Anda di halaman 1dari 211

Daftar Isi

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGs PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021


LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGs PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021
Daftar Gambar
Gambar 1. Perkembangan APM Jawa Tengah ........................................................................ 3
Gambar 2. APS Penduduk Miskin Kabupaten/Kota di Jawa Tengah .................................. 3
Gambar 3. Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Jawa Tengah ....... 5
Gambar 4. Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan Jawa Tengah ......................... 5
Gambar 5. Perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan Jawa Tengah .......................... 6
Gambar 6. Persebaran Tingkat Kemiskinan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah................. 6
Gambar 7. Penyebab Stunting di Jateng ............................................................................... 17
Gambar 8. Peta Prevalensi Stunting Kabupaten/Kota di Jawa Tengah ........................... 18
Gambar 9. Penyebab Kematian Bayi di Jawa Tengah ......................................................... 25
Gambar 10. Tren Kasus HIV/AIDS di ... .......................................................................................26
Gambar 11. Distribusi Deteksi Dini Hepatitis B Per Kabupaten/Kota Tahun 2021............ 27
Gambar 12. Tren TFR Nasional dan Jawa Tengah .................................................................28
Gambar 13. Cakupan UHC Provinsi Jawa Tengah Tahun 2021 ............................................29
Gambar 14. Tren Kasus Kematian Ibu .....................................................................................29
Gambar 15. Peta Distribusi Kasus Kematian Ibu per Kabupaten/Kota di Jawa Tengah 30
Gambar 16. Distribusi Kasus Malaria Per Kabupaten/Kota Tahun 2021 ............................ 31
Gambar 17. Tren Kasus PTM di Jawa Tengah ........................................................................ 33
Gambar 18. Tren APK Jawa Tengah ........................................................................................ 44
Gambar 19. Partisipasi Pendidikan Pra Sekolah .................................................................... 45
Gambar 20. Tren ASFR Jawa Tengah dan Nasional ............................................................. 53
Gambar 21. Kapasitas Prasarana Air Baku di Jawa Tengah (m3/detik) ............................ 60
Gambar 22. Cakupan Sanitasi Jawa Tengah ......................................................................... 61
Gambar 23. Persentase KK dengan Akses Sarana Sanitasi Tahun 2021 ............................62
Gambar 24. Tren Akses Sanitasi dan Desa/Kelurahan ODF di Jawa Tengah ...................63
Gambar 25. Perkembangan Kabupaten/Kota ODF di Jawa Tengah Tahun 2021 ............63
Gambar 26. Peta Cekungan Air Tanah (CAT) Jawa Tengah ................................................ 64
Gambar 27. Distribusi Sumber Air Minum Jawa Tengah Tahun 2021 ............................... 68
Gambar 28. Konsumsi Listrik Tahun 2021 .............................................................................. 76
Gambar 29. EBT di Jawa Tengah ............................................................................................ 77
Gambar 30. Laju Pertumbuhan per Kapita Kabupaten/Kota di Jawa Tengah ................82
Gambar 31. TPT per Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2021 ...................................85
Gambar 32. Klasifikasi Pekerja Setengah Menganggur di Jawa Tengah Tahun 2021 .....85
Gambar 33. Tren Rasio Gini berdasarkan Wilayah di Jawa Tengah Tahun 2021 ............ 102
Gambar 34. Tren Garis Kemiskinan ....................................................................................... 103
Gambar 35. Jumlah Kelurahan Tangguh Bencana di Jawa Tengah................................. 109
Gambar 36. Jumlah Perusahaan Peserta Proper di Jawa Tengah ................................... 120
Gambar 37. Luas Pembagian Kawasan Hutan di Jateng (Ha) ........................................... 135
Gambar 38. Indikator TPB Jawa Tengah Tahun 2020 dan Tahun 2021 ........................... 158
Gambar 39. Metode Kriteria Penilaian Status Capaian TPB Jawa Tengah Tahun 2020 dan
Tahun 2021................................................................................................................................ 159
Gambar 40. Perubahan Status Capaian TPB Jawa Tengah Tahun 2020 dan 2021 ........ 159
Gambar 41. Grafik Persentase Indikator TPB Kabupaten/Kota terhadap Indikator TPB
Provinsi Tahun 2020 dan Tahun 2021 .................................................................................... 161

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGs PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021


Gambar 42. Rekapitulasi Capaian Indikator TPB Jawa Tengah Tahun 2021 per Pilar ... 162
Gambar 43. Rekapitulasi Capaian Indikator TPB Jawa Tengah Tahun 2021 per Goal ... 162

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGs PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021


Daftar Tabel
Tabel 1. Kawasan Kumuh Provinsi Jawa Tengah Tahun 2021 ............................................. 111
Tabel 2. Jumlah Penumpang Moda Transportasi Umum Trans Jateng ........................... 112
Tabel 3. Kerugian akibat Bencana di Jawa Tengah ............................................................. 113
Tabel 4. Persentase Sampah yang Tertangani di Jawa Tengah Tahun 2018-2021 ......... 114
Tabel 5. Luas Lahan Kritis di Kawasan Hutan Tahun 2018-2021 ....................................... 136
Tabel 6. Realisasi Pendapatan Jawa Tengah Tahun 2018-2021 ........................................ 152
Tabel 7. Tingkat Keterisian Indikator TPB Kabupaten/Kota terhadap Indikator TPB Jawa
Tengah Tahun 2020-2021 ....................................................................................................... 160
Tabel 8. Anggaran Pemerintah dan Non Pemerintah dalam Mendukung Pencapaian TPB
di Jawa Tengah Tahun 2019-2021 ......................................................................................... 163
Tabel 9. Anggaran Pemerintah Kabupaten/Kota dalam Mendukung Pencapaian TPB di
Jawa Tengah Tahun 2019-2021 ............................................................................................. 164

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGs PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021


Ringkasan Eksekutif
Pencapaian Pelaksanaan TPB/SDGs Jawa Tengah tahun 2021

Laporan Pencapaian TPB Jawa Tengah Tahun 2021 merupakan laporan terhadap
pelaksanaan kinerja TPB Jawa Tengah yang telah direncanakan dalam Rencana Aksi
Daerah (RAD) TPB Jawa Tengah Tahun 2019-2023. Laporan ini merupakan laporan ketiga
dari pelaksanaan RAD TPB Jawa Tengah Tahun 2019-2023 yang disusun secara inklusif
dan transparan dengan melibatkan peran sejumlah pihak baik dari unsur pemerintah,
akademisi, swasta dan organisasi masyarakat.
Instrumen yang terdapat dalam pengukuran, penentuan dan penilaian kinerja TPB di
Jawa Tengah tahun 2021, meliputi: (1) Jumlah total indikator TPB Jawa Tengah; (2)
Kriteria penilaian capaian indikator TPB; dan (3) Status capaian indikator TPB.
Mempertimbangkan pada kelengkapan dan kesesuaian substansi, maka metode
pengukuran dan penilaian kinerja TPB yang termuat dalam Laporan Tahun 2021 ini
mengadopsi hal yang sama seperti yang termuat dalam Laporan Tahun 2020.
Perubahan hanya terdapat pada simbolisasi status capaian indikator, yang mana
menyesuaikan dengan dinamika kebijakan dari Pemerintah Pusat.
Indikator TPB Jawa Tengah pada tahun 2021 terdiri dari 93 target dan 251 indikator. Pada
tahun 2021, data tersedia sebanyak 202 indikator, terdiri dari 196 indikator merupakan
kewenangan Provinsi dan 6 indikator merupakan kewenangan Pusat. Sedangkan data
yang tidak tersedia (terdiri dari data belum rilis dan data Not Available/NA) sebanyak 49
indikator.
Berdasarkan ringkasan status pencapaian TPB Jawa Tengah tahun 2021, sebanyak 22,96
persen indikator TPB telah tercapai, menurun dibandingkan tahun sebelumnya
dikarenakan terdapat beberapa indikator TPB tanpa target dengan tren realisasi
membaik dikategorikan ke dalam status akan tercapai. Indikator TPB dengan
pencapaian terbanyak berada pada Pilar Sosial, disusul Pilar Lingkungan, Pilar Ekonomi
dan Pilar Hukum Tata Kelola. Selain itu, Pilar Sosial juga merupakan pilar yang memiliki
indikator belum tersedia data terbanyak. Apabila melihat capaian indikator pada
masing-masing Tujuan, diketahui Goal 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera menjadi Goal
yang memiliki indikator dengan status capaian tercapai dan memerlukan perhatian
khusus paling banyak dibandingkan 16 Goal lainnya. Sedangkan indikator dengan status
capaian membaik paling banyak berada pada Goal 6: Air Bersih dan Sanitasi Layak.
Dalam melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan TPB baik di provinsi maupun
kabupaten/kota, tool yang digunakan yaitu: (1) Matrik 1. Capaian Indikator Kinerja TPB,
(2) Matrik 2. Program Kegiatan dan Anggaran Pemerintah dan (3) Matrik 3. Program
Kegiatan dan Anggaran Non Pemerintah.
Penyusunan Laporan Pencapaian TPB Jawa Tengah Tahun 2021 disusun oleh Gubernur
bersama Bupati/Walikota. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk komitmen
dukungan pelaksanaan dan pencapaian TPB. Selain melaksanakan program kegiatan
pembangunan yang sinergi dengan pencapaian TPB, Pemerintah Kabupaten/Kota
wajib melaporkan pelaksanaan TPB di Kabupaten/Kota kepada Pemerintah Provinsi.
Dari 35 Kabupaten/Kota, terdapat 19 Kabupaten/Kota mengalami penurunan keterisian

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGs PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 iii


indikator, 14 Kabupaten/Kota mengalami peningkatan keterisian indikator dan 2
Kabupaten/Kota yang belum menyampaikan data pengisian matrik 1. Apabila dihitung
reratanya, maka terdapat penurunan kemampuan penyediaan data TPB
Kabupaten/Kota, yaitu dari 37,58 persen (tahun 2020) menjadi 34,52 persen pada tahun
2021. Hal ini dipengaruhi adanya penyesuaian indikator yang masih bersifat proxy pada
matrik 1 masing-masing Kabupaten/Kota. Kabupaten Sragen menjadi kabupaten yang
konsisten mampu memenuhi ketersediaan data paling baik dibandingkan
Kabupaten/Kota lainnya. Pada tahun 2021, Kabupaten Sragen memberikan dukungan
terhadap indikator TPB sebesar 56,97 persen. Sedangkan Kabupaten Kudus
berkontribusi paling sedikit untuk dukungan terhadap indikator TPB sebesar 9,16
persen.
Dalam hal dukungan anggaran untuk pencapaian tiap Goal/Tujuan dari TPB, Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah terus berupaya untuk menginternalisasi TPB ke dalam
pelaksanaan program kegiatan dan pemerintah maupun non pemerintah. Total
dukungan anggaran pemerintah terhadap pencapaian TPB di Jawa Tengah pada tahun
2021 sebesar Rp. 29,86 Triliun lebih besar dibandingkan tahun 2020 sebesar Rp. 20,17
triliun. Peningkatan anggaran terbesar antara lain pada Goal 1: Menghilangkan
Kemiskinan; Goal 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, serta Goal 10: Menurunkan
Ketimpangan dan Kesenjangan, yang menunjukkan bahwa dalam kondisi pandemi
Covid-19, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah memberikan perhatian khusus terhadap
kemiskinan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Kondisi serupa juga terjadi pada
Pemerintah Kabupaten/Kota yang menunjukkan adanya peningkatan dukungan
anggaran TPB dari 10,12 triliun (tahun 2020) menjadi 16,69 triliun pada tahun 2021.
Namun kondisi berbeda ditunjukkan pada dukungan anggaran non pemerintah yang
mengalami penurunan dari Rp. 46,66 miliar tahun 2020 menjadi Rp. 37,93 miliar tahun
2021. Kontribusi terbesar diberikan pada upaya pencapaian Goal 8: Pekerjaan Layak dan
Pertumbuhan Ekonomi, yang mana sebagian besar diarahkan pada ekonomi produktif
dalam rangka pengembangan usaha mikro menengah melalui program pendidikan
pelatihan ketenagakerjaan dan pembentukan LSP, dengan pelaksanaan kegiatan secara
online maupun offline.
Laporan Pencapaian TPB Jawa Tengah Tahun 2021 menggambarkan tentang (1) kinerja
pelaksanaan TPB tahun 2021; (2) tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan dan
pencapaian target TPB; (3) upaya terobosan yang telah dilakukan untuk mewujudkan
kinerja pencapaian; serta (4) arah kebijakan ke depan untuk pencapaian TPB. Berikut
ringkasan kinerja pelaksanaan TPB tahun 2021 atas indikator yang menjadi perhatian
khusus:
Tujuan 1: Tanpa Kemiskinan
Pandemi Covid-19 yang berdampak pada seluruh sektor
pembangunan terutama sektor perekonomian yang sempat macet
bahkan terhenti sehingga mengakibatkan roda perekonomian tidak
berjalan sebagaimana mestinya. Hingga tahun 2021 pandemi masih
belum sepenuhnya teratasi, namun Pemerintah Provinsi Jawa
Tengah telah melakukan beberapa penyesuaian (New Normal) untuk
terus mendukung aktivitas perekonomian tetap berjalan. Angka Kemiskinan Jawa
Tengah pada September 2021 sebesar 11,25 persen menurun 0,54 persen poin

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGs PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 iv


dibandingkan Maret 2021. Penduduk miskin Jawa Tengah pada bulan September 2020
berjumlah 4,119 juta orang (11,84 persen) bertambah sebanyak 139,03 ribu orang. Namun,
pada Maret dan September 2021 kembali terjadi penurunan jumlah dan persentase
penduduk miskin, namun belum memenuhi target yang ditetapkan. Pada tahun 2021,
Pemerintah Pusat menargetkan Penanggulangan Kemiskinan Ekstrem nasional
sebanyak 20 persen. Untuk mencapai target tersebut, setiap provinsi memetakan lima
kabupaten prioritas untuk Penanggulangan Kemiskinan Ekstrem (PKE). Jawa Tengah
memiliki lima kabupaten prioritas PKE yaitu Kabupaten Banyumas, Kabupaten
Banjarnegara, Kabupaten Brebes, Kabupaten Pemalang dan Kabupaten Kebumen.
Upaya pengentasan kemiskinan terus dilakukan melalui strategi pemenuhan basic need
access; penguatan keberlanjutan ekonomi masyarakat (sustainable livelihood); serta
penguatan tata kelola dan kelembagaan penanggulangan kemiskinan dengan
mensinergikan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan. Pemenuhan basic
need access dilakukan melalui peningkatan akses layanan pendidikan, kesehatan
masyarakat, akses air minum dan sanitasi, konsumsi pangan serta penurunan
pengangguran. Sedangkan upaya meningkatkan kemampuan dan pendapatan
masyarakat miskin, mengembangkan dan menjamin keberlanjutan, serta meningkatkan
daya tahan usaha mikro dan kecil merupakan bagian dari strategi sustainable livelihood.
Namun demikian, dalam upaya pengentasan kemiskinan masih dihadapkan pada
tantangan-tantangan antara lain: belum optimalnya kerjasama multipihak,
keterbatasan dan kurangnya upaya pengelolaan sumber daya alam dan potensi lokal;
akurasi database kemiskinan serta sinergitas dan harmonisasi program kegiatan antar
sektor yang mendukung penurunan kemiskinan.

Tujuan 2: Tanpa Kelaparan


Prevalensi Stunting (pendek dan sangat pendek) pada anak bawah
lima tahun/ balita dan baduta di Jawa Tengah berkembang cukup
baik dalam kurun waktu 2019-2021. Pada tahun 2019-2020 terjadi
penurunan angka prevalensi Stunting pada anak balita turun sebesar
3,67 persen dari 18,18 persen menjadi 14,51 persen namun pada tahun
2021 mengalami peningkatan cukup signifikan dari 14,51 persen
menjadi 20,9 persen. Sedangkan angka prevalensi Stunting pada anak baduta
mengalami penurunan dari 14,74 persen menjadi 13,19 persen pada tahun 2021. Adapun
secara absolut, jumlah baduta dan balita yang mengalami Stunting di Jawa Tengah
tahun 2021 secara berturut-turut yaitu sebesar 759.869 baduta dan 1.419.781 balita.
Beberapa upaya yang dilakukan dalam rangka mencegah dan menurunkan prevalensi
Stunting di Jawa Tengah yakni melalui perbaikan gizi, tumbuh kembang anak, dan
Gerakan Percepatan Perbaikan Gizi dalam kerangka 1.000 HPK (Hari Pertama
Kehidupan). Upaya percepatan penanganan Stunting di Jawa Tengah berjalan seiringan
dengan aksi konvergensi yang dilakukan di masing-masing Kabupaten/Kota dengan
aktivitas yang bersifat lintas sektor. Namun dalam pelaksanaannya, masih ditemukan
berbagai kendala antara lain penyelenggaraan intervensi gizi spesifik dan sensitif masih
belum terpadu, kebijakan dan program yang dilaksanakan berbagai sektor belum
memprioritaskan intervensi yang terbukti efektif, pengalokasian dan pemanfaatan
sumber daya dan sumber dana belum efisien, serta terdapat keterbatasan kewenangan
penyelenggara untuk mengembangkan kebijakan. Adapun kebijakan dan strategi ke
depan dan masih terus dilakukan adalah meningkatkan upaya promotif, dan preventif

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGs PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 v


dengan tetap melaksanakan upaya kuratif, preventif dan rehabilitatif melalui upaya
penerapan paradigma sehat dengan optimalisasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(GERMAS) dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS); intervensi pencegahan dan
penanganan Stunting; peningkatan peran posyandu dalam peningkatan kesehatan ibu
dan anak; pelaksanaan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) kesehatan di lingkungan
masyarakat; dan mendorong pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
termasuk penuntasan Open Defacation Free (ODF); serta peningkatan peran dan
keaktifan Tri Bina (Bina Keluarga Balita, Bina Keluarga Remaja, Bina Keluarga Lansia).

Tujuan 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera


Angka Kematian Ibu (AKI) mengalami peningkatan dalam kurun
waktu tahun 2019 hingga 2021. Pada tahun 2021, AKI meningkat
sangat signifikan menjadi 199,0 per 100.000 Kelahiran Hidup dari
tahun sebelumnya sebesar 98,60 per 100.000 Kelahiran Hidup.
Secara absolut, terjadi kenaikan jumlah kasus dari 530 kasus (tahun
2020) menjadi 1.011 kasus (tahun 2021). Beberapa faktor diindikasikan
mempengaruhi meningkatnya AKI, antara lain yaitu keterbatasan layanan kesehatan
dan gizi bagi ibu hamil selama pandemi Covid-19, potensi keterpaparan virus serta
komplikasi kehamilan seperti pendarahan, hipertensi kehamilan, jantung dan diabetes
mellitus. Upaya yang telah dilakukan antara lain: pelayanan persalinan dan rujukan ibu
hamil di masa pandemi Covid-19 sesuai protokol kesehatan; pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan yang mumpuni; serta memberikan
Program Jaminan Kesehatan Nasional Penerima Bantuan Iuran (JKN PBI), JKN Non PBI
APBN, Jamkesda, Asuransi Swasta, dan Asuransi Perusahaan/Kantor. Namun demikian
masih terdapat beberapa tantangan yang dihadapi antara lain kualitas pelayanan
kesehatan dasar dan rujukan; pengetahuan ibu tentang perawatan antenatal dan
pengasuhan anak; penguatan usaha kesehatan seperti Posyandu; partisipasi pendidikan
perempuan untuk mencegah pernikahan dini; serta penggunaan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP) untuk mengatur kelahiran.

Tujuan 4: Pendidikan Berkualitas


Perkembangan kinerja pendidikan relatif baik sekalipun berada dalam
situasi Covid-19. Hal ini ditunjukkan pada Angka Partisipasi Kasar
(APK) maupun Angka Partisipasi Murni (APM) di setiap jenjang
pendidikan mengalami peningkatan, kecuali APK jenjang pendidikan
PAUD dan SMA/SMK/MA/Sederajat yang menunjukkan adanya
penurunan capaian pada tahun 2021. Berdasarkan data BPS, Angka
Partisipasi Kasar (APK) PAUD di Jawa Tengah mengalami penurunan cukup signifikan
yaitu dari 50,24 persen (tahun 2020) menjadi 47,33 persen. Sedangkan penurunan nilai
APK SMA/SMK/MA/Sederajat sebesar 0,18 persen. Selain itu guna merespon
pendidikan inklusi terutama dari sisi gender, maka Rasio APM Perempuan dan Laki-laki
di setiap jenjang pendidikan memperlihatkan perkembangan yang cukup baik yaitu
terjadi peningkatan angka capaian dari tahun 2018 hingga 2021 sebesar 97,97 persen
menjadi 100,2 persen untuk jenjang SD/MI/Sederajat; 79,31 persen menjadi 100,89
persen untuk jenjang SMP/MTs/Sederajat; dan 59,31 persen menjadi 101,98 persen
untuk jenjang SMA/SMK/MA/Sederajat. Namun demikian masih terdapat hal yang
perlu menjadi perhatian khusus dan tantangan dalam pembangunan pendidikan yaitu

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGs PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 vi


penanganan Anak Putus/Tidak Sekolah (ATS) di Jawa Tengah. Data BPS tahun 2021
menunjukkan masih terdapat 11.150 jiwa anak usia 7-12 tahun dan sebanyak 52.730 jiwa
anak usia 13-15 tahun serta 513.539 jiwa usia 16-18 tahun di Jawa Tengah yang diindikasi
mengalami putus dan tidak sekolah. Kebijakan dan strategi pembangunan pendidikan
dilakukan melalui Sekolah Tanpa Sekat yaitu mengintegrasikan pendidikan formal,
informal dan non formal kepada seluruh masyarakat yang berkeadilan dan tanpa
diskriminasi sebagai perwujudan bahwa urusan pendidikan tidak hanya menjadi
tanggung jawab pemerintah tetapi juga menjadi tanggung jawab keluarga dan
masyarakat.

Tujuan 5: Kesetaraan Gender


Pencapaian kesetaraan gender memperlihatkan kemajuan yang
cukup signifikan. Di Jawa Tengah terdapat tiga kebijakan terkait
gender yaitu antara lain: SE Gubernur Nomor 463.23/0007589
tentang Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender (PPRG)
pada Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota Provinsi Jawa
Tengah, Pergub Nomor 71 Tahun 2017 tentang Pedoman Pelaksanaan
PUG di Daerah, serta yang terbaru Perda Nomor 2 Tahun 2022 tentang
Pengarusutamaan Gender. Sedangkan terkait pelayanan kesehatan reproduksi, hal
yang perlu mendapat perhatian adalah unmet need KB atau kebutuhan Keluarga
Berencana yang tidak terpenuhi. Unmet need KB mengalami peningkatan pada tahun
2021, dari sebelumnya 12,9 persen menjadi 14,29 persen atau meningkat 1,39 persen dan
belum memenuhi target. Strategi penurunan angka unmet need yang ditetapkan tidak
dapat berjalan optimal, khususnya pada masa pandemi Covid-19 yang terjadi mulai awal
tahun 2020 yang berdampak pada pelayanan KB yang terhambat. Selain itu, diketahui
bahwa masih terdapat beberapa faskes (baik rumah sakit maupun klinik) yang belum
bisa memberikan pelayanan KB secara massal. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah masih
menghadapi tantangan dalam upaya penyetaraan gender salah satunya dalam
menangani dan mencegah kekerasan pada perempuan dan anak. Tantangan yang
dihadapi yakni masih adanya budaya patriarki (harus mengikuti kemauan dan
membenarkan keputusan kepala keluarga) dan budaya yang memaklumi adanya
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Selain itu, budaya patriarki yang masih cukup
kuat juga menyebabkan kurangnya pemahaman individu terkait hak perempuan untuk
berkontribusi dan berperan aktif dalam bidang politik. Kebijakan dan strategi untuk
mendorong pencapaian Kesetaraan Gender adalah Meningkatkan akses dan kualitas
perlindungan perempuan dan anak melalui: a) Pencegahan terhadap kekerasan
perempuan dan anak; b) pengurangan risiko kekerasan terhadap perempuan dan anak;
c) peyelenggaraan layanan terpadu bagi korban kekerasan sesuai standar dan
terintegrasi dengan layanan dasar, program perlindungan sosial, serta penerapan
kebijakan di sekolah.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGs PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 vii


Tujuan 6: Air Bersih dan Sanitasi Layak
Persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap layanan
sumber air minum layak dalam kurun waktu 2020 – 2021 cenderung
menurun yaitu dari 94,07 persen menjadi 93,62 persen, lebih rendah
dari capaian 2019 yang sebesar 93,82 persen. Padahal diketahui
bahwa adanya kapasitas air baku mengalami peningkatan meskipun
tidak signifikan dari tahun sebelumnya, yaitu dari 61,39 m3/detik
menjadi 61,50 m /detik. Peningkatan kapasitas prasarana air baku tersebut didorong
3

karena adanya pembangunan SPAM Regional Bregas (Kabupaten Brebes, Kabupaten


Tegal dan Kota Tegal), Petanglong (Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Batang dan Kota
Pekalongan) dan Keburejo (Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Purworejo). Berbeda
dengan akses sumber air minum layak, cakupan sanitasi layak mengalami peningkatan
dari tahun 2018 sebesar 81,50 persen menjadi 96,87 persen pada tahun 2021.
Peningkatan cakupan sanitasi layak tersebut dipengaruhi adanya peningkatan jumlah
desa yang melaksanakan Sanitasi Terpadu Berbasis Masyarakat (STBM) dan Open
Defection Free (ODF). Dalam kurun waktu tahun 2018 hingga 2021, terjadi peningkatan
jumlah desa yang melaksanakan dari 1.467 desa/kelurahan menjadi 8.570
desa/kelurahan. Sedangkan jumlah desa/kelurahan yang ODF/SBS menunjukkan
peningkatan yang cenderung progresif setiap tahunnya, dari 3.668 desa/kelurahan
(tahun 2018) menjadi 7.162 desa/kelurahan (tahun 2021). Tantangan yang masih
dihadapi antara lain: (a) Keterbatasan kuantitas dan kualitas air minum di wilayah
perkotaan dan perdesaan serta sumber daya pengelolaan air minum regional; (b) Akses
pelayanan sanitasi air limbah domestik yang belum optimal dan (c) Kapasitas pengelola
instalasi pengolahan limbah domestik komunal. Kebijakan dan strategi untuk
mendorong pencapaian tujuan 6: Air Bersih dan Sanitasi Layak yaitu antara lain:
Peningkatan kinerja pengelolaan air minum dan sanitasi di Jawa Tengah diarahkan pada
kegiatan fasilitasi dan pembangunan SPAM Regional dan fasilitasi pengelolaan sampah
dan sanitasi. Program ini dilakukan untuk mencapai indikator kinerja yaitu peningkatan
persentase akses aman air minum perdesaan; persentase akses aman air minum
perkotaan; serta persentase akses sanitasi air limbah domestik.

Tujuan 7: Energi Bersih dan Terjangkau


Kebutuhan energi masyarakat yang dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan dan pemakaian energi menunjukkan masih adanya
kecenderungan ketergantungan terhadap sumber energi fosil yang
potensinya semakin lama semakin berkurang. Penggunaan energi
fosil tersebut juga dinilai kurang ramah lingkungan karena
berdampak pada tingginya emisi gas rumah kaca di Jawa Tengah.
Oleh karenanya, dalam rangka mewujudkan penggunaan energi yang ramah
lingkungan, maka pemerintah mendorong adanya energi baru terbarukan (EBT). Dalam
kurun waktu 2019 hingga tahun 2021, tren bauran energi terbarukan menunjukkan
kecenderungan peningkatan nilai dan melampaui target yang ditentukan. Jawa Tengah
dengan berbagai karakteristik wilayahnya, memiliki EBT yang potensial untuk
dikembangkan, antara lain energi surya, air, biogas, waste to energy (biomassa), gas
rawa dan panas bumi. Beberapa upaya pengembangan energi bersih di Jawa Tengah
yaitu membangun pembangkit EBT (PLTS Rooftop, PLTMH, pompa tenaga surya),
mendorong peran serta masyarakat melalui Desa Mandiri Energi (DME), membangun

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGs PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 viii


Biogas berbasis limbah kotoran ternak dan limbah tahu, serta memfasilitasi usulan
pembangunan Biogas dan PLTS Rooftop. Namun dalam pelaksanaannya, terdapat
beberapa tantangan yang dihadapi yaitu pertumbuhan konsumsi listrik yang semakin
padat, kapasitas energi yang dihasilkan dari pengembangan EBT masih belum optimal,
serta dukungan sumber daya manusia (masyarakat) dalam pengembangan kemandirian
energi yang masih perlu didorong.

Tujuan 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi


Perkembangan angka TPT menunjukkan tren yang cenderung
fluktuatif. TPT di Jawa Tengah pada Agustus 2021 tercatat sebesar
5,95 persen yang berarti bahwa dari 100 orang angkatan kerja
terdapat sekitar 6 orang yang menganggur. Capaian TPT tersebut
lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 6,48
persen, namun belum memenuhi target yang ditetapkan. Berkaitan
dengan penyerapan tenaga kerja di Jawa Tengah, melihat kondisi year to year terjadi
kenaikan daya serap tenaga kerja di sektor formal terutama dari tahun 2020 ke 2021.
Persentase tenaga kerja sektor formal tahun 2021 mencapai 39,62 persen, meningkat
dibandingkan tahun sebelumnya yang menyerap sekitar 37,25 persen tenaga kerja di
Jawa Tengah. Industri menjadi penyedia lapangan kerja formal terbesar, dengan
proporsi terbesar merupakan buruh/karyawan (36,53 persen dari persentase total
tenaga kerja formal). Sementara proporsi lapangan kerja informal sektor non-pertanian
menunjukkan penurunan dari 52,14 persen (tahun 2020) menjadi 50,57 persen pada
tahun 2021. Penurunan tersebut diindikasi sebagai dampak dari adanya pembatasan
aktivitas selama pandemi Covid-19 yang berpengaruh pada penurunan jumlah lapangan
kerja. Tantangan lain yang dihadapi yaitu seiring fenomena bonus demografi antara lain:
pertumbuhan penduduk usia kerja harus disesuaikan dengan peningkatan kualitas
sumber daya manusia dan penduduk usia kerja harus bisa diserap oleh pasar kerja yang
tersedia. Upaya strategi diambil oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk
pencapaian Tujuan 8 ini, yaitu dengan meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga
kerja, salah satunya melalui penguatan program link and match kurikulum SMK dengan
industri Dunia Usaha/Dunia Industri (DU/DI) serta penciptaan dan perluasan
kesempatan kerja yang ramah investasi.

Tujuan 9: Industri, Inovasi dan Infrastruktur


Pada bidang infrastruktur, kondisi mantap jalan nasional di Jawa
Tengah mengalami peningkatan siginifikan dari 89,6 persen pada
2018 menjadi 92,04 persen pada 2021. Kereta api menjadi salah satu
moda transportasi yang berpotensi untuk dikembangkan mengingat
hampir seluruh wilayah di Jawa Tengah terdapat jaringan rel kereta
api (aktif dan non aktif). Panjang jalur kereta api di Jawa Tengah
hingga tahun 2021 yaitu sepanjang 1.053,76 km. Rencana target reaktivasi jalur kereta
api di Jawa Tengah sampai dengan tahun 2023 bertambah menjadi 1363,655 kmsp dari
878,155 kmsp pada tahun 2018. Selain itu, Jawa Tengah juga memiliki 6 bandara yang
melayani penerbangan komersial yaitu Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang,
Bandara Internasional Adi Soemarmo Surakarta, Bandara Dewadaru Karimunjawa
Jepara, Bandara Tunggul Wulung Cilacap, Bandara Soedirman Purbalingga (Wirasaba)
serta Bandara Ngloram Blora. Terdapat pula 46 dermaga penyeberangan yang

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGs PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 ix


dioperasikan di Jawa Tengah. Dalam bidang industri, Laju pertumbuhan PDRB industri
manufaktur di Jawa Tengah mengalami penurunan dalam kurun waktu 2018 hingga
2021. Capaian proporsi nilai tambah sektor industri manufaktur terhadap PDRB per
kapita pada tahun 2021 menunjukkan adanya penurunan. Capaian tersebut sebesar
33,41 persen, lebih rendah 1,11 persen dibandingkan tahun 2020. Tantangan yang masih
dihadapi antara lain: pengembangan pelayanan angkutan yang mendukung
aksesibilitas dan aglomerasi wilayah perkotaan, kawasan perbatasan dan kawasan
strategis lainnya; kontribusi sektor industri terhadap PDRB belum optimal; masih
minimnya pertumbuhan industri skala kecil dan menengah; serta pengembangan
klaster industri belum optimal.

Tujuan 10: Berkuranganya Kesenjangan


Dalam kurun waktu tahun 2018 hingga 2021, perkembangan rasio gini
di Jawa Tengah menunjukkan perkembangan yang kurang baik. Pada
September 2021, rasio gini Jawa Tengah adalah 0,368 meningkat
0,009 poin dibanding September 2020 (sebesar 0,359). Berdasarkan
pembagian wilayah, rasio gini perdesaan lebih rendah dibandingkan
rasio gini perkotaan. Pada bulan September 2021, rasio gini perdesaan
sebesar 0,324 sedangkan di perkotaan sebesar 0,393. Perbedaan rasio gini tersebut
menunjukkan masalah ketimpangan pendapatan atau pengeluaran masyarakat di
wilayah perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan. Disisi lain,
perkembangan jumlah desa dengan status sangat tertinggal dan tertinggal tahun 2021
berkurang signifikan dibandingkan tahun 2020. Sementara itu jumlah desa mandiri
cenderung meningkat setiap tahun sejak tahun 2018 hingga 2021. Hal tersebut
dipengaruhi oleh intervensi yang serius melalui upaya pemberdayaan masyarakat yang
dilakukan sinergis dengan intervensi dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Tantangan yang dihadapi dalam menurunkan kesenjangan yaitu perubahan paradigma
dalam pembangunan desa yang menempatkan desa sebagai subjek pembangunan
bertujuan agar desa mampu mendayagunakan dan mengoptimalkan potensi sumber
daya dan nilai-nilai kearifan setempat seperti ekonomi, pariwisata, kebudayaan, sosial,
dan lingkungan hidup. Upaya strategi yang dilakukan antara lain menurunkan
kemiskinan secara merata; meningkatkan aksesibilitas dan konektivitas antar daerah
dan wilayah pengembangan; membuka kawasan industri baru melalui afirmasi
kebijakan tumbuhnya kawasan industri baru di perbatasan barat dan selatan dalam
mempercepat proses persebaran pusat-puat pertumbuhan ekonomi; serta
meningkatkan eco socio tourism berbasis masyarakat (local based community) dengan
mempertimbangkan keunggulan spesifik.

Tujuan 11: Kota dan Permukiman Berkelanjutan


Proporsi rumah tangga yang memiliki akses terhadap hunian yang
layak dan terjangkau di Jawa Tengah menunjukkan tren yang
cenderung meningkat setiap tahunnya. Proporsi meningkat dari 83,1
persen (2018) menjadi 90,82 persen (2021) atau sebanyak 8.371.465
unit. Strategi optimalisasi capaian rumah layak huni di Jawa Tengah
dilakukan dengan strategi: penanganan backlog melalui mekanisme
bantuan sosial pembangunan rumah baru swadaya; Peningkatan Kualitas Rumah Tidak
Layak Huni (RTLH) melalui mekanisme Bankeupemdes; Pelaksanaan SPM bidang

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGs PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 x


perumahan melalui mekanisme Bansos Pembangunan Rumah Korban Bencana,
Peningkatan Kualitas Rumah korban bencana dan Pembangungan Rumah Relokasi
Program Pemerintah. Adanya angkutan umum massal di kawasan aglomerasi
perkotaan yang dilayani Trans Jateng memiliki kontribusi nyata terhadap indikator TPB
yaitu mendukung peningkatan pengguna moda transportasi umum di perkotaan.
Tercatat selama tahun 2018-2019 terdapat kenaikan jumlah penumpang yang dilayani,
namun adanya pandemi Covid-19 menyebabkan penurunan jumlah penumpang yang
dilayani Trans Jateng di tahun 2020-2021. Dalam rangka mewujudkan ketahanan kota,
desa/kelurahan maka perlu adanya kemampuan mandiri untuk beradaptasi dan
menghadapi potensi ancaman bencana, serta memulihkan diri dengan segera dari
dampak-dampak bencana yang merugikan. Kelurahan tangguh bencana menjadi
bagian penting dalam upaya Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas (PRBBK).
Kelurahan Tangguh Bencana yang terbentuk di 4 kota di Jawa Tengah yaitu sebanyak
30 Kelurahan Tangguh Bencana (Katana). Namun demikian, adanya peningkatan
kejadian bencana alam di Jawa Tengah berdampak pada meningkatnya kerugian
ekonomi dan jumlah korban meninggal. Tantangan lain adalah masih cukup banyak
Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) khususnya masyarakat dengan tingkat kesejahteraan
40% terendah; belum optimalnya penanganan kawasan permukiman kumuh pada
kawasan perkotaan dan pusat-pusat pertumbuhan baru; serta belum terpadunya
kebijakan dan strategi pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman dengan kebijakan sertifikasi dan registrasi pelaku pembangunan
perumahan.

Tujuan 12: Konsumsi dan Produksi yang Bertanggungjawab


PROPER merupakan Program penilaian kinerja perusahaan berkaitan
dengan pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan oleh
perusahaan/pelaku bisnis tersebut. PROPER merupakan salah satu
indikator yang dapat menggambarkan pola konsumsi dan produksi
yang berkelanjutan. Pada tahun 2021, terdapat 6 perusahaan yang
mendapat peringkat Emas, 12 perusahaan dengan peringkat Hijau
dan 72 perusahaan dengan peringkat Merah. Adapun Jumlah peserta PROPER yang
mencapai minimal ranking biru di Jawa Tengah mengalami peningkatan, dari 83
perusahaan menjadi 121 perusahaan. Pengelolaan limbah B3 sektor industri di Jawa
Tengah memiliki tren yang cenderung fluktuatif, dengan peningkatan terjadi pada
tahun 2021. Jumlah limbah B3 sektor industri yang terkelola meningkat dari 5,13 juta
ton/tahun menjadi 5,45 juta ton/tahun. Begitu pula dengan timbulan sampah yang
berhasil didaur ulang meningkat dari 31 ton/hari menjadi 53 ton/hari. Tantangan yang
dihadapi berkaitan dengan PROPER adalah masih terdapatnya perusahaan yang belum
taat regulasi dalam melakukan pengelolaan lingkunga hidup, efisiensi penggunaan
sumber daya dan keterlibatan dalam pengembangan masyarakat. Selain itu,
dibutuhkan pula inovasi sebagai upaya pengelolaan timbulan sampah yang efektif dan
efisien dalam rangka mencegah terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Upaya
strategi yang ditempuh dalam pencapaian Tujuan 12 yaitu: Pembentukan karakter
masyarakat untuk mencintai lingkungan melalui pendidikan lingkungan bagi
masyarakat mulai usia dini, termasuk pengembangan budaya hemat energi dan hemat
air; pemulihan kembali lingkungan melalui penanganan limbah industri UMKM dan
rumah tangga; peningkatan perijinan dan pemantauan lingkungan; serta penegakan

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGs PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 xi


hukum, serta mendorong penerapan standar industri hijau untuk pengelolaan risiko
lingkungan.

Tujuan 13: Penanganan Perubahan Iklim


Penanganan perubahan iklim pada Tujuan 13 berkaitan dengan
capaian Pengurangan Risiko Bencana dan emisi Gas Rumah Kaca
(GRK). Tahun 2021 menunjukkan peningkatan proporsi Pemerintah
Kota yang memiliki dokumen strategi pengurangan risiko bencana,
dari yang sebelumnya 16,67 persen menjadi 33,33 persen. Terdapat 2
Kota yang telah memiliki dokumen PRB yaitu Kota Semarang (2019 -
2023) dan Kota Tegal (2021 – 2024). Sesuai kondisi geografisnya maka ancaman wilayah
pesisir utara berupa kenaikan muka air laut dan potensi meningkatnya genangan dan
rob. Kawasan dataran rendah berpotensi terjadinya peningkatan banjir dan dataran
tinggi terutama yang memiliki lereng curam dan jenis tanah yang mudah longsor akan
meningkat ancaman bencana longsor. Sedangkan untuk pesisir selatan peningkatan
cuaca ekstrem pada perairan laut akan meningkatkan ancaman nelayan dan masyarakat
yang tinggal di pesisir terhadap terjangan gelombang laut. Tantangan lain yang
dihadapi adalah Wilayah Jawa Tengah merupakan bagian dari jalur sabuk vulkanik
(volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera – Jawa – Nusa Tenggara hingga
Sulawesi. Kondisi ini sangat berpotensi sekaligus menyebabkan rawan bencana seperti
letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor. Selain itu,
pertumbuhan dan pemerataan pembangunan belum sepenuhnya memperhatikan
karakteristik ancaman multi bencana. Kebijakan dan strategi ke depan dalam rangka
penguatan upaya pengurangan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim dalam
perencanaan pembangunan daerah maka dilakukan melalui upaya peningkatan
prasarana sarana mitigasi dan pengurangan risiko bencana, penguatan sistem
kesiapsiagaan bencana, pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan bencana
dengan pendekatan rekayasa sosial yang kolaboratif (collaborative social engineering),
peningkatan kerjasama dan kemitraan antar daerah dan antar lembaga dalam upaya
pengurangan risiko bencana, serta mendorong optimalisasi pelaksanaan standar
pelayanan minimal.

Tujuan 14: Ekosistem Lautan


Pelaku usaha kelautan dan perikanan (nelayan) menjadi salah satu
pekerja sektor informal yang termasuk dalam kepesertaan program
Jamsostek atau yang lebih dikenal dengan Tenaga Kerja Luar
Hubungan Kerja (TKLHK). Sebagai upaya meningkatkan
kesejahteraan nelayan sekaligus pelaksanaan UU Nomor 7 Tahun 2016
tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya
Ikan dan Petambak Garam, pengadaan asuransi bagi pekerja sektor kelautan
ditingkatkan. Tahun 2021, sekitar 20.000 orang nelayan di Jawa Tengah sudah terdaftar
dalam asuransi. Premi asuransi sebesar Rp. 175.000,- per orang dibiayai melalui dana
APBD dan APBN. Terdapat perubahan alokasi anggaran dari asuransi menjadi bantuan
operasional melaut bagi nelayan yang kurang mampu, melalui pemberian kartu nelayan
yang bisa digunakan untuk pembelian bahan bakar. Selain itu dalam upaya menjaga
keberlangsungan ekosistem laut maka upaya pemantauan, pengawasan, dan
penegakan regulasi perlu ditingkatkan. Kepatuhan pelaku usaha menunjukkan kegiatan
perikanan yang legal dilakukan oleh badan usaha/perusahaan bidang perikanan.
Indikator ini digunakan untuk memantau jumlah kepatuhan pelaku usaha perikanan
kelautan terhadap peraturan berlaku sehingga kegiatan IUU Fishing (penangkapan ikan

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGs PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 xii


berlebihan, menghilangkan subsidi yang berkontribusi terhadap penangkapan ikan
legal yang tidak dilaporkan dan tidak diatur) ilegal dapat dicegah. Persentase kepatuhan
pelaku usaha di Jawa Tengah mengalami peningkatan dari 34,90 persen pada tahun
2018 menjadi 75 persen pada tahun 2021. Beberapa tantangan dalam bidang kelautan
dan perikanan yaitu: Belum optimalnya produksi perikanan dan produktivitas garam;
Belum optimalnya jaminan terhadap risiko usaha penangkapan ikan; Masih rendahnya
konsumsi ikan; Belum optimalnya pembudidayaan ikan; Tingginya kerusakan ekosistem
pesisir; Belum optimalnya penerapan persyaratan atau standar pada usaha pengolahan
dan pemasaran; Pengelolaan kelembagaan dan usaha perikanan dan kelautan masih
bersifat konvensional belum berbasis korporasi. Kebijakan untuk mendorong
pencapaian tujuan 14: Ekosistem Lautan tujuan yaitu antara lain: Meningkatkan kualitas
lingkungan hidup, khususnya perairan laut; Melindungi kepentingan nelayan; dan
Meningkatkan produksi dan kualitas hasil perikanan. Dan strategi yang akan dilakukan
yaitu peningkatan kapasitas nelayan, jaminan kemudahan dan perlindungan bagi
nelayan, peningkatan teknologi dan akses permodalan, serta asuransi nelayan.

Tujuan 15: Ekosistem Daratan


Kawasan hutan di Jawa Tengah terbagi menjadi 4 kawasan, yaitu
Hutan Lindung, Kawasan Perlindungan, Kawasan Untuk Produksi dan
Kawasan Untuk Penggunaan Lain, dengan kawasan paling luas yaitu
Kawasan Untuk Produksi. Proporsi tutupan hutan terhadap luas lahan
keseluruhan di Jawa Tengah mengalami penurunan 0,23 poin dari
31,40 persen (tahun 2020) menjadi 31,17 persen (tahun 2021). Luas
kawasan konservasi terdegradrasi yang dipulihkan kondisi ekosistemnya dari tahun
2018 sebesar 57 ha meningkat signifikan menjadi 80,42 ha tahun 2019. Namun dalam
dua tahun terakhir, capaian cenderung menurun menjadi 33,56 persen (2020) dan 18,23
persen (2021). Sementara lahan kritis di Jawa Tengah yang direhabilitasi juga mengalami
penurunan, ditunjukkan dengan proporsi luas lahan kritis yang direhabilitasi terhadap
luas lahan keseluruhan pada tahun 2021 sebesar 6,28 persen, lebih rendah dibandingkan
tahun sebelumnya yang mencapai 11,98 persen. Tingkat kerusakan dan degradasi hutan
dan lahan yang masih cukup tinggi menjadi tantangan. Kerusakan dan degradasi hutan
berpengaruh terhadap fungsi hutan dan lahan yang menjadi kurang optimal baik
sebagai unsur produksi, unsur penyangga dan pengatur kondisi hidrologis wilayah
Daerah Aliran Sungai (DAS). Kebijakan ke depan yaitu meningkatkan kualitas lingkungan
hidup, khususnya tutupan lahan dengan strategi yang akan dilakukan meliputi
rehabilitasi dan konservasi hutan dan lahan; pemulihan kembali lingkungan melalui
peningkatan perijinan dan pemantauan lingkungan serta penegakan hukum; serta
optimalisasi pemanfaatan potensi sumber daya hutan kayu dan non kayu.

Tujuan 16: Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh


Tujuan 16 mencakup hak untuk hidup, hak untuk bebas dari
penyiksaan dan perbudakan, hak atas kebebasan informasi, hak atas
partisipasi politik, hak atas kepribadian hukum, serta hak atas akses
keadilan. Berkaitan dengan tata kelola penyelenggaraan
pemerintahan, Capaian persentase instansi pemerintah yang
memiliki nilai Indeks Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah
Jawa Tengah tahun 2021 sebesar 78,97 persen pada tahun 2021 menunjukkan nilai
sebesar 84,93 persen yang menandakan bahwa kinerja birokrasi pemerintah berjalan
dengan baik dan stabil. Hak atas kebebasan informasi dan akses keadilan ditunjukkan
salah satunya dengan kepemilikan akta kelahiran sebagai bentuk identitas setiap

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGs PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 xiii


individu. Persentase kepemilikan akta kelahiran bagi masyarakat berpenghasilan 40
persen terbawah menunjukkan tren yang cenderung meningkat, berbeda kondisinya
dengan persentase kepemilikan akta kelahiran secara keseluruhan yang justru
menurun. Pada tahun 2021 penyelesaian sengketa informasi publik cenderung
mengalami penurunan sebesar 6,4 persen, yang disebabkan oleh kendala penyesuaian
pelaksanaan sidang akibat adanya pandemi Covid-19 sehingga kinerja Majelis Komisi
Informasi menjadi kurang optimal. Kebijakan untuk mendorong pencapaian tujuan 16
antara lain: Mewujudkan kohesi sosial masyarakat; Meningkatkan kualitas pelayanan
publik; Meningkatkan efektivitas dan efisiensi manajemen pemerintahan; dan
Meningkatkan efisiensi kelembagaan dan sistem manajemen sumber daya manusia
aparatur yang baik.

Tujuan 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan


Dalam rangka menguatkan sarana pelaksanaan dan revitalisasi
kemitraan global serta memperkuat mobilisasi sumber daya
domestik maka salah satu tolok ukur yang digunakan adalah
pertumbuhan ekspor produk non migas. Angka pertumbuhan ekspor
produk non migas Provinsi Jawa Tengah pada 2021 mencapai angka
33,14 persen. Angka tersebut melesat cukup tinggi dari angka
pertumbuhan pada tahun 2020 sebesar -6,189 persen. Pertumbuhan ekspor produk non
migas meningkat tajam di tahun 2021 karena seiring terkendalinya pandemi Covid-19
yang sejalan dengan pemulihan ekonomi Jawa Tengah. Alokasi dana dari Pemerintah
untuk penyiapan proyek, transaksi proyek dan dukungan pemerintah dalam Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) pada tahun 2021 sebesar 2.581 Triliun, lebih
besar dari tahun sebelumnya yang mencapai 2.151 Triliun. Hal tersebut dikarenakan
terdapat penambahan 1 proyek KPBU yaitu pembangunan RSUD dan RSIA Kota
Pekalongan. Adapun penerimaan Pendapatan Asli Daerah Jawa Tengah tahun 2021
menunjukkan peningkatan yang bahkan melebihi realisasi pada tahun-tahun sebelum
terjadinya pandemi Covid-19, sebesar Rp. 26,63 triliun. Hal tersebut sejalan dengan
mulai pulihnya perekonomian Jawa Tengah, termasuk kemampuan masyarakat dan
sektor usaha dalam membayar pajak serta daya beli masyarakat yang semakin
membaik. Kebijakan dan strategi ke depan yaitu meningkatkan efektivitas dan efisiensi
manajemen pemerintahan melalui: pengembangan sistem manajemen pembangunan
berbasis kinerja dengan penguatan proses perencanaan, penganggaran, pengendalian
dan evaluasi pembangunan daerah secara terpadu dan responsif; serta penguatan
kapasitas fiskal utamanya pada peningkatan kemandirian fiskal; serta meningkatkan
sumber pembiayaan alternatif diantaranya melalui Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan Perusahaan (TJSLP) dan sumber lainnya.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGs PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 xiv


Tujuan 1: Tanpa Kemiskinan

I. PENDAHULUAN

Tujuan 1 adalah mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuk dimanapun, dengan


target penurunan angka kemiskinan, perlindungan jaminan sosial (pendidikan, sosial,
ketenagakerjaan), serta pemenuhan layanan dasar (pendidikan, kesehatan, administrasi
kependudukan, energi, dan ketahanan terhadap bencana sosial maupun alam).
Pencapaian target tujuan 1 Provinsi Jawa Tengah difokuskan pada: (1) Tingkat
Kemiskinan; (2) Perlindungan Jaminan Sosial; (3) Cakupan Layanan Dasar (Pendidikan,
Kesehatan, Administrasi Kependudukan, dan Energi); serta (4) Ketahanan Masyarakat
dalam Menghadapi Guncangan Sosial, Lingkungan dan Bencana.

II. STATUS CAPAIAN

A. PENCAPAIAN INDIKATOR TPB YANG MENGALAMI KEMAJUAN


1) Jumlah Rumah Tangga yang Mendapatkan Bantuan Tunai Bersyarat/Program
Keluarga Harapan
Program Keluarga Harapan merupakan program pemberian bantuan sosial
bersyarat kepada keluarga miskin dan rentan yang dalam jangka panjang diharapkan
dapat memutus mata rantai kemiskinan dan kesenjangan antar generasi. Keluarga
Penerima Manfaat (KPM) yang menerima bantuan dapat meningkatkan taraf hidup
keluarganya melalui akses layanan pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan sosial.
Tujuan 1: Tanpa Kemiskinan
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Jumlah rumah tangga yang
1.3.1 mendapatkan bantuan tunai Dinas 1.537. 1.449. 1.449. 1.449. 1.572. 1.449. 1.573.
Jiwa
(d) bersyarat/Program Keluarga Sosial 360 070 070 070 687 070 231
Harapan.

Tren dari tahun 2019 hingga 2021 menunjukkan kecenderungan peningkatan


realisasi jumlah rumah tangga yang mendapatkan bantuan tunai bersyarat/PKH.
Terjadi peningkatan jumlah Keluarga Penerima Manfaat sebanyak 124.161 KPM dalam
rentang waktu tersebut.

2) Akses terhadap Layanan Sumber Air Minum dan Sanitasi Layak dan Berkelanjutan
untuk 40% Penduduk Berpendapatan Terbawah
Akses terhadap layanan sumber air minum dan sanitasi layak dan berkelanjutan ini
dapat mendorong kualitas hidup masyarakat yang lebih produktif. Capaian persentase
rumah tangga yang memiliki akses terhadap layanan sumber air minum dan sanitasi

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 1


layak dan berkelanjutan di Jawa Tengah menunjukkan tren yang cenderung
meningkat kecuali pada tahun 2020 yang mengalami penurunan (untuk akses sumber
air minum).
Tujuan 1. Tanpa Kemiskinan
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Persentase rumah
tangga yang memiliki
1.4.1 Susenas
akses terhadap layanan % 44,41*) PM 56,98 PM 55 PM 55,91
(d) BPS
sumber air minum layak
dan berkelanjutan.
Persentase rumah
tangga yang memiliki
1.4.1 Susenas
akses terhadap layanan % 74,04*) PM 80,29 PM 82,34 PM 83,28
(e) BPS
sanitasi layak dan
berkelanjutan.

Berdasarkan data capaian pada tabel, diketahui bahwa sampai tahun 2021, air
minum belum dapat diakses seluruh masyarakat miskin. Masih terdapat kurang lebih
45 persen rumah tangga yang belum memiliki akses terhadap sumber air minum yang
layak dan berkelanjutan.

3) Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Sederajat, SMP/MTs/Sederajat, dan


SMA/SMK/MA/Sederajat
Angka Partisipasi Murni (APM) menunjukkan seberapa banyak jumlah ketepatan
penduduk usia sekolah yang memanfaatkan fasilitas dan mengenyam pendidikan
sesuai dengan jenjang pendidikannya.
Tujuan 1. Tanpa Kemiskinan
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Angka Partisipasi Murni
1.4.1 Susenas
(APM) % 97,75 PM 97,77 PM 97,90 PM 98,22
(g) BPS
SD/MI/sederajat.
Angka Partisipasi Murni
1.4.1 Susenas
(APM) % 79,31 PM 79,84 PM 80,53 PM 80,99
(h) BPS
SMP/MTs/sederajat.
Angka Partisipasi Murni
1.4.1 Susenas
(APM) SMA/SMK/MA/ % 59,31 PM 59,35 PM 59,74 PM 60,46
(i) BPS
sederajat

Capaian tiga indikator APM di Jawa Tengah mengalami peningkatan dalam kurun
waktu tahun 2018-2021. Pada tahun 2020 hingga tahun 2021, angka realisasi capaian
APM SD/MI/Sederajat meningkat 0,32 persen dari 97,9 persen menjadi 98,22 persen.
Sedangkan APM SMP/MTs/Sederajat menunjukkan kesenjangan yang cukup besar
dengan capaian APM SD/MI/Sederajat dengan kisaran pada 70 persen hingga 80
persen.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 2


APM SD/MI/Sederajat APM SMP/MTs/Sederajat
98.22 80.99
80.53
97.9 79.84
97.75 97.77 79.31 80.59
80.12
97.8 79.4
97.64 97.69
97.58 78.84
2018 2019 2020 2021 2018 2019 2020 2021

Jawa Tengah Nasional Jawa Tengah Nasional

APM
SMA/SMK/MA/Sederajat
61.65
61.25
60.67 60.84

60.46
59.74
59.31 59.35

2018 2019 2020 2021


Jawa Tengah Nasional

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2021 (divisualisasikan)


Gambar 1. Perkembangan APM Jawa Tengah

Kondisi APM jenjang pendidikan SD/MI/Sederajat dan SMP/MTs/Sederajat


sejalan dengan Angka Partisipasi Sekolah (APS). APS merupakan indikator dasar yang
digunakan untuk melihat akses pada pendidikan khususnya bagi penduduk usia
sekolah, termasuk pada penduduk miskin.
Pada Maret 2021, sebagian besar kabupaten/kota di Jawa Tengah telah mencapai
angka 100 persen untuk APS penduduk miskin kelompok umur 7-12 tahun. Sedangkan
APS penduduk miskin pada kelompok umur 13-15 tahun, capaian beberapa
kabupaten/kota masih di bawah angka 85 persen, antara lain Kabupaten Pemalang
(67,21 persen), Kabupaten Boyolali (76,54 persen) dan Kabupaten Temanggung (84,64
persen)

120
Angka Partisipasi Sekolah (APS) Penduduk Miskin Tahun 2021
7-12 tahun 13-15 tahun
100

80

60

40

20

0
Kab. Banjarnegara
Kab. Banyumas

Kota Semarang

Kab. Semarang

Kab. Demak
Kab. Batang

Kota Surakarta

Kota Salatiga

Kota Tegal

Kab. Tegal

Kab. Boyolali
Kota Pekalongan

Kab. Klaten

Kab. Pekalongan

Kab. Purworejo
Kab. Wonogiri

Kab. Wonosobo
Kab. Karanganyar

Kab. Rembang

Kab. Kudus

Kab. Jepara

Kab. Purbalingga

Kota Magelang

Kab. Kendal
Kab. Sragen
Kab. Magelang

Kab. Pati
Kab. Sukoharjo

Kab. Grobogan

Kab. Blora

Kab. Kebumen

Kab. Brebes

Kab. Temanggung

Kab. Pemalang

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2021 (divisualisasikan)


Gambar 2. APS Penduduk Miskin Kabupaten/Kota di Jawa Tengah

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 3


Adapun APM SMA/SMK/MA/Sederajat tahun 2021 meningkat 0,72 persen dari
59,74 persen menjadi 60,46 persen (dapat dilihat pada Gambar 1 di atas). Adapun
peningkatan nilai APM SMA/SMK/MA/Sederajat terus diupayakan oleh Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah melalui berbagai program layanan pendidikan terutama bagi
anak usia sekolah yang miskin dan rentan, seperti program SMK Boarding dan Sekolah
Tanpa Sekat.

4) Persentase Penduduk Umur 0-17 tahun dengan Kepemilikan Akta Lahir (40 Persen
Terbawah)
Kepemilikan akta kelahiran merupakan indikator untuk menjamin anak
mendapatkan layanan kesehatan, pendidikan, jaminan sosial atau pekerjaan dan
layanan sektor lainnya. Persentase penduduk umur 0-17 tahun dengan kepemilikan
akta lahir (40 persen terbawah) di Jawa Tengah cenderung meningkat setiap
tahunnya. Dalam kurun waktu 2018 hingga 2021, terjadi peningkatan dari 91,92 persen
menjadi 95,16 persen. Peningkatan ini didorong adanya Program Percepatan
Kepemilikan Akta Kelahiran melalui optimalisasi pelayanan jemput bola pengurusan
akta kelahiran dan layanan online dengan berbagai inovasi masing-masing
Kabupaten/Kota di Jawa Tengah.
Tujuan 1. Tanpa Kemiskinan
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021

Persentase penduduk Susenas


1.4.1 umur 0-17 tahun Kor BPS,
% 91,92 PM 93.21 PM 95,13 PM 95,16
(j) dengan kepemilikan Kemen
akta kelahiran dagri

Meskipun capaian menunjukkan adanya peningkatan, yang perlu menjadi


perhatian adalah masih terdapat kurang lebih 4,84 persen penduduk umur 0-17 tahun
atau sebanyak 528 ribu anak di Jawa Tengah yang belum memiliki akta kelahiran.
Beberapa faktor yang dimungkinkan menjadi penyebab hal tersebut yaitu belum
meratanya pemahaman akan pentingnya akta kelahiran, terkendalanya status
perkawinan, pindah tempat tinggal tanpa melapor, serta faktor sosial budaya atau
adat istiadat lainnya.

B. PENCAPAIAN INDIKATOR TPB YANG MEMERLUKAN PERHATIAN


1) Persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional, menurut
jenis kelamin dan kelompok umur
Kemiskinan diartikan sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi standar
minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makanan maupun non-makanan.
Penduduk miskin dipandang sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran
per kapita perbulan dibawah garis kemiskinan.
Tujuan 1: Tanpa Kemiskinan
Kode Base- Reali- Reali-
Sumber Satu- Target Target Target Realisasi
Indi- Nama Indikator line sasi sasi
Data an 2019 2020 2021 2021
kator (2018) 2019 2020
Persentase
Susenas 10,57 – 9,81 –
1.2.1* penduduk yang % 11,19 10,58 11,84 9,05 11,25
BPS 9,57 8,81
hidup di bawah

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 4


garis kemiskinan
nasional, menurut
jenis kelamin dan
kelompok umur.

Perkembangan Jumlah dan Persentase Secara umum, jumlah


Penduduk Miskin di Jawa Tengah penduduk miskin dan
10 100
persentase tingkat kemiskinan
13.01 12.23 11.23 11.19 10.80 10.58 11.41 11.84 11.79 11.25 penduduk Jawa Tengah terus
10 menurun dari tahun 2013
hingga 2019. Namun pandemi
3.68

3.98
3.87

3.93
4.45

3.74

4.12

4.11
3.9
4.2

Covid-19 sejak awal Maret


1 1
Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret Sept 2020 memberikan dampak
2017 2017 2018 2018 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Jumlah (juta jiwa) Persentase (%) nyata pada kemiskinan
Provinsi Jawa Tengah.
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2021
Penduduk miskin Jawa Tengah
Gambar 3. Perkembangan Jumlah dan Persentase
Penduduk Miskin Jawa Tengah pada bulan September 2020
berjumlah 4,119 juta orang
(11,84 persen) bertambah sebanyak 139,03 ribu orang. Namun, pada Maret dan
September 2021 kembali terjadi penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin.
Jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah pada September 2021 sebanyak 3,93 juta
jiwa (11,25 persen), turun dibandingkan September 2020. Distribusi penduduk miskin
berdasarkan tempat tinggal tahun 2021 menunjukkan bahwa sebagian besar
penduduk miskin di Jawa Tengah tersebar di wilayah perdesaan, yaitu sebanyak 2,08
juta jiwa (53,05 persen). Klasifikasi penduduk miskin perdesaan meliputi buruh tani,
petani gurem, buruh industri kecil dan pekerja serabutan. Sedangkan penduduk miskin
di wilayah perkotaan mencapai 1,84 juta jiwa (46,95 persen), yang terdiri dari kuli
bangunan, pekerja serabutan dan pedagang asongan.
Persoalan kemiskinan bukan
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Jawa Tengah
2.59 hanya sekedar jumlah dan
2.44
2.14 2.07 2.15 2.15 persentase penduduk miskin.
2.21 1.83 1.75 1.92
2.11
1.59 1.91 1.94 Selain menurunkan jumlah
1.85 1.72 1.84
1.63 1.53 penduduk miskin, kebijakan
1.83 1.79 1.43
1.57 1.61 1.68 1.75
1.53
1.43 1.32 1.28 penanggulangan kemiskinan
seharusnya juga dapat
mengurangi Indeks Kedalaman
Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret Sept
2017 2017 2018 2018 2019 2019 2020 2020 2021 2021 Kemiskinan dan Indeks
Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan Keparahan Kemiskinan.
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2021 Adapun Indeks Kedalaman
Gambar 4. Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) merupakan
Kemiskinan Jawa Tengah ukuran rata-rata kesenjangan
pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Indeks
Kedalaman Kemiskinan Jawa Tengah menunjukkan tren meningkat sejak awal
pandemi Covid-19. Hal yang sama juga terjadi pada Indeks Keparahan Kemiskinan
Jawa Tengah (P2).

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 5


Meski sempat mengalami
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Jawa Tengah
peningkatan di awal pandemi,
namun angka P2 di Jawa Tengah 0.69
0.65
cenderung melandai. Indeks
0.52
0.57 0.55 0.48 0.51 0.5
Keparahan Kemiskinan turun 0.38 0.38
0.45 0.33 0.3 0.43 0.45 0.46
dari 0,57 (Maret 2017) menjadi 0.45 0.45 0.34 0.34
0.38 0.3 0.28 0.39 0.39 0.42
0,46 (September 2021). 0.3 0.27 0.31
0.25
Berdasarkan wilayah
administratif Kabupaten/Kota, Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret Sept
2017 2017 2018 2018 2019 2019 2020 2020 2021 2021
posisi relatif tingkat kemiskinan
Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan
Kabupaten/Kota di Jawa
Tengah diklasifikasikan menjadi Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2021
Gambar 5. Perkembangan Indeks Keparahan
3 (tiga) kelas posisi (Gambar 6). Kemiskinan Jawa Tengah
Posisi relatif menunjukkan
perbedaan tingkat kemiskinan antar Kabupaten/Kota. Terdapat 12 Kabupaten/Kota
dengan posisi di bawah angka provinsi dan angka nasional, 6 kabupaten dengan posisi
di bawah angka provinsi dan di atas angka nasional dan 17 kabupaten dengan posisi di
atas angka provinsi dan angka nasional. Tingkat kemiskinan terendah tercatat di Kota
Semarang, yaitu sebesar 4,56 persen. Sementara tingkat kemiskinan tertinggi tercatat
di Kabupaten Kebumen sebesar 17,83 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa
disparitas tingkat kemiskinan antar Kabupaten/Kota di Jawa Tengah masih cukup
tinggi.

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2021 (divisualisasikan)


Gambar 6. Persebaran Tingkat Kemiskinan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah

Pada tahun 2021, Pemerintah Pusat menargetkan Penanggulangan Kemiskinan


Ekstrem nasional sebanyak 20 persen. Untuk mencapai target tersebut, setiap provinsi
memetakan lima kabupaten prioritas untuk Penanggulangan Kemiskinan Ekstrem
(PKE). Jawa Tengah memiliki lima kabupaten prioritas PKE yaitu Kabupaten Banyumas,
Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Brebes, Kabupaten Pemalang dan Kabupaten

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 6


Kebumen. Upaya intervensi yang dilakukan pada 125 desa di 5 kabupaten prioritas
tersebut antara lain pemberian bantuan sosial dan akses layanan dasar yang meliputi
stimulan jamban, sambungan listrik murah dan bantuan untuk RTLH.
Selain itu, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah juga terus mendorong upaya
konvergensi percepatan Penanggulangan Kemiskinan melalui 1 OPD 1 Desa
Dampingan sebagai sinergi kelembagaan dan pembiayaan dalam PKE, termasuk
mendorong potensi pembiayaan non pemerintah (CSR, Filantropi, Baznas) disamping
pembiayaan dari pemerintah (APBN/ABPD, Dana Desa).

2) Ketahanan Masyarakat Miskin dan Rentan terhadap Kejadian Ekstrim dan Bencana
Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat. Membangun ketahanan
masyarakat miskin dan mereka yang dalam kondisi rentan terhadap kejadian ekstrim
dan bencana menjadi hal yang penting untuk dilakukan dalam rangka mencegah
meningkatnya atau meluasnya kemiskinan di suatu daerah akibat guncangan dalam
sektor ekonomi, sosial, lingkungan dan sektor lainnya.
Tujuan 1: Tanpa Kemiskinan
Kode Sum- Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Satu
Indi- Nama Indikator ber line get sasi get sasi get sasi
an
kator Data (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Jumlah korban
meninggal, hilang
SET 230
1.5.1* dan terkena Jiwa NA 39 NA 32 NA 34
BPBD (2017)
dampak bencana
per 100.000 orang
Jumlah kerugian
1.5.2. SET 51.274. 86.030. 73.852. 109.807.
ekonomi langsung Rp. NA NA NA
(a) BPBD 870.000 205.000 747.000 105.500
akibat bencana

Kejadian bencana di Jawa Tengah pada tahun 2021 menyebabkan meningkatnya


jumlah korban dan kerugian ekonomi. Diketahui bahwa jumlah korban terdampak
bencana sebesar 34 jiwa, sedangkan jumlah kerugian ekonomi meningkat 35,9 miliar
rupiah menjadi 109,8 miliar. Beberapa kejadian bencana yang terjadi sepanjang tahun
2021 di Jawa Tengah yaitu bencana gempa bumi, letusan gunung api, tanah longsor,
banjir, kebakaran hutan dan lahan, angin puting beliung serta gelombang pasang dan
abrasi.
Selain bencana alam, adanya Pandemi Covid-19 sebagai kejadian ekstrim
berdampak pada terguncangnya berbagai sektor di masyarakat. Masyarakat yang
paling terdampak terutama adalah masyarakat yang tidak mampu (miskin) dan
keluarga yang bekerja di sektor informal. Sebagian besar penduduk miskin harus
kehilangan mata pencahariannya seiring adanya pengurangan jumlah karyawan/PHK
dan pembatasan kegiatan masyarakat di masa pandemi.

