Laporan Pencapaian TPB Jawa Tengah Tahun 2021 merupakan laporan terhadap
pelaksanaan kinerja TPB Jawa Tengah yang telah direncanakan dalam Rencana Aksi
Daerah (RAD) TPB Jawa Tengah Tahun 2019-2023. Laporan ini merupakan laporan ketiga
dari pelaksanaan RAD TPB Jawa Tengah Tahun 2019-2023 yang disusun secara inklusif
dan transparan dengan melibatkan peran sejumlah pihak baik dari unsur pemerintah,
akademisi, swasta dan organisasi masyarakat.
Instrumen yang terdapat dalam pengukuran, penentuan dan penilaian kinerja TPB di
Jawa Tengah tahun 2021, meliputi: (1) Jumlah total indikator TPB Jawa Tengah; (2)
Kriteria penilaian capaian indikator TPB; dan (3) Status capaian indikator TPB.
Mempertimbangkan pada kelengkapan dan kesesuaian substansi, maka metode
pengukuran dan penilaian kinerja TPB yang termuat dalam Laporan Tahun 2021 ini
mengadopsi hal yang sama seperti yang termuat dalam Laporan Tahun 2020.
Perubahan hanya terdapat pada simbolisasi status capaian indikator, yang mana
menyesuaikan dengan dinamika kebijakan dari Pemerintah Pusat.
Indikator TPB Jawa Tengah pada tahun 2021 terdiri dari 93 target dan 251 indikator. Pada
tahun 2021, data tersedia sebanyak 202 indikator, terdiri dari 196 indikator merupakan
kewenangan Provinsi dan 6 indikator merupakan kewenangan Pusat. Sedangkan data
yang tidak tersedia (terdiri dari data belum rilis dan data Not Available/NA) sebanyak 49
indikator.
Berdasarkan ringkasan status pencapaian TPB Jawa Tengah tahun 2021, sebanyak 22,96
persen indikator TPB telah tercapai, menurun dibandingkan tahun sebelumnya
dikarenakan terdapat beberapa indikator TPB tanpa target dengan tren realisasi
membaik dikategorikan ke dalam status akan tercapai. Indikator TPB dengan
pencapaian terbanyak berada pada Pilar Sosial, disusul Pilar Lingkungan, Pilar Ekonomi
dan Pilar Hukum Tata Kelola. Selain itu, Pilar Sosial juga merupakan pilar yang memiliki
indikator belum tersedia data terbanyak. Apabila melihat capaian indikator pada
masing-masing Tujuan, diketahui Goal 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera menjadi Goal
yang memiliki indikator dengan status capaian tercapai dan memerlukan perhatian
khusus paling banyak dibandingkan 16 Goal lainnya. Sedangkan indikator dengan status
capaian membaik paling banyak berada pada Goal 6: Air Bersih dan Sanitasi Layak.
Dalam melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan TPB baik di provinsi maupun
kabupaten/kota, tool yang digunakan yaitu: (1) Matrik 1. Capaian Indikator Kinerja TPB,
(2) Matrik 2. Program Kegiatan dan Anggaran Pemerintah dan (3) Matrik 3. Program
Kegiatan dan Anggaran Non Pemerintah.
Penyusunan Laporan Pencapaian TPB Jawa Tengah Tahun 2021 disusun oleh Gubernur
bersama Bupati/Walikota. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk komitmen
dukungan pelaksanaan dan pencapaian TPB. Selain melaksanakan program kegiatan
pembangunan yang sinergi dengan pencapaian TPB, Pemerintah Kabupaten/Kota
wajib melaporkan pelaksanaan TPB di Kabupaten/Kota kepada Pemerintah Provinsi.
Dari 35 Kabupaten/Kota, terdapat 19 Kabupaten/Kota mengalami penurunan keterisian
I. PENDAHULUAN
2) Akses terhadap Layanan Sumber Air Minum dan Sanitasi Layak dan Berkelanjutan
untuk 40% Penduduk Berpendapatan Terbawah
Akses terhadap layanan sumber air minum dan sanitasi layak dan berkelanjutan ini
dapat mendorong kualitas hidup masyarakat yang lebih produktif. Capaian persentase
rumah tangga yang memiliki akses terhadap layanan sumber air minum dan sanitasi
Berdasarkan data capaian pada tabel, diketahui bahwa sampai tahun 2021, air
minum belum dapat diakses seluruh masyarakat miskin. Masih terdapat kurang lebih
45 persen rumah tangga yang belum memiliki akses terhadap sumber air minum yang
layak dan berkelanjutan.
Capaian tiga indikator APM di Jawa Tengah mengalami peningkatan dalam kurun
waktu tahun 2018-2021. Pada tahun 2020 hingga tahun 2021, angka realisasi capaian
APM SD/MI/Sederajat meningkat 0,32 persen dari 97,9 persen menjadi 98,22 persen.
Sedangkan APM SMP/MTs/Sederajat menunjukkan kesenjangan yang cukup besar
dengan capaian APM SD/MI/Sederajat dengan kisaran pada 70 persen hingga 80
persen.
APM
SMA/SMK/MA/Sederajat
61.65
61.25
60.67 60.84
60.46
59.74
59.31 59.35
120
Angka Partisipasi Sekolah (APS) Penduduk Miskin Tahun 2021
7-12 tahun 13-15 tahun
100
80
60
40
20
0
Kab. Banjarnegara
Kab. Banyumas
Kota Semarang
Kab. Semarang
Kab. Demak
Kab. Batang
Kota Surakarta
Kota Salatiga
Kota Tegal
Kab. Tegal
Kab. Boyolali
Kota Pekalongan
Kab. Klaten
Kab. Pekalongan
Kab. Purworejo
Kab. Wonogiri
Kab. Wonosobo
Kab. Karanganyar
Kab. Rembang
Kab. Kudus
Kab. Jepara
Kab. Purbalingga
Kota Magelang
Kab. Kendal
Kab. Sragen
Kab. Magelang
Kab. Pati
Kab. Sukoharjo
Kab. Grobogan
Kab. Blora
Kab. Kebumen
Kab. Brebes
Kab. Temanggung
Kab. Pemalang
4) Persentase Penduduk Umur 0-17 tahun dengan Kepemilikan Akta Lahir (40 Persen
Terbawah)
Kepemilikan akta kelahiran merupakan indikator untuk menjamin anak
mendapatkan layanan kesehatan, pendidikan, jaminan sosial atau pekerjaan dan
layanan sektor lainnya. Persentase penduduk umur 0-17 tahun dengan kepemilikan
akta lahir (40 persen terbawah) di Jawa Tengah cenderung meningkat setiap
tahunnya. Dalam kurun waktu 2018 hingga 2021, terjadi peningkatan dari 91,92 persen
menjadi 95,16 persen. Peningkatan ini didorong adanya Program Percepatan
Kepemilikan Akta Kelahiran melalui optimalisasi pelayanan jemput bola pengurusan
akta kelahiran dan layanan online dengan berbagai inovasi masing-masing
Kabupaten/Kota di Jawa Tengah.
Tujuan 1. Tanpa Kemiskinan
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
3.98
3.87
3.93
4.45
3.74
4.12
4.11
3.9
4.2
2) Ketahanan Masyarakat Miskin dan Rentan terhadap Kejadian Ekstrim dan Bencana
Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat. Membangun ketahanan
masyarakat miskin dan mereka yang dalam kondisi rentan terhadap kejadian ekstrim
dan bencana menjadi hal yang penting untuk dilakukan dalam rangka mencegah
meningkatnya atau meluasnya kemiskinan di suatu daerah akibat guncangan dalam
sektor ekonomi, sosial, lingkungan dan sektor lainnya.
Tujuan 1: Tanpa Kemiskinan
Kode Sum- Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Satu
Indi- Nama Indikator ber line get sasi get sasi get sasi
an
kator Data (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Jumlah korban
meninggal, hilang
SET 230
1.5.1* dan terkena Jiwa NA 39 NA 32 NA 34
BPBD (2017)
dampak bencana
per 100.000 orang
Jumlah kerugian
1.5.2. SET 51.274. 86.030. 73.852. 109.807.
ekonomi langsung Rp. NA NA NA
(a) BPBD 870.000 205.000 747.000 105.500
akibat bencana
2) Aplikasi Silap-CSR
Aplikasi Silap-CSR atau Sistem
Pelaporan Online Corporate Social
Responsibility merupakan aplikasi
yang diluncurkan oleh Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah untuk
mempermudah dan mempercepat
pelaporan program atau kegiatan
serta rencana pelaksanaan program
CSR oleh perusahaan, BUMN dan
BUMD. Aplikasi ini menjadi inovasi untuk menurunkan angka kemiskinan dengan
menjembatani kerjasama pihak lain seperti BUMN, BUMD maupun perusahaan yang
memiliki dana CSR untuk mendukung program pembangunan daerah dan
penanggulangan kemiskinan di Jawa Tengah.
Aplikasi ini memudahkan Pemprov Jawa Tengah untuk mengarahkan pelaksanaan
CSR dengan melihat kebutuhan masing-masing daerah miskin melalui penyediaan
data yang valid sehingga CSR yang dilaksanakan akan tepat sasaran. Adapun program
yang dijalankan tidak hanya untuk bantuan RTLH, jambanisasi atau pembangunan fisik
lainnya, tetapi juga pemberdayaan masyarakat.
Sumber: https://jatengprov.go.id/publik/atasi-kemiskinan-jateng-luncurkan-silap-csr/
Target 1.2 Pada tahun 2030, mengurangi setidaknya setengah proporsi laki-laki, perempuan dan anak-anak dari semua usia, yang hidup dalam kemiskinan di semua dimensi, sesuai dengan definisi nasional
Persentase
penduduk yang Tren menurun
Persentase
hidup di bawah garis Menurunnya tingkat kemiskinan
penduduk yang 10,57- 9,81- tetapi tidak
1.2.1* kemiskinan nasional, pada tahun 2019 menjadi 7-8% BPS % 11,19 10,58 11,84 9,05 11,25
hidup di bawah garis 9,57 8,81 memenuhi
menurut jenis (2015: 11,13%).
kemiskinan target
kelamin dan
kelompok umur.
Target 1.3 Menerapkan secara nasional sistem dan upaya perlindungan sosial yang tepat bagi semua, termasuk kelompok yang paling miskin, dan pada tahun 2030 mencapai cakupan substansial bagi kelompok miskin dan
rentan
Meningkatnya persentase Tren
Proporsi peserta Proporsi peserta meningkat
penduduk yang menjadi peserta BPJS
jaminan kesehatan jaminan kesehatan
1.3.1.(a) jaminan kesehatan melalui SJSN Kesehat- % 81,14 95 86,34 95 82,43 95 83,86 tetapi tidak
melalui SJSN Bidang melalui SJSN Bidang
Bidang Kesehatan menjadi an memenuhi
Kesehatan. Kesehatan
minimal 95% pada tahun 2019 target
Meningkatnya Kepesertaan
Program Sistem Jaminan Sosial
Proporsi peserta Proporsi peserta Nasional (SJSN) Bidang
BPJS
Program Jaminan Program Jaminan Ketenagakerjaan pada tahun
1.3.1.(b) Ketenaga- % 108,71 NA 107,45 NA 101,81 NA 100
Sosial Bidang Sosial Bidang 2019 menjadi 62,4 juta pekerja
kerjaan
Ketenagakerjaan. Ketenagakerjaan formal dan 3,5 juta pekerja
informal (2014: Formal 29,5 juta;
Informal 1,3 juta).
Persentase Persentase
Meningkatnya persentase
penyandang penyandang
penyandang difabilitas miskin
disabilitas yang disabilitas yang PBDT
dan rentan yang menerima Kewenangan
1.3.1.(c) miskin dan rentan miskin dan rentan PMKS % NA NA NA NA NA NA NA
bantuan pemenuhan kebutuhan Pusat
yang terpenuhi hak yang terpenuhi hak Kemensos
dasar pada tahun 2019 menjadi
dasarnya dan dasarnya dan
17,12% (2015: 14,84%).
inklusivitas inklusivitas
Terdapat 1%
KPM yang
Jumlah rumah Jumlah rumah
Menurunnya jumlah keluarga belum
tangga yang tangga yang
sangat miskin yang mendapatkan
mendapatkan mendapatkan 1.537. 1.554. 1.449. 1.449. 1.572. 1.449. 1.573.
1.3.1.(d) mendapatkan bantuan tunai Dinsos Jiwa haknya karena
bantuan tunai bantuan tunai 360 844 070 070 687 070 231
bersyarat menjadi 2,8 juta pada kendala
bersyarat/Program bersyarat/Program
tahun 2019 (2015: 3 juta). rekening yag
Keluarga Harapan. Keluarga Harapan.
tidak
ditemukan
Target 1.4 Pada tahun 2030, menjamin bahwa semua laki-laki dan perempuan, khususnya masyarakat miskin dan rentan memiliki hak yang sama terhadap sumber daya ekonomi, serta akses terhadap pelayanan dasar,
kepemilikan, dan kontrol atas tanah dan bentuk kepemilikan lain, warisan, sumber daya alam, teknologi baru, dan jasa keuangan yang tepat, termasuk keuangan mikro
Persentase Persentase
perempuan pernah perempuan pernah Meningkatnya cakupan
kawin umur 15-49 kawin umur 15-49 persalinan di fasilitas pelayanan
Susenas
1.4.1.(a) tahun yang proses tahun yang proses kesehatan untuk 40% penduduk % 95,85 PM 97,43 PM 97,04 PM 97,67
BPS
melahirkan melahirkan berpendapatan terbawah pada
terakhirnya di terakhirnya di tahun 2019 menjadi 70%
fasilitas kesehatan. fasilitas kesehatan
Persentase anak Persentase anak Meningkatnya cakupan imunisasi
umur 12-23 bulan umur 12-23 bulan dasar lengkap pada anak usia 12-
1.4.1.(b) yang menerima yang menerima 23 bulan untuk 40% penduduk BPS % 74,95 PM 74,48 PM 73,72 PM 76,50
imunisasi dasar imunisasi dasar berpendapatan terbawah pada
lengkap. lengkap. tahun 2019 menjadi 63%.
Prevalensi Prevalensi
penggunaan metode penggunaan metode Meningkatnya cakupan angka
kontrasepsi (CPR) kontrasepsi (CPR) pemakaian kontrasepsi semua
Sumber data
semua cara pada semua cara pada cara pada perempuan usia 15-49 Belum
1.4.1.(c) BPS % 66,86 PM 63,09 PM PM NA SDKI terakhir
Pasangan Usia Subur Pasangan Usia Subur tahun untuk 40% penduduk rilis
tahun 2017
(PUS) usia 15-49 (PUS) usia 15-49 berpendapatan terbawah pada
tahun yang berstatus tahun yang berstatus tahun 2019 menjadi 65%.
kawin. kawin.
Persentase rumah Persentase rumah
tangga yang tangga yang
Meningkatnya akses air minum
memiliki akses memiliki akses
layak untuk 40% penduduk Susenas
1.4.1.(d) terhadap layanan terhadap layanan % 44,41*) PM 56,98 PM 55 PM 55,91
berpendapatan terbawah pada BPS
sumber air minum sumber air minum
tahun 2019 menjadi 100%.
layak dan layak dan
berkelanjutan. berkelanjutan.
Persentase rumah Persentase rumah
tangga yang tangga yang Meningkatnya akses sanitasi
memiliki akses memiliki akses layak untuk 40% penduduk Susenas 74,04
1.4.1.(e) % PM 80,29 PM 82,34 PM 83,28
terhadap layanan terhadap layanan berpendapatan terbawah pada BPS *)
sanitasi layak dan sanitasi layak dan tahun 2019 menjadi 100%.
berkelanjutan. berkelanjutan.
Meningkatnya jumlah rumah
tangga berpendapatan rendah
Persentase rumah Persentase rumah
yang dapat mengakses hunian Susenas Belum
1.4.1.(f) tangga kumuh tangga kumuh % 3,21 PM 9,02 PM PM NA
layak pada tahun 2019 menjadi BPS rilis
perkotaan. perkotaan.
18,6 juta untuk 40% penduduk
berpendapatan terbawah.
Meningkatnya Angka Partisipasi
Angka Partisipasi Angka Partisipasi
Murni SD/MI/ Sederajat pada Susenas
1.4.1.(g) Murni (APM) Murni (APM) % 97,75 PM 97,77 PM 97,90 PM 98,22
tahun 2019 menjadi 94,78% (2015: BPS
SD/MI/sederajat. SD/MI/sederajat.
91,23%).
Target 1.a Menjamin mobilisasi yang signifikan terkait sumber daya dari berbagai sumber, termasuk melalui kerjasama pembangunan yang lebih baik, untuk menyediakan sarana yang memadai dan terjangkau bagi negara
berkembang, khususnya negara kurang berkembang untuk melaksanakan program dan kebijakan mengakhiri kemiskinan di semua dimensi
Proporsi sumber Proporsi sumber
daya yang daya yang
dialokasikan oleh dialokasikan oleh
Kemen- 401,
pemerintah secara pemerintah secara (tidak ada dalam lampiran
1.a.1* keu, Rp 289 NA NA NA NA NA
langsung untuk langsung untuk Perpres 59/2017)
BAPPEDA Miliar
program program
pemberantasan pemberantasan
kemiskinan. kemiskinan.
Pengeluaran untuk Pengeluaran untuk 11.475.
layanan pokok layanan pokok 10,631 6,276 937.58
Kemen- Rp NA NA NA
(pendidikan, (pendidikan, triliun triliun 9.000
keu
kesehatan dan kesehatan dan (tidak ada dalam lampiran (42,2%)
1.a.2* bekerja-
perlindungan sosial) perlindungan sosial) Perpres 59/2017) 1,917 2,713
sama Rp NA NA NA
sebagai persentase sebagai persentase triliun triliun
BAPPEDA
dari total belanja dari total belanja 49,83 218,82
Rp NA NA NA
pemerintah. pemerintah. milyar milyar
I. PENDAHULUAN
Pada tahun 2021, proporsi penduduk dengan asupan kalori minimum di bawah
1400 kkal/kapita/hari menunjukkan adanya penurunan dari 9,97 persen menjadi 9,34
persen. Penurunan tersebut mengindikasikan bahwa penduduk yang berpotensi
mengalami kekurangan gizi karena konsumsi energi yang sangat rendah semakin
berkurang di Jawa Tengah. Meskipun secara realisasi mengalami penurunan dari tahun
2019 hingga 2021, namun masih cukup tinggi dibandingkan realisasi tahun 2018.
Berdasarkan data BPS Jawa Tengah tahun 2021, rata-rata konsumsi kalori di
perdesaan lebih tinggi dibandingkan daerah perkotaan pada kelompok makanan
seperti padi-padian, umbi-umbian, sayur-sayuran, kacang-kacangan, minyak dan
lemak, bahan minuman, serta bumbu-bumbuan. Bahan makanan tersebut lebih
mudah diperoleh di perdesaan serta harga yang relatif murah dibandingkan bahan
2) Prevalensi Stunting (pendek dan sangat pendek) pada anak di bawah lima
tahun/balita dan di bawah dua tahun/baduta
Prevalensi Stunting (pendek dan sangat pendek) pada anak bawah lima tahun/
balita dan baduta di Jawa Tengah berkembang cukup baik dalam kurun waktu 2019-
2021. Indikator ini digunakan untuk mengukur presentase anak balita dan baduta yang
tingginya di bawah ketinggian rata-rata penduduk acuan.
Tujuan 2: Tanpa Kelaparan
Kode Base- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu- Target
Indi- Nama Indikator line sasi get sasi get sasi
Data an 2019
kator (2018) 2019 2020 2020 2021 2021
2.2.1* Prevalensi Stunting
(pendek dan sangat
Dinas 18,18 14,51 11,56
pendek) pada anak % 24,43 27 (SSGI) 26 (SSGI) 24 (SSGI)
Kesehatan (ePPBGM) (ePPBGM) (ePPBGM)
di bawah lima
tahun/ balita.
2.2.1 Prevalensi Stunting
(a) (pendek dan sangat 31,2
Dinas 17 27,68 16,7 14,74 16,4 13,19
pendek) pada anak % (Riskes
Kesehatan (ePPBGM) (SSGI) (ePPBGM) (ePPBGM) (ePPBGM) (ePPBGM)
di bawah dua das)
tahun/ baduta.
Pada tahun 2019 hingga 2021 terjadi penurunan angka prevalensi Stunting pada
anak balita sebesar 3,67 persen dari 18,18 persen menjadi 14,51 persen dan kembali
turun pada tahun 2021 menjadi 11,56 persen. Sedangkan angka prevalensi Stunting
pada anak baduta mengalami penurunan dari 14,74 persen menjadi 13,19 persen pada
tahun 2021. Adapun secara absolut, jumlah baduta dan balita yang mengalami
Stunting di Jawa Tengah tahun 2021 secara berturut-turut yaitu sebesar 759.869
baduta dan 1.419.781 balita. Beberapa faktor yang menyebabkan Stunting di Jawa
Tengah dapat dilihat pada Gambar 7.
