Anda di halaman 1dari 46

Universitas Diponegoro

THEORY
UNDERLYING
ACCOUNTING
RESEARCH
GROUP 13
Group Member

Laila Maghfiroh Tegar Ananta Yudha Dewi Riani Silvani


(12030121140201) (12030121130139) (12030121140307)
Table of Content

1. 3. 5.
AGENCY
2. STAKEHOLDERS
4. INSTITUTIONAL
THEORY THEORY THEORY

SIGNALING LEGITIMACY
THEORY THEORY
Universitas Diponegoro

AGENCY
THEORY
A. Pengertian Agency Theory

Agency Theory --> basis teori yang mendasari praktik bisnis


perusahaan yang berakar dari sinergi teori ekonomi, teori
keputusan, sosiologi, dan teori organisasi.
Agency Theory --> menjelaskan bahwa perusahaan adalah
tempat atau intersection point bagi hubungan kontrak yang
terjadi antara manajemen, pemilik, kreditur, dan pemerintah.

Pemisahan pemilik dan manajemen di dalam literatur


akuntansi disebut dengan Agency Theory (teori
keagenan).
Prinsip Utama Agency Theory :

Prinsip utama = menyatakan adanya hubungan kerja antara


pihak yang memberi wewenang (principal) yaitu pemilik /
investor dengan pihak yang menerima wewenang (agen)
yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja sama “nexus of
contract.”.

Agency Theory didasarkan pada gagasan bahwa ketika


sebuah perusahaan pertama kali didirikan, pemiliknya
biasanya juga merupakan manajernya. Seiring pertumbuhan
perusahaan, pemilik menunjuk manajer untuk menjalankan
perusahaan. Pemilik mengharapkan manajer menjalankan
perusahaan demi kepentingan terbaik pemilik; oleh karena itu
terdapat suatu bentuk hubungan keagenan antara pemilik
dan manajer.
Theory Agency menurut ahli :
Anthony dan Govindrajan (2005)
Teori agensi = hubungan atau kontrak antara principal dan agent.
Teori agensi memiliki asumsi bahwa tiap-tiap individu semata-
mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga
menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent
Michael C. Jensen dan William H. Meckling:
Teori agensi sebagai studi hubungan kontrak yang melibatkan
pemilik modal dan manajer sebagai agen, di mana terdapat
masalah utama mengenai kontrol dan penggunaan informasi di
dalam organisasi.
Jensen dan Meckling (1976)
Menjelaskan : “hubungan keagenan sebagai suatu kontrak dimana
satu orang atau lebih (prinsipal) melibatkan orang lain (agen)
untuk melakukan suatu jasa atas nama mereka yang melibatkan
pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen”.
B. Asumsi yang melandasi Agency Theory
Menurut Eisenhard (1989), agency theory dilandasi oleh 3 asumsi :

Asumsi tentang sifat manusia Asumsi tentang keorganisasian

Menekankan bahwa manusia memiliki Menekankan adanya konflik antar


sifat untuk mementingkan diri sendiri (self anggota organisasi, efisiensi sebagai
interest), memiliki keterbatasan kriteria produktivitas, dan adanya
rasionalitas (bounded rationality), dan Asymmetric Information (AI) antara
tidak menyukai resiko (risk aversion). prinsipal dan agen.

Asumsi tentang informasi


Baik prinsipal maupun
Menekankan bahwa informasi dipandang agen = mempunyai
sebagai barang komoditi yang bisa bargaining position.
diperjualbelikan.
C. Pendekatan dalam Agency Theory
Pendekatan Deduktif =
Perumusan dimulai dari perumusan dalil dasar akuntansi (postulat dan prinsip
akuntansi) dan selanjutnya dari rumusan dasar ini diambil kesimpulan logis
tentang teori akuntansi mengenai hal yang dipersoalkan.
Pendekatan Induktif =
Penyusunan didasarkan pada beberapa observasi dan pengukuran khusus dan
akhirnya dari berbagai sample dirumuskan fenomena yang seragam atau
berulang (informasi akuntansi) dan diambil kesimpulan umum (postulat dan
prinsip akuntansi).
Pendekatan Sosiologis =
Perhatian utama dalam perumusan teori akuntansi adalah dampak social dari
teknik akuntansi. Merupakan perluasan dari konsep etik dimana yang menjadi
fokus perhatian adalah kesejahteraan seluruh masyarakat bukan saja pemilik.
D. CONFLICTS AGENCY

