Anda di halaman 1dari 8

Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III Tahun 2013

KARAKTERISTIK MODEL PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH DO


TALK RECORD DALAM SAINS

I Made Mariawan
Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja
e-mail: mademariawan@yahoo.com

Abstrak

Pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh


sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal. Salah satu factor kesulitan siswa
memecahkan masalah adalah adanya miskonsepsi terhadap konsep-konsep yang terkait
dengan masalah sehingga berdampak pada rendahnya kemampuan pemecahan masalah
sains siswa. Pengembangan strategi pemecahan masalah telah dilakukan, seperti UQAPAC
problem solving strategi, pemecahan masalah menggunakan DENT, dan pemecahan
masalah Polya. Strategi pemecahan masalah tersebut, secara eksplisit tidak melakukan
reduksi miskonsepsi dalam langkah-langkah pembelajaran sehingga miskonsepsi tetap
terbawa dalam langkah-langkah memecahkan masalah selanjutnya. Model pembelajaran
pemecahan masalah Do Talk Record merupakan model pembelajaran pemecahan masalah
yang digunakan untuk mengakomodasi kelemahan-kelemahan dari model pembelajaran
pemecahan masalah yang sudah ada. Karakteristik model pembelajaran do talk record
adalah (a) berlandaskan teori belajar konstruktivisme, (b) menggunakan pendekatan
saintifik, (c) mempunyai tujuan mereduksi miskonsepsi dan mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah, (d) memiliki sintax do (melakukan) kegiatan eksplorasi konsep,
identifikasi konsep, mengkaitkan antar konsep, rencana solusi, dan solusi, talk
(mengungkapkan) hasil kegiatan eksplorasi, identifikasi, kaitan antar konsep, rencana
solusi, dan solusi melalui diskusi, record (merekam/mendokumentasikan) langkah-langkah
dan hasil pemecahan masalah.

Kata-kata kunci: Model Pembelajaran, Pemecahan Masalah, do talk rcord

1. Pendahuluan siswa di Indonesia lebih banyak namun


Kurikulum 2013 menekankan pada kurang produktif (Kemendikbud, 2013).
dimensi pedagogik modern dengan meng- Kecilnya skor yang diperoleh siswa
gunakan pendekatan saintifik (scientific Indonesia disebabkan ketidakmampuan
approach) dalam pembelajaran. mereka dalam pemecahan masalah.
Pendekatan saintifik dalam pembelajaran Benton (2008) mengungkapkan bahwa
meliputi kegiatan mengamati, menanya, beberapa faktor sebagai penyebab siswa
mencoba, mengolah, menyajikan, tidak mampu menyelesaikan masalah
menyimpulkan, dan mencipta untuk semua adalah (a) siswa mengalami miskonsepsi
mata pelajaran. Salah satu model terhadap konsep-konsep yang terkait
pembelajaran yang menekankan dengan masalah, (b) siswa tidak mampu
pendekatan ilmiah adalah model mengkaitkan antara konsep yang satu
pembelajaran pemecahan masalah dengan konsep lainnya, (c) proses
(Kemendikbud, 2013). pembelajaran tidak memberikan
Penelitian tentang pemecahan kesempatan untuk mengemukan atau
masalah telah dilakukan seperti Survey mengkomunikasikan konsep dan hasil
TIMMS memperlihatkan bahwa skor rata- pemecahan masalah, dan (c) siswa belum
rata siswa kelas VIII Sekolah Menengah diberikan secara bebas untuk
Pertama (SMP) adalah 411. Jika mendokumen-tasikan/merekam langkah
dibandingkan dengan Negara ASEAN dan hasil pemecahan masalah sesuai
lainnya, misalnya Malaysia dan Singapura dengan idea mereka sendiri.
skor rata-ratanya berturut-turut 508 dan Pengembangan strategi
605. Skor tersebut (411) jika dikualifikasi pemecahan masalah telah dilakukan,
tergolong pada tingkat yang rendah (400 = seperti penelitian Caliskan et al. (2010)
rendah, 475 = sedang, 550 = tinggi, dan menyatakan terdapat lima langkah dalam
625 = tingkat lanjut). Bila ditinjau strategi pemecahan masalah yang disebut
berdasarkan jumlah jam pelajaran sains dengan UQAPAC problem solving strategi.
yang diberikan, siswa di Indonesia rata-rata Langkah-langkah ini terdiri dari
memperoleh 169 jam pelajaran, Malayasia understanding the problem, qualitative
120 jam pelajaran, dan Singapura 112 jam analyzing of the problem, solution plan for
pelajaran. Dengan demikian, waktu belajar the problem, applying the solution plan, dan
cheking. Ommundsen P. (2011)

