Anda di halaman 1dari 23

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Pengertian Profil
Kata profil berasal dari bahasa Italia, profilo dan profilare, yang berarti
gambaran garis besar. Budianto (2006) mendefinisikan profil adalah
gambaran atau ikhtisar yang memberikan fakta dan data yang ada tentang hal-
hal khusus. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007) mendefinisikan profil
sebagai pandangan dari samping atau ikhtisar yang memberikan fakta tentang
hal-hal khusus.
Berdasarkan definisi di atas profil dapat diartikan sebagai gambaran
secara garis besar yang diperoleh dari data dan fakta tentang hal-hal khusus
kemudian dilakukan penarikan makna dari data dan fakta tersebut.
2. Pemecahan Masalah
a. Masalah

Suatu masalah biasanya memuat suatu situasi yang mendorong


manusia untuk menyelesaikannya, namun tidak dapat menemukan alternatif
solusi dalam waktu yang singkat. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah
dan waktu untuk menyelesaikan suatu masalah.
for a question to be
a problem, it must present a challenge that cannot be resolved by some
routine procedure hal itu berarti bahwa tidak semua
pertanyaan yang diajukan merupakan masalah bagi siswa. Jadi termuatnya
tantangan dan belum diketahui prosedur dalam menyelesaikan masalah yang
sedang dihadapi oleh siswa akan menentukan terkategorikannya suatu
pertanyaan menjadi masalah.

commit to user
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10

seorang siswa dihadapkan pada masalah, maka pada akhirnya mereka bukan
hanya sekedar memecahkan masalah tetapi juga belajar sesuatu yang baru.
Dari belajar menemukan sesuatu yang baru itulah maka akan mendapatkan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia masalah diartikan sebagai


sesuatu yang harus dipecahkan/soal/penyelesaian. Sedangkan Hudoyo (1979:
157) sesuatu disebut masalah bagi siswa jika :
1) Pertanyaan yang diberikan kepada siswa harus dapat dimengerti siswa,
namun pertanyaan tersebut harus merupakan tantangan baginya dan harus
dijawab.
2) Pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab oleh siswa dengan prosedur rutin
yang diketahui.
Jadi kesimpulannya masalah merupakan suatu hal yang harus
dipecahkan oleh prosedur rutin atau prosedur baru dan dalam jangka waktu
tertentu, sehingga dapat diperoleh penyelesaiannya bahkan menghasilkan
suatu penemuan baru.
b. Masalah Matematika
Masalah matematika pada umumnya berbentuk soal matematika,
namun tidak semua soal matematika merupakan suatu masalah. Dalam
penelitian Aris Yuwono (2010: 18) menyatakan bahwa dalam menghadapi
suatu soal matematika ada beberapa hal yang terjadi pada siswa yaitu :
1) Siswa langsung mengetahui/mempunyai gambaran tentang
menyelesaiannya tetapi tidak berminat menyelesaikannya.
2) Memberi gambaran tentang cara menyelesaikannya dan berminat
menyelesaikannya.
3) Tidak memiliki gambaran tentang cara menyelesaikannya akan tetapi
berkeinginan menyelesaikannya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11

4) Tidak memiliki gambaran tentang cara menyelesaikannya dan tidak


berkeinginan menyelesaikannya.
Jika berada pada kemungkinan 4 maka soal matematika tersebut
merupakan masalah bagi siswa. Jadi terdapat 2 syarat agar suatu soal
merupakan masalah bagi siswa yakni siswa tidak mengetahui gambaran
tentang jawaban soal itu dan siswa berkeinginan untuk menyelesaikannya.
Berdasarkan penjelasan di atas yang dimaksud masalah matematika
dalam penelitian ini adalah soal matematika yang mencakup aplikasi
prosedur rutin yang sama/mirip dengan soal yang telah dipelajari, dimana
soal tersebut cukup kompleks sehingga siswa tidak mengetahui gambaran
tentang jawaban tetapi berkeinginan penyelesaikannya.
c. Pemecahan Masalah Matematika
Pemecahan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
merangsang siswa untuk berpikir, menganalisa suatu permasalahan
sehingga dapat menentukan pemecahannya. Menurut Abdurakhman (2003:
245) pemecahan masalah matematika adalah aplikasi, konsep dan
keterampilan. Dalam memecahkan masalah biasanya melibatkan kombinasi
konsep dan keterampilan dalam suatu situasi baru atau situasi yang
berbeda.
Polya mengemukakan suatu tahapan dalam memecahkan masalah
yakni (1) memahami masalah, (2) merencanakan, menyelesaikan, (3)
melaksanakan pemecahan masalah, (4) memeriksa kembali hasil
pemecahan masalah. Langkah Polya tersebut jika digunakan dalam
pemecahan masalah matematika siswa tunagrahita kurang dapat bisa
berjalan dengan baik sebab kesulitan anak tunagrahita dalam memahami
materi pembelajaran sudah cukup besar. Mereka tidak dapat memahami
materi secara tuntas, apabila tidak dibantu sepenuhnya oleh guru. Apalagi
akan meanjutkan ke langkah selanjutnya yakni merencanakan,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12

menyelesaikan, melaksanakan pemecahan masalah dan memeriksa


kembali.
Menurut Santrock (2008) hambatan perkembangan belajar bukan
suatu hambatan tunggal, tetapi merupakan kategori umum dari pendidikan
khusus yang terdiri dari hambatan dalam beberapa dari tujuh bidang khusus
ini, yaitu:
1) bahasa reseptif (memaknai apa yang didengar)
2) bahasa ekspresif (bicara)
3) keterampilan dasar membaca
4) memahami bacaan
5) ekspresi tulisan
6) hitungan matematik
7) berpikir matematik.
Brandford & Stein (dalam Santrock, 2008) menyatakan bahwa
pemecahan masalah melibatkan penemuan sebuah cara yang sesuai untuk

dipertimbangkan apakah tugas tersebut merupakan suatu proyek individu


atau kelompok yang harus dicari pola pemecahan masalahnya, kemudian
membuat komunitas yang lebih bertanggung jawab terhadap
lingkungannya dan memberikan pendapat tentang hal yang sedang
dipelajari.
Jacob (2010) merekomendasikan bahwa pemecahan masalah
merupakan fokus dari matematika. Suatu pertanyaan akan menjadi masalah
jika hanya jika pertanyaan tersebut menunjukkan adanya suatu tantangan
yang tidak dapat diselesaikan oleh suatu prosedur rutin yang sudah
diketahui. Cara yang sering digunakan pada proses pemecahan suatu
masalah disebut strategi pemecahan masalah. Jacob (2000: 6)
mengemukakan ada enam strategi untuk menyelesaikan masalah, yaitu:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

13

1. Perkiraan dan tes (Guess and Test)


2. Menggunakan suatu variabel (Use a Variable)
3. Menggambarkan suatu gambar (Draw a Picture)
4. Mencari suatu pola (Look for a Pattern)
5. Membuat suatu daftar (Make a List)
6. Menyelesaikan suatu masalah sederhana (Solve a Simpler Problem)
Berdasarkan definisi di atas pemecahan masalah matematika dalam
penelitian ini adalah suatu cara atau prosedur yang digunakan untuk
menganalisa dan menemukan jawaban suatu masalah matematika yang
melibatkan kombinasi konsep dan keterampilan dalam suatu situasi baru atau
situasi yang berbeda.
d. Kesulitan dalam memecahkan masalah matematika
Peneliti bermaksud mencari informasi yang lebih mendalam mengenai
pola pemecahan masalah siswa tunagrahita dan kesulitan yang dihadapi dalam
memecahkan masalah matematika pada pokok bahasan geometri. Selanjutnya
kesulitan dalam memecahkan masalah matematika pokok bahasan geometri
dikategorikan sebagai berikut:
Tabel 2.1
Tabel Jenis Kesulitan Siswa

No Jenis Kesulitan

1. Kesuliatan memahami masalah yang diberikan (lack comprehension of


problem posed)
2. Kesulitan menentukan nama bangun ruang yang diberikan (lack of
giving )
3. Kesulitan dalam melakukan prosedur matematika yang benar (inability
to use mathematic procedure)
4. Kesulitan melihat gambar secara keseluruhan dan memberi nama
gambar (inability to watch totaly and give name of picture)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14

3. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata belajar. Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2007) mendefinisikan belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan
unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.
Kegiatan belajar erat kaitannya dengan pembelajaran. Pembelajaran
biasanya ditandai dengan adanya guru sebagai fasilitator dan murid sebagai
objeknya. Proses pembelajaran di SLB sama seperti di sekolah-sekolah
lainnya. Selalu terjadi interaksi antara guru dengan siswa. Menurut Sujana
(2000: 7), pembelajaran adalah mengatur dan mengorganisasi lingkungan
yang ada di sekitar pembelajaran sehingga dapat mendorong pembelajar
melakukan belajar.
Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi
unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang
saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.manusia terlibat dalam
sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya, misalnya tenaga
laboratorium.
Proses pembelajaran dilengkapi dengan adanya material (buku-buku,
papan tulis dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan video tape), fasilitas
dan perlengkapan (ruang kelas, perlengkapan audio visual dan komputer),
serta prosedur (jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar,
ujian, dan sebagainya). Sistem pembelajaran dapat dilaksanakan dengan cara
membaca buku, belajar di kelas atau di luar kelas (in door or out door class)
karena diwarnai oleh organisasi dan interaksi antara berbagai komponen yang
saling berkaitan untuk membelajarkan siswa.
Berdasarkan uraian dapat kita simpukan bahwa pembelajaran adalah
proses untuk membantu peserta didik menggali informasi dan pengetahuan
serta mengoptimalkan potensi yang dimiliki dengan memberi motivasi dan
memfasilitasi agar mendapatkan pengalaman dan pengetahuan yang lebih
baik.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

15

4. Matematika
mathema dalam bahasa Yunani
yang diartikan sebagai ilmu pengetahuan juga

perkembangannya telah dipengaruhi ilmu lain. Matematika disebut ratu


sekaligus pelayan dalam ilmu pengetahuan. Matematika timbul dari hasil
pemikiran yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran. Matematika
merupakan ilmu deduktif yang tidak bisa menerima generalisasi yang
didasarkan observasi saja, tetapi harus disertai pembuktian. Dalam
matematika digunakan simbol dan istilah yang disepakati bersama.

adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan


prosedur operasional yang dipergunakan dalam penyelesaian masalah

penelaahan struktur abstrak yang didefinisikan secara aksioma dengan


menggunakan logika simbolik dan notasi matematika.

Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah


yang dihadapi manusia; suatu cara menggunakan informasi; menggunakan
pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan
dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-
hubungan.
Panca
diciptakan manusia. Manusia berpikir untuk menciptakan sesuatu sesuai apa
yang dilihat, dialami dan direncanakan dalam kehidupan sehari-harinya. Jadi
tidak mungkin apabila matematika itu tidak berhubungan dengan kehidupan
sehari-hari dan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

16

Soedjadi (2000: 11) mengemukakan definisi matematika :


a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan
terorganisir secara sistematik.
b. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
c. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan
berhubungan dengan bilangan.
d. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif
dan masalah tentang ruang dan bentuk.
e. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang
logik.
f. Matematika adalahpengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, matematika dalam penelitian
ini adalah ilmu pengetahuan yang diciptakan oleh manusia yang timbul dari
hasil pemikiran yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran yang
yang berisi tentang bilangan, kalkulasi, penalaran, logik, fakta-fakta
kuantitatif, masalah ruang dan bentuk, aturan-aturan ketat dan pola
keteraturan serta struktur yang teroganisir untuk memecahkan masalah.
Definisi matematika dari berbagai sumber yang berbeda maka dapat
dirangkum beberapa ciri-ciri khusus atau karakteristik dari matematika.
Menurut Soedjadi (2000: 13) beberapa karakteristik itu adalah :
a. Memiliki Objek Abstrak.
Dalam matematika objek dasar yang dipelajari adalah abstrak atau bisa
disebut objek pikiran. Objek dasar tersebut meliputi:
1). Fakta
Fakta merupakan konvensi-konvensi yang diungkapkan dengan
suatu symbol tertentu. Contoh :

2). Konsep
Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk
menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek. Contoh :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

17

sekumpulan objek dapat digolongkan sebagai contoh atau bukan contoh


persegi.
3). Operasi
Operasi adalah pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar dan
pengerjaan matematika yang lain. Pada dasarnya operasi dalam
matematika adalah suatu fungsi yaitu relasi khusus, karena operasi
adalah aturan untuk memperoleh elemen tunggal dari satu atau lebih
elemen yang diketahui. Contoh : penjumlahan, pengurangan, perkalian,
pembagian. Gabungan dan irisan.
4). Prinsip
Prinsip adalah objek matematika yang kompleks atau
hubungan antara berbagai objek dari matematika. Secara sederhana
dapatlah dikatakan bahwa prinsip adalah hubungan antara berbagai
objek dasar matematika. Prinsip dapat terdiri atas berapa fakta,
beberapa konsep yang dikaitkan dengan suatu relasi ataupun operasi.
Contoh : aksioma, teorema, sifat, dan sebagainya.
b. Bertumpu pada kesepakatan.
Dalam matematika kesepakatan merupakan tumpuan yang sangat
penting. Kesepakatan yang amat mendasar adalah aksioma dan konsep
primitif. Aksioma adalah pernyataan pangkal yang tidak pelu dibuktikan.
Sedangkan konsep primitif adalah pengertian pangkal tidak perlu
didefinisikan.
c. Berpola pikir deduktif.
Pola pikir deduktif adalah pemikiran adalah pemikiran yang
berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada
hal yang bersifat khusus.
d. Memiliki symbol yang kosong dari arti.
Makna huruf dan tanda dalam matematika tergantung dari
permasalahan yang mengakibatkan terbentuknya model tersebut. Jadi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

18

secara umum huruf dan tanda tersebut masih kosong dari arti. Dalam
matematika ditemui banyak simbol yang berupa huruf ataupun bukan
huruf. Rangkaian simbol-simbol dalam matematika dalam suatu model
matematika dapat membentuk suatu model matematika. Contoh : x + y = z
e. Memperhatikan semesta pembicaraan.
Karena simbol-simbol dalam matematika kosong dari arti maka
diperlukan lingkup pembicaraan atau semesta pembicaraan sehingga
symbol-simbol tersebut dapat digunakan. Benar atau salah serta ada
tidaknya penyelesaian ditentukan oleh semesta pembicaraan. Contoh :
Dalam semesta bilangan bulat , 4n = 7 tidak mempunyai penyelesaian.
f. Konsisten dalam sistemnya.
Di dalam matematika terdapat banyak sistem. Misalnya sistem
aljabar dan sistem geometri. Dalam masing-masing sistem terdapat
beberapa sistemyang lebih kecil. Di dalam sistem berlaku ketaatasasan
atau konsistensi. Suatu teorema ataupun definisi dalam sistem tersebut
harus menggunakan istilah atau konsep yang telah ditetapkan terlebih
dahulu. Konsistensi itu baik dalam makna maupun dalam hal nilai
kebenarannya.
5. Pengertian Tuna Grahita
Tunagrahita adalah kata lain dari retardasi mental (mental
retardation) (JP Chaplin, 1999). Arti harfiah dari perkataan tuna adalah
merugi, sedangkan grahita artinya pikiran. Sehingga definisi tuna grahita
adalah anak yang mengalami penyimpangan fungsi intelektual umum yang
nyata dibawah rata-rata bersamaan dengan kekurangan dalam perilaku adaptif
dan tampak pada masa perkembangannya.
Haliahan dan Kauffman dalam Olivier dan Williams (2005)

yakni fungsi intelektual ren

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

19

Hendeschee dalam effendi (2005: 89) memberikan batasan bahwa


anak tunagrahita adalah anak yang tidak cukup pikirnya, tidak dapat hidup
dengan kekuatan sendiri di tempat sederhana dalam masyarakat. Uraian
tersebut menjelaskan bahwa ketergantungan anak tunagrahita terhadap orang
lain pada dasarnya tetap ada, meskipun untuk masing-masing jenjang anak
tunagrahita kualitasnya bebeda, tergantung pada berat ringannya
ketunagrahitaan yang diderita.
Roy (2012) menyatakan tuna grahita adalah suatu kondisi klinis yang
kompleks dengan etiologi heterogen di mana orang yang mempunyai
kecerdasan dibawah yang membatasi kemampuan mereka untuk berfungsi
secara normal. Jenis orang ini mungkin memiliki masalah dengan komunikasi,
peduli terhadap diri mereka sendiri, hidup sehari-hari keterampilan sosial,
interaksi masyarakat, kesehatan, keselamatan dan bekerja. Keterbelakangan
mental telah menimbulkan masalah besar di seluruh dunia karena yang sangat
kompleks mempengaruhi kehidupan sosial, medis, psikologis dan komponen
pendidikan, selain dari berbagai masalah tak terduga.
Surtikanti (2011: 62) menyatakan bahwa tuna grahita adalah anak
yang mengalami keterbelakangan kecerdasan dan kekurangan aspek mental
lainnya dan sosialnya sedemikian rupa, yang terjadi selama perkembangan,
sehingga untuk mencapai perkembangan yang optimal diperlukan pelayanan
dan pengajaran program khusus.
Kesulitan menjabarkan karakteristik pada semua anak tuna grahita
disebabkan oleh banyaknya diferensiasi tingkat serta tipe anak tunagrahita.
Kendatipun demikian untuk memudahkan para guru, ahli diagnostik atau
pihak-pihak lain dalam mengidentifikasi anak tunagrahita akan dicoba untuk
ditelusuri karakteristik pokok bagi anak tunagrahita dikaitkan dengan
statusnya sebagai individu yang sedang dalam proses pendidikan. Menurut
Surtikanti (2011: 50) beberapa karakteristik tersebut adalah :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

20

1. Karakteristik mental, meliputi :


a. Mereka menunjukkan kecenderungan menjawab dengan ulang respon
terhadap pertanyaan yang berbeda.
b. Mereka tidak mampu memberikan kritik.
c. Kemampuan asosiasinya terbatas.
d. Mereka tidak mampu menyimpan intruksi yang sulit dalam
ingatannya.
e. Kapasitas intelektualnya sangat rendah.
f. Cenderung memiliki kemampuan berfikir konkrit daripada abstrak.
g. Tidak mampu mendeteksi kesalahan-kesalahan dalam pernyataan.
h. Terbatas kemampuannya dalam penalaran dan visualisai.
i. Mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi.
2. Karakteristik fisik, meliputi :
a. Mereka yang mengalami keterbelakangan ringan sebagian besar tidak
memiliki kelainan fisik, sedangkan yang tingkat sedang dan berat
cenderung memiliki kelainan fisik (kondisi motorik, penglihatan,
pendengaran dan sebagainya).
b. Mereka cenderung memiliki penyimpangan fisik dari bentuk rata-rata
misalnya adanya ketidaksamaan/ketidakserasian antara kepala , wajah,
ukura besar kepala,tatanan gigi, telinga dan sebagainya.
c. Biasanya mereka mengalami hambatan bicara dan berjalan.
d. Pemeliharaan diri kuran (terutama yang tingkat bawah).
3. Karakteristik sosial-Emosi
a. Ada kecenderungan tidak mampu menyesuaikan diri, karena
mengalami kesulitan dalam tingkah lakunya.
b. Minat permainan mereka tidak cocok dengan anak yang sama usia
mentalnya daripada usia kronologisnya.
c. Sering tidak mampu memenuhi tuntutan atau harapan kelompok atau
masyarakat.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

21

d. Memiliki problem emosi dan tingkah laku.


4. Karakteristik akademis, meliputi :
a. Kemampuan belajarnya sangat rendah dan lambat.
b. Mereka yang tergolong tingkat ringan masih dapat diberikan mata
pelajaran akademik (membaca, menulis, berhitung dan sebagainya).
Klasifikasi sosial- psikologis menggunakan dua kriteria yaitu kriteria
psikometrik dan kriteria perilaku adaptif. Menurut Grossman yang dikutip
Mulyono Abdurrahman ada empat taraf retardasi mental menurut skala Binet
dan skala Wechsler seperti pada tabel berikut ini
Tabel 2.2
Tabel Klasifikasi IQ Skala Binet dan Wechsler

Klasifikasi IQ Skala Binet IQ Skala Wechsler


Ringan (mild) 68 52 69 55
Sedang (moderate) 51 36 54 40
Berat (severe) 35 20 39 25
Sangat berat 19 24

1. Taraf perbatasan atau lamban belajar (the borderline or the slow leaner IQ
70-85).
2. Tunagrahita mampu didik (educable mentally retarded IQ 50-70).
3. Tunagrahita mampu latih (trenable mentally retarded IQ 35 -55).
4. Tunagrahita mampu rawat (dependent or proundly retarded IQ dibawah
30).
Dari berbagai definisi tuna grahita di atas dapat disimpulkan siswa
tuna grahita adalah individu yang mengalami penyimpangan fungsi intelektual
umum yang nyata dibawah rata-rata bersamaan dengan kekurangan dalam

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

22

perilaku adaptif dan tampak pada masa perkembangannya. Perkembangan


tersebut baik dalam aspek mental maupun sosialnya sehingga untuk mencapai
perkembangan yang optimal diperlukan pelayanan dan pengajaran program
khusus. Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai objek penelitian adalah
anak tunagrahita dengan klasifikasi ringan.
Ciri-ciri anak tuna grahita ringan menurut Tamsik dkk (1998: 42)
membagi ciri anak tunagrahita ringan menjadi tiga yaitu :
a. Ciri-ciri jasmaniah meliputi bentuk kepala,hidung dan bentuk tubuh
lainnya yang tidak berbeda dengan anak normal,
b. Ciri-ciri rokhaniah meliputi kemampuan berpikir yang rendah sehingga
sulit memecahkan masalah walaupun sangat sederhana, perhatian dan
ingatan lemah sehingga tidak dapat memperhatikan suatu hal dengan
serius,
c. Adapun ciri-ciri anak tuna grahita ringan yang dapat diamati adalah
kurang dapat mengendalikan diri, tidak dapat menghargai norma-norma
sosial yang berlaku di masyarakat sehingga tidak dapat membedakan baik
buruk, boleh atau tidak.
6. Pendekatan Formal
Alimin (2006) menyatakan bahwa menunjukkan bahwa kebanyakan
pendekatan pembelajaran di SLB adalah pendekatan formal. Yakni
pembelajaran yang berpusat pada kurikulum dan guru, belum memperhatikan
perkembangan dan hambatan belajara anak tuna grahita secara individual.
Pada umumnya guru menyampaikan bahan pelajaran langsung pada tahap
abstrak. Sementara peserta didik tunagrhita memiliki kesulitan dalam
memahami konsep yang besifat abstrak, mereka memerlukan aktivitas
belajar yang dimulai dari tahap kongkret.
Menurut Fudyartanta (2005: 15) pendekatan formal atau pendekatan
objektif dipergunakan untuk mengukur kemampuan individu serta
kepribadiannya dengan lebih objektif membuka suatu perkembangan kearah

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

23

psikometri. Prosedur formal dapat untuk menegakkan suatu patokan


pemeriksaan yang objektif. Setelah pembentukan image atau gambaran
tentang subjek yang akan diperiksa dengan tujuan tertentu, kemudian
ditetapkan metode serta teknik yang efektif untuk dapat mencapai tujuan
tersebut. Metode dan teknik tersebut dimaksudkan untuk memperoleh data
dan informasi tentang siswa. Dengan data dan informasi yang diperoleh dapat
dilakukan analisis mengenai kepribadian subjek.
Groth Manat dalam Fudyartanta (2005: 15) meguraikan tahapan dalam
proses pemeriksaan psikologis tersebut adalah sebagai berikut:
1. Klasifikasi dalam masalah siswa untuk memperjelas masalah yang
dihadapi siswa, termasuk menetapkan tujuan pemeriksaannya.
2. Pendayagunaan pengetahuan dan kemampuan yang berhubungan dengan
tujuan pemeriksaan psikologis.
3. Pengambilan data: setelah pertimbangan konseptual memperjelas arah
pemeriksaan selanjutnya, barulah pada tahap berikutnya mulai melakukan
pengambilan data dan penggalian informasi dengan memakai metode dan
teknik yang dipilih.
4. Interpretasi data: setelah data terkumpul dan diproses atau dianalisis
peneliti melakukan interpretasi (penafsiran) yang behubungan dengan
pemeriksaannya, dengan cara mendeskripsikan kepribadian siswa dengan
mempertimbangkan seluruh data yang terkumpul dari tiga fase
sebelumnya. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat kita kemukakan
langkah-langkah dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
formal atau objektif sebagai berikut :
a. Mengenal karakteristik subjek yang akan diteliti dalam hal ini adalah
siswa tunagrahita.
b. Menganalisis kepribadian subjek dan mengklasifikasikan masalah
yang dihadapi dalam pembelajaran matematika.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

24

c. Menetapkan pendekatan dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan


kurikulum anak SDLB.
d. Pada awal kegiatan pembelajaran guru memberikan definisi bangun
ruang terlebih dahulu kepada siswa.
e. Guru memberikan contoh bangun ruang dan kemudian mengarahkan
siswa untuk dapat memberikan contoh yang lain serta mengenali
bangun bentuk-bentuk tersebut.
f. Hal tersebut dilakukan secara terus-menerus untuk mendapatkan data
yang valid kemudian dilakukan pemaknaan terhadap pemecahan
masalah yang dilakukan oleh siswa.
Berdasarkan keterangan tersebut maka pendekatan formal dapat
didefinisikan sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dari suatu
prosedur formal yang dijadikan sebagai patokan untuk memperkenalkan
unsur-unsur yang tidak didefinisikan dan kemudian memperkenalkan unsur-
unsur tersebut kepada siswa agar siswa dapat mengenali dan memberikan
gambaran tentang unsur-unsur yang dipelajari dengan kemampuan mereka
sendiri dan dibantu oleh guru.
7. Pendekatan Fungsional
Pendekatan Fungsional adalah pendekatan pembelajaran yang
dilakukan langsung oleh guru kepada murid dalam lingkungan dan suasana
yang sesungguhnya dengan memperhatikan perkembangan faktor fisik dan
psikis dari masing-masing individu kemudian diarahkan sesuai dengan
kemampuannya (Rudiyatmi: 2006). Pendekatan fungsional menekankan pada
bagaimana cara membatu individu dalam memperolah hasil pemikiran untuk
mendapatkan jawaban dari suatu permasalahan berdasarkan kemampuan dan
pola penyelesaian yang dimiliki.
Naeem dkk (2011) menyatakan bahwa pelatihan keterampilan
fungsional anak anak tuna grahita dan guru serta orang tua banyak
membantu dalam mencapai tujuan sasaran sebab mereka dianggap sebagai

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

25

mentor terkemuka untuk anak-anak pada awal kehidupan mereka serta


kehidupan nanti. Pendekatan fungsional dipandang sebagai pendekatan yang
reaksioner. Adapun langkah-langkah pembuatan pendekatan fungsional
adalah sebagai berikut:
a. Nyatakan tentang tingkatan pendidikan bagi anak tunagrahita: dalam hal
ini termasuk mendeskripsikan secara rinci. Misalkan dalam kegiatan
pembelajaran anak sudah dapat menirukan, melafalkan, menyatakan
pendapatnya, dan bertanya.
b. Menetapkan tujuan, tujuan instruksional umum, tujuan dan tujuan
instruksional khusus yang akan dicapai oleh anak. Dalam menetapkan
tujuan harus diingat :
c. Tujuan harus mencakup keterampilan fungsional yang praktis, yang
menjadi kebutuhan anak masa sekarang dan masa yang akan datang.
d. Tujuan hendaknya disesuaikan dengan perkembangan anak, usia dan
kebutuhan anak.
e. Tujuan harus realistik, artinya dapat dicapai oleh anak.
f. Menentukan teknik dan kriteria untuk kemajuan yang dialami oleh anak.
g. Menentukan ranah kurikulum/ pedoman pengajaran yang akan dilakukan
h. Menetapkan strategi dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan
kurikulum anak SDLB. Menurut Best (1991) hal ini diawali dengan task
analisis yaitu menganalisis tugas-tugas menjadi langkah-langkah kecil
sederhana dan mudah dilakukan siswa. Analisis tugas dapat dilakukan
dengan cara mengobservasi siswa ketika melaksanakan tugas dan
mencatat langkahnya yang dapat dan tidak dapat dilakukan leh siswa atau
memerlukan bantuan.
Salah satu cara umum untuk membuat task analisis adalah sebagai berikut:
1) Nyatakan atau deskripsikan target perilaku secara tepat, yaitu perilaku
yang diharapkan akan diperbuat oleh anak sebagai hasil pembelajaran.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

26

2) Deskripsikan langkah-langkah yang mengarah pada perilaku yang


menjadi sasaran.
Untuk membuat scoring dari performance yang dilakukan dengan
menggunakan task analisis dapat menggunakan kategori:
a. Dapat mengerjakan : Sangat baik,cukup baik, kurang, sangat kurang.
b. Dapat mengerjakan dengan bantuan.
c. Kadang-kadang dapat mengerjakan.
d. Tidak dapat mengerjakan,
e. Siswa tidak mendapat kesempatan untuk mencoba langkah tersebut.
f. Siswa tidak mau mengerjakan.
Jika dalam kegiatan tersebut siswa belum dapat menyelesaikan soal yang kita
berikan maka dapat digunakan saran pemecahan masalah berikut:
a. Coba lagi langkah tersebut.
b. Jika tidak jalan kembali ke langkah sebelumnya.
c. Jika anak berhasil pada langkah yang lebih mudah maka berikan
penghargaan.
d. Mencoba membuat beberapa analisa tugas yang lebih sederhana langkah-
langkahnya.
Dalam suatu pendekatan fungsional yang dalam pelaksanaannya
menggunakan task analisis, daftar perkembangan anak, dan hasil asesmen
sebagai pedoman digunakan langkah sebagai berikut:
1. Membangkitkan tindakan atau elicitation adalah segala upaya yang
dilakukan oleh guru agar anak tergerak untuk melakukan sesuatu. Jadi
guru memberikan stimulus agar anak bersangkutan mau melakukan
sesuatu untuk belajar.
2. Pertolongan/bantuan atau prompting adalah segala sesuatu yang diberikan
kepada anak, agar ia mulai berbuat sesuatu. Adapun jenis-jenis prompting
adalah sebagai berikut :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