Tujuan manajer keuangan = memaksimalkan kemakmuran


pemilik. Meskipun secara teoritis manajer setuju dengan
tujuan ini, dalam praktiknya, mereka juga punya
kepentingan pribadi seperti keselamatan kerja dan gaya
hidup mewah yang dibebankan pada biaya perusahaan. Ini
menciptakan konflik antara pemilik, karyawan, dan
manajer. Konflik keagenan melibatkan perbedaan
kepentingan antara pemilik dan pengelola perusahaan.
Penyebab Konflik Keagenan

Moral Hazard (Resiko Moral)


Manajer, yang memiliki tanggung jawab operasional, tidak
sepenuhnya berkomitmen bertindak sesuai kepentingan pemilik.
Effort Level (Tingkat Usaha)
Pemilik ingin manajer berusaha sebaik mungkin untuk mencapai
tujuan perusahaan.
Risk Aversion (Tidak Suka Risiko)
Pemilik sering memiliki toleransi risiko yang berbeda dari
manajer.
Time Horizon (Horison Waktu)
Pemilik sering memiliki horison waktu jangka panjang,
sementara manajer mungkin lebih fokus pada kinerja jangka
pendek untuk memenuhi target kinerja atau insentif pribadi.
E. AGENCY COST
Biaya keagenan = biaya yang dikeluarkan agen untuk mengambil
keputusan atas nama prinsipal.

Tidak ada jika pemilik dan manajernya adalah individu yang sama.
Mulai timbul segera setelah beberapa pemegang saham bukan
juga direktur perusahaan.
Berpotensi sangat tinggi pada perusahaan besar, dimana terdapat
banyak pemegang saham yang berbeda dan manajemen
profesional yang besar.

'Kerugian nilai' bagi pemegang saham yang timbul dari perbedaan


kepentingan antara pemegang saham dan manajemen perusahaan.

Jensen dan Meckling (1976) ---> agency cost sebagai jumlah dari
biaya yang dikeluarkan prinsipal untuk melakukan pengawasan
terhadap agen.
F. Agency Theory dalam
Praktik Akuntansi
Teori keagenan memberikan peranan penting bagi
akuntansi terutama dalam menyediakan informasi
setelah suatu kejadian yang disebut sebagai peranan
pasca keputusan. Peranan ini sering diasosiasikan
dengan peran pengurusan (stewardship) akuntansi,
dimana seorang agen melapor kepada prinsipal
tentang kejadian-kejadian dimasa lalu. Inilah yang
memberi akuntansi nilai umpan baliknya selain nilai
prediktifnya.
Universitas Diponegoro

SIGNALING
THEORY
Definisi Signaling
Theory
SIgnaling theory menjelaskan bahwa
perusahaan mempunyai dorongan untuk
memberikan informasi laporan keuangan
kepada pihak eksternal perusahaan. Dorongan
perusahaan untuk memberikan informasi
adalah karena terdapat asimetri informasi
antara perusahaan dengan pihak eksternal.
Signaling Theory menurut Ahli
T. C. Melewar (2008): Signaling theory menunjukkan bahwa
perusahaan akan memberikan sinyal melalui tindakan dan
komunikasi.

Gallagher and Andrew (2007): Signaling theory dividen


didasarkan pada premis bahwa manajemen tahu lebih banyak
tentang keuangan masa depan perusahaan dibandingkan
pemegang saham, sehingga dividen memberi sinyal prospek
perusahaan di masa depan.

