Anda di halaman 1dari 21

CRITICAL JURNAL REVIEW

PENDIDIKAN PANCASILA

Disusun Oleh :

LEONARDO SILALAHI

41282121017

FISIKA DIK A 2018

PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan
kasih karunia-Nya sehingga critical journal review ini dapat selesai. Penyusunan critial jurnal
review ini untuk memenuhi tugas pendidikan pancasila. Dalam penyusunan critical journal
review ini, penulis mendapat bimbingan dari berbagai pihak untuk menyelesaikan tantangan
dan hambatan selama mengerjakan critical journal review ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan critical journal review ini.

Penulis menyadari bahwa mungkin penulisan critical journal review ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran
yang bersifat positif, yang akan penulis pergunakan bekal untuk penulisan critical journal
yang lebih baik lagi di masa-masa yang akan datang.

Medan, Oktober 2019

LEONARDO SILALAHI
BAB I
JURNAL I
Judul : BUILDING CHARACTER THROUGH PANCASILA VALUES
TO SOVEREIGN NATION
Jurnal : Jurnal HUMANIORA
Volume : Vol. 7 No.1 January 2016: 116-121
Penulis : Nikodemus Thomas Martoredjo
Reviewer : Hikmah Suryani Purba

JURNAL II
Judul : Pendidikan Karakter sebagai Upaya Revitalisasi Jati Diri Bangsa

Jurnal : Pendidikan Universitas Garut

Volume : Vol. 08; No. 01 Halaman 54-85


Penulis : Ieke Sartika Iriany (Guru Besar Ilmu Sosial di Universitas Garut) Reviewer
Santa F. Naibaho
Reviewer : Hikmah Suryani Purba

JURNAL III
Judul : MEMBANGUN KEPEMIMPINAN BERBASIS NILAI-NILAI
PANCASILA DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT
MULTIKULTURAL.

Jurnal : Citizenship Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan.

Volume : Vol 5 No 2 Oktober 2017, hal 86-96


Penulis : Dodik Kariadi1 dan Wasis Suprapto2
Reviewer : Hikmah Suryani Purba
BAB II

JURNAL I
PARAGRAF ASAL YANG TERJEMAHAN PER PARAGRAF DALAM
DITERJEMAHKAN DARI BAHASA BAHASA INDONESIA
INGGRIS
BUILDING CHARACTER THROUGH MEMBANGUN KARAKTER MELALUI
PANCASILA VALUES NILAI PANCASILA
TO SOVEREIGN NATION UNTUK KEDAULATAN BANGSA
Indonesia’s struggle for independence is Perjuangan Indonesia untuk kemerdekaan
not only for breaking away from oppression tidak hanya untuk melepaskan diri dari
of colonialism for many years, but also an penindasan kolonialisme selama bertahun-
attempt to open gate in forming the unified tahun, tetapi juga upaya untuk membuka
state, sovereign and prosperous fair. The pintu gerbang dalam membentuk negara yang
Founding Father has vision far ahead to make bersatu, berdaulat dan adil sejahtera. Bapak
Indonesia became a great, powerful, admired, Pendiri memiliki visi jauh ke depan untuk
and respected by other nations. menjadikan Indonesia menjadi negara yang
As time goes by, Indonesia has hebat, kuat, dikagumi, dan dihormati oleh
undergone many changes since its bangsa lain.
independence. Physical development is Seiring berjalannya waktu, Indonesia
actively done with the gradual and telah mengalami banyak perubahan sejak
sustainable development. All the resources kemerdekaannya. Pengembangan fisik secara
sought to support that development. At some aktif dilakukan dengan pembangunan
points, the crisis hit almost all areas of life of bertahap dan berkelanjutan. Semua sumber
this nation. Continuous development is not daya dicari untuk mendukung pengembangan
strong enough to stem the era development itu. Di beberapa titik, krisis menghantam
with no compromise. Resilience self- hampir semua bidang kehidupan bangsa ini.
possessed is not strong enough to deal with Pengembangan berkelanjutan tidak cukup
threats, challenges, obstacles and kuat untuk membendung perkembangan era
distractions. (Soedarsono, 1999). tanpa kompromi. Ketahanan diri yang
Various series of events that convolute dimiliki tidak cukup kuat untuk menghadapi
this nation resulted the ideals of freedom ancaman, tantangan, hambatan dan
seemed to be out of reach. The concerned gangguan. (Soedarsono, 1999).
matter is the issues are not dominantly due to Berbagai rangkaian peristiwa yang melilit
the factors from outside, but from within bangsa ini mengakibatkan cita-cita kebebasan
ourselves as a nation. Conditions are not seakan tak terjangkau. Yang menjadi
conducive to building the resilience itself as a perhatian adalah masalah tidak dominan
great nation often appears because of sectoral karena faktor dari luar, tetapi dari dalam diri
thinking, fragmented, partisan, strong kita sebagai bangsa. Kondisinya tidak
selfishness, dishonesty, neglecting public and kondusif untuk membangun ketahanan itu
national interests, blind fanaticism, degrading sendiri sebagai a
the law, and so on. (Wibowo, 2014). The Bangsa besar sering muncul karena
struggle will become more severe because pemikiran sektoral, terfragmentasi, partisan,
the opponent is no longer on the outside but egoisme yang kuat, ketidakjujuran,
on the inside, as stated by founding fathers of mengabaikan kepentingan publik dan
this nation. nasional, fanatisme buta, merendahkan
This problem is not easy to solve and hukum, dan sebagainya. (Wibowo, 2014).
obtain the solutions. It will always arise pro Perjuangan akan menjadi lebih parah karena
and contras, which will begin to unravel the lawan tidak lagi di luar tetapi di dalam,
tangled threads. However, one of the seperti yang dikatakan oleh pendiri bangsa
concrete steps that can be done ini.
by making improvements to its human Masalah ini tidak mudah dipecahkan dan
resources. Character aspects as part of human diperoleh solusinya. Itu akan selalu muncul
resources are the important part to be pro dan kontra, yang akan mulai mengurai
developed as an effort to realize the benang kusut. Namun, salah satu langkah
aspiration in becoming a sovereign nation konkret itu bisa dilakukan
and prosper, as it has been mandated in UUD dengan melakukan peningkatan sumber
1945 (Kawan Pustaka, 2004). Therefore, daya manusianya. Aspek karakter sebagai
embedding the values of Pancasila that is a bagian dari sumber daya manusia adalah
heritage and has been designated as the base bagian penting untuk dikembangkan sebagai
and the way of life of this country should be upaya mewujudkan cita-cita menjadi bangsa
maintained and preserved in the practice of yang berdaulat dan sejahtera, seperti yang
everyday life. Pancasila is the guidance of telah diamanatkan dalam UUD 1945 (Kawan
this nation towards its ideals. Pustaka, 2004). Oleh karena itu,
From this paper is expected that this issue menanamkan nilai-nilai Pancasila yang
will be studied more in depth for the merupakan warisan dan telah ditetapkan
development of national character building. sebagai basis dan cara hidup negara ini harus
Good character is the power to face all dipertahankan dan dilestarikan dalam praktik
challenges and threats that could undermine kehidupan sehari-hari. Pancasila adalah
efforts to achieve the goals and ideals that pedoman bangsa ini menuju cita-citanya.
have been previously defined. Modern era Dari tulisan ini diharapkan bahwa masalah
that is continuously growing gives challenges ini akan dipelajari lebih mendalam untuk
and expectations that must be lived with a pengembangan karakter nasional. Karakter
sense of optimism and confidence. Therefore, yang baik adalah kekuatan untuk menghadapi
the attention to the development of national semua tantangan dan ancaman yang dapat
character becomes something necessity merusak upaya untuk mencapai tujuan dan
(Tilaar, 2012). cita-cita yang telah ditetapkan sebelumnya.
Era modern yang terus berkembang memberi
tantangan dan harapan yang harus dijalani
dengan rasa optimisme dan kepercayaan diri.
Oleh karena itu, perhatian terhadap
pengembangan karakter nasional menjadi
sesuatu yang diperlukan (Tilaar, 2012).

