Anda di halaman 1dari 4

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

(PROBLEM BASED LEARNING)

Model Pembelajaran Berbasis Masalah dikembangkan untuk pertama


kali oleh Howard Barrows pada awal tahun 70-an dalam pembelajaran Ilmu
Pendidikan Medis di Southern Illionis University School (Barrows, 1980).
Para siswa mempelajari berbagai kasus yang terjadi pada pasien yang
mengidap penyakit kemudian mencari cara atau teknik penyembuhan yang
harus dilakukan.
Model pembelajaran berbasis masalah ini telah dikenal sejak zaman
John Dewwey. Menurut Dewwey (dalam Sudjana 2001 : 19 ) pembelajaran
berbasis masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respons, merupakan
hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi
masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan system saraf
otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga yang dihadapi
dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.

Definisi:
1. Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan
pembelajaran yang menyajikan masalah sehingga merangsang siswa untuk
belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, siswa
bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world)
(Major, Claire.H dan Palmer, Betsy, 2001).
2. Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu metode pembelajaran
yang menantang siswa untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara
berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata.
Masalah ini digunakan untuk mengikat siswa pada rasa ingin tahu pada
pembelajaran yang dimaksud (Duch J.B, 1995).
3. Pembelajaran berbasis masalah adalah strategi pembelajaran yang
merangsang siswa aktif untuk memecahkan permasalahan dalam situasi
nyata (Evan Glazer, 2001). 1
Pembelajaran berbasis masalah (Problem based Learning) merupakan salah satu
jembatan untuk menciptakan pembelajaran yang aktif. Pembelajaran ini dimulai
(1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan,
menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat pada siswa; (3)
kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah
ada (Kemendiknas, 2013).2
Arends (2004) menyatakan bahwa ada tiga hasil belajar (outcomes) yang
diperoleh pebelajar yang diajar dengan PBL yaitu:
(1) inkuiri dan ketrampilan melakukan pemecahan masalah,
(2) belajar model peraturan orang dewasa (adult role
behaviors), dan
3
(3) ketrampilan belajar mandiri (skills for independent learning).
Dukungan sosial dan kontekstual, berhubungan dengan bagaimana masalah
yang menjadi fokus pembelajaran dapat membuat pebelajar termotivasi untuk
memecahkannya. Dukungan sosial dalam kelompok, adanya kondisi yang
saling memotivasi antar pebelajar dapat menumbuhkan kondisi ini. Suasana
kompetitif antar kelompok juga dapat mendukung kinerja kelompok.
Dukungan sosial dan kontekstual hendaknya dapat diakomodasi oleh para
guru/dosen untuk mensukseskan pelaksanaan pembelajaran. Berdasarkan
uraian di atas dapat dikemukakan bahwa PBL sebaiknya digunakan dalam
pembelajaran karena:
(1) Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Siswa/mahasiswa yang
belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan
pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang
1
Amalia Nurjannah, “Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)”, hal. 1
2
Arum Dwi Rahmawati, Riyadi dan Sri Subanti, “Analisis Proses Pembelajaran Berbasis
Masalah (Problem Based Learning) Matematika Dengan Pendekatan Ilmiah (Scientific
Aprroach) di SMA Negeri 1 Jogorogo Kleas X”, PPS Universitas Sebelas Maret, JMEE, Vol.
IV, No. 2, 2014, hal. 66
3
I Wayan Dasna dan Sutrisno,” Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)”,
FMIPA Universitas Negeri Malang, hal. 2
diperlukan. Artinya belajar tersebut ada pada konteks aplikasi konsep. Belajar
dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika siswa/mahasiswa
berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan;
(2) Dalam situasi PBL, siswa/mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan
ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang
relevan. Artinya, apa yang mereka lakukan sesuai dengan keadaan nyata
bukan lagi teoritis sehingga masalah-masalah dalam aplikasi suatu konsep
atau teori mereka akan temukan sekaligus selama pembelajaran berlangsung;
dan
(3) PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan
inisiatif siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan
dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok. 4

Pemecahan masalah dalam PBL harus sesuai dengan langkah-langkah metode


ilmiah. Dengan demikian siswa/mahasiswa belajar memecahkan masalah
secara sistematis dan terencana. Oleh sebab itu, penggunaan PBL dapat
memberikan pengalaman belajar melakukan kerja ilmiah yang sangat baik
kepada siswa/mahasiswa. Langkah-langkah pemecahan masalah dalam
pembelajaran PBL paling sedikit ada delapan tahapan (Pannen, 2001), yaitu:
(1) mengidentifikasi masalah,
(2) mengumpulkan data,
(3) menganalisis data,
(4) memecahkan masalah berdasarkan pada data yang ada dan
analisisnya,
(5) memilih cara untuk memecahkan masalah,
(6) merencanakan penerapan pemecahan masalah,
(7) melakukan ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan, dan
(8) melakukan tindakan (action) untuk memecahkan masalah.

4
Ibid, hal. 4
Lebih lanjut Arends (2004) merinci langkah-langkah pelaksanaan PBL dalam
pengajaran. Arends mengemukakan ada 5 fase (tahap) yang perlu dilakukan
untuk mengimplementasikan PBL. Fase-fase tersebut merujuk pada tahap-
tahapan praktis yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran dengan PBL.

Tahapan-Tahapan Model PBM


FASE-FASE PERILAKU GURU
Menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang dibutuhkan
Fase 1
Memotivasi siswa untuk terlibat aktif
Orientasi siswa kepada masalah
dalam pemecahan masalah yang
dipilih
Membantu siswa mendefinisikan dan
Fase 2
mengorganisasikan tugas belajar yang
Mengorganisasikan siswa
berhubungan dengan masalah tersebut
Mendorong siswa untuk
Fase 3 mengumpulkan informasi yang sesuai,
Membimbing penyelidikan individu melaksanakan eksperimen untuk
dan kelompok mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah
Membantu siswa dalam merencanakan
Fase 4
dan menyiapkan karya yang sesuai
Mengembangkan dan menyajikan
seperti laporan, model dan berbagi
hasil karya
tugas dengan teman
5

5
Ibid, hal. 5

Anda mungkin juga menyukai