Beberapa upaya yang dilakukan
dalam rangka mencegah dan menurunkan
prevalensi Stunting di Jawa Tengah yakni
melalui perbaikan gizi, tumbuh kembang
anak, dan Gerakan Percepatan Perbaikan
Gizi dalam kerangka 1.000 HPK. Upaya
percepatan penanganan Stunting di Jawa
Tengah berjalan seiringan dengan aksi
konvergensi yang dilakukan di masing-
masing Kabupaten/Kota dengan aktivitas
yang bersifat lintas sektor.
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Berdasarkan data Studi Status Gizi
2021 (divisualisasikan)
Gambar 7. Penyebab Stunting di Jateng Indonesia (SSGI) tahun 2021, masih
terdapat 19 Kabupaten dan Kota di Jawa
Tengah dengan kategori kuning (prevalensi 20-30 persen), 15 Kabupaten/Kota lainnya
berkategori hijau dengan prevalensi kisaran 10-20 persen dan 1 kabupaten lainnya
berstatus biru yang berarti di bawah prevalensi 10 persen. Prevalensi Stunting di
3) Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif
Kesadaran masyarakat khususnya ibu terkait pentingnya memberikan ASI eksklusif
kian meningkat di Jawa Tengah. Hal ini terbukti dengan meningkatnya persentase
pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Jawa Tengah sebesar 1,67 persen dari
69,46 persen tahun 2019 menjadi 71,13 persen tahun 2020. Peningkatan secara
signifikan ditunjukkan kembali pada tahun 2021 yakni sebesar 5,45 persen menjadi
76,58 persen.
Tujuan 2: Tanpa Kelaparan
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Satu
Indi- Nama Indikator Sumber Data line get sasi get sasi get sasi
an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
2.2.2 Persentase bayi usia Riskesdas dan
(b) kurang dari 6 bulan Rirkesnas
% 64,19 50 69,46 52 71,13 54 76,58
yang mendapatkan Kemenkes Dinkes,
ASI eksklusif. Susenas BPS
Capaian persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapatkan ASI ekslusif
menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Namun, capaian tersebut belum
mencapai angka 100% yang artinya masih terdapat bayi usia kurang dari 6 bulan yang
belum mendapatkan ASI eksklusif. Pengetahuan, sikap dan motivasi ibu masih
menjadi faktor utama perilaku pemberian ASI eksklusif.
Tren menurun terjadi pada tahun 2019 hingga 2021, secara berturut turut yaitu
89,61 persen, 87,1 persen dan 86,7 persen. Penurunan tersebut akibat dari pandemi
Covid-19 yang menurunkan pendapatan penduduk sehingga berpengaruh terhadap
berkurangnya konsumsi pangan pada komoditas padi-padian, gula, buah dan sayuran.
Pandemi Covid-19 juga membatasi akses distribusi komoditas pangan akibat
pembatasan pergerakan masyarakat. Apabila dilihat dari kelompok pangan, sayur
buah dan padi-padian menjadi penyumbang skor PPH tertinggi di Jawa Tengah yaitu
26 persen dan 25 persen.
Tujuan 2. Menghilangkan Kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan gizi yang baik, serta meningkatkan pertanian berkelanjutan
Target 2.1 Pada tahun 2030, menghilangkan kelaparan dan menjamin akses bagi semua orang, khususnya orang miskin dan mereka yang berada dalam kondisi rentan, termasuk bayi, terhadap makanan yang aman, bergizi,
dan cukup sepanjang tahun
Prevalensi Prevalensi
Ketidakcukupan Ketidakcukupan
(tidak ada dalam lampiran
2.1.1* Konsumsi Pangan Konsumsi Pangan Susenas BPS % 11,27 PM 11,66 PM 11,8 PM 12,34 Tren meningkat
Perpres 59/2017)
(Prevalence of (Prevalence of
Undernourishment). Undernourishment).
Menurunnya prevalensi
Prevalensi kekurangan Prevalensi kekurangan kekurangan gizi
Belum
2.1.1.(a) gizi (underweight) gizi (underweight) (underweight) pada anak BPS % 16,75 PM N.A PM PM N.A
rilis
pada anak balita. pada anak balita. balita pada tahun 2019
menjadi 17% (2013: 19,6 %).
Prevalensi penduduk Prevalensi penduduk
dengan kerawanan dengan kerawanan
pangan sedang atau pangan sedang atau
(tidak ada dalam lampiran
2.1.2* berat, berdasarkan berat, berdasarkan BPS % 0,04 PM 0,04 PM 2,08 PM N.A
Perpres 59/2017)
pada Skala pada Skala
Pengalaman Pengalaman
Kerawanan Pangan. Kerawanan Pangan.
Menurunnya proporsi
Proporsi penduduk Proporsi penduduk penduduk dengan asupan
dengan asupan kalori dengan asupan kalori kalori minimum di bawah
2.1.2.(a) Susenas BPS % 8,51 PM 10,05 PM 9,97 PM 9,34
minimum di bawah minimum di bawah 1400 kkal/kapita/hari pada
1400 kkal/kapita/hari. 1400 kkal/kapita/hari. tahun 2019 menjadi 8,5 %
(2015: 17,4%).
Target 2.2 Pada tahun 2030, menghilangkan segala bentuk kekurangan gizi, termasuk pada tahun 2025 mencapai target yang disepakati secara internasional untuk anak pendek dan kurus di bawah lima tahun, dan
memenuhi kebutuhan gizi remaja perempuan, ibu hamil dan menyusui, serta manula
Prevalensi Stunting Prevalensi Stunting
(pendek dan sangat (pendek dan sangat 18,18 14,51 11,56
(tidak ada dalam lampiran Dinas 27 26 24
2.2.1* pendek) pada anak di pendek) pada anak di % 24,43
(SSGI)
(ePPBG
(SSGI)
(ePPBG
(SSGI)
(ePPBG
Perpres 59/2017) Kesehatan M) M) M)
bawah lima bawah lima
tahun/balita. tahun/balita.
Menurunnya prevalensi
Prevalensi Stunting Prevalensi Stunting Stunting (pendek dan
(pendek dan sangat (pendek dan sangat sangat pendek) pada anak 31,24 14,74
Dinas 27,68
2.2.1.(a) pendek) pada anak di pendek) pada anak di di bawah dua % (Riskes PM PM (ePPBG PM 13,19
Kesehatan das)
(SSGBI)
M)
bawah dua bawah dua tahun/baduta pada tahun
tahun/baduta. tahun/baduta. 2019 menjadi 28% (2013:
32,9%).
I. PENDAHULUAN
2) Kejadian Penyakit Menular (HIV, TB, Malaria, Hepatitis, Filariasis dan Kusta)
Insiden Tuberkulosis (ITB) per 100.000 penduduk
Penemuan kasus Tuberkulosis yang ternotifikasi (CNR TB) mengalami penurunan
dari tahun 2020 sebesar 3 per 100.000 penduduk menjadi 115 per 100.000 penduduk
pada tahun 2021. Namun, penurunan kasus TB tersebut tidak sejalan dengan capaian
angka keberhasilan pengobatan TB (SR TB) yang cenderung menurun dari 84,5 persen
pada tahun 2020 menjadi 83,5 persen pada tahun 2021. Hal tersebut dikarenakan
adanya pandemi Covid-19 yang berdampak pada terbatasnya layanan pengobatan
tuberkulosis.
Tujuan 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber
Indi- Nama Indikator Satuan line get sasi get sasi get sasi
Data
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Insiden Tuberkulosis Per
3.3.2
(ITB) per 100.000 Kemenkes 100.000 144,97 NA 210,8 NA 118 NA 115
(a)
penduduk penduduk
104.2
120
96.3
91.7
91.7
86.8
94
84.2
83.4
80.5
81.4
86
100
78.5
78.5
76.9
77.3
76.5
76.4
74.7
73.4
73.3
72.5
71.3
68.3
71.1
64.8
64.4
62.7
61.8
59.6
80
59.1
56.7
64
58
45.4
60
40
8.6
20
Kab. Cilacap
Kota Semarang
Kab. Demak
Kab. Boyolali
Kab. Banyumas
Kab. Semarang
Kab. Pekalongan
Kab. Tegal
Kota Tegal
Kab. Klaten
Kab. Banjarnegara
Kota Salatiga
Kab. Purworejo
Kota Surakarta
Kab. Batang
Kab. Kendal
Kota Pekalongan
Kab. Kudus
Kab. Rembang
Kab. Wonosobo
Kota Magelang
Kab. Wonogiri
Kab. Purbalingga
Kab. Sragen
Kab. Jepara
Kab. Karanganyar
Kab. Kebumen
Kab. Magelang
Kab. Blora
Kab. Pati
Kab. Temanggung
Kab. Pemalang
Kab. Sukoharjo
Kab. Brebes
Kab. Grobogan
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2021
Gambar 11. Distribusi Deteksi Dini Hepatitis B Per Kabupaten/Kota Tahun 2021
2) Persentase Perempuan Pernah Kawin Umur 15-49 Tahun yang Proses Melahirkan
Terakhirnya ditolong oleh Tenaga Kesehatan Terlatih dan di Fasilitas Kesehatan
Dengan populasi yang terus bertambah, penyediaan pelayanan kesehatan yang
berkualitas bergantung pada ketersediaan tenaga kesehatan terlatih. Pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan merupakan strategi untuk menangani masalah
kesehatan ibu dan anak. Proses persalinan akan lebih aman jika dilakukan oleh tenaga
kesehatan (dokter atau bidan atau tenaga kesehatan lainnya) yang sudah terlatih
dibandingkan dengan tenaga non kesehatan yang sifatnya masih tradisional seperti
dukun bersalin.
Proporsi perempuan pernah kawin umur 15-49 tahun yang proses melahirkan
terakhirnya ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih pada tahun 2021 menurun tidak
signifikan tercatat sebesar 99,66 persen lebih rendah dari tahun sebelumnya yang
mencapai 99,74 persen. Meskipun mengalami penurunan, capaian tersebut
menunjukkan bahwa hampir seluruh ibu hamil di Jawa Tengah sudah menggunakan
tenaga kesehatan sebagai penolong proses kelahiran, yang artinya bahwa semakin
tingginya kesadaran masyarakat Jawa Tengah akan pentingnya keselamatan serta
kesehatan ibu dan anak.
Tujuan 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu-
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
3.1.2* Proporsi perempuan pernah
kawin umur 15-49 tahun Dinas
yang proses melahirkan Kesehat- % 99,30 100 99,64 100 99,74 100 99,66
terakhirnya ditolong oleh an
tenaga kesehatan terlatih
Selain proses persalinan yang sebaiknya ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih,
juga diharapkan untuk dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai
seperti rumah sakit bersalin (baik pemerintah maupun swasta), klinik bersalin dan
puskesmas. Hal tersebut dilakukan dalam rangka menjamin ibu bersalin mendapatkan
pelayanan kesehatan yang sesuai standar. Dalam kurun waktu 2019 hingga 2021
persentase ibu hamil yang proses melahirkannya di fasilitas kesehatan menurun yaitu
dari 98,08 persen menjadi 97,90 persen. Tantangan yang dihadapi dan perlu menjadi
perhatian adalah kemudahan akses dan ketersediaan fasilitas kesehatan khususnya
pada daerah-daerah yang termasuk sebagai daerah tertinggal.
Dari 831 kasus malaria yang terjadi di tahun 2021, kasus malaria tertinggi terjadi di
Kabupaten Purworejo, yaitu sebanyak 558 kasus (Gambar 16). Kasus malaria tersebut
mengalami kenaikan yang sangat drastis dibandingkan tahun sebelumnya 2019 dan
2020 yang berturut-turut hanya 30 kasus dan 6 kasus. Tingginya angka penularan
kasus malaria di Kabupaten Purworejo dipengaruhi kondisi geografis adanya Bukit
Menoreh yang menjadi ekosistem nyamuk anopheles penyebab malaria, disamping
tingginya aktivitas masyarakat pada malam hari.
Distribusi Kasus Malaria Per Kabupaten/Kota Tahun 2021
558
57 50
29 24 16 10 10 10 10 10 9 7 5 4 3 3 3 3 2 2 2 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tujuan 3. Menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan seluruh penduduk semua usia
Target 3.1 Pada tahun 2030, mengurangi rasio angka kematian ibu hingga kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup
Menurunnya angka Kematian ibu
kematian ibu per 100 ribu hamil yang
Angka Kematian Ibu Angka Kematian Ibu Dinas 100.000
3.1.1* kelahiran hidup pada 78,60 87 76,93 85,5 98,60 84 199,00 terpapar
(AKI). (AKI). Kesehatan /KH
tahun 2019 menjadi 306 Covid-19
(2010: 346). cukup tinggi
Proporsi perempuan Proporsi perempuan
pernah kawin umur pernah kawin umur Meningkatnya persentase
Tren menurun
15-49 tahun yang 15-49 tahun yang persalinan oleh tenaga
Dinas dan tidak
3.1.2* proses melahirkan proses melahirkan kesehatan terampil pada % 99,30 100 99,64 100 99,74 100 99,66
Kesehatan memenuhi
terakhirnya ditolong terakhirnya ditolong tahun 2019 menjadi 95 %
target
oleh tenaga oleh tenaga (2015: 91,51%).
kesehatan terlatih. kesehatan terlatih.
Persentase Persentase
Terbatasnya
perempuan pernah perempuan pernah Meningkatnya persentase
pelayanan
kawin umur 15-49 kawin umur 15-49 persalinan di fasilitas
persalinan di
3.1.2. (a) tahun yang proses tahun yang proses pelayanan kesehatan pada BPS % 97,71 PM 98,08 PM 98,05 PM 97,90
faskes akibat
melahirkan melahirkan tahun 2019 menjadi 85%
pandemi
terakhirnya di terakhirnya di (2015:75%)
Covid-19
fasilitas kesehatan. fasilitas kesehatan.
Target 3.2 Pada tahun 2030, mengakhiri kematian bayi baru lahir dan balita yang dapat dicegah, dengan seluruh negara berusaha menurunkan Angka Kematian Neonatal setidaknya hingga 12 per 1000 KH (Kelahiran Hidup)
dan Angka Kematian Balita 25 per 1000
Angka Kematian
Angka Kematian
Balita (AKBa) per (tidak ada dalam lampiran Dinas 1.000/
3.2.1* Balita (AKBa) per 9,48 10,47 9,63 10,45 8,99 10,45 8,95
1000 kelahiran Perpres 59/2017) Kesehatan KH
1000 kelahiran hidup
hidup.
Kematian bayi
Angka Kematian
Angka Kematian akibat
Neonatal (AKN) per (tidak ada dalam lampiran 1.000/
3.2.2* Neonatal (AKN) per SDKI 6,27 NA 5,76 NA 5,64 NA 5,85 terpapar
1000 kelahiran Perpres 59/2017) KH
1000 kelahiran hidup. Covid-19 yang
hidup.
cukup tinggi
Menurunnya AKB per 1000
Angka Kematian Angka Kematian Bayi
kelahiran hidup pada Dinas 1.000/
3.2.2. (a) Bayi (AKB) per 1000 (AKB) per 1000 8,36 8,3 8,24 8,10 7,79 8 7,87
tahun 2019 menjadi 24 Kesehatan KH
kelahiran hidup. kelahiran hidup.
(2012-2013: 32).
Meningkatnya persentase Pelayanan
Persentase Persentase
kabupaten/ kota yang Dinkes kesehatan
kabupaten/kota kabupaten/kota yang
mencapai 80% imunisasi bekerja yang dialihkan
3.2.2. (b) yang mencapai 80% mencapai 80% % NA NA 100 NA 100 NA 74,29
dasar lengkap pada bayi sama untuk
imunisasi dasar imunisasi dasar
pada tahun 2019 menjadi Kemenkes penanganan
lengkap pada bayi. lengkap pada bayi.
95% (2015: 71,2%). Covid-19
Target 3.3 Pada tahun 2030, mengakhiri epidemi AIDS, tuberkulosis, malaria, dan penyakit tropis yang terabaikan, dan memerangi heaptitis, penyakit bersumber air, serta penyakit menular lainnya
Mulai 2020
indikator
Menurunnya prevalensi Dinkes
sudah tidak
Prevalensi HIV pada Prevalensi HIV pada HIV pada populasi dewasa bekerja
3.3.1. (a) % 0,03 0,5 0,78 0,5 NA 0,5 NA ada, berubah
populasi dewasa. populasi dewasa. tahun 2019 menjadi <0,5% sama
menjadi
(2014: 0,46%). Kemenkes
Menurunnya
Insiden HIV
Menurunnya prevalensi
Per
Insiden Tuberkulosis Insiden Tuberkulosis Tuberculosis (TB) per
100.000
3.3.2. (a) (ITB) per 100.000 (ITB) per 100.000 100.000 penduduk pada Kemenkes 144,97 NA 210 NA 118 NA 115
pendud-
penduduk. penduduk. tahun 2019 menjadi 245
uk
(2013: 297).
Kejadian Malaria per Kejadian Malaria per (tidak ada dalam lampiran Dinas per 1000
3.3.3* 0,02 0,06 0,012 0,06 0,01 0,06 0,024
1000 orang. 1000 orang Perpres 59/2017) Kesehatan orang
Meningkatnya jumlah
Jumlah Jumlah
kabupaten/kota dengan
kabupaten/kota kabupaten/kota yang Dinas Kab/
3.3.3. (a) eliminasi malaria pada 31 33 33 33 33 33 33
yang mencapai mencapai eliminasi Kesehatan Kota
tahun 2019 menjadi 300
eliminasi malaria. malaria.
(2013: 212).
Persentase Persentase
kabupaten/kota kabupaten/kota yang
(tidak ada dalam lampiran Dinas
3.3.4. (a) yang melakukan melakukan deteksi % 25,7 28,6 31,4 31,4 42,8 34,3 65,71
Perpres 59/2017) Kesehatan
deteksi dini untuk dini untuk infeksi
infeksi Hepatitis B. Hepatitis B.
Juta
Jumlah orang yang Jumlah orang yang orang
memerlukan memerlukan Dinkes 7,9 8,3 8,2 5,6 5,3 429 371
(Filaria
intervensi terhadap intervensi terhadap (tidak ada dalam lampiran bekerja sis)
3.3.5*
penyakit tropis yang penyakit tropis yang Perpres 59/2017) sama
terabaikan (Filariasis terabaikan (Filariasis Kemenkes orang
1,422 1,576 1,261 1,184 931 NA 909
dan Kusta). dan Kusta). (kusta)
Meningkatnya jumlah
Jumlah provinsi Jumlah provinsi
provinsi dengan eliminasi
3.3.5 (a) dengan eliminasi dengan eliminasi Kemenkes provinsi NA NA 1 NA 1 NA 1
kusta sebanyak 34 provinsi
kusta kusta
pada tahun 2019 (2013:20).
Jumlah kabupaten/ Jumlah kabupaten/
kota dengan kota dengan Meningkatnya jumlah Dinkes
eliminasi filariasis eliminasi filariasis kabupaten/kota dengan bekerja Kab/
3.3.5.(b) NA NA 0 NA 0 NA 0
(berhasil lolos dalam (berhasil lolos dalam eliminasi filariasis pada sama Kota
survei penilaian survei penilaian tahun 2019 menjadi 35. Kemenkes
transmisi tahap I). transmisi tahap I).
Target 3.4 Pada tahun 2030, mengurangi hingga sepertiga angka kematian dini akibat penyakit tidak menular, melalui pencegahan dan pengobatan, serta meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan
Berdasarkan
hasil Riskesdas
Menurunnya persentase
tahun 2018
Persentase merokok Persentase merokok merokok pada penduduk Dinkes,
(belum ada
3.4.1 (a) pada penduduk pada penduduk umur usia ≤18 tahun pada tahun Kemenkes % 9,1 NA 9,1 NA 9,1 NA 15
pelaksanaan
umur ≤ 18 tahun ≤ 18 tahun 2019 menjadi 5,4% (2013: Riskesdas
Riset
7,2%).
Kesehatan
Terbaru)
Dinkes
Menurunnya prevalensi
Bekerja-
Prevalensi tekanan Prevalensi tekanan tekanan darah tinggi pada
3.4.1. (b) sama kasus 37,6 NA 37,6 NA 37,6 NA 37,6
darah tinggi darah tinggi tahun 2019 menjadi 24,3%
Kemenkes
(2013: 25,8%).
Sirkesnas
Tidak meningkatnya
Prevalensi obesitas Prevalensi obesitas prevalensi obesitas pada Kemenkes
3.4.1. (c) pada penduduk pada penduduk umur penduduk usia 18 tahun ke (Riskes % 20,4 NA 20,4 NA 20,4 NA 20,4
umur ≥18 tahun ≥18 tahun atas pada tahun 2019 das)
menjadi 15,4% (2013: 15,4%).
Kema-
Angka kematian Angka kematian Sistim
(tidak ada dalam lampiran tian per Kewenangan
3.4.2* (insidens rate) akibat (insidens rate) akibat Registrasi 0 NA 0 NA 0 NA 0,00059
Perpres 59/2017) 100.000 Pusat
bunuh diri) bunuh diri) Sample
pnddk
Meningkatnya jumlah
Jumlah kabupaten/ Jumlah
Kabupaten/Kota yang Tren
kota yang memiliki kabupaten/kota yang Dinkes
memiliki puskesmas yang meningkat
puskesmas yang memiliki puskesmas bekerja Kab/ 13 14 23 24 25 28
3.4.2. (a) menyelenggarakan upaya 80 Puskesmas namun tidak
menyelenggarakan yang sama Kota (37%) (40%) (65.71%) (70%) (71,40%) (80%)
kesehatan jiwa pada tahun memenuhi
upaya kesehatan menyelenggarakan Kemenkes
2019 menjadi 280 (2015: target
jiwa upaya kesehatan jiwa
80).