Scott Besley dan Eugene F. Brigham (2008): Signaling theory


adalah sebuah tindakan yang diambil oleh manajemen
perusahaan yang memberikan petunjuk kepada investor
tentang bagaimana manajemen memandang prospek
perusahaan.
Informasi Asimetris
Informasi Asimetris terjadi ketika orang memiliki
pengetahuan yang berbeda dengan orang lainnya, yang
mana disebabkan sebagian informasi bersifat privat.

Informasi asimetris menjadi penting ketika:


Salah satu pihak tidak sepenuhnya menyadari
karakteristik pihak lain (berkaitan dengan kualitas).
Salah satu pihak mengkhawatirkan perilaku atau niat
perilaku pihak lain (berkaitan dengan
maksud/tujuan).
Konsep Utama Signaling Theory

1 Signaler

Signaler adalah orang dalam (misalnya, eksekutif


atau manajer) yang memperoleh informasi tentang
individu, produk, atau organisasi yang tidak
tersedia bagi pihak luar.

2 Signal

Orang dalam memperoleh informasi pribadi yang


positif dan negatif, dan mereka harus
memutuskan apakah akan mengkomunikasikan
informasi ini kepada pihak luar.
Konsep Utama Signaling Theory

3 Receiver

Receiver adalah pihak luar yang kekurangan


informasi tentang organisasi yang bersangkutan
namun ingin menerima informasi tersebut.

4 Feedback

Untuk memfasilitasi pemberian sinyal yang lebih


efisien, receiver dapat mengirimkan feedback
dalam bentuk sinyal balasan untuk menguji
efektivitas sinyal yang diberikan.
Tahapan dalam Signaling Theory
Hubungan
Signaling
Theory dan
Informasi
Asimetris
Penerapan Signaling Theory
dalam Pelaporan Transparansi
Perpajakan Perusahan

1. Adanya masalah penginformasian


2. Biaya sinyal
3. Solusi pengoptimalan Pareto
4. Konfirmasi sinyal
Universitas Diponegoro

STAKEHOLDERS
THEORY
Definisi
Stakeholders Theory
Stakeholders Theory didasarkan pada
asumsi bahwa bisnis hanya dapat dianggap
berhasil jika mereka memberikan nilai
kepada mayoritas pemangku kepentingan
mereka.

Premis dasar dari Stakeholder theory adalah bahwa


semakin kuat hubungan korporasi dengan
pemangku kepentingan, maka akan semakin baik
bisnis korporasi.
Jenis-Jenis Stakeholder
Girerd-Potin (2014) menyebutkan mengenai tiga jenis
stakeholder:
Business stakeholder: karyawan, pelanggan, dan pemasok
Societal stakeholder: aktivis lingkungan dan sosial.
Financial stakeholder: pemegang saham dan pemegang
utang.

Clarkson (1995), dan Wang & Berens (2015) menyebutkan dua


jenis stakeholder, yaitu:
Public stakeholder: pemerintah dan masyarakat
Financial stakeholder: pemegang saham dan pemegang
obligasi.
Model
Stakeholders
dalam
Korporasi
Pentingnya
Stakeholders Theory
Meningkatkan reputasi perusahaan
Memaksimalkan manajemen risiko
Menjamin keeberlanjutan perusahaan
Pengambilan keputusan yang terinformasi
Aspek Alternatif
Stakeholders Theory
Deskriptif atau Empiris
Teori ini digunakan untuk menggambarkan, dan terkadang
menjelaskan, karakteristik dan perilaku perusahaan tertentu
bersama dengan data deskriptif/empiris yang tersedia.

Instrumental
Teori ini digunakan untuk mengidentifikasi hubungan, atau
kurangnya hubungan, antara manajemen pemangku kepentingan
dan pencapaian tujuan perusahaan.

