Anda di halaman 1dari 37

PENGANTAR AKUNTANSI 2

4 Persediaan

Tujuan Pembelajaran:
Setelah memelajari bab ini anda diharapkan mampu:
a. Menjelaskan pengertian persediaan
b. Menjelaskan peran penting persediaan bagi perusahaan dan alasan
perlunya pengendalian persediaan
c. Menjelaskan berbagai kondisi yang perlu diperhatikan karena
masalah kepemilikan persediaan
d. Menjelaskan sistem pencatatan yang digunakan untuk akuntansi
persediaan
e. Menjelaskan sistem penilaian yang digunakan untuk akuntansi
persediaan

4.1 PERAN PENTING PERSEDIAAN


Persediaan (inventory) memiliki posisi strategis dalam perusahaan
karena dalam laporan keuangan baik laporan laba rugi maupun neraca
sebuah perusahaan dagang atau perusahaan industri, persediaan
merupakan bagian yang signifikan dari keseluruhan aktiva lancar sehingga
seringkali laporan keuangan tidak akan dapat disusun tanpa mengetahui
nilai persediaan. Bahkan, kesalahan dalam penilaian persediaan akan
berpengaruh langsung ke laporan keuangan dan akhirnya berpengaruh juga
ke respon stockholder. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Hal ini
dikarenakan perhitungan laba rugi nilai persediaan memengaruhi besarnya
Harga Pokok Penjualan (HPP) dan besarnya HPP memengaruhi laba.

4.2 PENGERTIAN PERSEDIAAN


Mengingat arti penting persediaan, harusnya pos ini dimiliki seluruh
perusahaan baik dagang maupun manufaktur. Persediaan didefinisikan

≔ 41 ≕
PENGANTAR AKUNTANSI 2

sebagai kekayaan perusahaan yang memiliki potensi ekonomis untuk


menunjang operasi bisnis perusahaan yang dibeli atau melalui proses
produksi dan ditujukan untuk dijual kembali.
Menurut Widiastuti, dkk (2015:61) persediaan merupakan barang berwujud
yang dimiliki oleh perusahaan yang dibeli untuk dijual kembali atau lebih
dahulu melalui proses produksi dalam periode normal perusahaan. Lebih
luas, Martani, dkk (2012:245) mendefinisikan persediaan sebagai aset yang
berada dalam kondisi sebagai berikut:
1) Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa;
2) Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut;
3) Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses
produksi atau pemberian jasa.

4.3 KLASIFIKASI PERSEDIAAN


Persediaan diklasifikasikan berbeda – beda sesuai dengan karakteristik
perusahaan. Untuk perusahaan dagang, persediaan diklasifikasikan menjadi
persediaan barang dagang, sedangkan untuk perusahaan manufaktur
klasifikasi persediaan lebih beragam. Persediaan manufaktur diklasifikasikan
menjadi 3, yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses,
serta persediaan barang jadi.

Berikut masing – masing penjelasan klasifikasi persediaan tersebut:


1. Persediaan Barang Dagang
Persediaan barang dagangan dibeli dari produsen/agen/wholesaller
atau sumber lainnya untuk dijual kembali kepada konsumen tanpa
mengalami perubahan bentuk. Contohnya : pakaian jadi, mobil,
makanan ringan, minyak kemasan, dan lain sebagainya.
2. Persediaan Bahan Baku
Persediaan bahan baku adalah barang yang dibeli atau diperoleh dari
sumber lain sebagai bahan mentah (utama) atau bahan penolong untuk
selanjutnya diolah menjadi barang setangah jadi atau produk jadi.
Misalnya saja tebu (bahan baku utama) yang diproses menjadi gula
(barang jadi), gula (bahan baku penolong) untuk membuat bahan
toping kue tart (barang jadi), atau kulit sapi (bahan baku utama)

≔ 42 ≕
PENGANTAR AKUNTANSI 2

diproses menjadi lembaran kulit spray (barang setengah jadi) yang siap
jahit.
3. Persediaan Barang Dalam Proses
Persediaan barang dalam proses biasanya meliputi barang-barang yang
masih dalam proses pengerjaan sehingga memerlukan pengerjaan lebih
lanjut sebelum barang itu dijual. Barang dalam proses biasanya
ditentukan nilainya berdasarkan dari biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang telah dikeluarkan atau
terjadi sampai dengan tanggal tertentu.
4. Persediaan Barang Jadi
Persediaan produk jadi adalah barang yang telah selesai diproduksi dan
siap untuk dijual. Seperti halnya barang dalam proses, barang jadi
biasanya ditentukan nilainya berdasarkan dari biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang telah
dikeluarkan atau terjadi sampai menjadi barang jadi.
Pada bab ini akan difokuskan untuk pembahasan persediaan barang dagang
terlebih dahulu.

4.4 PENGENDALIAN PERSEDIAAN


Perusahaan harus melakukan beberapa usaha untuk mengendalikan
persediaan mengingat peran pentingnya dalam laporan keuangan,
termasuk keputusan-keputusan yang diambil sehingga kebutuhan
persediaan dapat terpenuhi secara optimal dengan resiko minimal.
Persediaan yang terlalu besar (over stock) merupakan pemborosan karena
menyebabkan terlalu tingginya beban persediaan yang muncul selama
penyimpanan di gudang (misalnya biaya penyimpanan dan pemeliharaan).
Di samping itu juga persediaan yang terlalu besar mengakibatkan modal
banyak yang menganggur dan tidak berputar. Sebaliknya, kekurangan
persediaan (out of stock) dapat mengganggu kelancaran proses bisnis
karena permintaan konsumen tidak dapat terpenuhi sehingga
dikhawatirkan pelanggan beralih ke perusahaan lain. Adanya kartu stock
dan minimum level order dalam sistem informasi persediaan di gudang
seringkali membantu perusahaan untuk memutuskan kapan dan berapa
jumlah persediaan yang tepat untuk dibeli.

≔ 43 ≕
PENGANTAR AKUNTANSI 2

4.5 PENENTUAN KEPEMILIKAN BARANG


Seperti telah dijelaskan sebelumnya mengenai peran pentingnya
persediaan dan perlunya pengakuan persediaan secara tepat maka masalah
kepemilikan persediaan harus ditentukan. Perusahaan bisa saja mengalami
kesulitan dalam menentukan hak kepemilikan barang karena beberapa hal.
Untuk menentukan apakah barang itu sudah dapat dicatat sebagai
persediaan pemiliknya, terdapat beberapa kondisi yang harus diketahui.

a. Barang Dalam Perjalanan (Goods in Transit)


Maksudnya adalah barang yang pada tanggal neraca masih dalam
perjalanan. Hal ini dapat menimbulkan masalah apakah barang
tersebut masih menjadi milik penjual atau sudah berpindah haknya
pada pembeli. Pemilik harus mempertimbangkan syarat pengiriman
barang yang berlaku. Syarat pengiriman atau sering juga disebut F.O.B
(Free On Board) sering diartikan sebagai harga penawaran dari penjual.
Terdapat 2 syarat pengiriman yang berlaku, yaitu:

1. F.O.B Shipping Point


Hak atas kepemilikan barang berpindah pada pembeli ketika
barang-barang tersebut keluar dari gudang penjual atau ketika
barang telah diserahkan kepada pihak pengangkut (ekspedisi). Hal
tersebut berarti pihak pembeli harus segera mengakui
persediaannya pada tanggal neraca meskipun barang tersebut
belum sampai ke tangan pembeli. Apabila terdapat biaya angkut
pembelian maka pihak pembeli yang menanggung biaya tersebut
dan dicatat sebagai penambah harga perolehan persediaan
barang dagang.
Misalnya, CV Sembrono melakukan transaksi penjualan tunai
sejumlah 10 unit LED TV @ Rp4.500.000,- kepada Toko Maju.
Syarat pengiriman yang digunakan adalah F.O.B Shipping Point.
Biaya angkut yang dikenakan adalah Rp500.000,-. Pencatatan
akuntansi yang dilakukan oleh pihak penjual dan pembeli adalah
sebagai berikut:

≔ 44 ≕
PENGANTAR AKUNTANSI 2

Tabel 1. Pencatatan akuntansi menggunakan syarat pengiriman F.O.B


Shipping Point
Penjual Pembeli
(CV Sembrono) (Toko Maju)
Kas Rp45.000.000,- Pembelian Barang Dagang Rp45.000.000,-
Penjualan Rp45.000.000,- Biaya Angkut Pembelian Rp500.000,-
Kas Rp45.500.000,-

2. F.O.B Destination
Hak atas kepemilikan barang baru berpindah pada pembeli
ketika barang – barang tersebut sudah sampai ke tangan pembeli.
Seluruh biaya yang muncul hingga barang sampai ke tangan
pembeli ditanggung oleh pihak penjual. Dengan demikian
pembeli harus segera mengakui persediaan barang pada tanggal
neraca meskipun barang – barang tersebut masih dalam
perjalanan.
Masih menggunakan contoh transaksi sebelumnya, CV
Sembrana melakukan transaksi penjualan tunai sejumlah 10 unit
LED TV @ Rp4.500.000,- kepada Toko Maju. Syarat pengiriman
yang digunakan adalah F.O.B Destination. Biaya angkut yang
dikeluarkan adalah Rp500.000,-. Pencatatan akuntansi yang
dilakukan oleh pihak penjual dan pembeli adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Pencatatan akuntansi menggunakan syarat pengiriman F.O.B