Target 3.5 Memperkuat pencegahan dan pengobatan penyalahgunaan zat, termasuk penyalahgunaan narkotika dan penggunaan alkohol yang membahayakan
Jumlah Jumlah
penyalahguna penyalahguna
narkotika dan narkotika dan
pengguna alkohol pengguna alkohol (tidak ada dalam lampiran
3.5.1 (a) BNN Orang 195 60 333 NA 73 NA 55
yang merugikan, yang merugikan, Perpres 59/2017)
yang mengakses yang mengakses
layanan rehabilitasi layanan rehabilitasi
medis medis
Jumlah yang Jumlah yang
(tidak ada dalam lampiran
3.5.1 (b) mengakses layanan mengakses layanan BNN Orang 69 NA 198 NA 239 NA 42
Perpres 59/2017)
pasca rehabilitasi pasca rehabilitasi
Meningkatnya jumlah
korban penyalahgunaan
Jumlah korban Jumlah korban
NAPZA yang
penyalahgunaan penyalahgunaan
mendapatkan rehabilitasi
NAPZA yang NAPZA yang
sosial di dalam panti
3.5.1 (c) mendapatkan mendapatkan BNN Orang 40 15 36 NA 73 NA 551
sesuai standar pelayanan
rehabilitasi sosial di rehabilitasi sosial di
pada tahun 2019 menjadi
dalam panti sesuai dalam panti sesuai
210 (2015: 200) dan di luar
standar pelayanan standar pelayanan
panti pada tahun 2019
menjadi 4.319 (2015: 1.464).
Jumlah Lembaga Jumlah Lembaga Meningkatnya jumlah
Rehabilitasi Sosial Rehabilitasi Sosial Lembaga Rehabilitasi
Korban Korban Sosial Korban
Lem-
3.5.1 (d) Penyalahgunaan Penyalahgunaan Penyalahgunaan NAPZA BNN 17 5 15 NA 9 NA 8
baga
NAPZA yang telah NAPZA yang telah yang telah dibantu pada
dikembangkan/ dikembangkan/ tahun 2019 menjadi 85
dibantu dibantu (2015: 75).
Terkendalinya laju
prevalensi
Prevalensi Prevalensi
penyalahgunaan narkoba
3.5.1. (e) penyalahgunaan penyalahgunaan BNN % NA 0 1,3 NA NA NA NA
pada akhir tahun 2019
narkoba. narkoba.
menjadi angka 0,02%
(2015: 0,05%).
Konsumsi alkohol Konsumsi alkohol
(liter per kapita) oleh (liter per kapita) oleh
(tidak ada dalam lampiran Susenas
3.5.2* penduduk umur ≥ 15 penduduk umur ≥ 15 % NA PM 0,05 PM 0,06 PM 0,04
Perpres 59/2017) BPS
tahun dalam satu tahun dalam satu
tahun terakhir tahun terakhir
Target 3.6 Pada tahun 2030, mengurangi hingga setengah jumlah kematian global dan cedera dari kecelakaan lalu lintas
Target 3.a Memperkuat pelaksanaan the Framework Convention on Tobacco Control WHO di seluruh negara sebagai langkah yang tepat
Target 3.b Mendukung penelitian dan pengembangan vaksin dan obat penyakit menular dan tidak menular yang terutama berpengaruh terhadap negara berkembang, menyediakan akses terhadap obat dan vaksin dasar
yang terjangkau, sesuai the Doha Declaration tentang the TRIPS Agreement and Public Health, yang menegaskan hak negara berkembang untuk menggunakan secara penuh ketentuan dalam Kesepakatan atas Aspek-Aspek
Perdagangan dari Hak Kekayaan Intelektual terkait keleluasaan untuk melindungi kesehatan masyarakat, dan khususnya, menyediakan akses obat bagi semua
Persentase Persentase Dinkes
ketersediaan obat ketersediaan obat (tidak ada dalam lampiran berkerja-
3.b.1. (a) % 0 70 95 75 91 80 99,66
dan vaksin di dan vaksin di Perpres 59/2017) sama
Puskesmas. Puskesmas. Kemenkes
Target 3.c Meningkatkan secara signifikan pembiayaan kesehatan dan rekrutmen, pengembangan, pelatihan, dan retensi tenaga kesehatan di negara berkembang, khususnya negara kurang berkembang, dan negara
berkembang pulau kecil
Dokter: 0,20
Dokter Gigi:
0,042
Dokter Dokter Perawat:1,37
Dokter
: 0,17 : 0,19 Bidan: 0,69
: 0,39
Dokter Dokter Farmasi: 0,31
Peraw
Tenaga Gigi: Gigi: Kesehatan
at: 1,28
Kepadatan dan Kepadatan dan keseha 0,04 0,04 Masyarakat:
(tidak ada dalam lampiran Bidan:
3.c.1* distribusi tenaga distribusi tenaga BPS tan/ PM Peraw PM Peraw PM 0,061
Perpres 59/2017) 0,68
kesehatan. kesehatan. 1000 at: 1,29 at: 1,37 Kesehatan
Farma
pnddk Bidan: Bidan: Lingkungan:
si: 0,23
0,67 0,63 0,050
Gizi:
Farma Farma Tenaga Gizi:
0,06
si: 0,22 si: 0,27 0,065
Ahli Teknologi
Laboratorium
Medik: 0,12
I. PENDAHULUAN
Tujuan 4 yaitu menjamin kualitas Pendidikan yang inklusif dan merata serta
meningkatkan kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua, dengan target untuk
mejamin semua anak usia sekolah mendapatkan layanan dan fasilitas pendidikan.
Pencapaian target tujuan 4 Provinsi Jawa Tengah difokuskan pada: (1) Angka Partisipasi;
(2) Akreditasi Satuan Pendidikan; (3) Sarana dan Prasarana Pendidikan; serta (4) Kualitas
Tenaga Pendidik.
Rata-rata lama sekolah penduduk umur ≥15 tahun di Jawa Tengah cenderung
meningkat dalam kurun waktu tahun 2018 hingga 2021. Capaian RLS tahun 2021
menunjukkan angka 8,26 tahun. Artinya rata-rata penduduk Jawa Tengah yang berusia
15 tahun ke atas telah menempuh pendidikan selama 8,26 tahun atau telah
menamatkan kelas VIII untuk jenjang SMP/MTs/Sederajat. Apabila dilihat berdasarkan
jenis kelamin, rata-rata lama sekolah penduduk umur ≥15 tahun laki-laki lebih tinggi
daripada perempuan yaitu berturut-turut 8,17 tahun dan 7,34 tahun.
Tujuan 4. Menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta meningkatkan kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua
Tujuan 4.1 Pada tahun 2030, menjamin bahwa semua anak perempuan dan laki-laki menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah tanpa dipungut biaya, setara, dan berkualitas, yang mengarah pada capaian
pembelajaran yang relevan dan efektif
Proporsi anak-anak Proporsi anak-anak
dan remaja: (a) pada dan remaja: (a) pada
kelas 4, (b) tingkat kelas 4, (b) tingkat
akhir SD/ kelas 6, (c) akhir SD/ kelas 6, (c)
tingkat akhir tingkat akhir (tidak ada dalam INAP,
4.1.1* SMP/kelas 9 yg SMP/kelas 9 yg lampiran Perpres Kemendik % NA NA NA NA NA
mencapai standar mencapai standar 59/2017) -bud
kemampuan kemampuan
minimum dalam: (i) minimum dalam: (i)
membaca, (ii) membaca, (ii)
matematika matematika
Meningkatnya
Persentase SD/MI Persentase SD/MI persentase SD/MI
4.1.1 (a) berakreditasi berakreditasi berakreditasi minimal B Disdikbud % 100 100 100 100 100 100 100
minimal B minimal B pada tahun 2019 menjadi
84,2% (2015:68,7%).
Meningkatnya
Persentase Persentase
persentase SMP/MTs
SMP/MTs SMP/MTs
4.1.1 (b) berakreditasi minimal B Disdikbud % 100 100 100 100 100 100 100
berakreditasi berakreditasi
pada tahun 2019 menjadi
minimal B minimal B
81% (2015:62,5%).
Meningkatnya
Persentase SMA/MA Persentase SMA/MA persentase SMA/MA
4.1.1.(c) berakreditasi berakreditasi berakreditasi minimal B Disdikbud % 100 100 100 100 100 100 100
minimal B. minimal B. pada tahun 2019 menjadi
84,6% (2015:73,5%).
Tren
Meningkatnya Angka
menurun,
Angka Partisipasi Angka Partisipasi Partisipasi Kasar (APK)
Susenas lebih
4.1.1.(d) Kasar (APK) Kasar (APK) SD/MI/sederajat pada % 108,18 PM 107,74 PM 106,32 PM 106,4
BPS rendah
SD/MI/sederajat. SD/MI/sederajat. tahun 2019 menjadi
dari
114,09% (2015: 108%).
baseline
Tren
Angka Partisipasi Meningkatnya APK fluktiatif,
Angka Partisipasi
Kasar (APK) SMP/MTs/sederajat Susenas lebih
4.1.1.(e) Kasar (APK) % 99,8 PM 91,7 PM 93,21 PM 94
SMP/MTs/ pada tahun 2019 menjadi BPS rendah
SMP/MTs/sederajat
sederajat. 106,94% (2015: 100,7%). dari
baseline
Meningkatnya APK
Angka Partisipasi Angka Partisipasi
SMA/SMK/MA/
Kasar (APK) Kasar (APK) Menurun
4.1.1.(f) sederajat pada tahun BPS % 84,15 PM 86,76 PM 86,83 PM 86,65
SMA/SMK/MA/ SMA/SMK/MA/ 0,18%
2019 menjadi 91,63%
sederajat. sederajat.
(2015: 76,4%).
Meningkatnya rata-rata
lama sekolah penduduk
Rata-rata lama Rata-rata lama
usia di atas 15 tahun Susenas
4.1.1 (g) sekolah penduduk sekolah penduduk Thn 7,35 PM 7,53 PM 7,69 PM 7,75
pada tahun 2019 BPS
umur ≥ 15 tahun umur ≥ 15 tahun
menjadi 8,8 tahun (2015:
8,25 tahun).
Target 4.2 Pada tahun 2030, menjamin bahwa semua anak perempuan dan laki-laki memiliki akses terhadap perkembangan dan pengasuhan anak usia dini, pengasuhan pendidikan pra-sekolah dasar yang berkualitas,
sehingga mereka siap untuk menempuh pendidikan dasar
Meningkatnya APK anak
Angka Partisipasi Angka Partisipasi yang mengikuti
4.2.2. Kasar (APK) Kasar (APK) Pendidikan Anak Usia Susenas Menurun
% 49,77 PM 48,72 PM 50,24 PM 47,33
(a) Pendidikan Anak Pendidikan Anak Dini (PAUD) pada tahun BPS 2,91%
Usia Dini (PAUD). Usia Dini (PAUD). 2019 menjadi 77,2%
(2015: 70,06%).
Target 4.3 Pada tahun 2030, menjamin akses yang sama bagi semua perempuan dan laki-laki, terhadap pendidikan teknik, kejuruan dan pendidikan tinggi, termasuk universitas, yang terjangkau dan berkualitas
Meningkatnya APK
Angka Partisipasi Angka Partisipasi
SMA/ SMK/ MA/
4.3.1. Kasar (APK) Kasar (APK) Menurun
sederajat pada tahun BPS % 84,15 PM 86,76 PM 86,83 PM 86,65
(a) SMA/SMK/MA/sede SMA/SMK/MA/ 0,18%
2019 menjadi 91,63 %
rajat. sederajat.
(2015: 76,4 %).
Meningkatnya APK
Angka Partisipasi Angka Partisipasi
Perguruan Tinggi (PT)
4.3.1. Kasar (APK) Kasar (APK) Susenas
pada tahun 2019 % 18,22 PM 21,8 PM 22,62 PM 23,86
(b) Perguruan Tinggi Perguruan Tinggi BPS
menjadi 36,73 % (2015:
(PT). (PT).
29,9%).
Target 4.4 Pada tahun 2030, meningkatkan secara signifikan jumlah pemuda dan orang dewasa yang memiliki keterampilan yang relevan, termasuk keterampilan teknik dan kejuruan, untuk pekerjaan, pekerjaan yang
layak dan kewirausahaan
%
Susenas
Proporsi remaja dan Proporsi remaja dan remaja 83,33 PM 90,93 PM 94,02 PM 96,56
BPS
dewasa dengan dewasa dengan (tidak ada dalam (15-24)
4.4.1* keterampilan keterampilan lampiran Perpres
teknologi informasi teknologi informasi 59/2017) %
Susenas
dan komunikasi (TIK) dan komunikasi (TIK) dewasa 48,63 PM 58,75 PM 65,78 PM 71,15
BPS
(15-59)
Target 4.5 Pada tahun 2030, menghilangkan disparitas gender dalam pendidikan, dan menjamin akses yang sama untuk semua tingkat pendidikan dan pelatihan kejuruan, bagi masyarakat rentan termasuk penyandang
cacat, masyarakat penduduk asli, dan anak-anak dalam kondisi rentan
I. PENDAHULUAN
Tiga kebijakan di Jawa Tengah terkait gender yaitu antara lain: SE Gubernur Nomor
463.23/0007589 tentang PPRG pada Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota
Provinsi Jawa Tengah, Pergub Nomor 71 Tahun 2017 tentang Pedoman Pelaksanaan
PUG di Daerah, serta yang terbaru Perda Nomor 2 Tahun 2022 tentang
Pengarusutamaan Gender.
Beberapa upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah berkaitan
dengan hal tersebut antara lain: promosi perencanaan kehidupan berkeluarga bagi
remaja melalui program Generasi Berencana (GenRe); promosi dan Konseling
Kesehatan Reproduksi bagi remaja berisiko tinggi; serta meningkatkan kerjasama dan
sinergitas dengan Dinas/Instansi yang memiliki program dengan tujuan serupa seperti
DP3AP2KB Provinsi dengan program
Tren ASFR Jawa Tengah dan
“Jokawin Bocah”.
Nasional
35 Apabila dibandingkan dengan capaian
32.9
31 nasional, ASFR 15-19 tahun Jawa Tengah
33 32
tahun 2021 berada dibawah angka nasional
30
20.5
setelah sebelumnya (2018-2020) selalu
cenderung lebih tinggi dibanding angka
15.1
nasional. Menurunnya angka ASFR 15-19
2018 2019 2020 2021
tahun Provinsi Jawa Tengah yang cukup
Jawa Tengah Nasional
signifikan mampu berkontribusi terhadap
Sumber: BKKBN Provinsi Jawa Tengah, 2021
Gambar 20. Tren ASFR Jawa Tengah dan
penurunan ASFR 15-19 tahun secara
Nasional Nasional yang saat ini berada pada angka
20,5 per 1000 perempuan 15-19 tahun.
Strategi penurunan angka unmet need yang ditetapkan tidak dapat berjalan
optimal, khususnya pada masa pandemi Covid-19 yang terjadi mulai awal tahun 2020
yang berdampak pada pelayanan KB yang terhambat. Selain itu, diketahui bahwa
masih terdapat beberapa faskes (baik rumah sakit maupun klinik) yang belum bisa
memberikan pelayanan KB secara massal, terutama KB Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang (MKJP) yang meliputi Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), implan, Medis
Operatif Wanita (MOW) dan Medis Operasi Pria (MOP).
2) Aplikasi Pemetaan Kelompok Rentan Perempuan dan Anak (APEM KETAN) Jawa
Tengah
Aplikasi APEM KETAN
merupakan aplikasi untuk
pemetaan kelompok rentan
perempuan dan anak. Data dan
informasi yang memadai
tentang perempuan dan anak
yang berada dalam kelompok
rentan sangat dibutuhkan dalam
upaya menekan faktor resiko
kerentanan serta penanganan perempuan dan anak guna memastikan kesejahteraan
perempuan dan anak serta pemenuhan atas hak-hak perempuan dan anak secara
spesifik.
APEM KETAN kemudian dikembangkan sebagai upaya menyediakan data
perempuan dan anak kelompok rentan sebagai sasaran pembangunan dalam upaya
menurunkan angka kemiskinan, kekerasan, perkawinan anak, Stunting, angka
kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), serta pemenuhan hak dan
perlindungan perempuan dan anak. Aplikasi ini dikembangkan oleh DP3AKB Jawa
Tengah dengan melibatkan lintas OPD, UNICEF Indonesia, Yayasan Setara dan
Lembaga Perlindungan Anak Klaten serta pihak swasta.
APEM KETAN berdampak signifikan terhadap upaya pengurangan resiko
kerentanan pada perempuan dan anak kelompok rentan, terutama anak yatim
dan/atau piatu yang orangtuanya meninggal akibat Covid-19. Pada pemetaan
terhadap anak yatim dan/atau piatu tersebut APEM KETAN mentabulasi hasil
assessment atas 7.967 anak di 24 (dua puluh empat) Kabupaten/Kota yang dihimpun
sebagai upaya validasi dan verifikasi data anak sekaligus memetakan kebutuhan
pemenuhan hak anak di lapangan.
Sumber: Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk Dan Keluarga
Berencana Provinsi Jawa Tengah; https://apemketan.dp3akb.jatengprov.go.id/login
KODE STATUS
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs TARGET (PERPRES SUMBER
INDI- SATUAN CAPAI- KET.
NASIONAL PROVINSI 59/2017) DATA BASE- TAR- REA- TAR- REA- TAR- REA-
KATOR AN
LINE GET LISASI GET LISASI GET LISASI
Target 5.1 Mengakhiri segala bentuk diskriminasi terhadap kaum perempuan dimanapun
Meningkatnya jumlah
Jumlah kebijakan yang Jumlah kebijakan yang kebijakan yang responsif
responsif gender responsif gender gender mendukung
Jumlah
5.1.1* mendukung mendukung pemberdayaan DP3AKB 1 Pergub NA 2 NA 2 NA 2
Kebijakan
pemberdayaan pemberdayaan perempuan pada tahun
perempuan. perempuan. 2019 bertambah sebanyak
16 (2015: 19).
Target 5.2. Menghapuskan segala bentuk kekerasan terhadap kaum perempuan di ruang publik dan pribadi, termasuk perdagangan orang dan eksploitasi seksual, serta berbagai jenis eksploitasi lainnya.
Proporsi perempuan Proporsi perempuan
dewasa dan anak dewasa dan anak
perempuan (umur 15- perempuan (umur 15-64
64) mengalami tahun) mengalami
(tidak ada dalam lampiran SPHPN
5.2.1* kekerasan (fisik, seksual, kekerasan (fisik, seksual, % NA NA NA NA NA NA NA
Perpres 59/2017) BPS
atau emosional) oleh atau emosional) oleh
pasangan atau mantan pasangan atau mantan
pasangan dalam 12 pasangan dalam 12 bulan
bulan terakhir. terakhir.
Menurunnya prevalensi
Prevalensi kekerasan Prevalensi kekerasan
kasus kekerasan terhadap Belum
5.2.1.(a) terhadap anak terhadap anak BPS % 8,20 PM 8,20 PM PM NA
anak perempuan pada rilis
perempuan. perempuan.
tahun 2019 (2013: 20,48 %).
Proporsi perempuan Proporsi perempuan
dewasa dan anak dewasa dan anak
perempuan (umur 15-64 perempuan (umur 15-64
tahun) mengalami tahun) mengalami (tidak ada dalam lampiran SPHPN
5.2.2* % NA NA NA NA NA NA NA
kekerasan seksual oleh kekerasan seksual oleh Perpres 59/2017) BPS
orang lain selain orang lain selain
pasangan dalam 12 pasangan dalam 12 bulan
bulan terakhir. terakhir.
Meningkatnya persentase
Persentase korban Persentase korban kasus kekerasan terhadap
kekerasan terhadap kekerasan terhadap perempuan yang
Belum
5.2.2.(a) perempuan yang perempuan yang mendapat layanan BPS % 100 PM 100 PM PM NA
rilis
mendapat layanan mendapat layanan komprehensif pada tahun
komprehensif. komprehensif. 2019 menjadi 70% (2015:
50%).
KODE STATUS
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs TARGET (PERPRES SUMBER
INDI- SATUAN CAPAI- KET.
NASIONAL PROVINSI 59/2017) DATA BASE- TAR- REA- TAR- REA- TAR- REA-
KATOR AN
LINE GET LISASI GET LISASI GET LISASI
Target 5.3 Menghapuskan semua praktik berbahaya, seperti perkawinan usia anak, perkawinan dini dan paksa, serta sunat perempuan
Target 5.5 Menjamin partisipasi penuh dan efektif, dan kesempatan yang sama bagi perempuan untuk memimpin di semua tingkat pengambilan keputusan dalam kehidupan politik, ekonomi, dan masyarakat
KODE STATUS
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs TARGET (PERPRES SUMBER
INDI- SATUAN CAPAI- KET.