C. TANTANGAN DAN PEMBELAJARAN


Kemiskinan hingga saat ini masih menjadi isu serius yang harus diprioritaskan.
Angka kemiskinan di Jawa Tengah yang meningkat secara signifikan seiring adanya
pandemi Covid-19 menjadi tantangan bagi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Pandemi Covid-19 yang berdampak pada seluruh sektor pembangunan terutama
sektor perekonomian yang sempat macet bahkan terhenti sehingga mengakibatkan

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 7


roda perekonomian tidak berjalan sebagaimana mestinya. Hingga tahun 2021 pandemi
masih belum sepenuhnya teratasi, namun Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah
melakukan beberapa penyesuaian (New Normal) untuk terus mendukung aktivitas
perekonomian tetap berjalan.
Upaya percepatan penanggulangan kemiskinan termasuk Penanggulangan
Kemiskinan Ekstrem di Jawa Tengah terus diupayakan untuk dikembangkan menjadi
sebuah konsep yang menyeluruh dan terpadu atau terintegrasi. Hal yang menjadi
tantangan bagi Provinsi Jawa Tengah terkait dengan hal tersebut adalah masih
diperlukannya verifikasi-validasi (verval) data kemiskinan ekstrem guna memastikan
keakurasiannya untuk ketepatan intervensi. Verval data menjadi urgensi karena
informasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dengan 15 komponennya tidak
dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan, yang berimplikasi pada sulitnya
melakukan intervensi secara tepat. Selain itu, tantangan lain yang dihadapi Jawa
Tengah yaitu bagaimana mendorong penguatan kerjasama lintas sektor dan
pengembangan kerjasama multipihak, dimana bukan hanya melibatkan peran
pemerintah saja namun juga pelibatan aktif dunia usaha, swasta, organisasi sosial
masyarakat dan perguruan tinggi.

III. INOVASI DAN PRAKTIK BAIK

1) Rompi Penuntun Dengan Teknologi (Rompi Penganti)


Rompi Penganti Siaga merupakan produk asli buatan tim inovasi penganti dengan
berdasarkan kegunaan dan fungsi dari masing masing piranti yang disematkan. Rompi
Penganti Siaga menjadi sebuah alat bantu yang inovatif yaitu : (1) Fungsi sensor yang
disematkan secara terpadu sehingga mereduksi jumlah angka cedera dan angka
kecelakaan para penyandang disabilitas (2) Memperkuat identitas para penyandang
disabilitas dalam melaksanakan kegiatan resosialisasi dimasyarakat (3) Meningkatkan
kepedulian dan empati masyarakat terhadap penyandang disabilitas (4) Sebagai
sarana penunjang bagi para penyandang disabilitas dalam kondisi kedaruratan dan
kebencanaan (5) Sebagai alat bantu yang aksesibel (6) media yang praktis dan untik
dalam berkomunikasi dengan penyandang disabilitas sensorik rungu wicara.
Dalam mengembangkan serta memproduksi Rompi Penganti Siaga, Panti
Pelayanan Sosial Disabilitas Sensorik Netra Penganthi Temanggung telah membangun
instalasi unit produksi dan bekerjasama dengan Usaha Kecil dan Menengah di
Kabupaten Temanggung. Selain itu, Pusat Inkubasi Usaha Disabilitas juga dilibatkan
sebagai salah satu pemberdayaan kepada para penyandang disabilitas. Dalam
melaksanakan pengembangan dan riset dalam rangka keberlanjutan, Tim Inovasi
Penganthi juga melibatkan stakeholder yang berkonsentrasi dalam masalah sosial dan
pendidikan antara lain IPENSI, IPSPI, Perguruan Tinggi, Himpunan Profesional, instansi
pemerintah dan organisasi kemasyarakatan.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 8


Potensi pemakai rompi Penganti Siaga di Jawa Tengah sendiri cukup besar yaitu
sekitar 15.363 orang, bahkan para penyandang disabilitas sensorik netra diluar Provinsi
Jawa Tengah melalui Persatuan Tuna Netra Indonesia di berbagai daerah telah
menggunakan Rompi Penganti Siaga sebagai sarana dan alat bantu dalam aktivitas
hidup sehari-hari.
Sumber: Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah, 2021

2) Aplikasi Silap-CSR
Aplikasi Silap-CSR atau Sistem
Pelaporan Online Corporate Social
Responsibility merupakan aplikasi
yang diluncurkan oleh Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah untuk
mempermudah dan mempercepat
pelaporan program atau kegiatan
serta rencana pelaksanaan program
CSR oleh perusahaan, BUMN dan
BUMD. Aplikasi ini menjadi inovasi untuk menurunkan angka kemiskinan dengan
menjembatani kerjasama pihak lain seperti BUMN, BUMD maupun perusahaan yang
memiliki dana CSR untuk mendukung program pembangunan daerah dan
penanggulangan kemiskinan di Jawa Tengah.
Aplikasi ini memudahkan Pemprov Jawa Tengah untuk mengarahkan pelaksanaan
CSR dengan melihat kebutuhan masing-masing daerah miskin melalui penyediaan
data yang valid sehingga CSR yang dilaksanakan akan tepat sasaran. Adapun program
yang dijalankan tidak hanya untuk bantuan RTLH, jambanisasi atau pembangunan fisik
lainnya, tetapi juga pemberdayaan masyarakat.
Sumber: https://jatengprov.go.id/publik/atasi-kemiskinan-jateng-luncurkan-silap-csr/

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 9


IV.KEBIJAKAN DAN STRATEGI KE DEPAN

Kebijakan dan strategi ke depan untuk mendorong pencapaian Tujuan 1: Tanpa


Kemiskinan dilakukan dengan pendekatan pemenuhan basic need access untuk
mengurangi beban pengeluaran, sustainable livelihood untuk meningkatkan
pendapatan masyarakat, dan penguatan tata kelola. Kebijakan pengurangan
kemiskinan diarahkan juga untuk mendukung kebijakan pemerintah pusat yaitu
Penanggulangan Kemiskinan Ekstrim (PKE) mencapai 0 persen di tahun 2024
sebagaimana arahan Presiden RI dalam Rapat Terbatas tanggal 21 Juli 2021. Sasaran
kebijakan ini untuk penduduk miskin dan rentan miskin khususnya pada kelompok
petani, nelayan, buruh, pelaku UMKM dan kelompok rentan lainnya termasuk kelompok
penduduk terdampak Covid-19, dan sasaran kelompok PKE pada tahun 2022 di 19
(sembilan belas) kabupaten di Jawa Tengah meliputi Kabupaten Brebes, Pemalang,
Banjarnegara, Banyumas, Kebumen, Tegal, Purbalingga, Pekalongan, Batang, Kendal,
Wonosobo, Magelang, Boyolali, Klaten, Sragen, Karanganyar, Kendal, Pati, dan
Rembang. Sedangkan kebijakan penurunan pengangguran diarahkan pada perluasan
lapangan pekerjaan, peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja, perlindungan
bagi pekerja dan pencari kerja, serta pengawasan tenaga kerja. Prioritas daerah fokus
pada:
a. Penyediaan basic need access untuk penduduk miskin perkotaan dan perdesaan
utamanya pada kelompok petani, nelayan, buruh, pelaku UMKM, dan kelompok
rentan lainnya yang bersifat langsung dan tidak langsung dalam rangka
mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin, melalui antara lain
peningkatan akses pendidikan berupa beasiswa siswa miskin, penyelenggaraan
SMK Negeri Boarding dan asrama semi boarding di kabupaten dengan angka
kemiskinan tinggi, serta pemberian bantuan operasional sekolah (BOSDa) bagi
SMA, SMK, SLB Swasta dan MA; peningkatan cakupan pelayanan jaminan
kesehatan bagi masyarakat miskin, pola hidup bersih dan sehat; bantuan stimulan
pangan; bantuan pembangunan rumah sederhana layak huni dan rumah baru
sederhana sehat, termasuk penyediaan air bersih, sanitasi, dan listrik; pemberian
Kartu Jateng Sejahtera, pemenuhan kebutuhan dasar Pemerlu Pelayanan
Kesejahteraan Sosial (PPKS), pemberian bantuan jaminan sosial bagi fakir miskin
tidak produktif, perlindungan sosial bagi korban bencana alam dan sosial,
peningkatan peran Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) dalam
mendukung usaha kesejahteraan sosial; fasilitasi kepemilikan dan kemudahan
perolehan dokumen administrasi kependudukan; serta peningkatan penggunaan
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP);
b. Penguatan sustainable livelihood (keberlanjutan ekonomi masyarakat) untuk
meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin, mengembangkan
dan menjamin keberlanjutan serta meningkatan daya tahan usaha mikro dan kecil
antara lain melalui keperantaraan akses masyarakat terhadap modal, informasi
dan fasilitasi pembiayaan/kredit, teknologi, pasar, manajemen usaha, linkage
usaha mikro kecil dengan off taker (penjamin); pengembangan startup wirausaha
baru; penguatan perhutanan sosial berupa agroforestry untuk kelompok tani
hutan; peningkatan peran dan produktivitas BUMDesa/BUMDesa Bersama;
pemanfaatan teknologi informasi digitalisasi dalam rangka edukasi dan literasi

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 10


pengetahuan, manajemen usaha, pola pembiayaan, maupun pola pemasaran
dalam rangka menghadapi revolusi industri 4.0; peningkatan peran dan keaktifan
Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) dan Tri Bina;
c. Penguatan tata kelola dan kelembagaan penanggulangan kemiskinan melalui
koordinasi TKPKD Provinsi dan Kabupaten/Kota, sinergi kebijakan dan program
penanggulangan kemiskinan antar pemangku kepentingan, peningkatan dan
perluasan pengelolaan pemanfaatan dan validasi Data Terpadu Kesejahteraan
Sosial (DTKS), penajaman target sasaran penganggulangan kemiskinan berbasis
DTKS, fasilitasi pengembangan Sistem Layanan Rujukan Terpadu (SLRT),
penanggulangan kemiskinan berbasis komunitas dengan pendampingan yang
kontinyu, peningkatan sumber pembiayaan alternatif diantaranya Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan (TJSLP) dan Baznas;
d. Pengurangan pengangguran melalui peningkatan kualitas dan produktivitas
tenaga kerja; penciptaan atau perluasan kesempatan kerja dengan juga
memberikan akses kepada kelompok disabilitas, masyarakat miskin, lansia, dan
TNI purna; perlindungan tenaga kerja, jaminan sosial, kesejahteraan pekerja,
pencegahan dan penyelesaian hubungan industrial, mogok kerja, dan penutupan
perusahaan; peningkatan kepatuhan dalam menerapkan peraturan
ketenagakerjaan, penanganan kasus ketenagakerjaan, dan pelayanan pengawasan
tenaga kerja.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 11


TUJUAN 1. TANPA KEMISKINAN
2018 2019 2020 2021
KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs SUMBER SATU- STATUS
INDI- TARGET (PERPRES 59/2017) KET.
NASIONAL PROVINSI DATA AN BASE- TAR- REALI- TAR- REALI- TAR- REALI- CAPAIAN
KATOR
LINE GET SASI GET SASI GET SASI

Target 1.2 Pada tahun 2030, mengurangi setidaknya setengah proporsi laki-laki, perempuan dan anak-anak dari semua usia, yang hidup dalam kemiskinan di semua dimensi, sesuai dengan definisi nasional
Persentase
penduduk yang Tren menurun
Persentase
hidup di bawah garis Menurunnya tingkat kemiskinan
penduduk yang 10,57- 9,81- tetapi tidak
1.2.1* kemiskinan nasional, pada tahun 2019 menjadi 7-8% BPS % 11,19 10,58 11,84 9,05 11,25
hidup di bawah garis 9,57 8,81 memenuhi
menurut jenis (2015: 11,13%).
kemiskinan target
kelamin dan
kelompok umur.
Target 1.3 Menerapkan secara nasional sistem dan upaya perlindungan sosial yang tepat bagi semua, termasuk kelompok yang paling miskin, dan pada tahun 2030 mencapai cakupan substansial bagi kelompok miskin dan
rentan
Meningkatnya persentase Tren
Proporsi peserta Proporsi peserta meningkat
penduduk yang menjadi peserta BPJS
jaminan kesehatan jaminan kesehatan
1.3.1.(a) jaminan kesehatan melalui SJSN Kesehat- % 81,14 95 86,34 95 82,43 95 83,86 tetapi tidak
melalui SJSN Bidang melalui SJSN Bidang
Bidang Kesehatan menjadi an memenuhi
Kesehatan. Kesehatan
minimal 95% pada tahun 2019 target
Meningkatnya Kepesertaan
Program Sistem Jaminan Sosial
Proporsi peserta Proporsi peserta Nasional (SJSN) Bidang
BPJS
Program Jaminan Program Jaminan Ketenagakerjaan pada tahun
1.3.1.(b) Ketenaga- % 108,71 NA 107,45 NA 101,81 NA 100
Sosial Bidang Sosial Bidang 2019 menjadi 62,4 juta pekerja
kerjaan
Ketenagakerjaan. Ketenagakerjaan formal dan 3,5 juta pekerja
informal (2014: Formal 29,5 juta;
Informal 1,3 juta).
Persentase Persentase
Meningkatnya persentase
penyandang penyandang
penyandang difabilitas miskin
disabilitas yang disabilitas yang PBDT
dan rentan yang menerima Kewenangan
1.3.1.(c) miskin dan rentan miskin dan rentan PMKS % NA NA NA NA NA NA NA
bantuan pemenuhan kebutuhan Pusat
yang terpenuhi hak yang terpenuhi hak Kemensos
dasar pada tahun 2019 menjadi
dasarnya dan dasarnya dan
17,12% (2015: 14,84%).
inklusivitas inklusivitas
Terdapat 1%
KPM yang
Jumlah rumah Jumlah rumah
Menurunnya jumlah keluarga belum
tangga yang tangga yang
sangat miskin yang mendapatkan
mendapatkan mendapatkan 1.537. 1.554. 1.449. 1.449. 1.572. 1.449. 1.573.
1.3.1.(d) mendapatkan bantuan tunai Dinsos Jiwa haknya karena
bantuan tunai bantuan tunai 360 844 070 070 687 070 231
bersyarat menjadi 2,8 juta pada kendala
bersyarat/Program bersyarat/Program
tahun 2019 (2015: 3 juta). rekening yag
Keluarga Harapan. Keluarga Harapan.
tidak
ditemukan
Target 1.4 Pada tahun 2030, menjamin bahwa semua laki-laki dan perempuan, khususnya masyarakat miskin dan rentan memiliki hak yang sama terhadap sumber daya ekonomi, serta akses terhadap pelayanan dasar,
kepemilikan, dan kontrol atas tanah dan bentuk kepemilikan lain, warisan, sumber daya alam, teknologi baru, dan jasa keuangan yang tepat, termasuk keuangan mikro

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 12


2018 2019 2020 2021
KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs SUMBER SATU- STATUS
INDI- TARGET (PERPRES 59/2017) KET.
NASIONAL PROVINSI DATA AN BASE- TAR- REALI- TAR- REALI- TAR- REALI- CAPAIAN
KATOR
LINE GET SASI GET SASI GET SASI

Persentase Persentase
perempuan pernah perempuan pernah Meningkatnya cakupan
kawin umur 15-49 kawin umur 15-49 persalinan di fasilitas pelayanan
Susenas
1.4.1.(a) tahun yang proses tahun yang proses kesehatan untuk 40% penduduk % 95,85 PM 97,43 PM 97,04 PM 97,67
BPS
melahirkan melahirkan berpendapatan terbawah pada
terakhirnya di terakhirnya di tahun 2019 menjadi 70%
fasilitas kesehatan. fasilitas kesehatan
Persentase anak Persentase anak Meningkatnya cakupan imunisasi
umur 12-23 bulan umur 12-23 bulan dasar lengkap pada anak usia 12-
1.4.1.(b) yang menerima yang menerima 23 bulan untuk 40% penduduk BPS % 74,95 PM 74,48 PM 73,72 PM 76,50
imunisasi dasar imunisasi dasar berpendapatan terbawah pada
lengkap. lengkap. tahun 2019 menjadi 63%.
Prevalensi Prevalensi
penggunaan metode penggunaan metode Meningkatnya cakupan angka
kontrasepsi (CPR) kontrasepsi (CPR) pemakaian kontrasepsi semua
Sumber data
semua cara pada semua cara pada cara pada perempuan usia 15-49 Belum
1.4.1.(c) BPS % 66,86 PM 63,09 PM PM NA SDKI terakhir
Pasangan Usia Subur Pasangan Usia Subur tahun untuk 40% penduduk rilis
tahun 2017
(PUS) usia 15-49 (PUS) usia 15-49 berpendapatan terbawah pada
tahun yang berstatus tahun yang berstatus tahun 2019 menjadi 65%.
kawin. kawin.
Persentase rumah Persentase rumah
tangga yang tangga yang
Meningkatnya akses air minum
memiliki akses memiliki akses
layak untuk 40% penduduk Susenas
1.4.1.(d) terhadap layanan terhadap layanan % 44,41*) PM 56,98 PM 55 PM 55,91
berpendapatan terbawah pada BPS
sumber air minum sumber air minum
tahun 2019 menjadi 100%.
layak dan layak dan
berkelanjutan. berkelanjutan.
Persentase rumah Persentase rumah
tangga yang tangga yang Meningkatnya akses sanitasi
memiliki akses memiliki akses layak untuk 40% penduduk Susenas 74,04
1.4.1.(e) % PM 80,29 PM 82,34 PM 83,28
terhadap layanan terhadap layanan berpendapatan terbawah pada BPS *)
sanitasi layak dan sanitasi layak dan tahun 2019 menjadi 100%.
berkelanjutan. berkelanjutan.
Meningkatnya jumlah rumah
tangga berpendapatan rendah
Persentase rumah Persentase rumah
yang dapat mengakses hunian Susenas Belum
1.4.1.(f) tangga kumuh tangga kumuh % 3,21 PM 9,02 PM PM NA
layak pada tahun 2019 menjadi BPS rilis
perkotaan. perkotaan.
18,6 juta untuk 40% penduduk
berpendapatan terbawah.
Meningkatnya Angka Partisipasi
Angka Partisipasi Angka Partisipasi
Murni SD/MI/ Sederajat pada Susenas
1.4.1.(g) Murni (APM) Murni (APM) % 97,75 PM 97,77 PM 97,90 PM 98,22
tahun 2019 menjadi 94,78% (2015: BPS
SD/MI/sederajat. SD/MI/sederajat.
91,23%).

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 13


2018 2019 2020 2021
KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs SUMBER SATU- STATUS
INDI- TARGET (PERPRES 59/2017) KET.
NASIONAL PROVINSI DATA AN BASE- TAR- REALI- TAR- REALI- TAR- REALI- CAPAIAN
KATOR
LINE GET SASI GET SASI GET SASI

Meningkatnya Angka Partisipasi


Angka Partisipasi Angka Partisipasi
Murni SMP/MTs/ Sederajat pada Susenas
1.4.1.(h) Murni (APM) Murni (APM) % 79,31 PM 79,84 PM 80,53 PM 80,99
tahun 2019 menjadi 82,2% (2015: BPS
SMP/MTs/sederajat. SMP/MTs/sederajat.
79,97%).
Meningkatnya Angka Partisipasi
Angka Partisipasi Angka Partisipasi
Murni SMA/SMK/MA/Sederajat Susenas
1.4.1.(i) Murni (APM) Murni (APM) % 59,31 PM 59,35 PM 59,74 PM 60,46
pada tahun 2019 menjadi 91,63% BPS
SMA/MA/sederajat. SMA/MA/sederajat.
(2015: 82,42%).
Persentase Persentase
Kepemilikan akte lahir untuk Susenas
penduduk umur 0-17 penduduk umur 0-17
penduduk 40% berpendapatan Kor BPS,
1.4.1.(j) tahun dengan tahun dengan % 91,92 PM 93,21 PM 95,13 PM 95,16
terbawah pada tahun 2019 Kemen-
kepemilikan akta kepemilikan akta
menjadi 77,4%. dagri
kelahiran. kelahiran.
Persentase rumah Persentase rumah
tangga miskin dan tangga miskin dan
Meningkatnya akses penerangan Susenas
rentan yang sumber rentan yang sumber
untuk penduduk 40% BPS dan
1.4.1.(k) penerangan penerangan % 99,87 PM 99,87 PM 99,92 PM 99,90
berpendapatan terbawah Dinas
utamanya listrik baik utamanya listrik baik
menjadi 100% pada tahun 2019. ESDM
dari PLN dan bukan dari PLN dan bukan
PLN. PLN.
Target 1.5 Pada tahun 2030, membangun ketahanan masyarakat miskin dan mereka yang berada dalam kondisi rentan, dan mengurangi kerentanan mereka terhadap kejadian ekstrim terkait iklim dan guncangan ekonomi,
sosial, lingkungan, dan bencana.
Jumlah korban Jumlah korban
Terjadi
meninggal, hilang, meninggal, hilang,
(tidak ada dalam lampiran 230 peningkatan
1.5.1* dan terkena dampak dan terkena dampak SET BPBD Jiwa NA 39 NA 32 NA 34
Perpres 59/2017) (2017) jmlh kejadian
bencana per 100.000 bencana per 100.000
bencana alam
orang. orang.
Jumlah lokasi Jumlah lokasi
penguatan penguatan
1.5.1.(a) ` SET BPBD Lokasi 106 183 153 159 159 143 147
pengurangan risiko pengurangan risiko
bencana daerah. bencana daerah.
Pemenuhan Pemenuhan Terpenuhinya kebutuhan dasar
Kemen-
kebutuhan dasar kebutuhan dasar korban bencana sosial hingga
1.5.1.(b) sos; BNPB; Jiwa NA NA NA NA NA NA NA
korban bencana korban bencana tahun 2019 menjadi 151 ribu (2015:
Podes
sosial. sosial. 43 ribu).
Terjadi
Jumlah kerugian Jumlah kerugian 51.274. 109.
(tidak ada dalam lampiran ribu 86.030.2 73.852.7 peningkatan
1.5.2. (a) ekonomi langsung ekonomi langsung SET BPBD 870. NA NA NA 807.10
Perpres 59/2017) Rp 05. 000 47. 000 jmlh kejadian
akibat bencana akibat bencana 000 5.500
bencana alam
Dokumen strategi Dokumen strategi terdapat 11
pengurangan risiko pengurangan risiko kab/kota yg
(tidak ada dalam lampiran Doku-
1.5.3* bencana (PRB) bencana (PRB) SET BPBD ada ada ada ada ada ada ada memiliki
Perpres 59/2017) men
tingkat nasional dan tingkat Provinsi dokumen PRB
daerah. Jawa Tengah daerah

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 14


2018 2019 2020 2021
KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs SUMBER SATU- STATUS
INDI- TARGET (PERPRES 59/2017) KET.
NASIONAL PROVINSI DATA AN BASE- TAR- REALI- TAR- REALI- TAR- REALI- CAPAIAN
KATOR
LINE GET SASI GET SASI GET SASI

Target 1.a Menjamin mobilisasi yang signifikan terkait sumber daya dari berbagai sumber, termasuk melalui kerjasama pembangunan yang lebih baik, untuk menyediakan sarana yang memadai dan terjangkau bagi negara
berkembang, khususnya negara kurang berkembang untuk melaksanakan program dan kebijakan mengakhiri kemiskinan di semua dimensi
Proporsi sumber Proporsi sumber
daya yang daya yang
dialokasikan oleh dialokasikan oleh
Kemen- 401,
pemerintah secara pemerintah secara (tidak ada dalam lampiran
1.a.1* keu, Rp 289 NA NA NA NA NA
langsung untuk langsung untuk Perpres 59/2017)
BAPPEDA Miliar
program program
pemberantasan pemberantasan
kemiskinan. kemiskinan.
Pengeluaran untuk Pengeluaran untuk 11.475.
layanan pokok layanan pokok 10,631 6,276 937.58
Kemen- Rp NA NA NA
(pendidikan, (pendidikan, triliun triliun 9.000
keu
kesehatan dan kesehatan dan (tidak ada dalam lampiran (42,2%)
1.a.2* bekerja-
perlindungan sosial) perlindungan sosial) Perpres 59/2017) 1,917 2,713
sama Rp NA NA NA
sebagai persentase sebagai persentase triliun triliun
BAPPEDA
dari total belanja dari total belanja 49,83 218,82
Rp NA NA NA
pemerintah. pemerintah. milyar milyar

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 15


Tujuan 2: Tanpa Kelaparan

I. PENDAHULUAN

Tujuan 2 adalah menghilangkan kelaparan, mencapai ketahanan pangan, dan gizi


yang baik, serta meningkatkan pertanian berkelanjutan, dengan target untuk
menghilangkan kelaparan, menjamin akses pangan, aman, bergizi; menghilangkan
segala bentuk kekurangan gizi; menggandakan produktivitas pertanian. Pencapaian
target tujuan 2 di Provinsi Jawa Tengah difokuskan pada: (1) Prevalensi Stunting; (2)
Kualitas Konsumsi Pangan; dan (3) Nilai Tambah Pertanian.

II. STATUS CAPAIAN

A. PENCAPAIAN INDIKATOR TPB YANG MENGALAMI KEMAJUAN


1) Proporsi penduduk dengan asupan kalori minimum di bawah 1400
kkal/kapita/hari
Asupan kalori berkaitan dengan besarnya konsumsi energi oleh penduduk, dengan
besaran yang dianjurkan yaitu 70 persen dari Angka Kecukupan Kalori. Angka
Kecukupan kalori berdasarkan batas standar kecukupan kalori (Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 75 Tahun 2013) sebesar 2.150 kkal. Proporsi penduduk dengan asupan
kalori minimum di bawah 1400 kkal/kapita/hari menunjukkan besarnya penduduk
yang mempunyai konsumsi energi yang sangat rendah sehingga memerlukan prioritas
dalam upaya perbaikan pangan dan gizi.
Tujuan 2: Tanpa Kelaparan
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu-
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Proporsi penduduk
2.1.2 dengan asupan kalori Susenas
% 8,51 PM 10,05 PM 9,97 PM 9,34
(a) minimum di bawah 1400 BPS
kkal/kapita/hari.

Pada tahun 2021, proporsi penduduk dengan asupan kalori minimum di bawah
1400 kkal/kapita/hari menunjukkan adanya penurunan dari 9,97 persen menjadi 9,34
persen. Penurunan tersebut mengindikasikan bahwa penduduk yang berpotensi
mengalami kekurangan gizi karena konsumsi energi yang sangat rendah semakin
berkurang di Jawa Tengah. Meskipun secara realisasi mengalami penurunan dari tahun
2019 hingga 2021, namun masih cukup tinggi dibandingkan realisasi tahun 2018.
Berdasarkan data BPS Jawa Tengah tahun 2021, rata-rata konsumsi kalori di
perdesaan lebih tinggi dibandingkan daerah perkotaan pada kelompok makanan
seperti padi-padian, umbi-umbian, sayur-sayuran, kacang-kacangan, minyak dan
lemak, bahan minuman, serta bumbu-bumbuan. Bahan makanan tersebut lebih
mudah diperoleh di perdesaan serta harga yang relatif murah dibandingkan bahan

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 16


makanan lainnya di perdesaan, sehingga penduduk perdesaan lebih banyak
mengkonsumsinya. Sebaliknya di perkotaan rata-rata konsumsi kalori lebih tinggi
dibanding perdesaan pada kelompok makanan seperti ikan, daging, telur dan susu dan
konsumsi makanan jadi.

2) Prevalensi Stunting (pendek dan sangat pendek) pada anak di bawah lima
tahun/balita dan di bawah dua tahun/baduta
Prevalensi Stunting (pendek dan sangat pendek) pada anak bawah lima tahun/
balita dan baduta di Jawa Tengah berkembang cukup baik dalam kurun waktu 2019-
2021. Indikator ini digunakan untuk mengukur presentase anak balita dan baduta yang
tingginya di bawah ketinggian rata-rata penduduk acuan.
Tujuan 2: Tanpa Kelaparan
Kode Base- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu- Target
Indi- Nama Indikator line sasi get sasi get sasi
Data an 2019
kator (2018) 2019 2020 2020 2021 2021
2.2.1* Prevalensi Stunting
(pendek dan sangat
Dinas 18,18 14,51 11,56
pendek) pada anak % 24,43 27 (SSGI) 26 (SSGI) 24 (SSGI)
Kesehatan (ePPBGM) (ePPBGM) (ePPBGM)
di bawah lima
tahun/ balita.
2.2.1 Prevalensi Stunting
(a) (pendek dan sangat 31,2
Dinas 17 27,68 16,7 14,74 16,4 13,19
pendek) pada anak % (Riskes
Kesehatan (ePPBGM) (SSGI) (ePPBGM) (ePPBGM) (ePPBGM) (ePPBGM)
di bawah dua das)
tahun/ baduta.

Pada tahun 2019 hingga 2021 terjadi penurunan angka prevalensi Stunting pada
anak balita sebesar 3,67 persen dari 18,18 persen menjadi 14,51 persen dan kembali
turun pada tahun 2021 menjadi 11,56 persen. Sedangkan angka prevalensi Stunting
pada anak baduta mengalami penurunan dari 14,74 persen menjadi 13,19 persen pada
tahun 2021. Adapun secara absolut, jumlah baduta dan balita yang mengalami
Stunting di Jawa Tengah tahun 2021 secara berturut-turut yaitu sebesar 759.869
baduta dan 1.419.781 balita. Beberapa faktor yang menyebabkan Stunting di Jawa
Tengah dapat dilihat pada Gambar 7.
Beberapa upaya yang dilakukan
dalam rangka mencegah dan menurunkan
prevalensi Stunting di Jawa Tengah yakni
melalui perbaikan gizi, tumbuh kembang
anak, dan Gerakan Percepatan Perbaikan
Gizi dalam kerangka 1.000 HPK. Upaya
percepatan penanganan Stunting di Jawa
Tengah berjalan seiringan dengan aksi
konvergensi yang dilakukan di masing-
masing Kabupaten/Kota dengan aktivitas
yang bersifat lintas sektor.
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Berdasarkan data Studi Status Gizi
2021 (divisualisasikan)
Gambar 7. Penyebab Stunting di Jateng Indonesia (SSGI) tahun 2021, masih
terdapat 19 Kabupaten dan Kota di Jawa
Tengah dengan kategori kuning (prevalensi 20-30 persen), 15 Kabupaten/Kota lainnya
berkategori hijau dengan prevalensi kisaran 10-20 persen dan 1 kabupaten lainnya
berstatus biru yang berarti di bawah prevalensi 10 persen. Prevalensi Stunting di

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 17


Kab/Kota mengalami penurunan kecuali di Kota Surakarta, Kabupaten Pati, dan
Kabupaten Tegal. Penurunan paling signifikan terjadi di Kabupaten Grobogan dari
29,13 persen pada 2019 menjadi 9,6 persen pada 2021 (Gambar 8).

Sumber: SSGI, 2021 (divisualisasikan)


Gambar 8. Peta Prevalensi Stunting Kabupaten/Kota di Jawa Tengah

3) Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif
Kesadaran masyarakat khususnya ibu terkait pentingnya memberikan ASI eksklusif
kian meningkat di Jawa Tengah. Hal ini terbukti dengan meningkatnya persentase
pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Jawa Tengah sebesar 1,67 persen dari
69,46 persen tahun 2019 menjadi 71,13 persen tahun 2020. Peningkatan secara
signifikan ditunjukkan kembali pada tahun 2021 yakni sebesar 5,45 persen menjadi
76,58 persen.
Tujuan 2: Tanpa Kelaparan
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Satu
Indi- Nama Indikator Sumber Data line get sasi get sasi get sasi
an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
2.2.2 Persentase bayi usia Riskesdas dan
(b) kurang dari 6 bulan Rirkesnas
% 64,19 50 69,46 52 71,13 54 76,58
yang mendapatkan Kemenkes Dinkes,
ASI eksklusif. Susenas BPS

Capaian persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapatkan ASI ekslusif
menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Namun, capaian tersebut belum
mencapai angka 100% yang artinya masih terdapat bayi usia kurang dari 6 bulan yang
belum mendapatkan ASI eksklusif. Pengetahuan, sikap dan motivasi ibu masih
menjadi faktor utama perilaku pemberian ASI eksklusif.

4) Nilai Tambah Pertanian dibagi Jumlah Tenaga Kerja di Sektor Pertanian


Nilai tambah pertanian per tenaga kerja memberikan gambaran tentang
produktivitas tenaga kerja di sektor pertanian. Makin besar pendapatan atau

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 18


penghasilan tenaga kerja/petani maka semakin besar kemampuan tenaga kerja untuk
mengakses pangan dengan pola gizi seimbang.
Nilai tambah pertanian per tenaga kerja selama kurun waktu tahun 2018-2021 di
Jawa Tengah cenderung fluktuatif. Pada tahun 2018, nilai tambah pertanian sebesar
Rp. 43,5 juta per tenaga kerja, kemudian meningkat menjadi Rp. 45 juta per tenaga
kerja pada tahun 2019. Adanya pandemi Covid-19 berdampak pada turunnya nilai
tambah pertanian di tahun 2020 menjadi Rp. 41,7 juta per tenaga kerja.
Namun, pada tahun 2021 melalui adanya berbagai program pemulihan ekonomi di
masa pandemi Covid-19, mampu mendorong peningkatan produktivitas tenaga kerja
di sektor pertanian. Hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya nilai tambah
pertanian sebesar Rp. 4,8 juta menjadi Rp. 46,5 juta, yang bahkan melebihi capaian
tahun 2018-2019 sebelum terjadinya pandemi Covid-19.
Tujuan 2: Tanpa Kelaparan
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
2.3.1* Nilai Tambah Sakernas
Pertanian dibagi dan Data Rp/ 43.558. 46.505.
jumlah tenaga Nilai tena 768,40 45.008. 41.796. 048,68
PM PM PM (Angka
kerja di sektor Tambah ga (BPS 038,06 718,69
Sangat
pertanian (rupiah Pertanian kerja Pusat) Sementara)
per tenaga kerja). BPS

B. PENCAPAIAN INDIKATOR TPB YANG MEMERLUKAN PERHATIAN


1) Kualitas konsumsi pangan yang diindikasikan oleh skor Pola Pangan Harapan
(PPH)
Indikator keberagaman dan kualitas konsumsi pangan ditunjukkan oleh skor Pola
Pangan Harapan (PPH). PPH bertujuan untuk menghasilkan suatu komposisi norma
(standar) pangan guna memenuhi kebutuhan gizi penduduk dan menilai situasi
konsumsi pangan suatu wilayah. Dalam kurun waktu tahun 2018 hingga 2021, capaian
Skor PPH di Jawa Tengah menunjukkan tren yang cenderung fluktuatif.
Tujuan 2: Tanpa Kelaparan
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali
Sumber Satu
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get -sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Kualitas konsumsi pangan
2.2.2 Dishan
yang diindikasikan oleh skor % 87,30 87,36 89,61 87,72 87,10 88,08 86,7
(c) pan
Pola Pangan Harapan (PPH)

Tren menurun terjadi pada tahun 2019 hingga 2021, secara berturut turut yaitu
89,61 persen, 87,1 persen dan 86,7 persen. Penurunan tersebut akibat dari pandemi
Covid-19 yang menurunkan pendapatan penduduk sehingga berpengaruh terhadap
berkurangnya konsumsi pangan pada komoditas padi-padian, gula, buah dan sayuran.
Pandemi Covid-19 juga membatasi akses distribusi komoditas pangan akibat
pembatasan pergerakan masyarakat. Apabila dilihat dari kelompok pangan, sayur
buah dan padi-padian menjadi penyumbang skor PPH tertinggi di Jawa Tengah yaitu
26 persen dan 25 persen.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 19


C. TANTANGAN DAN PEMBELAJARAN
Jawa Tengah termasuk salah satu provinsi dengan ketersediaan pangan cukup
baik, ditandai dengan kontribusinya sebagai salah satu lumbung pangan nasional yang
menghasilkan berbagai jenis bahan pangan seperti jagung, padi, ubi kayu, kacang
tanah, kedelai dan kacang hijau. Namun, dalam kurun waktu 2019 hingga 2021, skor
Pola Pangan Harapan menunjukkan penurunan dan belum memenuhi target.
Ketersediaan pangan yang belum merata antarwilayah, konsumsi pangan yang belum
bervariasi dan beragam, adanya degradasi kualitas lingkungan dan air bersih,
rendahnya akses petani terhadap sumber pembiayaan terbatas, serta pengaruh
adanya pandemi Covid-19 terhadap berkurangnya konsumsi pangan pada beberapa
komoditas menjadi tantangan yang dihadapi oleh Provinsi Jawa Tengah dalam rangka
mewujudkan kualitas konsumsi pangan yang semakin meningkat bagi masyarakat.
Selain itu, Jawa Tengah juga dinilai cukup berhasil dalam melakukan pencegahan
dan penanganan Stunting dibuktikan dengan data prevalensi Stunting (pendek dan
sangat pendek) pada anak bawah lima tahun/balita di Jawa Tengah yang konsisten
mengalami penurunan di Jawa Tengah. Namun dalam pelaksanaannya, masih
ditemukan berbagai kendala antara lain penyelenggaraan intervensi gizi spesifik dan
sensitif masih belum terpadu, kebijakan dan program yang dilaksanakan berbagai
sektor belum memprioritaskan intervensi yang terbukti efektif, pengalokasian dan
pemanfaatan sumber daya dan sumber dana belum efisien, serta terdapat
keterbatasan kewenangan penyelenggara untuk mengembangkan kebijakan.

III. INOVASI DAN PRAKTIK BAIK

1) “Lumbung Pangan Reborn” Kabupaten Grobogan


Lumbung Pangan Reborn yang dikembangkan di Kabupaten Grobogan adalah
lumbung pangan masyarakat dengan semangat baru, lahir kembali dengan inovasi
baru, dengan penambahan fungsi yaitu sebagai: Unit Pengumpul Zakat (UPZ), Unit
Usaha Badan Usaha Milik Petani (BUMP) dan Sistem Resi Gudang disamping fungsi
utamanya yaitu sebagai Cadangan Pangan Masyarakat. Inovasi ini ditujukan untuk
dapat meningkatkan nilai tawar petani, akses permodalan dan jaringan serta
pemasaran kepada konsumen.
Melalui sistem Pemberdayaan Pangan Masyarakat (Pedangmas), fungsi lumbung
ditingkatkan tidak hanya menjadi tempat penyimpanan gabah sebagai cadangan
pangan masyarakat, akan tetapi memiliki peran dan fungsi yang lebih luas. Fungsi
usaha dengan sistem resi gudang, dimana petani dapat menitipkan hasil panen dan
mendapatkan resi, yang bisa dijadikan sebagai jaminan agunan di bank. Selain itu,
masyarakat yang ikut keanggotaan akan mendapat sisa hasil usaha (SHU) yang
diperoleh dari usaha penggilingan gabah menjadi beras. Sementara untuk masyarakat
lainnya terutama yang kurang mampu akan mendapat zakat pertanian.
Pada tahap awal Lumbung Pangan Reborn dipilih 10 lumbung pangan masyarakat
sebagai percontohan dari 116 lumbung yang ada. Dari 10 Lumbung Pangan Reborn, 8
dibangun melalui Dana Alokasi Khusus, dan 2 dibangun dengan APBD Kabupaten.
Keberhasilan Lumbung Pangan Reborn ini mampu masuk dalam 99 besar nasional TOP

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 20


Inovasi Pelayanan Publik yang diselenggarakan Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB).
Sumber: https://www.agronet.co.id/detail/indeks/info-agro/6926-Grobogan-Inovasi-Lumbung-
Pangan-Reborn; https://derapjuang.id/featured/sri-sumarni-lumbung-pangan-reborn-solusi-
tingkatkan-pendapatan-petani/

2) Inovasi Gelang Anting Kabupaten Pemalang


Gelang Anting atau Gerakan
Penanggulangan Anak Stunting
merupakan inisasi nama dari
pengembangan kegiatan dan aksi
kovergensi percepatan penanggulangan
Stunting di Kabupaten Pemalang yang
diinisiasi oleh Puskesmas Losari. Gelang
Anting dilaksanakan dengan
menerapkan sistem pendekatan
pencapaian target sasaran, dengan
adanya dukungan lintas program dan lintas sektor.
Adanya inovasi Gelang Anting mampu memberikan dampak positif terhadap
penurunan Stunting di Desa Losari, yang diacapai melalui berbagai kegiatan. Beberapa
kegiatan yang dilaksanakan antara lain: Kelas Ibu Hamil dan Pendamping,
pembentukan KP-ASI, sosialisasi dan edukasi terkait penanganan Stunting, pemberian
PMT biskuit serta pengembangan Aplikasi Status Gizi yang dapat dimanfaatkan
masyarakat untuk medeteksi Stunting berdasarkan status gizi pb/u secara mandiri
melalui website yang telah disediakan yaitu www.gelanganting.com.
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang

IV.KEBIJAKAN DAN STRATEGI KE DEPAN

Kebijakan dan strategi ke depan untuk mendorong pencapaian tujuan 2: Tanpa


Kelaparan yaitu Perwujudan ketahanan pangan dan daya saing pangan yang dilakukan
melalui: (a) Pengembangan ketersediaan sumberdaya pangan, (b) Peningkatan
kemandirian dan penanganan kerentanan pangan; (c) Pemantauan harga dan stabilisasi
harga pangan; Pemberdayaan masyarakat melalui penguatan kelembagaan pangan,
jaringan distribusi, Sistem Logistik Daerah (Sislogda); (d) Pengembangan cadangan
pangan pemerintah dan masyarakat; (e) Pengembangan Diversifikasi Pengolahan
Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal; (f) Promosi Penganekaragaman Konsumsi Pangan;
(g) Peningkatan Kerjasama dan Informasi Keamanan Pangan; (h) Pengembangan
Kelembagaan Keamanan Pangan; (i) Sertifikasi dan Registrasi Jaminan Mutu Pangan.
Kebijakan yang ditempuh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam penanganan
Stunting adalah meningkatkan upaya promotif dan preventif dengan tetap
melaksanakan upaya kuratif, dan rehabilitatif melalui Aksi Konvergensi Percepatan
Penanganan Stunting; upaya penerapan paradigma sehat dengan optimalisasi Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat/GERMAS dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS); serta
peningkatan peran dan keaktifan Tri Bina (Bina Keluarga Balita, Bina Keluarga Remaja,
Bina Keluarga Lansia).

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 21


TUJUAN 2. TANPA KELAPARAN
2018 2019 2020 2021
KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs TARGET (PERPRES SUMBER SATU- STATUS
INDI- KET.
NASIONAL PROVINSI 59/2017) DATA AN BASE- TAR- REALI- TAR- REALi- TAR- REALI- CAPAIAN
KATOR
LINE GET SASI GET SASI GET SASI

Tujuan 2. Menghilangkan Kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan gizi yang baik, serta meningkatkan pertanian berkelanjutan
Target 2.1 Pada tahun 2030, menghilangkan kelaparan dan menjamin akses bagi semua orang, khususnya orang miskin dan mereka yang berada dalam kondisi rentan, termasuk bayi, terhadap makanan yang aman, bergizi,
dan cukup sepanjang tahun
Prevalensi Prevalensi
Ketidakcukupan Ketidakcukupan
(tidak ada dalam lampiran
2.1.1* Konsumsi Pangan Konsumsi Pangan Susenas BPS % 11,27 PM 11,66 PM 11,8 PM 12,34 Tren meningkat
Perpres 59/2017)
(Prevalence of (Prevalence of
Undernourishment). Undernourishment).
Menurunnya prevalensi
Prevalensi kekurangan Prevalensi kekurangan kekurangan gizi
Belum
2.1.1.(a) gizi (underweight) gizi (underweight) (underweight) pada anak BPS % 16,75 PM N.A PM PM N.A
rilis
pada anak balita. pada anak balita. balita pada tahun 2019
menjadi 17% (2013: 19,6 %).
Prevalensi penduduk Prevalensi penduduk
dengan kerawanan dengan kerawanan
pangan sedang atau pangan sedang atau
(tidak ada dalam lampiran
2.1.2* berat, berdasarkan berat, berdasarkan BPS % 0,04 PM 0,04 PM 2,08 PM N.A
Perpres 59/2017)
pada Skala pada Skala
Pengalaman Pengalaman
Kerawanan Pangan. Kerawanan Pangan.
Menurunnya proporsi
Proporsi penduduk Proporsi penduduk penduduk dengan asupan
dengan asupan kalori dengan asupan kalori kalori minimum di bawah
2.1.2.(a) Susenas BPS % 8,51 PM 10,05 PM 9,97 PM 9,34
minimum di bawah minimum di bawah 1400 kkal/kapita/hari pada
1400 kkal/kapita/hari. 1400 kkal/kapita/hari. tahun 2019 menjadi 8,5 %
(2015: 17,4%).
Target 2.2 Pada tahun 2030, menghilangkan segala bentuk kekurangan gizi, termasuk pada tahun 2025 mencapai target yang disepakati secara internasional untuk anak pendek dan kurus di bawah lima tahun, dan
memenuhi kebutuhan gizi remaja perempuan, ibu hamil dan menyusui, serta manula
Prevalensi Stunting Prevalensi Stunting
(pendek dan sangat (pendek dan sangat 18,18 14,51 11,56
(tidak ada dalam lampiran Dinas 27 26 24
2.2.1* pendek) pada anak di pendek) pada anak di % 24,43
(SSGI)
(ePPBG
(SSGI)
(ePPBG
(SSGI)
(ePPBG
Perpres 59/2017) Kesehatan M) M) M)
bawah lima bawah lima
tahun/balita. tahun/balita.
Menurunnya prevalensi
Prevalensi Stunting Prevalensi Stunting Stunting (pendek dan
(pendek dan sangat (pendek dan sangat sangat pendek) pada anak 31,24 14,74
Dinas 27,68
2.2.1.(a) pendek) pada anak di pendek) pada anak di di bawah dua % (Riskes PM PM (ePPBG PM 13,19
Kesehatan das)
(SSGBI)
M)
bawah dua bawah dua tahun/baduta pada tahun
tahun/baduta. tahun/baduta. 2019 menjadi 28% (2013:
32,9%).

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 22


2018 2019 2020 2021
KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs TARGET (PERPRES SUMBER SATU- STATUS
INDI- KET.
NASIONAL PROVINSI 59/2017) DATA AN BASE- TAR- REALI- TAR- REALi- TAR- REALI- CAPAIAN
KATOR
LINE GET SASI GET SASI GET SASI

Prevalensi malnutrisi Prevalensi malnutrisi Dinkes,


(berat badan/tinggi (berat badan/tinggi Riskesdas
(tidak ada dalam lampiran
2.2.2* badan) anak pada usia badan) anak pada usia dan % 2,69 NA 3,25 NA 6,55 NA 6,7
Perpres 59/2017)
kurang dari 5 tahun, kurang dari 5 tahun, Sirkesnas
berdasarkan tipe. berdasarkan tipe. Kemenkes
Menurunnya prevalensi
Prevalensi anemia Prevalensi anemia anemia pada ibu hamil Dinas
2.2.2.(a) % 27,61 24,5 18 24 15,86 23,5 11,7
pada ibu hamil. pada ibu hamil. pada tahun 2019 menjadi Kesehatan
28% (2013: 37,1%).
Riskesdas
Persentase bayi usia dan
Persentase bayi usia Persentase bayi usia
kurang dari 6 bulan yang Sirkesnas
kurang dari 6 bulan kurang dari 6 bulan % (0-6
2.2.2.(b) mendapat ASI eksklusif Kemenkes, 64,19 50 69,46 52 71,13 54 76,58
yang mendapatkan yang mendapatkan bln)
menjadi 50% pada tahun Dinkes,
ASI eksklusif. ASI eksklusif.
(2013: 38%). Susenas
BPS
Pandemi Covid-
Meningkatnya kualitas 19 yang
konsumsi pangan yang berpengaruh
diindikasikan oleh skor pada
Kualitas konsumsi Kualitas konsumsi
Pola Pangan Harapan berkurangnya
pangan yang pangan yang
(PPH) mencapai 92,5 (2014:
2.2.2.(c) diindikasika oleh skor diindikasika oleh skor Dishanpan Skor 87,3 87,36 89,61 87,72 87,1 88,08 86,7 konsumsi
81,8), dan tingkat
Pola Pangan Harapan Pola Pangan Harapan pangan dan
konsumsi ikan menjadi
(PPH) (PPH) terbatasnya
54,5 kg/kapita/tahun pada
tahun 2019 (2015: 40,9 akses distribusi
kg/kapita/tahun). komoditas
pangan
Target 2.3 Pada tahun 2030, menggandakan produktivitas pertanian dan pendapatan produsen makanan skala kecil, khususnya perempuan, masyarakat penduduk asli, keluarga petani, pengembala dan nelayan, termasuk
melalui akses yang aman dan sama terhadap lahan, sumber daya produktif, dan input lainnya, pengetahuan, jasa keuangan, pasar, dan peluang nilai tambah, dan pekerjaan non pertanian
Nilai Tambah Nilai Tambah Sakernas 46.505
43.558. .048,6
Pertanian dibagi Pertanian dibagi dan Data
Rp/ 768, 45.008 8
jumlah tenaga kerja di jumlah tenaga kerja di (tidak ada dalam lampiran Nilai 41.796.
2.3.1* tenaga 40 PM .038, PM PM (angka
sektor pertanian sektor pertanian Perpres 59/2017) Tambah 718,69
kerja (BPS 06 sangat
(rupiah per tenaga (rupiah per tenaga Pertanian semen
Pusat)
kerja). kerja). BPS tara)

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 23


Tujuan 3: Kehidupan Sehat Dan Sejahtera

I. PENDAHULUAN

Tujuan 3 adalah menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan


seluruh penduduk semua usia, dengan target-target untuk mengurangi rasio kematian;
mengakhiri penyakit menular dan tidak menular; memperkuat pencegahan dan
pengobatan penyalahgunaan zat-zat adiktif; mengurangi resiko kematian dan cedera
dari kecelakaan lalu lintas; menjamin akses universal terhadap layanan Kesehatan
seksual dan reproduksi; cakupan jaminan Kesehatan; serta distribusi tenaga kesehatan.
Pencapaian target tujuan 3 Provinsi Jawa Tengah difokuskan pada: (1) Angka Kematian;
(2) Penyakit Menular dan Tidak Menular; (3) Penyalahgunaan Zat Adiktif; (4) Angka
Kelahiran; (5) Asuransi/Jaminan Kesehatan; serta (6) Distribusi Tenaga Kesehatan.

II. STATUS CAPAIAN

A. PENCAPAIAN INDIKATOR TPB YANG MENGALAMI KEMAJUAN


1) Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKaBa)
Upaya pemeliharaan kesehatan anak ditujukan dalam rangka mempersiapkan
generasi akan datang yang sehat, cerdas dan berkualitas serta untuk menurunkan
angka kematian anak. Indikator angka kematian yang berhubungan dengan anak
antara lain yaitu Angka Kematian Balita (AKaBa) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
Tujuan 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu-
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
3.2.1* Angka Kematian Balita
Dinas 1.000
(AKBa) per 1000 9,48 10,47 9,63 10,45 8,99 10,45 8,95
Kesehatan /KH
kelahiran hidup.

Angka Kematian Balita di Jawa Tengah mengalami kecenderungan penurunan


dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Pada tahun 2019, AKaBa mencapai 9,63 per
1.000 Kelahiran Hidup (KH), kemudian menurun pada tahun 2020 dan 2021 berturut-
turut menjadi 8,99 dan 8,95 per 1.000 Kelahiran Hidup (KH). Tren tersebut
menunjukkan bahwa capaian AKaBa selalu memenuhi target seperti yang tercantum
dalam RPJMD Provinsi Jawa Tengah 2019-2023.
Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan jumlah kematian bayi (0-11
bulan) per 1.000 kelahiran hidup dalam periode waktu satu tahun. Dalam kurun waktu
2019 hingga tahun 2021, Angka Kematian Bayi (AKB) di Jawa Tengah menunjukkan
kecenderungan penurunan dari 8,24 per 1.000 Kelahiran Hidup (KH) pada tahun 2019
menjadi 7,87 per 1.000 Kelahiran Hidup (KH) pada tahun 2021.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 24


Tujuan 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu-
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
3.2.2 Angka Kematian Bayi (AKB) Dinas 1.000
8,36 8,30 8,24 8,10 7,79 8 7,87
(a) per 1000 kelahiran hidup. Kesehatan /KH

Berdasarkan data capaian kedua indikator


angka kematian anak diatas, diketahui bahwa
AKaBa dan AKB di Jawa Tengah sudah
memenuhi target sesuai RPJMD Tahun 2019-
2023. Namun, secara absolut jumlah kasus
kematian anak di Jawa Tengah masih
tergolong cukup tinggi yaitu sebanyak 4.545
kasus kematian balita dan 3.997 kasus
kematian bayi pada tahun 2021. Angka
kematian anak ini menggambarkan tingkat
permasalahan kesehatan masyarakat yang
berkaitan dengan faktor penyebab kematian
bayi, tingkat keberhasilan program KIA dan KB,
serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi.
Dalam rangka menurunkan angka
kematian anak hingga titik terendah, maka
diperlukan upaya-upaya pencegahan
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah, 2021 (divisualisasikan) kematian anak melalui upaya edukasi dan
Gambar 9. Penyebab Kematian Bayi di peningkatan pemahaman orang tua/pengasuh
Jawa Tengah untuk menerapkan perilaku hidup sehat dan
pola asuh secara benar kepada anak. Selain itu,
diperlukan pula peningkatan ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas dan sarana
prasarana pelayanan kesehatan esensial anak.

2) Kejadian Penyakit Menular (HIV, TB, Malaria, Hepatitis, Filariasis dan Kusta)
Insiden Tuberkulosis (ITB) per 100.000 penduduk
Penemuan kasus Tuberkulosis yang ternotifikasi (CNR TB) mengalami penurunan
dari tahun 2020 sebesar 3 per 100.000 penduduk menjadi 115 per 100.000 penduduk
pada tahun 2021. Namun, penurunan kasus TB tersebut tidak sejalan dengan capaian
angka keberhasilan pengobatan TB (SR TB) yang cenderung menurun dari 84,5 persen
pada tahun 2020 menjadi 83,5 persen pada tahun 2021. Hal tersebut dikarenakan
adanya pandemi Covid-19 yang berdampak pada terbatasnya layanan pengobatan
tuberkulosis.
Tujuan 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber
Indi- Nama Indikator Satuan line get sasi get sasi get sasi
Data
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Insiden Tuberkulosis Per
3.3.2
(ITB) per 100.000 Kemenkes 100.000 144,97 NA 210,8 NA 118 NA 115
(a)
penduduk penduduk

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 25


Kasus HIV/AIDS Positif
Tren Kasus HIV/AIDS
di Jawa Tengah Pada tahun 2020 terjadi peningkatan
2704 2708
jumlah kasus HIV dari 2.704 kasus (2019)
2549 2564 2749
menjadi 2.749. Berbeda dengan tahun-
2316
tahun sebelumnya, Adapun kasus HIV
1879 1549
1719 membaik di tahun 2021 karena terdapat
835
280
penurunan jumlah kasus sebesar 41 kasus.
184 208 166 206
Adapun kasus AIDS menunjukkan
2017 2018 2019 2020 2021 kecenderungan menurun selama tiga
HIV AIDS Meninggal tahun terakhir.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa
Sumber: Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2021
upaya pengendalian dan pencegahan
Gambar 10. Tren Kasus HIV/AIDS di
Jawa Tengah penyebaran kasus HIV di Jawa Tengah
semakin membaik. Namun, kasus
HIV/AIDS ini tetap perlu menjadi perhatian bersama dikarenakan masih rendahnya
pemahaman populasi berisiko terhadap bahaya penyakit tersebut.

3) Persentase Kabupaten/Kota yang melakukan Deteksi Dini Infeksi Hepatitis B


Hepatitis merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah
kesehatan masyarakat, yang berpengaruh terhadap angka kesakitan, angka kematian,
status kesehatan, angka harapan hidup dan dampak sosial ekonomi lainnya. Penyebab
paling umum Hepatitis salah satunya oleh Virus hepatitis B. Penyebaran virus Hepatitis
B mempunyai karakteristik sendiri dimana penularan vertikal dari ibu ke anak sangat
tinggi.
Dalam rangka pencegahan dan pengendalian Virus Hepatitis B, maka dilakukan
beberapa program layanan kesehatan yang salah satunya yaitu deteksi dini Hepatitis
B (DDHB) pada Ibu Hamil. Deteksi Dini Hepatitis B pada Ibu Hamil tersebut
dilaksanakan di Puskesmas dan jaringannya di masing-masing Kabupaten/Kota di
Jawa Tengah.
Tujuan 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu-
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Persentase kabupaten/
Dinas
3.3.4 kota yang melakukan
Kesehat- % 25,7 28,6 31,4 31,4 42,8 34,3 65,71
(a) deteksi dini untuk
an
infeksi Hepatitis B.

Pelaksanaan program Deteksi Dini Hepatitis B (DDHB) di Jawa Tengah terus


mengalami peningkatan, persentase Kabupaten/Kota yang melakukan DDHB pada
tahun 2021 mencapai 65,71 persen atau lebih dari setengahnya 35 Kabupaten/Kota.
Kabupaten Kudus menjadi kabupaten dengan deteksi dini hepatitis B pada ibu hamil
yang memiliki persentase tertinggi yaitu 104,2 persen. Artinya bahwa Deteksi Dini
Hepatitis B pada Ibu Hamil tersebut telah dilaksanakan di seluruh Puskesmas dan
jaringannya.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 26


Persentase Deteksi Dini Hepatitis B pada Ibu Hamil per
Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2021
Target >60%

104.2
120

96.3

91.7
91.7
86.8
94

84.2
83.4

80.5
81.4
86
100

78.5
78.5

76.9
77.3

76.5
76.4
74.7
73.4
73.3
72.5
71.3

68.3
71.1

64.8
64.4

62.7
61.8
59.6
80

59.1

56.7
64

58

45.4
60

40

8.6
20

Kab. Cilacap
Kota Semarang

Kab. Demak
Kab. Boyolali

Kab. Banyumas

Kab. Semarang
Kab. Pekalongan

Kab. Tegal

Kota Tegal

Kab. Klaten

Kab. Banjarnegara

Kota Salatiga

Kab. Purworejo

Kota Surakarta
Kab. Batang
Kab. Kendal

Kota Pekalongan
Kab. Kudus

Kab. Rembang

Kab. Wonosobo

Kota Magelang

Kab. Wonogiri
Kab. Purbalingga

Kab. Sragen

Kab. Jepara

Kab. Karanganyar
Kab. Kebumen
Kab. Magelang

Kab. Blora

Kab. Pati

Kab. Temanggung

Kab. Pemalang

Kab. Sukoharjo
Kab. Brebes

Kab. Grobogan
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2021
Gambar 11. Distribusi Deteksi Dini Hepatitis B Per Kabupaten/Kota Tahun 2021

4) Kepadatan dan Distribusi Tenaga Kesehatan


Tenaga kesehatan terdiri dari tenaga medis, tenaga psikologi klinis, tenaga
keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat,
tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian
medis, tenaga teknis biomedika, tenaga kesehatan tradisional, dan tenaga kesehatan
lain (UU Kesehatan No.36 Tahun 2014).
Dalam kurun waktu tiga tahun, kepadatan tenaga kesehatan per 1.000 penduduk
cenderung memiliki tren yang sama pada tahun 2020 dan 2021. Hal yang perlu
mendapat perhatian adalah pemerataan dokter utamanya pada penempatan fasilitas
pelayanan tingkat pertama (Puskesmas) agar dapat menjangkau seluruh lapisan
masyarakat hingga yang terbawah.
Tujuan 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera
Kode Sum- Tar- Tar- Tar-
Nama Baseline Realisasi Realisasi Realisasi
Indi- ber Satuan get get get
Indikator (2018) 2019 2020 2021
kator Data 2019 2020 2021
Dokter: Dokter: Dokter:
Dokter:
0,17 0,19 0,20
0,39
Kepadatan Dokter Dokter Dokter
Perawat:
dan Nakes/ Gigi: 0,04 Gigi: 0,04 Gigi: 0,042
1,28
3.c.1* distribusi BPS 1.000 PM Perawat: PM Perawat: PM Perawat:
Bidan: 0,68
tenaga pddk 1,29 1,37 1,37
Farmasi:
kesehatan. Bidan: 0,67 Bidan: 0,63 Bidan: 0,69
0,23
Farmasi: Farmasi: Farmasi:
Gizi: 0,06
0,22 0,27 0,31

5) Total Fertility Rate (TFR)


Angka kelahiran Total atau Total Fertility Rate (TFR) didefinisikan sebagai jumlah
anak rata-rata yang dilahirkan oleh seorang wanita sampai akhir masa reproduksinya
(15-49 tahun). TFR merupakan salah satu indikator penting dalam upaya pengendalian
pertumbuhan penduduk. Oleh karena itu penurunan TFR terus diupayakan secara
bertahap dalam rangka menuju kondisi penduduk tumbuh seimbang. Nilai TFR Jawa
Tengah tahun 2021 cenderung menurun dari tahun 2020, yaitu dari 2,27 jumlah anak
per WUS menjadi 2,09 jumlah anak per WUS.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 27


Tujuan 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Nama Sumber
Indi- Satuan line get sasi get sasi get sasi
Indikator Data
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Total Jumlah anak
3.7.2 2,3 –
Fertility Rate BKKBN per WUS (15- 2,26 2,3 2,24 2,27 2,22 2,09
(a) 2,4
(TFR) 49 tahun)

Tren pencapaian TFR pada kurun


Perbandingan TFR Nasional
dan Jawa Tengah waktu 2019 hingga 2021 menunjukkan
capaian yang cenderung fluktuatif.
2.45 2.45 Apabila dibandingkan dengan capaian
2.38 TFR nasional, nilai TFR Jawa Tengah
2.4 2.24 berada dibawah nilai TFR nasional.
Sebagai salah satu provinsi besar,
2.27
2.23 capaian kinerja Jawa Tengah sangatlah
2.09
berpengaruh terhadap pencapaian
2018 2019 2020 2021 TFR secara nasional. Target TFR Jawa
Nasional Jawa Tengah Tengah se besar 2,22 memiliki arti
bahwa diharapkan provinsi Jawa
Sumber: Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah, 2021 Tengah menjadi penyumbang
Gambar 12. Tren TFR Nasional dan Jawa Tengah
turunnya TFR di tingkat nasional.

6) Cakupan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


Tujuan 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu-
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Cakupan Jaminan
3.8.2 BPS, BPJS
Kesehatan Nasional % 81,14 PM 81,14 PM 82,43 PM 83,86
(a) Kesehatan
(JKN)

Pemerintah bersama masyarakat berkomitmen untuk mencapai Universal Health


Coverage (UHC) agar semua orang memiliki akses untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan yang komprehensif dan bermutu tanpa hambatan finansial. UHC bertumpu
pada upaya promotif, preventif termasuk pengendalian penyakit serta pelayanan
kesehatan kuratif dan rehabilitatif dengan mengarusutamakan pelayanan kesehatan
primer yang berkualitas. Cakupan UHC akan tercapai jika 95% penduduk sudah
mempunyai jaminan pembiyaan Kesehatan.
Pada tahun 2021, Kabupaten/Kota yang telah mencapai UHC sebanyak 8
Kabupaten/Kota, yaitu Kabupaten Brebes (101%), Kota Surakarta (105%), Kota Tegal
(100%), Kota Magelang (106%), Kabupaten Klaten (102%), Kabupaten Kebumen (99%)
dan Kabupaten Pemalang (95%). Sedangkan Kabupaten/Kota dengan cakupan UHC
terendah berturut-turut adalah Kabupaten Jepara (73%), Kabupaten Semarang (76%)
dan Kabupaten Grobogan (77%) (ditunjukkan pada Gambar 13). Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah telah melakukan advokasi ke kabupaten/kota dengan cakupan
UHC masih rendah, namun semua kebijakan pembiayaan Kesehatan diserahkan
kepada kabupaten/kota tersebut sesuai dengan kemampuan daerah masing-masing.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 28


Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2021
Gambar 13. Cakupan UHC Provinsi Jawa Tengah Tahun 2021

B. PENCAPAIAN INDIKATOR TPB YANG MEMERLUKAN PERHATIAN


1) Angka Kematian Ibu (AKI)
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah rasio kematian ibu yang disebabkan oleh
kehamilan, persalinan dan nifas atau pengelolaannya di setiap 100.000 kelahiran
hidup. AKI merupakan salah satu indikator untuk melihat keberhasilan upaya
kesehatan ibu. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, terjadi
peningkatan AKI dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Pada tahun 2021, AKI
meningkat sangat signifikan menjadi 199,0 per 100.000 Kelahiran Hidup dari tahun
sebelumnya sebesar 98,60 per 100.000 Kelahiran Hidup.
Tujuan 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber
Indi- Nama Indikator Satuan line get sasi get sasi get sasi
Data
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Angka Kematian Ibu
Dinas 100.000/
3.1.1* (AKI) per 1000 78,60 87 76,93 85,5 98,60 84 199,0
Kesehatan KH
kelahiran hidup

Tren Kasus Kematian Ibu Jumlah kasus kematian ibu melahirkan di


di Jawa Tengah Jawa Tengah cenderung meningkat tajam
1011
dalam tiga tahun terakhir, dengan
peningkatan hampir dua kali lipat pada tahun
421 530
416 2021 sebanyak 1.011 kasus. Dari 1.011 kasus
tersebut, Kabupaten Brebes (105 kasus) dan
Jml Kasus
Grobogan (84 kasus) menjadi penyumbang
2018 2019 2020 2021
kasus tertinggi. Sedangkan Kota Magelang
Sumber: Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2021
menjadi kota dengan kasus kematian ibu
Gambar 14. Tren Kasus Kematian Ibu
di Jawa Tengah terendah di Jawa Tengah (dapat dilihat pada
Gambar 15).
Beberapa faktor diindikasikan mempengaruhi meningkatnya AKI, antara lain yaitu
keterbatasan layanan kesehatan dan gizi bagi ibu hamil selama pandemi Covid-19,

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 29


potensi keterpaparan virus serta komplikasi kehamilan seperti pendarahan, hipertensi
kehamilan, jantung dan diabetes mellitus.

Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2021 (divisualisasikan)


Gambar 15. Peta Distribusi Kasus Kematian Ibu per Kabupaten/Kota di Jawa Tengah

2) Persentase Perempuan Pernah Kawin Umur 15-49 Tahun yang Proses Melahirkan
Terakhirnya ditolong oleh Tenaga Kesehatan Terlatih dan di Fasilitas Kesehatan
Dengan populasi yang terus bertambah, penyediaan pelayanan kesehatan yang
berkualitas bergantung pada ketersediaan tenaga kesehatan terlatih. Pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan merupakan strategi untuk menangani masalah
kesehatan ibu dan anak. Proses persalinan akan lebih aman jika dilakukan oleh tenaga
kesehatan (dokter atau bidan atau tenaga kesehatan lainnya) yang sudah terlatih
dibandingkan dengan tenaga non kesehatan yang sifatnya masih tradisional seperti
dukun bersalin.
Proporsi perempuan pernah kawin umur 15-49 tahun yang proses melahirkan
terakhirnya ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih pada tahun 2021 menurun tidak
signifikan tercatat sebesar 99,66 persen lebih rendah dari tahun sebelumnya yang
mencapai 99,74 persen. Meskipun mengalami penurunan, capaian tersebut
menunjukkan bahwa hampir seluruh ibu hamil di Jawa Tengah sudah menggunakan
tenaga kesehatan sebagai penolong proses kelahiran, yang artinya bahwa semakin
tingginya kesadaran masyarakat Jawa Tengah akan pentingnya keselamatan serta
kesehatan ibu dan anak.
Tujuan 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu-
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
3.1.2* Proporsi perempuan pernah
kawin umur 15-49 tahun Dinas
yang proses melahirkan Kesehat- % 99,30 100 99,64 100 99,74 100 99,66
terakhirnya ditolong oleh an
tenaga kesehatan terlatih

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 30


3.1.2 Proporsi perempuan pernah
(a) kawin umur 15-49 tahun
yang proses melahirkan BPS % 97,71 PM 98,08 PM 98,05 PM 97,90
terakhirnya di fasilitas
kesehatan

Selain proses persalinan yang sebaiknya ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih,
juga diharapkan untuk dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai
seperti rumah sakit bersalin (baik pemerintah maupun swasta), klinik bersalin dan
puskesmas. Hal tersebut dilakukan dalam rangka menjamin ibu bersalin mendapatkan
pelayanan kesehatan yang sesuai standar. Dalam kurun waktu 2019 hingga 2021
persentase ibu hamil yang proses melahirkannya di fasilitas kesehatan menurun yaitu
dari 98,08 persen menjadi 97,90 persen. Tantangan yang dihadapi dan perlu menjadi
perhatian adalah kemudahan akses dan ketersediaan fasilitas kesehatan khususnya
pada daerah-daerah yang termasuk sebagai daerah tertinggal.

