Anda di halaman 1dari 5

Nama : Fauzan Rahmadi Putra

Nim : 048857303
Mata Kuliah : Perilaku Konsumen/EKMA4567
Jawaban
1. a. Dalam meneliti atau mengamati tentang perilaku konsumen, seseorang cenderung membuat
pertanyaan dengan acuan 5W+IH. Demikian pula dalam perilaku konsumen, pertanyaan siapa (who),
mengapa (why), kapan (when), apa (what), punya siapa (whose), dan bagaimana (how) untuk
memahami perilaku konsumen. Misalnya, ketika peneliti menanyakan pertanyaan apa yang anda beli
jika anda ingin terlihat cantik, atau mengapa kita membeli produk tersebut, kapan membelinya, di
mana membelinya, berapa sering membeli produk tersebut, atau berapa sering menggunakan produk
tersebut. Keinginan masyarakat seringkali harus dipenuhi dengan cara membeli produk. Hal ini
menjadikan peluang pasar bagi para pengusaha atau enterpreneur. Dengan kata lain, produk yang
bertujuan untuk memenuhi keinginan masyarakat tersebut dan memberikan peluang kerja bagi
banyak orang. Semakin bagus perusahaan atau pasar memahami perilaku masyarakat, semakin
mampu pasar menyediakan barang dan jasa yang diperlukan. Selanjutnya, dengan menanyakan
pertanyaan yang berlandaskan 5W+1H, maka secara tidak langsung peneliti telah berusaha
memahami perilaku konsumen.
penjelasan menggunakan konsep 5W+1H untuk mempelajari perilaku konsumen dalam kasus produk
peralatan dapur elektronik:

1. Who (Siapa yang membeli dan siapa target pasar?)


Kita juga harus memahami siapa yang membeli produk peralatan dapur elektronik ini, apakah
mereka ibu rumah tangga, koki amatir, atau orang-orang yang sibuk yang tidak memiliki waktu
untuk memasak. Kita juga perlu memahami target pasar kita, apakah kita ingin memasarkan
produk ini kepada orang yang sudah ahli dalam memasak atau orang yang baru mulai memasak.
2. Why (Mengapa mereka memilih produk ini?)
Kita perlu memahami mengapa konsumen memilih produk peralatan dapur elektronik ini, apakah
karena merek, kualitas, harga, atau fitur-fitur yang ditawarkan.
3. When (Kapan produk dibeli?)
Kita juga perlu memahami kapan produk peralatan dapur elektronik ini dibeli, apakah pembelian
ini terjadi setelah pandemi atau selama pandemi.
4. What (Apa yang dibeli dan apa kebutuhannya?)
Pertama-tama, kita perlu memahami produk peralatan dapur elektronik seperti mixer, blender,
microwave, airfrayer, rice cooker, dan electric pressure cooker. Kita juga harus memahami
kebutuhan konsumen yang membeli produk-produk ini, apakah mereka mencarinya untuk
memasak lebih cepat, menghasilkan hasil yang lebih baik, atau untuk membantu mereka
mengurangi waktu di dapur.
5. Where (Dimana produk dibeli?)
Kita perlu memahami dimana produk peralatan dapur elektronik ini dibeli, apakah mereka
membelinya secara online atau di toko-toko elektronik tradisional.
6. How (Bagaimana cara konsumen membeli produk ini?)
Kita juga perlu memahami bagaimana cara konsumen membeli produk ini, apakah mereka
melakukan riset online terlebih dahulu, membaca review, atau mendapatkan referensi dari teman-
teman mereka.

