Anda di halaman 1dari 3

Saat ini dalam masyarakat salah satu fenomena yang sangat riskan dan memprihatinkan kita adalah tentang

kenakalan
dan keburukan moral pemuda. Problema ini harus mendapatkan perhatian penuh dari semua pihak. Ekses teknologi
canggih bisa membuat komunikasi dan akses data semakin mudah didapat, sehingga jarak dan waktu kini tidak menjadi
hambatan lagi dan para pemuda pun semakin bebas berekspresi.

Maju dan mundurnya sebuah Negara berada di tangan pemuda. Hal ini Syekh Khudhairi Beik, pernah menyebutkan
berhasil sebuah Negara, lihatlah bagaimana pemuda sangat ini. Apabila pemuda baik, maka baiklah Negara tersebut,
juga sebaliknya. Pemuda merupakan aset paling berharga yang dimiliki suatu bangsa, termasuk Indonesia.

Di luar sana para musuh muslim telah melirik potensi berharga tersebut, mereka berusaha dan berupaya untuk merusak
jati diri pemuda, khususnya moral dan sprituil generasi muda bangsa. Sebagaimana yang kita saksikan, hingga saat ini
salah satu upaya mereka adalah dengan menggunakan 4 F, yaitu food, fashion, fun dan film.

Mayoritas dari elemen pemuda Indonesia terjerumus ke dalam jebakan tersebut, bahkan memuja-mujanya. Nilai dan
budaya yang telah dibawa oleh Rasulullah SAW terlupakan begitu saja. Menjawab fenomena ini tidak boleh dibiarkan
tanpa solusi dan peran aktif semua lapisan masyarakat terutama sekali sang pemuda sendiri.

Hal yang paling prinsipil yang harus dimiliki oleh generasi penerus adalah ilmu, tanpa ilmu tidak mungkin sebuah
perubahan terwujud. Untuk membangun umat dan mengupayakan kembali kejayaan Islam, pemuda muslim yang akan
mengambil peranan tersebut. Berdakwah dan mengajarkan adalah zakatnya ilmu. Maka wajib bagi orang yang
menuntut ilmu agama termasuk pemuda untuk menyampaikan kepada umat yang lainnya, dan memberikan saham agar
dapat memberikan hidayah orang kafir masuk Islam serta memberikan hidayah orang yang berbuat kemaksiatan
menuju istiqamah (dalam kebaikan beragama).

Peran aktif pemuda sebagai kekuatan moral diwujudkan dengan menumbuh kembangkan aspek etik dan moralitas
dalam bertindak pada setiap dimensi kehidupan kepemudaan, memperkuat iman dan takwa serta ketahanan mental-
spiritual, dan meningkatkan kesadaran hukum.

Sebagai kontrol sosial diwujudkan dengan memperkuat wawasan kebangsaan, membangkitkan kesadaran atas
tanggungjawab, hak, dan kewajiban sebagai warga negara, membangkitkan sikap kritis terhadap lingkungan dan
penegakan hukum, meningkatkan partisipasi dalam perumusan kebijakan publik, menjamin transparansi dan
akuntabilitas publik, dan memberikan kemudahan akses informasi.

Rasulullah SAW telah memperingatkan tentang sangat pentingnya masa muda itu, seseorang tidak akan dapat mencicipi
hidup yang sempurna di masa tua, melainkan dengan mempergunakan dan memanfaatkan masa muda seoptimal dan
sebaik mungkin Bahkan bukan hanya di masa tua saja, tetapi untuk meneruskan kehidupan di negeri yang tiada negeri
lain yakni di akhirat kelak.

Maka Rasulullah Saw berpesan kepada kita dengan salah satu hadist beliau berbunyi: Tidak tergelincir dua kaki seorang
hamba pada hari kiamat, sampai Allah menanyakan empat hal: umurnya, untuk apa selama hidupnya dihabiskan; masa
mudanya, bagaimana dia menggunakannya; hartanya, darimana dia mendapatkan dan untuk apa saja dihabiskan; dan
ilmunya, apakah dia amalkan atau tidak. (HR Tirmidzi).