139
Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III Tahun 2013

menggunakan langkah-langkah pemecahan yang sering dihadapi siswa berupa soal-


masalah DENT, yaitu Define the Problem soal atau tugas-tugas yang harus
Carefully, Explore Possible Solutions, diselesaikan siswa. Pemecahan masalah
Narrow Your Choices, dan Test Your dalam hal ini adalah aturan atau urutan
Solution. Polya (2010) menggunakan yang dilakukan siswa untuk memecahkan
empat langkah dalam pemecahan masalah soal-soal atau tugas-tugas yang diberikan
yaitu understanding the problem, devising a kepadanya. untuk memperoleh
plann, carrying out the plann, dan looking kemampuan dalam pemecahan masalah,
back. Langkah-langkah dari pemecahan siswa diharapkan memahami proses
masalah tersebut, tampak bahwa langkah menyesaikan masalah tersebut dan
rekonstruksi konsep yang telah ada pada menjadi terampil dalam memilih dan
struktur kognitif siswa tidak dilakukan, mengidentifikasi kondisi dan konsep yang
sehingga pola pemahaman yang bersifat relevan, mencari generalisasi, merumuskan
miskonsepsi tetap terbawa dalam langkah- rencana penyelesaian dan
langkah memecahkan masalah selanjutnya. mengorganisasikan yang telah dimiliki
Dengan demikian berdampak pada sebelumnya.
kesulitan siswa memecahkan masalah atau Masalah berbeda dengan tugas
menambah miskonsepsi baru yang (task) atau soal rutin. Jika suatu masalah
semakin komplek dan stabil. Oleh karena diberikan kepada siswa dan siswa tersebut
itu, dipandang perlu untuk langsung mengetahui cara penyelesaian
mengembangkan desain model dengan benar, maka soal tersebut tidak
pembelajaran pemecahan masalah sains dapat dikatakan sebagai masalah (Mayer,
yang menggunakan pendekatan scientific 2002; Jonassen, at.al. 2010 Driver &
dan konflik kognitif. Salah satu desain Warrington, 1985; Parwati, 2011). Lebih
model pembelajaran pemecahan masalah jauh Jonassen (2010) menjelaskan, suatu
sains yang memungkinkan adalah Model masalah biasanya memuat suatu situasi
pembelajaran pemecahan masalah Do Talk yang mendorong seseorang untuk
Record (PMDTR). menyelesaikannya, akan tetapi tidak tahu
secara langsung apa yang harus dikerjakan
2. Pembahasan untuk menyelesaikannya. Suatu situasi
2.1 Pemecahan Masalah dalam Sains mungkin merupakan masalah bagi
Masalah (problem) merupakan seseorang pada waktu tertentu, namun
suatu situasi yang dialami seseorang belum tentu merupakan masalah baginya
sehingga apa yang dialaminya berbeda pada saat yang berbeda. Ada perbedaan
dengan apa yang diinginkannya (Mayer, mendasar antara mengerjakan soal
2002; Jonassen, 2010). Seseorang rutin/latihan dengan menyelesaikan
menghadapi masalah ketika ada kesen- masalah dalam belajar sains. Dalam
jangan antara keadaan sekarang dengan mengerjakan soal-soal rutin/latihan, siswa
tujuan yang ingin dicapai, sementara tidak hanya dituntut untuk langsung memperoleh
diketahui apa yang harus dikerjakan untuk jawabannya, misalkan menghitung dengan
mencapai tujuan tersebut (Driver & memasukkan angka ke dalam rumus,
Warrington, 1985; Parwati, 2011). Dari operasi penjumlahan dan perkalian vektor,
beberapa pandangan tersebut, didapat dan sebagainya. Sedangkan yang
gambaran bahwa masalah timbul karena dikatakan masalah dalam sains adalah
adanya suatu kesenjangan antara apa yang ketika seseorang siswa tidak dapat
diharapkan dengan kenyataan, antara apa langsung mencari solusinya, tetapi siswa
yang dimiliki dengan apa yang dibutuhkan, perlu bernalar, menduga atau
antara apa yang telah diketahui dengan memprediksikan, mencari rumusan yang
apa yang ingin diketahui. Proses mengenai sederhana lalu membuktikannya. Van
bagaimana mengatasi kesenjangan ini Domelen (2009) mengatakan bahwa ciri
disebut sebagai proses memecahkan suatu masalah ialah membutuhkan daya
masalah. pikir/nalar, menantang siswa untuk dapat
Proses pemecahan masalah dilaku- menduga/memprediksi solusinya, serta
kan apabila seseorang tersebut mengingin- cara untuk mendapatkan solusi tersebut
kan suatu tujuan tertentu, sementara tujuan tidaklah tunggal, dan harus dapat
itu tidak dijumpai atau harus dicari pada dibuktikan bahwa solusi yang didapat
saat itu. Pemecahan masalah melibatkan adalah benar/tepat.
proses berpikir dan seringkali harus Memecahkan masalah merupakan
dilakukan dengan penuh usaha dalam aspek penting dalam pembelajaran sains,
pembelajaran sains. Masalah-masalah karena pemecahan masalah digunakan