Destinaton
Penjual Pembeli
(CV Sembrono) (Toko Maju)
Kas Rp45.000.000,- Pembelian Barang Dagang Rp45.000.000,-
Penjualan Rp45.000.000,- Kas Rp45.000.000,-

Biaya Angkut Penjualan Rp500.000,-


Kas Rp500.000,-

≔ 45 ≕
PENGANTAR AKUNTANSI 2

b. Barang yang Dipisahkan (Segregated Goods)


Barang – barang ini dilakukan pada suatu transaksi penjualan barang
dalam jumlah yang besar sehingga pengiriman barangnya tidak bisa
dilakukan sekaligus (pengiriman dilakukan dalam beberapa tahap).
Meskipun demikian, barang tersebut hak kepemilikannya sudah
berpindah ke tangan pembeli. Hanya saja secara fisik belum seluruh
barangnya sampai ke gudang pembeli sehingga pada saat tanggal
neraca, barang-barang yang sudah dipisahkan harus dikeluarkan dari
jumlah persediaan penjual dan sebaliknya, pembeli dapat mengakui
persediaan dalam neracanya.

c. Barang Konsinyasi (Consignment Goods)


Saat ini banyak perusahaan menggunakan sistem konsinyasi
(titipan). Pihak yang menitipkan (consignor) menitipkan barangnya
kepada pihak yang dititipi (consignee) dengan maksud agar consignee
menjualkan barang tersebut. Status barang yang dititipkan
(dikonsinyasikan) hak kepemilikan barangnya masih tetap pada
consignor sampai terjual. Penjualan barang konsinyasi dicatat dalam
laporan tersendiri oleh consignee secara rutin dan mendapatkan komisi
penjualan dari consignor sehingga biaya penyimpanan dan lain
sebagainya yang timbul dari sistem ini ditanggung oleh pihak consignor.
Sebaliknya, karena consignee tidak berhak atas kepemilikan barang
maka saat tanggal neraca consignee tidak boleh memasukkan nilai
persediaan barang konsinyasi ke dalam neraca.

d. Penjualan Angsuran (Installment Sales)


Salah satu strategi dalam meningkatkan penjualan adalah melalui
penjualan angsuran. Dalam transaksi ini pembeli dapat membeli barang
yang diinginkan tanpa harus menunggu sampai uang terkumpul cukup
karena membeli secara mengangsur. Pembeli dapat memperoleh
barang yang diinginkan dengan cara membayar uang muka (down
payment) pada saat pertama kali, dan sisanya diangsur dalam jangka
waktu yang telah ditentukan, ditambah bunga atas sisa pinjaman (jika

≔ 46 ≕
PENGANTAR AKUNTANSI 2

ada). Contohnya adalah penjualan barang elektronik, perabot rumah


tangga, mobil, rumah sampai dengan perjalanan wisata.
Terdapat 2 alternatif perlakuan akuntansi untuk penjualan
angsuran ini. Pada alternatif 1,saat transaksi tersebut hak atas barang
tetap pada penjual sampai seluruh harga jualnya dilunasi. Pada tanggal
neraca penjual akan melaporkan barang-barang tersebut dalam
persediaannya dikurangi dengan jumlah yang sudah dibayar.
Sebaliknya, pembeli akan melaporkan barang tersebut dalam
persediaannya sejumlah yang sudah dibayarkan saja. Berikut diberikan
contoh perlakuan akuntansi untuk transaksi penjualan angsuran:
Pada tanggal 1 Januari 2016 CV Sembrono menjual mesin
dengan harga Rp12.500.000,- yang pembayarannya akan diangsur
selama 5 tahun (berakhir 1 Januari 2021). Dengan uang muka sejumlah
Rp2.500.000 Toko Maju sebagai pembeli harus mengangsur sebesar
Rp2.000.000,- per tahun ditambah bunga 10% per tahun.

Jurnal yang dibuat oleh kedua belah pihak untuk mencatat transaksi
tersebut adalah sebagai berikut :

≔ 47 ≕
PENGANTAR AKUNTANSI 2

Tabel 3. Pencatatan Akuntansi Penjualan Angsuran (Installment Sales) -


Alternatif 1
Penjual Pembeli
(CV Sembrono) (Toko Maju)
01 Januari 2016 Kas Rp2.500.000,- Mesin Rp2.500.000,-
(Tanggal Penjualan Rp2.500.000,- Kas Rp2.500.000,-
transaksi)
01 Januari 2017 Kas Rp2.000.000,- Mesin Rp2.000.000,-
(Tahun 1) Penjualan Rp2.000.000,- Beban Bunga Rp1.000.000,-
Kas Rp3.000.000,-

(Bunga = 1% x Rp10.000.000)
01 Januari 2018 Kas Rp2.000.000,- Mesin Rp2.000.000,-
(Tahun 2) Penjualan Rp2.000.000,- Beban Bunga Rp1.000.000,-
Kas Rp3.000.000,-

(Bunga = 1% x Rp10.000.000)
01 Januari 2019 Kas Rp2.000.000,- Mesin Rp2.000.000,-
(Tahun 3) Penjualan Rp2.000.000,- Beban Bunga Rp1.000.000,-
Kas Rp3.000.000,-

(Bunga = 1% x Rp10.000.000)
01 Januari 2020 Kas Rp2.000.000,- Mesin Rp2.000.000,-
(Tahun 4) Penjualan Rp2.000.000,- Beban Bunga Rp1.000.000,-
Kas Rp3.000.000,-

(Bunga = 1% x Rp10.000.000)
01 Januari 2021 Kas Rp2.000.000,- Mesin Rp2.000.000,-
(Tahun 5) Penjualan Rp2.000.000,- Beban Bunga Rp1.000.000,-
Kas Rp3.000.000,-

(Bunga = 1% x Rp10.000.000)

Pada alternatif 2,saat transaksi tersebut pembeli mencatat utang


atas barang yang belum dibayar sehingga dapat diilustrasikan seperti
tabel di bawah ini:

≔ 48 ≕
PENGANTAR AKUNTANSI 2

Tabel 4. Pencatatan Akuntansi Penjualan Angsuran (Installment Sales) -


Alternatif 2
Penjual Pembeli
(CV Sembrono) (Toko Maju)
01 Januari 2016 Kas Rp12.500.000,- Mesin Rp12.500.000,-
(Tanggal Penjualan Kas Rp2.500.000,-
transaksi) Rp12.500.000,- Utang Usaha Rp10.000.000,-
01 Januari 2017 Kas Rp2.000.000,- Mesin Rp2.000.000,-
(Tahun 1) Penjualan Rp2.000.000,- Beban Bunga Rp1.000.000,-
Kas Rp3.000.000,-

(Bunga = 1% x Rp10.000.000)
01 Januari 2018 Kas Rp2.000.000,- Mesin Rp2.000.000,-
(Tahun 2) Penjualan Rp2.000.000,- Beban Bunga Rp1.000.000,-
Kas Rp3.000.000,-

(Bunga = 1% x Rp10.000.000)
01 Januari 2019 Kas Rp2.000.000,- Mesin Rp2.000.000,-
(Tahun 3) Penjualan Rp2.000.000,- Beban Bunga Rp1.000.000,-
Kas Rp3.000.000,-

(Bunga = 1% x Rp10.000.000)
01 Januari 2020 Kas Rp2.000.000,- Mesin Rp2.000.000,-
(Tahun 4) Penjualan Rp2.000.000,- Beban Bunga Rp1.000.000,-
Kas Rp3.000.000,-

(Bunga = 1% x Rp10.000.000)
01 Januari 2021 Kas Rp2.000.000,- Mesin Rp2.000.000,-
(Tahun 5) Penjualan Rp2.000.000,- Beban Bunga Rp1.000.000,-
Kas Rp3.000.000,-

(Bunga = 1% x Rp10.000.000)

4.6 PENENTUAN HARGA PEROLEHAN PERSEDIAAN


Aliran (keluar masuk) barang menjadi penyebab perubahan
persediaan oleh karena itu penentuan harga perolehan persediaan

≔ 49 ≕
PENGANTAR AKUNTANSI 2

dianggap penting. Perusahaan harus menentukan apakah suatu persediaan


tersebut akan dilaporkan sebagai beban (harga pokok penjualan) ataukah
dilaporkan sebagai aset. Hal tersebut mendukung PSAK nomor 14 bahwa
nilai tercatat persediaan harus diakui sebagai beban pada periode diakuinya
pendapatan, yaitu pada saat penjualannya.
Harga perolehan persediaan yang ditentukan terdiri dari harga pokok
pembelian dan biaya pembelian yang muncul. Harga pokok pembelian
sesuai dengan harga faktur yang dibayar, sedangkan biaya pembelian
adalah semua biaya untuk memperoleh dan memindahkan persediaan dari
penjual ke tempat pembeli hingga siap untuk dijual kembali. Seperti
pengeluaran biaya untuk komisi dan biaya angkut pembelian.

