sektor ketenagalistrikan yang dicirikan dengan adanya system MB-MS (multi buyer-multi seller). Dalam hal ini UU Abstract—Deregulasi Kelistrikan menjadi salah satu cara 20/2002 ini bermaksud mentransformasikan industry pemerintah untuk merestrukturisasi ekonomi. Dengan kelistrikan Indonesia dari yang asalnya monopolistic, mengeluarkan beberapa undang-undang yang menunjang vertical, didominasi PLN menjadi struktur yang lebih terbuka untuk merestrukturisasi sektor tenaga listrik itu sendiri, , kompetitif dan memberikan masyarakat yang mejadi pemerintah berharap dapat membuat minat investasi dalam konsumen memiliki lebih banyak pilihan. Industry bidang ketenaga listrikan naik dan juga dapat membuat kelistrikan yang saat ini sudah di pecah menjadi tingkat ekonomi yang lebih adil untuk semua lapisan pembangkitan, penjualan tegangan, transmisi, dan distribusi. masyarakat. Jenis usaha yang pertama dan yang kedua bersifat kompetisi, sedangkan sisanya karena terjadinya sifat monopoli alamiah. Keywords—Deregulasi Kelistrikan, UU Ketanagalistrikan 20/2002 Selebihnya terdapat jenis jenis usaha penunjang lainnya seperti konsultasi, konstruksi, pengujian, pemeliharaan, riset dan pelatihan yang dilakukan oleh perusahaan yang berbeda. I. PENDAHULUAN Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk merestrukturisasi ekonomi adalah deregulasi dalam bidang Pada UU Kelistrikan (15/85) PLN bertindak sebagai ekonomi, infrstruktur, dan juga energi. Di banyak negara hal pemegang kuasa kelistrikan yang “untuk dan atas nama ini telah banyak dilakukan untuk memperkuat ekonomi pemerintah bertugas menyediakan listrik di tanah air”, negaranya masing-masing seperti di negara asia, amerika Perannya di rubah dengan adanya UU Ketenagalistrikan latin, hingga afrika. Hingga kurun waktu 2 dekade deregulasi (20/2002). Selanjutnya yang bertanggung jawab dalam berbagai sector telah banyak dilakukan oleh banyak menyediakan listrik di Indonesia dibebankan kepada Badan negara. Salah satu bidang yang menadapat perhatian lebih Pengawas Pasar Tenaga Listrik(BAPEPTAL) untuk wilayah dalam hal deregulasi adalah bidang kelistrikan dan juga gas kompetisi dan BUpati/Walikota, Gubernur dan Menteri bumi. Deregulasi yang dilakukan bertujuan unutk untuk wilayah non-kompetisi. meningkatkan kinerja yang menghasilkan system ekonomi yang lebih efisien, adil, terbuka dan menghasilkan manfaat Pada UU Ketenagalistrikan 20/2002 mengamanatkan sebesar besarnya bagi masyarakat di negara tersebut. penyiapan dengan beberapa peraturan pemerintah lainnya Di Indonesia sendiri deregulasi dimulai dengan meliputi: penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik, izin penerapan studi dan penerapan kebijakan seperti kebijakan usaha penyediaan tenaga listrik dan izin operasi, larangan Restrukturisasi Sektor Kelistrikan (1998) yang berisi pengusaha pasar tenaga listrik dalam wilayah kompetisi, jual penempatan pondasi yang lebih kuat untuk peerkembangan beli, sewa jaringan transmisi dan distribusi tenaga listrik, sector ketenagalistrikan. Terlebih ketika terjadinya krisis kompesasi atas tanah, bangunan dan tanaman yang dilintasi 1997/1998 yang mempercepat undang-undang tersebut di oleh transmisi tenaga listrik, usaha penunjang ketenaga sahkan. Undang-undang tersebut yang baru ditebitkan listrikan, sarana transmisi dan distribusi, dan Badan tersebut menitik beratkan pengaturan sector energi, yang pengawasan pasar tenaga listrik (BPEPTAL) berakibat fundamental terhadap sector energi itu sendiri dan juga perkembangannya di masa yang akan datang B. Deregulasi dan kemajuan UU Ketenagalistrikan 20/2002 telah dilengkapi dengan Hingga tahun 2002 undang-undang tentang energi sudah PP No. 10/1989 tentang penyediaan dan pemanfaatan tenaga banyak dikeluarkan oleh pemerintah diantaranya uu 22/2001 lsitrik serta PP No. 25/1995 mengenai usaha penunjang tentang Minyak & Gas Bumi, UU 20/2002 tentang ketenagalistrikan. Untuk Badan Pengatur Pasar Tenaga Ketenagalistrikan dan UU 27/2003 tentang Panas Bumi. Listrik (BAPEPTAL) sendiri telah diwacanakan pada PP No. Dalam penelitian ini dilakukan peninjauan penerapan UU 53/2003, akan tetapi sampai tahun 2004 organisai Ketenagalistrikan 20/2002, yang dikhususkan pada BAPEPTAL masih belum juga dibentuk. Perihal penyiapan pembentukan badan pelaksana/pengatur, dan target langkah-langkah transformasi perlu juga dipersiapkan sesuai restrukturisasi yang akan dicapai. dengan deregulasi yang dilakukan, Pemerintah juga telah melengkapi Pola Tetap (Blue Print) pengembangan industry LANDASAN TEORI kelistrikan nasional hingga tahun 2020. A. Undang-undang Ketenagalistrikan 20/2002
Dalam hal restrukturisasi sector energi UU
Ketenagalistrikan 20/2002 bersifat fundamental karena mengubah struktur industri energi yang semula bersifat REFERENCES vertical (dimonopoli oleh perusahaan milik negara menjadi struktur yang lebih independent dengan cara menumbukan kompetisi dan menata ulang fungsi pemerintah dalam [1] https://www.esdm.go.id/id/berita-unit/direktorat-jenderal- ketenagalistrikan/deregulasi-ketenagalistrikan-dilakukan-untuk- pengaturan dan kepengurusan sektor energi. efisiensi-dan-keadilan [2] https://industri.kontan.co.id/news/deregulasi-listrik-tak-sesuai- Pada UU Ketenagalistrikan 20/2002 (17 bab, 71 pasal) harapan-pebisnis berfokus pada langkah-langkah untuk mengikuti [3] https://ekonomi.bisnis.com/read/20180128/44/731366/deregulasi- sektor-energi-bisnis-kelistrikan-makin-menarik kecenderungan jangka Panjang pada pasr terbuka dalam [4] https://industri.kontan.co.id/news/pengusaha-pesimistis-deregulasi- [5] https://www.bappenas.go.id/files/4413/5080/2313/deregulasi- aturan-listrik-berhasil-dorong-investasi R. Nicole, “Title of paper with setengah-hati-tinjauan-terhadap-restrukturisasi-sektor-energi- only first word capitalized,” J. Name Stand. Abbrev., in press. indonesia---oleh-hanan-nugroho__20081123135217__13.pdf