NASIONAL PROVINSI 59/2017) DATA BASE- TAR- REA- TAR- REA- TAR- REA-
KATOR AN
LINE GET LISASI GET LISASI GET LISASI
I. PENDAHULUAN
Fokus Tujuan 6: Air Bersih dan Sanitasi Layak terletak pada jaminan adanya
ketersediaan serta pengelolaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua,
dengan target-target pencapaian untuk pemenuhan akses air bersih dan sanitasi yang
layak dan berkelanjutan, pemanfaatan sumber daya air, serta pengelolaan sumber daya
air secara terpadu. Tujuan 6 SDGs ini memiliki 6 target capaian dengan 27 indikator.
Selain memiliki fokus pada akses air bersih dan sanitasi bagi semua kalangan (target 1
dan 2), pada tujuan ini juga tertuang upaya/strategi pengelolaan air bersih (target 3, 4,
5 dan 6) yang terdiri dari mengurangi polusi dan limbah, efisiensi penggunaan air pada
semua sektor, pengelolaan sumber daya terpadu di semua tingkatan, dan restorasi
eksosistem yang terkait dengan sumber daya air.
2) Proporsi Populasi dengan Fasilitas Cuci Tangan dan Persentase Rumah Tangga
yang Memiliki Akses terhadap Layanan Sanitasi Layak
Perilaku mencuci tangan merupakan intervensi kesehatan yang paling murah dan
efektif dilakukan dibandingkan dengan cara lainnya untuk mengurangi risiko
penularan penyakit. Cakupan sanitasi layak di Provinsi Jawa Tengah mengalami
peningkatan dari tahun 2018 sebesar 81,50 persen menjadi 88,67 persen pada tahun
2021, meskipun terdapat penurunan
92 pada tahun 2021 jika dibandingkan
90
88
86
dengan capaian tahun 2020, yang
84
82
disebabkan karena terjadi kerusakan
80
78
pada prasarana yang sudah ada dan
76
tidak ada pembangunan baru.
2018
2019
2020 Sementara untuk indikator
2021
kepemilikan fasilitas cuci tangan
2018 2019 2020 2021 dengan sabun dan air meningkat 1,39
Sanitasi 81.5 89.57 90.72 88.67
persen. Peningkatan capaian kedua
indikator tersebut pada tahun 2021
Sumber: Dinas PU BMCK Provinsi Jawa Tengah, 2021
Gambar 22. Cakupan Sanitasi Jawa Tengah cenderung lebih rendah dibandingkan
Tahun 2018-2021 tahun 2020. Meski angka capaian yang
cenderung lebih rendah daripada
tahun sebelumnya, namun capaian kedua indikator tersebut telah memenuhi bahkan
lebih tinggi dari baseline (tahun 2018).
Tujuan 6: Air Bersih dan Sanitasi Layak
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber
Indi- Nama Indikator Satuan line get sasi get sasi get sasi
Data
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Proporsi populasi
yang memiliki
6.2.1 Susenas
fasilitas cuci tangan % 83,09 PM 81,22 PM 84,42 PM 85,81
(a) Kor, BPS
dengan sabun dan
air.
Persentase rumah % (Akses
tangga yang layak
6.2.1 Susenas
memiliki akses sanitasi air 74,04 PM 80,29 PM 83,24 PM 83,28
(b) Kor, BPS
terhadap layanan limbah
sanitasi layak. domestik)
Open Defection Free (ODF) atau Stop Buang Air Besar Sembarangan menjadi salah
satu pilar dalam pelaksanaan program (STBM). Capaian jumlah desa/kelurahan yang
ODF/SBS menunjukkan peningkatan yang cenderung progresif setiap tahunnya.
Dalam kurun waktu tahun 2018 hingga 2021, jumlah desa meningkat signifikan dari
3.668 desa/kelurahan menjadi 7.162 desa/kelurahan.
Tren Akses Sanitasi Tren Desa/Kelurahan ODF
di Jawa Tengah di Jawa Tengah
96.05
95.07
7162
93.43 6818
5836
88.86
3668
Dalam rangka menjaga kualitas dan kuantitas air tanah maka diperlukan konservasi
air tanah berupa pengendalian pengambilan air tanah dan perbaikan degradasi air
tanah. Upaya konservasi air tanah pada Wilayah CAT dilakukan melalui pembangunan
sumur resapan dan sumur pantau. Sampai dengan tahun 2021 telah terbangun 296 unit
sumur resapan. Selain itu, sampai dengan 2021 telah terbangun Sumur Pantau
sejumlah 53 unit tersebar di wilayah Jawa Tengah. Sumur Pantau tersebut
memberikan informasi secara realtime 24 jam tingkat muka air tanah pada sumur
tersebut. Selain menggunakan APBD, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah juga
mendorong peran swasta sebagai pengguna air tanah untuk ikut berperan dalam
upaya konservasi air tanah melalui CSR. CSR tersebut diantaranya berupa kegiatan
pemberdayaan masyarakat, penanaman pohon, dan bantuan pembangunan sumur
resapan. Upaya kampanye pentingnya konservasi air tanah juga telah dilakukan
Pada tahun 2020, capaian pengawasan dan pengendalian kegeologian dan air
tanah lebih rendah dari tahun 2019 (2019 = 762 lokasi, 2020 = 559 lokasi), dikarenakan
terkendala adanya perubahan pengelolaan air tanah pasca terbitnya Undang-undang
No. 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air dan Undang undang 11 tahun 2020 tentang
Cipta Kerja, serta dengan berlakunya PP 05 tahun 2021 tentang Perizinan Berusaha
Berbasis Resiko dengan Norma Standar Prosedur Dan Kriteria (NSPK) Permen PUPR
no 06 tahun 2021, pengawasan dan pengendalian lebih banyak dilakukan pada tahun
2021 (860 lokasi) sebagai upaya sosialisasi dari peraturan baru tersebut serta
mekanisme perizinan dan pengawasan air tanah yang telah mengacu pada peraturan
dan NSPK yang baru.
Sedangkan pada Tahun 2021, pengawasan dan pengendalian kegeologian dan air
tanah dilaksanakan pada 12 wilayah cabang dinas ESDM dengan target 651 lokasi
pengusahaan dan pemanfaatan air tanah dan telah dilaksanakan pemantauan pada
860 lokasi (tingkat capaian kinerja sebesar 132 %), baik pada obyek pemegang izin
pengusahaan dan pemanfaatan air tanah maupun pengambil air tanah yang belum
berizin. Kegiatan pengawasan dan pengendalian ini dilakukan dengan cara
menghitung pemakaian secara real pemanfaatan air tanah sesuai dengan
rekomendasi debit yang telah diizinkan sebelumnya ketika proses permohonan izin.
Selain itu dilakukan pula pemantauan muka air tanah dengan menggunakan water
level meter demikian dengan sumur yang belum berizin dilakukan pendekatan
terhadap pemilik sumur agar bersedia untuk mengurus izin sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menjaga kelestarian dan
ketersediaan air tanah sehingga mengurangi risiko krisis air tanah di masa depan.
Pengawasan dan pengendalian air tanah terus ditingkatkan agar pemanfaatan sumber
daya air dapat berkelanjutan.
5) Jumlah DAS Prioritas yang meningkat jumlah mata airnya melalui konservasi
sumber daya air di daerah hulu DAS serta sumur resapan
Nasional telah menetapkan 15 DAS prioritas di antaranya DAS Citarum, Ciliwung,
Cisadane, Serayu, Brantas, Asahan, Siak, Musi, Way Sekampung, Bengawan Solo,
Moyo, Limboto, Kapuas, Jeneberang dan Saddang, dua diantaranya berada di Provinsi
Jawa Tengah.
Dari 15 DAS prioritas nasional terdapat 2 DAS yang masuk wilayah Jawa Tengah
yaitu DAS Serayu dan DAS Bengawan Solo. Dari tahun 2019-2021 telah dilaksanakan
berbagai upaya untuk memulihkan kondisi kedua DAS tersebut melalui kegiatan
rehalibitasi hutan dan lahan baik secara vegetatif maupun secara sipil teknis. Secara
vegetatif telah dilaksanakan kegiatan penanaman pada lahan-lahan milik masyarakat
(hutan rakyat), sempadan sungai, sekitar sumber mata air, dan pada lokasi lainnya.
Secara sipil teknis telah dilaksanakan pembuatan bangunan konservasi tanah dan air
yaitu dam penahan, gully plug dan sumur resapan.
6) Luas Pengembangan Hutan serta Peningkatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)
untuk memulihkan kesehatan DAS
Pemulihan kesehatan DAS melalui pengembangan hutan dan peningkatan Hasil
Hutan Bukan Kayu (HHBK) dilaksanakan dengan tetap mempertahankan kelestarian
dan fungsi sumber daya air DAS. Luas pengembangan hutan serta peningkatan HHBK
untuk memulihkan kesehatan DAS di Jawa Tengah menunjukkan capaian yang
cenderung fluktuatif setiap tahunnya. Dalam kurun waktu tahun 2020 hingga 2021,
terjadi peningkatan luas pengembangan hutan sebesar 33.758,88 hektar (dari 10.222,57
hektar menjadi 43.981,48 hektar).
Tujuan 6: Air Bersih dan Sanitasi Layak
Kode Sum- Base- Tar- Reali- Tar- Tar-
Satu- Realisasi Realisasi
Indi- Nama Indikator ber line get sasi get get
an 2020 2021
kator Data (2018) 2019 2019 2020 2021
Luas pengembangan
hutan serta peningkatan
6.5.1
Hasil Hutan Bukan Kayu DLHK Ha 50.000 NA 13.485 NA 10.222,57 NA 43.981,45
(e)
(HHBK) untuk memulihkan
kesehatan DAS
Luas yang dimaksud pada indikator ini adalah luas areal perhutanan sosial sesuai
alokasi di masing-masing provinsi. Realisasi tahun 2021 merupakan luasan perhutanan
sosial berdasarkan SK perhutanan sosial yang dikeluarkan pada tahun 2021. Sampai
saat ini telah dilakukan upaya-upaya untuk mendukung pengembangan perhutanan
sosial melalui pendampingan kepada kelompok masyarakat penerima SK perhutanan
sosial dalam bentuk pendampingan kelembagaan, kelembagaan kelola kawasan dan
pendampingan usaha. Selain itu juga telah dilakukan fasilitasi/pemberian hibah
kepada kelompok tani hutan yang mengembangkan perhutanan sosial.
Total lahan kritis dalam Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) yang direhabilitasi di
Jawa Tengah pada tahun 2021 mencapai 20.651 hektar. Berdasarkan status lahan, lahan
kritis tersebut 86 persen tersebar di lahan masyarakat/tanah hak, sedangkan sisanya
14 persen tersebar di kawasan hutan (hutan negara). Beberapa upaya penanganan
lahan kritis dilakukan melalui kebijakan rehabilitasi hutan dan lahan dengan
pendekatan pembangunan hutan rakyat dan penghijauan lingkungan pada lahan-
lahan yang dibebani hak/lahan masyarakat.
Sedangkan pada lahan kritis yang tersebar di kawasan hutan/hutan negara,
khususnya yang berkaitan erat dengan permasalahan sosial, dilakukan melalui sistem
Perhutanan Sosial yang mana masyarakat sekitar hutan mendapat akses untuk
melakukan pengelolaan dan pemanfaatan hutan. Untuk menyeimbangkan aspek
ekologi, ekonomi dan sosial dalam implementasi penanganan lahan kritis
diprioritaskan melalui penerapan teknologi agroforestry.
Arah kebijakan untuk mendorong pencapaian tujuan 6: Air Bersih dan Sanitasi
Layak yaitu antara lain: Peningkatan kinerja pengelolaan air minum dan sanitasi di Jawa
Tengah diarahkan pada kegiatan fasilitasi dan pembangunan SPAM Regional dan
pengelolaan sanitasi. Program ini dilakukan untuk mencapai indikator kinerja yaitu
peningkatan persentase akses aman air minum perdesaan; persentase akses aman air
minum perkotaan; serta persentase akses sanitasi air limbah domestik (RPJMD Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2018-2023).
Optimalisasi pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup dilakukan pula
melalui: a) Rehabilitasi hutan dan lahan; b) Peningkatan konservasi sumberdaya air,
konservasi daerah hulu dan tangkapan air berbasis pemberdayaan masyarakat; c)
Peningkatan pengendalian pemanfaatan air permukaan dan air tanah, dan
pengendalian banjir; d) Penanganan limbah industri dan rumah tangga; e) Peningkatan
perijinan dan pemantauan lingkungan, serta penegakan hukum.
KODE STATUS
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs SUMBER
INDI- TARGET (PERPRES 59/2017) SATUAN CAPAI- KET.
NASIONAL PROVINSI DATA BASE- TAR- REA- TAR- REA- TAR- REA-
KATOR AN
LINE GET LISASI GET LISASI GET LISASI
Target 6.1 Pada tahun 2030, mencapai akses universal dan merata terhadap air minum yang aman dan terjangkau bagi semua
Persentase rumah Persentase rumah
tangga yang tangga yang
Meningkatnya akses terhadap layanan air
memiliki akses memiliki akses Susenas Menurun
6.1.1.(a) minum layak pada tahun 2019 menjadi % 78,16 PM 93,82 PM 94,07 PM 93,62
terhadap layanan terhadap layanan Kor, BPS 0,45%
100% (2014: 70%).
sumber air minum sumber air minum
layak. layak.
Kapasitas prasarana Kapasitas prasarana
Meningkatnya kapasitas prasarana air
air baku untuk air baku untuk
baku untuk melayani rumah tangga,
melayani rumah melayani rumah
perkotaan dan industri pada tahun 2019 DPU SDA
6.1.1.(b) tangga, perkotaan tangga, perkotaan m3/detik 14,80 NA 14,80 NA 14,80 NA 14,83
menjadi 118,6 m3/detik (2015: 51,44 TARU
dan industri, serta dan industri, serta
m3/detik) dan penyediaan air baku untuk
penyediaan air baku penyediaan air baku
60 pulau.
untuk pulau-pulau. untuk pulau-pulau.
Proporsi populasi Proporsi populasi
yang memiliki akses yang memiliki akses Meningkatnya akses terhadap layanan air
Susenas Menurun
6.1.1 (c) layanan sumber air layanan sumber air minum layak pada tahun 2019 menjadi % 78,16 PM 93,82 PM 94,07 PM 93,62
Kor, BPS 0,45%
minum aman dan minum aman dan 100% (2014: 70%).
berkelanjutan. berkelanjutan.
Target 6.2 Pada tahun 2030, mencapai akses terhadap sanitasi dan kebersihan yang memadai dan merata bagi semua, dan menghentikan praktik buang air besar di tempat terbuka, membetikan perhatian khusus pada
kebutuhan kaum perempuan, serta kelompok masyarakat rentan
Proporsi populasi Proporsi populasi
yang memiliki yang memiliki
(tidak ada dalam lampiran Perpres Susenas
6.2.1.(a) fasilitas cuci tangan fasilitas cuci tangan % 83,09 PM 81,22 PM 84,42 PM 85,81
59/2017) Kor, BPS
dengan sabun dan dengan sabun dan
air. air.
% (Akses
Persentase rumah Persentase rumah
layak
tangga yang tangga yang Meningkatnya akses terhadap sanitasi
Susenas sanitasi
6.2.1.(b) memiliki akses memiliki akses yang layak pada tahun 2019 menjadi 100% 65,01 PM 80,29 PM 83,24 PM 83,28
Kor, BPS air limbah
terhadap layanan terhadap layanan (2014: 60,9%).
domes-
sanitasi layak. sanitasi layak.
tik)
KODE STATUS
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs SUMBER
INDI- TARGET (PERPRES 59/2017) SATUAN CAPAI- KET.
NASIONAL PROVINSI DATA BASE- TAR- REA- TAR- REA- TAR- REA-
KATOR AN
LINE GET LISASI GET LISASI GET LISASI
Jumlah
Jumlah
desa/kelurahan
desa/kelurahan yang
yang Open
Open Defecation (tidak ada dalam lampiran Perpres desa/
6.2.1.(d) Defecation Free Dinkes 3.668 4.416 5.836 5.416 6.818 6.166 7.162
Free (ODF)/ Stop 59/2017) kelurahan
(ODF)/ Stop Buang
Buang Air Besar
Air Besar
Sembarangan (SBS).
Sembarangan (SBS).
Jumlah Jumlah
kabupaten/kota kabupaten/kota
yang terbangun yang terbangun Terbangunnya infrastruktur air limbah
infrastruktur air infrastruktur air dengan sistem terpusat skala kota, DPU
6.2.1.(e) kab/kota 35 8 35 3 35 NA 35
limbah dengan limbah dengan kawasan, komunal pada tahun 2019 di BMCK
sistem terpusat skala sistem terpusat skala 438 kabupaten/kota.
kota, kawasan dan kota, kawasan dan
komunal. komunal.
Target 6.3 Pada tahun 2030, meningkatkan kualitas air dengan mengurangi polusi, menghilangkan pembuangan, dan meminimalkan pelepasan material dan bahan kimia berbahaya, mengurangi setengah proporsi air limbah
yang tidak diolah, dan secara signifikan meningkatkan daur ulang, serta penggunaan kembali barang daur ulang yang aman secara global
Jumlah Kab/Kota Jumlah Kab/Kota
yang ditingkatkan yang ditingkatkan
Peningkatan kualitas pengelolaan air
kualitas pengelolaan kualitas pengelolaan
limbah sistem setempat melalui DPU
lumpur tinja lumpur tinja Kabupa-
peningkatan kualitas pengelolaan lumpur BMCK,
6.3.1 (a) perkotaan dan perkotaan dan ten/ 28 NA 28 NA 29 NA 29
tinja perkotaan dan pembangunan BPPW
dilakukan dilakukan Kota
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Jateng
pembangunan pembangunan
di 409 kabupaten/kota.
Instalasi Pengelolaan Instalasi Pengelolaan
Lumpur Tinja(IPLT) Lumpur Tinja (IPLT)
Proporsi rumah Proporsi rumah
DPU
tangga yang tangga yang
(tidak ada dalam lampiran Perpres BMCK,
6.3.1 (b) terlayani sistem terlayani sistem % NA NA NA NA NA NA NA
59/2017) BPPW
pengelolaan lumpur pengelolaan lumpur
Jateng
tinja. tinja.
Kualitas air sungai Kualitas air sungai Peningkatan kualitas air sungai sebagai
6.3.2.(b) sebagai sumber air sebagai sumber air sumber air baku menuju baku mutu rata- KLHK Sungai NA NA NA NA NA NA NA
baku. baku. rata air sungai kls II.
Target 6.4 Pada tahun 2030, secara signifikan meningkatkan efisiensi penggunaan air di semua sektor, dan menjamin penggunaan dan pasokan air tawar yang berkelanjutan untuk mengatasi kelangkaan air, dan secara
signifikan mengurangi jumlah orang yang menderita akibat kelangkaan air
KODE STATUS
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs SUMBER
INDI- TARGET (PERPRES 59/2017) SATUAN CAPAI- KET.
NASIONAL PROVINSI DATA BASE- TAR- REA- TAR- REA- TAR- REA-
KATOR AN
LINE GET LISASI GET LISASI GET LISASI
KODE STATUS
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs SUMBER
INDI- TARGET (PERPRES 59/2017) SATUAN CAPAI- KET.
NASIONAL PROVINSI DATA BASE- TAR- REA- TAR- REA- TAR- REA-
KATOR AN
LINE GET LISASI GET LISASI GET LISASI
KODE STATUS
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs SUMBER
INDI- TARGET (PERPRES 59/2017) SATUAN CAPAI- KET.
NASIONAL PROVINSI DATA BASE- TAR- REA- TAR- REA- TAR- REA-
KATOR AN
LINE GET LISASI GET LISASI GET LISASI
DLHK
Jumlah danau yang Jumlah danau yang Meningkatnya danau yang menurun
bekerjas
6.6.1 (c) menurun tingkat menurun tingkat tingkat erosinya menjadi 15 danau pada Danau 1 NA 1 NA 1 NA 1
ama
erosinya erosinya tahun 2019.
KLHK
Luas lahan kritis Luas lahan kritis
DLHK
dalam Kesatuan dalam Kesatuan Mengurangi luasan lahan kritis melalui
bekerjas
6.6.1.(d) Pengelolaan Hutan Pengelolaan Hutan rehabilitasi di dalam KPH seluas 5,5 juta ha 1 11.000 11.000 NA 14.571 NA 20,651
ama
(KPH) yang (KPH) yang hektar pada tahun 2019.
KLHK
direhabilitasi. direhabilitasi.
Perlindungan mata air dan Pemulihan
Jumlah DAS prioritas Jumlah DAS prioritas
kesehatan sungai di 5 DAS Prioritas (DAS DLHK
yang dilindungi mata yang dilindungi mata
Ciliwung, DAS Citarum, DAS Serayu, DAS bekerjas DAS
6.6.1 (e) airnya dan airnya dan 2 NA 2 NA 2 NA 2
Bengawan Solo dan DAS Brantas) dan 10 ama Prioritas
dipulihkan dipulihkan
DAS prioritas lainnya sampai dengan KLHK
kesehatannya kesehatannya
tahun 2019.
