Anda di halaman 1dari 20

Artikel

PENTINGNYA PENGHITUNGAN “BKT” DAN “UKT”

UNTUK PENDIDIKAN YANG BERKEADILAN DAN BERMUTU

KELOMPOK 2

ARFIAH PRATIWI 1892140022

MUHAMMAD RAFLY AWALUDDIN 1892142002

SURYA SAPUTRA 1892142034

WIDHA SANIYYAH ALLIES THUFAILA 1892142070

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1


KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat, hidayah, berkah dan kasih sayangnya. Atas segala kasih sayangnya
akhirnya artikel dengan tema “Pentingnya Penghitungan dan Penetapan BKT dan UKT untuk
Pendidikan yang Berkeadilan dan Bermutu” ini dapat kami selesaikan sesuai dengan deadline
waktu yang diberikan oleh dosen kami. Artikel ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu
tugas Mata Kuliah Penganggaran dan disusun dengan harapan agar dapat membantu para
pembaca khususnya mahasiswa, masyarakat, maupun pemerintah untuk mengetahui berapa
dasar penetapan biaya yang dibebankan aau dibayarkan persemester yang harus di tuntaskan
di setiap semester di semua program studi sesuai dengan kemampuan ekonominya.

Kami sangat berharap agar artikel ini bisa mencapai tujuannya yaitu agar semua
pembaca dari berbagai kalangan masyarakat umum bisa mendapatkan pendidikan yang
berkeadilan dan bermutu. Kami harapkan apabila para pembaca artikel kami mempunyai
saran ataupun ktitik yang dapat membangun tentu kami harapkan agar dapat meningkatkan
dan memperbaiki penyusunan artikel kami.

Makassar, 19 September 2021

Kelompok 2

i
SUMMARY / RINGKASAN EKSEKUTIF

Biaya Kuliah Tunggal (BKT) adalah Biaya dasar dari keseluruhan biaya operasional
tiap mahasiswa per semester pada suatu program studi. Besaran BKT bervariasi bergantung
pada PTN yang bersangkutan.Sedangkan UKT adalah biaya yang ditanggung oleh mahaiswa
sesuai dengan kemampuan ekonominya yang juga ditentukan dari BKT yang dikurangkan
dari Bantuan Operasional PTN dari Pemerintah sehingga dapat tercipta harmoni pengajaran
yang berkeadilan dan bermutu.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

SUMMARY / RINGKASAN MATERI ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1


B. Rumsan Masalah 1
C. Tujuan dan Manfaat 1

BAB II LANDASAN TEORI 3

1. Pengertian Persepsi 3
2. Pengertian Pendidikan 6

BAB III PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN 9

BAB IV PENUTUP 15

A. Kesimpulan 15
B. Saran 15

REFERENSI 16

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perkembangan zaman dewasa ini mendorong peningkatan kebutuhan manusia.
Masyarakat sekarang ini mulai memasukkan kebutuhan-kebutuhan baru sebagai
kebutuhan dasar mereka. Salah satunya adalah kebutuhan akan pelayanan pendidikan.
Pendidikan dianggap salah satu kebutuhan hidup yang penting dalam menunjang
aktivitas sehari-hari, apalagi ditengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tuntutan globalisasi yang menginginkan manusia berkualitas dan professional
dibentuk melalui program pendidikan yang berkualitas.
Sistem Pendidikan Nasional dibangun dengan berpedoman pada Undang-
Undang Sistem Pedidikan Nasional (UU No. 20 Tahun 2003) yang mengatur semua
aspek sistem, seperti peserta didik, tenaga pendidik, kelembagaan, pengelolaan,
maupun pembiayaan. Semua kegiatan harus dijalankan dalam prinsip keadilan dan
menjunjung tinggi hak-hak dasar warga Negara seperti tercantum dalam UUD 1945.
Menurut Abdul Fikri Faqih seperti yang dikutip Ali Zainal Abidin, meminta
agar Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir,
mengevaluasi sistem pembayaran uang kuliah tunggal (UKT), yang diberlakukan di
berbagai perguruan tinggi negeri (PTN) sejak tiga tahun terakhir ini. Sistem
pembayaran UKT dinilai telah memberatkan para mahasiswa. “Sudah selayaknya
pemerintah bersama kampus mengevaluasi sistem UKT yang masih memberatkan
mahasiswa”. Ia memberi masukan kepada pengelola kampus dan pemerintah.
Beberapa masukan itu adalah kampus tidak boleh lagi menaikkan UKT untuk
golongan masyarakat tidak mampu, kampus melibatkan pemangku kepentingan dalam
proses penentuan UKT terutama mahasiswa, menyediakan kesempatan banding yang
adil untuk penyesuaian UKT bagi mahasiswa di setia semester.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Seberapa besar pengaruh persepsi biaya pendidikan
b. Seberapa besar pengaruh Citra Merek (Brand Image)
C. Tujuan Dan Manfaat
a. Tujuan Penelitian

