dan tabi'in.

7) Lihat kalam bahasa Arab (ekspresi linguistik) dan bagian terkait

untuk menjelaskan lafaz di bagian selanjutnya yang berbicara

tentang subjek.

8) Kajian ayat yang berkaitan dengan pokok bahasan, dilakukan secara

maudhu'i dalam segala aspek isinya. yaitu lafaz ‘am, khas,

muqayyad, muthlaq, syarat, jawab, hukum-hukum fiqih, naskh dan

yang mansukh, jika ada unsur balagah dan i’jaz, mencoba

menggabungkan ayat-ayat tersebut dengan ayat-ayat lain yang

dikatakan tidak konsisten, atau hadits-hadits yang tidak sejalan

dengannya, atau teori ilmiah, dan dengan sengaja menolak

ambiguitas dari lawan-lawan Islam, Sebutkan berbagai penjelasan

pembunuh, jelaskan pentingnya ayat bagi kehidupan sosial, dan

lakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian.36

36
Ibid., h. 74.
Meskipun metode tafsir maudhu`i menjadi dasar pendekatan dalam

penelitian ini, namun dalam menganalisis dilema, pendekatan lain juga

berperan, sepanjang pendekatan tersebut relevan dengan dilema yang

sedang dibahas.

5. Pengolahan Data

Setelah data primer terkumpul dalam pembahasan ini, selanjutnya

dilakukan pengolahan data dengan menggunakan metode interpretasi data

sebagai berikut:

a. Interpretasi Teks; Penafsiran teks di sini berarti bahwa data yang

dihasilkan ditafsirkan menggunakan bagian lain atau menggunakan

hadits Nabi Muhammad. Penafsiran ini digunakan sejak dini untuk

menggali makna suatu kata atau frasa. Pada langkah selanjutnya,

interpretasi juga untuk menarik kesimpulan yang terkandung dalam

klausa atau kalimat yang membentuk klausa yang sedang dibahas.

b. Interpretasi Linguistik; Maksud penafsir bahasa dalam karya ini adalah

untuk menginterpretasikan ayat-ayat yang dijadikan data dengan

menggunakan kaidah-kaidah bahasa (Arab).

c. Interpretasi Sistematis; Artinya menafsirkan ayat yang menjadi data

dalam konteks korelasinya dengan ayat-ayat sebelum dan sesudahnya

(munasabah bayn al-ayat).

d. Interpretasi sosio-historis; maksudnya adalah untuk menafsirkan ayat

yang digunakan sebagai data latar belakang turunnya ayat itu (asbab

an-nuzul), jika ada.


e. Interpretasi logis; artinya menafsirkan ayat-ayat yang dijadikan data

dengan menggunakan prinsip-prinsip logika. Dalam hal ini,

kesimpulan diperoleh secara induktif dan deduktif.37

6. Teknik Menulis

Teknik penulisan tesis ini didasarkan pada buku berpedoman pada

buku Pedoman Penulisan Tesis Pascasarjana Universitas Islam Negeri

(UIN) Antasari Banjarmasin dan buku-buku terkait tentang metodologi

penelitian.

H. Sistematika Penulisan

Tesis ini terdiri dari lima bab, dan sistematika penulisan adalah sebagai

berikut.

Bab I Pendahuluan. Bagian pendahuluan ini terdiri dari latar belakang

masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi

istilah, penelitian sebelumnya, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II: Pendidikan Remaja Dalam Perspektif Al-Qur'an meliputi

pendidikan dalam al-Qur'an, remaja dalam al-Qur'an, remaja dan

karakteristiknya, dan pendidikan remaja muslim.

Bab III: Tafsir Ayat-Ayat Remaja Dalam Surat Yusuf dan Al-Kahfi

meliputi kedudukan surat, penamaan surat, isi surat, asbabun nuzul surat,

munasabah surat, dan tafsir surat.

37
Abd. Muin Salim, Fiqh Siasah: Konsepsi Kekuasaan Politik Dalam Al-Quran (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 1994), h. 26-27.
Bab IV Model Pendidikan Remaja Dalam Surat Yusuf dan Al-Kahfi

berkaitan dengan pendidik, peserta didik, tujuan pendidikan, materi pendidikan,

dan metode Pendidikan.

Bab V: Berisi simpulan, saran dan lampiran.


BAB II

PENDIDIKAN REMAJA DALAM PERSPEKTIF ALQURAN

A. Pendidikan Dalam Alquran

Istilah pendidikan tidak secara langsung dan eksplisit disebutkan dalam

Alquran dan Al Hadis. Namun, istilah yang dekat dengan makna pendidikan

antara lain al-tarbiyah, al-tansyi'ah, al-ishlah, al-ta'dib atau al-adab, al-tahzib,

al-tazkiyyah, al-ta'lim, al-siyasah, al-nash wa al-irsyad, al-mau'idzah, dan al-

akhlak. Sumber lain juga menambahkan istilah al-tabyin dan al-tadris.38 Dalam

tesis ini, penulis menjelaskan lima istilah yang berkaitan dengan pendidikan

dari sudut pandang Al-Qur'an: al-tarbiyah, al-tazkiyah, al-tadris, al-ta’lim, dan

al-mau’izhah. Lima istilah dijelaskan di bawah ini.

1. Al-Tarbiyah

Secara umum, dalam dunia Islam istilah pendidikan sering disebut

dengan kata tarbiyah. Istilah ini sering digunakan untuk menyebut lembaga

pendidikan (baik klasik maupun modern). Seperti yang penulis sebutkan

pertama kali, Quran dan Al-hadis tidak memiliki istilah al-tarbiyah, tetapi

ada beberapa kata kunci yang memiliki akar kata yang sama, seperti al-

Rabb, rabbayani, murabbi, yurbi, dan rabbani. Dalam kamus bahasa Arab,

kata al-tarbiyah adalah bentuk masdar dari kata rabba yurabbii, bentuk dari

fi'il tsulatsi mazid bi harf (kata kerja tiga huruf yang menambahkan huruf

tambahan), mendidik, mengajar, dan menumbuhkan.

38
M. Jindar Wahyudi, Nalar Pendidikan Qur’ani (Yogyakarta: Apeiron Philotes, 2006), h.
52.
Para ahli pendidikan dan ahli tafsir memiliki pendapat yang berbeda

tentang fil mujarrad atau kata asal/dasar yang berkaitan dengan kata

tarbiyah. Setidaknya menurut Abdurrahman An-Nahlawi, istilah tarbiyah

berkaitan dengan tiga kata dasar:39 yaitu sebagai berikut:

a. Rabaa, Yarbuu, Rabwan: Berarti "tumbuh" (zaada) dan "tumbuh"

(namaa). Dari istilah dasar ini, kita dapat memahami istilah riba.

Pemahaman ini juga berdasarkan Q.S. ar-Rum, 30/08 4:39. Singkatnya,

pendidikan (tarbiyah) adalah proses atau usaha untuk menambah,

menumbuhkan, atau mengembangkan sesuatu yang ada pada diri

peserta didik baik fisik, psikis, sosial, dan spiritual.

b. Rabiya-yarbaa berarti menjadi besar, tumbuh, makmur dan makmur.

Al-Qur'an memiliki bagian dalam kosa kata ini yang mengacu padanya

dalam arti subur dan berkembang. Artinya, penggalan Sura Al-Hajj,

22/10 3:5. Sejalan dengan makna kata-kata di atas, Tarbiah adalah

proses di mana murid tumbuh dan dewasa secara fisik, psikologis, sosial

dan spiritual.

c. Rabba, yarubbu, rabban: artinya memperbaiki, mengatur,

mengarahkan, membela, dan memelihara. Dari kata ini kita mengenal

kata rabb, Tuhan. Menurut ar-Raghib Al-Asfahani, kata rabb adalah

insya asy-syai haalan fa haalan ila had al-tamaam. Artinya,

39
Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah Dan
Masyarakat (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), h. 30-31.
menumbuhkan atau memelihara sesuatu secara bertahap sampai

mencapai batas penuh.40

Imam At-Tabari menjelaskan bahwa kata Ar-Rabb memiliki banyak

arti (penggunaan) dalam bahasa Arab. Penguasa yang diikuti, orang yang

mengubah sesuatu, orang yang memiliki sesuatu. Maka rabb (Allah SWT)

adalah penguasa yang pemeliharanya bukanlah makhluk yang sebanding

dengan kekuasaannya, dan Dialah yang mengubah segala sesuatu

makhluknya dengan memberikan berbagai manfaat kepada mereka. .. Dia

adalah pemilik mutlak alam semesta dan isinya, menciptakan, memerintah

dan mengatur.41 Dengan kata lain, kata rabb berarti memulihkan,

menguasai, memiliki, mengatur, memelihara, memperindah, dan

melestarikan seluruh alam semesta. Dari kata rabb juga memberitahu kita

bahwa Alquran juga memiliki istilah rabbani dan rabbaniyun. Misalnya,

firman Allah dalam Surat Ali Imran, 3/08 9:79.

ِٰ ‫ اﻟِْﻜٰﺘﺐ واْﳊْﻜﻢ واﻟﻨﱡـﺒـﱠﻮَة ُﰒﱠ ﻳـُﻘﻮَل ﻟِﻠﻨﱠﺎِس ُﻛﻮﻧـُﻮا ِﻋﺒﺎدا ِّﱄ ِﻣﻦ دوِن ا‬7ٰ ‫ﻣﺎ َﻛﺎَن ﻟِﺒﺸٍﺮ اَْن ﻳـﱡﺆﺗِﻴﻪ ا‬
‫ َوٰﻟِﻜْﻦ ُﻛْﻮﻧـُْﻮا‬7ّ ُْ ْ ْ ً َ ْ ْ َْ ُ ََ ُ َ َ ُّ ُ َ ْ ََ َ
‫ﺐ َوِﲟَﺎ ُﻛْﻨـﺘُْﻢ ﺗَْﺪُرُﺳْﻮَن‬ ِ ِ ِ ِ‫ﻧ‬P‫رﱠ‬
َ ‫ﲔ ﲟَﺎ ُﻛْﻨـﺘُْﻢ ﺗُـَﻌﻠُّﻤْﻮَن اﻟْﻜٰﺘ‬
42
َّ َ
Ayat di atas tergolong sesuatu dengan menambahkan huruf yaa an-

nisbah pada insaani, seperti kata insaan. Seperti disebutkan pada bagian di

atas, kata rabb menjadi rabani. Quraish Shihab dari Tafsir Al-Mishbah

40
Al-Raghib Al-Asfahani, Mu’jam Mufradat Alfazh Al-Qur’an (Beirut: Dar Al-Fikr, 1992),
h. 189.
41
Abi Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari (Kairo: Maktabah Ibnu
Taimiyyah, 1340), h. 89.
42
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Edisi Penyempurnaan (Jakarta:
Departemen Agama, 2019), h. 80.
menjelaskan bahwa Rabbani selalu dapat mengajarkan kitab suci dan

menganggapnya sebagai pembelajar yang berkelanjutan.43

Oleh karena itu, konsep tarbiyah merupakan upaya mendidik

manusia untuk meningkatkan taraf hidupnya ke arah yang lebih sempurna.

Tarbiyah tidak hanya dipandang sebagai proses pendidikan, tetapi juga

mencakup proses mengurus dan mengatur perjalanan hidup manusia agar

dapat terlaksana dengan lancar.44 Seperti dikutip Samsul Nizar,

menyimpang dari arti asal kata tarbiyah, ia mengklaim bahwa pendidikan

terdiri dari empat komponen. (1) memelihara fitrah anak menjelang dewasa

(baligh). (2) Memaksimalkan potensinya. (3) Secara alami mengubah

semua kemungkinan menjadi sempurna. (4) Dilaksanakan secara

inkremental atau bertahap.45

Secara teoritis penggunaan istilah tarbiyah untuk pendidikan

didasarkan pada firman Allah dalam Surat al-Isra`, 17/050: 24.


ۗ ِ
46
‫ﺻﻐِ ْ ًﲑا‬ ِ ِ ِ ِ
ّ ‫ﺾ َﳍَُﻤﺎ َﺟﻨَﺎَح اﻟﱡﺬّل ﻣَﻦ اﻟﱠﺮْﲪَﺔ َوﻗُْﻞ ﱠر‬
َ ‫ب اْرَﲪُْﻬَﻤﺎ َﻛَﻤﺎ َرﺑـﱠٰﻴ ِ ْﲏ‬ ْ ‫َواْﺧﻔ‬
Ahmad Mustafa Al-Maragi menafsirkan ayat di atas, menyatakan

bahwa semua anak harus rendah hati dan menghormati orang tua mereka.

Taatilah keduanya apa saja yang diperintahkan kepadamu, kecuali

kemaksiatan kepada Allah. Sikap ini muncul karena keduanya telah

memberikan cinta dan kasih sayang. Keduanya sangat membutuhkan

43
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, vol. 5 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 161.
44
Afifuddin Harisah, Filsafat Pendidikan Islam: Prinsip Dan Dasar Pengembangannya
(Yogyakarta: Deepublish, 2018), h. 23.
45
Samsul Nizar, Filasafat Pendidikan Islam: Pendekatan, Historis, Teoritis Dan Praktis
(Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 26.
46
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Edisi Penyempurnaan, h. 396.
seseorang untuk mengikuti mereka. Sikap ini merupakan puncak

kerendahan hati yang harus dilakukan.47

Menurut Fakhr Al-Razi yang dikutip oleh Afifuddin Harisa,

penggunaan istilah Rabbayaani tidak hanya mencakup ranah kognitif tetapi

juga ranah emosional. Di tempat lain, Sayyid Qutb menggambarkan istilah

itu sebagai membesarkan tubuh anak dan meningkatkan kedewasaan

mentalnya. Kedua pendapat ini menunjukkan bahwa istilah tarbiyah

mencakup tiga bidang pembentukan: kognisi (penemuan), emosi (rasa), dan

psikomotor (niat), dan dua aspek pembentukan fisik dan mental.48

Secara filosofis, konsep Tarbiyah sering dikaitkan dengan tauhid

Rububiyah. Ketika berbicara tentang tauhid Ruubbiyah, itu berarti bahwa

umat Islam mengakui Allah. Ini adalah satu-satunya esensi murabbi yang

memperlakukan dan merawat semua makhluk hidup dengan cinta.

Menciptakan, menguasai, dan mengatur alam semesta untuk kepentingan

makhluknya. Hal ini menegaskan bahwa pengetahuan pendidikan Islam

harus diarahkan pada tauhid rububiyah. Tanpanya, pendidikan Islam

kehilangan maknanya.

Para ahli dan cendekiawan pendidikan telah mengajukan banyak

konsep dan falsafah pendidikan Islam. Hal ini memperkaya aspek nilai dan

implementasi pendidikan Islam. Pendidikan Islam yang dilaksanakan harus

mencakup pengamalan keimanan, transformasi nilai-nilai kehidupan, dan

47
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Juz 7. (Semarang: CV Thaha Putra,
1992), h. 21.
48
Harisah, Filsafat Pendidikan Islam: Prinsip Dan Dasar Pengembangannya, h. 24.
proses kehidupan Islami. Hal-hal tersebut harus dicapai secara maksimal

oleh siswa. Proses ini dilakukan secara harmonis dan menghasilkan peserta

didik yang berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani, serta mengenal jati

diri dan lingkungannya.

Mustafa Al-Maraghi membagi kegiatan Tarbiyah menjadi dua jenis.

1) Tarbiyah khalqiyah, pendidikan yang berkaitan dengan pertumbuhan

jasmani manusia agar manusia menjadi sehat, kuat dan digunakan

sebagai sarana perkembangan jiwa.

2) Tarbiyah diniyyah tahdzibiyah, pendidikan yang berkaitan dengan

pemajuan dan pengembangan agama untuk moralitas dan kesehatan

jiwa manusia.49

Klasifikasi Tarbiyah ini menekankan bahwa pendidikan Islam tidak

hanya diarahkan pada kebutuhan jasmani, tetapi juga pada perkembangan

psikologis, sosial, etika dan agama. Atau konsep pendidikan Islam,

pendidikan bertujuan untuk kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat. Oleh

karena itu, pengembangan potensi dan kreativitas manusia tidak boleh

bertentangan dengan etika Rububiyah sebagaimana dijelaskan dalam kitab

suci Al-Qur'an.

2. Ta'lim

Kata ta'lim berbentuk mashdar (kata benda) dari akar kata 'allama

yu'allimu’. Beberapa ahli pendidikan Islam menyebut kata pendidikan

tarbiyah, tetapi pengajaran digambarkan dengan kata ta'lim. Mengajar

49
Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, h. 56.
adalah memberikan pemahaman, pengetahuan dan keterampilan.

Pendidikan sering diekspresikan dalam bentuk tarbiyah dan tidak hanya

bergantung pada aspek kognitif, tetapi juga pada aspek emosional dan

psikomotorik. Sejauh menyangkut pengajaran (ta’lim), seringkali dianggap

diarahkan pada aspek pemberian pengetahuan, aspek kognitif. Ini seperti

kelas matematika.

Namun, tidak semua ahli setuju dengan konsep di atas. Abdul Fatah

Jalal meyakini bahwa proses ta'lim lebih universal dan menyeluruh daripada

tarbiyah.50 Jalal memperkuat argumennya dengan Surah Al-Baqarah,

2/087:151.

‫ﺐ َواْﳊِْﻜَﻤﺔَ َوﻳـَُﻌﻠُِّﻤُﻜْﻢ ﱠﻣﺎ َﱂْ ﺗَُﻜْﻮﻧـُْﻮا‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ


َ ‫َﻛَﻤﺎٓ اَْۗرَﺳْﻠﻨَﺎ ﻓْﻴُﻜْﻢ َرُﺳْﻮًﻻ ّﻣْﻨُﻜْﻢ ﻳَـْﺘـﻠُْﻮا َﻋﻠَْﻴُﻜْﻢ اٰﻳٰﺘﻨَﺎ َوﻳـَُﺰّﻛْﻴُﻜْﻢ َوﻳـَُﻌﻠُّﻤُﻜُﻢ اﻟْﻜٰﺘ‬
51
‫ﺗَـْﻌﻠَُﻤْﻮَن‬
Berdasarkan pandangan Jalal, ayat di atas menunjukkan bahwa

proses ta'lim lebih umum daripada proses tarbiyah. Karena ketika

mengajarkan bacaan Al-Qur'an kepada para sahabatnya, Nabi Muhammad

tidak hanya mampu membuat mereka bisa membaca, tetapi mampu

membuat mereka membaca dengan renungan. Yaitu perenungan atau

tadabbur yang mengandung pengertian, tanggung jawab, dan amanah.

Dengan bacaan seperti ini Rasulullah membawa mereka kepada penyucian

diri (tazkiyah). Kondisi ini pada gilirannya memungkinkan mereka untuk

50
Abdul Fattâh Jalâl, Min Al-Ushul Al-Tarbawiyah Fí Al-Islâm (Kairo: Markaz Dauli li
At-Ta’lim Al-Wadhifi li AlKubar fi Al-‘Alam Al-‘Arabi, 1977), h. 26-27.
51
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Edisi Penyempurnaan, h. 31.
menerima al-hikmah. Kata al-hikmah berasal dari kata al-ihkam yang berarti

kemampuan ilmu dan/atau amal.52

Selanjutnya, Jalal menekankan bahwa ta’lim tidak boleh terbatas

pada pengetahuan eksternal. Proses Taqlid tidak boleh menghasilkan orang

yang mengikuti atau memiliki ilmu Taqlid. Ta'lim juga mencakup

pengetahuan teoritis, validasi lisan dan tertulis, dan implementasi dari

pengetahuan ini. Ta’lim juga mencakup berbagai pengetahuan,

keterampilan dan kode etik yang diperlukan untuk kehidupan. Jalal sampai

pada kesimpulan ini setelah membaca surat Yunus, 10/051:5.

ِ
َ ‫ُ ٰذﻟ‬7ّٰ‫ب َﻣﺎ َﺧﻠََﻖ ا‬
‫ﻚ‬
ۗ ِ
‫ﺎ‬ ‫ﺴ‬ ‫ﳊ‬
ْ ‫ا‬
‫و‬ ‫ﲔ‬ِ‫ﻫﻮ اﻟﱠِﺬي ﺟﻌﻞ اﻟﱠﺸﻤﺲ ِﺿﻴۤﺎء ﱠواﻟَْﻘﻤﺮ ﻧـُﻮرا ﱠوﻗَﱠﺪرﻩ ﻣﻨَﺎِزَل ﻟِﺘَـﻌﻠَﻤﻮا ﻋَﺪد اﻟ ِﺴﻨ‬
َ َ َ َْ ّ َ َ ُْ ْ َ َُ ً ْ َ َ ً َ َ ْ َ َ َ ْ َ ُ
‫ﺖ ﻟَِﻘْﻮٍم ﻳـﱠْﻌﻠَُﻤْﻮَن‬
ِ ٰ‫ﺼﻞ اْ ٰﻻﻳ‬ِ ِۗ ِ ‫ِﱠ‬
ُ ّ ‫ْﳊَّﻖ ﻳـَُﻔ‬P ‫اﻻ‬
53

Kata lita’lamu dalam ayat di atas mengandung makna bahwa

manusia harus mengamati dan mempelajari berbagai aspek ilmu seperti

ilmu falak, teknik, dan logika dengan karunia Allah berupa penciptaan

matahari dan bulan. Melakukan. Proses ini dilakukan melalui syafaat ta’lim.

Berdasarkan analisis tersebut, Jalal menyimpulkan bahwa dimensi ta’lim

menurut Al-Qur'an lebih besar dari dimensi tarbiyah.54

Qurais Shihab menafsirkan Tafsir Al-Misbah's Surat Al-Baqarah,

2/087: 3132, mengungkapkan bahwa tujuan ayat ini adalah ajaran yang

diberikan oleh Allah SWT kepada mereka yang mengetahui nama, fungsi,

dan karakteristik benda. Telah melakukan. Kemudian benda tersebut diberi

52
Jalâl, Min Al-Ushul Al-Tarbawiyah Fí Al-Islâm, h. 28.
53
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Edisi Penyempurnaan, h. 286.
54
Jalâl, Min Al-Ushul Al-Tarbawiyah Fí Al-Islâm, h. 26-27.
nama sesuai dengan pertanyaan. Dia menambahkan dalam surat berikutnya

bahwa kata "al'alim" diambil dari akar kata "'ilm". Ini, menurut ahli bahasa,

berarti meliputi sesuatu tergantung pada situasi yang sebenarnya.55

Para ahli memiliki pengertian yang berbeda tentang ta’lim,

tergantung pada penafsiran istilah ta’lim yang disebutkan dalam banyak

ayat Al-Qur'an. Berikut beberapa pendapat mereka:

a. Muhammad Rasyid Ridla memberi makna sebagai suatu proses

pemberian ilmu yang berbeda kepada jiwa seseorang, tanpa ada batasan

atau syarat khusus.56

b. Ar-Raghib Al-Asfahani memberikan arti khusus. Hal ini untuk

menunjukkan sesuatu yang dapat diselidiki dan diperluas untuk

mempengaruhi atau mengesankan individu.57

c. Abdul Fatah Jalal mendefinisikan sebagai meningkatkan pengetahuan,

pemahaman, pemahaman, tanggung jawab, memberikan pemahaman

sebagai proses penanaman rasa percaya diri, dan memastikan

pembersihan diri (tazkiyah) dari segala polutan. Dengan begitu,

seseorang selalu siap menerima kebijaksanaan dan mencari tahu apa

yang berguna dan tidak diketahuinya.58

d. Muhammad Athiyah Al-Abrasy mendefinisikan al-ta`lim sebagai at-

tarbiyah. Hal ini karena at-ta'lim adalah upaya mempersiapkan individu

55
Shihab, Tafsir Al-Mishbah, 5:h. 176-177.
56
Muhammad Rasyid Ridla, Tafsir Al-Manar (Mesir: Darul Manar, 1373), h. 262.
57
Al-Asfahani, Mu’jam Mufradat Alfazh Al-Qur’an, h. 198.
58
Jalâl, Min Al-Ushul Al-Tarbawiyah Fí Al-Islâm, h. 17.
dengan mengacu pada aspek tertentu, dan at-tarbiyah mencakup semua

aspek pendidikan.59

Penjelasan di atas dengan jelas menunjukkan bahwa masih belum

ada kesepakatan di antara para pendidik Islam tentang penggunaan kata

ta’lim. Namun, melihat penggunaan at-ta'lim atau 'allama dalam Al-Qur'an,

seringkali Allah yang menjelaskan ilmu ketuhanan yang diberikan kepada

semua. Tuhan menggambarkan segala sesuatu yang ada pada manusia. 2/08

7:31 Seperti surat Al-Baqarah, ketika Allah mengajarkan Adam nama-nama

benda di alam semesta ini. Allah mengetahui orang-orang yang mengikuti

petunjuk Allah Q.S. Al-Qalam, 68/002: 7.

Dari penjelasan tersebut dapat kita simpulkan bahwa kata ta’lim

dalam Al-Qur'an mengacu pada adanya sesuatu berupa ilmu yang diberikan

kepada seseorang. Singkatnya, itu cerdas dan transfer pengetahuan. Kata

tarbiyah ditujukan untuk pengarahan, bimbingan, pemeliharaan,

perlindungan, perawatan dan lain-lain. Lebih banyak penekanan

ditempatkan pada pengembangan kepribadian. Berbicara tentang Surah Al-

Baqarah, 2/087:151, "Dia mengajarkan kepadamu Injil dan Al-Hikmah

(Sunnah) dan mengajarkan kepadamu apa yang tidak kamu ketahui." Ayat

ini menunjukkan petunjuk dari Allah SWT. Kepada Rasulullah SAW agar

mengajarkan (ta'lim) kepada umatnya dua hal ini. Menurut Muhaimin,

ajaran pada bagian ini berkaitan dengan masalah teoritis dan praktis.

59
Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, Ruhut Tarbiyah Wa Ta’lim (Saudi Arabiyah: Darul
Ahya, t.t.), h. 7.
Memberikan pedoman kepada siswa agar mudah memperoleh manfaat dan

terhindar dari kerugian. Misalnya, guru matematika berusaha mengajarkan

matematika alhikuma (kebijaksanaan), yaitu pengajaran, serta kepastian dan

ketepatan sikap dan perilaku hidup ketika melakukan proses ta’lim.60

Dedeng Rosidin menjelaskan beberapa pengertian at-ta'lim, antara

lain: ta'lim rabbani adalah penyampaian sesuatu melalui wahyu atau ilham

dengan cara. Allah menemukan jiwa manusia dan melihatnya di mata

Tuhan. Allah adalah guru (mu’allim) dan jiwa murid (muta’allim).

Pengetahuan diberikan langsung kepadanya tanpa belajar atau berpikir.61

Ta’lim adalah pembagian materi dengan penjelasan agar muta’allim

(peserta didik) mengetahui asal-usul yang sebelumnya tidak diketahui dan

memahami asal-usul yang sebelumnya tidak paham. Talim adalah suatu

kegiatan dimana guru (mu’allim) tidak hanya menyampaikan ilmu, tetapi

juga menjelaskan isi, makna, dan tujuan agar siswa memperhatikan,

memahami, menyadarkan, dan menghindari kesalahan dan ketidaktahuan.

Kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh mu’allim dan muta'allim yang

membutuhkan nilai-nilai tertentu yang ramah, langkah demi langkah.

Ta’lim bertujuan untuk menggunakan ilmu yang diberikan, untuk

menghasilkan perbuatan baik, dan memberi petunjuk untuk mencapai jalan

menuju kebahagiaan masa depan, keridhaan Allah SWT.62

60
Muhaimin, Paradigama Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama
Islam Di Sekolah (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2001), h. 45.
61
Dedeng Rosidin, Akar-Akar Pendidikan Dalam Al-Qur’an Dan Al-Hadits (Bandung:
Pustaka Umat, 2003), h. 68-69.
62
Ibid., h. 31.
3. Tazkiyah

Kata tazkiyah berasal dari isim mashdar dari kata zakka yuzakki

tazkiyatan yang memiliki banyak arti. Tazkiyah, dengan kata lain, apa yang

ditulis Abuddin Nata dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam: Purification

(pemurnian dan pembersihan), pronouncment (pernyataan), integrity of

credibility (ketulusan dan kejujuran), attestation of awitness (pengertasaan

atas kesaksian), honorable record (catatan yang dapat dipercaya dan

dihormati).63

Tazkiyah sangat dibutuhkan oleh masyarakat karena memiliki

pengaruh yang besar terhadap kepribadian seseorang.64 Dalam Al-Qur'an,

istilah tazkiyah ditemukan antara lain dalam Surat Al-Jumu'ah, 62/110: 2.

‫ﺐ َواْﳊِْﻜَﻤﺔَ َواِْن َﻛﺎﻧـُْﻮا ِﻣْﻦ‬ ِ ِ ِ ِ ِِ ِ ِ ِ


َ ّ ‫ﺚ ِﰱ اْﻻُّﻣ‬
َ ‫ﲔ َرُﺳْﻮًﻻ ّﻣْﻨـُﻬْﻢ ﻳَـْﺘـﻠُْﻮا َﻋﻠَْﻴﻬْﻢ اٰﻳٰﺘﻪ َوﻳـَُﺰّﻛْﻴﻬْﻢ َوﻳـَُﻌﻠُّﻤُﻬُﻢ اﻟْﻜٰﺘ‬
ِ
َ ‫ُﻫَﻮ اﻟﱠﺬْي ﺑَـَﻌ‬
65 ٍۙ ِ ِ
‫ﺿٰﻠٍﻞ ﱡﻣﺒْﲔ‬
َ ‫ﻗَـْﺒُﻞ ﻟَﻔْﻲ‬

Menurut Quraish Shihab kata Yuzakkihim (mensucikan mereka)

dalam ayat di atas dapat diidentikkan dengan pendidikan. Dalam hal

mengajar, sering dikaitkan dengan kegiatan transfer pengetahuan yang

mengisi benak siswa dengan pengetahuan yang berkaitan dengan bidang

metafisika dan lain-lain.66

63
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010),
h. 16.
64
Kamila Vathin, Rahendra Maya, and Unang Wahidin, Peran Majelis Taklim Quan
Palace Dalam Mengembangkan Akhlakul Karimah Jemaah Melalui Kajian Tazkiyatun Nufus (Prosa
PAI: Prosiding Al hidyah Pendidikan Agama Islam, 2019), h. 145.
65
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Edisi Penyempurnaan, h. 816.
66
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi Dan Peran Wahyu Dalam
Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 1996), h. 172.
Kata Al-tazkiyah juga digunakan sebagai asal kata Zakat, yang

berarti al-numu al-hashil min barakat Allah berarti pertumbuhan yang

dihasilkan dari ridha Allah SWT. Ar-Raghib Al-Asfahani menjelaskan

bahwa berkah ini mencakup dunia dan kejadian yang akan datang. Seperti

kata-kata zaka al-zar`u, artinya mensucikan, darinya tumbuh dan berkah.67

Dalam Al-Qur'an, kata Al-Zakat sering kali disamakan dengan

referensi shalat, seperti kutipan dari Surat Al Baqarah, 2/087: 43.

68 ِِ ‫َواَﻗِْﻴُﻤﻮا اﻟ ﱠ‬
َ ْ ‫ﺼٰﻠﻮَة َواٰﺗُﻮا اﻟﱠﺰٰﻛﻮَة َواْرَﻛﻌُْﻮا َﻣَﻊ اﻟّٰﺮﻛﻌ‬
‫ﲔ‬
Dalam jiwa yang murni dan bersih, memungkinkan orang untuk

memperoleh kualitas yang baik di dunia dan pahala yang diterima di akhirat

kelak. Zakat membantu menjaga orang menjadi suci. Situasi ini juga dapat

dikaitkan dengan seorang hamba sebagai hasil usahanya, seperti yang

terlihat dalam Surat Asy-Syams, 91/026:9.

69 ۖ
‫ﻗَْﺪ اَﻓْـﻠََﺢ َﻣْﻦ َزّٰﻛﯩَﻬﺎ‬
Terkadang mereka mengandalkan Allah karena pada dasarnya Allah

adalah pembersih hamba-hamba-Nya, seperti terlihat dalam Surat An-Nisa',

4/092:49.
ۤ
70
‫ُ ﻳـَُﺰّﻛِْﻲ َﻣْﻦ ﻳﱠَﺸﺎءُ َوَﻻ ﻳُﻈْﻠَُﻤْﻮَن ﻓَﺘِْﻴًﻼ‬7ّٰ‫اََﱂْ ﺗَـَﺮ اَِﱃ اﻟﱠِﺬﻳَْﻦ ﻳـَُﺰﱡﻛْﻮَن اَﻧْـُﻔَﺴُﻬْﻢ ۗ ﺑَِﻞ ا‬
Dengan mempelajari tasawuf, kita mengetahui materi tazkiyatun

nafs. Cecep Alba menjelaskan bahwa membersihkan hati manusia sangat

penting. Tanpa tazkiyatun, orang tidak akan bisa mendekati Yang Maha

67
Al-Asfahani, Mu’jam Mufradat Alfazh Al-Qur’an, h. 218.
68
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Edisi Penyempurnaan, h. 9.
69
Ibid., h. 897.
70
Ibid., h. 116.
Suci, Allah. Tazkiyah adalah upaya mengangkat seseorang dari tingkat yang

rendah ke tingkat yang tinggi dalam hal sikap, sifat, kepribadian, dan

akhlak. Semakin sering seseorang mengamalkan tazkiyah dalam akhlaknya,

semakin Allah menuntunnya ke tingkat keimanan yang lebih tinggi.71

Saat ini orientasi hidup manusia lebih mementingkan alam material.

Manusia itu seperti robot yang pikirannya hanya terpaku pada uang.

Sedangkan kebutuhan spiritual berupa ajaran Islam dan tazkiyah bagi jiwa

tidak mendapat porsi yang layak dalam kehidupan manusia. Akibatnya,

banyak terjadi kejahatan, seperti kerusuhan, kesombongan, keserakahan,

dan korupsi. Hati manusia itu seperti kaca, jika ada kotoran di atasnya akan

meninggalkan bekas jika tidak segera dibersihkan. Cahaya Ilahi akan sulit

masuk ke dalam hati. Selain itu, kemajuan materi yang dirasakan saat ini

tidak menjamin kebahagiaan hidup manusia. Fakta membuktikan bahwa

gejolak kehidupan, kekeringan jiwa adalah gejala yang menjamur dimana-

mana.

Cara mengatasinya, setiap individu harus sadar dan segera bertaubat

serta mengingat Allah, misalnya dengan menunaikan ibadah (misal: shalat,

infaq, puasa, haji, dzikir, dan membaca al-Qur'an) dengan penghayatan

yang sebesar-besarnya. Dengan demikian, setiap individu muslim

mengalami pembaharuan dalam jiwanya masing-masing.

71
Cecep Alba, Tasawuf Dan Tarekat Dimensi Esoteris Ajaran Islam (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), h. 12-13.
Konsep tazkiyah sejalan dengan pendidikan karakter yang

diterapkan pada kurikulum sekolah. Bersama tazkiyah, anak didik

diharapkan tumbuh menjadi manusia yang berkepribadian dan berwawasan

luhur. Oleh karena itu, pendidik merupakan fungsi yang dapat

mengembalikan nilai spiritual jiwa anak didik, atau dalam hal ini muzakki.

Pendidik harus mengisi jiwanya dengan kepribadian yang luhur dan

menghiasinya dengan nilai-nilai kemanusiaan. Pendidik harus mampu

mensucikan jiwanya dari nilai dan naluri dasar hewani. Karena kematian

hati dapat mengakibatkan hilangnya nilai-nilai spiritual seperti kesabaran,

rasa syukur, dan rasa takut kepada Tuhan.72

Pendidikan pada hakekatnya adalah upaya tazkiyatun nafs. Baik di

tingkat individu maupun sosial. Banyak muslim besar prihatin dengan

tazkiyatun nafs. Diantaranya adalah Imam Ghazali. Salah satu karya

monumentalnya adalah buku Ihya Ulumuddin. Salah satu topik dalam buku

ini adalah kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan spiritualitas.