Normatif
Teori ini digunakan untuk menafsirkan fungsi korporasi, termasuk
identifikasi pedoman moral atau filosofis dalam menjalankan
operasi dan manajemen korporasi.
Penerapan Stakeholders
Theory dalam Akuntansi
Dalam pandangannya, perusahaan disatukan oleh
keinginan untuk going concern. Dalam konteks ini,
data akuntansi dan sistem akuntansi mengambil
peran, di mana akuntansi menjadi alat yang
digunakan oleh para pemangku kepentingan untuk
mengkonstruksi realitas dan pada akhirnya untuk
menilai risiko dengan perusahaan tertentu.
Universitas Diponegoro

LEGITIMACY
THEORY
Definisi
Legitimacy Theory
Teori Legitimasi merupakan interaksi antara perusahaan
dengan masyarakat di mana perusahaan harus mentaati
norma sosial yang berlaku untuk mendapatkan kepercayaan
dari masyarakat sekitar sebagai penyamaan asumsi bahwa
tindakan yang dilakukan oleh suatu entitas menjadi
tindakan yang diinginkan, pantas dan sesuai dengan sistem,
norma, nilai dan kepercayaan.

Teori legitimasi berperan menjelaskan perilaku organisasi


dalam menerapkan dan mengembangkan pengungkapan
informasi sosial dan lingkungan secara sukarela guna
memenuhi kontrak sosialnya yang memungkinkan pengakuan
atas tujuan mereka dan kelangsungan hidup dalam lingkungan
yang gelisah dan bergejolak.
Legitimacy Theory
Menurut Para Ahli
Suchman (1995, p. 574) berpendapat bahwa “Legitimasi
adalah persepsi atau asumsi umum bahwa tindakan
suatu entitas diinginkan, pantas dalam sistem norma,
nilai, keyakinan, dan definisi yang dibangun secara
sosial”.

(Lindblom 1994; Mobus 2005; Tilling dan Tilt 2010) berpendapat


bahwa Teori Legitimasi merupakan konstruksi teoritis yang
digunakan untuk membuat prediksi yang masuk akal, di mana
organisasi harus secara sukarela mengungkapkan informasi sosial
dan lingkungan untuk mempertimbangkan legitimasi mereka
sebagai sumber daya.
Tingkatan
Legitimacy Theory
Teori legitimasi bertindak pada dua tingkatan:
1. Pada tingkat organisasi, terdapat Strategic
Legitimacy Theory (SLT), Tingkat legitimasi strategis
berkembang di lingkungan internal organisasi.
2. Pada tingkat makro, terdapat Institutional
Legitimacy Theory (ILT), Tingkat legitimasi
kelembagaan berkembang di lingkungan eksternal.

Perpaduan kedua tingkatan tersebut menjadi cerminan


citra organisasi di masyarakat. Dengan demikian, fakta
bahwa suatu organisasi memiliki legitimasi berarti
bahwa organisasi tersebut dianggap dan diterima oleh
para pemangku kepentingan dan masyarakat sebagai
organisasi yang mempunyai hak untuk hidup dan
melakukan aktivitas moral.
Jenis-Jenis
Legitimacy Theory
Organisasi perlu mencapai legitimasi
kognitif yang dimaksudkan untuk
memperluas legitimasi moral yang
membenarkan keberadaan sosialnya
di mana organisasi terlibat dalam
konstruksi dan pengembangan
legitimasi pragmatisnya. Refleksi citra
organisasi dalam lingkungan
eksternalnya meningkatkan atau
memperbaiki legitimasi kognitif. Oleh
karena itu, untuk menjamin
kelangsungan hidupnya (dalam
konteks legitimasi internal dan
eksternal), organisasi perlu mencapai
legitimasi kognitif.
Stabil atau Tidaknya
Legitimacy Theory
“Legitimasi organisasi adalah sumber daya yang berharga namun bermasalah”
(Ashforth dan Gibbs 1990, p. 191).