140
Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III Tahun 2013

untuk membelajarkan siswa dalam dalam bentuk gambar atau kata-kata yang
menerapkan pengetahuan sains dan dapat membantu siswa dalam menemukan
kemampuan yang mereka peroleh dalam pokok persoalan. Menjabarkan aspek
proses pembelajaran (Solaz-Portolés& fisisnya, siswa dapat menyederhana-kan
López, 2007). Dengan mencapai suatu persoalan jika mungkin dan mengajukan
pemecahan masalah secara nyata para hubungan-hubungan yang berguna.
siswa juga mencapai suatu kemampuan Membuat suatu rencana pemecahan, siswa
baru. Pemecahan masalah (problems dapat membuat suatu kerangka persamaan
solving) mewakili bentuk aktivitas kognitif berdasarkan hubungan yang telah diajukan
yang tinggi dari individu. Kemampuan dalam langkah sebelumnya. Menjalankan
pemecahan masalah memerlu-kan suatu rencana, siswa dapat memanipulasi
keterampilan dalam menganalisis informasi persamaan-persamaan, memasukkan
dan saling hubungannya untuk menarik variable-variabel yang diketahui. Pada
suatu kesimpulan logis. Hal ini langkah terakhir siswa harus mengevaluasi
dikemukakan oleh Heller & Stewart (2010), jawabannya, yaitu dengan memeriksa
sebagai “problem solving represents a high kesatahan-kesalahan dan memastikan
form of cognitive activity of individuals. It bahwa jawaban tersebut sudah
requires an analysis of information and the memuaskan. Di samping itu, Austin dan
perception of relationships among them to Shore (2010) mengatakan seorang
draw certain logical inferences". Serway pemecah masalah yang baik harus
dan Beichner (Selçuk et al., 2009), mempunyai karakteristik: 1) sikap positif
menyarankan agar guru mampu (positive attitude); 2) peduli pada
mengembangkan keterampilan yang keakuratan (concern for accuracy); 3)
diperlukan siswa untuk memecahkan perencanaan yang sesuai metode
masalah. Pemecahan masalah pada (methodical planning); dan 4) konsentrasi
umumnya digambarkan dengan merumus- (concentration). Pemecah masalah yang
kan suatu solusi baru yang beranjak dari mempunyai sikap positif akan percaya
pengetahuan yang dipelajari sebelumnya bahwa permasalahan bisa dipecahkan
untuk menciptakan suatu solusi. dengan hati-hati, analisis yang terus
Pemecahan suatu masalah menerus, serta tidak menjawab dengan
merupa-kan kegiatan siswa yang cepat, dan berdasarkan pengetahuan
menggabungkan konsep-konsep dan sebelumnya. Pemecah masalah yang
aturan-aturan yang telah diperoleh peduli pada keakuratan artinya pemecah
sebelumnya. Ketika siswa telah mampu masalah membaca masalah berulang kali
menyelesaikan suatu masalah, maka siswa agar mengerti, mereka melaporkan
itu telah memiliki suatu kemampuan baru. keputusan dan kesimpulan yang mereka
Kemampuan ini dapat digunakan untuk ambil, mereka menghindari menerka, dan
menyelesaikan masalah-masalah yang selalu melakukan pemeriksaan terhadap
relevan. Driver & Warrington (1985) pekerjaan mereka. Pemecah masalah yang
mengatakan bahwa semakin banyak memiliki karakteristik methodical planning
masalah yang dapat diselesaikan oleh menyelesaikan pekerja-annya langkah
siswa, maka ia akan semakin banyak demi langkah, dan memulai dengan
memiliki kemampuan yang dapat mem- langkah yang sederhana. Karakteristik
bantunya untuk mengarungi hidupnya konsentrasi artinya mereka rnenggunakan
sehari-hari. Oleh karena itu, kemampuan seluruh potensi mereka untuk memecahkan
siswa untuk memecah-kan masalah perlu masalah dengan mengatakan pada diri
terus dilatih sehingga siswa mampu mereka sendiri tentang apa yang mereka
menjalani hidup yang penuh kompleksitas kerjakan.
permasalahan. Pemecahan masalah yang dikemu-
Suatu masalah dapat dipecahkan kakan oleh Polya (2010), memiliki 4
dengan berbagai langkah sesuai dengan langkah, yaitu understanding the problem,
konteks masalah tersebut. Heller & Heler devising a plann, carrying out the plann,
(2010) mengembangkan langkah-langkah dan looking back. Caliskan et al. (2010)
pemecahan masalah sains yaitu menyatakan terdapat lima langkah dalam
memfokus-kan permasalahan, strategi pemecahan masalah yang disebut
menjabarkan aspek fisisnya, dengan UQAPAC problem solving strategi.
merencanakan pemecahan, menjalankan Langkah-langkah ini meliputi understanding
rencana pemecahan, dan mengevaluasi the problem, qualitative analyzing of the
jawaban. Memfokuskan permasalahan problem, solution plan for the problem,
dapat dikembangkan deskripsi kualitatif applying the solution plan, dan cheking.

