KELOMPOK 2
Segala puja dan puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat, hidayah, berkah dan kasih sayangnya. Atas segala kasih sayangnya
akhirnya artikel dengan tema “Pentingnya Penghitungan dan Penetapan BKT dan UKT untuk
Pendidikan yang Berkeadilan dan Bermutu” ini dapat kami selesaikan sesuai dengan deadline
waktu yang diberikan oleh dosen kami. Artikel ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu
tugas Mata Kuliah Penganggaran dan disusun dengan harapan agar dapat membantu para
pembaca khususnya mahasiswa, masyarakat, maupun pemerintah untuk mengetahui berapa
dasar penetapan biaya yang dibebankan aau dibayarkan persemester yang harus di tuntaskan
di setiap semester di semua program studi sesuai dengan kemampuan ekonominya.
Kami sangat berharap agar artikel ini bisa mencapai tujuannya yaitu agar semua
pembaca dari berbagai kalangan masyarakat umum bisa mendapatkan pendidikan yang
berkeadilan dan bermutu. Kami harapkan apabila para pembaca artikel kami mempunyai
saran ataupun ktitik yang dapat membangun tentu kami harapkan agar dapat meningkatkan
dan memperbaiki penyusunan artikel kami.
Kelompok 2
i
SUMMARY / RINGKASAN EKSEKUTIF
Biaya Kuliah Tunggal (BKT) adalah Biaya dasar dari keseluruhan biaya operasional
tiap mahasiswa per semester pada suatu program studi. Besaran BKT bervariasi bergantung
pada PTN yang bersangkutan.Sedangkan UKT adalah biaya yang ditanggung oleh mahaiswa
sesuai dengan kemampuan ekonominya yang juga ditentukan dari BKT yang dikurangkan
dari Bantuan Operasional PTN dari Pemerintah sehingga dapat tercipta harmoni pengajaran
yang berkeadilan dan bermutu.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
BAB I PENDAHULUAN 1
1. Pengertian Persepsi 3
2. Pengertian Pendidikan 6
BAB IV PENUTUP 15
A. Kesimpulan 15
B. Saran 15
REFERENSI 16
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
• Untuk mengetahui pengaruh persepsi biaya pendidikan
• Untuk mengetahui pengaruh persepsi Citra Merek (Brand Image)
b. Manfaat Penelitian
Berdasarkan dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang
mendalam dan komprehensif terhadap peneliti khususnya dan lembaga terkait.
Secara ideal penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dari beberapa aspek
diantaranya:
• Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran yang dapat
dimanfaatkan untuk menguatkan teori yang ada dan menambah ilmu pengetahuan
bagi mahasiswa yang akan mengadakan penelitian lanjutan khususnya dalam
bidang pemasaran untuk organisasi di bidang jasa.
• Manfaat Praktis
i. Bagi Lembaga pendidikan
Diharapkan dapat memberi gambaran secara kongret mengenai variabel-
variabel atribut jasa yang secara signifikan mempengaruhi minat calon
mahasiswa serta sebagai masukan bagi pihak pengelola untuk tetap menjaga
dan meningkatkan kualitas pelayanan dengan biaya yang terjangkau sehingga
mampu untuk bekompetisi.
ii. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai upaya untuk mendalami masalah yang
ada kaitannya dengan pemasaran dan mengaplikasikan teori dilapangan.
Sehingga sebagai anggota masyarakat bisa berperan lebih dimasyarakat
dengan memberikan informasi terkait dengan pentingnya melanjutkan studi di
perguruan tinggi dengan biaya yang terjangkau.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Pengertian Persepsi
Menurut Kotler dalam Danarjati,dkk (2013: 22) persepsi sebagai proses bagaimana
seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan – masukan informasi
untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti. Dengan demikian setelah seseorang
mengetahui keadaan lingkungannya, semua keterangan tersebut didaftar dalam ingatan dan
pikirannya, sehingga pada akhirnya akan melahirkan sebuah persepsi. Oleh karena itu,
seseorang bisa saja memiliki persepsi yang berbeda, walaupun objeknya sama. Hal tersebut
dimungkinkan karena adanya perbedaan dalam hal sistem nilai dan ciri kepribadian individu
yang bersangkutan.