Legitimasi kognitif merupakan landasan dari simbol-simbol legitimasi yang terlihat sehingga sulit
dicapai dan pada saat yang sama hanya dapat dipertahankan jika melampaui ambang batas
minimum. Jika legitimasi kognitif sulit dicapai, maka legitimasi pragmatis sulit dikendalikan karena
visibilitas eksternalnya, dan legitimasi moral sulit diatasi karena evaluasi normatifnya.

Ketidakstabilan legitimasi disebabkan oleh fluktuasi kekuasaan dan wewenang organisasi terhadap
para pemangku kepentingannya. Hubungan positif yang terjalin antara legitimasi dan kekuasaan
memaksa organisasi untuk mempertimbangkan setuju atau tidaknya para pemangku kepentingan
dalam proses pengambilan keputusan. Saling ketergantungan ini meningkatkan legitimasi organisasi
menjadi sebuah fenomena yang sulit untuk dikelola, namun legitimasi dapat dikelola dari waktu ke
waktu dengan mempertimbangkan evolusi norma dan nilai sosial.
Tingkat stabilitas legitimasi organisasi
bergantung pada faktor-faktor berikut:

Kualitas manajemen organisasi.


Alokasi sumber daya dan penggunaan
sumber daya yang langka secara efisien.
Soliditas standar perilaku normative.
Meningkatnya visibilitas kegiatan yang
bertanggung jawab secara sosial di
lingkungan eksternal bersamaan dengan
otonomi peraturan.
Legitimacy Theory
dalam Praktik
Akuntansi
Teori legitimasi dalam praktik akuntansi mengacu pada
upaya perusahaan untuk meyakinkan pihak eksternal
bahwa keberadaannya, tindakan, dan kebijakannya
adalah sah dan layak. Hal ini dapat dilakukan melalui
pelaporan keuangan yang transparan dan akuntabel yang
menekankan pentingnya citra dan reputasi perusahaan di
mata pemangku kepentingan.

Praktik akuntansi yang didasarkan pada teori legitimasi


juga terkait dengan kualitas informasi keuangan yang
disajikan dan dapat terlihat dalam adopsi standar
akuntansi yang berlaku serta kepatuhan terhadap
peraturan yang ditetapkan oleh otoritas pengawas dan
regulator.
Universitas Diponegoro

INSTITUTIONAL
THEORY
Definisi
Institutional Theory
Teori institusional adalah teori yang menjelaskan bagaimana
tekanan lingkungan institusional memengaruhi pembentukan
dan perilaku organisasi yang cenderung menyesuaikan diri
dengan norma-norma sosial yang ada untuk memperoleh dan
mempertahankan legitimasi.

Teori institusional penting dalam menjelaskan pilihan akuntansi


dalam organisasi, di mana pelaku yang memaksimalkan
kepentingan pribadi tidak dapat memberikan pengaruh yang efektif
terhadap pilihan praktik akuntansi karena posisi kekuasaan relatif
mereka dalam organisasi. Kekhususan teori institusional terletak
pada paradigma norma-norma dan legitimasi, cara berpikir dan
semua fenomena sosiokultural yang konsisten dengan instrumen
teknis pada organisasi.
Institutional Theory
Menurut Para Ahli
(Oliver, 1997) berpendapat bahwa Teori Institutional
memberikan lensa lain untuk melihat insentif
ketergantungan sumber daya ekonomi untuk pilihan aturan
akuntansi yang memandang organisasi beroperasi dalam
kerangka sosial yang terdiri dari norma, nilai, dan asumsi
yang diterima begitu saja tentang apa yang merupakan
perilaku ekonomi yang pantas atau dapat diterima.