Rasulullah juga mewanti kita sebgai umat-Nya, beliau bersabda,, Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara: waktu
mudamu sebelum datang waktu tuamu (HR. Al-Hakim).

Seorang pemuda harus bahkan wajib memiliki dedikasi yang tinggi dalam pengembaraan pengetahuan dan rasa ingin
mengetahui yang lebih besar dan harus menjadi pelopor sense of curiosity (rasa keingintahuan yang tinggi) dalam
masyarakat atau dalam pepatah arab dikenal dengan slogan himmatul rizal tasqutu jibal (semangat seorang pemuda
bisa menaklukan sebuah pegunungan).
Dalam menumbuhkan sikap sense of curiosity akan melahirkan iqrak (membaca) dengan talim yang dikreasikan dengan
motivasi instrik. Membaca itu dikonotasikan sebagai talim (belajar). Iqrak itu pintu gerbang menuju ke samudera ilmu
pengetahuan. Hal ini dijelaskan dalam Al-Quran yang berbunyi: Bacalah dengan menyebut nama Tuhan yang
menciptakan. Dia telah menciptakanmanusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang
mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-
Alaq:1-5).

Syekh al-Maraghi menjelaskan dalam tafsirnya bahwa Allah memerintahkan kepada manusia supaya dapat membaca
tersebut harus diulang-ulang, indikasinya dengan tanpa mengulang-ulang dan membiasakan dalam membaca tidak akan
memberi kesan dan meresapnya ilmu dalam jiwa. Berulang-ulang perintah Allah SWT dalam pengertian sama dengan
berulang-ulang membaca. Dengan demikian membaca itu merupakan salah satu bakat dari Rasulullah SAW. Dijelaskan
dalam tafsir lainnya seperti Al-Azhar bahwa nabi bukan orang yang pandai, beliau adalah ummi yang boleh dikatakan
buta huruf, Namun Jibril mendesaknya untuk membaca sampai tiga kali meskipun Rasulullah tidak dapat menulis, pada
akhirnya walaupun didesak tiga kali rasulullah juga dapat menghafal diluar kepala.

Dalam Al-Quran sendiri telah digambarkan sosok pemuda sense of curiosity tersebut, sebagaimana firman Allah SWT
yang berbunyi: Dan bersama dengan dia masuk pula ke dalam penjara dua orang pemuda. Berkatalah salah seorang di
antara keduanya: Sesungguhnya aku bermimpi, bahwa aku memeras anggur. Dan yang lainnya berkata: Sesungguhnya
aku bermimpi, bahwa aku membawa roti di atas kepalaku, sebagiannya dimakan burung.Berikanlah kepada kami
tabirnya; sesungguhnya kami memandang kamu termasuk orang-orang yang pandai (menabirkan mimpi). (QS. Yusuf
[12]: 36).

Interpretasi dalam ayat ini menunjukkan tentang jati diri seorang pemuda yang memiliki sense of curiosity. Makanya
dengan memiliki sifat tersebut, seorang pemuda itu cenderung untuk banyak mencoba dan mempraktekan hal-hal yang
berinovasi baru tentu saja yang bernilai positif.

Realita saat ini menjawab hal demikian, dikala dalam komunitas masyarakat sedang tren dengan sebuah hal baru,
misalnya model pakaian, bergaya, bertingkah laku dan lainnya, maka pemuda pun mengikuti, mempraktekannya dan
memakai pakaian itu. Biarpun demikian yang perlu diperhatikan secara seksama, sense of curiosity penulis maksudkan
di sini adalah rasa keingintahuan yang positif dan inovatif, bukan sebaliknya, sehingga demikian sang pemuda akan
menimbulkan hasrat untuk mencari, menguasai dan mentransferkan manfaatnya kepada masyarakat lainnya serta
lingkungan sekitar kita.