3) Kejadian Malaria per 1000 orang


Jumlah kasus malaria di Jawa Tengah mengalami peningkatan dari 301 kasus
(2020) menjadi 831 kasus (2021). Peningkatan jumlah kasus tersebut sejalan dengan
meningkatnya kejadian malaria per 1000 orang. Secara tren dari tahun 2019 hingga
2021 cenderung mengalami peningkatan kejadian. Indikator kejadian malaria per 1000
orang menunjukkan peningkatan dari 0,01 per 1000 orang menjadi 0,02 per 1000
orang.
Tujuan 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber
Indi- Nama Indikator Satuan line get sasi get sasi get sasi
Data
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Kejadian Malaria Dinas per 1000
3.3.3* 0,02 0,06 0,012 0,06 0,01 0,06 0,02
per 1000 orang. Kesehatan orang

Dari 831 kasus malaria yang terjadi di tahun 2021, kasus malaria tertinggi terjadi di
Kabupaten Purworejo, yaitu sebanyak 558 kasus (Gambar 16). Kasus malaria tersebut
mengalami kenaikan yang sangat drastis dibandingkan tahun sebelumnya 2019 dan
2020 yang berturut-turut hanya 30 kasus dan 6 kasus. Tingginya angka penularan
kasus malaria di Kabupaten Purworejo dipengaruhi kondisi geografis adanya Bukit
Menoreh yang menjadi ekosistem nyamuk anopheles penyebab malaria, disamping
tingginya aktivitas masyarakat pada malam hari.
Distribusi Kasus Malaria Per Kabupaten/Kota Tahun 2021
558

57 50
29 24 16 10 10 10 10 10 9 7 5 4 3 3 3 3 2 2 2 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2021


Gambar 16. Distribusi Kasus Malaria Per Kabupaten/Kota Tahun 2021

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 31


4) Unmet Need Pelayanan Kesehatan
Unmet Need Pelayanan Kesehatan merupakan persentase penduduk yang
memiliki keluhan kesehatan dan terganggu aktivitasnya namun tidak berobat jalan.
Indikator ini digunakan untuk melihat cakupan penduduk yang seharusnya berobat
ketika sakit, namun pada kenyataannya tidak berobat. Hal ini dapat disebabkan antara
lain tidak memiliki biaya berobat, tidak mempunyai biaya transportasi, atau karena
waktu pelayanan yang lama sehingga enggan untuk berobat di fasilitas kesehatan atau
tenaga kesehatan. Kondisi unmet need pelayanan kesehatan di Jawa Tengah perlu
mendapatkan perhatian, mengingat terjadi peningkatan dari 4,84 persen tahun 2019
menjadi 8,28 persen pada tahun 2021.
Tujuan 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu-
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
3.8.1 Unmet need Susenas
% 4,84 PM 4,84 PM 5,83 PM 8,28
(a) pelayanan kesehatan BPS

Pemerintah telah berupaya menyediakan jaminan kesehatan bagi seluruh


masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak. BPJS Kesehatan
yang diluncurkan oleh Pemerintah menjadi pilihan bagi masyarakat untuk memiliki
jaminan kesehatan. Biaya yang tidak semahal dengan asuransi swasta bahkan gratis
karena disubsidi, menjadikan BPJS Kesehatan kini makin banyak diminati. Namun,
data BPS menunjukkan bahwa terjadi penurunan persentase penduduk yang memiliki
jaminan kesehatan, terutama pada kategori BPJS Kesehatan (baik PBI maupun non-
PBI) dan jaminan kesehatan perusahaan/kantor. Kepemilikan BPJS Kesehatan dari
tahun 2020 ke 2021 menurun dari 63,31 persen menjadi 62,42 persen. Sedangkan
kepemilikan jaminan kesehatan perusahaan/kantor menurun dari 2,20 persen menjadi
1,69 persen. Penurunan kepemilikan jaminan kesehatan tersebut berimplikasi
terhadap peningkatan unmet need pelayanan kesehatan.
Meski demikian, penggunaan jaminan kesehatan berupa BPJS Kesehatan untuk
berobat jalan meningkat mencapai 44,46 persen mengindikasikan semakin mudahnya
akses masyarakat terhadap program jaminan kesehatan nasional (JKN). Namun perlu
menjadi perhatian karena lebih dari separuh penduduk memilih tidak menggunakan
jaminan kesehatan untuk berobat jalan, baik memiliki jaminan kesehatan maupun
tidak.

5) Kejadian Penyakit Tidak Menular


Meskipun bersifat tidak menular karena tidak disebabkan oleh infeksi
mikroorganisme seperti bakteri maupun virus, Penyakit Tidak Menular (PTM)
berpengaruh terhadap sedikitnya 70 persen kematian di dunia. Lemahnya
pengendalian faktor risiko dapat menyebabkan peningkatan kasus PTM setiap
tahunnya. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2007, 2013 dan 2018
menunjukkan kecenderungan peningkatan prevalensi PTM seperti diabetes mellitus,
hipertensi, stroke dan penyakit sendi.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 32


Berdasarkan data kasus baru PTM,
Kasus PTM di Jawa Tengah
diketahui bahwa terdapat peningkatan
2021
467,365 kasus cukup signifikan sebesar 731.150
3,329,052
582,559 kasus. Adapun jenis penyakit yang
2020 2,543,732
memiliki proporsi terbesar dari seluruh
490,444
2019 2,073,852 PTM adalah hipertensi dan diabetes
2018
508,881 mellitus. Kedua penyakit tersebut
1,393,751
247,793
menjadi prioritas utama pengendalian
2017 635,545
PTM di Jawa Tengah. Pengendalian
DM Hipertensi
PTM dapat dilakukan dengan intervensi
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2021 yang tepat pada setiap sasaran
Gambar 17. Tren Kasus PTM di Jawa Tengah populasi tertentu sehingga
peningkatan kasus baru dapat ditekan.

C. TANTANGAN DAN PEMBELAJARAN


Kesehatan masyarakat yang terjamin merupakan salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Dalam upaya yang
dilakukan kemudian muncul variasi program untuk mendukung tercapainya
kehidupan sehat dan meningkatkan kesejahteraan penduduk seluruh usia. Salah satu
yang menjadi tantangan bagi Jawa Tengah adalah perbaikan akses dan pelayanan
kesehatan terutama di masa pandemi Covid-19 yang sedang terjadi. Pelayanan
kesehatan dilakukan dan diarahkan untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan
untuk menyongsong paradigma yang mengedepankan konsep promotif dan preventif
dalam pelayanan kesehatan dan menempatkan kesehatan sebagai input dari suatu
proses pembangunan.
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah berkewajiban untuk menyelenggarakan
pelayanan dasar apapun kondisinya. Dengan segala keterbatasannya, pelayanan untuk
masyarakat harus tetap berjalan termasuk pada saat terjadinya pandemi Covid-19.
Bidang Kesehatan sangat membutuhkan support sumber daya, dan masih harus
berjuang mensosialisasikan dan menyadarkan masyarakat untuk melaksanakan
protokol kesehatan dan tidak khawatir datang memeriksakan diri ke fasilitas
kesehatan (faskes) karena takut tertular Covid-19.
Salah satu masyarakat yang terdampak adanya penyesuaian pelayanan kesehatan
di masa pandemi Covid-19 adalah ibu hamil. Diketahui bahwa Angka Kematian Ibu
(AKI) di Jawa Tengah mengalami peningkatan, yang salah satu indikasi penyebabnya
karena terpapar Covid-19 dan terbatasnya layanan kesehatan. Permasalahan tersebut
menjadi perhatian yang serius bagi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah agar pelayanan
kesehatan ibu hamil selama pandemi Covid-19 tetap optimal dan memenuhi standar
kualitas, dengan layanan selama rentang usia kehamilan ibu yang dikelompokkan
sesuai usia kehamilan menjadi trimester pertama, kedua dan ketiga dengan tetap
berpedoman pada protokol kesehatan yang berlaku.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 33


III. INOVASI DAN PRAKTIK BAIK

1) SI BINA CANTIK BINGITS


Pengelolaan data BPJS yang
selama ini masih dilakukan secara
manual sehingga memungkinkan
terjadinya beberapa masalah, di
antaranya gagal klaim dan data
dukung yang tercecer, membuat
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Banyumas kembali mengembangkan
sistem inovasi bertajuk “Si Bina Cantik
Bingits”. Si Bina Cantik Bingits
merupakan singkatan dari Sistem Bridging SIM RSMS, BPJS, dan INA-CBG’s Menuju
Akuntabilitas, Transparansi, dan Efisiensi Pelayanan Kesehatan JKN Secara Paripurna
Jamin Bisa Langsung Dilayani Cepat dan Klaim BPJS Akurat.
Inovasi Si Bina Cantik Bingits merupakan pembaharuan dari sistem sebelumnya
yaitu Si Bina Cantik. Inovasi ini didesain untuk menyederhanakan dan mempersingkat
prosedur layanan dan klaim BPJS dengan proses input data yang lebih simpel karena
tiga sistem menjadi satu. Adanya sistem ini mampu mengurangi kesalahan, mencegah
kecurangan (anti-fraud) dan klaim yang lebih akurat melalui pelaporannya yang
berbasis digital dan berdasar pada rekam medik elektronik rumah sakit. Melalui inovasi
ini pula Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menerima penghargaan Top 5 Outstanding
Achievement Service Innovation 2021 dari Kementrian Pendayagunaan Aparatur Sipil
Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN-RB).
Sumber: https://radarsolo.jawapos.com/nasional/09/11/2021/apa-itu-si-bina-cantik-bingits-bawa-
jateng-raih-penghargaan-menpan-rb/; https://timlo.net/baca/148598/ini-keistimewaan-aplikasi-si-
bina-cantik-bingits-hasil-inovasi-rsud-dr-margono-soekarjo-banyumas/

2) Program SAN PIISAN (Sayangi Dampingi Ibu Anak Kota Semarang)


SAN PIISAN menjadi sebuah program inovasi Kota Semarang dalam memberikan
layanan kesehatan sebagai bentuk solusi meningkatkan mutu layanan kesehatan dan
aksi kepedulian terhadap permasalahan kesehatan ibu dan anak, baik secara promotif,
preventif maupun kuratif. Seluruh aspek yang terlibat saling bersinergi dan kolaborasi
untuk menurunkan AKI. SAN PIISAN menggunakan pendekatan continuum-of-care,
dilakukan pra-konsepsi hingga bayi yang dilahirkan. Proses pendampingan ibu hamil
oleh kader dan petugas kesehatan dilakukan melalui aplikasi Sayang Bunda yang dapat
diunduh melalui smartphone. Aplikasi tersebut berguna apabila terdapat ibu hamil
yang mengalami keluhan agar dapat langsung menyampaikan melalui aplikasi Sayang
Bunda, sehingga kader dan petugas kesehatan akan melakukan pemantauan dan
mengunjungi rumah ibu hamil.
Selama pandemi Covid-19, Sanpiisan tetap berjalan seiring dengan diterapkannya
proses digitalisasi. Mulai dari pendataan, skrining oleh kader, janji temu, konsultasi
online, dan call emergency, menjadikan masyarakat mudah mengakses layanan
kesehatan tanpa harus tatap muka. Adapun inovasi SAN PIISAN ini masuk dalam Top
45 Inovasi Pelayanan Publik 2021 oleh Kementerian PANRB.
Sumber: https://indohcf-award.com/innovation-detail/1203; https://www.menpan.go.id/site/berita-
terkini/sanpiisan-solusi-cegah-kematian-ibu-dan-anak-di-kota-semarang

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 34


IV.KEBIJAKAN DAN STRATEGI KE DEPAN

Arah kebijakan untuk mendorong pencapaian tujuan 3: Kehidupan Sehat dan


Sejahtera mengacu pada visi dan misi Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Jawa
Tengah tahun 2018-2023, yaitu antara lain:
1) Peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan dengan kebijakan: (a)
Percepatan Universal Health Coverage (UHC), (b) Peningkatan mutu pelayanan
kesehatan, (c) Optimalisasi Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
(SPGDT), (d) Health Tourism, serta (e) Sinergitas pengelolaan UKM UKP (RS Tanpa
Dinding).
2) Peningkatan upaya paradigma sehat dengan kebijakan: (a) Peningkatan Upaya
Promotif Preventif melalui GERMAS, (b) Peningkatan peran serta masyarakat,
swasta dan lintas sektor, (c) Peningkatan kesehatan keluarga, (d) Peningkatan
kesehatan lingkungan, (e) Peningkatan gizi masyarakat, serta (f) Program Indonesia
Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS PK).
3) Pencegahan dan pengendalian penyakit dengan kebijakan: (a) Pencegahan dan
pengendalian faktor risiko penyakit menular dan penyakit tidak menular, napza dan
kesehatan jiwa, (b) Peningkatan surveilans ketat dan kewaspadaan dini, (c)
Peningkatan mutu dan cakupan imunisasi, (d) Penanggulangan Bencana dan KLB
serta krisis bencana.
4) Pemenuhan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dengan kebijakan: (a)
Penyediaan buffer stock obat program, (b) Pemenuhan sarana prasarana
(perbekalan kesehatan) sesui standar, (c) Pembinaan sarana produksi distribusi
kefarmasian, (d) Pembinaan sarana pelayanan kefarmasian (e) Pembinaan dan
pengawasan industri makanan dan minuman serta (f) Pembinaan dan pengawasan
sarana perbekes.
5) Peningkatan kualitas SDM kesehatan dengan kebijakan: (a) Penguatan perencanaan
SDM Kesehatan, (b) Peningkatan diklat, (c) Penguatan pembinaan dan pengawasan
SDM Kesehatan, serta (d) Penguatan koordinasi lintas sektor dan program.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 35


TUJUAN 3. KEHIDUPAN SEHAT DAN SEJAHTERA
2018 2019 2020 2021
KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs TARGET (PERPRES SUMBER STATUS
INDI- SATUAN KET.
NASIONAL PROVINSI 59/2017) DATA BASE- TAR- REALI- TAR- REALI- TAR- CAPAIAN
KATOR REALISASI
LINE GET SASI GET SASI GET

Tujuan 3. Menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan seluruh penduduk semua usia

Target 3.1 Pada tahun 2030, mengurangi rasio angka kematian ibu hingga kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup
Menurunnya angka Kematian ibu
kematian ibu per 100 ribu hamil yang
Angka Kematian Ibu Angka Kematian Ibu Dinas 100.000
3.1.1* kelahiran hidup pada 78,60 87 76,93 85,5 98,60 84 199,00 terpapar
(AKI). (AKI). Kesehatan /KH
tahun 2019 menjadi 306 Covid-19
(2010: 346). cukup tinggi
Proporsi perempuan Proporsi perempuan
pernah kawin umur pernah kawin umur Meningkatnya persentase
Tren menurun
15-49 tahun yang 15-49 tahun yang persalinan oleh tenaga
Dinas dan tidak
3.1.2* proses melahirkan proses melahirkan kesehatan terampil pada % 99,30 100 99,64 100 99,74 100 99,66
Kesehatan memenuhi
terakhirnya ditolong terakhirnya ditolong tahun 2019 menjadi 95 %
target
oleh tenaga oleh tenaga (2015: 91,51%).
kesehatan terlatih. kesehatan terlatih.
Persentase Persentase
Terbatasnya
perempuan pernah perempuan pernah Meningkatnya persentase
pelayanan
kawin umur 15-49 kawin umur 15-49 persalinan di fasilitas
persalinan di
3.1.2. (a) tahun yang proses tahun yang proses pelayanan kesehatan pada BPS % 97,71 PM 98,08 PM 98,05 PM 97,90
faskes akibat
melahirkan melahirkan tahun 2019 menjadi 85%
pandemi
terakhirnya di terakhirnya di (2015:75%)
Covid-19
fasilitas kesehatan. fasilitas kesehatan.
Target 3.2 Pada tahun 2030, mengakhiri kematian bayi baru lahir dan balita yang dapat dicegah, dengan seluruh negara berusaha menurunkan Angka Kematian Neonatal setidaknya hingga 12 per 1000 KH (Kelahiran Hidup)
dan Angka Kematian Balita 25 per 1000
Angka Kematian
Angka Kematian
Balita (AKBa) per (tidak ada dalam lampiran Dinas 1.000/
3.2.1* Balita (AKBa) per 9,48 10,47 9,63 10,45 8,99 10,45 8,95
1000 kelahiran Perpres 59/2017) Kesehatan KH
1000 kelahiran hidup
hidup.
Kematian bayi
Angka Kematian
Angka Kematian akibat
Neonatal (AKN) per (tidak ada dalam lampiran 1.000/
3.2.2* Neonatal (AKN) per SDKI 6,27 NA 5,76 NA 5,64 NA 5,85 terpapar
1000 kelahiran Perpres 59/2017) KH
1000 kelahiran hidup. Covid-19 yang
hidup.
cukup tinggi
Menurunnya AKB per 1000
Angka Kematian Angka Kematian Bayi
kelahiran hidup pada Dinas 1.000/
3.2.2. (a) Bayi (AKB) per 1000 (AKB) per 1000 8,36 8,3 8,24 8,10 7,79 8 7,87
tahun 2019 menjadi 24 Kesehatan KH
kelahiran hidup. kelahiran hidup.
(2012-2013: 32).
Meningkatnya persentase Pelayanan
Persentase Persentase
kabupaten/ kota yang Dinkes kesehatan
kabupaten/kota kabupaten/kota yang
mencapai 80% imunisasi bekerja yang dialihkan
3.2.2. (b) yang mencapai 80% mencapai 80% % NA NA 100 NA 100 NA 74,29
dasar lengkap pada bayi sama untuk
imunisasi dasar imunisasi dasar
pada tahun 2019 menjadi Kemenkes penanganan
lengkap pada bayi. lengkap pada bayi.
95% (2015: 71,2%). Covid-19

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 36


2018 2019 2020 2021
KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs TARGET (PERPRES SUMBER STATUS
INDI- SATUAN KET.
NASIONAL PROVINSI 59/2017) DATA BASE- TAR- REALI- TAR- REALI- TAR- CAPAIAN
KATOR REALISASI
LINE GET SASI GET SASI GET

Target 3.3 Pada tahun 2030, mengakhiri epidemi AIDS, tuberkulosis, malaria, dan penyakit tropis yang terabaikan, dan memerangi heaptitis, penyakit bersumber air, serta penyakit menular lainnya
Mulai 2020
indikator
Menurunnya prevalensi Dinkes
sudah tidak
Prevalensi HIV pada Prevalensi HIV pada HIV pada populasi dewasa bekerja
3.3.1. (a) % 0,03 0,5 0,78 0,5 NA 0,5 NA ada, berubah
populasi dewasa. populasi dewasa. tahun 2019 menjadi <0,5% sama
menjadi
(2014: 0,46%). Kemenkes
Menurunnya
Insiden HIV
Menurunnya prevalensi
Per
Insiden Tuberkulosis Insiden Tuberkulosis Tuberculosis (TB) per
100.000
3.3.2. (a) (ITB) per 100.000 (ITB) per 100.000 100.000 penduduk pada Kemenkes 144,97 NA 210 NA 118 NA 115
pendud-
penduduk. penduduk. tahun 2019 menjadi 245
uk
(2013: 297).

Kejadian Malaria per Kejadian Malaria per (tidak ada dalam lampiran Dinas per 1000
3.3.3* 0,02 0,06 0,012 0,06 0,01 0,06 0,024
1000 orang. 1000 orang Perpres 59/2017) Kesehatan orang

Meningkatnya jumlah
Jumlah Jumlah
kabupaten/kota dengan
kabupaten/kota kabupaten/kota yang Dinas Kab/
3.3.3. (a) eliminasi malaria pada 31 33 33 33 33 33 33
yang mencapai mencapai eliminasi Kesehatan Kota
tahun 2019 menjadi 300
eliminasi malaria. malaria.
(2013: 212).
Persentase Persentase
kabupaten/kota kabupaten/kota yang
(tidak ada dalam lampiran Dinas
3.3.4. (a) yang melakukan melakukan deteksi % 25,7 28,6 31,4 31,4 42,8 34,3 65,71
Perpres 59/2017) Kesehatan
deteksi dini untuk dini untuk infeksi
infeksi Hepatitis B. Hepatitis B.
Juta
Jumlah orang yang Jumlah orang yang orang
memerlukan memerlukan Dinkes 7,9 8,3 8,2 5,6 5,3 429 371
(Filaria
intervensi terhadap intervensi terhadap (tidak ada dalam lampiran bekerja sis)
3.3.5*
penyakit tropis yang penyakit tropis yang Perpres 59/2017) sama
terabaikan (Filariasis terabaikan (Filariasis Kemenkes orang
1,422 1,576 1,261 1,184 931 NA 909
dan Kusta). dan Kusta). (kusta)

Meningkatnya jumlah
Jumlah provinsi Jumlah provinsi
provinsi dengan eliminasi
3.3.5 (a) dengan eliminasi dengan eliminasi Kemenkes provinsi NA NA 1 NA 1 NA 1
kusta sebanyak 34 provinsi
kusta kusta
pada tahun 2019 (2013:20).
Jumlah kabupaten/ Jumlah kabupaten/
kota dengan kota dengan Meningkatnya jumlah Dinkes
eliminasi filariasis eliminasi filariasis kabupaten/kota dengan bekerja Kab/
3.3.5.(b) NA NA 0 NA 0 NA 0
(berhasil lolos dalam (berhasil lolos dalam eliminasi filariasis pada sama Kota
survei penilaian survei penilaian tahun 2019 menjadi 35. Kemenkes
transmisi tahap I). transmisi tahap I).

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 37


2018 2019 2020 2021
KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs TARGET (PERPRES SUMBER STATUS
INDI- SATUAN KET.
NASIONAL PROVINSI 59/2017) DATA BASE- TAR- REALI- TAR- REALI- TAR- CAPAIAN
KATOR REALISASI
LINE GET SASI GET SASI GET

Target 3.4 Pada tahun 2030, mengurangi hingga sepertiga angka kematian dini akibat penyakit tidak menular, melalui pencegahan dan pengobatan, serta meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan
Berdasarkan
hasil Riskesdas
Menurunnya persentase
tahun 2018
Persentase merokok Persentase merokok merokok pada penduduk Dinkes,
(belum ada
3.4.1 (a) pada penduduk pada penduduk umur usia ≤18 tahun pada tahun Kemenkes % 9,1 NA 9,1 NA 9,1 NA 15
pelaksanaan
umur ≤ 18 tahun ≤ 18 tahun 2019 menjadi 5,4% (2013: Riskesdas
Riset
7,2%).
Kesehatan
Terbaru)
Dinkes
Menurunnya prevalensi
Bekerja-
Prevalensi tekanan Prevalensi tekanan tekanan darah tinggi pada
3.4.1. (b) sama kasus 37,6 NA 37,6 NA 37,6 NA 37,6
darah tinggi darah tinggi tahun 2019 menjadi 24,3%
Kemenkes
(2013: 25,8%).
Sirkesnas
Tidak meningkatnya
Prevalensi obesitas Prevalensi obesitas prevalensi obesitas pada Kemenkes
3.4.1. (c) pada penduduk pada penduduk umur penduduk usia 18 tahun ke (Riskes % 20,4 NA 20,4 NA 20,4 NA 20,4
umur ≥18 tahun ≥18 tahun atas pada tahun 2019 das)
menjadi 15,4% (2013: 15,4%).
Kema-
Angka kematian Angka kematian Sistim
(tidak ada dalam lampiran tian per Kewenangan
3.4.2* (insidens rate) akibat (insidens rate) akibat Registrasi 0 NA 0 NA 0 NA 0,00059
Perpres 59/2017) 100.000 Pusat
bunuh diri) bunuh diri) Sample
pnddk
Meningkatnya jumlah
Jumlah kabupaten/ Jumlah
Kabupaten/Kota yang Tren
kota yang memiliki kabupaten/kota yang Dinkes
memiliki puskesmas yang meningkat
puskesmas yang memiliki puskesmas bekerja Kab/ 13 14 23 24 25 28
3.4.2. (a) menyelenggarakan upaya 80 Puskesmas namun tidak
menyelenggarakan yang sama Kota (37%) (40%) (65.71%) (70%) (71,40%) (80%)
kesehatan jiwa pada tahun memenuhi
upaya kesehatan menyelenggarakan Kemenkes
2019 menjadi 280 (2015: target
jiwa upaya kesehatan jiwa
80).

Target 3.5 Memperkuat pencegahan dan pengobatan penyalahgunaan zat, termasuk penyalahgunaan narkotika dan penggunaan alkohol yang membahayakan
Jumlah Jumlah
penyalahguna penyalahguna
narkotika dan narkotika dan
pengguna alkohol pengguna alkohol (tidak ada dalam lampiran
3.5.1 (a) BNN Orang 195 60 333 NA 73 NA 55
yang merugikan, yang merugikan, Perpres 59/2017)
yang mengakses yang mengakses
layanan rehabilitasi layanan rehabilitasi
medis medis
Jumlah yang Jumlah yang
(tidak ada dalam lampiran
3.5.1 (b) mengakses layanan mengakses layanan BNN Orang 69 NA 198 NA 239 NA 42
Perpres 59/2017)
pasca rehabilitasi pasca rehabilitasi

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 38


2018 2019 2020 2021
KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs TARGET (PERPRES SUMBER STATUS
INDI- SATUAN KET.
NASIONAL PROVINSI 59/2017) DATA BASE- TAR- REALI- TAR- REALI- TAR- CAPAIAN
KATOR REALISASI
LINE GET SASI GET SASI GET

Meningkatnya jumlah
korban penyalahgunaan
Jumlah korban Jumlah korban
NAPZA yang
penyalahgunaan penyalahgunaan
mendapatkan rehabilitasi
NAPZA yang NAPZA yang
sosial di dalam panti
3.5.1 (c) mendapatkan mendapatkan BNN Orang 40 15 36 NA 73 NA 551
sesuai standar pelayanan
rehabilitasi sosial di rehabilitasi sosial di
pada tahun 2019 menjadi
dalam panti sesuai dalam panti sesuai
210 (2015: 200) dan di luar
standar pelayanan standar pelayanan
panti pada tahun 2019
menjadi 4.319 (2015: 1.464).
Jumlah Lembaga Jumlah Lembaga Meningkatnya jumlah
Rehabilitasi Sosial Rehabilitasi Sosial Lembaga Rehabilitasi
Korban Korban Sosial Korban
Lem-
3.5.1 (d) Penyalahgunaan Penyalahgunaan Penyalahgunaan NAPZA BNN 17 5 15 NA 9 NA 8
baga
NAPZA yang telah NAPZA yang telah yang telah dibantu pada
dikembangkan/ dikembangkan/ tahun 2019 menjadi 85
dibantu dibantu (2015: 75).
Terkendalinya laju
prevalensi
Prevalensi Prevalensi
penyalahgunaan narkoba
3.5.1. (e) penyalahgunaan penyalahgunaan BNN % NA 0 1,3 NA NA NA NA
pada akhir tahun 2019
narkoba. narkoba.
menjadi angka 0,02%
(2015: 0,05%).
Konsumsi alkohol Konsumsi alkohol
(liter per kapita) oleh (liter per kapita) oleh
(tidak ada dalam lampiran Susenas
3.5.2* penduduk umur ≥ 15 penduduk umur ≥ 15 % NA PM 0,05 PM 0,06 PM 0,04
Perpres 59/2017) BPS
tahun dalam satu tahun dalam satu
tahun terakhir tahun terakhir
Target 3.6 Pada tahun 2030, mengurangi hingga setengah jumlah kematian global dan cedera dari kecelakaan lalu lintas

Angka kematian Meningkat


Angka kematian
akibat cedera fatal (tidak ada dalam lampiran
3.6.1 akibat cedera fatal POLDA orang 4.113 NA 3.974 NA 2.540 NA 3,750 menjadi 1.210
kecelakaan lalu Perpres 59/2017)
kecelakaan lalu lintas orang
lintas
Target 3.7 Pada tahun 2030, menjamin akses universal terhadap layanan kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk keluarga berencana, informasi dan pendidikan, dan integrasi kesehatan reproduksi ke dalam strategi dan
program nasional
Proporsi perempuan Proporsi perempuan
usia reproduksi (15- usia reproduksi (15-49
49 tahun) atau tahun) atau Meningkatnya angka Tren menurun
pasangannya yang pasangannya yang prevalensi pemakaian
dan tidak
3.7.1* memiliki kebutuhan memiliki kebutuhan kontrasepsi suatu cara BKKBN % 62,6 NA 73,69 NA 73,42 NA 60,3
mencapai
keluarga berencana keluarga berencana pada tahun 2019 menjadi
target
dan menggunakan dan menggunakan 66% (2012-2013 :61,9%).
alat kontrasepsi alat kontrasepsi
metode modern. metode modern.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 39


2018 2019 2020 2021
KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs TARGET (PERPRES SUMBER STATUS
INDI- SATUAN KET.
NASIONAL PROVINSI 59/2017) DATA BASE- TAR- REALI- TAR- REALI- TAR- CAPAIAN
KATOR REALISASI
LINE GET SASI GET SASI GET

Angka prevalensi Angka prevalensi Meningkatnya cakupan


penggunaan penggunaan metode angka pemakaian
metode kontrasepsi kontrasepsi (CPR) kontrasepsi semua cara
(CPR) semua cara semua cara pada pada perempuan usia 15-
3.7.1. (a) BPS % 66,86 PM 73,42 PM NA PM NA
pada Pasangan Usia Pasangan Usia Subur 49 tahun untuk 40%
Subur (PUS) usia 15- (PUS) usia 15-49 penduduk berpendapatan
49 tahun yang tahun yang berstatus terbawah pada tahun 2019
berstatus kawin. kawin. menjadi 65%.
Meningkatnya angka
penggunaan metode
Persentase Persentase
kontrasepsi jangka
penggunaan Metode penggunaan Metode
3.7.1. (b) panjang (MKJP) cara DP3AKB % 27,43 28 28,11 28,5 28,69 29 28,42
Kontrasepsi Jangka Kontrasepsi Jangka
modern pada tahun 2019
Panjang (MKJP) Panjang (MKJP)
menjadi 23,5% (2012-
2013:18,3%).
Menurunnya angka Kelahi
Angka kelahiran Angka kelahiran pada
kelahiran pada remaja usia ran per
pada perempuan perempuan umur 15-
15-19 tahun (age specific 1000
3.7.2* umur 15-19 tahun 19 tahun (Age BKKBN 31 30 32,07 NA 32,9 NA 15,1
fertility rate/ASFR) pada peremp
(Age Specific Specific Fertility
tahun 2019 menjadi 38 uan (15-
Fertility Rate/ASFR). Rate/ASFR).
(2012-2013: 48). 19 thn)
Menurunnya Total Fertility Jumlah
Total Fertility Rate Total Fertility Rate Rate (TFR) pada tahun anak per 2,3 -
3.7.2. (a) BKKBN 2,26 2,3 2,24 2,27 2,22 2,09
(TFR). (TFR). 2019 menjadi 2,28 WUS (15- 2,4
(2012:2,6). 49 thn)
Target 3.8 Mencapai cakupan kesehatan universal, termasuk perlindungan risiko keuangan, akses terhadap pelayanan kesehatan dasar yang baik, dan akses terhadap obat-obatan dan vaksin dasar yang aman, efektif,
berkualitas, dan terjangkau bagi semua orang
Dipengaruhi
Menurunnya unmeet need penurunan
Unmet need
Unmet need pelayanan kesehatan pada Susenas cakupan
3.8.1. (a) pelayanan % 4,84 PM 4,84 PM 5,83 PM 8,28
pelayanan kesehatan. tahun 2019 menjadi 9,91% BPS jaminan
kesehatan.
(2012-2013:11,4%). kesehatan
nasional
Jumlah penduduk Jumlah penduduk
yang dicakup yang dicakup
asuransi kesehatan asuransi kesehatan
(tidak ada dalam lampiran Susenas
3.8.2* atau sistem atau sistem % 70,17 PM 76,90 PM 76,48 PM NA
Perpres 59/2017) BPS
kesehatan kesehatan
masyarakat per 1000 masyarakat per 1000
penduduk. penduduk.
Meningkatnya cakupan Tren
Cakupan Jaminan Cakupan Jaminan Jaminan Kesehatan meningkat
BPS, BPJS
3.8.2. (a) Kesehatan Nasional Kesehatan Nasional Nasional (JKN) pada tahun % 81,14 PM 81,14 PM 82,43 PM 83,86 namun tidak
Kesehatan
(JKN). (JKN). 2019 minimal 95% memenuhi
(2015:60%). target

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 40


2018 2019 2020 2021
KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs TARGET (PERPRES SUMBER STATUS
INDI- SATUAN KET.
NASIONAL PROVINSI 59/2017) DATA BASE- TAR- REALI- TAR- REALI- TAR- CAPAIAN
KATOR REALISASI
LINE GET SASI GET SASI GET

Target 3.a Memperkuat pelaksanaan the Framework Convention on Tobacco Control WHO di seluruh negara sebagai langkah yang tepat

Persentase merokok Persentase merokok


(tidak ada dalam lampiran Susenas Meningkat
3.a.1* pada penduduk pada penduduk umur % 30,79 PM 27,4 PM 27,70 PM 28,24
Perpres 59/2017) BPS 0,54%
umur ≥ 15 tahun ≥ 15 tahun

Target 3.b Mendukung penelitian dan pengembangan vaksin dan obat penyakit menular dan tidak menular yang terutama berpengaruh terhadap negara berkembang, menyediakan akses terhadap obat dan vaksin dasar
yang terjangkau, sesuai the Doha Declaration tentang the TRIPS Agreement and Public Health, yang menegaskan hak negara berkembang untuk menggunakan secara penuh ketentuan dalam Kesepakatan atas Aspek-Aspek
Perdagangan dari Hak Kekayaan Intelektual terkait keleluasaan untuk melindungi kesehatan masyarakat, dan khususnya, menyediakan akses obat bagi semua
Persentase Persentase Dinkes
ketersediaan obat ketersediaan obat (tidak ada dalam lampiran berkerja-
3.b.1. (a) % 0 70 95 75 91 80 99,66
dan vaksin di dan vaksin di Perpres 59/2017) sama
Puskesmas. Puskesmas. Kemenkes
Target 3.c Meningkatkan secara signifikan pembiayaan kesehatan dan rekrutmen, pengembangan, pelatihan, dan retensi tenaga kesehatan di negara berkembang, khususnya negara kurang berkembang, dan negara
berkembang pulau kecil
Dokter: 0,20
Dokter Gigi:
0,042
Dokter Dokter Perawat:1,37
Dokter
: 0,17 : 0,19 Bidan: 0,69
: 0,39
Dokter Dokter Farmasi: 0,31
Peraw
Tenaga Gigi: Gigi: Kesehatan
at: 1,28
Kepadatan dan Kepadatan dan keseha 0,04 0,04 Masyarakat:
(tidak ada dalam lampiran Bidan:
3.c.1* distribusi tenaga distribusi tenaga BPS tan/ PM Peraw PM Peraw PM 0,061
Perpres 59/2017) 0,68
kesehatan. kesehatan. 1000 at: 1,29 at: 1,37 Kesehatan
Farma
pnddk Bidan: Bidan: Lingkungan:
si: 0,23
0,67 0,63 0,050
Gizi:
Farma Farma Tenaga Gizi:
0,06
si: 0,22 si: 0,27 0,065
Ahli Teknologi
Laboratorium
Medik: 0,12

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 41


Tujuan 4: Pendidikan Yang Berkualitas

I. PENDAHULUAN

Tujuan 4 yaitu menjamin kualitas Pendidikan yang inklusif dan merata serta
meningkatkan kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua, dengan target untuk
mejamin semua anak usia sekolah mendapatkan layanan dan fasilitas pendidikan.
Pencapaian target tujuan 4 Provinsi Jawa Tengah difokuskan pada: (1) Angka Partisipasi;
(2) Akreditasi Satuan Pendidikan; (3) Sarana dan Prasarana Pendidikan; serta (4) Kualitas
Tenaga Pendidik.

II. STATUS CAPAIAN

A. PENCAPAIAN INDIKATOR TPB YANG MENGALAMI KEMAJUAN


1) Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/SMK/MA/Sederajat dan Perguruan Tinggi
APK Provinsi Jawa Tengah menunjukkan jumlah penduduk yang sudah
memanfaatkan fasilitas pendidikan jenjang tertentu, baik penduduk usia sekolah
maupun penduduk di luar kelompok usia sekolah tertentu di Provinsi Jawa Tengah.
Angka Partisipasi Kasar (APK) merupakan indikator yang paling sederhana untuk
mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan.
Tujuan 4: Pendidikan yang Berkualitas
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu-
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
4.3.1 Angka Partisipasi Kasar
Susenas
(a) (APK) SMA/SMK/MA/ % 84,15 PM 86,76 PM 86,83 PM 86,65
BPS
Sederajat
4.3.1 Angka Partisipasi Kasar
Susenas
(b) (APK) Perguruan Tinggi % 18,22 PM 21,8 PM 22,62 PM 23,86
BPS
(PT)

Ditingkat pendidikan menengah, Capaian APK SMA/SMK/MA/Sederajat


menunjukkan tren yang cenderung meningkat. Menurut tipe daerah dan jenis kelamin,
APK SMA/SMK/MA/Sederajat tahun 2021 lebih tinggi di daerah perkotaan (88,79
persen) dibandingkan daerah perdesaan (84,21 persen), dengan proporsi perempuan
(89 persen) yang lebih banyak dibandingkan laki-laki (84,48 persen).
Capaian APK pada jenjang pendidikan Perguruan Tinggi (PT) juga menunjukkan
kecenderungan yang meningkat dalam kurun waktu 2018 hingga 2021. Faktor biaya
pendidikan yang lebih malah menjadi salah satu yang menyebabkan rendahnya
partisipasi pendidikan tinggi dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya.
Namun, upaya meringankan biaya pendidikan tinggi terus dilakukan oleh pemerintah
melalui adanya beasiswa Bidik Misi khususnya bagi siswa miskin dan berprestasi,
disamping banyaknya beasiswa-beasiswa lain dari berbagai pihak seperti universitas,
perusahaan maupun lembaga donor.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 42


2) Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Umur ≥ 15 Tahun
Rata-rata lama sekolah penduduk umur ≥15 tahun adalah jumlah tahun belajar
yang digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal. Tingginya angka
rata-rata lama sekolah menunjukkan jenjang pendidikan yang pernah/sedang
diduduki oleh seseorang. Semakin tinggi angka rata-rata lama sekolah maka semakin
tinggi jenjang pendidikan yang sudah ditempuh.
Tujuan 4: Pendidikan yang Berkualitas
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber
Indi- Nama Indikator Satuan line get sasi get sasi get sasi
Data
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
4.1.1 Rata-rata lama sekolah Susenas
Tahun 7,35 PM 7,53 PM 7,69 PM 7,75
(g) penduduk ≥15 tahun BPS

Rata-rata lama sekolah penduduk umur ≥15 tahun di Jawa Tengah cenderung
meningkat dalam kurun waktu tahun 2018 hingga 2021. Capaian RLS tahun 2021
menunjukkan angka 8,26 tahun. Artinya rata-rata penduduk Jawa Tengah yang berusia
15 tahun ke atas telah menempuh pendidikan selama 8,26 tahun atau telah
menamatkan kelas VIII untuk jenjang SMP/MTs/Sederajat. Apabila dilihat berdasarkan
jenis kelamin, rata-rata lama sekolah penduduk umur ≥15 tahun laki-laki lebih tinggi
daripada perempuan yaitu berturut-turut 8,17 tahun dan 7,34 tahun.

3) Persentase Angka Melek Aksara


Melek aksara berkaitan dengan kemampuan baca-tulis seseorang. Umumnya,
angka melek aksara dihitung dari persentase populasi dewasa yang mampu membaca
dan menulis. Angka melek aksara menjadi salah satu tolok ukur dalam
mempertimbangkan kemampuan sumber daya manusia di suatu daerah.
Capaian persentase angka melek aksara pada penduduk berdasarkan kelompok
umur tertentu di Jawa Tengah menunjukkan kecenderungan meningkat setiap
tahunnya. Angka melek aksara dengan persentase tertinggi terdapat pada penduduk
kelompok umur 15-24 tahun, dengan persentasenya pada tahun 2021 mencapai 99,97
persen. Sedangkan persentase angka melek aksara penduduk umur 15-59 tahun
sebesar 98,19 persen pada tahun 2021. Apabila dilihat secara keseluruhan, diketahui
bahwa lebih dari 90 persen penduduk usia lebih dari 15 tahun di Jawa Tengah sudah
memiliki kemampuan membaca dan menulis.
Tujuan 4: Pendidikan yang Berkualitas
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali Tar- Reali-
Sumber Satu-
Indi- Nama Indikator line get sasi get -sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Persentase angka melek
4.6.1 Susenas
aksara penduduk umur % 93,45 PM 93,54 PM 93,62 PM 93,79
(a) BPS
≥15 tahun
Persentase angka melek
Susenas
aksara penduduk umur % 99,88 PM 99,92 PM 99,95 PM 99,97
BPS
4.6.1 15-24 tahun
(b) Persentase angka melek
Susenas
aksara penduduk umur % 97,73 PM 97,82 PM 97,97 PM 98,19
BPS
15-59 tahun

4) Keterampilan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)


Dalam rangka membangun keterampilan abad 21 pada era revolusi industri 4.0,
maka kemampuan, pemahaman dan skill/keterampilan terhadap teknologi informasi
dan komunikasi (TIK) mutlak diperlukan, khususnya dalam penyelenggaraan

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 43


pendidikan baik peserta didik maupun tenaga pendidik yang didukung dengan sarana
prasarana pendidikan. Keterampilan teknologi dan informasi pada penduduk usia
produktif (15-59 tahun) ditunjukkan pada indikator proporsi remaja dan dewasa
dengan keterampilan teknologi dan komunikasi (TIK).
Dalam kurun waktu tahun 2018 hingga 2021, capaian indikator keterampilan TIK
menunjukkan adanya peningkatan setiap tahunnya. Proporsi penduduk yang terampil
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi didominasi oleh remaja (15-24
tahun) sebesar 96,56 persen. Namun, proporsi pada penduduk dewasa juga cukup
tinggi yaitu sebesar 71,15 persen pada tahun 2021.
Tujuan 4: Pendidikan yang Berkualitas
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber
Indi- Nama Indikator Satu an line get sasi get sasi get sasi
Data
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Proporsi remaja dan Susenas % Remaja
dewasa dengan 83,33 PM 90,93 PM 94,02 PM 96,56
BPS (15-24)
4.4.1* keterampilan
teknologi informasi Susenas % Dewasa
48,63 PM 58,75 PM 65,78 PM 71,15
dan komunikasi (TIK) BPS (15-59)

B. PENCAPAIAN INDIKATOR TPB YANG MEMERLUKAN PERHATIAN


1) Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD dan SMA/SMK/MA/Sederajat
Tren APK di Jawa Tengah Perkembangan APK SD/MI/
107.74
Sederajat menunjukkan nilai yang
106.32 106.4
91.7 93.21 94 paling tinggi dibandingkan jenjang
86.76 86.83 86.65 pendidikan formal lainnya. Capaian
48.72 50.24 47.33 APK SD/MI/Sederajat sejak 2018
21.8 22.62 23.86 hingga 2021 menunjukkan
kecenderungan yang menurun
2019 2020 2021 sebesar 108,18%; 107,74%; 106,32% dan
PAUD
SMP/MTs/Sederajat
SD/MI/Sederajat
SMA/SMK/MA/Sederajat 106.4%
PT
Capaian yang melebihi 100 persen
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2021
Gambar 18. Tren APK Jawa Tengah tersebut mengindikasikan bahwa
terdapat siswa diluar usia jenjang
SD/MI/Sederajat yang mengenyam pendidikan SD/MI/Sederajat. Selain itu, dapat
juga dikarenakan adanya siswa di luar wilayah yang bersekolah di wilayah Jawa
Tengah. Pencapaian ini menunjukkan keberhasilan program pendidikan yang
diselenggarakan dalam rangka memperluas kesempatan bagi penduduk untuk
mengenyam pendidikan.
Sama dengan APK jenjang pendidikan SD/MI/Sederajat, APK PAUD dan capaian
APK SMP/MTs/Sederajat menunjukkan adanya penurunan apabila dibandingkan
dengan baseline tahun 2018. Penurunan nilai APK pada dua jenjang pendidikan
tersebut menggambarkan terjadinya penurunan partisipasi atau jumlah anak yang
bersekolah pada jenjang pendidikan pra-sekolah dan pendidikan dasar.
Berdasarkan data pokok pendidikan tahun 2021, Angka Partisipasi Kasar (APK)
PAUD di Jawa Tengah mengalami penurunan cukup signifikan yaitu dari 50,24 persen
(tahun 2020) menjadi 47,33 persen. Sedangkan penurunan nilai APK
SMA/SMK/MA/Sederajat sebesar 0,18 persen. Meski demikian, capaian APK PAUD

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 44


dan SMA/SMK/MA/Sederajat telah melampaui APK tingkat nasional, yang berturut-
turut berada di angka 35,59 persen dan 85,23 persen.
Data BPS tahun 2021
menunjukkan partisipasi pada
jenjang pendidikan Pra Sekolah
cenderung didominasi oleh
anak berusia 5-6 tahun dengan
persentase berkisar 85 persen,
diikuti anak usia 3-4 tahun
dengan kisaran 31 persen.
Rendahnya partisipasi anak usia
3-4 tahun mengikuti pendidikan
pra sekolah selain faktor minat,
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2021 (divisualisasi)
Gambar 19. Partisipasi Pendidikan Pra Sekolah juga disebabkan belum
di Jawa Tengah meratanya ketersediaan sarana
sekolah PAUD tersebut. Apabila
dilihat menurut tipe daerah, partisipasi anak yang pernah/sedang mengikuti
pendidikan PAUD di perdesaan sedikit lebih tinggi dibanding di perkotaan.
Tujuan 4: Pendidikan yang Berkualitas
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu-
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
4.2.2 Angka Partisipasi Kasar
Susenas
(a) (APK) Pendidikan Anak % 49,77 PM 48,72 PM 50,24 PM 47,33
BPS
Usia Dini (PAUD)
4.1.1 Angka Partisipasi Kasar Susenas
% 108,18 PM 107,74 PM 106,32 PM 106,4
(d) (APK) SD/MI/Sederajat BPS
4.1.1 Angka Partisipasi Kasar
Susenas
(e) (APK) SMP/MTs/ % 99,8 PM 91,7 PM 93,21 PM 94
BPS
Sederajat

C. TANTANGAN DAN PEMBELAJARAN


Kemajuan suatu daerah ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya yang
berproses melalui pendidikan yang ditempuh. Jawa Tengah masih mengalami kendala
dalam upaya mendorong peningkatan partisipasi sekolah dan pemerataan layanan
pendidikan. Tantangan yang dihadapi oleh Jawa Tengah terkait dengan pelayanan
pendidikan khususnya pada masa pandemi Covid-19 yaitu pemerataan akses dan
kualitas layanan pendidikan daring (online), peningkatan akses pendidikan bagi siswa
miskin dan berkebutuhan khusus, serta fasilitas pendukung di sekolah umum yang
belum memadai serta ketersediaan guru pendamping khusus yang masih minim. Hal
tersebut menjadi penyebab implementasi sekolah inklusi di Jawa Tengah belum
berjalan secara optimal. Kualitas tenaga pendidik yang mumpuni sebagai sarana yang
menyampaikan ilmu kepada peserta didik juga sangat diperlukan karena akan
memengaruhi kualitas peserta didik pula nantinya.
Angka Partisipasi Pendidikan turut menjadi salah satu fokus di Jawa Tengah,
utamanya dalam menangani dan mencegah permasalahan anak putus sekolah yang
dikenal dengan istilah Anak Tidak Sekolah (ATS). Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi
Jawa Tengah terus berupaya untuk mencegah peningkatan angka ATS salah satunya
dengan melakukan intervensi pembiayaan dan program untuk meringankan biaya

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 45


pendidikan secara maksimal. Program ini sudah sering dilaksanakan namun belum
berjalan secara optimal mengingat masih ada anak usia sekolah yang belum dapat
merasakan bangku sekolah sebagaimana mestinya.
Perkembangan zaman diikuti tren dan perkembangan teknologi yang masif
menuntut individu memiliki kemampuan dan pemahaman terhadap teknologi
informasi dan komunikasi (TIK). Kebutuhan akan penggunaan teknologi semakin
meningkat seiring terjadinya pandemi Covid-19 dengan adanya pembatasan
pelaksanaan pendidikan secara tatap muka. Peserta didik maupun tenaga pendidik
didorong untuk dapat memiliki pengetahuan terhadap TIK yang didukung pula dengan
sarana prasarana pendidikan yang memadai. Hal yang sering menjadi tantangan
adalah terbatasnya fasilitas dan sarana prasarana untuk menunjang perkembangan
tersebut. Selain itu dalam bidang pendidikan, hambatan terdapat pada faktor
lingkungan, budaya, serta orang tua yang kurang mendukung atau memiliki minat dan
kepedulian yang rendah terhadap pendidikan.

III. INOVASI DAN PRAKTIK BAIK

1) Program ASELA DIJAKETI Kota Tegal


ASELA DIJAKETI atau Gerakan Ayo
Sekolah Lagi yang Terintegrasi dengan
Pendidikan Kejar Paket dan Inklusi
merupakan program penanganan Anak
Tidak Sekolah (ATS) yang dilaksanakan di
Kota Tegal. ASELA DIJAKETI memiliki ide
utama untuk memberikan akses
pelayanan pendidikan kejar paket yang
mudah dijangkau, berkualitas, setara dan
merata bagi ATS, Anak Rentan Putus Sekolah dan ABK untuk mendapatkan akses dan
pelayanan pendidikan yang sama dengan pendidikan kejar paket di Lembaga
Pendidikan NonFormal seperti PKBM dan SKB Inklusi.
Program ASELA DIJAKETI dilaksanakan dengan sistem pendekatan pelayanan
pendidikan kejar paket di Kelurahan melalui Sanggar kegiatan bangkit belajar (Si
Abang Belajar) dan pelayanan pendidikan inklusi melalui SKB Inklusi (SKB ini secara
khusus ditujukan untuk pendidikan Kejar Paket A, Paket B, dan Paket C bagi Anak
Berkebutuhan Khusus). Lebih lanjut, terdapat assessment diagnose kategori inklusi
oleh Psikolog Profesional, sehingga akan memperoleh pelayanan pendidikan inklusi
sesuai dengan kebutuhannya.
Dalam pelaksanaannya, program ini melibatkan unsur akademisi (psikolog,
mahasiswa), dunia usaha (Bank Jateng), organisasi masyarakat (relawan pendidikan,
penilik dan tutor non formal), serta adanya dukungan dari UNICEF sebagai mitra
pelaksana program. Pada tahun 2021, program ini pun mampu mendorong 16 ABK (dari
total 30 ABL) mengikuti SKB Inklusi, 108 ATS mengikuti pendidikan kejar paket melalui
Si Abang Belajar, serta mampu mengembalikan 65 Anak Rentan Putus Sekolah ke
pendidikan formal, 5 anak ke sekolah inklusi dan 18 anak Remidial Teaching.
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tegal

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 46


2) Gerakan Literasi Sukoharjo (GELIS)
Gerakan Literasi Sukoharjo (Gelis) adalah
sebuah program yang diluncurkan oleh Dinas
Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Sukoharjo.
“Gelis” dilaksanakan dengan melakukan penguatan
literasi untuk kesejahteraan. Program penguatan
literasi untuk kesejahteraan diselaraskan dengan
Tujuan Pembangunan Berkelajutan (TBP) di
Indonesia yang memfokuskan pada mencerdaskan bangsa, kesetaraan gender,
pendidikan berkualitas, dan pengentasan kemiskinan. Adapun kegiatan dalam
program “Gelis” yakni, Kemilau Perpus (Kelas Menulis Perpustakaan), pelatihan literasi
teknologi informasi untuk perempuan dan UMKM, pendampingan pengembangan
perpustakaan desa/kelurahan, Kenari Perpus (Kelas Menari Perpustakaan), Kelas
BisOn (Kelas Bisnis Online) dan Kelas Storytelling.
Sumber: https://disarpus.sukoharjokab.go.id/submenu/gelis

IV.KEBIJAKAN DAN STRATEGI KE DEPAN

Kebijakan dan strategi ke depan untuk mendorong pencapaian tujuan 4:


Pendidikan yang Berkualitas berdasarkan RPJMD Provinsi Jawa Tengah tahun 2018-
2023 yaitu perbaikan kualitas dan akses penyelenggaraan pendidikan secara luas, yang
dilakukan melalui: (a) peningkatan keterjangkauan biaya pendidikan bagi seluruh anak
usia sekolah dengan program bantuan pendidikan untuk jenjang pendidikan menengah
dan khusus, baik sekolah negeri maupun swasta; (b) peningkatan distribusi prasarana
dan sarana pendidikan; (c) peningkatan kualitas, dan distribusi pendidik dan tenaga
kependidikan; (d) pengembangan kurikulum berbasis skill, knowledge, attitude dan
learning culture; (e) penguatan pendidikan kejuruan dan vokasi; (f) peningkatan literasi
masyarakat; serta (g) pengembangan nilai-nilai budaya masyarakat.
Salah satu program unggulan Provinsi Jawa Tengah yang sejalan dengan strategi
pencapaian Tujuan 4 TPB adalah Sekolah Tanpa Sekat. Sekolah Tanpa Sekat merupakan
integrasi pendidikan formal, informal, dan non formal kepada seluruh masyarakat yang
berkeadilan dan tanpa diskriminasi serta sebagai perwujudan bahwa urusan pendidikan
tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah tetapi juga menjadi tanggung jawab
keluarga dan masyarakat, antara lain penerapan pendidikan yang terjangkau bagi
seluruh SMA/SMK dan SLB melalui pemberian stimulan Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) dan Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) kepada seluruh SMA/SMK dan SLB
Negeri, serta pemberian tambahan penghasilan bagi Guru Tidak Tetap (GTT) dan
Pegawai Tidak Tetap (PTT).

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 47


TUJUAN 4. PENDIDIKAN BERKUALITAS
2018 2019 2020 2021
KODE
STATUS
INDI- INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs TARGET (PERPRES SUMBER
SATUAN CAPAI- KET.
KA NASIONAL PROVINSI 59/2017) DATA TAR- TAR- TAR- REALI-
BASELINE REALISASI REALISASI AN
TOR GET GET GET SASI

Tujuan 4. Menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta meningkatkan kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua

Tujuan 4.1 Pada tahun 2030, menjamin bahwa semua anak perempuan dan laki-laki menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah tanpa dipungut biaya, setara, dan berkualitas, yang mengarah pada capaian
pembelajaran yang relevan dan efektif
Proporsi anak-anak Proporsi anak-anak
dan remaja: (a) pada dan remaja: (a) pada
kelas 4, (b) tingkat kelas 4, (b) tingkat
akhir SD/ kelas 6, (c) akhir SD/ kelas 6, (c)
tingkat akhir tingkat akhir (tidak ada dalam INAP,
4.1.1* SMP/kelas 9 yg SMP/kelas 9 yg lampiran Perpres Kemendik % NA NA NA NA NA
mencapai standar mencapai standar 59/2017) -bud
kemampuan kemampuan
minimum dalam: (i) minimum dalam: (i)
membaca, (ii) membaca, (ii)
matematika matematika
Meningkatnya
Persentase SD/MI Persentase SD/MI persentase SD/MI
4.1.1 (a) berakreditasi berakreditasi berakreditasi minimal B Disdikbud % 100 100 100 100 100 100 100
minimal B minimal B pada tahun 2019 menjadi
84,2% (2015:68,7%).
Meningkatnya
Persentase Persentase
persentase SMP/MTs
SMP/MTs SMP/MTs
4.1.1 (b) berakreditasi minimal B Disdikbud % 100 100 100 100 100 100 100
berakreditasi berakreditasi
pada tahun 2019 menjadi
minimal B minimal B
81% (2015:62,5%).
Meningkatnya
Persentase SMA/MA Persentase SMA/MA persentase SMA/MA
4.1.1.(c) berakreditasi berakreditasi berakreditasi minimal B Disdikbud % 100 100 100 100 100 100 100
minimal B. minimal B. pada tahun 2019 menjadi
84,6% (2015:73,5%).
Tren
Meningkatnya Angka
menurun,
Angka Partisipasi Angka Partisipasi Partisipasi Kasar (APK)
Susenas lebih
4.1.1.(d) Kasar (APK) Kasar (APK) SD/MI/sederajat pada % 108,18 PM 107,74 PM 106,32 PM 106,4
BPS rendah
SD/MI/sederajat. SD/MI/sederajat. tahun 2019 menjadi
dari
114,09% (2015: 108%).
baseline
Tren
Angka Partisipasi Meningkatnya APK fluktiatif,
Angka Partisipasi
Kasar (APK) SMP/MTs/sederajat Susenas lebih
4.1.1.(e) Kasar (APK) % 99,8 PM 91,7 PM 93,21 PM 94
SMP/MTs/ pada tahun 2019 menjadi BPS rendah
SMP/MTs/sederajat
sederajat. 106,94% (2015: 100,7%). dari
baseline

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 48


2018 2019 2020 2021
KODE
STATUS
INDI- INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs TARGET (PERPRES SUMBER
SATUAN CAPAI- KET.
KA NASIONAL PROVINSI 59/2017) DATA TAR- TAR- TAR- REALI-
BASELINE REALISASI REALISASI AN
TOR GET GET GET SASI

Meningkatnya APK
Angka Partisipasi Angka Partisipasi
SMA/SMK/MA/
Kasar (APK) Kasar (APK) Menurun
4.1.1.(f) sederajat pada tahun BPS % 84,15 PM 86,76 PM 86,83 PM 86,65
SMA/SMK/MA/ SMA/SMK/MA/ 0,18%
2019 menjadi 91,63%
sederajat. sederajat.
(2015: 76,4%).
Meningkatnya rata-rata
lama sekolah penduduk
Rata-rata lama Rata-rata lama
usia di atas 15 tahun Susenas
4.1.1 (g) sekolah penduduk sekolah penduduk Thn 7,35 PM 7,53 PM 7,69 PM 7,75
pada tahun 2019 BPS
umur ≥ 15 tahun umur ≥ 15 tahun
menjadi 8,8 tahun (2015:
8,25 tahun).
Target 4.2 Pada tahun 2030, menjamin bahwa semua anak perempuan dan laki-laki memiliki akses terhadap perkembangan dan pengasuhan anak usia dini, pengasuhan pendidikan pra-sekolah dasar yang berkualitas,
sehingga mereka siap untuk menempuh pendidikan dasar
Meningkatnya APK anak
Angka Partisipasi Angka Partisipasi yang mengikuti
4.2.2. Kasar (APK) Kasar (APK) Pendidikan Anak Usia Susenas Menurun
% 49,77 PM 48,72 PM 50,24 PM 47,33
(a) Pendidikan Anak Pendidikan Anak Dini (PAUD) pada tahun BPS 2,91%
Usia Dini (PAUD). Usia Dini (PAUD). 2019 menjadi 77,2%
(2015: 70,06%).
Target 4.3 Pada tahun 2030, menjamin akses yang sama bagi semua perempuan dan laki-laki, terhadap pendidikan teknik, kejuruan dan pendidikan tinggi, termasuk universitas, yang terjangkau dan berkualitas
Meningkatnya APK
Angka Partisipasi Angka Partisipasi
SMA/ SMK/ MA/
4.3.1. Kasar (APK) Kasar (APK) Menurun
sederajat pada tahun BPS % 84,15 PM 86,76 PM 86,83 PM 86,65
(a) SMA/SMK/MA/sede SMA/SMK/MA/ 0,18%
2019 menjadi 91,63 %
rajat. sederajat.
(2015: 76,4 %).
Meningkatnya APK
Angka Partisipasi Angka Partisipasi
Perguruan Tinggi (PT)
4.3.1. Kasar (APK) Kasar (APK) Susenas
pada tahun 2019 % 18,22 PM 21,8 PM 22,62 PM 23,86
(b) Perguruan Tinggi Perguruan Tinggi BPS
menjadi 36,73 % (2015:
(PT). (PT).
29,9%).
Target 4.4 Pada tahun 2030, meningkatkan secara signifikan jumlah pemuda dan orang dewasa yang memiliki keterampilan yang relevan, termasuk keterampilan teknik dan kejuruan, untuk pekerjaan, pekerjaan yang
layak dan kewirausahaan
%
Susenas
Proporsi remaja dan Proporsi remaja dan remaja 83,33 PM 90,93 PM 94,02 PM 96,56
BPS
dewasa dengan dewasa dengan (tidak ada dalam (15-24)
4.4.1* keterampilan keterampilan lampiran Perpres
teknologi informasi teknologi informasi 59/2017) %
Susenas
dan komunikasi (TIK) dan komunikasi (TIK) dewasa 48,63 PM 58,75 PM 65,78 PM 71,15
BPS
(15-59)
Target 4.5 Pada tahun 2030, menghilangkan disparitas gender dalam pendidikan, dan menjamin akses yang sama untuk semua tingkat pendidikan dan pelatihan kejuruan, bagi masyarakat rentan termasuk penyandang
cacat, masyarakat penduduk asli, dan anak-anak dalam kondisi rentan

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 49


2018 2019 2020 2021
KODE
STATUS
INDI- INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs TARGET (PERPRES SUMBER
SATUAN CAPAI- KET.
KA NASIONAL PROVINSI 59/2017) DATA TAR- TAR- TAR- REALI-
BASELINE REALISASI REALISASI AN
TOR GET GET GET SASI

Rasio Angka Partisipasi


Murni (APM)
perempuan/ laki-laki di
SD/MI/paket A yang
setara gender pada
Rasio Angka Rasio Angka
tahun 2019. 4.2 Rasio
Partisipasi Murni Partisipasi Murni
APM perempuan/laki-
(APM) (APM) (1)
laki di SMP/MTs/ Paket
perempuan/laki-laki perempuan/laki-laki 100,20
B yang setara gender [1] 97,75 (1) 99,60 (1) 100.71
di (1) di (1) Susenas (2)
4.5.1* pada tahun 2019. 4.3 % [2] 79,31 PM (2) 105,45 PM (2) 98.90 PM
SD/MI/sederajat; (2) SD/MI/sederajat; (2) BPS 100,89
Rasio APK [3] 59,31 (3) 107,45 (3) 104.55
SMP/MTs/sederajat; SMP/MTs/ (3)
perempuan/laki-laki di
(3) sederajat; (3) 101,98
SMA/SMK/MA yang
SMA/SMK/MA/sede SMA/SMK/MA/sede
setara gender pada
rajat rajat
tahun 2019. 4.4 Rasio
APK perempuan/laki-
laki pada PT dan PTA
yang setara gender pada
tahun 2019.
Target 4.6 Pada tahun 2030, menjamin bahwa semua remaja dan proporsi kelompok dewasa tertentu, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki kemampuan literasi dan numerasi
Meningkatnya rata-rata
Persentase angka Persentase angka angka melek aksara
4.6.1. melek aksara melek aksara penduduk usia di atas 15 Susenas
% 93,45 PM 93,54 PM 93,62 PM 93,79
(a) penduduk umur ≥15 penduduk umur ≥15 tahun pada tahun 2019 BPS
tahun. tahun. menjadi 96,1% (2015:
95,2%).
Meningkatnya
Persentase angka
persentase angka melek
melek aksara Susenas
aksara penduduk usia % 99,88 PM 99,92 PM 99,95 PM 99,97
Persentase angka penduduk umur 15- BPS
dewasa usia 15-24 tahun
melek aksara 24
4.6.1. pada tahun 2019.
penduduk umur
(b) Meningkatnya
[1]15-24 tahun dan Persentase angka
persentase angka melek
umur [2]15-59 tahun. melek aksara Susenas
aksara penduduk usia % 97,73 PM 97,82 PM 97,97 PM 98,19
penduduk umur 15- BPS
dewasa usia 15-59 tahun
59
pada tahun 2019.
Target 4.a Membangun dan meningkatkan fasilitas pendidikan yang ramah anak, ramah penyandang cacat dan gender, serta menyediakan lingkungan belajar yang aman, anti kekerasan, inklusif dan efektif bagi semua
Proporsi sekolah Proporsi sekolah SD: 99,95 SD: 99,62 SD: 98,67
(tidak ada dalam Kemen
dengan akses ke: (a) dengan akses ke: (a) SMP: 100 SMP: 99,23 SMP: 98,01
4.a.1* lampiran Perpres dikbud (a) % PM PM PM
listrik (b) internet listrik (b) internet SMA: 100 SMA: 97,81 SMA: 95,15
59/2017) (Dapodik)
untuk tujuan untuk tujuan SMK: 100 SMK: 100 SMK: 94,59

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 50


2018 2019 2020 2021
KODE
STATUS
INDI- INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs TARGET (PERPRES SUMBER
SATUAN CAPAI- KET.
KA NASIONAL PROVINSI 59/2017) DATA TAR- TAR- TAR- REALI-
BASELINE REALISASI REALISASI AN
TOR GET GET GET SASI

pengajaran, (c) pengajaran, (c) SD: 57,90


komputer untuk komputer untuk SMP:
SD: 59,47 SD: 93,50
tujuan pengajaran, tujuan pengajaran, 56,98
SMP: 58,83 SMP: 95,88
(d) infrastruktur dan (d) infrastruktur dan (b) % SMA: PM PM PM
SMA: 68,63 SMA: 94,91
materi memadai materi memadai 66,32
SMK: 67,07 SMK: 94,33
bagi siswa bagi siswa SMK:
disabilitas, (e) air disabilitas, (e) air 66,69
minum layak, (f) minum layak, (f) SD: NA SD: NA SD: 71,14
fasilitas sanitasi fasilitas sanitasi SMP: NA SMP: NA SMP: 87,00
(c) % PM PM PM
dasar per jenis dasar per jenis SMA: NA SMA: NA SMA: 94,45
kelamin, (g) fasilitas kelamin, (g) fasilitas SMK: NA SMK: NA SMK: 93,20
cuci tangan (terdiri cuci tangan (terdiri SD: NA SD: NA SD: NA
air, sanitasi, dan air, sanitasi, dan SMP: NA SMP: NA SMP: NA
higienis bagi semua higienis bagi semua (d) % PM PM PM
SMA: NA SMA: NA SMA: NA
(WASH). (WASH). SMK: NA SMK: NA SMK: NA
SD: 95,18
SMP: 95,97 SD: 90,97 SD: NA
SMA: SMP: 92,64 SMP: NA
(e) % PM PM PM
96,84 SMA: 95,62 SMA: NA
SMK: SMK: 94,65 SMK: NA
96,69
SD: 65,19
SD: 71,02 SD: 76,25
SMP: 78,46
SMP: 83,85 SMP: 86,08
(f) % SMA: PM PM PM
SMA: 77,16 SMA: 80,48
68,07
SMK: 94,65 SMK: 78,74
SMK: 67,51
SD: 70,95
SMP: SD: 92,79 SD: 98,39
56,38 SMP: 88,17 SMP: 98,10
(g) % PM PM PM
SMA: SMA: 91,35 SMA: 97,22
64,09 SMK: 88,79 SMK: 97,73
SMK: 58,61
Target 4.c Pada tahun 2030, secara signifikan meningkatkan pasokan guru yang berkualitas, termasuk melalui kerjasama internasional dalam pelatihan guru di negara berkembang, terutama negara kurang berkembang,
dan negara berkembang kepulauan kecil
Dapodik
Persentase guru (TK, TK: 31,2 TK: 45,5
Persentase guru TK, dan
SD, SMP, SD: 50,8 SD: 55,6
SD, SMP, SMA, SMK, (tidak ada dalam Statistik
SMA, SMK, dan PLB) SMP: 64,9 SMP: 65,8
4.c.1* dan PLB yang lampiran Perpres Pendidi- % PM PM
yang SMA: 65,0 SMA: 66,7
bersertifikat 59/2017) kan
bersertifikat SMK: 41,0 SMK: 43,6
pendidik. Kemdik-
pendidik. SLB: 50,8 SLB: 52,2
bud

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 51


Tujuan 5: Kesetaraan Gender

I. PENDAHULUAN

Tujuan 5 adalah mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum


perempuan, dengan target untuk mengakhiri diskriminasi kaum perempuan;
menghapus praktik berbahaya perkawinan usia dini; serta menjamin partisipasi
perempuan dalam pengambilan keputusan. Pencapaian target tujuan 5 Provinsi Jawa
Tengah difokuskan pada: (1) Kebijakan responsif gender; (2) Pencegahan dan
penanganan kekerasan terhadap perempuan; serta (3) Peran serta aktif perempuan
dalam pengambilan keputusan.

