Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN KULIAH LAPANGAN

Mata Kuliah Hukum Ketenagakerjaan


Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia

Efektivitas Kebijakan Pemerintah Tentang Perlindungan Jaminan


Sosial Pekerja Migran Indonesia

Di susun oleh :
Jelita Ayu Faradilla (1111210254)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
MEI, 2023
2|Pa ge
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas segala nikmat dan karunia yang diterima dari
Allah SWT. Semoga semua dalam keadaan sehat dan penuh
kebahagiaan…Aamin YRA.

Laporan Kuliah Lapangan ini disusun bertujuan sebagai bentuk


akuntabilitas, transparansi dan penyebaran informasi hasil
pelaksanaan kuliah lapangan di Badan Perlindungan Pekerja Migran
Indonesia (BP2MI) di Jakarta yang dilaksanakan pada 26 Mei 2023 oleh
mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
dengan mata kuliah Hukum Ketenagakerjaan pada Semester Genap
Tahun 2023.

Laporan ini disusun sesuai klaster tema yang ditentukan dan


dikembangkan secara komperhensif oleh masing-masing mahasiswa
dalam berbagai sudut pandang dan hasilnya disajikan dalam bentuk
karya ilmiah.

Pada akhirnya sebagai dosen pengampu mata kuliah, apresiasi


setinggi-tingginya kepada para mahasiswa, dosen, pimpinan FH
Untirta dan BP2MI yang telah mendukung kegiatan kuliah lapangan.
Semoga laporan kuliah ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak terutama dalam menambah wawasan, khazanah ilmu dan
pengetahuan bagi mahasiswa serta sumbangsih perbaikan pada
hukum ketenagakerjaan terutama berkaitan dengan pekerja migran
Indonesia. Akhir kata, terima kasih dan semangat menggapai cita-cita
mahasiswaku.

Serang, 15 Juni 2023


Dosen Pengampu,

Dr. Nuryati Solapari, S.H., M.H.


NIP. 197906022006042002

3|Pa ge
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena

karunianya penulis dapat menyelesaikan Laporan Kuliah Lapangan ini

sebagai pertanggungjawaban dari praktek kuliah lapangan yang

dilakukan di Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) di

Jakarta yang dilaksanakan pada 26 Mei 2023. Laporan yang berjudul

“Efektivitas Kebijakan Pemerintah Tentang Perlindungan Sosial Pekerja

Migran Indonesia” ini diajukan sebagai bukti telah menjalankan kuliah

lapangan.

Pemilihan tema ini didasari atas karakteristik kebijakan jaminan

sosial yang dirasa penulis sangat penting untuk kesejahteraan pekerja

migran di Indonesia. Analisis ke-efektivitasan kebijakan tersebut dapat

direpresentasikan dalam tulisan berupa laporan kuliah lapangan yang

ditulis oleh penulis. Semoga dengan adanya laporan PKL ini dapat

mengetahui ke-efektivitasan kebijakan perlindungan jaminan sosial

pekerja migran serta mengetahui karakteristik jaminan sosial yang di

berikan pemerintah pada para pekerja migran di Indonesia.

Laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya tidak

terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, yakni Ibu Dr.

Nuryati Solapari, S.H., M.H. selaku dosen pembimbing, dan teman-

teman kelas 4G terutama Arin, Haura, dan Rinjani. Untuk itu penulis

ucapkan terima kasih atas kontribusi bantuan dalam berbagai bentuk.

4|Pa ge
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam

penyusunan laporan ini, baik dari segi EBI, kosakata, tata bahasa,

etika maupun isi. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik

dan saran seluas-luasnya dari pembaca yang kemudian akan penulis

jadikan sebagai bahan evaluasi.

Demikian semoga laporan kuliah lapangan ini dapat diterima

sebagai ide atau gagasan yang menambah kekayaan intelektual dalam

bidang ketenagakerjaan. Semoga laporan kuliah lapangan saya ini

dapat bermanfaat bagi pembaca dan juga untuk penulis sendiri.

Serang, 10 Juni 2023

Penulis

Jelita Ayu Faradilla

5|Pa ge
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN 2

KATA SAMBUTAN DOSEN PEMBIMBING 3

KATA PENGANTAR 4

DAFTAR ISI 5

BAB I PENDAHULUAN 7

1. Latar Belakang 7

2. Rumusan Masalah 11

3. Tujuan Penelitian 11

4. Manfaat Penelitian 11

5. Metode Penelitian 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA 14

1. Pekerja Migran 14

a. Pengertian Pekerja Migran 14

b. Syarat Menjadi Pekerja Migran 16

2. Jaminan Sosial 18

BAB III PERMASALAHAN DAN ANALISA 24

1. Kebijakan Pemerintah Tentang Perlindungan Jaminan Sosial Pekerja

Migran di Indonesia 24

a. Jaminan Kecelakaan Kerja 25

6|Pa ge
b. Jaminan Kematian 30

c. Jaminan Hari Tua 31

2. Efektivitas Kebijakan Pemerintah Tentang Perlindungan Jaminan Sosial

Pekerja Migran di Indonesia 32

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 37

1. Kesimpulan 37

2. Saran 38

DAFTAR PUSTAKA 39

PROFIL PENULIS 41

DOKUMENTASI 42

7|Pa ge
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pekerja migran Indonesia adalah setiap warga negara Indonesia

yang akan, sedang, atau telah melakukan pekerjaan dengan menerima

upah di luar wilayah Republik Indonesia. Jumlah Pekerja Migran

Indonesia Sebanyak 3,44 Juta pada 2022 Jumlah itu naik 5,59%

dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebanyak 3,25 juta orang. 1

Jumlah tersebut belum termasuk pekerja migran Indonesia yang tidak

tercatat yang semakin meningkat.