4.7 PENCATATAN PERSEDIAAN


Di dalam menjalankan sebuah perusahaan terutama perusahaan
dagang pasti terdapat sistem pencatatan persediaan. Sistem pencatatan
persediaan barang dagang dilakukan untuk memudahkan suatu perusahaan
dalam mengelola transaksi pembelian maupun penjualan yang dilakukan.
Pencatatan persediaan merupakan kegiatan yang penting dalam
perusahaan dagang. Pencatatan barang dagang baik yang masuk ataupun
keluar dilakukan untuk memininimalisir kerugian yang diakibatkan oleh
hilangnya barang-barang dagang setelah dibeli terlebih untuk barang-
barang yang dibeli secara kredit maupun tunai.
Terdapat 2 metode pencatatan persediaan barang, yaitu Metode Fisik
(Periodik) dan Metode perpetual. Perbedaan penggunaan kedua metode
adalah pada akun yang digunakan untuk mencatat pembelian persediaan
barang dagang.

1. Metode Fisik (Periodik - periodic inventory system)


Ciri khas dari pencatatan menggunakan metode fisik adalah memiliki
akun “Pembelian Barang Dagang”. Metode ini tidak mengikuti aliran
keluar masuknya barang sehingga untuk menentukan nilai harga pokok
penjualan persediaan barang dagang di akhir periode harus dilakukan
perhitungan secara fisik (stock opname) yang ada di tempat penyimpanan
atau gudang. Metode pencatatan barang dengan metode fisik ini

≔ 50 ≕
PENGANTAR AKUNTANSI 2

menyebabkan persediaan barang tidak dapat diketahui setiap saat.


Dikarenakan hal tersebut, setiap akhir periode akuntan wajib menyusun
jurnal penyesuaian untuk mengakui harga pokok penjualan dari persediaan
yang terjual. Penyesuaian tersebut biasanya untuk mencatat harga pokok
penjualan, persediaan barang dagang (akhir – dari hasil stock opname)
serta retur dan potongan pembelian di sebelah Debet, sedangkan
persediaan barang dagang (awal), pembelian barang dagang, dan biaya
angkut pembelian di sebelah Kredit.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya potensi kehilangan barang
persediaan yang akan sulit untuk diketahui oleh perusahaan secara tepat
menjadi salah satu kelemahan pada sistem ini, hal ini dikarenakan
pencatatan terkait aliran barang dilakukan tiap akhir periode. Di samping
itu, metode ini juga menyulitkan penentuan dalam harga pokok barang
yang telah terjual secara tepat. Namun, karena pencatatan dalam metode
ini hanya dilakukan secara periodik, tidak setiap saat terjadinya transaksi,
hanya dilakukan di akhir periode menyebabkan metode ini lebih
menghemat waktu dan tenaga.

2. Metode Perpetual (perpetual inventory system)


Pencatatan persediaan menggunakan metode perpetual selalu
mengikuti aliran keluar masuknya barang sehingga besarnya nilai harga
pokok penjualan ataupun persediaan akhir barang dagang apat diketahui
setiap saat. Metode pencatatan perpetual disebut juga sebagai metode
buku yaitu dimana setiap persediaan barang masuk dan keluar selalu
dicatat dalam pembukuan. Pencatatannya dilakukan secara berkelanjutan
dan menggunakan semacam buku pembantu, yaitu kartu persediaan.
Pembelian (masuk) dan penjualan (keluar) bahkan retur barang dicatat
secara langsung di kartu persediaan pada saat terjadinya transaksi.
Metode perpetual memungkinkan suatu perusahaan lebih mudah
dalam menyusun laporan neraca dan laporan laba rugi karena dengan
dilakukannya pencatatan secara berkala dalam penjurnalan maka
perusahaan dapat dengan mudah mengetahui persediaan yang sebenarnya.
Begitu pula untuk mengetahui jumlah persediaan barang akhir, perusahaan
tidak perlu melakukan perhitungan fisik atau stock opname pada persediaan

≔ 51 ≕
PENGANTAR AKUNTANSI 2

yang tersisa atau jika ingin menjamin keakuratan pada pencatatan,


perusahaan dapat melakukan perhitungan fisik pada jumlah persediaan
barang akhir yang dilakukan sekali dalam setahun.

Ciri khas metode perpetual diantaranya sebagai berikut:

1. Seluruh elemen Harga Pokok Penjualan (HPP) barang dagang, yaitu


pembelian barang dagang, biaya angkut pembelian, retur
pembelian, dan potongan pembelian dicatat dalam rekening/akun
persediaan barang dagang, bukan dalam rekening terpisah.
Pembelian atas barang dagang akan dicatat dengan mendebet akun
persediaan dan mengkredit akun kas/utang. Sedangkan retur
pembelian, biaya angkut pembelian, potongan pembelian dicatat
dengan mendebet akun persediaan.
2. Pada saat terjadi transaksi penjualan, harga pokok penjualan diakui
dengan mendebit rekening harga pokok penjualan dan mengkredit
rekening persediaan barang dagang.
3. Memiliki alat bantu untuk mengendalikan persediaan barang
dagang, yaitu buku pembantu persediaan (sering disebut Kartu
Persediaan) yang berisi catatan persediaan secara detail mulai dari
spesifikasi, kode barang, harga, tanggal, dan jumlah keluar
masuknya masing- masing item persediaan barang dagang.
Masing – masing metode ini memiliki keunggulan dan kelemahan sehingga
banyak perusahaan melakukan pencatatan dengan kombinasi keduanya.
Untuk lebih jelasnya, silahkan pelajari tabel di bawah ini untuk
perbandingan antara pencatatan menggunakan metode fisik maupun
perpetual.

≔ 52 ≕
PENGANTAR AKUNTANSI 2

Tabel 5. Perbandingan Metode Fisik vs Perpetual

Tanggal Transaksi METODE FISIK METODE PERPETUAL


01/01/2017 CV WIRA melakukan pembelian Pembelian Barang Dagang Rp10.000.000 Alternatif 1:
barang dagang pada UD JAYA Utang Dagang Rp10.000.000 Persediaan Barang Dagang Rp10.000.000
berupa TV LED Merk "Sungsang" Utang Dagang Rp10.000.000
sebanyak 100 unit @ Rp100.000,- Biaya Angkut Pembelian Rp2.000.000
secara kredit (2/10, n/30). Syarat Kas Rp2.000.000 Persediaan Barang Dagang Rp2.000.000
pengiriman yang ditentukan adalah Kas Rp2.000.000
F.O.B Shipping Point senilai
Rp1.000.000,- yang dibayar tunai Alternatif 2:
pada pihak ekpedisi. Persediaan Barang Dagang Rp12.000.000
Utang Dagang Rp10.000.000
Kas Rp2.000.000
02/01/2017 Perusahaan melakukan Utang Dagang Rp1.000.000 Utang Dagang Rp1.000.000
pengembalian barang atas Retur Pembelian Rp1.000.000 Persediaan Barang Dagang Rp1.000.000
transaksi pada tanggal 01 Januari
2017 lalu karena barang tidak
05/01/2017 Perusahaan melakukan pelunasan Utang Dagang Rp9.000.000 Utang Dagang Rp9.000.000
utang dagang atas transaksi Potongan Pembelian Rp180.000 Persediaan Barang Dagang Rp180.000
pembelian tanggal 1 januari 2017 Kas Rp8.820.000 Kas Rp8.820.000
Perhitungan:
Utang Dagang Rp10.000.000
Retur Pembelian Rp1.000.000 -
Saldo Utang Dagang Rp9.000.000

karena pelunasan dilakukan pada


periode potongan, perusahaan
2% x Rp9.000.000,- = Rp180.000

≔ 53 ≕
PENGANTAR AKUNTANSI 2

07/01/2017 Melakukan transaksi penjualan Piutang Dagang Rp3.000.000 Piutang Dagang Rp3.000.000
pada Toko OKE sejumlah 20 unit Penjualan Rp3.000.000 Penjualan Rp3.000.000
dengan harga jual masing - masing HPP Rp2.000.000
Rp150.000,- secara kredit (2/10, Persediaan Barang Dagang Rp2.000.000
n/30). Syarat pengiriman barang
menggunakan F.O.B Destination
yang dibayar tunai pada pihak Biaya Angkut Penjualan Rp100.000 Biaya Angkut Penjualan Rp100.000
ekpedisi sejumlah Rp100.000,-. Kas Rp100.000 Kas Rp100.000
09/01/2017 Telah dikembalikan barang dagang Retur Penjualan Rp750.000 Retur Penjualan Rp750.000
dari Toko OKE sejumlah 5 unit Piutang Dagang Rp750.000 Piutang Dagang Rp750.000
karena tidak sesuai pesanan. Persediaan Barang Dagang Rp500.000
HPP Rp500.000

15/01/2017 Toko OKE melunasi transaksi Kas Rp2.205.000 Kas Rp2.205.000


tanggal 09 Januari 2017. Potongan Penjualan Rp45.000 Potongan Penjualan Rp45.000
Perhitungan: Piutang Dagang Rp2.250.000 Piutang Dagang Rp2.250.000
Piutang Dagang Rp3.000.000
Retur Penjualan Rp750.000
Saldo Piutang Dagang Rp2.250.000

karena pelunasan dilakukan pada


periode potongan, perusahaan
2% x Rp2.250.000,- = Rp45.000

4.8 PENILAIAN PERSEDIAAN

Agar dapat memenuhi matching principle antara cost dan revenue maka
perlu adanya penentuan biaya (cost) persediaan barang dagang yang telah
terjual ke periode dimana penjualan (revenue) dilaporkan dalam akun Harga
Pokok Penjualan. Sedangkan persediaan barang dagang yang belum terjual
akan tetap muncul ke periode berikutnya dalam neraca perusahaan.
Dengan demikian penyajian nilai persediaan barang dagang pada laporan
keuangan secara tepat akan membantu stockholder untuk memprediksi
arus kas di masa yang akan datang.