I. PENDAHULUAN
Tujuan 7 adalah menjamin akses energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan dan
modern untuk semua, dengan target untuk mejamin akses layanan energi untuk semua.
Pencapaian target tujuan 7 Provinsi Jawa Tengah difokuskan pada: (1) Akses layanan
energi yang terjangkau; dan (2) Mengembangkan alternatif sumber energi non fosil.
Dalam kurun waktu 2019 hingga tahun 2021, tren bauran energi terbarukan
menunjukkan kecenderungan peningkatan nilai dan melampaui target yang
ditentukan. Jawa Tengah dengan berbagai karakteristik wilayahnya, memiliki EBT
yang potensial untuk
dikembangkan, antara lain
energi surya, air, biogas, waste
to energy (biomassa), gas rawa
dan panas bumi. Beberapa
upaya pengembangan Energi
Baru Terbarukan (EBT) di Jawa
Tengah yaitu membangun
pembangkit EBT (PLTS Rooftop,
PLTMH, pompa tenaga surya),
mendorong peran serta
masyarakat melalui Desa
Mandiri Energi (DME),
membangun Biogas berbasis
limbah kotoran ternak dan
Sumber: Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah, 2021 limbah tahu, serta memfasilitasi
Gambar 29. EBT di Jawa Tengah usulan pembangunan Biogas
dan PLTS Rooftop oleh
Kementerian ESDM. Infrastruktur pengembangan EBT di Jawa Tengah (Gambar 28).
2) Program Energi Mandiri Tenaga Surya dan Angin (E-Mas Bayu) dan Energi Mandiri
Tambak Ikan (E-Mbak Mina) di Desa Ujung Alang Cilacap
Label dusun gelap gulita dan krisis air
bersih yang selama ini melekat ke sebuah
daerah terpencil di Kampung Laut
Kabupaten Cilacap. Adalah Dusun Bondan
yang terletak di Desa Ujung Alang
Kecamatan Kampung Laut, yang sudah
ketiga kalinya secara berturut-turut meraih
penghargaan Desa Mandiri Energi Provinsi
Jawa Tengah hingga tahun 2021. Dusun
Bondan di Desa Ujungalang, Kecamatan
Kampung Laut, Kabupaten Cilacap, yang
merupakan desa binaan Pertamina Refinery Unit Cilacap.
Dusun Bondan yang masuk dalam daerah terpencil di Kabupaten Cilacap
menempati peringkat pertama kategori Energi Baru Terbarukan (EBT) untuk program
Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid (PLTH). Dengan memanfaatkan energi angin dan
matahari untuk menjalankan Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid (PLTH) bantuan dari PT
Kilang Pertamina Internasional (KPI) Unit Cilacap melalui program Energi Mandiri
Tenaga Surya dan Angin (E-Mas Bayu) dan Energi Mandiri Tambak Ikan (E-Mbak Mina).
Dusun Bondan kini dapat teraliri listrik secara mandiri, tanpa lagi kesulitan akses
jaringan listrik karena memiliki wilayah yang sangat terpencil.
PLTH yang dikembangkan merupakan PLTH yang bersumber dari panel surya dan
kincir angin dengan kapasitas 16.200 watt peak (wp). PLTH tersebut mampu
memenuhi kebutuhan listrik di 40 rumah dan mesin pengolahan air payau menjadi air
tawar untuk konsumsi sehari-hari dengan Sistem Desalinasi Air Berbasis Masyarakat
(Sidesi Mas). Sidesi Mas ini sendiri mampu menghasilkan 240 liter per jamnya dan
mampu menampung hingga 2.000 liter air bersih.
Sumber: https://jateng.antaranews.com/berita/399342/dusun-bondan-kembali-raih-penghargaan-
desa-mandiri-energi-provinsi-jateng; https://www.gatra.com/news-452965-teknologi-bondan-
kampung-mandiri-energi-di-pesisir-selatan-cilacap.html
Kebijakan dan strategi untuk mendorong pencapaian tujuan 7: Energi Bersih dan
Terjangkau berdasarkan yang tercantum dalam RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun
2018-2023 antara lain: (a) Konservasi energi dan audit energi, (b) Pengembangan
sumber Energi Baru Terbarukan, (c) Penurunan emisi gas rumah kaca sektor energi, (d)
Pengembangan sistem energi secara optimal dan mewujudkan keterpaduan sistem
penyediaan listrik untuk mendukung pasokan energi nasional (sistem JAMALI), (e)
Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan infrastruktur energi, (f)
Pengelolaan energi alternatif.
KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs SUMBER STATUS
INDI- TARGET (PERPRES 59/2017) SATUAN KET.
NASIONAL PROVINSI DATA BASE- TAR- REALI- TAR- REALI- TAR REALI- CAPAIAN
KATOR
LINE GET SASI GET SASI -GET SASI
Tujuan 7. Menjamin akses energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan, dan modern
Target 7.1 Pada tahun 2030, menjamin akses universal layanan energi yang terjangkau, andal dan modern
Meningkatnya rasio
Tren meningkat
elektrifikasi menjadi 96,6% Dinas
7.1.1* Rasio elektrifikasi. Rasio elektrifikasi % 98,52 99,9 99,91 100 99,91 100 99,99 meskipun belum
pada tahun 2019 (2014: ESDM
memenuhi target
81,5%).
Meningkatnya konsumsi
Konsumsi listrik Konsumsi listrik per listrik per kapita menjadi Dinas 825,
7.1.1.(a) KWh 708,04 744,65 799,37 780,36 788,22 828,34
per kapita. kapita 1.200 KWh pada tahun 2019 ESDM 37
(2014: 843 KWh).
Target 7.2 Pada tahun 2030, meningkatkan secara subtansial pangsa energi terbarukan dalam bauran energi global
Target 7.3 Pada tahun 2030, melakukan perbaikan efisiensi energi di tingkat global sebanyak dua kali lipat
I. PENDAHULUAN
5.79
8.56
4.68
5.27
5.12
4.69
5.44
4.74
5.69
5.09
6.04
4.24
11.98
3.2
5.17
5.56
5.04
4.57
4.98
4.75
7.81
5.77
5.14
1.26
4.54
3.91
4.96
4.29
4.05
4.76
4.23
4.23
3.01
4.36
5.1
4
3.52
0.37
-0.93
-1.03
-1.45
-1.15
-1.34
-1.79
-2.23
-4.23
-2.32
-3.01
-9.92
-4.86
-4.65
-5.07
-5.43
-5.54
-6.66
-7.48
-1.69
-5.99
-7.07
-10.48
-9.06
-7.78
-7.94
-9.83
-9.08
-10.12
-9.35
-7.06
-11.25
-18.31
Apabila melihat kondisi year to year, terjadi kenaikan daya serap tenaga kerja di
sektor formal terutama dari tahun 2020 ke 2021. Persentase tenaga kerja sektor formal
tahun 2021 mencapai 39,62 persen, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang
menyerap sekitar 37,25 persen tenaga kerja di Jawa Tengah. Industri menjadi penyedia
lapangan kerja formal terbesar, dengan proporsi terbesar merupakan buruh/karyawan
(36,53 persen dari persentase total tenaga kerja formal).
4) Persentase usia muda (15-24 tahun) yang sedang tidak sekolah, bekerja atau
mengikuti pelatihan (NEET)
Persentase usia muda (15-24 tahun) yang sedang tidak sekolah, bekerja atau
mengikuti pelatihan (NEET) merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur
persentase penduduk usia muda yang tidak bersekolah, bekerja dan mengikuti
pelatihan, sebagai proksi keterbatasan akses dalam memperoleh pendidikan,
pelatihan serta pekerjaan pada usia muda. Persentase NEET di Jawa Tengah
mengalami penurunan dari 24,01 persen (2020) menjadi 20,32 persen pada tahun 2021.
Tujuan 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi
Kode Base- Tar- Reali Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu-
Indi- Nama Indikator line get -sasi get sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
8.6.1* Persentase usia muda (15-24
tahun) yang sedang tidak
BPS % 21,22 PM 21,80 PM 24,01 PM 20,32
sekolah, bekerja atau
mengikuti pelatihan (NEET)
9.97
9.97
9.78
9.54
8.73
8.25
7.85
7.55
7.26
6.89
6.59
6.71
6.05
6.05
6.03
5.89
5.86
5.48
5.28
5.26
5.09
5.02
5.03
4.76
4.60
4.38
4.28
4.23
3.77
3.81
3.67
3.59
3.32
2.62
2.43
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Jawa Tengah tahun 2021 tidak terlepas dari
agregat capaian pada 35 Kabupaten/Kota. Grafik di atas menunjukkan bahwa terdapat
15 kabupaten/kota yang memiliki nilai TPT lebih dari provinsi. Sedangkan TPT tertinggi
terdapat di Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Tegal dengan nilai 9,97 persen.
Pekerja setengah pengangguran adalah pekerja yang bekerja di bawah jam kerja
normal (kurang dari 35 jam seminggu) dan masih mencari pekerjaan atau masih
bersedia menerima pekerjaan. Tingkat setengah pengangguran menjadi indikator
yang dapat memberikan gambaran tentang kualitas, produktivitas dan tingkat utilisasi
lapangan kerja yang tersedia.
Tujuan 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar-
Sumber Satu- Realisasi
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get
Data an 2021
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021
8.5.2 Tingkat setengah
BPS % 5,21 PM 5,36 PM 8,60 PM 7,23
(a) pengangguran
Dalam kurun waktu dua tahun terakhir, kontribusi sektor pariwisata mengalami
penurunan yang sangat signifikan sebagai dampak dari adanya pandemi Covid-19.
Proporsi kontribusi pariwisata terhadap PDB pada tahun 2021 secara agregat
mengalami peningkatan dari tahun 2020, namun apabila dibandingkan dengan target
yang telah ditetapkan, capaian tersebut belum mencapai target. Sektor pariwisata
memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar 3,06 di tahun 2021.
Begitu pula dengan capaian jumlah wisatawan mancanegara dan wisatawan
nusantara di tahun 2021 yang mengalami penurunan dari tahun 2020 masing-masing
sebesar 5,73% dan 97,7%. Capaian jumlah wisatawan mancanegara menurun drastis
disebabkan karena ditutupnya penerbangan internasional dan munculnya Travel
Warning atau Travel Advice untuk tidak mengunjungi Indonesia. Adapun target
capaian pada tahun 2020 dan 2021 mengalami rasionalisasi untuk menyesuaikan
dengan kondisi yang ada di lapangan selama masa pandemi Covid-19.
Secara umum, daya tarik wisata di Jawa Tengah terdiri dari wisata alam, wisata
budaya, wisata buatan dan wisata minat khusus. Berdasarkan data dari Disporapar
Jawa Tengah, beberapa destinasi wisata dengan kunjungan wisatawan terbanyak
yaitu Candi Borobudur Magelang, Taman Wisata Candi Prambanan Klaten dan Kota
Lama Semarang. Adapun Candi Borobudur menjadi 1 dari 5 Destinasi Super Prioritas di
Indonesia dari Jawa Tengah yang masih menjadi primadona wisatawan mancanegara
dalam beberapa tahun terakhir.
1) Aplikasi E-makaryo
Aplikasi e-makaryo merupakan website portal yang berisi sistem informasi
penempatan tenaga kerja di tengah pandemi yang terjadi. Aplikasi ini dibuat guna
memudahkan akses pencari kerja dalam mendapatkan informasi lowongan pekerjaan
yang sesuai dengan jabatannya, di sisi lain Pengusaha dapat menempukan kandidat
Pekerja yang sesuai dengan kualifikasi yang diharapkan dengan lebih efisien. Berbagai
informasi lowongan kerja tersedia pada aplikasi tersebut, termasuk lowongan kerja
luar negeri dan lowongan kerja untuk penyandang disabilitas.
Kebijakan dan strategi ke depan untuk pencapaian tujuan 8: Pekerjaan Layak dan
Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Tengah saat ini cenderung mendorong peran
masyarakat untuk terlibat dalam berbagai kegiatan ekonomi atau biasa disebut dengan
ekonomi rakyat. Ekonomi rakyat di Jawa Tengah berkaitan dengan peran pelaku usaha
mikro, kecil dan menengah serta berkolaborasi dengan pelaku usaha besar. Kapabilitas
individual ataupun kelompok masyarakat akan semakin meningkat dan merata secara
bersama-sama sehingga akan mempersempit kesenjangan antar pelaku ekonomi dan
KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs SUMBER STATUS
INDI- TARGET (PERPRES 59/2017) SATUAN KET.
NASIONAL PROVINSI DATA BASE- TAR- REA- TAR- REALI- TAR- REALI- CAPAIAN
KATOR
LINE GET LISASI GET SASI GET SASI
Target 8.1 Mempertahankan pertumbuhan ekonomi per kapita sesuai dengan kondisi nasional dan khususnya, setidaknya 7 persen pertumbuhan produk domestik bruto per tahun di negara kurang berkembang
Meningkatnya Produk
Domestik Bruto (PDB) per
Bappeda Tidak
kapita per tahun menjadi Juta
8.1.1.(a) PDB per kapita. PDRB per kapita. bekerja 36,77 37,44 39,22 39,25 38,60 40,9 27,143 mencapai
lebih dari Rp 50 juta pada Rupiah
sama BPS target
tahun 2019 (2015: Rp 45,2
juta).
Target 8.2 Mencapai tingkat produktivitas ekonomi yang lebih tinggi, melalui diversifikasi, peningkatan dan inovasi teknologi, termasuk melalui fokus pada sektor yang memberi nilai tambah tinggi dan padat karya
Laju pertumbuhan Laju pertumbuhan
PDB per tenaga PDB per tenaga Pertumbuhan PDB riil per
kerja/Tingkat kerja/Tingkat orang yang bekerja
8.2.1* BPS % 4,96 PM 4,23 PM -0,61 PM 1,59
pertumbuhan PDB riil pertumbuhan PDB meningkat hingga tahun
per orang bekerja per riil per orang bekerja 2019.
tahun. per tahun.
Target 8.3 Menggalakkan kebijakan pembangunan yang mendukung kegiatan produktif, penciptaan lapangan kerja layak, kewirausahaan, kre ativitas dan inovasi, dan mendorong formalisasi dan pertumbuhan usaha makro,
kecil, dan menengah, termasuk melalui akses terhadap jasa keuangan
Penurunan
lapangan
Proporsi lapangan Proporsi lapangan
kerja akibat
kerja informal sektor kerja informal sektor
(tidak ada dalam lampiran pembatasan
8.3.1* non-pertanian, non-pertanian, BPS % 50,82 PM 47,41 PM 52,14 PM 50,57
Perpres 59/2017) aktivitas di
berdasarkan jenis berdasarkan jenis
masa
kelamin. kelamin.
pandemi
Covid-19
Adanya
pergeseran
Persentase tenaga Persentase tenaga
(tidak ada dalam lampiran lapangan
8.3.1.(b) kerja informal sektor kerja informal sektor BPS % 91,64 PM 92,93 PM 92,52 PM 91,89
Perpres 59/2017) kerja ke
pertanian. pertanian.
sektor industri
pengolahan
KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs SUMBER STATUS
INDI- TARGET (PERPRES 59/2017) SATUAN KET.
NASIONAL PROVINSI DATA BASE- TAR- REA- TAR- REALI- TAR- REALI- CAPAIAN
KATOR
LINE GET LISASI GET SASI GET SASI
Target 8.5 Pada tahun 2030, mencapai pekerjaan tetap dan produktif dan pekerjaan layak bagi semua perempuan dan laki-laki, termasuk bagi pemuda dan penyandang difabilitas, dan upah yang sama untuk pekerjaan yang
sama nilainya
Upah rata-rata per Upah rata-rata per (tidak ada dalam lampiran
8.5.1* BPS Rp 11.428 PM 11.818 PM 12.707 PM 13 072
jam pekerja. jam pekerja Perpres 59/2017)
Dampak
pandemi
Covid-19 yang
Tingkat
menyebabkan
pengangguran Tingkat
(tidak ada dalam lampiran adanya
8.5.2* terbuka berdasarkan pengangguran BPS % 4,47 4,43 4,44 4,33 6,48 4,23 5,95
Perpres 59/2017) pengurangan
jenis kelamin dan terbuka
jmlh tenaga
kelompok umur.
kerja, PHK
maupun
dirumahkan
Tren dari
tahun 2018-
Tingkat setengah Tingkat setengah (tidak ada dalam lampiran
8.5.2.(a) BPS % 5,19 PM 5,36 PM 8,60 PM 7,23 2021
pengangguran pengangguran Perpres 59/2017)
cenderung
meningkat
Target 8.6 Pada tahun 2030, secara substansial mengurangi proporsi usia muda yang tidak bekerja, tidak menempuh pendidikan atau pelatihan
Target 8.9 Pada tahun 2030, menyusun dan melaksanakan kebijakan untuk mempromosikan pariwisata berkelanjutan yang menciptakan lapangan kerja dan mempromosikan budaya dan produk lokal
Tren
Meningkatnya kontribusi
Proporsi kontribusi Proporsi kontribusi meningkat
pariwisata menjadi 8%
8.9.1* pariwisata terhadap pariwisata terhadap Dinporapar % 3,19 3,17 3,21 3,19 2,99 3,21 3,06 namun tidak
terhadap PDB pada tahun
PDB PDB memenuhi
2019 (2014: 4,2%).
target
Meningkatnya jumlah Tren menurun
Jumlah wisatawan Jumlah wisatawan wisatawan mancanegara 677. 857. 910. 969. akibat
8.9.1.(a) Dinporapar orang 691.699 78,290 1793
mancanegara. mancanegara menjadi 20 juta pada tahun 168 710 030 182 pandemi
2019 (2014: 9 juta). Covid-19
Tren menurun
Jumlah kunjungan Jumlah kunjungan
(tidak ada dalam lampiran 8.943. 46.645 57.900.8 49.631. 22.629.0 53.204 21.332. akibat
8.9.1.(b) wisatawan wisatawan Dinporapar orang
Perpres 59/2017) 607 .745 63 073 85 .510 409 pandemi
nusantara. nusantara
Covid-19
KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs SUMBER STATUS
INDI- TARGET (PERPRES 59/2017) SATUAN KET.
NASIONAL PROVINSI DATA BASE- TAR- REA- TAR- REALI- TAR- REALI- CAPAIAN
KATOR
LINE GET LISASI GET SASI GET SASI
Triliun
BPS
Jumlah devisa sektor Jumlah devisa sektor (tidak ada dalam lampiran Rupiah
8.9.1.(c) (Statistik NA NA NA NA NA NA NA
pariwisata. pariwisata. Perpres 59/2017) (Kurs
Pariwisata)
Rp12.000)
Jumlah pekerja pada Jumlah pekerja pada
sektor pariwisata sektor pariwisata
(tidak ada dalam lampiran BPS
8.9.2* dalam proporsi dalam proporsi % NA NA NA NA NA NA NA
Perpres 59/2017) (Nespar-nas)
terhadap total terhadap total
pekerja pekerja
Target 8.10 Memperkuat kapasitas lembaga keuangan domestik untuk mendorong dan memperluas akses terhadap perbankan, asuransi dan jasa keuangan bagi semua
Meningkatnya perluasan
Bank
Proporsi kredit Proporsi kredit akses permodalan dan
Indonesia
8.10.1.(b) UMKM terhadap UMKM terhadap layanan keuangan melalui % 40,19 NA 41,53 NA 41,32 NA 46,03
(Data
total kredit total kredit. penguatan layanan
UMKM)
keuangan hingga tahun 2019.
I. PENDAHULUAN
Kereta api menjadi salah satu moda transportasi yang berpotensi untuk
dikembangkan mengingat hampir seluruh wilayah di Jawa Tengah terdapat jaringan
rel kereta api (aktif dan non aktif). Panjang jalur kereta api di Jawa Tengah hingga tahun
2021 yaitu sepanjang 1.053,76 km. Rencana target reaktivasi jalur kereta api di Jawa
Tengah sampai dengan tahun 2023 bertambah menjadi 1.363,655 kmsp dari 878,155
kmsp pada tahun 2018.
2) Jumlah Bandara
Jawa Tengah memiliki 6 bandara yang melayani penerbangan komersial yaitu
Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang, Bandara Internasional Adi Soemarmo
Surakarta, Bandara Dewadaru Karimunjawa Jepara, Bandara Tunggul Wulung Cilacap,
Bandara Soedirman Purbalingga (Wirasaba) serta Bandara Ngloram Blora. Bandara
Soedirman Purbalingga (Wirasaba) dan Bandara Ngloram Blora merupakan dua
bandara baru yang diresmikan pada tahun 2021 sebagai bandara komersial dengan
kapasitas kurang lebih 200.000 penumpang per tahun.
Guna meningkatkan minat dan jumlah pengguna moda udara, upaya intervensi
yang dilakukan antara lain kerjasama antar daerah maupun dengan pihak ketiga,
pemenuhan kebutuhan rute penerbangan antar pulau yang dilengkapi dengan
angkutan lanjutan yang terintegrasi antara destinasi wisata di wilayah pengembangan
bandara serta dukungan kegiatan di luar penggunaan bandara sebagai tempat
penerbangan komersial seperti kargo udara, flying school maupun penerbangan
militer.
