ABSTRAK
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu penyakit menular yang dapat dan sering menimbulkan
wabah yang tidak jarang menyebabkan kematian. Berdasarkan data kasus DBD di tahun 2017 kasus DBD
yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tompaso berjumlah 9 kasus, pada tahun 2018 terdapat 8 kasus DBD
di wilayah kerja Puskesmas Tompaso, sedangkan di tahun 2019 sebanyak 36 kasus yang berada di wilayah
kerja Puskesmas Tompaso dan 18 kasus (50% dari total kasus) berasal dari Desa Touure Kecamatan
Tompaso Kabupaten Minahasa. Masih tingginya angka kesakitan dan kematian DBD salah satu faktornya
adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentand DBD dan tindakan masyarakat yang kurang baik
dalam pengendalian vektor DBD berpotensi menjadi factor risiko penularan penyakit DBD. Tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan tindakan masyarakat tentang
pengendalian vektor DBD di desa Touure kecamatan Tompaso tahun 2020. Jenis penelitian yang
digunakan yaitu penelitian survei deskriptif. Sampel penelitian adalah masyarakat desa Touure kecamatan
Tompaso sebanyak 70 masyarakat. Analisis data dilakukan secara deskriptif berdasarkan distribusi
frekwensi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian berupa kuesioner selain itu, penelitian ini
menggunakan alat tulis menulis, komputer/ laptop dan kamera. Data yang diperoleh ditampilkan
menggunakan tabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden paling banyak
terdistribusi pada kategori tidak baik (78,6%), menunjukkan bahwa tindakan responden paling banyak
terdistribusi pada kategori tidak baik (70%).
ABSTRACT
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a contagious disease that can and often causes epidemics that often
cause death. Based on data on dengue cases in 2017 there were 9 cases of dengue fever in the Tompaso
Puskesmas work area, in 2018 there were 8 cases of dengue in the Tompaso Puskesmas work area, while
in 2019 there were 36 cases in the Tompaso Puskesmas work area and 18 cases (50% of the total cases)
came from Touure Village, Tompaso District, Minahasa Regency. The high rate of DHF morbidity and
mortality is one of the factors is the lack of public knowledge about DHF and poor community action in
controlling the DHF vector which is a risk factor for DHF transmission. The research objective was to
describe the knowledge and actions of the community about dengue fever in the village of Touure, Tompaso
District in 2020. The type of research used was descriptive survey research. The research sample was 70
people in Touure village, Tompaso district. Data analysis was carried out descriptively based on frequency
distribution. The instrument used in the research was a questionnaire in addition to that, research using
written stationery, computers / laptops and cameras. Data that can be used using tables. The results showed
that the respondents' knowledge was mostly distributed in the bad category (78.6%), indicating that the
respondent's actions were mostly distributed in the bad category (70%).
tahun 2018 tercatat 307 kasus dan 9 benda-benda yang dapat menjadi genangan
diantaranya meninggal dunia, dan di tahun air tempat perkembangbiakan jentik nyamuk
2019 mencapai 310 kasus dan 2 di antaranya penular DBD yang baik perlu dilakukan
meninggal dunia (Dinkes Kab. Minahasa, secara mandiri, teratur dan
2019). berkesinambungan agar dapat mengurangi
Puskesmas Tompaso merupakan perkembangbiakan jentik nyamuk.
Puskesmas yang membawahi 2 kecamatan kurangnya dukungan dan partisipasi
dengan jumlah penduduk sebanyak 16.320 masyarakat. Partisipasi masyarakat sangat
jiwa. Berdasarkan data kasus DBD di tahun penting dalam upaya pengendalian penyakit
2017 kasus DBD yang ada di wilayah kerja karena masyarakat merupakan garda
Puskesmas Tompaso berjumlah 9 kasus, terdepan dalam pencegahan dan
pada tahun 2018 terdapat 8 kasus DBD di pengendalian penyakit.
wilayah kerja Puskesmas Tompaso, Berdasarkan hasil wawancara
sedangkan di tahun 2019 sebanyak 36 kasus kepada Hukum Tua desa Touure upaya
yang berada di wilayah kerja Puskesmas pengendalian Vektor DBD dilakukan setelah
Tompaso dan 18 kasus (50% dari total mendapati 18 kasus dari desa Touure pada
kasus) berasal dari Desa Touure Kecamatan tahun 2019. Jumlah kasus ini tertinggi di
Tompaso Kabupaten Minahasa (Puskesmas wilayah kerja Puskesmas Tompaso. Upaya
Tompaso, 2019). pengendalian yang dilakukan yaitu
Pengetahuan dan tindakan mengadakan penyuluhan dan fogging
masyarakat sangat menentukan kualitas kepada masyarakat dari pihak puskesmas.
kesehatan yang ada di masyarakat, salah Selain itu, masyarakat dihimbau untuk
satunya penyebaran DBD yang di pengaruhi melaksanakan 3 M plus.