Khusus mengenai Pekerja Migran Indonesia, Negara Republik

Indonesia adalah negara yang menduduki ranking ke-empat di tingkat

kepadatan penduduk di dunia dan merupakan sumber besar bagi ratusan

ribu tenaga kerja yang mencari Pekerjaan ke luar negeri seperti di Malaysia,

Singapura dan Timur Tengah. Berdasarkan data Badan Nasional

Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BN2PTKI). Sepanjang

2014 - Maret 2019, kuantitas Pekerja Migran Indonesia (PMI) mencapai 1,55

juta pekerja. Khusus selama triwulan pertama 2019, populasinya mencapai

64.062 orang terdiri dari 19.597 (31%) pekerja laki-laki dan 44.465 (70%)

pekerja perempuan. Realisasi jumlah PMI Januari – Maret tahun ini turun

3,07% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebanyak 66.090

1
DataIndonesia.id (2023) Jumlah Pekerja Migran Indonesia Sebanyak 3,44 Juta pada 2022 Di akses pada
tanggal 14 Juni 2023 https://dataindonesia.id/tenaga-kerja/detail/jumlah-pekerja-migran-indonesia-sebanyak-
344-juta-pada-2022

8|Pa ge
pekerja. Dari sumber yang sama diketahui, penempatan PMI sepanjang 2018

meningkat 7,89% secara year on year menjadi 283.640 ribu pekerja. Jumlah

ini terdiri dari 84.665 (30%) pekerja lakilaki dan 198.975 (70%) pekerja

perempuan. Tingginya penempatan pekerja migran ke luar negeri seolah

mengindikasikan bahwa bekerja di luar negeri terus menjadi impian sebagian

masyarakat. Penghasilan yang cukup besar menjadi salah satu alasan

mereka mengadu nasib sampai ke negeri jiran.2

Migrasi tenaga kerja internasional merupakan faktor pendorong

pembangunan ekonomi Indonesia dan juga sumber daya manusia. Meskipun

pengiriman TKI ke luar negeri yang sekarang telah dirubah istilahnya

menjadi Pekerja Migran Indonesia, telah memberikan kontribusi yang sangat

besar terhadap perkembangan ekonomi Indonesia, ditambah dengan

pengiriman uang yang terhitung lebih dari 6 milyar dolar per tahun, namun

perlindungan hukum bagi Pekerja Migran Indonesia saat ini masih sangat

minim. Hal ini menyebabkan pekerja yang bekerja di luar negeri rentan

mengalami kekerasan, tereksploitasi perkerjaan, pelecehan seksual,

Perdagangan orang dan segala macam bentuk penyalahgunaan kekuasaan

di tiap-tiap tahap Perjalanan migrasi. Dilansir dari salah satu berita online

bahwa pada tahun 2018 Pekerja Migran Indonesia (PMI) atau sebelumnya

disebut Tenaga Kerja Indonesia (TKI), yang dilindungi jaminan sosial

ketenagakerjaan baru berjumlah 365.250 orang. Padahal, menurut data

Kementerian Luar Negeri, saat ini ada sekitar 3 juta Warga Negara Indonesia

(WNI) yang tinggal di luar negeri, dimana lebih 90 persennya merupakan PMI.

2
http://www.bnp2tki.go.id/statistik-penempatan

9|Pa ge
Sebagian besar dari PMI tersebut bekerja di sektor domestik di Malaysia, Arab

Saudi, Hongkong, Taiwan dan Singapura. Sementara, Bank Dunia

memperkirakan ada 9 juta warga Indonesia yang menjadi PMI di seluruh

dunia. Mereka memberi kantribusi devisa sangat signifikan yaitu sebesar 2,2

miliar dolar AS atau setara Rp 30 triliun. Dengan kontribusi demikian besar

sudah seharusnya mereka mendapat perlindungan dalam bentuk

penyelenggaraan jaminan sosial.

Pemerintah terus mengupayakan agar para tenaga kerja Indonesia

dapat diberikan perlindungan dan jaminan yang pasti dimana pun dan

kapanpun tenaga kerja Indonesia berada, salah satu cara pemerintah

mengatasi hal ini adalah dengan cara mengeluarkan kebijakan-kebijkan

terkait perlindungan tenaga kerja Indonesia, salah satunya adalah

dengan diterbitkannyaPeraturanMenteri Ketenagakerjaan Nomor 18 tahun

2018 tentang Jaminan Sosial Pekerja Migran Indonesia (PEMNAKER No. 18

Tahun 2018). Pada tahun 2018 dengan diterbitkannya PEMNAKER No.

18 Tahun 2018 merupakan salah satu upaya untuk memberikan

perlindungansosialkepada seluruh pekerja migranIndonesia serta bertujuan

untuk meminimalisir adanya permasalahan terkait tenaga kerja Indonesia.

Di Indonesia, pembukaan dan batang tubuh UUD 1945 merupakan

landasan ideologi yang kuat bahwa negara ini menganut welfare state.

Sehingga dasar hukum untuk memberikan jaminan sosial bagi setiap Warga

Negara, Baik itu yang berada di Dalam Negeri maupun di Luar Negeri

seharusnya mendapatkan kesempatan yang sama dalam mendapatkan

jaminan sosial, apalagi ketika kita berbicara mengenai Tenaga Kerja

10 | P a g e
Indonesia yang menyumbang devisa yang besar bagi Indonesia, seharusnya

kita tidak lagi mendengar Pekerja Migran Indonesia yang tidak dibayar

gajinya, PMI yang meninggal karena tidak memiliki biaya untuk berobat, dan

cerita pilu lainnya mengenai PMI.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan

rumusan permasalahan sebagian berikut:

1. Bagaimana kebijakan pemerintah tentang perlindungan jaminan

sosial pekerja migran di Indonesia?

2. Bagaimana efektivitas kebijakan pemerintah tentang perlindungan

jaminan sosial pekerja migran Indonesia?

3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan Identifikasi Masalah diatas, maka diketahui tujuan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kebijakan pemerintah Indonesia yang

mengatur tentang perlindungan jaminan sosial di Indonesia.

2. Untuk mengetahui bagaimana pemenuhan hak pekerja migran

atas perlindungan jaminan sosial yang telah di keluarkan

kebijakannya oleh pemerintah terkait.

4. Manfaat Penelitian:

Berdasarkan tujuan dari penelitian ini, maka diharapkan dari

penelitian ini memiliki manfaat diantaranya adalah sebagai berikut:

11 | P a g e
1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur di bidang

ketenagakerjaan dan sebagai referensi penelitian selanjutnya.

2. Penelitian ini juga di harapkan mampu menjadi informasi dan

membantu para pekerja migran agar semakin dilindungi hak-

haknya oleh pemerintah.

3. Penelitian ini di harapkan menjadi bahan masukan dan

informasi bagi pemerintah sebagai pengambil kebijakan dan

semua pihak agar tetap menjaga hak-hak pekerja migran

terutama perlindungan jaminan sosialnya.

5. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah

penelitian hukum empiris. Penelitian hukum empiris atau penelitian

hukum sosiologis yaitu penelitian hukum yang memperoleh data dari sumber

data primer.3 Dalam penelitian hukum empiris yang menjadi fokus kajiannya

adalah bekerjanya hukum dalam masyarakat. Penelitian ini menggunakan

pendekatan yuridis empiris mengenai pelaksanaan dan efektivitas

kebijakan pemerintah perlindungan jaminan sosial pekerja migran

Indonesia. Data yang diteliti berasal dari 2 jenis data, yaitu data primer dan

data sekunder. Data primer bersumber dari penelitian lapangan yaitu data

yang diperoleh secara langsung dari responden ataupun informan yang

berada di lapangan yaitu pegawai Badan Perlindungan Pekerja Migran

3
Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian ; Suatu Pemikiran dan Penerapan, (Jakarta : Rineka Cipta,
2005), Cet 2, hlm. 56.

12 | P a g e
ndonesia (BP2MI). Lalu data sekunder di peroleh dari studi kepustakaan.

Data yang telah diperoleh diolah, dan dianalisis secara kuantitatif

dandisajikan secara deskriptif analisis dengan menggambarkan secara

lengkap tentang hal hal mengenai permasalahan yang diangkat dan

kemudian diuji kebenarannya.

13 | P a g e
BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

A. Pekerja Migran

1. Pengertian Pekerja Migran

Sejak diterbitkannya Undang-Undang nomor 18 tahun 2017 tentang

Perlindungan Pekerja Migran Indonesia, maka Pemerintah Indonesia telah

menetapkan pengertian resmi tentang siapa yang dimaksud Pekerja Migran

Indonesia. Menurut Undang-Undang No.18 Tahun 2017 tentang

Perlindungan Pekerja Migran Indonesia, Pekerja Migran Indonesia adalah

setiap warga negara Indonesia yang akan, sedang, atau telah melakukan

pekerjaan dengan menerima upah di luar wiiayah Republik Indonesia.

Peraturan formal tersebut menjadi acuan dan dasar pemahaman bagi

seluruh pihak terkait dan masyarakat Indonesia tentang pengertian atau

definisi Pekerja Migran di Indonesia.

Istilah Pekerja Migran Indonesia (PMI) atau Buruh Migran Indonesia

(BMI) belum seterkenal istilah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) maupun Tenaga

Kerja Wanita (TKW). Pengertian PMI, BMI, TKI, dan TKW sama, yaitu warga

negara Indonesia yang bekerja di luar negeri.

Secara bahasa, Pekerja artinya orang yang menerima upah atas hasil

kerjanya, orang yang bekerja, buruh, atau karyawan.

14 | P a g e
Migran adalah seseorang yang pindah dari tempat tinggalnya yang

biasa, baik dalam suatu negara atau melintasi perbatasan internasional,

untuk sementara atau selamanya, dan untuk berbagai alasan.4

konteks pekerja, migran artinya pindah untuk bekerja di luar negeri.

Dengan demikian, pengertian Pekerja Migran adalah “orang yang bekerja di

luar negeri atau di luar negaranya”.

Pada BAB II Pasal 4 UU Perlindungan Pekerja Migran Indonesia

dijelaskan, Pekerja Migran Indonesia meliputi:

a. Pekerja Migran Indonesia yang bekerja pada pengguna berbadan

hukum;

b. Pekerja Migran Indonesia yang bekerja pada pengguna perseorangan

atau rumah tangga;

c. Pelaut awak kapal dan pelaut perikanan.

Warga Negara Indonesia (WNI) yang dikirim atau dipekerjakan oleh

badan-badan Internasional atau oleh negara di luar wilayahnya untuk

menjalankan tugas resmi, pelajar dan peserta pelatihan di luar negeri, WNI

pengungsi atau pencari suaka, dan penanam modal atau investor tidak

termasuk sebagai Pekerja Migran Indonesia. Demikian pula aparatur sipil

negara atau pegawai setempat lokal staf yang bekerja di Perwakilan Republik

Indonesia, warga negara Indonesia yang bekerja pada institusi yang dibiayai

4
International Organization for Migration

15 | P a g e
oleh APBN, dan warga negara Indonesia yang mempunyai usaha mandiri di

luar negeri tidak termasuk kategori Pekerja Migran Indonesia.

2. Syarat Jadi Pekerja Migran

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 juga memuat syarat menjadi

TKI atau PMI dalam Pasal 5 Disebutkan, setiap Pekerja Migran Indonesia

yang akan bekerja ke luar negeri harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut:

1. Usia minimal 18 (delapan belas) tahun;

2. Memiliki kompetensi;

3. Sehat jasmani dan rohani;

4. Terdaftar dan memiliki nomor kepesertaan Jaminan Sosial;

5. Memiliki dokumen lengkap yang dipersyaratkan.

Dalam pemberitaan media, kita sering mendengar sebutan “TKI Ilegal”.

Yang dimaksud adalah Pekerja Migran yang tidak memenuhi kelima

persyaratan atau kriteria di atas.

Undang-Undang Perlindungan PMI juga menegaskan, setiap Calon PMI

dan pekerja migran berhak:

1. Mendapatkan pekerjaan di luar negeri dan memilih pekerjaan

sesuai dengan kompetensinya;

2. Memperoleh akses peningkatan kapasitas diri melalui

pendidikan dan pelatihan kerja;

16 | P a g e
3. Memperoleh informasi yang benar mengenai pasar kerja, tata

cara penempatan, dan kondisi kerja di luar negeri;

4. Memperoleh pelayanan yang profesional dan manusiawi, serta

perlakuan tanpa diskriminasi selama pada saat sebelum

bekerja, selama bekerja, dan setelah bekerja;

5. Menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan yang

dianut;

6. Memperoleh upah sesuai dengan standar upah yang berlaku di

negara tujuan dan/atau kesepakatan kedua negara dan/atau

Perjanjian Kerja;

7. Memperoleh perlindungan dan bantuan hukum atas tindakan

yang dapat merendahkan harkat dan martabat sesuai dengan

peraturan perundangundangan di Indonesia dan di negara

tujuan;

8. Memperoleh penjelasan mengenai hak dan kewajiban

sebagaimana tertuang dalam Perjanjian Kerja;

9. Memperoleh akses berkomunikasi;

10. Menguasai dokumen perjalanan selama bekerja;

11. Berserikat dan berkumpul di negara tujuan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di

negara tujuan;

12. Memperoleh jaminan perlindungan keselamatan dan

keamanan kepulangan Pekerja Migran Indonesia ke daerah asal;

dan

17 | P a g e
13. Memperoleh dokumen dan Perjanjian Kerja Calon Pekerja

Migran Indonesia dan/atau Pekerja Migran Indonesia.