141
Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III Tahun 2013

Ommundsen (2011) menggunakan atau memahami informasi atau konsep


langkah-langkah pemecahan masalah baru. Apabila informasi atau konsep baru
DENT, yaitu Define the Problem Carefully, tidak cocok dengan struktur kognitif yang
Explore Possible Solutions, Narrow Your telah ada, maka terjadi ketidakseimbangan
Choices, dan Test Your Solution. (disequilibrium) antara informasi atau
Memperhatikan langkah-langkah pemecah- konsep baru dengan struktur kognitif yang
an masalah tersebut, secara eksplisit tidak sudah ada. Akibat dari ketidakseimbangan
mencantumlah strategi konflik kognitif tersebut, dalam pikiran siswa terjadi konflik
(conceptual change strategy) dalam yang disebut dengan konflik kognitif.
langkah-langkah pemecahan masalah. Melalui proses akomodasi terjadi
perubahan/ penyesesuaian struktur kognitif
2.2 Karakteristik Model Pembelajaran yang telah ada, sehingga terbentuk struktur
Pemecahan Masalah Do Talk Record kognitif (skemata) yang baru. Menurut
(PMDTR) dalam Sains Rogge (2010), proses akomodasi terjadi
apabila terjadi konflik dalam pikiran siswa
Model pembelajaran pemecahan terhadap ketidaksesuaian konsep yang
masalah do talk record (PMDTR) memiliki telah dimilikinya dengan informasi atau
(1) landasan teori, (2) tujuan, (3) sintaks konsep baru.
pembelajaran, dan (4) lingkungan belajar. Guru berperan sebagai fasilitator
hanya bisa memberikan dukungan
Landasan Teori (scaffolding) sementara untuk membangkit-
Model pembelajaran pemecahan kan konflik dalam pikiran siswa terhadap
masalah do talk record (PMDTR) dilandasi konsep yang telah dimilikinya, namun
oleh teori belajar konstruktivisme. Teori restrukturisasi struktur kognitif (schemata)
belajar konstruktivisme mempunyai hanya bisa dilakukan atas inisiatif dan sikap
pengaruh besar pada upaya inovasi siswa sendiri. Scaffolding adalah dukungan
pembelajaran sains dalam rangka sementara yang disiapkan oleh guru untuk
membantu siswa mengkonstruksi konsep- membantu siswa (Etkina et al., 2009).
konsep secara benar. Menurut teori belajar Menurut Bruner, seperti dikutip oleh Arends
konstruktivisme, siswa mengkonstruksi (2001), scaffolding merupakan proses
konsep berdasarkan konsep yang sudah membantu siswa untuk menguasai
ada dalam struktur kognitifnya (Bodner, permasalahan tertentu melebihi kapasitas
1986). Konsep yang sudah ada dalam pengembangannya melalui bantuan guru
struktur kognitif siswa dikonstruksi dari atau orang lain. Menurut Henriques (2011)
pengalaman eksternal dan lingkungannya scaffolding yang bisa dirancang untuk
(Ozmen, 2009). Belajar terjadi saat siswa membantu siswa membangkitkan konflik
mengkonstruksi konsep dan keterampilan kognitif agar terjadi proses akomodasi
baru sebagai hasil modifikasi konsep dan adalah scaffolding berupa anomali seperti
keterampilan awal yang telah ada contoh-contoh tandingan (counter
sebelumnya. Pengkonstruksian konsep examples), analogi, demonstrasi, dan
secara aktif dipengaruhi oleh konsep awal. eksperimen.
Implikasi dalam proses pembelajaran Model pembelajaran pemecahan
adalah proses konstruksi lebih penting masalah do talk record (PMDTR) yang
daripada hanya sekadar produk, dan dilandasi oleh teori belajar konstruktivisme
memfasilitasi belajar lebih penting daripada dengan unsur penting konsep awal
sekadar transfer pengetahuan. terhadap konsep yang terkait dengan
Piaget (Slavin, 2006; Kwon, 2006; masalah. Canas, Antoli, dan Quesada
Arends, 2001) menjelaskan bahwa (2001), menjelaskan bahwa konsep awal
konstruksi informasi atau konsep baru merupakan representasi model mental
melalui dua mekanisme yaitu asimilasi dan yang diwujudkan dalam pola-pola
akomodasi. Proses asimilasi merupakan pemahaman yang dapat diidentifikasi
penyesuaian konsep baru dengan konsep menjadi memahami konsep, miskonsepsi,
yang sudah ada dalam struktur kogntif. Jika dan tidak memahami atau tidak tahu
konsep baru tersebut cocok dengan konsep. Konsep awal dalam pemecahan
struktur kognitif yang sudah ada, maka masalah memiliki hubungan erat dengan
terjadi keseimbangan (equilibrium) antara serentetan proses yang bersifat
konsep baru dengan konsep yang sudah konstruktivistik dilalui para saintis saat
ada dalam struktur kogntif. Keseimbangan mengembangkan sains. Di samping itu,
tersebut menimbulkan penguatan struktur pengetahuan awal memiliki hubungan erat
kognitif yang pada akhirnya siswa mengerti dengan pemecahan masalah yang