Terdapat beberapa metode untuk penilaian persediaan barang dagang baik


yang berdasarkan biaya (cost) dan pendekatan tambahan.

a. Penilaian Berdasarkan Biaya yang terdiri dari:

≔ 54 ≕
PENGANTAR AKUNTANSI 2

1. FIFO (First In First Out)


Metode ini mengasumsikan bahwa nilai atas barang yang
pertama diterima akan dikeluarkan pertama. Baik menggunakan
metode pencatatan fisik atau perpetual tidak akan menimbulkan
perbedaan nilai pada harga pokok penjualan atau persediaan akhir.
Misalnya, PT XYZ memiliki data pembelian dan penjualan selama
bulan januari 2016 seperti di bawah ini:

DATA PEMBELIAN DAN PENJUALAN PT XYZ


TANGGAL TRANSAKSI UNIT HARGA PER UNIT TOTAL
01-Jan-16 PERSEDIAAN AWAL 20.000 Rp6.100 Rp122.000.000
02-Jan-16 PEMBELIAN 75.000 Rp6.150 Rp461.250.000
03-Jan-16 PENJUALAN 40.000 Rp7.000 Rp280.000.000
04-Jan-16 PENJUALAN 35.000 Rp7.000 Rp245.000.000
05-Jan-16 PENJUALAN 5.000 Rp7.100 Rp35.500.000
06-Jan-16 PEMBELIAN 50.000 Rp6.200 Rp310.000.000
07-Jan-16 PENJUALAN 40.000 Rp7.200 Rp288.000.000
08-Jan-16 PENJUALAN 20.000 Rp7.150 Rp143.000.000
09-Jan-16 PEMBELIAN 70.000 Rp6.050 Rp423.500.000
10-Jan-16 PENJUALAN 40.000 Rp7.000 Rp280.000.000
11-Jan-16 PEMBELIAN 30.000 Rp6.000 Rp180.000.000
12-Jan-16 PENJUALAN 55.000 Rp7.000 Rp385.000.000

Metode FIFO yang Dicatat dengan Menggunakan Metode Fisik

≔ 55 ≕
PENGANTAR AKUNTANSI 2

Apabila metode FIFO tersebut dicatat menggunakan metode Fisik


maka penyelesaiannya adalah sebagai berikut:

METODE FIFO - FISIK


PERHITUNGAN BARANG TERSEDIA UNTUK DIJUAL :
TANGGAL TRANSAKSI HARGA PER UNIT UNIT TOTAL
01-Jan-16 PERSEDIAAN AWAL Rp6.100 20.000 Rp122.000.000
02-Jan-16 PEMBELIAN Rp6.150 75.000 Rp461.250.000
06-Jan-16 PEMBELIAN Rp6.200 50.000 Rp310.000.000
09-Jan-16 PEMBELIAN Rp6.050 70.000 Rp423.500.000
11-Jan-16 PEMBELIAN Rp6.000 30.000 Rp180.000.000
TOTAL BARANG TERSEDIA UNTUK DI JUAL 245.000 Rp1.496.750.000

PERHITUNGAN PERSEDIAAN AKHIR :


Barang Tersedia Dijual 245.000 UNIT
Penjualan 235.000 UNIT
Persediaan Akhir 10.000 UNIT
Harga Per Unit Rp6.000 diambil harga terakhir
Nilai Persediaan Akhir Rp60.000.000

PERHITUNGAN HARGA POKOK PENJUALAN:


Barang Tersedia Dijual Rp1.496.750.000
Persediaan Akhir Rp60.000.000
Nilai HPP Rp1.436.750.000

Metode FIFO yang Dicatat dengan Menggunakan Metode


Perpetual

Menggunakan contoh kasus yang sama seperti di atas, apabila


metode FIFO dicatat menggunakan metode Perpetual maka
digunakan kartu persediaan terlebih dahulu seperti gambar di
bawah ini:

≔ 56 ≕
PENGANTAR AKUNTANSI 2

PT XYZ
KARTU PERSEDIAAN METODE FIFO
MASUK KELUAR SALDO
TANGGAL
UNIT HARGA JUMLAH UNIT HARGA JUMLAH UNIT HARGA JUMLAH
01 Januari 2016 20.000 Rp6.100 Rp122.000.000 20.000 Rp6.100 Rp122.000.000
02 Januari 2016 75.000 Rp6.150 Rp461.250.000 20.000 Rp6.100 Rp122.000.000
75.000 Rp6.150 Rp461.250.000
95.000 Rp583.250.000
03 Januari 2016 20.000 Rp6.100 Rp122.000.000
20.000 Rp6.150 Rp123.000.000 55.000 Rp6.150 Rp338.250.000
40.000 Rp245.000.000
04 Januari 2016 35.000 Rp6.150 Rp215.250.000 20.000 Rp6.150 Rp123.000.000
05 Januari 2016 5.000 Rp6.150 Rp30.750.000 15.000 Rp6.150 Rp92.250.000
06 Januari 2016 50.000 Rp6.200 Rp310.000.000 15.000 Rp6.150 Rp92.250.000
50.000 Rp6.200 Rp310.000.000
65.000 Rp402.250.000
07 Januari 2016 15.000 Rp6.150 Rp92.250.000 25.000 Rp6.200 Rp155.000.000
25.000 Rp6.200 Rp155.000.000
40.000 Rp247.250.000
08 Januari 2016 20.000 Rp6.200 Rp124.000.000 5.000 Rp6.200 Rp31.000.000
09 Januari 2016 70.000 Rp6.050 Rp423.500.000 5.000 Rp6.200 Rp31.000.000
70.000 Rp6.050 Rp423.500.000
75.000 Rp454.500.000
10 Januari 2016 5.000 Rp6.200 Rp31.000.000
35.000 Rp6.050 Rp211.750.000 35.000 Rp6.050 Rp211.750.000
40.000 Rp242.750.000
11 Januari 2016 30.000 Rp6.000 Rp180.000.000 35.000 Rp6.050 Rp211.750.000
30.000 Rp6.000 Rp180.000.000
65.000 Rp391.750.000
12 Januari 2016 35.000 Rp6.050 Rp211.750.000
20.000 Rp6.000 Rp120.000.000 10.000 Rp6.000 Rp60.000.000
55.000 Rp331.750.000
B. TUD Rp1.496.750.000 HPP Rp1.436.750.000 PERSEDIAAN AKHIR

Dari kartu persediaan tersebut telah jelas diketahui informasi


jumlah Barang Tersedia Untuk Dijual senilai Rp1.496.750.000, HPP
senilai Rp1.436.750.000, dan Persediaan Akhir yang dimiliki senilai
Rp60.000.000.

Ketika dibandingkan, antara penilaian FIFO – Fisik dengan FIFO –


Perpetual tidak memiliki perbedaan. Perbedaan utama hanya
terletak pada cara pencatatannya saja.

2. LIFO (Last In First Out)

Metode ini mengasumsikan bahwa nilai atas barang yang pertama


diterima akan dikeluarkan terakhir. Sama seperti metode FIFO,
pada metode LIFO tidak ada perbedaan nilai harga pokok penjualan
maupun persediaan akhir ketika menggunakan pencatatan baik

≔ 57 ≕
PENGANTAR AKUNTANSI 2

secara fisik maupun perpetual. Metode ini berakibat ke lebih


tingginya nilai persediaan akhir sehingga nilai harga pokok
penjualan menjadi kecil dan laba yang dicapai perusahaan menjadi
lebih tinggi. Metode ini tidak diperkenankan untuk penyusunan
laporan keuangan bahkan juga secara fiskal.

Meskipun metode ini tidak diterapkan di dunia perusahaan, ada


baiknya untuk diketahui.