keikut sertaan masyarakat dalam
pencegahan dan pengendalian DBD. METODE
Berdasarkan hasil penelitian dari Ade Pryta Penelitian ini merupakan penelitian survei
Simaremare, dkk (2018) dapat diambil deskriptif. Penelitian ini dilakukan di Desa
kesimpulan bahwa pengetahun dan sikap Touure Kecamatan Tompaso Kabupaten
responden penelitian ini mengenai DBD Minahasa dan dilakukan pada bulan Juli –
tidak konsisten dengan tindakan yang Oktober 2020. Populasi dalam penelitian ini
dilakukan dalam pemberantasan sarang yaitu jumlah masyarakat di desa Touure
nyamuk. Pengetahuan yang baik tidak cukup dengan unit perhitungan yaitu jumlah kepala
dalam upaya pemberantasan jentik nyamuk keluarga sebanyak 203 KK, untuk jumlah
penularan DBD, Sikap dan tindakan PSN sampel dalam penelitian ini ditentukan
seperti menutup, menguras dan mengubur menggunakan rumus Slovin yaitu 70 KK.
Jurnal KESMAS, Vol. 9, No 7, Desember 2020 171
seseorang.
Data pada Tabel 4. menunjukkan bahwa
tindakan responden paling banyak
Tabel 3. Tindakan responden berdasarkan
terdistribusi pada kategori tidak baik (70%).
item pertanyaan kuesioner
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
No Pertanyaan Total
nilai tindakan responden paling banyak
1 Ikut serta PSN dari Puskesmas 83
2 Ikut serta PSN seminggu sekali 111 terdistribusi pada kategori tidak baik.
3 Mengganti air tempat minum hewan 138
4 Pelaksanaan PSN melibatkan 99 Tindakan responden paling rendah pada
seluruh anggota keluarga
tindakan ikut serta dari kegiatan PSN
5 Membersihkan bak mandi 106
6 Menggunakan obat nyamuk 95 bersama Puskesmas, kerja bakti dan 3M di
7 Mengajak keluarga dan tetangga 108
memeriksa jentik nyamuk lingkungan rumah. Penelitian ini sejalan
8 Jarang PSN karena keluarga belum 96
terkena DBD dengan penelitian dari Kartini dan Agustina
9 Giat melakukan PSN karena DBD 73
menyebabkan kematian (2018) tentang perilaku masyarakat terhadap
10 Pemberian bubuk abate 105
11 Ikut serta kerja bakti dan 3M di 84 pengendalian vektor tular penyakit DBD
lingkungan rumah
menunjukkan bahwa tindakan responden
12 Mengusulkan dilakukan kerja bakti 116
membersihkan lingk dalam upaya untuk mengurangi atau
13 Melakukan pemantauan jentik 100
nyamuk menekan populasi larva nyamuk Aedes sp.
14 Menghubungi PKM jika ada 114
penderita DBD untuk fogging dan abatisasi diperoleh kategori “kurang
15 Kebiasaan menggantung pakaian 127
bekas baik” sebesar 65 %. Hal ini menunjukkan
bahwa tindakan responden sangat berkaitan
Data pada Tabel 3. menunjukkan bahwa erat dengan keberadaan larva di rumahnya.
tindakan responden paling rendah pada Tindakan masyarakat mempunyai pengaruh
tindakan ikut serta dari kegiatan PSN terhadap lingkungan karena lingkungan
bersama Puskesmas, kerja bakti dan 3M di merupakan tempat untuk perkembangan
lingkungan rumah. Selanjutnya tindakan perilaku tersebut. Bila masyarakat mau
yang paling baik yaitu mengganti air tempat melakukan pengendalian nyamuk secara
minum hewan, tidak menggantung pakaian bersama-sama dan rutin serta
bekas dan melakukan kerja bakti berkesinambungan maka dapat mencegah
membersihkan lingkungan. penularan penyakit DBD.
Pengetahuan yang masih kurang dan
tingkat kesadaran yang rendah disinyalir
Jurnal KESMAS, Vol. 9, No 7, Desember 2020 173
memberikan dampak yang kurang baik pengendalian vektor DBD. Upaya ini
terhadap kualitas kesehatan masyarakat, dapat dilakukan oleh pihak Puskesmas,
kurangnya pengetahuan dengan indikasi pemerintah desa, tokoh agama dan tokoh
rendahnya kesadaran akan mengurangi masyarakat yang ada.
perilaku masyarakat terhadap pemeliharaan 2. Dapat dilakukan penelitian lanjutan
kesehatan terutama dalam upaya untuk mengkaji faktor yang berhubungan
pencegahan DBD dan dari pengalaman dengan kejadian DBD.
terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh 3. Dapat menjadi pedoman pengambilan
pengetahuan dan kesadaran akan lebih kebijakan tentang pelaksanaan upaya
langgeng daripada perilaku yang tidak pengendalian vektor DBD melalui
didasari oleh pengetahuan dan kesadaran kegiatan kerja bakti, melakukan
maka tidak akan berlangsung lama (Sang, pemantauan jentik nyamuk, pembagian
2017). bubuk abate dan lainnya.
rendah tentang pemberian bubuk abate, Badan Pusat Statistik Kabupaten Minahasa.