II. STATUS CAPAIAN

A. PENCAPAIAN INDIKATOR TPB YANG MENGALAMI KEMAJUAN


1) Jumlah Kebijakan yang Responsif Gender Mendukung Pemberdayaan Perempuan
Hukum responsif gender adalah sistem atau peraturan hukum yang berlaku yang
berpihak pada kesetaraan gender, tidak membedakan laki-laki dan perempuan
terhadap akses, partisipasi, manfaat, kontrol terhadap sumber daya dan
pembangunan. Di Jawa Tengah, hingga tahun 2021 terdapat penambahan 1 (satu)
kebijakan terkait dengan pengarusutamaan gender yang dituangkan dalam Peraturan
Daerah, dengan total terdapat 3 dokumen kebijakan yang responsif gender.
Tujuan 5: Kesetaraan Gender
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber
Indi- Nama Indikator Satuan line get sasi get sasi get sasi
Data
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
5.1.1* Jumlah kebijakan
yang responsif Jumlah
1
gender mendukung DP3AKB Kebija- PM 2 PM 2 PM 3
Pergub
pemberdayaan kan
perempuan

Tiga kebijakan di Jawa Tengah terkait gender yaitu antara lain: SE Gubernur Nomor
463.23/0007589 tentang PPRG pada Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota
Provinsi Jawa Tengah, Pergub Nomor 71 Tahun 2017 tentang Pedoman Pelaksanaan
PUG di Daerah, serta yang terbaru Perda Nomor 2 Tahun 2022 tentang
Pengarusutamaan Gender.

2) Angka Kelahiran Pada Perempuan Umur 15 – 19 tahun (Age Specific Fertility


Rate/ASFR)
Angka kelahiran pada perempuan umur 15-19 tahun di Jawa Tengah pada tahun
2021 menunjukkan penurunan yang cukup drastis hingga 15,1 per 1.000 perempuan.
Nilai ASFR tersebut telah memenuhi target yang ditetapkan yaitu 25 per 1.000

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 52


perempuan. Menurunnya nilai ASFR tersebut mengindikasikan bahwa Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah berhasil menekan laju angka perkawinan usia anak dan
perkawinan dini.
Tujuan 5: Kesetaraan Gender
Kode Base- Tar- Reali Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber
Indi- Nama Indikator Satuan line get -sasi get sasi get sasi
Data
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
5.3.1. Angka kelahiran pada Kelahiran
(b) perempuan umur 15- SDKI per 1000
31 30 32,07 26 32,9 25 15,1
19 tahun (ASFR) BKKBN perempuan
(15-19 thn)

Beberapa upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah berkaitan
dengan hal tersebut antara lain: promosi perencanaan kehidupan berkeluarga bagi
remaja melalui program Generasi Berencana (GenRe); promosi dan Konseling
Kesehatan Reproduksi bagi remaja berisiko tinggi; serta meningkatkan kerjasama dan
sinergitas dengan Dinas/Instansi yang memiliki program dengan tujuan serupa seperti
DP3AP2KB Provinsi dengan program
Tren ASFR Jawa Tengah dan
“Jokawin Bocah”.
Nasional
35 Apabila dibandingkan dengan capaian
32.9
31 nasional, ASFR 15-19 tahun Jawa Tengah
33 32
tahun 2021 berada dibawah angka nasional
30
20.5
setelah sebelumnya (2018-2020) selalu
cenderung lebih tinggi dibanding angka
15.1
nasional. Menurunnya angka ASFR 15-19
2018 2019 2020 2021
tahun Provinsi Jawa Tengah yang cukup
Jawa Tengah Nasional
signifikan mampu berkontribusi terhadap
Sumber: BKKBN Provinsi Jawa Tengah, 2021
Gambar 20. Tren ASFR Jawa Tengah dan
penurunan ASFR 15-19 tahun secara
Nasional Nasional yang saat ini berada pada angka
20,5 per 1000 perempuan 15-19 tahun.

3) Proporsi Kursi yang Diduduki Perempuan di Parlemen


Proporsi kursi yang diduduki perempuan di parlemen dan managerial/ profesional
merupakan indikator yang menunjukkan keterlibatan dan partisipasi aktif perempuan
dalam politik. Indikator ini mengalami kemajuan dalam kurun waktu tahun 2018 hingga
2021. Dalam bidang politik, proporsi kursi yang diduduki perempuan di parlemen baik
tingkat pusat maupun daerah meningkat dari 17,50 persen menjadi 19,65 persen pada
2021.
Tujuan 5: Kesetaraan Gender
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu-
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
5.5.1* Proporsi kursi yang
diduduki perempuan di
Setwan
parlemen tingkat pusat, % 17,5 19,1 19,1 19,1 19,65 19,1 19,65
DPRD
parlemen daerah dan
pemerintah daerah

4) Proporsi Individu yang Menguasai/Memiliki Telepon Genggam


Dalam kurun waktu 2020 hingga 2021, terjadi peningkatan proporsi dari 60,87
persen menjadi 62,72 persen. Capaian tersebut menunjukkan bahwa lebih dari

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 53


setengah penduduk Jawa Tengah sudah mampu mengakses informasi dan
berkomunikasi jarak jauh dengan menggunakan jaringan seluler dan jaringan nirkabel
lainnya melalui telepon genggam.
Tujuan 5: Kesetaraan Gender
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali Tar- Reali-
Sumber Satu-
Indi- Nama Indikator line get sasi get -sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
5.b.1* Proporsi individu yang
Susenas
menguasai/memiliki % 60,47 PM 61,66 PM 60,87 PM 62,72
BPS
telepon genggam

B. PENCAPAIAN INDIKATOR TPB YANG MEMERLUKAN PERHATIAN


1) Unmet Need KB (Kebutuhan Keluarga Berencana yang tidak terpenuhi)
Unmet need KB atau kebutuhan Keluarga Berencana yang tidak terpenuhi
mengalami peningkatan pada tahun 2021, dari sebelumnya 12,9 persen menjadi 14,29
persen atau meningkat 1,39 persen dan belum memenuhi target. Capaian unmet need
KB dari tahun ke tahun cenderung mengalami kenaikan cukup signifikan, yang
menunjukkan bahwa upaya untuk menurunkan angka unmet need belum optimal
dilaksanakan. Sejak tahun 2018 unmet need terus meningkat, bahkan capaian selalu
berada diatas angka target yang ditetapkan.
Tujuan 5: Kesetaraan Gender
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu-
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
5.6.1 Unmet need KB
(a) (Kebutuhan Keluarga
DP3AKB % 13,06 12,75 13,2 12,25 12,9 11,75 14,29
Berencana yang tidak
terpenuhi)

Strategi penurunan angka unmet need yang ditetapkan tidak dapat berjalan
optimal, khususnya pada masa pandemi Covid-19 yang terjadi mulai awal tahun 2020
yang berdampak pada pelayanan KB yang terhambat. Selain itu, diketahui bahwa
masih terdapat beberapa faskes (baik rumah sakit maupun klinik) yang belum bisa
memberikan pelayanan KB secara massal, terutama KB Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang (MKJP) yang meliputi Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), implan, Medis
Operatif Wanita (MOW) dan Medis Operasi Pria (MOP).

2) Proporsi Perempuan yang berada di Posisi Managerial


Berbeda dengan proporsi perempuan di parlemen, proporsi perempuan yang
berada di posisi managerial pada tahun 2021 menunjukkan adanya penurunan capaian.
Keterwakilan perempuan sebagai pengambil keputusan di lembaga eksekutif di Jawa
Tengah menurun dari 33,43 persen (2020) menjadi 30,91 persen (2021). Penurunan
keterwakilan perempuan tersebut dikarenakan purna tugas.
Tujuan 5: Kesetaraan Gender
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu-
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Proporsi perempuan yang Sakernas
5.5.2* % 31,67 PM 33,10 PM 33,43 PM 30,91
berada di posisi managerial. BPS

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 54


C. TANTANGAN DAN PEMBELAJARAN
Jawa Tengah telah dinilai cukup berhasil dalam implementasi kesetaraan gender
dan menjadi provinsi terbaik kesetaraan gender. Hal ini dibuktikan dengan
Penghargaan Anugerah Parahita Ekapraya pada Oktober 2021 dari Kementrian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang diraih untuk keempat kalinya
sekaligus menjadi bukti komitmen Pemprov Jateng. Gubernur Jawa Tengah
mengungkapkan bahwa salah satu fokus utama dalam pemerintahannya ialah
pengarusutamaan gender.
Meskipun telah meraih beberapa penghargaan kesetaraan gender, faktanya
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah masih menghadapi tantangan dalam upaya
penyetaraan gender salah satunya dalam menangani dan mencegah kekerasan pada
perempuan dan anak. Tantangan yang dihadapi yakni masih adanya budaya patriarki
(harus mengikuti kemauan dan membenarkan keputusan kepala keluarga) dan budaya
yang memaklumi adanya Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Terlebih semenjak
adanya pandemi berlangsung memicu timbulnya lebih banyak kekerasan seksual dan
kekerasan nonverbal lainnya, hingga kekerasan verbal melalui media sosial. Selain itu,
budaya patriarki yang masih cukup kuat juga menyebabkan kurangnya pemahaman
individu terkait hak perempuan untuk berkontribusi dan berperan aktif dalam bidang
politik.

III. INOVASI DAN PRAKTIK BAIK

1) Program SAFE4C (Safe and Friendly Environment for Children)


Merupakan program yang bertujuan untuk membangun lingkungan yang aman
dan ramah bagi anak di 10 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Program ini
dilaksanakan oleh Yayasan Setara bekerjasama dengan Dinas Perlindungan
Perempuan dan Anak Provinsi Jawa Tengah dan didukung oleh UNICEF. Program
SAFE4C meliputi 3 aktivitas utama, yaitu:
a) Layanan Perlindungan Anak berupa pencegahan dan deteksi dini kekerasan
pencegahan perkawinan anak melalui Gerakan “Jo Kawin Bocah”, Pendidikan dan
konseling bagi keluarga, Penanganan kekerasan terhadap anak& kekerasan berbasis
gender;
b) Penguatan Kapasitas berupa endidikan pengasuhan bagi orang tua dan keluarga
serta pelibatannya sebagai influencer dengan fokus: pengasuhan positif.
Pencegahan kekerasan, perkawinan anak dan Stunting deteksi dini kekerasan
terhadap anak dan perilaku negatif anak;
c) Program Intervensi berupa Penguatan kapasitas layanan & Sistem Data Informasi
Perlindungan Anak Manajemen kasus dan mekanisme rujukan di semua tingkatan.
Layanan konseling anak dan keluarga baik pencegahan kekerasan dan perkawinan
anak melalui Gerakan “Jo Kawin Bocah”.
Adapun target dari program SAFE4C ini diantaranya setidaknya 225 desa akan
memiliki mekanisme yang lebih baik untuk mengidentifikasi dan merujuk anak-anak
dan keluarga/pengasuh yang rentan, adanya sepuluh kabupaten/kota terpilih telah
meningkatkan kapasitasnya untuk menyediakan layanan kesejahteraan dan

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 55


perlindungan anak terintegrasi yang dapat diakses dan berkualitas. Selain itu, juga
terbentuknya Aplikasi Pemetaan Kelompok Rentan (APEM KETAN) Jawa Tengah.
Sumber: https://safe4c.id/

2) Aplikasi Pemetaan Kelompok Rentan Perempuan dan Anak (APEM KETAN) Jawa
Tengah
Aplikasi APEM KETAN
merupakan aplikasi untuk
pemetaan kelompok rentan
perempuan dan anak. Data dan
informasi yang memadai
tentang perempuan dan anak
yang berada dalam kelompok
rentan sangat dibutuhkan dalam
upaya menekan faktor resiko
kerentanan serta penanganan perempuan dan anak guna memastikan kesejahteraan
perempuan dan anak serta pemenuhan atas hak-hak perempuan dan anak secara
spesifik.
APEM KETAN kemudian dikembangkan sebagai upaya menyediakan data
perempuan dan anak kelompok rentan sebagai sasaran pembangunan dalam upaya
menurunkan angka kemiskinan, kekerasan, perkawinan anak, Stunting, angka
kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), serta pemenuhan hak dan
perlindungan perempuan dan anak. Aplikasi ini dikembangkan oleh DP3AKB Jawa
Tengah dengan melibatkan lintas OPD, UNICEF Indonesia, Yayasan Setara dan
Lembaga Perlindungan Anak Klaten serta pihak swasta.
APEM KETAN berdampak signifikan terhadap upaya pengurangan resiko
kerentanan pada perempuan dan anak kelompok rentan, terutama anak yatim
dan/atau piatu yang orangtuanya meninggal akibat Covid-19. Pada pemetaan
terhadap anak yatim dan/atau piatu tersebut APEM KETAN mentabulasi hasil
assessment atas 7.967 anak di 24 (dua puluh empat) Kabupaten/Kota yang dihimpun
sebagai upaya validasi dan verifikasi data anak sekaligus memetakan kebutuhan
pemenuhan hak anak di lapangan.
Sumber: Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk Dan Keluarga
Berencana Provinsi Jawa Tengah; https://apemketan.dp3akb.jatengprov.go.id/login

IV.KEBIJAKAN DAN STRATEGI KE DEPAN

Arah kebijakan untuk mendorong pencapaian tujuan 5: Kesetaraan Gender adalah


Meningkatkan akses dan kualitas perlindungan perempuan dan anak melalui: a)
Pencegahan terhadap kekerasan perempuan dan anak; b) pengurangan risiko
kekerasan terhadap perempuan dan anak; c) peyelenggaraan layanan terpadu bagi
korban kekerasan sesuai standar dan terintegrasi dengan layanan dasar, program
perlindungan sosial, serta penerapan kebijakan di sekolah.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 56


TUJUAN 5. KESETARAAN GENDER
2018 2019 2020 2021

KODE STATUS
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs TARGET (PERPRES SUMBER
INDI- SATUAN CAPAI- KET.
NASIONAL PROVINSI 59/2017) DATA BASE- TAR- REA- TAR- REA- TAR- REA-
KATOR AN
LINE GET LISASI GET LISASI GET LISASI

Tujuan 5. Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum perempuan

Target 5.1 Mengakhiri segala bentuk diskriminasi terhadap kaum perempuan dimanapun
Meningkatnya jumlah
Jumlah kebijakan yang Jumlah kebijakan yang kebijakan yang responsif
responsif gender responsif gender gender mendukung
Jumlah
5.1.1* mendukung mendukung pemberdayaan DP3AKB 1 Pergub NA 2 NA 2 NA 2
Kebijakan
pemberdayaan pemberdayaan perempuan pada tahun
perempuan. perempuan. 2019 bertambah sebanyak
16 (2015: 19).
Target 5.2. Menghapuskan segala bentuk kekerasan terhadap kaum perempuan di ruang publik dan pribadi, termasuk perdagangan orang dan eksploitasi seksual, serta berbagai jenis eksploitasi lainnya.
Proporsi perempuan Proporsi perempuan
dewasa dan anak dewasa dan anak
perempuan (umur 15- perempuan (umur 15-64
64) mengalami tahun) mengalami
(tidak ada dalam lampiran SPHPN
5.2.1* kekerasan (fisik, seksual, kekerasan (fisik, seksual, % NA NA NA NA NA NA NA
Perpres 59/2017) BPS
atau emosional) oleh atau emosional) oleh
pasangan atau mantan pasangan atau mantan
pasangan dalam 12 pasangan dalam 12 bulan
bulan terakhir. terakhir.
Menurunnya prevalensi
Prevalensi kekerasan Prevalensi kekerasan
kasus kekerasan terhadap Belum
5.2.1.(a) terhadap anak terhadap anak BPS % 8,20 PM 8,20 PM PM NA
anak perempuan pada rilis
perempuan. perempuan.
tahun 2019 (2013: 20,48 %).
Proporsi perempuan Proporsi perempuan
dewasa dan anak dewasa dan anak
perempuan (umur 15-64 perempuan (umur 15-64
tahun) mengalami tahun) mengalami (tidak ada dalam lampiran SPHPN
5.2.2* % NA NA NA NA NA NA NA
kekerasan seksual oleh kekerasan seksual oleh Perpres 59/2017) BPS
orang lain selain orang lain selain
pasangan dalam 12 pasangan dalam 12 bulan
bulan terakhir. terakhir.
Meningkatnya persentase
Persentase korban Persentase korban kasus kekerasan terhadap
kekerasan terhadap kekerasan terhadap perempuan yang
Belum
5.2.2.(a) perempuan yang perempuan yang mendapat layanan BPS % 100 PM 100 PM PM NA
rilis
mendapat layanan mendapat layanan komprehensif pada tahun
komprehensif. komprehensif. 2019 menjadi 70% (2015:
50%).

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 57


2018 2019 2020 2021

KODE STATUS
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs TARGET (PERPRES SUMBER
INDI- SATUAN CAPAI- KET.
NASIONAL PROVINSI 59/2017) DATA BASE- TAR- REA- TAR- REA- TAR- REA-
KATOR AN
LINE GET LISASI GET LISASI GET LISASI

Target 5.3 Menghapuskan semua praktik berbahaya, seperti perkawinan usia anak, perkawinan dini dan paksa, serta sunat perempuan

Proporsi perempuan Proporsi perempuan %


umur 20-24 tahun yang umur 20-24 tahun yang (sebelum 0,5 PM 0,3 PM 0,14 PM 0,35
berstatus kawin atau berstatus kawin atau 15 th)
(tidak ada dalam lampiran Susenas
5.3.1* berstatus hidup berstatus hidup bersama
Perpres 59/2017) BPS
bersama sebelum umur sebelum umur 15 tahun %
15 tahun dan sebelum dan sebelum umur 18 (sebelum 11,04 PM 10,19 PM 10,5 PM 9,75
umur 18 tahun. tahun. 18 tahun)
Meningkatnya median usia
Median usia kawin Median usia kawin kawin pertama perempuan
pertama perempuan pertama perempuan (pendewasaan usia kawin
5.3.1.(a) BPS tahun 20,1 PM 22 PM NA PM NA
pernah kawin umur 25- pernah kawin umur 25- pertama) pada tahun 2019
49 tahun. 49 tahun. menjadi 21 tahun (2012: 20,1
tahun).
Kelahiran
Angka kelahiran pada Angka kelahiran pada Menurunnya ASFR 15-19
per 1000
perempuan umur 15-19 perempuan umur 15-19 tahun pada tahun 2019 SDKI
5.3.1.(b) perem 31 30 32,07 26 32,9 25 15,1
tahun (Age Specific tahun (Age Specific menjadi 38 tahun (2012: 48 BKKBN
puan (15-
Fertility Rate/ASFR). Fertility Rate/ASFR). tahun).
19 tahun)
Meningkatnya APK
Angka Partisipasi Kasar Angka Partisipasi Kasar
SMA/SMK/MA/sederajat
5.3.1.(c) (APK) SMA/SMK/MA/ (APK) SMA/SMK/MA/ BPS % 84,15 PM 86,76 PM 86,83 PM 86,65
pada tahun 2019 menjadi
sederajat. sedera-jat.
91,63% (2015: 76,4%).

Target 5.5 Menjamin partisipasi penuh dan efektif, dan kesempatan yang sama bagi perempuan untuk memimpin di semua tingkat pengambilan keputusan dalam kehidupan politik, ekonomi, dan masyarakat

Proporsi kursi yang Proporsi kursi yang


Meningkatnya
diduduki perempuan di diduduki perempuan di
keterwakilan perempuan Setwan
5.5.1* parlemen tingkat pusat, parlemen tingkat pusat, % 17,5 19,1 19,1 19,1 19,65 19,1 19,65
di DPR (Hasil Pemilu 2014: DPRD
parlemen daerah dan parlemen daerah dan
16,6%).
pemerintah daerah pemerintah daerah
Meningkatnya
keterwakilan perempuan Penurunan
Proporsi perempuan Proporsi perempuan sebagai pengambil
Sakernas capaian
5.5.2* yang berada di posisi yang berada di posisi keputusan di lembaga % 31,67 PM 33,10 PM 33,43 PM 30,91
BPS dikarenakan
managerial. managerial. eksekutif (Eselon I dan II)
purna tugas
(2014: Eselon I = 20,66% dan
Eselon II = 16,39%).
Target 5.6 Menjamin akses universal terhadap kesehatan seksual dan reproduksi, dan hak reproduksi seperti yang telah disepakati sesuai dengan Programme of Action of the International Conference on Population and
Development and the Beijing Platform serta dokumen-dokumen hasil review dari konferensi-konferensi tersebut

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 58


2018 2019 2020 2021

KODE STATUS
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs TARGET (PERPRES SUMBER
INDI- SATUAN CAPAI- KET.
NASIONAL PROVINSI 59/2017) DATA BASE- TAR- REA- TAR- REA- TAR- REA-
KATOR AN
LINE GET LISASI GET LISASI GET LISASI

Proporsi perempuan Proporsi perempuan


umur 15-49 tahun yang umur 15-49 tahun yang
membuat keputusan membuat keputusan SDKI,
(tidak ada dalam lampiran
5.6.1* sendiri terkait hubungan sendiri terkait hubungan BKKBN, % NA NA NA NA NA NA NA
Perpres 59/2017)
seksual, penggunaan seksual, penggunaan BPS
kontrasepsi dan layanan kontrasepsi dan layanan
kesehatan reproduksi. kesehatan reproduksi.
Masih
terdapat
Unmet need KB Unmet need KB Menurunnya unmeet need faskes yang
(Kebutuhan Keluarga (Kebutuhan Keluarga kebutuhan ber-KB pada belum bisa
5.6.1.(a) DP3AKB % 13,06 12,75 13,2 12,25 12,9 11,75 14,29
Berencana/KB yang Berencana/KB yang tahun 2019 menjadi 9,9% memberikan
tidak terpenuhi). tidak terpenuhi) (2012-2013: 11,4 %). pelayanan
KB secara
massal
Meningkatnya
pengetahuan dan
Pengetahuan dan Pengetahuan dan
pemahaman Pasangan
pemahaman Pasangan pemahaman Pasangan
Usia Subur (PUS) tentang SDKI
5.6.1.(b) Usia Subur (PUS) Usia Subur (PUS) tentang % 99,1 NA 99,9 NA NA NA NA
metode kontrasepsi BKKBN
tentang metode metode kontrasepsi
modern minimal 4 jenis
kontrasepsi modern. modern.
pada tahun 2019 menjadi
85% (2012: 79,8 %).
Target 5.b Meningkatkan penggunaan teknologi yang memampukan, khususnya teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan pemberdayaan perempuan

Proporsi individu yang Proporsi individu yang


(tidak ada dalam lampiran Susenas
5.b.1* menguasai/memiliki menguasai/memiliki % 60,47 PM 61,66 PM 60,87 PM 62,76
Perpres 59/2017) BPS
telepon genggam. telepon genggam

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 59


Tujuan 6: Air Bersih Dan Sanitasi Layak

I. PENDAHULUAN

Fokus Tujuan 6: Air Bersih dan Sanitasi Layak terletak pada jaminan adanya
ketersediaan serta pengelolaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua,
dengan target-target pencapaian untuk pemenuhan akses air bersih dan sanitasi yang
layak dan berkelanjutan, pemanfaatan sumber daya air, serta pengelolaan sumber daya
air secara terpadu. Tujuan 6 SDGs ini memiliki 6 target capaian dengan 27 indikator.
Selain memiliki fokus pada akses air bersih dan sanitasi bagi semua kalangan (target 1
dan 2), pada tujuan ini juga tertuang upaya/strategi pengelolaan air bersih (target 3, 4,
5 dan 6) yang terdiri dari mengurangi polusi dan limbah, efisiensi penggunaan air pada
semua sektor, pengelolaan sumber daya terpadu di semua tingkatan, dan restorasi
eksosistem yang terkait dengan sumber daya air.

II. STATUS CAPAIAN

A. PENCAPAIAN INDIKATOR TPB YANG MENGALAMI KEMAJUAN


1) Kapasitas Prasarana Air Baku
Kapasitas prasarana air baku untuk melayani rumah tangga, perkotaan dan
industri, serta penyediaan air baku untuk pulau-pulau merupakan salah satu indikator
yang digunakan untuk mengukur bagaimana penyelenggaraan sistem penyediaan air
minum (SPAM) di suatu wilayah.
Isu berkaitan dengan sumberdaya air di
Jawa Tengah adalah penurunan kuantitas 14.83
dan kualitas cadangan air baku/air bersih di 14.8 14.8 14.8

Jawa Tengah, yang disebabkan oleh


terganggunya kawasan tangkapan
air/catchment area, pencemaran industri,
eksploitasi air tanah oleh industri, dan
2018 2019 2020 2021
pemanfaatan kawasan pesisir/mangrove
untuk tambak. Kondisi ini menjadi ancaman Kapasitas Prasarana Air Baku di Jawa
Tengah (m3/detik)
bagi daya dukung dan daya tampung
lingkungan. Kapasitas prasarana air baku di Sumber: Dinas PUSDATARU Provinsi Jawa
Tengah, 2021 (diolah)
Jawa Tengah juga cenderung konstan.
Gambar 21. Kapasitas Prasarana Air
Peningkatan tidak begitu signifikan dari Baku di Jawa Tengah (m3/detik)
angka 14,80 m3/detik di tahun 2018 menjadi
14,83 m3/detik di tahun 2021.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 60


Tujuan 6: Air Bersih dan Sanitasi Layak
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu-
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Kapasitas prasarana air
baku untuk melayani
DPU
6.1.1 rumah tangga, m3/
SDA 14,80 NA 14,80 NA 14,80 NA 14,83
(b) perkotaan dan industri, detik
TARU
serta penyediaan air
baku untuk pulau-pulau

2) Proporsi Populasi dengan Fasilitas Cuci Tangan dan Persentase Rumah Tangga
yang Memiliki Akses terhadap Layanan Sanitasi Layak
Perilaku mencuci tangan merupakan intervensi kesehatan yang paling murah dan
efektif dilakukan dibandingkan dengan cara lainnya untuk mengurangi risiko
penularan penyakit. Cakupan sanitasi layak di Provinsi Jawa Tengah mengalami
peningkatan dari tahun 2018 sebesar 81,50 persen menjadi 88,67 persen pada tahun
2021, meskipun terdapat penurunan
92 pada tahun 2021 jika dibandingkan
90
88
86
dengan capaian tahun 2020, yang
84
82
disebabkan karena terjadi kerusakan
80
78
pada prasarana yang sudah ada dan
76
tidak ada pembangunan baru.
2018
2019
2020 Sementara untuk indikator
2021
kepemilikan fasilitas cuci tangan
2018 2019 2020 2021 dengan sabun dan air meningkat 1,39
Sanitasi 81.5 89.57 90.72 88.67
persen. Peningkatan capaian kedua
indikator tersebut pada tahun 2021
Sumber: Dinas PU BMCK Provinsi Jawa Tengah, 2021
Gambar 22. Cakupan Sanitasi Jawa Tengah cenderung lebih rendah dibandingkan
Tahun 2018-2021 tahun 2020. Meski angka capaian yang
cenderung lebih rendah daripada
tahun sebelumnya, namun capaian kedua indikator tersebut telah memenuhi bahkan
lebih tinggi dari baseline (tahun 2018).
Tujuan 6: Air Bersih dan Sanitasi Layak
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber
Indi- Nama Indikator Satuan line get sasi get sasi get sasi
Data
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Proporsi populasi
yang memiliki
6.2.1 Susenas
fasilitas cuci tangan % 83,09 PM 81,22 PM 84,42 PM 85,81
(a) Kor, BPS
dengan sabun dan
air.
Persentase rumah % (Akses
tangga yang layak
6.2.1 Susenas
memiliki akses sanitasi air 74,04 PM 80,29 PM 83,24 PM 83,28
(b) Kor, BPS
terhadap layanan limbah
sanitasi layak. domestik)

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 61


Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (divisualisasi)
Gambar 23. Persentase KK dengan Akses Sarana Sanitasi Tahun 2021

Dari 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah sudah terdapat 25


Kabupaten/Kota yang persentase KK dengan akses sarana sanitasi sudah mencapai
100 persen. Sedangkan Kabupaten/Kota yang belum mencapai 100 persen (namun di
atas 50 persen) diantaranya adalah Kota Pekalongan, Kabupaten Pekalongan,
Kabupaten Batang, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten
Wonosobo, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Cilacap, dan
Kabupaten Demak.

3) Jumlah Desa/Kelurahan yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat


(STBM) dan Open Defection Free (ODF) / Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS)
STBM adalah pendekatan untuk mengubah perilaku higienis dan saniter melalui
pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan. Terdapat 5 pilar STBM yaitu Stop
Buang Air Sembarangan (SBS), Cuci Tangan Pakai Sabun, Pengelolaan Air Minum dan
Makanan Rumah Tangga, Pengamanan Sampah Rumah Tangga, serta Pengamanan
Limbah Cair Rumah Tangga.
Capaian jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan STBM di Jawa Tengah
menunjukkan kecenderungan peningkatan setiap tahunnya. Dalam kurun waktu tahun
2018 hingga 2021, terjadi peningkatan jumlah desa dari 1.467 desa/kelurahan (2018)
menjadi 8.570 desa/kelurahan. Dari total desa/kelurahan yang ada di Jawa Tengah
sebanyak 8.578 desa/kelurahan, sudah 8.570 desa/kelurahan yang melaksanakan
STBM. Hal ini berarti bahwa komitmen Jawa Tengah untuk terus mendorong budaya
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di seluruh desa/kelurahan hampir tercapai 100
persen.
Tujuan 6: Air Bersih dan Sanitasi Layak
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber
Indi- Nama Indikator Satuan line get sasi get sasi get sasi
Data
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Jumlah desa/ kelurahan
desa/
6.2.1 yang melaksanakan Dinas
kelurah- 7.467 PM 7.923 PM 8.523 PM 8.570
(c) Sanitasi Total Berbasis Kesehatan
an
Masyarakat (STBM)

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 62


desa/
6.2.1 Jumlah Desa/ Kelurahan Dinas
kelurah- 3.668 4.416 5.836 5.416 6.818 6.166 7.162
(d) yang ODF Kesehatan
an

Open Defection Free (ODF) atau Stop Buang Air Besar Sembarangan menjadi salah
satu pilar dalam pelaksanaan program (STBM). Capaian jumlah desa/kelurahan yang
ODF/SBS menunjukkan peningkatan yang cenderung progresif setiap tahunnya.
Dalam kurun waktu tahun 2018 hingga 2021, jumlah desa meningkat signifikan dari
3.668 desa/kelurahan menjadi 7.162 desa/kelurahan.
Tren Akses Sanitasi Tren Desa/Kelurahan ODF
di Jawa Tengah di Jawa Tengah

96.05
95.07
7162
93.43 6818
5836
88.86

3668

2018 2019 2020 2021 2018 2019 2020 2021

Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2021


Gambar 24. Tren Akses Sanitasi dan Desa/Kelurahan ODF di Jawa Tengah

Peningkatan jumlah desa/kelurahan yang ODF sejalan dengan adanya


peningkatan akses sanitasi masyarakat terhadap jamban sehat, sehingga progres
masyarakat yang masih Buang Air Besar Sembarangan (BABS) terus mengalami
penurunan. Pada tahun 2021, dari jumlah KK di Jawa Tengah yaitu 10.495.295 KK, yang
sudah akses sanitasi (penggunaan jamban sehat) sebesar 10.080.343 KK (96,05 persen)
dan KK yang masih BABS sebesar 414.952 KK (3,95 persen). Akses sanitasi tersebut
meningkat 0,98 persen jika dibandingkan dengan tahun 2020, yang didorong oleh
adanya program bantuan sosial stimulan Jamban Gratis kepada masyarakat miskin
yang masih BAB sembarangan, dengan jumlah total sebanyak 35 ribu paket jamban.

Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2021 (divisualisasi)


Gambar 25. Perkembangan Kabupaten/Kota ODF di Jawa Tengah Tahun 2021

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 63


Apabila dilihat dari sebaran di Kabupaten/Kota hingga tahun 2020 tercatat baru
25 Kabupaten/Kota telah mencapai 100 persen desa/kelurahan ODF. Sementara itu,
sebanyak 4 Kabupaten/Kota lainnya mencapai 51-99 persen dan 6 Kabupaten/Kota
yang masih dibawah 50 persen. Pemerintah akan melakukan percepatan pencapaian
target seluruh kabupaten/kota di Jawa Tengah Bebas Buang Air Besar Sembarangan.

4) Pengendalian dan penegakan hukum bagi penggunaan air tanah


Pengelolaan air tanah di Jawa Tengah dilaksanakan berdasarkan prinsip
keseimbangan antara upaya konservasi dan pendayagunaan air tanah. Air Tanah
berada dalam Cekungan Air Tanah (CAT) yang memiliki keterkaitan antara
pengimbuhan dan pengambilan dimana keberadaanya tidak dibatasi oleh batas
administrasi. Jumlah CAT di Jawa Tengah sebanyak 31 CAT, terdiri dari 6 CAT dalam
wilayah satu Kabupaten/Kota, 6 CAT lintas Provinsi dan 19 CAT lintas Kabupaten/Kota
(kewenangan Provinsi). Potensi air tanah bebas CAT lintas Provinsi sebesar 411,15 juta
m3/tahun, CAT lintas Kabupaten/Kota sebesar 6.575,64 juta m3/tahun dan CAT dalam
Kabupaten sebesar 355,20 juta m3/tahun. Sebaran CAT di Jawa Tengah digambarkan
dalam peta berikut.

Sumber: Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah, 2018


Gambar 26. Peta Cekungan Air Tanah (CAT) Jawa Tengah

Dalam rangka menjaga kualitas dan kuantitas air tanah maka diperlukan konservasi
air tanah berupa pengendalian pengambilan air tanah dan perbaikan degradasi air
tanah. Upaya konservasi air tanah pada Wilayah CAT dilakukan melalui pembangunan
sumur resapan dan sumur pantau. Sampai dengan tahun 2021 telah terbangun 296 unit
sumur resapan. Selain itu, sampai dengan 2021 telah terbangun Sumur Pantau
sejumlah 53 unit tersebar di wilayah Jawa Tengah. Sumur Pantau tersebut
memberikan informasi secara realtime 24 jam tingkat muka air tanah pada sumur
tersebut. Selain menggunakan APBD, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah juga
mendorong peran swasta sebagai pengguna air tanah untuk ikut berperan dalam
upaya konservasi air tanah melalui CSR. CSR tersebut diantaranya berupa kegiatan
pemberdayaan masyarakat, penanaman pohon, dan bantuan pembangunan sumur
resapan. Upaya kampanye pentingnya konservasi air tanah juga telah dilakukan

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 64


kepada masyarakat khususnya generasi muda, melalui Penghargaan Hemat Energi
dan Air di sekolah-sekolah, sebagai upaya membudayakan hemat pemakaian air.
Upaya lain untuk meningkatkan konservasi air tanah juga telah dilakukan melalui
Kegiatan Pengembangan, Pengkajian, Pengawasan dan Pengendalian Kegeologian di
12 Cabang Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah. Dengan aktivitas berupa pengecekan
debit yang diambil, pengecekan muka air tanah, pengecekan kondisi water meter,
pengecekan ketaatan bayar pajak air tanah, pengecekan masa berlaku izin, dan
pengecekan nilai TDS DHL.
Tujuan 6: Air Bersih dan Sanitasi Layak
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu-
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Pengendalian dan
6.4.1. Dinas
penegakan hukum bagi lokasi 585 612 762 630 559 651 860
(a) ESDM
penggunaan air tanah

Pada tahun 2020, capaian pengawasan dan pengendalian kegeologian dan air
tanah lebih rendah dari tahun 2019 (2019 = 762 lokasi, 2020 = 559 lokasi), dikarenakan
terkendala adanya perubahan pengelolaan air tanah pasca terbitnya Undang-undang
No. 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air dan Undang undang 11 tahun 2020 tentang
Cipta Kerja, serta dengan berlakunya PP 05 tahun 2021 tentang Perizinan Berusaha
Berbasis Resiko dengan Norma Standar Prosedur Dan Kriteria (NSPK) Permen PUPR
no 06 tahun 2021, pengawasan dan pengendalian lebih banyak dilakukan pada tahun
2021 (860 lokasi) sebagai upaya sosialisasi dari peraturan baru tersebut serta
mekanisme perizinan dan pengawasan air tanah yang telah mengacu pada peraturan
dan NSPK yang baru.
Sedangkan pada Tahun 2021, pengawasan dan pengendalian kegeologian dan air
tanah dilaksanakan pada 12 wilayah cabang dinas ESDM dengan target 651 lokasi
pengusahaan dan pemanfaatan air tanah dan telah dilaksanakan pemantauan pada
860 lokasi (tingkat capaian kinerja sebesar 132 %), baik pada obyek pemegang izin
pengusahaan dan pemanfaatan air tanah maupun pengambil air tanah yang belum
berizin. Kegiatan pengawasan dan pengendalian ini dilakukan dengan cara
menghitung pemakaian secara real pemanfaatan air tanah sesuai dengan
rekomendasi debit yang telah diizinkan sebelumnya ketika proses permohonan izin.
Selain itu dilakukan pula pemantauan muka air tanah dengan menggunakan water
level meter demikian dengan sumur yang belum berizin dilakukan pendekatan
terhadap pemilik sumur agar bersedia untuk mengurus izin sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menjaga kelestarian dan
ketersediaan air tanah sehingga mengurangi risiko krisis air tanah di masa depan.
Pengawasan dan pengendalian air tanah terus ditingkatkan agar pemanfaatan sumber
daya air dapat berkelanjutan.

5) Jumlah DAS Prioritas yang meningkat jumlah mata airnya melalui konservasi
sumber daya air di daerah hulu DAS serta sumur resapan
Nasional telah menetapkan 15 DAS prioritas di antaranya DAS Citarum, Ciliwung,
Cisadane, Serayu, Brantas, Asahan, Siak, Musi, Way Sekampung, Bengawan Solo,
Moyo, Limboto, Kapuas, Jeneberang dan Saddang, dua diantaranya berada di Provinsi
Jawa Tengah.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 65


Tujuan 6: Air Bersih dan Sanitasi Layak
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu-
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Jumlah DAS Prioritas yang
dipulihkan kesehatannya DLHK
6.5.1 melalui pembangunan bekerja-
DAS 2 NA 2 NA 2 NA 2
(i) embung, dam pengendali, sama
dam penahan skala kecil dan KLHK
menengah
DLHK
Jumlah DAS prioritas yang
6.6.1 bekerja-
dilindungi mata airnya dan DAS 2 NA 2 NA 2 NA 2
(e) sama
dipulihkan kesehatannya
KLHK

Dari 15 DAS prioritas nasional terdapat 2 DAS yang masuk wilayah Jawa Tengah
yaitu DAS Serayu dan DAS Bengawan Solo. Dari tahun 2019-2021 telah dilaksanakan
berbagai upaya untuk memulihkan kondisi kedua DAS tersebut melalui kegiatan
rehalibitasi hutan dan lahan baik secara vegetatif maupun secara sipil teknis. Secara
vegetatif telah dilaksanakan kegiatan penanaman pada lahan-lahan milik masyarakat
(hutan rakyat), sempadan sungai, sekitar sumber mata air, dan pada lokasi lainnya.
Secara sipil teknis telah dilaksanakan pembuatan bangunan konservasi tanah dan air
yaitu dam penahan, gully plug dan sumur resapan.

6) Luas Pengembangan Hutan serta Peningkatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)
untuk memulihkan kesehatan DAS
Pemulihan kesehatan DAS melalui pengembangan hutan dan peningkatan Hasil
Hutan Bukan Kayu (HHBK) dilaksanakan dengan tetap mempertahankan kelestarian
dan fungsi sumber daya air DAS. Luas pengembangan hutan serta peningkatan HHBK
untuk memulihkan kesehatan DAS di Jawa Tengah menunjukkan capaian yang
cenderung fluktuatif setiap tahunnya. Dalam kurun waktu tahun 2020 hingga 2021,
terjadi peningkatan luas pengembangan hutan sebesar 33.758,88 hektar (dari 10.222,57
hektar menjadi 43.981,48 hektar).
Tujuan 6: Air Bersih dan Sanitasi Layak
Kode Sum- Base- Tar- Reali- Tar- Tar-
Satu- Realisasi Realisasi
Indi- Nama Indikator ber line get sasi get get
an 2020 2021
kator Data (2018) 2019 2019 2020 2021
Luas pengembangan
hutan serta peningkatan
6.5.1
Hasil Hutan Bukan Kayu DLHK Ha 50.000 NA 13.485 NA 10.222,57 NA 43.981,45
(e)
(HHBK) untuk memulihkan
kesehatan DAS

Luas yang dimaksud pada indikator ini adalah luas areal perhutanan sosial sesuai
alokasi di masing-masing provinsi. Realisasi tahun 2021 merupakan luasan perhutanan
sosial berdasarkan SK perhutanan sosial yang dikeluarkan pada tahun 2021. Sampai
saat ini telah dilakukan upaya-upaya untuk mendukung pengembangan perhutanan
sosial melalui pendampingan kepada kelompok masyarakat penerima SK perhutanan
sosial dalam bentuk pendampingan kelembagaan, kelembagaan kelola kawasan dan
pendampingan usaha. Selain itu juga telah dilakukan fasilitasi/pemberian hibah
kepada kelompok tani hutan yang mengembangkan perhutanan sosial.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 66


7) Luas Lahan Kritis dalam Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) yang direhabilitasi
Lahan kritis yang direhabilitasi berada di kawasan hutan maupun non-hutan. Lahan
kritis tersebut seperti area di lereng, area rentan erosi, serta lahan yang penutupannya
berkurang. Lahan kritis di Jawa Tengah dipengaruhi oleh kerusakan atau degradasi
hutan dan tutupan lahan akibat vegetasi yang kurang, tingkat erosi tinggi, kebakaran,
serta pengelolaan lahan yang tidak mengikuti kaidah konservasi. Adapun untuk
memperbaiki lahan kritis tersebut dilakukan melalui rehabilitasi hutan dan lahan (RHL).
Tujuan 6: Air Bersih dan Sanitasi Layak
Kode Base- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu- Target
Indi- Nama Indikator line sasi get sasi get sasi
Data an 2019
kator (2018) 2019 2020 2020 2021 2021
Luas lahan kritis dalam DLHK
6.6.1 Kesatuan Pengelolaan bekerja
ha 1.012 PM 11.500 PM 14.751 PM 20.651
(d) Hutan (KPH) yang sama
direhabilitasi KLHK

Total lahan kritis dalam Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) yang direhabilitasi di
Jawa Tengah pada tahun 2021 mencapai 20.651 hektar. Berdasarkan status lahan, lahan
kritis tersebut 86 persen tersebar di lahan masyarakat/tanah hak, sedangkan sisanya
14 persen tersebar di kawasan hutan (hutan negara). Beberapa upaya penanganan
lahan kritis dilakukan melalui kebijakan rehabilitasi hutan dan lahan dengan
pendekatan pembangunan hutan rakyat dan penghijauan lingkungan pada lahan-
lahan yang dibebani hak/lahan masyarakat.
Sedangkan pada lahan kritis yang tersebar di kawasan hutan/hutan negara,
khususnya yang berkaitan erat dengan permasalahan sosial, dilakukan melalui sistem
Perhutanan Sosial yang mana masyarakat sekitar hutan mendapat akses untuk
melakukan pengelolaan dan pemanfaatan hutan. Untuk menyeimbangkan aspek
ekologi, ekonomi dan sosial dalam implementasi penanganan lahan kritis
diprioritaskan melalui penerapan teknologi agroforestry.

B. PENCAPAIAN INDIKATOR TPB YANG MEMERLUKAN PERHATIAN


1) Akses terhadap Layanan Sumber Air Minum
Rumah tangga dikatakan memiliki akses air minum layak (access to improved
water) yaitu jika sumber air minum utama yang digunakan adalah leding, air
terlindungi, dan air hujan. Air terlindungi mencakup sumur bor/pompa, sumur
terlindung dan mata air terlindung. Bagi rumah tangga yang menggunakan sumber air
minum berupa air kemasan, maka rumah tangga dikategorikan memiliki akses air
minum layak. Persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap layanan sumber
air minum layak merupakan indikator yang digunakan untuk memantau akses
penduduk terhadap sumber air berkualitas berdasarkan asumsi bahwa sumber air
berkualitas menyediakan air yang aman untuk diminum bagi masyarakat.
Tujuan 6: Air Bersih dan Sanitasi Layak
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu-
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Persentase rumah
6.1.1 tangga yang memiliki Susenas
% 78,16 PM 93,82 PM 94,07 PM 93,62
(a) akses terhadap layanan Kor BPS
sumber air minum layak.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 67


Capaian persentase rumah tangga Distribusi Sumber Air Minum
Provinsi Jawa Tengah
yang memiliki akses terhadap layanan
Tahun 2021
sumber air minum layak dalam kurun 0.13
Leding
2.9 0.72 0.04
waktu 2020 – 2021 menurun yaitu dari
Pompa
94,07 persen menjadi 93,62 persen, lebih
12.99 Air dalam
rendah dari capaian 2019 yang sebesar kemasan
16.47 Sumur
93,82 persen. Capaian tersebut
1.77 terlindung
menunjukkan berkurangnya jumlah 19.23
Sumur tak
terlindung
rumah tangga yang menggunakan leding, Mata air
18.02 terlindung
sumur bor/pompa, sumur terlindung Mata air tak
maupun air hujan sebagai sumber air terlindung
27.73 Air
minum sehari-hari. Secara rinci, distribusi permukaan
Air hujan
persentase sumber air minum layak di
Jawa Tengah tahun 2021, yaitu Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2021
digambarkan dalam grafik berikut. Gambar 27. Distribusi Sumber Air Minum
Jawa Tengah Tahun 2021

C. TANTANGAN DAN PEMBELAJARAN


Pengelolaan sumber daya air di Jawa Tengah menghadapi tantangan yang cukup
besar. Kebutuhan akan penyediaan air yang mencakup kapasitas daya dukung serta
tingkat perkembangan kebutuhan air semakin dirasakan meningkat, baik penyediaan
air untuk kebutuhan domestik, pertanian, industri, pemukiman, dan sektor lainnya. Di
Jawa Tengah, kebutuhan air irigasi rata-rata per tahun sebesar 19.636.378.014 m3/
tahun dengan asumsi memperhitungkan atau mendasarkan pada rencana kebutuhan
air musim tanam pertama sampai dengan musim tanam ketiga. Sedangkan
pemenuhan kebutuhan air minum di Jawa Tengah mengalami penurunan akibat
industrialisasi yang berdampak pada penurunan kuantitas dan kualitas air baku.
Tantangan yang dihadapi dalam upaya peningkatan akses layanan air minum layak
antara lain: (a) Terbatasnya kapasitas daya dukung air baku di berbagai lokasi akibat
pengelolaan daerah tangkapan air yang kurang baik, (b) Menurunnya kualitas sumber
air baku akibat peningkatan aktivitas masyarakat dan industri yang tidak disertai
dengan upaya perlindungan lingkungan; serta (c) Masih rendahnya partisipasi
masyarakat dan dunia usaha dalam penyelenggaraan pelayanan air minum layak.
Sedangkan dalam penyediaan sanitasi yang layak masih dijumpai beberapa kendala,
antara lain: (a) Ketersediaan infrastruktur dan layanan yang belum memadai dan
merata, (b) Degradasi lingkungan perkotaan akibat semakin tingginya aktivitas
masyarakat, serta (c) Disparitas daerah yang masih cukup tinggi.

III. INOVASI DAN PRAKTIK BAIK

Aplikasi SIMANIS CIKA (SISTEM INFORMASI MANAJEMEN AIR MINUM DAN


SANITASI BIDANG KECIPTAKARYAAN)
Aplikasi SIMANIS CIKA merupakan inovasi dalam bentuk aplikasi yang
dikembangkan oleh Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Provinsi Jawa Tengah. Aplikasi
SIMANIS CIKA sebagai sarana dalam memberikan informasi, monitoring dan evaluasi

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 68


target juga realisasi akses air
minum maupun sanitasi
seluruh kabupaten atau kota
Provinsi Jawa Tengah. Data
yang ditampilkan oleh aplikasi
tersebut cukup mendetail,
meliputi informasi air minum,
air limbah, persampahan serta
desa rawan air, potensi air baku
dan SPAM. Termasuk
didalamnya terdapat data mengenai target dan realisasi air minum maupun sanitasi,
sehingga dapat diketahui deviasi antara target dan realisasi. Dengan mengetahui
deviasi tersebut, SIMANIS CIKA dapat dijadikan pedoman Kabupaten/Kota dalam
meningkatkan Akses Layanan Sanitasi maupun Air Minum di wilayahnya.
Sumber: http://simanis.dpubinmarcipka.jatengprov.go.id/

IV.KEBIJAKAN DAN STRATEGI KE DEPAN

Arah kebijakan untuk mendorong pencapaian tujuan 6: Air Bersih dan Sanitasi
Layak yaitu antara lain: Peningkatan kinerja pengelolaan air minum dan sanitasi di Jawa
Tengah diarahkan pada kegiatan fasilitasi dan pembangunan SPAM Regional dan
pengelolaan sanitasi. Program ini dilakukan untuk mencapai indikator kinerja yaitu
peningkatan persentase akses aman air minum perdesaan; persentase akses aman air
minum perkotaan; serta persentase akses sanitasi air limbah domestik (RPJMD Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2018-2023).
Optimalisasi pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup dilakukan pula
melalui: a) Rehabilitasi hutan dan lahan; b) Peningkatan konservasi sumberdaya air,
konservasi daerah hulu dan tangkapan air berbasis pemberdayaan masyarakat; c)
Peningkatan pengendalian pemanfaatan air permukaan dan air tanah, dan
pengendalian banjir; d) Penanganan limbah industri dan rumah tangga; e) Peningkatan
perijinan dan pemantauan lingkungan, serta penegakan hukum.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 69


TUJUAN 6. AIR BERSIH DAN SANITASI LAYAK
2018 2019 2020 2021

KODE STATUS
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs SUMBER
INDI- TARGET (PERPRES 59/2017) SATUAN CAPAI- KET.
NASIONAL PROVINSI DATA BASE- TAR- REA- TAR- REA- TAR- REA-
KATOR AN
LINE GET LISASI GET LISASI GET LISASI

Tujuan 6. Pengelolaan Air Bersih dan Sanitasi Layak

Target 6.1 Pada tahun 2030, mencapai akses universal dan merata terhadap air minum yang aman dan terjangkau bagi semua
Persentase rumah Persentase rumah
tangga yang tangga yang
Meningkatnya akses terhadap layanan air
memiliki akses memiliki akses Susenas Menurun
6.1.1.(a) minum layak pada tahun 2019 menjadi % 78,16 PM 93,82 PM 94,07 PM 93,62
terhadap layanan terhadap layanan Kor, BPS 0,45%
100% (2014: 70%).
sumber air minum sumber air minum
layak. layak.
Kapasitas prasarana Kapasitas prasarana
Meningkatnya kapasitas prasarana air
air baku untuk air baku untuk
baku untuk melayani rumah tangga,
melayani rumah melayani rumah
perkotaan dan industri pada tahun 2019 DPU SDA
6.1.1.(b) tangga, perkotaan tangga, perkotaan m3/detik 14,80 NA 14,80 NA 14,80 NA 14,83
menjadi 118,6 m3/detik (2015: 51,44 TARU
dan industri, serta dan industri, serta
m3/detik) dan penyediaan air baku untuk
penyediaan air baku penyediaan air baku
60 pulau.
untuk pulau-pulau. untuk pulau-pulau.
Proporsi populasi Proporsi populasi
yang memiliki akses yang memiliki akses Meningkatnya akses terhadap layanan air
Susenas Menurun
6.1.1 (c) layanan sumber air layanan sumber air minum layak pada tahun 2019 menjadi % 78,16 PM 93,82 PM 94,07 PM 93,62
Kor, BPS 0,45%
minum aman dan minum aman dan 100% (2014: 70%).
berkelanjutan. berkelanjutan.
Target 6.2 Pada tahun 2030, mencapai akses terhadap sanitasi dan kebersihan yang memadai dan merata bagi semua, dan menghentikan praktik buang air besar di tempat terbuka, membetikan perhatian khusus pada
kebutuhan kaum perempuan, serta kelompok masyarakat rentan
Proporsi populasi Proporsi populasi
yang memiliki yang memiliki
(tidak ada dalam lampiran Perpres Susenas
6.2.1.(a) fasilitas cuci tangan fasilitas cuci tangan % 83,09 PM 81,22 PM 84,42 PM 85,81
59/2017) Kor, BPS
dengan sabun dan dengan sabun dan
air. air.
% (Akses
Persentase rumah Persentase rumah
layak
tangga yang tangga yang Meningkatnya akses terhadap sanitasi
Susenas sanitasi
6.2.1.(b) memiliki akses memiliki akses yang layak pada tahun 2019 menjadi 100% 65,01 PM 80,29 PM 83,24 PM 83,28
Kor, BPS air limbah
terhadap layanan terhadap layanan (2014: 60,9%).
domes-
sanitasi layak. sanitasi layak.
tik)

Jumlah desa/ Jumlah desa/


kelurahan yang kelurahan yang Meningkatnya jumlah desa/kelurahan
melaksanakan melaksanakan yang melaksanakan Sanitasi Total desa/
6.2.1.(c) Dinkes 7.467 NA 7,923 NA 8,523 NA 8,604
Sanitasi Total Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) menjadi kelurahan
Berbasis Masyarakat Berbasis Masyarakat 45.000 pada tahun 2019 (2015: 25.000).
(STBM). (STBM).

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 70


2018 2019 2020 2021

KODE STATUS
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs SUMBER
INDI- TARGET (PERPRES 59/2017) SATUAN CAPAI- KET.
NASIONAL PROVINSI DATA BASE- TAR- REA- TAR- REA- TAR- REA-
KATOR AN
LINE GET LISASI GET LISASI GET LISASI

Jumlah
Jumlah
desa/kelurahan
desa/kelurahan yang
yang Open
Open Defecation (tidak ada dalam lampiran Perpres desa/
6.2.1.(d) Defecation Free Dinkes 3.668 4.416 5.836 5.416 6.818 6.166 7.162
Free (ODF)/ Stop 59/2017) kelurahan
(ODF)/ Stop Buang
Buang Air Besar
Air Besar
Sembarangan (SBS).
Sembarangan (SBS).
Jumlah Jumlah
kabupaten/kota kabupaten/kota
yang terbangun yang terbangun Terbangunnya infrastruktur air limbah
infrastruktur air infrastruktur air dengan sistem terpusat skala kota, DPU
6.2.1.(e) kab/kota 35 8 35 3 35 NA 35
limbah dengan limbah dengan kawasan, komunal pada tahun 2019 di BMCK
sistem terpusat skala sistem terpusat skala 438 kabupaten/kota.
kota, kawasan dan kota, kawasan dan
komunal. komunal.

Proporsi rumah Proporsi rumah 0


DPU Belum
tangga yang tangga yang (SPAL
(tidak ada dalam lampiran Perpres BMCK, Belum Belum ada SPALD
6.2.1 (f) terlayani sistem terlayani sistem % belum PM 37,40 PM PM
59/2017) BPPW ada ada REGIONAL
pengelolaan air pengelolaan air terpu-
Jateng di Jateng
limbah terpusat limbah terpusat sat)

Target 6.3 Pada tahun 2030, meningkatkan kualitas air dengan mengurangi polusi, menghilangkan pembuangan, dan meminimalkan pelepasan material dan bahan kimia berbahaya, mengurangi setengah proporsi air limbah
yang tidak diolah, dan secara signifikan meningkatkan daur ulang, serta penggunaan kembali barang daur ulang yang aman secara global
Jumlah Kab/Kota Jumlah Kab/Kota
yang ditingkatkan yang ditingkatkan
Peningkatan kualitas pengelolaan air
kualitas pengelolaan kualitas pengelolaan
limbah sistem setempat melalui DPU
lumpur tinja lumpur tinja Kabupa-
peningkatan kualitas pengelolaan lumpur BMCK,
6.3.1 (a) perkotaan dan perkotaan dan ten/ 28 NA 28 NA 29 NA 29
tinja perkotaan dan pembangunan BPPW
dilakukan dilakukan Kota
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Jateng
pembangunan pembangunan
di 409 kabupaten/kota.
Instalasi Pengelolaan Instalasi Pengelolaan
Lumpur Tinja(IPLT) Lumpur Tinja (IPLT)
Proporsi rumah Proporsi rumah
DPU
tangga yang tangga yang
(tidak ada dalam lampiran Perpres BMCK,
6.3.1 (b) terlayani sistem terlayani sistem % NA NA NA NA NA NA NA
59/2017) BPPW
pengelolaan lumpur pengelolaan lumpur
Jateng
tinja. tinja.
Kualitas air sungai Kualitas air sungai Peningkatan kualitas air sungai sebagai
6.3.2.(b) sebagai sumber air sebagai sumber air sumber air baku menuju baku mutu rata- KLHK Sungai NA NA NA NA NA NA NA
baku. baku. rata air sungai kls II.
Target 6.4 Pada tahun 2030, secara signifikan meningkatkan efisiensi penggunaan air di semua sektor, dan menjamin penggunaan dan pasokan air tawar yang berkelanjutan untuk mengatasi kelangkaan air, dan secara
signifikan mengurangi jumlah orang yang menderita akibat kelangkaan air

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 71


2018 2019 2020 2021

KODE STATUS
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs SUMBER
INDI- TARGET (PERPRES 59/2017) SATUAN CAPAI- KET.
NASIONAL PROVINSI DATA BASE- TAR- REA- TAR- REA- TAR- REA-
KATOR AN
LINE GET LISASI GET LISASI GET LISASI

Pengendalian dan penegakan hukum


bagi penggunaan air tanah yang
Pengendalian dan Pengendalian dan
berlebihan yang diiringi dengan
penegakan hukum penegakan hukum Dinas
6.4.1.(a) percepatan penyediaan dan pengelolaan Lokasi 585 612 762 630 559 651 860
bagi penggunaan air bagi penggunaan air ESDM
air baku kawasan perekonomian, dan
tanah. tanah.
penerapan kebijakan pengenaan tarif air
industri yang kompetitif.
Pemberian insentif penghematan air
Insentif Insentif pertanian/perkebunan dan industri
penghematan air penghematan air termasuk penerapan prinsip reduce,
DPU SDA Tidak Tidak Tidak
6.4.1 (b) pertanian/ pertanian/ mengembangkan reuse dan recycle, ser- NA NA NA NA NA
TARU ada ada ada
perkebunan dan perkebunan dan ta pengembangan konsep pemanfaatan
industri. industri. air limbah yang aman untuk pertanian
(safe use of astewater in agriculture).
Target 6.5 Pada tahun 2030, menerapkan pengelolaan sumber daya air terpadu di semua tingkatan, termasuk melalui kerjasama lintas batas yang tepat

Jumlah Rencana Jumlah Rencana


Pengelolaan Daerah Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai Aliran Sungai Internalisasi 108 Rencana Pengelolaan
Terpadu (RPDAST) Terpadu (RPDAST) Daerah Aliran Sungai Terpadu (RPDAST)
6.5.1.(a) DLHK RPDAST 21 NA 6 NA 6 NA 6
yang diinternalisasi yang diinternalisasi yang sudah disusun ke dalam Rencana
ke dalam Rencana ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
Tata Ruang Wilayah Tata Ruang Wilayah
(RTRW). (RTRW).

Jumlah stasiun Jumlah stasiun Updating dan revitalisasi stasiun


hidrologi dan hidrologi dan hidrologi dan klimatologi di 8 Wilayah
6.5.1 (b) klimatologi yang klimatologi yang Sungai dan Pembentukan jaringan BMKG stasiun 850 NA 833 NA 813 NA 813
dilakukan updating dilakukan updating informasi sumber daya air di 8 Wilayah
dan revitalisasi dan revitalisasi Sungai.

Jumlah jaringan Jumlah jaringan


informasi sumber informasi sumber Pembentukan jaringan informasi sumber DPU SDA Wilayah
6.5.1.(c) 7 NA 7 NA 7 NA 7
daya air yang daya air yang daya air di 8 Wilayah Sungai. TARU Sungai
dibentuk. dibentuk.
Luas pengembangan Luas pengembangan
Pemulihan kesehatan DAS melalui
hutan serta hutan serta
pengembangan Hutan Tanaman Rakyat
peningkatan Hasil peningkatan Hasil
(HTR), Hutan Kemasyarakat (HKm), Hutan 50. 10.222, 43.981,
6.5.1 (e) Hutan Bukan Kayu Hutan Bukan Kayu DLHK Ha NA 13.485 NA NA
Desa (HD), Hutan Adat dan Hutan Rakyat 000 57 45
(HHBK) untuk (HHBK) untuk
(HR) serta peningkatan Hasil Hutan Bukan
memulihkan memulihkan
Kayu (HHBK) seluas 12,7 Juta Ha.
kesehatan DAS kesehatan DAS

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 72


2018 2019 2020 2021

KODE STATUS
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs SUMBER
INDI- TARGET (PERPRES 59/2017) SATUAN CAPAI- KET.
NASIONAL PROVINSI DATA BASE- TAR- REA- TAR- REA- TAR- REA-
KATOR AN
LINE GET LISASI GET LISASI GET LISASI

Jumlah wilayah Jumlah wilayah


sungai yang memiliki sungai yang memiliki
partisipasi partisipasi Peningkatan partisipasi masyarakat
DPU SDA Wilayah
6.5.1.(f) masyarakat dalam masyarakat dalam dalam pengelolaan daerah tangkapan 2 NA 2 NA 2 NA 2
TARU Sungai
pengelolaan daerah pengelolaan daerah sungai dan danau di 10 Wilayah Sungai
tangkapan sungai tangkapan sungai
dan danau. dan danau.
Melanjutkan penataan kelembagaan
sumber daya air, antara lain dengan:
Mensinergikan pengaturan kewenangan
dan tanggung jawab di semua tingkat
pemerintahan beserta seluruh pemang-
Kapasitas Kapasitas
ku kepentingan serta menjalankannya
kelembagaan kelembagaan DPU SDA
6.5.1 (g) secara konsisten; Meningkatkan ke- Lembaga 4 NA 4 NA 4 NA 4
pengelolaan sumber pengelolaan sumber TARU
mampuan komunikasi, kerjasama, dan
daya air daya air
koordinasi antarlembaga serta antar-
wadah koordinasi pengelolaan sumber
daya air yang telah terbentuk; dan
Meningkatkan kapasitas kelembagaan
pengelolaan sumber daya air.
Jumlah DAS Prioritas Jumlah DAS Prioritas
Perlindungan mata air dan Pemulihan
yang meningkat yang meningkat
kesehatan sungai di 5 DAS Prioritas (DAS DLHK
jumlah mata airnya jumlah mata airnya
Ciliwung, DAS Citarum, DAS Serayu, DAS bekerja-
6.5.1.(h) melalui konservasi melalui konservasi DAS 2 NA 2 NA 2 NA 2
Bengawan Solo dan DAS Brantas) dan 10 sama
sumber daya air di sumber daya air di
DAS prioritas lainnya sampai dengan KLHK
daerah hulu DAS daerah hulu DAS
tahun 2019.
serta sumur resapan serta sumur resapan
Jumlah DAS Prioritas Jumlah DAS Prioritas
yang dipulihkan yang dipulihkan
Perlindungan mata air dan Pemulihan
kesehatannya kesehatannya
kesehatan sungai di 5 DAS Prioritas (DAS DLHK
melalui melalui
Ciliwung, DAS Citarum, DAS Serayu, DAS bekerja-
6.5.1 (i) pembangunan pembangunan DAS 2 NA 2 NA 2 NA 2
Bengawan Solo dan DAS Brantas) dan 10 sama
embung, dam embung, dam
DAS prioritas lainnya sampai dengan KLHK
pengendali, dam pengendali, dam
tahun 2019.
penahan skala kecil penahan skala kecil
dan menengah dan menengah
Target 6.6 Pada tahun 2030, melindungi dan merestorasi ekosistem terkait sumber daya air, termasuk pegunungan, hutan, lahan basah, sungai, air tanah, dan danau
DLHK
Jumlah danau yang Jumlah danau yang
Meningkatnya kualitas air pada 15 danau bekerjas
6.6.1 (a) ditingkatkan kualitas ditingkatkan kualitas Danau 1 NA 1 NA 1 NA 1
pada tahun 2019. ama
airnya airnya
KLHK
DLHK
Jumlah danau yang Jumlah danau yang Meningkatnya 15 danau yang
bekerjas
6.6.1 (b) pendangkalannya pendangkalannya pendangkalannya kurang dari 1% pada Danau 1 NA 1 NA 1 NA 1
ama
kurang dari 1% kurang dari 1% tahun 2019.
KLHK

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 73


2018 2019 2020 2021

KODE STATUS
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs SUMBER
INDI- TARGET (PERPRES 59/2017) SATUAN CAPAI- KET.
NASIONAL PROVINSI DATA BASE- TAR- REA- TAR- REA- TAR- REA-
KATOR AN
LINE GET LISASI GET LISASI GET LISASI

DLHK
Jumlah danau yang Jumlah danau yang Meningkatnya danau yang menurun
bekerjas
6.6.1 (c) menurun tingkat menurun tingkat tingkat erosinya menjadi 15 danau pada Danau 1 NA 1 NA 1 NA 1
ama
erosinya erosinya tahun 2019.
KLHK
Luas lahan kritis Luas lahan kritis
DLHK
dalam Kesatuan dalam Kesatuan Mengurangi luasan lahan kritis melalui
bekerjas
6.6.1.(d) Pengelolaan Hutan Pengelolaan Hutan rehabilitasi di dalam KPH seluas 5,5 juta ha 1 11.000 11.000 NA 14.571 NA 20,651
ama
(KPH) yang (KPH) yang hektar pada tahun 2019.
KLHK
direhabilitasi. direhabilitasi.
Perlindungan mata air dan Pemulihan
Jumlah DAS prioritas Jumlah DAS prioritas
kesehatan sungai di 5 DAS Prioritas (DAS DLHK
yang dilindungi mata yang dilindungi mata
Ciliwung, DAS Citarum, DAS Serayu, DAS bekerjas DAS
6.6.1 (e) airnya dan airnya dan 2 NA 2 NA 2 NA 2
Bengawan Solo dan DAS Brantas) dan 10 ama Prioritas
dipulihkan dipulihkan
DAS prioritas lainnya sampai dengan KLHK
kesehatannya kesehatannya
tahun 2019.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 74


Tujuan 7: Energi Bersih Dan Terjangkau

I. PENDAHULUAN

Tujuan 7 adalah menjamin akses energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan dan
modern untuk semua, dengan target untuk mejamin akses layanan energi untuk semua.
Pencapaian target tujuan 7 Provinsi Jawa Tengah difokuskan pada: (1) Akses layanan
energi yang terjangkau; dan (2) Mengembangkan alternatif sumber energi non fosil.