Menurut Al-Gazali, tidak cukup bagi siswa menunjukkan minat terbesar

hanya pada pengetahuan saja, tetapi juga pengetahuan yang terkait dengan

pengendalian jiwa dan jalan menuju akhirat. Upaya serius atau mujahadah

melibatkan pengawasan spiritual atau muraqbah untuk kemudian tunduk

pada mukasyafah (pengungkapan mental). Integritas orang yang mencari

ilmu membawanya ke tingkat musyahadat (saksi). Upaya ini membuka jalan

72
Said bin Muhammad Daib Hawa, Al-Mustakhlas Fi Tazkiyatil Anfus (Jakarta: Robbani
Pers, 2004), h. 5.
bagi pengetahuan pikiran dan kebijaksanaan. Proses ini melibatkan

mujahadah dan muraqabah. Ini juga melibatkan berbagai pengalaman

eksternal dan internal, seperti merenungkan ingatan kepada Allah dalam

ketenangan malam dengan kejernihan qalbu dan pikiran. Menurut Imam

Gazali, ini adalah cara kecil untuk melakukan tazkiyah.73

Berdasarkan uraian di atas, ada aspek-aspek tazkiyah yang harus

dimasukkan dalam proses pendidikan. Artinya mensucikan jiwa lahir batin,

fitrah, kepribadian dan akhlak. Penelitian fiqh terhadap kata tathiir atau

taharah menemukan bahwa dia mensucikan dirinya secara fisik, jadi dia

tidak mensucikan dirinya. Pemahaman tentang tazkiyah ini erat kaitannya

dengan pentingnya pendidikan. Pendidikan pada hakekatnya mensucikan

jiwa dari berbagai sifat seperti dengki, dengki, sombong, menyombongkan

diri dan berbagai penyakit jiwa dan menggantikannya dengan akhlak yang

baik.

4. Tadris

Kata dengan awal katanya dari da-ra-sa dalam bentuk fi’il mudhari’

terdapat pada beberapa ayat alquran seperti “tadrusun” di surat Ali ‘Imran,

3/089: 79 dan Al-Qalam, 68/002: 37. Kata kerja lampau (fi'il madhi) darasa,

Al-An'am, 6/055: 105, pola darasuu, Al -A 'raf, 7/039: 169, dan

yadrusuuna, Saba, 34/058:74

73
Al-Ghazali, Ilmu Dalam Perspektif Tasawuf (Bandung: Karisma, 1996), h. 238-239.
74
Sehat Sultoni Dalimunthe, Filsafat Pendidikan Islam: Sebuah Bangunan Ilmu Islamic
Studies (Yogyakarta: Deepublish, 2018), h. 28-29.
Al Asfahani, dikutip dari Sehat Sultoni, menyatakan bahwa kata

Tadris harus diukir atau diberi tanda (baqaa al-atsar). Apa yang dipelajari

memberikan kesan yang tak terlupakan. Juga dapat memahami dan

mempraktikkan pelajaran. Penggunaan kata tadris menekankan pada

melekatnya instruksi baik melalui hafalan atau pemahaman atau praktik.

Tidak semua orang yang belajar “yata’allam” secara otomatis menjadi

"yadrus". Di sisi lain, tidak semua orang yang yadrus otomatis menjadi

yata'allam. Menurut Al Asfahani, jika ingin meninggalkan bekas,

membutuhkan usaha yang serius. Berbagai pelajaran perlu dijelaskan secara

menyeluruh. Belajar pengetahuan dicapai melalui menghafal.75

Kata asli tadris (mujarrad) adalah darasa, yang berarti menghapus,

melenyapkan, atau memodifikasi. Mashdar dari darrasa yudarrisu adalah

Al-Tadris (menerima tambahan huruf yakni tadh`iif, yang fungsinya adalah

lit ta'diyah. Al Maraghi mengatakan bahwa ungkapan darrasa dibaca

berulang-ulang dan terus menerus untuk mencapai tujuan. Ayat Al-Qur'an

tentang makna At-Tadris adalah suatu jenis kegiatan yang mudarris (guru)

ulangi dan sering dilakukan untuk membacakan atau mengatakan sesuatu

kepada mutadarris (murid).Ya, kita akan berdiskusi dengan tujuan agar

materi yang telah kita pelajari, ungkapkan, jelaskan, baca dan berikan

menjadi mudah untuk menghafal dan mengingat.76

75
Al-Asfahani, Mu’jam Mufradat Alfazh Al-Qur’an, h. 169.
76
Ibid., h. 243.
Quraish Shihab dari Tafsir Al-Misbah menafsirkan surat Al-Qalam

ayat 36-37, menjelaskan bahwa kata tadrusuun menunjukkan bahwa proses

belajar perlu diulang secara perlahan dan serius untuk memperoleh

pemahaman dan respon yang diinginkan. Dalam hal ini, itu bisa disebut

proses akrab untuk mempelajari teknik.77 Menurut Abdullah Nasih Ulwan,

proses pembiasaan dalam pendidikan itu penting, terutama bagi anak usia

dini. Karena anak belum mampu menyadari dan membedakan yang baik

dan yang buruk dalam akhlak. Dalam kondisi ini mereka perlu dibiasakan

dengan pola pikir, keterampilan, dan perilaku tertentu. Proses pembiasaan

merupakan cara yang sangat efektif untuk membentuk keimanan, akhlak

mulia, keutamaan jiwa dan untuk menjalankan syariat yang lurus. Proses

pembiasaan pada hakekatnya berupa pengulangan. Artinya keakraban akan

terulang kembali sebelum menjadi kebiasaan. Pembiasaan harus diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari siswa terutama dalam hal akhlak yang baik,

agar kebiasaan tersebut memiliki kepribadian yang sempurna.78

Oleh karena itu, salah satu aspek pembelajaran adalah keakraban,

upaya untuk mengesankan dan mempengaruhi apa yang Anda pelajari

dengan menggunakan format rutin yang tersimpan dalam memori Anda.

Dari waktu ke waktu, memori ini dapat direproduksi lagi. Selain aspek

proses, kata tadris juga mencakup tujuan yang diajarkan oleh pelaku, dalam

hal ini Tuhan, terkadang Nabi, dan dalam hal ini manusia. Termasuk juga

77
Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi Dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan
Masyarakat, h. 405.
78
Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyah Al-Aulad Fi Al-Islam (Jakarta: Pustaka Amani, 2002),
h. 167.
aspek bahan atau materi, dalam hal ini ajaran langsung dari Tuhan, yaitu Al-

kitab.

5. Mau'izhah

Kata mau’izhah dalam tinjauan etimologi adalah dari kata wa`adza-

ya'izhu-wa'azhan-'idzatan, artinya nasihat, bimbingan, nasihat, peringatan,

pendidikan. Dalam konteks dakwah, kata ini sering ditambahkan

sesudahnya dalam bentuk kata hasanah. Menggabungkan dua kata ini,

berarti pengajaran yang baik. Ibnu Jarir At-Tabari adalah singkatan dari al-

mau’izhah al-hasanah dalam arti al-'ibar al-jamiilah. Inilah pelajaran indah

dari kitab Allah sebagai bukti, penalaran, dan keunggulan dalam proses

penyampaiannya.79

Abdul Hamid Al-Bilali menjelaskan bahwa al-mau`izhah al-

hasanah adalah suatu cara untuk mengajak ke jalan Allah dengan memberi

nasehat atau membimbing mereka dengan lembut untuk berbuat kebaikan.80

Sementara itu, Ali Mustafa Yaqub, yang dikutip oleh Siti Muriah,

mengatakan mau`izhah hasanah adalah wacana yang memberikan nasehat

dan petunjuk lembut kepada mereka untuk berbuat kebaikan. Amsal dan

nasihat yang berguna bagi mereka yang mendengarnya, atau diskusi yang

menarik yang memungkinkan hadirin mendemonstrasikan apa yang

diajarkan pengkhotbah.81

79
Ja’far Muhammad Ibnu Jarir Thabari, Tafsir Ath-Thabari: Jami’Bayan an Tawilil Qur’an
(Beirut: Darul KuIlmiyah, 1996), h. 663.
80
M. Munir, Metode Dakwah (Jakarta: Kencana, 2006), h. 15.
81
Siti Muri’ah, Metode Dakwah Kontemporer (Yogjakarta: Mitra Pustaka, 2000), h. 44.
Menurut Ahmad Izzan, ungkapan “pengajaran yang baik” memiliki

nilai yang membantu kehidupan siswa. Al-Mau`idzah Al-Hasanah

merupakan prinsip fundamental dari proses pendidikan yang unik bagi

semua pendidik (guru, ustad, da'i) dan membuat komunikasi dengan peserta

didik menjadi lebih tak terlupakan. Dengan begitu, siswa tidak merasa

bahwa mereka sedang diajar atau bahwa transfer nilai benar-benar terjadi.82

Muhammad Abduh sebagaimana dikutip M. Munir, menyebutkan

bahwa khalayak yang dihadapi para pendidik atau da'i secara garis besar

dapat dibagi menjadi tiga kelompok yang perlu diperlakukan secara

berbeda. Pendidik harus menyesuaikan diri dengan kondisi pekerjaannya.

Ketiga kelompok tersebut adalah:

a. Sekelompok cendekiawan cerdas yang mampu berpikir kritis, tanggap,

dan mendeteksi masalah dengan cepat. Pendidik harus menyediakan

kelompok ini dengan diskusi rasional agar pikiran mereka dapat

menerima.

b. Rata-rata orang, kebanyakan orang, tidak bisa berpikir kritis dan

intelektual dan tidak bisa memahami makna yang kompleks. Pendidik

perlu menyampaikan sesuatu kepada kelompok ini dengan cara yang

sederhana dan mudah, menggunakan perumpamaan dan bahasa yang

mudah dipahami. Disertai dengan saran dan nasehat yang santun dan

ramah.

82
Ahmad Izzan and Saehudin, Tafsir Pendidikan: Konsep Pendidikan Berbasis Al-Qur’an
(Bandung: Humaniora, 2015), h. 201.
c. Kelompok-kelompok yang tingkat kecerdasannya berada di antara dua

kelompok tidak dapat dicapai dengan kebijaksanaan, tetapi tidak cocok

ketika disarankan seperti kelompok umum, mereka suka berbicara,

tetapi tidak hanya sampai batas tertentu. Mereka didorong dan dinasihati

dengan teknik "mujadalah billati hiya ahsan" melalui pertukaran ide

untuk merangsang rasa persatuan yang lebih sehat.83

Masalah utama yang dihadapi pendidik dan da'i dalam memberikan

nasehat adalah menentukan cara dan metode yang tepat dan efektif untuk

menghadapi berbagai kelompok di masyarakat dan di dalam kelas.

Kesimpulannya, jika seorang pendidik atau da'i ingin menyebarluaskan

informasi dan nasehat serta menanamkannya dalam benak pendengarnya, ia

perlu memilih cara dan metode yang tepat dengan baik. Banyak ayat Al-

Qur'an menjelaskan bahwa salah satu fungsi Al-Qur'an yang diturunkan ke

muka bumi ini adalah nasehat dan pelajaran, atau al-mau’izhah. Allah SWT

berfirman dalam Surah Ali Imran, 3/08 9: 138. Ini (Quran) adalah cahaya

bagi seluruh umat manusia, petunjuk dan pelajaran bagi orang-orang yang

saleh.

Menurut Imam Jalaluddin As-Suyuti dan Jalaluddin Al-Mahari, kata

al-mauizhah berarti kata yang lembut.84 Itu diajarkan dengan bahasa yang

lembut, diikuti dengan perilaku dan sopan santun. Dengan menerapkan

prinsip mau’izhah hasanah, diharapkan dapat memberikan pendidikan yang

83
Munir, Metode Dakwah, h. 252-253.
84
Jalaluddin As-Suyuthi and Jalaluddin Al-Mahalli, Tafsir Al-Qur’anil Adzim (Indonesia:
Maktabah Dar Ihya Al-Kutub Al-Arabiyah, t.t.), h. 175.
menyentuh dan mendarah daging. Oleh karena itu, kesimpulan mau'idzah

hasanah adalah pesan, nasehat, atau perkataan yang meresapi hati dengan

cinta, sopan santun, dan kebaikan. Nasehat itu tidak menampakkan aib siapa

pun. Kelembutan konseling seringkali dapat meluluhkan hati yang keras dan

menjinakkan hati yang liar. Kebaikan lebih mungkin menghasilkan

kebaikan daripada intimidasi atau larangan.

B. Remaja Dalam Alquran

Dalam Alquran term remaja disebut dengan ‫ﻓﱴ‬/fatâ yang berarti pemuda

atau remaja, terulang sebanyak 10 kali dalam lima surat dengan berbagai bentuk

derivasinya, seperti fatâ/bentuk mufrad pada surat al-Anbiya (21/073): 60,

lifatâhu pada surat Al-Kahfi (18/069): 60, 62, fatâhâ pada surat Yusuf (12/053):

30, fatayâni/bentuk tatsniyah pada surat Yusuf (12/053): 36, alfityatu/bentuk

jamak pada surat Al-Kahfi (18/069): 10, fityatun pada surat Al-Kahfi (18/069):

13, lifityânihî pada surat Yusuf (12/053): 62, dan fatayâtikum pada surat An-

Nisa (4/092): 25, dan An-Nur (24/102): 33.85

Berikut ini adalah tabel dari ayat-ayat tersebut di atas:

No Kosa-kata Q.S.. Ayat Arti


1 ‫( ﻓﱴ‬fatâ) Al-Anbiya: 60 Seorang pemuda
Al-Kahfi: 60, 62 Pembantu/anak muda
Yusuf: 30 Pelayan/bujang
2 ‫( ﻓﺘﻴﺎن‬fatayâni) Yusuf: 36 Dua orang pemuda

85
Muhammad Fu’ad Abd. Al-Baqi, Al-Mu’jam al-Mufahras Li al-Fazh al-Qur’an al-
Karim (Al-Qahirah: Dar al-Kutub al-Misriyah, 1364), h. 512.
3 ‫(ﻓﺘﻴﺔ‬fityatun) Al-Kahfi: 10, 13 Pemuda-pemuda

4 ‫(ﻓﺘﻴﺎن‬fityân) Yusuf: 62 Pelayan-pelayan/bujang

5 ‫(ﻓﺘﻴﺎت‬fatayât) An-Nisa: 25 Hamba sahaya/budak


An-Nur: 33 Hamba sahaya/budak

Tabel di atas menunjukkan bahwa kata ‫ ﻓﱴ‬/ fatâ terkandung dalam 5

surat dalam berbagai format turunan. Tidak semuanya dimaknai sebagai

pemuda atau reamja dan tidak ada kaitannya dengan penelitian penulis yaitu

model pendidikan remaja. Seperti halnya surat an-Nisa dan an-Nur, kedua surat

ini tidak dibahas karena berkaitan dengan perbudakan. Oleh karena itu,

pembahasannya hanya tentang dua surat, Surat Yusuf dan al-Kahfi. Adapun

surat al-Anbiya karena tidak mencantumkan pendidik dalam ayat terkait,

sehingga penulis tidak menjelaskan surat al-Anbiya.

Sementara itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam

sabdanya menyebut remaja menggunakan istilah syab dalam bentuk mufrad

(tunggal) atau syabab dalam bentuk jamak (banyak), semuanya berarti remaja.

Menurut Manzur, salah satu makna kosakata syab adalah orang yang memiliki

perkembangan fisik dan intelektual yang utuh.86

‫ اﺣﺪﳘﺎ ﻳﺪل‬:‫ ﻓﱴ اﻟﻔﺎء واﻟﺘﺎء واﳊﺮف اﳌﻌﺘﻞ اﺻﻼن‬,‫وﻛﻤﺎ ﻗﺎل رﺳﻮل ﷲ ذﻛﺮ ﰱ ﻛﺘﺎب اﳌﻘﺎﻳﺲ‬
‫ واﻟﻔﱴ‬.‫ اﻟﺸﺎب‬: ‫و ذﻛﺮ ﰱ ﻛﺘﺎب ﻟﺴﺎن اﻟﻌﺮب ﻓﺘﺎﻩ اﻟﻔﺘﺎء‬87.‫ واﻷﺧﺮ ﻋﻠﻰ ﺗﺒﻴﲔ ﺣﻜﻢ‬,‫ﻋﻠﻰ ﻃﺮاوة و ﺟﺪة‬

86
Jamaluddin Abul Fadal Muhammad bin Makram bin Manzur Al-Anshari Al-Ifriqi Al-
Misri, Lisan al ‘Arab, Jilid 1., vol. 1 (Beirut: Darul-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2002), h. 558.
87
Abi Husain Ahmad Ibn Faris Ibn Zakariyya: Mu’jam Maqayis Lugah, (1399 H/1979 M)
h. 473.
‫ب اول ﺷﺒﺎﺑﻪ ﺑﲔ‬
‫ اﻟﺸﺎ ﱡ‬:‫ ذﻛﺮ ﰱ ﻛﺘﺎب ﻣﻌﺠﻢ اﻟﻮﺳﻴﻂ اﻟﻔﱴ‬88.‫ واﻟﻔﻌﻞ ﻓﺘﻮ ﻳﻔﺘﻮ ﻓﺘﺎء‬.‫ اﻟﺸﺎب واﻟﺸﺎﺑﺔ‬:‫واﻟﻔﺘﻴﺔ‬
‫ واﻟﻨﺠﺪة و ﻣﺴﻠﻚ أوﻧﻈﺎم ﻳﻨﻤﻮ ﺧﻠﻖ اﻟﺸﺠﺎﻋﺔ‬.‫ اﻟﻔﺘﻮة اﻟﺸﺒﺎب ﺑﲔ ﻃَْﻮَرِى اﳌﺮاﻫﻖ و اﻟﺮﺟﻮﻟﺔ‬.‫اﳌﺮاﻫﻖ و اﻟﺮﺟﻮﻟﺔ‬
89
.‫ اﻟﻔﺘﻮى اﳉﻮاب ﻋﻤﺎ ﻳﺸﻜﻞ ﻣﻦ اﳌﺴﺎﺋﻞ اﻟﺸﺮﻋﻴﺔ أو اﻟﻘﺎﻧﻮﻧﻴﺔ‬.‫و اﻟﻨﺠﺪة ﰱ اﻟﻔﱴ‬

Dinyatakan dalam kitab Maqayis bahwa kata fata memiliki dua arti:

menunjukkan kesegaran dan kebaruan; menunjukkan klarifikasi dari suatu

keputusan. Dalam kitab Lisanul Arab bahwa fata adalah remaja. Dalam kitab

Mu'jam al-Wasit bahwa fata adalah anak muda yang masa mudanya dimulai

antara masa remaja dan dewasa: al-fatwah adalah masa muda antara fase remaja

dan dewasa. Dari teks ini terlihat bahwa al-fata memiliki akar yang sama dengan

al-fatwa. Fata diartikan sebagai anak muda yang masa mudanya pertama kali

antara masa remaja dan dewasa. Al-fatwah diartikan sebagai anak muda yang

masa mudanya berada di antara fase remaja dan dewasa. Sedangkan al-fatwa

adalah jawaban atas apa yang sulit dari syariat atau hukum.

1. fata

a. Surat Al Kahfi ayat 60

Allah berfirman dalam Q.S. al-Kahfii, 18/069: 60.

90 ِ ‫واِْذ ﻗَﺎَل ﻣﻮٰﺳﻰ ﻟَِﻔٰﺘﯩﻪ َﻻٓ اَﺑـﺮح ﺣ ٰٓﱴ اَﺑـﻠَُﻎ َْﳎﻤﻊ اﻟْﺒﺤﺮﻳِﻦ اَو اَﻣ‬
‫ﻀَﻲ ُﺣُﻘﺒًﺎ‬ ْ ْ َْ ْ َ َ َ ْ ّ َ ُ َْ ُ ُْ َ
Kata fata yang disebutkan Allah dalam Al-Qur'an dan ditujukan

kepada Musa dikatakan sebagai Yusya bin nun. Dan secara tradisional

88
Abdullah Ibn Muhammad Ibn Almukarram Ibn Abil Hasan Ibn Ahmad Al-Anshari Al-
Khazraji; Lisanul Arab, (Qahirah: Darul Ma’arif, 1374 H), h. 3347
89
Ibrahim Anis dkk: Al-Mu’jam Al-Wasit, (Al-Qahirah: Maktabah As-Syuruq Ad-
Dauliyyah, 1425 H/2004 M), cet. Ke 4, h. 673.
90
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Edisi Penyempurnaan, h. 421.
dikatakan: disebut fata karena dia sering bepergian dan tinggal. (Kadang

pergi, kadang di lapangan) atau karena sering melayaninya.91

Wa idz qala Musa lifatahu, Musa berkata aku tidak akan

berhenti berturut-turut sampai aku bertemu dengan dua laut: dan ini

dikatakan: laut di timur berakhir di kota Farisi. Aw amdhiya huquba,

Saya menghabiskan waktu yang lama.92

Apa yang Musa katakan kepada pemuda yang bersamanya,

yaitu Yusya bin Nun, adalah Musa berkata bahwa ada seorang hamba

Tuhan di pertemuan dua lautan, memiliki ilmu pengetahuan yang tidak

ia milikinya.

b. Surat al-Khafi ayat 62

Allah berfirman dalam Q.S. al-Kahfii, 18/069: 62.

ِ ِ ۖ ۤ ِ ِ
َ َ‫ ٰﻫَﺬا ﻧ‬¤َ‫ ﻟََﻘْﺪ ﻟَﻘْﻴـﻨَﺎ ﻣْﻦ َﺳَﻔِﺮ‬¤ََ‫ﻓَـﻠَﱠﻤﺎ َﺟﺎَوَزا ﻗَﺎَل ﻟَﻔٰﺘﯩﻪُ اٰﺗﻨَﺎ َﻏَﺪاء‬
‫ﺼﺒًﺎ‬
93

Fata yang dimaksud dalam ayat ini sama dengan ayat 60 Surat

al-Kafi, yaitu Yusya bin Nun. Dan secara tradisional dikatakan: disebut

fata karena dia sering bepergian dan tinggal. (Kadang pergi, kadang di

lapangan) atau karena sering melayaninya.94

c. Surat Yusuf ayat 30

Allah berfirman dalam Q.S. Yusuf, 12/053: 30.

ِۗ ِِ ِ ِ ِ
ٍ ْ ِ‫ﺿٰﻠٍﻞ ﱡﻣﺒ‬
‫ﲔ‬ ُ َ‫َوﻗَﺎَل ﻧْﺴَﻮةٌ ِﰱ اﻟَْﻤﺪﻳْـﻨَﺔ اْﻣَﺮا‬
َ ‫ ﻟَﻨَـٰﺮﯨَﻬﺎ ِ ْﰲ‬¤‫ت اﻟَْﻌِﺰﻳِْﺰ ﺗُـَﺮاِوُد ﻓَـٰﺘﯩَﻬﺎ َﻋْﻦ ﻧـﱠْﻔﺴﻪ ﻗَْﺪ َﺷﻐََﻔَﻬﺎ ُﺣﺒ¦ﺎ اﱠ‬
95

91
Muhammad Husein At-Tabatabai’, Al-Mizan Fi ‘Ulum al-Qur’An, Juz 13. (Beirut:
Muassasah ‘alami lilmatbu’at, 1991), h. 334.
92
Ibid., h. 335.
93
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Edisi Penyempurnaan, h. 421.
94
At-Tabatabai’, Al-Mizan Fi ‘Ulum al-Qur’An, h. 334.
95
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Edisi Penyempurnaan, h. 330.
Fata pada bagian ini merujuk kepada Nabi Yusuf as.96 Istri Al-

Aziz akan tunduk pada bujangannya. Artinya, mencoba merayu

bujangannya sangat dalam, dan al-Syaghaaf adalah tembok pikiran

(Qalbu).97

2. Fatayani

Surat Yusuf ayat 36

Allah berfirman dalam Q.S. Yusuf, 12/053:36.

‫ﲪُﻞ ﻓَـْﻮَق َرأِْﺳْﻲ ُﺧْﺒـًﺰا‬


ِْ َ‫ﲏ ا‬ ِِ ِ ِ ‫ﲔ ۗﻗَﺎَل اَﺣُﺪُﳘﺎٓ اِِﱐٓ اَٰرﯨ‬ ِ ٰ َ‫وَدَﺧﻞ َﻣَﻌﻪُ اﻟ ِﺴْﺠﻦ ﻓَـﺘ‬
ّْ ‫ﲏ اَْﻋﺼُﺮ َﲬًْﺮا َۚوﻗَﺎَل اْ ٰﻻَﺧُﺮ ا‬
ْٓ ِ ‫ﱐٓ اَٰرﯨ‬ ْٓ ّْ َ َ َ ّ َ َ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
‫ﲔ‬
َ ْ ‫ﻚ ﻣَﻦ اﻟُْﻤْﺤﺴﻨ‬َ ‫ ﻧَـٰﺮﯨ‬¤‫ُْﻛُﻞ اﻟﻄﱠْﲑُ ﻣْﻨﻪُ ﻧۗ َـﺒّْﺌـﻨَﺎ ﺑﺘَﺄِْوﻳْﻠﻪ اۚ ﱠ‬-َ
98

Menurut pernyataan Qatadah, kata Fatayani di atas: Saqi al-Malik,

pria yang memberi raja minuman. Menurut as-Suddi, keduanya dituduh

memberikan makanan dan minuman beracun kepada raja. Setelah mengenal

Yusuf sesaat setelah masuk penjara, mereka memiliki hubungan yang

sangat dekat, mencintai Yusuf dari lubuk hatinya, dan mengaku terus

terang. Kemudian Yusuf menjawab, "Semoga Tuhan memberkati kalian

berdua." “Itu selalu terjadi, begitu sialnya saya, orang yang mencintai saya

selalu menyakiti saya. Kemudian saya dicintai oleh ayah saya dan saudara-

saudara saya cemburu, jadi mereka melemparkan saya ke dalam sumur.

Kemudian cintai saya juga, istri Yang Mulia, dan ini adalah Takdirku! "

Sekalipun Yusuf berkata demikian, mereka tetap menjawab:

"Namun demikian, kamu mengatakan bahwa demi Allah kami tidak dapat

96
At-Tabatabai’, Al-Mizan Fi ‘Ulum al-Qur’An, h. 151.
97
Ibid., h. 36.
98
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Edisi Penyempurnaan, h. 331.
membebaskan diri kami dari mencintaimu."99

3. Fityatun

a. Surat Al-Kahfi ayat 10

Allah berfirman dalam Q.S. Al-Kahfi, 18/069:10.

100
‫ َرَﺷًﺪا‬¤َ‫ﻚ َرْﲪَﺔً ﱠوَﻫﻴِّْﺊ ﻟَﻨَﺎ ِﻣْﻦ اَْﻣِﺮ‬ ِ ‫اِْذ اَوى اﻟِْﻔْﺘـﻴﺔُ اَِﱃ اﻟَْﻜْﻬ‬
َ ْ‫ﻒ ﻓَـَﻘﺎﻟُْﻮا َرﺑـﱠﻨَﺎٓ اٰﺗِﻨَﺎ ِﻣْﻦ ﻟﱠُﺪﻧ‬ َ َ
Kata Fityatun pada bagian ini merupakan bentuk jamak dari

kata Fata, yang berarti pemuda yang sempurna.101 Dan mereka adalah

anak-anak muda yang ingin meninggalkan syirik. Dan mereka

bersembunyi di dalam gua.

Idz awa al-fityatu, awa berarti ar-ruju’ kembali, tetapi

umumnya tidak, hanya mengembalikan seseorang atua hewan ke

tempat dia menetap, dan kata fityatun ialah kata jama’ sima’i (didengar

dari bahasa Arab), dari kata fata yang berarti pemuda atau remaja.102

Ingat ketika remaja itu mengungsi ke gua dan berdoa. “Tuhan,

kasihanilah kami dari sisi-Mu. Allah SWT telah memberi tahu Anda

tentang remaja yang melarikan diri dengan ajaran agama mereka dari

bangsa mereka sehingga mereka tidak akan melukai mereka. Saat

mereka masuk ke gua tersebut, kata mereka sambil meminta rahmat

dan kebaikan kepada Allah yang mulia.103

99
Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah Hamka, Tafsir Al-Azhar, cet. IV., vol. volume 5
(Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD, t.t.), h. 3649.
100
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Edisi Penyempurnaan, h. 411.
101
Wahbah Zuhaili, Tafsir Al-Munir (Beirut: Dar al-Fikr, 1998), h. 211.
102
At-Tabatabai’, Al-Mizan Fi ‘Ulum al-Qur’An, h. 243.
103
Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an al-‘Adzim, vol. IX (Jizah: Maktabah al-Awlad ash-shaih
li at-turath, 2000), h. 107.
b. Surat Al-Kahfi ayat 13

Allah berfirman dalam Q.S. Al-Kahfi, 18/069:13.

104
‫ُْﻢ ُﻫًﺪۖى‬µٰ‫ُْﻢ ﻓِْﺘـﻴَﺔٌ اَٰﻣﻨُـْﻮا ﺑَِﺮِّ¶ِْﻢ َوِزْد‬µ‫ْﳊَِّۗﻖ اِﱠ‬Pِ ‫ﻚ ﻧَـﺒَﺎَُﻫْﻢ‬
َ ‫ﺺ َﻋﻠَْﻴ‬
‫َْﳓُﻦ ﻧَـُﻘ ﱡ‬

Kata Fityatun dalam ayat tersebut merupakan bentuk jamak

dari kata fata, yang berarti pemuda yang sempurna.105

Firman Tuhan nahnu naqushshu berisi sejarah yang sangat

rinci dan kekhasan sejarah mereka. Innahum fityatun: mereka percaya

dengan kepercayaan kuat yang disukai oleh Tuhan mereka. Jika iman

itu tidak ada, itu tidak akan ditujukan kepada mereka.106 Wazidnahum

huda, petunjuk menurut pokok-pokok iman, hal ini selalu

meningkatkan derajat keimanan yang menjadi pedoman bagi manusia

menuju keridhaan Allah.107

4. fityan

Surat Yusuf ayat 62

Allah berfirman di Q.S. Yusuf, 12/053: 62.

108
‫َﺎٓ اَِذا اﻧْـَﻘﻠَﺒُـ ْٓﻮا اِ ٰٓﱃ اَْﻫﻠِِﻬْﻢ ﻟََﻌﻠﱠُﻬْﻢ ﻳَـْﺮِﺟﻌُْﻮَن‬µَ‫ﻀﺎَﻋﺘَـُﻬْﻢ ِ ْﰲ ِرَﺣﺎِﳍِْﻢ ﻟََﻌﻠﱠُﻬْﻢ ﻳَـْﻌِﺮﻓُـْﻮ‬ ِ ِ ِِ
َ ِ‫َوﻗَﺎَل ﻟﻔْﺘـٰﻴﻨﻪ اْﺟَﻌﻠُْﻮا ﺑ‬

Dan dia berkata kepada hamba-hambanya, "Masukkan pembayaran

mereka ke dalam transportasi mereka" (berdasarkan ayat 62). Uang dan

barang-barang lain yang dibayarkan untuk pembelian gandum

104
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Edisi Penyempurnaan, h. 412.
105
Zuhaili, Tafsir Al-Munir, h. 211.
106
At-Tabatabai’, Al-Mizan Fi ‘Ulum al-Qur’An, h. 247.
107
Ibid., h. 247
108
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Edisi Penyempurnaan, h. 335.
diperintahkan untuk dimasukkan kembali ke dalam saku mereka. "Biarkan

mereka mengenalnya ketika mereka kembali ke keluarga mereka dan dapat

kembali" (akhir ayat 62).

Ini adalah manfaat kedua, dan setelah dipuji sebagai tamu, harga

gandum yang dibeli dikembalikan. Karena itu, mereka terpaksa kembali

lagi nanti untuk mendapatkan Benyamin. Meskipun mereka masih tidak

tahu bahwa mereka telah dimanipulasi secara halus oleh Yusuf. Mereka

bangga dihormati oleh orang-orang hebat kerajaan.109

C. Remaja dan Karakteristiknya

1. Definisi Remaja

Istilah remaja berasal dari kata latin (adolescere) (kata benda

adolescentia berarti remaja) dan berarti “tumbuh” atau “tumbuh jadi

dewasa”.110 Piaget kemudian mengemukakan bahwa istilah adolescence

atau “pubertas” yang digunakan dewasa ini memiliki arti yang lebih luas,

meliputi kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.111 Pendapat ini

sejalan dengan pendapat Santrock. “Adolescence atau masa remaja

didefinisikan sebagai transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa

dengan perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional.112

109
Hamka, Tafsir Al-Azhar, volume 5:h. 3687.
110
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan, kelima. (Jakarta: Erlangga, 1980), h. 206.
111
Piaget, The Intellectual Development of the Adolescent (New York: Basic Books, 1969),
h. 22.
112
Jhon W Santrock, Adolescence Perkembangan Remaja (Jakarta: Erlangga, 2003), h. 26.
Pendapat lain dari kaum muda atau remaja adalah mereka yang telah

meninggalkan masa kanak-kanak yang bergantung dan sedang menuju

pembentukan tanggung jawab. Masa remaja ditandai dengan pengalaman

baru yang dibayangkan dan dialami sebelumnya.113 Selain itu, Zakiyah

Darajat berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa penuaan manusia

dan merupakan masa yang paling bervariasi, sehingga berubah dari anak-

anak menjadi dewasa.114

Harlock membagi masa remaja menjadi dua bagian. Artinya, remaja

awal dari 13-16 atau 17 tahun dan remaja akhir dari 16 atau 17 sampai 18

tahun, yaitu dewasa menurut hukum.115 Selain itu, WHO memberikan

definisi yang lebih lengkap karena mencakup tiga kriteria: biologis,

psikologis, dan ekonomi sekaligus. Oleh karena itu, definisi lengkapnya

adalah, masa remaja adalah masa berikut:

a. Individu berkembang dari tanda-tanda sekunder pertama hingga

kematangan seksual.

b. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi diri

menuju masa dewasa.

c. Ada transisi dari ketergantungan sosial-ekonomi sepenuhnya ke

keadaan merdeka yang realistis.116

113
Hasan Basri, Remaja Berkualitas, cet. 2. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), h. 4.
114
Zakiyah Darajat, Problema Remaja Di Indonesia (Jakarta: Bulan Bintang, 1959), h. 35.
115
Hurlock, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan,
h. 206.
116
Sarlito Wirawan Sartono, Psikologi Remaja (Jakarta: CV. Rajawali, 1994), h. 9.
Kemudian di Indonesia, definisi remaja dalam masyarakat Indonesia

sama sulitnya dengan definisi remaja secara umum. Persoalannya,

Indonesia terdiri dari berbagai suku, adat, sosial ekonomi, dan tingkat

pendidikan. Anda dapat menemukan orang-orang kelas atas yang sangat

berpendidikan dan mirip dengan negara-negara Barat. Anda juga dapat

menemukan orang-orang seperti orang Samoa. Dengan kata lain, tidak ada

kesatuan profil nasional remaja Indonesia. Namun, sebagai pedoman

umum, batasan usia 11-24 dan belum menikah remaja Indonesia dapat

digunakan dengan pertimbangan sebagai berikut:

a. 11 tahun adalah usia di mana karakteristik seksual sekunder umumnya

muncul (kriteria fisik).

b. Bagi banyak orang Indonesia, usia 11 tahun tidak lagi dianggap sebagai

anak-anak karena dianggap remaja baik menurut adat maupun agama

(standar sosial).

c. Pada usia ini, tanda-tanda perkembangan mental seperti identitas diri

(ego, identitas menurut Ericsson), tahap genital perkembangan mental

seksual (menurut Freud), dan puncak kognisi (Piaget) mulai muncul.

Dan perkembangan moral (Kohlbreg), kriteria psikologis.

d. Dengan kata lain, batas usia maksimal 24 tahun. Artinya, membuka

peluang bagi mereka yang masih bergantung pada orang tua sampai

batas usianya, belum memiliki hak dewasa secara penuh

(kebiasaan/tradisional), dan belum mampu menyampaikan pendapat,

dan seterusnya. Dengan kata lain, orang yang mencapai batas usia 24
tahun belum dapat memenuhi persyaratan kematangan sosial dan

psikologis, masih dapat digolongkan sebagai remaja. Kelompok ini

cukup banyak di Indonesia, terutama dari kalangan masyarakat

menengah ke atas yang membutuhkan berbagai hal (terutama

pendidikan tertinggi) untuk mencapai kedewasaan. Namun, pada

kenyataannya cukup banyak orang yang mencapai kedewasaan sebelum

usia tersebut.

e. Dalam definisi di atas, status perkawinan sangat menentukan. Ini karena

makna pernikahan masih sangat penting dalam masyarakat kita secara

keseluruhan. Orang yang sudah menikah, pada usia berapa pun dianggap

dan diperlakukan sebagai orang dewasa yang utuh, baik secara hukum

maupun dalam kehidupan bermasyarakat dan berkeluarga. Oleh karena

itu, pengertian remaja di sini dibatasi secara khusus bagi mereka yang

belum menikah.117

Dari penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa masa

remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

dewasa, dimana anak mengalami perubahan yang cepat di segala bidang.

2. Karakteristik Remaja

Beberapa ahli memiliki pendapat tersendiri tentang ciri-ciri remaja.

Elizabeth B. Harlock menjelaskannya sebagai berikut:118

117
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h.
1416.
118
Hurlock, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan,
h. 207-209.
a. Pubertas adalah masa yang penting. Meskipun seluruh rentang hidup itu

penting. Namun, pada tahap remaja ini, ada beberapa tahap yang lebih

penting karena konsekuensi fisik dan psikologis.

b. Pubertas adalah masa migrasi. Dalam setiap fase transisi, status individu

tidak jelas dan pertanyaan tentang peran yang harus mereka mainkan.

