Anda di halaman 1dari 12

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka
1. Kemampuan Pemecahan Masalah
Pertanyaan atau soal dapat dikatakan sebagai masalah apabila memuat
situasi yang dapat mendorong seseorang untuk menyelesaikannya dengan
melalui prosedur penyelesaian yang belum pernah dilakukan (Widjajanti,
2009). Sebagaimana yang disampaikan oleh Himabindu et al. (2016) bahwa
permasalahan terjadi ketika terdapat hambatan yang menghalangi kegiatan
dan tidak dapat diatasi dengan melakukan kegiatan yang biasa dilakukan.
Hambatan dapat menjadi sesuatu yang hadir dan harus diubah atau sesuatu
yang hilang harus ditemukan.
Aktivitas memecahkan masalah menjadi dasar bagi manusia karena
dalam menjalani kehidupan manusia pasti akan berhadapan dengan masalah.
Apabila suatu cara atau strategi gagal untuk menyelesaikan sebuah masalah
maka hendaknya dicoba dengan cara yang lain untuk menyelesaikannya
(Hertiavi, Langlang & Khanafiyah, 2010). Pemecahan masalah dapat
diartikan sebuah proses untuk memperoleh solusi yang tepat untuk masalah
yang tidak dikenali sebelumnya (Mourtos, Okamoto, & Rhee, 2004).
Pemecahan masalah merupakan proses dalam membuat suatu keputusan pada
suatu aktivitas dengan situasi tertentu (Docktor, 2009). Kegiatan pada
pemecahan masalah yaitu melakukan urutan langkah-langkah yang telah
terencana untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai (Singh, 2004).
Pemecahan masalah yang efektif berawal dari analisis masalah, diikuti
dengan perencanaan strategi untuk memecahkan masalah, implementasi hasil
perencanaan, penilaian, dan refleksi (Singh, 2004). Ada 8 tahap proses dalam
pemecahan masalah menurut Shahat, et al. (2013) antara lain adalah
mengidentifikasi masalah, mengaktivasi pengetahuan awal untuk
mendefinisikan dan mengungkapkan masalah, merumuskan hasil yang
commit
diharapkan, mengeksplor cara to user
yang memungkinkan untuk memecahkan

7
library.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

masalah, melaksanakan solusi yang telah dipilih, memperoleh dan


memperbaiki data, meninjau kembali solusi yang telah dipilih, dan
mengevaluasi hasil yang diperoleh. Yu, Fan, & Lin (2014) merangkum proses
pemecahan masalah menjadi 7 tahap antara lain adalah (1) definisi dan
analisis masalah, (2) mengumpulkan data, (3) merumuskan solusi yang
potensial, (4) memilih solusi, (5) mengimplementasikan solusi, (6)
mengevaluasi hasil, dan (7) memperbaiki solusi berdasarkan hasil.
Pemecahan masalah bebeda dengan berbeda dengan pemecahan latian soal
pada buku (Mourtos et al., 2004).

Tabel 1. Perbedaan Problem Solving dan Exercise Solving (Mourtos et al.,


2004).
Problem solving Exercise solving
Proses memperoleh jawaban yang paling Proses memperoleh jawaban yang paling
baik pada masalah yang belum dijumpai tepat pada data yang diberikan
sebelumnya
Ill defined. Siswa harus mendefinisikan Well defined. Pernyataan masalah
masalah secara mandiri. Siswa berasumsi diungkapkan secara eksplisit dengan
sesuai dengan pengetahuan awal yang informasi-informasi penting baik yang
mereka miliki. Tidak terdapat pernyataan sudah diketahui atau yang belum
masalah. diketahui.
Konteks masalah belum pernah dijumpai Siswa sudah pernah menjumpai masalah
sebelumnya baik dibuku, kelas maupun pekerjaan
rumah (PR)
Tidak terdapat pernyataan masalah secara Latihan soal seringkali sudah menuntun
eksplisit yang menjelaskan siswa untuk siswa dengan memberikan asumsi masalah
menggunakan teknik, kemampuan, yang diberikan, prinsip-prinsip yang harus
pengetahuan, pendekatan untuk memecahkan digunakan, dan terkadang memberikan
masalah. petunjuk.
Lebih dari satu pendekatan yang Biasanya hanya melalui satu pendekatan
memungkinkan untuk mendapatkan jawaban yang dapat memberikan jawaban yang
benar
Metode yang digunakan dalam memecahkan Metode yang digunakan merupakan
masalah tidak jelas pemecahan yang pernah digunakan pada
latihan soal sebelumnya
Penggabungan pengetahuan dari beberapa Soal-soal terdiri dari satu subyek dan
subyek mungkin dibutuhkan untuk seringkali hanya satu topik dari subyek
menempatkan aspek-aspek pada masalah. tesebut
Membutuhkan kemampuan berkomunikasi Kemampuan mengomunikasikan bukan
yang kuat baik secara oral maupun tertulis hal yang utama
untuk menyampaikan hasil dari pemecahan
masalah.
commit to user
library.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