1
• Untuk mengetahui pengaruh persepsi biaya pendidikan
• Untuk mengetahui pengaruh persepsi Citra Merek (Brand Image)
b. Manfaat Penelitian
Berdasarkan dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang
mendalam dan komprehensif terhadap peneliti khususnya dan lembaga terkait.
Secara ideal penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dari beberapa aspek
diantaranya:
• Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran yang dapat
dimanfaatkan untuk menguatkan teori yang ada dan menambah ilmu pengetahuan
bagi mahasiswa yang akan mengadakan penelitian lanjutan khususnya dalam
bidang pemasaran untuk organisasi di bidang jasa.
• Manfaat Praktis
i. Bagi Lembaga pendidikan
Diharapkan dapat memberi gambaran secara kongret mengenai variabel-
variabel atribut jasa yang secara signifikan mempengaruhi minat calon
mahasiswa serta sebagai masukan bagi pihak pengelola untuk tetap menjaga
dan meningkatkan kualitas pelayanan dengan biaya yang terjangkau sehingga
mampu untuk bekompetisi.
ii. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai upaya untuk mendalami masalah yang
ada kaitannya dengan pemasaran dan mengaplikasikan teori dilapangan.
Sehingga sebagai anggota masyarakat bisa berperan lebih dimasyarakat
dengan memberikan informasi terkait dengan pentingnya melanjutkan studi di
perguruan tinggi dengan biaya yang terjangkau.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

1. Pengertian Persepsi

Menurut Sarlito Wirawan Sarwono (1983:89), Persepsi adalah kemampuan seseorang


untuk mengorganisir suatu pengamatan dan kemampuan tersebut antara lain yaitu:
kemampuan untuk membedakan, kemampuan mengelompokan, dan kemampuan untuk
memfokuskan. 18 Persepsi berkenaan dengan fenomena dimana hubungan antara stimulus
dan pengalaman lebih kompleks ketimbang dengan fenomena yang ada dalam sensasi (Rita.
L. Atkinson., dkk, 1993:244). Oleh karena itu, setiap orang memiliki persepsi yang berbeda,
walaupun objeknya sama. Hal ini kemungkinan disebabkan karena adanya perbedaan dalam
hal sistem nilai dan ciri kepribadian individu yang bersangkutan.

Menurut Kotler dalam Danarjati,dkk (2013: 22) persepsi sebagai proses bagaimana
seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan – masukan informasi
untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti. Dengan demikian setelah seseorang
mengetahui keadaan lingkungannya, semua keterangan tersebut didaftar dalam ingatan dan
pikirannya, sehingga pada akhirnya akan melahirkan sebuah persepsi. Oleh karena itu,
seseorang bisa saja memiliki persepsi yang berbeda, walaupun objeknya sama. Hal tersebut
dimungkinkan karena adanya perbedaan dalam hal sistem nilai dan ciri kepribadian individu
yang bersangkutan.