Selain hak, setiap Pekerja Migran Indonesia juga mempunyai

kewajiban, yaitu:

1. Menaati peraturan perundang-undangan, baik di dalam negeri

maupun di negara tujuan;

2. Menghormati adat-istiadat atau kebiasaan yang berlaku di

negara tujuan;

3. Menaati dan melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan

Perjanjian Kerja;

4. Melaporkan kedatangan, keberadaan, dan kepulangan Pekerja

Migran Indonesia kepada Perwakilan Republik Indonesia di

negara tujuan penempatan

B. Jaminan Sosial

Tinjauan formal jaminan sosial terdapat di Undang-Undang Nomor 18

Tahun 2017 tentang Pelindungan Pekerja Migran Indonesia Pasal 1 Angka

18, “Jaminan Sosial adalah salah satu bentuk pelindungan sosial untuk

menjamin seluruh ralgrat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya

yang layak.”

Pasal 27 (2) UUD 1945 : “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan

dan penghidupan yang layak bagi kemanusian,”

18 | P a g e
Kemudian terdapat di Pasal 28H Ayat (3) : “ Setiap orang berhak atas

jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh

sebagai manusia yang bermartabat.”

Pasal 34 Ayat (2) : “Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi

seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak

mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.”

Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional : Konsideran huruf a menimbang bahwa : “Setiap orang berhak atas

jaminan sosial untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak

dan meningkatkan martabatnya menuju terwujudnya masyarakat Indonesia

yang sejahtera, adil, dan makmur”, sementara Pasal 1 Ayat (1) : “Jaminan

sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin

seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang

layak.” Konstitusi negara (UUD 1945) tersebut memberikan mandat kepada

penyelenggara negara baik unsur eksekutif, legislatif, dan yudikatif untuk

mewujudkan kesejahteraan dan keadilan bagi warganya sebagaimana cita-

cita kemerdekaan.

Jaminan sosial” berasal dari kata social dan security. Security diambil

dari Bahasa Latin “se-curus” yang bermakna “se” (pembebasan atau

liberation) dan “curus” yang berarti (kesulitan atau uneasiness). Sementara

itu, kata “social” menunjuk pada istilah masyarakat atau orang banyak

(society). Dengan demikian, jaminan sosial secara harafiah adalah

19 | P a g e
“pembebasan kesulitan masyarakat” atau “suatu upaya untuk membebaskan

masyarakat dari kesulitan.”

Jaminan sosial (social security) dapat didefinisikan sebagai sistem

pemberian uang dan/atau pelayanan sosial guna melindungi seseorang dari

resiko tidak memiliki atau kehilangan Pendapatan akibat kecelakaan,

kecacatan, sakit, menganggur, kehamilan, masa tua, dan kematian. Spicker

(1995), memberi batasan dan penjelasan mengenai jaminan sosial sebagai

berikut: The term “social security” is mainly now related to financial

assistance, but the general sense of the term is much wider, and it is still used

in many countries to refer to provisions for health care as well as income.

Although the benefits of security are not themselves material, they do have

monetary value; people in Britain, where there is a National Health Service, are

receiving support which people in the US have to pay for through private

insurance or a Health Maintenance Organisation.5

Jaminan sosial juga dijamin dalam Deklarasi Perserikatan Bangsa-

Bangsa Tentang Hak Asasi Manusia Tahun 1948 dan ditegaskan dalam

Konvensi ILO Nomor 102 Tahun 1952 yang menganjurkan semua Negara

untuk memberikan perlindungan minimum kepada setiap tenaga kerja.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem

Jaminan Sosial Nasional, pemerintah berkewajiban menyediakan jaminan

sosial secara menyeluruh dan mengembangkan penyelenggaraan Sistem

5
Spicker, Paul (1995), Social Policy: Themes and Approaches, London: Prentice-Hall

20 | P a g e
Jaminan Sosial bagi seluruh masyarakat. Undang-Undang Sistem Jaminan

Sosial Nasional diharapkan menjadi payung hukum yang luas dari

penyelenggaraan jaminan sosial di Indonesia setelah proses pembentukan

dan pembahasannya melibatkan berbagai unsur masyarakat.

Dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang

Sistem Jaminan Sosial Nasional disebutkan : Sistem Jaminan Sosial Nasional

adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh

beberapa badan penyelenggara jaminan sosial. Jaminan sosial (social

security) merupakan bagian dari konsep perlindungan sosial (social

protection), dimana perlindungan sosial sifatnya lebih luas. Perbedaan

keduanya adalah bahwa jaminan sosial memberikan perlindungan sosial bagi

individu dengan dana yang diperoleh dari iuran berkala, sedangkan

perlindungan sosial biasanya melibatkan banyak pihak dalam memberikan

perlindungan baik kepada individu, keluarga atau komunitas dari berbagai

risiko kehidupan yang tidak dapat diprediksi sebelumnya seperti krisis

ekonomi, atau bencana alam.6

Vladimir Rys, mengatakan bahwa jaminan sosial adalah seluruh

rangkaian langkah wajib yang dilakukan oleh masyarakat untuk melindungi

mereka dan keluarga mereka dari segala akibat yang muncul karena

6
Pusat Perencanaan Pembangunan Hukum Nasional Badan Pembinaan Hukum Nasional, Kemenhum-HJAM RI,
Laporan Akhir Tim Analisis dan Evaluasi UU NO 40 TH 2004 Tng Sistem Jaminan Sosial

21 | P a g e
gangguan yang tidak terhindarkan, atau karena berkurangnya penghasilan

yang mereka butuhkan untuk mempertahankan taraf hidup yang layak. 7

Bentuk keseriusan pemerintah dalam menindaklanjuti amanat UUD

1945 adalah dengan membuat dan mengundangkan Undang-undang Nomor

40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dimana Pasal 1

angka 1 mendefinisikan bahwa Jaminan Sosial adalah salah satu bentuk

perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi

kebutuhan dasar hidupnya yang layak, dan Pasal 1 ayat 2 mendefisinikan

Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tata cara penyelenggaraan

program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial.