JURNAL II

TERJEMAHAN PER PARAGRAF DALAM BAHASA INDONESIA


Pendidikan Karakter sebagai Upaya Revitalisasi Jati Diri Bangsa
Undang-Undang Republik Indonesia nomor: 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus
digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas
menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab”.
Tujuan pendidikan nasional itu merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia
yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh karena itu, rumusan tujuan
pendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter
bangsa. Karena itu perlu kesepakatan dalam memahami makna konsep pendidikan karakter
bangsa, yang berkaitan erat dengan jati diri bangsa Indonesia.
Menyimak amanat undang-undang Sisdiknas tersebut, maka pendidikan dapat diartikan
proses internalisasi budaya ke dalam diri seseorang dan masyarakat sehingga membuat orang
dan masyarakat jadi beradab. Pendidikan bukan merupakan hanya sekedar sarana transfer
ilmu pengetahuan, tetapi lebih luas dari itu adalah sebagai sarana pembudayaan dan
penyaluran nilai (enkulturisasi dan sosialisasi). Seorang manusia harus mendapatkan
pendidikan yang menyentuh dimensi dasar kemanusiaan. Dimensi kemanusiaan itu mencakup
tiga hal paling mendasar, yakni: (1) Afektif yang tercermin pada kualitas keimanan,
ketakwaan, akhlak mulia termasuk budi pekerti luhur serta kepribadian unggul, dan
kompetensi estetis; (2) Kognitif yang tercermin pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas
untuk menggali dan mengembangkan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi; dan
(3) Psikomotorik yang tercermin pada kemampuan mengembangkan keterampilan teknis,
kecakapan praktis, dan kompetensi kinestetis.
Penguatan pendidikan moral (moral education) atau pendidikan karakter (character
education) dalam konteks kekinian, sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang
melanda di negara Indonesia tercinta. Krisis tersebut antara lain berupa maraknya korupsi,
meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan
terhadap teman, pencurian remaja, kebiasaan menyontek, penyalahgunaan obat-obatan,
pornografi, dan perusakan milik orang lain sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini
belum dapat diatasi secara tuntas, oleh karena itu jelas betapa pentingnya pendidikan
karakter.