Sedangkan menurut Walgito (2010 : 99) persepsi merupakan suatu proses yang di
dahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh
individu melalui alat indra atau juga disebut proses sensoris. Dan proses itu tidak berhenti
begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan selanjutnya merupakan proses
persepsi. Dalam proses ini individu akan menyadari dan memahami tentang apa yang
diinderakan, dan individu akan mampu membeda-bedakan, mengelompokkan serta
memfokuskan pada suatu objek tersebut, sehingga muncul sesuatu yang disebut dengan
persepsi. Adapun menurut Robbins (2007:175), persepsi adalah sebuah proses saat individu
mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi
lingkungan mereka. Perilaku individu seringkali didasarkan pada persepsi mereka tentang
kenyataan, bukan pada kenyataan itu sendiri. Dalam proses ini persepsi melibatkan proses
interpretasi atau penafsiran berdasarkan pengalaman terhadap suatu peristiwa atau objek.

3
Sehingga antara individu yang satu dengan yang lain interpretasinya akan berbeda-beda,
meskipun stimulus yang diterima individu tersebut adalah sama.

Menurut Walgito (2010 : 101) ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi,
diantaranya : 20

a) Alat indera, syaraf dan pusat susunan syaraf Alat indera atau reseptor merupakan
alat ntuk menerima stimulus. Di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk
meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat
kendaraan. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.

b) Objek yang di persepsi Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat, indera
atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat
datang dari dalam diri individu yang bersangkutan langsung mengenai syaraf penerima yang
bekerja sebagai reseptor.

c) Perhatian Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya


perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka
mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrrasi dari seluruh
aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek. Selain itu, adapun
proses terjadinya persepsi yaitu proses dimana stimulus mengenai alat indera merupakan
proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh
syaraf sensoris ke otak. Proses ini disebut sebgai proses fisologis. Kemudian terjadilah proses
di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang
didengar, atau apa yang diraba. Proses yang terjadi dalam otak atau dalam pusat kesadaran
inilah 21 yang disebut sebagai proses psikologis. Dengan demikian dapat dikemukakan
bahwa tahap terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadari tentang misalnya apa
yang dilihat, apa yang didengar atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui
alat indera. Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dan merupakan persepsi
sebenarnya.

Menurut Wood, (1997: 48). Persepsi terdiri dari tiga proses yang saling berkaitan,
yaitu:

a) Seleksi adalah proses memilah-milah hal-ihwal apa saja yang dirasa penting dan
berkaitan langsung dengan sesuatu yang tengah dipersepsi.

4
b) Organisasi adalah proses menata persepsi dengan cara yang bermakna, bukan
secara acak. Konstruktivisme adalah suatu teori yang menyatakan bahwa kita menata dan
menafsirkan pengalaman dengan menerapkan struktur-struktur kognitif yang disebut
schemata.

c) Interpretasi adalah proses subyektif menciptakan penjelasanpenjelasan bagi apa


yang seseorang amati dan alami. Interpretasi terdiri dari atribusi dan bias pribadi.

Menurut Hamka (2002: 101-106), indikator persepsi ada dua macam, yaitu:

a) Menyerap, yaitu stimulus yang berada di luar individu diserap melalui indera,
masuk ke dalam otak, mendapat tempat. Di situ terjadi proses analisis, diklasifikasi dan
diorganisir dengan pengalaman -pengalaman individu yang telah dimiliki sebelumnya.
Karena itu penyerapan itu bersifat individual berbeda satu sama lain meskipun stimulus yang
diserap sama.

b) Mengerti atau memahami, yaitu indikator adanya persepsi sebagai hasil proses
klasifikasi dan organisasi. Tahap ini terjadi dalam proses psikis. Hasil analisis berupa
pengertian atau pemahaman. Pengertian atau pemahaman tersebut juga bersifat subjektif,
berbeda -beda bagi setiap individu.

Dalam defenisi persepsi yang dikemukakan oleh Pareek dalam bukunya Alex Sobur,
tercakup beberapa segi atau proses. Pareek menjelaskan tiap proses sebagai berikut:

a) Proses menerima rangsangan Proses pertama dalam persepsi ialah menerima


rangsagan atau data dari berbagai sumber. Kebanyakan data diterima melalui pancaindera.
Kita melihat sesuatu, mendengar, mencium, merasakan atau menyentuhnya, sehingga kita
mempelajari segi-segi lain dari sesuatu itu.

b) Proses menyeleksi rangsangan Setelah diterima, rangsangan atau data diseleksi.