Selanjutnya, Subianto menjelaskan bahwa SJSN adalah sistem pemberian

jaminan kesejahteraan berlaku kepada semua warganegara dan sifatnya

adalah dasar (Basic).8 Definisi ini hendak menegaskan bahwa fasilitas

jaminan kesejahteraan harus dapat dinikmati oleh semua warga negara

tanpa terkecuali.

7
Rys, Vladimir, Merumuskan Ulang Jaminan Sosial, hal: 23, Pustaka Alvabet, Jakarta, 2011
8
Achmad Subianto, Sistem Jaminan Sosial Nasional, hal: 277, Gibon Books, Jakarta, 2010

22 | P a g e
BAB 3

PERMASALAHAN DAN ANALISA

1. Kebijakan Pemerintah Tentang Perlindungan Jaminan Sosial

Pekerja Migran di Indonesia

Pemerintah berupaya melindungi jaminan sosial pekerja migran

dengan perlindungan jaminan sosial yang diberikan oleh pemerintah kepada

para pekerja migran Indonesia khususnya dengan mengeluarkan Peraturan

Menteri Ketenagakerjaan Nomor 18 Tahun 2018 tentang Jaminan Sosial

Pekerja Migran Indonesia

Perlindungan Sosial yang Diberikan oleh Pemerintah Kepada Para

Pekerja Migran Indonesia Didalam “Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004

tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional” mendefinisikan bahwa jaminan

sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin

seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.

Perlindungan sosial atau jaminan sosial dapat di deskripsikan sebagai suatu

tindakan (baik dilakukan pihak swasta ataupun pemerintah) untuk

memenuhi suatu kebutuhan-kebutuhan kelompok masyarakat,

perlindungan sosial ini dapat melindungi kelompok rentan untuk

menghadapi kehidupan yang penuh dengan berbagai resiko serta

23 | P a g e
meningkatkan status sosial dan hak kelompok termarginalisasi di setiap

suatu negara.9

Pihak pertama dalam pelaksanaan perlindungan sosial ini adalah

pihak pemerintah, pemerintah dalam hal ini berfokus kepada suatu

bentuk jaminan sosial yang akan diberikan kepada para pekerja.

Perlindungan yang diberikan tidak hanya berupa fisik melainkan juga

perlindungan hukum. Perlindungan hukum adalah perlindungan akan

harkat dan martabat, serta pengakuan terhadap hak –hak asasi manusia

yang dimiliki oleh subyek hukum berdasakarkan ketentuan umum dari

kesewangan atau sebagai kumpulan peraturan atau kaidah yang akan

dapat melindungi suatu hal lainnya.

Kebijakan yang di keluarkan pemerintah salah satunya pemerintah

membentuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan yang

selanjutnya disingkat BPJS Ketenagakerjaan yang merupakan badan hukum

publik yang dibentuk oleh Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

Pada Pasal 2, disebutkan jenis-jenis program jaminan sosial Pekerja

Migran Indonesia meliputi:

a. JKK (Jaminan Kecelakaan Kerja);

b. JKM (Jaminan Kematian); dan

9
Juliantoro, M. A., & Wijaya, S. (2020). Analisis Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomer 18 Tahun 2018
Tentang Jaminan Sosial Pekerja Migran Indonesia.Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan,6(1), 1-14.

24 | P a g e
c. JHT (Jaminan Hari Tua).

Kemudian pada Pasal 3, di sebutkan bahwa Calon Pekerja Migran

Indonesia atau Pekerja Migran Indonesia yang bekerja ke luar negeri wajib

terdaftar dalam kepesertaan program: JJK, dan JKM. Kemudian Calon

Pekerja Migran Indonesia atau Pekerja Migran Indonesia sebagaimana

dimaksud di atas dapat mengikuti program JHT.

a. Jaminan Kecelakaan Kerja

Jaminan Kecelakaan Kerja yang selanjutnya disingkat JKK adalah

manfaat berupa uang tunai dan/atau pelayanan kesehatan yang diberikan

pada saat peserta mengalami Kecelakaan Kerja atau penyakit yang

disebabkan lingkungan kerja.

Pasal 15

(1) Perawatan dan pengobatan dalam program JKK diberikan

sesuai dengan kebutuhan medis, meliputi:

a. pemeriksaan dasar dan penunjang;

b. perawatan tingkat pertama dan lanjutan;

c. rawat inap;

d. perawatan intensif;

e. penunjang diagnostik;

f. pengobatan;

g. pelayanan khusus;

25 | P a g e
h. alat kesehatan dan implan;

i. jasa dokter atau medis;

j. operasi;

k. transfusi darah; dan/atau

I. rehabilitasi medik.

(2) Perawatan dan pengobatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) beriaku juga bagi Pekerja Migran Indonesia yang

terbukti mengalami resiko tindak kekerasan fisik dan

pemerkosaan.

(3) Perawatan dan pengobatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diselenggarakan di fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS

Ketenagakerjaan.

(4) Dalam hal Kecelakaan Kerja terjadi pada daerah yang belum

tersedia fasiltas kesehatan yang memeniahi standar untuk bekerja sama

dengan BPJS Ketenagakerjaan, perawatan dan pengobatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan pada fasilitas kesehatan terdekat.

(5) Biaya perawatan dan pengobatan pada fasilitas kesehatan

sebagaimana dimaksud pada ayat (4) untuk pertolongan Calon Pekerja

Migran Indonesia atau Pekerja Migran Indonesia akibat Kecelakaan Kerja

dibayar terlebih dahulu o!eh Calon Pekerja Migran Indonesia atau Pekerja

Migran Indonesia dan dapat diminta penggantiannya kepada BPJS

Ketenagakerjaan dengan standar biaya sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Pasal 16 (1) Selain manfaat sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 15, Calon Pekerja Migran Indonesia atau Pekerja Migran