II. STATUS CAPAIAN

A. PENCAPAIAN INDIKATOR TPB YANG MENGALAMI KEMAJUAN


1) Rasio Elektrifikasi
Rasio Elektrifikasi digunakan untuk mengetahui jumlah rumah tangga yang telah
dan belum memiliki akses listrik sebagai indikator kesejahteraan masyarakat. Capaian
pada tahun 2021 menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan selama kurun
waktu 4 tahun, dimulai dari tahun 2018 yang masih berada di angka 98,52 persen.
Adapun rasio elektrifikasi pada tahun 2021 di Jawa Tengah menunjukkan angka 99,99
persen, artinya masih terdapat sekitar 0,01 persen KK belum berlistrik, yang sebagian
besar merupakan rumah tangga miskin.
Tujuan 7: Energi Bersih dan Terjangkau
Kode Base- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Nama Sumber Satu- Target
Indi- line sasi get sasi get sasi
Indikator Data an 2019
kator (2018) 2019 2020 2020 2021 2021
7.1.1* Rasio Dinas
Elektrifikasi ESDM % 98,52 100 99,90 100 99,91 100 99,99

2) Konsumsi Listrik Per Kapita


Konsumsi listrik per kapita merupakan perbandingan jumlah penjualan tenaga
listrik dengan jumlah penduduk. Pada tahun 2021, terjadi peningkatan konsumsi listrik
di Jawa Tengah sebesar 40,12 kWh dari 788,22 kWh (tahun 2020) menjadi 828,34 kWh.
Peningkatan jumlah penjualan tenaga listrik tersebut diindikasikan karena mulai
membaiknya kondisi masyarakat di masa pandemi Covid-19, yang mendorong
meningkatnya permintaan listrik sehingga konsumsi listrik masyarakat Jawa Tengah
tahun 2021 tumbuh pesat, bahkan melampaui konsumsi listrik tahun 2019 sebelum
terjadinya pandemi Covid-19.
Tujuan 7: Energi Bersih dan Terjangkau
Kode Base- Reali- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu- Target Target
Indi- Nama Indikator line sasi sasi get sasi
Data an 2019 2020
kator (2018) 2019 2020 2021 2021
7.1.1 Konsumsi listrik Dinas
(a) per kapita kWh 708,04 744,65 799,37 780,36 788,22 825,37 828,34
ESDM

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 75


Peningkatan permintaan listrik
didorong pula oleh adanya Program
Stimulus Covid-19 berupa subsidi
sambungan listrik murah yang kemudian
memberikan pengaruh positif pada
meningkatnya konsumsi listrik. Pada
tahun 2021, konsumsi energi listrik
terbesar terdapat pada kelompok rumah
tangga, diikuti kelompok industri dan
usaha.
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2021
Gambar 28. Konsumsi Listrik Tahun 2021

3) Rasio Penggunaan Gas Rumah Tangga


Rasio penggunaan gas rumah tangga merupakan indikator yang digunakan untuk
melihat proporsi rumah tangga yang sudah memanfaatkan gas sebagai bahan bakar
untuk memasak yang lebih bersih dan aman. Capaian rasio penggunaan gas rumah
tangga di Jawa Tengah tahun 2021 menunjukkan peningkatan sebesar 0,19 persen
dibandingkan tahun 2020. Artinya masih terdapat sekitar 14,18 persen rumah tangga
di Jawa Tengah yang belum memanfaatkan gas bumi sebagai bahan bakar rumah
tangga yang aman.
Tujuan 7: Energi Bersih dan Terjangkau
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu-
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
7.1.1 Rasio penggunaan gas Susenas
(a) rumah tangga % 80,13 PM 82,53 PM 85,63 PM 85,82
BPS

Penggunaan jaringan gas bumi sebagai milestone pemenuhan kebutuhan energi


di Jawa Tengah hingga tahun 2021 sudah melayani 13.961 pelanggan rumah tangga
yang tersebar di Kota Semarang dan Kabupaten Blora. Pengembangan pasar gas bumi
di wilayah Jawa Tengah terus dilakukan melalui kerjasama PT. PGN dengan PT. Jateng
Petro Energi (JPEN) dengan potensi pelanggan jargas rumah tangga sekitar 31.800 SR
yang berlokasi di Kabupaten Cilacap, Kota Semarang, Kabupaten Semarang,
Kabupaten Klaten, Kota Solo, dan DI Yogyakarta.
Dalam rangka memenuhi dan mendorong pemanfaatan gas bumi di wilayah baru
di Jawa Tengah, beberapa upaya penyediaan infrastruktur gas bumi terus dilakukan.
Salah satunya yaitu optimalisasi SPBG Kaligawe yang berlokasi di wilayah Sayung
dengan kapasitas 1 BBTUD yang dapat melayani kebutuhan seluruh sektor pelanggan.
Selain itu, infrastruktur penyaluran gas bumi berupa jaringan gas pipa yang
mengantarkan gas bumi sampai rumah tangga juga terus dikembangkan.

4) Bauran Energi Terbarukan


Kebutuhan energi masyarakat yang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan
dan pemakaian energi menunjukkan masih adanya kecenderungan ketergantungan
terhadap sumber energi fosil yang potensinya semakin lama semakin berkurang.
Penggunaan energi fosil tersebut juga dinilai kurang ramah lingkungan karena
berdampak pada tingginya emisi gas rumah kaca di Jawa Tengah. Oleh karenanya,

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 76


dalam rangka mewujudkan penggunaan energi yang ramah lingkungan, maka
pemerintah mendorong adanya energi baru terbarukan (EBT).
Tujuan 7: Energi Bersih dan Terjangkau
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu-
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
7.2.1* Bauran energi Dinas
terbarukan ESDM % 10,8 11,10 11,69 11,60 11,89 12,94 13,38

Dalam kurun waktu 2019 hingga tahun 2021, tren bauran energi terbarukan
menunjukkan kecenderungan peningkatan nilai dan melampaui target yang
ditentukan. Jawa Tengah dengan berbagai karakteristik wilayahnya, memiliki EBT
yang potensial untuk
dikembangkan, antara lain
energi surya, air, biogas, waste
to energy (biomassa), gas rawa
dan panas bumi. Beberapa
upaya pengembangan Energi
Baru Terbarukan (EBT) di Jawa
Tengah yaitu membangun
pembangkit EBT (PLTS Rooftop,
PLTMH, pompa tenaga surya),
mendorong peran serta
masyarakat melalui Desa
Mandiri Energi (DME),
membangun Biogas berbasis
limbah kotoran ternak dan
Sumber: Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah, 2021 limbah tahu, serta memfasilitasi
Gambar 29. EBT di Jawa Tengah usulan pembangunan Biogas
dan PLTS Rooftop oleh
Kementerian ESDM. Infrastruktur pengembangan EBT di Jawa Tengah (Gambar 28).

B. TANTANGAN DAN PEMBELAJARAN


Pemerintah Provinsi Jawa Tengah berkomitmen untuk mewujudkan Jawa Tengah
sebagai provinsi yang mengandalkan energi bersih terbarukan dalam pembangunan
daerahnya. Jumlah penduduk dan industri yang cenderung meningkat tiap tahun
menjadi tantangan ke depan. Perlunya penguatan kehandalan sistem dan sistem
pasokan bagi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru dalam upaya mendorong
investasi, serta pemanfaatan energi baru terbarukan.
Pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) di Jawa Tengah difokuskan pada
peluang pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap yang terbuka
lebar karena akses teknologi yang semakin canggih dan menjangkau semua kalangan
dengan harga murah dan skema pembayaran bervariasi. Beberapa potensi EBT lain di
Jawa Tengah yang dapat dikembangkan yaitu mulai dari panas bumi, hidro, bahan
bakar nabati, energi surya, dan sebagainnya. Beberapa alternatif tersebut dapat
digunakan sebagai salah satu solusi agar tidak sepenuhnya bergantung dengan bahan
bakar fosil.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 77


Tantangan yang dihadapi oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah berkaitan dengan
sektor energi adalah pertumbuhan konsumsi listrik yang semakin padat, kapasitas
energi yang dihasilkan dari pengembangan EBT masih belum optimal, serta dukungan
sumber daya manusia (masyarakat) dalam pengembangan kemandirian energi yang
masih perlu didorong.

III. INOVASI DAN PRAKTIK BAIK

1) Program Pengelolaan Energi Terbarukan melalui “Jateng Solar Province”


Jateng Solar Province merupakan program yang diinisiasi oleh Dinas ESDM dalam
rangka pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) di Provinsi Jawa Tengah. Inovasi
yang dikembangkan dalam program ini yaitu pembangunan dan pemasangan PLTS
Rooftop, sesuai amanat SE Gubernur Jawa Tengah Nomor 671.25/0004468 tahun 2019
tentang Implementasi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap.
Implementasi pembangunan PLTS Atap ini dilaksanakan di lingkungan SKPD Jawa
Tengah, industri maupun perumahan.
Dampak positif penyelenggaraan
Jateng Solar Province memberikan hasil
yang menggembirakan. Berbagai sektor
telah mampu didorong untuk
pembangunan PLTS Rooftop, yang tidak
hanya sektor pemerintah atau
lingkungan SKPD, tetapi pula sektor
industri. PT. Tirta Investama Klaten
(Danone Aqua) menjadi salah satu
perusahaan yang telah melakukan
pembangunan dan pemasangan PLTS
dengan kapasitas sebesar 2,9 MW (pada
tahun 2020) melalui skema pembiayaan
performance base rental. Hal tersebut diikuti oleh beberapa Perusahaan dan Industri
lain di Jawa Tengah untuk memenuhi tuntutan global mengurangi emisi gas karbon.
Selain itu, masyarakat di Jawa Tengah juga telah secara mandiri melakukan
pemasangan instalasi PLTS Atap, seperti yang sudah dilakukan 5 Balai Desa di
Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang. Pembangunan Pompa Tenaga Surya di
Desa Krincing dan Sugihmas di Kabupaten Magelang mampu menghidupkan mesin
pompa air guna mengairi sawah.
Komitmen Jawa Tengah untuk terus melakukan pengembangan pemanfaatan
Energi Baru Terbarukan dibuktikan dengan memperluas pembangunan PLTS Rooftop
pada sektor pendidikan dan UMKM. Pada tahun 2021, PLTS Rooftop dikembangkan
untuk 11 Pondok Pesantren dan 3 UMKM di 8 kabupaten/kota dengan jumlah total
yaitu 31 unit, dengan bersumber pada APBD Provinsi. Adapun sasaran pengembangan
kedepan yaitu mendorong skema pembiayaan dengan “zero capex” atau tanpa biaya
investasi awal dengan kredit lunak yang melibatkan lembaga keuangan untuk menarik
minat. Selain itu, BUMD Pemprov Jateng yang bergerak di bidang Energi dan Sumber
Daya Mineral, PT Jateng Petro Energi (JPEN) telah menandatangani MoU dengan PT

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 78


Agra Surya Energi untuk pengembangan PLTS baik PLTS Rooftop maupun PLTS
Terapung di Jawa Tengah.
Sumber: Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah

2) Program Energi Mandiri Tenaga Surya dan Angin (E-Mas Bayu) dan Energi Mandiri
Tambak Ikan (E-Mbak Mina) di Desa Ujung Alang Cilacap
Label dusun gelap gulita dan krisis air
bersih yang selama ini melekat ke sebuah
daerah terpencil di Kampung Laut
Kabupaten Cilacap. Adalah Dusun Bondan
yang terletak di Desa Ujung Alang
Kecamatan Kampung Laut, yang sudah
ketiga kalinya secara berturut-turut meraih
penghargaan Desa Mandiri Energi Provinsi
Jawa Tengah hingga tahun 2021. Dusun
Bondan di Desa Ujungalang, Kecamatan
Kampung Laut, Kabupaten Cilacap, yang
merupakan desa binaan Pertamina Refinery Unit Cilacap.
Dusun Bondan yang masuk dalam daerah terpencil di Kabupaten Cilacap
menempati peringkat pertama kategori Energi Baru Terbarukan (EBT) untuk program
Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid (PLTH). Dengan memanfaatkan energi angin dan
matahari untuk menjalankan Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid (PLTH) bantuan dari PT
Kilang Pertamina Internasional (KPI) Unit Cilacap melalui program Energi Mandiri
Tenaga Surya dan Angin (E-Mas Bayu) dan Energi Mandiri Tambak Ikan (E-Mbak Mina).
Dusun Bondan kini dapat teraliri listrik secara mandiri, tanpa lagi kesulitan akses
jaringan listrik karena memiliki wilayah yang sangat terpencil.
PLTH yang dikembangkan merupakan PLTH yang bersumber dari panel surya dan
kincir angin dengan kapasitas 16.200 watt peak (wp). PLTH tersebut mampu
memenuhi kebutuhan listrik di 40 rumah dan mesin pengolahan air payau menjadi air
tawar untuk konsumsi sehari-hari dengan Sistem Desalinasi Air Berbasis Masyarakat
(Sidesi Mas). Sidesi Mas ini sendiri mampu menghasilkan 240 liter per jamnya dan
mampu menampung hingga 2.000 liter air bersih.
Sumber: https://jateng.antaranews.com/berita/399342/dusun-bondan-kembali-raih-penghargaan-
desa-mandiri-energi-provinsi-jateng; https://www.gatra.com/news-452965-teknologi-bondan-
kampung-mandiri-energi-di-pesisir-selatan-cilacap.html

IV.KEBIJAKAN DAN STRATEGI KE DEPAN

Kebijakan dan strategi untuk mendorong pencapaian tujuan 7: Energi Bersih dan
Terjangkau berdasarkan yang tercantum dalam RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun
2018-2023 antara lain: (a) Konservasi energi dan audit energi, (b) Pengembangan
sumber Energi Baru Terbarukan, (c) Penurunan emisi gas rumah kaca sektor energi, (d)
Pengembangan sistem energi secara optimal dan mewujudkan keterpaduan sistem
penyediaan listrik untuk mendukung pasokan energi nasional (sistem JAMALI), (e)
Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan infrastruktur energi, (f)
Pengelolaan energi alternatif.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 79


TUJUAN 7. ENERGI BERSIH DAN TERJANGKAU
2018 2019 2020 2021

KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs SUMBER STATUS
INDI- TARGET (PERPRES 59/2017) SATUAN KET.
NASIONAL PROVINSI DATA BASE- TAR- REALI- TAR- REALI- TAR REALI- CAPAIAN
KATOR
LINE GET SASI GET SASI -GET SASI

Tujuan 7. Menjamin akses energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan, dan modern

Target 7.1 Pada tahun 2030, menjamin akses universal layanan energi yang terjangkau, andal dan modern
Meningkatnya rasio
Tren meningkat
elektrifikasi menjadi 96,6% Dinas
7.1.1* Rasio elektrifikasi. Rasio elektrifikasi % 98,52 99,9 99,91 100 99,91 100 99,99 meskipun belum
pada tahun 2019 (2014: ESDM
memenuhi target
81,5%).
Meningkatnya konsumsi
Konsumsi listrik Konsumsi listrik per listrik per kapita menjadi Dinas 825,
7.1.1.(a) KWh 708,04 744,65 799,37 780,36 788,22 828,34
per kapita. kapita 1.200 KWh pada tahun 2019 ESDM 37
(2014: 843 KWh).

Jumlah Tercapainya jaringan gas 1,1


Jumlah sambungan Kement
sambungan juta sambungan rumah
7.1.2 (a) jaringan gas untuk erian kWh NA NA NA NA NA NA NA
jaringan gas untuk tangga pada tahun 2019
rumah tangga ESDM
rumah tangga (2014: 200 ribu).

Rasio penggunaan Rasio penggunaan (tidak ada dalam lampiran Susenas


7.1.2.(b) % 80,13 PM 82,53 PM 85,63 PM 85,82
gas rumah tangga. gas rumah tangga. Perpres 59/2017) BPS

Target 7.2 Pada tahun 2030, meningkatkan secara subtansial pangsa energi terbarukan dalam bauran energi global

Bauran energi terbarukan


Bauran energi Bauran energi Dinas
7.2.1* mencapai 10-16% pada tahun % 10,8 11,10 11,69 11,60 11,89 12,94 13,38
terbarukan. terbarukan ESDM
2019.

Target 7.3 Pada tahun 2030, melakukan perbaikan efisiensi energi di tingkat global sebanyak dua kali lipat

Intensitas energi primer SBM


Intensitas energi Intensitas energi (penurunan 1% per tahun) Kemen (Setara
7.3.1* NA NA NA NA NA NA NA
primer primer menjadi 463,2 SBM pada ESDM Barrel
tahun 2019. Minyak)

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 80


Tujuan 8: Pekerjaan Layak dan
Pertumbuhan Ekonomi

I. PENDAHULUAN

Tujuan 8 adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan


berkelanjutan, kesempatan kerja yang produktif dan menyeluruh, serta pekerjaan yang
layak untuk semua, dengan target untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi per
kapita, mencapai produktivitas perekonomian, penciptaan lapangan kerja, mengurangi
tingkat pengangguran, serta pariwisata yang berkelanjutan. Pencapaian target tujuan 8
Provinsi Jawa Tengah difokuskan pada: (1) Peningkatan pertumbuhan ekonomi; (2)
Penyediaan lapangan pekerjaan untuk mengurangi angka pengangguran; serta (3)
Meningkatkan pendapatan dari sektor pariwisata.

II. STATUS CAPAIAN

A. PENCAPAIAN INDIKATOR TPB YANG MENGALAMI KEMAJUAN


1) Laju Pertumbuhan PDRB per Kapita
PDRB per kapita merupakan perbandingan antara total PDRB Atas Dasar Harga
Berlaku (ADHB) di suatu wilayah dengan jumlah penduduk di wilayah tersebut. Pada
tahun 2018, laju pertumbuhan PDRB per kapita mencapai 7,42 persen, kemudian
menurun di tahun 2019 menjadi 7,16 persen. Pertumbuhan PDRB per kapita pada tahun
2020 mengalami kontraksi sebesar -6,14 persen akibat pandemi Covid-19. Namun, nilai
PDRB per kapita kembali bertumbuh positif menjadi 4,69 persen seiring semakin
membaiknya kondisi perekonomian pada tahun 2021.
Tujuan 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu-
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Laju pertumbuhan
8.1.1* BPS % 7,42 PM 7,16 PM -6,14 PM 2,49
PDRB per kapita.

Berdasarkan pertumbuhan PDRB per kapita masing-masing Kabupaten/Kota,


Kabupaten Blora dengan potensi pertambangan minyak, gas, dan panas bumi mampu
tumbuh positif sebesar 11,98 persen pada tahun 2021. Walaupun Kabupaten Blora
menempati posisi ke-19 berdasarkan nilai PDRB per kapitanya, Kabupaten ini mampu
mencatatkan sebagai wilayah administrasi dengan pertumbuhan per kapita tertinggi
di Jawa Tengah.
Sementara Kabupaten Kudus yang memiliki nilai PDRB per kapita tertinggi se-
Jawa Tengah merupakan wilayah administrasi dengan pertumbuhan per kapita
terendah. Dari 35 wilayah administratif di Jawa Tengah, Kabupaten Kudus merupakan
satu-satunya yang masih mengalami kontraksi pada tahun 2021 dengan pertumbuhan

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 81


PDRB per kapita sebesar -1,69 persen. Hal ini dikarenakan semakin menurunnya kinerja
industri pengolahan di wilayah tersebut, terutama pengolahan tembakau yang
mengalami penurunan produksi karena menurunnya kualitas bahan baku akibat cuaca
buruk dan kemarau basah.

Laju Pertumbuhan PDRB per Kapita Kabupaten/Kota


2020 2021

5.79

8.56
4.68
5.27

5.12
4.69

5.44

4.74

5.69
5.09

6.04
4.24
11.98

3.2

5.17
5.56
5.04

4.57
4.98
4.75

7.81
5.77
5.14

1.26
4.54
3.91

4.96

4.29
4.05

4.76

4.23
4.23

3.01
4.36

5.1
4
3.52

0.37

-0.93
-1.03
-1.45
-1.15

-1.34

-1.79
-2.23

-4.23
-2.32

-3.01
-9.92

-4.86
-4.65
-5.07
-5.43

-5.54
-6.66
-7.48

-1.69
-5.99

-7.07

-10.48
-9.06

-7.78
-7.94

-9.83
-9.08

-10.12

-9.35
-7.06
-11.25
-18.31

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2021


Gambar 30. Laju Pertumbuhan per Kapita Kabupaten/Kota di Jawa Tengah

2) Persentase Tenaga Kerja Formal


Tenaga kerja formal adalah penduduk dengan status pekerjaannya: (1) berusaha
dibantu buruh tetap/buruh dibayar, dan (2) buruh/karyawan/pegawai. Indikator
persentase tenaga kerja formal menunjukkan tren cenderung fluktuatif dalam kurun
waktu tahun 2019 hingga 2021.
Tujuan 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu-
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
8.3.1 Persentase tenaga
BPS % 39,06 PM 42,01 PM 37,25 PM 39,62
(a) kerja formal

Apabila melihat kondisi year to year, terjadi kenaikan daya serap tenaga kerja di
sektor formal terutama dari tahun 2020 ke 2021. Persentase tenaga kerja sektor formal
tahun 2021 mencapai 39,62 persen, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang
menyerap sekitar 37,25 persen tenaga kerja di Jawa Tengah. Industri menjadi penyedia
lapangan kerja formal terbesar, dengan proporsi terbesar merupakan buruh/karyawan
(36,53 persen dari persentase total tenaga kerja formal).

3) Upah Rata-rata Per Jam Pekerja


Upah rata-rata per jam pekerja di Jawa Tengah cenderung meningkat setiap
tahunnya. Peningkatan upah tersebut menunjukkan bahwa produktivitas semakin
tinggi. Disisi lain, peningkatan upah mempengaruhi jumlah penawaran kerja,
permintaan akan tenaga kerja serta pengangguran pada suatu daerah. Upah rata-rata
per jam pekerja di Jawa Tengah pada tahun 2021 menunjukkan kenaikan dari 12.707
rupiah menjadi 13.072 rupiah.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 82


Tujuan 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar-
Sumber Satu- Realisasi
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get
Data an 2021
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021
8.5.1* Upah rata-rata per
BPS Rp 11.428 PM 11.818 PM 12.707 PM 13 072
jam pekerja

4) Persentase usia muda (15-24 tahun) yang sedang tidak sekolah, bekerja atau
mengikuti pelatihan (NEET)
Persentase usia muda (15-24 tahun) yang sedang tidak sekolah, bekerja atau
mengikuti pelatihan (NEET) merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur
persentase penduduk usia muda yang tidak bersekolah, bekerja dan mengikuti
pelatihan, sebagai proksi keterbatasan akses dalam memperoleh pendidikan,
pelatihan serta pekerjaan pada usia muda. Persentase NEET di Jawa Tengah
mengalami penurunan dari 24,01 persen (2020) menjadi 20,32 persen pada tahun 2021.
Tujuan 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi
Kode Base- Tar- Reali Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu-
Indi- Nama Indikator line get -sasi get sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
8.6.1* Persentase usia muda (15-24
tahun) yang sedang tidak
BPS % 21,22 PM 21,80 PM 24,01 PM 20,32
sekolah, bekerja atau
mengikuti pelatihan (NEET)

5) Proporsi Kredit UMKM terhadap Total Kredit


Penyaluran kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) pada perbankan
Himpunan Bank Negara (Himbara) di Jawa Tengah tumbuh positif meski pandemi
Covid-19. Begitu pula dengan penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) juga mengalami
kenaikan. Dalam hal ini, pelaku usaha kecil yang paling dominan memanfaatkan kredit
tersebut.
Jawa Tengah menjadi provinsi dengan penyaluran Kredit Usaha Rakyat untuk
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk UMKM tertinggi di Indonesia. Total
penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Jawa Tengah pada 2021 mencapai Rp. 42
triliun. Jumlah tersebut merupakan yang tertinggi secara nasional, dengan porsinya
mencapai 18 persen. Adapun proporsi kredit UMKM terhadap total kredit mengalami
peningkatan dari 41,32 persen (2020) menjadi 46,03 persen (2021).
Tujuan 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sat
Indi- Nama Indikator Sumber Data line get sasi get sasi get sasi
uan
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
8.10.1 Proporsi kredit Bank
(b) UMKM terhadap Indonesia % 40,19 PM 41,53 PM 41,32 PM 46,03
total kredit (Data UMKM)

B. PENCAPAIAN INDIKATOR TPB YANG MEMERLUKAN PERHATIAN


1) Proporsi lapangan kerja informal sektor non-pertanian berdasarkan jenis kelamin
Capaian proporsi lapangan kerja informal sektor non-pertanian dalam kurun waktu
2018 hingga 2021 menunjukkan tren yang fluktuatif. Tahun 2021, capaian cenderung
menurun, dari 52,14 persen (tahun 2020) menjadi 50,57 persen. Penurunan tersebut
diindikasi sebagai dampak dari adanya pembatasan aktivitas selama pandemi Covid-
19 yang berpengaruh pada penurunan jumlah lapangan kerja. Penciptaan lapangan

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 83


kerja khususnya pada masyarakat terdampak pandemi masih menjadi perhatian serius
untuk terus dilakukan oleh Pemerintah dalam rangka pemulihan perekonomian di
masa post-pandemic.
Tujuan 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu-
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
8.3.1* Proporsi lapangan kerja
informal sektor non-
BPS % 50,82 PM 47,41 PM 52,14 PM 50,57
pertanian, berdasarkan
jenis kelamin

2) Persentase tenaga kerja informal sektor pertanian


Sektor pertanian merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja di
Jawa Tengah. Pada tahun 2021, sektor pertanian yang lebih banyak bersifat informal
mampu menyerap 4,23 juta orang (23,74 persen) tenaga kerja. Capaian persentase
tenaga kerja informal sektor pertanian tahun 2021 menunjukkan adanya penurunan
dari 92,52 persen menjadi 91,89 persen.
Tujuan 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu-
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
8.3.1 Persentase tenaga
(b) kerja informal sektor BPS % 91,64 PM 92,93 PM 92,52 PM 91,89
pertanian

Penurunan tersebut dimungkinkan karena adanya pergeseran lapangan kerja


terutama ke sektor industri pengolahan dan perdagangan sejalan dengan
membaiknya kondisi ekonomi akibat pandemi Covid-19, terlihat dari semakin
bertambahnya jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor industri, perdagangan dan
lapangan usaha lainnya.
Menurut tipe daerah, sektor pertanian menjadi lapangan usaha yang mendominasi
daerah perdesaan, yaitu mencapai 35,78 persen. Sedangkan untuk daerah perkotaan,
mayoritas penduduk usia kerja bekerja di sektor industri pengolahan (sekitar 24,75
persen) dan sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi dan perawatan mobil dan
sepeda motor (sekitar 22,66 persen).

3) Tingkat Pengangguran Terbuka dan Tingkat Setengah Pengangguran


Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menjadi indikator yang dapat digunakan
untuk mengetahui seberapa besar penawaran kerja yang tidak dapat terserap dalam
pasar kerja di Jawa Tengah. Perkembangan angka TPT menunjukkan tren yang
cenderung fluktuatif. TPT di Jawa Tengah pada Agustus 2021 tercatat sebesar 5,95
persen yang berarti bahwa dari 100 orang angkatan kerja terdapat sekitar 6 orang yang
menganggur. Capaian TPT tersebut lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya yang
mencapai 6,48 persen, namun belum memenuhi target yang ditetapkan.
Tujuan 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar-
Sumber Satu- Realisasi
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get
Data an 2021
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021
8.5.2* Tingkat
pengangguran BPS % 4,51 4,43 4,44 4,33 6,48 4,23 5,95
terbuka

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 84


Apabila dilihat menurut jenis kelamin, tahun 2021 TPT perempuan lebih rendah
daripada TPT laki-laki, tercatat masing-masing sebesar 5,14 persen dan 6,54 persen.
Adapun menurut tipe daerah diketahui bahwa TPT untuk daerah perkotaan sekitar
7,06 persen, lebih besar dibandingkan dengan TPT daerah perdesaan yang tercatat
sebesar 4,75 persen sebagai efek dari industrialisasi.
TPT per Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2021

9.97
9.97
9.78
9.54
8.73
8.25
7.85
7.55
7.26
6.89
6.59
6.71
6.05
6.05
6.03
5.89
5.86
5.48
5.28
5.26
5.09
5.02
5.03
4.76
4.60
4.38
4.28
4.23
3.77
3.81
3.67
3.59
3.32
2.62
2.43

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2021


Gambar 31. TPT per Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2021

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Jawa Tengah tahun 2021 tidak terlepas dari
agregat capaian pada 35 Kabupaten/Kota. Grafik di atas menunjukkan bahwa terdapat
15 kabupaten/kota yang memiliki nilai TPT lebih dari provinsi. Sedangkan TPT tertinggi
terdapat di Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Tegal dengan nilai 9,97 persen.
Pekerja setengah pengangguran adalah pekerja yang bekerja di bawah jam kerja
normal (kurang dari 35 jam seminggu) dan masih mencari pekerjaan atau masih
bersedia menerima pekerjaan. Tingkat setengah pengangguran menjadi indikator
yang dapat memberikan gambaran tentang kualitas, produktivitas dan tingkat utilisasi
lapangan kerja yang tersedia.
Tujuan 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar-
Sumber Satu- Realisasi
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get
Data an 2021
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021
8.5.2 Tingkat setengah
BPS % 5,21 PM 5,36 PM 8,60 PM 7,23
(a) pengangguran

Tingkat setengah pengangguran di Jawa


Tengah menunjukkan capaian membaik pada
tahun 2021, yaitu menurun menjadi 7,23
persen dari tahun sebelumnya yang
mencapai 8,60 persen. Capaian tersebut
diartikan bahwa dari 100 penduduk bekerja
terdapat sekitar tujuh orang yang termasuk
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2021 setengah pengangguran. Secara absolut,
(divisualisasi) jumlah penduduk setengah pengangguran di
Gambar 32. Klasifikasi Pekerja Setengah
Jawa Tengah pada tahun 2021 yaitu sebanyak
Menganggur di Jawa Tengah Tahun 2021
1.289.670 jiwa, menurun dari tahun 2020 yang
mencapai 1.508.045 jiwa. Apabila

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 85


dibandingkan dengan nasional, tingkat setengah pengangguran di Jawa Tengah
memiliki capaian yang lebih baik karena berada dibawah angka 8,71 persen.

4) Kontribusi Sektor Pariwisata


Sektor pariwisata menjadi sektor ekonomi yang potensial dikembangkan di Jawa
Tengah. Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi yang dapat
meningkatkan pendapatan daerah. Sektor pariwisata dapat dikatakan sebagai
invisible export karena kemampuannya mendatangkan devisa. Devisa sektor
pariwisata berasal dari belanja barang dan jasa wisatawan mancanegara yang
berkunjung. Peranan sektor pariwisata semakin penting sejalan dengan
perkembangan dan kontribusi yang diberikan sektor pariwisata melalui
pengembangan wilayah maupun dalam penyerapan investasi dan tenaga kerja serta
pengembangan usaha yang tersebar di berbagai wilayah di Jawa Tengah.
Tujuan 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi
Kode Base- Reali- Reali- Reali-
Sumber Satu- Target Target Target
Indi- Nama Indikator line sasi sasi sasi
Data an 2019 2020 2021
kator (2018) 2019 2020 2021
8.9.1* Proporsi kontribusi
Dinpora-
pariwisata terhadap % 3,15 3,17 3,21 3,19 2,99 3,21 3,06
par, BPS
PDB
8.9.1 Jumlah wisatawan Dinpo-
orang 677.168 857.710 691.699 910.030 78.290 969.182 1.793
(a) mancanegara rapar
8.9.1 Jumlah kunjungan Dinpo- 8.943. 46.645. 57.900. 49.631. 22.629. 53.204. 21.332
orang
(b) wisatawan nusantara rapar 607 745 863 073 085 510 .409

Dalam kurun waktu dua tahun terakhir, kontribusi sektor pariwisata mengalami
penurunan yang sangat signifikan sebagai dampak dari adanya pandemi Covid-19.
Proporsi kontribusi pariwisata terhadap PDB pada tahun 2021 secara agregat
mengalami peningkatan dari tahun 2020, namun apabila dibandingkan dengan target
yang telah ditetapkan, capaian tersebut belum mencapai target. Sektor pariwisata
memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar 3,06 di tahun 2021.
Begitu pula dengan capaian jumlah wisatawan mancanegara dan wisatawan
nusantara di tahun 2021 yang mengalami penurunan dari tahun 2020 masing-masing
sebesar 5,73% dan 97,7%. Capaian jumlah wisatawan mancanegara menurun drastis
disebabkan karena ditutupnya penerbangan internasional dan munculnya Travel
Warning atau Travel Advice untuk tidak mengunjungi Indonesia. Adapun target
capaian pada tahun 2020 dan 2021 mengalami rasionalisasi untuk menyesuaikan
dengan kondisi yang ada di lapangan selama masa pandemi Covid-19.
Secara umum, daya tarik wisata di Jawa Tengah terdiri dari wisata alam, wisata
budaya, wisata buatan dan wisata minat khusus. Berdasarkan data dari Disporapar
Jawa Tengah, beberapa destinasi wisata dengan kunjungan wisatawan terbanyak
yaitu Candi Borobudur Magelang, Taman Wisata Candi Prambanan Klaten dan Kota
Lama Semarang. Adapun Candi Borobudur menjadi 1 dari 5 Destinasi Super Prioritas di
Indonesia dari Jawa Tengah yang masih menjadi primadona wisatawan mancanegara
dalam beberapa tahun terakhir.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 86


C. TANTANGAN DAN PEMBELAJARAN
Fenomena bonus demografi yang terjadi saat ini membawa berbagai dampak, baik
dampak positif maupun negatif. Tingginya jumlah penduduk usia produktif apabila
tidak dapat dikelola dengan baik maka akan menyebabkan terjadinya beban
demografi. Berkaitan dengan ketenagakerjaan, beberapa tantangan seiring fenomena
bonus demografi tersebut secara umum antara lain: (a) pertumbuhan penduduk usia
kerja harus disesuaikan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, (b)
penduduk usia kerja harus bisa diserap oleh pasar kerja yang tersedia, serta (c)
tersedianya lapangan pekerjaan yang dapat menyerap seluruh tenaga kerja.
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah melakukan upaya untuk meningkatkan
kualitas dan produktivitas tenaga kerja agar mampu menghadapi tantangan tersebut.
Namun dalam prakteknya, masih terdapat beberapa kendala yang dihadapi, yaitu: (a)
Belum optimalnya penyerapan tenaga kerja, (b) Belum optimalnya pengelolaan
lapangan kerja sektor informal, serta (c) Masih terdapatnya anak putus sekolah yang
terpaksa harus bekerja atau tidak bekerja dalam rangka pemenuhan standar NEET.
Perkembangan perekonomian suatu wilayah biasanya akan diikuti dengan
pergeseran struktur ekonomi dari pola pertanian ke struktur yang lebih modern seperti
sektor industri dan jasa-jasa. Begitu pula yang terjadi di Jawa Tengah, dimana sektor
industri dan jasa memberikan nilai tambah paling besar dalam pembentukan
pendapatan provinsi. Salah satu sektor industri dan jasa yang memberikan kontribusi
besar di Jawa Tengah adalah sektor pariwisata.
Sektor pariwisata di Jawa Tengah menjadi salah satu sektor industri dan jasa yang
potensial memberikan kontribusi besar terhadap sumber pendapatan daerah,
penyediaan lapangan pekerjaan serta mendorong upaya pengentasan kemiskinan
melalui pemberdayaan UMKM. Namun, demikian, adanya pandemi Covid-19
menyebabkan menurunnya performa sektor pariwisata. Oleh karenanya dibutuhkan
upaya keras dalam mengembalikan geliat sektor pariwisata tersebut, dengan
memperhatikan beberapa kendala yang dihadapi dalam pengembangan sektor
pariwisata di Jawa Tengah yaitu antara lain: (a) pengelolaan destinasi dan daya tarik
pariwisata yang belum optimal, (b) jumlah kunjungan wisatawan yang menurun, serta
(c) kemitraan dan kerjasama lintas sektor, baik publik maupun privat yang belum
optimal.

III. INOVASI DAN PRAKTIK BAIK

1) Aplikasi E-makaryo
Aplikasi e-makaryo merupakan website portal yang berisi sistem informasi
penempatan tenaga kerja di tengah pandemi yang terjadi. Aplikasi ini dibuat guna
memudahkan akses pencari kerja dalam mendapatkan informasi lowongan pekerjaan
yang sesuai dengan jabatannya, di sisi lain Pengusaha dapat menempukan kandidat
Pekerja yang sesuai dengan kualifikasi yang diharapkan dengan lebih efisien. Berbagai
informasi lowongan kerja tersedia pada aplikasi tersebut, termasuk lowongan kerja
luar negeri dan lowongan kerja untuk penyandang disabilitas.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 87


Data tahun 2021 menunjukkan bahwa melalui
aplikasi E-makaryo ini, terdapat 136.611 jiwa
pencari kerja (51% dari total pencari kerja 2021)
yang berhasil diserap oleh perusahaan pemberi
kerja. Penyerapan tenaga kerja berdasarkan
jenis kelamin menunjukkan bahwa sebagian
besar tenaga kerja yang diserap merupakan
tenaga kerja perempuan dengan persentase
63%, dengan sisanya 35% merupakan tenaga
kerja laki-laki.
Sumber: https://bursakerja.jatengprov.go.id/

2) Startup Lokal Desa Krandegan Purworejo


Inovasi bidang teknologi di Desa Krandegan, Kecamatan Bayan, Kabupaten
Purworejo, diwujudkan oleh beberapa warga dengan membuat toko online dan
layanan ojek daring yang diberi nama “Ngojol” yang kini sudah ada 400 warga terdaftar
sebagai driver. Tak hanya menyerap tenaga kerja pria, pada aplikasi Ngojol adapula
pilihan Jek-Wan yang dikhususkan untuk penumpang wanita. Hal ini dimaksudkan
untuk memberdayakan tenaga kerja wanita.
Aplikasi buatan dalam negeri tersebut dirintis untuk memfasilitasi pengemudi
online dalam mendapatkan pekerjaan. Total sudah diunduh lebih dari 1.000 pengguna
hingga saat ini. Selain inovasi di bidang transportasi, terdapat juga inovasi
“pasarjasa.id” yang merupakan wadah bagi para pelaku jasa, yang didalamnya terdiri
dari tukang pijat, tukang service elektronik, tukang service komputer, tukang
bangunan dan sebagainya.
Keberadaan akses internet di Desa Krandegan juga turut dibuktikan dengan
tersedianya pelayanan online bagi warga apabila ingin berkirim surat. Sehingga
memudahkan warga yang membutuhkan layanan jasa. Jika ada warga yang ingin
membuat surat-surat administrasi terkait kependudukan dan yang lainnya, mereka
tinggal membuka aplikasi di HP Android miliknya. Aplikasi cukup mudah digunakan,
dimana warga desa tinggal memasukkan nama, NIK, dan jenis surat yang dimohon.
Lalu mengisi keterangan yang diperlukan. Selain itu, guna mendukung proses
pembelajaran dan pemulihan ekonomi bagi warganya, Pemerintah Desa Krandegan
telah menyediakan 10 titik wifi publik yang dapat diakses secara gratis.
Sumber: Pemerintah Kabupaten Purworejo

IV.KEBIJAKAN DAN STRATEGI KE DEPAN

Kebijakan dan strategi ke depan untuk pencapaian tujuan 8: Pekerjaan Layak dan
Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Tengah saat ini cenderung mendorong peran
masyarakat untuk terlibat dalam berbagai kegiatan ekonomi atau biasa disebut dengan
ekonomi rakyat. Ekonomi rakyat di Jawa Tengah berkaitan dengan peran pelaku usaha
mikro, kecil dan menengah serta berkolaborasi dengan pelaku usaha besar. Kapabilitas
individual ataupun kelompok masyarakat akan semakin meningkat dan merata secara
bersama-sama sehingga akan mempersempit kesenjangan antar pelaku ekonomi dan

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 88


antar wilayah, serta mempunyai daya tahan yang cukup dengan kemampuan adaptasi
terhadap perubahan kondisi yang terjadi.
Peningkatan pertumbuhan dan ketahanan ekonomi daerah dengan
memperhatikan keberlanjutan lingkungan hidup menjadi prioritas pembagunan daerah
Jawa Tengah. Adapun kebijakan strategis dalam rangka mewujudkan hal tersebut yaitu
antara lain:
a) Mengembangkan potensi ekonomi kreatif yang ada di Provinsi Jawa Tengah
melalui perluasan Produk Ekonomi Kreatif Daerah dengan penyediaan
infrastruktur serta teknologi informasi dan komunikasi yang berkualitas;
b) Meningkatkan kualitas dan produktivitas ekonomi melalui peningkatan sarana
prasarana yang memadai;
c) Meningkatkan upaya pemulihan di berbagai sektor ekonomi yang terdampak
pandemi, terutama pada sektor pertanian, peternakan, perikanan, pariwisata,
industri kreatif dan usaha kecil yang termasuk sebagai ekonomi masyarakat;
d) Penciptaan atau perluasan kesempatan kerja dengan menciptakan kondisi
lingkungan yang bersaing dan ramah bagi investasi utamanya investasi industri
padat karya yang dapat menyerap banyak tenaga kerja dan industri dengan supply
chain dari UMKM lokal;
e) Membuka akses pasar tenaga kerja dan pelaksanaan padat karya pekerjaan umum,
serta memberikan akses/kesempatan bagi penyandang disabilitas.
Sedangkan peningkatan sektor pariwisata dilakukan melalui eco socio tourism
berbasis masyarakat (local based community) dan lingkungan hidup dengan
mempertimbangkan potensi keunggulan spesifik Jawa Tengah yaitu kekhasan
geografis, yang dilakukan melalui pengembangan desa ekowisata sebagai upaya
menyelaraskan pendekatan ekologi dan ekonomi. Disamping itu, juga dikembangkan
Daya Tarik Wisata untuk mendukung koridor pariwisata Jawa Tengah, khususnya pada
kawasan yang memiliki tingkat kemiskinan dan pengangguran tinggi melalui program
pengembangan destinasi pariwisata dan program pengembangan pemasaran
pariwisata. Hal ini diimplementasikan dengan strategi utamanya sebagai berikut:
a) Perbaikan prasarana dan sarana destinasi pariwisata, manajemen pengelolaan
daerah wisata, dan kapasitas pelaku pariwisata;
b) Peningkatan promosi wisata melalui pemanfaatan teknologi media promosi dan
informasi pariwisata;
c) Peningkatan kerjasama dengan pelaku wisata;
d) Peningkatan aksesibilitas menuju daerah tujuan wisata;
e) Optimalisasi peran serta swasta dan masyarakat dalam industri pariwisata

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 89


TUJUAN 8. PEKERJAAN LAYAK DAN PERTUMBUHAN EKONOMI
2018 2019 2020 2021

KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs SUMBER STATUS
INDI- TARGET (PERPRES 59/2017) SATUAN KET.
NASIONAL PROVINSI DATA BASE- TAR- REA- TAR- REALI- TAR- REALI- CAPAIAN
KATOR
LINE GET LISASI GET SASI GET SASI

Tujuan 8. Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan

Target 8.1 Mempertahankan pertumbuhan ekonomi per kapita sesuai dengan kondisi nasional dan khususnya, setidaknya 7 persen pertumbuhan produk domestik bruto per tahun di negara kurang berkembang

Laju pertumbuhan Laju pertumbuhan (tidak ada dalam lampiran


8.1.1* BPS % 7,42 PM 7,16 PM -6,14 PM 2,49
PDB per kapita. PDB per kapita Perpres 59/2017)

Meningkatnya Produk
Domestik Bruto (PDB) per
Bappeda Tidak
kapita per tahun menjadi Juta
8.1.1.(a) PDB per kapita. PDRB per kapita. bekerja 36,77 37,44 39,22 39,25 38,60 40,9 27,143 mencapai
lebih dari Rp 50 juta pada Rupiah
sama BPS target
tahun 2019 (2015: Rp 45,2
juta).
Target 8.2 Mencapai tingkat produktivitas ekonomi yang lebih tinggi, melalui diversifikasi, peningkatan dan inovasi teknologi, termasuk melalui fokus pada sektor yang memberi nilai tambah tinggi dan padat karya
Laju pertumbuhan Laju pertumbuhan
PDB per tenaga PDB per tenaga Pertumbuhan PDB riil per
kerja/Tingkat kerja/Tingkat orang yang bekerja
8.2.1* BPS % 4,96 PM 4,23 PM -0,61 PM 1,59
pertumbuhan PDB riil pertumbuhan PDB meningkat hingga tahun
per orang bekerja per riil per orang bekerja 2019.
tahun. per tahun.
Target 8.3 Menggalakkan kebijakan pembangunan yang mendukung kegiatan produktif, penciptaan lapangan kerja layak, kewirausahaan, kre ativitas dan inovasi, dan mendorong formalisasi dan pertumbuhan usaha makro,
kecil, dan menengah, termasuk melalui akses terhadap jasa keuangan
Penurunan
lapangan
Proporsi lapangan Proporsi lapangan
kerja akibat
kerja informal sektor kerja informal sektor
(tidak ada dalam lampiran pembatasan
8.3.1* non-pertanian, non-pertanian, BPS % 50,82 PM 47,41 PM 52,14 PM 50,57
Perpres 59/2017) aktivitas di
berdasarkan jenis berdasarkan jenis
masa
kelamin. kelamin.
pandemi
Covid-19

Persentase tenaga kerja


Persentase tenaga Persentase tenaga
8.3.1.(a) formal mencapai 51% pada BPS % 39,33 PM 42,01 PM 37,25 PM 39,62
kerja formal. kerja formal.
tahun 2019 (2015: 42,2%).

Adanya
pergeseran
Persentase tenaga Persentase tenaga
(tidak ada dalam lampiran lapangan
8.3.1.(b) kerja informal sektor kerja informal sektor BPS % 91,64 PM 92,93 PM 92,52 PM 91,89
Perpres 59/2017) kerja ke
pertanian. pertanian.
sektor industri
pengolahan

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 90


2018 2019 2020 2021

KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs SUMBER STATUS
INDI- TARGET (PERPRES 59/2017) SATUAN KET.
NASIONAL PROVINSI DATA BASE- TAR- REA- TAR- REALI- TAR- REALI- CAPAIAN
KATOR
LINE GET LISASI GET SASI GET SASI

Target 8.5 Pada tahun 2030, mencapai pekerjaan tetap dan produktif dan pekerjaan layak bagi semua perempuan dan laki-laki, termasuk bagi pemuda dan penyandang difabilitas, dan upah yang sama untuk pekerjaan yang
sama nilainya

Upah rata-rata per Upah rata-rata per (tidak ada dalam lampiran
8.5.1* BPS Rp 11.428 PM 11.818 PM 12.707 PM 13 072
jam pekerja. jam pekerja Perpres 59/2017)

Dampak
pandemi
Covid-19 yang
Tingkat
menyebabkan
pengangguran Tingkat
(tidak ada dalam lampiran adanya
8.5.2* terbuka berdasarkan pengangguran BPS % 4,47 4,43 4,44 4,33 6,48 4,23 5,95
Perpres 59/2017) pengurangan
jenis kelamin dan terbuka
jmlh tenaga
kelompok umur.
kerja, PHK
maupun
dirumahkan
Tren dari
tahun 2018-
Tingkat setengah Tingkat setengah (tidak ada dalam lampiran
8.5.2.(a) BPS % 5,19 PM 5,36 PM 8,60 PM 7,23 2021
pengangguran pengangguran Perpres 59/2017)
cenderung
meningkat
Target 8.6 Pada tahun 2030, secara substansial mengurangi proporsi usia muda yang tidak bekerja, tidak menempuh pendidikan atau pelatihan

Persentase usia Persentase usia


muda (15-24 tahun) muda (15-24 tahun) Meningkatnya keterampilan
yang sedang tidak yang sedang tidak pekerja rentan agar dapat
8.6.1* BPS % 21,23 PM 21,80 PM 24,01 PM 20,32
sekolah, bekerja atau sekolah, bekerja atau memasuki pasar tenaga
mengikuti pelatihan mengikuti pelatihan kerja.
(NEET). (NEET).

Target 8.9 Pada tahun 2030, menyusun dan melaksanakan kebijakan untuk mempromosikan pariwisata berkelanjutan yang menciptakan lapangan kerja dan mempromosikan budaya dan produk lokal
Tren
Meningkatnya kontribusi
Proporsi kontribusi Proporsi kontribusi meningkat
pariwisata menjadi 8%
8.9.1* pariwisata terhadap pariwisata terhadap Dinporapar % 3,19 3,17 3,21 3,19 2,99 3,21 3,06 namun tidak
terhadap PDB pada tahun
PDB PDB memenuhi
2019 (2014: 4,2%).
target
Meningkatnya jumlah Tren menurun
Jumlah wisatawan Jumlah wisatawan wisatawan mancanegara 677. 857. 910. 969. akibat
8.9.1.(a) Dinporapar orang 691.699 78,290 1793
mancanegara. mancanegara menjadi 20 juta pada tahun 168 710 030 182 pandemi
2019 (2014: 9 juta). Covid-19
Tren menurun
Jumlah kunjungan Jumlah kunjungan
(tidak ada dalam lampiran 8.943. 46.645 57.900.8 49.631. 22.629.0 53.204 21.332. akibat
8.9.1.(b) wisatawan wisatawan Dinporapar orang
Perpres 59/2017) 607 .745 63 073 85 .510 409 pandemi
nusantara. nusantara
Covid-19

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 91


2018 2019 2020 2021

KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs SUMBER STATUS
INDI- TARGET (PERPRES 59/2017) SATUAN KET.
NASIONAL PROVINSI DATA BASE- TAR- REA- TAR- REALI- TAR- REALI- CAPAIAN
KATOR
LINE GET LISASI GET SASI GET SASI

Triliun
BPS
Jumlah devisa sektor Jumlah devisa sektor (tidak ada dalam lampiran Rupiah
8.9.1.(c) (Statistik NA NA NA NA NA NA NA
pariwisata. pariwisata. Perpres 59/2017) (Kurs
Pariwisata)
Rp12.000)
Jumlah pekerja pada Jumlah pekerja pada
sektor pariwisata sektor pariwisata
(tidak ada dalam lampiran BPS
8.9.2* dalam proporsi dalam proporsi % NA NA NA NA NA NA NA
Perpres 59/2017) (Nespar-nas)
terhadap total terhadap total
pekerja pekerja

Target 8.10 Memperkuat kapasitas lembaga keuangan domestik untuk mendorong dan memperluas akses terhadap perbankan, asuransi dan jasa keuangan bagi semua

Jumlah kantor (1) Jumlah kantor (1) 16 23


16 18
Bank dan (2) ATM per Bank dan (2) ATM per (tidak ada dalam lampiran BI (SSKI), kantor kantor
8.10.1* Unit NA kantor NA kantor NA
100.000 penduduk 100.000 penduduk Perpres 59/2017) OJK 55 50
54 ATM 53 ATM
dewasa dewasa ATM ATM

Meningkatnya perluasan
Bank
Proporsi kredit Proporsi kredit akses permodalan dan
Indonesia
8.10.1.(b) UMKM terhadap UMKM terhadap layanan keuangan melalui % 40,19 NA 41,53 NA 41,32 NA 46,03
(Data
total kredit total kredit. penguatan layanan
UMKM)
keuangan hingga tahun 2019.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 92


Tujuan 9: Industri, Inovasi dan Infrastruktur

I. PENDAHULUAN

Tujuan 9 adalah membangun infrastruktur yang Tangguh, meningkatkan industri


inklusif dan berkelanjutan, serta mendorong inovasi, dengan target untuk
mengembangkan infrastruktur dan meningkatkan proporsi industri dalam PDRB.
Pencapaian target tujuan 9 Provinsi Jawa Tengah difokuskan pada: (1) Pengembangan
infrastruktur berkualitas dan (2) Peningkatkan laju pertumbuhan PDRB sektor industri.

II. STATUS CAPAIAN

A. PENCAPAIAN INDIKATOR TPB YANG MENGALAMI KEMAJUAN


1) Panjang Jalur Kereta Api
Tujuan 9: Industri, Inovasi dan Infrastruktur
Kode Base- Reali- Tar- Tar-
Nama Sumber Satu- Target Realisasi Realisasi
Indi- line sasi get get
Indikator Data an 2019 2020 2021
kator (2018) 2019 2020 2021
9.1.1 Panjang jalur Kemen-
km 269,39 1034,03 1018,65 1093,73 1053,76 1093,73 1053,76
(c) kereta api hub

Kereta api menjadi salah satu moda transportasi yang berpotensi untuk
dikembangkan mengingat hampir seluruh wilayah di Jawa Tengah terdapat jaringan
rel kereta api (aktif dan non aktif). Panjang jalur kereta api di Jawa Tengah hingga tahun
2021 yaitu sepanjang 1.053,76 km. Rencana target reaktivasi jalur kereta api di Jawa
Tengah sampai dengan tahun 2023 bertambah menjadi 1.363,655 kmsp dari 878,155
kmsp pada tahun 2018.

2) Jumlah Bandara
Jawa Tengah memiliki 6 bandara yang melayani penerbangan komersial yaitu
Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang, Bandara Internasional Adi Soemarmo
Surakarta, Bandara Dewadaru Karimunjawa Jepara, Bandara Tunggul Wulung Cilacap,
Bandara Soedirman Purbalingga (Wirasaba) serta Bandara Ngloram Blora. Bandara
Soedirman Purbalingga (Wirasaba) dan Bandara Ngloram Blora merupakan dua
bandara baru yang diresmikan pada tahun 2021 sebagai bandara komersial dengan
kapasitas kurang lebih 200.000 penumpang per tahun.
Guna meningkatkan minat dan jumlah pengguna moda udara, upaya intervensi
yang dilakukan antara lain kerjasama antar daerah maupun dengan pihak ketiga,
pemenuhan kebutuhan rute penerbangan antar pulau yang dilengkapi dengan
angkutan lanjutan yang terintegrasi antara destinasi wisata di wilayah pengembangan
bandara serta dukungan kegiatan di luar penggunaan bandara sebagai tempat
penerbangan komersial seperti kargo udara, flying school maupun penerbangan
militer.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 93


Tujuan 9: Industri, Inovasi dan Infrastruktur
Kode Base- Tar- Tar- Tar-
Sumber Satu- Realisasi Realisasi Realisasi
Indi- Nama Indikator line get get get
Data an 2019 2020 2021
kator (2018) 2019 2020 2021
9.1.2
Jumlah bandara Dishub unit 4 PM 4 PM 4 PM 6
(a)

3) Jumlah Dermaga Penyeberangan dan Pelabuhan Strategis


Terdapat 36 dermaga penyebrangan yang dioperasikan di Jawa Tengah, yaitu
Pelabuhan Kendal, Pelabuhan Jepara, Pelabuhan Karimunjawa, (Cilacap di Sleko,
Prenca, Alas Malang, Motehan, Sodong, Wijayapura, Lomanis, Cigintung, Perkuyan,
Kutawaru, Klaces, Patimuan, Karanganyar), Waduk Gajah Mungkur di Dermaga wisata
Waduk GM, Waduk Sempor, Waduk Mrica, Waduk Penjalin, Waduk Malahayu,
(Wadaslintang di Dermaga Tritis, Kumijing, Plunjaran, Kalibening TPI2, TPI 4,
Sumberejo, Prasasti (Kebumen), Erorejo), (Kedung Ombo di Kedunguter Sragen,
Kemukus Sragen, WKO Boyolayar Sragen, Embun Bening Kec.Geyer Kab. Grobogan,
Wana Wisata desa Blawong Kemusu Boyolali), Lutungmati (Batang), Tegalsari (Kendal),
Mundu (Batang), Jatipurwo (Kendal), Tegalwangi (Brebes), Bojong (Kab.Tegal),
Randusangawetan (Brebes), Kajongan (Kota Tegal), Beton (Kota Surakarta), Gading
(Sukoharjo).
Upaya intervensi peningkatan kinerja pelabuhan yaitu perbaikan maupun
pemeliharaan fasilitas sarana prasarana pelabuhan mencakup fasilitas darat maupun
perairannya serta jalan lingkungan pelabuhan, serta penggabungan insfratruktur
dengan kawasan dalam memperbaiki konektivitas logistic jawa bagian selatan dan
utara melalui sinergi pelabuhan yang ada dengan standarisasi insfratruktur (antara
terminal dengan dermaga), jaringan pelayaran dan integrasi hinterland seperti
kawasan industry dengan pelabuhan.
Tujuan 9: Industri, Inovasi dan Infrastruktur
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar-
Sumber Satu- Realisasi
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get
Data an 2021
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021
9.1.2 Jumlah dermaga
Dishub unit 46 PM 46 PM 46 PM 51
(b) penyeberangan
9.1.2 Jumlah Pelabuhan
Dishub unit 14 PM 14 PM 14 PM 14
(c) strategis

Adapun jumlah pelabuhan strategis di Jawa Tengah yaitu sebanyak 14 pelabuhan.


Pelabuhan strategis hirarki 1 Pelabuhan Utama di Pelabuhan Tanjung Mas Semarang, 2
Pelabuhan Pengumpul di Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap dan Pelabuhan Tegal dan 8
Pelabuhan Pengumpan regional di Pelabuhan Sluke, Pelabuhan Tasikagung di
Rembang, Pelabuhan Juwana di Pati, Pelabuhan Jepara, Pelabuhan Karimunjawa dan
Pelabuhan Legonbajak di Jepara, Pelabuhan Batang, Pelabuhan Kendal dan 3
Pelabuhan Pengumpan Lokal di Pelabuhan Brebes, Pelabuhan Pekalongan, Pelabuhan
Pemalang.

4) Rasio Emisi CO2/dengan nilai tambah sektor industri manufaktur


Penghitungan Rasio emisi CO2/dengan nilai tambah sektor industri manufaktur
mencakup emisi dari sektor IPPU (Industrial Processing and Product Use). Tahun 2021,
rasio emisi CO2/dengan nilai tambah sektor industri manufaktur mencapai 8,47 persen,
jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2019 yang mencapai 13,72 persen.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 94


Tujuan 9: Industri, Inovasi dan Infrastruktur
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu-
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
9.4.1* Rasio Emisi CO2/dengan
nilai tambah sektor DLHK % 10,38 NA 13,72 NA NA NA 8.47
industri manufaktur

B. PENCAPAIAN INDIKATOR TPB YANG MEMERLUKAN PERHATIAN


1) Kondisi Mantap Jalan Nasional
Kondisi mantap jalan nasional didefinisikan sebagai proporsi dari panjang jalan
nasional yang memenuhi kategori kondisi baik dan sedang terhadap total panjang
jalan nasional. Tahun 2021, panjang jalan nasional di Jawa Tengah mencapai 1.518,09
km, dengan kondisi mantap mencapai 1.382,49 km atau sebesar 92,04%. Sedangkan
jalan dengan kondisi tidak mantap mencapai 135,6 km atau 7,96%.
Tujuan 9: Industri, Inovasi dan Infrastruktur
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar-
Sumber Satu- Realisasi
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get
Data an 2021
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021
9.1.1 Kondisi Mantap Kemen
% 89,6 98 91,5 NA 97,92 NA 92,04
(a) Jalan Nasional PUPR

Sebagian besar jalan di Provinsi Jawa Tengah (87,12 persen) merupakan


kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota dan sisanya merupakan kewenangan
Nasional (4,99 persen). Sedangkan panjang jalan di Jawa Tengah yang menjadi
kewenangan provinsi sebesar 7,88 persen dari total panjang jalan di Jawa Tengah atau
sepanjang 2.404,74 km. Kondisi jalan kewenangan provinsi yang telah sesuai standar
yaitu sepanjang 954,201 km atau 39,68 persen.

2) Proporsi nilai tambah sektor industri manufaktur terhadap PDB dan per kapita
Selama periode 2018 hingga 2021, struktur perekonomian Jawa Tengah tidak
mengalami perubahan yang berarti. Distribusi PDRB Jawa Tengah menurut lapangan
usaha atas dasar harga berlaku masih didominasi oleh tiga lapangan usaha yaitu
kategori industri pengolahan; pertanian, kehutanan dan perikanan, serta perdagangan
besar dan eceran. Pada tahun 2021, kategori industri pengolahan masih menjadi
penopang utama dengan total kontribusi sebesar 34,16 persen. Sedangkan kontribusi
kategori pertanian, kehutanan dan perikanan, dan perdagangan besar dan eceran
berturut-turut sebesar 13,81 persen dan 13,76 persen.
Capaian proporsi nilai tambah sektor industri manufaktur terhadap PDRB per
kapita pada tahun 2021 menunjukkan adanya penurunan. Capaian tersebut sebesar
33,41 persen, lebih rendah 1,11 persen dibandingkan tahun 2020.
Tujuan 9: Industri, Inovasi dan Infrastruktur
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu-
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Proporsi nilai tambah sektor
9.2.1* industri manufaktur terhadap BPS % 34,5 PM 34,44 PM 34,52 PM 33,41
PDB dan per kapita.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 95


3) Persentase Perubahan Emisi CO2/Emisi Gas Rumah Kaca
Capaian Emisi Gas Rumah Kaca di Jawa Tengah menunjukkan kecendurungan
meningkat setiap tahunnya. Tahun 2021, Emisi GRK mencapai 0,58 meningkat cukup
drastis dari tahun sebelumnya yang berada pada angka 0,11. Peningkatan tersebut
diindikasikan karena semakin berkembangnya aktivitas industri sejalan dengan
konsumsi energi yang semakin meningkat di Jawa Tengah. Terdapat perubahan
capaian pada tahun 2019 dikarenakan adanya perbaikan data sektor pengelolaan
limbah dan kehutanan (FOLU). Untuk sektor limbah perbaikan dilakukan dengan
menambah input data aktifitas produksi pada sektor limbah industri sedangkan untuk
sektor kehutanan (FOLU), perbaikan data dilakukan dengan menambahkan data
kebakaran lahan tahun 2017 hingga tahun 2020 dimana data-data tersebut belum
tersedia di tahun pelaporan sebelumnya.
Tujuan 9: Industri, Inovasi dan Infrastruktur
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar-
Sumber Satu- Realisasi
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get
Data an 2021
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021
9.4.1 Persentase perubahan
(a) Emisi CO2/Emisi Gas DLHK % 0,16 NA -0,17 NA 0,11 NA 0,58
Rumah Kaca

C. TANTANGAN DAN PEMBELAJARAN


Industri memiliki peranan yang sangat penting sebagai mesin pembangunan atau
motor penggerak perekonomian suatu daerah. Hal ini disebabkan oleh besarnya nilai
kapitalisasi modal yang tertanam di sektor industri, tingginya kemampuan menyerap
tenaga kerja serta kemampuan menciptakan nilai tambah (value added creation) dari
setiap input atau bahan dasar yang diolah. Dengan demikian, pembangunan sektor
industri akan memacu dan mengangkat pembangunan sektor-sektor lainnya yang
pada akhirnya meningkatkan daya beli masyarakat.
Sektor industri pengolahan masih menjadi sektor ekonomi yang memberikan
sumbangsih dan kontribusi terbesar pada ekonomi Jawa Tengah. Namun demikian,
kondisinya saat ini industri yang berkembang masih didominasi oleh industri padat
karya, yang lebih banyak menyerap tenaga kerja dengan tingkat pendidikan dan
keterampilan rendah. Disisi lain perkembangan industri sudah mulai mengarah pada
industri padat modal yang menuntut tingkat pendidikan, keterampilan, dan
kompetensi tenaga kerja tinggi. Ditambah dengan perkembangan industri global
menuju pada industri 4.0 (industri yang mengkombinasikan kecerdasan buatan, data
raksasa, komputasiawan, serba internet dan cetak tiga dimensi). Adanya
perkembangan industri tersebut menjadi tantangan ke depan bagi Provinsi Jawa
Tengah.
Kondisi lain yang harus diantisipasi adalah ketergantungan industri terhadap
bahan baku dan barang modal impor. Secara nasional, hampir 75 persen impor
nasional berupa bahan baku/penolong industri. Hal ini mendorong pemerintah daerah
untuk dapat menjamin ketersediaan bahan baku lokal, dan mendukung industri
dengan tingkat kandungan dalam negeri tinggi. Persoalan lainnya adalah ketersediaan
sarana dan prasarana industri yang belum memadai, kurang tersedianya sumber daya
manusia sesuai kebutuhan industri, serta tingkat kesiapterapan teknologi yang masih
rendah.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 96


III. INOVASI DAN PRAKTIK BAIK

1) Aplikasi Jalan Cantik


Aplikasi Jalan Cantik adalah aplikasi yang berfungsi untuk melaporkan kerusakan
jalan dan jembatan yang berada di wilayah Provinsi Jawa Tengah. Aplikasi Jalan Cantik
ini dibangun oleh DPU Bina Marga Cipta Karya Provinsi Jawa Tengah sebagai bentuk
pelayanan kepada masyarakat Jawa Tengah. Melalui aplikasi tersebut, masyarakat bisa
melaporkan situasi kerusakan jalan atau jembatan. Laporan yang diberikan bisa
dipantau melalui aplikasi dari proses pengerjaan jalan hingga selesai.
Adapun hasil atau outcome dari
adanya aplikasi Jalan Cantik yaitu
antara lain: Efisiensi perencanaan
penganggaran; Jumlah lubang pada
ruas–ruas jalan provinsi mengalami
penurunan; Strategi manajemen
pemeliharaan jalan, yaitu antara lain
penanganan keluhan kerusakan jalan
diselesaikan dalam waktu kurang dari
1x24 jam; Prosentase panjang jalan
provinsi kondisi permukaan baik
melampaui target (Rencana 90,20%,
Realisasi 90,69%), serta Masyarakat
umum dapat menikmati keamanan
dan kenyamanan efek dari perbaikan
jalan yang cepat sehingga distribusi barang jasa antar daerah lancar, kegiatan
perekonomian tetap berjalan, lalu lintas antar wilayah tetap terhubung dengan baik.
Sumber: https://jalancantik.dpubinmarcipka.jatengprov.go.id/daftarlaporan

2) Kampus Shopee (Shopee Campus)


Kampus Shopee merupakan program
pendampingan bisnis bagi UMKM yang
digagas oleh Dinas Koperasi UKM Provinsi
Jawa Tengah bekerjasama dengan
perusahaan Unicorn terkenal yaitu Shopee.
Berbagai program kegiatan Shopee Campus
yaitu antara lain: Pelatihan rutin UMKM
menuju ekspor, Fasilitas studio foto atau
video yang dapat digunakan oleh UMKM,
serta Pameran produk UMKM yang diharapkan memberi inspirasi bagi pelaku usaha.
Para pelaku UMKM yang telah bergabung dapat langsung mengunjungi Kampus
UMKM Shopee Ekspor dan memperoleh keuntungan sebagai berikut: (a) Mendapatkan
pendamping bisnis secara langsung baik Tim Customer Service, Trainer Shopee,
hingga Tim Ekspor untuk memberikan pengetahuan berjualan online, pelatihan,
hingga arahan untuk mendapatkan bantuan pendanaan dari Shopee, (b) Mendapatkan
fasilitas untuk mendukung penjualan, (c) Memperluas koneksi dengan pelaku UMKM
lainnya.
Sumber: Dinas Koperasi UKM Provinsi Jawa Tengah

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 97


IV.KEBIJAKAN DAN STRATEGI KE DEPAN

Kebijakan dan strategi ke depan untuk mendorong pencapaian tujuan 9: Industri,


Inovasi dan Infrastruktur yaitu antara lain: Kebijakan pada sektor industri dilakukan
dengan peningkatan produksi dan produktivitas usaha dan industri kecil dan menengah
melalui: (a) Pengembangan kawasan industri dan industri yang menyerap banyak
tenaga kerja, yang tersebar merata di seluruh wilayah Jawa Tengah, (b) Peningkatan
nilai tambah, diversifikasi produk, dan hilirisasi industri melalui standarisasi produk dan
inovasi produk, (c) Pengembangan inovasi teknologi produksi, agar tingkat efisiensi
industri dapat menjadi lebih baik, (d) Penguatan industri kecil dan menengah yang
mencakup didalamnya aspek modal, pemasaran, dan standarisasi produk melalui
program pembiayaan/kredit (KUR/Kredit Usaha Rakyat, Mitra Jateng 25), program
standarisasi produk yang dapat meningkatkan nilai tambah produk, (e) Pengembangan
bahan baku industri substitusi impor melalui pengembangan industri yang
menghasilkan produk antara yang digunakan sebagai bahan baku bagi industri lain, (f)
Penguatan kelembagaan dan manajemen koperasi dalam rangka mendukung
pengembangan UMKM melalui peningkatan, pendampingan, pembinaan dan
pengawasan dengan tujuan koperasi dan UMKM dapat berkembang dan berjalan baik,
(g) Integrasi antar sektor pendukung urusan industri melalui keterkaitan ke belakang
(backward linkage) dan keterkaitan ke depan (forward linkage).
Guna mewujudkan konektivitas antar daerah dan wilayah pengembangan, serta
antar wilayah pantura, tengah, dan pansela maka kebijakan diarahkan pada
peningkatan aksesibilitas dan keselamatan distribusi barang, jasa dan penumpang;
peningkatan aksesibilitas menuju daerah tujuan wisata, kawasan industri, pusat
pertumbuhan, wilayah kemiskinan, dan wilayah pansela dengan fasilitasi
pengembangan bandara, pelabuhan dan terminal; peningkatan jalan-jalan provinsi dan
sinergi dengan jalan Nasional dan Kabupaten/Kota; konektivitas antar daerah dan
wilayah pengembangan melalui pengembangan angkutan umum massal berbasis jalan
pada kawasan aglomerasi perkotaan diantaranya pada wilayah Kedungsepur,
Barlingmascakeb, Subosukowonosraten, dan Purwomanggung, persiapan penyediaan
layanan angkutan umum massal pendukung rencana pengembangan kawasan industri
di Kabupaten Brebes dan Batang; fasilitasi implementasi major project RPJMN Tahun
2020-2024 terkait pengembangan Sistem Angkutan Umum Massal di Metropolitan
Semarang; serta pembangunan dan revitalisasi Terminal Tipe B; peningkatan jalan
provinsi di daerah perbatasan dengan Jatim, Jabar, dan DIY; serta menghubungkan
kawasan pengembangan industri dan pusat pertumbuhan baru di Barlingmascakeb,
Purwomanggung, Bregasmalang, Kedungsapur, dan Banglor.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 98


TUJUAN 9. INDUSTRI, INOVASI DAN INFRASTRUKTUR
2018 2019 2020 2021

KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs STATUS
INDI- TARGET (PERPRES 59/2017) SUMBER DATA SAT KET.
NASIONAL PROVINSI BASE- TAR- REA- TAR- REA- TAR- REA- CAPAIAN
KATOR
LINE GET LISASI GET LISASI GET LISASI

Tujuan 9. Membangun Infrastruktur Tangguh, Meningkatkan Industri Inklusif dan Berkelanjutan, Serta Mendorong Inovasi

Target 9.1 Mengembangkan infrastruktur yang berkualitas, andal, berkelanjutan dan tangguh, termasuk infrastruktur regional dan lintas batas, untuk mendukung pembangunan ekonomi dan kesejahteraan manusia, dengan
fokus pada akses yang terjangkau dan merata bagi semua

Kondisi Mantap Kondisi Mantap (tidak ada dalam lampiran


9.1.1 (a) Kementeria PUPR % 89,6 98 91,5 NA 97,92 NA 92,04
Jalan Nasional Jalan Nasional Perpres 59/2017)

Tahun 2021
Panjang Panjang Terbangunnya jalan tol masih proses
9.1.1 (b) pembangunan jalan pembangunan jalan sepanjang 1.000 km pada DPU BMCK km 302,21 NA 359,8 NA 359,8 NA 0 lelang dan
tol tol di Jawa Tengah tahun 2019 (2014: 820 km). menunggu loan
agreement
Bertambahnya panjang jalur
Panjang jalur kereta Panjang jalur kereta kereta api sepanjang 3.258 1034, 1093, 1053, 1093,
9.1.1.(c) Dishub km 269,39 1018,65 1053,76
api. api di Jawa Tengah km pada tahun 2019 (2014: 03 73 76 73
237).