Pada titik ini remaja bukan lagi anak-anak, tetapi juga orang dewasa.

Ambiguitas remaja, di sisi lain, juga merupakan keuntungan karena

memberi Anda waktu untuk bereksperimen dengan gaya hidup yang

berbeda dan mengidentifikasi perilaku, nilai, dan karakteristik yang

paling sesuai untuk Anda.

c. Masa remaja adalah masa perubahan. Laju perubahan sikap dan perilaku

pada masa remaja sejajar dengan laju perubahan fisik. Ada beberapa

perubahan universal: peningkatan emosi, perubahan fisik, minat dan

pola perilaku, nilai dan sikap ambivalen tentang setiap perubahan.

d. Dengan kata lain, masa pubertas adalah masa yang bermasalah. Setiap

periode memiliki permasalahannya masing-masing, namun

permasalahan remaja seringkali sulit untuk diatasi.

e. Masa remaja adalah masa untuk menemukan jati diri. Pada masa remaja

awal, adaptasi kelompok tetap penting. Lambat laun mereka mulai

mendambakan identitas dan mereka tidak lagi puas dalam segala hal

seperti teman-teman mereka sebelumnya.

f. Pubertas merupakan era yang menimbulkan kecemasan. Banyak

anggapan umum tentang remaja dengan makna yang berharga adalah


negatif. Misalnya anggapan bahwa remaja adalah anak yang tidak dapat

diandalkan dan berantakan yang cenderung berperilaku merusak atau

destruktif.

g. Masa remaja adalah masa yang tidak realistis. Remaja cenderung

melihat kehidupan melalui kaca merah muda. Dia melihat dirinya

sendiri dan orang lain seperti yang dia inginkan, terutama sehubungan

dengan cita-citanya, tetapi dia tidak.

h. Masa pubertas atau remaja adalah ambang batas kedewasaan. Masa

remaja mulai berfokus pada perilaku yang berhubungan dengan status

dewasa: merokok, minum minuman keras, penggunaan zat, dan

aktivitas seksual. Selain itu, pendapat lain tentang perubahan signifikan

pada masa remaja, yaitu:

1) Perubahan Fisik.

Masa remaja merupakan masa yang diawali dengan pubertas

dan perubahan fisik. Pubertas ditandai dengan munculnya ciri-ciri

seksual primer, sekunder, dan tersier. Ciri-ciri seksual yang utama

adalah organ tubuh yang terlibat langsung dalam proses

pertumbuhan dan reproduksi. Tanda-tanda seks primer meliputi

dimulainya kelenjar yang menghasilkan sel sperma untuk anak laki-

laki dan sel telur untuk anak perempuan. Ada ciri-ciri seksual

sekunder seperti: tempat khas: ketiak, pertumbuhan rambut di

sekitar perangkat genetik, kumis dan cambang anak laki-laki, pita

suara wanita, perubahan awal dada dan pinggul mulai tumbuh.


Ketika karakteristik tersier, yaitu gerakan gerakan, mulai berubah,

ia mulai menghiasi dirinya sendiri untuk menarik perhatian lawan

jenis, seperti berjalan. Perubahan ini juga bisa menjadi penyebab

utama masalah penyesuaian, karena perubahan ini tiba-tiba

dirasakan dan remaja enggan menerimanya. Situasi ini membuat

mereka khawatir, bingung, mempermalukan, dan membuat mereka

tertekan, membuat mereka merasa kehilangan diri sendiri.119

2) Perubahan Psikis

Perubahan psikologis pada masa remaja berdampak kuat

pada keadaan dan kondisi dimana remaja menemukan dirinya.

Perkembangan mental meliputi: aspek kognitif, emosional, minat,

bakat, moral dan agama. Perkembangan mulai ditandai dengan

berpikir kritis dan analisis konseptual. Perkembangan emosi remaja

jauh lebih cepat dibandingkan masa-masa sebelumnya, termasuk

perasaan sayang, marah, takut dan cemas yang diakibatkan oleh

situasi yang mengancam kehormatan dan harga dirinya. Ketakutan

muncul karena konflik batin yang pernah kita alami.120

3) Pembangunan Sosial

Pada awalnya anak hanya tinggal di lingkungan keluarga,

namun pada masa remaja muncul dorongan untuk diterima oleh

teman sebayanya. Kecenderungan untuk menerima teman remaja

119
Agus Sujanto, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Aksara Baru, 1998), h. 186.
120
Zakiyah Darajat, Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental (Jakarta: Gunung Agung,
1985), h. 16.
memungkinkan untuk mengendurkan ikatan keluarga. Perilaku

kelompok ini mempengaruhi perilaku mereka. Perkembangan ini

hanya terjadi dalam pencarian identitas diri dan keinginan untuk

dihormati oleh orang dewasa. Hal ini dilanjutkan oleh remaja dari

hubungan dengan remaja yang seumuran. Karena mereka dapat

mengembangkan keterampilan sosial yang dianggap penting untuk

adaptasi yang baik.121

4) Perubahan Kehidupan Beragama Pada Masa Remaja

Sesuai dengan semangat remaja yang sedang dalam masa

peralihan dari anak-anak menuju dewasa, kehidupan beragama

remaja bergeser dari kehidupan keagamaan anak-anak menuju

kedewasaan beragama. Dengan kondisi mental yang tidak stabil dan

pengalaman shock, pemikiran abstrak, logika dan kritik mulai

berkembang. Motivasinya mulai mandiri, emosinya mulai

berkembang, dan ia tidak lagi dikendalikan oleh dorongan biologis

belaka. Kondisi jiwa muda ini juga tercermin dalam kehidupan

beragama para remaja yang rentan, menimbulkan kecurigaan,

kerinduan, dan konflik internal. Selain itu, kaum muda mulai

menemukan pengalaman dan rasa syukur Tuhan yang sulit

dijelaskan kepada individu dan orang lain. Keyakinan mulai menjadi

121
Hurlock, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan,
h. 149.
otonom, dan hubungan dengan Tuhan mulai menyertai kesadaran

dan aktivitas dalam kehidupan manusia.122

D. Pendidikan Remaja Muslim


Pendidikan berasal dari kata Indonesia “didik” dan diasosiasikan dengan

“pe-an” yang berarti perbuatan (proses, cara) mendidik, mengembangkan dan

melatih kecerdasan moral dan mental.123

Menurut KBBI, pendidikan adalah proses mengubah sikap dan perilaku

individu atau kelompok orang dalam rangka mendewasakan manusia melalui

upaya pendidikan dan pelatihan, proses, metode dan perilaku pengasuhan.124

Dalam hal ini, pendidikan adalah proses, metode, dan tindakan pendidikan.

Keberhasilan pendidikan remaja dipengaruhi oleh dua faktor:

a. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang dipengaruhi oleh keluarga.

Menurut Marimba Hasbullah, pendidikan adalah proses pengajaran yang

dilakukan secara sadar oleh pendidik melalui pembinaan jasmani dan rohani

anak didik menuju pembentukan karakter utama.125 Oleh karena itu, perlu

mendidik anak untuk pola asuh utama orang tua.

Orang tua adalah pendidik utama dan penting. Karena orang tua

merawat dan mengasuh anaknya dengan penuh tanggung jawab dan

122
Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama (Bandung: Sinar Baru, 1991), h. 43.
123
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 1994), h. 232.
124
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 263.
125
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009),
h. 8.
kesabaran, dilandasi kesadaran yang mendalam dan kasih sayang yang

mendalam.126 Dalam hal ini yang dimaksud dengan pendidik adalah orang

tua dalam memberikan pendidikan kepada anak.

Orang tua perlu membentuk kepribadian remaja sebagai pribadi

muslim yang dapat dicapai melalui agama. Menurut Roqib, pendidikan

agama memegang peranan yang sangat penting dan strategis dalam

pembentukan kepribadian anak. Tujuan pendidikan itu sendiri adalah

pengembangan kepribadian Islami.127

Masa remaja disebut transisi/pubertas ketika seseorang

meninggalkan tahap kehidupan masa kanak-kanak dan maju ke tahap

selanjutnya yaitu tahap kedewasaan. Kali ini dianggap sebagai krisis, karena

tidak berhenti saat karakternya sedang terbentuk. Saat itu ia membutuhkan

bimbingan, terutama orang tuanya.128 Inilah kebutuhan akan kepemimpinan

orang dewasa. Seperti firman Allah Q.S.at Tahrim, 66/107: 6.


ۤ
‫ﱠ‬ ِ ِ ٰ ِ ِ ِ‫ﱠ‬
‫ﺼْﻮَن‬ ‫ـ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻻ‬ ‫د‬ ‫ا‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺷ‬ ‫ظ‬ ‫ﻼ‬ ‫ﻏ‬ ‫ﺔ‬ ‫ﻜ‬ ‫̧ﯩ‬ ‫ﻠ‬ ُ ‫ًرا ﱠوﻗُـْﻮُدَﻫﺎ اﻟﻨﱠﺎ‬¤َ ‫ٰٓ·َﻳـﱡَﻬﺎ اﻟﺬﻳَْﻦ اَٰﻣﻨُـْﻮا ﻗُـ ْٓﻮا اَﻧْـُﻔَﺴُﻜْﻢ َواَْﻫﻠْﻴُﻜْﻢ‬
ُ ْ َ ٌ َ ٌ َ ٌ َ ‫س َواْﳊَﺠﺎَرةُ َﻋﻠَْﻴـَﻬﺎ َﻣ‬
‫ﻌ‬
129
‫َ َﻣﺎٓ اََﻣَﺮُﻫْﻢ َوﻳَـْﻔَﻌﻠُْﻮَن َﻣﺎ ﻳـُْﺆَﻣُﺮْوَن‬7ّٰ‫ا‬
Dalam firman Allah tentang "Lindungi dirimu dan keluargamu dari

api neraka," Mujahid berkata: Takutlah kepada Allah dan perintahkan

keluargamu untuk takut kepada Allah. Sementara Qatadah berkata, Anda

harus memerintahkan mereka untuk menaati Allah, dan menghalangi

126
Mardiyah, “Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Anak Terhadap Pembentukan
Kepribadian Anak” vol 3, no. 2 (November 2015): h. 117.
127
Moh Roqib, Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta: Lkis, 2009), h. 30.
128
Masdudi, “Akulturasi Deviasi Perilaku Sosial Remaja Dan Implikasi Bimbingannya” 1,
no. 2 (December 2012): h. 62.
129
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Edisi Penyempurnaan, h. 827.
mereka dari tidak menaati-Nya. Dan kamu harus menaati perintah Allah

kepada mereka dan perintah mereka untuk melakukannya. Jika kamu

melihat mereka mendurhakai Allah, peringatkan mereka dan hentikan

mereka.130

Orang tua dipercayakan untuk menjaga anak-anaknya. Kepercayaan

diberikan untuk dibina, dididik dan dibina menjadi generasi muda yang

berkualitas dengan kekuatan dan ketangguhan sebagai persiapan

menghadapi kehidupan dewasa. Ketika dia diajar dan dibiasakan dengan

kebaikan, dia akan tumbuh menjadi kebaikan. Tetapi ketika dia terbiasa

melakukan kejahatan, dia menjadi tidak bahagia dan binasa.

Komitmen dan tanggung jawab remaja adalah tugas yang harus

diembannya. Sebagai seorang Muslim, ia harus menyatakan dalam dirinya

bahwa Allah adalah tujuan hidupnya sebagai Syahadat. Dan menurut Al

Rasyidin, Islam dipraktikkan oleh Nabi Muhammad SAW, tujuan utama

pendidikan Islam adalah pengenalan dan pengenalan keyakinan pertama

yang dibuat oleh manusia di hadapan Tuhan. Ketika mereka berada di alam

roh, orang membuat Syahadat bahwa Tuhan mereka adalah Allah. Tapi

setelah lahir, dan di dunia (alam material), orang mengabaikan Syahadat,

dan beberapa melupakannya bahkan mengkhianatinya. Godaan dan pesona

alam material merupakan faktor yang menyebabkan pengabaian, pelupaan,

dan pengkhianatan terhadap kepercayaan yang asli. Untuk itu, pendidikan

130
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Terj. M. Abdul Ghofar E.M (Jakarta: Pustaka Imam
Syafi’i, n.d.), h. 229.
pada hakekatnya merupakan alat untuk mengenalkan dan meneguhkan

keyakinan yang telah disumpah manusia kepada Tuhan. Pola asuh seperti

ini melahirkan generasi umat Islam yang berkepribadian kuat (qaim bi al-

Qist).131

Oleh karena itu, manusia sangat diharapkan untuk membentuk

kepribadiannya dan menjadi manusia yang berpola dari Takuwa kepada

Allah. Tujuan pendidikan pada hakikatnya adalah “fitrah”, yaitu

membimbing manusia dalam menyikapi peristiwa tersebut. Dan bertujuan

untuk memperoleh keselamatan dunia dan akhirat. Keberadaan pendidikan

Islam diharapkan dapat menghasilkan manusia yang berkepribadian muslim

dengan kemampuan lahir dan batin yang dapat mengabdikan tindakan dan

tindakannya untuk mencari keridhaan Allah.132

Faktor internal dalam pendidikan pemuda Islam adalah pembinaan

sadar orang tua agar remaja dapat tumbuh, berkembang, menjadi terbiasa

dengan kebaikan, dan menjadi remaja yang berkualitas dengan daya dan

ketangguhan menghadapi kehidupan dewasa agar selamat di alam sekarang

ini dan di alam setelah kematian.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang menopang keberhasilan pendidikan pemuda

Islam adalah adanya dukungan dari masyarakat. Pasal 34 ayat (1) UUD

1945 menyatakan bahwa “anak-anak yang miskin dan terlantar wajib

131
Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami; Membangun Kerangka Ontologi,
Epistimologi, Dan Aksiologi Praktik Pendidikan (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2008), h.
86.
132
Hasnidar Karim, “Kepribadian Muslim Dalam Pendidikan Islam” 1 (2012): h. 14.
dipelihara oleh Negara”.133 Hal ini merupakan tanggung jawab masyarakat

atau negara dalam bentuk pemeliharaan untuk memberikan penghidupan

yang layak bagi anak-anak terlantar yang kurang mampu, termasuk anak

yatim.

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bergerak dalam

kehidupannya dalam ruang yang tidak ada pergulatan sosial dengan

masyarakat sekitarnya. Menyikapi fenomena tersebut, Islam sebagai ajaran

yang utuh didasarkan pada simbol sosial yang sangat primitif, dengan

menyeimbangkan pemenuhan hak dan kewajiban setiap individu serta

mempersempit jarak di antara mereka. Dia menganjurkan prediksi yang

pada dasarnya akan menopang kepentingan bersama.134 Dalam hal ini,

perhatian masyarakat terhadap pengentasan kemiskinan sangat dibutuhkan.

Selain itu, anak-anak terlantar pada dasarnya adalah "anak-anak",

mirip dengan anak-anak lain yang tidak ditinggalkan. Mereka ingin sekolah.

Keberhasilan sekolah harus memperhatikan komponen-komponen dalam

perkembangan jasmani dan intelektualnya. Karena anak-anak bukanlah

orang dewasa. Dalam hal ini, tidak selalu cukup hanya mengantarkannya

makan dan minum, atau hanya membelanya di rumah, karena anak-anak

menginginkan cinta. Cinta adalah hal yang sangat penting dalam sekolah.

Tanpa cinta, sekolah terbaik tidak mungkin.135 Hal ini menjelaskan mengapa

133
“Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia” (Jakarta: 2002), h. 10.
134
M. Amir, Isyarat Alquran Tentang Pengentasan Kemiskinan Perspektif Pendidikan
Islam (Makasar: Alauddin University Press, 2003), h. 32.
135
Imam Sukadi, “Tanggung Jawab Negara Terhadap Anak Terlantar Dalam
Operasionalisasi Pemerintah Di Bidang Perlindungan Hak Anak” 5, no. 2 (December 2013): h. 127.
anak terlantar, khususnya anak yatim, mendapat perlindungan dan kasih

sayang baik dari masyarakat maupun negara. Oleh karena itu, faktor

eksternal dalam pendidikan remaja Islam adalah tanggung jawab

masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kasih sayang kepada

fakir miskin dan anak yatim.

Peneliti menyimpulkan bahwa perkembangan remaja Islam

dipengaruhi oleh dua faktor. Merupakan faktor internal dalam keluarga

yang secara sadar dibimbing oleh orang tua untuk menjamin agar generasi

muda tumbuh, berkembang, dan menjadi terbiasa dengan kebaikan, dan

faktor eksternal dalam tanggung jawab suatu komunitas sosial untuk

memenuhi kebutuhan hidup dan kasih sayang kepada fakir miskin dan anak

yatim.
BAB III

TAFSIR AYAT-AYAT REMAJA


DALAM SURAT YUSUF DAN AL-KAHFI

A. Surat Yusuf

1. Kedudukan Surat Yusuf

Surat Yusuf terdiri dari 111 ayat, yang merupakan surat kedua belas

dalam urutan mushaf, setelah surat Hud dan sebelum surat Al-Hijr. Surat ini

diyakini oleh banyak ulama turun setelah turunnya surat Hud, sehingga

penempatannya setelah Surat Hud bertepatan dengan waktu turunnya.136

Surat ini diturunkan di Mekah sebelum Nabi Muhammad hijrah ke

Madinah. Situasi hijrah waktu itu mirip dengan waktu dikirimnya surat

Yunus, yaitu sangat genting, terutama setelah insiden Isra dan Mi’raj, yang

diduga banyak orang ragu dengan insiden itu, bahkan orang dengan iman

yang lemah pun bisa menjadi murtad. Sementara itu, hati Nabi Muhammad

sedang dilanda rasa sangat sedih karena istrinya Sayyidah Khadijahra dan

pamannya Abu Thalib baru saja meninggal. Dalam situasi seperti itu, surat

ini dikirim untuk menguatkan hati Nabi Muhammad.137

Surat ini merupakan wahyu ke-53 yang diterima oleh Nabi

Muhammad SAW. Semua ayatnya terungkap atau dikirm sebelum dia

berhijrah. Ada pendapat bahwa tiga ayat pertama diturunkan setelah Nabi

hijrah dan ditempatkan di awal surat ini.

136
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan Dan Keserasian al-Qur’an, cet.
IV., vol. volume 6 ((Jakarta: Lentera Hati, 2005), h. 387.
137
Ibid., volume 6:h. 388.
Ketiga ayat yang diterka dikirim di madinah merupakan pembukaan

penjelasan surat ini dan sejalan dengan kesimpulan surat tersebut, sehingga

membentuk satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Oleh karena itu, tepat

pula untuk menilai bahwa pendapat eksklusif itu lemah, atau seperti yang

ditulis Suyuthi dalam al-Itqan bahwa “tidak perlu kamu perhatikan”.138

Al-Baihaqi melaporkan dalam buku al-Dalail bahwa ada

sekelompok orang Yahudi yang mendengarkan rasul-rasul Allah. Saat itu,

dia membaca surat Yusuf. Setelah mendengarkan ayat-ayat surat ini ayat

demi ayat, mereka merasakan keindahan dan kedalaman maknanya, dan

akhirnya mereka dipenuhi dengan hikmah dan masuk Islam.139

2. Penamaan Surat Yusuf

Nama surat ini berasal dari tokoh utama yang disebutkan dalam surat

ini, Nabi Yusuf. Surat Yusuf adalah satu-satunya nama untuk surat ini.

Sudah dikenal sejak zaman Nabi Muhammad. Penamaan juga sesuai dengan

isinya, yaitu menjelaskan kisah Nabi Yusuf. Tidak seperti banyak nabi

lainnya, kisahnya hanya disebutkan dalam surat ini. Namanya hanyalah

sebuah nama dan dapat ditemukan dalam surat al-An’am dan surat Mu’min

(Ghafir).

Yusuf adalah anak dari Ya’kub ibnu Ishaq ibnu Ibrahim. Ibunya

adalah Rahill, salah satu dari tiga istri Nabi Ya’kub. Ibunya meninggal

ketika adiknya Benjamin lahir, sehingga ayahnya lebih mencintai keduanya

138
Ibid., volume 6:h. 388-389.
139
Ibid., volume 6:h. 466.
daripada saudara-saudara laki-lakinya. Hal ini menimbulkan kecemburuan

dan akhirnya mereka melemparkannya ke dalam sumur. Dia disambut oleh

kafilah Arab dalam perjalanannya ke Mesir. Pada waktu itu, dinasti

penguasa Mesir adalah dinasti yang oleh orang Mesir disebut Hexos, atau

"penggembala babi".

Pada masa pemerintahan Abibi, yang disebut Al-Maliq oleh Al-

Qur'an -bukan Fir’aun- Yusuf datang dan dijual oleh caravan yang

mendapatkannya, kepada penduduk Mesir bernama Potifar yang menurut

Perjanjian Lama merupakan kepala penjaga raja. Ini terjadi sekitar tahun

1720 SM.

Setelah perjalanan hidupnya yang berliku, akhirnya Nabi Yusuf

setelah menikah dengan putri seorang pemuka agama, ia bahkan menjadi

penguasa Mesir dan memperoleh kedudukan yang tinggi. Nabi Yusuf AS.

meninggal di Mesir sekitar tahun 1635 SM. Mayatnya dikatakan telah

diawetkan, seperti kebiasaan di Mesir pada saat itu. Dan ketika bangsa Israel

meninggalkan Mesir, mereka mengambil jenazah/muminya dan

menguburnya di suatu tempat yang bernama Syakim. Jadi, itulah pernyataan

Thahir Ibn ‘Asyur.140

3. Isi Surat Yusuf

Dalam cerita ini, karakter pribadi -Nabi Yusut- disajikan dengan

sempurna di berbagai bidang kehidupannya. Ia juga merinci berbagai

cobaan dan ujian yang menimpanya, serta sikapnya saat itu. Surat ini

140
Ibid., volume 6:h. 387-388.
menjelaskan dalam salah satu episode bagaimana cobaan yang menimpanya

dimulai di jalan saudaranya, bagaimana dia dilemparkan ke dalam sumur

tua, bagaimana dia terjebak di negeri yang jauh, dan bagaimana dia dirayu

seorang wanita cantik dan kaya. Perhatikan apa yang dia lakukan dan istri

penguasa menghadap pria itu. Seorang pemuda biasa, yang juga memiliki

emosi dan keinginan. Dan seberapa baik cerita berakhir setelah menjadi

tanpa henti dan sabar. Kesabaran dan istiqamah adalah kunci sukses yang

diperintahkan oleh Nabi Muhammad SAW. Di akhir surat terakhir (ayat

115), dikatakan bahwa Allah swt. tidak menyia-nyiakan dan memberi

penghargaan kepada al-muhsinin. Untuk membuktikannya, kisah Nabi

Ya’kub dan Nabi Yusuf, dua orang sekaligus orang yang sabar, termasuk

golongan muhsinin yang tidak disia-siakan oleh Allah swt. perbuatan baik

mereka.141

4. Asbabun Nuzul Surat Yusuf

Ibnu Jarir berkata dari Ibnu Abbas, "Rasul Allah, dapatkah Anda
memberi tahu kami?" Kemudian turunlah ayat, “Muhammad, kisah yang
paling baik Kami turunkan kepadamu …” 142
Riwayat 'Aun bin Abdullah menyatakan bahwa Asbabun Nuzul

surat Yusuf adalah sahabat rasul Allah pada saat itu ada perasaan bosan dan

malas. Kemudian temannya bertanya kepada rasul Allah agar memberikan

hadits (kisah/nasihat) yang dapat menghidupkan kembali semangat mereka.

Setelah itu, Allah SWT. mengirim ayat untuk membaca allahu nazzala

141
Ibid., volume 6:h. 388.
142
Jalaluddin As-Suyuthi, Asbabun Nuzul. Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an (GP, t.t), h.
316.
ahsanal hadith. Setelah itu, semangat temanku akhirnya bangkit kembali.

Namun setelah semangat para sahabat bangkit kembali setelah mendengar

Ahsanaal Hadits (kisah/nasihat terbaik), semangat mereka kembali surut,

sehingga mereka akan kembali kepada Rasul Allah untuk mengangkat

mereka.

Untuk permintaan kedua ini, mereka bertanya kepada Rasul Allah,

sesuatu di luar hadits, bukan Quran, yaitu Al-Qashash (cerita). Setelah itu,

Allah SWT. mengungkapkan salah satu ayat surat Yusuf, tepatnya yang

ketiga, bunyinya nahnu naqushshu ‘alaika ahsanl qashashi.143

Dari kasus ini, ada sesuatu yang patut dipikirkan. Ketika para

sahabatnya meminta hadits, Allah memberikan sesuatu yang lebih dari

sekedar hadits: ahsanal hadits. Dan ketika mereka mencari Al-Qashash,

Allah memberikan lebih dari Al-Qashash, yaitu Ahsanaal Qashash.144

Surat ini memiliki keistimewaan untuk menceritakan kisah suka dan

duka Yusuf Raslullah. Ini berisi kebijaksanaan terbesar bagi semua orang

percaya untuk membandingkan dengan kehidupan itu sendiri. Situasi tidak

berhenti di situ karena nasib naik turun.

Dalam cerita ini, Anda dapat melihat bahwa seseorang yang

menyampaikan perasaannya sejak usia dini dan tenang dan pelukan tidak

mendesah. Betapa yakinnya dia bahwa dia langsung dimasukkan ke penjara,

meskipun dia tidak bersalah. Dan dia dimasukkan ke penjara hanya untuk

143
Ali bin Ahmad Al-Wahidi, Asbab An-Nuzul (Mesir: Darussalam, t.t), h. 182-183.
144
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an (Jakarta: Gema Insani, 2003), h. 301.
"kebijakan" keamanan rumah untuk orang tinggi. Dapat dikatakan bahwa

itu mempertahankan ketenaran hari ini. Dari penjara ini, meskipun dia telah

berada di penjara selama bertahun-tahun. Bertahun-tahun sebelum raja

mengungkapkan kepolosan dalam kasus ini.

Kisah ini juga menunjukkan perjuangan batin orang tua yang

kehilangan anak-anak tercinta. Sulit untuk mengendalikan dirinya karena

itu juga anaknya, saudara dari anak yang hilang, yang mengkhianati

anaknya. Anak-anaknya yang lain mengatakan Yusuf meninggal karena

serangan serigala, tetapi jantungnya tidak berdetak. Sebuah perang

pemikiran, kesabaran yang luar biasa, tetapi itu tercetak dan mempesona,

bagaimana angin membawa bau pakaian anak-anak dari Mesir ke tanah

Kan’aan, dan akhirnya setelah Yusuf mengizinkan dari saudara-saudara,

bagaimana perdamaian dipulihkan antara saudara-saudaranya dan

bagaimana keluarga, yang telah menderita kesedihan selama bertahun-

tahun, bersatu kembali.

Jadi Tuhan berkata bahwa ini adalah "Ahsanal Qashashi" seindah

cerita terbaik. Untuk menghilangkan keresahan jiwa saat emosi dikuasai :

“Namun Nabi….'…!!!”145

5. Munasabah Surat Yusuf

Munasabah Surat ini meliputi:

a. Munasabah awal ayat dengan ayat selanjutnya

Ayat pembuka dari ayat berikut ada di awal surat ini, dan Allah

145
Ibid., volume 6:h. 3578-3579.
dikatakan swt. dalam surat ini saya memberitahu Anda bahwa itu adalah

ahsan al-qashash (yang terbaik dari semua cerita). Ayat berikutnya

dalam surat ini adalah ilustrasi/ilustrasi konkrit dari Ahsan Al-qashash

yang bersangkutan (yang terbaik dari semua cerita). Semuanya

dikumpulkan di bagian selanjutnya.

b. Munasabah kelompok ayat dengan ayat berikutnya

Munasabah dari kumpulan ayat surat ini adalah:

1) Kelompok I (ayat 1-8)

Kumpulan ayat dalam kelompok I surat ini merupakan

pengantar dari keseluruhan isi surat ini. Dalam kelompok ini, Allah

swt. disebut menceritakan kepada Nabi Muhammad Ahsan Al-

Qashash (kisah terbaik). Semua ini diringkas di bagian berikutnya.

Bagian pertama dalam cerita ini menceritakan mimpi seorang anak

(Yusuf as.) yang melihat 11 bintang, matahari dan bulan berkeliaran

di depannya. Setelah itu, Yusuf memberi tahu ayahnya Ya’kub

tentang mimpinya. Setelah mendengar cerita Yusuf, Ya’kub

memerintahkan Yusuf. Jangan beri tahu saudaranya tentang

mimpinya agar mereka tidak membodohinya. Selain itu, kelompok

ini juga menyatakan bahwa dalam kisah Yusuf dan saudara-

saudaranya terdapat ayat-ayat Allah untuk para penanya.

2) Kelompok II (ayat 9-18)

Di grup inilah awal mula kisah Yusuf as. dan saudara-

saudaranya. Kelompok ini menjelaskan bagaimana Yusuf as.


disingkirkan oleh saudara-saudaranya karena kecemburuan mereka

terhadap Yusuf yang mendapat perhatian lebih dari ayah mereka.

3) Kelompok III (ayat 19-22)

Kumpulan ayat ini merupakan lanjutan dari kisah Yusuf. Ia

kemudian ditemukan oleh sekelompok peziarah setelah Yusuf

dibuang ke dalam sumur oleh saudaranya. Setelah menemukannya,

mereka membawanya ke perbudakan dan menjualnya kepada orang

Mesir.

4) Kelompok IV (ayat 23-29)

Grup ini merupakan episode keempat dari kisah Yusuf.

Kelompok ini menjelaskan bagaimana Yusuf dirayu oleh istri Al

Aziz, yang membeli Yusuf dari sekelompok musafir yang

menemukan Yusuf di dalam sumur. Kelompok itu juga menjelaskan

bagaimana Yusuf dianiaya karena dituduh berzinah dengan istri Al-

Aziz.

5) Kelompok V (ayat 30-35)

Kelompok ini dijelaskan setelah masalah antar perempuan di

Al-Aziz dianggap selesai. Namun, saat itu, istri Al-Aziz masih genit

dengan bujangan Yusuf, dan dikabarkan asmara merambah istri Al-

Aziz. Mendengar kabar buruk itu, istri Al-Aziz akhirnya berencana

mengadakan jamuan makan untuk Yusuf dan istri pejabat kerajaan.

Hal ini untuk membuktikan betapa tampannya Yusuf di mata para

istri pejabat kerajaan saat itu. Saat itu, para istri pegawai negeri rela
duduk dan memberikan kepada mereka masing-masing sebilah

pisau. Setelah itu, Yusuf diperintahkan untuk keluar secara tiba-tiba.

Saat pertama kali melihat betapa tampannya Yusuf. Mereka sangat

terkejut sehingga mereka tidak menyadari bahwa mereka telah

memotong tangan mereka.

Karena kejadian ini, para isteri pejabat kerajaan itu merasa

malu, karena ketampanan Yusuf telah mempermalukan mereka,

kemudian mereka akhirnya Yusuf dimasukkan ke dalam penjara.

6) Kelompok VI (ayat 36-42)

Pada kelompok ini merupakan penjelasan dari kelompok

ayat sebelumnya. Jika ayat sebelumnya menjelaskan bahwa Yusuf

dimasukkan ke dalam penjara oleh para istri pejabat kerajaan. Jadi,

dalam ayat ini dijelaskan bagaimana Yusuf berada di penjara.

7) Kelompok VII (Ayat 43-53)

Di grup ini dijelaskan tentang mimpi Raja dan Yusuf bebas

dari penjara. Dalam ayat ke-43 dijelaskan bahwa Raja bermimpi

melihat tujuh ekor sapi gemuk dimakan oleh sapi-sapi kurus, dan

tujuh bulir hijau dan yang lainnya kering.

Raja kemudian berbicara tentang mimpinya tidak hanya

kepada pejabat pemerintah, tetapi juga kepada orang-orang yang

beragama dan orang-orang yang arif dan bijak dalam menafsirkan

mimpinya. Tetapi setelah raja selesai berbicara tentang mimpinya,

mereka menjawab: Mimpi raja adalah mimpi kosong.


Kemudian salah satu teman Yusuf di penjara teringat akan

kemampuan Yusuf dalam menafsirkan mimpi-mimpinya

sebelumnya. Dia juga meminta raja untuk mengirimnya ke Yusuf

agar dia bisa menafsirkan mimpinya. Yusuf pun berhasil

menafsirkan mimpi sang raja hingga ia dibebaskan dari penjara.

8) Kelompok VIII (ayat 54-57)

Kelompok tersebut menyatakan hal ini setelah Yusuf

dinyatakan tidak bersalah dan dibebaskan dari penjara. Yusuf

menjadi pejabat pemerintah karena kesabaran dan kejujurannya,

serta kelebihannya dalam menafsirkan mimpi raja.

9) Kelompok IX (Bagian 58-101)

Kumpulan ayat ini menjelaskan bagaimana Yusuf bersatu

kembali dengan saudara-saudaranya yang sudah meninggalkan dia

dan ayah tercintanya, Nabi Ya’kub. Kelompok ini adalah satu bagian

dari episode terakhir dari cerita ini.

10) Kelompok X (bagian 102-111)

Kelompok ini merupakan episode terakhir dari kisah Nabi

Yusuf dengan saudaranya. Selain itu, kelompok ini juga merupakan

i'tibar (pelajaran) dari kisah Nabi Yusuf. Oleh karena itu,

pengelompokan pada setiap bagian surat ini sangat erat kaitannya

dengan gambaran setiap episode kisah Yusuf dan saudaranya.

c. Munasabah Surat Yusuf dengan Surat Hud

Pertimbangan antara surat Yusuf dan surat Hud adalah bahwa


surat ini merupakan pelengkap dari kisah para Rasul. Syekh Ahmad

Musthafa Al-Maraghi menjelaskan dalam kitab tafsir al-Maraghi,

bahwa munasabah antara surat Yusuf dan surat Hud adalah sebagai

berikut:

1) Kedua surat ini diawali dengan alif laam raa (surat pembuka) dan

kemudian disertai penjelasan al-Qur'an.

2) Surat Yusuf melengkapi penjelasan kisah para rasul yang disebutkan

dalam surat Hud dan surat Yusuf, kemudian kisah tersebut dijadikan

sebagai pembuktian untuk menyatakan bahwa Alquran adalah

wahyu ilahi; tidak ada lagi setelah Nabi Muhammad. nabi atau rasul

yang diutus oleh Allah.

3) Perbedaan kedua surat ini dalam menjelaskan kisah Nabi adalah

bahwa dalam surat Hud disebutkan kisah para rasul dan kaumnya

dalam menyampaikan risalah, pahala bagi yang mengikutinya, dan

pembalasan bagi yang mengingkarinya. Apakah itu digunakan

sebagai perbandingan atau pesan yang mengancam orang kaum

musyrik Arab dan pengikutnya. Surat Yusuf berbicara tentang

kehidupan Nabi Yusuf yang pertama kali dianiaya oleh saudaranya

dan kemudian menjadi sosok yang kuat yang mampu membantu

saudara dan orang tuanya. Karakter Nabi Yusuf. Ini harus menjadi

contoh bagi semua orang yang beriman kepada Nabi Muhammad.146

146
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi (Semarang: CV. Toha Putra, 1994), h.
255.
d. Munasabah Surat Yusuf dengan Surat ar-Ra'd

Munasabah surat Yusuf dan surat ar-Ra'd adalah:

1) Dalam surat ini Allah secara umum menyebutkan tanda kekuasaan-

Nya di langit dan bumi. Dalam surat ar-Ra’d, Allah menjelaskan

lagi.

2) Kedua surat itu berisi pengalaman para nabi zaman dahulu dan

kaumnya. Mereka yang menentang kebenaran mengalami

kehancuran, dan mereka yang menaati kebenaran menang.

3) Di akhir surat Yusuf, Al-Qur'an digambarkan bukan kata-kata buatan,

tetapi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan

keterangan ini diulangi di awal surat.

4) Kata ar-Ra'ad mencakup hal-hal yang berkaitan dengan pokok-pokok

agama seperti tauhid, kerasulan, dan hari kebangkitan. Hal ini

kemudian dikaitkan dengan seruan kebenaran Nabi ke orang-orang.