142
Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III Tahun 2013

mengisyaratkan perlunya teaching material (a) mengerjakan atau melakukan (do)


konflik kognitif dalam langkah-langkah eksplorasi konsep yang terkait dengan
pemecahannya. Dengan demikian, model masalah, penyajian konflik kognitif atau
pembelajaran tersebut memberikan conceptual change, rencana pemecahan
pengalaman langsung kepada siswa untuk masalah, melaksanakan rencana, dan
mengkonstruksi konsep berdasarkan evaluasi hasil pemecahan. Eksplorasi
konsep awal dalam memecahkan masalah. konsep dilakukan identifikasi dan
Langkah-langkah pemecahan mendefinisikan konsep-konsep yang terkait
masalah seperti yang dikemukakan Heller dengan masalah, hubungan antar konsep.
(2010) dan Polya (2010) selama ini lebih Hasil eksplorasi konsep dapat teridentifikasi
banyak aktifitas guru diformulasikan dalam pola pemahaman konsep siswa yaitu
pemberian informasi secara langsung yang memahami konsep, miskonsepsi, dan tidak
tidak memperhatikan karakteristik konsep tahu konsep. Konflik kognitif atau
awal siswa. Aktifitas siswa dalam conceptual change dapat berupa contoh-
pemecahan masalah lebih banyak contoh tandingan (counter examples),
dilakukan dengan penerapan rumus-rumus analogi, demonstrasi, dan eksperimen. (b)
dalam soal/masalah tanpa memahami arti mengungkapkan atau mengkomunikasikan
fisis dari rumus-rumus tersebut. Hal ini (talk) prosedur dan hasil pemecahan
berdampak pada kecendrungan siswa masalah yang dapat dilakukan melalui
menghafal rumus, prosedur atau algoritma strategi konflik kognitif atau conceptual
tertentu terlepas dari konteksnya, dan change strategy yaitu diskusi kelompok dan
cendrung siswa akan gagal menyelesaikan diskusi kelas. Melalui diskusi kelompok
suatu masalah, jika konteksnya sedikit saja atau diskusi kelas akan sterjadi pertukaran
diubah. idea/ gagasan siswa terkait dengan langkah
dan hasil pemecahan masalah; (c)
Tujuan merekam/ mendokumentasikan (Record)
Aktivitas siswa dalam prosedur dan hasil pemecahan masalah,
mengembang-kan pengetahuan dan yang dilakukan melalui pembuatan
pemahaman tentang sains hendaknya dokumen/catatan dari konsep, prosedur,
dilakukan sebagaimana para saintis dan hasil pemecahan masalah.
melakukan kerja ilmiah (scientific inquiry) Langkah-langkah (sintaks) dan
dalam mempelajari fenomena alam prinsip reaksi model pembelajaran
(Wenning, 2006). Model pembelajaran pemecahan masalah do talk record
pemecahan masalah do talk record (PMDTR) seperti dalam Tabel 1.
(PMDTR) untuk mengajar siswa bagaimana
siswa mengembangkan pola pemahaman Tabel 1: Langkah dan Prinsip Reaksi Model
yang sifatnya ilmiah dan bagaimana Pembelajaran Pemecahan Masalah Do Talk Record
mengubah pola pemahaman yang masih Lang Prinsip Reaksi
bersifat miskonsepsi dalam memecahkan -kah Siswa Guru
masalah. Dengan demikian, pembelajaran Lang Eksplorasi • Menyiapkan
pemecahan masalah do talk record -kah konsep yang sumber belajar
(PMDTR) dalam sains bertujuan untuk 1 terkait dengan yang dapat
menurunkan (reduksi) miskonsepsi dan Do masalah berupa buku
mengembangkan kemampuan siswa • Identifikasi, teks, LKS,
memecahkan masalah. meramalkan/ masalah/
menafsirkan/ fenomena yang
Sintaks Pembelajaran prediksi, dan mendukung
Selama proses pemecahan mendefinisika kegiatan
masalah, Benton (2008) menjelaskan n konsep yang tersebut sesuai
bahwa aktivitas guru dan siswa sangat terkait dengan dengan konsep
penting diformulasikan secara eksplisit masalah. yang terkait
sehingga potensi kemampuan pemecahan • menghubungk dengan
masalah dapat ditingkatkan. Oleh karena an antar masalah.
itu, langkah-langkah pemecahan masalah konsep yang • Mengidentifikas
perlu dikemas dalam suatu model terkait dengan i pola-pola
pembelajaran tertentu. Berdasarkan hal masalah, pemahaman
tersebut langkah-langkah pemecahan siswa kedalam
masalah dikemas dalam model kategori
pembelajaran pemecahan masalah do talk memahami
record (PMDTR) dengan langkah-langkah konsep,