Pada dasarnya siswa dituntut untuk berusaha sendiri mencari pemecahan


masalah serta pengetahuan yang menyertainya, sehingga menghasilkan
pengetahuan yang benar-benar bermakna. Konsekuensinya adalah siswa akan
mampu menyelesaikan masalah-masalah serupa ataupun berbeda dengan baik
karena siswa mendapat pengalaman nyata dari masalah yang terdahulu
(Trianto, 2007). Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan dalam
memecahkan masalah menggunakan pendekatan dan pengetahuan awal untuk
memperoleh informasi, mempraktikkan solusi sebagai pemecahan masalah,
mengomunikasikan hasil pemecahan masalah dan mengevaluasi solusi
pemecahan masalah (Adams & Wieman, 2007).
Kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan berpikir kritis
merupakan kemampuan-kemampuan yang seharusnya berkembang sejak
tahap awal pendidikan. Individu yang kemampuan pemecahan masalah dan
kemampuan berpikir kritis tidak berkembang selama proses pendidikan yang
dijalaninya, tidak memiliki prespektif kritis baik dalam kehidupan sosial,
individu, budaya dan menghindari untuk memecahkan masalah di kehidupan
bermasyarakat (Kirmizi, Saygi, & Yurdakal, 2015). Seiring dengan dilatihnya
kemampuan pemecahan masalah siswa, kemampuan berpikir kritis siswa juga
ikut berkembang. Walker (2005) dalam Redhana (2012) menyatakan bahwa
kemampuan berpikir kritis siswa dapat berkembang melalui proses yang
dapat memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan melalui proses
pemecahan masalah.
Pengembangan kemampuan pemecahan masalah siswa dapat dilakukan
dengan melatih proses berpikir siswa. Aktivitas pembelajaran yang dapat
mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah yaitu
dengan melatih siswa belajar dari pengalaman yang nyata, berpikir kritis,
bertindak, dan berproses dalam pembelajaran yang aktif (Laisema &
Wannapiroon, 2014). Melalui kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki,
dapat membentuk siswa menjadi manusia yang kritis, kreatif, dan inovatif
(Sanjaya, 2006). Adapun indikator-indikator pemecahan masalah menurut
commit to user
library.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

Mourtos et al., (2004) telah dimodifikasi oleh Novitasari & Ramli (2015)
dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2. Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah yang termodifikasi


(Novitasari & Ramli, 2015).
Aspek Indikator
(1)  Menyebutkan fakta terkait masalah
Mendefinisikan masalah  Menentukan konsep atau kategori
 Menentukan informasi/data terkait masalah
yang diberikan
 Menentukan detail masalah (waktu, tempat,
pelaku).
(2)  Mengidentifikasi akar masalah
Memeriksa masalah  Memeriksa hubungan timbal balik (sebab-
akibat) dari permasalahan yang diberikan.
 Memeriksa tingkat keparahan masalah.
 Memeriksa solusi yang pernah dilakukan
untuk menyelesaikan masalah terkait.
(3)  Mengembangkan rencana pemecahan
Merencanakan Solusi masalah berdasarkan akar masalah
 Memetakan sub-masalah dan sub-solusi
 Memilih teori, prinsip, dan pendekatan
untuk memecahkan masalah terkait
(4)  Membuat daftar masalah yang akan
Melaksanakan rencana yang telah diselesaikan
dibuat  Mengurutkan langkah kerja terkait solusi
yang telah dibuat
 Menentukan pihak yang perlu dihubungi
untuk mendapat informasi pelaksanaan
solusi
(5)  Memeriksa kelayakan solusi yang dibuat
Mengevaluasi  Membuat asumsi terkait solusi yang dibuat
 Memperkirakan hasil yang akan diperoleh
melalui solusi yang telah dibuat
 Memilih media yang tepat, menyampaikan
dan mengomunikasikan solusi yang telah
dibuat.