2019. Ketinggian Tempat
metode murah dan efektif mencegah
Budiman dan Riyanto, Agus. 2013. Kapita
DBD dan waktu penularan DBD. Selekta Kuesioner Pengetahuan dan
2. Tindakan masyarakat tentang Sikap Dalam Penelitian Kesehatan.
Jakarta: Salemba Medika.
pengendalian vektor DBD di Desa
Depkes RI, 1996. Direktorat Jenderal
Touure Kecamatan Tompaso tahun
Pengendalian Penyakit dan
2020 paling banyak terdistribusi pada Penyehatan Lingkungan (P2PL).
Pemberantasan Demam
kategori tidak baik. Tindakan paling
Berdara. Jakarta.
rendah pada tindakan ikut serta dari
Depkes RI, 1997. Direktorat Jenderal
kegiatan PSN bersama Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan (P2PL).
Membina Gerakan
SARAN Pemberantasan Sarang Nyamuk
1. Dapat dilakukan upaya pendidikan DBD(PSN DBD). Jakarta.
Dinkes Provinsi Sulawesi Utara. 2019. Kementrian Kesehatan RI. 2019. Profil
Analisa data DBD Tahun 2015- Kesehatan Indonesia Tahun 2019.
2019 di Provinsi Sulawesi Utara Jakarta; Depkes RI (online)
(online) di akses dari https://pusdatin.kemekes.go.id/fold
http://manadoline.com.simak-ini- er/view/01/structure-publikasi-data-
data-dbd-2015-hingga-awal-2019- pusat-data-informasi.html diakses
di-sulut/ dari pada 10 agustus 2020
Direktorat Jenderal Pengendalian Lestari, K. 2007. Epidemiologi dan
Penyakit dan Penyehatan Pencegahan DBD di Indonesia.
Lingkungan. 2006. Bandung. Farmaka: Universitas
Pemberantasan Sarang Nyamuk Padjadjaran.
DBD(PSN DBD). Jakarta.
Mustika, N.M, 2017. Analisis Pelaksanaan
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Program Pemberantasan DBD di
dan Penyehatan Lingkungan ,2014. Puskesmas Medan Johor
Modul Pengendalian Demam Kecamatan Medan Johor 2016.
Berdarah Dengue. Kemenkes RI. Skripsi. Medan: Universitas
Jakarta. Sumatera Utara
Hadyanto, 2014. Demam Berdarah Dengue: Najmah, 2016. Epidemiologi Penyakit
epidemiologi, pathogenesis dan Menular CV. Trans Info Media
factor resiko penularan. Vol 2 No 2 2016
Tahun 2014
Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Ilmu
Kartini, K., & Agustina, E. (2018). Perilaku Kesehatan Masyarakat Prinsip-
Masyarakat Terhadap Pengendalian Prinsip Dasar. Jakarta: PT Rineka
Vektor Tular Penyakit Demam Cipta.
Berdarah di Gampong Binaan
Akademi Kesehatan Notoadmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi
Lingkungan. Prosiding Biotik, 4(1). Penelitian Kesehatan Edisi Revisi.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Petunjuk
Teknis Pemberantasan Nyamuk Notoatmodjo, S. 2010.Promosi Kesehatan
Menular Penyakit Demam Berdarah dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Dengue. Ditjen P2P. Jakarta Cipta
Kementrian Kesehatan RI. 2015. Vektor Puskesmas Tompaso. 2020. Data BDB
Penularan Demam Berdarah. tahun 2017-2019. Kecamatan
Jakarta: Depkes RI Tompaso
(online) Ristiyanto, Heriyanto, Handayani,
https://www.kemkes.go.id./article/v Trapsilowati, Pujiati dan Nugroho.
iew/1501170003/ demam-berdarah- 2013. Studi Pencegahan Penularan
biasanya-mulai-meningkat-di- Leptospirosis di Daerah Persawahan
januari.html diakses pada 10 agustus di Kabupaten Bantul, Daerah
2020. Istimewa Yogyakarta. Jurnal
Kementrian Kesehatan RI. 2017. Info Datin Vektora Vol. V No. 1, Juni 2013.
Situasi Demam Berdarah di Sang, G.P. 2017. Pengetahuan Sikap dan
Indonesia Tahun 2017. Jakarta: Perilaku Pemberantasan Sarang
Depkes RI (online) Nyamuk Terhadap Infeksi Dengue
http://www.kemenkes.go.id.hasil- Di Kecamatan Denpasar Selatan,
web-Buletin-Kementerian- Kota Denpasar. Bali Arc.Com
Kesehatan-Republik-Indonesia Health Vol. 2(1)
diakses pada 10 agustus 2020
Jurnal KESMAS, Vol. 9, No 7, Desember 2020 175