Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

QASHASHUL QUR’AN

Disusun Oleh :

Naufal Ambia : 230401048

Habib El Haq :230401052

Abdur Rahman :230401068

Dosen Pengampu : Fakhruddin, S.Ag., M.Pd.

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANNIRY
BANDA ACEH
2023

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2

A. Pengertian Qashashul Qur’an........................................................................2

B. Macam-Macam Kisah-Kisah Dalam Al-Qur’an...........................................3

3. Karakteristik Kisah-Kisah Dalam Al-Qur’an...............................................5

4. Tujuan Kisah-Kisah Dalam Al-Qur’an.........................................................6

5. Relevansi Kisah Dengan Sejarah..................................................................7

BAB III PENUTUP...............................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Suatu peristiwa yang berhubungan dengan sebab dan akibat dapat menarik
perhatian para pendengar. Apabila dalam peristiwa itu terselip pesan-pesan dan
pelajaran mengenai berita-berita bangsa terdahulu, rasa ingin tahu merupakan
factor paling kuat yang dapat menanamkan kesan peristiwa tersebut ke dalam hati.
Terdapat banyak kisah dalam Al-Qur’an yang menceritakan beragam
peristiwa. Baik itu peristiwa yang berkaitan dengan masa lalu maupun masa yang
akan datang. Terdapat juga kisah yang menceritakan tentang binatang yang
dijadikan lambing/kiasan untuk pembelajaran kepada manusia.
Demikian banyaknya kisah tersebut memberikan motivasi kepada kita untuk
senantiasa mengkaji dan meneliti agar kisah-kisah yang terdapat di dalam Al-
Qur’an tersebut benar-benar bermakna dan bermanfaat bagi kehidupan kita.
Tentunya dengan segala keterbatasan yang kita miliki, kita kadang hanya mem-
fokuskan kisah-kisah tersebut yang sesuai dengan keinginan dan keadaan kita.

BAB II
PEMBAHASAN

1
A. Pengertian Qashashul Qur’an

Secara bahasa, kata qashash berasal dari bahasa Arab dalam bentuk masdar
yang bermakna urusan, berita, kabar maupun keadaan. Dalam Alquran
sendiri kata qashash bisa memiliki arti mencari jejak atau bekas 1 dan berita-
berita yang berurutan2.

Namun secara terminologi, pengertian qashashul quran adalah kabar-kabar


dalam Alquran tentang keadaan-keadaan umat yang telah lalu dan kenabian
masa dahulu, serta peristiwa-peristiwa yang telah terjadi 3. Manna al-Khalil
al-Qaththan mendefinisikan qishashul quran sebagai pemberitaan Alquran
tentang ha ihwal umat-umat dahulu dan para nabi, serta peristiwa-peristiwa
yang terjadi secara empiris. Dan sesungguhnya Alquran banyak memuat
peristiwa-peristiwa masa lalu, sejarah umat-umat terdahulu, negara,
perkampungan dan mengisahkan setiap kaum dengan cara shuratan
nathiqah (artinya seolah-olah pembaca kisah tersebut menjadi pelaku
sendiri yang menyaksikan peristiwa itu)4.

Adapun tujuan kisah Alquran adalah untuk memberikan pengertian tentang


sesuatu yang terjadi dengan sebenarnya dan agar dijadikan ibrah (pelajaran)
untuk memperkokoh keimanan dan membimbing ke arah perbuatan yang
baik dan benar5.

B. Macam-Macam Kisah-Kisah Dalam Al-Qur’an

Kisah-kisah di dalam Al-Qur’an itu bermacam-macam, ada yang


1
Q.S. Al-Kahfi: 64 dan Q.S. Al-Qashash: 11
2
Q.S. Al-Imran: 62 dan Q.S. Yusuf: 111
3
T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy. Ilmu-Ilmu Alquran. (Jakarta: Bulan Bintang, 1972). hlm. 176
4
Manna’ Khalil al-Qaththan, Mabahits fi Ulumul Quran, (tt Masyurah al-Asyr, 1073). Hlm. 306
5
Fajrul Munawir dkk. Al-Quran. (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2005). Hlm.
107