2. Problem Based Learning (PBL)


a. Pengertian Problem Based Learning (PBL)
Problem Based Learning merupakan pembelajaran yang memiliki pola
pembelajaran melatih siswa dengan menyajikan masalah di awal
pembelajaran (Kono & Mamu, 2016). Pembelajaran Problem Based
commit to user
Learning memberdayakan siswa untuk melakukan penyelidikan terhadap
library.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

masalah dengan memadukan teori dan praktik untuk memperoleh solusi atas
masalah (Savery, 2006;Paidi, 2011).
Aktivitas dalam Problem Based Learning menuntun siswa untuk
berperan aktif dan bertanggung jawab terhadap proses belajar yang dapat
meningkatkan self-directed learning skills. Aspek self-directed learning skills
yang dituntut dalam Problem Based Learning adalah kemandirian belajar
siswa dan tidak diarahkan oleh guru (Choi, Lindquist & Song, 2014).
Pembelajaran berbasis masalah menyediakan pengalaman belajar bagi
siswa untuk memecahkan masalah yang bersifat ill-stuctured (Gallagher &
William, 2015). Karakteristik masalah ill-stuctured antara lain adalah: (a)
Pengumpulan informasi melalui berbagai sumber dibutuhkan untuk
memahami masalah, (b) Perubahan definisi masalah sebagai informasi baru
yang ditambahkan dalam suatu situasi, (c) Intrepretasi masalah dapat melalui
berbagai perspektif ilmu, (d) Tidak terdapat jawaban mutlak yang benar
(Barrows, 1990;Gallagher & William, 2015). Melalui masalah ill-structured
yang disajikan dalam Problem Based Learning siswa harus mengkonstruksi
pengetahuan melalui proses penyelidikan untuk dapat memecahkan masalah.
Proses pemecahan masalah dilakukan siswa secara berkelompok (Redhana,
2012).
Wood (2004) menambahkan bahwa dalam Problem Based Learning
siswa harus aktif untuk mengembangkan keterampilan termasuk dapat
bekerjasama dalam tim, merumuskan masalah, menemukan informasi,
menjelaskan informasi kepada siswa lain, membuat keputusan dan membuat
kesimpulan.
b. Karakteristik Problem Based Learning (PBL)
Karakteristik Problem Based Learning antara lain adalah pembelajaran
berpusat pada siswa, guru hanya sebagai fasilitator, dasar dari pembelajaran
adalah penyajian masalah, siswa belajar mandiri untuk mengumpulkan
informasi dan mengkonstruk pengetahuan (Esema, Susari, & Kurniawan,
2012). Menurut Herman (2007) Problem Based Learning memiliki
commit
karakteristik: 1) Memposisikan siswatountuk
user belajar mandiri sebagai pemecah
library.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

