Definisi:
1. Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan
pembelajaran yang menyajikan masalah sehingga merangsang siswa untuk
belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, siswa
bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world)
(Major, Claire.H dan Palmer, Betsy, 2001).
2. Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu metode pembelajaran
yang menantang siswa untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara
berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata.
Masalah ini digunakan untuk mengikat siswa pada rasa ingin tahu pada
pembelajaran yang dimaksud (Duch J.B, 1995).
3. Pembelajaran berbasis masalah adalah strategi pembelajaran yang
merangsang siswa aktif untuk memecahkan permasalahan dalam situasi
nyata (Evan Glazer, 2001). 1
Pembelajaran berbasis masalah (Problem based Learning) merupakan salah satu
jembatan untuk menciptakan pembelajaran yang aktif. Pembelajaran ini dimulai
(1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan,
menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat pada siswa; (3)
kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah
ada (Kemendiknas, 2013).2
Arends (2004) menyatakan bahwa ada tiga hasil belajar (outcomes) yang
diperoleh pebelajar yang diajar dengan PBL yaitu:
(1) inkuiri dan ketrampilan melakukan pemecahan masalah,
(2) belajar model peraturan orang dewasa (adult role
behaviors), dan
3
(3) ketrampilan belajar mandiri (skills for independent learning).
Dukungan sosial dan kontekstual, berhubungan dengan bagaimana masalah
yang menjadi fokus pembelajaran dapat membuat pebelajar termotivasi untuk
memecahkannya. Dukungan sosial dalam kelompok, adanya kondisi yang
saling memotivasi antar pebelajar dapat menumbuhkan kondisi ini. Suasana
kompetitif antar kelompok juga dapat mendukung kinerja kelompok.
Dukungan sosial dan kontekstual hendaknya dapat diakomodasi oleh para
guru/dosen untuk mensukseskan pelaksanaan pembelajaran. Berdasarkan
uraian di atas dapat dikemukakan bahwa PBL sebaiknya digunakan dalam
pembelajaran karena:
(1) Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Siswa/mahasiswa yang
belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan
pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang
1
Amalia Nurjannah, “Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)”, hal. 1
2
Arum Dwi Rahmawati, Riyadi dan Sri Subanti, “Analisis Proses Pembelajaran Berbasis
Masalah (Problem Based Learning) Matematika Dengan Pendekatan Ilmiah (Scientific
Aprroach) di SMA Negeri 1 Jogorogo Kleas X”, PPS Universitas Sebelas Maret, JMEE, Vol.
IV, No. 2, 2014, hal. 66
3
I Wayan Dasna dan Sutrisno,” Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)”,
FMIPA Universitas Negeri Malang, hal. 2
diperlukan. Artinya belajar tersebut ada pada konteks aplikasi konsep. Belajar
dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika siswa/mahasiswa
berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan;
(2) Dalam situasi PBL, siswa/mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan
ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang
relevan. Artinya, apa yang mereka lakukan sesuai dengan keadaan nyata
bukan lagi teoritis sehingga masalah-masalah dalam aplikasi suatu konsep
atau teori mereka akan temukan sekaligus selama pembelajaran berlangsung;
dan
(3) PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan
inisiatif siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan
dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok. 4
4
Ibid, hal. 4
Lebih lanjut Arends (2004) merinci langkah-langkah pelaksanaan PBL dalam
pengajaran. Arends mengemukakan ada 5 fase (tahap) yang perlu dilakukan
untuk mengimplementasikan PBL. Fase-fase tersebut merujuk pada tahap-
tahapan praktis yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran dengan PBL.
5
Ibid, hal. 5