Metode LIFO yang Dicatat dengan Menggunakan Metode Fisik

Masih menggunakan contoh kasus pada PT XYZ jika metode LIFO


dicatat menggunakan metode Fisik maka penyelesaiannya adalah
sebagai berikut:

METODE LIFO - FISIK


PERHITUNGAN BARANG TERSEDIA UNTUK DIJUAL :
TANGGAL TRANSAKSI HARGA PER UNIT UNIT TOTAL
01-Jan-16 PERSEDIAAN AWAL Rp6.100 20.000 Rp122.000.000
02-Jan-16 PEMBELIAN Rp6.150 75.000 Rp461.250.000
06-Jan-16 PEMBELIAN Rp6.200 50.000 Rp310.000.000
09-Jan-16 PEMBELIAN Rp6.050 70.000 Rp423.500.000
11-Jan-16 PEMBELIAN Rp6.000 30.000 Rp180.000.000
TOTAL BARANG TERSEDIA UNTUK DI JUAL 245.000 Rp1.496.750.000

PERHITUNGAN PERSEDIAAN AKHIR :


Barang Tersedia Dijual 245.000 UNIT
Penjualan 235.000 UNIT
Persediaan Akhir 10.000 UNIT
Harga Per Unit Rp6.100 diambil harga pertama
Nilai Persediaan Akhir Rp61.000.000

PERHITUNGAN HARGA POKOK PENJUALAN:


Barang Tersedia Dijual Rp1.496.750.000
Persediaan Akhir Rp61.000.000
Nilai HPP Rp1.435.750.000

≔ 58 ≕
PENGANTAR AKUNTANSI 2

Metode LIFO yang Dicatat dengan Menggunakan Metode


Perpetual

Menggunakan contoh kasus PT XYZ, apabila metode LIFO dicatat


menggunakan metode Perpetual maka digunakan kartu persediaan
terlebih dahulu seperti gambar di bawah ini:

PT XYZ
KARTU PERSEDIAAN METODE LIFO
MASUK KELUAR SALDO
TANGGAL
UNIT HARGA JUMLAH UNIT HARGA JUMLAH UNIT HARGA JUMLAH
01 Januari 2016 20.000 Rp6.100 Rp122.000.000 20.000 Rp6.100 Rp122.000.000
02 Januari 2016 75.000 Rp6.150 Rp461.250.000 20.000 Rp6.100 Rp122.000.000
75.000 Rp6.150 Rp461.250.000
95.000 Rp583.250.000
03 Januari 2016 40.000 Rp6.150 Rp246.000.000 20.000 Rp6.100 122.000.000
35.000 Rp6.150 Rp215.250.000
55.000 Rp337.250.000
04 Januari 2016 35.000 Rp6.150 Rp215.250.000 20.000 Rp6.100 Rp122.000.000
05 Januari 2016 5.000 Rp6.100 Rp30.500.000 15.000 Rp6.100 Rp91.500.000
06 Januari 2016 50.000 Rp6.200 Rp310.000.000 15.000 Rp6.100 Rp91.500.000
50.000 Rp6.200 Rp310.000.000
65.000 Rp401.500.000
07 Januari 2016 40.000 Rp6.200 Rp248.000.000 15.000 Rp6.100 Rp91.500.000
10.000 Rp6.200 Rp62.000.000
25.000 Rp153.500.000
08 Januari 2016 10.000 Rp6.200 Rp62.000.000 5.000 Rp6.100 Rp30.500.000
10.000 Rp6.100 Rp61.000.000
20.000 Rp123.000.000
09 Januari 2016 70.000 Rp6.050 Rp423.500.000 5.000 Rp6.100 Rp30.500.000
70.000 Rp6.050 Rp423.500.000
75.000 Rp454.000.000
10 Januari 2016 40.000 Rp6.050 Rp242.000.000 5.000 Rp6.100 Rp30.500.000
30.000 Rp6.050 Rp181.500.000
35.000 Rp212.000.000
11 Januari 2016 30.000 Rp6.000 Rp180.000.000 5.000 Rp6.100 Rp30.500.000
30.000 Rp6.050 Rp181.500.000
30.000 Rp6.000 Rp180.000.000
65.000 Rp392.000.000
12 Januari 2016 30.000 Rp6.000 Rp180.000.000 5.000 Rp6.100 Rp30.500.000
25.000 Rp6.050 Rp151.250.000 5.000 Rp6.050 Rp30.250.000
55.000 Rp331.250.000 10.000 Rp60.750.000
B. TUD Rp1.496.750.000 HPP Rp1.436.000.000 PERSEDIAAN AKHIR

Dari kartu persediaan tersebut telah jelas diketahui informasi


jumlah Barang Tersedia Untuk Dijual senilai Rp1.496.750.000, HPP

≔ 59 ≕
PENGANTAR AKUNTANSI 2

senilai Rp1.436.000.000, dan Persediaan Akhir yang dimiliki senilai


Rp60.750.000.

Ketika dibandingkan, antara penilaian LIFO – Fisik dengan LIFO –


Perpetual memiliki perbedaan pada nilai dan cara pencatatannya.

3. Rata – rata (Average)

Metode rata – rata dibedakan antara metode fisik dengan metode


perpetual. Berikut penjelasan masing – masing metode.

a) Rata – Rata Tertimbang (Weighted Average)

Apabila perusahaan menggunakan metode pencatatan secara


fisik maka metode rata – rata yang digunakan adalah rata – rata
tertimbang. Metode ini menjumlahkan seluruh biaya atau nilai
harga pokok dari barang tersedia untuk dijual lalu merata-
ratanya dengan seluruh unit tersedia untuk dijual sehingga
didapatkan nilai harga pokok per unit.

≔ 60 ≕
PENGANTAR AKUNTANSI 2

Menggunakan contoh PT XYZ, berikut penyelesaian kasusnya:

METODE WEIGHTED AVERAGE (RATA - RATA TERTIMBANG)


PERHITUNGAN BARANG TERSEDIA UNTUK DIJUAL :
TANGGAL TRANSAKSI HARGA PER UNIT UNIT TOTAL
01-Jan-16 PERSEDIAAN AWAL Rp6.100 20.000 Rp122.000.000
02-Jan-16 PEMBELIAN Rp6.150 75.000 Rp461.250.000
06-Jan-16 PEMBELIAN Rp6.200 50.000 Rp310.000.000
09-Jan-16 PEMBELIAN Rp6.050 70.000 Rp423.500.000
11-Jan-16 PEMBELIAN Rp6.000 30.000 Rp180.000.000
TOTAL BARANG TERSEDIA UNTUK DI JUAL 245.000 Rp1.496.750.000

PERHITUNGAN BIAYA/UNIT :
Total Biaya B.TUD / Jml. Unit B.TUD = Rp1.496.750.000 / 245.000 unit
Biaya Rata - Rata per Unit = Rp6.109,18 / unit

PERHITUNGAN PERSEDIAAN AKHIR :


Barang Tersedia Dijual 245.000 UNIT
Penjualan 235.000 UNIT
Persediaan Akhir 10.000 UNIT
Harga Per Unit Rp6.109,18 diambil harga rata-rata
Nilai Persediaan Akhir Rp61.091.836,73

PERHITUNGAN HARGA POKOK PENJUALAN:


Barang Tersedia Dijual Rp1.496.750.000
Persediaan Akhir Rp61.091.836,73
Nilai HPP Rp1.435.658.163,27

b) Rata – Rata Bergerak (Moving Average)

Metode ini digunakan pada metode pencatatan perpetual


dimana perhitungan harga pokok barang mengikuti arus keluar
masuknya barang sehingga memiliki nilai rata - rata baru setiap
ada mutasi barang baru.

Berikut akan ditampilkan kartu persediaan apabila


menggunakan metode Rata – Rata Bergerak:

≔ 61 ≕
PENGANTAR AKUNTANSI 2

PT XYZ
KARTU PERSEDIAAN METODE MOVING AVERAGE (RATA-RATA BERGERAK)
MASUK KELUAR SALDO
TANGGAL
UNIT HARGA JUMLAH UNIT HARGA JUMLAH UNIT HARGA JUMLAH
01 Januari 2016 20.000 Rp6.100 Rp122.000.000 20.000 Rp6.100 Rp122.000.000
02 Januari 2016 75.000 Rp6.150 Rp461.250.000 20.000 Rp6.100 Rp122.000.000
75.000 Rp6.150 Rp461.250.000
95.000 Rp6.139,47 Rp583.250.000
03 Januari 2016 40.000 Rp6.139,47 Rp245.578.947,37 55.000 Rp6.139,47 Rp337.671.052,63
04 Januari 2016 35.000 Rp6.139,47 Rp214.881.578,95 20.000 Rp6.139,47 Rp122.789.473,68
05 Januari 2016 5.000 Rp6.139,47 Rp30.697.368,42 15.000 Rp6.139,47 Rp92.092.105,26
06 Januari 2016 50.000 Rp6.200 Rp310.000.000 15.000 Rp6.139,47 Rp92.092.105,26
50.000 Rp6.200 Rp310.000.000
65.000 Rp6.186,03 Rp402.092.105,26
07 Januari 2016 40.000 Rp6.186,03 Rp247.441.295,55 25.000 Rp6.186,03 Rp154.650.809,72
08 Januari 2016 20.000 Rp6.186,03 Rp123.720.647,77 5.000 Rp6.186,03 Rp30.930.161,94
09 Januari 2016 70.000 Rp6.050 Rp423.500.000 5.000 Rp6.186,03 Rp30.930.161,94
70.000 Rp6.050 Rp423.500.000
75.000 Rp6.059,07 Rp454.430.161,94
10 Januari 2016 40.000 Rp6.059,07 Rp242.362.753,04 35.000 Rp6.059,07 Rp212.067.408,91
11 Januari 2016 30.000 Rp6.000 Rp180.000.000 35.000 Rp6.059,07 Rp212.067.408,91
30.000 Rp6.000 Rp180.000.000
65.000 Rp6.031,81 Rp392.067.408,91
12 Januari 2016 55.000 Rp6.031,81 Rp331.749.346,00 10.000 Rp6.031,81 Rp60.318.062,91
B. TUD Rp1.496.750.000 HPP Rp1.436.431.937 PERSEDIAAN AKHIR