Dengan memahami konsep 5W+1H, kita dapat lebih memahami perilaku konsumen dan
mendapatkan wawasan yang lebih baik tentang bagaimana memasarkan produk peralatan dapur
elektronik kita.

b. Memahami konsumen dan proses keputusan konsumen adalah sangat penting bagi pemasar agar
dapat merumuskan strategi pemasaran dengan tepat. Dalam menyusun strategi pemasaran untuk
produk peralatan dapur elektronik, data tentang perubahan perilaku konsumen dapat menjadi sumber
informasi yang sangat berharga. Berikut adalah beberapa aspek yang dapat terpengaruh oleh
perubahan perilaku konsumen dan bagaimana perubahan tersebut dapat mempengaruhi strategi
pemasaran:

1. Produk yang diminati: Data menunjukkan bahwa selama pandemi, konsumen lebih fokus pada
produk-produk penting seperti perangkat elektronik, produk farmasi, dan kosmetik serta
perawatan peribadi. Oleh karena itu, perusahaan harus memastikan bahwa produk-produk yang
mereka tawarkan dapat memenuhi kebutuhan penting konsumen saat ini.
2. Pengeluaran konsumen: Data menunjukkan bahwa pengeluaran bulanan online rata-rata per
orang telah menurun tajam. Oleh karena itu, perusahaan harus mempertimbangkan harga yang
terjangkau dan menawarkan diskon atau penawaran khusus yang menarik bagi konsumen.
3. Segmentasi pasar: Data menunjukkan bahwa wanita dan orang-orang dengan pendidikan tinggi
lebih cenderung untuk berbelanja online. Oleh karena itu, perusahaan dapat mempertimbangkan
untuk memfokuskan strategi pemasaran mereka pada kelompok target ini.
4. Hobi memasak yang berkembang: Data menunjukkan bahwa memasak menjadi hobi yang
populer selama pandemi. Oleh karena itu, perusahaan dapat mempertimbangkan untuk
memasarkan produk peralatan dapur elektronik mereka sebagai solusi bagi orang-orang yang
ingin memasak dengan cepat dan mudah di rumah.
5. Channel distribusi: Data menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen melakukan pembelian
online. Oleh karena itu, perusahaan dapat mempertimbangkan untuk memasarkan produk mereka
secara online melalui platform e-commerce yang populer.

Dalam menyusun strategi pemasaran, perusahaan harus mempertimbangkan semua aspek di atas
dan menciptakan solusi yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen saat ini.
Misalnya, mereka dapat mengembangkan produk baru yang memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen atau menawarkan diskon atau penawaran khusus untuk menarik konsumen. Mereka juga
dapat memperluas channel distribusi mereka ke platform e-commerce atau memperkuat branding
mereka untuk menarik perhatian target pasar yang baru.

2. a. Motivasi merupakan faktor internal yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu tindakan.
Dalam konteks perilaku konsumen, motivasi dapat mempengaruhi keputusan seseorang untuk
membeli atau tidak membeli suatu produk atau layanan. Motivasi juga dapat mempengaruhi
intensitas dan keberlanjutan konsumsi produk atau layanan tersebut. Motivasi mengacu pada proses
yang menyebabkan orang untuk berperilaku seperti apa yang mereka lakukan. Hal ini terjadi ketika
kebutuhan menimbulkan harapan konsumen untuk mendapatkan kepuasan. Ketika suatu kebutuhan
itu telah timbul suatu keinginanyang kuat dapat mendorong konsumen untuk mencoba, untuk
mengurangi atau menghilangkan kebutuhan: Kebutuhan ini kemungkinan bersifat utilitarian (yaitu,
keinginan untuk mencapai beberapa manfaat fungsional atau praktis, seperti ketika seseorang
meningkatkan konsumsi sayuran hijau untuk alasan gizi) atau mungkin hedonis (yaitu, kebutuhan
pengalaman, yang melibatkan respon emosional atau fantasi). Suatu keinginan yang terpenuhi
merupakan tujuan konsumen.

Dalam rangka meningkatkan efektivitas pemasaran, penting bagi bisnis untuk memahami
motivasi konsumen dan menciptakan produk atau layanan yang memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan mengidentifikasi motivasi yang
mendorong konsumen untuk membeli produk atau layanan tertentu dan menyesuaikan strategi
pemasaran untuk memperkuat motivasi tersebut.