2
menceritakan para Nabi dan umat-umat dahulu, dan ada yang mengisahkan
berbagai macam peristiwa dan keadaan, dari masa lampau, masa kini,
ataupun masa yang akan datang.
1. Ditinjau dari Segi Waktu
Ditinjau dari segi waktu terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam
Al-Qur’an, maka qashshashil Qur’an itu ada tiga macam, sebagai
berikut:
a. Kisah-kisah ghaib pada masa lalu (al-qashshashul ghuyub al-
madhiyah)
Yaitu, kisah yang menceritakan kejadian-kejadian ghaib yang
sudah tidak bisa ditangkap panca indera, yang terjadinya di masa
lampau.
Contohnya seperti kisah-kisah Nabi Nuh, Nabi Musa, dan kisah
Maryam, sebagaimana yang diterangkan dalam ayat 44 surat Ali
Imran:
‫ِه ِإ‬ ‫ِب ِح ِه ِإ‬ ‫ِل ِم‬
‫َذ َك ْن َأنَب اء اْلَغْي ُنو ي َلي َك َو َم ا ُك نَت َل َد ْي ْم ْذ ُيْلُق ون َأْقَالَمُه ْم َأُّيُه ْم‬

‫َيْك ُفُل َمْر َمَي َو َم ا ُك نَت َلَد ْيِه ْم ِإْذ ْخَيَتِص ُم وَن‬
“Itulah sebagian dari berita-berita ghaib yang Kami wahyukan
kepadamu (Muhammad), padahal engkau tidak bersama mereka
ketika mereka melemparkan pena mereka (untuk mengundi) siapa
di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan engkau pun
tidak bersama mereka ketika mereka bertengkar.”6
b. Kisah hal-hal ghaib pada masa kini (al-qashashul ghuyub al-hadhirah)
Yaitu, kisah yang menerangkan hal-hal ghaib pada masa sekarang,
(meski sudah ada sejak dulu dan masih aka nada sampai masa yang
akan datang) dan yang menyingkap rahasia orang-orang munafik.
Contohnya seperti kisah yang menerangkan tentang Allah SWT dengan segala
sifat-sifat-Nya, para malaikat, jin, setan, dan siksaan neraka, kenikmatan surga,
dan sebagainya. Kisah-kisah tersebut dari dahulu sudah ada, sekarang pun masih
6
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 55

3
ada dan hingga masa yang akan datang pun masih tetap ada.
Misalnya, kisah dari ayat 1 – 6 surat Al-Qari’ah:

. ‫ َيْو َم َيُك وُن الَّناُس َك اْلَف َر اِش اْلَم ْبُثوِث‬. ‫ َو َم ا َأْد َر اَك َم ا اْلَق اِر َع ُة‬.‫ َم ا اْلَق اِر َعُة‬.‫اْلَق اِر َعُة‬
‫ِع‬ ‫ِجْل‬
‫ َفَأَّم ا َم ن َثُق َلْت َم َو اِز يُنُه‬. ‫َو َتُك وُن ا َباُل َك اْل ْه ِن اْلَم نُفوِش‬
“Hari kiamat. Apakah hari kiamat itu? Tahukah kamu apakah hari
kiamat itu? Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang
berterbangan. Dan gunung-gunung seperti bulu-bulu yang dihambur-
hamburkan.”7
c. Kisah-kisah ghaib pada masa yang akan datang
Yaitu kisah-kisah yang menceritakan peristiwa-peristiwa akan datang
dan belum terjadi pada waktu turunnya Al-Qur’an, kemudian
peristiwa tersebut betul-betul terjadi. Karena itu, pada masa sekarang
ini, berarti peristiwa yang dikisahkan itu telah terjadi.
Contohnya seperti mimpi Nabi bahwa beliau akan dapat masuk
Masjidil Haram bersama para sahabat, dalam keadaan sebagian
mereka bercukur rambut dan yang lain tidak. Pada waktu perjanjian
Hudaibiyah, Nabi gagal masuk Mekkah, sehingga diejek orang-orang
Yahudi, Nasrani, dan kaum munafik, bahwa mimpi Nabi itu tidak
terlaksana. Maka turunlah ayat 27 surat Al-Fath:
‫ِمِن‬ ‫ِج‬
‫َلَق ْد َص َد َق الَّل ُه َرُس وَلُه الُّرْؤ َي ا ِب اَحْلِّق َلَت ْد ُخ ُلَّن اْلَمْس َد اَحْلَر اَم ِإن َش اء الَّل ُه آ َني‬
. ‫َحُمِّلِق َني ُر ُؤ وَس ُك ْم َو ُمَق ِّص ِر يَن اَل َخَتاُفوَن‬
“Sungguh, Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya tentang
kebenaran mimpinya bahwa kamu pasti akan memasuki
Masjidilharam, jika Allah menghendaki dalam keadaan aman, dengan
menggundul rambut kepala dan Ditinjau dari Segi Materi8
7
Ibid, 600 memendekkannya, sedang kamu tidak merasa takut.”