Tidaklah mungkin untuk memperhatikan semua rangsangan yang telah diterima. Demi
menghemat perhatian yang digunakan, rangsanganrangsangan itu disaring dan diseleksi untuk
diproses lebih lanjut.

c) . Proses penafsiran Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur, si penerima
lalu menafsirkan data itu dengan berbagai cara. Dikatakan bahwa telah terjadi persepsi
setelah data itu ditafsirkan. Persepsi pada pokoknya memberikan arti pada berbagai data dan
informasi yang diterima.

5
d) Proses pengorganisasian Rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan
dalam suatu bentuk. Ada tiga dimensi utama dala pengorganisasian rangsangan, yakni
pengelompokan, bentuk timbul dan latar dan kemantapan persepsi

e) Proses pengecekan Sesudah diterima dan ditafsirkan, si penerima mengambil


beberapa tindakan untuk mengecek apakah penampilannya benar atau salah. Proses
pengecekan ini mungkin terlau cepat dan orang mungkin tidak menyadarinya. Pengecekan ini
dapat diperoleh dari waktu ke waktu untuk menegaskan apakah penafsiran atau persepsi
dibenarkan oleh data baru. Data atau kesan-kesan itu dapat dicek dengan menanyakan kepada
orang-orang lain mengenai persepsi mereka. Lebih-lebih dalam bentuk umpan balik tentang
persepsi diri sendiri.

f) Proses reaksi Tahap terakhir dari proses perceptual ialah bertindak sehubungan
dengan apa yang telah diserap. Hal ini biasa dilakukan jika seseorang berbuat suatu
sehubungan dengan persepsinya. Berdasarkan dari teori-teori di atas, dapat disimpulkan
bahwa persepsi merupakan proses dimana individu-individu memperoleh anggapan-anggapan
sebagai hasil interpretasi dari objek yang diamatinya secara selektif. Persepsi merupakan
dinamika respon yang terjadi dalam diri seseorang ketika menerima rangsangan dari luar
melalui panca indra, dan dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, pengalaman, emosional, serta
aspek kepribadian. Dari sini individu akan menentukan persepsi apakah suatu objek tersebut
baik atau buruk, berguna atau tidak berguna, penting atau kurang penting. Persepsi seseorang
akan berkembang atau dapat berubah sesuai informasi baru yang diterimanya dari
lingkungannya.

2. Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah sebuah proses, teknik, dan metode belajar mengajar yangbermaksud
mentransfer suatu pengetahuan dari seseorang kepada orang lain melalui prosedur yang
sistematis dan terorganisir yang berlangsung dalam jangka waktu yang relative lama.

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan


adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

6
Menurut Lawrence A. Cremin, (1977). Pendidikan diartikan sebagai usaha yang
secara sistematis dan mendukung untuk menyalurkan, mendapatkan ilmu pengetahuan,
perilaku, skil, maupun perasaan, sebaik hasil yang di dapatkan dari usaha tersebut.
Pendidikan mampu merubah seseorang dari yang tidak tahu menjadi tahu. Selain itu dengan
pendidikan akan mendapat banyak pengetahuan.

Hamalik (2015 : 98) mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan
secara sadar oleh sipendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani sipendidik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama.

Menurut Hasibuan yang dikutip dari Edwin. B. Flippo (2002:69) pendidikan adalah
berhubungan dengan peningkatan pengetahuan umum dan pemahaman atas lingkungan kita
secara menyeluruh.

Menurut Suparlan Suhartono (2009 : 79) mengatakan bahwa Pendidikan adalah segala
kegiatan pembelajaran yang berlangsung sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan
kehidupan. Pendidikan berlangsung disegala jenis, bentuk, dan tingkat lingkungan hidup,
yang kemudian mendorong pertumbuhan segala potensi yang ada didalam diri individu . Di
sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

Menurut Ruky dalam Hendrik Setiawan (2006) pendidikan/belajar (learning) adalah


tindakan yang dilakukan oleh pihak karyawan dalam upaya menguasai, keterampilan,
pengetahuan, dan sikap tertentu yang mengakibatkan perubahan yang relatif bersifat
permanen dalam perilaku kerja mereka. .