Meningkatnya jumlah
9.1.2 (a) Jumlah bandara. Jumlah bandara. bandara menjadi 252 pada Dishub unit 4 NA 4 NA 4 NA 6
tahun 2019 (2014: 210).

Meningkatnya jumlah
Jumlah dermaga Jumlah dermaga dermaga penyeberangan
9.1.2.(b) Dishub unit 46 NA 46 NA 46 NA 51
penyeberangan penyeberangan menjadi 275 pada tahun 2019
(2014: 954 km).
Terbangunnya pelabuhan
Jumlah pelabuhan
Jumlah pelabuhan strategis untuk menunjang
9.1.2.(c) strategis di Jawa Dishub lokasi 14 NA 14 PM 14 PM 14
strategis. tol laut pada 24 pelabuhan
Tengah
pada tahun 2019.
Target 9.2 Mempromosikan industrialisasi inklusif dan berkelanjutan, dan pada tahun 2030, secara signifikan meningkatkan proporsi industri dalam lapangan kerja dan produk domestik bruto, sejalan dengan kondisi nasional,
dan meningkatkan dua kali lipat proporsinya di negara kurang berkembang
Proporsi nilai Proporsi nilai tambah Penurunan
tambah sektor sektor industri kontribusi sektor
(tidak ada dalam lampiran
9.2.1* industri manufaktur manufaktur BPS % 34,41 PM 34,44 PM 34,52 PM 33,41 industri
Perpres 59/2017)
terhadap PDB dan terhadap PDRB dan pengolahan thdp
per kapita. per kapita. PDRB
Meningkatnya laju Penurunan
Laju pertumbuhan Laju pertumbuhan pertumbuhan PDB industri kontribusi sektor
9.2.1.(a) PDB industri PDB industri manufaktur sehingga lebih BPS % 5,57 3 5,19 3 -3,74 3 2,62 industri
manufaktur. manufaktur. tinggi dari pertumbuhan PDB pengolahan thdp
(2015: 4,3%). PDRB

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 99


2018 2019 2020 2021

KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs STATUS
INDI- TARGET (PERPRES 59/2017) SUMBER DATA SAT KET.
NASIONAL PROVINSI BASE- TAR- REA- TAR- REA- TAR- REA- CAPAIAN
KATOR
LINE GET LISASI GET LISASI GET LISASI

1. RPJMN 2015-
Proporsi tenaga Proporsi tenaga kerja 2019
(tidak ada dalam lampiran
9.2.2* kerja pada sektor pada sektor industri 2. Renstra % NA NA NA NA NA
Perpres 59/2017)
manufaktur manufaktur. Kemenperin
2015-2019
Target 9.3 Meningkatkan akses industri dan perusahaan skala kecil, khususnya di negara berkembang, terhadap jasa keuangan, termasuk kredit terjangkau, dan mengintegrasikan ke dalam rantai nilai dan pasar
Proporsi nilai Proporsi nilai tambah BPS diolah
tambah industri industri kecil (tidak ada dalam lampiran Ditjen IKM
9.3.1* % NA NA NA NA NA NA NA
kecil terhadap total terhadap total nilai Perpres 59/2017) Kemen
nilai tambah industri tambah industri. Perindustrian
Proporsi industri Proporsi industri
(tidak ada dalam lampiran Komite
9.3.2* kecil dengan kecil dengan % NA NA NA NA NA NA NA
Perpres 59/2017) Kebijakan KUR
pinjaman atau kredit pinjaman atau kredit.

Target 9.4 Pada tahun 2030, meningkatkan infrastruktur dan retrofit industri agar dapat berkelanjutan, dengan peningkatan efisiensi penggunaan sumber daya dan adopsi yang lebih baik dari teknologi dan proses industri
bersih dan ramah lingkungan, yang dilaksanakan semua negara sesuai kemampuan masing-masing
Rasio Emisi CO2/ Rasio Emisi CO2/ DLHK bekerjasama
dengan nilai tambah dengan nilai tambah (tidak ada dalam lampiran Pusat Penelitian dan
9.4.1* % 10,38 NA 13,72 NA NA NA 8,47
sektor industri sektorindustri Perpres 59/2017) Pengembangan
manufaktur. manufaktur. Industri Hijau dan LH

Persentase Persentase
Berkurangnya emisi CO2 Dipengaruhi
Perubahan Emisi Perubahan Emisi
9.4.1(a) mendekati 26% pada tahun DLHK % 0,16 NA -0,17 NA 0,11 NA 0,58 peningkatan
CO2/Emisi Gas CO2/ Emisi Gas
2019. konsumsi energi
Rumah Kaca Rumah Kaca
Target 9.5 Memperkuat riset ilmiah, meningkatkan kapabilitas teknologi sektor industri di semua negara, terutama negara-negara berkembang, termasuk pada tahun 2030, mendorong inovasi dan secara substansial
meningkatkan jumlah pekerja penelitian dan pengembangan per 1 juta orang dan meningkatkan pembelanjaan publik dan swasta untuk penelitian dan pengembangan

Target 9.c Secara signifikan meningkatkan akses terhadap teknologi informasi dan komunikasi, dan mengusahakan penyediaan akses universal dan terjangkau internet di negara-negara kurang berkembang pada tahun 2030

Proporsi penduduk Proporsi penduduk


(tidak ada dalam lampiran
9.c.1* yang terlayani yang terlayani - % NA NA NA NA NA NA 8,04
Perpres 59/2017)
mobile broadband mobile broadband

Proporsi individu Proporsi individu


yang menguasai/ yang menguasai/ (tidak ada dalam lampiran Susenas Kor
9.c.1.(a) % 60,47 PM 61,66 PM 60,87 PM 62,76
memiliki telepon memiliki telepon Perpres 59/2017) BPS
genggam genggam

Proporsi individu Proporsi individu


(tidak ada dalam lampiran Susenas Kor
9.c.1.(b) yang menggunakan yang menggunakan % 38,51 PM 47,74 PM 54,72 PM 62,2
Perpres 59/2017) BPS
internet internet

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 100


Tujuan 10: Berkurangnya Kesenjangan

I. PENDAHULUAN

Tujuan 10 adalah mengurangi kesenjangan antar wilayah, dengan target untuk


mempertahankan pendapatan penduduk yang berada di bawah 40 persen dari populasi
pada tingkat yang lebih tinggi dari rata-rata nasional. Pencapaian target tujuan 10
Provinsi Jawa Tengah difokuskan pada: Mengurangi ketimpangan pendapatan melalui
desa mandiri.

II. STATUS CAPAIAN

A. PENCAPAIAN INDIKATOR TPB YANG MENGALAMI KEMAJUAN


1) Jumlah Desa Tertinggal dan Desa Mandiri
Jumlah desa tertinggal dan desa mandiri merupakan tolok ukur untuk melihat
perkembangan kemandirian Desa yang direpresentasikan dalam Indeks Desa
Membangun (IDM) oleh Kementeria Desa dan PDTT. Data IDM tahun 2021
menunjukkan bahwa dari total 7.809 desa yang tersebar di 29 kabupaten/kota di Jawa
Tengah, masih terdapat 147 desa dengan status tertinggal. Sementara desa
berkembang mencapai 5.169 desa, desa maju sebanyak 2.295 desa dan desa mandiri
sebanyak 199 desa (tahun 2021).
Tujuan 10: Berkurangnya Kesenjangan
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Nama Satu-
Indi- Sumber Data line get sasi get sasi get sasi
Indikator an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
10.1.1 Jumlah Desa Dispermasdesdukcapil
Desa 1.444 NA 498 NA 262 NA 147
(c) Tertinggal bekerjasama Kemendes
10.1.1 Jumlah Desa
Dipermasdesdukcapil Desa 100 100 117 100 140 100 199
(d) Mandiri

2) Proporsi Penduduk yang hidup di bawah 50 persen dari median pendapatan


Proporsi penduduk yang hidup di bawah 50 persen dari median pendapatan pada
tahun 2021 menunjukkan capaian yang menurun, yaitu dari 18,5% menjadi 18,41%.
Penurunan proporsi tersebut mengindikasikan bahwa penduduk pada kelompok
pendapatan rendah mengalami peningkatan tingkat kesejahteraan.
Tujuan 10: Berkurangnya Kesenjangan
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu-
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Proporsi penduduk yang
hidup di bawah 50 persen
10.2.1* dari median pendapatan, BPS % 19,35 PM 18,08 PM 18,5 PM 18,41
menurut jenis kelamin dan
penyandang difabilitas.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 101


B. PENCAPAIAN INDIKATOR TPB YANG MEMERLUKAN PERHATIAN
1) Koefisien Gini
Koefisien gini merupakan indikator statistik yang mengukur dampak hasil
pembangunan terhadap tingkat ketimpangan pendapatan/pengeluaran antar
kelompok masyarakat berpendapatan tinggi, menengah dan rendah. Dalam kurun
waktu tahun 2018 hingga 2021, perkembangan rasio gini di Jawa Tengah menunjukkan
angka yang cenderung memburuk. Pada September 2021, rasio gini Jawa Tengah
adalah 0,368 meningkat 0,009 poin dibanding September 2020 (sebesar 0,359).
Tujuan 10: Berkurangnya Kesenjangan
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar-
Nama Realisasi
Indi- Sumber Data Satuan line get sasi get sasi get
Indikator 2021
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021
Bappeda
10.1.1 Koefisien Gini bekerjasama Indeks 0,357 0,35 0,358 0,34 0,359 0,33 0,368
BPS

Berdasarkan pembagian wilayah, rasio gini perdesaan lebih rendah dibandingkan


rasio gini perkotaan. Pada bulan September 2021, rasio gini perdesaan sebesar 0,324
sedangkan di perkotaan sebesar 0,393. Perbedaan rasio gini tersebut menunjukkan
masalah ketimpangan pendapatan atau pengeluaran masyarakat di wilayah perkotaan
lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan. Peningkatan rasio gini di wilayah
perkotaan dan perdesaan tersebut menunjukkan bahwa dampak pandemi Covid-19
tidak hanya terasa di daerah perkotaan namun juga dirasakan oleh masyarakat
perdesaan.

Tren Rasio Gini berdasarkan WIlayah di Jawa Tengah

0.393
0.383 0.386
0.377 0.379

0.365 0.368
0.357 0.358 0.359

0.323 0.318 0.324


0.315 0.315

2017 2018 2019 2020 2021

Perkotaan Pedesaan Perkotaan dan Pedesaan

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2021


Gambar 33. Tren Rasio Gini berdasarkan Wilayah di Jawa Tengah Tahun 2021

2) Persentase Penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan


Garis kemiskinan merepresentasikan jumlah rupiah minimum yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum makanan yang setara dengan 2.100
kkal/kapita/hari dan kebutuhan pokok minimum bukan makanan.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 102


Penduduk miskin Jawa Tengah pada
Tren Garis Kemiskinan Jawa Tengah
bulan September 2021 berjumlah 3,934 juta
orang (11,25%) berkurang sejumlah 185,92
409193
398477 ribu orang (0,59%) atau lebih rendah dari
381992 bulan September 2020 berjumlah 4,119 juta
357600 orang (11,84%). Hal ini menunjukan
338815 keberhasilan upaya Pemerintah Provinsi
Jawa Tengah dalam pengentasan
kemiskinan dimasa pandemi Covid-19.
2017 2018 2019 2020 2021 Meskipun begitu, capaian tersebut masih
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2021
cukup jauh dari target yang ditentukan dan
Gambar 34. Tren Garis Kemiskinan perlu adanya upaya akselerasi untuk
Jawa Tengah menekan angka kemiskinan hingga 0%
pada tahun 2024 (amanat Presiden RI).
Tujuan 10: Berkurangnya Kesenjangan
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Satu-
Indi- Nama Indikator Sumber Data line get sasi get sasi get sasi
an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Persentase penduduk Bappeda
10.1.1 10,57- 9,81-
yang hidup di bawah bekerja % 11,19 10,58 11,84 9,05 11,25
(a) 9,57 8,81
garis kemiskinan sama BPS

C. TANTANGAN DAN PEMBELAJARAN


Ketimpangan dapat terjadi karena salah satu faktor seperti prioritas pembangunan
lebih aktif di wilayah perkotaan sedangkan wilayah pedesaan jarang tersentuh.
Dengan adanya perbedaan pembangunan dan infrastruktur juga berdampak terhadap
perbedaan pendapatan masyarakat baik yang ada di kota maupun di daerah. Ini
menjadi salah satu masalah kompleks yang dihadapi dalam proses pembangunan
suatu wilayah yaitu ketimpangan pendapatan antar wilayah.
Provinsi Jawa Tengah juga tidak terlepas dari permasalahan ketimpangan wilayah
atau kesenjangan distribusi pendapatan antar wilayah. Beberapa daerah mengalami
pertumbuhan yang cepat namun di beberapa daerah lainnya mengalami
pertumbuhan yang lambat. Apabila diukur dengan menggunakan Indeks Williamson,
ketimpangan pembangunan antar wilayah di Jawa Tengah masih tergolong
ketidakmerataan tinggi. Ketimpangan ini terjadi karena masing-masing
kabupaten/kota memiliki sumber daya alam dan infrastruktur yang berbeda-beda
dimana hal tersebut menghasilkan pendapatan yang besar bagi daerah yang
memilikinya.
Sebagai contoh, seperti Kabupaten Kudus yang memiliki sejumlah perusahaan
besar nasional yang beroperasi di daerah tersebut. Kota Semarang memiliki berbagai
fasilitas seperti pelabuhan antar pulau dan bandara internasional, sehingga menjadi
pusat perdagangan di Jawa Tengah. Disisi lain Kabupaten Grobogan mempunyai PDRB
per kapita terendah. Sektor yang berkontribusi menopang perekonomiannya adalah
pertanian. Ini merupakan usaha keras pemerintah untuk menciptakan iklim kondusif
bagi penanam modal di dalam maupun modal asing untuk menggerakkan
pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut. Dan lebih menggali lagi potensi pertanian
yang bisa menjadi produk unggulan dari Kabupaten Grobogan sehingga bisa

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 103


menambah nilai tambah bruto wilayah tersebut. Dengan bertambahnya nilai tambah
bruto tersebut akan menekan ketimpangan di Jawa Tengah.
Faktor perencanaan dan manajemen pembangunan yang baik akan menyebabkan
kawasan menjadi kawasan ekonomi yang strategis. Merujuk pada peta wilayah
Provinsi Jawa Tengah dengan kondisi sumber daya alam yang dimiliki menyebabkan
ketimpangan-ketimpangan di sektor-sektor tertentu. Ketimpangan tersebut
mengakibatkan arus urbanisasi meningkat, ketidakmerataan pembangunan,
kemiskinan, pengangguran, ketidakseimbangan SDM, ketidakmerataan penggunaan
teknologi, dan aksesibilitas yang kurang memadai.

III. INOVASI DAN PRAKTIK BAIK

Desa Wisata Bugisan Klaten sebagai Klaster Percontohan 1,1 juta Pembukaan
Lapangan Kerja Baru
Desa wisata Bugisan yang terletak di Kecamatan Prambanan, Klaten masuk dalam
50 desa wisata terbaik dalam program Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI). ADWI
merupakan program unggulan Kemenparekraf sebagai penggerak kebangkitan
pertumbuhan ekonomi dan pengembangan pariwisata Indonesia. Letak Desa Wisata
Bugisan yang sangat strategis yaitu berada di area pintu keluar Candi Prambanan
menjadi potensi yang
harus dikembangkan.
Desa Bugisan memiliki
daya tarik wisata budaya
melalui peninggalan
purbakala salah satunya
Candi Plaosan dengan
stupa yang memadukan
corak Hindu dan Budha.
Di sisi lain, nuansa alam pedesaan yang asri dan budaya masyarakat jawa, ramah tamah,
serta kesenian budaya merupakan nilai-nilai yang dijunjung tinggi dan dilestarikan oleh
warga masyarakat. Daya tarik tersebut didukung pula dengan adanya pengembangan
produk souvenir (kuliner, fashion dan kriya), homestay, toilet umum, digital dan kreatif,
cleanliness health safety dan environment sustainability (CHSE) dan kelembagaan desa.
Potensi ini menjadikan Desa Wisata Bugisan sebagai satu klaster percontohan
penciptaan 1,1 juta lapangan kerja baru yang berkualitas berbasis komunitas yang ada.
Melalui penciptaan lapangan kerja baru tersebut dapat mendorong kekuatan
masyarakat perdesaan terutama untuk bangkit kembali pasca pandemi Covid-19
melalui peningkatan pendapatan masyarakat desa. Dengan tujuan akhir mengurangi
kesenjangan wilayah antara perdesaan dengan perkotaan.
Sumber: http://www.desabugisan.com/ ; https://jatengprov.go.id/beritadaerah/masuk-50-besar-adwi-
2022-sandiaga-uno-kunjungi-desa-wisata-bugisan/

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 104


IV. KEBIJAKAN DAN STRATEGI KE DEPAN

Kebiajakan untuk mendorong pencapaian tujuan 10: Mengurangi Kesenjangan di


Jawa Tengah dilakukan melalui beberapa strategi sebagai berikut:
a) Kebijakan pembangunan memprioritaskan pada daerah yang relatif tertinggal
tanpa mengabaikan daerah yang sudah maju dan tumbuh pesat. Bagi
kabupaten/kota yang masuk dalam daerah maju adalah memberikan bantuan bagi
daerah tertinggal berupa pembiayaan program pemberdayaan masyarakat yang
dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia (menciptakan human capital),
karena peningkatan kualitas sumber daya manusia ini akan berdampak positif bagi
pertumbuhan melalui peningkatan penyerapan ide dan inovasi teknologi
kewirausahaan. Kebanyakan kabupaten/kota yang sudah maju dan berkembang
cepat mengandalkan sektor industri dengan sumber daya manusia yang
berkualitas. Sehingga sharing skill ke daerah tertinggal dengan menularkan
keterampilan yang dimiliki.
b) Konsolidasi antar daerah atau kabupaten/kota dengan pemerintahan provinsi
dengan membuat perencanaan pembangunan terstruktur untuk meminimaslisir
ketimpangan.
c) Membangun konektivitas ekonomi antar daerah dengan pembangunan
infrastruktur dan sarana informasi yang seimbang. Konektivitas ini akan
menyebabkan transfer sumber daya alam dan tenaga kerja akan lebih efisien.
d) Pengembangan sektor potensi pada daerah tertinggal dan memasarkan produk-
produknya ke luar daerah

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 105


TUJUAN 10. BERKURANGNYA KESENJANGAN
2018 2019 2020 2021

KODE STATUS
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs SUMBER
INDI- TARGET (PERPRES 59/2017) SAT CAPAI- KET.
NASIONAL PROVINSI DATA BASE- TAR- REALI- TAR- REALI- TAR- REALI-
KATOR AN
LINE GET SASI GET SASI GET SASI

Tujuan 10. Mengurangi Kesenjangan Intra dan Antar Negara

Target 10.1 Pada tahun 2030, secara progresif mencapai dan mempertahankan pertumbuhan pendapatan penduduk yang berada di bawah 40% dari populasi pada tingkat yang lebih tinggi dari rata-rata nasional

Bappeda
Koefisien Gini pada tahun 2019
10.1.1* Koefisien Gini. Koefisien Gini bekerja Indeks 0,357 0,35 0,358 0,34 0,359 0,33 0,368
menjadi 0,36 (2014: 0,41).
sama BPS

Persentase penduduk
yang hidup di bawah Tren menurun
Persentase penduduk Tingkat kemiskinan pada tahun Bappeda
garis kemiskinan 10,57- 9,81- namun tidak
10.1.1 (a) yang hidup di bawah 2019 menjadi 7-8% dari jumlah bekerjasa % 11,19 10,58 11,84 9,05 11,25
nasional, menurut jenis 9,57 8,81 mencapai
garis kemiskinan penduduk (2015:11,13%). ma BPS
kelamin dan kelompok target
umur.
Dispermas
-des
Berkurangnya Desa Tertinggal Dukcapil
10.1.1.(c) Jumlah desa tertinggal Jumlah desa tertinggal desa 1444 NA 498 NA 262 NA 147
sebanyak 5.000 desa. bekerja-
sama
Kemendes
Meningkatnya Desa Mandiri Dipermas-
10.1.1.(d) Jumlah Desa Mandiri Jumlah Desa Mandiri paling sedikit sebanyak 2.000 desdukca- desa 72 100 117 100 140 100 199
desa. pil
Target 10.2 Pada tahun 2030, memberdayakan dan meningkatkan inklusi sosisl, ekonomi dan politik bagi semua, terlepas dari usia, je nis kelamin, difabilitas, ras suku, asal, agama atau kemampuan ekonomi atau status
lainnya
Proporsi penduduk
Proporsi penduduk
yang hidup di bawah
yang hidup di bawah 50
50 persen dari median
persen dari median (tidak ada dalam lampiran
10.2.1* pendapatan, menurut BPS % 19,35 PM 18,08 PM 18,5 PM 18,41
pendapatan, menurut Perpres 59/2017)
jenis kelamin dan
jenis kelamin dan
penyandang
penyandang difabilitas.
difabilitas.
Target 10.3 Menjamin kesempatan yang sama dan mengurangi kesenjangan hasil, termasuk dengan menghapus hukum, kebijakan dan praktik yang diskriminatif, dan mempromosikan legislasi, kebijakan dan tindakan
yang tepat terkait legislasi dan kebijakan tersebut
BPS
Meningkatnya Indeks Bekerja-
Indeks Kebebasan Belum
10.3.1.(a) Indeks Kebebasan Sipil. Kebebasan Sipil menjadi 87 sama skor 76,21 PM 78,43 PM 73,68 PM
Sipil. rilis
pada tahun 2019 (2015: 80,3). Bappenas:
IDI

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 106


2018 2019 2020 2021

KODE STATUS
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs SUMBER
INDI- TARGET (PERPRES 59/2017) SAT CAPAI- KET.
NASIONAL PROVINSI DATA BASE- TAR- REALI- TAR- REALI- TAR- REALI-
KATOR AN
LINE GET SASI GET SASI GET SASI

Jumlah kebijakan yang Biro


Jumlah kebijakan yang
diskriminatif dalam 12 Hukum
diskriminatif dalam 12 Kebija
bulan lalu berdasarkan bekerja-
bulan lalu berdasarkan (tidak ada dalam lampiran kan/ Tidak Tidak Tidak Tidak
10.3.1.(d) pelarangan sama PM PM PM
pelarangan diskriminasi Perpres 59/2017) Doku Ada Ada Ada Ada
diskriminasi menurut Komnas
menurut hukum HAM men
hukum HAM Perempu-
Internasional.
Internasional. an

Target 10.4 Mengadopsi kebijakan, terutama kebijakan fiskal, upah dan perlindungan sosial, serta secara progresif mencapai kesetaraan yang lebih besar

Meningkatnya kepesertaan
Sistem Jaminan Sosial Nasional
bidang ketenagakerjaan untuk
Proporsi peserta Proporsi peserta
tenaga kerja formal pada tahun BPJS
Program Jaminan Program Jaminan
10.4.1.(b) 2019 menjadi 62,4 juta dan Ketenagak % 108,71 100 107,45 100 101,81 100 100
Sosial Bidang Sosial Bidang
tenaga kerja informal pada erjaaan
Ketenagakerjaan. Ketenagakerjaan
tahun 2019 menjadi 3,5 juta
(2014: Formal 29,5 juta;
Informal 1,3 juta).

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 107


Tujuan 11: Kota Dan Permukiman Berkelanjutan

I. PENDAHULUAN

Tujuan 11 adalah menjadikan kota dan permukiman inklusif, aman, tangguh dan
berkelanjutan, dengan target untuk perumahan yang layak, sistem transportasi, dan
resiko bencana. Pencapaian target tujuan 11 Provinsi Jawa Tengah difokuskan pada: (1)
Peningkatan akses terhadap hunian layak dan terjangkau; (2) Pengguna moda
transportasi umum; dan (3) Perencanaan pembangunan kota yang berkelanjutan; serta
(4) Pengurangan resiko bencana.

II. STATUS CAPAIAN

A. PENCAPAIAN INDIKATOR TPB YANG MENGALAMI KEMAJUAN


1) Indeks Risiko Bencana Indonesia
Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) adalah suatu perangkat analisis
kebencanaan yang berbentuk indeks yang menunjukkan riwayat nyata kebencanaan
yang telah terjadi dan menimbulkan kerugian di wilayah Indonesia. Target IRBI sesuai
Perpres 59/2017 adalah menurun menjadi 30 persen. Kinerja IRBI Provinsi Jawa
Tengah hingga tahun 2021 mencapai angka 125,73, menurun dari tahun sebelumnya
sebesar 7,26. Indeks tersebut menunjukkan bahwa Jawa Tengah memiliki risiko
bencana tingkat sedang.
Tujuan 11: Kota dan Permukiman Berkelanjutan
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Nama
Indi- Sumber Data Satuan line get sasi get sasi get sasi
Indikator
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
SET BPBD
Indeks Risiko
bekerjasama
11.5.1. Bencana
Badan Nasional Indeks 146,47 PM 146,47 PM 132,99 PM 125,73
(a) Indonesia
Penanggulangan
(IRBI)
Bencana (BNPB)

Upaya/intervensi yang dilakukan terkait kinerja IRBI meliputi kegiatan


penambahan Early Warning System, sosialisasi pemasangan rambu jalur evakuasi,
sosialisasi daerah rawan bencana, pembentukan desa tangguh bencana di jawa
tengah, pembentukan forum komunitas LIDI (layanan inklusivitas disabilitas) untuk
siap menghadapi bencana, penyusunan kajian resiko bencana, penyusunan kotejensi
tentang bencana, gladi siap siagaan untuk menghadpi bencana, satuan pendidik aman
bencana, pengurangan resiko bencana berbasis komunitas, pelatihan relawan
generasi muda dan tim reaksi cepat, gubnernur mengajar tentang siap siagaan
pelatihan dini tentang bencana, pelatihan penambahan kapasitas petugas pusat
pengendali operasi penanggulangan bencana, penambahan kapasitas pelatihan untuk
menghitung dampak dan kerusakan bencana, pelatihan penambahan kapasitas
peralatan penanggulangan bencana untuk Kabupaten/Kota.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 108


2) Jumlah Kota Tangguh Bencana yang Terbentuk
Kota Tangguh Bencana (dalam hal ini Kelurahan Tangguh Bencana) merupakan
salah satu bentuk mitigasi bencana non-struktural yang dilakukan oleh Provinsi Jawa
Tengah. Kelurahan tangguh bencana adalah desa/kelurahan yang memiliki
kemampuan mandiri untuk beradaptasi dan menghadapi potensi ancaman bencana,
serta memulihkan diri dengan segera dari dampak-dampak bencana yang merugikan.
Kelurahan tangguh bencana menjadi bagian penting dalam upaya pengurangan risiko
bencana berbasis komunitas (PRBBK). Jumlah desa tangguh bencana yang terbentuk
di Jawa Tengah mengalami peningkatan yang sangat pesat. Pada tahun 2021, jumlah
Kelurahan Tangguh Bencana yang terbentuk di 4 kota di Jawa Tengah yaitu sebanyak
30 Kelurahan Tangguh Bencana (Katana).
Tujuan 11: Kota dan Permukiman Berkelanjutan
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Nama
Indi- Sumber Data Satuan line get sasi get sasi get sasi
Indikator
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
SET BPBD
Jumlah kota bekerjasama
tangguh Badan
11.5.1 Kota
bencana Nasional 1 PM 1 PM 2 PM 4
(b) Tangguh
yang Penanggulang
terbentuk an Bencana
(BNPB)

Jumlah Kelurahan Tangguh Bencana 4 Kota Tangguh Bencana yang


(Katana) di Jawa Tengah Tahun 2021 terbentuk di Jawa Tengah yaitu Kota
22
Semarang, Kota Tegal, Kota Surakarta
dan Kota Pekalongan. Kota Semarang
menjadi kota yang telah memulai
pembentukan Kelurahan Tangguh
Bencana sejak tahun 2017. Sedangkan
3 4 tiga kota lainnya memulai pembentukan
1 Kelurahan Tangguh Bencana pada tahun
2020-2021. Adapun dua kota lainnya di
Kota Kota Kota Tegal Kota
Semarang Surakarta Pekalongan Jawa Tengah yaitu Kota Salatiga dan
Kota Magelang sedang dalam proses
Sumber: Sekretariat BPBD Kota, 2021 pembentukan Kelurahan Tangguh
Gambar 35. Jumlah Kelurahan Tangguh
Bencana.
Bencana di Jawa Tengah

3) Jumlah Sistem Peringatan Dini Cuaca dan Iklim serta Kebencanaan


Upaya pengurangan risiko bencana yang efektif dapat dilakukan salah satunya
dengan mitigasi non struktural, antara lain dengan usaha peningkatan kesiapsiagaan
masyarakat melalui penerapan Sistem Peringatan Dini (Early Warning System) berbasis
masyarakat di lokasi yang rentan terhadap bencana. Jumlah sistem peringatan dini
adalah sistem pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang
kemungkinan terjadinya bencana pada suatu kota oleh lembaga yang berwenang.
Capaian tahun 2021 menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan, dimana terjadi
penambahan Sistem Peringatan Dini menjadi 10 sistem.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 109


Tujuan 11: Kota dan Permukiman Berkelanjutan
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber
Indi- Nama Indikator Satuan line get sasi get sasi get sasi
Data
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Jumlah sistem
peringatan dini Sistem
11.5.1 SET
cuaca dan iklim peringatan 2 3 15 3 1 5 10
(c) BPBD
serta dini
kebencanaan

4) Proporsi Pemerintah Kota yang Memiliki Dokumen Strategi Pengurangan Risiko


Bencana
Dokumen Strategi Pengurangan Risiko Bencana menjadi salah satu produk
kebijakan terkait perencanaan penanggulangan bencana di suatu daerah. Dokumen
strategi pengurangan risiko bencana (PRB) tingkat daerah adalah dokumen yang berisi
strategi dan/atau rencana aksi pencegahan bencana untuk mengurangi ancaman dan
kerentanan serta meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menghadapi
bencana, termasuk rencana aksi adaptasi perubahan iklim. Dokumen strategi PRB
penting untuk dimiliki oleh setiap daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota
karena dokumen tersebut menjadi suatu pedoman bagi pemerintah daerah dalam
pelaksanaan penanggulangan bencana. Selain itu, dokumen PRB juga dapat menjadi
masukan bagi penyusunan dokumen rencana pembangunan daerah.
Tujuan 11: Kota dan Permukiman Berkelanjutan
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu-
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Proporsi pemerintah SET
kota yang memiliki BPBD
11.b.1* dokumen strategi bekerja- % NA NA 16,67 NA 16,67 NA 33,33
pengurangan risiko sama
bencana BNPB

Capaian tahun 2021 menunjukkan peningkatan proporsi Pemerintah Kota yang


memiliki dokumen Rencana Penanggulangan Bencana/RPB, dari yang sebelumnya
16,67 persen menjadi 33,33 persen. Terdapat 2 Kota di Jawa Tengah yang telah
memiliki dokumen strategi pengurangan risiko bencana yaitu Kota Semarang (2019 -
2023) da Kota Tegal (2021 – 2024).

B. PENCAPAIAN INDIKATOR TPB YANG MEMERLUKAN PERHATIAN


1) Proporsi Rumah Tangga yang Memiliki Akses Terhadap Hunian yang Layak dan
Terjangkau
Dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman, rumah yang layak huni dan terjangkau didefinisikan sebagai rumah yang
memenuhi persyaratan keselamatan bangunan dan kecukupan minimum luas
bangunan serta kesehatan penghuninya, yang mampu dijangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat. Hunian layak memiliki 4 (empat) kriteria yaitu ketahanan bangunan,
kecukupan luas tempat tinggal yaitu luas lantai perkapita ≥ 7,2 m2, memiliki akses air
minum dan akses sanitasi layak. Indikator ini digunakan untuk memantau peningkatan
rumah tangga yang tinggal di hunian layak dan terjangkau dalam mendukung

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 110


pengurangan penduduk yang tinggal di daerah kumuh, permukiman liar atau rumah
yang tidak layak.
Perhitungan proporsi rumah tangga yang memiliki akses terhadap hunian yang
layak dan terjangkau mulai tahun 2019 mengalami perubahan metode dan kriteria
pengklasifikasian oleh BPS. Oleh karena itu, angka realisasi antara tahun 2018 dengan
tahun 2019 dan tahun-tahun berikutnya memiliki besaran yang relatif berbeda.
Tujuan 11: Kota dan Permukiman Berkelanjutan
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu-
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Proporsi rumah tangga
11.1.1. yang memiliki akses
BPS % 97,40 PM 64,69 PM 67,93 PM 66,47
(a) terhadap hunian yang
layak dan terjangkau.

Proporsi rumah tangga yang memiliki akses terhadap hunian yang layak dan
terjangkau di Jawa Tengah menunjukkan tren yang cenderung meningkat setiap
tahunnya. Dalam kurun waktu tahun 2018 hingga 2021, proporsi meningkat dari 83,1
persen (2018) menjadi 90,82 persen (2021) atau sebanyak 8.371.465 unit.
Strategi optimalisasi capaian rumah layak huni di Jawa Tengah dilakukan dengan
strategi:
• Penanganan backlog melalui mekanisme bantuan sosial pembangunan rumah
baru swadaya;
• Peningkatan Kualitas Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) melalui mekanisme
Bankeupemdes;
• Pelaksanaan SPM bidang perumahan melalui mekanisme Bansos Pembangunan
Rumah Korban Bencana, Peningkatan Kualitas Rumah korban bencana dan
Pembangungan Rumah Relokasi Program Pemerintah.
Upaya tersebut diatas juga terintegrasi dengan penanganan kawasan
permukimannya dan prasarana dan sarana utilitasnya (PSU). Selain itu juga
mengintegrasikan program – program yang inline mulai dari level kabupaten/kota
sampai dengan level pusat, serta melibatkan kemitraan dari berbagai stakeholder.
Sehingga intervensi anggaran berasal dari berbagai macam sumber pembiayaan mulai
dari APBN, APBD Provinsi, APBD Kab/Kota, CSR, Swasta, Masyarakat dan Baznas.
Tabel 1. Kawasan Kumuh Provinsi Jawa Tengah Tahun 2021
Penanganan Pada Tahun Total Sisa
Luasan % Capaian % Capaian
Kewenangan (Ha) 2020 Penanganan Kawasan
Kawasan Penanganan Kumulatif
Penanganan s.d Tahun Kumuh
Kumuh 2019 2020 2021 Tahun 2021 s.d 2021
2021 2021
Kab/Kota 629,01 226,46 181,21 75,39 483,06 145,95 11,99 76,80
(<10 Ha)
Provinsi (10- 474,66 200,06 35,54 58,42 294,02 180,64 12,31 61,94
15 Ha)
Pusat > 15 Ha 1900,92 350,58 750,33 363,45 1.464,36 436,56 19,21 77,03
Total 3004,59 777,10 967,08 497,26 2.241,44 763,15 16,55 74,60
Sumber: Disperakim Prov.Jateng, 2021

Penanganan kawasan kumuh dilakukan setiap tahunnya dari tahun 2019 sampai
dengan tahun 2021, total penanganan kawasan kumuh di tahun 2021 adalah 2.241,44
ha. Sisa kawasan kumuh yang harus ditangani ditahun berikutnya seluas 763,15 ha.
Untuk itu dibutuhkan penanganan kawasan kumuh yang efektif serta upaya
pencegahannya sehingga tidak terdapat lagi kawasan kumuh di Provinsi Jawa Tengah.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 111


2) Persentase Pengguna Moda Transportasi Umum di Perkotaan
Jawa Tengah memiliki moda transportasi umum yang beroperasi di wilayah
aglomerasi perkotaan sejak 2017 bernama BRT Trans Jateng. Adanya moda
transportasi Trans Jateng menjadi pendukung terwujudnya konektivitas antar wilayah
dan mempermudah akses masyarakat khususnya buruh dan pelajar. Selain itu,
berkaitan dengan pelaksanaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di Jawa Tengah,
Trans Jateng mampu memberikan kontribusi terhadap meningkatnya pengguna
moda transportasi umum di perkotaan. Data yang dihimpun oleh Dinas Perhubungan
Provinsi Jawa Tengah menunjukkan bahwa dalam kurun waktu tahun 2018 – 2019
terjadi peningkatan persentase pengguna moda transportasi umum di perkotaan.
Tujuan 11: Kota dan Permukiman Berkelanjutan
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber
Indi- Nama Indikator Satuan line get sasi get sasi get sasi
Data
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Persentase Dishub
pengguna moda bekerja-
11.2.1.(a) transportasi sama % 11,4 NA 12,3 NA 7,3 NA 4,7
umum di Susenas
perkotaan Kor BPS

Penurunan persentase cukup signifikan terjadi pada tahun 2020 hingga 2021. Hal
tersebut sebagai dampak dari adanya pembatasan kegiatan masyarakat akibat
pandemi Covid-19. Terdapat sejumlah kebijakan yang diterapkan selama masa
pandemi Covid-19 berkaitan dengan penggunaan transportasi umum utamanya Trans
Jateng, seperti pengurangan kapasitas penumpang hingga 50% sebagai bagian dari
penerapan protokol kesehatan, pengalihan arus jalan yang berpengaruh pada
perubahan rute koridor layanan, hingga pembatasan aktivitas masyarakat yang
berpengaruh pada menurunnya permintaan perjalanan masyarakat.
Tabel 2. Jumlah Penumpang Moda Transportasi Umum Trans Jateng
JUMLAH PENUMPANG
RUTE
2018 2019 2020 2021
Semarang-Bawen 1.886.694 2.117.390 1.054.091 1.136.921
Purwokerto-Purbalingga 351.896 1.141.126 613.804 673.120
Semarang-Kendal 178.943 592.411 682.477
Purworejo-Magelang 106.124 485.848
Solo-Sragen 327.786
Semarang-Grobogan 133.380
Total 2.238.590 3.437.459 2.421.872 3.439.532
Sumber: Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Tengah

Jumlah penumpang yang dilayani oleh Trans Jateng dari tahun 2018 sampai
dengan tahun 2019 mencapai kenaikan, namun adanya pandemi Covid-19
menyebabkan penurunan jumlah penumpang yang dilayani Trans Jateng di tahun
2020. Dari jumlah penumpang yang dilayani sebesar 3.437.459 orang pada 2019,
menurun signifikan pada 2020 menjadi 2.421.872 orang tetapi pada tahun 2021
mengalami peningkatan kembali menjadi 3.439.532 orang.

3) Jumlah Korban Meninggal, Hilang dan Terkena Dampak Bencana


Sebagian besar kejadian bencana yang terjadi memberikan risiko pasca terjadinya
bencana. Risiko tersebut dapat berupa hilangnya nyawa, luka-luka, kerugian harta
benda, serta kerusakan lingkungan dan infrastruktur wilayah. Jumlah korban

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 112


meninggal, hilang dan terkena dampak bencana menjadi indikator yang digunakan
untuk mengevaluasi capaian implementasi kebijakan dan strategi pengurangan risiko
bencana suatu daerah terdampak bencana.
Dalam kurun waktu tahun 2020 – 2021, terjadi peningkatan jumlah korban
meninggal, hilang dan terkena dampak bencana di Jawa Tengah dari 32 jiwa menjadi
34 jiwa, dengan rincian: 8 korban meninggal akibat bencana angin topan, 2 korban
meninggal akibat banjir, 3 korban meninggal akibat kebakaran, serta 21 korban
meninggal akibat tanah longsor.
Tujuan 11: Kota dan Permukiman Berkelanjutan
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber
Indi- Nama Indikator Satuan line get sasi get sasi get sasi
Data
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Jumlah korban
meninggal, hilang
SET 230
11.5.1* dan terkena Jiwa NA 39 NA 32 NA 34
BPBD (2017)
dampak bencana
per 100.000 orang

4) Jumlah Kerugian Ekonomi Langsung Akibat Bencana


Capaian 2021 menunjukkan jumlah kerugian ekonomi langsung akibat bencana
mencapai 109,8 miliar rupiah, meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai
73,8 miliar. Jumlah kerugian ekonomi tersebut meningkat sejalan dengan
meningkatnya kerusakan yang ditimbulkan akibat bencana yang terjadi.
Tujuan 11: Kota dan Permukiman Berkelanjutan
Kode Sum- Base- Tar- Tar- Tar-
Satu- Realisasi Realisasi Realisasi
Indi- Nama Indikator ber line get get get
an 2019 2020 2021
kator Data (2018) 2019 2020 2021
Jumlah kerugian
11.5.2. SET 51.274. 86.030. 73.852. 109.807.
ekonomi langsung Rp. NA NA NA
(a) BPBD 870.000 205.000 747.000 105.500
akibat bencana

Berdasarkan data dari BPBD Provinsi Jawa Tengah, diketahui bahwa kerugian
ekonomi sebesar 109,8 miliar diakibatkan oleh beberapa bencana alam yang terjadi
sepanjang tahun 2021, yaitu antara lain bencana angin topan, banjir, kebakaran hutan
dan lahan, kebakaran, gelombag pasang, tanah gerak serta tanah longsor.
Tabel 3. Kerugian akibat Bencana di Jawa Tengah
2018 2019 2020 2021
No Jenis Bencana Kerugian Kerugian Kerugian Kerugian
Jml Jml Jml Jml
(Rp. 000) (Rp. 000) (Rp. 000) (Rp. 000)
1 Angin Topan 407 5.445.666 706 15.367.598 NA 5.469.095 488 4.779.474
2 Banjir 171 2.924.463 171 2.777.845 32.798.305 250 44.206.000
3 Tanah Longsor 555 5.111.856 718 9.354.277 16.806.207 787 7.139.159
4 Kekeringan - - 30 0 0 0 0
5 Kebakaran 589 33.866.505 718 55.387.150 18.779.138 264 53.404.473
6 Gempa Bumi 3 65.000 5 65.000 0 0 0
7 Letusan 5 - 2 0 0 0 0
Gunung Api
8 Ombak Besar 4 57.000 6 0 0 6 45.000
9 Tanah Gerak - - - - 0 20 235.000
Jumlah 1.734 47.470.620 2.356 82.951.870 2.870 73.582.747 1.895 109.807.105,5
Sumber: Sekretariat BPBD Provinsi Jawa Tengah, 2021

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 113


5) Persentase Sampah Perkotaan yang Tertangani
Persentase sampah perkotaan yang tertangani pada tahun 2021 belum mencapai
target yang telah ditetapkan. Belum tercapainya target dikarenakan meningkatnya
jumlah timbunan sampah yang tidak sebanding dengan cakupan pelayanan serta
sarana prasarana pengelolaan sampah. Selain itu, kontribusi limbah B3 rumah sakit
yang semakin meningkat akibat adanya pandemi Covid-19 turut menjadi faktor
penyebab cakupan sampah perkotaan (limbah padat rumah tangga) tidak tertangani
dengan optimal. Adapun daerah perkotaan yang tidak terlayani pengelolaan sampah
sebagian besar merupakan permukiman yang berada di sempadan sungai, danau dan
wilayah pesisir yang padat penduduk.
Tujuan 11: Kota dan Permukiman Berkelanjutan
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber
Indi- Nama Indikator Satuan line get sasi get sasi get sasi
Data
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Persentase sampah
11.6.1 % (sampah
perkotaan yang DLHK 70 80 75 85 62,79 87 61,14
(a) terangkut)
tertangani

Tabel 4. Persentase Sampah yang Tertangani di Jawa Tengah Tahun 2018-2021


No Uraian 2018 2019 2020 2021*
1 Jumlah Timbunan Sampah
5.418.184 5.604.080,65 6.055.617,05 4.968.100,21
(Ton/tahun)
2 Jumlah Sampah Yang Dapat
725.047,58 1.069.308,62 1.175.675,24 935.399,64
Dikurangi (ton/tahun)
3 Jumlah sampah yang tertangani
1.992.430,5 2.774.189,20 2.626.441,58 2.102.339,14
(Ton/tahun)
4 Total Pengelolaan Sampah 2.717.478,1 3.843.497,82 3.802.116,82 3.037.738,78
Persentase Pengelolaan Sampah (%) 50,15 68,58 62,79 61,14
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah, 2021
Keterangan: Data Sementara, masih ada 7 Kab/Kota yang belum mengupdate data.

Jumlah timbulan sampah cenderung meningkat dari tahun ke tahun, dari tahun
2017 sejumlah 5.380.998 ton/tahun menjadi 4.968.100,21 ton/tahun. Sedangkan
sampah yang tertangani baru mencakup 2.102.339,14 ton/tahun dengan total
pengelolaan sampah sebanyak 3.037.738,78 ton/tahun pada tahun 2021, yaitu sebesar
61,14 persen. Berdasarkan data TPA di Jawa Tengah, luas total TPA yang ada sejumlah
58 TPA adalah 258,1 Ha. Dengan total sampah yang terangkut menunjukkan rata-rata
setiap 1 Ha TPA menampung sampah sebesar 6.310 ton untuk dikelola.

C. TANTANGAN DAN PEMBELAJARAN


Provinsi Jawa Tengah termasuk sebagai salah satu provinsi dengan ancaman
bencana yang cukup tinggi. Adanya kerawanan terhadap bencana di Jawa Tengah
dipengaruhi oleh aspek fisik alam Jawa Tengah yang beragam (terdiri dari dataran
rendah, banyak sungai, pegunungan dan kemiringan lahan yang tersebar) dan faktor
manusia yang cenderung bertambah setiap tahunnya. Ancaman bencana di Jawa
Tengah antara lain gempabumi, letusan gunungapi, banjir, tanah longsor, kekeringan,
cuaca ekstrim, gelombag ekstrim/abrasi, serta kebakaran hutan dan lahan. Dari 35
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, 26 daerah diantaranya berada dalam kelas
risiko tinggi dan 9 daerah termasuk dalam kelas risiko sedang.
Melihat masih adanya korban bencana dan kerugian ekonomi akibat bencana yang
cenderung meningkat menjadi tantangan yang dihadapi oleh Pemerintah Provinsi

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 114


Jawa Tengah. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah harus mampu menurunkan dampak
bencana yang ditimbulkan tersebut. Melalui koordinasi dalam pengurangan risiko
bencana, mendorong terbentuknya Dokumen Pengurangan Risiko Bencana pada
seluruh kabupaten/kota, penguatan kapasitas kabupaten/kota yang tangguh
bencana, penguatan upaya mitigasi struktural dan non-struktural serta
pengembangan sistem informasi yang baik menjadi modal yang harus dimiliki dalam
rangka mewujudkan kota dan permukinan yang inklusif, aman, tangguh dan
berkelanjutan.

III. INOVASI DAN PRAKTIK BAIK

Jateng Gayeng Ndandani Omah Bareng Aplikasi Simperum (Jagani Omah Bareng Arum)
Jagani Omah Bareng Arum atau Jateng
Gayeng Ndandani Omah Bareng Aplikasi
Simperum merupakan program Pemprov Jawa
Tengah untuk memberikan fasilitas
pembangunan rumah bagi para warga miskin.
Melalui program Tuku Lemah Oleh Omah,
Pemprov Jateng juga memberikan akses
pembelian tanah melalui kredit mikro BPR BKK
Jawa Tengah, selain itu ada pula fasilitas
pembentukan Kelompok Masyarakat (Pokmas)
untuk persiapan pembangunan rumah. Program
tersebut juga memberikan fasilitas berupa
pembangunan rumah melalui bantuan sosial stimulan rumah sederhana sehat.
Jateng Gayeng Ndandani Omah Bareng ini menggunakan aplikasi Sistem
Informasi Manajemen Perumahan atau disebut Simperum yang juga digunakan untuk
akselerasi penanggulangan kemiskinan. Program ini memungkinkan warga miskin yang
belum memiliki rumah untuk menerima stimulan yang berbentuk bantuan sosial
pembangunan rumah dengan ukuran yang sesuai syarat luasan rumah layak huni yaitu
tipe-36. Bantuan yang diberikan senilai Rp35.000.000,- yang terdiri dari ruspin dan
arsitektural. Di tahun 2021 ini, pembangunan rumah dilakukan di 6 kabupaten/kota di
Jawa Tengah diantaranya Kabupaten Cilacap, Brebes, Kendal, Purbalingga, Jepara dan
Kota Magelang.
Sumber: https://semarangku.pikiran-rakyat.com/semarangan/pr-313092633/jagani-omah-bareng-
arum-cara-ganjar-pranowo-bangun-rumah-warga-miskin-jadi-rujukan-nasional?page=2
https://pingpoint.co.id/berita/jagani-omah-bareng-arum-inovasi-rumah-bagi-warga-tidak-mampu/

IV.KEBIJAKAN DAN STRATEGI KE DEPAN

Kebijakan untuk mendorong pencapaian tujuan 11: Kota dan Permukiman yang
Berkelanjutan yaitu antara lain: (1) Peningkatan rumah layak huni dan kualitas kawasan
permukiman, (2) Pengembangan transportasi massal, (3) Pengembangan masyarakat
tangguh bencana, serta (4) Pengurangan risiko dan penanggulangan bencana lintas
sektor; (5) Fasilitasi pengelolaan dan penanganan sampah; (6) Pemenuhan ruang

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 115


terbuka hijau. Dan strategi yang akan dilakukan meliputi: (1) Perbaikan rumah tidak layak
huni bagi rumah tangga miskin dan perbaikan kualitas lingkungan kawasan
permukiman kumuh termasuk diantaranya air bersih, sanitasi, dan listrik; (2) Revitalisasi
jalur kereta dan bandara serta pengembangan koridor angkutan umum massal berbasis
jalan (BRT); (3) Pengembangan desa tangguh bencana, (4) Pengembangan sistem
peringatan dini (early warning system) berbasis masyrakat serta identifikasi dan
inventarisasi daerah rawan dan terdampak bencana; (5) Pelayanan pengangkutan dan
pengelolaan sampah; serta (6) Pembangunan ruang terbuka hijau.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 116


TUJUAN 11. KOTA DAN PERMUKIMAN YANG BERKELANJUTAN
2018 2019 2020 2021

KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs SUMBER STATUS
INDI- TARGET (PERPRES 59/2017) SATUAN KET.
NASIONAL PROVINSI DATA BASE- TAR- REALI- TAR- REALI- TAR- REALI- CAPAIAN
KATOR
LINE GET SASI GET SASI GET SASI

Tujuan 11. Kota dan Permukiman Berkelanjutan

Target 11.1 Pada tahun 2030, menjamin akses bagi semua terhadap perumahan yang layak, aman, terjangkau, dan pelayanan dasar, serta menata kawasan kumuh
Proporsi rumah Proporsi rumah
Tersedianya akses bagi 3,7
tangga yang tangga yang
juta rumah tangga terhadap
memiliki akses memiliki akses
11.1.1.(a) hunian yang layak dan BPS % 97,40 PM 64,69 PM 67,93 PM 66,47
terhadap hunian terhadap hunian
terjangkau hingga tahun
yang layak dan yang layak dan
2019
terjangkau. terjangkau
Target 11.2 Pada tahun 2030, menyediakan akses terhadap sistem transportasi yang aman, terjangkau, mudah diakses dan berkelanjutan untuk semua, meningkatkan keselamatan lalu lintas, terutama dengan memperluas
jangkauan transportasi umum, dengan memberi perhatian khusus pada kebutuhan mereka yang berada dalam situasi rentan, perempuan, anak, penyandang difabilitas dan orang tua
Dipengaruhi
Meningkatnya pangsa adanya
Persentase Persentase
pengguna moda transportasi pembatasan
pengguna moda pengguna moda
11.2.1.(a) umum di perkotaan menjadi Dishub % 11,4 NA 12,3 NA 7,3 NA 4,7 aktivitas
transportasi umum transportasi umum
32% hingga tahun 2019 (2014: selama
di perkotaan. di perkotaan.
23%). pandemi
Covid-19
Jumlah sistem Jumlah sistem
Dikembangkannya sistem Dishub
angkutan rel yang angkutan rel yang
11.2.1.(b). angkutan rel di 10 kota besar bekerjasama Kota Besar 2 NA 2 NA 2 NA 2
dikembangkan di dikembangkan di
hingga tahun 2019. Kemenhub
kota besar. kota besar.
Target 11.3 Pada tahun 2030, memperkuat urbanisasi yang inklusif dan berkelanjutan serta kapasitas partisipasi, perencanaan penanganan permukiman yang berkelanjutan dan terintegrasi di semua negara
Rata-rata institusi Rata-rata institusi
Meningkatnya peran swasta,
yang berperan yang berperan
organisasi masyarakat dan
secara aktif dalam secara aktif dalam % (Partisipasi
organisasi profesi secara
Forum Dialog Forum Dialog Masyarakat
11.3.2.(a) aktif, dalam Forum Dialog Bappeda 100 100 100 100 100 100 100
Perencanaan Perencanaan dlm
Perencanaan dan
Pembangunan Pembangunan Musrenbang)
Pembangunan Kota
Kota Kota
Berkelanjutan.
Berkelanjutan. Berkelanjutan.
Target 11.4 Mempromosikan dan menjaga warisan budaya dunia dan warisan alam dunia
Jumlah kota Terwujudnya kota dan
Jumlah kota
pusaka di kawasan kawasan per-kotaan layak
pusaka di kawasan Disperakim
perkotaan huni melalui pengembangan
perkotaan bekerjasama
11.4.1 (a) metropolitan, kota kota pusaka berbasis Kota Pusaka NA NA ada NA ada NA ada
metropolitan, kota Kementerian
besar, kota karakter sosial budaya
besar, kota sedang PUPR
sedang dan kota (heritage city) di kawasan
dan kota kecil.
kecil. perkotaan metropolitan,

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 117


2018 2019 2020 2021

KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs SUMBER STATUS
INDI- TARGET (PERPRES 59/2017) SATUAN KET.
NASIONAL PROVINSI DATA BASE- TAR- REALI- TAR- REALI- TAR- REALI- CAPAIAN
KATOR
LINE GET SASI GET SASI GET SASI

kota besar, sedang, dan kecil,


hingga tahun 2019.
Target 11.5 Pada tahun 2030, secara signifikan mengurangi jumlah kematian dan jumlah orang terdampak, dan secara substansial mengurangi kerugian ekonomi relatif terhadap PDB global yang disebabkan oleh bencana,
dengan fokus melindungi orang miskin dan orang-orang dalam situasi rentan
Peningkatan
Jumlah korban Jumlah korban
dikarenakan
meninggal, hilang meninggal, hilang
(tidak ada dalam lampiran 230 meningkatnya
11.5.1* dan terkena dan terkena SET BPBD JIwa NA 39 NA 32 NA 34
Perpres 59/2017) (2017) jumlah
dampak bencana dampak bencana
kejadian
per 100.000 orang. per 100.000 orang.
bencana alam

Indeks Risiko Menurunnya Indeks Risiko SET BPBD


Indeks Risiko
11.5.1.(a) Bencana Indonesia Bencana (IRB) mencapai 30% bekerjasama Indeks 146,47 NA 146,47 NA 132,99 NA 125,73
Bencana
(IRBI). hingga tahun 2019. BNPB

SET BPBD
Meningkatnya jumlah lokasi bekerjasama
Jumlah kota Jumlah kota penguatan pengurangan Badan
11.5.1.(b) tangguh bencana tangguh bencana risiko bencana daerah pada Nasional Kota tangguh 1 NA 1 NA 2 NA 4
yang terbentuk. yang terbentuk. tahun 2019 menjadi 39 Penanggulan
daerah (2015: 35 daerah). gan Bencana
(BNPB)
Jumlah sistem
Jumlah sistem
peringatan dini Tersedianya sistem Sistem
peringatan dini
11.5.1.(c) cuaca dan iklim peringatan dini cuaca dan SET BPBD peringatan 2 3 15 3 1 5 10
cuaca dan iklim
serta iklim serta kebencanaan. dini
serta kebencanaan
kebencanaan.
Peningkatan
dikarenakan
Jumlah kerugian Jumlah kerugian 51.274. 86.030 73.852.
(tidak ada dalam lampiran 109.807. meningkatnya
11.5.2.(a) ekonomi langsung ekonomi langsung SET BPBD ribu Rp 870. NA .205. NA 747. NA
Perpres 59/2017) 105.500 jumlah
akibat bencana. akibat bencana 000 000 000
kejadian
bencana alam
Target 11.6 Pada tahun 2030, mengurangi dampak lingkungan perkotaan per kapita yang merugikan, termasuk dengan memberi perhatian khusus pada kualitas udara, termasuk penanganan sampah kota
Merupakan
data
persentase
Meningkatnya cakupan sampah yang
Persentase Persentase
penanganan sampah % (sampah tertangani,
11.6.1.(a) sampah perkotaan sampah perkotaan DLHK 70 80 75 85 62,79 87 61,14
perkotaan menjadi 80% pada terangkut) tanpa
yang tertangani. yang tertangani.
tahun 2019 (2013: 46%). membedakan
klasifikasi
perdesaan dan
perkotaan

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 118


2018 2019 2020 2021

KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs SUMBER STATUS
INDI- TARGET (PERPRES 59/2017) SATUAN KET.
NASIONAL PROVINSI DATA BASE- TAR- REALI- TAR- REALI- TAR- REALI- CAPAIAN
KATOR
LINE GET SASI GET SASI GET SASI

Terwujudnya kota hijau yang


berketahanan iklim dan
Jumlah kota hijau Jumlah kota hijau bencana melalui
yang yang pengembangan dan
mengembangkan mengembangkan penerapan green water,
dan menerapkan dan menerapkan green waste (pengelolaan
11.6.1.(b) DLHK Kota hijau 1 1 1 1 1 1 1
green waste di green waste di sampah dan limbah melalui
kawasan kawasan reduce-reuse-recycle), green
perkotaan perkotaan transportation khususnya di
metropolitan. metropolitan. 7 kawasan perkotaan
metropolitan, hingga tahun
2019.
Target 11.7 Pada tahun 2030, menyediakan ruang publik dan ruang terbuka hijau yang aman, inklusif dan mudah dijangkau terutama untuk perempuan dan anak, manula dan penyandang difabilitas

Jumlah kota hijau Jumlah kota hijau Terwujudnya kota hijau yang
yang menyediakan yang menyediakan berketahanan iklim, melalui
ruang terbuka hijau ruang terbuka penyediaan ruang terbuka
11.7.1.(a) di kawasan hijau di kawasan hijau, paling sedikit di 12 DLHK Kota hijau 13 PM 13 PM 13 13 13
perkotaan perkotaan kawasan perkotaan
metropolitan dan metropolitan dan metropolitan dan 20 kota
kota sedang. kota sedang. sedang, hingga tahun 2019.

Proporsi korban Proporsi korban


BPS
kekerasan dalam kekerasan dalam
(tidak ada dalam lampiran berkoordinasi
11.7.2 (a) 12bulan terakhir 12bulan terakhir % NA NA NA NA NA
Perpres 59/2017) dengan
yang melaporkan yang melaporkan
POLDA
kepada polisi. kepada polisi.
Target 11.b Pada tahun 2030, meningkatkan secara substansial jumlah kota dan permukiman yang mengadopsi dan mengimplementasi kebijakan dan perencanaan yang terintegrasi tentang penyertaan, efisiensi sumber daya,
mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim, ketahanan terhadap bencana, serta mengembangkan dan mengimplementasikan penanganan holistik risiko bencana di semua lini, sesuai dengan the Sendai Framework for
Disaster Risk Reduction 2015-2030
Proporsi Proporsi
pemerintah kota pemerintah kota
SET BPBD
yang memiliki yang memiliki (tidak ada dalam lampiran
11.b.1* bekerjasama % 1 NA 16,67 NA 16,67 NA 33,33
dokumen strategi dokumen strategi Perpres 59/2017)
BNPB
pengurangan pengurangan
risiko bencana. risiko bencana.

Dokumen strategi
Dokumen strategi
pengurangan
pengurangan risiko (tidak ada dalam lampiran
11.b.2* risiko bencana SET BPBD dokumen ada ada ada ada ada ada ada
bencana (PRB) Perpres 59/2017)
(PRB) tingkat
tingkat daerah.
daerah

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 119


Tujuan 12: Konsumsi Dan Produksi Yang
Bertanggungjawab

I. PENDAHULUAN

Tujuan 12 adalah menjamin pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan,


dengan target penanganan sampah; penanganan limbah; dan fasilitas publik.
Pencapaian target tujuan 12 Provinsi Jawa Tengah difokuskan pada: (1) Menangani
persampahan; (2) Mengelola limbah; serta (3) Menjamin fasilitas publik.

II. STATUS CAPAIAN

A. PENCAPAIAN INDIKATOR TPB YANG MENGALAMI KEMAJUAN


1) Jumlah Peserta PROPER yang Mencapai Minimal Ranking Biru
PROPER adalah Public Disclosure Program for Environmental Compliance
(Program Penilaian peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan)
yang dikembangkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Peringkat
PROPER bukan sebagai pengganti instrumen penataan konvensial yang telah ada,
seperti penegakan hukum lingkungan perdata maupun pidana. Di dalam penilaian
PROPER, perusahaan akan memperoleh reputasi/citra sesuai dengan pengelolaan
lingkungan yang telah dilakukan oleh perusahaan tersebut.
Berdasarkan Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI
Nomor SK.1307/MENLHK/SETJEN/
KUM.1/12/2021, hasil Penilaian
Peringkat Kinerja Perusahaan Dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup tahun
2020-2021 menunjukkan bahwa
terdapat 6 perusahaan yang
mendapat peringkat Emas, 12
perusahaan dengan peringkat Hijau,
Sumber: Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan
103 perusahaan dengan peringkat Biru
Kehutanan Republik Indonesia Nomor dan 72 perusahaan dengan peringkat
Sk.1307/Menlhk/Setjen/Kum.1/12/2021 Merah.
Gambar 36. Jumlah Perusahaan Peserta Proper
di Jawa Tengah
Jumlah peserta PROPER yang
mencapai minimal ranking biru di
Jawa Tengah mengalami peningkatan pada tahun 2021, dari 83 perusahaan menjadi
121 perusahaan. Peringkat PROPER biru merupakan kelompok perusahaan yang telah
melakukan upaya pengelolaan lingkungan yang memenuhi persyaratan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dari KLHK. Namun demikian, masih dibutuhkan pembinaan
terhadap perusahaan dengan peringkat merah.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 120


Tujuan 12: Konsumsi dan Produksi yang Bertanggungjawab
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar-
Sumber Realisasi
Indi- Nama Indikator Satuan line get sasi get sasi get
Data 2021
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021
Jumlah peserta peserta
12.4.1 PROPER yang Proper
DLHK 87 NA 101 NA 83 NA 121
(a) mencapai minimal (perusah
ranking biru aan)

2) Jumlah Limbah B3 yang Terkelola


Limbah B3 merupakan sisa usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun. Dalam hal ini, limbah B3 yang terkelola merupakan limbah B3
yang dihasilkan dari kegiatan di sektor industri, Mengingat sifatnya yang berbahaya
dan beracun, pengelolaan limbah B3 perlu dilakukan dengan seksama dan tepat.
Tujuan 12: Konsumsi dan Produksi yang Bertanggungjawab
Kode Sum- Base- Tar- Tar- Tar- Reali-
Realisasi Realisasi
Indi- Nama Indikator ber Satuan line get get get sasi
2019 2020
kator Data (2018) 2019 2020 2021 2021
ton/th
Jumlah limbah B3
12.4.2 (Limbah 3.270. 5.147.448, 5.134.995, 5.455.
yang terkelola DLHK NA NA NA
(a) B3 yang 577,39 49 5 694
(sektor industri)
terkelola)

Di Jawa Tengah, limbah B3 sektor industri yang terkelola memiliki tren yang
cenderung meningkat. Pada tahun 2021, jumlah limbah B3 yang terkelola meningkat
dari 5,13 juta ton/tahun (tahun 2020) menjadi 5,45 juta ton/tahun. Artinya bahwa
pelaku usaha maupun fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) pemerintahan telah
melakukan pengelolaan limbah B3 secara legal. Selain itu, semakin banyaknya jasa
pelayanan pengelolaan limbah B3 di Jawa Tengah turut menjadi faktor pendukung
meningkatnya jumlah limbah B3 yang terkelola.

3) Jumlah Timbulan Sampah yang Didaur Ulang


Salah satu bentuk pengelolaan timbulan sampah yaitu daur ulang sampah.
Berbagai kegiatan daur ulang sampah sudah dilakukan di Jawa Tengah, yaitu antara
lain: penciptaan industri daur ulang sampah plastik berupa kerajinan sampah, program
Bank Sampah, pembangunan Pusat Daur Ulang Sampah, serta peningkatan sarana
prasarana pengolahan sampah. Adanya kegiatan daur ulang sampah tersebut
ditunjukkan dengan jumlah timbulan sampah yang didaur ulang mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2021, timbulan sampah yang berhasil didaur
ulang meningkat dari 31 ton/hari menjadi 53 ton/hari.
Tujuan 12: Konsumsi dan Produksi yang Bertanggungjawab
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar-
Nama Sumber Realisasi
Indi- Satuan line get sasi get sasi get
Indikator Data 2021
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021
Jumlah Ton
12.5.1 timbulan (sampah
DLHK 10 NA 26 NA 31 NA 53
(a) sampah yang yang
didaur ulang diangkut

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 121


B. TANTANGAN DAN PEMBELAJARAN
Berkaitan dengan PROPER, masih terdapat perusahaan dengan peringkat merah
di Jawa Tengah. Artinya bahwa masih terdapat perusahaan yang belum taat regulasi
dalam melakukan pengelolaan lingkungan hidup, efisiensi penggunaan sumber daya
dan keterlibatan dalam pengembangan masyarakat. Hal tersebut menjadi tantangan
yang dihadapi kedepannya untuk terus mendorong perusahaan yang mendapat
peringkat merah dan biru agar meningkatkan kualitas perusahaan dan menaikkan
peringkat PROPER di tahun depan.
Timbulan sampah dan limbah menjadi permasalahan yang cukup serius seiring
meningkatnya jumlah penduduk dan berbagai aktivitasnya. Jawa Tengah menjadi
provinsi dengan jumlah timbulan sampah terbanyak di Indonesia yaitu mencapai 5,32
juta ton timbulan sampah (tahun 2021). Hal tersebut tentu menjadi tantangan yang
harus dihadapi kedepannya. Dibutuhkan inovasi sebagai upaya pengelolaan timbulan
sampah yang efektif dan efisien dalam rangka mencegah terjadinya penurunan
kualitas lingkungan.