2) Proporsi nilai tambah sektor industri manufaktur terhadap PDB dan per kapita
Selama periode 2018 hingga 2021, struktur perekonomian Jawa Tengah tidak
mengalami perubahan yang berarti. Distribusi PDRB Jawa Tengah menurut lapangan
usaha atas dasar harga berlaku masih didominasi oleh tiga lapangan usaha yaitu
kategori industri pengolahan; pertanian, kehutanan dan perikanan, serta perdagangan
besar dan eceran. Pada tahun 2021, kategori industri pengolahan masih menjadi
penopang utama dengan total kontribusi sebesar 34,16 persen. Sedangkan kontribusi
kategori pertanian, kehutanan dan perikanan, dan perdagangan besar dan eceran
berturut-turut sebesar 13,81 persen dan 13,76 persen.
Capaian proporsi nilai tambah sektor industri manufaktur terhadap PDRB per
kapita pada tahun 2021 menunjukkan adanya penurunan. Capaian tersebut sebesar
33,41 persen, lebih rendah 1,11 persen dibandingkan tahun 2020.
Tujuan 9: Industri, Inovasi dan Infrastruktur
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu-
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Proporsi nilai tambah sektor
9.2.1* industri manufaktur terhadap BPS % 34,5 PM 34,44 PM 34,52 PM 33,41
PDB dan per kapita.
KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs STATUS
INDI- TARGET (PERPRES 59/2017) SUMBER DATA SAT KET.
NASIONAL PROVINSI BASE- TAR- REA- TAR- REA- TAR- REA- CAPAIAN
KATOR
LINE GET LISASI GET LISASI GET LISASI
Tujuan 9. Membangun Infrastruktur Tangguh, Meningkatkan Industri Inklusif dan Berkelanjutan, Serta Mendorong Inovasi
Target 9.1 Mengembangkan infrastruktur yang berkualitas, andal, berkelanjutan dan tangguh, termasuk infrastruktur regional dan lintas batas, untuk mendukung pembangunan ekonomi dan kesejahteraan manusia, dengan
fokus pada akses yang terjangkau dan merata bagi semua
Tahun 2021
Panjang Panjang Terbangunnya jalan tol masih proses
9.1.1 (b) pembangunan jalan pembangunan jalan sepanjang 1.000 km pada DPU BMCK km 302,21 NA 359,8 NA 359,8 NA 0 lelang dan
tol tol di Jawa Tengah tahun 2019 (2014: 820 km). menunggu loan
agreement
Bertambahnya panjang jalur
Panjang jalur kereta Panjang jalur kereta kereta api sepanjang 3.258 1034, 1093, 1053, 1093,
9.1.1.(c) Dishub km 269,39 1018,65 1053,76
api. api di Jawa Tengah km pada tahun 2019 (2014: 03 73 76 73
237).
Meningkatnya jumlah
9.1.2 (a) Jumlah bandara. Jumlah bandara. bandara menjadi 252 pada Dishub unit 4 NA 4 NA 4 NA 6
tahun 2019 (2014: 210).
Meningkatnya jumlah
Jumlah dermaga Jumlah dermaga dermaga penyeberangan
9.1.2.(b) Dishub unit 46 NA 46 NA 46 NA 51
penyeberangan penyeberangan menjadi 275 pada tahun 2019
(2014: 954 km).
Terbangunnya pelabuhan
Jumlah pelabuhan
Jumlah pelabuhan strategis untuk menunjang
9.1.2.(c) strategis di Jawa Dishub lokasi 14 NA 14 PM 14 PM 14
strategis. tol laut pada 24 pelabuhan
Tengah
pada tahun 2019.
Target 9.2 Mempromosikan industrialisasi inklusif dan berkelanjutan, dan pada tahun 2030, secara signifikan meningkatkan proporsi industri dalam lapangan kerja dan produk domestik bruto, sejalan dengan kondisi nasional,
dan meningkatkan dua kali lipat proporsinya di negara kurang berkembang
Proporsi nilai Proporsi nilai tambah Penurunan
tambah sektor sektor industri kontribusi sektor
(tidak ada dalam lampiran
9.2.1* industri manufaktur manufaktur BPS % 34,41 PM 34,44 PM 34,52 PM 33,41 industri
Perpres 59/2017)
terhadap PDB dan terhadap PDRB dan pengolahan thdp
per kapita. per kapita. PDRB
Meningkatnya laju Penurunan
Laju pertumbuhan Laju pertumbuhan pertumbuhan PDB industri kontribusi sektor
9.2.1.(a) PDB industri PDB industri manufaktur sehingga lebih BPS % 5,57 3 5,19 3 -3,74 3 2,62 industri
manufaktur. manufaktur. tinggi dari pertumbuhan PDB pengolahan thdp
(2015: 4,3%). PDRB
KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs STATUS
INDI- TARGET (PERPRES 59/2017) SUMBER DATA SAT KET.
NASIONAL PROVINSI BASE- TAR- REA- TAR- REA- TAR- REA- CAPAIAN
KATOR
LINE GET LISASI GET LISASI GET LISASI
1. RPJMN 2015-
Proporsi tenaga Proporsi tenaga kerja 2019
(tidak ada dalam lampiran
9.2.2* kerja pada sektor pada sektor industri 2. Renstra % NA NA NA NA NA
Perpres 59/2017)
manufaktur manufaktur. Kemenperin
2015-2019
Target 9.3 Meningkatkan akses industri dan perusahaan skala kecil, khususnya di negara berkembang, terhadap jasa keuangan, termasuk kredit terjangkau, dan mengintegrasikan ke dalam rantai nilai dan pasar
Proporsi nilai Proporsi nilai tambah BPS diolah
tambah industri industri kecil (tidak ada dalam lampiran Ditjen IKM
9.3.1* % NA NA NA NA NA NA NA
kecil terhadap total terhadap total nilai Perpres 59/2017) Kemen
nilai tambah industri tambah industri. Perindustrian
Proporsi industri Proporsi industri
(tidak ada dalam lampiran Komite
9.3.2* kecil dengan kecil dengan % NA NA NA NA NA NA NA
Perpres 59/2017) Kebijakan KUR
pinjaman atau kredit pinjaman atau kredit.
Target 9.4 Pada tahun 2030, meningkatkan infrastruktur dan retrofit industri agar dapat berkelanjutan, dengan peningkatan efisiensi penggunaan sumber daya dan adopsi yang lebih baik dari teknologi dan proses industri
bersih dan ramah lingkungan, yang dilaksanakan semua negara sesuai kemampuan masing-masing
Rasio Emisi CO2/ Rasio Emisi CO2/ DLHK bekerjasama
dengan nilai tambah dengan nilai tambah (tidak ada dalam lampiran Pusat Penelitian dan
9.4.1* % 10,38 NA 13,72 NA NA NA 8,47
sektor industri sektorindustri Perpres 59/2017) Pengembangan
manufaktur. manufaktur. Industri Hijau dan LH
Persentase Persentase
Berkurangnya emisi CO2 Dipengaruhi
Perubahan Emisi Perubahan Emisi
9.4.1(a) mendekati 26% pada tahun DLHK % 0,16 NA -0,17 NA 0,11 NA 0,58 peningkatan
CO2/Emisi Gas CO2/ Emisi Gas
2019. konsumsi energi
Rumah Kaca Rumah Kaca
Target 9.5 Memperkuat riset ilmiah, meningkatkan kapabilitas teknologi sektor industri di semua negara, terutama negara-negara berkembang, termasuk pada tahun 2030, mendorong inovasi dan secara substansial
meningkatkan jumlah pekerja penelitian dan pengembangan per 1 juta orang dan meningkatkan pembelanjaan publik dan swasta untuk penelitian dan pengembangan
Target 9.c Secara signifikan meningkatkan akses terhadap teknologi informasi dan komunikasi, dan mengusahakan penyediaan akses universal dan terjangkau internet di negara-negara kurang berkembang pada tahun 2030
I. PENDAHULUAN
0.393
0.383 0.386
0.377 0.379
0.365 0.368
0.357 0.358 0.359
Desa Wisata Bugisan Klaten sebagai Klaster Percontohan 1,1 juta Pembukaan
Lapangan Kerja Baru
Desa wisata Bugisan yang terletak di Kecamatan Prambanan, Klaten masuk dalam
50 desa wisata terbaik dalam program Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI). ADWI
merupakan program unggulan Kemenparekraf sebagai penggerak kebangkitan
pertumbuhan ekonomi dan pengembangan pariwisata Indonesia. Letak Desa Wisata
Bugisan yang sangat strategis yaitu berada di area pintu keluar Candi Prambanan
menjadi potensi yang
harus dikembangkan.
Desa Bugisan memiliki
daya tarik wisata budaya
melalui peninggalan
purbakala salah satunya
Candi Plaosan dengan
stupa yang memadukan
corak Hindu dan Budha.
Di sisi lain, nuansa alam pedesaan yang asri dan budaya masyarakat jawa, ramah tamah,
serta kesenian budaya merupakan nilai-nilai yang dijunjung tinggi dan dilestarikan oleh
warga masyarakat. Daya tarik tersebut didukung pula dengan adanya pengembangan
produk souvenir (kuliner, fashion dan kriya), homestay, toilet umum, digital dan kreatif,
cleanliness health safety dan environment sustainability (CHSE) dan kelembagaan desa.
Potensi ini menjadikan Desa Wisata Bugisan sebagai satu klaster percontohan
penciptaan 1,1 juta lapangan kerja baru yang berkualitas berbasis komunitas yang ada.
Melalui penciptaan lapangan kerja baru tersebut dapat mendorong kekuatan
masyarakat perdesaan terutama untuk bangkit kembali pasca pandemi Covid-19
melalui peningkatan pendapatan masyarakat desa. Dengan tujuan akhir mengurangi
kesenjangan wilayah antara perdesaan dengan perkotaan.
Sumber: http://www.desabugisan.com/ ; https://jatengprov.go.id/beritadaerah/masuk-50-besar-adwi-
2022-sandiaga-uno-kunjungi-desa-wisata-bugisan/
KODE STATUS
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs SUMBER
INDI- TARGET (PERPRES 59/2017) SAT CAPAI- KET.
NASIONAL PROVINSI DATA BASE- TAR- REALI- TAR- REALI- TAR- REALI-
KATOR AN
LINE GET SASI GET SASI GET SASI
Target 10.1 Pada tahun 2030, secara progresif mencapai dan mempertahankan pertumbuhan pendapatan penduduk yang berada di bawah 40% dari populasi pada tingkat yang lebih tinggi dari rata-rata nasional
Bappeda
Koefisien Gini pada tahun 2019
10.1.1* Koefisien Gini. Koefisien Gini bekerja Indeks 0,357 0,35 0,358 0,34 0,359 0,33 0,368
menjadi 0,36 (2014: 0,41).
sama BPS
Persentase penduduk
yang hidup di bawah Tren menurun
Persentase penduduk Tingkat kemiskinan pada tahun Bappeda
garis kemiskinan 10,57- 9,81- namun tidak
10.1.1 (a) yang hidup di bawah 2019 menjadi 7-8% dari jumlah bekerjasa % 11,19 10,58 11,84 9,05 11,25
nasional, menurut jenis 9,57 8,81 mencapai
garis kemiskinan penduduk (2015:11,13%). ma BPS
kelamin dan kelompok target
umur.
Dispermas
-des
Berkurangnya Desa Tertinggal Dukcapil
10.1.1.(c) Jumlah desa tertinggal Jumlah desa tertinggal desa 1444 NA 498 NA 262 NA 147
sebanyak 5.000 desa. bekerja-
sama
Kemendes
Meningkatnya Desa Mandiri Dipermas-
10.1.1.(d) Jumlah Desa Mandiri Jumlah Desa Mandiri paling sedikit sebanyak 2.000 desdukca- desa 72 100 117 100 140 100 199
desa. pil
Target 10.2 Pada tahun 2030, memberdayakan dan meningkatkan inklusi sosisl, ekonomi dan politik bagi semua, terlepas dari usia, je nis kelamin, difabilitas, ras suku, asal, agama atau kemampuan ekonomi atau status
lainnya
Proporsi penduduk
Proporsi penduduk
yang hidup di bawah
yang hidup di bawah 50
50 persen dari median
persen dari median (tidak ada dalam lampiran
10.2.1* pendapatan, menurut BPS % 19,35 PM 18,08 PM 18,5 PM 18,41
pendapatan, menurut Perpres 59/2017)
jenis kelamin dan
jenis kelamin dan
penyandang
penyandang difabilitas.
difabilitas.
Target 10.3 Menjamin kesempatan yang sama dan mengurangi kesenjangan hasil, termasuk dengan menghapus hukum, kebijakan dan praktik yang diskriminatif, dan mempromosikan legislasi, kebijakan dan tindakan
yang tepat terkait legislasi dan kebijakan tersebut
BPS
Meningkatnya Indeks Bekerja-
Indeks Kebebasan Belum
10.3.1.(a) Indeks Kebebasan Sipil. Kebebasan Sipil menjadi 87 sama skor 76,21 PM 78,43 PM 73,68 PM
Sipil. rilis
pada tahun 2019 (2015: 80,3). Bappenas:
IDI
KODE STATUS
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs SUMBER
INDI- TARGET (PERPRES 59/2017) SAT CAPAI- KET.
NASIONAL PROVINSI DATA BASE- TAR- REALI- TAR- REALI- TAR- REALI-
KATOR AN
LINE GET SASI GET SASI GET SASI
Target 10.4 Mengadopsi kebijakan, terutama kebijakan fiskal, upah dan perlindungan sosial, serta secara progresif mencapai kesetaraan yang lebih besar
Meningkatnya kepesertaan
Sistem Jaminan Sosial Nasional
bidang ketenagakerjaan untuk
Proporsi peserta Proporsi peserta
tenaga kerja formal pada tahun BPJS
Program Jaminan Program Jaminan
10.4.1.(b) 2019 menjadi 62,4 juta dan Ketenagak % 108,71 100 107,45 100 101,81 100 100
Sosial Bidang Sosial Bidang
tenaga kerja informal pada erjaaan
Ketenagakerjaan. Ketenagakerjaan
tahun 2019 menjadi 3,5 juta
(2014: Formal 29,5 juta;
Informal 1,3 juta).
I. PENDAHULUAN
Tujuan 11 adalah menjadikan kota dan permukiman inklusif, aman, tangguh dan
berkelanjutan, dengan target untuk perumahan yang layak, sistem transportasi, dan
resiko bencana. Pencapaian target tujuan 11 Provinsi Jawa Tengah difokuskan pada: (1)
Peningkatan akses terhadap hunian layak dan terjangkau; (2) Pengguna moda
transportasi umum; dan (3) Perencanaan pembangunan kota yang berkelanjutan; serta
(4) Pengurangan resiko bencana.
Proporsi rumah tangga yang memiliki akses terhadap hunian yang layak dan
terjangkau di Jawa Tengah menunjukkan tren yang cenderung meningkat setiap
tahunnya. Dalam kurun waktu tahun 2018 hingga 2021, proporsi meningkat dari 83,1
persen (2018) menjadi 90,82 persen (2021) atau sebanyak 8.371.465 unit.
Strategi optimalisasi capaian rumah layak huni di Jawa Tengah dilakukan dengan
strategi:
• Penanganan backlog melalui mekanisme bantuan sosial pembangunan rumah
baru swadaya;
• Peningkatan Kualitas Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) melalui mekanisme
Bankeupemdes;
• Pelaksanaan SPM bidang perumahan melalui mekanisme Bansos Pembangunan
Rumah Korban Bencana, Peningkatan Kualitas Rumah korban bencana dan
Pembangungan Rumah Relokasi Program Pemerintah.
Upaya tersebut diatas juga terintegrasi dengan penanganan kawasan
permukimannya dan prasarana dan sarana utilitasnya (PSU). Selain itu juga
mengintegrasikan program – program yang inline mulai dari level kabupaten/kota
sampai dengan level pusat, serta melibatkan kemitraan dari berbagai stakeholder.
Sehingga intervensi anggaran berasal dari berbagai macam sumber pembiayaan mulai
dari APBN, APBD Provinsi, APBD Kab/Kota, CSR, Swasta, Masyarakat dan Baznas.
Tabel 1. Kawasan Kumuh Provinsi Jawa Tengah Tahun 2021
Penanganan Pada Tahun Total Sisa
Luasan % Capaian % Capaian
Kewenangan (Ha) 2020 Penanganan Kawasan
Kawasan Penanganan Kumulatif
Penanganan s.d Tahun Kumuh
Kumuh 2019 2020 2021 Tahun 2021 s.d 2021
2021 2021
Kab/Kota 629,01 226,46 181,21 75,39 483,06 145,95 11,99 76,80
(<10 Ha)
Provinsi (10- 474,66 200,06 35,54 58,42 294,02 180,64 12,31 61,94
15 Ha)
Pusat > 15 Ha 1900,92 350,58 750,33 363,45 1.464,36 436,56 19,21 77,03
Total 3004,59 777,10 967,08 497,26 2.241,44 763,15 16,55 74,60
Sumber: Disperakim Prov.Jateng, 2021
Penanganan kawasan kumuh dilakukan setiap tahunnya dari tahun 2019 sampai
dengan tahun 2021, total penanganan kawasan kumuh di tahun 2021 adalah 2.241,44
ha. Sisa kawasan kumuh yang harus ditangani ditahun berikutnya seluas 763,15 ha.
Untuk itu dibutuhkan penanganan kawasan kumuh yang efektif serta upaya
pencegahannya sehingga tidak terdapat lagi kawasan kumuh di Provinsi Jawa Tengah.
Penurunan persentase cukup signifikan terjadi pada tahun 2020 hingga 2021. Hal
tersebut sebagai dampak dari adanya pembatasan kegiatan masyarakat akibat
pandemi Covid-19. Terdapat sejumlah kebijakan yang diterapkan selama masa
pandemi Covid-19 berkaitan dengan penggunaan transportasi umum utamanya Trans
Jateng, seperti pengurangan kapasitas penumpang hingga 50% sebagai bagian dari
penerapan protokol kesehatan, pengalihan arus jalan yang berpengaruh pada
perubahan rute koridor layanan, hingga pembatasan aktivitas masyarakat yang
berpengaruh pada menurunnya permintaan perjalanan masyarakat.
Tabel 2. Jumlah Penumpang Moda Transportasi Umum Trans Jateng
JUMLAH PENUMPANG
RUTE
2018 2019 2020 2021
Semarang-Bawen 1.886.694 2.117.390 1.054.091 1.136.921
Purwokerto-Purbalingga 351.896 1.141.126 613.804 673.120
Semarang-Kendal 178.943 592.411 682.477
Purworejo-Magelang 106.124 485.848
Solo-Sragen 327.786
Semarang-Grobogan 133.380
Total 2.238.590 3.437.459 2.421.872 3.439.532
Sumber: Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Tengah
Jumlah penumpang yang dilayani oleh Trans Jateng dari tahun 2018 sampai
dengan tahun 2019 mencapai kenaikan, namun adanya pandemi Covid-19
menyebabkan penurunan jumlah penumpang yang dilayani Trans Jateng di tahun
2020. Dari jumlah penumpang yang dilayani sebesar 3.437.459 orang pada 2019,
menurun signifikan pada 2020 menjadi 2.421.872 orang tetapi pada tahun 2021
mengalami peningkatan kembali menjadi 3.439.532 orang.
Berdasarkan data dari BPBD Provinsi Jawa Tengah, diketahui bahwa kerugian
ekonomi sebesar 109,8 miliar diakibatkan oleh beberapa bencana alam yang terjadi
sepanjang tahun 2021, yaitu antara lain bencana angin topan, banjir, kebakaran hutan
dan lahan, kebakaran, gelombag pasang, tanah gerak serta tanah longsor.
Tabel 3. Kerugian akibat Bencana di Jawa Tengah
2018 2019 2020 2021
No Jenis Bencana Kerugian Kerugian Kerugian Kerugian
Jml Jml Jml Jml
(Rp. 000) (Rp. 000) (Rp. 000) (Rp. 000)
1 Angin Topan 407 5.445.666 706 15.367.598 NA 5.469.095 488 4.779.474
2 Banjir 171 2.924.463 171 2.777.845 32.798.305 250 44.206.000
3 Tanah Longsor 555 5.111.856 718 9.354.277 16.806.207 787 7.139.159
4 Kekeringan - - 30 0 0 0 0
5 Kebakaran 589 33.866.505 718 55.387.150 18.779.138 264 53.404.473
6 Gempa Bumi 3 65.000 5 65.000 0 0 0
7 Letusan 5 - 2 0 0 0 0
Gunung Api
8 Ombak Besar 4 57.000 6 0 0 6 45.000
9 Tanah Gerak - - - - 0 20 235.000
Jumlah 1.734 47.470.620 2.356 82.951.870 2.870 73.582.747 1.895 109.807.105,5
Sumber: Sekretariat BPBD Provinsi Jawa Tengah, 2021
Jumlah timbulan sampah cenderung meningkat dari tahun ke tahun, dari tahun
2017 sejumlah 5.380.998 ton/tahun menjadi 4.968.100,21 ton/tahun. Sedangkan
sampah yang tertangani baru mencakup 2.102.339,14 ton/tahun dengan total
pengelolaan sampah sebanyak 3.037.738,78 ton/tahun pada tahun 2021, yaitu sebesar
61,14 persen. Berdasarkan data TPA di Jawa Tengah, luas total TPA yang ada sejumlah
58 TPA adalah 258,1 Ha. Dengan total sampah yang terangkut menunjukkan rata-rata
setiap 1 Ha TPA menampung sampah sebesar 6.310 ton untuk dikelola.