6. Tafsir Surat Yusuf ayat 30, 36, dan 62.

a. Teks ayat dan terjemahannya

1) ayat 30
ۗ
‫ ﻟَﻨَـٰﺮﯨَﻬﺎ ِ ْﰲ‬¤‫ت اﻟَْﻌِﺰﻳِْﺰ ﺗُـَﺮاِوُد ﻓَـٰﺘﯩَﻬﺎ َﻋْﻦ ﻧـﱠْﻔِﺴِﻪ ﻗَْﺪ َﺷﻐََﻔَﻬﺎ ُﺣﺒ¦ﺎ اِﱠ‬ ِ ِ ِ
ُ َ‫۞ َوﻗَﺎَل ﻧْﺴَﻮةٌ ِﰱ اﻟَْﻤﺪﻳْـﻨَﺔ اْﻣَﺮا‬
ٍ ْ ِ‫ﺿٰﻠٍﻞ ﱡﻣﺒ‬
‫ﲔ‬ َ
Para wanita di kota itu berkata, “Istri Al-Aziz merayu pelayannya

untuk menaklukkannya. Pembantunya benar-benar membuatnya

mabuk cinta. Kami benar-benar memandangnya dalam kesesatan


nyata." (Surat Yusuf, 12/053:30).147

2) ayat 36

ِْ َ‫ﲏ ا‬ ِِ ِ ِ ‫ﲔ ۗﻗَﺎَل اَﺣُﺪُﳘﺎٓ اِِﱐٓ اَٰرﯨ‬ ِ ٰ َ‫وَدَﺧﻞ َﻣَﻌﻪُ اﻟ ِﺴْﺠﻦ ﻓَـﺘ‬


‫ﻓَـْﻮَق‬ ‫ﲪُﻞ‬ ّْ ‫ﲏ اَْﻋﺼُﺮ َﲬًْﺮا َۚوﻗَﺎَل اْ ٰﻻَﺧُﺮ ا‬
ْٓ ِ ‫ﱐٓ اَٰرﯨ‬ ْٓ ّْ َ َ َ ّ َ َ
ِ ِ ِ ِ ِ
‫ﲔ‬
َ ْ ‫ﻚ ﻣَﻦ اﻟُْﻤْﺤﺴﻨ‬
ِ
َ ‫ ﻧَـٰﺮﯨ‬¤‫ُﻛُﻞ اﻟﻄْﲑُ ﻣْﻨﻪُ ﻧۗ َـﺒّْﺌـﻨَﺎ ﺑﺘَﺄوﻳْﻠﻪ اۚ ﱠ‬-َ ‫َرأِْﺳْﻲ ُﺧْﺒـًﺰا‬
ِ ْ ِ ِ ِ ‫ﱠ‬ ْ
Bersamanya (Yusuf) juga dua pemuda masuk penjara.370) Salah

seorang dari mereka berkata, "Sesungguhnya aku bermimpi

memeras buah anggur," dan yang lain berkata, "Aku bermimpi

membawa roti di kepalaku. Sebagian dimakan oleh burung-burung."

(Keduanya berkata,) "Jelaskan kepada kami takwil! Sesungguhnya

kami melihat kamu termasuk orang-orang yang berbuat baik."370)

Menurut satu riwayat, kedua pemuda itu adalah pelayan raja. (Surat

Yusuf, 12/053:36).148

3) ayat 62

‫َﺎٓ اَِذا اﻧْـَﻘﻠَﺒُـ ْٓﻮا اِ ٰٓﱃ اَْﻫﻠِِﻬْﻢ ﻟََﻌﻠﱠُﻬْﻢ ﻳَـْﺮِﺟﻌُْﻮَن‬µَ‫ﻀﺎَﻋﺘَـُﻬْﻢ ِ ْﰲ ِرَﺣﺎِﳍِْﻢ ﻟََﻌﻠﱠُﻬْﻢ ﻳَـْﻌِﺮﻓُـْﻮ‬ ِ ِ ِِ
َ ِ‫َوﻗَﺎَل ﻟﻔْﺘـٰﻴﻨﻪ اْﺟَﻌﻠُْﻮا ﺑ‬
Dia (Yusuf) berkata kepada para pembantunya, “Masukkan

(kembalikan) barang-barang mereka (yang mereka jadikan sebagai

alat tukar)373) ke dalam karung mereka. (Hal ini dilakukan) agar

mereka mengetahui kapan mereka telah kembali ke keluarganya.

Mudah-mudahan mereka kembali lagi.”374)


373
) Menurut kebanyakan ahli tafsir, barang-barang saudara Nabi

Yusuf (as) yang digunakan sebagai alat tukar bahan makanan adalah

kulit atau terompah. -><-374) Tindakan ini diambil sebagai taktik

147
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Edisi Penyempurnaan, h. 330.
148
Ibid., h. 331.
dengan menanamkan kebaikan agar mereka bersedia kembali lagi

nanti ke Mesir bersama Benyamin. (Surat Yusuf, 12/053:62).149

b. Tafsir ayat tersebut

1) ayat 30

Jika Anda membaca dan merenungkan makna dari ayat 30

di atas, Anda dapat membayangkan masyarakat "cabang atas" Mesir

kuno pada masa pemerintahan Firaun. Para istri agung itu sibuk

bertemu, membicarakan perhiasan, kekayaan, pakaian berkelas, dan

berbagai barang mewah, duduk bersama menghabiskan waktu

bersih-bersih, dan membicarakan keadaan Soandso yang absen. Ia

yang dibenci oleh suaminya, anak-anak wanitanya menemukan

sebagian besar pendampingnya, namun gagal, dan berbagai kata

lainnya. Dikatakan juga wanita yang karena kecantikannya ia

dicintai oleh suaminya, dan kadang-kadang dikatakan bahwa suami

pria seperti itu jatuh cinta dengan wanita lain.

Selain itu, istana orang-orang hebat pada waktu itu penuh

dengan wanita, pengasuh, dan pelayan dari berbagai warna yang

menunggu. Rahasia yang awalnya tertutup rapat bisa dengan cepat

menjadi rahasia umum. Dia petunjuk orang dalam, tapi itu normal

bagi siapa saja yang tahu segalanya mulai dari berbisik hingga

berbisik. Maka berita istri Raja Muda, istri orang besar kedua di

Mesir, kepercayaan utama raja Mesir, dengan cepat menyebar saat

149
Ibid., h. 335.
itu. Dalam budaya Melayu, mereka diberi gelar bendahara. Dalam

budaya Majapahit, ia diberi gelar Patih. Berita bahwa raja muda

Mesir atau istri bendahara jatuh cinta dengan seorang budak yang

diambil alih oleh lajang atau suaminya dan dibesarkan sebagai anak

angkatnya dengan cepat menyebar. "Rumor" adalah urutan ayat:

"Dan wanita di kota itu berbicara." (Dasar dari ayat 30).

Dikabarkan bahwa percakapan antara wanita, istri seorang

pria hebat, menjadi buah pidato di sebuah konferensi dan menyebar

dari gedung ke gedung dan dari rumah ke gedung. Di antara istri

selebriti, menteri rumah menteri lain mengatakan: Dia datang untuk

cinta. "150

Ini dikatakan di mana-mana, terutama di kalangan wanita.

Menjadi kebiasaan untuk iri dengan wanita lain yang dianggap

pesaing dalam hal kecantikan dan status, dan akibatnya, kata-kata

seperti itu mudah menyebar. Dia sudah jatuh cinta dengan bujangan

dan pemudanya. Kami tidak berharap dia menjadi seperti ini. Kami

selalu berpikir dia adalah orang yang jujur dan taat. Rupanya

rahasianya akhirnya terungkap. Ternyata, cintanya pada bocah itu

sangat dalam. "Qad Syaghafaha Hubban" Cintanya pada pemuda

itu menyelinap jauh ke dalam hatinya, sehingga ia lupa untuk

merebut posisinya yang tinggi. Budak, kru istri Greatman yang

150
Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah Hamka, Tafsir Al-Azhar, cet. IV., vol. volume
5 (Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD, tt), h. 3639.
mencintai budak. '

Jadi semua orang menyalahkan istri raja muda, semua orang

menyalahkannya dan mengatakan dia salah jalan. Itulah sikap yang

biasa disebut orang munafik, munafik. Mereka suci, seolah-olah

mereka tidak pernah berbuat dosa. Meskipun mereka tidak serta

merta mengendalikan diri ketika menghadapi hal yang sama.151

Keputusan yang diambil oleh suami dianggap telah

menyelesaikan kasus memalukan tersebut. Tampaknya memang

demikianlah keadaan di rumah-rumah keluarga “terhormat” yang

tidak memperhatikan tuntunan agama. Mereka tahu dan sadar

bahwa perbuatan itu buruk, tetapi sekaligus ingin tampil atau

setidaknya dikenal sebagai keluarga terhormat yang menjaga nilai-

nilai moral. Oleh karena itu, kasus pencemaran nama baik ini harus

ditutup dan diperlakukan seolah-olah tidak pernah ada. Dengan

demikian episode terakhir berakhir. Tapi cerita belum berakhir.

Tidak peduli seberapa mahir Anda menyembunyikan api,

Anda masih bisa melihat asapnya. Tidak peduli seberapa hati-hati

saya memblokir penyebaran angin, saya bisa mencium aroma yang

saya miliki. Penafsir tidak ragu bahwa Yusuf, bukanlah yang

mengungkapkan rahasia itu. Tidak hanya suami wanita itu diam-

diam menyuruhnya untuk mengabaikannya, tapi lebih karena

Yusuf. Sebagai orang yang prestisius, rasa malu itu benar, tetapi

151
Ibid., volume 5:h. 3640.
tidak mungkin untuk mengungkapkan rasa malu orang lain.

Terutama bagi mereka yang tinggal bersamanya. Dia tidak bisa

mengungkapkannya karena agama melarangnya. Ini adalah sikap

Yusuf sesudah kejadian itu pasti berbeda, terutama untuk istri tuan

rumah. Hal ini harus menjadi perhatian semua penghuni rumah.

Kerenggangan hubungan juga bisa terkait dengan apa yang terlihat

meski sepintas dari perilaku istri jauh sebelum kasus itu terjadi. Dari

sini asap api sudah terlihat. Bukan tidak mungkin jika wanita itu

sendiri tanpa sadar membocorkannya. Mungkin dia berbicara

dengan rekan-rekannya dan kemudian hal ini diungkapkan kepada

teman-temannya yang lain, sehingga gosip, bahkan kejadian yang

sebenarnya, menjadi pembicaraan sebagian orang, terutama wanita.

Terutama wanita yang sikap hidupnya tidak jauh berbeda dengan

istrinya.

Dari sini muncul episode baru yang dijelaskan oleh ayat ini,

yaitu: beberapa wanita yang tinggal di tempat berbeda di kota

tempat tinggal istri pejabat, yaitu di Memphis, Mesir, mengatakan:

"Istri alAziz pejabat terhormat di kota ini terus-menerus menggoda.

bujangannya, yaitu hambanya atau budaknya yang masih muda

untuk menyerahkan diri (kepadanya). Bahkan rasa cintanya

terhadap bujangannya sudah merasuk ke dalam lubuk hatinya,

sehingga ia tidak bisa lagi mengontrol dirinya sendiri. akibat dari

sikapnya, telah jelas-jelas salah.”


Penafsir telah menerangkan maksud dari turawidu pada ayat

23 yang telah lalu. Hal yang harus ditekankan di sini adalah present

tense yang digunakan. Jika Anda memahami bahwa perkataan

mereka menjelaskan apa yang sudah terjadi, penggunaannya

dimaksudkan untuk mengingatkan Anda tentang perilaku buruk

lawan bicara. Bahkan, Alquran sering menggunakan kata kerja

present tense atau future tense untuk membawa peristiwa ke benak

lawan bicara untuk membayangkan keindahan dan keburukannya.

Al-Qur'an juga menggunakan kata kerja lampau untuk peristiwa

masa depan untuk mengungkapkan kepastian bahwa mereka akan

terjadi. Jadi pastikan itu sepertinya terjadi. Mungkin juga present

tense dari bagian di atas digunakan untuk menjelaskan godaan dan

kelanjutan dari godaan tersebut. Oleh karena itu, menurut seorang

wanita, istri pegawai negeri ditangkap oleh suaminya, dan meskipun

budak dan pelayan tidak mau melayani, masih merupakan praktik

umum untuk merayu dan mengolok-olok mereka. Mungkin

pendapat ini sejalan dengan sifat gosip yang selalu melengkapi dan

membesar-besarkan berita.

Ada yang mengatakan bahwa syagafaha berasal dari kata

syaghafa, namun ada pula yang memahami bahwa artinya selaput

yang menyelubungi hati. Jadi, yang dimaksud dengan ayat ini

adalah asmara telah merasuk ke dalam hatinya, atau bahkan seluruh

selaput yang menutupi hatinya telah tertutup oleh cinta sehingga ia


tidak dapat mengontrol perasaannya.

Dalam kitab Mukjizat al-Qur'an, penafsir mengutip

pendapat Ibnu al-Jawzi dalam bukunya Dzam al-Hawa yang

menjelaskan tentang cinta dan tingkatannya serta kosa kata yang

menggambarkannya. Penglihatan atau berita yang didengar ketika

melahirkan rasa senang diungkapkan dengan kata-kata 'aliqa. Jika

melebihi sehingga timbul keinginan untuk mendekatkan diri, maka

dinamakan al-mail. Dan ketika keinginan itu mencapai tingkat

keinginan untuk menguasainya, maka itu dinamakan al-mawaddah.

Tingkat berikutnya adalah al-mahabbah, kemudian al-khullah, ash-

shababah, dan al-hawa. Kemudian al-'isyq, yaitu ketika Anda rela

mengorbankan atau membahayakan diri sendiri demi orang yang

Anda cintai. Ketika cinta memenuhi hati seseorang dan tidak

menyisakan ruang bagi orang lain, cinta mereka digambarkan oleh

at-tatayyum. Di samping itu, ketika seorang kekasih kehilangan

kendali atas dirinya dan tidak bisa berpikir atau membedakan cinta,

dia dipanggil al-waalih. Nah, apa yang dideskripsikan tentang

romansa yang mendominasi pikiran para istri PNS berada di

peringkat sebelum peringkat cinta terakhir.152

2) ayat 36

“Dan dua pemuda masuk penjara bersamanya (berdasarkan

152
Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan Dan Keserasian al-Qur’an, volume 6:h. 439-
441.
ayat 36). Saat hukuman dijatuhkan, dua pemuda masuk penjara

bersamanya. Di penjara Yusuf as, sangat sopan, rukun dengan

narapidana, maksimalkan kemampuan mereka, berdakwah dan

menasihati mereka, dan menanamkan optimisme dalam jiwa

mereka.

Sehingga semua orang merasa senang dan bersahabat

dengannya. Apalagi dengan wajah yang menarik dan kasus yang

tidak adil. Suatu hari, salah satu dari dua orang yang dipenjara

bersamanya berkata, "Tentu." Sambil membenarkan dan

meyakinkan orang lain akan kebenaran ucapannya. "Saya bermimpi

memeras anggur dan menjadi khamar, yang berarti minuman keras,"

katanya. Teman lain, teman berikutnya, takut dia akan bergabung,

dan sambil membenarkan ucapannya, dia berkata, "Tentu, saya

bermimpi. Roti, makanan dari gandum. Saya melihat roti duduk di

atas kepala saya.153

Menurut pernyataan Qatadah: Yang Saqi al-Malik; orang

yang menyajikan minuman untuk raja. Menurut as-Suddi, keduanya

dituduh memberikan makanan dan minuman beracun kepada raja.

Maka setelah mereka masuk penjara, dan langsung berkenalan

dengan Yusuf, hubungan yang begitu dekat, sehingga keduanya

sangat mencintai Yusuf, sampai mereka mengaku terus terang:

“Bahwa kami sangat mencintaimu, hai Yusuf yang baik.” Kemudian

153
Ibid., volume 6:h. 451.
Yusuf menjawab: “Semoga Allah merahmati kalian berdua. Karena

itu selalu terjadi, sialku, siapa pun yang mencintaiku cintanya selalu

membawa celaka kepadaku. Aku tidak senang. Kemudian ayahku

juga mencintaiku, sehingga membuat iri saudara-saudaraku,

sehingga mereka memasukkanku ke dalam sumur. Kemudian istri

Yang Mulia juga mencintaiku, maka ini adalah nasibku!"

Meski Yusuf sudah mengatakan itu, mereka tetap

menjawab: "Meski begitu, katamu, demi Allah, kami tidak bisa

membebaskan diri dari mencintaimu." “Maka salah seorang dari

mereka berkata: “Sesungguhnya aku bermimpi memeras buah

anggur.” Menurut keterangan Ikrimah, ia berkata kepada Yusuf,

bahwa saya bermimpi menanam biji anggur, sehingga tumbuh subur

sampai berbuah, kemudian saya memetik buah yang lebat. , saya

meremasnya, lalu saya menyajikannya kepada raja. Dan yang lain

berkata: "Saya bermimpi bahwa saya memegang roti di kepala saya,

memakan burung darinya."

Yusuf mendengarkan kedua jenis mimpi itu, dan mereka

bertanya: "Jelaskan kepada kami ta'wil." Apa arti dari dua mimpi

kami yang sangat aneh: "Sesungguhnya kami melihat bahwa kamu

termasuk orang yang suka berbuat baik." (akhir ayat 36).

Ini adalah kedua kalinya Yusuf dipuji karena karakternya

yang baik, sopan santun, dan ketertiban dalam semua pekerjaannya.

Pujian pertama ada di ayat 22. Bagian ini membuktikan penafsiran


yang dikemukakan oleh As-Suddi, yang disalin oleh Ibn Kasir di

kitab Tafsirnya di atas. Dia berada di penjara, tetapi semua

kesempatan untuk berbuat baik kepada mereka yang menderita di

penjara diambil oleh Yusuf.154

3) ayat 62

Setelah Yusuf membawa pesan kepada saudaranya,

berharap mereka akan datang bersama saudaranya, dan untuk lebih

meyakinkan mereka tentang kebaikannya, dia memberi tahu

asistennya: barang-barang mereka yang dijadikan alat tukar dengan

makanan itu, tolong dimasukkan kembali ke dalam tas mereka, saya

harap mereka tahu bahwa itu adalah milik mereka yang sengaja

dikembalikan, atau mereka lupa menyerahkannya kepada keluarga

dan ayah mereka, dan menerimanya di dalam tas, jadi mereka

mendapatkan kembali hadiah yang menguntungkan mereka, atau

curiga ada yang tidak beres, jadi mereka kembali untuk

mendapatkan jatah mereka atau mengembalikan pembayaran

mereka ke dalam kantong. "

Jangan berasumsi bahwa itu diberikan oleh Yusuf (as) itu

adalah hadiah dari hak negara, tetapi Yusuf memperhitungkannya

dan mengeluarkannya dari sakunya. Hadiah juga dapat mencakup

hadiah gratis bagi mereka yang sangat membutuhkan. Dalam hal ini,

154
Hamka, Tafsir Al-Azhar, volume 5:h. 3649-3650.
Yusuf memiliki kewenangan untuk menentukan hal ini.155

Dia berkata kepada pelayannya, yang mengukur makanan:

"Apa yang mereka tukarkan dengan makanan: terompah dan kulit,

yaitu, letakkanlah di palungan mereka tanpa sepengetahuan

mereka." Supaya mereka tahu bahwa jika mereka kembali ke

keluarga mereka untuk membuka makanan dan menemukan barang

di dalamnya, kami berhak menghormati mereka dengan

mengembalikan barang itu dan memberi mereka makanan gratis.

Kemudian Yusuf as memberikan alasan mengapa mereka

perlu mengetahui barang apa yang dikembalikan kepada mereka:

mereka sangat menginginkan keutamaan kita karena kebutuhan

akan kebutuhan pokok adalah faktor terkuat dalam

mengembalikannya. Berharap untuk kembali kepada kami.156

Dan dia berkata kepada hamba-hambanya, "Masukkan

pembayaran mereka ke dalam transportasi mereka" (berdasarkan

ayat 62). Uang dan barang-barang lain yang dibayarkan untuk

pembelian gandum diperintahkan untuk dimasukkan kembali ke

dalam saku mereka. "Biarkan mereka mengenalnya ketika mereka

kembali ke keluarga mereka dan dapat kembali" (akhir ayat 62).

Ini adalah manfaat kedua, dan setelah dipuji sebagai tamu,

harga gandum yang dibeli dikembalikan. Karena itu, mereka

155
Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan Dan Keserasian al-Qur’an, volume 6:h. 490-
491.
156
Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, h. 14.
terpaksa kembali lagi nanti untuk mendapatkan Benyamin.

Meskipun mereka masih tidak tahu bahwa mereka telah

dimanipulasi secara halus oleh Yusuf. Mereka bangga dihormati

oleh orang-orang hebat kerajaan.157

Di sisi lain, tafsir lain menggambarkan Yusuf AS. Dia

kemudian memerintahkan petugas penjaga toko untuk

mengembalikan semua yang dia bawa ke tas belanjaan tanpa

sepengetahuan mereka. Produk itu sendiri terdiri dari berbagai jenis

produk makanan penutup seperti kulit domba. Artinya, jika mereka

tiba di kampung halamannya dan membuka semua barang ini dan

isinya, kecuali makanan dan barang-barang yang mereka bawa,

mereka akan memastikan seberapa baik penguasa Mesir itu dan

seberapa tinggi kebaikan dan pelayanannya. Sisi lain dari mereka.

Mereka diperlakukan sebagai tamu di Mesir dan kemudian

mendapatkan kembali makanan dan barang-barang mereka. Seolah-

olah mereka diberi 10 acar makanan gratis sebagai hadiah yang tak

tergantikan bagi mereka. Ini sangat berharga. Semoga dengan

kesadaran ini, mereka memiliki tekad yang kuat mengajak

Bunyamin untuk mengikuti jejak Yusuf AS.158

Bagian ini menjelaskan tentang Nabi Yusuf AS. Dia

memerintahkan petugas kelontongnya untuk memasukkan semua

157
Hamka, Tafsir Al-Azhar, volume 5:h. 3687.
158
Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an Dan Tafsirnya, Jilid 5.
(Yogyakarta: PT. Dhana Bhakti Wakaf, 1990), h. 13.
yang mereka bawa ke dalam tas belanjaan tanpa sepengetahuan

mereka. Dengan mengembalikan artikel tersebut, Nabi Yusuf AS.

Setibanya di kampung halaman, membuka semua ini dan

menemukan barang yang dibawanya selain bahan-bahannya, dia

menerima pelayanan terbaik dan semua penggantinya, jadi dia

diurus. Apa yang mereka bawa dikembalikan dan semua keinginan

mereka terpenuhi. Oleh karena itu, diharapkan ada tekad yang lebih

kuat di antara mereka untuk menghadap Nabi Yusuf AS dengan

membawa Benyamin.

B. Surat Al-Kahfi

1. Kedudukan Surat Al-Kahfi

Surat ini merupakan wahyu Al-Qur'an yang ke-68 dan turun setelah

surat al Ghasyiyah dan sebelum surat asy Syura. Surat tersebut terdiri dari

110 ayat yang menurut mayoritas ulama diturunkan sekaligus sebelum Nabi

Muhammad SAW hijrah ke Madinah. Bahkan, sebagian ulama

mengecualikan beberapa ayat, dari ayat 1 hingga 8. Sebagian ulama

mengecualikan ayat 28 dan 29. Pendapat lain menyebutkan ayat 107-110.

Pengecualian ini dianggap oleh banyak sarjana tidak pantas.

Ada ciri khusus yang ditemukan oleh para ulama dalam penempatan

surat ini, yaitu berada di tengah Al-Qur'an, yaitu akhir juz 15 dan awal juz

16. Di awal surat ada juga tengah surat Al-Qur'an, yaitu huruf ta' pada

firman-Nya: Wal yatalaththaf (ayat 19). Ada juga yang menyatakan bahwa
bagian tengah surat Al-Qur'an adalah huruf nun untuk firman-Nya: laqad

ji'ta syai'an nukran (ayat 74).159

2. Penamaan Surat Al-Kahfi

Surat ini diberi nama Surat al-Kahfi, yang secara harfiah berarti gua.

Nama tersebut berasal dari kisah sekelompok pemuda atau remaja yang

lolos dari kekacauan penguasa waktu itu dan tidur di sebuah gua selama 300

tahun. Nama tersebut sudah dikenal sejak zaman para Rasul Allah, bahkan

dirinya sendiri memberi nama tersebut. Dia menyatakan: "Siapa pun yang

menghafal sepuluh ayat pertama surat itu dilindungi dari fitnah ad-Dajjal"

(Muslim dan Abu Daud mengatakan melalui Abu Darda). Seorang sahabat

Nabi Muhammad juga menyebutkan kumpulan ayat dari surat ini yang

disebut Surat Al-Kalfi. Dalam cerita lain, itu dinamai dengan surat Ashhab

Al-Kalfi.160

3. Isi Surat Al-Kahfi

Thabathaba’i mengklaim bahwa surat ini berisi ajakan untuk iman

yang benar dan perbuatan baik melalui pengumuman dan peringatan yang

mendorong, seperti yang dibaca di awal dan akhir ayat surat itu.

Sayyid Quthub menekankan bahwa "kisah" adalah elemen kunci

dari surat ini. Pertama ada kisah Ashhab Al-Kalf, lalu kisah dua tukang

kebun, dan kemudian kisah Adam dan iblis. Di tengah surat itu adalah kisah

Nabi Musa dengan hamba Allah yang saleh, dan akhirnya, ada kisah

159
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan Dan Keserasian al-Qur’an, cet.
IV., vol. volume 8 (Jakarta: Lentera Hati, 2005), h. 3-4.
160
Ibid., volume 8:h. 3.
Dzulqarnain. Sebagian besar ayat yang tersisa adalah komentar tentang

cerita-cerita ini, di samping beberapa ayat yang menjelaskan peristiwa

kiamat. Benang merah dan tema utama yang menghubungkan kisah-kisah

surat ini adalah kesatuan tauhid dan keyakinan akidah yang benar. Menurut

Sayyid Quthub dan Thabathaba'i, amandemen/pelurusan akidah

ditampilkan di awal dan akhir ayat dalam surat ini.

Al-Biqa'i berpendapat bahwa pokok bahasan surat ini adalah untuk

menjelaskan bahwa Al-Qur'an adalah kitab yang sangat baik karena

menghalangi manusia untuk menyekutukan Allah. Menyekutukan Allah

bertentangan dengan keesaan-Nya, terbukti dengan jelas dalam penjelasan

surat sebelumnya yang diawali dengan subhana, yang mensucikannya dari

semua kekurangan dan sekutu. Surat ini juga dengan benar dan tepat

menceritakan berita bahwa orang-orang dari kelompok itu diberikan

keutamaan pada waktunya, sebagaimana dijelaskan oleh surat al-Isra, yang

menyatakan bahwa Allah memberikan keutamaan atas kehendak dan

tindakannya. Pokok bahasan yang tentang hal ini adalah kisah Ahl al Kahfi

(penghuni gua). Berita tentang dirinya begitu rahasia sehingga

kepergiannya dari komunitas kaumnya enggan mengakui Syirik dan

membuktikan kondisinya setelah tidur panjang. Yang Maha Kuasa tentu

saja Yang Maha Esa. Begitulah menurut al-Biqa'i.

Apa yang para ulama baca di atas dapat disimpulkan dengan

menyatakan bahwa surat ini bertema tentang keyakinan yang benar melalui
penyajian kisah-kisah inspiratif.161

4. Asbabun Nuzul Surat Al-Kahfi

Kata Asbab adalah jamak dari kata Sababa dan berarti penyebab.

Kata nuzul berasal dari kata nazala, yang berarti: turun. Di sisi lain, secara

istilah, itu adalah wahyu Al-Qur'an dari Allah SWT kepada Nabi

Muhammad melalui malaikat Jibril.162

Namun, tidak semua ayat Al-Qur'an memiliki Asbabun Nuzul

sebagaimana surat Al-Kahfi pada ayat 60-82. Adapun Asbabun Nuzul kisah

Nabi Musa dan Nabi Khidir dimulai ketika Nabi Musa berdakwah di depan

umatnya, Bani Israel. Dia mengajak Bani Israil untuk mengingatkan mereka

akan karunia yang Allah berikan kepada mereka. Kemudian salah seorang

anak buahnya berteriak “ya nabiyaallah”. Siapa yang paling taat di muka

bumi? Nabi Musa menjawab "Aku". Tidak puas, mereka bertanya lagi:

"Apakah ada orang di planet ini yang memiliki kecerdasan lebih dari

Anda?" Nabi Musa dengan sukarela menjawab “tidak”. Allah mewahyukan

kepada Musa sebagai berikut, “di antara hamba-hamba-Ku ada seorang

yang memiliki ilmu yang tidak kamu miliki yang bertempat di pertemuan

dua laut. Kedua lautan tersebut memiliki tanda kehebatannya ketika ikan-

ikan yang mati di dalam keramba bisa dihidupkan kembali.” Dan ketika

Musa dan murid-muridnya tiba di tempat dua laut bertemu, ikan pindah ke

sana dan melompat ke laut. Dan Allah SWT menekan air hingga

161
Ibid., volume 8:h. 4.
162
Muhammad Amin Suma, Ulumul Quran (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), h. 204.
membentuk lengkungan atau parit bagi ikan untuk berjalan di dalamnya.163

Dan ketika Musa dan murid-muridnya melewati suatu tempat,

sebuah batu besar, karena mereka lupa perjalanan mereka sampai mereka

lelah dan lapar, Musa berkata kepada murid-muridnya. Saya sangat lapar

dalam perjalanan ini, "kata pemuda itu. Tahukah Anda apa yang terjadi pada

ikan ketika Anda dievakuasi ke batu besar? Ikan itu bergerak melalui

kandang dan kembali, sehingga mereka tersesat ke laut dengan cara yang

aneh. dalam hidup, kemudian jatuh ke laut ketika saya ceroboh, dan

sebenarnya saya lupa memberi tahu Guru tentang ikan, dan benar-benar

tidak ada yang bisa membuat saya lupa selain iblis.

Musa berkata, “Inilah tempat yang kita cari, karena itu adalah tanda

bahwa kita telah mencapai tujuan kita yang sebenarnya untuk bertemu

dengan Khidir dan keduanya kembali ke tempat asalnya. "164

5. Munasabah Surat Al-Kahfi

Memang, setelah Allah menyebutkan kisah Ashab Alkafi untuk

menentukan kehendaknya dan tiga contoh untuk menjelaskan sifat atau

kenyataan, kebenaran, kemenangan dan keagungan bukan terletak pada

jumlah dan status kekayaan yang banyak, ataupun dengan kekuasaan tetapi

dengan iman yang kuat dan keyakinan keapda Allah, untuk menunjukkan

kebenaran kepada orang-orang musyrik yang membanggakan diri dari

orang-orang beriman yang miskin dan menolak untuk duduk bersama

163
Ibid., h. 15.
164
Dahlan, Azbabun Nuzul (Bandung: Penerbit Diponegoro, 2000), h. 35.
orang-orang miskin.165

Dan kemudian Allah melanjutkan cerita kedua. Ini adalah kisah

Nabi Musa dan Nabi Khidir, bagaimana Nabi Musa memperoleh

pengetahuan tentang Nabi Khidir, dan untuk memberi paham kepada

musyrikin bahwa Musa adalah kalimullah. Ia juga yang memiliki banyak

ilmu dan manfaat, namun tetap diinstruksikan untuk belajar dari hamba

(Nabi) Khidir yang saleh, rendah hati yang jauh melebihi dari keangkuhan.

Ini menunjukkan bahwa itu sangat baik.166

6. Tafsir Surat Al-Kahfi ayat 10, 13, 60 dan 62.


a. Ayat dan Terjemah
1) ayat 10
‫ َرَﺷًﺪا‬¤َ‫ﻚ َرْﲪَﺔً ﱠوَﻫﻴِّْﺊ ﻟَﻨَﺎ ِﻣْﻦ اَْﻣِﺮ‬ ِ ‫اِْذ اَوى اﻟِْﻔْﺘـﻴﺔُ اَِﱃ اﻟَْﻜْﻬ‬
َ ْ‫ﻒ ﻓَـَﻘﺎﻟُْﻮا َرﺑـﱠﻨَﺎٓ اٰﺗِﻨَﺎ ِﻣْﻦ ﻟﱠُﺪﻧ‬ َ َ
(Ingatlah) ketika para pemuda berlindung di gua dan berdoa, "Ya
Tuhan kami, beri kami rahmat dari sisi-Mu dan mudahkan kami
untuk memandu semua urusan kami." (Surat al-Kahfi,
18/069:10)167

Ingat (ketika pemuda mencari perlindungan di dalam gua)


pengucapan Al-Fityah adalah bentuk jamak dari pengucapan Fataa,
yang berarti pemuda; mereka takut iman mereka dipengaruhi oleh
orang-orang kafir mereka (kemudian mereka berdoa, "Ya Tuhan
kami! Beri kami dari sisi-Mu) dari hadirat-Mu (rahmat, dan
sempurna) yang benar (bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan
kami)" yang merupakan petunjuk lurus.
2. ayat 13

‫ُْﻢ ُﻫًﺪۖى‬µٰ‫ُْﻢ ﻓِْﺘـﻴَﺔٌ اَٰﻣﻨُـْﻮا ﺑَِﺮِّ¶ِْﻢ َوِزْد‬µ‫ْﳊَِّۗﻖ اِﱠ‬Pِ ‫ﻚ ﻧَـﺒَﺎَُﻫْﻢ‬ ‫َْﳓُﻦ ﻧَـُﻘ ﱡ‬
َ ‫ﺺ َﻋﻠَْﻴ‬
Kami menceritakan kepadamu (Nabi Muhammad) kisah nyata
mereka. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang
beriman kepada Tuhannya dan Kami tambahkan kepada mereka
petunjuk. (Surat al-Kahfi, 18/069:13)168
165
Wahbah Zuhaili, Tafsir Al-Munir (Beirut: Dar al-Fikr, 1998), h. 215.
166
Ibid., h. 216.
167
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Edisi Penyempurnaan, h. 411.
168
Ibid., h. 412.
3. ayat 60
ِ ‫واِْذ ﻗَﺎَل ﻣﻮٰﺳﻰ ﻟَِﻔٰﺘﯩﻪ َﻻٓ اَﺑـﺮح ﺣ ٰٓﱴ اَﺑـﻠَُﻎ َْﳎﻤﻊ اﻟْﺒﺤﺮﻳِﻦ اَو اَﻣ‬
‫ﻀَﻲ ُﺣُﻘﺒًﺎ‬ ْ ْ َْ ْ َ َ َ ْ ّ َ ُ َْ ُ ُْ َ
(Ingatlah) ketika Musa berkata kepada asistennya, 451) "Aku tidak
akan berhenti (berjalan) sampai aku datang ke pertemuan dua lautan
atau aku akan berjalan (terus) selama bertahun-tahun."
451
) Menurut sebagian ahli tafsir, nama laki-laki itu adalah Yusya'
bin Nun, salah seorang penguasa Bani Israil. (Surat al-Kahfi,
18/069:60).169

4. ayat 62
ِ ِ ۖ ۤ ِ ِ
َ َ‫ ٰﻫَﺬا ﻧ‬¤َ‫ ﻟََﻘْﺪ ﻟَﻘْﻴـﻨَﺎ ﻣْﻦ َﺳَﻔِﺮ‬¤ََ‫ﻓَـﻠَﱠﻤﺎ َﺟﺎَوَزا ﻗَﺎَل ﻟَﻔٰﺘﯩﻪُ اٰﺗﻨَﺎ َﻏَﺪاء‬
‫ﺼﺒًﺎ‬
Ketika mereka telah melewati (tempat itu), Musa berkata kepada
asistennya, "Bawalah makanan kami ke sini. Sungguh, kami sangat
lelah dari perjalanan kami." (Surat al-Kahfi, 18/069:62).170

b. Tafsir Ayat

1) ayat 10

Ayat sebelumnya menjelaskan bahwa peristiwa yang dialami

Ashhab Al-Kalfi bukanlah satu-satunya peristiwa mukjizat. Bagian

ini dan bagian selanjutnya mengatakan: Baiklah, kami akan

menjelaskan kepada Anda sebagai jawaban bagi mereka yang

menanyakan semua cerita kepada Anda, dan sebagai pelajaran bagi

mereka yang mendengar. Peristiwa itu terjadi ketika anak-anak

muda yang menjadi penghuni gua melarikan diri dari penguasa

waktu itu, mengungsi ke gua untuk menyelamatkan iman Tauhid

mereka yang dikenal, memasuki gua, dan berdoa mereka: “Wahai

Tuhan kami berikanlah dari sisi-Mu limpahan kasih sayang kepada

169
Ibid., h. 421.
170
Ibid., h. 421.
kami yang mampu mengamankan kami dan agama kami dari

kesewengan raja dan mudahkanlah semua masalah kami baik dunia

ataapun akhirat.”171

Lafal awa digunakan untuk berarti kembali ke lokasi tertentu

dan tinggal secara permanen.

Lafal fityah adalah jamak yang jarang ditentukan. Bentuk

tunggalnya adalah Fata yakni remaja. Istilah ini tidak hanya berarti

kelemahan fisik dan minoritas mereka, tetapi juga kelemahan masa

lalu mereka. Tetapi iman dan idealisme merasuki pikiran dan jiwa

orang-orang muda, dan mereka siap untuk meninggalkan tempat

tinggal mereka. Mungkin itu sebabnya kata ini dipilih, tetapi dari

sudut pandang editorial, itu bisa diduplikasi dengan nama alternatif,

kata "dia", seperti yang disebutkan sebelumnya dalam nama

manusia gua. Bahkan, idealisme pemuda seringkali lebih

diutamakan daripada kearifan dan pengalaman orang tua. Ini juga

alasan mengapa Nabi Muhammad mengingatkan Anda untuk

memperhatikan kaum muda, seperti sabda Nabi, “orang-orang yang

mendukung saya ketika orang tua saya menentang saya.”172

"(Yaitu) segera beberapa orang muda dievakuasi ke ngarai."

