Anda di halaman 1dari 9

KRITIK TERHADAP PERIKLANAN

“Iklan adalah polutan mental yang paling umum dan beracun.”

Banyak kritik terhadap periklanan berpusat pada klaim palsu yang


dibuat dalam mempromosikan produk, dan bahwa periklanan
terlalu sering mendesak konsumen untuk melakukan pembelian
yang tidak mereka perlukan.

Iklan menciptakan permintaan palsu terhadap suatu produk dan


mendorong orang untuk membeli produk yang tidak
dibutuhkannya. Karena pengulangannya, hal itu memikat dan
menimbulkan keinginan di benak orang untuk memiliki barang
yang tidak mereka butuhkan.

Terkadang iklan digunakan sebagai alat untuk menipu agar


memberikan kesan yang salah kepada masyarakat, dengan
memberikan pernyataan yang menakjubkan atau berlebihan
mengenai berbagai keunggulan suatu produk. Cara-cara
penipuan dan praktik manipulasi dilakukan dengan berbagai cara
dalam periklanan.

Unethical
Etika kampanye periklanan sering kali dipertanyakan, terutama
ketika konsumen didesak untuk melakukan pembelian yang tidak
diperlukan atau diberi informasi yang salah dan menyesatkan.
Mengandalkan stereotip rasial atau gender adalah praktik tidak
etis lainnya.
Offensive

Kritikus periklanan sering kali menganggap penggunaan


seks dan sindiran seksual sebagai hal yang menyinggung
dan tidak perlu. Beberapa kampanye periklanan menuai
protes dari gereja-gereja setempat, kelompok perempuan
atau asosiasi pengasuhan anak, seperti iklan Calvin Klein
pada tahun 1970-an yang menampilkan remaja Brooke
Shields. Kritikus menyebut iklan tersebut pornografi dan
eksploitatif. Boikot dan tindakan hukum mungkin terjadi
setelah iklan yang menyinggung, yang pada akhirnya
dapat meningkatkan eksposur merek itu.

Exaggerated (Berlebihan/melebih-lebihkan)

Terkadang iklan digunakan sebagai alat untuk menipu


agar memberikan kesan yang salah kepada masyarakat,
dengan memberikan pernyataan yang menakjubkan atau
berlebihan mengenai berbagai keunggulan suatu produk.
Cara-cara penipuan dan praktik manipulasi dilakukan
dengan berbagai cara dalam periklanan.

Materialisme

Kritik keras lainnya terhadap periklanan adalah bahwa


periklanan merusak masyarakat dengan mempromosikan
materialisme. Para pendukung tanggung jawab sosial
menuduh pengiklan mengambil keuntungan dari sistem
usaha bebas untuk mengeksploitasi berbagai populasi
dengan iklan yang tidak etis, menyesatkan dan
menyinggung. Hasilnya, kata mereka, adalah populasi
konsumen yang kurang mendapat informasi dan kurang
peduli. Menurut American Educational Foundation, para
kritikus menyatakan bahwa iklan mempermainkan emosi
masyarakat dengan janji-janji penerimaan sosial dan daya
tarik seks, sehingga menyebabkan mereka melakukan
pembelian yang sebenarnya tidak mampu dan tidak
mereka butuhkan. Pengiklan tidak bisa memaksa
konsumen untuk membeli sesuatu yang tidak
dibutuhkannya, namun periklanan yang cukup efektif
dapat meningkatkan keinginan dan keinginan konsumen.

Iklan menciptakan permintaan palsu terhadap suatu


produk dan mendorong orang untuk membeli produk
yang tidak dibutuhkannya. Karena pengulangannya, hal itu
memikat dan menimbulkan keinginan di benak orang
untuk memiliki barang yang tidak mereka butuhkan.

Membingungkan Pembeli:

Kritik lain terhadap iklan adalah bahwa iklan pada banyak


produk membuat klaim serupa. Hal ini membingungkan
pelanggan mengenai produk mana yang harus mereka
beli. Misalnya, semua deterjen seperti Surf, Tide, Ariel, dll.
mempunyai klaim serupa dalam menghilangkan noda dan
memutihkan.
Kritik ini tidak disetujui karena sebagian besar pelanggan
adalah makhluk rasional. Sebelum mengambil keputusan
untuk membeli suatu produk, mereka menganalisis
informasi yang diberikan oleh iklan dan sumber lain serta
mempertimbangkan faktor-faktor seperti harga, gaya,
ukuran, dll. Dengan kata lain, mereka tidak membeli hanya
berdasarkan iklan.

Food advertising

Greenwashing

Berikut beberapa poin penting yang perlu dibahas dalam mengritik iklan:

1. Stereotip, Sexism, dan Representasi:

Kritik: Iklan dikritik karena melanggengkan stereotip dan sexism terkait gender, ras, dan kategori
sosial lainnya. Banyak iklan yang terus menggambarkan gambaran atau karakteristik umum dari
individu dan kelompok secara sempit, stereotipikal, dan seringkali tidak realistis.
Alasan: Kritik ini bermula dari dampak terhadap persepsi masyarakat dan memperkuat bias
yang ada sehingga berkontribusi pada marginalisasi kelompok tertentu (diskriminasi).