masalah melalui kegiatan kelompok/kolaboratif, 2) mendorong siswa untuk


menemukan masalah dengan kegiatan elaborasi dan merencanakan
penyelesaian masalah, 3) siswa difasilitasi untuk eksplorasi berbagai alternatif
solusi untuk penyelesaian masalah, mengumpulkan dan mendistribusikan
informasi, 4) melatih siswa untuk meningkatkan kemampuan menyajikan
hasil temuan, 5) membiasakan siswa melakukan evaluasi terhadap
penyelesaian masalah yang telah dipilih.
Permana & Sumarmo (2007) telah merangkum karakteristik dari
Problem Based Learning menurut Sears dan Hersh yaitu: 1) Masalah sesuai
dengan kurikulum, 2) Masalah tidak terstruktur, memuat penyelesaian lebih
dari satu dan melalui proses bertahap, 3) Siswa melakukan proses pemecahan
masalah, guru hanya sebagai fasilitator, 4) Siswa dipandu untuk mengenali
masalah dan tidak diberi formula untuk memecahkan masalah, 5) Penilaian
berbasis autentik.
Berdasarkan karakteristik-karakteristik problem based learning yang
dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa karakteristik utama
dari Problem based learning antara lain masalah disajikan pada awal
pembelajaran bersifat ill-structured, yaitu masalah yang memuat lebih dari
satu penyelesaian dengan pendekatan atau teori yang memungkinkan berasal
dari berbagai subyek. Masalah yang diungkapkan juga bersifat open-ended,
dan belum pernah dijumpai siswa sebelumnya. Karakteristik yang kedua
dalam problem based learning adalah siswa dituntut untuk belajar mandiri
dengan melakukan proses pemecahan masalah, mengumpulkan informasi dan
mengkonstruk pengetahuan. Yaqinuddin (2013) menyatakan bahwa
pengetahuan awal dalam PBL dapat membantu siswa dalam memproses
pengetahuan baru. Pengetahuan awal yang dimiliki siswa berfungsi dalam
proses penyelidikan. Proses pemecahan masalah dilakukan oleh siswa secara
kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif. Selanjutnya, dalam proses problem
based learning guru berperan sebagai fasilitator yang menyajikan masalah
dan tidak memberi formula kepada siswa dalam menemukan penyelesaian
commit to user
masalah (Wood, 2004). Pembelajaran berbasis masalah mengembangkan
library.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

keterampilan siswa untuk mengomunikasikan hasil temuan serta memberikan


pengalaman kepada siswa untuk merefleksi hasil penyelesaian yang telah
dipilih.
Melalui tinjauan dari karakteristik-karakteristik Problem Based
Learning, dapat dikatakan bahwa belajar dengan menggunakan Problem
Based Learning dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah
pada siswa (Usman, 2013).
c. Sintaks Problem Based Learning (PBL)
Tan (2003) menyatakan bahwa Model Problem Based Learning
memiliki 5 fase antara lain: meeting the problem, problem analysis and
learning issues, discovery and reporting, solution presentation and reflection,
overview, integration and evaluation.
Fase meeting the problem, siswa dihadapkan pada permasalahan ill-
structured yang diperoleh berdasarkan studi individu tentang isu
pembelajaran. Siswa mengenali dan memahami konsep dasar sebagai
pengetahuan awal mereka untuk mendefinisikan masalah (Esema et al.,
2012). Fase problem analysis and learning issues meliputi kegiatan
menganalisis permasalahan hingga mengajukan rumusan permasalahan
(Usman, 2013).
Fase discovery and reporting meliputi kegiatan diskusi, merancang
kegiatan penyelidikan, dan presentasi hasil perencanaan kelompok. Pada fase
discovery and reporting guru bertugas untuk mengorganisasikan siswa untuk
belajar dengan menuntun siswa dalam mendefiniskan masalah dan
mengorganisasi tugas belajar terkait dengan masalah (Permana & Sumarmo,
2007). Fase ketiga adalah solution presentation and reflection, meliputi
kegiatan pelaksanaan penyelidikan sesuai dengan perencanaan, dan presentasi
hasil penyelidikan. Pada fase ini, siswa diminta untuk dapat bekerjasama
dalam tim. Fase overview, integration and evaluation meliputi kegiatan
klarifikasi, melengkapi kesimpulan, evaluasi perencanaan dan evaluasi
kinerja kelompok serta kinerja antar kelompok.
commit to user
library.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

Tabel 3. Tahap-tahap pembelajaran Model Problem Based Learning (Tan


O. S., 2003).
Fase Problem Based Learning Keterangan
Meeting the problem Masalah muncul sebagai rancangan untuk menguatkan
stimulus dan perluasan pengetahuan siswa. Siswa
dihadapkan oleh masalah yang bersifat ill-structured di
awal pembelajaran.
Problem analysis and learning Siswa menganalisis masalah secara berkelompok dan
issues mencari informasi melalui berbagai sumber yang
relevan terkait dengan masalah.
Discovery and reporting Siswa secara berkelompok mendiskusikan informasi
yang telah diperoleh masing-masing anggota
kelompok.
Solution presentation and Siswa melaporkan dan menyajikan solusi dari masing-
reflection masing kelompok dalam satu kelas.