8
Al-Qattan, Manna Khalil, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an / Manna’ Khalil al-Qattan (Jakarta: PT. Mitra
Kerjaya Indonesia, 2002), 436

4
a. Kisah para nabi. Kisah ini mengandung dakwah mereka kepada
kaumnya, mukjizat-mukjizat yang memperkuat dakwahnya, sikap
orang-orang yang memusuhinya, tahapan-tahapan dakwah dan
perkembangan-nya serta akibat-akibat yang diterima oleh mereka
yang mempercayai dan golongan yang mendustakan. Misalnya
kisah Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, Nabi
Muhammad, dan lain-lain.
b. Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang
terjadi pada masa lalu dan orang-orang yang tidak dipastikan
kenabiannya. Misalnya kisah orang yang keluar dari kampung
halaman, yang beribu-ribu jumlahnya karena takut mati, kisah
Talut dan Jalut, dua orang putra Adam, penghuni gua, Zulkarnain,
Karun, orang-orang yang menangkap ikan pada hari Sabtu,
Maryam, Ashabul Ukhdud, Ashabul Fiil, dan lain-lain.
c. Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang
terjadi pada masa Rasulullah, seperti Perang Badar dan Perang
Uhud dalam surah Ali Imran, Perang Hunain dan Tabuk dalam
surah at-Taubah, Perang Ahzab dalam surah al-Ahzab, hijrah, isra’,
dan lain-lain.

2. Karakteristik Kisah-Kisah Dalam Al-Qur’an


Al-Qur’an tidak menceritakan kejadian dan peristiwa secara
berurutan (kronologis) dan memaparkan kisah-kisah itu secara panjang
lebar. Tetapi terkadang berbagai kisah disebutkan berulang-ulang
dibeberapa tempat, ada pula beberapa kisah disebutkan al-Qur;an dalam
bentuk yang berbeda, disatu tempat ada bagian yang di dahulukan dan
ditempat lain diakhirkan. Kadang-kadang pula disajikan secara ringkas dan
kadang secara panjang lebar. Hal tersebut menimbulkan perdebatan diantara
kalangan orang yang meyakini dan orang-orang yang meragukan al-Qur’an.
Mereka yang ragu terhadap al-Qur’an sering mempertanyakan, mengapa
kisah-kisah dalam al-Qur’an tidak disusun secara kronologis dan sistematis

5
sehingga lebih mudah dipahami? Karena hal itu tersebut menurut mereka
dipandang tidak efektif dan efisien9.

3. Tujuan Kisah-Kisah Dalam Al-Qur’an

Cerita dalam al qur’an bukanlah suatu gubahan yang hanya bernilai sastera
saja, baik gaya bahasa maupun cara menggambarkannya peristiwa-
peristiwanya. Memang biasanya demikianlah wujudnya, cerita yang
merupakan hasil kesusastraan murni. Bentuknya hanya semata-mata
menggambarkan seni bahasa saja. Tetapi cerita dalam al qur’an merupakan
salah satu media untuk mewujudkan tujuannya yang asli.

Jika dilihat dari keseluruhan kisah yang ada maka tujuan-tujuan tersebut
dapat dirinci sebagai berikut.

Pertama, salah satu tujuan cerita itu ialah menetapkan adanya wahyu dan
kerasulan. Dalam al qur’an tujuan ini diterangkan dengan jelas di antaranya
dalam QS.12 : 2-3 dan QS 28 : 3. Sebelum mengutarakan cerita nabi musa,
lebih dahulu al qur’an menegaskan, “kami membacakan kepadamu sebagian
dari cerita Musa dan Fir’aun dengan sebenarnya untuk kamu yang
beriman”. Dalam QS 3 : 44 pada permulaan cerita Maryam disebutkan,
“itulah berita yang ghaib, yang kami wahyukan kepadamu”.

Kedua, menerangkan bahwa agama semuanya dari Allah, dari masa Nabi
Nuh sampai dengan masa Nabi Muhammad SAW, bahwa kaum muslimin
semuanya merupakan satu umat. Bahwa Allah yang maha esa adalah tuhan
bagi semuanya (QS 21 : 51-92).

Ketiga, menerangkan bahwa agama itu semuanya dasarnya satu dan itu
semuanya dari tuhan yang Maha Esa (QS 7 : 59).

9
Muhammad Chirjin, al Qur’an dan Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Dana Bakti Prima Yasa, 1989),
hlm. 11.