2. Citra Tubuh dan Standar Kecantikan yang Tidak Realistis:

Kritik: Iklan sering kali mempromosikan standar kecantikan yang ideal dan tidak realistis,
sehingga menimbulkan masalah citra tubuh dan masalah harga diri, khususnya di kalangan anak
muda (bodyshaming).
Alasan: Penggambaran tubuh tanpa cela dan seringkali diubah secara digital dapat menciptakan
ekspektasi yang tidak dapat dicapai, sehingga berdampak pada kesehatan, kesejahteraan
mental dan emosional individu.

3. Manipulasi Konsumen:

Kritik: Pengiklan dituduh menggunakan taktik psikologis untuk memanipulasi perilaku


konsumen, mengeksploitasi emosi untuk mendorong penjualan-pembelian.
Alasan: Kritikus berpendapat bahwa manipulasi semacam itu dapat mengarah pada konsumsi
impulsif dan tidak perlu, sehingga berkontribusi pada budaya materialisme dan konsumsi
berlebihan.

4. Kurangnya Keberagaman dan Inklusivitas:

Kritik: Iklan sering kali dikritik karena kurangnya keberagaman dan inklusivitas, serta gagal
mewakili kekayaan dan keragaman masyarakat.
Alasan: Kritik ini berakar pada gagasan bahwa iklan harus mencerminkan keragaman demografi
dan pengalaman audiens targetnya, serta mempromosikan lanskap media yang lebih inklusif
dan representatif.

5. Praktik Periklanan yang Menipu:

Kritik: Beberapa iklan mendapat reaksi keras karena praktik yang menyesatkan atau menipu,
membesar-besarkan manfaat produk, atau membuat klaim palsu.
Alasan: Iklan yang menipu mengikis kepercayaan konsumen dan menimbulkan kekhawatiran
etika, sehingga mendorong seruan untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam
industri ini.

6. Dampak terhadap Anak: (Perempuan/Laki-Laki/Lansia?)

Kritik: Iklan yang menargetkan anak-anak telah dikritik karena mempromosikan pilihan makanan
yang tidak sehat, mendorong materialisme, dan membentuk kebiasaan konsumen sejak dini.
Alasan: Kekhawatiran muncul karena kerentanan anak-anak terhadap iklan persuasif, yang
berpotensi memengaruhi perilaku dan preferensi mereka dengan cara yang mungkin bukan
demi kepentingan terbaik mereka.

7. Masalah Lingkungan:

Kritik: Industri periklanan mendapat kritik karena berkontribusi terhadap masalah lingkungan
melalui promosi konsumsi yang tidak berkelanjutan dan penciptaan limbah yang berlebihan.
Alasan: Seiring dengan semakin sadarnya konsumen terhadap lingkungan, terdapat peningkatan
permintaan akan praktik periklanan yang bertanggung jawab dan selaras dengan tujuan
keberlanjutan.

Iklan Makanan (mixed)

Adalah bidang yang menjadi perhatian dan kritik yang signifikan dalam spektrum periklanan
yang lebih luas. Berikut adalah beberapa poin penting yang menguraikan kritik terhadap iklan
makanan dan alasan di baliknya:
1. Promosi Pola Makan Tidak Sehat:

Kritik: Iklan makanan sering kali mempromosikan produk-produk yang tidak sehat dan diproses
dengan tinggi gula, garam, dan lemak.
Alasan: Kritikus berpendapat bahwa promosi makanan tidak sehat yang terus-menerus
berkontribusi terhadap meningkatnya angka obesitas, penyakit kardiovaskular, dan masalah
kesehatan terkait pola makan lainnya.

2. Menargetkan Anak-anak:

Kritik: Iklan makanan yang khusus menyasar anak-anak sering kali mempromosikan jajanan
manis, makanan cepat saji, dan produk lain yang nilai gizinya rendah.
Alasan: Anak-anak mungkin lebih rentan terhadap pengaruh iklan, dan paparan iklan makanan
tidak sehat dapat menyebabkan kebiasaan makan yang buruk dan konsekuensi kesehatan
jangka panjang.

3. Klaim Kesehatan yang Menyesatkan:

Kritik: Beberapa iklan makanan membuat klaim kesehatan yang menyesatkan, menampilkan
produk yang lebih sehat dari yang sebenarnya.
Alasan: Klaim kesehatan yang menyesatkan dapat menyebabkan konsumen salah dalam
memilih makanan, sehingga berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan mereka secara
keseluruhan.

4. Penggambaran yang Tidak Realistis:

Kritik: Iklan sering kali menampilkan makanan dengan cara yang diidealkan dan berlebihan,
sehingga menciptakan ekspektasi yang tidak realistis mengenai ukuran porsi, kandungan nutrisi,
dan pengalaman bersantap secara keseluruhan.
Alasan: Penggambaran yang tidak realistis dapat menyebabkan ketidakpuasan dan kekecewaan
ketika konsumen tidak merasakan atribut yang dipromosikan dalam kenyataan.