III. INOVASI DAN PRAKTIK BAIK

1) Pusat Daur Ulang Sampah di Pasar Baru Kudus


Kabupaten Kudus memiliki
pusat pengolahan sampah atau
pusat daur ulang (PDU) yang
berada di selatan Pasar Baru.
PDU tersebut bisa mengolah
sampah organik maupun
anorganik dengan kapasitas 10
ton per hari. Pengolahan
sampah organik pertama
dipilah di conveyor sebelum
dimasukkan ke mesin
pencacah. Selanjutnya disemprotkan cairan mikroorganisme lokal untuk proses
pengomposan. Setelah melalui proses pengomposan, kompos siap digunakan untuk
pupuk tanaman atau dikemas menjadi produk bernilai ekonomis. Sementara untuk
sampah anorganik misalnya botol plastik memiliki proses yang hampir serupa. Botol
yang dipilah harus berwarna bening, dan sudah dipisahkan dari label dan tutupnya.
Selanjutnya sampah dicacah dan dicuci melalui mesin, lalu dimasukkan ke mesin
pengayak untuk memilah sesuai ukuran cacahan. Adanya PDU ini diharapkan dapat
mendukung program pemerintah untuk mengurangi sampah sebanyak 30 persen
yang ditargetkan pada tahun 2025.
Sumber: https://pantura.tribunnews.com/2022/03/31/ada-pusat-daur-ulang-sampah-kapasitas-10-
ton-di-pasar-baru-kudus?page=2

2) Desa Merdeka Sampah


Program Desa Merdeka Sampah menempatkan desa atau kelurahan sebagai lokus
pengelolaan sampah rumah tangga dari hulu ke hilir melalui peran Kelompok Swadaya

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 122


Masyarakat (KSM). Program ini akan dilaksanakan secara bertahap, simultan, dan
berkelanjutan. Melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Tegal, terdapat 25
desa dan kelurahan terpilih sebagai prototype Program Desa Merdeka Sampah ini.
Melalui Program Desa Merdeka
Sampah ini volume sampah yang
diangkut dari desa penerima program
ke TPA Penujah bisa berkurang hingga
75 persen karena sampahnya bisa
mereka kelola secara mandiri melalui
3R+, yaitu reduce, reuse, recyle dan
replace,” ucap Muchtar.
Tujuan program ini adalah
membangkitkan kesadaran publik akan
tanggung jawabnya menangani sampah, disamping pula menumbuhkan KSM sebagai
wadah tenaga pengelola sampah yang berkompeten di tingkat desa. Adapun sasaran
penerima Program Desa Merdeka Sampah ini adalah desa-desa yang sudah memiliki
tempat pembuangan sampah namun kondisinya belum layak, sudah ada peraturan
desa tentang pengelolaan sampah, tingkat kerawanan sampah tinggi, terdapat bank
sampah aktif atau BUMDes yang nantinya akan difungsikan sebagai pengelola
sampah.
Sumber: http://setda.tegalkab.go.id/2021/04/14/pemkab-tegal-luncurkan-program-desa-merdeka-
sampah-2021/

IV.KEBIJAKAN DAN STRATEGI KE DEPAN

Kebijakan dan strategi ke depan untuk mendorong pencapaian tujuan 12:


Konsumsi dan Produksi yang Bertanggungjawab yaitu antara lain: (1) Optimalisasi
pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan; (2) Peningkatan pengendalian
pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan; (3) Menumbuhkan budaya pola
konsumsi dan produksi yang berkelanjutan. Dan strategi yang akan dilakukan meliputi:
(1) Penanganan limbah industri dan rumah tangga; (2) Peningkatan perijinan dan
pemantauan lingkungan serta penegakan hukum; (3) Pendidikan lingkungan bagi
masyarakat; (4) Peningkatan budaya hemat sumber daya alam, khususnya energi dan
air.
Secara konkrit, strategi dan program tersebut dilaksanakan melalui kegiatan
pengendalian pencemaran lingkungan hidup, pengelolaan sampah dan limbah bahan
berbahaya beracun, pengendalian kerusakan lingkungan hidup, pembinaan terhadap
masyarakat dan penanganan daerah penghasil bahan baku tembakau dan industrinya,
pengujian kualitas air dan udara. Sementara itu, kegiatan pengembangan teknologi
lingkungan ekoefisiensi dan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan lingkungan
hidup, perencanaan/penyusunan kebijakan teknis penataan lingkungan hidup,
peningkatan pelaksanaan AMDAL dan Komisi Penilai AMDAL merupakan upaya yang
akan dilakukan untuk menjabarkan program penataan, pengkajian dampak dan
pengembangan kapasitas SDM lingkungan.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 123


TUJUAN 12. KONSUMSI DAN PRODUKSI YANG BERTANGGUNG JAWAB
2018 2019 2020 2021

KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SUMBER STATUS
INDI- TARGET (PERPRES 59/2017) SATUAN KET.
NASIONAL SDGs PROVINSI DATA BASE- TAR- TAR- REALI- TAR- REALI- CAPAIAN
KATOR REALISASI
LINE GET GET SASI GET SASI

Tujuan 12. Pola Produksi dan Konsumsi yang Berkelanjutan

Target 12.4 Pada tahun 2030, mencapai pengelolaan bahan kimia dan semua jenis limbah yang ramah lingkungan, di sepanjang siklus hidupnya, sesuai kerangka kerja internasional yang disepakati dan secara signifikan
mengurangi pencemaran bahan kimia dan limbah tersebut ke udara, air, dan tanah untuk meminimalkan dampak buruk terhadap kesehatan manusia dan lingkungan
Jumlah peserta Jumlah peserta
peserta
PROPER yang PROPER yang
(tidak ada dalam lampiran Proper
12.4.1.(a) mencapai mencapai DLHK 76 NA 81 NA 83 NA 121
Perpres 59/2017) (perusaha
minimal ranking minimal ranking
an)
Biru Biru
Jumlah limbah B3
yang terkelola
dan proporsi Meningkatnya pengelolaan ton/th
Jumlah limbah
limbah B3 yang limbah B3 menjadi 150 juta (Limbah B3 327.05 5.134.995 5.455.
12.4.2.(a) B3 yang terkelola DLHK NA 5.147.448,49 NA NA
diolah sesuai ton pada tahun 2019 (2015: yang 7,77 ,5 694
(sektor industri)
peraturan 100 juta ton). terkelo-la)
perundangan
(sektor industri).
Target 12.5 Pada tahun 2030, secara substansial mengurangi produksi limbah melalui pencegahan, pengurangan, daur ulang, dan penggunaan kembali

Meningkatnya pengelolaan
sampah terpadu (reduce,
reuse, and recycle/3R) Ton
Jumlah timbulan Jumlah timbulan
melalui beroperasinya 115 (sampah
12.5.1.(a) sampah yang sampah yang DLHK 10 NA 26 NA 31 NA 53
unit recycle center skala kota yang
didaur ulang. didaur ulang.
dengan kapasitas 20 ton per diangkut
hari hingga tahun 2019 (2015:
1 unit).

Target 12.6 Mendorong perusahaan, terutama perusahaan besar dan internasionall, untuk mengadopsi praktek-praktek berkelanjutan dan mengintegrasikan informasi keberlanjutan dalam siklus pelaporan mereka

Meningkatnya jumlah tidak


Jumlah Jumlah
perusahaan yang mendata
perusahaan yang perusahaan yang
menerapkan sertifikasi SNI Disperin- fokus pd
12.6.1.(a) menerapkan menerapkan perusahaan 35 25 25 NA NA NA
ISO 14001 (Sistem dag penerapan
sertifikasi SNI ISO sertifikasi SNI
Manajemen Lingkungan/ sekolah
14001. ISO 14001.
SML) hingga tahun 2019. adhiwiayata

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 124


Tujuan 13: Penanganan Perubahan Iklim

I. PENDAHULUAN

Tujuan 13 adalah mengambil Tindakan cepat untuk mengatasi perubahan iklim dan
dampaknya, dengan target ketahanan dan adaptasi terkait iklim dan bencana alam.
Pencapaian target tujuan 13 Provinsi Jawa Tengah difokuskan pada: Mengurangi resiko
dampak bencana.

II. STATUS CAPAIAN

A. PENCAPAIAN INDIKATOR TPB YANG MENGALAMI KEMAJUAN


1) Dokumen Strategi Pengurangan Risiko Bencana
Dokumen Strategi Pengurangan Risiko Bencana menjadi salah satu produk
kebijakan terkait perencanaan penanggulangan bencana di suatu daerah. Dokumen
strategi Pengurangan Risiko Bencana (PRB) tingkat daerah adalah dokumen yang
berisi strategi dan/atau rencana aksi pencegahan bencana untuk mengurangi
ancaman dan kerentanan serta meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
menghadapi bencana, termasuk rencana aksi adaptasi perubahan iklim. Dokumen
strategi PRB penting untuk dimiliki oleh setiap daerah baik Provinsi maupun
Kabupaten/Kota karena dokumen tersebut menjadi suatu pedoman bagi pemerintah
daerah dalam pelaksanaan penanggulangan bencana. Selain itu, dokumen PRB juga
dapat menjadi masukan bagi penyusunan dokumen rencana pembangunan daerah.
Tujuan 13: Penanganan Perubahan Iklim
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber
Indi- Nama Indikator Satuan line get sasi get sasi get sasi
Data
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Dokumen strategi
SET Doku-
13.1.1* pengurangan risiko ada ada ada ada ada ada ada
BPBD men
bencana (PRB) Provinsi

Capaian tahun 2021 menunjukkan peningkatan proporsi Pemerintah Kota yang


memiliki dokumen strategi pengurangan risiko bencana, dari yang sebelumnya 16,67
persen menjadi 37,14 persen. Secara keseluruhan, terdapat 12 kabupaten/kota yang
telah memiliki dokumen Rencana Penanggulangan Bencana yaitu antara lain:
Kabupaten Cilacap (2020-2024), Kebumen (2021-2025), Magelang (2018 - 2022),
Demak (2017 - 2021), Klaten (2019-2024), Jepara (2015-2020), Semarang (2019-2025),
Wonogiri (2018-2023), Karanganyar (2016-2020), Blora (2021-2025), Brebes (2020-
2024) dan Kota Tegal (2021-2026).

2) Dokumen Pelaporan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK)


Jawa Tengah sebelumnya telah memiliki Rencana Aksi Daerah Emisi GRK yang
pada tahun 2020 bertransformasi menjadi Pembangunan Rendah Karbon. Melalui

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 125


Pelaporan Aksi Pembangunan Rendah Karbon Daerah (PRK) 2010-2020, Jawa Tengah
mampu menjadi satu dari tiga provinsi terbaik yang menyusun pelaporan. Pelaporan
aksi PRKD tersebut meliputi pelaporan aksi PRKD pada setiap sektor tahun, pelibatan
Kabupaten/Kota dalam pelaporan aksi, pengarusutamaan PRK dalam RPJMD, serta
jumlah penurunan emisi. Jawa Tengah mampu mencatatkan sekitar 2.469 aksi yang
berpotensi menurunkan emisi sebesar 10,47 juta ton CO2 eq pada kurun waktu 2010-
2021. Adapun pelaporan aksi PRK dilakukan melalui Aplikasi Perencanaan Pemantauan
Aksi Rendah Karbon Nasional (AKSARA).
Tujuan 13: Penanganan Perubahan Iklim
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu-
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Dokumen pelaporan DLHK
13.2.1 Doku-
penurunan emisi gas bekerja- Ada - Ada - Ada - Ada
(a) men
rumah kaca (GRK) sama KLHK

B. PENCAPAIAN INDIKATOR TPB YANG MEMERLUKAN PERHATIAN


1) Jumlah Korban Meninggal, Hilang dan Terkena Dampak Bencana
Sebagian besar kejadian bencana yang terjadi memberikan risiko pasca terjadinya
bencana. Risiko tersebut dapat berupa hilangnya nyawa, luka-luka, kerugian harta
benda, serta kerusakan lingkungan dan infrastruktur wilayah. Jumlah korban
meninggal, hilang dan terkena dampak bencana menjadi indikator yang digunakan
untuk mengevaluasi capaian implementasi kebijakan dan strategi pengurangan risiko
bencana suatu daerah terdampak bencana.
Dalam kurun waktu tahun 2020 – 2021, terjadi peningkatan jumlah korban
meninggal, hilang dan terkena dampak bencana di Jawa Tengah dari 32 jiwa menjadi
34 jiwa, dengan rincian: 8 korban meninggal akibat bencana angin topan, 2 korban
meninggal akibat banjir, 3 korban meninggal akibat kebakaran, serta 21 korban
meninggal akibat tanah longsor.
Tujuan 13: Penanganan Perubahan Iklim
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar-
Sumber Satu- Realisasi
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get
Data an 2021
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021
Jumlah korban
meninggal, hilang
SET 230
13.1.2* dan terkena Jiwa NA 39 NA 32 NA 34
BPBD (2017)
dampak bencana
per 100.000 orang

C. TANTANGAN DAN PEMBELAJARAN


Kondisi geologis, topografis, klimatologis, hidrologis dan letak geografis Provinsi
Jawa Tengah menyebabkan terdapat kawasan-kawasan yang berpotensi terdampak
peristiwa yang mengancam atau mengganggu kehidupan masyarakat dan berakibat
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis. Selain itu, dampak perubahan iklim dan pemanasan global
semakin terasa implikasinya di berbagai daerah termasuk Jawa Tengah.
Sesuai kondisi geografisnya maka ancaman wilayah pesisir utara berupa kenaikan
muka air laut dan potensi meningkatnya genangan dan rob. Kawasan dataran rendah
berpotensi terjadinya peningkatan banjir dan dataran tinggi terutama yang memiliki

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 126


lereng curam dan jenis tanah yang mudah longsor akan meningkat ancaman bencana
longsor. Sedangkan untuk pesisir selatan peningkatan cuaca ekstrem pada perairan
laut akan meningkatkan ancaman nelayan dan masyarakat yang tinggal di pesisir
terhadap terjangan gelombang laut. Sehingga dibutuhkan penguatan pengelolaan
risiko bencana termasuk didalamnya adaptasi terhadap perubahan iklim melalui
proses pemberdayaan masyarakat, sistem koordinasi dalam pengelolaan risiko
bencana, penguatan sistem kesiapsiagaan untuk mendukung kegiatan tanggap
darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana.

III. INOVASI DAN PRAKTIK BAIK

Persiapan Perubahan Iklim, Dispertan Dampingi Gerdal DPI


Dalam penanggulangan dampak perubahan iklim BPTPH Provinsi Jawa Tengah
mengadakan program gerakan pengendalian (Gerdal) dampak perubahan iklim (DPI)
yang di damping oleh Tim Dinas Pertanian Kota Semarang. Gerakan pengendalian
(Gerdal) dampak perubahan iklim tersebut dilaksanakan pada hari Kamis, 8 April 2021
berlokasi di Kelompok Tani Ayem Tenang Kelurahan Tambangan Kecamatan Mijen,
yang merupakan Kelompok Tani Binaan Dinas Pertanian.
Gerakan pengendalian (Gerdal) dampak perubahan iklim meliputi pembersihan
saluran irigasi akibat adanya sedimentasi yang mengganggu saluran pengairan. Gerakan
pengendalian (Gerdal) dampak perubahan iklim ini bertujuan untuk peningkatan daya
dukung lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan utamanya pada sektor
pertanian dalam mendukung ketahanan pangan.

Sumber: https://dispertan.semarangkota.go.id/persiapan-perubahan-dispertan/

IV.KEBIJAKAN KE DEPAN

Kebijakan dan strategi ke depan untuk mendorong pencapaian tujuan 13:


Penanganan Perubahan Iklim yaitu antara lain: (1) Pengembangan masyarakat tangguh
bencana; (2) Pengembangan antisipasi dan deteksi perubahan iklim dan bencana. Dan
strategi yang akan dilakukan meliputi: (1) Upaya penanggulangan bencana berbasis

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 127


resiko; (2) Pengembangan desa tangguh bencana; (3) Identifikasi dan inventarisasi
daerah rawan dan terdampak bencana; (4) Pengurangan bencana lintas sektor.
Secara konkrit, strategi dan program tersebut dilaksanakan melalui peningkatan
kapasitas pemangku kepentingan dalam penanggulangan bencana, antara lain
pembentukan desa tangguh bencana, pemasangan alat peringatan dini bencana/ early
warning system (EWS), pemasangan rambu jalur evakuasi, penyusunan rencana
kontijensi bencana, gladi bencana, identifikasi dan sosialisasi daerah rawan bencana,
pelatihan kluster bencana dan sistem komando penanganan darurat bencana, pelatihan
kajian kebutuhan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana, pemenuhan kebutuhan
logistik masyarakat terdampak bencana, serta penyiapan peralatan penanggulangan
bencana di Jawa Tengah.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 128


TUJUAN 13. PENANGANAN PERUBAHAN IKLIM
2018 2019 2020 2021

KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs TARGET (PERPRES SUMBER STATUS
INDI- SATUAN KET.
NASIONAL PROVINSI 59/2017) DATA BASE- TAR- REA- TAR- REA- TAR- REA- CAPAIAN
KATOR
LINE GET LISASI GET LISASI GET LISASI

Tujuan 13. Penanganan Perubahan Iklim dan Penanggulangan Kebencanaan

Target 13.1 Memperkuat kapasitas ketahanan dan adaptasi terhadap bahaya terkait iklim dan bencana alam di semua negara
Dokumen strategi Dokumen strategi
(tidak ada dalam
pengurangan risiko pengurangan risiko
13.1.1* lampiran Perpres SET BPBD dokumen ada ada ada ada ada ada ada
bencana (PRB) tingkat bencana (PRB)
59/2017)
nasional dan daerah. Provinsi
Jumlah korban Jumlah korban Dipengaruhi
meninggal, hilang dan meninggal, hilang (tidak ada dalam meningkatnya
230
13.1.2* terkena dampak dan terkena dampak lampiran Perpres SET BPBD Jiwa NA 39 NA 32 NA 34 jumlah kejadian
(2017)
bencana per 100.000 bencana per 100.000 59/2017) bencana alam
orang. orang. pada tahun 2021
Target 13.2 Mengintegrasikan tindakan antisipasi perubahan iklim ke dalam kebijakan, strategi dan perencanaan nasional

Terwujudnya
penyelenggaraan
inventarisasi Gas
Rumah Kaca (GRK),
serta monitoring, DLHK
Dokumen pelaporan Dokumen pelaporan
13.2.1.(a) pelaporan dan dalam bekerjasama dokumen Ada NA Ada NA Ada NA Ada
penurunan (GRK). penurunan (GRK).
dokumen Biennial KLHK
Update Report (BUR)
ke-3 hingga tahun 2019
(2015: dokumen BUR
ke-1).

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 129


Tujuan 14: Ekosistem Lautan

I. PENDAHULUAN

Tujuan 14 adalah melestarikan dan memanfaatkan secara berkelanjutan sumber


daya kelautan dan samudera untuk pembangunan berkelanjutan, dengan target
melestarikan wilayah pesisir, menghentikan penangkapan ikan secara illegal, dan
memberikan perlindungan untuk nelayan. Pencapaian target tujuan 14 Provinsi Jawa
Tengah difokuskan pada: (1) Peningkatan luas Kawasan konservasi perairan; (2)
Peningkatan kepatuhan pelaku usaha perairan dan perikanan; serta (3) Peningkatan
perlindungan terhadap nelayan.

II. STATUS CAPAIAN

A. PENCAPAIAN INDIKATOR TPB YANG MENGALAMI KEMAJUAN


1) Jumlah Luas Kawasan Konservasi Perairan
Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yang sudah ditetapkan sebagai kawasan
konservasi perairan yaitu Karimunjawa Kabupaten Jepara dan Kabupaten Batang.
Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Kabupaten Batang merupakan kawasan
konservasi dengan pemanfaatan sumber daya alam berkelanjutan. Ekosistem yang
ada di KKP Kabupaten Batang adalah hutan bakau, dengan posisi Kawasan Konservasi
Perairan Daerah (KKPD) berada di bagian pesisir utara Kabupaten Batang dan Pulau
Jawa. Sedangkan Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Kabupaten Jepara terbagi
menjadi zona inti, zona pemanfaatan dan zona perikanan berkelanjutan. Wilayah KKPD
Kabupaten Jepara di Pulau Panjang berupa pantai dengan batu berpasir. Di dalam
KKPD Kabupaten Jepara ada lokawisata yaitu Pantai Kartini. KKPD Kabupaten Jepara
juga menjadi penghubung ke Taman Nasional Karimunjawa.
Tujuan 14: Ekosistem Lautan
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar-
Sumber Satu- Realisasi
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get
Data an 2021
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021
14.5.1* Jumlah luas DKP
kawasan konservasi bekerja Ha NA NA 39,73 NA NA NA 768,22
perairan sama KKP

Jumlah luas kawasan konservasi pada tahun 2021 menunjukkan peningkatan


signifikan, dari 39,73 Ha (tahun 2019) menjadi 768,22 Ha. Tahun 2019, dilakukan
kegiatan untuk penetapan 33 kawasan konservasi kajian awal di 3 lokasi yaitu
Rembang, Pulau Panjang Jepara, dan Karangjeruk Tegal berdasarkan Peraturan
Daerah (PERDA) RZWP3K tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018-2038. Di tahun 2021 kawasan yang sudah dikaji
pada tahun 2019 tetap dilakukan pengelolaan terhadap kawasan konservasi di tiga
kawasan tersebut karena belum ada kajian penambahan kawasan.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 130


2) Persentase Kepatuhan Pelaku Usaha
Kepatuhan pelaku usaha menunjukkan kegiatan perikanan yang legal dilakukan
oleh badan usaha/perusahaan bidang perikanan. Indikator ini digunakan untuk
memantau jumlah kepatuhan pelaku usaha perikanan kelautan terhadap peraturan
berlaku sehingga kegiatan IUU Fishing (penangkapan ikan berlebihan, menghilangkan
subsidi yang berkontribusi terhadap penangkapan ikan legal yang tidak dilaporkan dan
tidak diatur) ilegal dapat dicegah. Persentase kepatuhan pelaku usaha cenderung
meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2021, indikator tersebut menunjukkan angka
75 persen, meningkat dua kali lipat dari baseline (tahun 2018).
Tujuan 14: Ekosistem Lautan
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Satu-
Indi- Nama Indikator Sumber Data line get sasi get sasi get sasi
an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
14.6.1 Persentase kepatuhan DKP bekerja
% 34,90 NA 65 NA 70 NA 75
(a) pelaku usaha sama KKP

B. PENCAPAIAN INDIKATOR TPB YANG MEMERLUKAN PERHATIAN


1) Jumlah Nelayan yang Terlindungi
Pelaku usaha kelautan dan perikanan (nelayan) menjadi salah satu pekerja sektor
informal yang termasuk dalam kepesertaan program Jamsostek atau yang lebih
dikenal dengan Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja (TKLHK). Sebagai upaya
meningkatkan kesejahteraan nelayan sekaligus pelaksanaan UU Nomor 7 Tahun 2016
tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya Ikan dan Petambak
Garam. Tahun 2021, sekitar 20.000 orang nelayan di Jawa Tengah sudah terdaftar
dalam asuransi. Premi asuransi sebesar Rp. 175.000,- per orang dibiayai APBN dan
APBD Provinsi Jawa Tengah. Adapun capaian tahun 2020 menunjukkan angka 0
dikarenakan adanya perubahan alokasi anggaran dari asuransi menjadi bantuan
operasional melaut bagi nelayan yang kurang mampu, melalui pemberian kartu
nelayan yang bisa digunakan untuk pembelian bahan bakar.
Tujuan 14: Ekosistem Lautan
Kode Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Satu- Baseline Target
Indi- Nama Indikator Sumber Data sasi get sasi get sasi
an (2018) 2019
kator 2019 2020 2020 2021 2021
DKP
14.b.1 Jumlah nelayan
bekerjasama org 103.083 21.500 18.374 20.000 0 20.000 20.000
(b) yang terlindungi
KKP

C. TANTANGAN DAN PEMBELAJARAN


Pembangunan urusan kelautan dan perikanan diarahkan untuk menjaga produksi
perikanan dan garam, peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui usaha
pengolahan guna meningkatkan nilai tambah produk perikanan, serta menjaga
kelestarian ekosistem pesisir. Beberapa tantangan dalam bidang kelautan dan
perikanan yaitu: (a) Belum optimalnya produksi perikanan dan produktivitas garam; (b)
Belum optimalnya jaminan terhadap risiko usaha penangkapan ikan; (c) Masih
rendahnya konsumsi ikan; (d) Belum optimalnya pembudidayaan ikan; (e) Tingginya
kerusakan ekosistem pesisir; (f) Belum optimalnya penerapan persyaratan atau
standar pada usaha pengolahan dan pemasaran; (g) Pengelolaan kelembagaan dan
usaha perikanan dan kelautan masih bersifat konvensional belum berbasis korporasi.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 131


III. INOVASI DAN PRAKTIK BAIK

APLIKASI NINJA (NELAYAN INDONESIA JAYA)


Pemerintah Kabupaten Jepara
meluncurkan aplikasi Nelayan Indonesia
Jaya (Ninja), yang dapat digunakan para
nelayan untuk mendapatkan data terkait
perikanan tangkap yang akurat. aplikasi
Ninja adalah aplikasi berbasis android
yang digunakan untuk pengumpulan
data perikanan tangkap secara
partisipatif oleh nelayan, dan sekaligus
sebagai sarana komunikasi antara
pemerintah dan nelayan.
Ada sembilan menu yang bisa
dimanfaatkan oleh nelayan, yaitu data
jumlah nelayan, kelompok nelayan, hasil
tangkapan, kapal, cuaca, gelombang,
bantuan, berita dan informasi, dan saran.
Dengan adanya aplikasi Ninja ini,
diharapkan dapat diketahui hasil tangkapan, juga informasi lain mengenai perikanan di
Jepara, sehingga dapat menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah dan stakeholder
lainnya.
Sumber: https://jatengprov.go.id/beritadaerah/aplikasi-ninja-kabupaten-jepara-jadi-percontohan-di-
jawa-tengah/ ; https://jepara.go.id/2022/06/02/aplikasi-ninja-kabupaten-jepara-jadi-percontohan-di-
jawa-tengah/

IV.KEBIJAKAN DAN STRATEGI KE DEPAN

Kebijakan dan strategi ke depan untuk mendorong pencapaian tujuan 14:


Ekosistem Lautan tujuan yaitu antara lain: (1) Meningkatkan kualitas lingkungan hidup,
khususnya perairan laut; (2) Melindungi kepentingan nelayan; dan (3) Meningkatkan
produksi dan kualitas hasil perikanan. Dan strategi yang akan dilakukan meliputi: (1)
Peningkatan kapasitas nelayan, jaminan kemudahan dan perlindungan bagi nelayan,
peningkatan teknologi dan akses permodalan, serta asuransi nelayan; (2) Peningkatan
prasarana sarana perikanan tangkap dan air payau, melalui peningkatan fasilitas
pelabuhan dan teknologi dalam penangkapan ikan; (3) Peningkatan kualitas dan
kapasitas unit pengolah ikan; dan (4) Perbaikan tata niaga perikanan; serta (5)
rehabilitasi kawasan mangrove dan terumbu karang.
Secara konkrit, strategi dan program dilaksanakan dalam berbagai bentuk
kegiatan. Pengawasan pengelolaan sumber daya kelautan perikanan lebih diarahkan
pada pencegahan dan penindakan pelanggaran pengelolaan Sumber Daya Kelautan
dan Perikanan (SDKP) serta pengawasannya. Dalam kurun waktu 5 tahun ke depan
ditargetkan penurunan kasus pelanggaran sektor kelautan dan perikanan sebesar 2
persen. Sedangkan rehabilitasi dan konservasi sumber daya kelautan dan perikanan

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 132


dalam bentuk penanaman mangrove ditargetkan akhir tahun 2023 sebanyak 333.600
batang dan terumbu karang sebanyak 20 yang ditargetkan pada akhir tahun 2023.
Dalam hal meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil, maka
dilaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat. Target jumlah wanita/taruna pesisir
yang diberdayakan pada akhir tahun 2023 sebanyak 350 orang.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 133


TUJUAN 14. EKOSISTEM LAUTAN
2018 2019 2020 2021

KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR TARGET (PERPRES SUMBER SATU- STATUS
INDI- KET.
NASIONAL SDGs PROVINSI 59/2017) DATA AN TAR- REALI- TAR- REALI- TAR- REALI- CAPAIAN
KATOR BASE-LINE
GET SASI GET SASI GET SASI

Tujuan 14. Pelestarian dan Pemanfaatan Ekosistem Lautan

Target 14.5 Pada tahun 2030, melestarikan setidaknya 10 persen dari wilayah pesisir laut, konsisten dengan hukum nasional dan internasional dan berdasarkan informasi ilmiah terbaik yang tersedia

Bertambahnya luasan
Jumlah luas Jumlah luas
kawasan konservasi DKP Tidak
kawasan kawasan
14.5.1* perairan seluas 20 juta ha bekerjasma Ha Melakukan NA 39,73 NA NA NA 768,22
konservasi konservasi
sampai dengan tahun 2019 KKP Perhitungan
perairan perairan
(2015: 17,3 juta Ha).
Target 14.6 Pada tahun 2030, melarang bentuk-bentuk subsidi perikanan tertentu yang berkontribusi terhadap kelebihan kapasitas dan penangkapan ikan berlebihan, menghilangkan subsidi yang berkontribusi terhadap
penangkapan ikan ilegal, yang tidak dilaporkan dan tidak diatur dan menahan jenis subsidi baru, dengan mengakui bahwa perlakuan khusus dan berbeda yang tepat dan efektif untuk negara berkembang dan negara
kurang berkembang harus menjadi bagian integral dari negosiasi subsidi perikanan pada the World Trade Organization
Terkendalinya Illegal,
Unreported, Unregulated
(IUU) fishing dan kegiatan
Persentase Persentase DKP
di laut yang merusak
14.6.1.(a) kepatuhan kepatuhan bekerjasama % 34,90 NA 65 NA 70 NA 75
ditandai dengan
pelaku usaha. pelaku usaha. KKP
kepatuhan sebanyak 87%
pelaku usaha pada tahun
2019 (2015: 66 %).

Target 14.b Menyediakakn akses untuk nelayan skala kecil (small scale artisanal fishers) terhadap sumber daya laut dan pasar
Jumlah provinsi
Jumlah provinsi Kementerian
dengan
dengan Kelautan
peningkatan (tidak ada dalam lampiran
14.b.1.(a) peningkatan dan lokasi NA NA NA NA NA NA NA
akses Perpres 59/2017)
akses pendanaan Perikanan
pendanaan
usaha nelayan. (KKP)
usaha nelayan.
DKP
Jumlah nelayan Jumlah nelayan (tidak ada dalam lampiran
14.b.1.(b) bekerjasama orang 103.083 21.500 18,374 20,000 0 20.000 20,000
yang terlindungi. yang terlindungi. Perpres 59/2017)
KKP

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 134


Tujuan 15: Ekosistem Daratan

I. PENDAHULUAN

Tujuan 15 adalah melindungi, merestorasi dan meningkatkan pemanfaatan


berkelanjutan ekosistem daratan, mengelola hutan secara lestari, menghentikan
penggurunan, memulihkan degradasi lahan, serta menghentikan kehilangan
keanekaragaman hayati, dengan target pelestarian, restorasi dan pemanfaatan
ekosistem daratan yang berkelanjutan. Pencapaian target tujuan 15 Provinsi Jawa
Tengah difokuskan pada: (1) Pemantauan terhadap tutupan Kawasan hutan dan lahan;
(2) Pemulihan Kawasan konservasi; serta (3) Peningkatan kesatuan pengelolaan hutan.

II. STATUS CAPAIAN

A. PENCAPAIAN INDIKATOR TPB YANG MENGALAMI KEMAJUAN


1) Proporsi Tutupan Hutan terhadap Luas Lahan Keseluruhan
Proporsi tutupan hutan terhadap luas lahan keseluruhan di Jawa Tengah
mengalami penurunan dari tahun 2020 ke tahun 2021 yaitu dari 31,40 persen menjadi
31,17 persen, sudah melebihi target yang ditetapkan.
Tujuan 15: Ekosistem Daratan
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu-
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Proporsi tutupan hutan
15.1.1
terhadap luas lahan DLHK % 30,99 31,02 31,02 31,02 31,16 30 31,17
(a)
keseluruhan

B. PENCAPAIAN INDIKATOR TPB YANG MEMERLUKAN PERHATIAN


1) Luas Kawasan Konservasi Terdegradasi yang Dipulihkan
Luas kawasan konservasi
terdegradrasi yang
dipulihkan kondisi
ekosistemnya dari tahun
2018 sebesar 57 ha
meningkat signifikan
2019 2020 2021
menjadi 80,42 ha tahun
Hutan Lindung 84,175.32 84,353.60 84,086.53 2019. Namun dalam dua
Kawasan Perlindungan 111,403.44 110,754.02 110,754.02
tahun terakhir, capaian
Kawasan Untuk Produksi 403,918.52 402,969.60 402,282.10
Kawasan Untuk
cenderung menurun
27,426.56 28,462.20 27,973.37
Penggunaan Lain menjadi 33,56 persen
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2021 (2020) dan 18,23 persen
Gambar 37. Luas Pembagian Kawasan Hutan di Jateng (Ha) (2021).

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 135


Tujuan 15: Ekosistem Daratan
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu-
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Luas kawasan konservasi
15.2.1 terdegradasi yang
BKSDA ha NA NA 80,42 NA 33,56 NA 18,23
(a) dipulihkan kondisi
ekosistemnya.

2) Proporsi Luas Lahan Kritis yang Direhabilitasi terhadap Luas Lahan Keseluruhan
Proporsi luas lahan kritis yang direhabilitasi terhadap luas lahan keseluruhan di
Jawa Tengah pada tahun 2021 memenuhi target yaitu 6,28 persen.
Tujuan 15: Ekosistem Daratan
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu-
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Proporsi luas lahan kritis
15.3.1 yang direhabilitasi
DLHK % 5 5 6,24 10 8,62 15 6,28
(a) terhadap luas lahan
keseluruhan.

Tingkat kerusakan dan degradasi hutan dan lahan yang masih cukup tinggi,
sehingga hutan dan lahan belum dapat berfungsi dengan optimal baik sebagai unsur
produksi, unsur penyangga dan pengatur kondisi hidrologis wilayah Daerah Aliran
Sungai (DAS). Luas lahan tidak kritis di Kawasan Hutan Provinsi Jawa Tengah tahun
2019 1.537.201,64 Ha (47,23%) dari total lahan ±3.254.412 Ha. Sedangkan pada tahun 2021
luas lahan tidak kritis 16.294,92ha (49,67%) dari total lahan 32.800,69.
Tabel 5. Luas Lahan Kritis di Kawasan Hutan Tahun 2018-2021
Tahun
No Luas (Ha)
2018 2019 2020 2021
1 Sangat Kritis 67.824,60 193.774,28 121.919,00 1.366,18
2 Kritis 23.660,10 142.862,85 184.717,00 2.326,97
3 Agak Kritis 334.229,10 927.892,48 455.456,00 7.786,23
4 Potensial Kritis 208.640,50 452.680,74 309.714,00 5.026,39
5 Tidak Kritis 1.059.026,00 1.537.201,64 1.221.533,00 16.294,92
6 Jumlah 1.693.380,30 3.254.412,00 2.293.340,00 32.800,69
Sumber: BPS Jawa Tengah

C. TANTANGAN DAN PEMBELAJARAN


Pengelolaan hutan secara lestari diperlukan dalam rangka meningkatkan daya
dukung fungsi lindung secara berkelanjutan. Tantangan dalam pengelolaan dan
pemanfaatan hutan, yaitu: (a) Pengelolaan hutan dan pengolahan hasil hutan yang
belum sepenuhnya berkelanjutan; (b) Menurunnya daya dukung Daerah Aliran Sungai
(DAS) sehingga mengakibatkan bencana banjir, erosi, longsor, dan kekeringan; (c)
Belum optimalnya penanganan lahan kritis; (d) Masih perlunya peningkatan
pengelolaan pertambangan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 136


III. INOVASI DAN PRAKTIK BAIK

Perhutani Gelar Kegiatan Groundbreaking Tanaman 2021 di Jawa Tengah


Perum Perhutani lakukan kegiatan Groundbreaking Tanaman 2021 bertempat di
petak 21d seluas 17 Ha Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Darupono, Bagian Kesatuan
Pemangkuan Hutan (BKPH) Boja Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kendal. Acara
tersebut merupakan tanda awal kegiatan penanaman tanaman tahun 2021 di wilayah
Divisi Regional (Divre) Jawa Tengah seluas 23.000 ha dengan jumlah bibit sebanyak 50,9
juta plances.

Perhutani setiap tahun melakukan kegiatan tebangan A rata-rata seluas 5.000 ha


dan penanaman seluas 50.000 ha, artinya 10 kali lipat kegiatan penanamannya,
sehingga kelestarian hutan di pulau Jawa sangat terjaga. Dalam menjaga tanaman
hingga masa tebang perlu dukungan dari semua elemen masyarakat dan Pemerintah
Daerah serta stakeholder lainnya karena hutan tidak lepas dari interaksi masyarakat,
serta segenap jajaran untuk senantiasa mengantisipasi bencana alam menjelang
musim penghujan.
Sumber: https://www.perhutani.co.id/perhutani-gelar-kegiatan-groundbreaking-tanaman-2021-di-
jawa-tengah/

IV.KEBIJAKAN DAN STRATEGI KE DEPAN

Kebijakan dan strategi ke depan untuk mendorong pencapaian tujuan 15:


Ekosistem Daratan yaitu antara lain yaitu meningkatkan kualitas lingkungan hidup,
khususnya tutupan lahan. Dan strategi yang akan dilakukan meliputi: (1) Konservasi
lingkungan melalui rehabilitasi hutan dan lahan; (2) Pemulihan kembali lingkungan
melalui peningkatan perijinan dan pemantauan lingkungan serta penegakan hukum;
serta (3) Optimalisasi pemanfaatan potensi sumber daya hutan kayu dan non kayu.
Program/kegiatan yang akan dilaksanakan mencakup: (1) Rehabilitasi dan konservasi
sumber daya hutan; (2) Penyuluhan dan penegakan hukum lingkungan hidup dan
kehutanan; dan (3) Pemanfaatan Hutan.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 137


TUJUAN 15. EKOSISTEM DARATAN
2018 2019 2020 2021

KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs SUMBER SATU- STATUS
INDI- TARGET (PERPRES 59/2017) KET.
NASIONAL PROVINSI DATA AN BASE- TAR- REA- TAR- REA- TAR- REA- CAPAIAN
KATOR
LINE GET LISASI GET LISASI GET LISASI

Tujuan 15. Pelestarian dan Pemanfaatan Berkelanjutan Ekosistem Daratan

Target 15.1 Pada tahun 2030, menjamin pelestarian, restorasi dan pemanfaatan berkelanjutan dari ekosistem daratan dan perairan darat serta jasa lingkungannya, khususnya ekosistem hutan, lahan basah, pegunungan
dan lahan kering, sejalan dengan kewajiban berdasarkan perjanjian internasional
Meningkatnya kualitas
Proporsi tutupan Proporsi tutupan hutan lingkungan hidup melalui
15.1.1.(a) hutan terhadap luas terhadap luas lahan peningkatan tutupan DLHK % 30,99 31,02 31,02 31,02 31,16 30 31,17
lahan keseluruhan. keseluruhan. lahan/hutan hingga tahun
2019
Target 15.2 Pada tahun 2030, meningkatkan pelaksanaan pengelolaan semua jenis hutan secara berkelanjutan, menghentikan deforestasi, merestorasi hutan yang terdegradasi dan meningkatkan secara signifikan forestasi
dan reforestasi secara global
Tercapainya luas kawasan
Luas kawasan
Luas kawasan konservasi konservasi terdegradasi yang
konservasi
terdegradasi yang dipulihkan kondisi
15.2.1.(a) terdegradasi yang BKSDA Hektar NA NA 80,42 NA 33,56 NA 18,23
dipulihkan kondisi ekosistemnya seluas 100.000
dipulihkan kondisi
ekosistemnya. ha hingga tahun 2019
ekosistemnya.
(2015:10.000 ha).

Jumlah Kesatuan Jumlah Kesatuan (tidak ada dalam lampiran Perhu-


15.2.1.(d) KPH 20 20 20 20 20 20 20
Pengelolaan Hutan. Pengelolaan Hutan. Perpres 59/2017) tani

Target 15.3 Pada tahun 2030, menghentikan penggurunan, memulihkan lahan dan tanah kritis, termasuk lahan yang terkena penggurunan, kekeringan dan banjir, dan berusaha mencapai dunia yang bebas dari lahan
terdegradasi

Berkurangnya luasan lahan


kritis melalui rehabilitasi
Proporsi luas lahan Proporsi luas lahan kritis
seluas 5,5 juta hektar di
kritis yang dan sangat kritis yang
dalam Kesatuan
15.3.1.(a) direhabilitasi direhabilitasi terhadap DLHK % 5 5 6,24 10 8,62 15 6,28
Pemangkuan Hutan (KPH)
terhadap luas lahan luas lahan di Provinsi
dan Daerah Aliran Sungai
keseluruhan. Jawa Tengah
(DAS) Prioritas hingga tahun
2019 (2015: 1,25 juta hektar).

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 138


Tujuan 16: Perdamaian, Keadilan Dan
Kelembagaan Yang Tangguh

I. PENDAHULUAN

Melihat fokus pada Tujuan 16 SDGs: Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang
Tangguh yaitu menguatkan masyarakat yang inklusif dan damai untuk pembangunan
berkelanjutan, menyediakan akses keadilan untuk semua, dan membangun
kelembagaan yang efektif, akuntabel, dan inklusif di semua tingkatan. Memiliki 10
indikator dengan cakupan dimensi sipil dan politik hak asasi manusia. Tujuan ini
mencakup hak untuk hidup, hak untuk bebas dari penyiksaan dan perbudakan, hak atas
kebebasan informasi, hak atas partisipasi politik, hak atas kepribadian hukum, serta hak
atas akses keadilan.

II. STATUS CAPAIAN

A. PENCAPAIAN INDIKATOR TPB YANG MENGALAMI KEMAJUAN


1) Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK)
Indikator Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) digunakan sebagai alat ukur perilaku
anti korupsi di masyarakat untuk mengetahui sejauh mana angka zero tolerance
masyarakat Indonesia terhadap korupsi. Nilai IPAK berkisar pada skala 0 sampai 5.
Semakin mendekati 5 maka masyarakat berperilaku semakin anti korupsi.
Capaian IPAK Indonesia pada tahun 2021 mengalami peningkatan menjadi 3,88
dibandingkan 3,84 pada tahun 2020. Capaian tersebut menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan perilaku anti korupsi. Namun, masih terdapat tantangan untuk
meningkatkan nilai IPAK sesuai target RPJMN yaitu 4,0.
Nilai IPAK tersebut disusun berdasarkan dua dimensi yaitu Dimensi Persepsi dan
Dimensi Pengalaman. Berdasarkan dimensinya, nilai Indeks Persepsi tahun 2021
sebesar 3,83 meningkat sebesar 0,15 poin dibandingkan Indeks Persepsi tahun 2020
(3,58). Sebaliknya, Indeks Pengalaman tahun 2021 (3,90) menurun sebesar 0,01 poin
dibandingkan Indeks Pengalaman tahun 2020 (3,91). Sehingga Indeks Perilaku Anti
Korupsi (IPAK) pada Tahun 2021 sebesar 3,88 mengalami penurunan jika dibandingkan
dengan capaian Tahun 2020 sebesar 3,84.
Tujuan 16: Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Nama Sumber
Indi- Satuan line get sasi get sasi get sasi
Indikator Data
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
KPK
Indeks bekerja
16.5.1. 3,66 3,70 3,84 3,88
Perilaku Anti sama Angka PM PM PM
(a) (Nas) (Nas) (Nas) (Nas)
Korupsi (IPAK) dengan
BPS Pusat

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 139


2) Persentase peningkatan Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
Untuk menunjukkan efektifitas dan kinerja pemerintahan dalam menjalankan
program-program pemerintahan yang telah direncanakan, serta merupakan bentuk
pertanggungjawaban dan transparansi pemakaian anggaran kepada publik, maka
salah satu indikator yaitu capaian opini WTP. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah
mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK sejak tahun 2011 sampai
dengan tahun 2021. Opini WTP tersebut menunjukkan kinerja keuangan daerah
Provinsi Jawa Tengah terus membaik.
Tujuan 16: Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh
Kode Base- Tar- Reali Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu-
Indi- Nama Indikator line get -sasi get sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
16.6.1. Persentase peningkatan
(a) Opini Wajar Tanpa
BPKAD
Pengecualian (WTP) atas
bekerja
Laporan Keuangan % 100 100 100 100 100 100 100
sama BPK
Kementerian/ Lembaga
Wil Jateng
dan Pemerintah Daerah
(Provinsi/Kab Kota).

3) Persentase Instansi Pemerintah yang Memiliki Nilai Indeks Reformasi Birokrasi


Dalam rangka mempercepat tercapainya tata kelola pemerintahan yang baik
diperlukan reformasi birokrasi di seluruh pemerintah daerah. Pelaksanaan reformasi
birokrasi harus komprehensif, simultan dan berkelanjutan dengan harapan dapat
mengubah mindset dan culture set dengan menciptakan birokrasi pemerintah yang
profesional, memiliki karakteristik, integritas, kinerja tinggi, bebas dan bersih Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Selain itu sikap dan perilaku aparatur negara juga
diharapkan mampu melayani publik, netral, sejahtera serta berdedikasi untuk
memegang teguh niai-nilai dasar kode melalui komitmen untuk memperbaiki tata
kelola penyelenggaraan pemerintah guna mewujudkan good governance dan clean
government.
Pelaksanaan reformasi birokrasi dan tata kelola yang baik memiliki peranan
penting dalam mendukung pelaksanaan pembangunan nasional. Tata kelola
penyelenggaraan pemerintah yang baik dapat mewujudkan efektivitas, efisiensi, dan
peningkatan pelayanan publik. Capaian persentase instansi pemerintah yang memiliki
nilai Indeks Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah Jawa Tengah tahun 2021
sebesar 78,97 persen dan telah melebih target yang ditentukan, hal ini menandakan
bahwa kinerja birokrasi pemerintah daerah berjalan dengan baik dan stabil.
Tujuan 16: Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh
Kode Base- Tar- Reali Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu-
Indi- Nama Indikator line get -sasi get sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Persentase instansi
pemerintah yang memiliki
nilai Indeks Reformasi Biro
16.6.1
Birokrasi Baik Organisasi % 74,75 75,5 76,99 77 77,05 78 78,97
(d)
Kementerian/ Lembaga Setda
dan Pemerintah Daerah
(Provinsi)

4) Kepemilikan Akte Lahir untuk Penduduk 40% Berpendapatan Bawah


Indonesia sebagai negara hukum memiliki kewajiban untuk melindungi dan
memberikan pengakuan atas status pribadi dan status hukum kepada warganya dari

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 140


berbagai kalangan. Saat ini Indonesia masih terus berjuang untuk menyelesaikan
berbagai isu termasuk yang berkaitan dengan hak sipil dan politik warganya. Hak sipil
yang tercantum dalam tujuan ini salah satunya yaitu persentase kepemilikan akte lahir
untuk penduduk 40 persen berpendapatan bawah. Identitas yang sah diperlukan bagi
setiap warga negara agar dapat mengakses pelayanan publik dan mendapat hak dan
kewajibannya sebagai warga negara.
Kepemilikan akta kelahiran sangat penting sebagai bentuk identitas setiap anak
yan menjadi bagian tidak terpisahkan dari hak sipil dan politik warganya. Pada tahun
2030, setiap individu dari semua lapisan masyarakat telah memiliki identitas yang sah,
termasuk pencatatan kelahiran. Berdasarkan data diperoleh, capaian target tersebut
pada tahun 2021 cenderung mengalami peningkatan lebih tinggi sebesar 0,03 persen
dibandingkan tahun 2020. Angka tersebut lebih tinggi 3,08 persen dibandingkan
baseline pada tahun 2018.
Tujuan 16: Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar-
Sumber Satu- Realisasi
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get
Data an 2021
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021
Persentase
kepemilikan akte
16.9.1. lahir untuk Susenas
% 92,08 PM 93,21 PM 95,13 PM 95,16
(a) penduduk 40% BPS
berpendapatan
bawah

B. PENCAPAIAN INDIKATOR TPB YANG MEMERLUKAN PERHATIAN


1) Persentase Penggunaan E-Procurement terhadap Belanja Pengadaan
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah menerapkan penggunaan teknologi untuk
proses pengadaan barang atau jasa (e-procurement) sejak tahun 2018. Pengadaan
barang/jasa yang dilakukan secara elektronik meningkatkan transparan/si,
akuntabilitas, akses pasar dan persaingan usaha yang sehat, memperbaiki tingkat
efesiensi proses pengadaan, mendukung proses monitoring, audit, dan memenuhi
kebutuhan akses informasi secara real time. Manfaat penggunaan e-procurement
sangat besar seperti menghemat waktu, memangkas biaya operasional, dan
menjadikan pengadaan lebih transparan, sehingga tak heran bahwa sistem ini banyak
digunakan oleh instansi pemerintah dan berbagai perusahaan di Indonesia.
Persentase penggunaan E-Procurement mencapai 67,22 persen dan telah
melebihi target yang ditentukan pada tahun 2021. Presentase tersebut menunjukkan
adanya peningkatan sebesar 35,22 persen dari capaian tahun sebelumnya yakni 32
persen. Capaian 2021 yang melebihi target mengindikasikan bahwa layanan
pengelolaan teknologi informasi untuk memfasilitasi penggunaan e-procurement
terhadap belanja pengadaan semakin efektif dan efisien.
Tujuan 16: Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Satu-
Indi- Nama Indikator Sumber Data line get sasi get sasi get sasi
an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Persentase NA
Biro
penggunaan (OPD
16.6.1 Pengadaan
E-procurement % dibentuk 100 96,93 100 32 100 67,22
(c) Barang dan
terhadap belanja tahun
Jasa Setda
pengadaan. 2018)

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 141


2) Persentase Anak yang Memiliki Akta Kelahiran
Anak yang tidak memiliki akta kelahiran kurang terlindungi keberadaannya, masa
depannya, dan bahkan sulit untuk mengakses pelayanan publik. Selain sebagai bukti
identitas, kepemilikan anta kelahiran dapat mencegah pemalsuan umur, perkawinan
di bawah umur, tindak kekerasan kepada anak-anak, perdagangan anak, adopsi ilegal,
dan eksploitasi seksual. Anak-anak yang memiliki akta dan diakui oleh negara berhak
untuk mendapatkan perlindungan, akses layanan publik seperti kesehatan,
pendidikan, pemukiman, dan hal lainnya sebagai warga negara.
Indikator persentase anak yang memiliki akta kelahiran menunjukkan bahwa
angka capaian mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2021 hanya
mencapai 96,03 persen dari 96,26 persen pada tahun 2020 yang berarti mengalami
penurunan sebesar 0,23 persen. Penurunan ini perlu diperhatikan kembali, mengingat
betapa pentingnya kepemilikan akta kelahiran sebagai identitas bagi anak.
Tujuan 16: Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar-
Sumber Satu- Realisasi
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get
Data an 2021
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021
Persentase anak
16.9.1 Susenas
yang memiliki akta % 100 PM 95,12 PM 96,26 PM 96,03
(b) BPS
kelahiran

3) Persentase Penyelesaian Sengketa Informasi Publik


Sengketa informasi publik adalah sengketa yang terjadi antara badan publik dan
pengguna informasi publik yang berkaitan dengan hak memperoleh dan
menggunakan informasi berdasarkan perundang- undangan. Penyelesaian sengketa
informasi publik dapat dilaksanakan melalui proses litigasi maupun non-litigasi.
Penyelesaian sengketa melalui proses litigasi merupakan proses penyelesaian
sengketa melalui pengadilan, sedangkan penyelesaian sengketa melalui non-litigasi
merupakan proses penyelesaian sengketa yang dilakukan di luar persidangan atau
sering disebut dengan alternatif penyelesaian sengketa. Indikator ini berguna untuk
menunjukkan tingkat terpenuhinya hak-hak pengguna informasi publik sesuai yang
diatur oleh undang-undang.
Tujuan 16: Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber Satu-
Indi- Nama Indikator line get sasi get sasi get sasi
Data an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
16.10. Persentase
2.(b) penyelesaian sengketa
Komisi
informasi publik
Informasi % 65,9 NA 80 NA 75,4 NA 69
melalui mediasi
(KIP)
dan/atau ajudikasi non
litigasi

Berdasarkan sumber data yang diperoleh dari Komisi Informasi (KIP) pada tahun
2020 penyelesaian sengketa informasi publik melalui ajudikasi non-litigasi sebanyak
12 putusan dan melalui mediasi sebanyak 20 putusan. Pada tahun 2021 penyelesaian
sengketa informasi publik melalui ajudikasi non-litigasi sebanyak 10 putusan dan
melalui mediasi sebanyak 29 putusan. Pada tahun 2021 indikator ini cenderung
mengalami penurunan sebesar 6,4 persen dari 75,4 persen di tahun 2020 menjadi 69
persen di tahun 2021. Penurunan capaian tersebut disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain: (1) Adanya pandemi Covid-19 yang membatasi aktivitas di berbagai bidang

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 142


menyebabkan kinerja kurang optimal; (2) Penyesuaian sidang yang dilaksanakan
secara daring melalui zoom meeting; (3) Terdapat kendala kekosongan posisi Majelis
Komisi Informasi yang menghambat proses penyelesaian sengketa informasi publik.

C. TANTANGAN DAN PEMBELAJARAN


Tantangan dalam penyediaan dan pemanfaatan data dan informasi kependudukan
secara nasional dan terpadu sebagai rujukan dasar dalam perumusan kebijakan dan
pembangunan adalah belum semua masyarakat tertib administrasi kependudukan
dan pencatatan sipil secara optimal.
Kinerja reformasi birokrasi dalam mendukung penyelenggaraan pemerintahan
daerah masih menjadi tantangan yang harus diselesaikan karena: (a) Belum selarasnya
pengukuran kinerja individu pegawai dengan kinerja organisasi; (b) Masih perlunya
pendampingan implementasi SAKIP kabupaten/kota; (c) Belum optimalnya
penerapan replikasi inovasi pelayanan publik.

III. INOVASI DAN PRAKTIK BAIK

TITIP BANDAKU (TITIP BERKAS ARSIP DIGITALKU)


Titip Bandaku merupakan
program penyelamatan arsip secara
preventif, dengan cara alih media
menjadi arsip digital, disertai berita
acara dan diautentikasi. Program ini
untuk instansi pemerintah, swasta,
dan masyarakat rentan daerah rawan
bencana termasuk Merapi. Cara kerja
Titip Bandaku adalah sebagai berikut:
• Dilakukan secara jemput bola,
agar mudah dijangkau
masyarakat terdampak bencana.
• Pengguna dikumpulkan dengan protokol kesehatan ke lokasi yang telah
disepakati.
• Pendataan dan identifikasi arsip vital.
• Alih media arsip vital menjadi arsip digital.
• Penandatanganan berita acara oleh pejabat Dinas Arsip dan Perpustakaan
Kabupaten Klaten, dan pengguna.
• Penyerahan arsip asli dan Berita Acara kepada pengguna.
• Autentikasi arsip digital oleh petugas.
• Pembuatan daftar arsip digital hasil alih media.
• Back up data dan upload ke owncloud oleh petugas.
• Arsip digital siap digunakan.
Arsip digital hasil alih media dalam Program Titip Bandaku diutentikasi dan
dibuatkan berita acara yang menunjukkan bahwa arsip digital bukan hasil rekayasa,

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 143


tetapi benar- benar hasil alih media dari arsip asli, yang sah sebagai bukti di pengadilan.
Keunikan Titip Bandaku lainnya adalah: (a) Merupakan penyelamatan arsip instansi
pemerintah/ swasta, dan perorangan daerah rawan bencana; (b) Dilakukan dengan cara
jemput bola.
Sumber: https://jatengprov.go.id/beritadaerah/titip-bandaku-antar-klaten-raih-penghargaan-di-ajang-
kipp-jateng-2020/ ; https://arpus.klaten.go.id/titip-
bandaku/#:~:text=Inovasi%20Titip%20Bandaku%20(Titip%20Berkas,sewaktu%2D%20waktu%20terancam%
20erupsi%20Merapi

IV.KEBIJAKAN DAN STRATEGI KE DEPAN

Kebijakan dan strategi ke depan untuk mendorong pencapaian tujuan 16:


Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh yaitu antara lain: (1)
Mewujudkan kohesi sosial masyarakat; (2) Meningkatkan kualitas pelayanan publik; (3)
Meningkatkan efektivitas dan efisiensi manajemen pemerintahan; dan (4)
Meningkatkan efisiensi kelembagaan dan sistem manajemen sumber daya manusia
aparatur yang baik. Dan strategi yang akan dilakukan meliputi: (1) Peningkatan
pelayanan publik pada masyarakat dan membangun open government; (2) Peningkatan
pemanfaatan dan perkembangan teknologi informasi dalam birokrasi (digitalisasi
pemerintahan); (3) Peningkatan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan dengan
penguatan implementasi kebijakan pengendalian internal Pemerintah Provinsi Jawa
Tengah secara baik; (4) Pengendalian produk hukum dan penegakan perda; (5) Penataan
ASN termasuk penerimaan pegawai secaratransparan dan akuntabel, promosi jabatan
secara terbuka dengan talent scouting (penelusuran bakat); (6) Perbaikan kinerja
organisasi menuju struktur berbasis kinerja yang diukur melalui outcome serta
perbaikan tata laksana organisasi; (7) Peningkatan demokrasi Indonesia kepada
masyarakat termasuk pendidikan politik perempuan; (8) Meningkatkan sarana
penanganan pengaduan masyarakat berbasis pada teknologi informasi; dan (9)
Memberikan kesempatan yang sama termasuk bagi perempuan dalam pengambilan
keputusan.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 144


TUJUAN 16. PERDAMAIAN, KEADILAN DAN KELEMBAGAAN YANG TANGGUH
2018 2019 2020 2021

KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs TARGET (PERPRES SUMBER STATUS
INDI- SATUAN KET.
NASIONAL PROVINSI 59/2017) DATA BASE- TAR- REALI- TAR- REALI- TAR- REALI- CAPAIAN
KATOR
LINE GET SASI GET SASI GET SASI

Tujuan 16. Menciptakan Perdamaian, Menyediakan Akses Keadilan, dan Membangun Kelembagaan yang Tangguh

Target 16.1 Secara signifikan mengurangi segala bentuk kekerasan dan terkait angka kematian dimanapun

Jumlah kasus Jumlah kasus Kepolisian


kejahatan kejahatan (tidak ada dalam lampiran Republik Meningkat 3
16.1.1.(a) Kasus 36 NA 30 NA 33 NA 36
pembunuhan pada pembunuhan pada Perpres 59/2017) Indonesia; kasus
satu tahun terakhir. satu tahun terakhir. POLDA
Kemati-
Kematian disebabkan Kematian disebabkan POLDA
(tidak ada dalam lampiran an/
16.1.2(a) konflik per 100.000 konflik per 100.000 bekerjasama 0 NA 0 NA 0 NA 0
Perpres 59/2017) 100.000
penduduk. penduduk. POLRI
Pddk
Proporsi penduduk Proporsi penduduk
yang menjadi korban yang menjadi korban
(tidak ada dalam lampiran
16.1.3.(a) kejahatan kekerasan kejahatan kekerasan Susenas BPS % 0,05 PM 0,04 PM 0,04 PM 0,03
Perpres 59/2017)
dalam 12 bulan dalam 12 bulan
terakhir. terakhir.
Meningkatnya upaya
keberlanjutan
pembangunan sosial yang
ditandai dengan
Proporsi penduduk Proporsi penduduk terkendalinya kekerasan
yang merasa aman yang merasa aman terhadap anak, perkelahian,
16.1.4* berjalan sendirian di berjalan sendirian di Kekerasan Dalam Rumah Susenas BPS % NA PM NA PM 74,56 PM NA
area tempat area tempat Tangga (KDRT), dan
tinggalnya. tinggalnya. meningkatnya keamanan
yang tercermin dalam
rendahnya konflik
horizontal dan rendahnya
tingkat kriminalitas.
Target 16.2 Menghentikan perlakuan kejam, eksploitasi, perdagangan, dan segala bentuk kekerasan dan penyiksaan terhadap anak
Proporsi rumah
Proporsi rumah tangga
tangga yang memiliki
yang memiliki anak
anak umur 1-17 tahun
umur 1-17 tahun yang
yang mengalami
mengalami hukuman (tidak ada dalam lampiran
16.2.1.(a) hukuman fisik DP3AKB % NA NA NA NA NA NA NA
fisik dan/atau agresi Perpres 59/2017)
dan/atau agresi
psikologis dari
psikologis dari
pengasuh dalam
pengasuh dalam
setahun terakhir.
setahun terakhir.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 145


2018 2019 2020 2021

KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs TARGET (PERPRES SUMBER STATUS
INDI- SATUAN KET.
NASIONAL PROVINSI 59/2017) DATA BASE- TAR- REALI- TAR- REALI- TAR- REALI- CAPAIAN
KATOR
LINE GET SASI GET SASI GET SASI

Menurunnya prevalensi
Tren
kekerasanterhadap anak
Prevalensi kekerasan Prevalensi kekerasan menurun
pada tahun 2019 (2013:
terhadap anak laki-laki terhadap anak laki-laki DP3AKB % 12,76 12,76 12,44 8,29 8,99 8,22 8,97 namun tidak
16.2.1.(b) 38,62% untuk anak laki-laki
dan anak perempuan. dan anak perempuan. memenuhi
dan 20,48% untuk anak
target
perempuan).
Proporsi perempuan
Proporsi perempuan
dan laki-laki muda Kementeri-
dan lakilaki muda
umur 18-24 tahun yang (tidak ada dalam lampiran an Sosial,
16.2.3.(a) umur 18-24 tahun % NA NA NA NA NA NA
mengalami kekerasan Perpres 59/2017) KPPPA, BPS,
yang mengalami
seksual sebelum umur BAPPENAS
kekerasan
18 tahun.
Target 16.3 Menggalakkan negara berdasarkan hukum di tingkat nasional dan internasional dan menjamin akses yang sama terhadap keadilan bagi semua

Proporsi korban Proporsi korban


kekerasan dalam 12 kekerasan dalam 12 POLDA
(tidak ada dalam lampiran
16.3.1.(a) bulan terakhir yang bulan terakhir yang bekerjasama % 3,86 NA NA NA 9,19
Perpres 59/2017)
melaporkan kepada melaporkan kepada Susenas BPS
polisi. polisi.
Jumlah orang atau Jumlah orang atau Biro Hukum
Jumlah orang atau
kelompok kelompok masyarakat bekerjasama
kelompok
masyarakat miskin miskin yang memperoleh BPHN
masyarakat miskin
16.3.1.(b) yang memperoleh bantuan hukum litigasi (Kemen- Orang NA NA 190 NA 48 NA 200
yang memperoleh
bantuan hukum sebanyak 3.021 orang dan terian
bantuan hukum
litigasi dan non non litigasi sebanyak 3.645 hukum dan
litigasi dan non litigasi.
litigasi. orang pada tahun 2019. HAM)
Target 16.5 Secara substansial mengurangi korupsi dan penyuapan dalam segala bentuknya
Meningkatnya Indeks KPK
Indeks Perilaku Anti Indeks Perilaku Anti Perilaku Anti Korupsi (IPAK) bekerjasama 3,66 3,70 3,84 3,88
16.5.1.(a) Angka PM PM PM
Korupsi (IPAK) Korupsi (IPAK) menjadi 4,0 pada tahun dengan BPS (Nas) (Nas) (Nas) (Nas)
2019 (2015: 3,6). Pusat
Target 16.6 Mengembangkan lembaga yang efektif, akuntabel, dan transparan di semua tingkat
Persentase Persentase Meningkatnya persentase
peningkatan Opini peningkatan Opini opini Wajar Tanpa
Wajar Tanpa Wajar Tanpa Pengeculian (WTP) atas
Pengecualian (WTP) Pengecualian (WTP) laporan keuangan pada
BPKAD
atas Laporan atas Laporan tahun 2019 untuk
bekerjasama
16.6.1.(a) Keuangan Keuangan Kementerian/Lembaga: % 100 100 100 100 100 100 100
BPK Wil
Kementerian/ Kementerian/ 95%, Provinsi: 85%,
Jateng
Lembaga dan Lembaga dan Kabupaten:60%, Kota: 65%
Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah (2015 untuk K/L: 74%,
(Provinsi/Kabupaten/ (Provinsi/Kabupaten/ Provinsi: 52%, Kabupaten:
Kota). Kota). 30%, Kota:41%).

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 146


2018 2019 2020 2021

KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs TARGET (PERPRES SUMBER STATUS
INDI- SATUAN KET.
NASIONAL PROVINSI 59/2017) DATA BASE- TAR- REALI- TAR- REALI- TAR- REALI- CAPAIAN
KATOR
LINE GET SASI GET SASI GET SASI

Meningkatnya persentase
Persentase Persentase Skor B atas Sistem
peningkatan Sistem peningkatan Sistem Akuntabilitas Kinerja
Akuntabilitas Kinerja Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tren
Pemerintah (SAKIP) Pemerintah (SAKIP) (SAKIP) untuk Biro meningkat
16.6.1.(b) Kementerian/ Kementerian/ Kementerian/Lembaga: Organisasi % 80,18 80 81,56 82 80,25 83 80,72 namun tidak
Lembaga dan Lembaga dan 85%, Provinsi: 75%, Setda memenuhi
Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota: 50% pada target
(Provinsi/ (Provinsi/ tahun 2019 (2015: K/L:
Kabupaten/Kota). Kabupaten/Kota). 60,24%, Provinsi: 30,30%,
Kabupaten/Kota: 2,38%).
Persentase Meningkatnya penggunaan N.A
Persentase Biro
penggunaan E- E-procurement terhadap (OPD
penggunaan E- Pengadaan
16.6.1.(c) procurement belanja pengadaan menjadi % dibentuk 100 96,93 100 32 100 67,25
procurement terhadap Barang dan
terhadap belanja 80% pada tahun 2019 (2013: tahun
belanja pengadaan. Jasa Setda
pengadaan. 30%). 2018)
Meningkatnya persentase
Persentase instansi instansi pemerintah yang
Persentase instansi
pemerintah yang memiliki nilai Indeks
pemerintah yang
memiliki nilai Indeks Reformasi Birokrasi Baik
memiliki nilai Indeks
Reformasi Birokrasi untuk Biro
Reformasi Birokrasi
16.6.1.(d) Baik Kementerian/ Kementerian/Lembaga Organisasi % 74,75 75,5 76,99 77 84,93 78 78,97
Baik Kementerian/
Lembaga dan menjadi 75%, Provinsi: 60%, Setda
Lembaga dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota: 45% pada
Pemerintah Daerah
(Provinsi/Kabupaten/ tahun 2019 (2015: untuk
(Provinsi)
Kota) K/L: 47%, Provinsi: NA,
Kab/Kota: NA).
Persentase
Persentase Kepatuhan Meningkatnya persentase 35
Kepatuhan
pelaksanaan UU Kepatuhan pelaksanaan UU Kab/
pelaksanaan UU NA NA
Pelayanan Publik Pelayanan Publik untuk Kota
Pelayanan Publik Ombuds (tidak (tidak
16.6.2.(a) Kementerian/ Kementerian: 100%, % 71 40 0 (100%) 100%
Kementerian/Lembag man ada ada
Lembaga dan Lembaga: 100%, Provinsi: Pro-
a dan Pemerintah survey) survey)
Pemerintah Daerah 100%, Kabupaten/Kota: vinsi
Daerah (Provinsi/
(Provinsi/ Kab/Kota) 80% pada tahun 2019. 100%
Kabupaten/Kota).
Target 16.7 Menjamin pengambilan keputusan yang responsif, inklusif, partisipatif dan representif di setiap tingkatan

Persentase
keterwakilan Persentase
Meningkatnya keterwakilan
perempuan di Dewan keterwakilan
perempuan di DPR dan Setwan
16.7.1(a) Perwakilan Rakyat perempuan di Dewan % 17,5 19,1 19,1 19,1 19,65 19,1 19,65
DPRD (Hasil Pemilu 2014 DPRD
(DPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat
untuk DPR: 16,6%).
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Daerah (DPRD).