b. Teori kebutuhan tertua dan sering disebut-sebut adalah teori kebutuhan Maslow. Menurut
Maslow kebutuhan orang berjenjang dimulai dengan kebutuhan fisiologis kemudian naik ke
kebutuhan rasa aman, kemudian kebutuhan sosial, kebutuhan ego dan sampai aktualisasi diri.
Menurut teori Maslow, jika kebutuhan fisiologis belum bisa tepenuhi, maka kebutuhan aktualisasi
diri belum terpenuhi juga. Kebutuhan fisologis datangnya dari dalam diri manusia. atin Khan (2006)
menulis "teori maslow adalah teori makro yang dirancang untuk memperhitungkan perilaku
sebagian manusia pada umumnya Hal ini didasarkan pada hierarki kebutuhan Maslow, yang
menyatakan bahwa manusia memiliki berbagai kebutuhan dan ini dapat diklasifikasikan sebagai
kebutuhan primer dan sekunder atau lebih berurutan lebih rendah dan berurutan lebih tinggi. Setelah
kebutuhan terpenuhi manusia berusaha memenuhi kebutuhan lainnya.

Teori kebutuhan Maslow mengemukakan bahwa manusia memiliki lima tingkat kebutuhan yang
saling terkait dan bertingkat, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial,
kebutuhan pengakuan, dan kebutuhan aktualisasi diri. Dalam konteks membagikan pengalaman
liburan melalui media sosial, kebutuhan-kebutuhan berikut dapat terpenuhi:

1. Kebutuhan sosial yaitu, kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. Dalam konteks
membagikan pengalaman liburan melalui media sosial, kegiatan ini dapat memenuhi kebutuhan
untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Dengan membagikan pengalaman
liburan melalui media sosial, seseorang dapat terhubung dengan teman dan keluarga serta
mendapatkan dukungan dan pengakuan dari mereka.
2. Kebutuhan aktualisasi diri yaitu, kebutuhan untuk mencapai potensi dan kemampuan pribadi
secara optimal. Dalam konteks membagikan pengalaman liburan melalui media sosial,
seseorang dapat merasa bahwa mereka mencapai potensi pribadi dengan mengeksplorasi
tempat-tempat baru dan mengambil foto yang indah atau unik.
3. Kebutuhan pengakuan yaitu, kebutuhan untuk dihargai dan diakui oleh orang lain. Dalam
konteks membagikan pengalaman liburan melalui media sosial, seseorang dapat merasa dihargai
dan diakui oleh teman dan keluarga melalui komentar, like, atau reaksi positif lainnya terhadap
foto atau cerita yang dibagikan.

kesimpulannya, membagikan pengalaman liburan melalui media sosial dapat memenuhi beberapa
kebutuhan manusia, seperti kebutuhan sosial, kebutuhan pengakuan, dan kebutuhan aktualisasi diri.
Dengan memahami kebutuhan-kebutuhan tersebut, bisnis pariwisata dapat menciptakan
pengalaman liburan yang memuaskan bagi pelanggan dan mempromosikan pengalaman tersebut
melalui media sosial untuk meningkatkan minat konsumen.
c. Dalam memasarkan jasa wisata, pemasar dapat menggunakan motivasi konsumen yang telah
dijelaskan sebelumnya sebagai dasar untuk merancang strategi pemasaran yang efektif. Berikut ini
adalah beberapa cara pemasar dapat menggunakan motivasi konsumen tersebut:

1. Membangun kepercayaan dan pengalaman positif


Pemasar dapat menggunakan motivasi konsumen seperti kebutuhan akan keamanan dan
kenyamanan untuk membangun kepercayaan dan menghasilkan pengalaman positif bagi konsumen.
Hal ini dapat dilakukan dengan menampilkan testimoni dari pelanggan yang puas dengan
pengalaman liburan mereka, menampilkan fasilitas penginapan dan transportasi yang aman dan
nyaman, serta menunjukkan bahwa destinasi wisata tersebut memiliki standar keamanan yang
tinggi.
2. Membangun keterikatan pelanggan
Pemasar dapat menggunakan motivasi konsumen seperti kebutuhan akan pengakuan dan kebutuhan
sosial untuk membangun keterikatan pelanggan dengan merek jasa wisata tersebut. Hal ini dapat
dilakukan dengan mengajak pelanggan untuk membagikan pengalaman liburan mereka melalui
media sosial dan memberikan insentif seperti diskon atau penghargaan lainnya bagi pelanggan yang
mempromosikan merek jasa wisata tersebut kepada teman dan keluarga.
3. Menghasilkan pengalaman yang unik
Pemasar dapat menggunakan motivasi konsumen seperti kebutuhan aktualisasi diri dan kebutuhan
untuk merasakan pengalaman baru untuk menawarkan paket liburan yang unik dan menarik. Hal ini
dapat dilakukan dengan menawarkan pengalaman yang tidak biasa seperti mengunjungi tempat-
tempat yang kurang diketahui, atau dengan menghadirkan aktivitas yang belum pernah dicoba
sebelumnya.