Jateng Gayeng Ndandani Omah Bareng Aplikasi Simperum (Jagani Omah Bareng Arum)
Jagani Omah Bareng Arum atau Jateng
Gayeng Ndandani Omah Bareng Aplikasi
Simperum merupakan program Pemprov Jawa
Tengah untuk memberikan fasilitas
pembangunan rumah bagi para warga miskin.
Melalui program Tuku Lemah Oleh Omah,
Pemprov Jateng juga memberikan akses
pembelian tanah melalui kredit mikro BPR BKK
Jawa Tengah, selain itu ada pula fasilitas
pembentukan Kelompok Masyarakat (Pokmas)
untuk persiapan pembangunan rumah. Program
tersebut juga memberikan fasilitas berupa
pembangunan rumah melalui bantuan sosial stimulan rumah sederhana sehat.
Jateng Gayeng Ndandani Omah Bareng ini menggunakan aplikasi Sistem
Informasi Manajemen Perumahan atau disebut Simperum yang juga digunakan untuk
akselerasi penanggulangan kemiskinan. Program ini memungkinkan warga miskin yang
belum memiliki rumah untuk menerima stimulan yang berbentuk bantuan sosial
pembangunan rumah dengan ukuran yang sesuai syarat luasan rumah layak huni yaitu
tipe-36. Bantuan yang diberikan senilai Rp35.000.000,- yang terdiri dari ruspin dan
arsitektural. Di tahun 2021 ini, pembangunan rumah dilakukan di 6 kabupaten/kota di
Jawa Tengah diantaranya Kabupaten Cilacap, Brebes, Kendal, Purbalingga, Jepara dan
Kota Magelang.
Sumber: https://semarangku.pikiran-rakyat.com/semarangan/pr-313092633/jagani-omah-bareng-
arum-cara-ganjar-pranowo-bangun-rumah-warga-miskin-jadi-rujukan-nasional?page=2
https://pingpoint.co.id/berita/jagani-omah-bareng-arum-inovasi-rumah-bagi-warga-tidak-mampu/
Kebijakan untuk mendorong pencapaian tujuan 11: Kota dan Permukiman yang
Berkelanjutan yaitu antara lain: (1) Peningkatan rumah layak huni dan kualitas kawasan
permukiman, (2) Pengembangan transportasi massal, (3) Pengembangan masyarakat
tangguh bencana, serta (4) Pengurangan risiko dan penanggulangan bencana lintas
sektor; (5) Fasilitasi pengelolaan dan penanganan sampah; (6) Pemenuhan ruang
KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs SUMBER STATUS
INDI- TARGET (PERPRES 59/2017) SATUAN KET.
NASIONAL PROVINSI DATA BASE- TAR- REALI- TAR- REALI- TAR- REALI- CAPAIAN
KATOR
LINE GET SASI GET SASI GET SASI
Target 11.1 Pada tahun 2030, menjamin akses bagi semua terhadap perumahan yang layak, aman, terjangkau, dan pelayanan dasar, serta menata kawasan kumuh
Proporsi rumah Proporsi rumah
Tersedianya akses bagi 3,7
tangga yang tangga yang
juta rumah tangga terhadap
memiliki akses memiliki akses
11.1.1.(a) hunian yang layak dan BPS % 97,40 PM 64,69 PM 67,93 PM 66,47
terhadap hunian terhadap hunian
terjangkau hingga tahun
yang layak dan yang layak dan
2019
terjangkau. terjangkau
Target 11.2 Pada tahun 2030, menyediakan akses terhadap sistem transportasi yang aman, terjangkau, mudah diakses dan berkelanjutan untuk semua, meningkatkan keselamatan lalu lintas, terutama dengan memperluas
jangkauan transportasi umum, dengan memberi perhatian khusus pada kebutuhan mereka yang berada dalam situasi rentan, perempuan, anak, penyandang difabilitas dan orang tua
Dipengaruhi
Meningkatnya pangsa adanya
Persentase Persentase
pengguna moda transportasi pembatasan
pengguna moda pengguna moda
11.2.1.(a) umum di perkotaan menjadi Dishub % 11,4 NA 12,3 NA 7,3 NA 4,7 aktivitas
transportasi umum transportasi umum
32% hingga tahun 2019 (2014: selama
di perkotaan. di perkotaan.
23%). pandemi
Covid-19
Jumlah sistem Jumlah sistem
Dikembangkannya sistem Dishub
angkutan rel yang angkutan rel yang
11.2.1.(b). angkutan rel di 10 kota besar bekerjasama Kota Besar 2 NA 2 NA 2 NA 2
dikembangkan di dikembangkan di
hingga tahun 2019. Kemenhub
kota besar. kota besar.
Target 11.3 Pada tahun 2030, memperkuat urbanisasi yang inklusif dan berkelanjutan serta kapasitas partisipasi, perencanaan penanganan permukiman yang berkelanjutan dan terintegrasi di semua negara
Rata-rata institusi Rata-rata institusi
Meningkatnya peran swasta,
yang berperan yang berperan
organisasi masyarakat dan
secara aktif dalam secara aktif dalam % (Partisipasi
organisasi profesi secara
Forum Dialog Forum Dialog Masyarakat
11.3.2.(a) aktif, dalam Forum Dialog Bappeda 100 100 100 100 100 100 100
Perencanaan Perencanaan dlm
Perencanaan dan
Pembangunan Pembangunan Musrenbang)
Pembangunan Kota
Kota Kota
Berkelanjutan.
Berkelanjutan. Berkelanjutan.
Target 11.4 Mempromosikan dan menjaga warisan budaya dunia dan warisan alam dunia
Jumlah kota Terwujudnya kota dan
Jumlah kota
pusaka di kawasan kawasan per-kotaan layak
pusaka di kawasan Disperakim
perkotaan huni melalui pengembangan
perkotaan bekerjasama
11.4.1 (a) metropolitan, kota kota pusaka berbasis Kota Pusaka NA NA ada NA ada NA ada
metropolitan, kota Kementerian
besar, kota karakter sosial budaya
besar, kota sedang PUPR
sedang dan kota (heritage city) di kawasan
dan kota kecil.
kecil. perkotaan metropolitan,
KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs SUMBER STATUS
INDI- TARGET (PERPRES 59/2017) SATUAN KET.
NASIONAL PROVINSI DATA BASE- TAR- REALI- TAR- REALI- TAR- REALI- CAPAIAN
KATOR
LINE GET SASI GET SASI GET SASI
SET BPBD
Meningkatnya jumlah lokasi bekerjasama
Jumlah kota Jumlah kota penguatan pengurangan Badan
11.5.1.(b) tangguh bencana tangguh bencana risiko bencana daerah pada Nasional Kota tangguh 1 NA 1 NA 2 NA 4
yang terbentuk. yang terbentuk. tahun 2019 menjadi 39 Penanggulan
daerah (2015: 35 daerah). gan Bencana
(BNPB)
Jumlah sistem
Jumlah sistem
peringatan dini Tersedianya sistem Sistem
peringatan dini
11.5.1.(c) cuaca dan iklim peringatan dini cuaca dan SET BPBD peringatan 2 3 15 3 1 5 10
cuaca dan iklim
serta iklim serta kebencanaan. dini
serta kebencanaan
kebencanaan.
Peningkatan
dikarenakan
Jumlah kerugian Jumlah kerugian 51.274. 86.030 73.852.
(tidak ada dalam lampiran 109.807. meningkatnya
11.5.2.(a) ekonomi langsung ekonomi langsung SET BPBD ribu Rp 870. NA .205. NA 747. NA
Perpres 59/2017) 105.500 jumlah
akibat bencana. akibat bencana 000 000 000
kejadian
bencana alam
Target 11.6 Pada tahun 2030, mengurangi dampak lingkungan perkotaan per kapita yang merugikan, termasuk dengan memberi perhatian khusus pada kualitas udara, termasuk penanganan sampah kota
Merupakan
data
persentase
Meningkatnya cakupan sampah yang
Persentase Persentase
penanganan sampah % (sampah tertangani,
11.6.1.(a) sampah perkotaan sampah perkotaan DLHK 70 80 75 85 62,79 87 61,14
perkotaan menjadi 80% pada terangkut) tanpa
yang tertangani. yang tertangani.
tahun 2019 (2013: 46%). membedakan
klasifikasi
perdesaan dan
perkotaan
KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs SUMBER STATUS
INDI- TARGET (PERPRES 59/2017) SATUAN KET.
NASIONAL PROVINSI DATA BASE- TAR- REALI- TAR- REALI- TAR- REALI- CAPAIAN
KATOR
LINE GET SASI GET SASI GET SASI
Jumlah kota hijau Jumlah kota hijau Terwujudnya kota hijau yang
yang menyediakan yang menyediakan berketahanan iklim, melalui
ruang terbuka hijau ruang terbuka penyediaan ruang terbuka
11.7.1.(a) di kawasan hijau di kawasan hijau, paling sedikit di 12 DLHK Kota hijau 13 PM 13 PM 13 13 13
perkotaan perkotaan kawasan perkotaan
metropolitan dan metropolitan dan metropolitan dan 20 kota
kota sedang. kota sedang. sedang, hingga tahun 2019.
Dokumen strategi
Dokumen strategi
pengurangan
pengurangan risiko (tidak ada dalam lampiran
11.b.2* risiko bencana SET BPBD dokumen ada ada ada ada ada ada ada
bencana (PRB) Perpres 59/2017)
(PRB) tingkat
tingkat daerah.
daerah
I. PENDAHULUAN
Di Jawa Tengah, limbah B3 sektor industri yang terkelola memiliki tren yang
cenderung meningkat. Pada tahun 2021, jumlah limbah B3 yang terkelola meningkat
dari 5,13 juta ton/tahun (tahun 2020) menjadi 5,45 juta ton/tahun. Artinya bahwa
pelaku usaha maupun fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) pemerintahan telah
melakukan pengelolaan limbah B3 secara legal. Selain itu, semakin banyaknya jasa
pelayanan pengelolaan limbah B3 di Jawa Tengah turut menjadi faktor pendukung
meningkatnya jumlah limbah B3 yang terkelola.
KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SUMBER STATUS
INDI- TARGET (PERPRES 59/2017) SATUAN KET.
NASIONAL SDGs PROVINSI DATA BASE- TAR- TAR- REALI- TAR- REALI- CAPAIAN
KATOR REALISASI
LINE GET GET SASI GET SASI
Target 12.4 Pada tahun 2030, mencapai pengelolaan bahan kimia dan semua jenis limbah yang ramah lingkungan, di sepanjang siklus hidupnya, sesuai kerangka kerja internasional yang disepakati dan secara signifikan
mengurangi pencemaran bahan kimia dan limbah tersebut ke udara, air, dan tanah untuk meminimalkan dampak buruk terhadap kesehatan manusia dan lingkungan
Jumlah peserta Jumlah peserta
peserta
PROPER yang PROPER yang
(tidak ada dalam lampiran Proper
12.4.1.(a) mencapai mencapai DLHK 76 NA 81 NA 83 NA 121
Perpres 59/2017) (perusaha
minimal ranking minimal ranking
an)
Biru Biru
Jumlah limbah B3
yang terkelola
dan proporsi Meningkatnya pengelolaan ton/th
Jumlah limbah
limbah B3 yang limbah B3 menjadi 150 juta (Limbah B3 327.05 5.134.995 5.455.
12.4.2.(a) B3 yang terkelola DLHK NA 5.147.448,49 NA NA
diolah sesuai ton pada tahun 2019 (2015: yang 7,77 ,5 694
(sektor industri)
peraturan 100 juta ton). terkelo-la)
perundangan
(sektor industri).
Target 12.5 Pada tahun 2030, secara substansial mengurangi produksi limbah melalui pencegahan, pengurangan, daur ulang, dan penggunaan kembali
Meningkatnya pengelolaan
sampah terpadu (reduce,
reuse, and recycle/3R) Ton
Jumlah timbulan Jumlah timbulan
melalui beroperasinya 115 (sampah
12.5.1.(a) sampah yang sampah yang DLHK 10 NA 26 NA 31 NA 53
unit recycle center skala kota yang
didaur ulang. didaur ulang.
dengan kapasitas 20 ton per diangkut
hari hingga tahun 2019 (2015:
1 unit).
Target 12.6 Mendorong perusahaan, terutama perusahaan besar dan internasionall, untuk mengadopsi praktek-praktek berkelanjutan dan mengintegrasikan informasi keberlanjutan dalam siklus pelaporan mereka
I. PENDAHULUAN
Tujuan 13 adalah mengambil Tindakan cepat untuk mengatasi perubahan iklim dan
dampaknya, dengan target ketahanan dan adaptasi terkait iklim dan bencana alam.
Pencapaian target tujuan 13 Provinsi Jawa Tengah difokuskan pada: Mengurangi resiko
dampak bencana.
Sumber: https://dispertan.semarangkota.go.id/persiapan-perubahan-dispertan/
IV.KEBIJAKAN KE DEPAN
KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs TARGET (PERPRES SUMBER STATUS
INDI- SATUAN KET.
NASIONAL PROVINSI 59/2017) DATA BASE- TAR- REA- TAR- REA- TAR- REA- CAPAIAN
KATOR
LINE GET LISASI GET LISASI GET LISASI
Target 13.1 Memperkuat kapasitas ketahanan dan adaptasi terhadap bahaya terkait iklim dan bencana alam di semua negara
Dokumen strategi Dokumen strategi
(tidak ada dalam
pengurangan risiko pengurangan risiko
13.1.1* lampiran Perpres SET BPBD dokumen ada ada ada ada ada ada ada
bencana (PRB) tingkat bencana (PRB)
59/2017)
nasional dan daerah. Provinsi
Jumlah korban Jumlah korban Dipengaruhi
meninggal, hilang dan meninggal, hilang (tidak ada dalam meningkatnya
230
13.1.2* terkena dampak dan terkena dampak lampiran Perpres SET BPBD Jiwa NA 39 NA 32 NA 34 jumlah kejadian
(2017)
bencana per 100.000 bencana per 100.000 59/2017) bencana alam
orang. orang. pada tahun 2021
Target 13.2 Mengintegrasikan tindakan antisipasi perubahan iklim ke dalam kebijakan, strategi dan perencanaan nasional
Terwujudnya
penyelenggaraan
inventarisasi Gas
Rumah Kaca (GRK),
serta monitoring, DLHK
Dokumen pelaporan Dokumen pelaporan
13.2.1.(a) pelaporan dan dalam bekerjasama dokumen Ada NA Ada NA Ada NA Ada
penurunan (GRK). penurunan (GRK).
dokumen Biennial KLHK
Update Report (BUR)
ke-3 hingga tahun 2019
(2015: dokumen BUR
ke-1).
I. PENDAHULUAN
KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR TARGET (PERPRES SUMBER SATU- STATUS
INDI- KET.
NASIONAL SDGs PROVINSI 59/2017) DATA AN TAR- REALI- TAR- REALI- TAR- REALI- CAPAIAN
KATOR BASE-LINE
GET SASI GET SASI GET SASI
Target 14.5 Pada tahun 2030, melestarikan setidaknya 10 persen dari wilayah pesisir laut, konsisten dengan hukum nasional dan internasional dan berdasarkan informasi ilmiah terbaik yang tersedia
Bertambahnya luasan
Jumlah luas Jumlah luas
kawasan konservasi DKP Tidak
kawasan kawasan
14.5.1* perairan seluas 20 juta ha bekerjasma Ha Melakukan NA 39,73 NA NA NA 768,22
konservasi konservasi
sampai dengan tahun 2019 KKP Perhitungan
perairan perairan
(2015: 17,3 juta Ha).
Target 14.6 Pada tahun 2030, melarang bentuk-bentuk subsidi perikanan tertentu yang berkontribusi terhadap kelebihan kapasitas dan penangkapan ikan berlebihan, menghilangkan subsidi yang berkontribusi terhadap
penangkapan ikan ilegal, yang tidak dilaporkan dan tidak diatur dan menahan jenis subsidi baru, dengan mengakui bahwa perlakuan khusus dan berbeda yang tepat dan efektif untuk negara berkembang dan negara
kurang berkembang harus menjadi bagian integral dari negosiasi subsidi perikanan pada the World Trade Organization
Terkendalinya Illegal,
Unreported, Unregulated
(IUU) fishing dan kegiatan
Persentase Persentase DKP
di laut yang merusak
14.6.1.(a) kepatuhan kepatuhan bekerjasama % 34,90 NA 65 NA 70 NA 75
ditandai dengan
pelaku usaha. pelaku usaha. KKP
kepatuhan sebanyak 87%
pelaku usaha pada tahun
2019 (2015: 66 %).
Target 14.b Menyediakakn akses untuk nelayan skala kecil (small scale artisanal fishers) terhadap sumber daya laut dan pasar
Jumlah provinsi
Jumlah provinsi Kementerian
dengan
dengan Kelautan
peningkatan (tidak ada dalam lampiran
14.b.1.(a) peningkatan dan lokasi NA NA NA NA NA NA NA
akses Perpres 59/2017)
akses pendanaan Perikanan
pendanaan
usaha nelayan. (KKP)
usaha nelayan.
DKP
Jumlah nelayan Jumlah nelayan (tidak ada dalam lampiran
14.b.1.(b) bekerjasama orang 103.083 21.500 18,374 20,000 0 20.000 20,000
yang terlindungi. yang terlindungi. Perpres 59/2017)
KKP
I. PENDAHULUAN
2) Proporsi Luas Lahan Kritis yang Direhabilitasi terhadap Luas Lahan Keseluruhan
Proporsi luas lahan kritis yang direhabilitasi terhadap luas lahan keseluruhan di
Jawa Tengah pada tahun 2021 memenuhi target yaitu 6,28 persen.
Tujuan 15: Ekosistem Daratan
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu-
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Proporsi luas lahan kritis
15.3.1 yang direhabilitasi
DLHK % 5 5 6,24 10 8,62 15 6,28
(a) terhadap luas lahan
keseluruhan.
Tingkat kerusakan dan degradasi hutan dan lahan yang masih cukup tinggi,
sehingga hutan dan lahan belum dapat berfungsi dengan optimal baik sebagai unsur
produksi, unsur penyangga dan pengatur kondisi hidrologis wilayah Daerah Aliran
Sungai (DAS). Luas lahan tidak kritis di Kawasan Hutan Provinsi Jawa Tengah tahun
2019 1.537.201,64 Ha (47,23%) dari total lahan ±3.254.412 Ha. Sedangkan pada tahun 2021
luas lahan tidak kritis 16.294,92ha (49,67%) dari total lahan 32.800,69.
Tabel 5. Luas Lahan Kritis di Kawasan Hutan Tahun 2018-2021
Tahun
No Luas (Ha)
2018 2019 2020 2021
1 Sangat Kritis 67.824,60 193.774,28 121.919,00 1.366,18
2 Kritis 23.660,10 142.862,85 184.717,00 2.326,97
3 Agak Kritis 334.229,10 927.892,48 455.456,00 7.786,23
4 Potensial Kritis 208.640,50 452.680,74 309.714,00 5.026,39
5 Tidak Kritis 1.059.026,00 1.537.201,64 1.221.533,00 16.294,92
6 Jumlah 1.693.380,30 3.254.412,00 2.293.340,00 32.800,69
Sumber: BPS Jawa Tengah
KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs SUMBER SATU- STATUS
INDI- TARGET (PERPRES 59/2017) KET.
NASIONAL PROVINSI DATA AN BASE- TAR- REA- TAR- REA- TAR- REA- CAPAIAN
KATOR
LINE GET LISASI GET LISASI GET LISASI
Target 15.1 Pada tahun 2030, menjamin pelestarian, restorasi dan pemanfaatan berkelanjutan dari ekosistem daratan dan perairan darat serta jasa lingkungannya, khususnya ekosistem hutan, lahan basah, pegunungan
dan lahan kering, sejalan dengan kewajiban berdasarkan perjanjian internasional
Meningkatnya kualitas
Proporsi tutupan Proporsi tutupan hutan lingkungan hidup melalui
15.1.1.(a) hutan terhadap luas terhadap luas lahan peningkatan tutupan DLHK % 30,99 31,02 31,02 31,02 31,16 30 31,17
lahan keseluruhan. keseluruhan. lahan/hutan hingga tahun
2019
Target 15.2 Pada tahun 2030, meningkatkan pelaksanaan pengelolaan semua jenis hutan secara berkelanjutan, menghentikan deforestasi, merestorasi hutan yang terdegradasi dan meningkatkan secara signifikan forestasi
dan reforestasi secara global
Tercapainya luas kawasan
Luas kawasan
Luas kawasan konservasi konservasi terdegradasi yang
konservasi
terdegradasi yang dipulihkan kondisi
15.2.1.(a) terdegradasi yang BKSDA Hektar NA NA 80,42 NA 33,56 NA 18,23
dipulihkan kondisi ekosistemnya seluas 100.000
dipulihkan kondisi
ekosistemnya. ha hingga tahun 2019
ekosistemnya.
(2015:10.000 ha).