143
Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III Tahun 2013

miskonsepsi, langkah
an hasil di masing-
dan tidak pertama
dari (do) masing
memahami/ melalui diskusi kelompok.
tidak tahu kelompok dan • membantu
konsep diskusi kelas. siswa
Merencanakan • Diskusi meluruskan
pemecahan • Memberikan Kelompok: konsepsinya
masalah teaching mengemukak jika terjadi
• Identifikasi material konplik an miskonsepsi.
konsep- kognitif atau ide/gagasan/ • mencegah
konsep yang conceptual pengalaman, terjadinya
diketahui dan change yang menjelaskan miskonsepsi
yang dapat berupa temuan/hasil, lebih lanjut
ditanyakan contoh-contoh pertukaran dengan
• Menyamakan tandingan ide/gagasan/ mempertahank
besaran yang (counter pengalaman, an kelompok
sesuai examples), dan kontribusi diskusi yang
• Visualisasi analogi, ide/ sifatnya
konsep ke demonstrasi, gagasan/peng heterogen.
dalam bentuk dan ala-man, • memeriksa
rumus yang eksperimen. mengemuka- kembali di akhir
sesuai kan strategi diskusi, apakah
dan hasil konsep yang
• Menetapkan • Evaluasi pemecahan ditemukan
langkah- pemahaman masalah. dalam diskusi
langkap konsep siswa • Diskusi Kelas: siswa sudah
pemecahan • Identifikasi presentasi benar atau
Melaksanakan hambatan- hasil diskusi perlu diperbaiki.
rencana hambatan atau kelompok,
pemecahan kesulitan- pertukaran
masalah kesulitan siswa ide/ gagasan/
• Menyelesaika dalam penga-laman
n masalah memecahkan dan hasil
dengan masalah pemecahan
bantuan • Memberikan masalah
langkah- scaffolding
langkah atau berupa Lang Merekam atau
cara yang pertanyaan - mendokumentas
telah mereka pengarah jika kah ikan hasil
tetapkan siswa masih 3 kegiatan dari • Membimbing
sebelumnya. mengalami Rec langkah dan mengontrol
• pengecekan miskonsepsi ord sebelumnya (do siswa dalam
dan evaluasi dalam dan talk). mendoku-
langkah- mengaplikasika • mencatat, mentasikan
langkah n konsep dalam mendata perubahan
pemecahan pemecahan kembali, konsepsi dan
• menuliskan masalah menyimpulkan strategi
langkah- • Mengevaluasi , dan pemecahan
langkah dan langkah- menuliskan masalah.
hasil langkah dan pengalaman • Meminta siswa
pemecahan hasil atau yang masih
pemecahan perubahan mengalami
masalah siswa konsepsi miskonsepsi
mereka atau tidak tahu
Lang Berbicara,
Berbicara dengan konsep untuk
-kah ,
mengungkapkan menggunakan bergabung
2 ,mengung serta kata-kata dengan siswa
Talk kapkan,
melaporkan • memfasilitasi sendiri yang sudah
hasil
serta dari dan memantau mendokumen memahami
melapork
kegiatan jalannya diskusi kan strategi konsep untuk

144
Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III Tahun 2013

dan hasil melakukan


pemecahan diskusi kembali 4. Pustaka
masalah, terkait dengan
• mewujudkan konsep yang Arends, R.I. 2001. Models of Teaching. 5th .ed.
hasil rekaman dipelajari Singapore: Mc Graw Hill.
atau Austin, L. B. & Shore, B. M. 2010. Using
dokumentasi Concept Mapping for Assessment in
dalam buku Physics. Physics Education, 30(1), 41-
catatan 45.