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 147


2018 2019 2020 2021

KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs TARGET (PERPRES SUMBER STATUS
INDI- SATUAN KET.
NASIONAL PROVINSI 59/2017) DATA BASE- TAR- REALI- TAR- REALI- TAR- REALI- CAPAIAN
KATOR
LINE GET SASI GET SASI GET SASI

Persentase Meningkatnya keterwakilan


Persentase
keterwakilan perempuan sebagai 16,3
keterwakilan 18,6 15,6 16,3
perempuan sebagai pengambil keputusan di (total
perempuan sebagai (total 8 (total 7 (total 8
16.7.1.(b) pengambilan lembaga eksekutif (Eselon I BKD % NA NA NA 8
pengambil keputusan perem- perem perem-
keputusan di lembaga dan II) (2014: Eselon I = perem
di lembaga eksekutif puan) puan) puan)
eksekutif (Eselon I 20,66% dan Eselon II = -puan)
(Eselon II)
dan II). 16,39%).
Meningkatnya Indeks Terdapat
Indeks Lembaga Indeks Lembaga Lembaga Demokrasi perubahan
16.7.2.(a) BPS Indeks 75,42 PM 90,50 PM 77,60 PM 78,63 metodologi
Demokrasi Demokrasi. menjadi 71 pada tahun 2019
(2015: 66,87). sehingga
aspek
Meningkatnya Indeks penyusunnya
Indeks Kebebasan Indeks Kebebasan Kebebasan Sipil menjadi 87 juga berubah,
16.7.2.(b) BPS Indeks 76,21 PM 78,43 PM 73,68 PM 87,90
Sipil. Sipil. pada tahun 2019 (2015: menjadi
80,30). indeks
kebebasan,
indeks
Meningkatnya Indeks Hak- kesetaraan
Indeks Hak-hak
16.7.2.(c) Indeks Hak-hak Politik. hak Politik menjadi 68 pada BPS Indeks 66,92 PM 67,91 PM 75,46 PM 77,68 dan indeks
Politik.
tahun 2019 (2015: 70,63). kapasitas
lembaga
demokrasi
Target 16.9 Pada tahun 2030, memberikan identitas yang syah bagi semua, termasuk pencatatan kelahiran
Proporsi anak umur di
Proporsi anak umur di
bawah 5 tahun yang Meningkatnya persentase
bawah 5 tahun yang
kelahirannya dicatat anak yang memiliki akte Menurun
16.9.1* kelahirannya dicatat BPS % 90 PM 89,47 PM 90,97 PM 89,92
oleh lembaga kelahiran menjadi 85% pada 1,05%
oleh lembaga
pencatatan sipil, tahun 2019 (2015: 75%).
pencatatan sipil,
menurut umur.
Meningkatnya cakupan
Persentase
Persentase pelayanan dasar
kepemilikan akte lahir
kepemilikan akte lahir kepemilikan akte lahir
16.9.1.(a) untuk penduduk 40% Susenas BPS % 92,08 PM 93,21 PM 95,13 PM 95,16
untuk penduduk 40% untuk penduduk 40%
berpendapatan
berpendapatan bawah berpendapatan terbawah
bawah
mjd 77,4% tahun 2019.
Meningkatnya persentase
Persentase anak yang
Persentase anak yang anak yang memiliki akte Menurun
16.9.1.(b) memiliki akta Susenas BPS % 100 PM 95,12 PM 96,26 PM 96,03
memiliki akta kelahiran kelahiran menjadi 85% pada 0,23%
kelahiran
tahun 2019 (2015: 75%).
Target 16.10 Pada tahun 2030, memberikan identitas yang syah bagi semua, termasuk pencatatan kelahiran

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 148


2018 2019 2020 2021

KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs TARGET (PERPRES SUMBER STATUS
INDI- SATUAN KET.
NASIONAL PROVINSI 59/2017) DATA BASE- TAR- REALI- TAR- REALI- TAR- REALI- CAPAIAN
KATOR
LINE GET SASI GET SASI GET SASI

Terukurnya Badan Publik


dalam menjalankan
kewajiban sebagaimana
Tersedianya Badan Tersedianya Badan diatur dalam UU No. 14
Publik yang Publik yang Tahun 2008 tentang
menjalankan menjalankan Keterbukaan Informasi
kewajiban kewajiban Publik, yang ditunjukkan Komisi
16.10.2.
sebagaimana diatur sebagaimana diatur dengan meningkat-nya Informasi % 46,34 NA 63,41 NA 70,1 NA 73,1
(a)
dalam UU No. 14 dalam UU No. 14 Tahun indikator kewajiban (KIP)
Tahun 2008 tentang 2008 tentang mengumumkan informasi
Keterbukaan Keterbukaan Informasi publik, menyediakan
Informasi Publik. Publik. informasi publik, mengelola
dan mendokumentasikan
informasi publik, serta
informasi publik.
Terlaksananya proses
Persentase Persentase
penyelesaian sengketa
penyelesaian penyelesaian sengketa
informasi publik melalui Komisi
16.10.2. sengketa informasi informasi publik Menurun
mediasi dan/atau ajudikasi Informasi % 65,9 NA 80 NA 75,4 NA 69
(b) publik melalui mediasi melalui mediasi 6,4%
non litigasi dengan (KIP)
dan/atau ajudikasi dan/atau ajudikasi non
persentase 85% register per
non litigasi litigasi
tahun berjalan.
Jumlah kepemilikan
sertifikat Pejabat Jumlah kepemilikan
Meningkatnya kualitas
Pengelola Informasi sertifikat Pejabat
Pejabat Pengelola
dan Dokumentasi Pengelola Informasi
Informasi dan Dokumentasi
(PPID) untuk dan Dokumentasi
(PPID) dalam menjalankan
mengukur kualitas (PPID) untuk Komisi
16.10.2. tugas dan fungsi
PPID dalam mengukur kualitas Informasi PPID 16 NA 12 NA 14 NA 100
(c) sebagaimana diatur dalam
menjalankan tugas PPID dalam (KIP)
peraturan perundang-
dan fungsi menjalankan tugas dan
undangan yang ditandai
sebagaimana diatur fungsi sebagaimana
dengan adanya sertifikasi
dalam peraturan diatur dalam peraturan
PPID.
perundang- perundang-undangan.
undangan.
Target 16.b Menggalakkan dan menegakkan undang-undang dan kebijakan yang tidak diskriminatif untuk pembangunan berkelanjutan
Jumlah kebijakan
Jumlah kebijakan yang
yang diskriminatif
diskriminatif dalam 12
dalam 12 bulan lalu Biro Hukum Kebija-
bulan lalu berdasarkan
berdasarkan (tidak ada dalam lampiran bekerjasama kan/
16.b.1.(a) pelarangan NA NA NA NA NA NA NA
pelarangan Perpres 59/2017) Komnas Doku-
diskriminasi menurut
diskriminasi menurut Perempuan men
hukum HAM
hukum HAM
Internasional.
Internasional.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 149


Tujuan 17: Kemitraan Untuk Mencapai Tujuan

I. PENDAHULUAN

Fokus tujuan ke-17 pada Agenda Pembangunan Berkelanjutan adalah menguatkan


sarana pelaksanaan dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan
berkelanjutan. SDGs hanya bisa terwujud dengan komitmen kuat pada kemitraan dan
kerjasama global. Selain itu, memperbaiki akses pada teknologi dan pengetahuan
adalah cara penting untuk berbagi dan mendorong inovasi. Di sisi lain, mendorong
perdagangan internasional dan membantu negara berkembang untuk meningkatkan
ekspor.

II. STATUS CAPAIAN

A. PENCAPAIAN INDIKATOR TPB YANG MENGALAMI KEMAJUAN


1) Pertumbuhan Ekspor Produk Non Migas
Angka pertumbuhan ekspor produk non migas Provinsi Jawa Tengah pada 2021
mencapai angka 33,14 persen. Angka tersebut melesat cukup tinggi dari angka
pertumbuhan pada tahun 2020 sebesar -6,189 persen. Pertumbuhan ekspor produk
non migas meningkat tajam di tahun 2021 karena seiring terkendalinya pandemi
Covid-19 yang sejalan dengan pemulihan ekonomi Jawa Tengah.
Tujuan 17: Kemitraan untuk mencapai tujuan
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Nama Satu-
Indi- Sumber Data line get sasi get sasi get sasi
Indikator an
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Dinas
Pertumbuhan
17.11.1 Perindustrian Juta
ekspor produk 8.224,5 6.303 8.212,84 6.518 7.704,15 6.968 10.257,3
(a) dan US $
non migas
Perdagangan

2) Jumlah Alokasi Pemerintah dalam Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU)
Alokasi dana dari Pemerintah untuk penyiapan proyek, transaksi proyek dan
dukungan pemerintah dalam Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU)
pada tahun 2021 sebesar 2.581 Triliun, lebih besar dari tahun sebelumnya yang
mencapai 2.151 Triliun. Hal tersebut dikarenakan terdapat penambahan 1 proyek KPBU
yaitu pembangunan RSUD dan RSIA Kota Pekalongan.
Tujuan 17: Kemitraan untuk mencapai tujuan
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber
Indi- Nama Indikator Satuan line get sasi get sasi get sasi
Data
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Jumlah proyek yang Doku-
ditawarkan untuk men
DPMPTSP
17.17.1 dilaksanakan dengan berisi
Prov. NA NA NA NA 3 NA 4
(a) skema Kerja sama daftar
Jateng
Pemerintah dan proyek
Badan Usaha (KPBU). KPBU

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 150


Tujuan 17: Kemitraan untuk mencapai tujuan
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali- Tar- Reali-
Sumber
Indi- Nama Indikator Satuan line get sasi get sasi get sasi
Data
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Jumlah alokasi
pemerintah untuk
penyiapan proyek,
transaksi proyek, dan DPMPTSP
17.17.1 2.151 2.581
dukungan Prov. Alokasi NA NA NA NA NA
(b) Triliun Triliun
pemerintah dalam Jateng
Kerja sama
Pemerintah dan
Badan Usaha (KPBU).

Rincian proyek dan alokasi dana tahun 2020 yaitu:


1. SPAM Regional Petanglong: 452 miliar
2. SPAM Regional Dadimuria: 778 miliar
3. SPAM regional Wosusokas: 921 miliar
Total = 2.151 triliun
Sedangkan tahun 2021, alokasi dana KPBU untuk proyek RSUD dan RSIA Kota
Pekalongan sebesar Rp. 430 miliar. Realiasi tahun 2021 diperoleh dari: Total alokasi
KPBU tahun 2020 + Total alokasi KPBU tahun 2021 = 2.151 triliun + 430 miliar: 2.581
triliun.

3) Penyajian Data dan Informasi Statistik


BPS sebagai badan pengelola data dan informasi statistik terkait pembangunan
memberikan akses yang terbuka bagi masyarakat, termasuk akses data statistik dasar
maupun statistik sektoral pada website BPS. Persentase konsumen di Jawa Tengah
yang menjadikan data dan informasi statistik BPS sebagai rujukan utama mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya, yaitu dari 93,17 persen menjadi 97,22 persen.
Sejalan dengan peningkatan persentase tersebut, jumlah metadata kegiatan statistik
dasar, sektoral, dan khusus yang terdapat dalam Sistem Informasi Rujukan Statistik
(SIRuSa) juga meningkat signifikan, yaitu dari 282 metadata (tahun 2020) menjadi 1.093
metadata (tahun 2021).
Tujuan 17: Kemitraan untuk mencapai tujuan
Kode Base- Tar- Reali- Tar- Reali Tar- Reali-
Sumber
Indi- Nama Indikator Satuan line get sasi get -sasi get sasi
Data
kator (2018) 2019 2019 2020 2020 2021 2021
Persentase konsumen
17.18.1 yang menjadikan data dan
BPS % 99,67 PM 98 PM 93,17 PM 97,22
(b) informasi statistik BPS
sebagai rujukan utama.
Jumlah metadata kegiatan
statistik dasar, sektoral,
17.18.1 Meta-
dan khusus yang terdapat BPS NA PM 246 PM 282 PM 1.093
(c) data
dalam Sistem Informasi
Rujukan Statistik (SIRuSa).

B. PENCAPAIAN INDIKATOR TPB YANG MEMERLUKAN PERHATIAN


1) Total Pendapatan Pemerintah sebagai Proporsi terhadap PDB menurut sumbernya
Pendapatan daerah Provinsi Jawa Tengah bersumber dari Pendapatan Asli Daerah
(PAD), Dana Perimbangan dan lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah. Tahun 2021, PAD

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 151


menempati porsi terbesar dengan rata-rata kontribusi terhadap Pendapatan Daerah
sebesar 55,18 persen, diikuti Dana Perimbangan sebesar 44,57 persen dan Lain-lain
Pendapatan yang Sah sebesar 0,25 persen.
Realisasi pendapatan daerah pada kurun waktu tahun 2018 hingga 2021 cenderung
mengalami peningkatan kecuali untuk tahun 2020 yang menurun akibat adanya
pandemi Covid-19. Meskipun pandemi Covid-19 masih terjadi hingga tahun 2021,
realisasi pendapatan daerah tahun 2021 menunjukkan peningkatan bahkan melebihi
realisasi di tahun-tahun sebelum terjadinya pandemi. Hal tersebut sejalan dengan
mulai pulihnya perekonomian Jawa Tengah, termasuk kemampuan masyarakat dalam
membayar pajak dan daya beli masyarakat yang semakin membaik.
Tabel 6. Realisasi Pendapatan Jawa Tengah Tahun 2018-2021
Realisasi Pendapatan (Juta Rupiah)
No Jenis Pendapatan 2021 (Un-
2018 2019 2020
Audited)
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) 13.711.837 14.112.159 13.669.303 14.697.721
1.1 Pajak Daerah 11.507.120 11.712.671 11.139.173 11.718.379
1.2 Retribusi Daerah 104.870 126.080 93.241 91.654
1.3 Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Pengelolaan 459.627 513.121 530.091 508.264
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
1.4 Lain-lain PAD yang Sah 1.640.220 1.760.287 1.906.798 2.379.424
2. Dana Perimbangan 10.933.776 11.787.397 11.632.689 11.871.856
2.1 Bagi Hasil Pajak 760.738 786.266 843.392 1.023.259
2.2 Bagi Hasil Bukan Pajak 8.712 20.663 16.888 12.587
2.3 Dana Alokasi Umum 3.652.586 3.784.513 3.438.710 3.432.979
2.4 Dana Alokasi Khusus 6.511.740 7.195.955 7.333.699 7.334.320
2.5 Dana Insentif Daerah - - - 68.711
3. Lain-lain Pendapatan yang Sah 56.705 86.688 91.564 65.712
3.1 Pendapatan Hibah 22.008 24.300 23.352 654.882
3.2 Dana Darurat - - - -
3.3 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan 1.197 - - -
Pemerintah Daerah Lainnya
3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Daerah - - - -
3.5 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau - - - -
Pemerintah Daerah Lainnya
3.6 Lainnya 33.500 62.388 68.212 830
Jumlah 24.702.318 25.986.244 25.393.556 26.635.289
Sumber: Provinsi Jawa Tengah dalam Angka 2022

Total pendapatan pemerintah sebagai proporsi terhadap PDRB menurut


sumbernya di Jawa Tengah dalam kurun waktu tahun 2018 hingga 2021 cenderung
fluktuatif. Capaian tahun 2021 yaitu sebesar Rp. 26.633.000.085.963 belum memenuhi
.
target yang ditetapkan (Rp. 26.798.308.421.000).
Tujuan 17: Kemitraan untuk mencapai tujuan
Kode Base- Reali- Tar- Reali- Tar-
Sumber Satu- Target Realisasi
Indi- Nama Indikator line sasi get sasi get
Data an 2019 2021
kator (2018) 2019 2020 2020 2021
Total pendapatan
pemerintah
24.701. 25.965. 25.872. 27.243. 25.411. 28.523. 26.633.
sebagai proporsi
17.1.1* Bapenda Rp 017.599 581.322. 676. 838.043 767.481. 967.683 000.085.
terhadap PDB
.994 000 240.133 .000 899 .000 963
menurut
sumbernya.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 152


C. TANTANGAN DAN PEMBELAJARAN
Pengelolaan keuangan daerah termasuk didalamnya pengelolaan terhadap
pendapatan daerah yang efektif dan akuntabel akan berpengaruh pada pelaksanaan
pembangunan daerah. Namun demikian pendapatan belum mampu untuk memenuhi
pembangunan daerah. Hal tersebut disebabkan: (a) Belum optimalnya pengelolaan
pendapatan; (b) Belum optimalnya pengelolaan aset daerah; (c) Belum optimalnya
kontribusi BUMD terhadap pendapatan daerah.
Penyediaan data dan informasi yang reliable, up to date dan relevan harus terus
ditingkatkan dalam rangka mendukung pembangunan daerah secara terintegrasi.
Beberapa tantangan yang dihadapi terkait dengan data dan informasi antara lain: (a)
Validitas data dan informasi, belum link and match antara data yang tersedia dengan
dinamika kebutuhan pembangunan; (b) Belum optimalnya integrasi aplikasi pengolah
data perangkat daerah dengan Single Data System untuk kebutuhan perencanaan,
pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan daerah; (c) Belum adanya standarisasi
data sektoral dan metadata oleh pusat dalam rangka implementasi Satu Data
Indonesia (SDI) sesuai Perpres Nomor 39 Tahun 2019; (d) Keterbatasan SDM yang
kompeten dalam pengelolaan data statistik sektoral; (e) Masih kurangnya pemahaman
badan publik terhadap keterbukaan informasi publik.

III. INOVASI DAN PRAKTIK BAIK

Aplikasi OMAE untuk Metadata Statistik Jawa Tengah yang Lebih Baik
OMAE atau Optimalisasi Metadata
secara Elektronik adalah sistem
mekanisme pelaporan metadata yang
berbasis pembinaan dan digital. Dengan
OMAE dapat meningkatkan kolaborasi
dan koordinasi antara produsen data, wali
data dan pembina data. Selain itu juga
dapat memudahkan Organisasi
Perangkat Daerah (OPD) dan Wali Data
dalam melaporkan metadata. Aplikasi ini
dibuat oleh BPS Provinsi Jawa Tengah dengan tujuan:
• Membantu OPD dalam memenuhi tugas sebagai produsen data yang wajib
melaporkan metadata sektoral ke walidata;
• Membantu walidata memenuji tugas mengumpulkan data dan metadata statistik
sektoral;
• Meningkatkan kualitas data sektoral yang dihasilkan;
• Tercapainya target kinerja baik untuk produsen data, walidata, Pembina data (IKU);
• Memberikan pembelajaran, bagaimana membangun data yang sesuai dengan
NSPK;
• Menyediakan indikator RPJMD yang lebih berkualitas untuk perencanaan
pembangunan.
Sumber: https://jateng.bps.go.id/news/2021/06/03/447/aplikasi-omae-untuk-metadata-statistik-jawa-
tengah-yang-lebih-baik.html

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 153


IV.KEBIJAKAN DAN STRATEGI KE DEPAN

Kebijakan dan strategi ke depan untuk mendorong pencapaian tujuan 17:


Kemitraan untuk Mencapai Tujuan yaitu antara lain:
1) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi manajemen pemerintahan melalui:
pengembangan sistem manajemen pembangunan berbasis kinerja dengan
penguatan proses perencanaan, penganggaran, pengendalian dan evaluasi
pembangunan daerah secara terpadu dan responsif; serta penguatan kapasitas
fiskal utamanya pada peningkatan kemandirian fiskal;
2) Meningkatkan kualitas pelayanan publik langsung kepada masyarakat (direct
services), serta membangun pemerintahan yang terbuka (open government)
melalui perkuatan keterbukaan informasi publik, transparansi, partisipasi publik
dalam penyelenggaraan pemerintahan, meningkatkan komunikasi dan serapan
aspirasi publik antara lain melalui kunjungan lapangan (roadshow), meningkatkan
pemanfaatan dan perkembangan teknologi informasi dalam birokrasi (digitalisasi
tata kelola pemerintahan) dengan memperkuat jaringan infrastruktur teknologi
informasi, pengelolaan sistem informasi pemerintah berbasis elektronik (e-
government), meningkatkan kemampuan ASN dalam penggunaannya, serta
peningkatan kualitas sarana pelayanan publik yang ramah untuk semua kelompok
masyarakat;
3) Meningkatkan sumber pembiayaan alternatif diantaranya melalui Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan (TJSLP) dan BAZNAS.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 154


TUJUAN 17. KEMITRAAN UNTUK MENCAPAI TUJUAN
2018 2019 2020 2021

KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs TARGET (PERPRES SUMBER
INDI- SATUAN KET.
NASIONAL PROVINSI 59/2017) DATA BASE- TAR- REALI- REALI- TAR- REALI- STATUS
KATOR TARGET
LINE GET SASI SASI GET SASI CAPAIAN

Tujuan 17. Menguatkan Sarana Pelaksanaan dan Merevitalisasi Kemitraan Global

Target 17.1 Memperkuat mobilisasi sumber daya domestik, termasuk melalui dukungan internasional kepada negara berkembang, untuk meningkatkan kapasitas lokal bagi pengumpulan pajak dan pendapatan lainnya
Total pendapatan Total pendapatan
Tren
pemerintah pemerintah
24.701. 25.965. 25.872. 27.243.8 25.411. 26.798. 26.633. meningkat
sebagai proporsi sebagai proprosi (tidak ada dalam lampiran
17.1.1* Bapenda Rp 017.599. 581.322 676.240. 38.043. 767.481. 308.42 000.085 namun tidak
terhadap PDB terhadap PDRB Perpres 59/2017)
994 .000 133 000 899 1.000 .963. memenuhi
menurut menurut
target
sumbernya. sumbernya
Tercapainya rasio
Rasio penerimaan Rasio penerimaan
penerimaan perpajakan
17.1.1.(a) pajak terhadap pajak terhadap Bapenda % 18,76 NA 8,77 NA 7,21
terhadap PDB di atas 12%
PDB. PDRB.
per tahun (2015: 10,7%).
Proporsi anggaran Proporsi anggaran
domestik yang domestik yang (tidak ada dalam lampiran
17.1.2* Bapenda % 93 93 100 98 100
didanai oleh pajak didanai oleh pajak Perpres 59/2017)
domestik. domestik.
Target 17.6 Meningkatkan kerja sama Utara-Selatan, Selatan-Selatan dan kerja sama triangular secara regional dan internasional terkait dan akses terhadap sains, teknologi dan inovasi, dan meningkatkan berbagai
pengetahuan berdasar kesepakatan timbal balik, termasuk melalui koordinasi yang lebih baik antara mekanisme yang telah ada, khususnya di tingkat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan melalui mekanisme fasilitasi
teknologi global
Meningkatnya penetrasi
akses tetap pita lebar
(fixed broadband) pada
Tingkat penetrasi Tingkat penetrasi
tahun 2019 di: - Perkotaan
akses tetap akses tetap
(20 Mbps) menjangkau 71%
pita lebar (fixed pita lebar (fixed
17.6.2.(b) rumah tangga (2015: 38%) Diskominfo % NA NA NA NA NA NA NA
broadband) di broadband) di
dan 30% populasi (2015:
Perkotaan dan di Perkotaan dan di
16%). - Perdesaan (10 Mbps)
Perdesaan. Perdesaan.
menjangkau 49% rumah
tangga (2015: 26%) dan 6%
populasi (2015: 3%).
Meningkatnya penetrasi
akses bergerak pita lebar
Diskominfo
(mobile broadband)
bekerjasma
Proporsi penduduk Proporsi penduduk dengan kecepatan 1
Kementerian
17.6.2.(c) terlayani terlayani mobile Megabyte per second % NA NA NA NA NA NA NA
Komunikasi
mobile broadband broadband (Mbps) pada tahun 2019 di:
dan
- Perkotaan menjangkau
Informatika
100% populasi. - Perdesaan
menjangkau 52% populasi.
Target 17.8 Mengoperasionalisasikan secara penuh bank teknologi dan sains, mekanisme pembangunan kapasitas teknologi dan inovasi untuk negara kurang berkembang pada tahun 2017 dan meningkatkan penggunaan
teknologi yang memampukan, khususnya teknologi informasi dan komunikasi

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 155


2018 2019 2020 2021

KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs TARGET (PERPRES SUMBER
INDI- SATUAN KET.
NASIONAL PROVINSI 59/2017) DATA BASE- TAR- REALI- REALI- TAR- REALI- STATUS
KATOR TARGET
LINE GET SASI SASI GET SASI CAPAIAN

Proporsi individu Proporsi individu


yang yang (tidak ada dalam lampiran
17.8.1* Susenas BPS % 38,51 PM 47,74 PM 54,72 PM 62,2
menggunakan menggunakan Perpres 59/2017)
internet. internet.
Tersedianya jangkauan
Persentase Persentase layanan akses Diskominfo
kabupaten 3T yang kabupaten 3T yang telekomunikasi universal bekerjasama
terjangkau layanan terjangkau layanan dan internet mencapai Telkom,
17.8.1.(a) akses akses 100% di wilayah Universal Kementerian % NA NA NA NA NA NA
telekomunikasi telekomunikasi Service Obligation (USO), Komunikasi
universal dan universal dan dengan prioritas daerah dan
internet. internet. terpencil, terluar, dan Informatika
perbatasan.
Target 17.11 Secara signifikan meningkatkan ekspor dari negara berkembang, khususnya dengan tujuan meningkatkan dua kali lipat proporsi negara kurang berkembang dalam ekspor global pada tahun 2020.

Meningkatnya
Pertumbuhan Pertumbuhan
pertumbuhan ekspor
17.11.1.(a) ekspor produk non eksporproduk non Disperindag Juta US $ 8.224,5 6.303 8.212,84 6.518 7.704,15 6.968 10.257,3
produk non migas 5% pada
migas migas
tahun 2019 (2015: -9,8%).

Target 17.17 Mendorong dan meningkatkan kerja sama pemerintah-swasta dan masyarakat sipil yang efektif, berdasarkan pengalaman dan bersumber pada strategi kerja sama

Jumlah proyek Jumlah proyek Tersedianya alternatif


yang ditawarkan yang ditawarkan pembiayaan untuk
untuk untuk pembangunan melalui Dokumen
dilaksanakan dilaksanakan skema Kerjasama berisi
DPMPTSP
17.17.1.(a) dengan skema dengan skema Pemerintah Swasta daftar NA NA NA NA 3 NA 4
Prov. Jateng
Kerja sama Kerja sama (KPS)/Kerjasama proyek
Pemerintah dan Pemerintah dan Pemerintah dengan Badan KPBU
Badan Usaha Badan Usaha Usaha Dalam Penyediaan
(KPBU). (KPBU). Infrastruktur (KPBU).

Jumlah alokasi Jumlah alokasi


pemerintah untuk pemerintah untuk
penyiapan proyek, penyiapan proyek,
Tersedianya alokasi dana
transaksi proyek, transaksi proyek,
APBN untuk penyiapan,
dan dukungan dan dukungan DPMPTSP 2.151 2.581
17.17.1.(b) transaksi dan dukungan Alo kasi NA NA NA NA NA
pemerintah dalam pemerintah dalam Prov. Jateng Triliun Triliun
Pemerintah bagi proyek
Kerja sama Kerja sama
KPS/KPBU.
Pemerintah dan Pemerintah dan
Badan Usaha Badan Usaha
(KPBU). (KPBU).
Target 17.18 Mengoperasionalisasikan secara penuh bank teknologi dan sains, mekanisme pembangunan kapasitas teknologi dan inovasi untuk negara kurang berkembang pada tahun 2017 dan meningkatkan penggunaan
teknologi yang memampukan, khususnya teknologi informasi dan komunikasi.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 156


2018 2019 2020 2021

KODE
INDIKATOR SDGs INDIKATOR SDGs TARGET (PERPRES SUMBER
INDI- SATUAN KET.
NASIONAL PROVINSI 59/2017) DATA BASE- TAR- REALI- REALI- TAR- REALI- STATUS
KATOR TARGET
LINE GET SASI SASI GET SASI CAPAIAN

Persentase Persentase
konsumen Badan konsumen Badan
Pusat Statistik Pusat Statistik
(tidak ada dalam lampiran
17.18.1.(a) (BPS) yang merasa (BPS) yang merasa
Perpres 59/2017)
BPS % 99,67 PM 97,19 PM 98,61 PM 92,03
puas dengan puas dengan
kualitas data kualitas data
statistik. statistik.
Persentase Persentase
konsumen yang konsumen yang
menjadikan data menjadikan data
(tidak ada dalam lampiran
17.18.1.(b) dan informasi dan informasi BPS % 90,64 PM 98 PM 93,17 PM 97,22
Perpres 59/2017)
statistik BPS statistik BPS
sebagai rujukan sebagai rujukan
utama. utama.
Jumlah metadata Jumlah metadata
kegiatan statistik kegiatan statistik
dasar, sektoral, dasar, sektoral,
dan khusus yang dan khusus yang (tidak ada dalam lampiran
17.18.1.(c) BPS Metadata 32 PM 246 PM 282 PM 1093
terdapat dalam terdapat dalam Perpres 59/2017)
Sistem Informasi Sistem Informasi
Rujukan Statistik Rujukan Statistik
(SIRuSa). (SIRuSa).
Persentase Persentase
indikator SDGs indikator SDGs (Sektor-
(tidak ada dalam lampiran belum
17.18.1.(d) terpilah yang Jateng terpilah BPS % al dan PM 68,34 PM 71 PM
Perpres 59/2017) rilis
relevan dengan yang relevan Khusus)
target. dengan target.
Target 17.19 Pada tahun 2030, mengandalkan inisiatif yang sudah ada, untuk mengembangkan pengukuran atas kemajuan pembangunan berkelanjutan yang melengkapi Produk Domestik Bruto, dan mendukung
pengembangan kapasitas statistik di negara berkembang
Tersedianya data Tersedianya data
Dispermas-
registrasi terkait registrasi terkait
17.19.2. (tidak ada dalam lampiran des Data
kelahiran dan kelahiran dan ada NA ada NA ada NA ada
(b) Perpres 59/2017) bekerjasama Registrasi
kematian (Vital kematian (Vital
Kemendagri
Statistics Register) Statistics Register)

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 157


Penutup

Kesimpulan Dan Rencana Tindak Lanjut


Keberhasilan pencapaian target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) tidak
lepas dari peran seluruh pihak, baik pemerintah (Pusat dan Daerah) maupun non
pemerintah secara sinergis, dalam bentuk program/kegiatan maupun anggaran. Sisi
substantif maupun administratif merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam
pelaksanaan TPB. Aspek substantif mencakup bagaimana ke-17 Tujuan dakam TPB
dapat dicapai sesuai target yang ditentukan dan dilaksanakan melalui
program/kegiatan pemerintah maupun non pemerintah, serta bagaimana mendorong
pelibatan seluruh aktor untuk melakukan upaya terobosan dan inovatif dalam
pencapaian target TPB. Sementara itu, aspek administratif adalah sejauhmana
kontribusi seluruh pihak dalam melaporkan capaian kinerja pelaksanaan TPB kepada
Pemerintah Provinsi serta bagaimana upaya internalisasi TPB ke dalam penyusunan
perencanaan pembangunan daerah dan melakukan pemantauan, pengendalian serta
evaluasi.

A. METODE PENGUKURAN DAN PENILAIAN KINERJA TPB

Instrumen yang terdapat dalam pengukuran, penentuan dan penilaian kinerja TPB
di Jawa Tengah tahun 2021, meliputi: (1) Jumlah total indikator TPB Jawa Tengah; (2)
Kriteria penilaian capaian indikator TPB; dan (3) Status capaian indikator TPB.
Mempertimbangkan pada kelengkapan dan kesesuaian substansi, maka metode
pengukuran dan penilaian kinerja TPB yang termuat dalam Laporan Tahun 2021 ini
mengadopsi hal yang sama seperti yang termuat dalam Laporan Tahun 2020.
Perubahan hanya terdapat pada status capaian indikator, yang mana menyesuaikan
dengan dinamika kebijakan dari Pemerintah Pusat.

Keterangan: *) Data tidak tersedia pada capaian kinerja indikator (Matrik 1), namun terdapat dukungan
pelaksanaan program kegiatan (Matrik 2)
Gambar 38. Indikator TPB Jawa Tengah Tahun 2020 dan Tahun 2021

Indikator TPB Jawa Tengah pada tahun 2020 maupun 2021 terdiri dari 93 target
dan 251 indikator. Pada tahun 2021, data tersedia sebanyak 202 indikator, terdiri dari
196 indikator merupakan kewenangan Provinsi dan 6 indikator merupakan
kewenangan Pusat. Sedangkan data yang tidak tersedia (terdiri dari data belum rilis

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 158


dan data NA) sebanyak 49 indikator. Capaian ini cenderung lebih baik dibandingkan
capaian keterisian data pada tahun sebelumnya.

Gambar 39. Metode Kriteria Penilaian Status Capaian TPB Jawa Tengah Tahun 2020 dan
Tahun 2021

Terdapat perubahan metode kriteria penilaian status capaian TPB Jawa Tengah
antara tahun 2020 dan tahun 2021. Perubahan metode ini dilakukan berdasarkan hasil
evaluasi penilaian pelaksanaan TPB sebelumnya, yaitu tidak hanya membandingkan
antar target dengan realisasi, namun melihat pula tren realisasi dari baseline hingga
tahun berjalan. Selain itu, perubahan juga terjadi pada warna simbol status capaian
yang menyesuaikan dengan simbolisasi status capaian yang dilakukan oleh
Pemerintah Pusat.

Gambar 40. Perubahan Status Capaian TPB Jawa Tengah Tahun 2020 dan Tahun 2021

Terdapat perubahan cukup signifikan pada hasil ringkasan status pencapaian TPB
Tahun 2020 dan 2021. Tahun 2020 sebanyak 29,67 persen indikator TPB telah tercapai,
tetapi pada tahun 2021 menurun menjadi 22,96 persen. Hal ini terjadi karena di tahun
2021 ada beberapa indikator TPB tanpa target dengan tren realisasi membaik
dikategorikan ke dalam status akan tercapai.
Tahun 2021, indikator TPB yang belum tercapai menunjukkan kenaikan angka yang
cukup signifikan dari tahun sebelumnya yaitu 31,64 persen dari total indikator TPB yang
tersedia data. Kondisi ini selain dipengaruhi oleh perubahan metode kriteria penilaian
status capaian, juga disebabkan dampak pandemi Covid-19.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 159


B. HASIL KINERJA ADMINISTRATIF

Pelaksanaan TPB di Jawa Tengah didukung oleh berbagai unsur pelaksana,


termasuk unsur pemerintah dan non pemerintah. Dari 46 OPD di Provinsi Jawa Tengah,
terdapat 33 OPD yang memiliki kontribusi langsung dalam pelaksanaan TPB. Selain itu
juga terdapat 13 instansi vertikal termasuk BPS. Dari segi non pemerintah, terdapat 25
organisasi non pemerintah maupun swasta di Jawa Tengah yang mendukung
pelaksanaan TPB melalui program kegiatan dan anggaran.
Pencapaian TPB Jawa Tengah tidak lepas dari dukungan Kabupaten/Kota. Secara
administratif, Pemerintah Kabupaten/Kota tidak diwajibkan menyusun dokumen
Rencana Aksi Daerah (RAD) TPB maupun Laporan Pencapaian TPB. Namun demikian
kontribusi Kabupaten/Kota kepada Provinsi dalam implementasi TPB mutlak
diperlukan, sebagai bentuk komitmen dukungan pelaksanaan dan pencapaian TPB.
Selain melaksanakan program kegiatan pembangunan yang sinergi dengan
pencapaian TPB, Pemerintah Kabupaten/Kota wajib melaporkan pelaksanaan TPB di
Kabupaten/Kota kepada Pemerintah Provinsi. Data berikut menunjukkan seberapa
besar kemampuan Kabupaten/Kota dalam menyediakan data TPB melalui tingkat
keterisian indikator TPB dalam Matrik 1 (Matrik Capaian Indikator TPB).
Tabel 7. Tingkat Keterisian Indikator TPB Kabupaten/Kota terhadap Indikator TPB Jawa
Tengah Tahun 2020-2021
TINGKAT KETERISIAN INDIKATOR TPB
2019 2020 2021
% % %
NO KAB/KOTA
Jumlah terhadap Jumlah terhadap Jumlah terhadap
Indikator indikator Indikator indikator Indikator indikator
TPB Prov TPB Prov TPB Prov
TOTAL INDIKATOR PROVINSI 264 251 251
1 KAB CILACAP 53 20,08 7 2,79 137 54,58
2 KAB BANYUMAS 101 38,26 100 39,84 87 34,66
3 KAB PURBALINGGA 136 51,52 112 44,62 111 44,22
4 KAB BANJARNEGARA 84 31,82 79 31,47 87 34,66
5 KAN KEBUMEN 86 32,58 136 54,18 115 45,82
6 KAB PURWOREJO 141 53,41 112 44,62 134 53,39
7 KAB WONOSOBO 98 37,12 95 37,85 93 37,05
8 KAB MAGELANG 90 34,09 76 30,28 79 31,47
9 KAB BOYOLALI 104 39,39 112 44,62 40 15,94
10 KAB KLATEN 128 48,48 115 45,82 122 48,61
11 KAB SUKOHARJO 106 40,15 90 35,86 81 32,27
12 KAB WONOGIRI 135 51,14 130 51,79 124 49,4
13 KAB KARANGANYAR 169 64,02 135 53,78 109 43,43
14 KAB SRAGEN 180 68,18 175 69,72 143 56,97
15 KAB GROBOGAN 79 29,92 76 30,28 67 26,69
16 KAB BLORA 113 42,80 113 45,02 65 25,9
17 KAB REMBANG 91 34,47 80 31,87 99 39,44
18 KAB PATI 77 29,17 84 33,47 85 33,86
19 KAB KUDUS 71 26,89 73 29,08 23 9,16
20 KAB JEPARA 128 48,48 108 43,03 130 51,79
21 KAB DEMAK 117 44,32 125 49,80 106 42,23
22 KAB SEMARANG 110 41,67 106 42,23 80 31,87
23 KAB TEMANGGUNG 86 32,58 93 37,05 98 39,04

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 160


TINGKAT KETERISIAN INDIKATOR TPB
2019 2020 2021
% % %
NO KAB/KOTA
Jumlah terhadap Jumlah terhadap Jumlah terhadap
Indikator indikator Indikator indikator Indikator indikator
TPB Prov TPB Prov TPB Prov
24 KAB KENDAL 66 25,00 65 25,90 27 10,76
25 KAB BATANG 56 21,21 47 18,73 80 31,87
26 KAB PEKALONGAN 93 35,23 101 40,24 50 19,92
27 KAB PEMALANG 113 42,80 84 33,47 96 38,25
28 KAB BREBES 43 16,29 19 7,57 59 23,51
29 KAB TEGAL 77 29,17 65 25,90 119 47,41
30 KOTA MAGELANG 141 53,41 124 49,40 85 33,86
31 KOTA SURAKARTA 91 34,47 91 36,25 81 32,27
32 KOTA SALATIGA 122 46,21 102 40,64 92 36,65
33 KOTA SEMARANG 25 9,47 29 11,55 74 29,48
34 KOTA PEKALONGAN 94 35,61 94 37,45 99 39,44
35 KOTA TEGAL 138 52,27 148 58,96 129 51,39
RERATA TINGKAT KETERISIAN - 38,33 - 37,58 - 34,52
*) Keterangan: Data diambil per Agustus 2022

Berdasarkan tabel di atas, dari 35 Kabupaten/Kota, terdapat 19 Kabupaten/Kota


mengalami penurunan keterisian indikator, 14 Kabupaten/Kota mengalami
peningkatan keterisian indikator dan 2 Kabupaten/Kota yang belum menyampaikan
data pengisian matrik 1. Apabila dihitung reratanya, maka terdapat penurunan
kemampuan penyediaan data TPB Kabupaten/Kota, yaitu dari 37,58 persen (tahun
2020) menjadi 34,52 persen pada tahun 2021. Hal ini dipengaruhi adanya penyesuaian
indikator yang masih bersifat proxy pada matrik 1 masing-masing Kabupaten/Kota.
Kabupaten Sragen menjadi kabupaten yang konsisten mampu memenuhi
ketersediaan data paling baik dibandingkan Kabupaten/Kota lainnya. Pada tahun 2021,
Kabupaten Sragen memberikan dukungan terhadap indikator TPB sebesar 56,97
persen. Sedangkan Kabupaten Kudus berkontribusi paling sedikit untuk dukungan
terhadap indikator TPB sebesar 9,16 persen.
70
2020 2021

60

50

40

30

20

10

Gambar 41. Grafik Persentase Indikator TPB Kabupaten/Kota terhadap Indikator TPB Provinsi
Tahun 2020 dan Tahun 2021

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 161


C. HASIL KINERJA SUBSTANTIF

Kinerja substantif ditunjukkan melalui pencapaian target indikator TPB yang diukur
dengan menggunakan metode kriteria penilaian status capaian yang telah ditetapkan
(Gambar 38). Indikator TPB dengan pencapaian terbanyak berada pada Pilar Sosial,
disusul Pilar Ekonomi, Pilar Lingkungan dan Pilar Hukum Tata Kelola. Hal ini
menunjukkan bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mempunyai prioritas terhadap
upaya peningkatan kesejahteraan sosial dan kualitas SDM. Selain itu, Pilar Sosial juga
merupakan pilar yang memiliki indikator belum tersedia data terbanyak dibandingkan
Pilar Ekonomi, Lingkungan dan Hukum Tata Kelola.

Rekapitulasi Capaian Per Pilar

33
30

24 25
22
19
16 15
14
12 11
7 7 6
5 5

PILAR SOSIAL PILAR PILAR PILAR HUKUM


EKONOMI LINGKUNGAN TATA KELOLA

TERCAPAI MEMBAIK/AKAN TERCAPAI TIDAK TERCAPAI BELUM ADA DATA

Gambar 42. Rekapitulasi Capaian Indikator TPB Jawa Tengah Tahun 2021 per Pilar

Berdasarkan capaian indikator pada masing-masing Tujuan, diketahui Goal 2:


Tanpa Kelaparan dan Goal 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera menjadi Goal yang
memiliki indikator dengan status capaian hijau (tercapai) dan merah (memerlukan
perhatian khusus) paling banyak dibandingkan 16 Goal lainnya. Sedangkan indikator
dengan status capaian membaik/akan tercapai paling banyak berada pada Goal 6: Air
Bersih dan Sanitasi Layak.

Tingkat Capaian Indikator TPB Per Goal


100.0
90.0
80.0
70.0
60.0
50.0
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
TERCAPAI 17.6 33.3 23.5 21.4 25.0 8.7 75.0 0.0 8.3 28.6 40.0 0.0 66.7 66.7 50.0 22.7 11.1
MEMBAIK 52.9 33.3 32.4 57.1 25.0 78.3 25.0 46.7 58.3 42.9 26.7 100. 0.0 0.0 0.0 50.0 66.7
BELUM TERCAPAI 29.4 33.3 44.1 21.4 50.0 13.0 0.0 53.3 33.3 28.6 33.3 0.0 33.3 33.3 50.0 27.3 22.2

Gambar 43. Rekapitulasi Capaian Indikator TPB Jawa Tengah Tahun 2021 per Goal

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 162


Tantangan bagi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk mendorong ketersediaan
data TPB di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota serta melakukan
inovasi/terobosan dalam program/kegiatan pembangunan di Jawa Tengah dalam
rangka pencapaian target TPB. Ketidaktersediaan data TPB salah satunya disebabkan
adanya pembatasan kewenangan dalam penyelenggaraan pembangunan. Data-data
TPB yang merupakan kewenangan Pusat namun mempunyai lokus sasaran di Jawa
Tengah tidak tersedia secara optimal. Namun demikian, terdapat dukungan
Pemerintah Provinsi untuk pencapaian target TPB yang merupakan kewenangan
pusat melalui pelaksanaan program/kegiatan OPD sesuai kewenangan.
Selain itu, dukungan pembiayaan pembangunan baik dari pemerintah maupun
non pemerintah dalam upaya pencapaian target TPB di Jawa Tengah, sebagaimana
ditunjukkan pada Tabel 8.
Tabel 8. Anggaran Pemerintah dan Non Pemerintah dalam Mendukung Pencapaian TPB di
Jawa Tengah Tahun 2019-2021
PEMERINTAH NON PEMERINTAH
TUJUAN 2019 2020 2021
2019 (Rp 000) 2020 (Rp 000) 2021 (Rp 000)
(Rp 000) (Rp 000) (Rp 000)
1 1.278.458.838 2.088.469.234 12.451.109.436 9.324.621 11.449.340 4.895.000
2 121.296.034 91.599.326 69.391.656 - - -
3 230.584.224 984.719.009 333.265.643 6.579.361 2.668.350 346.000
4 1.415.052.458 1.706.502.863 3.599.557.086 1.675.025 81.620 0
5 1.459.930.190 1.551.014.957 3.227.543.848 2.407.426 901.479 873.484
6 132.446.410 50.890.011 848.965.321 550.000 551.500
7 18.914.571 15.122.122 26.515.430 - - -
8 45.026.747 19.105.652 28.001.906 33.557.495 30.792.986 31.822.183
9 301.695.563 111.952.577 155.269.933 - - -
10 119.355.179 154.285.300 4.329.446.488 256.000 -
11 107.241.477 92.320.852 233.871.544 25.000 25.000 0
12 14.628.091 5.438.164 2.193.135 13.000 39.620 0
13 3.374.037 1.929.193 1.439.027 - - -
14 23.426.304 50.929.064 33.700.795 - - -
15 62.001.317 31.678.510 105.122.628 - - -
16 84.091.476 46.417.301 53.460.433 160.000 160.000 0
17 14.439.465.463 13.174.237.472 14.698.804.841 - - -
JUMLAH 19.856.988.380 20.176.611.607 40.197.659.160 54.547.928 46.669.895 37.936.667

Keterangan :
- = tidak ada dukungan non pemerintah pada Tujuan tersebut
0 = Instansi terkait belum menyampaikan data

Total dukungan anggaran pemerintah terhadap pencapaian TPB di Jawa Tengah


pada tahun 2021 sebesar Rp. 40,19 triliun lebih besar dibandingkan tahun 2020 sebesar
Rp. 20,17 triliun. Peningkatan anggaran terbesar antara lain Goal 1: Menghilangkan
Kemiskinan; Goal 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, Goal 4: Pendidikan Berkualitas
serta Goal 10: Menurunkan Ketimpangan dan Kesenjangan.
Pencatatan anggaran TPB terbesar pada Goal 17: Kemitraan untuk Mencapai
Tujuan, hal ini dikarenakan adanya pajak daerah sebagai penyumbang terbesar.
Dukungan anggaran terbesar dari pemerintah terdapat pada Goal 3: Kehidupan Sehat
dan Sejahtera, yang didukung langsung oleh OPD yaitu Dinas Kesehatan, DP3AKB,
Dinporapar, Bakesbanglinmas dan Satpol PP serta instansi vertikal yaitu BPS, BNN,
Polda, BKKBN dan BPJS. Adapun pada Goal 6 terjadi peningkatan anggaran yang
signifikan dikarenakan terdapat proyek pembangunan SPAM Regional.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 163


Namun kondisi berbeda ditunjukkan pada dukungan anggaran non pemerintah
yang mengalami penurunan dari Rp. 46,66 miliar tahun 2020 menjadi Rp. 37,93 miliar
tahun 2021. Kontribusi terbesar diberikan pada upaya pencapaian Goal 8: Pekerjaan
Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, yang mana sebagian besar diarahkan pada ekonomi
produktif dalam rangka pengembangan usaha mikro menengah melalui program
pendidikan pelatihan ketenagakerjaan dan pembentukan LSP, dengan pelaksanaan
kegiatan secara online maupun offline.
Sedangkan dukungan pelaksanaan TPB oleh Pemerintah Kabupaten/Kota melalui
program/kegiatan dan penganggaran diperoleh dari Matrik 2 (Program/Kegiatan dan
Anggaran TPB), yang disajikan pada Tabel 10. Pada tahun 2021, terdapat peningkatan
realisasi anggaran Pemerintah Kabupaten/Kota dalam Pelaksanaan TPB, dari 10,12
triliun (tahun 2020) menjadi 16,69 triliun.
Tabel 9. Anggaran Pemerintah Kabupaten/Kota dalam Mendukung Pencapaian TPB di
Jawa Tengah Tahun 2019-2021
REALISASI ANGGARAN (Rp.000)
NO KAB/KOTA 2021
2019 2020

1 KAB CILACAP 375.119.757,00 427.825.825,00 386.579.605.13


2 KAB BANYUMAS 343.081.230,00 592.057.476,02 1.659.921.624,02
3 KAB PURBALINGGA 661.495.612,40 397.755.995,45 359.327.707,13
4 KAB BANJARNEGARA 18.049.528,35 45.370.293,14 25.009.234,64
5 KAB KEBUMEN 101.531.041,00 193.005.426,00 831.579.269,03
6 KAB PURWOREJO 453.595.664,00 672.303.598,00 513.798.835,48
7 KAB WONOSOBO 361.560.736,00 189.670.635,00 629.404.933,58
8 KAB MAGELANG 201.731.987,44 57.770.315,17 224.309.885,91
9 KAB BOYOLALI 36.257.646,00 26.405.546,00 96.099.633,50
10 KAB KLATEN 586.984.384,00 449.572.232,00 102.540.040,59
11 KAB SUKOHARJO 397.503.614,00 493.042.056,00 688.878.724,56
12 KAB WONOGIRI 636.597.607,06 161.633.291,80 1.581.462.190,32
13 KAB KARANGANYAR 129.361.164,22 147.750.658,37 302.139.109,84
14 KAB SRAGEN 415.043.828,00 472.613.173,00 177.463.098,89
15 KAB GROBOGAN 207.790.269,68 268.232.586,91 248.804.852,07
16 KAB BLORA 306.266.939,00 261.654.726,00 1.975.733.223,69
17 KAB REMBANG 930.862,00 6.107.503,00 117.996.927,47
18 KAB PATI 411.974.065,78 147.861.471,85 243.040.133,44
19 KAB KUDUS 45.944.007,41 34.100.048,77 87.429.124,33
20 KAB JEPARA 1.087.279.804,00 950.838.193,00 612.859.780,98
21 KAB DEMAK 280.090.405,02 585.802.153,34 217.981.202,04
22 KAB SEMARANG 371.873.288,00 308.988.501,00 2.137.300.031,44
23 KAB TEMANGGUNG 542.719.902,90 759.380.724,10 411.339.126,94
24 KAB KENDAL 379.459.127,00 144.555.303,00 217.405.970,80
25 KAB BATANG 173.161.589,56 84.461.308,53 116.939.778,04
26 KAB PEKALONGAN 532.281.563,00 459.979.024,00 353.039.873,67
27 KAB PEMALANG 541.916.218,20 229.044.587,00 1.808.670.145,41
28 KAB BREBES 11.847.061,00 11.265.879,00 540.498.856,60
29 KAB TEGAL 320.687.842,00 258.568.164,00 400.353.975,51
30 KOTA MAGELANG 107.976.351,96 85.877.346,24 5.586.862,00
31 KOTA SURAKARTA 83.586.334,00 94.117.422,00 65.826.763,26

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 164


REALISASI ANGGARAN (Rp.000)
NO KAB/KOTA 2021
2019 2020

32 KOTA SALATIGA 347.156.128,00 257.280.062,00 258.913.983,08


33 KOTA SEMARANG 1.677.649.096,00 NA 4.808.029,67
34 KOTA PEKALONGAN 188.640.476,23 150.880.631,94 42.151.214,43
35 KOTA TEGAL 925.872.125,00 517.467.033,00 NA
TOTAL 13.438.794.129,19 10.124.408.613,62 16.698.849.036,01
*) Keterangan: Data diambil per Agustus 2022

Dukungan penganggaran terbesar untuk pelaksanaan TPB pada tahun 2020


dilakukan oleh Kabupaten Jepara sebesar Rp. 950,83 miliar, disusul Kabupaten
Temanggung (Rp. 759,38 miliar) dan Kabupaten Purworejo (Rp. 672,3 miliar).
Sementara pada tahun 2021, dukungan anggaran terbesar dilakukan oleh Kabupaten
Semarang sebesar Rp. 2,13 triliun, disusul Kabupaten Blora (Rp. 1,97 triliun) dan
Kabupaten Pemalang (Rp. 1,80 triliun). Perhatian khusus diberikan kepada Kabupaten
Banjarnegara yang dalam kurun waktu tiga tahun memiliki dukungan penganggaran
pencapaian TPB lebih rendah dibandingkan Kabupaten/Kota lainnya.

D. RENCANA TINDAK LANJUT

Memperhatikan hasil kinerja administratif dan substantif pelaksanaan TPB di Jawa


Tengah, maka beberapa hal masih perlu menjadi perhatian bersama seluruh
pemangku kepentingan (Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi, Organisasi Sosial
Masyarakat dan Filantropi) sebagai rencana tindak lanjut ke depan, yaitu:
1) Melakukan kembali sosialisasi dan diseminasi kepada seluruh pemangku
kepentingan bahwa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) merupakan sebuah
“Gerakan Bersama”.
2) Memberikan pemahaman secara terus menerus kepada seluruh pemangku
kepentingan bahwa pelaksanaan pembangunan harus berorientasi kepada Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (TPB).
3) Meningkatkan kapasitas aparatur pemerintah dalam memahami TPB secara
umum beserta indikator dan metadatanya sehingga dapat terinternalisasi ke
dalam penyusunan kebijakan, rencana dan program.
4) Mendorong kepada OPD dan Kabupaten/Kota untuk mengarusutamakan TPB ke
dalam penyusunan dokumen perencanaan pembangunan jangka Panjang,
menengah dan tahunan.
5) Mendorong kepada seluruh pemangku kepentingan terutama pemerintah Provinsi
dan Kabupaten/Kota untuk mencari upaya terobosan dan inovatif dalam rangka
percepatan pencapaian target sasaran TPB.
6) Melakukan instrumentasi dan standarisasi indikator TPB dalam rangka pelokalan
TPB di Jawa Tengah melalui kerjasama dengan Perguruan Tinggi sebagai mitra
Pemerintah.
7) Memperkuat peran forum Non State Actor (NSA) sebagai jejaring kemitraan dalam
pelaksanaan TPB.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 165


Daftar Pustaka
Tujuan 1: Tanpa Kemiskinan

(BAPPENAS) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2017. Metadata Indikator Tujuan


Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development Goals (SDGs) Indonesia:
PIlar Pembangunan Sosial.
(BPS) Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. Laporan Survei Sosial Ekonomi Tahun 2020-
2021 Jawa Tengah.
(BPJS) Badan Penyelanggara Jaminan Sosial Kesehatan. 2021. Laporan Peserta Program Jaminan
Kesehatan Wilayah Jateng dan DIY. BPJS Ketenagakerjaan. Retrieved from http://bpjs-
kesehatan.go.id/
(BPJS) Badan Penyelanggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan. 2021. Laporan Peserta Program
Jaminan Ketenagakerjaan Wilayah Jateng dan DIY. BPJS Ketenagakerjaan. Retrieved from
http://bpjs-ketenagakerjaan.go.id/
(BPBD) Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jawa Tengah. Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban Urusan Ketentraman, Ketertiban Umum dan Linmas Tahun 2021.
Dinas Sosial. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Urusan Sosial Pemerintah Daerah
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2021. Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah. Retrieved from
https://dinsos.jatengprov.go.id/detail_informasi/informasi-
berkala/LKPJ_Urusan_Sosial_Penyelenggaraan_Pemerintah_Daerah/128
Dinas Sosial. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2021. Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah.
Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) 2018-2023.
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 62 Tahun 2019 tentang Rencana Aksi Daerah Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/SDGs Provinsi Jawa Tengah 2019-2023.
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 26 Tahun 2021 tentang Rencana Kerja Pemerintah
Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2022.

Tujuan 2: Tanpa Kelaparan

(BAPPENAS) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2017. Metadata Indikator Tujuan


Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development Goals (SDGs) Indonesia:
PIlar Pembangunan Sosial.
(BKKBN) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Jawa Tengah. Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2021.
(BPS) Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. Laporan Survei Sosial Ekonomi Tahun 2020-
2021 Jawa Tengah.
(BPS) Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. Laporan Survei Angkatan Kerja Nasional
(Sakernas) Tahun 2020-2021 Jawa Tengah.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Urusan
Kesehatan Tahun 2021.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Buku Saku Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2021.
Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban
Urusan Pangan Tahun 2021.
Kementerian Kesehatan. Laporan Riset Kesehatan Dasar (Provinsi) Tahun 2018.
Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) 2018-2023.
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 62 Tahun 2019 tentang Rencana Aksi Daerah Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/SDGs Provinsi Jawa Tengah 2019-2023.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 166


Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 26 Tahun 2021 tentang Rencana Kerja Pemerintah
Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2022.

Tujuan 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera

(BAPPENAS) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2017. Metadata Indikator Tujuan


Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development Goals (SDGs) Indonesia:
PIlar Pembangunan Sosial.
(BKKBN) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Jawa Tengah. Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2021.
(BNN) Badan Nasional Narkotika. Laporan Kinerja BNN Tahun 2021.
(BPS) Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. Laporan Survei Sosial Ekonomi Tahun 2020-
2021 Jawa Tengah.
(BPJS) Badan Penyelanggara Jaminan Sosial Kesehatan. 2021. Laporan Peserta Program Jaminan
Kesehatan Wilayah Jateng dan DIY. BPJS Ketenagakerjaan. Retrieved from http://bpjs-
kesehatan.go.id/
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Urusan
Kesehatan Tahun 2021.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Buku Saku Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2021.
(DP3AP2KB) Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan
Keluarga Berencana Provinsi Jawa Tengah. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban
Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Tahun 2021.
Polda Jawa Tengah. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Urusan Ketentraman, Ketertiban
Umum dan Linmas Tahun 2021.
Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) 2018-2023.
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 62 Tahun 2019 tentang Rencana Aksi Daerah Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/SDGs Provinsi Jawa Tengah 2019-2023.
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 26 Tahun 2021 tentang Rencana Kerja Pemerintah
Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2022.

Tujuan 4: Pendidikan Berkualitas

(BAPPENAS) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2017. Metadata Indikator Tujuan


Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development Goals (SDGs) Indonesia:
PIlar Pembangunan Sosial.
(BPS) Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. Laporan Survei Sosial Ekonomi Tahun 2020-
2021 Jawa Tengah.
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Urusan
Pendidikan Tahun 2021.
Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) 2018-2023.
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 62 Tahun 2019 tentang Rencana Aksi Daerah Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/SDGs Provinsi Jawa Tengah 2019-2023.
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 26 Tahun 2021 tentang Rencana Kerja Pemerintah
Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2022.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 167


Tujuan 5: Kesetaraan Gender

(BAPPENAS) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2017. Metadata Indikator Tujuan


Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development Goals (SDGs) Indonesia:
PIlar Pembangunan Sosial.
(BPS) Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. Laporan Survei Sosial Ekonomi Tahun 2020-
2021 Jawa Tengah.
(BPS) Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. Laporan Survei Angkatan Kerja Nasional
(Sakernas) Tahun 2020-2021 Jawa Tengah.
(DP3AP2KB) Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan
Keluarga Berencana Provinsi Jawa Tengah. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban
Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Tahun 2021.
(DP3AP2KB) Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan
Keluarga Berencana Provinsi Jawa Tengah. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban
Urusan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Tahun 2021.
Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) 2018-2023.
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 62 Tahun 2019 tentang Rencana Aksi Daerah Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/SDGs Provinsi Jawa Tengah 2019-2023.
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 26 Tahun 2021 tentang Rencana Kerja Pemerintah
Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2022.

Tujuan 6: Air Bersih dan Sanitasi Layak

(BAPPENAS) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2017. Metadata Indikator Tujuan


Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development Goals (SDGs) Indonesia:
PIlar Pembangunan Lingkungan.
(BPS) Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. Laporan Survei Sosial Ekonomi Tahun 2020-
2021 Jawa Tengah.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Urusan
Kesehatan Tahun 2021.
(DPU BMCK) Dinas Pekerjaan Umum, Bina Marga dan Cipta Karya Provinsi Jawa Tengah. Laporan
Keterangan Pertanggungjawaban Urusan Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
Tahun 2021.
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah. Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban Urusan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2021.
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah. Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban Urusan Lingkungan Hidup Tahun 2021.
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah. Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban Urusan Kehutanan Tahun 2021.
(Dinas PUSDATARU) Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan Penataan Ruang Provinsi Jawa
Tengah. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Urusan Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang Tahun 2021.
Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) 2018-2023.
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 62 Tahun 2019 tentang Rencana Aksi Daerah Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/SDGs Provinsi Jawa Tengah 2019-2023.
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 26 Tahun 2021 tentang Rencana Kerja Pemerintah
Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2022.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 168


Tujuan 7: Energi Bersih dan Terjangkau

(BAPPENAS) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2017. Metadata Indikator Tujuan


Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development Goals (SDGs) Indonesia:
PIlar Pembangunan Ekonomi.
(BPS) Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. Laporan Survei Sosial Ekonomi Tahun 2020-
2021 Jawa Tengah.
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah. Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban Urusan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2021.
Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) 2018-2023.
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 62 Tahun 2019 tentang Rencana Aksi Daerah Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/SDGs Provinsi Jawa Tengah 2019-2023.
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 26 Tahun 2021 tentang Rencana Kerja Pemerintah
Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2022.

Tujuan 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi

(BAPPENAS) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2017. Metadata Indikator Tujuan


Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development Goals (SDGs) Indonesia:
PIlar Pembangunan Ekonomi.
(BPS) Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. Laporan Survei Sosial Ekonomi Tahun 2020-
2021 Jawa Tengah.
(BPS) Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. Profil Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2021.
(BPS) Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. Statistik Pariwisata Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2021.
Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Urusan
Pariwisata Tahun 2021.
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah. Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban Urusan Tenaga Kerja Tahun 2021.
Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) 2018-2023.
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 62 Tahun 2019 tentang Rencana Aksi Daerah Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/SDGs Provinsi Jawa Tengah 2019-2023.
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 26 Tahun 2021 tentang Rencana Kerja Pemerintah
Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2022.

Tujuan 9: Industri, Inovasi dan Infastruktur

(BAPPENAS) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2017. Metadata Indikator Tujuan


Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development Goals (SDGs) Indonesia:
PIlar Pembangunan Ekonomi.
(BPS) Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. Laporan Survei Sosial Ekonomi Tahun 2020-
2021 Jawa Tengah.
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah. Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban Urusan Kehutanan Tahun 2021.
(DPU BMCK) Dinas Pekerjaan Umum, Bina Marga dan Cipta Karya Provinsi Jawa Tengah. Laporan
Keterangan Pertanggungjawaban Urusan Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
Tahun 2021.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 169


Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Tengah. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Urusan
Perhubungan Tahun 2021.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah. Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban Urusan Perindustrian Tahun 2021.
Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) 2018-2023.
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 62 Tahun 2019 tentang Rencana Aksi Daerah Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/SDGs Provinsi Jawa Tengah 2019-2023.
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 26 Tahun 2021 tentang Rencana Kerja Pemerintah
Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2022.

Tujuan 10: Berkurangnya Kesenjangan

(BAPPENAS) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2017. Metadata Indikator Tujuan


Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development Goals (SDGs) Indonesia:
PIlar Pembangunan Ekonomi.
(BPS) Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. Laporan Survei Sosial Ekonomi Tahun 2020-
2021 Jawa Tengah.
(BPJS) Badan Penyelanggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan. 2021. Laporan Peserta Program
Jaminan Ketenagakerjaan Wilayah Jateng dan DIY. BPJS Ketenagakerjaan. Retrieved from
http://bpjs-ketenagakerjaan.go.id/
(DP3AP2KB) Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan
Keluarga Berencana Provinsi Jawa Tengah. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban
Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Tahun 2021.
Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Laporan
Keterangan Pertanggungjawaban Urusan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Tahun 2021.
Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Laporan
Keterangan Pertanggungjawaban Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Tahun
2021.
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah. Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban Urusan Transmigrasi Tahun 2021.
Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) 2018-2023.
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 62 Tahun 2019 tentang Rencana Aksi Daerah Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/SDGs Provinsi Jawa Tengah 2019-2023.
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 26 Tahun 2021 tentang Rencana Kerja Pemerintah
Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2022.

Tujuan 11: Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan

(BAPPENAS) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2017. Metadata Indikator Tujuan


Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development Goals (SDGs) Indonesia:
PIlar Pembangunan Lingkungan
(BPS) Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. Laporan Survei Sosial Ekonomi Tahun 2020-
2021 Jawa Tengah.
(BPBD) Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jawa Tengah. Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban Urusan Ketentraman, Ketertiban Umum dan Linmas Tahun 2021.
Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Provinsi Jawa Tengah. Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban UrusanPerumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Tahun 2021.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 170


Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Tengah. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Urusan
Perhubungan Tahun 2021.
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah. Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban Urusan Lingkungan Hidup Tahun 2021.
Polda Jawa Tengah. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Urusan Ketentraman, Ketertiban
Umum dan Linmas Tahun 2021.
Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) 2018-2023.
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 62 Tahun 2019 tentang Rencana Aksi Daerah Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/SDGs Provinsi Jawa Tengah 2019-2023.
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 26 Tahun 2021 tentang Rencana Kerja Pemerintah
Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2022.

Tujuan 12: Konsumsi dan Produksi yang Bertanggungjawab

(BAPPENAS) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2017. Metadata Indikator Tujuan


Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development Goals (SDGs) Indonesia:
PIlar Pembangunan Lingkungan
(BPS) Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. Laporan Survei Sosial Ekonomi Tahun 2020-
2021 Jawa Tengah.
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah. Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban Urusan Lingkungan Hidup Tahun 2021.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah. Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban Urusan Perindustrian Tahun 2021.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah. Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban Urusan Perdagangan Tahun 2021.
Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) 2018-2023.
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 62 Tahun 2019 tentang Rencana Aksi Daerah Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/SDGs Provinsi Jawa Tengah 2019-2023.
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 26 Tahun 2021 tentang Rencana Kerja Pemerintah
Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2022.

Tujuan 13: Penanganan Perubahan Iklim

(BAPPENAS) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2017. Metadata Indikator Tujuan


Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development Goals (SDGs) Indonesia:
PIlar Pembangunan Lingkungan.
(BPBD) Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jawa Tengah. Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban Urusan Ketentraman, Ketertiban Umum dan Linmas Tahun 2021.
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah. Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban Urusan Lingkungan Hidup Tahun 2021.
Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) 2018-2023.
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 62 Tahun 2019 tentang Rencana Aksi Daerah Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/SDGs Provinsi Jawa Tengah 2019-2023.
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 26 Tahun 2021 tentang Rencana Kerja Pemerintah
Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2022.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 171


Tujuan 14: Ekosistem Lautan

(BAPPENAS) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2017. Metadata Indikator Tujuan


Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development Goals (SDGs) Indonesia:
PIlar Pembangunan Lingkungan.
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban
Urusan Kelautan dan Perikanan Tahun 2021.
Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) 2018-2023.
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 62 Tahun 2019 tentang Rencana Aksi Daerah Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/SDGs Provinsi Jawa Tengah 2019-2023.
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 26 Tahun 2021 tentang Rencana Kerja Pemerintah
Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2022.

Tujuan 15: Ekosistem Daratan

(BAPPENAS) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2017. Metadata Indikator Tujuan


Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development Goals (SDGs) Indonesia:
PIlar Pembangunan Lingkungan.
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah. Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban Urusan Kehutanan Tahun 2021.
Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) 2018-2023.
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 62 Tahun 2019 tentang Rencana Aksi Daerah Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/SDGs Provinsi Jawa Tengah 2019-2023.
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 26 Tahun 2021 tentang Rencana Kerja Pemerintah
Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2022.

Tujuan 16: Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh

(BAPPENAS) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2017. Metadata Indikator Tujuan


Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development Goals (SDGs) Indonesia:
PIlar Pembangunan Hukum dan Tata Kelola.
(BPS) Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. Laporan Survei Sosial Ekonomi Tahun 2020-
2021 Jawa Tengah.
Biro Organisasi Sekretariat Daerah. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Urusan
Pemerintahan Tahun 2021.
(DP3AP2KB) Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan
Keluarga Berencana Provinsi Jawa Tengah. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban
Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Tahun 2021.
Komisi Informasi Provinsi Jawa Tengah. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Urusan
Komunikasi dan Informatika Tahun 2021.
Polda Jawa Tengah. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Urusan Ketentraman, Ketertiban
Umum dan Linmas Tahun 2021.
Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) 2018-2023.
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 62 Tahun 2019 tentang Rencana Aksi Daerah Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/SDGs Provinsi Jawa Tengah 2019-2023.
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 26 Tahun 2021 tentang Rencana Kerja Pemerintah
Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2022.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 172


Tujuan 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan

(BAPPENAS) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2017. Metadata Indikator Tujuan


Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development Goals (SDGs) Indonesia:
PIlar Pembangunan Ekonomi.
(BPS) Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. Laporan Survei Sosial Ekonomi Tahun 2020-
2021 Jawa Tengah.
(BPS) Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. Laporan Statistika Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2020-2021.
Dinas Komunikasi dan Informasi Provinsi Jawa Tengah. Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban Urusan Komunikasi dan Informatika Tahun 2021.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah. Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban Urusan Perdagangan Tahun 2021.
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Jawa Tengah. Laporan
Keterangan Pertanggungjawaban Urusan Penanaman Modal Tahun 2021.
Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) 2018-2023.
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 62 Tahun 2019 tentang Rencana Aksi Daerah Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/SDGs Provinsi Jawa Tengah 2019-2023.
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 26 Tahun 2021 tentang Rencana Kerja Pemerintah
Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2022.

LAPORAN PENCAPAIAN TPB/SDGS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2021 173

Anda mungkin juga menyukai