JURNAL III

TERJEMAHAN PER PARAGRAF DALAM BAHASA INDONESIA


MEMBANGUN KEPEMIMPINAN BERBASIS NILAI-NILAI PANCASILA DALAM
PERSPEKTIF MASYARAKAT MULTIKULTURAL.
Kepemimpinan dalam kamus besar bahasa Indonesia (2008), dijelaskan berasala dari kata
pemimpin sering disebut penghulu, pemuka, pelopor, pembina, panutan, pembimbing,
pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya. Sedangkan
istilah memimpin digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang berkaitan
dengan kemampuannya mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara. Istilah pemimpin,
kepemimpinan, dan memimpin pada mulanya berasal dari kata dasar yang sama yakni kata
pimpin. Dengan demikian kepemimpinan disini secara umum diadopsi dari kata pempin yang
memilki makna utama sebagai yang terdepan dalam membawa sekelompok orang atau
masyarakat dalam mencapai tujuannya. Wahjosumidjo (1999) menyatakan bahwa seorang
pemimpin memiliki kecerdasan, pertanggung jawaban, sehat dan memiliki sifat sifat antara
lain Dewasa, keleluasaan hubungan sosial, motivasi diri dan dorongan prestasi serta sikap
hubungan kerja kemanusiaan. Sebaliknya dalam realitas sosial modern, juga dikenal
pemimpin karismatik, terutama dalam lingkungan sosial dan politik. Kemudian Edwin B
(2000) menyatakan bahwa pemimpin kharismatik mempunyai kesetiaan, tanggung jawab dan
dukungan dari pengikutnya. Fungsi pemimpin lebih banyak memberikan konsultasi,
bimbingan, motivasi dan memberikan nasihat dalam rangka mencapai tujuan. Menurut
Siswanto Sastrohadiwiryo (2003) banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai
antara lain pendidikan dan pelatihan, disiplin kerja, kompensasi, iklim organisasi, sistem
jenjang karier, motivasi, dan kepemimpinan.
Wahjosumidjo (1999) menyatakan bahwa seorang pemimpin memiliki kecerdasan,
pertanggung jawaban, sehat dan memiliki sifat sifat antara lain Dewasa, keleluasaan
hubungan sosial, motivasi diri dan dorongan prestasi
10
serta sikap hubungan kerja kemanusiaan. Sebaliknya dalam realitas sosial modern, juga
dikenal pemimpin karismatik, terutama dalam lingkungan sosial dan politik. Kemudian
Edwin B (2000) menyatakan bahwa pemimpin kharismatik mempunyai kesetiaan, tanggung
jawab dan dukungan dari pengikutnya. Fungsi pemimpin lebih banyak memberikan
konsultasi, bimbingan, motivasi dan memberikan nasihat dalam rangka mencapai tujuan.
Menurut Siswanto Sastrohadiwiryo (2003) banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja
pegawai antara lain pendidikan dan pelatihan, disiplin kerja, kompensasi, iklim organisasi,
sistem jenjang karier, motivasi, dan kepemimpinan.
George R. Terry (Miftah Thoha, 2010) mengartikan bahwa Kepemimpinan adalah aktivitas
untuk mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi.
Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi,
memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki
kelompok dan budayanya. Sejalan dengan itu, A. Dale Timple (2000) mengartikan
Kepemimpinan adalah proses pengaruh sosial dimana manajer mencari keikutsertaan
sukarela dari bawahan dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Dengan kepemimpinan yang
dilakukan seorang pemimpin juga menggambarkan arah dan tujuan yang akan dicapai dari
sebuah organisasi. Sehingga dapat dikatakan kepemimpinan sangat berpengaruh bagi nama
besar organisasi. Kemudian Sudarwan Danim (2004) menjelaskan bahwa kepemimpinan
adalah setiap perbuatan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi
dan memberi arah kepada individu atau kelompok yang tergabung di dalam wadah tertentu
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Martinis Yamin dan Maisah (2010) kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi yang
dilakukan oleh seseorang dalam mengelola anggota kelompoknya untuk mencapai tujuan
organisasi. Kepemimpinan merupakan bentuk strategi atau teori memimpin yang tentunya
dilakukan oleh orang yang biasa kita sebut sebagai pemimpin. Pemimpin adalah
11
seseorang dengan wewenang kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk
mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan. Dari pendapat di atas dapat
disimpulkan kepemimpinan merupakan cara seorang pemimpin dalam mempengaruhi
bawahan dengan karakteristik tertentu sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Faktor keberhasilan seorang pemimpin salah satunya tergantung dengan teknik
kepemimpinan yang dilakukan dalam menciptakan situasi sehingga menyebabkan orang yang
dipimpinnya timbul kesadarannya untuk melaksanakan apa yang dikehendaki. Dengan kata
lain, efektif atau tidaknya seorang pemimpin tergantung dari bagaimana kemampuannya
dalam mengelola dan menerapkan pola kepemimpinannya sesuai dengan situasi dan kondisi
organisasi tersebut.