Baser, M. 2006. Fostering Conceptual Change


by Cognitive Conflict Based Instruction
on Students' Understanding of Heat
and Temperature Concepts. Eurasia
Journal of Mathematics, Science and
Technology Education. 2(2):1

Benton, A.L. 2008. Problem Solving. U.S.:


Wikimedia Foundation, Inc. Online:
http://en.wikipedia.org/wiki/Problem
Solving. Diakses 9 Desember 2012.

Bodner, G. M. 1986. Constructivism: A Theory of


Lingkungan Belajar Knowledge. Journal of Chemical
Lingkungan belajar sebagai Education. 63: 10
pendukung model pembelajaran
pemecahan masalah do talk record Caliskan, S., Selcuk G. S., Erol, M. 2010.
Instruction of Problem Solving
(PMDTR) adalah diskusi kelompok dan
Strategies on Physics Achievement and
diskusi kelas. Diskusi merupakan Self Efficacy Beliefs. Journal of Baltic
lingkungan pendukung model yang Science Education. 9(1). 20-34.
memungkinkan terjadi pertukaran ide/
gagasan/pengalaman/konsep antar siswa Cañas, J.J. , Antolí, A., & Quesada, J.F. 2001.
maupun antar kelompok belajar. Baser dan The Role of Working Memory on
diSessa (2006) mengatakan bahwa diskusi Measuring Mental Models of Physical
merupakan conceptual change strategy Systems. Psicológica, 2001, Online:
yang dapat menurunkan status www.uv.espsicologica. Diakses 7 April
2012.
miskonsepsi dan meningkatkan konsepsi
ilmiah. diSessa, A. 2006. Towards an Epistemology of
Physics. Cognition and Instruction,
3. Simpulan International Journal of Science
Model pembelajaran pemecahan Education, 20(10), 1155-1191.
masalah do talk record dalam sains
menggunakan pendekatan saintifik yang Driver, R. & Warrington, L. 1985. Students Use
tercermin dari langkah-langkah pembela- of the Principle of Energy Conversation
jarannya. Langkah-langkah pembelajaran in Problem Situation. Physic Education,
20, 171-175
model pemecahan do talk record meliputi
(a) kegiatan (do) eksplorasi konsep yang Etkina, E., Karelina, A., Murthy, S., and Ruibal-
terkait dengan masalah, penyajian konflik Villasenor, M. 2009. Using Action
kognitif atau conceptual change, rencana Research to Improve Learning and
pemecahan masalah, melaksanakan Formative Assessment to Conduct
rencana, dan evaluasi hasil pemecahan, (b) Research. Physical Review Special
mengungkapkan atau mengkomunikasikan Topics - Physics Education Research 5,
(talk) prosedur dan hasil pemecahan 2009, 010109.
masalah yang dapat dilakukan melalui Heller, P. & Stewart, G. 2010. Teaching problem
solving through cooperative grouping.
strategi konflik kognitif atau conceptual
Part 2: Designing problems and
change strategy yaitu diskusi kelompok dan structuring groups. American Journal of
diskusi kelas, (c) merekam/mendokumen- Physics, 60(7), 637-644.
tasikan (Record) prosedur dan hasil
pemecahan masalah, yang dilakukan Heller&Heler. 2010. Problem Solving Labs, in
melalui pembuatan dokumen/catatan dari Cooperative Group Problem Solving in
konsep, prosedur, dan hasil pemecahan Physics, Research Report, University
masalah. Minnesota.