Zukler (1987) dan Donaldson (1995) berpendapat bahwa


ide atau gagasan pada lingkungan institusional yang
membentuk bahasa dan simbol yang menjelaskan
keberadaan organisasi dan diterima (taken for granted)
sebagai norma-norma dalam konsep organisasi.
Aliran Institutional
Theory Teori Institusional Baru, mencoba untuk
menawarkan ekonomi lengkap dengan teori dan
Teori Institusional Lama, dibangun dan institusinya (Nabli&Nugent, 1989) yang
berkembang di Kawasan Amerika Utara dengan menekankan pentingnya institusi, tetapi masih
para tokoh antara lain: Veblen, Commons, menggunakan landasan analisis ekonomi
Mitchell dan Clarence Ayres muncul sebagai neoklasik dengan arti penting:
kritik terhadap aliran neoklasik karena: Merupakan seperangkat teori yang dibangun
Neoklasik mengabaikan institusi, relevansi di atas landasan ekonomi neoklasik, tetapi
dan arti penting dari kendala-kendala non mampu menjawab bahkan mengungkapkan
anggaran (nonbudgetary constraints). permasalahan yang selama ini tidak mampu
Penekanan yang berlebihan kepada dijawab oleh ekonomi neoklasik.
rasionalitas pengambilan keputusan Sangat penting dan bermakna di dalam
(rational-maximizing self-seeking behaviour konteks kebijakan ekonomi sejak dekade
of individuals). 1990-an, karena berhasil mematahkan
Konsentrasi yang berlebihan terhadap dominasi superioritas mekanisme pasar.
keseimbangan (equilibrium) serta bersifat Ketika studi-studi pembangunan memerlukan
satu landasan teoritis, Ekonomi Institusional
statis.
Baru mampu memberikan solusinya.
Bentuk-Bentuk
Institutional Theory

Isomorphis, mengacu pada proses


menghambat yang memaksa satu unit
dalam populasi menyerupai unit lain
dalam menghadapi setiap kondisi
lingkungan yang sama.

Isomorphis di bagi menjadi 3 macam yaitu


coersif isomorphis, mimesis isomorphis
dan normatif isomorphis.
Bentuk-Bentuk Isomorphis

Coersif Isomorphis Mimesis Isomorphis


Menunjukkan bahwa organisasi mengambil Imitasi sebuah organisasi yang sering
beberapa bentuk atau melakukan adopsi menyalin praktek organisasi lain untuk
terhadap organisasi lain karena tekanan-tekanan keunggulan kompetitif dan untuk
negara dan organisasi lain atau masyarakat yang mengurangi ketidakpastian menjadi
lebih luas sebagai proses penyesuaian menuju kekuatan yang mendorong imitasi.
kesamaan dengan “pemaksaan.”

Normatif Isomorphis
Karena adanya tuntutan professional dan tekanan dari norma-norma
kelompok untuk mengadopsi praktek-praktek institusional tertentu yang
muncul di bidang tertentu atau sesuatu yang tepat bagi organisasi
berasal dari pendidikan formal dan sosialisasi pengetahuan formal.
Bentuk-Bentuk
Institutional Theory
Loose-coupling, yaitu teori institusional
mengambil tempatnya sebagai sistem terbuka di
mana organisasi sebagai sistem terbuka yang
berbeda dengan pandangan konvensional teori
organisasi yang melihat pengoperasian
organisasi sebagai inti pembahasan.

Pengoperasian lewat pengendalian terhadap


hirarki manajemen atau tugas manajemen
dalam penjelasan teori institusional bukanlah
variabel utama, tetapi lingkungan institusionallah
yang lebih menentukan lewat penjelasan
idiologi, norma, dan nilai-nilai pada masyarakat
sebagai variabel utama penjelasan teori
organisasi sebagai sebuah sistem terbuka.
Institutional Theory
dalam Praktik
Akuntansi
Dalam praktik akuntansi, teori institusional digunakan
untuk menjelaskan fenomena kecenderungan
perubahan dalam organisasi menuju kesamaan
(homogeneous) karena tekanan institusional yang
bersifat coercive, mimetic, dan normative.

Dalam konteks organisasi pemerintahan di Indonesia,


teori institusional juga dapat digunakan untuk
mengungkapkan adanya agency problem.
THANK
YOU
ANY QUESTION?

Anda mungkin juga menyukai