26 | P a g e
Indonesia untuk pelindungan sebelum bekerja dan pelindungan setelah

bekerja mendapatkan manfaat berupa:

a. santunan berupa uang; dan/atau

b. pendampingan dan pelatihan vokasional bagi Calon Pekerja Migran

Indonesia atau Pekerja Migran Indonesia yang mengalami kecacatan akibat

Kecelakaan Kerja. (2) Santunan berupa uang sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf a, meliputi:

a. penggantian biaya pengangkutan Peserta yang mengalami

Kecelakaan Kerja ke riamah sakit dan/atau ke rumahnya;

b. santunan Cacat Sebagian Anatomis, Cacat Sebagian Fungsi, dan

Cacat Total Tetap;

c. santunan kematian;

d. santunan berkala yang dibayarkan sekaligus jika Peserta mengalami

Cacat Total Tetap akibat Kecelakaan Kerja;

e. biaya rehabilitasi berupa pembelian alat bantu {orthese) dan/atau

alat ganti [prothese];

f. penggantian biaya gigi tiruan;

g. bantuan uang bagi Calon Pekerja Migran Indonesia yang gagal

berangkat bukan karena kesalahan Calon Pekerja Migran Indonesia;

h. beasiswa pendidikan atau pelatihan kerja bagi 2 (dua) orang anak

Peserta, bagi Peserta yang mengalami Cacat Total Tetap akibat Kecelakaan

Kerja atau meninggal akibat Kecelakaan Kerja, yang dibayarkan secara

tahunan dan besarannya ditentukan berdasarkan tingkat pendidikan anak

Peserta; dan/atau

27 | P a g e
i. bantuan uang bagi Pekerja Migran Indonesia yang mengalami

kerugian atas tindakan pihak lain selama peijalanan pulang ke daerah asal.

Pasal 17 (1) Manfaat program JKK bagi Pekerja Migran Indonesia

diberikan dalam bentuk:

a. perawatan dan pengobatan lanjutan akibat Kecelakaan Kerja bagi

Pekerja Migran Indonesia yang dipulangkan ke Indonesia oleh pemberi kerja;

b. santunan berupa uang; dan/atau

c. pendampingan dan pelatihan vokasional di Indonesia bagi Pekerja

Migran Indonesia yang mengalami kecacatan akibat Kecelakaan Kerja. (2)

Perawatan dan pengobatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

diberikan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. perawatan dan pengobatan sesuai kebutuhan medis untuk:

1) pemeriksaan dasar dan penunjang;

2) perawatan tingkat pertama dan lanjutan;

3) rawat inap;

4) perawatan intensif;

5) penunjang diagnostik;

6) pengobatan;

7) pelayanan khusus;

8) alat kesehatan dan implan;

9) jasa dokter atau medis;

10) operasi;

11) transfusi darah; dan/atau

12) rehabilitasi medik.

28 | P a g e
b. Perawatan dan pengobatan dilakukan pada fasilitas kesehatan yang

telah bekerjasama dengan BPJS Ketenagakerjaan.

(3) Perawatan dan pengobatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

berlaku juga bagi Pekerja Migran Indonesia yang terbukti mengalami resiko

tindak kekerasan fisik dan pemerkosaan.

(4) Santunan berupa uang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

b, meliputi: a. santunan Cacat Sebagian Anatomis, Cacat Sebagian Fungsi,

dan Cacat Total Tetap;

b. santunan kematian;

c. santunan berkala yang dibayarkan sekaligus apabila Peserta

mengalami Cacat Total Tetap akibat Kecelakaan Kerja;

d. bantuan uang bagi Pekerja Migran Indonesia yang mengalami PHK

akibat Kecelakaan Kerja dengan status kondisi tidak meninggal dunia;

e. pengantian biaya pengangkutan bagi Peserta yang mengalami

Kecelakaan Kerja, ke rumah sakit dan/atau ke tempat tinggal di negara

tujuan penempatan;

f. pengantian biaya pengangkutan untuk pemulangan bagi Pekerja

Migran Indonesia yang mengalami Kecelakaan Kerja dari negara tujuan

penempatan ke Indonesia, dengan status kondisi ddak meninggal dunia;

g. penggantian biaya pengangkutan bagi Pekerja Migran Indonesia

yang mengalami pemulangan Pekerja Migran Indonesia yang bermasalah;

h. beasiswa pendidikan atau peladhan kerja bagi 2 (dua) orang anak

Peserta, bagi Peserta yang mengalami Cacat Total Tetap akibat Kecelakaan

Kerja atau meninggal akibat Kecelakaan Kerja, yang dibayarkan secara

29 | P a g e
tahunan dan besarannya ditentukan berdasarkan tingkatan pendidikan

anak Peserta;

i. bantuan uang dan penggantian biaya pengangkutan untuk

pemulangan bagi Pekerja Migran Indonesia yang mengalami resiko gagal

ditempatkan bukan karena kesalahan Pekerja Migran Indonesia; dan/atau

j. bantuan uang bagi Pekerja Migran Indonesia yang mengalami

kerugian atas tindakan pihak lain selama peijalanan pulang ke daerah asal.

b. Jaminan Kematian

Jaminan Kematian yang selanjutnya disingkat JKM adalah manfaat

uang tunai yang diberikan kepada ahli waris ketika peserta meninggal dimia

bukan akibat Kecelakaan Kerja. Manfaat program JKM dibayarkan kepada

ahli waris Calon Pekerja Migran Indonesia atau Pekerja Migran Indonesia

apabila Peserta meninggal dunia dalam masa kepesertaan aktif.

Pasal 20

Manfaat program JKM bagi Calon Pekerja Migran Indonesia atau

Pekerja Migran Indonesia sebelum bekerja dan setelah bekerja, diberikan

dalam bentuk santunan berupa uang, meliputi:

a. santunan kematian;

b. santunan berkala; dan

c. biaya pemakaman.

Pasal 21

Manfaat program JKM bagi Pekerja Migran Indonesia selama

30 | P a g e
bekerja diberikan dalam bentuk santunan berupa uang,meliputi:

a. santunan kematian;

b. santunan berkala;

c. biaya pemakaman; dan

d. beasiswa pendidikan atau pelatihan kerja bagi 2 (dua) orang anak

Peserta dibayarkan secara tahunan dan besarannya ditentukan berdasarkan

tingkat Pendidikan anak Peserta.

c. Jaminan Hari Tua

Jaminan Hari Tua yang selanjutnya disingkat JHT adalah manfaat

uang tunai yang dibayarkan sekaligus pada saat peserta selesai perjanjian

kerja dan kembali ke Indonesia, meninggal dunia, atau mengalami cacat total

tetap.

Pasal 23

(1) Besarnya manfaat program JHT bagi Calon Pekerja Migran

Indonesia atau Pekerja Migran Indonesia, sebesar nilai akumulasi seluruh

iuran yang telah disetor ditambah hasil pengembangannya yang tercatat

dalam rekening perorangan Peserta.

(2) Pengembangan nilai manfaat program JHT sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) tetap dapat dilanjutkan setelah Peserta mengakhiri perjanjian

kerja.