6
Keempat, menerangkan bahwa cara yang ditempuh oleh nabi-nabi dalam
berdakwah itu satu dan sambutan kaum mereka terhadap dakwahnya itu
juga serupa (QS Hud)

Kelima, menerangkan dasar yang sama antara agama yang diajarkan oleh
Nabi Muhammad dengan agama Nabi Ibrahim As., secara khusus, dengan
agama-agama bangsa israil pada umumnya dan menerangkan bahwa
hubungan ini lebih erat daripada hubungan yang umum antara semua
agama. Keterangan ini berulang-ulang disebutkan dalam cerita Nabi
Ibrahim, Musa dan Isa As10.

4. Relevansi Kisah Dengan Sejarah


Kisah-kisah Al-Qur’an tentu saja berbeda dengan cerita atau dongeng
umumnya, karena karakteristik yang terdapat dalam masing-masing kisah.
Fenomena kisah-kisah dalam al-Qur’an yang diyakini kebenarannya sangat
erat kaitannya dengan sejarah. Menurut asSuyuthi kisah dalam al Qur’an
sama sekali tidak dimaksudkan untuk mengingkari sejarah lantaran sejarah
dianggap salah dan membahayakan al qur’an. Kisah-kisah dalam al Qur’an
merupakan petikan-petikan dari sejarah sebagai pelajaran kepada umat
manusia. Hal ini dapata dilihat bagaimana al Qur’an secara eksplisit
berbicara tentang pentingnya sejarah, sebagaimana tertera dal al Qur’an
surat Ali Imron ayat 140 yang berbunyi :

‫وتلك االيام تدا وهلا بني الناس‬

Dan masa kejayaan dan kehancurang itu, kami pergilirkan di antara manusia

Manna’ al Qaththan, menyatakan bahwa kisah-kisah dalam al-Qur’an


merupakan karya seni yang tunduk kepada daya cipta dan kreatifitas yang
dipatuhi oleh seni, tanpa harus menguranginya sebagai kebenaran sejarah. Ia
10
Ibid. hlm. 120

7
sejalan dengan kisah seorang sastrawan yang mengkisahkan suatu peristiwa
secara artistik. Bahwa al Qur’an telah menciptakan beberapa kisah dan
ulama-ulama terdahulu telah berbuat salah dengan menganggap kisah
Qur’ani sebagai sejarah yang dapat dipegangi11.

Kisah-kisah yang ada dalam al Qur’an tentu saja tidak dapat dianggap
semata-mata sebagai dongeng. Apalagi al Qur’an adalah kitab suci yang
berbeda dengan bacaan lainnya. Memang sering timbul perbdebatam,
apakah kisah-kisah tersebut benar-benar memiliki landasan historis atau
sebaliknya, sebagai kisah yang ahistoris, sejauh manakah posisi al Qur’an
dalam memandang sejarah sebagai suatu realitas.

Sebagai kitab suci, al Qur’an bukanlah kitab sejarah, sehingga tidaklah adil
jika al Qur’an dianggap mandul hanya karena kisah-kisah yang ada
didalamnyatidak dipaparkan secara gamblang. Akan tetapi berbeda dengan
cerita fiksi, kisah-kisah tersebut tidak didasarkan pada khayalan yang jauh
dari realitas. Melalui studi yang ,mendalam, di antara kisahnya dapat
ditelusuri akar sejarahnya, misalnya situs-stus sejarah bangsa Iran yang
diidemtifikasikan sebagai bangsa Ad dalam kisah al-Qur’an. Di samping itu
memang terdapat kisah-kisah yag sulit untuk dideteksi sisi historisnya
seperti peristiwa Isra’ Mi’raj dan kisah Ratu Saba’. Karena ini sering
disinyalir bahwa kisah-kisah dalam al Qur’an itu ada yang historis dan ada
pula yang ahistoris.

Meskipun demikian pengetahuan sejarah adalah sangat kabur


dan penemuan-penemuan arkeologi untuk dijadikan bahan
pnyelidikan menurut kaca mata pengetahuan modern, misalnya mengenai
raja-raja Israil yang dinyatakan dalam al Qur’an. Karena itu sejarah
serta pengetahuan lainnya tidaklah lebih merupakan sarana untuk
mempermudah usaha memahami al Qur’an. Kisah itu adalah bagian dari
ayat-ayat yang dituturkan dari sisi yang Maha Tahu dan Maha Bijaksana.