(Awal dari ayat 10). Ketika mereka sampai di sana, mereka berseru

kepada Allah, "Tuhan, berilah rahmat langsung dari-Mu." Mereka

171
Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan Dan Keserasian al-Qur’an, volume 8:h. 20.
172
Ibid., volume 8:h. 20-21.
tidak hanya berdoa memohon belas kasihan, tetapi juga meminta,

"berikan arahan tentang situasi kami ini." (Akhir dari ayat 10).

Sederhananya di sini, Tuhan tampaknya mencerikan

mengenai beberapa remaja yang menderita kesulitan,

mengungkapkan bahwa ada seorang pemuda yang meninggalkan

kampung halamannya dan bersembunyi di gua atau tersesat.

Dan dalam prosesnya, ingatlah bahwa mereka mencari

rahmat perlindungan dari Tuhan, dengan arahan dan bimbingan

untuk tetap berada di jalan yang benar.173

2) ayat 13

"Kami menceritakan kepadamu kisah mereka dengan benar"

(awal dari ayat 13). Ini berarti bahwa ini adalah informasi yang

datang langsung dari Kami, yaitu dari Tuhan. Untuk orang percaya

informasi ini diterima "tangan pertama", yang tidak mungkin

mengganggu dengan kebohongan dan penambahan. “Sesungguhnya

mereka adalah remaja-remaja yang beriman kepada Tuhannya.”

Di sini dijelaskan bahwa penghuni goa hanyalah anak kecil,

tidak bercampur dengan orang tua. Sehingga jika dibandingkan

dengan perjuangan Nabi di Mekkah, maka muncul sebuah

pengalaman yang patut dijadikan pedoman. Mereka yang telah maju

bersedia menjadi penganut dan pengikut ajaran Tauhid yang dibawa

oleh Rasulullah SAW hanyalah anak-anak muda. Sementara orang-

173
Hamka, Tafsir Al-Azhar, volume 5:h. 4160-4161.
orang tua telah berdiri untuk menjadi penentang dan penghalang,

karena selama ini mereka telah tenggelam dalam kehidupan

kebodohan dan kepalsuan. Menurut keterangan dari Mujahid,

beberapa di antaranya memiliki anting-anting kecil, yang digunakan

oleh anak muda saat itu. Mereka mendapatkan ilham dari Allah ke

jalan yang benar, sehingga jiwa mereka dipenuhi dengan iman dan

takwa, dan mereka sampai pada kesimpulan bahwa Allah itu Esa,

tidak ada sekutu bagi-Nya. dengan yang lain: "Dan Kami juga

menambahkan untuk mereka petunjuk." (akhir ayat 13).

Mereka menyimpulkan dari penalaran mereka sendiri bahwa

Allah adalah satu. Oleh karena itu, dasar iman telah tumbuh. Saat

fondasi iman diletakkan, itu juga dilengkapi dengan arahan Tuhan

sendiri. Akibatnya, keinginan mereka yang mencari kebenaran dapat

dipenuhi dengan bimbingan Tuhan sendiri, yang mempercepat

mereka menuju tujuan mereka.

Di akhir bagian ini, Anda bertemu dengan wa zidnahum

hudaa: Dan kami juga menambahkan panduan untuk mereka!

Berdasarkan akhir bagian ini, para ulama yang mendalami

kesimpulan telah menyimpulkan bahwa iman dapat matang dan

tumbuh selama itu terus dipupuk. Cobaan dan cobaan yang datang

hanya menambah kekuatan iman. Dalam Surat 3 Ali Imran ayat 173

dijelaskan bahwa para sahabat Rasulullah di bawah

kepemimpinannya setelah mendengar berita bahwa musuh telah


berkumpul ingin menghancurkan mereka, sehingga mereka takut,

bahkan berita tersebut meningkatkan keimanan mereka. Demikian

juga dalam Surat 33, alAhzab ayat 22, orang-orang mukmin di

Madinah mendengar bahwa musuh telah berkumpul untuk

mengepung mereka, mereka tidak takut, bahkan mereka mengatakan

ini adalah janji yang telah kita tunggu-tunggu, dan iman mereka

semakin kuat. Dalam surat ke 9, At-Taubah ayat 124 dijelaskan

bahwa orang-orang yang beriman bertambah imannya ketika

diturunkan satu surat oleh Allah, tetapi orang-orang munafik

(sebagaimana disebutkan dalam ayat 125) ketika ayat itu diturunkan,

yang bertambah hatinya adalah kotor. Maka para pemuda Kahfii ini

mendapat tambahan Iman, karena hidayah dan hidayah dari Allah.174

3) ayat 60

Kumpulan ayat ini bercerita tentang Nabi Musa dengan

hamba Allah yang taat. Dengan pengecualian surat ini, ceritanya

tidak dekat atau jauh. Ada banyak hal dalam kumpulan ayat ini yang

tidak dijelaskan dengan jelas. Misalnya, siapa hamba Allah yang

saleh, di mana mereka bertemu, dan kapan itu terjadi? Namun,

banyak pelajaran yang bisa diambil dari ayat-ayat ini.

Sebelum memaparkan isi pesan dan kesan yang diambil dari

ayat-ayat cerita ini, mari kita simak dulu beberapa ulama untuk

menemukan keselarasan ayat-ayat ini dengan ayat-ayat sebelumnya.

174
Ibid., volume 5:h. 4163-4164.
Tahir Ibn `Asyur menilai bahwa kisah-kisah yang dikumpulkan

dalam ayat-ayat ini sangat cocok dengan kisah Adam dan godaan

iblis. Kalau di sana setan enggan mengakui keutamaan Adam dan

sifat-sifatnya yang didorong oleh kejahatan dan kesombongan setan,

dan kisah ini, menjelaskan pengakuan keutamaan orang lain, dalam

hal ini Nabi Musa. hamba Allah yang taat.

Tabatabai menganggap kumpulan ayat ini sebagai cerita

keempat setelah dengan sabar memerintahkan untuk melaksanakan

dakwah di awal surat ini. Ulama menulis bahwa segala sesuatu yang

ada segi di luarnya pasti ada segi di dalamnya. Kemeriahan dan

kesenangan orang musyrik dengan gemerlapnya kehidupan dunia

merupakan suatu kegembiraan yang sebentar. Sebab itu Nabi

Muhammad janganlah berat hati dang perilaku para musyrikin. Bila

melihat sikap orang musyrik, jangan sedih dan tertekan. Di balik

yang lahiriah yang mereka tunjukkan, ada yang batiniah di luar

kendali Nabi dan kekuatan mereka, yakni kekuatan Allah.

Oleh karena itu, penjelasan dan peringatan terkandung dalam

ayat-ayat yang menjelaskan tentang kisah Nabi Musa dan abdi

Tuhan yang saleh artinya menunjukkan bahwa peristiwa dan

peristiwa yang terjadi seperti yang terlihat memiliki Takwil. Dengan

kata lain, ada makna lain di balik apa yang tertulis. Maknanya akan

menjadi jelas ketika saatnya tiba. Bagi para rasul yang pesannya

ditolak oleh umatnya, saatnya tiba ketika umat mereka "terbangun"


dari tidurnya yang menyesakkan, dan ketika mereka dibangkitkan

dari kubur. Sekarang, pada waktu itu, mereka akan berkata,

“Sesungguhnya rasul-rasul Tuhan kita benar-benar datang dengan

membawa kebenaran.” Demikian kurang lebih Tabataba'i.

Al-Biqa`i menyimpulkan bahwa bagian sebelumnya

berbicara tentang kebangkitan ke akhirat. Ini dibuktikan dengan

keniscayaan dengan menyebutkan beberapa peristiwa yang terkait

dengannya. Kemudian dengan memunculkan beberapa gambaran

dan berbagai pembahasan, Allah mengakhiri dengan berfirman

bahwa sanksi kemaksiatan dan pahala kebajikan ditangguhkan

karena semua memiliki waktu dan tahapan. Nah, setelah itu, kisah

Nabi Musa pun diumumkan. ini.

Diceritakan dalam kisah itu Nabi Musa mencoba untuk

bertemu dengan hamba Tuhan yang saleh dengan membuat ikan

mati-jika mereka hidup kembali dan menyelam ke dalam air, sebagai

penanda tempat pertemuan mereka. Jika Allah berkehendak, rapat

umum dapat dengan mudah diadakan tanpa harus menentukan

gedung pertemuan yang jauh. Tapi bukan itu masalahnya.

Kebangkitan ikan, di sisi lain, juga terkait dengan isu

kebangkitan sesudah mati yang dibahas pada bagian sebelumnya.

Kisah ini mengajarkan bahwa orang yang menunjukkan kedalaman

ilmu dan keutamaannya tidak boleh bersaing kecuali dengan orang

yang memiliki ilmu yang baik dan tentunya dari Tuhan, dia juga
tidak boleh diuji. Ceritanya juga mengandung kritik pada perdebatan

dan kritik yang tidak berdasar, dan ketika terbukti lagi, semua orang

harus tunduk pada kebenaran. Pedoman ini berhubungan dengan

buruknya kualitas orang-orang musyrik dan orang-orang yang

dijelaskan di bagian sebelumnya. Di sisi lain, cerita tersebut juga

memiliki pelajaran untuk tidak takut duduk bersama orang miskin.

Cari tahu bagaimana Nabi dan Rasul Musa, yang memiliki

kemuliaan percakapan dengan Allah, tidak ragu untuk belajar dari

hamba-hamba Allah. Kisah tersebut berisi kritik terhadap orang-

orang Yahudi yang menyarankan agar kaum musyrik Mekah

mengajukan berbagai pertanyaan kepada Nabi Muhammad. "Jika

dia tidak bisa menjawab, dia bukan seorang nabi." Seolah-olah ayat

ini mengatakan bahwa Nabi Musa yang diakui dan dihormati Bani

Israel sebagai nabi, tidak mengetahui semua masalah. Buktinya

adalah kisah ini, sehingga al-Biqa'i melihat hubungan dalam kisah

Nabi Musa dan menguraikannya. ini dengan penjelasan dari ayat-

ayat sebelumnya.

Kisah yang dijelaskan dalam Al Qur'an tidak menyebutkan

bagaimana kisah itu dimulai. Mungkin karena tidak banyak pesan

yang ingin disampaikan atau dicantumkan di awal cerita. Di sisi lain,

itu adalah cara untuk merangsang rasa ingin tahu yang merupakan

unsur pesona cerita. Al-Qur'an tidak menyebutkannya, tetapi Rasul

Allah sudah menerangkannya. Imam Bukhari meriwayatkan melalui


sahabat Nabi, Ibnu 'Abbas ra. bahwa para sahabat Nabi yang lain,

Ubay Ibn Ka'b ra., mengatakan bahwa ia mendengar Rasulullah saw.

bersabda, “Sesungguhnya Musa muncul untuk berdakwah di

hadapan Bani Israil, lalu dia ditanya, 'Siapakah orang yang paling

berilmu?' Musa menjawab, 'Saya.' Maka Allah mencelanya karena

dia tidak mengembalikan ilmu itu kepada Allah. Kemudian Allah

mengungkapkan kepadanya bahwa: ' Saya memiliki seorang pelayan

yang berada di pertemuan dua lautan. Dia tahu lebih baik dari Anda.'

Nabi Musa as. bertanya, 'Tuhan, bagaimana saya bisa bertemu

dengannya?' Allah berfirman, 'Ambil seekor ikan dan letakkan di

wadah yang terbuat dari daun kurma dan di mana Anda kehilangan

ikan, itu dia.

Nah, ini awal ceritanya. Nabi Musa as. lalu pergi menemui

hamba Allah dengan seorang hamba dan makanan serta seekor ikan

yang telah mati — mungkin sudah dimasak juga — karena

ditempatkan dalam wadah seperti yang dibaca di atas dan baru

diketahui ketika mereka akan makan siang.

Jika sebelum ini Allah swt. perintahkan Nabi Muhammad

agar ingat dan merenungi cerita Adam dan setan, kemudian Allah

berfirman di sini: Dan ingat kasus yang anak Imran, Nabi Musa,

mengatakan asisten dan murid-muridnya. Jadi ketika mereka datang

untuk bertemu laut, Nabi Musa dan asistennya lupa ikan mereka, dan

ikan itu terbang ke laut dan melemparkan diri.


Beberapa ulama menduga bahwa Musa tidak berarti Musa di

sini nabi besar yang mendapat Taurat. Namun dia adalah salah satu

keturunan Nabi Yusuf as. putra Nabi Ya'qub as., yang juga salah

seorang nabi. Pendapat ini lemah. Tidak kurang dari 130 kali Al-

Qur'an menyebut nama Musa, dan semuanya ditujukan kepada putra

Nabi 'Imran as, Nabi agung yang menghadap Fir'aun. Jika sesuatu

selain dia yang dimaksudkan di sini, tentu saja, ada tanda-tanda yang

menunjuk padanya.

Lafal Fata aslinya berarti pemuda/remaja. Kemudian dia

menggunakannya untuk mengartikan seorang pembantu. Orang-

orang Jahiliyyah menyebut budak laki-laki mereka "Abd." Rasul

Allah melarang penggunaan istilah ini dan mengajarkannya untuk

disebut fata. Mungkin itu berarti bahwa tidak peduli seberapa tidak

wajar situasinya, seseorang tidak perlu diperbudak dan harus

diperlakukan semanusiawi mungkin. Itu mungkin rasul Allah. Pilih

kata-kata itu sesuai dengan arti dari bagian ini. Jadi orang yang

selalu menemani Nabi Musa as itu disebut Fata, orang yang selalu

bisa membantunya dan mendapatkan status budak di mata

masyarakat.

Menurut banyak ulama, Fata dalam ayat ini berarti Yusya’

bin Nun. Beberapa menganggapnya sebagai keponakan Nabi Musa,

putri saudara perempuannya. Yusya’ adalah salah satu dari dua belas

yang dikirim untuk memata-matai penduduk Kan’aan di Halab


(Aleppo, saat ini Syria) dan Hebron (Palestina). Menurut Thahir Ibn

‘Asyur, ia lahir sekitar tahun 1463 SM, Ia meninggal sekitar tahun

1353 SM, saat umur 110 tahun. "

Bagian ini tidak menjelaskan di mana majma' al-bahrain /

pertemuan 2 laut berada. Meskipun para sarjana mengklaim dia

berada di Afrika (sekarang berarti Tunis). Sayyid Quthub

menegaskan pendapatnya bahwa dialah Laut Merah dan Laut Putih.

Di sisi lain, tempat pertemuan adalah pertemuan Teluk Aqaba dan

Suez di Laut Merah, atau Danau Timsah dan Danau Al-Murrah,

yang sekarang menjadi wilayah Mesir. Ibn 'Asyur menekankan

bahwa tidak masuk akal untuk berasumsi bahwa ada tempat

pertemuan di luar Palestina. Mungkin dia menulisnya di Buhairah

Thabariyah. Itu juga disebut Bahr Al-Jalil oleh orang-orang Israil.

Sebagian orang berpendapat bahwa kata huquban berarti

satu tahun, sedangkan sebagian lainnya mengatakan selama 70

tahun, atau 80 tahun atau lebih, atau selalu. Bentuk jamaknya adalah

ahqab. Apapun artinya, itu adalah kata-kata Nabi Musa yang jelas

mengisyaratkan tekad kuatnya untuk bertemu dan belajar dari

hamba-hamba Tuhan yang saleh.175

Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada masa mudanya,

“Aku tidak akan berhenti sampai batas pertemuan dua lautan” (dasar

175
Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan Dan Keserasian al-Qur’an, volume 8:h. 87-
91.
ayat 60). Nabi kita Muhammad diberitahu untuk mengingat cerita

dan mengetahui bahwa Nabi Musa bepergian dengan orang-orang

muda. Dalam bahasa Arab, ayat itu mengatakan fatahu. Arti dari

fataa adalah orang muda, anak pemuda, atau pendeknya

pemuda/remaja. Dalam bahasa Melayu asli, anak muda disebut

bujang, artinya orang yang belum menikah.

Masa mudanya berarti menjadi asisten, pengawal, penolong,

atau kaki tangannya. Dalam bahasa Arab, kata lain, khadam, dapat

digunakan. Namun, bagian ini memberikan contoh etika Islam. Hal

ini untuk mencegah pembantu muda disebut khadam atau pembantu

atau khadam. Panggil dia Fataa; anak muda/remaj.

Anas bin Malik, seorang hadits dan akuntan sejati bagi Nabi

selama delapan tahun, mengatakan dia tidak pernah

menyebutkannya dengan kata-kata kasar selama dia adalah hamba

Nabi. Tapi dia menyebutkannya sebagai penolong di semua

rumahnya: pria adalah fataa, wanita adalah fatat.

Hal ini juga tampaknya telah ditiru oleh Belanda ketika

mereka memanggil pembantu mereka ketika mereka berkuasa di

Indonesia. Mereka menyebut mereka Jongens, yang juga berarti

anak muda. Tapi kemudian, untuk menghormati, dia berubah

menjadi pencelaan dan pengejekaan menjadi Jongos.

Yusya’ bin Nun adalah orang muda Nabi Musa yang diajari

untuk menemaninya dan Nabi Harun sejak usia dini. Kemudian,


setelah kematian Nabi Harun (as) dan Nabi Musa (as), dia secara

otomatis Yusya’ bin Nun maju untuk melanjutkan pekerjaan

keduanya, dan Dia diangkat menjadi nabi dan rasul oleh Allah,

sebagai kelanjutan dari Syariah Musa.

Jadi, setelah perjalanan panjang, dia belum tiba di tujuannya,

dimana pada pertemuan dua lautan Musa mengatakan kepada

pemuda itu bahwa dia akan melanjutkan perjalanan ini, dan dia

hanya akan berhenti ketika dia tiba di pertemuan dua lautan.

"Atau aku hanya berjalan-jalan." (Akhir dari ayat 60).

Artinya, dia melanjutkan sampai dia mencapai tujuan. Jika dia

belum bertemu, tetapi dia masih mau melanjutkan perjalanannya

dan mencari guru. Huqubaa: Maksud kami berjalan-jalan.

Dalam tafsirnya, Ibnu Jarir menjelaskan bahwa artinya satu

tahun, menurut informasi yang diterima dari Huqubaa, seorang ahli

bahasa Arab mendalam. Jadi, dalam pengertian ini, ini adalah

perjalanan sepanjang tahun, tetapi dia terus mencari, dia

melanjutkan sampai dia mencapai tujuan.

Tapi riwayat Abdullah bin'Amer huqubaa berusia 70 tahun!

Mujahid mengatakan 70 tahun. Jadi kita masuk akal saja. “Saya akan

melanjutkan perjalanan ini. Meski sulit, saya tidak akan berhenti

sebelum mencapai tujuan.176

176
Hamka, Tafsir Al-Azhar, volume 5:h. 4219-4220.
4) ayat 62

Perjalanan Nabi Musa as. Dengan asistennya, tampaknya

mereka cukup jauh, meskipun belum sampai satu malam satu hari,

terbukti dari ayat ini bahwa mereka baru saja merasa lapar sehingga

Nabi Musa (as). meminta untuk menyiapkan persediaan makanan

mereka. Hal ini juga dapat ditarik dari kesan kata ini yang mengacu

pada perjalanan. Ayat di atas melanjutkan cerita dengan menyatakan

bahwa: Keduanya meninggalkan tempat tinggal mereka, melakukan

perjalanan dan mencari sosok yang diidamkan Nabi Musa itu; jadi

ketika mereka berdua telah menjauh dari tempat yang seharusnya

mereka tuju, Musa berkata kepada asistennya, “Bawakan makanan

kami ke sini; memang kami telah merasakan keletihan dari

perjalanan kami saat ini atau hari ini.” Dia, yaitu pembantunya,

berkata, menggambarkan keheranannya, 'Tahukah Anda, wahai

guru yang mulia, bahwa ketika kami mencari perlindungan di batu,

Saya benar-benar lupa ikan dan tidak ada yang membuat saya

melupakannya kecuali iblis. "Asisten Nabi Musa as, dia melanjutkan

untuk menjelaskan bahwa: "Yang saya maksud adalah lupa untuk

mengingatnya, dan dia, ikan itu, pergi ke laut. Ini sangat ajaib,

bagaimana saya lupa, atau itu benar-benar menakjubkan bagaimana

dia bisa melompat ke laut/”. Musa berkata, “Itu tempat atau tanda”
yang kita cari.” Kemudian mereka berdua kembali, mengikuti jejak

mereka.177

Kelelahan hilang dan mereka kembali. Tapi perut sudah

lapar. "Lalu setelah keduanya melampauinya." (Dasar dari ayat 62).

Artinya, di luar tempat istirahat karena kelelahan: "Dia memberi

tahu pemuda itu, 'Bawakan makan siang kami.'"

Aatina ghada ana! Betapa indahnya pengaturan bahasa Arab

ini dan artinya? Bawa ke kami, bukan saya. Aku akan memakannya

bersama. "Tentu, kami mengalami kelelahan dalam perjalanan ini."

(Akhir dari ayat 62). Lelah, payah, dan penat, apa lagi juga sudah

lapar; kami makan dulu!178

177
Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan Dan Keserasian al-Qur’an, volume 8:h. 92-
93.
178
Hamka, Tafsir Al-Azhar, volume 5:h. 4220-4221.
BAB IV

MODEL PENDIDIKAN REMAJA


DALAM SURAT YUSUF DAN AL-KAHFI

A. Pendidik

Berdasarkan kisah antara Nabi Ya`qub AS dan Nabi Yusuf AS, sebagai

pendidik yaitu Nabi Ya'qub AS. Beliau menjadi salah satu Nabi dan Rasul yang

dipilih oleh Allah SWT. Beliau adalah putra Ishaq bin Ibrahim. Tentang saat

lahirnya Ya'qub AS telah disampaikan oleh beberapa tamu Nabi Ibrahim AS

yang sebenarnya adalah para Malaikat. Ya’kub dilahirkan oleh Sarah yaitu istri

Nabi Ibrahim. Dalam Q.S. Huud, 11/052:71 Allah SWT berfirman.

‫ب‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻘ‬ ‫ﻌ‬ ‫ـ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻖ‬ ‫ﺤ‬


ٰ ‫ﺳ‬ِ‫ِﺳٰﺤ ۙﻖ وِﻣﻦ ﱠو ۤراِء ا‬Pِ ‫ﺎ‬µٰ‫واﻣﺮاَﺗﻪ ﻗَۤﺎ̧ﯨﻤﺔٌ ﻓَﻀِﺤَﻜﺖ ﻓَـﺒﱠﺸﺮ‬
َ ْ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ ُُ َ ْ َ
179
ُ
Nabi Ya`qub AS menarik perhatian Allah SWT dan dengan rahmat-Nya

tumbuh dan berkembang dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Dengan sebab

demikian, ia mengikuti jalan hidup ayah dan kakeknya. Nabi Ya'qub AS

memiliki dua belas anak yang diberi nama oleh Allah SWT Asbath, seorang

keturunan Ya'qub. Istrinya, Rahiil, melahirkan Nabi Yusuf (alaihissalam) dan

Benyamin. Istrinya, bernama Laya, melahirkan Ruubil, Sham’un, Laawi,

Yahuudza, Isaakhar, dan Zabilon. Hamba Rahiil melahirkan Daan dan Naftaali,

dan hamba Layaa melahirkan Jaad dan Asyir.

Di antara anak-anaknya, Nabi Yusuf Alaihissalam berada di posisi

tertinggi, dengan hati yang paling saleh dan murni, kecuali yang termuda. Itulah

sebabnya Nabi Ya’kub AS memberinya perhatian dan kasih sayang yang lebih.

179
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Edisi Penyempurnaan, h. 317.
Itu sudah menjadi karakter. Dengan kata lain, ayah menyayangi yang bungsu

sampai dewasa, dan menyayangi anak yang sakit sampai sembuh.

Nabi Ya'qub AS adalah seorang ayah yang menjadi panutan di mana ia

membesarkan anak-anak dengan baik, menasihati mereka, dan memecahkan

masalah mereka. Tetapi kemudian, ketika saudara-saudara Yusuf mengetahui

bahwa ayahnya mengkhawatirkan Yusuf, dia didesak oleh Setan untuk

melecehkannya. Dia ingin membunuh Yusuf, tetapi beberapa menyarankan

untuk melemparkan Yusuf ke dalam sumur untuk menyusul kafilah dan menjadi

budak.

Taktik itu dirancang dan dilaksanakan oleh saudara-saudara Yusuf,

yang merupakan hasutan untuk Yusuf. Kemudian saudara-saudara Yusuf

membujuk ayahnya untuk berburu dan mengundang Yusuf. Tentu sulit bagi

mereka untuk memberikan izin karena Nabi Ya’kub AS mengetahui sifat dan

karakter saudara Yusuf. Dengan bujukan terus-menerus kepada Nabi Ya’kub,

akhirnya mendapatkan izin. Pergi Yusuf dengan saudara-saudaranya. Di tengah

perjalanan, Yusuf seolah dianiaya oleh saudara-saudaranya hingga akhirnya

dimasukkan ke dalam sumur.

Setelah itu, saudara-saudara Yusuf berpakaian dan pulang bersama

pakaian Yusuf yang berlumuran darah binatang, tampak berbicara tentang

Yusuf yang dimakan binatang. Saudara-saudara Yusuf berbohong kepada

ayahnya dengan kedok kesedihan. Ketika Yusuf tidak kembali ke rumah, Nabi

Ya’kub sangat sedih harus berpisah dengan putra kesayangannya dan dibutakan
oleh kesedihan yang begitu dalam. Kemudian Allah Subhaanahu wa Ta'ala

memungkinkannya bisa kembali melihat ketika bertemu Yusuf.

Dari dialog Nabi Yakub dan anak-anaknya dalam surat Yusuf, tampak

setidaknya ada sembilan karakter dirinya sebagai ayah, yaitu sebagai berikut:

1. Cinta untuk anak-anak

Ucapan ya bunayya dari Nabi Ya’kub kepada anaknya yang

merupakan panggilan kesayangan terhadap Nabi Yusuf mengisyaratkan

sikap kasih sayang kepada anak. Hasih dari cinta dan kasih sayang ini ialah

timbulnya rasa cinta dan hormat dari anak kepada orang tua yang dinyatakan

dengan ucapan ya abati dari Nabi Yusuf kepada ayahnya.

Karakter cinta dan kasih sayang seorang ayah banyak ditekankan

dalam kisah para nabi lainnya, termasuk Nabi Muhammad. Dalam sebuah

hadits diriwayatkan, “Bukanlah umatku yang tidak mencintai yang lebih

muda dan menghormati yang lebih tua.” (HR Hakim).

Dalam riwayat lain, diriwayatkan bahwa Rasulullah (saw) bersama

Hasan, cucunya, dan ini terlihat oleh salah satu sahabat yang mengaku tidak

pernah melakukan apa pun yang dilakukan Nabi. Nabi juga bersabda,

“Barangsiapa tidak mencintai, maka ia tidak dicintai.” H.R. at-Tirmidzi.180

2. Pendengar yang baik untuk anak-anak

Menjadi pendengar yang baik bagi anak merupakan bentuk

komunikasi yang berkualitas antara ayah dan anak. Menjadi pendengar yang

180
Adnan Hasan Shalih Baharits, Mendidik Anak Laki-Laki (Jakarta: Gema Insani, 1991),
h. 42-43.
baik membuat anak terbuka dan dekat dengan ayah, sehingga memudahkan

ayah dalam menanamkan nilai-nilai baik pada anak. Nabi kecil Yusuf, yang

menceritakan mimpi kepada ayahnya, adalah hasil dari komunikasi yang

baik ini. Buah dari kepribadian ayah sebagai pendengar yang baik bagi

anaknya.

Komunikasi antara ayah dan anak perempuan penting dalam

pendidikan keluarga. Komunikasi ini juga diajarkan oleh Nabi. Beberapa

hadits menyatakan bahwa Rasul Allah dengan hati-hati dan penuh kasih

bercanda dengan anak-anak. Komunikasi ini, setidaknya, tidak merusak

otoritas dan ketenarannya.181

3. Kesabaran untuk anak-anak

Tidak semua anak berperilaku baik atau buruk kepada orang tuanya.

Orang tua yang sabar dengan berbagai bentuk kenakalan dan sikap buruk

anak-anaknya dapat menghindari perilaku buruk anaknya, yang mungkin

terjadi ketika ayah tidak sabar.

Kualitas kesabaran yang ditunjukkan oleh Nabi Ya’kub adalah

kesabaran yang baik (jamil), yaitu sabar tanpa mengeluh.182 Dalam tafsir

lain, kesabaran yang baik adalah kesabaran tanpa rasa khawatir atau takut.183

181
Ibid., h. 42-43.
182
Muhammad Nasib Ar-Rifai, Kemudahan Dari Allah: Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid
2, (Surah al Maidah – an Nahl) (Jakarta: Gema Insani, 1999), h. 843.
183
Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Tafsir Al-Qur’an Al-Aisar Jilid 3 (Jakarta: Darus
Sunnah, 2015), h. 783.
4. Menghindari dan memelihara konflik

Konflik yang dimaksud adalah konflik antara anak dan konflik

antara ayah dan anak. Nabi Yakub melihat masalah pada pakaian Nabi

Yusuf yang berlumuran darah serigala tetapi tidak robek, tetapi tidak

memperpanjang masalah, yang dapat menyebabkan masalah lebih lama.

Dengan cara ini, konflik antara ayah dan anak dapat dihindari.

Di lain keadaan, Nabi Yakub juga menyarankan Nabi Yusuf agar

tidak memberitahukan mimpinya pada saudara laki-laki lain untuk

melindungi dirinya dari kemungkinan konflik antara anak dan saudaranya.

5. Tawakal

Pola pikir kepercayaan seorang ayah dalam diri Nabi Ya’qub terlihat

saatp dia kemudian tidak mempunyai keinginan untuk mengizinkan anak-

anaknya membawa Benjamin bersamanya dalam perjalanan kedua ke

Mesir. Pola pikir amanah juga merupakan anjuran yang ia perintahkan

kepada putra-putranya setelah dia mengatur pendekatan keberangkatan

yang aman untuk putra-putranya.

Kepercayaan seorang ayah mungkin sangat dibutuhkan, khususnya

dalam kondisi vital seperti yang terampil melalui lingkaran kerabat Yaqub

sendiri dalam kasus kelaparan.

6. Jangan putus asa dari nikmat Allah

Sifat sekarang tidak lagi depresi telah menjadi pola pikir yang

menonjol dalam diri Nabi Yaqub yang terus menerus berdoa pada suatu saat

dengan tujuan untuk bertemu dengan putra kesayangannya, Nabi Yusuf.


Sifat ini untuk tidak lagi depresi juga berubah menjadi rekomendasi yang

dia berikan kepada putranya sebelum perjalanan kedua mereka ke Mesir.

Pola pikir sekarang bukan lagi depresi sangat diperlukan saat kondisi vital.

Dalam kisah Nabi Yusuf, ada 3 syarat vital. Pertama, sementara

kerabat Nabi Yaqub sendiri mengalami kesulitan dengan kekurangan karena

kelaparan yang menyebabkan anak-anak Nabi Yaqub paling mudah

membawa barang barter yang bernilai rendah. Kedua, sementara putra-putra

Nabi Yaqub perlu melakukan petualangan yang tidak stabil ke Mesir. Dan

ketiga, sementara Nabi Yaqub menyuruh anak-anaknya untuk tidak lagi

menyerah mencari tahu tentang keberadaan Nabi Yusuf.

7. Mengadukan setiap masalah dan penderitaan cuma pada Allah

Pola pikir pasrah dan pasrah dari berbagai macam kesengsaraan dan

persoalan kepada Allah ini dibuktikan melalui Nabi Yaqub dalam setiap

peristiwa hilangnya anaknya untuk kedua kalinya, khususnya Benyamin.

Pola pikir ini merupakan pola pikir yang dapat menahan datangnya depresi.

Orang ini dapat menumbuhkan pengalaman keyakinan diri dalam rahmat

Allah dalam setiap masalah yang dilakukan oleh orang-orang seperti yang

didefinisikan dalam kelanjutan ayat tersebut.

8. Pengampun pada anak

Kegigihan tersebut dibuktikan Nabi Yaqub kepada anak-anaknya

berbuah manisan. Anak-anaknya mengakui kesalahan mereka kepada Yusuf

dan meminta maaf kepadanya. Meskipun kesulitan dan kesedihan yang dia
alami cukup berat, Nabi Yaqub tetap memaafkan kesalahan putra-putranya

dan meminta ampun kepada Allah untuk mereka.

9. Pelindung untuk anak-anak

Kedudukan ayah sebagai pelindung anak-anaknya dibuktikan

melalui Nabi Yaqub menganjurkan Nabi Yusuf untuk tidak lagi

memberitahukan mimpinya pada saudara-saudaranya agar terhindar dari

kejahatan akibat dengki. Pada kesempatan lain, pola pikir protektif juga

terbukti melalui Nabi Yaqub ketika beliau mengatur pendekatan untuk

keberangkatan rombongan putranya ke Mesir untuk kedua kalinya.

Pola pikir protektif dapat dicapai melalui berdoa untuk keselamatan

bagi seorang anak. Rasulullah SAW pun juga mendoakan cucunya, Hasan

dan Husen, “Saya mencari tempat berlindung yang aman dengan kalimat-

kalimat ideal Allah dari semua setan yang menimbulkan rasa was-was dan

mata cela.184

Selain itu, di dalam surat al-Kahfi, pendidik yang diperankan oleh

Nabi Khaidir dan peserta didiknya Nabi Musa, ada beberapa jenis interaksi

antara pendidik dan peserta didik:

a. Melakukan tes minat dan bakat untuk siswa

Khaidir menerima Nabi Musa as meskipun dia meramalkan

bahwa Musa tidak akan sabar, tetapi setelah dia mendengar kejujuran

Musa, dia menerimanya menjadi seorang murid. Menurut kata-katanya

di Q.S. AlKahfi, 18/069: 67.

184
Mustafa Al-Adawi, Fiqih Pendidikan Anak (Jakarta: Qisthi Press, 2006), h. 51.
ِ ِ ِ
َ ‫ﻗَﺎَل اﻧﱠ‬
َ ‫ﻚ ﻟَْﻦ ﺗَْﺴﺘَﻄْﻴَﻊ َﻣﻌَﻲ‬
‫ﺻ ْ ًﱪا‬
185

Hamka menjelaskan dalam tafsir Al Azhar di awal pertemuan

bahwa dengan kata-kata seperti itu, sang guru seolah mengenali jiwa

muridnya. Teropong dari ilmu ladunninya, ilmu yang diterimanya

langsung dari Allah SWT. Intuisi orang percaya membantu para guru

untuk mengenal siswa mereka pada pertemuan pertama. Dan kita

banyak membaca tentang kisah Nabi Musa. Dalam Al-Qur'an, kita juga

mengenal Nabi Musa (as). Mudah meluap-luap atau memiliki cara

berpikir yang spontan. Karena itu, sejak awal guru menyatakan bahwa

siswa tidak akan sabar mengikutinya.

Dalam ayat 67, Khaidir mengatakan kepada Nabi Musa bahwa

dia tidak akan tega untuk menaatinya, dan akan dikuatkan lagi dalam

ayat berikutnya, Q.S. AlKahfi, 18/069: 68.

186
‫ﺼِﱪُ َﻋٰﻠﻰ َﻣﺎ َﱂْ ُِﲢْﻂ ﺑِِﻪ ُﺧ ْ ًﱪا‬
ْ َ‫ﻒ ﺗ‬
َ ‫َوَﻛْﻴ‬
Dalam Al-Qur'an dan Tafsirnya dijelaskan bahwa dalam hal ini

Khidir menekankan kepada Nabi Musa as, tentang mengapa dia tidak

akan sabar nanti jika dia terus menemaninya. Di sana Nabi Musa as.

melihat fakta bahwa pekerjaan Khidir secara lahiriah bertentangan

dengan syariat Nabi Musa (as). Oleh karena itu, Khidir berkata kepada

Musa, “Bagaimana kamu bisa bersabar dengan perbuatan yang secara

lahiriah melanggar syari’atmu, padahal kamu adalah seorang nabi. Atau

185
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Edisi Penyempurnaan, h. 422.
186
Ibid., h. 422.
mungkin kamu akan mendapatkan pekerjaan yang secara lahiriah jahat,

sedangkan pada hakikatnya kamu tidak mengetahui tujuannya atau

kemaslahatan. Padahal, begitulah sifat orang yang tidak sabar dengan

kejelekan yang dilihatnya. Bahkan ia langsung mengingkarinya.