(3) Manfaat program JHT dapat diberikan pada saat Calon Pekerja

Migran Indonesia atau Pekerja Migran Indonesia:

31 | P a g e
a. berhenti bekerja karena berakhirnya jangka waktu peijanjian kerja,

termasuk gagal berangkat dan gagal ditempatkan;

b. mengalami PHK;

c. meninggal dunia;

d. Cacat Total Tetap; atau

e. menjadi warga negara asing.

2. Efektivitas Kebijakan Pemerintah Tentang Perlindungan

Jaminan Sosial Pekerja Migran di Indonesia

Suatu program ataupun kebijakan yang diterbitkan pada awalnya

muncul dari suatu permasalahan yang harus di selesaikan, dan kebijakan

ini juga diterbitkan dalam mencapai suatu tujuan.10 Persoalan efektifitas

hukum mempunyai hubungan yang sangat erat dengan persoalan

penerapan (implementasi), pelaksanaan dan penegakan hukum dalam

masyarakatdemi tercapainya tri cita hukum, yakni kepastian,

kemanfaatan dan keadilan11. Untuk mengetahui hasil dari kebijakan ini

harus dilihat berdasarkan efektivitas dari kebijakan atau program itu

sendiri. Eefektivitas adalah bila sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai

dengan rencana telah ditetapkan sebelumnya,jika sasaran itu tidak sesuai

dengan waktu yang telah ditentukan maka pekerjaan itu dikatakan tidak

10
Khairazi, R. (2012). Strengthening Regulations In Protecting Indonesian Migrant Workers Before Departing
to the Destination Country.Udayana Journal of Law and Culture,5(1), 41-57.
11
Tan, W. (2020). Efektifitas Peran Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau
Sebagai Lembaga Pengawas Pelayanan Publik Di Kota Batam.JCH (Jurnal Cendekia Hukum),6(1), 140-160.

32 | P a g e
efektif.12 Efektivitas didapatkan yaitu setelah adanya dampak atau efek

yang terjadi setelah adanya program atau kebijakan yang mana dalam

hal ini PEMNAKER No.18 Tahun 2018. Melihat kondisi banyaknya pekerja

migran yang di pulangkan dengan kondisi yang memperihatinkan mengawali

di terbitkannya kebijakan ini. Kebijakan ini berisi berbagai hal mengenai

jaminan yang diberikan pemerintah kepada para pekerja migran

Indonesia dimanapun mereka berada. Jaminan yang diberikan tersebut

diharapkan dapat mengurangi permasalahan tenaga kerja Indonesia yang

ada dan dapat membuat para tenaga kerja yakin akan perlindungan serta

jaminan yang diberikan pemerintah kepadanya.13

Efektivitas dari kebijakan pemerintah mengenai jaminan sosial

pekerja migran tersebut dapat dilihat dari jumlah pengaduan dan jumlah

orang yang mendapatkan bantuan langung dari pemerintah. Setelah itu

perlu dilihat respon apakah ada upaya pemerintah dalam memberi

perlindungan dan jaminan kepada para pekerja migran tersebut. jika

berdasarkan data dari jumlah tersebut berimbang dengan upaya yang

diberikan oleh pemerintah kepada para pekerja migran yang mempunyai

permasalahan terkait jaminan sosial tersebut maka tentu kebijakan ini

dapat dikatakanmulai berjalan dengan baik. Pengaduan yang dimaksud

dalam hal ini adalah laporan yang diajukan oleh para pekerja migran

12
Handayaningrat, S. (1996). Pengantar Ilmu Administrasi Negara dan Manajemen, Jakarta: PT Gunung Agung.
13
Nurjanah,S., & Kusniati, R. (2017). Perlindungan Hukum Terhadap Kebebasan Berserikat Bagi Pekerja di
Indonesia dan Malaysia.Journal of Judicial Review,19(1), 99-114.

33 | P a g e
yang mendapat suatu permasalahan di tempat mereka bekerja ataupun

hal hal lainnya yang berkaitan dengan permasalahan ketenagakerjaan.

https://www.bp2mi.go.id/statistik-detail/data-penempatan-dan-pelindungan-pmi-

periode-tahun-2022

34 | P a g e
Hasil studi yang dilakukan selama November 2021 hingga Desember 2021

kepada 38 narasumber (wawancara) dan 65 narasumber (survei online) menemukan

bahwa masih 67,7 persen PMI belum terlindungi BPJS Ketenagakerjaan

(BPJamsostek) karena keterbatasan informasi dan tidak adanya kantor perwakilan

BPJamsostek di luar negeri. 14

Dari data di atas, dapat di lihat bahwa masih banyaknya jumlah

pengaduan yang di terima oleh BP2MI dan ada banyaknya masalah yang

belum selesai di tangani yang menandakan kebijakan tersebut belum efektif

dan merata.

Mengenai implementasi dari kebijakan ini pegawai BP2MI di

Indonesia mengatakan bahwa seluruh pelaporan yang diterima memang

ditindak lanjuti sesuai dengan permasalahan yang dikeluhkan, seperti

contohnya beberapa pekerja migran yang dipulangkan dalam kondisi

fisik tidak baik ataupun kondisi finansial yang kurang maka pihak

pemerintah akan memberi bantuan kepada mereka, seperti dalam beberapa

kasus dalam pemulangan para pekerja migran ini ke daerahnya masing-

masing pun semuanya ditanggung oleh pemerintah, bahkan ada beberapa

pekerja migran illegal yang seharusnya tidak tercatat untuk diberikan

jaminan tetapi mendapat rujukan oleh pemerintah untuk di lindungi

hak haknya. Kembali lagi pada dasarnya pemerintah harus menjamin

keselamatan dan selalu memberikan perlindungan kepada seluruh

14
Annisa Rizki, K. (2022) Jaminan Sosial PMI Belum Efektif, Ini Rekomendasi DJSN. Di akses pada tanggal 14
Juni 2023 https://ekonomi.bisnis.com/read/20220628/12/1548998/jaminan-sosial-pmi-belum-efektif-ini-
rekomendasi-djsn