Sedangkan menurut pusat bahasa departemen pendidikan nasional, pendidikan adalah


proses mengubah sikap dan tata cara seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Harsono ; 2011:162).
Pendidikan berfungsi untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan dirinya, yaitu
mengembangkan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadinya kearah yang
positif, baik bagi dirinya maupun lingkungan. Pendidikan tidak sekedar memberikan nilai-
nilai atau mengetahuan melainkan pendidikan berfungsi mengembangkan apa yang secara
potensial dan aktual telah dimiliki peserta didik. (Nana Syaodih Sukmadinata. 2009: 4)
Dengan adanya pendidikan diharapkan seseorang memiliki kualitas yang baik dan karakter
yang baik sehingga memiliki keinginan untuk berkembang menjadi lebih baik. Pendidikan
merupakan usaha sadar untuk meningkatkan pengetahuan yang terjadi antara peserta didik

7
dan pendidik. Dari beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pendidikan merupakan sarana untuk membantu seorang anak untuk dapat mengembangkan
potensi-potensi yang ada dalam dirinya, baik itu secara langsung maupun tidak langsung agar
mampu bermanfaat bagi kehidupannya dimasyarakat.

8
BAB III

PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN

Sekolah dikenal sebagai salah satu lembaga non profit organization, dengan kegiatan
utamanya adalah memberikanlayanan kepada konsumen yang dikenal sebagai stakeholder.
Sebagai lembaga non profit, tujuan utamanya tidak untuk mencarikeuntungan seperti dalam
dunia bisnis profit, namun bertujuan memenuhi kepuasan konsumen untuk kepentingan
hubungan jangka panjang dan peningkatan mutu.

Kepuasan yang tercipta akan menghasilkan loyalitas konsumen dan terciptanya citra
positif lembaga. Dengan demikian, ada beban-beban kegiatan yang harus dibayar untuk
kelancaran dalam proses pembelajaran yang dikenal dengan biaya pendidikan. Lembaga
pendidikan sebagai produsen pendidikan memandang konsep biaya sebagai keseluruhan
pengeluaran yang memang harus dikeluarkan sebagai biaya pendidikan. Sedangkan dilihat
dari sudut konsumen pendidikan memandang konsep biaya sebagai suatu pengeluaran
keluarga untuk membiayai sekolahanaknya, yang kemampuanya dipengaruhi oleh tingkat
pendapatan keluarga. Jadi kemampuan ekonomi orang tua siswa akan turut serta menentukan
kemampuan biaya yang harus dikeluarkan untuk membiayai sekolah anak-anaknya. Biaya
pendidikan dalam arti luas adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh siswa untuk
mendapatkan jasa pendidikan yang ditawarkan oleh sekolah.

Menurut Harsono, biaya pendidikan adalah semuapengeluaran yang memiliki kaitan


langsung dengan penyelenggaraanpendidikan. Pengeluaran yang tidak memiliki kaitan
langsung denganpenyelenggaraan pendidikan dapat disebut sebagai pemborosan,
ataupengeluaran yang mestinya dapat dicegah. Adapun menurut Daljono, biaya pendidikan
dilihat dari sisi ekonomi adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan
uang, untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan akan memberikan
keuntungan/manfaat pada saat ini atau masa yang akan datang. Berdasarkan dari uraian di
atas, dapat disimpulkan bahwa biaya pendidikan dapat diartikan sebagai keseluruhan nilai
dari uang atau nilai tukar rupiah yang harus dibayarkan atau dikeluarkan oleh siswa selaku
pengguna untuk pemunuhan kebutuhan dan terlaksananya kegiatanpendidikan di lembaga
pendidikan. Sehingga dapat ditarikkesimpulan pula bahwa persepsi biaya pendidikan dapat
diartikansebagai proses saat individu mengatur dan mengiterpretasikan kesan-kesansensoris
mereka terhadap keseluruhan pengorbanan finansialyang bisa berupa barang, pengorbanan

9
peluang, maupun uang yangdigunakan untuk mengelola dan menyelenggarakan pendidikan
dariawal hingga akhir.