Dengan memahami motivasi konsumen, pemasar jasa wisata dapat merancang strategi pemasaran
yang lebih efektif dan meningkatkan daya tarik merek mereka bagi calon pelanggan. Dalam
memasarkan jasa wisata, penting untuk mengingat bahwa konsumen mencari pengalaman yang
lebih dari sekadar produk atau layanan yang disediakan, oleh karena itu, pemasar harus dapat
menawarkan pengalaman yang unik dan relevan dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan.

3. Model tahapan pengolahan informasi yang dikemukakan oleh Engel, Blackwell, Miniard (1995),

Dalam kampanye penggunaan masker pada gambar di atas, tahapan pengelolaan informasi yang
mungkin dilalui oleh konsumen adalah sebagai berikut:

- Perhatian
Pada tahap ini, konsumen perlu memperhatikan kampanye penggunaan masker tersebut. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara memperhatikan iklan, poster, atau banner yang menampilkan pesan
kampanye penggunaan masker. Konsumen juga dapat memperhatikan orang-orang di sekitarnya yang
memakai masker, atau mungkin mendengar informasi tentang pentingnya penggunaan masker dari
teman atau keluarga.
- Pemahaman
Setelah memperhatikan kampanye penggunaan masker, konsumen perlu memahami pesan yang
ingin disampaikan. Pada tahap ini, konsumen akan berusaha mengerti makna dari pesan kampanye
tersebut, yaitu pentingnya penggunaan masker dalam meredam laju penularan Covid-19. Konsumen
juga dapat mencari informasi tambahan tentang manfaat penggunaan masker untuk kesehatan dan
pencegahan penularan virus.
- Persepsi
Tahap persepsi mengacu pada bagaimana konsumen mempersepsi atau memandang kampanye
penggunaan masker tersebut. Pada tahap ini, konsumen akan memproses pesan kampanye tersebut
dan memberikan penilaian atau opini tentang pesan tersebut. Konsumen dapat mempersepsi
kampanye penggunaan masker sebagai pesan yang penting dan perlu diikuti, atau mungkin
menganggap pesan tersebut tidak terlalu penting atau tidak relevan dengan kebutuhan atau kebiasaan
mereka.
- Pilihan
Tahap pilihan mengacu pada bagaimana konsumen membentuk sikap atau pandangan tentang
penggunaan masker. Pada tahap ini, konsumen akan mempertimbangkan manfaat dan risiko dari
penggunaan masker, serta membandingkan dengan kebutuhan dan kebiasaan mereka sehari-hari. Jika
konsumen merasa bahwa penggunaan masker dapat memberikan manfaat bagi kesehatan dan
pencegahan penularan virus, maka mereka kemungkinan besar akan membentuk sikap positif
terhadap penggunaan masker.
- Tindakan
Tahap tindakan mengacu pada bagaimana konsumen melakukan tindakan berdasarkan sikap dan
pandangan yang telah terbentuk pada tahap sebelumnya. Pada tahap ini, konsumen akan melakukan
tindakan untuk mematuhi kampanye penggunaan masker dengan cara memakai masker ketika berada
di tempat umum atau berinteraksi dengan orang lain. Tindakan ini dapat membantu dalam meredam
laju penyebaran covid

Dalam keseluruhan tahapan pengolahan informasi tersebut, penting untuk memastikan bahwa
pesan yang disampaikan pada kampanye penggunaan masker tersebut mudah dipahami, jelas, dan
dapat dipercaya oleh konsumen. Hal ini dapat meningkatkan efektivitas kampanye dalam
meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya penggunaan masker dalam mencegah
penyebaran Covid-19.

Anda mungkin juga menyukai