4. Identifikasi Khusus
Metode identifikasi khusus berbeda dengan metode metode –
metode sebelumnya dalam menentukan nilai persediaan. Pada
metode identifikasi khusus, nilai persediaan adalah benar-benar
sebesar harga perolehannya. Harga pokok penjualan pada metode
identifikasi khusus sebesar harga perolehan barang yang dijual
tersebut.
Metode ini digunakan pada barang dagang yang jenisnya banyak dan
bervariasi baik dari spesifikasi maupun ciri khas. Setiap barang yang
masuk diberi label satu per satu dan apabila dikeluarkan (terjual)
maka bisa langsung diidentifikasi spesifikasi maupun harga pokoknya
untuk item tersebut.
Kelemahan metode ini jika perusahaan memiliki jenis persediaan
yang dapat identik (dapat disubtitusi) dan memiliki volume transaksi
yang tinggi. Pada saat pembelian yang terjadi selama satu periode,
perusahaan memiliki harga yang beragam dengan jumlah transaksi
yang banyak. Hal ini akan memakan banyak waktu dan tempat untuk

≔ 62 ≕
PENGANTAR AKUNTANSI 2

mengidentifikasi item sesuai harga perolehannya dan jumlah yang


dimiliki.
Contoh kasus akan ditunjukkan pada Gambar di bawah ini:

DATA PEMBELIAN DAN PENJUALAN PT ABC


TANGGAL TRANSAKSI KODE BRG UNIT HARGA PER UNIT TOTAL
01-Jan-16 PERSEDIAAN AWAL A12 20 Rp610.000 Rp122.000.000
02-Jan-16 PEMBELIAN A13 75 Rp615.000 Rp461.250.000
03-Jan-16 PENJUALAN A13 40 Rp700.000 Rp280.000.000
04-Jan-16 PENJUALAN A12 5 Rp700.000 Rp245.000.000
05-Jan-16 PENJUALAN A12 5 Rp710.000 Rp35.500.000
06-Jan-16 PEMBELIAN A14 50 Rp620.000 Rp310.000.000
07-Jan-16 PENJUALAN A13 35 Rp720.000 Rp288.000.000

PERHITUNGAN HARGA POKOK PENJUALAN:


Barang Tersedia Dijual Rp893.250.000
Nilai HPP:
- KODE A13 40 UNIT @ Rp615.000 = Rp24.600.000
- KODE A12 5 UNIT @ Rp610.000 = Rp3.050.000
- KODE A12 5 UNIT @ Rp610.000 = Rp3.050.000
- KODE A13 35 UNIT @ Rp615.000 = Rp21.525.000
Rp52.225.000 _
Persediaan Akhir Barang Dagang Rp841.025.000

b. Penilaian Tambahan

1. Nilai Terendah antara Biaya dan Nilai Realisasi Bersih (Lower of Cost
or Net Realizable Value/LCNRV)

Nilai realisasi bersih dihitung dari perkiraan harga jual dikurangi


dengan seluruh biaya atau usaha yang dikeluarkan untuk menjual
barang dagang tersebut. Setiap akhir periode perusahaan akan
menghitung perkiraan nilai realisasi bersih tiap item barang dagang
lalu dibandingkan dengan harga pokoknya. Nilai yang diakui dan
disajikan pada laporan keuangan adalah nilai yang terendah. Nilai
terendah ini bisa per kelompok atau per jenis barang. Misal contoh
kasus PT XYZ pada tanggal 31 Desember 2016 memiliki beberapa
daftar persediaan sebagai berikut:

≔ 63 ≕
PENGANTAR AKUNTANSI 2

NILAI REALISASI BERSIH


NAMA HARGA POKOK
(NET REALIZABLE VALUE) LCNRV
BARANG (COST)
HARGA JUAL BIAYA PENJUALAN NRV
A Rp200.000 Rp500.000 Rp225.000 Rp275.000 Rp200.000
B Rp300.000 Rp650.000 Rp425.000 Rp225.000 Rp225.000
C Rp450.000 Rp700.000 Rp375.000 Rp325.000 Rp325.000
D Rp500.000 Rp600.000 Rp120.000 Rp480.000 Rp480.000
TOTAL Rp1.450.000 Rp1.305.000 Rp1.230.000

Tabel 2. Lower of Cost or Net Realizable Value

Pada tabel di atas terdapat beberapa item barang yang masing –


masing jenis dan kelompoknya ditentukan nilai terendah antara
harga pokok (cost) dan nilai realisasi bersih (net realizable value).
Nilai persediaan barang dagang yang disajikan dalam laporan posisi
keuangan bisa sejumlah Rp1.305.000,00 jika nilai terendah dihitung
per kelompok atau Rp1.230.000,00 jika nilai terendah dihitung per
jenis barang.

2. Metode Taksiran

Pada perusahaan tertentu penilaian berdasarkan biaya dirasa


kurang praktis atau tidak efisien ketika terdapat suatu kejadian yang
diluar dugaan, misalnya kebakaran, bencana alam, dan lain
sebagainya. Untuk itu diperlukan metode lain, yakni metode
Taksiran yang terdiri dari Metode Laba Kotor dan Metode Eceran.

a) Metode Laba Kotor (Gross Profit Method)


Dalam metode ini konsep yang digunakan adalah konsep
hubungan antara harga pokok dan harga jual. Besarnya
prosentase laba kotor umumnya didasarkan prosentase laba-
laba tahun lalu. Metode laba kotor dapat bermanfaat dalam
kondisi berikut ini :

≔ 64 ≕
PENGANTAR AKUNTANSI 2

1) Perusahaan memerlukan laporan persediaan untuk


keperluan intern atau untuk melihat persedian bulanan,
sedang biaya stock opname sangat mahal.
2) Persediaan rusak atau musnah akibat kebakaran, pencurian,
bencana alam dan lainnya.
Ada beberapa tahapan pada metode ini:

- Tahap 1: Menentukan Taksiran Laba Kotor


- Tahap 2: Menentukan Taksiran Harga Pokok Penjualan
- Tahap 3: Menentukan Taksiran Persediaan Akhir

Berikut ini diberikan contoh kasus untuk menaksirkan nilai


persediaan akhir melalui metode laba kotor.

PT Akika Jaya mengalami kebakaran pada tanggal 19 Agustus.


Data berikut ini diperoleh dari catatan akuntansi:
Persediaan per 1 Agustus Rp62.700.000,00
Pembelian bersih selama bulan Agustus Rp198.000.000,00
Penjualan Kotor bulan Agustus Rp275.000.000,00
Laba Bulan Juli 30%

Dengan demikian, dapat disimulasikan taksiran persediaan akhir


adalah sebagai berikut:

Tahap 1. Menentukan Taksiran Laba Kotor


Penjualan Kotor bulan Agustus Rp275.000.000,00
Laba Historis 30%

Tahap 2: Menentukan Taksiran Harga Pokok Penjualan


Taksiran HPP = Penjualan Agustus x (100% - 30%)
Bulan Agustus = Rp275.000.000,00 x 70%
= Rp192.500.000,00

≔ 65 ≕
PENGANTAR AKUNTANSI 2

Tahap 3: Menentukan Taksiran Persediaan Akhir


Persediaan per 1 Agustus Rp62.700.000,00
Pembelian bersih selama bulan Agustus Rp198.000.000,00
Barang Tersedia Untuk Dijual (B.TUD) Rp260.700.000,00

Sehingga, dapat dihitung taksiran Persediaan Akhir Bulan


Agustus sebagai berikut:
Persediaan Akhir Bulan = B. TUD Agustus - HPP Agustus
Agustus = Rp260.700.000,00 - Rp192.500.000,00
= Rp68.200.000,00

b) Metode Persediaan Eceran (Retail Inventory Method)


Merupakan metode yang digunakan untuk menaksir persediaan
akhir barang dagang. Metode ini banyak digunakan pada
perusahaan - perusahaan besar seperti swalayan atau toko
grosir yang memperdagangkan banyak jenis barang. Dalam
metode ini, taksiran persediaan dilakukan berdasarkan
hubungan biaya B. TUD terhadap harga eceran (retail) untuk
barang yang sama. Untuk itu, harga eceran seluruh barang
harus disiapkan dan dijumlahkan. Untuk lebih jelasnya akan
ditampilkan pada kasus yang sama berikut ini:

PT Akika Jaya mengalami kebakaran pada tanggal 19 Agustus.


Data berikut ini diperoleh dari catatan akuntansi:
Menurut biaya (cost):
Persediaan per 1 Agustus Rp62.700.000,00
Pembelian bersih selama bulan Agustus Rp198.000.000,00
Barang Tersedia Untuk Dijual (B.TUD) Rp260.700.000,00

Menurut harga eceran (retail):


Persediaan per 1 Agustus Rp114.000.000,00
Pembelian bersih selama bulan Agustus Rp360.000.000,00
Barang Tersedia Untuk Dijual (B.TUD) Rp500.000.000,00
Penjualan Kotor bulan Agustus Rp300.781.250,00

≔ 66 ≕
PENGANTAR AKUNTANSI 2

Dengan demikian, dapat disimulasikan taksiran persediaan akhir


menggunakan metode Harga eceran adalah sebagai berikut:

Tahap 1. Menentukan Rasio antara Biaya (Cost) vs Eceran


(Retail)

( )
( )

Tahap 2. Menentukan Persediaan Akhir menurut Harga Eceran


Menurut harga eceran (retail):
Barang Tersedia Untuk Dijual (B.TUD) Rp407.343.750,00
Penjualan Kotor bulan Agustus (Rp300.781.250,00)
Persediaan Akhir bulan Agustus Rp106.562.500,00

Tahap 3. Menentukan Persediaan Akhir menurut Biaya (Cost)


Taksiran Persediaan Akhir = Persediaan Akhir Agustus (Eceran) x
Bulan Agustus Rasio 64%
= Rp106.562.500,00 x 64%
= Rp68.200.000,00

RANGKUMAN
1. Persediaan (inventory) memiliki posisi strategis dalam perusahaan
khususnya laporan keuangan sehingga seringkali laporan keuangan
tidak akan dapat disusun tanpa mengetahui nilai persediaan.
Bahkan, kesalahan dalam penilaian persediaan akan berpengaruh
langsung ke laporan keuangan dan akhirnya berpengaruh juga ke
respon stockholder.