Sedangkan menurut Walgito (2010 : 99) persepsi merupakan suatu proses yang di
dahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh
individu melalui alat indra atau juga disebut proses sensoris. Dan proses itu tidak berhenti
begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan selanjutnya merupakan proses
persepsi. Dalam proses ini individu akan menyadari dan memahami tentang apa yang
diinderakan, dan individu akan mampu membeda-bedakan, mengelompokkan serta
memfokuskan pada suatu objek tersebut, sehingga muncul sesuatu yang disebut dengan
persepsi. Adapun menurut Robbins (2007:175), persepsi adalah sebuah proses saat individu
mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi
lingkungan mereka. Perilaku individu seringkali didasarkan pada persepsi mereka tentang
kenyataan, bukan pada kenyataan itu sendiri. Dalam proses ini persepsi melibatkan proses
interpretasi atau penafsiran berdasarkan pengalaman terhadap suatu peristiwa atau objek.
3
Sehingga antara individu yang satu dengan yang lain interpretasinya akan berbeda-beda,
meskipun stimulus yang diterima individu tersebut adalah sama.
Menurut Walgito (2010 : 101) ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi,
diantaranya : 20
a) Alat indera, syaraf dan pusat susunan syaraf Alat indera atau reseptor merupakan
alat ntuk menerima stimulus. Di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk
meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat
kendaraan. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.
b) Objek yang di persepsi Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat, indera
atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat
datang dari dalam diri individu yang bersangkutan langsung mengenai syaraf penerima yang
bekerja sebagai reseptor.
Menurut Wood, (1997: 48). Persepsi terdiri dari tiga proses yang saling berkaitan,
yaitu:
a) Seleksi adalah proses memilah-milah hal-ihwal apa saja yang dirasa penting dan
berkaitan langsung dengan sesuatu yang tengah dipersepsi.
4
b) Organisasi adalah proses menata persepsi dengan cara yang bermakna, bukan
secara acak. Konstruktivisme adalah suatu teori yang menyatakan bahwa kita menata dan
menafsirkan pengalaman dengan menerapkan struktur-struktur kognitif yang disebut
schemata.
Menurut Hamka (2002: 101-106), indikator persepsi ada dua macam, yaitu:
a) Menyerap, yaitu stimulus yang berada di luar individu diserap melalui indera,
masuk ke dalam otak, mendapat tempat. Di situ terjadi proses analisis, diklasifikasi dan
diorganisir dengan pengalaman -pengalaman individu yang telah dimiliki sebelumnya.
Karena itu penyerapan itu bersifat individual berbeda satu sama lain meskipun stimulus yang
diserap sama.
b) Mengerti atau memahami, yaitu indikator adanya persepsi sebagai hasil proses
klasifikasi dan organisasi. Tahap ini terjadi dalam proses psikis. Hasil analisis berupa
pengertian atau pemahaman. Pengertian atau pemahaman tersebut juga bersifat subjektif,
berbeda -beda bagi setiap individu.
Dalam defenisi persepsi yang dikemukakan oleh Pareek dalam bukunya Alex Sobur,
tercakup beberapa segi atau proses. Pareek menjelaskan tiap proses sebagai berikut:
c) . Proses penafsiran Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur, si penerima
lalu menafsirkan data itu dengan berbagai cara. Dikatakan bahwa telah terjadi persepsi
setelah data itu ditafsirkan. Persepsi pada pokoknya memberikan arti pada berbagai data dan
informasi yang diterima.
5
d) Proses pengorganisasian Rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan
dalam suatu bentuk. Ada tiga dimensi utama dala pengorganisasian rangsangan, yakni
pengelompokan, bentuk timbul dan latar dan kemantapan persepsi
f) Proses reaksi Tahap terakhir dari proses perceptual ialah bertindak sehubungan
dengan apa yang telah diserap. Hal ini biasa dilakukan jika seseorang berbuat suatu
sehubungan dengan persepsinya. Berdasarkan dari teori-teori di atas, dapat disimpulkan
bahwa persepsi merupakan proses dimana individu-individu memperoleh anggapan-anggapan
sebagai hasil interpretasi dari objek yang diamatinya secara selektif. Persepsi merupakan
dinamika respon yang terjadi dalam diri seseorang ketika menerima rangsangan dari luar
melalui panca indra, dan dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, pengalaman, emosional, serta
aspek kepribadian. Dari sini individu akan menentukan persepsi apakah suatu objek tersebut
baik atau buruk, berguna atau tidak berguna, penting atau kurang penting. Persepsi seseorang
akan berkembang atau dapat berubah sesuai informasi baru yang diterimanya dari
lingkungannya.
2. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah sebuah proses, teknik, dan metode belajar mengajar yangbermaksud
mentransfer suatu pengetahuan dari seseorang kepada orang lain melalui prosedur yang
sistematis dan terorganisir yang berlangsung dalam jangka waktu yang relative lama.
6
Menurut Lawrence A. Cremin, (1977). Pendidikan diartikan sebagai usaha yang
secara sistematis dan mendukung untuk menyalurkan, mendapatkan ilmu pengetahuan,
perilaku, skil, maupun perasaan, sebaik hasil yang di dapatkan dari usaha tersebut.
Pendidikan mampu merubah seseorang dari yang tidak tahu menjadi tahu. Selain itu dengan
pendidikan akan mendapat banyak pengetahuan.
Hamalik (2015 : 98) mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan
secara sadar oleh sipendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani sipendidik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama.
Menurut Hasibuan yang dikutip dari Edwin. B. Flippo (2002:69) pendidikan adalah
berhubungan dengan peningkatan pengetahuan umum dan pemahaman atas lingkungan kita
secara menyeluruh.
Menurut Suparlan Suhartono (2009 : 79) mengatakan bahwa Pendidikan adalah segala
kegiatan pembelajaran yang berlangsung sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan
kehidupan. Pendidikan berlangsung disegala jenis, bentuk, dan tingkat lingkungan hidup,
yang kemudian mendorong pertumbuhan segala potensi yang ada didalam diri individu . Di
sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.
7
dan pendidik. Dari beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pendidikan merupakan sarana untuk membantu seorang anak untuk dapat mengembangkan
potensi-potensi yang ada dalam dirinya, baik itu secara langsung maupun tidak langsung agar
mampu bermanfaat bagi kehidupannya dimasyarakat.
8
BAB III
Sekolah dikenal sebagai salah satu lembaga non profit organization, dengan kegiatan
utamanya adalah memberikanlayanan kepada konsumen yang dikenal sebagai stakeholder.
Sebagai lembaga non profit, tujuan utamanya tidak untuk mencarikeuntungan seperti dalam
dunia bisnis profit, namun bertujuan memenuhi kepuasan konsumen untuk kepentingan
hubungan jangka panjang dan peningkatan mutu.
Kepuasan yang tercipta akan menghasilkan loyalitas konsumen dan terciptanya citra
positif lembaga. Dengan demikian, ada beban-beban kegiatan yang harus dibayar untuk
kelancaran dalam proses pembelajaran yang dikenal dengan biaya pendidikan. Lembaga
pendidikan sebagai produsen pendidikan memandang konsep biaya sebagai keseluruhan
pengeluaran yang memang harus dikeluarkan sebagai biaya pendidikan. Sedangkan dilihat
dari sudut konsumen pendidikan memandang konsep biaya sebagai suatu pengeluaran
keluarga untuk membiayai sekolahanaknya, yang kemampuanya dipengaruhi oleh tingkat
pendapatan keluarga. Jadi kemampuan ekonomi orang tua siswa akan turut serta menentukan
kemampuan biaya yang harus dikeluarkan untuk membiayai sekolah anak-anaknya. Biaya
pendidikan dalam arti luas adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh siswa untuk
mendapatkan jasa pendidikan yang ditawarkan oleh sekolah.
9
peluang, maupun uang yangdigunakan untuk mengelola dan menyelenggarakan pendidikan
dariawal hingga akhir.
Klasifikasi Biaya Pendidikan Menurut Dedi Supriadi (2010:4), dalam teori dan
praktik pembiayaan pendidikan baik pada tataran makro maupun mikro, biaya pendidikan
dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
(1) biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost). Biaya
langsung adalah segala pengeluaran yang secara langsung menunjang penyelenggaraan
pendidikan. Sedangkan biaya tidak langsung adalah pengeluaran yang secara tidak langsung
menunjang proses pendidikan tetapi memungkinkan proses pendidikan tersebut terjadi,
misalnya biaya hidup mahasiswa, biaya transportasi, biaya jajan, biaya kesehatan, harga
kesempatan (opportunity cost);
(2) Biaya pribadi (privat cost) dan biaya sosial (social cost). Biaya pribadi adalah
pengeluaran keluarga untuk pendidikan atau dikenal juga dengan pengeluaran rumah tangga
(household expenditure). Biaya sosial adalah biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk
pendidikan, baik melalui sekolah maupun melalui pajak yang dihimpun oleh pemerintah
kemudian digunakan untuk membiayai pendidikan. Biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah
pada dasarnya merupakan biaya sosial;
(3) Biaya dalam bentuk uang (monetary cost) dan bukan uang (non-monetary cost).