Klasifikasi Biaya Pendidikan Menurut Dedi Supriadi (2010:4), dalam teori dan
praktik pembiayaan pendidikan baik pada tataran makro maupun mikro, biaya pendidikan
dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

(1) biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost). Biaya
langsung adalah segala pengeluaran yang secara langsung menunjang penyelenggaraan
pendidikan. Sedangkan biaya tidak langsung adalah pengeluaran yang secara tidak langsung
menunjang proses pendidikan tetapi memungkinkan proses pendidikan tersebut terjadi,
misalnya biaya hidup mahasiswa, biaya transportasi, biaya jajan, biaya kesehatan, harga
kesempatan (opportunity cost);

(2) Biaya pribadi (privat cost) dan biaya sosial (social cost). Biaya pribadi adalah
pengeluaran keluarga untuk pendidikan atau dikenal juga dengan pengeluaran rumah tangga
(household expenditure). Biaya sosial adalah biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk
pendidikan, baik melalui sekolah maupun melalui pajak yang dihimpun oleh pemerintah
kemudian digunakan untuk membiayai pendidikan. Biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah
pada dasarnya merupakan biaya sosial;

(3) Biaya dalam bentuk uang (monetary cost) dan bukan uang (non-monetary cost).
Pengelompokan biaya pendidikan menjadi tiga kategori ini dapat saling tumpang tindih,
misalnya ada biaya pribadi dan biaya sosial yang bersifat langsung dan tidak langsung, ada
yang berupa uang maupun bukan uang; ada juga biaya langsung dan tidak langsung serta
biaya pribadi dan biaya sosial yang dalam bentuk uang maupun bukan uang.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan


Pendidikan, Pasal 3, biaya pendidikan meliputi biaya satuan pendidikan, biaya
penyelenggaraan dan atau pengelolaan, dan biaya pribadi peserta didik. Biaya satuan
pendidikan terdiri atas:

(1) biaya investasi yang terdiri dari biaya investasi lahan pendidikan dan biaya investasi
selain lahan pendidikan;

(2) Biaya operasi, yang terdiri dari biaya personalia dan biaya non personalia;

(3) Bantuan biaya pendidikan, dan

10
(4) Beasiswa.

Biaya penyelanggaraan dan atau pengelolaan pendidikan meliputi;

(a) biaya investasi yang terdiri dari biaya investasi lahan pendidikan dan biaya
investasi selain lahan pendidikan;

(b) biaya operasi, yang terdiri dari biaya personalia dan biaya non personalia. Biaya
personalia meliputi biaya personalia satuan pendidikan, yang terdiri dari gaji pokok bagi
pegawai pada satuan pendidikan, tunjangan struktural bagi pejabat struktural pada satuan
pendidikan, tunjangan fungsional atau subsidi tunjangan fungsional guru dan dosen,
tunjangan profesi guru dan dosen, tunjangan khusus bagi guru dan dosen, maslahat tambahan
bagi guru dan dosen, dan tunjangan kehormatan bagi dosen yang memiliki jabatan profesor
atau guru besar. Biaya personalia penyelanggaraan dan atau pengelolaan pendidikan, yang
terdiri dari gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan struktural bagi penjabat
struktural, dan tunjangan fungsional bagi pejabat fungsional. Mulyasa menyatakan bahwa
pemikiran tentang dana pendidikan paling tidak dapat difokuskan pada dana langsung, dana
Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan, Pasal 3. 27
tidak langsung, sumber-sumber dana pendidikan, kriteria kesejahteraan sosial maksimum,
kriteria keputusan, dan beberapa masalah dalam analisis keuntungan-biaya. Biaya tak
langsung sering juga dipandang sebagai biaya pendidikan yang tidak dapat dilihat secara
nyata (hiddencosts), yang dapat dibedakan menjadi:

1) biaya yang seolah-olah hilang karena siswa bersekolah, dibandingkan dengan


seandainya bekerja untuk mendapatkan pemasukan (uang),

2) nilai pengecualian pajak seperti umumnya dikenakan pada lembaga-lembaga non-


profit (tidak terkecuali lembaga pendidikan), dan

3) inputed costs depresi dan bunga (dalam hubungannya dengan biaya-biaya gedung
dan perlengkapan pendidikan sekolah).