Kesabaran adalah bagian dari karakter. Dari tes tentang karakter

dapat diperluas ke tes minat dan bakat. Karena bisa jadi seseorang yang

tidak memiliki bakat tetapi memiliki minat yang tinggi maka dia akan

berhasil. Meskipun dalam hal ini Musa tidak berhasil. Hal tersebut di

atas sesuai dengan pendapat Mahmud Yunus yang dikutip oleh Ahmad

Tafsir bahwa pendidik muslim hendaknya mengajarkan masalah yang

sesuai dengan kemampuan peserta didik (sesuai dengan bakat dan

minatnya).

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidik harus

mampu menempatkan diri sebagai orang tua kedua, dengan

melaksanakan tugas-tugas yang dipercayakan kepadanya oleh orang tua

atau wali peserta didik dalam jangka waktu tertentu. Untuk itu

diperlukan pemahaman tentang jiwa dan karakter siswa agar dapat

dengan mudah memahami jiwa dan karakter siswa. Salah satunya adalah

sebelum memulai interaksi belajar mengajar, pendidik harus

mengetahui minat belajarnya. Karena minat, bakat, kemampuan dan

potensi yang dimiliki siswa tidak akan berkembang tanpa bantuan guru.

Minat memiliki pengaruh yang besar terhadap kegiatan belajar.

Siswa yang tertarik pada suatu mata pelajaran akan mempelajarinya


dengan sungguh-sungguh. Minat merupakan alat motivasi utama yang

dapat membangkitkan semangat belajar pada diri siswa. Oleh karena itu,

pendidik perlu membangkitkan minat peserta didik.

b. Buat kontrak belajar dengan siswa

Akibat dan syarat yang dikemukakan oleh Khidir menunjukkan

adanya keterikatan (akad) antara Musa dan Khidir, yaitu Musa dilarang

membantah, bertanya atau mengomentari perbuatan yang akan

dilakukan oleh Khidir. Hal ini sesuai dengan sabda Khidir kepada Nabi

Musa as. dalam Q.S. Al-Kahfi, 18/069: 70.

‫ﻚ ِﻣْﻨﻪُ ِذْﻛًﺮا‬ ِ ٍ ِ
َ ‫ﻗَﺎَل ﻓَﺎِن اﺗﱠـﺒَـْﻌﺘَِ ْﲏ ﻓََﻼ ﺗَْﺴٔـَْﻠ ِ ْﲏ َﻋْﻦ َﺷْﻲء َﺣ ّٰٓﱴ اُْﺣﺪ‬
َ َ‫ث ﻟ‬
187

Al-Qur'an dan Tafsirnya menyatakan di bagian ini bahwa

Khidir dapat menerima Musa sebagai. “Jika Anda (Nabi Musa) berjalan

dengan saya (Khidir), jangan tanyakan apa yang saya lakukan dan

rahasianya, dan saya akan menjelaskan masalahnya kepada Anda

sendiri. Nabi Musa menerima persyaratan ini, yang sebenarnya adalah

sikap Nabi Musa, yaitu kesopanan orang terpelajar terhadap ulama,

kesopanan siswa terhadap guru, atau kesopanan orang mukmin terhadap

orang yang mereka ikuti.

Rekonsiliasi antara Khidir dan Nabi Musa Dari penjelasan di

atas, jelas bahwa interaksi, atau pola perilaku, diatur antara pendidik

(Khidir) dan murid (Nabi Musa). Menurut aturan yang dipatuhi pendidik

dan peserta didik secara sadar.

187
Ibid., h. 422.
Dari keterangan di atas dapat kita simpulkan bahwa kontrak

belajar merupakan mekanisme konkrit untuk mematuhi ketentuan atau

peraturan yang dihasilkan dari pelaksanaan prosedur tersebut. Oleh

karena itu, langkah-langkah ini dilakukan sesuai dengan metode yang

dijelaskan. Penyimpangan dari prosedur merupakan indikator tindakan

disipliner. Oleh karena itu, kontrak belajar harus benar-benar dipatuhi

oleh para pihak yang membuat kontrak, baik siswa maupun guru.

c. Menghukum siswa sesuai dengan kejahatan yang dilakukan

Perjalanan Khidir dan Nabi Musa melibatkan kesepakatan

pembelajaran yang mereka berdua sepakati. Dalam hal ini, Khidir

sebagai pendidik menghukum Nabi Musa karena melanggar kontrak

belajar. Hukuman Khidir bertahap. Bentuk-bentuk hukuman tersebut

antara lain:

1) Memberi peringatan secara lembut. Sebagaimana Q.S. Al-Kahfi,

18/069: 72.

ِ ِ ِ
‫ﺻ ْ ًﱪا‬ َ ‫ﻗَﺎَل اََﱂْ اَﻗُْﻞ اﻧﱠ‬
َ ‫ﻚ ﻟَْﻦ ﺗَْﺴﺘَﻄْﻴَﻊ َﻣﻌَﻲ‬
188

2) Memberi peringatan yang sedikit ketat. Sebagaimana Q.S. AlKahfi,

18/069: 75.

ِ ِ ِ ‫۞ ﻗَﺎَل اََﱂ اَﻗُﻞ ﻟﱠ‬


‫ﺻ ْ ًﱪا‬ َ ‫ﻚ اﻧﱠ‬
َ ‫ﻚ ﻟَْﻦ ﺗَْﺴﺘَﻄْﻴَﻊ َﻣﻌَﻲ‬
189
َ ْ ْ
3) Hukuman untuk perpisahan. Sebagaimana Q.S. AlKahfi, 18/069: 78.

ِ ِ ِ َ ُ‫ﻚ ﺳﺎُﻧَـﺒِّﺌ‬ۚ ِ ِ
َ ‫ﻚ ﺑﺘَﺄِْوﻳِْﻞ َﻣﺎ َﱂْ ﺗَْﺴﺘَﻄْﻊ ﱠﻋﻠَْﻴﻪ‬
‫ﺻ ْ ًﱪا‬ َ َ ‫ﻗَﺎَل ٰﻫَﺬا ﻓَﺮاُق ﺑَـْﻴ ِ ْﲏ َوﺑَـْﻴﻨ‬
190

188
Ibid., h. 422.
189
Ibid., h. 423.
190
Ibid., h. 423.
Jika seorang siswa bersalah, sudah sewajarnya pendidik

menjatuhkan hukuman atas kesalahannya. Inilah pendapat

Muhammad Yunus tentang sikap yang harus dimiliki pendidik.

Dari informasi di atas, kita dapat melihat bahwa guru harus

menghukum siswa ketika mereka terbukti bersalah. Sanksi tidak

harus berupa hukuman fisik atau kekerasan verbal, tetapi dapat

berupa teguran halus. Sanksi atau hukuman yang dijatuhkan kepada

siswa harus sebanding dengan kelalaiannya.

3. Pendidik secara bertahap menjelaskan kepada siswa kebijaksanaan


(pengetahuan yang tidak realistis) di balik fakta dan fenomena (pengetahuan
empiris).

Khidir memimpin dan membimbing Nabi Musa. Salah satu cara

yang ia lakukan adalah menjelaskan pelajaran dan hikmah dari langkah-

langkah yang ia ambil selama perjalanannya bersama Musa. Hal ini sesuai

dengan ayat 78-92 sebagai berikut:

a. Penjelasan kecelakaan pertama (kebocoran perahu). Hal ini sesuai

dengan Q.S. AlKahfi, 18/069: 79.


ۤ ۗ
ٌ ِ‫ت اَْن اَِﻋْﻴـﺒَـَﻬﺎ َوَﻛﺎَن َوَراءَُﻫْﻢ ﱠﻣﻠ‬
‫ﻚ ﱠ¿ُْﺧُﺬ ُﻛﱠﻞ‬ ‫ﲔ ﻳَـْﻌَﻤﻠُْﻮَن ِﰱ اﻟْﺒَْﺤِﺮ ﻓَﺎََرْد ﱡ‬ ِ ِ َ‫اَﱠﻣﺎ اﻟﱠﺴِﻔﻴـﻨَﺔُ ﻓََﻜﺎﻧ‬
َ ْ ‫ﺖ ﻟَﻤٰﺴﻜ‬
ْ ْ
‫ﺼﺒًﺎ‬ ٍ ِ
ْ ‫َﺳﻔْﻴـﻨَﺔ َﻏ‬
191

Penjelasan bahwa hamba Allah yang saleh (Khidir) menusuk

perahu menunjukkan bahwa pendidik harus mencoba untuk mengajar

murid-muridnya bagaimana membantu yang lemah. Dengan kata lain,

pendidik harus menyampaikan tidak hanya masalah kognitif, tetapi juga

191
Ibid., h. 424.
masalah emosional dan psikomotorik yang membuat siswa lebih peka

terhadap realitas sosial.192

b. Penjelasan kasus kedua (pembunuhan anak). Sebagaimana Q.S. AlKahfi

18/069:80.

193
ۚ ‫ ﱠوُﻛْﻔًﺮا‬¤ً‫ﲔ ﻓََﺨِﺸْﻴـﻨَﺎٓ اَْن ﻳـﱡْﺮِﻫَﻘُﻬَﻤﺎ ﻃُْﻐﻴَﺎ‬
ِ ْ َ‫واَﱠﻣﺎ اﻟْﻐُٰﻠﻢ ﻓََﻜﺎَن اَﺑَـﻮاﻩُ ُﻣْﺆِﻣﻨ‬
َ ُ َ
Berikutnya adalah Q.S. Al-Kahfi, 18/069: 81.

ِ ِ
َ ‫ٓ اَْن ﻳـﱡْﺒﺪَﳍَُﻤﺎ َرﱡ¶َُﻤﺎ َﺧ ْ ًﲑا ّﻣْﻨﻪُ َزٰﻛﻮًة ﱠواَﻗْـَﺮ‬¤َ‫ﻓَﺎََرْد‬
‫ب ُرْﲪًﺎ‬
194

Pembunuhan dapat diartikan sebagai majaz, memberikan kesan

bahwa pendidik harus dapat memahami psikologi siswa sekaligus

membunuh kepribadian buruk yang terdapat dalam diri siswa.

c. Penjelasan kejadian ketiga (pemulihan rumah yang roboh).


Sebagaimana Q.S. AlKahfi, 18/069: 82.

‫ﻚ اَْن‬ ِ ‫ﲔ ِﰱ اﻟْﻤِﺪﻳـﻨِﺔ وَﻛﺎَن َﲢﺘﻪ َﻛْﻨـﺰ ﱠﳍﻤﺎ وَﻛﺎَن اَﺑـﻮُﳘﺎ‬ ِ ْ ‫ﲔ ﻳَﺘِْﻴﻤ‬ِ ِٰ ِ


َ ‫ﺻﺎﳊًﺎ ۚﻓَﺎََراَد َرﺑﱡ‬
َ َ ْ ُ َ َُ ٌ ُ َْ َ ۚ َْ َ َ ْ ‫َواَﱠﻣﺎ اْﳉَﺪاُر ﻓََﻜﺎَن ﻟﻐُﻠَﻤ‬
‫ِْوﻳُْﻞ َﻣﺎ َﱂْ ﺗَْﺴِﻄْﻊ ﱠﻋﻠَْﻴِﻪ‬-َ ‫ﻚ‬ ِ ۗ
َ ‫ﻚ َوَﻣﺎ ﻓَـَﻌْﻠﺘُﻪُ َﻋْﻦ اَْﻣِﺮْي ٰذﻟ‬َ ِّ‫ﻳـﱠْﺒـﻠُﻐَﺎٓ اَُﺷﱠﺪُﳘَﺎ َوﻳَْﺴﺘَْﺨِﺮَﺟﺎ َﻛْﻨـَﺰُﳘَﺎ َرْﲪَﺔً ِّﻣْﻦ ﱠرﺑ‬
ۗ
195
‫ﺻ ْ ًﱪا‬
َ
Kejadian ketiga, pembangunan tembok, secara tidak langsung

mendorong para pendidik untuk menjaga siswanya, terutama siswa yang

terisolasi. Karena dia adalah mutiara dengan perawatan yang tepat.

Namun jika dibiarkan begitu saja, mereka menjadi bumerang dalam

kehidupan sosial saat mereka tumbuh dewasa. Karena ketika mereka

masih kecil, mereka tidak pernah mendapatkan cinta.

Dan ketika membangun kembali tanpa upah, itu secara langsung

192
Nurwadjah Ahmad, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan (Bandung: Marja, 2010), h. 191.
193
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Edisi Penyempurnaan, h. 424.
194
Ibid., h. 424.
195
Ibid., h. 424.
menunjukkan bahwa pendidik harus bekerja dengan rajin untuk

melakukan keadilan kepada siswa mereka, terlepas dari status sosial

mereka.

Sebagai seorang pendidik, Khidir menuntun dan memimpin

Musa. Salah satu cara dia melakukannya adalah dengan menjelaskan

pelajaran selangkah demi selangkah. Hal ini sejalan dengan pandangan

Al-Gazali bahwa pendidik mengajar sesuai dengan tingkat pengetahuan

anak didiknya. Dengan kata lain, pengajaran diberikan secara bertahap

sesuai dengan kemampuan siswa.

Sebelum berangkat, Khidir menjelaskan hikmah yang

terkandung dalam peristiwa Nabi Musa tidak sabar menunggu acaranya.

Dari penjelasan tersebut dapat kita simpulkan bahwa pendidik

hendaknya memberikan penjelasan kepada siswa tentang hikmah

(pengetahuan yang tidak realistis) di balik fakta dan fenomena

(pengetahuan empiris). Tujuannya adalah untuk memberikan siswa

dengan tidak kebingungan dan pengetahuan tentang hal itu.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa pendidik harus mengajar

secara bertahap sesuai dengan tingkat pengetahuan siswa. Hal ini

dilakukan agar siswa tidak mengalami keputusasaan atau

ketidakpedulian terhadap pelajaran yang diajarkan. Selain itu,

perbedaan latar belakang siswa perlu menjadi perhatian pendidik. Siswa

membutuhkan berbagai layanan, dan pendidik perlu menanggapi

perbedaan tersebut dan melindunginya agar dapat tumbuh sesuai dengan


kondisinya.

B. Peserta Didik

Murid dalam kisah Ya`qub dan Yusuf adalah Nabi Yusuf AS. cerita

Nabi Yusuf diantaranya termuat dalam Alquran surat Yusuf terdiri dari 111

ayat, termasuk surat Makkiyyah karena diturunkan di Mekkah sebelum Hijrah.

Surat ini disebut surat Yusuf karena titik berat isinya mengenai riwayat Nabi

Yusuf. Riwayat tersebut merupakan salah satu kisah ghaib yang diturunkan

kepada Nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat baginya, sedangkan beliau

sebelum turunnya ayat tersebut belum mengetahuinya. Menurut riwayat al-

Baihaqi dalam kitab “ad-Dalail” bahwa sekelompok orang Yahudi masuk Islam

setelah mereka mendengar kisah ini, karena persis sama dengan kisah yang

mereka dengar sebelumnya.

Adapun murid dalam dalam surat al-Kahfi yaitu Nabi Musa yang

berguru kepada Nabi Khaidir untuk memperoleh ilmu yang belum

diketahuinya. Surat ini merupakan wahyu Al-Qur'an yang ke-68 dan turun

setelah surat al Ghasyiyah dan sebelum surat asy Syura. Surat tersebut terdiri

dari 110 ayat yang menurut mayoritas ulama diturunkan sekaligus sebelum

Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah.

Dari surat al-Kahfi, ada beberapa cara interaksi antara peserta didik dan

pendidik, antara lain:

1. Belajar dengan niat beribadah karena Allah

Perjalanan menuntut ilmu bersama Khidir dilakukan oleh Nabi


Musa as. Hal ini didasari atas teguran yang kemudian menjadi perintah dan

petunjuk dari Allah SWT, agar niatnya untuk beribadah kepada Allah SWT.

Niat merupakan faktor utama dan sangat penting dalam belajar, karena niat

adalah inti dari segala perbuatan. Dengan niat yang kuat ini menjadikan

Nabi Musa as memutuskan untuk bertemu dengan seorang hamba yang

saleh (Khidir) dalam sabda Nabi Musa (as) di Q.S. Al-Kahfi, 18/069:60.

196 ِ ‫واِْذ ﻗَﺎَل ﻣﻮٰﺳﻰ ﻟَِﻔٰﺘﯩﻪ َﻻٓ اَﺑـﺮح ﺣ ٰٓﱴ اَﺑـﻠَُﻎ َْﳎﻤﻊ اﻟْﺒﺤﺮﻳِﻦ اَو اَﻣ‬
‫ﻀَﻲ ُﺣُﻘﺒًﺎ‬ ْ ْ َْ ْ َ َ َ ْ ّ َ ُ َْ ُ ُْ َ
Dalam tafsir al-Azhar, Hamka memaknai Nabi Musa sebagai

berikut: Ia terus berjalan hingga mencapai tujuannya. Meski belum bertemu,

ia siap melanjutkan perjalanan dan menemukan gurunya.197 Ini berarti

mempunyai niat dan tekad yang kuat dari Nabi Musa. Belajar harus

dilandasi dengan niat beribadah kepada Allah SWT. Teori ini sesuai dengan

pandangan Hasan Fahmi bahwa salah satu sifat yang harus dimiliki para

santri adalah menghiasi jiwa dengan mendekatkan diri kepada Tuhan.

Dari penjelasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa mencari ilmu

harus dengan niat sebagai Allah SWT. Karena semua amalan tergantung

niat. Latihan akan menjadi lemah atau kuat, dan benar atau salah,

disebabkan dilandasi niat.198

Dalam sabda Nabi Muhammad, niat adalah inti dari semua tindakan.

Artinya: “Amirul Mu`minin Abi Hafsh Umar bin Khatab ra berkata: Saya

mendengar Rasul Allah berkata: “Perbuatan yang sebenarnya adalah

196
Ibid., h. 421.
197
Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jilid 6, Juzu 15.
(Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD, tt), h. 4220.
198
Abu Bakar Jabir Al-Jaza’iri, Minajul Muslim (Solo: Insan Kamil, 2008), h. 125.
disengaja (dilandasi niat) dan setiap orang diberi imbalan sesuai dengan

niatnya.” (Mutafaqun alaih).199

2. Mempunyai tekad kuat dan semangat untuk belajar

Ayat 60 juga memuat makna keikhlasan dan semangat Nabi Musa

untuk bertemu dengan hamba Allah yang saleh (Kidil) dalam rangka

menimba ilmu yang diajarkan Allah kepadanya. Jadi dia memutuskan untuk

belajar dalam perjalanan yang panjang dan melelahkan. Hal ini dapat dilihat

pada Q.S. AlKahfi, 18/06 9:60.

200 ِ ‫واِْذ ﻗَﺎَل ﻣﻮٰﺳﻰ ﻟَِﻔٰﺘﯩﻪ َﻻٓ اَﺑـﺮح ﺣ ٰٓﱴ اَﺑـﻠَُﻎ َْﳎﻤﻊ اﻟْﺒﺤﺮﻳِﻦ اَو اَﻣ‬
‫ﻀَﻲ ُﺣُﻘﺒًﺎ‬ ْ ْ َْ ْ َ َ َ ْ ّ َ ُ َْ ُ ُْ َ
Al-Qur'an dan interpretasinya dari bagian ini melaporkan betapa

kerasnya tekad Nabi Musa. Untuk mencapai tempat di mana dua laut

bertemu. Dia tidak peduli selama bertahun-tahun, dan kapan pun dia harus

memulai perjalanannya, selama dia menemukan tempat itu dan menemukan

apa yang dia inginkan. Ini adalah tekad Nabi Musa untuk belajar, hal ini

sejalan dengan pendapat Athiyah Al-Abrasi, dan dalam kewajiban yang

harus dia perhatikan, semua siswa harus rajin untuk belajar dengan

sungguh-sungguh dan tekun serta menuntut ilmu. Dia harus membuang

perasaan malasnya.

Kendala dan hambatan saat mencari ilmu tidak dapat dihindari.

Begitu pula saat ingin bertemu Khidir selama perjalanan Nabi Musa. Inilah

keikhlasan dan semangat kuat Nabi Musa, yang ditunjukkan dengan

199
Imam An-Nawawi, Terjemah Hadis Arba’in an-Nawawi Terjemahan Muhil Dhofir
(Jakarta: Al-I’tishom, 2001), h. 6.
200
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Edisi Penyempurnaan, h. 421.
kesabarannya saat menghadapi rintangan saat ingin bertemu dengan Khidir,

diantaranya pada Q.S. Al-Kahfi, 18/069: 61.

201
Pً‫َُﻤﺎ ﻓَﺎﱠﲣََﺬ َﺳﺒِْﻴـﻠَﻪُ ِﰱ اﻟْﺒَْﺤِﺮ َﺳَﺮ‬Áَ‫ﻓَـﻠَﱠﻤﺎ ﺑَـﻠَﻐَﺎ َْﳎَﻤَﻊ ﺑَـْﻴﻨِِﻬَﻤﺎ ﻧَِﺴﻴَﺎ ُﺣْﻮ‬
Berikutnya adalah Q.S. Al-Kahfi, 18/069: 62.

ِ ِ ۖ ۤ ِ ِ
َ َ‫ ٰﻫَﺬا ﻧ‬¤َ‫ ﻟََﻘْﺪ ﻟَﻘْﻴـﻨَﺎ ﻣْﻦ َﺳَﻔِﺮ‬¤ََ‫ﻓَـﻠَﱠﻤﺎ َﺟﺎَوَزا ﻗَﺎَل ﻟَﻔٰﺘﯩﻪُ اٰﺗﻨَﺎ َﻏَﺪاء‬
‫ﺼﺒًﺎ‬
202

Dan kemudian Q.S. Al-Kahfi, 18/069: 63.


ۚ ۖ
‫ت َوَﻣﺎٓ اَﻧْٰﺴﯩﻨِْﻴﻪُ اِﱠﻻ اﻟﱠﺸْﻴٰﻄُﻦ اَْن اَذُْﻛَﺮﻩُ َواﱠﲣََﺬ َﺳﺒِْﻴـﻠَﻪُ ِﰱ‬
َ ‫ﺖ اْﳊُْﻮ‬
ِ ِ‫ﺼﺨﺮِة ﻓَِﺎ‬
ُ ‫ﱐ ﻧَﺴْﻴ‬
ِ ِ ‫ﻗَﺎَل اَراَﻳ‬
ّْ َ ْ ‫ﺖ اْذ اََوﻳْـﻨَﺎٓ اَﱃ اﻟ ﱠ‬َ َْ
َ ‫اﻟْﺒَْﺤِﺮ َﻋ‬
.‫ﺠﺒًﺎ‬
203

Keterangan di atas menunjukkan bahwa pasti ada rintangan dan


hambatan dalam perjalanan studi. Terkadang sesuatu yang datang
sebelumnya tidak dapat diselesaikan disebabkan dari kebodohan. Namun
Nabi Musa tidak serta merta putus asa. Ia dan asistennya segera kembali
mengikuti langkah sebelumnya, berharap segera menemukan hamba Allah
yang saleh.
Dari keterangan di atas, dapat kita simpulkan bahwa keseriusan
sebenarnya merupakan syarat yang sangat penting bagi semua siswa saat
mencari ilmu. Itu tidak hanya membutuhkan integritas dalam mencari
pengetahuan, tetapi juga membutuhkan integritas untuk melakukannya
dalam setiap kebiasaan baik. Dengan sebab serius, seseorang mendapatkan
apa yang mereka inginkan. Seperti Mahfudhat, dikatakan ‫ َﻣْﻦ َﺟﱠﺪ َوَﺟَﺪ‬: orang

yang serius akan mendapatkan (apa yang diinginkannya)."204


Selain itu, siswa berilmu juga harus memiliki sikap optimis dan tidak

mudah putus asa dengan hambatan dan rintangan yang dihadapinya. Jangan

putus asa karena kegagalan yang Anda hadapi, Anda harus menanamkan

201
Ibid., h. 421.
202
Ibid., h. 421.
203
Ibid., h. 421.
204
Mansur, Kamus Percakapan Bahasa Arab (Kediri: Al-Fatih Press, 2015), h. 184.
dalam diri Anda bahwa kegagalan adalah langkah awal menuju kesuksesan.

3. Jujur dan bertanggung jawab

Kejujuran dan tanggung jawab ditunjukkan oleh sikap Yusya

sebagai murid terhadap Nabi Musa sebagai pendidik, hal ini ditunjukkan

dalam Q.S. AlKahfi, 18/069: 63.


ۚ ۖ
‫ت َوَﻣﺎٓ اَﻧْٰﺴﯩﻨِْﻴﻪُ اِﱠﻻ اﻟﱠﺸْﻴٰﻄُﻦ اَْن اَذُْﻛَﺮﻩُ َواﱠﲣََﺬ َﺳﺒِْﻴـﻠَﻪُ ِﰱ‬
َ ‫ﺖ اْﳊُْﻮ‬
ِ ِ‫ﺼﺨﺮِة ﻓَِﺎ‬
ُ ‫ﱐ ﻧَﺴْﻴ‬
ِ ِ ‫ﻗَﺎَل اَراَﻳ‬
ّْ َ ْ ‫ﺖ اْذ اََوﻳْـﻨَﺎٓ اَﱃ اﻟ ﱠ‬ َ َْ
205
‫اﻟْﺒَْﺤِﺮ َﻋَﺠﺒًﺎ‬
Dalam Alquran dan Tafsirnya yang dijelaskan pada bagian ini,

Yusya dengan jujur menjawab bahwa ketika dia mengungsi untuk

beristirahat di batu tempat dua lautan bertemu, ikan itu kembali hidup,

bergera-gerak, dan secara mengejutkan masuk ke jalur laut. Hamka

menafsirkan Yusya bin Nun sebagai menjawab permintaan Musa: "Saya

tidak memperhatikan ketika kami berhenti di sebuah batu besar" (akhir ayat

63). Kemudian berhenti untuk membuang rasa penat. "Kalau begitu aku

lupa ikannya" Aku lupa memberi tahu tuan tentang apa yang terjadi. "Dan

tidak seorang pun yang membuat aku lupa, kecuali Setan," Saya membuat

kesalahan, saya lupa, Setan membuat saya melupakannya. Menurut struktur

linguistik, kata-kata seperti itu berarti bahwa mereka siap untuk

bertanggung jawab.

Dari keterangan di atas, dapat kita simpulkan bahwa siswa harus

jujur dan bertanggung jawab.

4. Tunjukkan kejujuran dengan ekspresi yang sopan dan rendah hati

205
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Edisi Penyempurnaan, h. 421.
Ketika Nabi Musa (as) sedang belajar dengan hamba Allah (Khidir)

yang saleh, ia mengajukan permintaan berupa pernyataan kepada calon

gurunya sebagai calon muridnya. Artinya Nabi Musa sangat sopan dan

rendah hati. Dia pikir dia bodoh dan meminta Khidir untuk dia dapat

mengikutinya untuk mengajarinya pengetahuannya. Sebagaimana Q.S. Al-

Kahfi, 18/069: 66.

ِ ِ ِ ٓ َ ‫ﻗَﺎَل ﻟَﻪ ﻣﻮٰﺳﻰ ﻫﻞ اَﺗﱠﺒِﻌ‬


َ ‫ﻚ َﻋٰﻠﻰ اَْن ﺗُـَﻌﻠَّﻤِﻦ ﳑﱠﺎ ﻋُﻠّْﻤ‬
‫ﺖ ُرْﺷًﺪا‬
206
ُ ْ َ ُْ ُ
Dalam Al-Qur'an dan Tafsirnya, Allah SWT ditafsirkan dalam

bagian ini. Hal itu secara gamblang menjelaskan sikap Nabi Musa as

sebagai calon siswa untuk calon gurunya dengan mengajukan lamaran

berupa surat pernyataan. Artinya Nabi Musa sangat sopan dan rendah hati.

Dia menempatkan dirinya sebagai orang bodoh dan meminta untuk

diizinkan mengikutinya, agar Khidir mengajarkan sebagian ilmu yang telah

diajarkan kepadanya. Sikap ini harus dimiliki oleh setiap siswa dalam

mengajukan pertanyaan kepada guru.

Sikap tawadhu' sangat dibutuhkan siswa dalam menuntut ilmu.

Seorang siswa harus memiliki sikap tawadhu (rendah hati) dengan

meninggalkan kepentingan pribadi demi kepentingan pendidikan. Dari

keterangan di atas, dapat kita simpulkan bahwa seorang siswa harus

bersikap sopan dan rendah hati kepada gurunya. Nabi Musa (as) adalah

seorang Nabi, tetapi dia sangat sopan dan rendah hati kepada Khidir. Ini

membuktikan bahwa ketika belajar, Anda harus memperhatikan apa yang

206
Ibid., h. 422.
dikatakan, bukan siapa yang mengatakannya. Menurut mahfudhat, yaitu:

‫اُﻧْﻈُْﺮ َﻣﺎ ﻗَﺎَل َوَﻻ ﺗَـْﻨﻈُْﺮ َﻣْﻦ ﻗَﺎَل‬

Artinya: "Perhatikan apa yang dikatakan (apa yang dikatakan),

bukan siapa yang berbicara."207

5. Posisikan diri Anda sebagai orang yang membutuhkan ilmu.

Selain informasi di atas, ayat 66 juga memuat pentingnya integritas

dalam upaya Nabi Musa mengikuti hamba Allah yang saleh sebagai orang

yang membutuhkan ilmu. Sebagaimana Q.S. AlKahfi, 18/069: 66.

ِ ِ ِ ٓ َ ‫ﻗَﺎَل ﻟَﻪ ﻣﻮٰﺳﻰ ﻫﻞ اَﺗﱠﺒِﻌ‬


َ ‫ﻚ َﻋٰﻠﻰ اَْن ﺗُـَﻌﻠَّﻤِﻦ ﳑﱠﺎ ﻋُﻠّْﻤ‬
‫ﺖ ُرْﺷًﺪا‬
208
ُ ْ َ ُْ ُ
Sebuah pernyataan yang disusun untuk bersedia mengakui bahwa

Musa menjadi magang dan tidak mengerti banyak di depan guru (Khidir).

Kelebihan ilmu guru adalah harapan yang dijelaskan kepadanya sampai dia

mengerti sebagai murid yang setia. Dalam Al-Qur'an dan tafsir ayat ini,

Allah SWT, secara gamblang menjelaskan sikap Nabi Musa as, sebagai

calon siswa untuk calon gurunya dengan mengajukan lamaran berupa surat

pernyataan.

Artinya Nabi Musa sangat sopan dan rendah hati. Dia pikir dia

bodoh dan meminta Khidir untuk mengizinkan untuk mengajarinya

beberapa pengetahuan yang diajarkan padanya. Semua siswa harus

berperilaku seperti ini ketika bertanya kepada guru. Sabda Nabi Musa as,

dengan lembut berkata, ini berarti Nabi Musa (as) saya sangat ingin

207
M. Muslikin, Kamus Fi‟il (Kata Kerja) (Kediri: Trimus Press, 2016), h. 141.
208
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Edisi Penyempurnaan, h. 422.
mengikuti Khidir dengan harapan bisa mendapatkan ilmu yang Allah SWT

berikan kepadanya.

Melalui upaya ini, Musa menjadi orang percaya atau murid. Ini

membuktikan bahwa Nabi Musa as berada di posisi siswa yang

membutuhkan ilmu. Dari sini dapat disimpulkan bahwa siswa sebagai

peserta perlu memposisikan dirinya sebagai orang yang membutuhkan ilmu

pengetahuan. Siswa seperti gelas kosong yang membutuhkan air untuk

mengisi gelasnya.

6. Hormati pendidik

Dalam percakapan dengan Nabi Musa dan Khidir, terlihat Nabi

Musa menggunakan ungkapan yang sopan dan halus sebagai bentuk

penghormatan siswa kepada gurunya. Ketika Nabi Musa melakukan

kesalahan, dia langsung meminta maaf dan berjanji untuk bersabar dan

patuh. Seperti yang dia katakan dalam Q.S. AlKahfi, 18/069:73.

209
‫ﺖ َوَﻻ ﺗُـْﺮِﻫْﻘ ِ ْﲏ ِﻣْﻦ اَْﻣِﺮْي ﻋُْﺴًﺮا‬ ِ ِ ِ‫ﻗَﺎَل َﻻ ﺗُـﺆاِﺧْﺬ‬
ُ ‫ﱐ ﲟَﺎ ﻧَﺴْﻴ‬
ْ َ
Dalam Al-Qur'an dan tafsirnya, ayat ini menafsirkan Nabi Musa as

lupa akan janjinya. Karena itu, dia meminta Khidir untuk tidak

menghukumnya karena kelupaannya atau membebaninya dengan kerja

keras. Nabi Musa pun menuntut agar Khidir memberi kesempatan

mengikutinya kembali untuk menimba ilmu dan memaafkan kesalahannya.

Ini adalah salah satu sikap Nabi Musa yang sangat menghormati gurunya

Khidir. Hal ini sejalan dengan teori Athiyah al-Abrasi yang menyatakan

209
Ibid., h. 423.
bahwa hal itu harus dilakukan, yakni dalam kewajiban yang harus

diperhatikan oleh setiap siswa, ia menghormati pendidiknya, memujinya,

dan memujinya karena Allah SWT. Dan dia mencoba untuk menyenangkan

gurunya dengan cara yang baik.

Dari penjelasan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa siswa harus

menghormati dan memuji gurunya. Siswa harus mengikuti pendidiknya.

7. Mematuhi kontrak belajar yang disepakati

Nabi Musa (murid) menyetujui kontrak belajar yang dinyatakan oleh

Khidir (guru). Oleh karena itu, Nabi Musa (harus mematuhi kontrak

belajar). Nabi Musa berkomitmen terhadap syarat-syarat (kontrak belajar)

yang diajukan Khidir, seperti Q.S. AlKahfi, 18/069: 69.

210
‫ﻚ اَْﻣًﺮا‬ ِ ‫ ﺻﺎﺑِﺮا ﱠوَﻻٓ اَْﻋ‬7ٰ ‫ﻗَﺎَل ﺳﺘَِﺠُﺪِﱐ اِْن َﺷۤﺎء ا‬
َ َ‫ﺼْﻲ ﻟ‬ ً َ ُّ َ ْٓ َ
Hamka dalam tafsir al Azhar menafsirkan ayat 69 Nabi Musa,

mengatakan dia akan mematuhi apa pun yang dia ajarkan, saya

mendengarkan dengan seksama dan saya tidak menyangkal atau tidak

mematuhi apa pun yang diperintahkan guru selama saya belajar.

Dari sabda ini, Nabi Musa tidak bisa dinilai kebohongan dengan

ketidaksabarannya karena dia berusaha. Dan sabda Nabi Musa as, ini adalah

contoh yang baik dari seorang siswa yang melayani seorang guru. Para ahli

tasawuf juga mengambil posisi Nabi Musa, menjadi contoh serius seorang

murid bagi seorang guru bagi kedua guru tersebut.

210
Ibid., h. 422.
Secara manusiawi, jika Anda tidak mengetahui beberapa rahasia,

Anda tidak akan sabar dan akan sulit untuk menemukan sesuatu yang

berarti. Oleh karena itu, siswa perlu memahami bahwa dibutuhkan waktu

yang lama untuk menemukan suatu rahasia. Jadi, Anda tidak ingin

mendesak pertanyaan Anda dan langsung mengetahuinya.

Dari informasi di atas, dapat kita simpulkan bahwa kontrak belajar

dalam proses pembelajaran merupakan peraturan yang mengikat antara guru

dan peserta didik. Jika tidak ada kontrak belajar dalam proses pembelajaran,

hal ini dapat menyebabkan kurangnya keseriusan baik dari pihak pendidik

maupun peserta didik. Oleh karena itu, kontrak belajar harus terdiri dari

belajar. Dan Anda harus mematuhi kontrak pembelajaran.

C. Tujuan Pendidikan
Jika pendidikan dianggap sebagai proses, maka proses itu berakhir

dengan tercapainya tujuan pendidikan. Tujuan yang dicapai melalui pendidikan

Islam pada hakikatnya adalah terwujudnya nilai-nilai ideal manusia yang ingin

diciptakan Allah SWT di muka bumi seperti Abdullah atau Khalifah fil ardhi.

Tujuan penciptaan manusia di muka bumi adalah untuk menyembah dan

beribadah kepada-Nya.

Jika tujuan penciptaan manusia adalah ibadah dalam arti

mengembangkan potensinya, demikian pula tujuan pendidikan Islam. Artinya,

untuk menciptakan manusia yang "bersemangat" (Penyembah Allah) yang

selalu dinamis dalam hidup dan bergerak menuju kesempurnaan evolusioner.


Hamba Allah SWT dan Khalifah di dunia. Kedua komponen ini sangat erat

kaitannya sehingga perlu kita telusuri secara terpadu.