≔ 67 ≕
PENGANTAR AKUNTANSI 2

2. Persediaan didefinisikan sebagai kekayaan perusahaan yang


memiliki potensi ekonomis untuk menunjang operasi bisnis
perusahaan yang dibeli atau melalui proses produksi dan ditujukan
untuk dijual kembali.
3. Persediaan diklasifikasikan berbeda – beda sesuai dengan
karakteristik perusahaan. Untuk perusahaan dagang, persediaan
diklasifikasikan menjadi persediaan barang dagang, sedangkan untuk
perusahaan manufaktur klasifikasi persediaan lebih beragam.
Persediaan manufaktur diklasifikasikan menjadi 3, yaitu persediaan
bahan baku, persediaan barang dalam proses, serta persediaan
barang jadi.
4. Untuk menentukan apakah barang itu sudah dapat dicatat sebagai
persediaan pemiliknya, terdapat beberapa kondisi yang harus
diketahui.
 Barang Dalam Perjalanan (Goods in Transit)
 Barang yang Dipisahkan (Segregated Goods)
 Barang Konsinyasi (Consignment Goods)
 Penjualan Angsuran (Installment Sales)
5. Terdapat 2 metode pencatatan persediaan barang, yaitu: Metode
Fisik (Periodik - periodic inventory system) dan Metode Perpetual
(perpetual inventory system)
6. Terdapat beberapa metode untuk penilaian persediaan barang
dagang baik yang berdasarkan biaya (cost) dan pendekatan
tambahan.
c. Penilaian Berdasarkan Biaya yang terdiri dari:
 FIFO (First In First Out)
 LIFO (Last In First Out)
 Rata – Rata Tertimbang (Weighted Average)
 Rata – Rata Bergerak (Moving Average)
 Identifikasi Khusus
d. Penilaian Tambahan
 Nilai Terendah antara Biaya dan Nilai Realisasi Bersih (Lower
of Cost or Net Realizable Value/LCNRV)
 Metode Taksiran

≔ 68 ≕
PENGANTAR AKUNTANSI 2

c) Metode Laba Kotor (Gross Profit Method)


d) Metode Persediaan Eceran (Retail Inventory Method)

Contoh Soal
PT. LED memiliki data persediaan barang dagang selama bulan Februari
2019 sebagai berikut:
1 Februari Persediaan awal 1.500 unit, harga @ Rp 6.000
5 Februari Dibeli barang dagang 2.000 unit, harga @ Rp 6.500
9 Februari Dijual barang dagang 2.500 unit, harga @Rp 12.000
13 Februari Dibeli barang dagang 3.000 unit, harga @Rp 7.000
18 Februari Dijual barang dagang 2.000 unit, harga @Rp 14.000
20 Februari Dibeli barang dagang 5.000 unit, harga @Rp 7.500
26 Februari Dijual barang dagang 3.000 unit, harga @ Rp 15.000
Diminta;
a. Buat Jurnal dengan metode perpetual dengan penilaian FIFO
b. Berapa nilai persediaan akhir dengan metode fisik menggunakan
penilaian FIFO

Penyelesaian
a. 5 Februari Persediaan Barang Dagang Rp 13.000.000
Kas Rp 13.000.000

9 Februari Kas Rp 30.000.000


Penjualan Rp 30.000.000
HPP Rp 15.500.000
Persediaan Barang Dagang Rp 15.500.000

13 Februari Persediaan Barang dagang Rp 21.000.000


Kas Rp 21.000.000

18 Februari Kas Rp 28.000.000


Penjualan Rp 28.000.000
HPP Rp 13.500.000
Persediaan Barang dagang Rp 13.500.000

≔ 69 ≕
PENGANTAR AKUNTANSI 2

20 Februari Persediaan Barang Dagang Rp 37.500.000


Kas Rp 37.500.000

26 Februari Kas Rp 45,000.000


Penjualan Rp 45.000.000
HPP Rp 21.500.000
Persediaan Barang Dagang Rp 21.500.000

b. Nilai Persediaan Akhir : 4000 unit x Rp 7.500 = Rp 30.000.000

PERTANYAAN SINGKAT
1. Untuk dapat menggolongkan suatu barang sebagai persediaan oleh
seorang pedagang, harus memenuhi syarat tertentu. Sebutkan
syarat/karakteristik persediaan!
2. Jelaskan perbedaan antara syarat FOB Shipping Point dan FOB
Destination!
3. Jelaskan apakah yang dimaksud consignor pada barang konsinyasi!
4. Jelaskan perbedaan antara pencatatan persediaan menggunakan
fisik maupun perpetual!
5. Jelaskan secara singkat mengenai:
a. Metode FIFO
b. Metode LIFO
c. Metode Rata-rata Tertimbang
d. Metode Rata-rata bergerak
6. Menurut anda, sistem pencatatan persediaan mana yang
memberikan alat pengendalian persediaan yang lebih efektif?
Mengapa?
7. Jika persediaan dinilai menggunakan pendekatan biaya perolehan,
metode manakah yang memberikan (FIFO, LIFO, Rata-Rata) yang
akan menghasilkan beban pajak penghasilan tahunan paling rendah?
Jelaskan!
8. Persediaan pada akhir tahun mengalami kurang catat sebesar
Rp8.000.000.

≔ 70 ≕
PENGANTAR AKUNTANSI 2

a. Apakah kesalahan tersebut menyebabkan lebih catat atau


kurang catat pada laba kotor untuk tahun berjalan?
b. Manakah pos dalam neraca pada akhir tahun yang lebih catat
atau kurang catat karena kesalahan tersebut?
9. Produsen mengirimkan barang kepada consignee. Pada akhir tahun
masih terdapat barang konsinyasi yang belum terjual. Siapakah yang
harus menyajikan persediaan dalam laporan keuangannya?
10. PT Abudabi membeli barang dari PT Ajaib pada tanggal 29 Desember
dengan syarat FOB Destination. Persediaan diperkirakan akan
sampai gudang pada tanggal 2 Januari. Perusahaan manakah yang
harus melaporkan persediaan barang tersebut? Berikan alasannya!

SOAL PILIHAN BERGANDA


1. Berikut adalah akun – akun:
1. Retur Pembelian 6. Penjualan
2. Pembelian Barang Dagang 7. Retur
Penjualan
3. Potongan penjualan 8. Biaya Angkut
Pembelian
4. Harga Pokok Penjualan
5. Persediaan Barang dagang
Dari akun-akun tersebut yang manakah akun-akun yang digunakan di
dalam sistem perpetual…
a. 1,2,4,5,8
b. 2,3,4,5,6
c. 3,5,7,8,1
d. 6,7,4,3,5
e. 1,8,5,4,2

2. Persediaan barang dagang dapat dicatat dengan beberapa metode,


antara lain...
a. Metode penjualan dan metode fisik
b. Metode pencatatan individu dan metode kolektif
c. Metode buku dan metode periodik

≔ 71 ≕
PENGANTAR AKUNTANSI 2

d. Metode installment dan metode konsinyasi


e. Metode perpetual dan metode kolektif

3. Harga pokok penjualan per unit barang dihitung dengan cara membagi
total biaya dari Barang Tersedia Dijual dengan unit keseluruhan yang
dimiliki termasuk sediaan awal periode adalah metode...
a. Metode LIFO
b. Metode FIFO
c. Metode rata-rata tertimbang
d. Metode rata-rata bergerak
e. Metode identifikasi khusus

4. Toko Wira mencatat persediaan dengan metode FIFO, data kegiatan


selama bulan mei 2019 antara lain sebagai berikut:

persediaan barang A awal periode 3.000 unit @ Rp. 30.000, transaksi


pembelian pada bulan mei:
> pembelian ke-1 5.000 unit @ Rp. 32.500
> pembelian ke-2 4.500 unit @ Rp. 35.000
> pembelian ke-3 4.000 Unit @ Rp. 37.500
penjualan selama bulan Mei sebanyak 11.500 unit @Rp. 55.000. Jika
persediaan barang A pada tanggal 31 mei 2019 sebanyak 5.000 unit
maka berapakah harga pokok dari seluruh penjualan?

a. Rp. 305.000.000
b. Rp. 392.500.000
c. Rp. 357.500.000
d. Rp. 287.500.000
e. Rp. 375.000.000
5. Data salah satu barang di suatu perusahaan adalah sebagai berikut:
Persediaan awal ?
Pembelian (1) 9.500 kg @ Rp. 195.000,-
Pembelian (2) 6.500 kg @ Rp. 205.000,-
Penjualan selama periode 10.000 kg.