145
Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III Tahun 2013

Pembelajaran, Program Pascasarjana


Henriques, L. 2011. Children's misconceptions Universitas Negeri Malang.
about weather: A review of the
literature. Paper presented at the Polya, G. 2010. How to Solve It: A New Aspect
Annual Meeting of the National of Mathematical Method (Second ed.).
Association of Research in Science Princeton, N.J.: Princeton Science
Teaching, New Orleans, LA, April 29, Library Printing.
2011. Online: http://www.csulb.edu/
lhenriqu/NARST2011.htm Rogge, C. 2010. Students’ Development Of
Conceptual Knowledge Within The
Jonassen, D., Mateycik, F., & Rebello, N.S. Topics Thermal Equilibrium and Heat
2010. Students’ Rating of Problem Transfer, Journal of Contemporary
Similarity as a Measure of Problem Science Education Research: Learning
Solving Expertise. Proceedings of the and Assessment, 2010, 6(1), 79-84
2010 Annual Meeting of the National
Association for Research in Science Selçuk, Sezgin, Sahin, G.M. & Açikgöz, K. Ü.
Teaching. 2009. The Effects of Learning Strategy
Instruction on Achievement, Attitude,
Kwon, J. 2006. The Effects of Cognitive Conflict and Achievement Motivation in a
On Students Conceptual Change in Physics Course. Research in Science
Physics. Journal of Physics Education Education, doi: 10.1007/s11165-009-
Korean National University, 4(1).64-79 9145-x

Mayer, R. E. 2002. Understanding Conceptual Slavin, R. E. 2006. Educational Psychology.


Change: A Commentary. in M. Limón & Theory and Practice (8th ed.).
L. Mason (Eds.). Reconsidering Needham Heights, MA: Allyn and
Conceptual Change: Issues in Theory Bacon.
and Practice (pp. 101-111).
Amsterdam: Kluwer. Solaz-Portolés, J.J., dan Lopez, V.S. 2007.
Cognitive Variables in Science Problem
Ommundsen P.2011. Problem-Based Learning Solving: A Review of Research. Journal
With 20 Case Examples. (Online: Of Physics Teacher Education
www.saltspring.com/capewest/pbl.htm. (JPTEO). 4(2), Online:
diakses tanggal 8 Feb. 2012). www.Phy.Ilstu.Edu/Jpteo, Diakses: 01
Juni 2010.
Ozmen, H. 2009. Some Student Misconceptions
in Chemistry: A Literature Review of Van Domelen, D. 2009. Problem-Solving
Chemical Bonding. Journal of Science Strategies: Mapping and prescriptive
Education and Technology (JRST), Methods. Department of Physics, The
2009, 13( 2). Ohio State University, Columbus, Ohio,
43210
Parwati, N. 2011. Pengaruh Strategi
Pembelajaran dan Jenis Masalah Wenning, C. J. 2006. A pramework for teaching
terhadap Kemampuan Pemecahan the nature of science. Journal of
Masalah Siswa SD yang Memiliki Sikap Physics Teacher Education Online:
Berbeda terhadap Matematika. 3(3). 3-10. Tersedia:
Disertasi. Program Studi Teknologi http://www.phy.ilstu.edu/jpteo

146

Anda mungkin juga menyukai