Berdasarkan beberapa pendapat tentang komponen biaya pendidikan di atas, maka


dapat disimpulkan bahwa biaya pendidikan meliputi:

1) biaya satuan pendidikan,

2) biaya penyelenggaraan dan atau pengelolaan pendidikan, dan

11
3) biaya pribadi peserta didik. c. Biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT) Pada tahun 2012,
dikeluarkanlah Undang-undang No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Melalui
undang-undang ini, beberapa perguruan tinggi negeri yang tadinya berstatus BHMN (Badan
Hukum Milik Negara) maupun PTN kemudian berubah menjadi PTN-BH (Perguruan Tinggi
Negeri Berbadan Hukum). Dalam kaitannya dengan Biaya Kuliah Tunggal (BKT), kita perlu
menyoroti Pasal 88 UU No. 12 Tahun 2012. Pasal ini sesungguhnya mengamanatkan agar
pemerintah menetapkan suatu standar tertentu 19Mulyasa, 2003, h. 168. 28 untuk biaya
operasional pendidikan tinggi dan sistem pembayaran biaya pendidikan bagi mahasiswa.
Amanat ini kemudian kita kenal dengan UKT yang menghapuskan adanya pembayaran uang
pangkal dan mengintegrasikan komponen-komponen biaya pendidikan menjadi satu, yaitu
Uang Kuliah Tunggal.20 UKT merupakan salah satu sistem pembayaran biaya pendidikan
diperguruan tinggi yang menggunakan konsep berkeadilan. UKT adalahsistem pembayaran
biaya pendidikan dengan besaran yang sama/tetapsetiap semesternya disesuaikan dengan
kemampuan ekonomimahasiswa. Penerapan UKT bertujuan untuk menerapkanakuntabilitas
pembayaran SPP agar semua pengeluaran dapatdiakomodir diawal masa pembayaran setiap
periode akademik.21 Dengan demikian, Uang Kuliah Tunggal (UKT) merupakan biaya
uangkuliah tunggal dibebankan kepada mahasiswa sesuai dengan kemampuan ekonominya.

Citra Merek (Brand Image)

Citra Merek (Brand Image) Merek adalah cara membedakan sebuah nama atau simbol
seperti logo, trandmark, atau desain kemasan yang dimaksudkan untuk mengindentifikasikan
produk atau jasa dari suatu produsen atau satu kelompok produsen dan untuk membedakan
produk atau jasa itu dari produsen pesaing. Undang-Undang Merek No. 15 Tahun 2001 Pasal
1 Ayat 1 menyatakan bahwa: “Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama kata, huruf-
huruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki
daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdangan barang dan jasa”. Citra (image)
adalah persepsi masyarakat terhadap perusahaan dan produknya. Image merupakan persepsi
yang relatif konsisten dalam jangka panjang (Enduring Perception). Dalam membentuk
image sebuah merek, berarti konsumen akan memasuki dunia persepsi. Tidakmudah
membentuk image sebuah merek, tetapi sekali terbentuk tidak mudah pula mengubahnya.
Image yang dibentuk sebuah perusahaan bukanlah sekedar image, tetapi image yang jelas,
berbeda dan secara relatif lebih unggul dibandingkan pesaing.

12
Menurut Rosalina, mendefinisikan bahwa citra merek merupakan petunjuk yang akan
digunakan oleh konsumen untuk mengevaluasi produk ketika konsumen tidak memiliki
pengetahuan yang cukup tentang suatu produk. Terdapat kecenderungan bahwa konsumen
akan memilih produk yang telah dikenal baik melalui pengalaman menggunakan produk
maupun berdasarkan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber.