35 | P a g e
rakyatnya khususnya dalam hal ini adalah pekerja migran Indonesia. Jadi

berdasarkan data dan fakta diatas dapat dikatakan bahwa di Indonesia

kebijakan mengenai perlindungan sosial ini setidaknya dapat mengubah

ke arah yang lebih baik dalam menjamin seluruh hak-hak para pekerja

migran Indonesia.15

15
Rahmi A., Raihan, R., Hari, S. 2021. Efektivitas Kebijakan Pemerintah Tentang Perlindungan Sosial Pekerja
Migran Indonesia: Studi Hukum di Provinsi Kepulauan Riau. Justisi: Universitas Muhammadiyah Sorong VOL. 7
NO. 2 (2021): JULI 2021

36 | P a g e
BAB 4

KESIMPULAN & SARAN

A. Kesimpulan

1. Kebijakan perlindungan jaminan sosial yang diberikan oleh

pemerintah kepada para pekerja migran Indonesia khususnya dengan

mengeluarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 18 Tahun 2018

tentang Jaminan Sosial Pekerja Migran Indonesia. Jenis-jenis program

jaminan sosial Pekerja Migran Indonesia meliputi: JKK (Jaminan Kecelakaan

Kerja) Jaminan Kecelakaan Kerja yang selanjutnya disingkat JKK adalah

manfaat berupa uang tunai dan/atau pelayanan kesehatan yang diberikan

pada saat peserta mengalami Kecelakaan Kerja atau penyakit yang

disebabkan lingkungan kerja; JKM (Jaminan Kematian) Jaminan Kematian

yang selanjutnya disingkat JKM adalah manfaat uang tunai yang diberikan

kepada ahli waris ketika peserta meninggal dimia bukan akibat Kecelakaan

Kerja; dan JHT (Jaminan Hari Tua). Jaminan Hari Tua yang selanjutnya

disingkat JHT adalah manfaat uang tunai yang dibayarkan sekaligus pada

saat peserta selesai perjanjian kerja dan kembali ke Indonesia, meninggal

dunia, atau mengalami cacat total tetap.

2. Kebijakan tersebut belum cukup efektif dalam menangani

permasalahan pekerja migran Indonesia mengingat masih banyaknya

laporan pengaduan dan kasus yang belum selesai di tangani oleh

pemerintah. Namun upaya pemerintah untuk menjamin keselamatan dan

37 | P a g e
selalu memberikan perlindungan kepada seluruh rakyatnya khususnya

dalam hal ini adalah pekerja migran Indonesia sudah cukup baik.

B. Saran

Penulis menyarankan pemerintah lebih aktif dalam menangani

jaminan sosial pekerja migran agar dapat terlaksana dan tersenggelarakan

dengan baik kebijakan perlindungan Pekerja Migran Indonesia dalam bentuk

Undang-Undang maupun peraturan lainya seperti UU No 18 tahun 2017 dan

Permenakertrans No 18 tahun 2018 yang substansinya telah cukup baik.

Kemudian di perketatnya pengawasan dan penegakan hukum program

jaminan sosial pekerja migran oleh lembaga-lembaga terkait agar

terselenggarakannya kesejahteraan para pekerja migran di Indonesia.

38 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Achmad Subianto, Sistem Jaminan Sosial Nasional, hal: 277, Gibon Books,
Jakarta, 2010

Pusat Perencanaan Pembangunan Hukum Nasional Badan Pembinaan


Hukum Nasional, Kemenhum-HJAM RI, Laporan Akhir Tim Analisis dan
Evaluasi UU NO 40 TH 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial

Rys, Vladimir, Merumuskan Ulang Jaminan Sosial, hal: 23, Pustaka Alvabet,
Jakarta, 2011

Spicker, Paul (1995), Social Policy: Themes and Approaches, London:


Prentice-Hall

Rahmi A., Raihan, R., Hari, S. 2021. Efektivitas Kebijakan Pemerintah


Tentang Perlindungan Sosial Pekerja Migran Indonesia: Studi Hukum di
Provinsi Kepulauan Riau. Justisi: Universitas Muhammadiyah Sorong VOL.
7 NO. 2 (2021): JULI 2021

Handayaningrat, S. (1996). Pengantar Ilmu Administrasi Negara dan


Manajemen, Jakarta: PT Gunung Agung.
Nurjanah,S., & Kusniati, R. (2017). Perlindungan Hukum Terhadap
Kebebasan Berserikat Bagi Pekerja di Indonesia dan Malaysia.Journal of
Judicial Review,19(1), 99-114.

Khairazi, R. (2012). Strengthening Regulations In Protecting Indonesian


Migrant Workers Before Departing to the Destination Country.Udayana
Journal of Law and Culture,5(1), 41-57.

Tan, W. (2020). Efektifitas Peran Ombudsman Republik Indonesia


Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau Sebagai Lembaga Pengawas Pelayanan
Publik Di Kota Batam.JCH (Jurnal Cendekia Hukum),6(1), 140-160.

Annisa Rizki, K. (2022) Jaminan Sosial PMI Belum Efektif, Ini Rekomendasi
DJSN. Di akses pada tanggal 14 Juni 2023
https://ekonomi.bisnis.com/read/20220628/12/1548998/jaminan-sosial-
pmi-belum-efektif-ini-rekomendasi-djsn

39 | P a g e
Juliantoro, M. A., & Wijaya, S. (2020). Analisis Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Nomer 18 Tahun 2018 Tentang Jaminan Sosial Pekerja
Migran Indonesia.Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan,6(1), 1-14.

40 | P a g e
Profil Penulis
Lahir di Kota Rangkasbitung, Lebak, Provinsi
Banten pada tanggal 11 Juli 2003. Berkuliah di
kampus Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
(2021), setelah lulus dari SMAN 1
Rangkasbitung, SMP Terpadu Al-Qudwah, SDN
Komplek Kejaksaan Rangkasbitung. Penulis
memiliki kepakaran di Pernah menjabat sebagai
Majelis Perwakilan Kelas atau di sebut MPK pada
kepengurusan OSIS MPK periode 2019-2020 di
SMAN 1 Rangkasbitung. Beberapa penghargaan
pernah diterima secara akademis berturut-turut
berhasil meraih Ranking 1 pada masa Sekolah
Menengah Atas, dan lulus dengan peringkat 1
ujian pararel jurusan IPS di SMAN 1
Rangkasbitung. Peneliti saat ini sedang aktif
menjadi mahasiswi di kampus Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa dan sudah menginjak semester
4. Penulis memiliki hobi menulis, mendengarkan
lagu, dan membaca.
Email Penulis: 1111210254@untirta.ac.id / jelitafrdl@gmail.com.

41 | P a g e
DOKUMENTASI

42 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai