Anda di halaman 1dari 4

Efisiensi dan keadilan Pada Deregulasi Kelistrikan

Ihza Muhammad Wahid Hasan (23220024)

XXX-X-XXXX-XXXX-X/XX/$XX.00 ©20XX IEEE


sektor ketenagalistrikan yang dicirikan dengan adanya
system MB-MS (multi buyer-multi seller). Dalam hal ini UU
Abstract—Deregulasi Kelistrikan menjadi salah satu cara 20/2002 ini bermaksud mentransformasikan industry
pemerintah untuk merestrukturisasi ekonomi. Dengan kelistrikan Indonesia dari yang asalnya monopolistic,
mengeluarkan beberapa undang-undang yang menunjang vertical, didominasi PLN menjadi struktur yang lebih terbuka
untuk merestrukturisasi sektor tenaga listrik itu sendiri, , kompetitif dan memberikan masyarakat yang mejadi
pemerintah berharap dapat membuat minat investasi dalam konsumen memiliki lebih banyak pilihan. Industry
bidang ketenaga listrikan naik dan juga dapat membuat kelistrikan yang saat ini sudah di pecah menjadi
tingkat ekonomi yang lebih adil untuk semua lapisan pembangkitan, penjualan tegangan, transmisi, dan distribusi.
masyarakat. Jenis usaha yang pertama dan yang kedua bersifat kompetisi,
sedangkan sisanya karena terjadinya sifat monopoli alamiah.
Keywords—Deregulasi Kelistrikan, UU Ketanagalistrikan
20/2002 Selebihnya terdapat jenis jenis usaha penunjang lainnya
seperti konsultasi, konstruksi, pengujian, pemeliharaan, riset
dan pelatihan yang dilakukan oleh perusahaan yang berbeda.
I. PENDAHULUAN
Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk
merestrukturisasi ekonomi adalah deregulasi dalam bidang Pada UU Kelistrikan (15/85) PLN bertindak sebagai
ekonomi, infrstruktur, dan juga energi. Di banyak negara hal pemegang kuasa kelistrikan yang “untuk dan atas nama
ini telah banyak dilakukan untuk memperkuat ekonomi pemerintah bertugas menyediakan listrik di tanah air”,
negaranya masing-masing seperti di negara asia, amerika Perannya di rubah dengan adanya UU Ketenagalistrikan
latin, hingga afrika. Hingga kurun waktu 2 dekade deregulasi (20/2002). Selanjutnya yang bertanggung jawab
dalam berbagai sector telah banyak dilakukan oleh banyak menyediakan listrik di Indonesia dibebankan kepada Badan
negara. Salah satu bidang yang menadapat perhatian lebih Pengawas Pasar Tenaga Listrik(BAPEPTAL) untuk wilayah
dalam hal deregulasi adalah bidang kelistrikan dan juga gas kompetisi dan BUpati/Walikota, Gubernur dan Menteri
bumi. Deregulasi yang dilakukan bertujuan unutk untuk wilayah non-kompetisi.
meningkatkan kinerja yang menghasilkan system ekonomi
yang lebih efisien, adil, terbuka dan menghasilkan manfaat Pada UU Ketenagalistrikan 20/2002 mengamanatkan
sebesar besarnya bagi masyarakat di negara tersebut. penyiapan dengan beberapa peraturan pemerintah lainnya
Di Indonesia sendiri deregulasi dimulai dengan meliputi: penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik, izin
penerapan studi dan penerapan kebijakan seperti kebijakan usaha penyediaan tenaga listrik dan izin operasi, larangan
Restrukturisasi Sektor Kelistrikan (1998) yang berisi pengusaha pasar tenaga listrik dalam wilayah kompetisi, jual
penempatan pondasi yang lebih kuat untuk peerkembangan beli, sewa jaringan transmisi dan distribusi tenaga listrik,
sector ketenagalistrikan. Terlebih ketika terjadinya krisis kompesasi atas tanah, bangunan dan tanaman yang dilintasi
1997/1998 yang mempercepat undang-undang tersebut di oleh transmisi tenaga listrik, usaha penunjang ketenaga
sahkan. Undang-undang tersebut yang baru ditebitkan listrikan, sarana transmisi dan distribusi, dan Badan
tersebut menitik beratkan pengaturan sector energi, yang pengawasan pasar tenaga listrik (BPEPTAL)
berakibat fundamental terhadap sector energi itu sendiri dan
juga perkembangannya di masa yang akan datang B. Deregulasi dan kemajuan
UU Ketenagalistrikan 20/2002 telah dilengkapi dengan
Hingga tahun 2002 undang-undang tentang energi sudah
PP No. 10/1989 tentang penyediaan dan pemanfaatan tenaga
banyak dikeluarkan oleh pemerintah diantaranya uu 22/2001
lsitrik serta PP No. 25/1995 mengenai usaha penunjang
tentang Minyak & Gas Bumi, UU 20/2002 tentang
ketenagalistrikan. Untuk Badan Pengatur Pasar Tenaga
Ketenagalistrikan dan UU 27/2003 tentang Panas Bumi.
Listrik (BAPEPTAL) sendiri telah diwacanakan pada PP No.
Dalam penelitian ini dilakukan peninjauan penerapan UU 53/2003, akan tetapi sampai tahun 2004 organisai
Ketenagalistrikan 20/2002, yang dikhususkan pada BAPEPTAL masih belum juga dibentuk. Perihal penyiapan
pembentukan badan pelaksana/pengatur, dan target langkah-langkah transformasi perlu juga dipersiapkan sesuai
restrukturisasi yang akan dicapai. dengan deregulasi yang dilakukan, Pemerintah juga telah
melengkapi Pola Tetap (Blue Print) pengembangan industry
LANDASAN TEORI kelistrikan nasional hingga tahun 2020.
A. Undang-undang Ketenagalistrikan 20/2002

Dalam hal restrukturisasi sector energi UU


Ketenagalistrikan 20/2002 bersifat fundamental karena
mengubah struktur industri energi yang semula bersifat
REFERENCES
vertical (dimonopoli oleh perusahaan milik negara menjadi
struktur yang lebih independent dengan cara menumbukan
kompetisi dan menata ulang fungsi pemerintah dalam [1] https://www.esdm.go.id/id/berita-unit/direktorat-jenderal-
ketenagalistrikan/deregulasi-ketenagalistrikan-dilakukan-untuk-
pengaturan dan kepengurusan sektor energi. efisiensi-dan-keadilan
[2] https://industri.kontan.co.id/news/deregulasi-listrik-tak-sesuai-
Pada UU Ketenagalistrikan 20/2002 (17 bab, 71 pasal) harapan-pebisnis
berfokus pada langkah-langkah untuk mengikuti [3] https://ekonomi.bisnis.com/read/20180128/44/731366/deregulasi-
sektor-energi-bisnis-kelistrikan-makin-menarik
kecenderungan jangka Panjang pada pasr terbuka dalam
[4] https://industri.kontan.co.id/news/pengusaha-pesimistis-deregulasi- [5] https://www.bappenas.go.id/files/4413/5080/2313/deregulasi-
aturan-listrik-berhasil-dorong-investasi R. Nicole, “Title of paper with setengah-hati-tinjauan-terhadap-restrukturisasi-sektor-energi-
only first word capitalized,” J. Name Stand. Abbrev., in press. indonesia---oleh-hanan-nugroho__20081123135217__13.pdf

Anda mungkin juga menyukai