≔ 72 ≕
PENGANTAR AKUNTANSI 2

Berapakah harga pokok penjualannya?


a. Rp. 1.999.625.000
b. Rp. 1.996.625.000
c. Rp. 1.993.625.000
d. Rp. 1.991.625.000
e. Rp. 1.990.625.000

SOAL LATIHAN
1. Berikut adalah informasi yang berhubungan dengan transaksi produk x
dalam UD UAS untuk bulan Januari.
Tanggal Transaksi
1/1/2015 : Persediaan awal barang dagangan 50 unit @Rp9.000,- / unit
1/1/2015 : Dibeli 150 unit barang dagangan dengan harga Rp95.000,-/unit,
syarat pembelian 2/10, n/30. Ongkos angkut pembelian yang
dibayarkan Rp250.000,- (FOB Destination)
4/1/2015 : Dijual barang dagangan 75 unit dengan harga Rp125.000,-/unit,
syarat penjualan 1/10, n/30. Ongkos angkut penjualan
Rp150.000,- (FOB Destination)
7/1/2015 : Diterima kembali barang dagangan yang dijual tgl 6/1/2015
karena tidak sesuai dengan pesanan sebanyak 10 unit
10/1/2015 : Diterima kas pelunasan pihutang dagang untuk transaksi tgl
4/1/2015
15/1/2015 : Dibeli 175 unit barang dagangan dengan harga Rp97.500,-/unit
secara tunai. Ongkos angkut pembelian yang dibayarkan
Rp437.500,- (FOB Shipping Point)
16/1/2015 : Dikembalikan 23 unit barang dagangan yang dibeli tgl 15/1/2015
20/1/2015 : Dijual barang dagangan 150 unit dengan harga Rp175.000,-/unit,
syarat penjualan 1/10, n/30. Ongkos angkut penjualan
Rp485.000,- (FOB Destination)
21/1/2015 : Dibayar hutang dagang atas transaksi tgl 1/1/2015
31/1/2015 : Dibayar biaya: Gaji karyawan Rp15.000.000,-; Listrik Rp725.000,-;
Telepon Rp415.000,-; dan Iklan Rp1.000.000,-
Diminta:
a. Buatlah jurnal yang diperlukan dengan metode FIFO-Phisik
b. Buatlah jurnal yang diperlukan dengan metode FIFO-Perpetual

≔ 73 ≕
PENGANTAR AKUNTANSI 2

c. Buatlah jurnal yang diperlukan dengan metode Rata-rata


Tertimbang
d. Buatlah jurnal yang diperlukan dengan metode Rata-rata
Bergerak
e. Tentukan Nilai persediaan akhir yang paling rendah diantara 4
metode di atas!

2. PT Merapi memiliki informasi yang berhubungan dengan persediaan


barang dagangan sebagai berikut:
Persediaan 1 Januari 200 unit @$17.500/unit
Pembelian Selama Bulan Januari:
- 5 Januari 100 unit @$18.750/unit
- 8 Januari 150 unit @$18.800/unit
- 15 Januari 150 unit @$19.250/unit
- 20 Januari 200 unit @$20.000/unit
- 21 Januari (Retur Pembelian) -10 unit @$20.000/unit
Penjualan Bulan Januari:
- 6 Januari 100 unit
- 9 Januari 300 unit Harga Jual @
- 22 Januari 100 unit $25.000/unit
- 23 Januari (Retur Penjualan) -10 unit
Persediaan, 31 Januari ??

Diminta :
Buatlah ayat jurnal untuk mencatat transaksi di atas apabila :
a. Digunakan metode FIFO – fisik
b. Digunakan metode FIFO – perpetual
c. Digunakan metode Rata – Rata Tertimbang
d. Digunakan metode Rata – Rata Bergerak
e. Tentukan perbandingan nilai persediaan dengan menggunakan
metode di atas!

≔ 74 ≕
PENGANTAR AKUNTANSI 2

3. PT Semangat adalah sebuah perusahaan dagang yang mengalami


kemajuan pesat beberapa tahun terakhir. Dengan kemajuan tersebut
maka transaksi yang terjadi juga semakin banyak dan kompleks.
Pencatatan dilakukan dalam jurnal khusus dengan menggunakan
metode FIFO perpetual.

Berikut adalah transaksi yang terjadi pada Januari 2018:


Jan 1 Dibayar sewa kantor untuk bulan ini sebesar Rp1.500.000,-.
Dibeli 100 unit TV LED Merk LG senilai Rp300.000.000,- dengan
2 termin 2/10 n/30 dari PT Citra (telah termasuk ongkos angkut
pembelian).
Mengembalikan TV LED Merk LG yang dibeli dari PT Citra atas
3
pembelian tgl 2 Januari lalu sebanyak 10 unit.
3 Dibeli peralatan kantor seharga Rp2.500.000,- secara tunai.
4 Dibeli perlengkapan toko seharga Rp500.000,- secara kredit.
6 Dibayar beban iklan sejumlah Rp250.000,-.
Dibeli barang dagangan 150 unit SUHD TV Merk Samsung senilai
7
Rp450.000.000,- kepada PT Sentosa.
Dijual TV LED Merk LG sejumlah 20 unit @ Rp3.500.000 kepada
9
CV Murmer dengan termin 5/10 n/30.
Dijual TV LED Merk LG sejumlah 40 unit @ Rp3.600.000 kepada
9
CV Granada dengan termin 5/10 n/30.
Melunasi utang dagang kepada PT Citra atas transaksi yang terjadi
10
pada tanggal 2 Januari lalu.
Menerima pengembalian barang sebanyak 2 unit dari CV Murmer
11
atas penjualan lalu.
12 CV Murmer melunasi seluruh tagihan dari perusahaan.
20 CV Granada melunasi seluruh tagihan dari perusahaan.
23 Membayar Gaji Sales Rp12.000.000,-

Selanjutnya, di bawah ini adalah transaksi yang terjadi pada Februari


2018:
Feb 1 Dibayar biaya angkut penjualan sebesar Rp1.500.000,-.
6 Dibayar beban iklan sejumlah Rp250.000,-.

≔ 75 ≕
PENGANTAR AKUNTANSI 2

Dijual SUHD TV Merk Samsung sejumlah 20 unit @ Rp4.500.000


9
kepada CV Murmer dengan termin 5/10 n/30.
Menerima pengembalian barang sebanyak 5 unit dari CV
11
Murmer atas penjualan tgl 9/2/18 lalu.
12 CV Murmer melunasi tagihan tanggal 9/2/18.
23 Membayar Gaji Administrasi Rp1.000.000,-

Pada akhir bulan Februari 2018, akuntan diminta untuk melaporkan


kegiatan operasional perusahaan selama Januari – Februari 2018.
Berikut beberapa transaksi yang belum tercatat dan disesuaikan oleh
perusahaan:

Beban sewa gudang yang dapat diakui selama periode 2018 adalah
A
sebesar Rp1.500.000,-.
B Perlengkapan toko tersisa sejumlah Rp100.000,-
C Beban Iklan yang belum dibayar sejumlah Rp2.000.000,-
D Gaji Administrasi yang belum dibayarkan sejumlah
Tahun lalu perusahaan menerima Uang Muka Pendapatan Servis
E elektronik sebesar Rp1.200.000. Saat ini seluruh kewajiban servis telah
dipenuhi perusahaan.
Premi Asuransi yang telah dibayarkan senilai Rp6.000.000,- untuk 3
F
tahun (yang dibayarkan pada Bulan November 2017 lalu).
Perusahaan telah menyelesaikan pesanan servis elektronik senilai
G
Rp5.600.000,- dan telah mengirim tagihannya pada customer.
Tagihan Listrik dan telepon bulan ini masing – masing senilai
H
Rp1.800.000,- dan Rp700.000,- .
I Gaji Sales yang belum dibayar senilai Rp12.000.000,-

≔ 76 ≕
PENGANTAR AKUNTANSI 2

Sebagai informasi tambahan, Neraca Saldo Awal Januari 2018 adalah


sebagai berikut:
Nama Akun Jumlah
Kas Rp750.000.000
Premi Asuransi Rp10.000.000
Piutang Dagang
Rp100.000
(CV Granada)
Persediaan Barang Dagang Rp2.000.000
Bahan Habis Pakai Rp3.500.000
Peralatan Kantor Rp30.000.000
Printer Rp500.000
Komputer Rp4.000.000
Gedung Rp20.000.000
Tanah Rp20.000.000
Utang Dagang
Rp30.000.000
(PT Citra)
Pendapatan Diterima Di Muka Rp40.000.000
Utang Pajak Rp100.000
Modal, Ali Rp770.000.000

Susunlah :
1. Jurnal Pembelian
2. Jurnal Penjualan
3. Jurnal Penerimaan Kas
4. Jurnal Pengeluaran Kas
5. Jurnal Memorial
6. Buku Pembantu Utang dan Piutang
7. Jurnal Penyesuaian
8. Buku Besar
9. Laporan Laba Rugi Periode
10. Laporan Perubahan Modal
11. Neraca
12. Jurnal Penutup

≔ 77 ≕

Anda mungkin juga menyukai