BAB III
PEMBAHASAN
JURNAL I

ABSTRACT ABSTRAK
This article discussed the role of Artikel ini membahas peran pengembangan
character development through the karakter melalui penanaman nilai-nilai yang
inculcation of the values containedin terkandung dalam Pancasila untuk mencapai
Pancasila to achieve sovereignty of the kedaulatan bangsa. Pengembangan karakter
nation. Character development became a menjadi prioritas untuk melihat situasi dan
priority to look at the situation and condition kondisi bangsa yang mengalami apresiasi dan
of the nation that appreciation and application penerapan nilai-nilai utama Pancasila.
of the main values of Pancasila was Menanamkan nilai-nilai Pancasila secara
degraded. Embedding Pancasila values kreatif harus diimplementasikan dalam
creatively should be implemented in a variety berbagai proses pembelajaran baik formal
of learning processes both formal and maupun informal. Nilai-nilai dasar yang
informal. Basic values contained in Pancasila terkandung dalam Pancasila bukan hanya
was not only a slogan, but also became the slogan, tetapi juga menjadi prinsip penuntun
guiding principles in facing all of challenges dalam menghadapi semua tantangan dan
and threats of the nation. The purpose of this ancaman bangsa. Tujuan dari penelitian ini
study was to strengthen the resilience of adalah untuk memperkuat ketahanan diri kita
ourselves as a nation. With such resilience, sebagai bangsa. Dengan ketahanan seperti itu,
then sovereignty as a great nation can be maka kedaulatan sebagai bangsa besar bisa
enforced. The method used in writing this ditegakkan. Metode yang digunakan dalam
article was literature studies approach. The penulisan artikel ini adalah pendekatan studi
result of this study is if the values of literatur. Hasil dari penelitian ini adalah jika
Pancasila (das sollen) has become daily nilai-nilai Pancasila (das sollen) telah
reality (das Sein), it can build good resistance menjadi kenyataan sehari-hari (das Sein),
by itself. Whatever challenges or threats are maka dapat membangun resistensi yang baik
faced, it will be resolved properly and may dengan sendirinya. Apa pun tantangan atau
even be a stepping-stone to be better. ancaman yang dihadapi, itu akan diselesaikan
dengan benar dan bahkan mungkin menjadi
batu loncatan untuk menjadi lebih baik.
INTRODUCTION PENDAHULUAN
Indonesia’s struggle for independence is not Perjuangan Indonesia untuk kemerdekaan
only for breaking away from oppression of tidak hanya untuk melepaskan diri dari
colonialism for many years, but also an penindasan kolonialisme selama bertahun-
attempt to open gate in forming the unified tahun, tetapi juga upaya untuk membuka
state, sovereign and prosperous fair. The pintu gerbang dalam membentuk negara yang
Founding Father has vision far ahead to make bersatu, berdaulat dan adil sejahtera. Bapak
Indonesia became a great, powerful, admired, Pendiri memiliki visi jauh ke depan untuk
and respected by other nations. menjadikan Indonesia menjadi negara yang
As time goes by, Indonesia has undergone hebat, kuat, dikagumi, dan dihormati oleh
many changes since its independence. bangsa lain.
Physical development is actively done with Seiring berjalannya waktu, Indonesia telah
the gradual and sustainable development. All mengalami banyak perubahan sejak
the resources sought to support that kemerdekaannya. Pengembangan fisik secara
development. At some points, the crisis hit aktif dilakukan dengan pembangunan
almost all areas of life of this nation. bertahap dan berkelanjutan. Semua sumber
Continuous development is not strong enough daya dicari untuk mendukung pengembangan
to stem the era development with no itu. Di beberapa titik, krisis menghantam
compromise. Resilience self-possessed is not hampir semua bidang kehidupan bangsa ini.
strong enough to deal with threats, Pengembangan berkelanjutan tidak cukup
challenges, obstacles and kuat untuk membendung perkembangan era
distractions. (Soedarsono, 1999). tanpa kompromi. Ketahanan diri yang
Various series of events that convolute dimiliki tidak cukup kuat untuk menghadapi
this nation resulted the ideals of freedom ancaman, tantangan, hambatan dan
seemed to be out of reach. The concerned gangguan. (Soedarsono, 1999).
matter is the issues are not dominantly due to Berbagai rangkaian peristiwa yang melilit
the factors from outside, but from within bangsa ini mengakibatkan cita-cita kebebasan
ourselves as a nation. Conditions are not seakan tak terjangkau. Yang menjadi
conducive to building the resilience itself as a perhatian adalah masalah tidak dominan
great nation often appears because of sectoral karena faktor dari luar, tetapi dari dalam diri
thinking, fragmented, partisan, strong kita sebagai bangsa. Kondisinya tidak
selfishness, dishonesty, neglecting public and kondusif untuk membangun ketahanan itu
national interests, blind fanaticism, degrading sendiri sebagai a
the law, and so on. (Wibowo, 2014). The Bangsa besar sering muncul karena
struggle will become more severe because the pemikiran sektoral, terfragmentasi, partisan,
opponent is no longer on the outside but on egoisme yang kuat, ketidakjujuran,
the inside, as stated by founding fathers of mengabaikan kepentingan publik dan
this nation. nasional, fanatisme buta, merendahkan
This problem is not easy to solve and hukum, dan sebagainya. (Wibowo, 2014).
obtain the solutions. It will always arise pro Perjuangan akan menjadi lebih parah karena
and contras, which will begin to unravel the lawan tidak lagi di luar tetapi di dalam,
tangled threads. However, one of the concrete seperti yang dikatakan oleh pendiri bangsa
steps that can be done ini.
by making improvements to its human Masalah ini tidak mudah dipecahkan dan
resources. Character aspects as part of human diperoleh solusinya. Itu akan selalu muncul
resources are the important part to be pro dan kontra, yang akan mulai mengurai
developed as an effort to realize the benang kusut. Namun, salah satu langkah
aspiration in becoming a sovereign nation konkret itu bisa dilakukan
and prosper, as it has been mandated in UUD dengan melakukan peningkatan sumber
1945 (Kawan Pustaka, 2004). Therefore, daya manusianya. Aspek karakter sebagai
embedding the values of Pancasila that is a bagian dari sumber daya manusia adalah
heritage and has been designated as the base bagian penting untuk dikembangkan sebagai
and the way of life of this country should be upaya mewujudkan cita-cita menjadi bangsa
maintained and preserved in the practice of yang berdaulat dan sejahtera, seperti yang
everyday life. Pancasila is the guidance of telah diamanatkan dalam UUD 1945 (Kawan
this nation towards its ideals. Pustaka, 2004). Oleh karena itu,
From this paper is expected that this issue menanamkan nilai-nilai Pancasila yang
will be studied more in depth for the merupakan warisan dan telah ditetapkan
development of national character building. sebagai basis dan cara hidup negara ini harus
Good character is the power to face all dipertahankan dan dilestarikan dalam praktik
challenges and threats that could undermine kehidupan sehari-hari. Pancasila adalah
efforts to achieve the goals and ideals that pedoman bangsa ini menuju cita-citanya.
have been previously defined. Modern era Dari tulisan ini diharapkan bahwa masalah
that is continuously growing gives challenges ini akan dipelajari lebih mendalam untuk
and expectations that must be lived with a pengembangan karakter nasional. Karakter
sense of optimism and confidence. Therefore, yang baik adalah kekuatan untuk menghadapi
the attention to the development of national semua tantangan dan ancaman yang dapat
character becomes something necessity merusak upaya untuk mencapai tujuan dan
(Tilaar, 2012). cita-cita yang telah ditetapkan sebelumnya.
Era modern yang terus berkembang memberi
tantangan dan harapan yang harus dijalani
dengan rasa optimisme dan kepercayaan diri.
Oleh karena itu, perhatian terhadap
pengembangan karakter nasional menjadi
sesuatu yang diperlukan (Tilaar, 2012).