Pemuda yang hidup di era globalisasi seperti saat ini. Harus mampu menjadikan diri pribadi yang optimis, istiqamah
terhadap perkataan dan perbuatan, teguh dalam pendirian juga jangan cepat menyerah dalam berjihad.

Bukan sosok al-fata yang sejati manakala masih tergiur dengan indahnya fatamorgana dunia dan masih lemah jiwa dan
keimanan dalam menghadapi musuh paling utama, yakni hawa nafsu. Terlebih hidup di akhir zaman ini yang penuh
dengan berbagai fitnah dan kecanggihan teknologi, menjadi ujian terberat plus berbagai coraknya yang harus dijalani
oleh pemuda.

Saat ini beraneka ragam sarana komunikasi canggih membuat para generasi muda semakin leluasa dan bebas dalam
mengakses berbagai informasi dan data serta lainnya seperti computer, handphone, internet dan lain sebagainya.
Beranjak dari media tersebut berbagai corak budaya dan hiburan di berbagai belahan dunia dapat mereka nikmati.

Di sini tanpa adanya filter dan keimanan yang kuat, pada akhirnya akan mempengaruhi karakter dan pola pikir mereka
secara keseluruhan serta akan diaktualisasikan dalam kehidupan mereka dalam masyarakat. Pemandangan seperti ini
harus ada respon dan tidak lanjutnya serta tidak dapat dibiarkan begitu saja.
Kalangan masyarakat terutama para tokoh, orang tua dan pihak lainnya harus bisa memahami problematika yang
dialami oleh pemuda, mereka di usia tersebut merupakan masa pencarian jati diri. Dari sini harus ada metode
pendekatan interpersonal dan intrapersonal yang tepat dan bersahabat. Mereka perlu arahan dan bimbingan yang
bersifat konstruktif-familiar (membangun secara kekeluargaan) dan tidak dengan sistem otoritatif-dogmatif (memaksa
dan kaku).

Metode dan konsep serta manajemen dakwah yang baik dan diharapkan mampu menjawab tantangan serta
problematika ini yang akan dilakoni oleh masyarakat pelaku dakwah untuk meraih titel khairul ummah (the best people)
seperti yang digambarkan dalam Al-Quran yang berbunyi: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang maruf (kebaikan) dan mencegah dari yang mungkar(QS.Ali Imran [3]:110).

Di samping itu peran dari pemuda itu sendiri sangat menentukan dan kunci keberhasilan dan kesuksesan dalam
membentuk generasi qurani yang diimpikan oleh segenap lapisan masyarakat. Sosok generasi penerus bangsa qurani
memiliki andil yang besar dalam membawa perubahan dan pelopor dalam segala lini kehidupan terutama perubahan
akhlak dan moral para pemuda dan masyarakat Indonesia pada umumnya Indonesia.

Dengan akhlakul karimah yang berpedoman al-Quran, generasi Qurani akan mengerti dan memahami bagaimana
menyelesaikan problematika dan fenomena yang dialami oleh generasi muda lainnya.

Walhasil pembangunan spiritual dan pola pikir (mindset) generasi muda lebih diutamakan dari pembangunan sarana
dan prasarana seperti jembatan, sektor industri, gedung pencakar langit. Sebuah pembangunan sarana dan prasarana
negara yang maju dan modern, semua itu tidak berharga dan bernilai dibandingkan dengan hancur dan sirnanya
pembangunan moral dan spiritual para generasi penerus bangsa.

Semoga generasi muda Indonesia mampu mentasbihkan diri menjadi sosok pemuda qurani, menjadikan para syuhada
dan pejuang bangsa yang telah beristirahat di alam sana bisa tersenyum indah atas perjuangan mereka dulu juga
diharapkan dengan peran dan andil generasi qurani dalam mewujudkan persada ini menjadi sebuah negara impian yang
bernama Baldatun Tayyibatun Warabbul Ghafur!!! Amin ya rabbil alamin

Anda mungkin juga menyukai