Citra merek (Brand Image) yang ditawarkan harus jujur karena dengan sifat jujur itu
akan menimbulkan persepsi tersendiri bagi konsumen sehingga produk yang ditawarkan
diterima dengan baik. b. Faktor-faktor Pembentuk Citra Merek (Brand Image) Membangun
brand image yang positif dapat dicapai dengan program marketing yang kuat terhadap produk
tersebut, yang unik dan memiliki kelebihan yang ditonjolkan, yang membedakan dengan
produk lain. Kombinasiyang baik dari elemen-elemen yang mendukung dapat menciptakan
brand image yang kuat bagi konsumen.

Faktor-faktor pendukung terbentuknya brand imagedalam keterkaitannya dengan


asosiasi merek menurut Sciffman & Kanuk seperti yang dikutip Karyati menyebutkan faktor-
faktor pembentuk Brand Image adalah sebagai berikut:

1) Kualitas atau mutu, berkaitan dengan kualitas barang dan jasa yang ditawarkan
oleh produsen dan berkenaan dengan kompetensi tenaga pengajar di dalamnya dan
kemampuan lulusan serta kemudahan lulusan untuk memperoleh pekerjaan.

2) Dapat dipercaya atau diandalkan, berkaitan dengan pendapat atau kesepakatan


yang dibentuk oleh masyarakat tentang suatu jasa yang dikomunikasikan.

3) Manfaat, yang berkaitan dengan fungsi dari suatu produk atau jasa yang bisa
dimanfaatkan oleh konsumen untuk memenuhi kebutuhannya.

4) Pelayanan, yang berkaitan dengan tugas produsen atau lembaga pendidikan dalam
melayani konsumen atau mahasiswa.

5) Resiko, berkaitan dengan besar kecilnya akibat atau untung rugi yang mungkin
dialami oleh konsumen atau mahasiswa setelah melakukan atau memilih suatu perguruan
tinggi.

6) Harga, yang dalam hal ini berkaitan dengan tinggi rendahnya atau banyak
sedikitnya jumlah biaya yang dikeluarkan konsumen atau mahasiswa untuk menempuh studi
kedepannya.

13
7) Citra yang dimiliki oleh merek itu sendiri, yaitu berupa pandangan, kesepakatan,
dan informasi yang berkaitan dengan suatu merek tertentu. Pendapat lain juga dikemukakan
oleh Alexander Joshep Ibnu Wibowo seperti yang dikutip Karyati, dimana reputasi atau citra
merek suatu program studi dapat diukur dari reputasi di tingkat program (programme-level
reputation), reputasi di tingkat universitas/institusi (institutional-level reputation) dan kinerja
akademik (academic performance).

14
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Adanya mahasiswa yang mendapatkan level UKT yang tidak sesuai dengan
kemampuan ekonomi mahasiswa. Ketidaktepatan dalam penentuan level UKT disebabkan
faktor mahasiswa dan petugas wawancara UKT.

BKT dan UKT memiliki fungsi subsidi yang silang akan ditanggung mahasiswa
berdasarkan pada seuruh biaya operasional tiap semester pada program studi di Perguruan
Tinggi dan berdasarkan pada kondisi atau keadaan ekonomi orang tua Mahasiswa.

SARAN

Adapun saran yang penulis berikan dalam permasalahan ini adalah :

Kepada Pimpinan Universitas beserta jajarannya agar lebih mensosialisasikan tentang


kebijakan BKT dan UKT kepada calon mahasiswa. Kepada calon mahasiswa baru agar lebih
memaknai latar belakang penentuan kebijakan BKT dan UKT sehingga tidak disalah artikan
dan dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi.

15
REFERENSI

Abidin, Ali Zaenal 2016. “Biaya Kuliah Tunggal”, http://website.mwaum.ui.ac.id., diakses 17


September 2021

Ardiansyah, Agung. 2016 “Pengaruh Uang Kuliah Tunggal Terhadap Minat Berorganisasi
Mahasiswa”, Lampung: Universitas Bandar Lampung

16

Anda mungkin juga menyukai