METHODS METODE
This research uses library research to Penelitian ini menggunakan penelitian
develop the topics covered. Literature study kepustakaan untuk mengembangkan topik
is a method performed by researchers to yang dibahas. Studi literatur adalah metode
collect information that is relevant and yang dilakukan oleh peneliti untuk
related to the topic. This study uses materials mengumpulkan informasi yang relevan dan
that are not derived from the first source as a terkait dengan topik. Penelitian ini
mean to obtain data and information. The menggunakan bahan-bahan yang tidak
information was obtained and reviewed from berasal dari sumber pertama sebagai sarana
scientific books, research reports, scientific untuk memperoleh data dan informasi.
essays,theses and dissertations, regulations, Informasi tersebut diperoleh dan ditinjau dari
statutes, yearbooks, encyclopedias, buku-buku ilmiah, laporan penelitian, esai
dictionaries and other sources that form of ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan, undang-
printed and electronic (Sarwono 2006). undang, buku tahunan, ensiklopedi, kamus
In conducting literature review, dan sumber-sumber lain yang berbentuk
researchers are trying to get an overview and cetak dan elektronik (Sarwono 2006).
information on Dalam melakukan tinjauan pustaka,
matters that relating to the topics covered. In peneliti mencoba untuk mendapatkan
a literature study, the use of reading materials gambaran umum dan informasi tentang
that are relevant and available to develop the hal-hal yang berkaitan dengan topik yang
topic. The results of literature study are then dibahas. Dalam studi literatur, penggunaan
poured in the description and added reflection bahan bacaan yang relevan dan tersedia untuk
to deepen material. And it is also made a mengembangkan topik. Hasil studi literatur
conclusion to enrich the existing material. kemudian dituangkan dalam deskripsi dan
ditambahkan refleksi untuk memperdalam
materi. Dan itu juga membuat kesimpulan
untuk memperkaya materi yang ada.