Berkaitan dengan kisah Nabi Yakub dan Nabi Yusuf, tujuan pendidikan

dapat didasarkan pada bahan ajar yang memuat kandungan penting akidah

tawhid dan kesabaran akhlak. Bahan-bahan tersebut akan menjadi modal utama

untuk memperoleh status sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi.

Untuk menjadi hamba Allah dan khalifah yang baik di muka bumi, kita

membutuhkan modal tauhid dan kesabaran yang sejalan dengan ajaran Islam.

Oleh karena itu, tujuan pendidikan yang diberikan kepada Nabi Yusuf

dari Nabi Yakub adalah transendensi dan humanisasi. Transendensi dalam arti

Nabi Yusuf diajarkan oleh Allah SWT nilai tauhid bahwa tidak ada tuhan yang

berhak disembah selain Allah SWT. Humanisasi, di sisi lain, berarti

menanamkan nilai-nilai dan moral kemanusiaan dalam diri Nabi Yusuf

sehingga ia memiliki kepribadian yang mulia, termasuk kesabaran yang luar

biasa bagi sesama manusia. Inilah tujuan dasar potret pendidikan Nabi Ya’kub

AS kepada Nabi Yusuf AS.

D. Materi Pendidikan
1. Percaya kepada Allah SWT dan akhlak

Surah Yusuf, 12/05 3:30.

ِۗ ِِ ِ ِ ِ
ٍ ْ ِ‫ﺿٰﻠٍﻞ ﱡﻣﺒ‬
‫ﲔ‬ ُ َ‫َوﻗَﺎَل ﻧْﺴَﻮةٌ ِﰱ اﻟَْﻤﺪﻳْـﻨَﺔ اْﻣَﺮا‬
َ ‫ ﻟَﻨَـٰﺮﯨَﻬﺎ ِ ْﰲ‬¤‫ت اﻟَْﻌِﺰﻳِْﺰ ﺗُـَﺮاِوُد ﻓَـٰﺘﯩَﻬﺎ َﻋْﻦ ﻧـﱠْﻔﺴﻪ ﻗَْﺪ َﺷﻐََﻔَﻬﺎ ُﺣﺒ¦ﺎ اﱠ‬
211

Hal ini diperjelas dalam Q.S. Yusuf, 12/053:23.

211
Ibid., h. 330.
‫ اِﻧﱠﻪُ َرِّْٓﰊ اَْﺣَﺴَﻦ‬7
ِٰ ‫ﺖ اْﻻَﺑـﻮاب وﻗَﺎﻟَﺖ ﻫﻴﺖ ﻟَﻚ ۗﻗَﺎَل ﻣﻌﺎَذ ا‬
ّ ََ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ ِ ‫َوَراَوَدﺗْﻪُ اﻟﱠِ ْﱵ ُﻫَﻮ ِ ْﰲ ﺑَـْﻴﺘَِﻬﺎ َﻋْﻦ ﻧـﱠْﻔِﺴِﻪ َوَﻏﻠﱠَﻘ‬
‫ي اِﻧﱠﻪُ َﻻ ﻳـُْﻔﻠُِﺢ اﻟ ٰﻈّﻠُِﻤْﻮَن‬ۗ
َ ‫َﻣﺜْـَﻮا‬
212

Dalam ayat di atas, fataa yang dimaksud adalah tentang Nabi Yusuf

yang sangat menolak godaan istri Al-Aziz karena takut kepada Allah.

Jangan menggunakan kata qâlat pada bagian di atas karena memiliki dua

sisi.213

a. Padahal, kata niswah adalah nama tunggal atau isim mufrad. Kata kerja

qâla tidak menambahkan ta' ta'nits (qâlat) karena lambang muannats

dari bentuk jamak mar'ah dan niswah tidak murni dan juga tidak asli.

b. Menurut al-Wahidi, mendahulukan kata kerja dalam sebuah kalimat

dapat menghilangkan tanda-tanda kemuannatsan.

Ada juga masalah pada bagian di atas, apalagi menurut Al-Kalbi,

ada empat perempuan yang dimaksud.214

1. Wanita peminum Al-Aziz

2. Wanita yang memanggang roti

3. Wanita penjaga/pemilik penjara.

4. Seorang wanita perawat ternak.

Muqatil menambahkan, wanita yang dimaksud adalah wanita yang

memakai kerudung.215 Namun, kabar yang tersebar di kalangan wanita

Mesir saat itu adalah kabar istri Al Aziz yang sangat mencintai seorang

212
Ibid., h. 329.
213
Muhammad Fahruddin Ar-Razi, Tafsir Al-Kabir Aw Mafatih al-Ghaib, Jilid IX. (Beirut:
Dar al-Kitab al-Ilmiah, 1990), h. 101.
214
Ibid. h. 101.
215
Ibid. h. 101.
pembantu yang masih muda, tampan dan imut.216

Kata Shaghafa memiliki banyak arti.

a. Berarti kulit tipis yang mengelilingi jantung (lapisan hati)

b. Artinya hatinya dipenuhi dengan sukacita dan cinta yang menggebu-

gebu, dengan kata lain hatinya dipenuhi dengan cinta kepada hamba

muda itu.217

Allah menjelaskan bahwa berita tentang Yusuf dan istri Al-Aziz

telah menyebar ke seluruh kota Mesir, dan semua orang

membicarakannya, istri al-Aziz dicela dan diingkari oleh para istri orang

besar dan pejabat terhadap sikapnya pada Yusuf sebab ia merupakan istri

menteri.218

Istri AlAziz akan tunduk pada bujangannya. Artinya, mencoba

merayu bujangannya sangat dalam, dan al-Syaghaaf adalah tembok pikiran

(Qalbu).219 Memang, kami melihat kesalahan yang jelas dalam

tindakannya. Dia jatuh cinta dengan seorang bujangan dan membujuknya

untuk berzinah dengannya.

Allah SWT berfirman membicarakan kabar Yusuf dan istri Al-Aziz

yang tersebar ke kota yaitu Mesir, agar bisa menjadi cerita rakyat. "Dan

wanita kota itu berkata: 'Mereka adalah istri pangeran dan penguasa.

Mereka mengancam dan mengkritik Zulaikha, istri salah satu menteri

216
Ibid. h. 101.
217
Ibid. h. 101.
218
Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an al-‘Adzim, Jilid VIII. (Jizah: Maktabah al-Awlad ash-
shaih li at-turath, 2000), h. 35.
219
Ibid., h. 36.
negara. Mereka berkata:" Istri Al Aziz. Sedang mencoba untuk tunduk

pada orang lajangnya. Artinya, dia merayu orang lajang dan mencoba

mengundangnya ke tempatnya. ”Sebenarnya cintanya pada bujangan itu

sangat dalam.” Artinya, cintanya padanya memabukkan hatinya. Adh-

Dhahhak dari ibnu Abbas berkata: “Lafadz asy-syaafu artinya cinta

membunuh, asy-syaghafu berada di bawah level ini dan asy-syaghaafu

adalah penutup hati."220

Sekelompok pejabat Mesir dan tokoh-tokoh wanita berkata:

kekeliruan yang dilakukan istri al-Aziz dan juga hal yang memalukan serta

hal yang menakjubkan dari-Nya bahwa istri al-Aziz mengundang seorang

hambanya kepadanya agar ia tunduk kepada dirinya, dan dia masih

mencoba merayunya, dan kata kerja turawidu menunjukkan bahwa dia

selalu ingin merayunya di kesempatan mendatang, itu oleh istri dari al

Aziz. Artinya hati masih dimabuk cinta hambanya, selalu ingin merayu,

dan hatinya selalu ingin memiliki keterikatan.221

Dan wanita Mesir sangat mencela istri al-Aziz karena dua hal

dimana wanita pada umumnya dicari oleh pria. Sementara itu, istri alAziz

adalah istri yang mulia, tetapi dia bertanya dan merayu pelayannya, dan

dua hal yang membuat para wanita penguasa Mesir mencelanya adalah:

a. Istri Al-Aziz tergila-gila dengan pelayannya dan sangat mencintai

pelayannya sehingga dia ingin selalu menggodanya dan mengabaikan

220
Ibid., h. 36.
221
Zuhaili, Tafsir Al-Munir, h. 211.
konsekuensi buruk sesudah menggoda.

b. Sesungguhnya kami (perempuan Mesir) sangat percaya bahwa apa

yang dilakukan istri al-Aziz adalah karena cintanya kepada hamba

yang sangat dalam dan jauh dari kebenaran dan kebodohan yang tidak

memahami posisinya sebagai seorang terhormat.

Ketika istri Al-Aziz mendengar hinaan dan perlakuan buruk wanita

Mesir, kata-katanya adalah: istri al-Aziz mencintai hambanya dari bangsa

Kan’an, hal ini disebut makr yakni menceritakan dan menghina serta

mencela orang lain, tetapi orang yang dicela tidak ada, hanya orang yang

bisa mendengarnya dan menceritakannya di depanku.222

2. Ketangguhan untuk menjaga keyakinan dan kepercayaan

Q.S. Al-Kahfi, 18/069:10.

223
‫ َرَﺷًﺪا‬¤َ‫ﻚ َرْﲪَﺔً ﱠوَﻫﻴِّْﺊ ﻟَﻨَﺎ ِﻣْﻦ اَْﻣِﺮ‬ ِ ‫اِْذ اَوى اﻟِْﻔْﺘـﻴﺔُ اَِﱃ اﻟَْﻜْﻬ‬
َ ْ‫ﻒ ﻓَـَﻘﺎﻟُْﻮا َرﺑـﱠﻨَﺎٓ اٰﺗِﻨَﺎ ِﻣْﻦ ﻟﱠُﺪﻧ‬ َ َ
Q.S. Al-Kahfi, 18/069: 13.

224
‫ُْﻢ ُﻫًﺪۖى‬µٰ‫ُْﻢ ﻓِْﺘـﻴَﺔٌ اَٰﻣﻨُـْﻮا ﺑَِﺮِّ¶ِْﻢ َوِزْد‬µ‫ْﳊَِّۗﻖ اِﱠ‬Pِ ‫ﻚ ﻧَـﺒَﺎَُﻫْﻢ‬ ‫َْﳓُﻦ ﻧَـُﻘ ﱡ‬
َ ‫ﺺ َﻋﻠَْﻴ‬
Kata fityah dalam ayat merupakan bentuk jamak dari kata fataa yang

artinya remaja sempurna.225 Firman Tuhan nahnu naqushshu, ini adalah

sejarah yang sangat rinci dan berisi rincian sejarah itu. Innahum fityatun,

artinya: Mereka beriman kepada suatu keyakinan yang diridhai Tuhannya,

jika keyakinan itu tidak ada, maka tidak akan ditujukan kepada mereka.226

222
Ibid., h. 211.
223
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Edisi Penyempurnaan, h. 411.
224
Ibid., h. 412.
225
Zuhaili, Tafsir Al-Munir, h. 211.
226
At-Tabatabai’, Al-Mizan Fi ‘Ulum al-Qur’An, h. 247.
Wazidnahum hudaa: bimbingan menurut pokok-pokok keyakinan.

Hal ini terus-menerus meningkatkan derajat keyakinan bahwa manusia

memiliki hidayah untuk mencapai keridhaan Allah.227

Dari sini, Allah SWT memulai narasi seperti yang dijelaskan dalam

kisah Ashab Al-Kahfi di atas. Dia mengatakan mereka adalah sekelompok

anak muda. Mereka memeluk kebenaran dan lebih bersedia untuk menjadi

lebih lurus daripada generasi yang lebih tua, yang jatuh ke dalam agama

palsu dan tenggelam. Oleh karena itu, sebagian besar orang yang

dipertemukan dengan panggilan Allah SWT dan utusan-Nya adalah kaum

muda. Generasi tua Quraisy umumnya lebih memilih untuk tetap memeluk

agamanya, tetapi tidak ada yang memeluk Islam, tetapi hanya sedikit.228

Inilah yang Allah (SWT) katakan tentang kaum muda, Ashab Al-

Kahfi. Kemudian mereka percaya kepada Tuhan karena mereka diberkahi

dengan karunia bimbingan dan pengabdian dari Allah. Redaksi kalimat

yang lain, mereka ingin mengakui keesaan-Nya dan bersaksi bahwa tidak

ada Rabb selain Dia.229

Dan Saya menambahkan petunjuk kepada mereka. Banyak imam,

seperti Imam Bukhari, dan mereka yang mengaku menambah iman,

menjadikan ayat ini sebagai bukti bahwa mereka dapat menambah atau

mengurangi iman mereka.230

Dan Allah juga menyatakan dalam Q.S. At-Taubah, 9/113: 124.

227
Ibid., h. 247.
228
Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an al-‘Adzim, h. 109.
229
Ibid., h. 109.
230
Ibid., h. 109.
ِ ِ‫ﱠ‬ ۚ ِ ِِ ِ
231
.‫ﺴﺘَـْﺒِﺸُﺮْوَن‬ ِ
ْ َ‫َواَذا َﻣﺎٓ اُﻧِْﺰﻟ‬
ْ َ‫ ﱠوُﻫْﻢ ﻳ‬¤ً‫ُْﻢ اْﳝَﺎ‬Áْ‫ ﻓَﺎَﱠﻣﺎ اﻟﺬﻳَْﻦ اَٰﻣﻨُـْﻮا ﻓَـَﺰاَد‬¤ً‫ﺖ ُﺳْﻮَرةٌ ﻓَﻤْﻨـُﻬْﻢ ﱠﻣْﻦ ﻳـﱠُﻘْﻮُل اَﻳﱡُﻜْﻢ َزاَدﺗْﻪُ ٰﻫﺬٓﻩ اْﳝَﺎ‬
Ada banyak bagian lain yang menunjuk ke arah ini. Lahirnya ayat

menunjukkan bahwa mereka (Ashab Al-Kafi) secara keseluruhan sudah

ada sebelum adanya agama Kristen. Jika mereka telah memeluk agama

Kristen, tentunya para pendeta Yahudi tidak akan dengan hati-hati

melindungi pesan dan kasus mereka karena perbedaan antara mereka

(pendeta Yahudi) dan orang Kristen.232

Mereka adalah remaja yang ingin meninggalkan syirik. Dan

mereka bersembunyi di dalam gua.

Idz awa al-fityatu, awa artinya arruju’ kembali, tetapi umumnya

hanya kembali ke tempat manusia atau hewan hidup. Lafal fityah ialah

jamak sima’I (diperoleh dari mendengar lisan orang Arab) dari lafal fataa

artinya remaja.233

Ingat ketika pemuda itu mengungsi ke gua dan berdoa. “Tuhan,

kasihanilah kami dari sisi-Mu, dan utuhkanlah bimbingan yang lurus pada

perkara kami ini.” Allah SWT berbicara tentang remaja yang melarikan

diri dengan ajaran agama mereka dari orang-orang agar orang-orang itu

tidak melukai mereka. Ketika mereka memasuki gua, mereka berkata,

memohon belas kasihan dan kebaikan kepada Allah SWT.234

Berilah kami rahmat dari sisi-Mu, ya Tuhan kami. Artinya, beri

231
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Edisi Penyempurnaan, h. 283-
284.
232
Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an al-‘Adzim, h. 109.
233
At-Tabatabai’, Al-Mizan Fi ‘Ulum al-Qur’An, h. 243.
234
Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an al-‘Adzim, h. 107.
kami belas kasihan dari sisi Engkau, di mana Engkau mencintai kami dan

melindungi kami dari orang-orang kami.235

Dan tambahkan kepemimpinan langsung kepada kami dalam

perkara kami. Dengan kata lain, letakkan tujuan kita di bawah petunjuk

yang lurus.236

Wahyu ayat kisah Ashab Al-Kahfi terkait dengan Firman Allah

dalam Q.S. Al-Isra, 17/050: 85.

.‫ﰊ َوَﻣﺎٓ اُْوﺗِْﻴـﺘُْﻢ ِّﻣَﻦ اﻟْﻌِْﻠِﻢ اِﱠﻻ ﻗَﻠِْﻴًﻼ‬ ِ ِ ۗ


ِّْ‫ﻚ َﻋِﻦ اﻟﱡﺮْوِح ﻗُِﻞ اﻟﱡﺮْوُح ﻣْﻦ اَْﻣﺮ َر‬
َ َ‫َوﻳَْﺴٔـَﻠُْﻮﻧ‬
237

Muhammad bin Ishak dengan jelas menyatakan alasan turunnya

kisah ini. Singkatnya, Nadzir bin Haris, salah satu pemimpin suku Quraisy,

selalu menghina Nabi Muhammad, menunjukkan permusuhan kepada

Nabi. Ia pergi ke sebuah daerah yang disebut dengan Hairah untuk

mengetahui tentang kejadian di sana. Kasus warga Rustum dan Isfandiyar

(kisah nyata yang dialami warga Rustum).238

Dan ketika Nabi duduk di majlis, yang mengingat dan berbicara

tentang kebesaran Allah dan pada saat yang sama menceritakan kepada

umatnya apa yang terjadi pada orang-orang terdahulu, orang-orang Nadzir

pada waktu itu selalu berselisih paham dan menolak perkatan Nabi.

Mendengar tentang Nabi yang tidak membenarkan kata-katanya, dia

berdiri dan berkata: Wahai para pemuka Quraisy, demi Tuhan, saya

mempunyai cerita mengenai orang-orang yang telah lalu yang tentunya

235
Ibid., h. 107.
236
Ibid., h. 107.
237
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Edisi Penyempurnaan, h. 406.
238
Zuhaili, Tafsir Al-Munir, h. 214.
lebih bagus dari Muhammad.239

Kaum Quraisy mengirim Nadzir dan Utbah bin Mu’it untuk

menemui para ulama Yahudi di Madinah, dan kaum Quraisy menyuruh

mereka berdua untuk bertanya kepada para pemimpin Yahudi tentang

Muhammad dan sifat-sifatnya, dan apa-apa yang disebutkan oelh

Muhammad maka certikanlah kepada orang Yahudi sebab sebenarnya

orang Yahudi itu mempunyai pengetahuan mengenai kenabian yang kita

belum memilikinya. Oleh karena mereka berdua keluar dan tiba di kota

Madinah, mereka bertanya kepada seorang pria saleh di antara orang-orang

Yahudi tentang kondisi Muhammad, dan orang-orang Yahudi menjawab.

“Tanyakan kepada Muhammad tentang tiga hal.240

a. Tentang remaja yang sudah setahun pergi.

b. Tentang Thawaf dan dia orang yang sudah mencapai di ujung paling

timur dan paling barat dunia.

b. Tentang hantu.

Jadi jika Muhammad memberi tahu Anda tiga hal di atas, dia adalah

seorang nabi, tetapi jika dia tidak memberi tahu Anda, dia bukan seorang

nabi.241

Ketika Nadzir dan teman-temannya tiba di Mekah, mereka

menceritakan kepada Nabi tentang tiga hal di atas dan sekaligus bertanya

kepada Nabi, yang mengatakan pertanyaan itu akan dijawab oleh Nabi

239
Ibid., h. 214.
240
Ibid., h. 215.
241
Ibid., h. 215.
besok. Akhirnya Nabi tinggal di Mekkah selama 15 malam karena

percakapan dan pertanyaan yang diajukannya, Nabi merasa resah, gelisah,

dan bimbang. Penduduk Mekah pun mendiskusikan kapan Muhammad

akan menjawab pertanyaan Yahudi. Lalu Jibril datang kepada Nabi

Muhammad dengan wahyu dari Allah, yakni surat Al-Kahfi, dan di

dalamnya telah ada jawaban atas pertanyaan Yahudi.242

Bagian ini adalah kisah Ashhab al- Kahfi (penghuni gua). Mereka

rela meninggalkan kampung halamannya, meninggalkan keluarga dan

sahabatnya, serta menyelamatkan iman dan keimanannya kepada Tuhan

(Allah).

Kisah Ashab Al-Kahfi dalam Al-Qur'an telah melampaui abad ke-

14. Sampai saat ini, tepat pada tahun 1963, di wilayah Ar-rahib, Yordania.

Rafiq Wafa Ad-Dajani menemukan sebuah gua yang digunakan Ashab Al-

Kahfi sebagai tempat tidur ketika ia melarikan diri dari tirani Raja Diqyanus

(Diyaklitianus) untuk menyelamatkan agama dan kepercayaannya kepada

Allah SWT. Delapan makam ditemukan di dalam gua. Ini adalah nomor

yang disebutkan dalam Alquran ketika tengkorak kepala anjing (hanya

rahang atas) ditemukan di dekat pintu. Anjing ini adalah penjaganya.243

Ashab Al-Kahfi, ada tujuh orang, salah satunya bekerja sebagai

gembala, adapun anjing ialah yang kedelapan. Anjing itu dimakamkan di

depan pintu gua yang dijaganya, bukan di kuburan kedelapannya.244

242
Ibid., h. 215.
243
Yusuf Al-Hajj Ahmad, Ensiklopedia Kemukjizatan Ilmiah Dalam Alquran Dan Sunah
(Jakarta: PT. Kharisma Ilmu, 2008), h. 74.
244
Ibid., h. 74.
Situasi dan peristiwa ini memberikan landasan yang sangat kuat bagi

mereka untuk mempertahankan iman dan tunduk kepada Tuhan Yang Maha

Esa. Mereka semakin percaya bahwa semua janji Tuhan adalah benar.245

Ada berbagai pendapat tentang tempat tinggal penghuni goa.

Beberapa yang paling menarik adalah wilayah Efhesus dan Tarsus. Hampir

semua sumber Kristen menunjuk ke Efhesus sebagai lokasi gua di mana

orang-orang muda ini dievakuasi. Beberapa cendekiawan Muslim dan

pengamat Alquran setuju dengan orang Kristen tentang Efhesus. Beberapa

yang lain menjelaskan bahwa tempat itu bukan Efhesus dan mencoba

membuktikan bahwa itu ada di Tarsus. Meskipun demikian, semua sarjana

dan pengamat, termasuk orang Kristen, mengatakan insiden itu terjadi pada

masa Kaisar Romawi Decius (juga dikenal sebagai Dacianus) sekitar tahun

250 Masehi.246

3. Kerendahan hati

Q.S. Al-Kahfi, 18/06 9:60.

ِ ٓ ِ ِ
ُ ‫َواْذ ﻗَﺎَل ُﻣْﻮٰﺳﻰ ﻟَﻔٰﺘﯩﻪُ َﻻٓ اَﺑْـَﺮُح َﺣّٰﱴ اَﺑْـﻠَُﻎ َْﳎَﻤَﻊ اﻟْﺒَْﺤَﺮﻳِْﻦ اَْو اَْﻣﻀﻲ‬
.‫ﺣُﻘﺒًﺎ‬
247
َ
Wa idz qaala muusaa lifataahu, Musa berkata aku tidak akan

berhenti berturut-turut sampai aku tiba di pertemuan dua lautan: dan ini

dikatakan: laut di sebelah timur berakhir di kota Paris. Aw amdhiya dahran

245
Bey Arifin, Rangkaian Cerita Al-Qur’an (Jakarta Selatan: Zaituna Ufuk Abadi, 2005),
h. 436.
246
Harun Yahya, Pustaka Sains Populer Islam Jejak Bangsa-Bangsa (Bandung: Dzikra,
2004), h. 118.
247
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Edisi Penyempurnaan, h. 421.
thawiilan, aku menghabiskan waktu yang lama.248

Karena apa yang Musa katakan kepada remaja yang bersamanya,

yaitu Yusya` bin Nun, adalah bahwa dia mengatakan kepadanya bahwa ada

seorang hamba Allah di tempat pertemuan dua lautan, dia memiliki

pengetahuan yang tidak dikuasai Musa. Maka Musa tertarik untuk pergi ke

tempat itu. Dan dia berkata kepada remaja itu, saya tidak akan berhenti

berjalan, artinya saya akan terus berjalan, sampai saya tiba di pertemuan dua

lautan. Artinya, itu adalah tempat di mana dua lautan bertemu.

Qatadah dan ulama lainnya berkata: “Dua laut itu adalah laut Persia

yang dekat dengan Masyrik dan laut Romawi yang berbatasan dengan

Maghrib. Muhammad bin Ka’ab al-Qurazhi berkata: tempat bertemunya

dua lautan itu berada di Thanjah, akhir dari negara Maroko.249

Atau saya pergi selama bertahun-tahun, yaitu, bahkan jika saya

harus pergi selama bertahun-tahun. Ibnu Jarir, seorang ahli bahasa Arab,

melaporkan sesuai bahasa Qais bahwa kata huqub berarti satu tahun. Dan

Abdullah bin Amur memberitahuku apa yang pernah dia katakan. Huqub

artinya 80 tahun.250

Ketahuilah bahwa ini adalah awal dari kisah ketiga yang Allah

sebutkan dalam surat ini, bahwa Nabi Musa (as) benar-benar bertemu

dengan Nabi Khidir (as) dan memperoleh pengetahuan darinya.251

248
At-Tabatabai’, Al-Mizan Fi ‘Ulum al-Qur’An, h. 335.
249
Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an al-‘Adzim, h. 161.
250
Ibid., h. 161.
251
Ar-Razi, Tafsir Al-Kabir Aw Mafatih al-Ghaib, h. 122.
Sebagai seorang nabi, Musa adalah seorang nabi yang jujur di

hadapan Allah, seorang nabi yang tidak pernah mengingkari atau

mengingkari perintah Allah untuk menemui Nabi Kidir untuk belajar

darinya.252

Kebanyakan ulama mengatakan bahwa Musa yang disebutkan

dalam bagian ini adalah Musa bin Imran, pemilik mukjizat yang jelas dan

penerima hukum. Dari Said bin Jabir, sebenarnya ia menceritakan kepada

Ibnu Abbas: Tentu Naufa bin Ka’ab, Khidir bukanlah sahabat Musa bin

Imran, melainkan Musa bin Misha bin Yusuf bin Ya’kub. Yang lain

menyebutkan bahwa dia yaitu seorang nabi sebelum Nabi Musa bin Imran.

Kalua benar demikian berarti Ibn Abbas sudah berbohong.253

Dan Yusuf AS memiliki dua putra, Afraim dan Misya’, putra Afraim

adalah seorang biarawati, dan biarawati itu memiliki bin nun Yusha, yang

adalah teman Musa dan adalah seorang wali di masanya setelah kematian

Nabi Musa. Dikatakan bahwa putra Misya adalah seorang nabi sebelum

Nabi Musa bin Imran, tetapi ahli kitab ini, dia mengaku telah belajar dari

Nabi Khidir, membakar kapal dan membunuh anak-anak kecil dan

membangun tembok yang akan segera runtuh, dilakukan oleh Nabi Khidir

dan Musa bin Misya bersamanya saat itu.254

Dan jumlah ulama Islam yang disebutkan dalam bagian ini adalah

Musa AS, yang menerima wahyu Taurat. Sebenarnya Allah tidak menyebut

252
Ibid., h. 122.
253
Ibid., h. 122.
254
Ibid., h. 122.
nama Musa dalam kitabnya, tetapi yang dikehendaki Allah adalah Musa,

penerima wahyu bukan nama Musa lainnya.255

Fataa di atas memiliki sifat Tawadu terhadap Nabi Musa. Inilah sifat

tawaduk yang harus dimiliki remaja. Tawadu adalah orang yang memahami

posisinya dan menghindari kesombongan. Takabbur menolak kebenaran

dan mempermalukan orang, seperti yang dikatakan Nabi SAW dalam hadits

yang diriwayatkan Muslim, "Takabbur menolak kebenaran dan

mempermalukan orang." Artinya, menolak kebenaran dan mempermalukan

orang dalam segala hal.

Tawadhu` secara harfiah berarti "at-tadzallul" penyerahan diri dan

”at-Takhasu’” kerendahan hati. Secara terminologis, Tawadhu berarti

tunduk pada kebenaran dan menerimanya dari siapapun, baik senang

maupun marah. Orang yang Tawadu adalah orang yang rendah hati dan

tidak berdaya dalam masyarakat.256

Dalam sabda Nabi Muhammad SAW:

257
.‫ﺿﻌُْﻮا َﺣﱠﱴ َﻻ ﻳَﻔَﺨَﺮ أََﺣٌﺪ َﻋﻠَﻰ أََﺣٍﺪ َوَﻻ ﻳَـْﺒِﻐﻰ أََﺣٌﺪ َﻋﻠَﻰ أََﺣٍﺪ‬ ‫َ أَْوٰﺣﻰ أِ َﱠ‬/ّٰ‫إِﱠن ا‬
َ ‫ﱄ أَْن ﺗَـَﻮا‬
Sesungguhnya Allah telah menurunkan kepadaku bahwa kamu harus saling
rendah hati. Jadi tidak ada yang harus bangga padamu atau menganiaya satu
sama lain.

Faktanya, orang yang rendah hati dan lemah lembut adalah mereka

yang menemukan kedamaian dan cinta di bumi, dan rekan-rekan seiman

255
Ibid., h. 122.
256
Ibid., h. 122.
257
Abi Daud Sulaiman bin Al-Asy’ats As-Sijistani, Sunan Abi Daud, no. 4895, (Saudi
Arabia: Baitul Afkar Ad-Dauliyah, n.d.), h. 531.
mereka tenang dan penuh kasih sayang. Sementara itu, bersikap keras dan

tegas terhadap musuh-musuh Islam yakni orang-orang kafir.258

Tawadu adalah cara menyatukan orang dalam damai dan bekerja

sama, dan sikap yang mempromosikan persaudaraan. Sikap tawadu

seseorang dapat dilihat dari aktivitas sehari-hari. Bentuk-bentuk perilaku

Tawadu adalah sebagai berikut:

a. Hormati seseorang yang lebih tua atau lebih pintar darinya.

b. Sayang sekali pada posisi muda atau rendah.

c. Menghormati pendapat dan percakapan orang lain.

d. Siap untuk menyerah demi kepentingan umum.

e. Bersikap sopan dan santun dalam percakapan dengan semua orang, dan

f. Benci dipuji oleh orang lain karena kebaikan dan kesuksesannya.

Efek positif dari tawadhu' berarti hasil yang baik dari tawadhu'. Di

atas segalanya, efek positif dari sikap Tawadu:

a. Dia suka bergaul dengannya dengan membuat orang lain merasa

nyaman.

b. Benar-benar dihormati oleh orang lain, sesuai dengan naluri semua

manusia yang perlu dihormati dan menghormati.

c. Mempererat persaudaraan antara diri sendiri dan orang lain,

d. Meninggikan kedudukannya di hadapan Tuhan dan sesama manusia.

Untuk mengingatkan kita tentang sikap Tawadu, kita perlu

memperhatikan hal-hal berikut:

258
Masan Al-Fat, Aqidah Akhlak (Semarang: Adi Cita, 1994), h. 126.
a. Biasakan untuk bersabar.

b. Jangan sombong.

c. Jangan suka dendam.

d. Jangan rakus dan serakah, terutama jika menyangkut barang-barang

materi.

e. Berlatihlah menilai kemampuan orang lain, bukan meremehkan mereka.

f. Sadarilah bahwa orang yang berbeda memiliki kekuatan dan kelemahan

yang berbeda.259

Kerendahan hati adalah untuk orang tinggi yang takut merasa tinggi

dengan mata kepala sendiri, dia kemudian diberitahu: Rendah hatilah, maka

orang akan melihat kamu seperti bintang di permukaan air, terlihat kecil

padahal besar. Adapun orang rata-rata, dia tidak disebut "Tawadhu", tetapi

dia diberitahu, "Kenali posisimu dan jangan tempatkan dia di tempat

lainnya."260

4. Ikuti Pemimpinnya

Q.S. Al-Kahfi, 18/06 9:62.

ِ ِ ۖ ۤ ِ ِ
َ َ‫ ٰﻫَﺬا ﻧ‬¤َ‫ ﻟََﻘْﺪ ﻟَﻘْﻴـﻨَﺎ ﻣْﻦ َﺳَﻔِﺮ‬¤ََ‫ﻓَـﻠَﱠﻤﺎ َﺟﺎَوَزا ﻗَﺎَل ﻟَﻔٰﺘﯩﻪُ اٰﺗﻨَﺎ َﻏَﺪاء‬
.‫ﺼﺒًﺎ‬
261

Dan lafal fataa sebab yang Allah maksudkan dalam ayat tersebut

adalah Yusya’ bin Nun. Dan satu cerita rakyat mengatakan: sebab dia sering

bepergian sehingga dia tenang, jadi dia dinamai fataa. (Kadang pergi,

259
Ibrahim, Membangun Akidah Dan Akhlak (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,
2002), h. 67.
260
Ibid., h. 67.
261
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Edisi Penyempurnaan, h. 421.
kadang di lapangan) atau karena sering melayaninya.262

Dalam ayat ini terdapat perintah lisan dari Nabi Musa kepada

Yusya’ bin Nun pada lafal aatinaa gadaana. Dengan kata lain, ada petunjuk

yang diberikan Musa kepada Yusya’.

Yusya’ adalah seorang remaja yang mengikuti sang pemimpin.

Ketaatan kepada pemimpin merupakan ibadah dan mendapat pahala karena

menaati pemimpin dianjurkan oleh rasul sallallahu'alaihiwasallam. Nabi

sallallahu'alaihiwa sallam juga mengatakan bahwa siapa pun yang

mengikuti pemimpin berarti mengikuti rasul.

Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam, beliau

bersabda:

‫ﺺ اْﻷَِﻣ ْ َﲑ ﻓَـَﻘْﺪ‬
ِ ‫ﺼﻰ ﷲَ َوَﻣْﻦ ﻳُِﻄِﻊ اْﻷَِﻣ ْ َﲑ ﻓَـَﻘْﺪ أَﻃَﺎَﻋِﲏ َوَﻣْﻦ ﻳَـْﻌ‬
ْ
ِ
َ ‫َﻣْﻦ أَﻃَﺎَﻋ ِ ْﲏ ﻓَـَﻘْﺪ أَﻃَﺎ‬
َ ‫ع ﷲَ َوَﻣْﻦ ﻳَـْﻌﺼ ِ ْﲏ ﻓَـَﻘْﺪ َﻋ‬
263 ِ
.‫ﱐ‬
ْ ‫ﺼﺎ‬ َ ‫َﻋ‬
Siapapun yang mengikuti saya mengikuti Allah. Siapapun yang tidak
menaati saya berarti dia tidak menaati Allah. Siapapun yang mengikuti
seorang pemimpin mengikuti saya. Tidak mengikuti pemimpin berarti dia
tidak mengikuti saya.