Integration, overview and Siswa menyimpulkan solusi penyelesaian masalah yang


evaluation telah dibuat oleh setiap kelompok dan mengaitkannya
dengan tujuan pembelajaran.

d. Kelebihan dan Kekurangan Problem Based Learning (PBL)


Melalui proses belajar menggunakan Problem Based Learning (PBL),
kemampuan pemecahan masalah siswa menjadi lebih berkembang (Uys et
al., 2004; Choi et al., 2014). Selain kemampuan pemecahan masalah siswa,
berpikir kritis siswa juga meningkat melalui proses pemecahan masalah
dalam PBL. Ketrampilan pemecahan masalah dan berpikir kritis yang
diperoleh melalui latihan dalam proses pembelajaran berbasis masalah,
memudahkan siswa dalam memperoleh pengetahuan dan konsep yang
esensial dari materi pelajaran (Nasution et al., 2016). Problem Based
Learning memfasilitasi siswa dalam mentransfer pengetahuan untuk
memahami masalah sebenarnya atau real world problem dan
mengaplikasikannya (Suparno & Kamdi, 2008). Kelebihan lainnya yang
dimiliki oleh PBL, yaitu dapat meningkatkan retensi informasi, dasar
pengetahuan yang terintregasi, perkembangan keterampilan pembelajaran
seumur hidup, dan meningkatkan motivasi siswa (Klegeris & Hurren, 2011).
Problem based learning juga memliki kekurangan, antara lain adalah
pelaksanaan model problem based learning membutuhkan waktu yang lama.
Outcomes yang diharapkan commit to user oleh siswa dapat berhasil jika
dapat diperoleh
library.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

pemahaman siswa kuat terkait masalah yang dipelajari (Suparno & Kamdi,
2008). Pendekatan pemecahan masalah dalam problem based learning
menyebabkan beban yang berat dalam mengeksploitasi memori dan
terbatasnya pengetahuan (Yaqinuddin, 2013).
Asesmen problem solving skills yang dikembangkan oleh Novitasari &
Ramli (2015) berupa soal uraian berbentuk kasus yang telah diuji validasi oleh
ahli materi dan evaluasi. Uji coba soal uraian melibatkan 88 siswa dari tiga
sekolah yang berbeda. Aspek-aspek yang dikembangkan dalam asesmen
problem solving skills meliputi keterampilan mendefinisikan masalah,
memeriksa masalah, merencanakan solusi, melaksanakan rencana yang telah
dibuat, dan mengevaluasi. Berdasarkan hasil uji validitas dan reabilitas,
asesmen yang dikembangkan berdasarkan indikator problem solving skills
yang termodifikasi memiliki validasi butir soal yang sesuai dengan Model
Rasch dan memiliki reabilitas tinggi, oleh karena itu asesmen problem solving
skills dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru untuk mengembangkan
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.
Klegeris & Hurren (2011) dalam penelitiannya menyebutkan, data yang
diperoleh mengindikasi bahwa dalam model problem based learning (PBL)
memiliki efek positif pada kemampuan pemecahan masalah dari siswa. Data
yang diperoleh juga menetapkan bahwa menggunakan PBL dalam kelas besar
memiliki hasil yang positif pada kepuasan siswa dalam proses pembelajaran.
C. Kerangka Berpikir
Tantangan pada abad 21 mendorong perlunya perbaikan-perbaikan
terutama dibidang pendidikan (Kono & Mamu, 2016). Paradigma pendidikan
nasional abad 21 menurut Moeloek, et al. (2010) memuat 6 kompetensi yang
harus dimiliki oleh siswa dan sumber daya manusia, salah satunya adalah
kemampuan pemecahan masalah yang menjadi kompetensi utama yang harus
dimiliki oleh siswa. Kemampuan pemecahan masalah yang dilatihkan pada
siswa akan membantu siswa berpikir kritis dan analitis, serta mengambil
tindakan yang cermat, sistematis, logis, dan melalui berbagai sudut pandang.
commit
Selain berdampak positif bagi to userbelajar, kemampuan pemecahan
prestasi
library.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