RESULTS AND DISCUSSIONS HASIL DAN DISKUSI


Human resources is a very important part Sumber daya manusia adalah bagian yang
of an organization or an institution. The role sangat penting dari suatu organisasi atau
of it is very vital and strategic because it institusi. Peran itu sangat vital dan strategis
cannot be replaced by other resources. No karena tidak dapat digantikan oleh sumber
matter how fast technology advances or how daya lain. Tidak peduli seberapa cepat
many other resources are available, without kemajuan teknologi atau berapa banyak
the support of qualified and competent sumber daya lain yang tersedia, tanpa
human resources, then everything becomes dukungan sumber daya manusia yang
meaningless. Besides having rich natural berkualitas dan kompeten, maka semuanya
resources, Indonesia also has the availability menjadi tidak berarti. Selain memiliki sumber
of human resources potential. Therefore, to daya alam yang kaya, Indonesia juga
maximize the existed potential is one of the memiliki potensi sumber daya manusia yang
ways to achieve a prosperous society. tersedia. Oleh karena itu, untuk
The development of individual potential memaksimalkan potensi yang ada adalah
should comprehensive. Character salah satu cara untuk mencapai masyarakat
development as part of self-development is yang makmur.
an integral part of the intelligence potential Pengembangan potensi individu harus
that possessed by the children of this nation. komprehensif. Pengembangan karakter
However, sometimes intelligence aspects are sebagai bagian dari pengembangan diri
considered more important than affective adalah bagian integral dari potensi
aspects. Success in learning is judged by how kecerdasan yang dimiliki oleh anak-anak
many questions can be answered correctly, bangsa ini. Namun, terkadang aspek intelijen
instead of how the hard work in doing dianggap lebih penting daripada aspek
business through a long process as part of afektif. Keberhasilan dalam belajar dinilai
learning actively. From this side can be seen dari berapa banyak pertanyaan yang dapat
the urgency to look back the formation effort dijawab dengan benar, alih-alih bagaimana
of characters that is expected to create kerja keras dalam melakukan bisnis melalui
superior resources. proses panjang sebagai bagian dari belajar
According to Prayitno (2011), character is secara aktif. Dari sisi ini dapat dilihat urgensi
a personal trait that is relatively stable in untuk melihat kembali upaya pembentukan
individual karakter yang diharapkan dapat menciptakan
and it becomes the basic behavior standards sumber daya yang unggul.
and high value of norms. Character is Menurut Prayitno (2011), karakter adalah
relatively stable as a condition, if it has been sifat pribadi yang relatif stabil pada individu
established it will not easy to change. These dan itu menjadi standar perilaku dasar dan
conditions will be a force to be very nilai norma yang tinggi. Karakter relatif stabil
influential or dominant of the things sebagai syarat, jika sudah mapan tidak akan
associated with it. These conditions will mudah berubah. Kondisi ini akan menjadi
manifest appear in the individuals activities kekuatan yang sangat berpengaruh atau
or groups in the fields and areas of real life dominan terhadap hal-hal yang terkait
by following the standards and norms of high dengannya. Kondisi-kondisi ini akan muncul
value. dalam kegiatan individu atau kelompok di
bidang dan bidang kehidupan nyata dengan
mengikuti standar dan norma yang bernilai
tinggi.

JURNAL II

ABSTRAK
Pendidikan karakter (character education) dalam konteks kekinian, sangat relevan untuk
mengatasi krisis moral yang sedang melanda negara Indonesia tercinta. Krisis tersebut antara
lain berupa maraknya korupsi, meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan anak-
anak dan remaja, kejahatan terhadap teman, pencurian remaja, kebiasaan menyontek,
penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, dan perusakan milik orang lain sudah menjadi masalah
sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas, oleh karena itu jelas betapa
pentingnya pendidikan karakter. Kenyataan obyektif yang penulis uraikan secara faktual yang
menimpa bangsa Indonesia, menunjukkan bahwa Bangsa Indonesia nyaris kehilangan ”jati
dirinya”, Bangsa Indonesia tengah menghadapi masalah sangat berat. Berbagai peristiwa tahun-
tahun terakhir ini sungguh mengancam eksistensi bangsa, merebaknya konflik sosial dan teror
kekerasan yang tak terkendali telah menghancurkan modal sosial yang begitu penting bagi
keutuhan moral kehidupan bersama. Wabah korupsi, kolusi dan nepotisme yang merajalela telah
menjadikan kita sebagai bangsa yang memiliki rendahnya rasa saling percaya kepada sesama
(low trust society). Berdasarkan fenomena obyektif yang dipaparkan tersebut, maka sepatutnya
harus dilakukan tindakan afirmatif untuk melakukan revitalisasi jati diri bangsa, khususnya
melalui pendidikan karakter, agar dapat mengembalikan jati diri bangsa Indonesia; Jati diri
bangsa akan nampak dalam karakter bangsa yang merupakan perwujudan dari nilai-nilai luhur
bangsa. Bagi bangsa Indonesia nilai-nilai luhur bangsa terdapat dalam dasar negara Negara
Kesatuan Republik Indonesia yakni Pancasila, yang merupakan pengejawantahan dari konsep
religiositas, humanitas, nasionalitas, sovereignty dan sosialitas. Revitalisasi jati diri bangsa
Indonesia berarti membangun atau memperkokoh kembali jati diri setiap manusia Indonesia,
yang tiada lain adalah membangun Manusia Pancasila yang ber-ahlak, bermoral dan
bertangungjawab.
PENDAHULUAN
Undang-Undang Republik Indonesia nomor: 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan
dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan,
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab”. Salah satu parameter kondisi
kehidupan seks di Indonesia adalah angka aborsi. Berikut ini adalah angka aborsi di Indonesia
dari berbagai sumber yang tersedia online.

METODE
Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)

HASIL DAN DISKUSI


Pendidikan karakter sesungguhnya adalah pendidikan yang berbasis pada kejujuran, keikhlasan,
tanggungjawab dan keterpercayaan. Jujur dalam segala hal yang dilakukan, ikhlas dalam
melakukan segala sesuatu, tanggungjawab ketika diberi amanah dan terpercaya ketika diserahi
tanggungjawab. Pendidikan semacam ini akan terlaksana jika semua komponen bangsa ini
mendukung terhadapnya. Artinya dibutuhkan lingkungan, pelaku dan juga kebijakan yang
memihak kepadanya. Jika tidak didapati kenyataan itu, maka juga akan sia-sia.
Pelaksanaan pendidikan karakter dalam konteks makro kehidupan berbangsa dan bernegara
Indonesia, merupakan komitmen seluruh sektor kehidupan, bukan hanya sektor pendidikan
nasional. Keterlibatan aktif dari sektor-sektor pemerintahan lainnya, khususnya sektor
keagamaan, kesejahteraan, pemerintahan, komunikasi dan informasi, kesehatan, hukum dan hak
asasi manusia, serta pemuda dan olahraga juga sangat dimungkinkan.

JURNAL III

ABSTRAK
Kepemimpinan dalam kamus besar bahasa Indonesia, dijelaskan berasala dari kata pemimpin
sering disebut penghulu, pemuka, pelopor, pembina, panutan, pembimbing, pengurus,
penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya. Sedangkan istilah memimpin
digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang berkaitan dengan kemampuannya
mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara. Istilah pemimpin, kepemimpinan, dan
memimpin pada mulanya berasal dari kata dasar yang sama yakni kata pimpin. Dengan
demikian kepemimpinan disini secara umum diadopsi dari kata pempin yang memilki makna
utama sebagai yang terdepan dalam membawa sekelompok orang atau masyarakat dalam
mencapai tujuannya. Wahjosumidj menyatakan bahwa seorang pemimpin memiliki kecerdasan,
pertanggung jawaban, sehat dan memiliki sifat sifat antara lain Dewasa, keleluasaan hubungan
sosial, motivasi diri dan dorongan prestasi serta sikap hubungan kerja kemanusiaan. Sebaliknya
dalam realitas sosial modern, juga dikenal pemimpin karismatik, terutama dalam lingkungan
sosial dan politik. Kemudian Edwin B menyatakan bahwa pemimpin kharismatik mempunyai
kesetiaan, tanggung jawab dan dukungan dari pengikutnya. Fungsi pemimpin lebih banyak
memberikan konsultasi, bimbingan, motivasi dan memberikan nasihat dalam rangka mencapai
tujuan. Menurut Siswanto Sastrohadiwiryo (2003) banyak faktor yang dapat mempengaruhi
kinerja pegawai antara lain pendidikan dan pelatihan, disiplin kerja, kompensasi, iklim
organisasi, sistem jenjang karier, motivasi, dan kepemimpinan.
PENDAHULUAN
kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi yang dilakukan oleh seseorang dalam
mengelola anggota kelompoknya untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan merupakan
bentuk strategi atau teori memimpin yang tentunya dilakukan oleh orang yang biasa kita sebut
sebagai pemimpin. Pemimpin adalah
11
seseorang dengan wewenang kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan
sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan
kepemimpinan merupakan cara seorang pemimpin dalam mempengaruhi bawahan dengan
karakteristik tertentu sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Faktor keberhasilan
seorang pemimpin salah satunya tergantung dengan teknik kepemimpinan yang dilakukan dalam
menciptakan situasi sehingga menyebabkan orang yang dipimpinnya timbul kesadarannya untuk
melaksanakan apa yang dikehendaki. Dengan kata lain, efektif atau tidaknya seorang pemimpin
tergantung dari bagaimana kemampuannya dalam mengelola dan menerapkan pola
kepemimpinannya sesuai dengan situasi dan kondisi organisasi tersebut.
METODE
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah studi literatur dengan menganalisis dan
menggali data dari berbagai sumber relevan. Nilai pancasila jika dikaitkan dengan organisasi
harus didasarkan pada (1) nilai dasar, (2) nilai instrumental, dan (3) nilai praktis. Nilai
kepemimpinan juga dapat dilakukan pada lembaga dengan mengembangkan nilai (1)
transendensi, (2) humanisasi, (3) kebhinekaan, liberasi, dan (5) keadilan. Kelima pilar nilai
pancasila tersebut sejatinya dapat menjadi ruh kepemimipinan yang ditampilkan oleh ketua
suatu organisasi dalam memimpin.
HASIL DAN DISKUSI
Martinis Yamin dan Maisah (2010) kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi yang
dilakukan oleh seseorang dalam mengelola anggota kelompoknya untuk mencapai tujuan
organisasi. Kepemimpinan merupakan bentuk strategi atau teori memimpin yang tentunya
dilakukan oleh orang yang biasa kita sebut sebagai pemimpin. Pemimpin adalah 11 seseorang
dengan wewenang kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian
dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan.
BAB IV
PENUTUP

4.1 JURNAL I
CONCLUSIONS

Globalization increasingly hits every sides of today's modern life. This situation
should be a matter that can give the positive impact. Indonesia as a great nation must be able
to take advantage of this opportunity to further advance in achieving its goals. This is only
possibly happen if there is the mental preparation to deal with the situation. Because it cannot
be denied, the only action that can be taken is to prepare generation better to get high
resilience and ability to adapt with the modern-era.

This is a concern for all sides to reflect, see, and aware of the high and difficult
demands. We as a nation should not be complacent and unaware of the situation that can turn
into a barrier that undermines efforts to achieve the noble ideals. One of the important
priorities is to build a high quality character. The responsibility of this character development
is not only on individuals, but also on all parties in society and statehood. Educational
institutions can be a way for the development of good character.