Target 15.3 Pada tahun 2030, menghentikan penggurunan, memulihkan lahan dan tanah kritis, termasuk lahan yang terkena penggurunan, kekeringan dan banjir, dan berusaha mencapai dunia yang bebas dari lahan
terdegradasi
I. PENDAHULUAN
Melihat fokus pada Tujuan 16 SDGs: Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang
Tangguh yaitu menguatkan masyarakat yang inklusif dan damai untuk pembangunan
berkelanjutan, menyediakan akses keadilan untuk semua, dan membangun
kelembagaan yang efektif, akuntabel, dan inklusif di semua tingkatan. Memiliki 10
indikator dengan cakupan dimensi sipil dan politik hak asasi manusia. Tujuan ini
mencakup hak untuk hidup, hak untuk bebas dari penyiksaan dan perbudakan, hak atas
kebebasan informasi, hak atas partisipasi politik, hak atas kepribadian hukum, serta hak
atas akses keadilan.
Berdasarkan sumber data yang diperoleh dari Komisi Informasi (KIP) pada tahun
2020 penyelesaian sengketa informasi publik melalui ajudikasi non-litigasi sebanyak
12 putusan dan melalui mediasi sebanyak 20 putusan. Pada tahun 2021 penyelesaian
sengketa informasi publik melalui ajudikasi non-litigasi sebanyak 10 putusan dan
melalui mediasi sebanyak 29 putusan. Pada tahun 2021 indikator ini cenderung
mengalami penurunan sebesar 6,4 persen dari 75,4 persen di tahun 2020 menjadi 69
persen di tahun 2021. Penurunan capaian tersebut disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain: (1) Adanya pandemi Covid-19 yang membatasi aktivitas di berbagai bidang
KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs TARGET (PERPRES SUMBER STATUS
INDI- SATUAN KET.
NASIONAL PROVINSI 59/2017) DATA BASE- TAR- REALI- TAR- REALI- TAR- REALI- CAPAIAN
KATOR
LINE GET SASI GET SASI GET SASI
Tujuan 16. Menciptakan Perdamaian, Menyediakan Akses Keadilan, dan Membangun Kelembagaan yang Tangguh
Target 16.1 Secara signifikan mengurangi segala bentuk kekerasan dan terkait angka kematian dimanapun
KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs TARGET (PERPRES SUMBER STATUS
INDI- SATUAN KET.
NASIONAL PROVINSI 59/2017) DATA BASE- TAR- REALI- TAR- REALI- TAR- REALI- CAPAIAN
KATOR
LINE GET SASI GET SASI GET SASI
Menurunnya prevalensi
Tren
kekerasanterhadap anak
Prevalensi kekerasan Prevalensi kekerasan menurun
pada tahun 2019 (2013:
terhadap anak laki-laki terhadap anak laki-laki DP3AKB % 12,76 12,76 12,44 8,29 8,99 8,22 8,97 namun tidak
16.2.1.(b) 38,62% untuk anak laki-laki
dan anak perempuan. dan anak perempuan. memenuhi
dan 20,48% untuk anak
target
perempuan).
Proporsi perempuan
Proporsi perempuan
dan laki-laki muda Kementeri-
dan lakilaki muda
umur 18-24 tahun yang (tidak ada dalam lampiran an Sosial,
16.2.3.(a) umur 18-24 tahun % NA NA NA NA NA NA
mengalami kekerasan Perpres 59/2017) KPPPA, BPS,
yang mengalami
seksual sebelum umur BAPPENAS
kekerasan
18 tahun.
Target 16.3 Menggalakkan negara berdasarkan hukum di tingkat nasional dan internasional dan menjamin akses yang sama terhadap keadilan bagi semua
KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs TARGET (PERPRES SUMBER STATUS
INDI- SATUAN KET.
NASIONAL PROVINSI 59/2017) DATA BASE- TAR- REALI- TAR- REALI- TAR- REALI- CAPAIAN
KATOR
LINE GET SASI GET SASI GET SASI
Meningkatnya persentase
Persentase Persentase Skor B atas Sistem
peningkatan Sistem peningkatan Sistem Akuntabilitas Kinerja
Akuntabilitas Kinerja Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tren
Pemerintah (SAKIP) Pemerintah (SAKIP) (SAKIP) untuk Biro meningkat
16.6.1.(b) Kementerian/ Kementerian/ Kementerian/Lembaga: Organisasi % 80,18 80 81,56 82 80,25 83 80,72 namun tidak
Lembaga dan Lembaga dan 85%, Provinsi: 75%, Setda memenuhi
Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota: 50% pada target
(Provinsi/ (Provinsi/ tahun 2019 (2015: K/L:
Kabupaten/Kota). Kabupaten/Kota). 60,24%, Provinsi: 30,30%,
Kabupaten/Kota: 2,38%).
Persentase Meningkatnya penggunaan N.A
Persentase Biro
penggunaan E- E-procurement terhadap (OPD
penggunaan E- Pengadaan
16.6.1.(c) procurement belanja pengadaan menjadi % dibentuk 100 96,93 100 32 100 67,25
procurement terhadap Barang dan
terhadap belanja 80% pada tahun 2019 (2013: tahun
belanja pengadaan. Jasa Setda
pengadaan. 30%). 2018)
Meningkatnya persentase
Persentase instansi instansi pemerintah yang
Persentase instansi
pemerintah yang memiliki nilai Indeks
pemerintah yang
memiliki nilai Indeks Reformasi Birokrasi Baik
memiliki nilai Indeks
Reformasi Birokrasi untuk Biro
Reformasi Birokrasi
16.6.1.(d) Baik Kementerian/ Kementerian/Lembaga Organisasi % 74,75 75,5 76,99 77 84,93 78 78,97
Baik Kementerian/
Lembaga dan menjadi 75%, Provinsi: 60%, Setda
Lembaga dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota: 45% pada
Pemerintah Daerah
(Provinsi/Kabupaten/ tahun 2019 (2015: untuk
(Provinsi)
Kota) K/L: 47%, Provinsi: NA,
Kab/Kota: NA).
Persentase
Persentase Kepatuhan Meningkatnya persentase 35
Kepatuhan
pelaksanaan UU Kepatuhan pelaksanaan UU Kab/
pelaksanaan UU NA NA
Pelayanan Publik Pelayanan Publik untuk Kota
Pelayanan Publik Ombuds (tidak (tidak
16.6.2.(a) Kementerian/ Kementerian: 100%, % 71 40 0 (100%) 100%
Kementerian/Lembag man ada ada
Lembaga dan Lembaga: 100%, Provinsi: Pro-
a dan Pemerintah survey) survey)
Pemerintah Daerah 100%, Kabupaten/Kota: vinsi
Daerah (Provinsi/
(Provinsi/ Kab/Kota) 80% pada tahun 2019. 100%
Kabupaten/Kota).
Target 16.7 Menjamin pengambilan keputusan yang responsif, inklusif, partisipatif dan representif di setiap tingkatan
Persentase
keterwakilan Persentase
Meningkatnya keterwakilan
perempuan di Dewan keterwakilan
perempuan di DPR dan Setwan
16.7.1(a) Perwakilan Rakyat perempuan di Dewan % 17,5 19,1 19,1 19,1 19,65 19,1 19,65
DPRD (Hasil Pemilu 2014 DPRD
(DPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat
untuk DPR: 16,6%).
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Daerah (DPRD).
KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs TARGET (PERPRES SUMBER STATUS
INDI- SATUAN KET.
NASIONAL PROVINSI 59/2017) DATA BASE- TAR- REALI- TAR- REALI- TAR- REALI- CAPAIAN
KATOR
LINE GET SASI GET SASI GET SASI
KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs TARGET (PERPRES SUMBER STATUS
INDI- SATUAN KET.
NASIONAL PROVINSI 59/2017) DATA BASE- TAR- REALI- TAR- REALI- TAR- REALI- CAPAIAN
KATOR
LINE GET SASI GET SASI GET SASI
I. PENDAHULUAN
2) Jumlah Alokasi Pemerintah dalam Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU)
Alokasi dana dari Pemerintah untuk penyiapan proyek, transaksi proyek dan
dukungan pemerintah dalam Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU)
pada tahun 2021 sebesar 2.581 Triliun, lebih besar dari tahun sebelumnya yang
mencapai 2.151 Triliun. Hal tersebut dikarenakan terdapat penambahan 1 proyek KPBU
yaitu pembangunan RSUD dan RSIA Kota Pekalongan.
Tujuan 17: Kemitraan untuk mencapai tujuan
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber
Indi- Nama Indikator Satuan line get sasi get sasi get sasi
Data
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Jumlah proyek yang Doku-
ditawarkan untuk men
DPMPTSP
17.17.1 dilaksanakan dengan berisi
Prov. NA NA NA NA 3 NA 4
(a) skema Kerja sama daftar
Jateng
Pemerintah dan proyek
Badan Usaha (KPBU). KPBU
Aplikasi OMAE untuk Metadata Statistik Jawa Tengah yang Lebih Baik
OMAE atau Optimalisasi Metadata
secara Elektronik adalah sistem
mekanisme pelaporan metadata yang
berbasis pembinaan dan digital. Dengan
OMAE dapat meningkatkan kolaborasi
dan koordinasi antara produsen data, wali
data dan pembina data. Selain itu juga
dapat memudahkan Organisasi
Perangkat Daerah (OPD) dan Wali Data
dalam melaporkan metadata. Aplikasi ini
dibuat oleh BPS Provinsi Jawa Tengah dengan tujuan:
• Membantu OPD dalam memenuhi tugas sebagai produsen data yang wajib
melaporkan metadata sektoral ke walidata;
• Membantu walidata memenuji tugas mengumpulkan data dan metadata statistik
sektoral;
• Meningkatkan kualitas data sektoral yang dihasilkan;
• Tercapainya target kinerja baik untuk produsen data, walidata, Pembina data (IKU);
• Memberikan pembelajaran, bagaimana membangun data yang sesuai dengan
NSPK;
• Menyediakan indikator RPJMD yang lebih berkualitas untuk perencanaan
pembangunan.
Sumber: https://jateng.bps.go.id/news/2021/06/03/447/aplikasi-omae-untuk-metadata-statistik-jawa-
tengah-yang-lebih-baik.html
KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs TARGET (PERPRES SUMBER
INDI- SATUAN KET.
NASIONAL PROVINSI 59/2017) DATA BASE- TAR- REALI- REALI- TAR- REALI- STATUS
KATOR TARGET
LINE GET SASI SASI GET SASI CAPAIAN
Target 17.1 Memperkuat mobilisasi sumber daya domestik, termasuk melalui dukungan internasional kepada negara berkembang, untuk meningkatkan kapasitas lokal bagi pengumpulan pajak dan pendapatan lainnya
Total pendapatan Total pendapatan
Tren
pemerintah pemerintah
24.701. 25.965. 25.872. 27.243.8 25.411. 26.798. 26.633. meningkat
sebagai proporsi sebagai proprosi (tidak ada dalam lampiran
17.1.1* Bapenda Rp 017.599. 581.322 676.240. 38.043. 767.481. 308.42 000.085 namun tidak
terhadap PDB terhadap PDRB Perpres 59/2017)
994 .000 133 000 899 1.000 .963. memenuhi
menurut menurut
target
sumbernya. sumbernya
Tercapainya rasio
Rasio penerimaan Rasio penerimaan
penerimaan perpajakan
17.1.1.(a) pajak terhadap pajak terhadap Bapenda % 18,76 NA 8,77 NA 7,21
terhadap PDB di atas 12%
PDB. PDRB.
per tahun (2015: 10,7%).
Proporsi anggaran Proporsi anggaran
domestik yang domestik yang (tidak ada dalam lampiran
17.1.2* Bapenda % 93 93 100 98 100
didanai oleh pajak didanai oleh pajak Perpres 59/2017)
domestik. domestik.
Target 17.6 Meningkatkan kerja sama Utara-Selatan, Selatan-Selatan dan kerja sama triangular secara regional dan internasional terkait dan akses terhadap sains, teknologi dan inovasi, dan meningkatkan berbagai
pengetahuan berdasar kesepakatan timbal balik, termasuk melalui koordinasi yang lebih baik antara mekanisme yang telah ada, khususnya di tingkat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan melalui mekanisme fasilitasi
teknologi global
Meningkatnya penetrasi
akses tetap pita lebar
(fixed broadband) pada
Tingkat penetrasi Tingkat penetrasi
tahun 2019 di: - Perkotaan
akses tetap akses tetap
(20 Mbps) menjangkau 71%
pita lebar (fixed pita lebar (fixed
17.6.2.(b) rumah tangga (2015: 38%) Diskominfo % NA NA NA NA NA NA NA
broadband) di broadband) di
dan 30% populasi (2015:
Perkotaan dan di Perkotaan dan di
16%). - Perdesaan (10 Mbps)
Perdesaan. Perdesaan.
menjangkau 49% rumah
tangga (2015: 26%) dan 6%
populasi (2015: 3%).
Meningkatnya penetrasi
akses bergerak pita lebar
Diskominfo
(mobile broadband)
bekerjasma
Proporsi penduduk Proporsi penduduk dengan kecepatan 1
Kementerian
17.6.2.(c) terlayani terlayani mobile Megabyte per second % NA NA NA NA NA NA NA
Komunikasi
mobile broadband broadband (Mbps) pada tahun 2019 di:
dan
- Perkotaan menjangkau
Informatika
100% populasi. - Perdesaan
menjangkau 52% populasi.
Target 17.8 Mengoperasionalisasikan secara penuh bank teknologi dan sains, mekanisme pembangunan kapasitas teknologi dan inovasi untuk negara kurang berkembang pada tahun 2017 dan meningkatkan penggunaan
teknologi yang memampukan, khususnya teknologi informasi dan komunikasi
KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs TARGET (PERPRES SUMBER
INDI- SATUAN KET.
NASIONAL PROVINSI 59/2017) DATA BASE- TAR- REALI- REALI- TAR- REALI- STATUS
KATOR TARGET
LINE GET SASI SASI GET SASI CAPAIAN
Meningkatnya
Pertumbuhan Pertumbuhan
pertumbuhan ekspor
17.11.1.(a) ekspor produk non eksporproduk non Disperindag Juta US $ 8.224,5 6.303 8.212,84 6.518 7.704,15 6.968 10.257,3
produk non migas 5% pada
migas migas
tahun 2019 (2015: -9,8%).
Target 17.17 Mendorong dan meningkatkan kerja sama pemerintah-swasta dan masyarakat sipil yang efektif, berdasarkan pengalaman dan bersumber pada strategi kerja sama
KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs TARGET (PERPRES SUMBER
INDI- SATUAN KET.
NASIONAL PROVINSI 59/2017) DATA BASE- TAR- REALI- REALI- TAR- REALI- STATUS
KATOR TARGET
LINE GET SASI SASI GET SASI CAPAIAN
Persentase Persentase
konsumen Badan konsumen Badan
Pusat Statistik Pusat Statistik
(tidak ada dalam lampiran
17.18.1.(a) (BPS) yang merasa (BPS) yang merasa
Perpres 59/2017)
BPS % 99,67 PM 97,19 PM 98,61 PM 92,03
puas dengan puas dengan
kualitas data kualitas data
statistik. statistik.
Persentase Persentase
konsumen yang konsumen yang
menjadikan data menjadikan data
(tidak ada dalam lampiran
17.18.1.(b) dan informasi dan informasi BPS % 90,64 PM 98 PM 93,17 PM 97,22
Perpres 59/2017)
statistik BPS statistik BPS
sebagai rujukan sebagai rujukan
utama. utama.
Jumlah metadata Jumlah metadata
kegiatan statistik kegiatan statistik
dasar, sektoral, dasar, sektoral,
dan khusus yang dan khusus yang (tidak ada dalam lampiran
17.18.1.(c) BPS Metadata 32 PM 246 PM 282 PM 1093
terdapat dalam terdapat dalam Perpres 59/2017)
Sistem Informasi Sistem Informasi
Rujukan Statistik Rujukan Statistik
(SIRuSa). (SIRuSa).
Persentase Persentase
indikator SDGs indikator SDGs (Sektor-
(tidak ada dalam lampiran belum
17.18.1.(d) terpilah yang Jateng terpilah BPS % al dan PM 68,34 PM 71 PM
Perpres 59/2017) rilis
relevan dengan yang relevan Khusus)
target. dengan target.
Target 17.19 Pada tahun 2030, mengandalkan inisiatif yang sudah ada, untuk mengembangkan pengukuran atas kemajuan pembangunan berkelanjutan yang melengkapi Produk Domestik Bruto, dan mendukung
pengembangan kapasitas statistik di negara berkembang
Tersedianya data Tersedianya data
Dispermas-
registrasi terkait registrasi terkait
17.19.2. (tidak ada dalam lampiran des Data
kelahiran dan kelahiran dan ada NA ada NA ada NA ada
(b) Perpres 59/2017) bekerjasama Registrasi
kematian (Vital kematian (Vital
Kemendagri
Statistics Register) Statistics Register)
Instrumen yang terdapat dalam pengukuran, penentuan dan penilaian kinerja TPB
di Jawa Tengah tahun 2021, meliputi: (1) Jumlah total indikator TPB Jawa Tengah; (2)
Kriteria penilaian capaian indikator TPB; dan (3) Status capaian indikator TPB.
Mempertimbangkan pada kelengkapan dan kesesuaian substansi, maka metode
pengukuran dan penilaian kinerja TPB yang termuat dalam Laporan Tahun 2021 ini
mengadopsi hal yang sama seperti yang termuat dalam Laporan Tahun 2020.
Perubahan hanya terdapat pada status capaian indikator, yang mana menyesuaikan
dengan dinamika kebijakan dari Pemerintah Pusat.
Keterangan: *) Data tidak tersedia pada capaian kinerja indikator (Matrik 1), namun terdapat dukungan
pelaksanaan program kegiatan (Matrik 2)
Gambar 38. Indikator TPB Jawa Tengah Tahun 2020 dan Tahun 2021
Indikator TPB Jawa Tengah pada tahun 2020 maupun 2021 terdiri dari 93 target
dan 251 indikator. Pada tahun 2021, data tersedia sebanyak 202 indikator, terdiri dari
196 indikator merupakan kewenangan Provinsi dan 6 indikator merupakan
kewenangan Pusat. Sedangkan data yang tidak tersedia (terdiri dari data belum rilis
Gambar 39. Metode Kriteria Penilaian Status Capaian TPB Jawa Tengah Tahun 2020 dan
Tahun 2021
Terdapat perubahan metode kriteria penilaian status capaian TPB Jawa Tengah
antara tahun 2020 dan tahun 2021. Perubahan metode ini dilakukan berdasarkan hasil
evaluasi penilaian pelaksanaan TPB sebelumnya, yaitu tidak hanya membandingkan
antar target dengan realisasi, namun melihat pula tren realisasi dari baseline hingga
tahun berjalan. Selain itu, perubahan juga terjadi pada warna simbol status capaian
yang menyesuaikan dengan simbolisasi status capaian yang dilakukan oleh
Pemerintah Pusat.
Gambar 40. Perubahan Status Capaian TPB Jawa Tengah Tahun 2020 dan Tahun 2021
Terdapat perubahan cukup signifikan pada hasil ringkasan status pencapaian TPB
Tahun 2020 dan 2021. Tahun 2020 sebanyak 29,67 persen indikator TPB telah tercapai,
tetapi pada tahun 2021 menurun menjadi 22,96 persen. Hal ini terjadi karena di tahun
2021 ada beberapa indikator TPB tanpa target dengan tren realisasi membaik
dikategorikan ke dalam status akan tercapai.
Tahun 2021, indikator TPB yang belum tercapai menunjukkan kenaikan angka yang
cukup signifikan dari tahun sebelumnya yaitu 31,64 persen dari total indikator TPB yang
tersedia data. Kondisi ini selain dipengaruhi oleh perubahan metode kriteria penilaian
status capaian, juga disebabkan dampak pandemi Covid-19.
60
50
40
30
20
10
Gambar 41. Grafik Persentase Indikator TPB Kabupaten/Kota terhadap Indikator TPB Provinsi
Tahun 2020 dan Tahun 2021
Kinerja substantif ditunjukkan melalui pencapaian target indikator TPB yang diukur
dengan menggunakan metode kriteria penilaian status capaian yang telah ditetapkan
(Gambar 38). Indikator TPB dengan pencapaian terbanyak berada pada Pilar Sosial,
disusul Pilar Ekonomi, Pilar Lingkungan dan Pilar Hukum Tata Kelola. Hal ini
menunjukkan bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mempunyai prioritas terhadap
upaya peningkatan kesejahteraan sosial dan kualitas SDM. Selain itu, Pilar Sosial juga
merupakan pilar yang memiliki indikator belum tersedia data terbanyak dibandingkan
Pilar Ekonomi, Lingkungan dan Hukum Tata Kelola.
33
30
24 25
22
19
16 15
14
12 11
7 7 6
5 5
Gambar 42. Rekapitulasi Capaian Indikator TPB Jawa Tengah Tahun 2021 per Pilar
Gambar 43. Rekapitulasi Capaian Indikator TPB Jawa Tengah Tahun 2021 per Goal
Keterangan :
- = tidak ada dukungan non pemerintah pada Tujuan tersebut
0 = Instansi terkait belum menyampaikan data