27

a. Physical Prompting
b. Gestural Prompting
c. Verbal Prompting
3. chaining e merangkaikan
tiap-tiap langkah dari task analisis secara runtut sampai tercapai perilaku
yang diharapkan.
4. Membentuk perbuatan atau shaping adalah metode dalam memberikan
pertolongan dengan cara memecah langkah ke dalam bagian-bagian yang
lebih kecil agar mudah dilakukan oleh anak.
5. Menirukan atau imitation adalah metode membimbing anak dalam
menirukan angkah-langkah dari tugas yang diberikan dengan cara
meniru/mencontoh yang telah dilakukan oleh guru.
6. Belajar mendiskriminasikan tanpa kesalahan atau erroless discrimination
learning atau metode yang menekankan keterampilan mendiskriminasikan
satu langkah dengan langkah yang lain tanpa kesalahan.
7. Mengurangi pertolongan/bantuan atau fading adalah metode untuk
mengurangi atau memudarkan bantuan dalam mengajar anak dalam
melakukan perbuatan dari tugas-tugas yang diberikan.
Berdasarkan keterangan tersebut maka pendekatan fungsional dapat
didefinisikan sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang dilakukan
langsung oleh guru kepada murid dalam lingkungan dan suasana
pembelajaran dengan memperhatikan perkembangan faktor fisik dan psikis
dari masing-masing individu kemudian diarahkan sesuai dengan kemampuan
masing-masing individu.
8. Pendekatan formal yang divariasi dengan Pendekatan Fungsional
Pendekatan formal yang divariasi dengan pendekatan fungsonal
merupakan gabungan dari dua pendekatan dimana pendekatan formal merupakan
pendekatan utama yang digunakan sedangkan pendekatan fungsional merupakan
variasinya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

28

Rudiyati (2006) menyatakan langkah-langkah pendekatannya sebagai berikut: :


a. Menetapkan tujuan, dalam menetapkan tujuan harus diingat :
1). Tujuan harus mencakup keterampilan fungsional yang praktis, yang
menjadi kebutuhan anak masa sekarang dan masa yang akan datang.
2). Tujuan hendaknya disesuaikan dengan perkembangan anak, usia dan
kebutuhan anak.
3). Tujuan harus realistik, artinya dapat dicapai oleh anak.
b. Menentukan ranah kurikulum/ acuhan pengajaran yang akan dilakukan.
c. Menetapkan pendekatan dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan
kurikulum anak SDLB.
d. Sebelum menjelaskan tentang bangun ruang guru memberikan contoh dan
mendefisisikannya terlebih dahulu.
e. Guru meminta siswa menyebutkan contoh yang lain dan membantu tiap
anak menemukan contoh bangun tersebut.
f. Guru meminta siswa memperagakan alat tersebut di depan kelas (dengan
bantuan guru).
g. Menjelaskan tentang bangun ruang tersebut.
h. Guru membagi lembar kerja yang harus dilengkapi siswa yang
berhubungan dengan identitas bangun ruang
i. Berdasarkan contoh dan dari pendapat siswa kemudian ditarik sebuah
kesimpulan bahwa benda tersebut bernama kubus, balok,bola tabung dan
limas.
j. Menentukan teknik dan kriteria untuk kemajuan yang dialami oleh anak.
k. Memberikan sebuah contoh soal.
Berdasarkan keterangan tersebut maka pendekatan formal divariasi
fungsional dapat didefinisikan sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang
dilakukan langsung oleh guru kepada murid dalam lingkungan dan suasana
pembelajaran dimulai dari suatu prosedur formal yang dijadikan sebagai
patokan untuk memperkenalkan unsur-unsur yang tidak didefinisikan kepada

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

29

siswa agar siswa dapat mengenali dan memberikan gambaran tentang unsur
tersebut sesuai dengan pengetahuan, kemampuan dan bahasa mereka sendiri
dengan memperhatikan perkembangan faktor fisik dan psikis dari masing-
masing siswa kemudian diarahkan sesuai dengan kemampuan masing-masing
individu dibantu oleh guru.
Tabel 2.3 Perbedaan pendekatan formal dengan pendekatan fungsional
No Sumber Pendekatan Pendekatan Pendekatan formal
Perbedaan Fungsional` Formal divariasi dengan
pendekatan fungsional
1. Berdasar strategi Dikenal dengan Dikenal Dikenal sebagai
Diagnostiknya. pendekatan dengan pendekatan formal yang
terstruktur. pendekatan divariasi pendekatan
Objek. fungsional.
2. Berdasar Dekomposisi Dekomposisi Dekomposisi
dekomposisi permasalahan permasalahan permasalahan dilakukan
permasalahan. dilakukan dilakukan berdasarkan objek-objek
berdasarkan berdasarkan yang ada dalam sistem
fungsi atau objek-objek mulai dari konteks sampai
proses secara yang ada proses-proses yang paling
hirarki, mulai dalam sistem. kecil.
dari konteks
sampai proses-
proses yang
paling kecil.
3. Berdasar teknik Lebih detail Lebih mudah Lebih mudah dan
pembelajarannya digunakan dalam digunakan mendetail dalam proses
proses dalam proses pembelajaran.
pembelajaran. pembelajaran.
4. Rasa kerja sama. Menekankan Tidak Bisa diaplikasikan dalam
pada kinerja menekankan team maupun individu.
team. pada kinerja
team.
5. Langkah yang Guru tidak Dimulai Guru tidak memberi
dilakukan guru. membantu dengan definisinya tetapi dengan
mendefinisikan memberikan bantuan alat peraga guru
tetapi memulai definisi lalu memimbing anak-anak
dari memberikan contohnya. menemukan definisinya
contoh. dan menyempurnakannya.
6. Minat. Siswa responsif. Siswa pasif Siswa lebih responsif.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