KESIMPULAN
Globalisasi semakin melanda setiap sisi kehidupan modern saat ini. Situasi ini harus
menjadi hal yang dapat memberikan dampak positif. Indonesia sebagai bangsa yang hebat
harus dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk lebih maju dalam mencapai tujuannya. Ini
hanya mungkin terjadi jika ada persiapan mental untuk menghadapi situasi tersebut. Karena
tidak dapat dipungkiri, satu-satunya tindakan yang dapat diambil adalah mempersiapkan
generasi yang lebih baik untuk mendapatkan ketahanan tinggi dan kemampuan beradaptasi
dengan era modern.
Ini merupakan keprihatinan semua pihak untuk mencerminkan, melihat, dan
menyadari tuntutan yang tinggi dan sulit. Kita sebagai bangsa tidak boleh berpuas diri dan
tidak menyadari situasi yang dapat berubah menjadi penghalang yang melemahkan upaya
untuk mencapai cita-cita mulia. Salah satu prioritas penting adalah membangun karakter
berkualitas tinggi. Tanggung jawab pengembangan karakter ini tidak hanya pada individu,
tetapi juga pada semua pihak dalam masyarakat dan kenegaraan. Institusi pendidikan bisa

4.2 JURNAL II
Jati diri adalah, ciri khas atau karakteristik suatu bangsa yang membedakannya dari bangsa
yang lain. Jati diri bangsa merupakan suatu pilihan, dan Jati diri Bangsa Indonesia merupakan
pencerminan atau tampilan dari karakter Bangsa Indonesia.Karakter bangsa merupakan
akumulasi atau sinergi dari karakter individu anak bangsa yang mengelompok menjadi
bangsa Indonesia. Karakter bangsa akan ditampilkan sebagai nilai-nilai luhur yang digali dari
kehidupan nyata dan dirumuskan dalam suatu tata nilai yang kita kenal sebagai pancasila.
Pancasila adalah falsafah dan ideologi bangsa ini yang belum tergantikan hingga saat ini. Di
dalamnya banyak nilai-nilai yang membentuk karakter dan budaya bangsa.

4.3 JURNAL III


Kepemimpinan berbasis nilai-nilai Pancasila merupakan upaya membumikan Pancasila di
pada semua ormas dan lembaga. Kepemimpinan yang menginternalisasikan nilai-nilai
Pancasila mutlak harus diimplementasikan, di tengah terbukanya tatanan global. Ormas dan
lembaga sebagai tempat berkumpulnya orang mengemban tugas untuk mengukuhkan,
memformulasikan, menyatukan, dan menciptakan masyarakat yangberasaskan Pancasila
disetiap sendi-sendi kehidupan. Pimpinan ormas dan lembaga merupakan keyperson
terwujudnya lingkungan dan budaya organisasi yang Pancasilais. Pimpinan dalam seluruh
kegiatan memiliki kewajiban menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada anggotanya, dengan
memasukkan kandungan nilai-nilai Pancasila dalam setiap kegiatan dan program organisasi.
Kalau mengacu pada silasila Pancasila, maka diperoleh beberapa hal penting tekait dengan
pilarpilar nilai kepemimpinan yang harus dilaksanakan oleh seorang pemimpin dalam setiap
lembaga, antara lain, pertama transendensi, kedua humanisasi, ketiga kebhinekaan, keempat
liberasi, dan kelimakeadilan. Lima pilar nilai kepemimpinan Pancasila tersebut menjadi ruh
kepemimpinanyang ditampilkan oleh pimpinan dalam memimpin ormas atau lembaganya.
Jika pimpinan menampilkan sifat lima pilar kepemimpinan Pancasila dan juga menampilkan
keteladanan yang menjiwai Pancasila, maka anggota atau pegawai pun akan meneladani
pimpinan. Sehingga ormas atau lembaga menjadi wahana yang efektif dalam merevitalisasi
dan membumikan Pancasila. Ormas dan lembaga menjadi model penerapan kepemimpinan
berbasis nilai-nilai Pancasila.
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan. (2004). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma

Prayitno & Manulang, B. (2011). Pendidikan Karakter dalam Pembangunan Bangsa. Jakarta:
Grasindo.

Redaksi Kawan Pustaka. (2004). UUD 1945 dan Perubahannya. Jakarta: Kawan Pustaka

Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu

Soedarsono, S. (1999). Penyemaian Jati Diri, Strategi Membentuk Pribadi, Keluarga dan Lingkungan
Menjadi Bangsa Yang Profesional, Bermoral dan Berkarakter. Jakarta: elex Media

Komputindo.menjadi cara untuk pengembangan karakter yang baik .


Meinarno, E. A. Dkk. (2011). Manusia Dalam Kebudayaan Masyarakat. Jakarta: Salemba Humanika.

Miftah T. 2010. Kepemimpinan dan Manejemen. Rajawali Press: Jakarta.

Moerdiono. (1999). Pancasila Sebagai Ideologi, Jakarta: BP-7 Pusat. Mustika Zed. (2004). Metode

Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Nasional.

Siswanto S. (2003). Manjemen tenaga kerja, edisi 2. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Soliha, Euis dan

Hersugondo. 2008. Kepemimpinan yang Efektif dan Perubahan Organisasi. Fokus Ekonomi (FE),

Vol.7, No.2 Hal. 83-93.

Suparlan, Pi, (1999), "Kemajemukan Amerika: Dari Monokulturalisme ke Multikulturalisme". Jurnal

Studi Amerika, vol.5 Agustus, hal. 35-42.

Timple, A.D. (2000). Seri Manajemen Sumber Daya Manusia Kepemimpinan .Jakarta: PT Elex

Media Komputindo.

Anda mungkin juga menyukai