5. Pengaruh terhadap Kebiasaan Makan:

Kritik: Iklan makanan dapat mempengaruhi kebiasaan makan individu dengan menciptakan
hasrat, preferensi, dan keinginan terhadap jenis makanan tertentu.
Alasan: Kritikus berpendapat bahwa pengaruh ini dapat berkontribusi pada konsumsi
berlebihan, pola makan tidak sehat, dan terputusnya hubungan antara pilihan makanan dan
kebutuhan nutrisi.
6. Dampak Lingkungan:

Kritik: Iklan makanan sering dikaitkan dengan produk yang mempunyai dampak lingkungan yang
signifikan, seperti produk yang berkontribusi terhadap penggundulan hutan, penangkapan ikan
berlebihan, dan pengemasan yang berlebihan.
Alasan: Keprihatinan lingkungan terkait iklan pangan mencakup dampak pola produksi dan
konsumsi terhadap perubahan iklim dan keberlanjutan ekologi.

7. Kurangnya Pendidikan Gizi:

Kritik: Iklan makanan mungkin tidak memberikan informasi gizi yang memadai, sehingga
menyulitkan konsumen untuk membuat pilihan yang tepat mengenai pola makan mereka.
Alasan: Kurangnya pendidikan gizi dalam iklan dapat berkontribusi pada kurangnya kesadaran
umum mengenai kandungan nutrisi produk makanan, sehingga menghambat konsumen dalam
membuat pilihan yang lebih sehat.

Untuk mengatasi kritik ini memerlukan kajian komprehensif terhadap peran iklan makanan
dalam membentuk pola makan, perilaku konsumen, dan kesehatan masyarakat secara
keseluruhan.
Judul Tugas: Analisis Kritis Periklanan dan Industri Periklanan

Objektif:
Tujuan dari tugas ini adalah untuk mendorong mahasiswa mengkaji secara kritis periklanan dan
industri periklanan melalui lensa sosiologi. Siswa akan mengeksplorasi implikasi sosial, budaya,
dan ekonomi dari periklanan, mengingat dampaknya terhadap individu dan masyarakat secara
luas.

Petunjuk:

Bagian 1: Memilih Iklan untuk Analisis

Pilih Dua Iklan: Setiap siswa diharuskan memilih dua iklan dari media yang berbeda (cetak,
digital, televisi, media sosial, dll). Iklan-iklan ini bisa bersifat terkini atau historis, namun harus
berbeda dalam pendekatan dan target audiensnya.

Berikan Konteks: Untuk setiap iklan, berikan latar belakang singkat tentang produk atau layanan
yang diiklankan, target audiens, dan pesan yang dimaksudkan. Cantumkan sumber (tempat
Anda menemukan iklan) dan tanggal publikasi jika tersedia.

Bagian 2: Menganalisis Iklan

Perspektif Sosiologis: Menerapkan konsep dan teori sosiologi untuk menganalisis iklan yang
dipilih. Pertimbangkan aspek-aspek seperti peran gender, representasi budaya, norma sosial,
dan nilai-nilai yang digambarkan dalam iklan.

Kekuasaan dan Ketimpangan: Jelajahi dinamika kekuasaan yang ada dalam iklan. Periksa
bagaimana kelompok tertentu diistimewakan atau dipinggirkan, dan diskusikan potensi
penguatan kesenjangan sosial.

Konsumerisme dan Materialisme: Menilai secara kritis peran periklanan dalam


mempromosikan konsumerisme dan nilai-nilai materialistis. Diskusikan bagaimana nilai-nilai ini
berkontribusi terhadap norma dan harapan masyarakat.

Bagian 3: Mengkritik Industri Periklanan

Pengaruh Ekonomi: Selidiki kekuatan ekonomi yang membentuk industri periklanan. Jelajahi
bagaimana motif keuntungan dapat memengaruhi konten dan etika iklan.

Pertimbangan Etis: Periksa isu-isu etika yang berkaitan dengan periklanan, seperti praktik
penipuan, manipulasi emosi, dan dampaknya terhadap populasi rentan. Diskusikan tanggung
jawab pengiklan dalam mempromosikan praktik etis.
Pengaruh Media: Menganalisis peran kepemilikan dan konsolidasi media dalam membentuk
konten iklan. Pertimbangkan bagaimana pengaruh media dapat berdampak pada keberagaman
dan keterwakilan dalam iklan.

Bagian 4: Kesimpulan dan Refleksi

Kesimpulan: Ringkaslah temuan-temuan utama dari analisis periklanan dan industri periklanan.
Soroti tema atau pola umum yang muncul.

Refleksi Pribadi: Mendorong siswa untuk merefleksikan persepsi mereka sendiri terhadap
periklanan dan bagaimana tugas ini mempengaruhi pemahaman mereka tentang peran
periklanan dalam masyarakat.

Pedoman Penulisan dan Pengiriman:

Tugas harus diketik dengan format: font 12pt arial, spasi 1,5
Sertakan gambar dan tautan ke iklan yang dipilih.
Pastikan mencantumkan sumber kutipan yang digunakan dalam daftar pustaka.
Kirim tulisan lewat Turnitin

Anda mungkin juga menyukai