Pengelompokan biaya pendidikan menjadi tiga kategori ini dapat saling tumpang tindih,
misalnya ada biaya pribadi dan biaya sosial yang bersifat langsung dan tidak langsung, ada
yang berupa uang maupun bukan uang; ada juga biaya langsung dan tidak langsung serta
biaya pribadi dan biaya sosial yang dalam bentuk uang maupun bukan uang.
(1) biaya investasi yang terdiri dari biaya investasi lahan pendidikan dan biaya investasi
selain lahan pendidikan;
(2) Biaya operasi, yang terdiri dari biaya personalia dan biaya non personalia;
10
(4) Beasiswa.
(a) biaya investasi yang terdiri dari biaya investasi lahan pendidikan dan biaya
investasi selain lahan pendidikan;
(b) biaya operasi, yang terdiri dari biaya personalia dan biaya non personalia. Biaya
personalia meliputi biaya personalia satuan pendidikan, yang terdiri dari gaji pokok bagi
pegawai pada satuan pendidikan, tunjangan struktural bagi pejabat struktural pada satuan
pendidikan, tunjangan fungsional atau subsidi tunjangan fungsional guru dan dosen,
tunjangan profesi guru dan dosen, tunjangan khusus bagi guru dan dosen, maslahat tambahan
bagi guru dan dosen, dan tunjangan kehormatan bagi dosen yang memiliki jabatan profesor
atau guru besar. Biaya personalia penyelanggaraan dan atau pengelolaan pendidikan, yang
terdiri dari gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan struktural bagi penjabat
struktural, dan tunjangan fungsional bagi pejabat fungsional. Mulyasa menyatakan bahwa
pemikiran tentang dana pendidikan paling tidak dapat difokuskan pada dana langsung, dana
Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan, Pasal 3. 27
tidak langsung, sumber-sumber dana pendidikan, kriteria kesejahteraan sosial maksimum,
kriteria keputusan, dan beberapa masalah dalam analisis keuntungan-biaya. Biaya tak
langsung sering juga dipandang sebagai biaya pendidikan yang tidak dapat dilihat secara
nyata (hiddencosts), yang dapat dibedakan menjadi:
3) inputed costs depresi dan bunga (dalam hubungannya dengan biaya-biaya gedung
dan perlengkapan pendidikan sekolah).
11
3) biaya pribadi peserta didik. c. Biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT) Pada tahun 2012,
dikeluarkanlah Undang-undang No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Melalui
undang-undang ini, beberapa perguruan tinggi negeri yang tadinya berstatus BHMN (Badan
Hukum Milik Negara) maupun PTN kemudian berubah menjadi PTN-BH (Perguruan Tinggi
Negeri Berbadan Hukum). Dalam kaitannya dengan Biaya Kuliah Tunggal (BKT), kita perlu
menyoroti Pasal 88 UU No. 12 Tahun 2012. Pasal ini sesungguhnya mengamanatkan agar
pemerintah menetapkan suatu standar tertentu 19Mulyasa, 2003, h. 168. 28 untuk biaya
operasional pendidikan tinggi dan sistem pembayaran biaya pendidikan bagi mahasiswa.
Amanat ini kemudian kita kenal dengan UKT yang menghapuskan adanya pembayaran uang
pangkal dan mengintegrasikan komponen-komponen biaya pendidikan menjadi satu, yaitu
Uang Kuliah Tunggal.20 UKT merupakan salah satu sistem pembayaran biaya pendidikan
diperguruan tinggi yang menggunakan konsep berkeadilan. UKT adalahsistem pembayaran
biaya pendidikan dengan besaran yang sama/tetapsetiap semesternya disesuaikan dengan
kemampuan ekonomimahasiswa. Penerapan UKT bertujuan untuk menerapkanakuntabilitas
pembayaran SPP agar semua pengeluaran dapatdiakomodir diawal masa pembayaran setiap
periode akademik.21 Dengan demikian, Uang Kuliah Tunggal (UKT) merupakan biaya
uangkuliah tunggal dibebankan kepada mahasiswa sesuai dengan kemampuan ekonominya.
Citra Merek (Brand Image) Merek adalah cara membedakan sebuah nama atau simbol
seperti logo, trandmark, atau desain kemasan yang dimaksudkan untuk mengindentifikasikan
produk atau jasa dari suatu produsen atau satu kelompok produsen dan untuk membedakan
produk atau jasa itu dari produsen pesaing. Undang-Undang Merek No. 15 Tahun 2001 Pasal
1 Ayat 1 menyatakan bahwa: “Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama kata, huruf-
huruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki
daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdangan barang dan jasa”. Citra (image)
adalah persepsi masyarakat terhadap perusahaan dan produknya. Image merupakan persepsi
yang relatif konsisten dalam jangka panjang (Enduring Perception). Dalam membentuk
image sebuah merek, berarti konsumen akan memasuki dunia persepsi. Tidakmudah
membentuk image sebuah merek, tetapi sekali terbentuk tidak mudah pula mengubahnya.
Image yang dibentuk sebuah perusahaan bukanlah sekedar image, tetapi image yang jelas,
berbeda dan secara relatif lebih unggul dibandingkan pesaing.
12
Menurut Rosalina, mendefinisikan bahwa citra merek merupakan petunjuk yang akan
digunakan oleh konsumen untuk mengevaluasi produk ketika konsumen tidak memiliki
pengetahuan yang cukup tentang suatu produk. Terdapat kecenderungan bahwa konsumen
akan memilih produk yang telah dikenal baik melalui pengalaman menggunakan produk
maupun berdasarkan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber.
Citra merek (Brand Image) yang ditawarkan harus jujur karena dengan sifat jujur itu
akan menimbulkan persepsi tersendiri bagi konsumen sehingga produk yang ditawarkan
diterima dengan baik. b. Faktor-faktor Pembentuk Citra Merek (Brand Image) Membangun
brand image yang positif dapat dicapai dengan program marketing yang kuat terhadap produk
tersebut, yang unik dan memiliki kelebihan yang ditonjolkan, yang membedakan dengan
produk lain. Kombinasiyang baik dari elemen-elemen yang mendukung dapat menciptakan
brand image yang kuat bagi konsumen.
1) Kualitas atau mutu, berkaitan dengan kualitas barang dan jasa yang ditawarkan
oleh produsen dan berkenaan dengan kompetensi tenaga pengajar di dalamnya dan
kemampuan lulusan serta kemudahan lulusan untuk memperoleh pekerjaan.
3) Manfaat, yang berkaitan dengan fungsi dari suatu produk atau jasa yang bisa
dimanfaatkan oleh konsumen untuk memenuhi kebutuhannya.
4) Pelayanan, yang berkaitan dengan tugas produsen atau lembaga pendidikan dalam
melayani konsumen atau mahasiswa.
5) Resiko, berkaitan dengan besar kecilnya akibat atau untung rugi yang mungkin
dialami oleh konsumen atau mahasiswa setelah melakukan atau memilih suatu perguruan
tinggi.
6) Harga, yang dalam hal ini berkaitan dengan tinggi rendahnya atau banyak
sedikitnya jumlah biaya yang dikeluarkan konsumen atau mahasiswa untuk menempuh studi
kedepannya.
13
7) Citra yang dimiliki oleh merek itu sendiri, yaitu berupa pandangan, kesepakatan,
dan informasi yang berkaitan dengan suatu merek tertentu. Pendapat lain juga dikemukakan
oleh Alexander Joshep Ibnu Wibowo seperti yang dikutip Karyati, dimana reputasi atau citra
merek suatu program studi dapat diukur dari reputasi di tingkat program (programme-level
reputation), reputasi di tingkat universitas/institusi (institutional-level reputation) dan kinerja
akademik (academic performance).
14
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adanya mahasiswa yang mendapatkan level UKT yang tidak sesuai dengan
kemampuan ekonomi mahasiswa. Ketidaktepatan dalam penentuan level UKT disebabkan
faktor mahasiswa dan petugas wawancara UKT.
BKT dan UKT memiliki fungsi subsidi yang silang akan ditanggung mahasiswa
berdasarkan pada seuruh biaya operasional tiap semester pada program studi di Perguruan
Tinggi dan berdasarkan pada kondisi atau keadaan ekonomi orang tua Mahasiswa.
SARAN
15
REFERENSI
Ardiansyah, Agung. 2016 “Pengaruh Uang Kuliah Tunggal Terhadap Minat Berorganisasi
Mahasiswa”, Lampung: Universitas Bandar Lampung
16