11
Manna’ al-Qattan, Mabahist fi Ulum al-qur’an, t.tp, t.tp, hlm.

8
Namun untuk mengetahui sejarah dan kisah yang ada dalam al-Qur’an itu
tidak mudah. Perlu ditelusuri kapan terjadinya dan di mana. Siapa saja yang
teerlibat dalam peristiwa tersebut. Hal itu untuk memberikan informasi atau
keterangan yang jelas yang tidak menyimpang, sehingga sesuai dengan
kondisi masyarakat pada waktu itu, baik pada masa pra Islam atau sesudah
Islam.

Kondisi sejarah pra Islam masih banyak diliputi kekaburan informasi,


terselimuti kegelapan, sehingga tidak ada satu riwayat pun yang bisa
dipercaya untuk mengetahyui secara utuh biografi tokoh-tokoh sanad (jalur
informasi) nya dan tidak ada yang mutawatir, sehingga dinilai lebih utama.
Namun kondisi dunia telah berubah setelah duturnkannya al Qur’an secara
bertahap, sehingga mulailah permulaan sejarah manusia. Hal inilah yang
tidak bisa dipungkiri, bahwa dalam al Qur’an itu tidak hanya menceritakan
kisah/sejarah pada masa Islam tersebar tetapi sebelum Islam datang.

Kisah tidak bermaksud mengajarkan peristiwa-peristiwa sejarah seperti


halnya buku-buku sejarah. Yang sangat dipentingkan oleh kisah al-Qur’an
adalah memberi nasehat, bukan mensejarahkan perorangan atau golongan
bangsa-bangsa.

Namun, jika dalam memahami kisah-kisah al Qur’an harus dipakai metode


sejarah selengkap-lengkapnya, sperti kalau memahami dokumen
dokumen sejarah, maka akan banyak dihadapi kesulitan-kesulitan,
maka banyak ulama dan mufassir yang menganggap kisah-kisah al
Qur’an sebagai ayat-ayat mutasyabihat12.

BAB III
PENUTUP

12
A. Hanafi, Segi-segi Kesusasteraan Pada kisah-kisah Al Qur’an, (Pustaka al Husna,Jakarta,
1983), hlm. 26

9
Dari uraian makalah di atas kita dapat mengambil beberapa kesimpulan
diantaranya:

1. Alquran merupakan kitab suci umat Islam dan manusia seluruh alam yang
tidak dapat diragukan kebenarannya dan berlaku sepanjang zaman, baik masa
lalu, masa sekarang maupun masa yang akan datang.
2. Sebagian isi kandungan dalam Alquran kebanyakan memuat tentang qashas
(sejarah) umat-umat terdahulu sebagai bahan pelajaran bagi umat sekarang
(umat Islam).
3. Qashashul quran adalah kabar-kabar dalam Alquran tentang keadaan-keadaan
umat yang telah lalu dan kenabian masa dahulu, serta peristiwa-peristiwa
yang telah terjadi.
4. Tujuan kisah Alquran adalah untuk memberikan pengertian tentang sesuatu
yang terjadi dengan sebenarnya dan agar dijadikan ibrah (pelajaran) untuk
memperkokoh keimanan dan membimbing ke arah perbuatan yang baik dan
benar.
5. Kisah dalam Alquran dibedakan tiga macam, yaitu: kisah dakwah para nabi,
kejadian umat terdahulu dan kejadian di zaman Rasulullah Muhammad saw.
6. Unsur kisah Alquran juga ada tiga, yakni: adanya Pelaku, kejadian atau
peristiwa dan percakapan.
7. Inti dari fungsi kisah dalam Alquran adalah untuk dakwah menegakkan
kalimat tauhid, membantah kebohongan kaum kafir serta menjadikannya
sebagai pelajaran yang amat berharga bagi umat Islam.

DAFTAR PUSTAKA

10
Ash-Shiddieqy. T.M. Hasbi. 1972. Ilmu-Ilmu Alquran. Jakarta: Bulan Bintang.

al-Qaththan, Manna’ Khalil. Mabahits fi Ulumul Quran. tt Masyurah al-Asyr, 1073.

Munawir, Fajrul dkk. 2005. Al-Quran. Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga,

Al- Qaththan, Manna Khalil. 2002. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an / Manna’ Khalil al-Qattan. Jakarta:
PT. Mitra Kerjaya Indonesia.

Chirjin,Muhammad. 1989. al Qur’an dan Ulumul Qur’an, Yogyakarta: Dana Bakti Prima Yasa.

Hanafi, A. 1983. Segi-segi Kesusasteraan Pada kisah-kisah Al Qur’an. Jakarta : Pustaka al Husna.

11

Anda mungkin juga menyukai