E. Metode Pendidikan

Tidak ada bagian yang jelas dalam Al-Qur'an yang menjelaskan cara

mengajar. Akan tetapi, ketika menganalisis aspek editorial Al-Qur'an dan cara

Allah mengajarkan para rasul ajarannya, ada beberapa metode yang dapat

diadopsi sebagai metode pendidikan:

262
At-Tabatabai’, Al-Mizan Fi ‘Ulum al-Qur’An, h. 335.
263
Abi Abdullah Muhammad Bin Ismail Al-Bukhari, Shahih Bukhari, no. 7137, Cet. 1.
(Beirut: Daar Ibnu Katsir, 1423), h. 1764.
1. Metode dialog
Ada beberapa ayat Al-Qur'an yang dimediasi oleh dialog, baik

antara Tuhan dengan makhluknya, maupun antara makhluk dengan

makhluk lainnya. Dialog antara Allah dan makhluk-Nya dapat dilihat ketika

Allah ingin menciptakan manusia sebagai penguasa bumi. Allah sedang

berinteraksi dengan malaikat sebagaimana diwahyukan dalam Q.S. al-

Baqarah/2:31.264 Demikian pula dialog antara Allah dengan penghuni

neraka dijelaskan dalam ayat Q.S. al-Shaffat/37:20-23.265 Diantaranya, dialog

antara makhluk dengan makhluk lainnya, sebagaimana disebutkan dalam Q.S. Hud

/ 11: 84-95, adalah dialog antara Nabi Syuaib dan kaumnya.266 Demikian pula

sebagaimana tercantum dalam Q.S. AlKahfi, 18/069: 65-72, dialog antara

Nabi Musa dan Nabi Khaidir.267

Dari ayat di atas, jelas bahwa Allah swt. Dia menggunakan dialog

dalam mengkomunikasikan ajarannya. Hal ini menunjukkan bahwa metode

tersebut dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Menurut Ahmad

Tafsir, metode dialog memiliki pengaruh yang mendalam tidak hanya pada

pembicara tetapi juga pada pendengar pembicaraan. Ada beberapa alasan

untuk ini. Pertama, dialog berlangsung dinamis, karena kedua belah pihak

terlibat langsung dalam percakapan dan tidak pernah bosan. Kedua,

pendengar ingin mengetahui kesimpulan dan tertarik untuk mengikuti

percakapan. Ketiga, dapat membangkitkan emosi dan mengesankan jiwa,

264
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Edisi Penyempurnaan, h. 7.
265
Ibid., h. 646.
266
Ibid., h. 319-321.
267
Ibid., h. 422.
yang akan membantu seseorang menemukan kesimpulannya. Keempat, jika

dilaksanakan dengan baik, dialog memenuhi akhlak sesuai ajaran Islam dan

memberikan bekas berupa etika dalam berkomunikasi.268

Dalam praktik pendidikan yang digambarkan dalam kisah Nabi

Ya’kub dan Nabi Yusuf ‘alaihima as-salam, Nabi Ya’kub adalah seorang

pendidik dan Nabi Yusuf adalah seorang murid. Metode yang dijelaskan

bersifat dialogis, interaktif dan psikologis antara pendidik dan siswa. Dialog

interaktif psikologis antara Nabi Yakub dan Nabi Yusuf yang dimaksud

adalah perilaku pendidik dan reaksi peserta didik, sebagaimana dijelaskan

dalam Q.S.. Yusuf, 12/053:4-5, dikatakan:

ِِ
‫ﺲ َواﻟَْﻘَﻤَﺮ َراَﻳْـﺘُـُﻬْﻢ ِ ْﱄ ٰﺳﺠﺪﻳَْﻦ ﻗَﺎَل ﻳٰـﺒُ َﱠ‬
‫ﲏ َﻻ‬ ِِ ِ ِ ِ ِ ُ ‫اِْذ ﻗَﺎَل ﻳـُْﻮُﺳ‬
َ ‫ﺖ اََﺣَﺪ َﻋَﺸَﺮ َﻛْﻮَﻛﺒًﺎ ﱠواﻟﱠﺸْﻤ‬ُ ْ‫ﱐ َراَﻳ‬
ّْ ‫ﻒ ﻻَﺑْﻴﻪ ٰٓ·َﺑَﺖ ا‬
ِِ ِ ِ
.‫ﲔ‬ٌ ْ ِ‫ﻚ َﻛْﻴًﺪا اۗ ﱠن اﻟﱠﺸْﻴٰﻄَﻦ ﻟْﻼﻧَْﺴﺎِن َﻋُﺪﱞو ﱡﻣﺒ‬ َ َ‫ﻚ ﻓَـﻴَِﻜْﻴُﺪْوا ﻟ‬
َ ِ‫ﺺ ُرْءَ·َك َﻋٰﻠٓﻰ اْﺧَﻮﺗ‬
ْ ‫ﺼ‬
ُ ‫ﺗَـْﻘ‬
269

Dialog antara Ya`qub dan Yusuf dalam rangka Yusuf menceritakan

Ya'qub tentang mimpinya di mana sebelas bintang, matahari dan bulan

sujud kepadanya, maka Ya'qub melarang Yusuf untuk memberitahu

saudara-saudaranya adalah bentuk dialog yang memperhatikan aspek

psikologis (bentuk kasih sayang ayah kepada anak laki-lakinya), karena jika

ia menceritakan mimpi itu kepada saudara-saudaranya, maka saudara tiri

Nabi Yusuf akan cemburu dan membunuh Yusuf. Meski mimpi itu tidak

diceritakan kepada saudara-saudaranya, saudara-saudaranya itu berniat

mencelakakan Yusuf. Dialog yang terjadi antara Ya'qub dan Yusuf bersifat

268
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Bandung: Rosdakarya, 2010),
h. 136.
269
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Edisi Penyempurnaan, h. 325-
326.
dialogis-interaktif-psikologis.

Metode dialog dalam pembelajaran sangatlah penting. Allah SWT.

Q.S. AlMaidah, 5/112:67.

‫ﻚ ِﻣَﻦ اﻟﻨﱠﺎِۗس اِﱠن‬ ِ ‫ ﻳـﻌ‬7ٰ ‫ﻚ ۗواِْن ﱠﱂ ﺗَـْﻔﻌﻞ ﻓَﻤﺎ ﺑـﻠﱠْﻐﺖ ِرٰﺳﻠَﺘَﻪ ۗوا‬
َ ‫ﺼُﻤ‬ ْ َ ُّ َ ُ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ِّ‫ﻚ ﻣْﻦ ﱠرﺑ‬
ِ َ ‫ٰٓ·َﻳـﱡﻬﺎ اﻟﱠﺮﺳﻮُل ﺑـﻠِّْﻎ ﻣﺎٓ اُﻧِْﺰَل اِﻟَﻴ‬
ْ َ َ ُْ َ
270 ِ ِ ٰ
.‫َ َﻻ ﻳَـْﻬِﺪى اﻟَْﻘْﻮَم اﻟْﻜﻔﺮﻳَْﻦ‬7ّٰ‫ا‬

Allah SWT memerintahkan Nabi untuk mengirimkan pesan Nabi

kepada umatnya. Jika tidak, Nabi termasuk di antara mereka yang tidak

mengirim pesan. Peringatan Allah kepada Nabi membuatnya sangat

ketakutan sehingga sulitnya pekerjaan ini membuat dada Nabi terasa sesak.

Kata “balligh” merupakan ungkapan yang sangat jelas dalam bahasa Arab,

terutama dalam bentuk fi'il amr (kata perintah). Dalam Tafsir Ibn Kasir,

makna “balligh” pada ayat 67 Surat al-Maidah dijelaskan sebagai fi'il amr,

yang mencakup makna mengirimkan segala sesuatu yang diterima dari

Allah SWT.271

Kata "balligh" dalam bahasa Arab berarti mencapai, mencapai

sasaran, atau mencapai tujuan. Jika dikaitkan dengan qawl (ucapan), kata

"balligh" mendekati fasih, bersih dalam arti, cerah, unik dalam

mengungkapkan apa yang diinginkan. Oleh karena itu, sila qaulan balighan

dapat diterjemahkan karena sila tersebut merupakan pertukaran verbal yang

ampuh. Pertukaran verbal yang efektif dan hijau dapat diterima jika dalam

mempelajari pembicara menyesuaikan dengan karakter audiens. Periode

waktu al-Quran fī anfusihim, pendekatan pencapaian dalam bahasa

270
Ibid., h. 160.
271
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Terj. M. Abdul Ghofar E.M, h. 154.
masyarakat sekitar. Kemudian pertukaran verbal dalam teknik belajar dapat

dilakukan secara konvensional melalui siswa sementara komunikator

menyentuh pikiran atau akal dan hati pada saat yang bersamaan.272

Al-Qur'an mengandung banyak konsep komunikasi sebagai metode

pembelajaran. Istilah-istilah tersebut antara lain qaulan sadīdan (Q.S. 4: 9),

qaulan maysūran (Q.S. 17:28), qaulan layyinan (Q.S. 20:44), qaulan

karīman (Q.S. 17:23), qaulan ma'rūfan (Q.S. 4:5 ) dan qaulan balīghan

(Q.S. 4:63).273 Dengan demikian, al-Qur'an sangat menganjurkan

komunikasi dialogis antara pendidik dan peserta didik, atau antara

komunikator (pembicara) dan komunikan (penerima pesan).

2. Metode Cerita
Al-Qur'an menyampaikan pesannya juga menggunakan metode

cerita. Di dalam Al-Qur'an ditemukan sejumlah ayat yang memuat kisah-

kisah orang-orang terdahulu. Kisah-kisah Al-Qur'an banyak dan beragam.

Al-Qaththan membagi cerita menjadi tiga bentuk.274

Pertama, kesaksian tentang para nabi sebelumnya. Al-Qur`an

terkenal menunjukkan upaya dakwah selesai melalui cara para nabi

sebelumnya, peristiwa dan kejadian beserta mukjizat yang Allah berikan

kepada mereka, sikap perlawanan dari manusia mereka, ledakan dakwah,

dan pahala bagi orang yang beriman (mu'min) dan mengingkari

(mukadzdzib) dakwah para nabi. Di antara contoh kesaksian para nabi

272
Jalaludin Rahmat, Islam Aktual (Bandung: Mizan, 1992), . 78.
273
Ibid., h. 77.
274
Manna’ Al-Qaththan, Mabāhits Fī ‘Ulūm al-Qur’Ān (Riyād: Mantsurāt al-‘Ashr al-
Hadīs, tt), h. 306.
terdahulu adalah kisah Nabi Nuh dengan perahu penyelamat dan putranya

yang durhaka, kisah keteguhan hati Nabi Ibrahim terhadap pejabat yang

zalim, bahkan ayah dan ibunya sendiri yang kini sudah tak ingin percaya

terhadap Allah. Juga kisah Nabi Musa dengan manusianya yang 'nakal',

kisah Nabi Harun, kisah berjuangnya Nabi Isa, atau bahkan kisah

berjuangnya Nabi Muhammad sendiri. Selain itu, ada juga kesaksian Nabi

Ismail, Nabi Ya'kub, dan berbagai nabi.

Kedua, cerita-cerita mengenai kejadian pada masa sebelumnya dan

kesaksian tentang manusia positif yang kini sudah tidak lagi diberi status

kenabian. Misalnya, Al-Qur'an menceritakan pengusiran ratusan manusia

dari rumah mereka karena khawatir akan kematian. Ada juga kisah orang

yang Alquran menjulukinya dengan Thalut dan Jalut, kisah anak Adam,

Qabil dan Habel. Al-Qur'an juga menceritakan tentang keluarga Kahfi, Dzul

Qarnain, Qarun, Ashhab al-Sabt, Maryam, Asbab al-Ukhdud, Ashhab al-

Fil.

Ketiga, kesaksian-kesaksian tentang kegiatan-kegiatan yang terjadi

pada suatu saat pada masa Nabi Muhammad. Misalnya, kisah tentang

perang Badr dan Uhud yang disebutkan dalam surat Ali Imran, kisah

perjuangan Hunain dan Tabuk yang disebutkan dalam surat al-Taubah,

kisah perjuangan Ahzab disebutkan dalam surat al-Ahzab. Ada juga

kesaksian tentang isra' dan mi'raj Nabi Muhammad di bulan Ramadhan,

kisah hijrah Nabi ke Madinah, dan kesaksian lainnya. Kesaksian Al-Qur'an

di atas menunjukkan betapa Allah swt. untuk mengajar hamba-hamba-Nya


untuk percaya pada Dia. Ada banyak manfaat yang bisa diambil dari teknik

dongeng al-Qur'an sebagai berikut.275

Pertama, kisah Al-Qur'an selalu menarik karena memungkinkan

pembaca dan pendengar mengikuti peristiwa dan memikirkan implikasinya.

Selain itu, makna ini mengesankan pembaca dan pendengar. Kedua, cerita

Alquran menempatkan tokoh dalam konteks keseluruhan, sehingga dapat

menyentuh pikiran manusia dan pembaca atau pendengar dapat mengalami

atau merasakan isi cerita seolah-olah ia adalah tokoh itu sendiri. Ketiga,

Kisah alquran menanamkan rasa kepercayaan melalui: 1) membangkitkan

berbagai emosi seperti Khauf, ridha, dan cinta, 2) mengarahkan semua

emosi ke klimaks, yaitu beristirahat di akhir cerita, dan 3) mendapatkan rasa

percaya dengan terlibat. Mendidik pembaca atau pendengar cerita sehingga

ia terlibat secara emosional.

Metode cerita yang termasuk dalam Surat Al-Kahfi adalah "Kami

menceritakan kepadamu (Muhammad) kisah ini dengan benar." Pendeknya,

Allah mengisahkan keapdamu wahai Muhammad kisah ashhab al-Kahfi

dengan sebenarnya yang tidak dapat dibantah kebenarnanya.276

Ayat 13 menjelaskan bahwa Allah akan menceritakan kisah Ashab

al-Kahfi kepada Nabi Muhammad. "Kami katakan," dalam kalimat ini Allah

menegaskan bahwa dia menceritakan kepada Nabi Muhammad kisah Ashab

al-Kahfi. Kisah Al-Qur'an adalah kisah nyata yang mengajarkan ajaran.

275
Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, h. 140-141.
276
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Tafsir Al-Qur’an Al-Aisar Jilid 4 (Jakarta: Darus Sunnah
Press, 2010), h. 411.
Kata Qisas adalah pernyataan yang jelas dari serangkaian cerita, dan

sejarawanlah yang menjelaskan cerita tersebut.277 Tetapi Allah-lah yang

menceritakan kisah dalam Al-Qur'an dan sebagai pendidik pertama dan

terpenting.

Dari perlakuan Allah, pendidik pertama, hingga Nabi Muhammad

SAW yang menjelaskan peristiwa yang dialami ashhab al-Kahfi secara

naratif, kita melihat bahwa nilai pendidikan dalam ayat tiga belas adalah

naratif.

Allah menceritakan kisah ashhab al-Kahfi dengan benar. Tidak

hanya kisah ashhab al-Kahfi, tetapi semua kisah yang dijelaskan Allah

dalam Al-Qur'an adalah benar, tidak berlebihan dan membuatnya lebih

menarik. Karena kisah Al-Qur'an adalah pelajaran bagi manusia, bukan

dongeng. Dengan menarik perhatian manusia. Ini adalah contoh seorang

pendidik, cerita yang diceritakan kepada siswa adalah kisah nyata tanpa

berbohong, dan tujuannya adalah untuk membuat cerita yang menarik.

Karena cerita itu dimaksudkan untuk memberi pelajaran, bukan untuk

membuatnya menarik.

Tidak ada salahnya menceritakan sebuah cerita fiktif yang dapat

memberikan nilai yang baik bagi siswa, namun menurut penulis, pendidikan

berdasarkan ayat 13 dapat menceritakan sebuah kisah dari Al-Qur'an atau

sebuah kisah yang benar-benar terjadi. Dikatakan, siswa harus mampu

277
Muhammad Mutawalli Sya’rawi et al., Tafsir Sya’rawi Renungan Seputar Kitab Suci
Alqur’an, Jilid 8, Terj. Tafsir Sya’rawi Akhbar al-Yaum, Oleh Zainal Arifin, Abdurahman, Feri
Muhammad Dan Ardiansyah (Jakarta: Ikrar Mandiriabadi, 2008), h. 349.
memahami cerita dengan lebih baik. Selain itu, dengan menceritakan kisah-

kisah yang terkandung dalam Al-Qur'an dapat membantu siswa lebih

mengenal Al-Qur'an, yang berfungsi sebagai pedoman hidup manusia agar

selamat di dunia dan di masa depan.

3. Metode Teladan
Untuk memudahkan pemahaman dan pelaksanaan ajaran yang

diturunkan kepada hamba-Nya, Allah swt, sebutkan beberapa orang yang

dapat dijadikan contoh, antara lain: 1) Contoh para nabi dapat ditemukan

dalam Q.S.. al-An'am/6: 90.278 2) Contoh Nabi Ibrahim dan kaumnya

dijelaskan dalam Q.S. al-Mumtahanah/60: 4 dan 6.279 3) Teladan Nabi

Muhammad ditunjukkan dalam Q.S. al-Ahzab/33:21.280 4) Contoh orang

yang pertama kali masuk Islam dijelaskan dalam Q.S. al-Taubah/9: 100.281

dan 5) Teladan orang mukmin dapat ditemukan dalam Q.S. al-

Thur/52:21.282

Contoh tokoh di atas merupakan kunci keberhasilan mereka dalam

mengembangkan tugas yang diberikan oleh Allah swt. Dalam dunia

pendidikan, keteladanan merupakan faktor yang sangat penting. Siswa

cenderung meniru guru. Hal ini diakui oleh semua profesional pendidikan

Barat dan Timur. Ide dasarnya adalah bahwa anak-anak secara psikologis

suka meniru tidak hanya yang baik tetapi juga yang buruk.

278
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Edisi Penyempurnaan, h. 188.
279
Ibid., h. 810-811.
280
Ibid., h. 606.
281
Ibid., h. 278.
282
Ibid., h. 768.
4. Metode Berpikir

Metode ini untuk meyakinkan siswa tentang suatu ajaran dengan

daya nalar. Penggunaan metode persuasi didasarkan pada pandangan bahwa

manusia adalah makhluk yang cerdas. Artinya, Islam memerintahkan

manusia untuk menggunakan akalnya dalam membedakan yang baik dan

yang buruk. Allah SWT. menjelaskan tentang bagaimana Nabi Yusuf

mengajak sesama narapidana untuk berpikir mana yang lebih baik, lebih

baik banyak Tuhan atau hanya satu Tuhan? (Tuhan Yang Maha Esa). Allah

SWT, dalam Q.S. Yusuf 12/053:39, berfiraman.


ۗ
.‫ُ اﻟَْﻮاِﺣُﺪ اﻟَْﻘﱠﻬﺎُر‬7ّٰ‫ﺧْﲑٌ اَِم ا‬
283
َ ‫ب ﱡﻣﺘَـَﻔِّﺮﻗُـْﻮَن‬
ِ ِ ٰ‫ﻳ‬
ٌ Pَ‫ﺼﺎﺣ َِﱯ اﻟّﺴْﺠِﻦ ءَاَْر‬
َ
Penggunaan metode mengundang pemikiran ini dalam pendidikan

Islam adalah penting untuk mengajarkan siswa secara rasional dan logis

untuk menghindari meniru apa yang tidak berdasarkan pemikiran dan

pengetahuan rasional.284

283
Ibid., h. 332.
284
Kalam Setia, Hafizian Nur, and Zawawi Ismail, “Nabi Yusuf AS Dan Makna Pendidikan
Dalam Islam,” Fikiran Masyarakat 2, no. 1 (2014): h. 5.
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Dari uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa:


1. Al-Qur’an menyatakan bahwa pendidikan remaja harus dilakukan oleh
keluarga atau orang tua karena orang tua merupakan pendidik yang terutama
dan primer. Karena dengan kesadaran yang mendalam serta didasari rasa
cinta yang mendalam pula orang tua mengasuh atau mendidik anaknya
dengan tanggung jawab dan kesabaran. Dalam hal ini bahwa sebutan
pendidik dikhususkan pada orang tua dalam memberikan pendidikan
terhadap anaknya. Orang tua harus membentuk kepribadian remaja sebagai
kepribadian muslim, hal ini dapat diwujudkan dengan agama. Selain itu,
pendidikan remaja juga harus didukung oleh pemerintah dan masyarakat
karena remaja sebagai makhluk sosial memiliki hak dan tanggung jawab di
dalam negara. Oleh karena itu, pemerintah harus memperhatikan terhadap
pendidikan remaja.
2. Model pendidikan remaja perspektif alquran, meliputi pendidik, peserta
didik, tujuan, materi, dan metode pendidikan.
a. Pendidik terdapat pada surat Yusuf yaitu Nabi Ya’qub yang saat itu
beliau sebagai seorang ayah yang memiliki 12 anak. Beliau memiliki
karakteristik sebagai seorang pendidik seperti sifat pelindung,
bijaksana, dan sabar. Kemudian pendidik juga terdapat pada surat al-
Kahfi yang menceritakan tentang Nabi Musa bersama Nabi Khaidir.
Posisi Nabi Khaidir adalah sebagai seorang pendidik yang memiliki
karakteristik membimbing dan memahami jiwa dan watak peserta didik,
memberikan ilmu dan penjelasan secara bertahap kepada peserta didik
yaitu Nabi Musa.
b. Peserta didik terdapat pada surat Yusuf yaitu Nabi Yusuf yang saat itu
beliau sebagai seorang anak. Kemudian peserta didik juga terdapat pada
surat al-Kahfi yaitu Nabi Musa karena memiliki karakteristik yaitu
belajar dengan niat ibadah, memiliki kesungguhan dan semangat dalam
menuntut ilmu, jujur dan bertanggung jawab, memperlihatkan
keseriusan dan rendah hati, menghormati pendidik, dan mengikuti
kesepakatan dalam belajar.
c. Tujuan Pendidikan remaja seperti terdapat pada tujuan dari pendidikan
yang diberikan oleh Nabi Ya’qub kepada Nabi Yusuf adalah
transendensi dan humanisasi. Transendensi dalam artian menanamkan
nilai-nilai ketauhidan Allah SWT kepada Nabi Yusuf, bahwa tidak ada
Tuhan yang patut disembah kecuali Allah SWT. Sementara humanisasi
maksudnya adalah menanamkan nilai-nilai atau moral kemanusiaan
kepada Nabi Yusuf agar memiliki akhlak yang mulia di antaranya sifat
sabar yang luar biasa kepada sesama manusia.
d. Materi pendidikan yang diajarkan pada remaja harus berisi tentang
keimanan dan keyakinan, rendah hati, patuh dan hormat.
e. Metode pendidikan yang harus digunakan dalam pendidikan remaja

seperti metode dialog, mengajak berfikir, dan metode cerita.

B. Saran

Ada beberapa saran yang perlu disampaikan dalam tesis ini, yaitu:
1. Kisah Nabi Yusuf bersama Nabi Ya’qub, ashabul Kahfi dan Nabi Musa
bersama Nabi Khaidir merupakan kisah yang mengandung nilai-nilai
Pendidikan yang penting untuk diajarkan kepada anak didik. Sekolah dan
keluarga harus mampu mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai
pendidikan yang terdapat dalam kisah Nabi Yusuf bersama Nabi Ya’qub,
ashabul Kahfi dan Nabi Musa bersama Nabi Khaidir kepada anak didik agar
tercipta generasi yang beriman dan berakhlak baik.
2. Terselesaikannya penelitian ini tidak menafikan adanya kekurangan dan
kelemahan. Baik dari aspek analisis, maupun banyaknya ayat yang dibahas
sehingga pembahasan kurang terfokuskan. Kekurangan-kekurangan yang
terdapat dalam penelitian ini hendaknya dapat dikembangkan lebih lanjut
pada penelitian-penelitian berikutnya sebagai upaya mengembangkan
khazanah penafsiran alquran.
3. Penelitian ini bisa dijadikan rujukan untuk mengatasi berbagai masalah
dalam dunia pemuda, agar pemuda menjadi generasi baik sesuai konsep
pemuda dalam alquran.
4. Keterbatasan pada analisis mengenai masalah tersebut kiranya kurang

begitu representatif. Maka dari itu, diharapkan ada orang lain yang

melanjutkan penelitian ini hingga bisa dijadikan teori oleh kebanyakan umat

manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Nurwadjah. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan. Bandung: Marja, 2010.

Ahmad, Yusuf Al-Hajj. Ensiklopedia Kemukjizatan Ilmiah Dalam Alquran Dan


Sunah. Jakarta: PT. Kharisma Ilmu, 2008.

Ahyadi, Abdul Aziz. Psikologi Agama. Bandung: Sinar Baru, 1991.

Al Rasyidin. Falsafah Pendidikan Islami; Membangun Kerangka Ontologi,


Epistimologi, Dan Aksiologi Praktik Pendidikan. Bandung: Citapustaka
Media Perintis, 2008.

Al-Abrasyi, Muhammad Athiyah. Ruhut Tarbiyah Wa Ta’lim. Saudi Arabiyah:


Darul Ahya, t.t.

Al-Adawi, Mustafa. Fiqih Pendidikan Anak. Jakarta: Qisthi Press, 2006.

Al-Asfahani, Al-Raghib. Mu’jam Mufradat Alfazh Al-Qur’an. Beirut: Dar Al-


Fikr, 1992.

Alba, Cecep. Tasawuf Dan Tarekat Dimensi Esoteris Ajaran Islam. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2012.

Al-Baqi, Muhammad Fu’ad Abd. Al-Mu’jam al-Mufahras Li al-Fazh al-Qur’an


al-Karim. Al-Qahirah: Dar al-Kutub al-Misriyah, 1364.

Al-Bukhari, Abi Abdullah Muhammad Bin Ismail. Shahih Bukhari. Cet. 1. Beirut:
Daar Ibnu Katsir, 1423.

Al-Farmawi, Abdul Hayy. Metode Tafsir Maudhu’i. Bandung: Setia Pustaka,


2002.

Al-Fat, Masan. Aqidah Akhlak. Semarang: Adi Cita, 1994.

Al-Ghazali. Ilmu Dalam Perspektif Tasawuf. Bandung: Karisma, 1996.

Al-Jaza’iri, Abu Bakar Jabir. Minajul Muslim. Solo: Insan Kamil, 2008.

Al-Jazairi, Abu Bakar Jabir. Tafsir Al-Qur’an Al-Aisar Jilid 4. Jakarta: Darus
Sunnah Press, 2010.

Al-Jazairi, Syaikh Abu Bakar Jabir. Tafsir Al-Qur’an Al-Aisar Jilid 3. Jakarta:
Darus Sunnah, 2015.

Al-Kandahlawi. Himpunan Fadhilah Amal. Yogyakarta: Ash-Shaff, 2010.


Al-Maraghi, Ahmad Mustafa. Tafsir Al-Maraghi. Juz 7. Semarang: CV Thaha
Putra, 1992.

———. Tafsir Al-Maraghi. Semarang: CV. Toha Putra, 1994.

Al-Misri, Jamaluddin Abul Fadal Muhammad bin Makram bin Manzur Al-
Anshari Al-Ifriqi. Lisan al ‘Arab. Jilid 1. Vol. 1. Beirut: Darul-Kutub al-
‘Ilmiyyah, 2002.

Al-Munawwar, Said Agil Husin. Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan


Hakiki. Cet. 3. Jakarta: Intermasa, 2004.

Al-Qaththan, Manna’. Mabāhits Fī ‘Ulūm al-Qur’Ān. Riyād: Mantsurāt al-‘Ashr


al-Hadīs, tt.

Al-Wahidi, Ali bin Ahmad. Asbab An-Nuzul. Mesir: Darussalam, t.t.

Amir, M. Isyarat Alquran Tentang Pengentasan Kemiskinan Perspektif


Pendidikan Islam. Makasar: Alauddin University Press, 2003.

An-Nahlawi, Abdurrahman. Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah


Dan Masyarakat. Jakarta: Gema Insani Press, 1996.

An-Nawawi, Imam. Terjemah Hadis Arba’in an-Nawawi Terjemahan Muhil


Dhofir. Jakarta: Al-I’tishom, 2001.

Arifin, Bey. Rangkaian Cerita Al-Qur’an. Jakarta Selatan: Zaituna Ufuk Abadi,
2005.

Ar-Razi, Muhammad Fahruddin. Tafsir Al-Kabir Aw Mafatih al-Ghaib. Jilid IX.


Beirut: Dar al-Kitab al-Ilmiah, 1990.

Ar-Rifai, Muhammad Nasib. Kemudahan Dari Allah: Ringkasan Tafsir Ibnu


Katsir Jilid 2, (Surah al Maidah – an Nahl). Jakarta: Gema Insani, 1999.

As-Sijistani, Abi Daud Sulaiman bin Al-Asy’ats. Sunan Abi Daud. Saudi Arabia:
Baitul Afkar Ad-Dauliyah, n.d.

As-Suyuthi, Jalaluddin. Asbabun Nuzul. Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an. GP, t.t.

As-Suyuthi, Jalaluddin, and Jalaluddin Al-Mahalli. Tafsir Al-Qur’anil Adzim.


Indonesia: Maktabah Dar Ihya Al-Kutub Al-Arabiyah, t.t.

Ath-Thabari, Abi Ja’far Muhammad bin Jarir. Tafsir Ath-Thabari. Kairo:


Maktabah Ibnu Taimiyyah, 1340.

At-Tabatabai’, Muhammad Husein. Al-Mizan Fi ‘Ulum al-Qur’An. Juz 13. Beirut:


Muassasah ‘alami lilmatbu’at, 1991.
Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia. Al-Qur’an Dan Tafsirnya. Jilid 5.
Yogyakarta: PT. Dhana Bhakti Wakaf, 1990.

Baharits, Adnan Hasan Shalih. Mendidik Anak Laki-Laki. Jakarta: Gema Insani,
1991.

Basir, Abd. “‘Simpul-Simpul Pendidikan Islam Pada Surah Ali Imran, an-Nisa
Dan al-Maidah,’ Dalam at-Tarbawi, Jurnal Kajian Kependidikan Islam,
Vol.11, No. 2, (Nopember 2012-April)” (2013).

Basri, Hasan. Remaja Berkualitas. Cet. 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.

Dahlan. Azbabun Nuzul. Bandung: Penerbit Diponegoro, 2000.

Dalimunthe, Sehat Sultoni. Filsafat Pendidikan Islam: Sebuah Bangunan Ilmu


Islamic Studies. Yogyakarta: Deepublish, 2018.

Darajat, Zakiyah. Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung


Agung, 1985.

———. Problema Remaja Di Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang, 1959.

Departemen Agama RI. Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Edisi Penyempurnaan.


Jakarta: Departemen Agama, 2019.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.


Jakarta: Balai Pustaka, 1994.

Dradjat, Zakiah. Pembinaan Nilai Moral Di Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang,


1971.

Effendi, Masri Singarimbun dan Sofian. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3S,
1986.

Hajar, Ibnu. Fundamentals of Qualitative Research Methodology in Education.


Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1996.

Hamka, Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah. Tafsir Al-Azhar. Cet. IV. Vol.
volume 5. Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD, t.t.

———. Tafsir Al-Azhar. Cet. IV. Vol. volume 5. Singapura: Pustaka Nasional
PTE LTD, tt.

———. Tafsir Al-Azhar. Jilid 6, Juzu 15. Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD,
tt.

Harisah, Afifuddin. Filsafat Pendidikan Islam: Prinsip Dan Dasar


Pengembangannya. Yogyakarta: Deepublish, 2018.
Hasbullah. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2009.

Hawa, Said bin Muhammad Daib. Al-Mustakhlas Fi Tazkiyatil Anfus. Jakarta:


Robbani Pers, 2004.

Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan. Kelima. Jakarta: Erlangga, 1980.

Ibnu Katsir. Tafsir Al-Qur’an al-‘Adzim. Vol. IX. Jizah: Maktabah al-Awlad ash-
shaih li at-turath, 2000.

———. Tafsir Al-Qur’an al-‘Adzim. Jilid VIII. Jizah: Maktabah al-Awlad ash-
shaih li at-turath, 2000.

———. Tafsir Ibnu Katsir, Terj. M. Abdul Ghofar E.M. Jakarta: Pustaka Imam
Syafi’i, n.d.

Ibrahim. Membangun Akidah Dan Akhlak. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,
2002.

Izzan, Ahmad and Saehudin. Tafsir Pendidikan: Konsep Pendidikan Berbasis Al-
Qur’an. Bandung: Humaniora, 2015.

Jalâl, Abdul Fattâh. Min Al-Ushul Al-Tarbawiyah Fí Al-Islâm. Kairo: Markaz


Dauli li At-Ta’lim Al-Wadhifi li AlKubar fi Al-‘Alam Al-‘Arabi, 1977.

Karim, Abdullah. Tanggung Jawab Kolektif Manusia Menurut Al-Qur’an.


Banjarmasin: Antasari Press, 2010.

Karim, Hasnidar. “Kepribadian Muslim Dalam Pendidikan Islam” 1 (2012).

Mansur. Kamus Percakapan Bahasa Arab. Kediri: Al-Fatih Press, 2015.

Mappiare, Andi. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional, 1982.

Mardiyah. “Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Anak Terhadap Pembentukan


Kepribadian Anak” vol 3, no. 2 (November 2015).

Masdudi. “Akulturasi Deviasi Perilaku Sosial Remaja Dan Implikasi


Bimbingannya” 1, no. 2 (December 2012).

Masqood, Ruqayyah Waris. Membawa Pemuda Ke Surga. Bandung: Penerbit


Mizan, 1998.

Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya, 2011.
Muhaimin. Paradigama Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam Di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2001.

Munir, M. Metode Dakwah. Jakarta: Kencana, 2006.

Muri’ah, Siti. Metode Dakwah Kontemporer. Yogjakarta: Mitra Pustaka, 2000.

Muslikin, M. Kamus Fi‟il (Kata Kerja). Kediri: Trimus Press, 2016.

Muslim, Mustafa. Mabahis Fi Al-Tafsir al-Maudhu’i. Damaskus: Dar al-Qalam,


1997.

Nata, Abuddin. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2010.

———. Psikologi Pendidikan Islam. Cet. 1. Depok: PT RajaGrafindo Persada,


2018.

Nizar, Samsul. Filasafat Pendidikan Islam: Pendekatan, Historis, Teoritis Dan


Praktis. Jakarta: Ciputat Pers, 2002.

Piaget. The Intellectual Development of the Adolescent. New York: Basic Books,
1969.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia.


Jakarta: Balai Pustaka, 2002.

Quthb, Sayyid. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an. Jakarta: Gema Insani, 2003.

———. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an. Jakarta: Gema Insani, 2003.

Rahmat, Jalaludin. Islam Aktual. Bandung: Mizan, 1992.

Ridla, Muhammad Rasyid. Tafsir Al-Manar. Mesir: Darul Manar, 1373.

Roqib, Moh. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Lkis, 2009.

Rosidin, Dedeng. Akar-Akar Pendidikan Dalam Al-Qur’an Dan Al-Hadits.


Bandung: Pustaka Umat, 2003.

Sagala, Syaiful. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV. Alfabeta,


2011.

———. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Cet. 9. Bandung: CV. Alfabeta, 2011.

Salim, Abd. Muin. Fiqh Siasah: Konsepsi Kekuasaan Politik Dalam Al-Quran.
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1994.

Santrock, Jhon W. Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga, 2003.


Santrock, John W. Life Span Development, Perkembangan Masa Hidup. 5 Jilid 1.
Jakarta: Erlangga, 2002.

———. Remaja. Ed.11. Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2002.

Sartono, Sarlito Wirawan. Psikologi Remaja. Jakarta: CV. Rajawali, 1994.

Sarwono, Sarlito W. Psikologi Remaja. Cet. 17. Jakarta: PT RajaGrafindo


Persada, 2015.

Sarwono, Sarlito Wirawan. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada,


2007.

Setia, Kalam, Hafizian Nur, and Zawawi Ismail. “Nabi Yusuf AS Dan Makna
Pendidikan Dalam Islam.” Fikiran Masyarakat 2, no. 1 (2014): 1–18.

Shihab, M. Quraish. Membumikan Al-Qur’an: Fungsi Dan Peran Wahyu Dalam


Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan, 1996.

———. Tafsir Al-Mishbah. Vol. 5. Jakarta: Lentera Hati, 2002.

———. Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan Dan Keserasian al-Qur’an. Cet. IV.
Vol. volume 6. (Jakarta: Lentera Hati, 2005.

———. Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan Dan Keserasian al-Qur’an. Cet. IV.
Vol. volume 8. Jakarta: Lentera Hati, 2005.

Sujanto, Agus. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Aksara Baru, 1998.

Sukadi, Imam. “Tanggung Jawab Negara Terhadap Anak Terlantar Dalam


Operasionalisasi Pemerintah Di Bidang Perlindungan Hak Anak” 5, no. 2
(December 2013).

Suma, Muhammad Amin. Ulumul Quran. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013.

Sya’rawi, Muhammad Mutawalli, Zainal Arifin, Abdurahman, Feri Muhammad,


and Ardiansyah. Tafsir Sya’rawi Renungan Seputar Kitab Suci Alqur’an,
Jilid 8, Terj. Tafsir Sya’rawi Akhbar al-Yaum, Oleh Zainal Arifin,
Abdurahman, Feri Muhammad Dan Ardiansyah. Jakarta: Ikrar
Mandiriabadi, 2008.

Syarbini, Amirullah. Model Pendidikan Karakter Dalam Keluarga, Revitalisasi


Peran Keluarga Dalam Membentuk Karakter Anak Dalam Perspektif
Islam. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Gramedia Group, 2014.

Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: Rosdakarya,


2010.
———. Pendidikan Agama Dalam Keluarga. (Bandung: Pemuda Rosdakarya,
1996.

Thabari, Ja’far Muhammad Ibnu Jarir. Tafsir Ath-Thabari: Jami’Bayan an Tawilil


Qur’an. Beirut: Darul KuIlmiyah, 1996.

Ulwan, Abdullah Nashih. Tarbiyah Al-Aulad Fi Al-Islam. Jakarta: Pustaka Amani,


2002.

Ulya. Interpretasi Metode Penelitian. Kudus: Nora Media Enterprise, 2010.

Usman. Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Teras, 2009.

Vathin, Kamila, Rahendra Maya, and Unang Wahidin. Peran Majelis Taklim
Quan Palace Dalam Mengembangkan Akhlakul Karimah Jemaah Melalui
Kajian Tazkiyatun Nufus. Prosa PAI: Prosiding Al hidyah Pendidikan
Agama Islam, 2019.

Wahyudi, M. Jindar. Nalar Pendidikan Qur’ani. Yogyakarta: Apeiron Philotes,


2006.

Yahya, Harun. Pustaka Sains Populer Islam Jejak Bangsa-Bangsa. Bandung:


Dzikra, 2004.

Zubaidi. Desain Pendidikan Karakter Konsepsi Dan Aplikasinya Dalam Lembaga


Pendidikan. Ed. 1. Jakarta: Penerbit Kencana, 2011.

Zuhaili, Wahbah. Tafsir Al-Munir. Beirut: Dar al-Fikr, 1998.

———. Tafsir Al-Munir. Beirut: Dar al-Fikr, 1998.

Zuhdi, Darmiyati. Pendidikan Karakter. Yogyakarta: UNY Press, 2009.

“Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia” (Jakarta 2002): 12.

“Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia” (n.d.): 12.

Anda mungkin juga menyukai