masalah yang baik pada siswa akan membantu siswa dalam kehidupan
bermasyarakat (Himabindu et al., 2016). Untuk itu, kemampuan pemecahan
masalah penting untuk dilatihkan kepada siswa.
Berdasarkan fakta observasi di kelas X MIA 7 SMA Negeri x
Surakarta, kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki siswa masih kurang
berkembang karena belum memenuhi 5 aspek, yaitu: 1) mendefinisikan
masalah, 2) memeriksa masalah, 3) merencanakan solusi, 4) melaksanakan
rencana yang telah dibuat, dan 5) mengevaluasi (Novitasari et al., 2015).
Selain itu, kemampuan pemecahan masalah pada siswa kelas X MIA 7 masih
rendah diduga karena metode pembelajaran yang digunakan oleh guru belum
memfasilitasi siswa dalam kegiatan penyelidikan dan pemecahan masalah.
Sebagai alternatif perbaikan proses pembelajaran untuk
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah pada siswa, penerapan
model problem based learning (PBL) pada pembelajaran di sekolah diyakini
dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Model pembelajaran
PBL merupakan model yang menyajikan permasalahan di awal pembelajaran,
dilanjutkan dengan kegiatan penyelidikan secara berkelompok, merancang
pemecahan masalah, menyajikan pemecahan masalah, dan mengevaluasi
pemecahan masalah di akhir pembelajaran. Rangkaian pembelajaran PBL
tersebut memfasilitasi siswa untuk belajar mandiri dan mengembangkan
kemampuan pemecahan masalah. Secara singkat, langkah-langkah
pembelajaran dengan PBL adalah: 1) meeting the problem, 2) Problem
analysis and learning issues, 3) Discovery and reporting, 4) Solution
presentation and reflection, 5) Integration, overview, and evalution (Tan O.
S., 2003). Alur kerangka berfikir dapat dilihat pada Gambar 1.

commit to user
library.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

Fakta observasi:
Pembelajaran Biologi di salah satu kelas 1. 91% siswa termasuk dalam kategori kemampuan
X MIA SMA di Surakarta pemecahn masalah rendah
2. 9% siswa termasuk dalam kategori kemampuan pemecahn
masalah tinggi
3. Hampir seluruh siswa memberikan solusi yang berasal dari
Masalah: buku paket atau internet
Kemampuan siswa dalam 4. Sebagian besar kelompok belum dapat mempresentasikan
hasil diskusi pemecahan masalah
memecahkan masalah rendah
5. Siswa menjawab pertanyaan guru hanya sebatas melalui
LKS atau buku.

Akar Masalah:
Proses pembelajaran di kelas
belum memfasilitasi siswa
untuk berlatih memecahkan Akibat:
masalah 1.Siswa melaksanakan kegiatan tanpa mengetahui
tujuan sebenarnya
2. Siswa belum dapat belajar secara mandiri

Solusi:
1. Memperbaiki proses pembelajaran Manfaat:
di kelas. 1. Mempersiapkan siswa menghadapai dan
2. Menerapkan model pembelajaran menyelesaikan masalah di abad 21.
yang dapat meningkatkan 2. Siswa mampu memberikan solusi terhadap suatu
kemampuan pemecahan masalah masalah.
siswa. 3. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran meningkat

Peningkatan Kemampuan Pemecahan


Masalah melalui Penerapan Model Problem Target:
Based Learning pada Siswa Kelas X MIA Kemampuan pemecahan masalah siswa meningkat.

Sintaks Pembelajaran berbasis masalah:


1. Meeting the problem.
2. Problem analysis and learning issues.
3. Discovery and reporting.
4. Solution presentation and reflection.
5. Overview, integration, and evaluation

Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir


commit to user
library.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

commit to user

Anda mungkin juga menyukai