30

B. Kerangka Konseptual
Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mendasari ilmu-ilmu yang
lain seperti ilmu pengetahuan alam, fisika, kimia dan sebagainya. Dalam
pembelajaran matematika sering kali ditemui permasalahan yang berkaitan
dengan matematika atau yang sering disebut masalah matematika. Geometri
merupakan salah satu cabang matematika yang dipelajari di sekolah dasar bahkan
di Sekolah Luar Biasa.
Pembelajaran Geometri kelas VI Sekolah Luar Biasa C dianggap sulit oleh
siswa tuna grahita. Kesulitan tersebut meliputi kesulitan dalam mengenal bangun
ruang, mengenali bagian-bagian dari bangun ruang tersebut dan kesulitan
menggambar bangun ruang . Hal ini tidak menutup kemungkinan siswa masih
mengalami kesulitan yang lain dalam pembelajaran geometri. Sebelum
melakukan kegiatan pembelajaran maka dilakukan pendekatan terlebih dahulu
kepada siswa- siswa tuna grahita kemudian peneliti mengembangkan dan mecari
solusi pemecahan masalah yang dialami anak- anak tuna grahita tersebut. Untuk
mengetahui tentang kesulitan siswa tersebut dilakukan suatu pembelajaran
matematika. Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan pendekatan formal.
Pendekatan formal adalah pendekatan yang dipergunakan untuk mengukur
kemampuan individu serta kepribadiannya dengan lebih objektif membuka suatu
perkembangan kearah psikometri. Pendekatan tersebut dimaksudkan untuk
membantu menyampaikan informasi tentang hal yang dipelajari menyangkut
geometri, khususnya mengelompokkan bangun ruang dan memberikan contoh
bangun-bangun ruang tersebut berdasarkan lingkungan sekitar.
Penggunaan pendekatan formal yang ada di SLB C dalam mengembangkan
kemampuan anak tuna grahita belum cukup optimal dan memadahi apabila
digunakan dalam pembelajaran matematika pokok bahasan geometri, oleh sebab
itu peneliti mencoba memberi variasi dalam menggunakan pendekatan
pembelajaran matematika yakni dengan menggunakan pendekatan pembelajaran

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

31

formal yang divariasi dengan pendekatan fungsional. Pendekatan ini


dimaksudkan agar dapat memberikan bantuan kepada anak tuna grahita dalam
mengembangan diri yang memberikan kesempatan serta kemudahan kepada siswa
untuk belajar agar dapat berkembang sebagaimana layaknya manusia yang lain.
Dengan penggunaan pembelajaran formal yang divariasi dengan pendekatan
fungsional ini bertujuan mengetahui profil pola pemecahan masalah matematika
dan menemukan hambatan dalam pemecahan masalah matematika yang dihadapi
siswa tuna grahita kemudian ditentukan langkah-langkah pemecahan masalahnya.
Pendekatan tersebut juga dapat membantu guru mengkaitkan materi
matematika dengan mata pelajaran yang lain seperti Seni dan Bahasa. Dalam
menentukan langkah pemecahan masalah matematika memperhatikan perubahan
dari segi perkembangan yang dialami siswa.
Hambatan dalam pembelajaran tersebut dapat diketahui dengan melakukan
proses pembelajaran kemudian dilanjutkan dengan melakukan dengan wawancara
terstuktur yakni dengan memberikan soal ataupun memberikan soal sekaligus alat
peraga yang akan digunakan sembari diberi pertanyaan yang menyangkut materi
yang diajarkan, dari hal tersebut kita dapat mengetahui pola pemecahan masalah
dari siswa. Wawancara dilakukan dua kali setelah menyelesaikan pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan pembelajaran tersebut, maksudnya wawancara
dilakukan sebanyak dua kali pada tiap pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan formal ataupun pendekatan formal divariasi fungsional. Apabila hal
tersebut terlaksana dengan baik maka peneliti diharapkan dapat menemukan
solusi maupun pendekatan yang digunakan untuk membantu anak- anak tuna
grahita dalam memecahkan masalah matematika, serta kesulitan dalam
mempelajari matematika pokok bahasan geometri.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai