Anda di halaman 1dari 280

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 1

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... 2
PB 1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR ..................................................... 3
SPB.1.1 Perkenalan Dan Pengorganisasian Peserta ...........................................3
SPB.1.2 Tujuan Pelatihan Dan Ungkapan Harapan Peserta .............................4
PB 2 KEPEMIMPINAN ....................................................................................................... 5
PB.3. KEWIRAUSAHAAN DAN PENGEMBANGAN BUMDESA.............................. 19
PB.4. PENGELOLAAN KEUANGAN DESA ................................................................. 39
SPB.4.1. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Desa ..............................................39
PB.5. KELEMBAGAAN PKK DAN POSYANDU .......................................................... 47
PB.6. KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA ..................... 66
SPB.6.1. Kewenangan Desa dan Kelembagaan Desa .......................................66
Kelembagaan Desa ..................................................................................................68
SPB.6.2. Administrasi Pemerintahan Desa dan Laporan Kepala Desa...........74
PB. 6 PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA........................................................ 78
SPB.6.1 Penyusunan RPJM Desa .........................................................................78
SPB.5.2 Penyusunan RKPDesa Dan DU-RKP Desa .......................................166
PB .7. PENYUSUNAN PERATURAN DESA ............................................................. 107
SPB 7.1 Kaidah Penyusunan Peraturan Di Desa ..............................................107
SPB 7.2 Tehnik Penulisan Peraturan Di Desa ...................................................133
PB. 8 MENATA KELEMBAGAAN BPD ....................................................................... 150

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 2


PB 1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR

SPB.1.1 Perkenalan Dan Pengorganisasian Peserta

1. TujuanPerkenalan
a. Salingmengenal antara peserta dengan peserta, peserta dengan
fasilitatorataupelatih, dan peserta dengan panitiapenyelenggara.
b. Menjalinhubungankekeluargaan dan keakraban di antara peserta, fasilitator, dan
panitiapenyelenggara.
2. ManfaatPerkenalan
a. Salingmengenalidentitaspribadimasing-masingpeserta.
b. Menciptakankeakrabandankekeluargaan.
c. Menciptakansuasanagembira.
d. Mencairkan kekakuan suasana dan perilaku antara peserta.
e. Menciptakan kerjasama dan saling menghargai.

3. Cara Perkenalan
Perkenalan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara dan berbagai permainan. Hal
ini sangat tergantung pada waktu yang tersedia. Makin sempit waktu yang tersedia maka
perkenalan perlu dilakukan lebih singkat dan sederhana, demikian juga sebaliknya. Dalam
situasi pandemi saat ini maka metode perkenalan harus memperhatikan protokol
kesehatan. Salah satu contoh “Permainan Mencari Kelompok”.

4. Pada saat melakukan perkenalan, fasilitator melibatkan seluruh peserta melalui aktivitas
permainan yang mendorong keterbukaan dan mencairnya suasana. Namun, pembatasan
waktu perlu dilakukan agar tidak berlarut-larut. Hindari pertanyaan yang bersifat
menyelidiki atau pribadi. Fasilitator disarankan untuk memperhatikan kecenderungan
perilaku umum peserta seperti pemalu, berbicara lugas, santai atau membosankan,
sehingga memudahkan dan membantu fasilitator dalam menentukan metode
pembelajaran dan menciptakan suasana kondusif di kelas.

5. Pentingnya Kepengurusan Kelas Kepengurusan kelas merupakan bagian yang harus


dibentuk ketika sebuah organisasi menyelenggarakan sebuah pelatihan. Dibentuknya
kepengurusan kelas akan mempermudah koordinasi antara Pelatih, Panitia dan peserta,
oleh karena menjadi penting kepengurusan kelas diadakan selama proses belajar
mengajar berlangsung di kelas sehingga output yang diharapkan dapat optimal tercapai.

STRUKTUR KEPENGURUSAN KELAS

SEKSI PENEGAK
DISIPLIN SEKSI PEMANASAN SEKSI PELAPORAN

JABATAN TUGAS
Ketua : 1. Memimpin Kepengurusan Kelas

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 3


2. Penghubung Antar Peserta, Fasilitator dan Pantia
3. Mengkordinir/MengendalikanKegiatan, bersama dengan sekretaris, membantu
proses pelatihan
4. Membantu penataan ruang kelas pelatihan
5. Memastikan Kehadiran Peserta.
6. Mereview kegiatan harian.
Sekretaris : 1. Mewakili, membantutugas-tugasketua.
2. Melaksanakankegiatankesekretariatan.
3. Bertanggung jawab pada ketua kelas.
Seksi : 1. Memeriksa peserta yg belum hadir, saat pelajaran akan dimulai.
Penegak 2. Menanyakan peserta yg meninggalkan kelas tanpa ijin
Disiplin 3. Mengingatkan peserta yg mengganggu proses pelatihan
4. Mengingatkan fast. Jika waktu telah habis
Seksi : 1. Membina kelas menjadi segar, senang dan semangat
Pemanasan 2. Menyajikan teka-teki, cerita, dsb
3. Memimpin gerakan2 ringanutkmenyegarkanfisik/tidakkantuk

Seksi : 1. Melaporkan hasil-hasil kesepakatan kelas (fc. materi, foto bersama, buku kenangan)
Pelaporan 2. Melaporkan keg. Panitia (akomodasi, konsumsi, kebersihan,dll)

SPB.1.2 Tujuan Pelatihan Dan Ungkapan Harapan Peserta

1. Tujuan Pelatihan
2.
a. Menunjukkan respek fasilitator pada peserta (misalnya dengan terlebih dahulu
menanyakan latar belakang peserta lalu mengapresiasi keikutsertaan mereka).
b. Mengurangi potensi permasalahan, karena kurangnya apresiasi kepada peserta.
c. Mengenal satu sama lain (antara peserta dengan peserta, peserta dengan fasilitator atau
pelatih, dan peserta dengan panitia penyelenggara).
d. Menjalin hubungan kekeluargaan dan keakraban diantara peserta, fasilitator, dan panitia
penyelenggara.

3. Ungkapan Harapan dan Dukungan Peserta

Kegiatan ini dilaksanakan untuk memberikan kesempatan kepada peserta untuk


membahas harapan dan dukungan mereka terhadap pelatihan. Harapan yang dimaksud
adalah harapan para peserta sebagai output pelaksanaan kegiatan, biasanya berupa
tambahan pengetahuan dan peningkatan kualitas diri. Sedangkan dukungan adalah hal-
hal terbaik yang bisa diberikan oleh peserta selama proses pelatihan berlangsung, berupa
disiplin, terlibat aktif dalam rangkaian kegiatan dan lainnya. Pembahasan harapan dan
dukungan peserta terhadap pelatihan dapat dilakukan melalui curah pendapat, diskusi
kelompok atau memvisualisasikannya dalam bentuk gambar.

4. Memahami Kemampuan Awal Peserta

Memahami kemampuan awal peserta menjadi bagian penting dari keseluruhan proses
pelatihan. Mengawali sesuatu dengan benar lebih penting daripada memperbaikinya pada
saat proses berjalan. Fasilitator harus mempu mengidentifikasi kemampuan apa saja
(pengetahuan, keterampilan, pengalamandan nilai-nilai) yang berkaitan dengan tema
pelatihan. Hal ini sangat penting untuk memahami kondisi dan kapasitas awal peserta
sehingga mempermudah dalam menetapkan mulai dari mana urutan penyajian dimulai dan
metode apa yang sesuai.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 4


PB 2 KEPEMIMPINAN
KEPEMIMPINAN

1. Kepemimpinan berbasis Kearifan Lokal


Kearifan lokal dalam kepemimpinan ala Indonesia sering dikaitkan dengan petuah yang
dikembangkan oleh Ki Hajar Dewantara1 berupa momong, among, dan ngemong. Konsep yang
awalnya diterapkan di Taman Siswa tersebut kemudian dikembangkan menjadi tiga prinsip
kepemimpinan Taman Siswa: ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri
handayani.
Konsep tersebut sangat mengena untuk dunia pendidikan. Ing ngarso sung tulodo. Guru mesti
menjadi contoh. Guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Jadi bisa dibayangkan, bila guru yang
memimpin anak-anak mengalami proses pembelajaran memberi contoh yang buruk, anak didik
akan berbuat lebih buruk lagi. Ing madyo mangun karso. Guru mesti menjadi pemimpin yang
mampu membangun semangat belajar. Juga mendorong terciptanya ide-ide segar, peserta didik
didorong untuk bertoleransi, menerima ide sesama peserta didik, untuk mencari dan
mengembangkan ide terbaik. Hal itu berujung ke pengembangan pemahaman, konsep, keilmuan,
bahkan solusi. Tut wuri handayani. Guru, pemimpin, bisa dan berani memberi tanggung jawab
kepada ana didik, anak buah. Berani memberi delegasi. Ini tentu membutuhkan kemampuan sang
guru, sang pemimpin untuk mengenal kemampuan dan kematangan mereka sehingga sudah
saatnya untuk mendapat tanggung jawab, bahkan kewenangan.
Kearifan lokal dalam kepemimpinan, termasuk kepemimpinan sektor korporasi dan ekonomi,
masih perlu diperkaya dengan hasil galian nilai-nilai bangsa Indonesia. Secara singkat, hasil
penggalian tersebut tertuang dalam empat konsensus nasional, yang berupa Pancasila, Undang-
undang Dasar 1945 atau disingkat UUD 1945, Sesanti Bhineka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia atau NKRI2.
Kalau melihat sejarah, terbentuknya keempat konsensus nasional tersebut memang melalui
perjuangan politik. Dimulai dari praktik nilai-nilai kebangsan dalam kehidupan bermasyarakat,
kemudian perjuangan tiap-tiap daerah terhadap penjajah. Setelah disadari ketidakberhasilan
perjuangan tiap daerah, maka masyarakat bersatu melalui pergerakan anak-anak muda, yang
melahirkan banyak tokoh, yang salah satunya adalah Sukarno.

2. Lima Nilai Kearifan Lokal Berdasarkan Pancasila3


Bagaimana menterjemahkan nilai-nilai kearifan lokal berbasis konsensus nasional? Khususnya,
bagaimana kepemimpinan korporasi di Indonesia dengan kekhasan nilai-nilai kearifan lokal?
Berikut secara ringkas beberapa pokok pikiran nilai-nilai kearifan tersebut dalam konteks
kepemimpinan korporasi berbasis salah satu konsensus nasional, yaitu Pancasila. Mengacu
kepada lima nilai-nilai kebangsaaan dalam Pancasila yang dikembangkan oleh Lemhannas,
berikut ini adopsi kelima nilai tersebut dalam kepemimpinan korporasi.
Nilai 1: Religiusitas
Pada prinsipnya, religious leadership bukan terletak pada keyakinan beragama, praktik beragama,
pengalaman beragama, atau pengetahuan beragama. Sekalipun keempat hal tersebut perlu

1 Dari Ki Hajar Dewantara ke Konsensus Nasional https://ppm-manajemen.ac.id/kearifan-lokal-untuk-kepemimpinan-global/

2 Empat Konsesus Dasar Negara dalam Gerakan nasional bela negara, www.kemhan.go.id/pothan Modul Pembinaan Kesadaran
Bela Negara
3
https://www.beritasatu.com/nasional/454790/pancasila-dengan-kearifan-lokalnya-terbukti-ampuh-bentengi-
nkri#:~:text=Dikatakan%2C%20Pancasila%20sebagai%20ideologi%20negara,
sosial%20bagi%20seluruh%20rakyat%20Indonesia.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 5


sebagai landasan, pemimpin menekankan dan perlu menunjukkan konsekuensi beragama dalam
values, attitudes, dan behavior yang diamalkannya. Values, attitudes, dan behavior tersebut
menjadi landasan dalam beberpa hal. Pertama, dalam membangun visi organisasi. Kedua, dalam
hal membangun keyakinan masa depan organisasi. Ketiga, dalam menunjukkan rasa cinta kasih
kepada para pemangku kepentingan.
Religious leaders tidak terjebak pada pengutamakan kinerja ekonpomi semata-mata, apalagi
dengan menghalalkan segala cara untuk mengejar laba dan pertumbuhan. Dan juga tidak terjebak
pada pengutamakan salah satu agama atau penganut agama, atau menekankan pada praktik,
pengalanan, dan pengetahuan beragama. Tetapi lebih pada nilai-nilai spiritual, yang secara
keseharian tampak pada sikap, ucapan, tindakan, kemauan menolong, kesediaan bekerjasama
dengan semua orang. Dan yang sangat penting adalah kemampuan dalam menghayati pekerjaan
sebagai salah satu wujud dari makna kehidupan dan meyakini bahwa yang dikerjakannya adalah
sebuah panggilan hidup.
Nilai 2: Kekeluargaan
Pemimpin yang memegang nilai-nilai kekeluargaan adalah dia yang memandang setiap orang
memiliki kedudukan yang sama dan sederajad sebagai insan. Perbedaan dalam hal jabatan,
posisi, kedudukan, keahlian, maupun pangkat di dalam organisasi sama sekali tidak mengurangi
kesamaan dan kesederajadan setiap pemangku kepentingan, termasuk karyawan, dalam
menjalankan organisasi.
Kesamaan tersebut tercermin dalam perlakuan yang adil sesuai dengan posisinya dalam
pemangku kepentingan. Baik dalam tangung jawab, wewenang, dan imbalan atau penghargaan
yang dberikan secara adil. Adil tidak berarti sama atau merata.
Pemimpin yang adil, yang menerapkan fair leadership, berusaha untuk jernih dan akuntabel dalam
menghadapi masalah. Tidak bias karena kepentingan atau keberpihakan. Adil sejalan dengan
independensi dalam melihat dan memecahkan masalah organisasi, termasuk masalah antar
karyawan maupun pemangku kepentingan lainnya.
Dalam hal absennya peraturan, pemimpin berperikemanusiaan terkadang perlu menggunakan
golden rule: membuat keputusan terbaik bagi orang lain seperti membuat keputusan untuk diri
sendiri; atau membuat keputusan orang lain seperti yang kita harapkan kalau orang lain membuat
keputusan untuk kita sendiri; jujur, dan dengan memperhatikan situasi setiap orang terkait. Dalam
kondisi seperti itu, atau dalam kondisi ketidaksesuaian aturan yang ada, pemimpin berani untuk
berinisiatif mengubah atau menyempurnakan aturan.
Nilai 3: Keselarasan
Pemimpin yang berpegang pada prinsip keselarasan dapat disetarakan dengan harmony leader.
Dalam hal pencapaian tujuan, kepemimpinan selaras atau harmoni berusaha menyeimbangkan
tujuan dan cara mencapainya dan memperhatikan budaya atau peradaban masyarakat. Dalam
hal hubungan dengan sesama dan pemangku kepentingan, pemimpin selaras, atau pemimpin
dalam keselarasan adalah pemimpin yang mampu mempengaruhi dan menggerakkan orang lain
dengan cara yang bersahabat, tidak menimbulkan konflik terbuka.
Mengacu pada Nilai-nilai Kebangsaan yang Bersumber dari Pancasila, keselarasan memiliki
beberapa makna. Pertama, setiap orang diakui dan dihormati sesuai dengan kedudukannya dan
semua orang hidup dengan rukun. Kedua, individu mendahulukan kepentingan umum untk
menghindari pecahnya konflik terbuka. Ketiga, perilaku sopan di lingkungan kerja dan mengikuti
norma yang berlaku. Keempat, setiap orang, termasuk pemimpin berperilaku bebas dari pamrih,
tidak mengharapkan hal di luar haknya. Kelima, pemimpin memegang etika keselarasan, yang
mengandung makna upaya menjaga keselarasan, berusaha keras dalam memenuhi kewajiban,
menempatkan segala sesuatu sesuai tempatnya, dan menggunakan rasa sebagai salah satu
pandu perilaku.
Dalam konteks era saat ini, keselarasan perlu dipahami secara dinamis. Pemimpin perlu
menterjemahkan dinamika dari keselarasan dalam beberapa hal. Pertama, pemimpin yang baik
perlu memberi kesempatan terjadinya konflik yang terkendali. Konflik terjadi karena perbedaan
data, informasi, dan sudut pandang. Selama perbedaan dan konfilk tersebut mampu menghasilkan
ide baru dan inovatif, maka konflik tersebut perlu didorong. Yang penting adalah tidak sampai
terjadi konflik terbuka dan personal.
Keselarasan yang dinamis juga memberi kesempatan setiap orang untuk berkreasi, melalui
creation dan invention, yang ujungnya adalah inovasi. Dalam masyarakat atau organisasi
tradisional, terkadang sulit mengembangkan dan menerima ide baru atau karya kreatif, karena
bisa mengubah tatanan. Tugas pemimpin adalah memastikan bahwa perubahan perlu dilakukan,
dan ide baru dan karya baru didorong untuk menjadi piranti perubahan ke arah yang lebih baik

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 6


dengan tetap menjaga keselarasan yang utama, yaitu kehidupan dalam organisasi yang tetap
bersahabat dan pengutamaan kepentingan bersama.
Nilai 4: Pemangku Kepentingan
Dalam konteks kehidupan masyarakat, Lemhannas menamai nilai keempat dengan kerakyatan.
Dalam kontrks korporasi, istilah kerakyatan bisa diadaptasikan dengan sebutan pemangku
kepentingan. Dan untuk konteks internal korporasi, kerakyatan setara dengan hubungan
kekaryaan, antara pemimpin dan pengikuti, antara konsep leadership dan followership. Secara
umum, pemimpin juga pengikut, tergantung pada konteks dan waktu. Manajer senior adalah
pemimpin bagi karyawan di bawahnya, tetapi dia adalah pengikut bagi atasannya.
Aturan main dalam organisasi bersifat unik, dikembangkan berdasarkan visi dan misi organisasi,
nilai-nilai yang dipegang, dan arah strategis organisasi. Aturan-aturan tersebut dapat ikut
membangun follwership yang baik, yang dicirikan beberapa hal antara lain:
1. followers menjalankan peran untuk membangun organisasi secara antusias dan patriotik. Yaitu
melakukan terbaik untuk korporasi tempat berkarya.
2. bersedia berjuang bersama membangun korporasi untuk pertumbuhan dan kelanggengan
korporasi.
3. menjadi pendamping pimpinan yang baik, terutama saat pemimpin tidak berada pada performa
terbaik. Followers dapat memberi masukan, saran, bahkan membantu supaya pemimpin dan
organisasi bisa tetap berada pada jalur organisasi yang benar.
John S. McCallum, dalam tulisannya berjudul Folowership: The Other Side of Leadership4,
menyebut delapan jenis ukuran kualitas followers yang baik:
1. Pertama, mampu membuat pertimbangan berdasarkan etika dan kepantasan. Salah satunya,
bisa membedakan antara apakah arahan yang diberikan pimpinan tidak Anda setujui tapi
masih benar, etis, dan pantas, atau arahan tersebut Anda nilai salah.
2. Kedua, follower yang baik adalah pekerja yang baik, antusias, memiliki komitmen, dan
memberi perhatian sampai detail.
3. Ketiga, membangun kompetensi supaya dapat menjalankan peran sebaik mungkin.
4. Keempat, jujur, termasuk memberi masukan kepada pemimpin bila rencana pemimpin kurang
baik, cacat.
5. Kelima, berani berlaku jujur, termasuk ketidasetujuan terhadap rencana atasan bila memang
harus tidak setuju. Keenam, bijaksana, menjalankan tugas kehati-hatian, duty of care.
McCallum mengatakan “Talking about work matters inappropriately is at best unhelpful and
more likely harmful. Discretion just means keeping your mouth shut”. Ketujuh, loyal terhadap
organisasi, memiliki kesetiaan dan komitmen terhadap hal-hal yang dilakukan dan ingin diraih
organisasi. Dan kedelapan, mampu mengendalikan ego.
Nilai 5: Keadilan
Keempat nilai di atas menjadi tidak bermakna bila pemangku kepentingan merasa tidak adil. Dan
keadilan tersebut mencakup tigas aspek, berupa keadilan ekonomi, keadilan sosial, dan
paradigma HAM. Tantangan pemimpin adalah bahwa keadilan bersifat dinamis. Yang tadinya adil,
bisa dianggap tidak adil di waktu berikutnya. Oleh karena itu pemimpin perlu dengan jeli dan rajin
meninjau persepsi tentang keadilan yang diterapkan, diterima, dan dirasakan oleh pemangku
kepentingan.
Paling tidak ada dua hal yang perlu ditindaklanjuti dari uraian di atas. Tindak lanjut pertama adalah
menterjemahkan nilai-nilai di atas ke dalam parameter dan ukuran supaya bisa diterapkan dan
dimonitor di dalam aplikasi bagi penyelenggaraan pemerintahan di desa. Tindak lanjut kedua
adalah melengkapi nilai-nilai di atas berdasarkan tiga konsensus lainnya,

4
https://iveybusinessjournal.com/publication/followership-the-other-side-of-leadership/

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 7


KEPEMIMPINAN ERA DIGITAL

Kepemimpinan digital atau digital leadership diperlukan dalam proses transformasi digital
yang tengah berjalan saat ini untuk mengawal perubahan dan pemanfaatan teknologi dengan
cepat di berbagai sektor, termasuk sektor pemerintahan. Hadirnya pemimpin digital dapat
mendorong percepatan transformasi di dalam organisasi. untuk melakukan transformasi teknologi,
seorang digital leader harus mampu menggunakan aset digital untuk membuat keputusan yang
cepat dan tepat. Selain itu, digital leader juga harus mampu berinovasi dan berkolaborasi dengan
unsur organisasi atau stakeholder lain untuk menemukan solusi.
Hasnah rosyida dkk (2013)5 telah mengemukakan bahwa manusia tidak pernah lepas dari
teknologi. Perkembangan teknologi yang pesat pada masa ini telah menjadikan beberapa
perubahan dalam tatanan kehidupan masyarakat,terutama pada negara-negara berkembang.
Yang dulunya masyarakaat hidup dengan bentuk yang tradisional kini berubah kebentuk yang
modern.Karena dalam kehidupan kita di masa mendatang,sektor teknologi informasi dan
telekomunikasi merupakan sektor yang sangat dominan. Siapapun yang handal teknologi maka
dia akan menjadi seorang pemimpin dalam dunianya. Teknologi sangat berperan dalam berbagai
bidang.
Sehingga teknologi sekarang sudah merupakan suatu keharusan bagi masyarakat, agar
kita tidak ketertinggalan dari segala aspek dan perkembangan dunia. Keberadaan teknologi
sebenarnya merupakan sesuatu yangberdampak positive bagi masyarakat, karna dengan adanya
teknologi lebih memudahkan masyarakat dari segi informasi, komunikasi dan transportasi. Hanya
saja terkadang masyarakat yang kurang bisa memanfaatkan teknologi dengan baik, sehingga
keberadaan teknologi malah memunculkan efek negative. Perkembangan tekhnologi di Indonesia
pada masa sekarang ini tidak hanya berkembang pada masyarakat Kota saja, akan tetapi sudah
mulai masuk kebeberapa daerah atau pulau-pulau di sekitaran wilayah Indonesia. Mereka yang
berada di daerah-daerah tersebut sudah mulai mengakses beberapa teknologi baik itu dari segi
komunikasi, informasi, transportasi maupun pekerjaan ,
"Digital leader juga mempunyai tanggung jawab dalam membimbing dan menginisiasi
rekan kerjanya agar dapat memanfaatkan teknologi informasi dalam rangka mewujudkan
transformasi digital. Dengan hadirnya kepemimpinan digital, maka pemimpin mampu untuk
mendayagunakan aset digital yang dimiliki oleh pegawainya untuk dapat mencapai tujuan
organisasi. Pemimpin digital juga dapat memanfaatkan teknologi digital yang dihubungkan dengan
proses bisnis masing-masing instansi pemerintah dalam melakukan transformasi layanan.
Merujuk pada kemenpan RB6 Digital leadership atau yang dikenal juga dengan sebutan e-
Leadership merupakan kepemimpinan digital yang timbul akibat dari berkembangnya lingkungan
berbasis elektronik atau e-Environment. Terdapat empat karakteristik yang membedakan
kepemimpinan biasa dengan e-Leadership. Yaitu:
1. kemampuan komunikasi, dimana digital leader telah mampu berkomunikasi secara efektif
menggunakan perangkat media sosial untuk terus terkoneksi dengan anggota di dalam
maupun luar organisasi.
2. memiliki kemampuan berpikir dan bekerja sama tanpa adanya batasan waktu, ruang, dan
rintangan budaya dimana pengawasan dan interaksi tatap muka tidak lagi diperlukan.
3. memiliki kemampuan dalam memantau dan mengelola pekerjaan dengan efektif secara
virtual.
4. kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan teknologi. Pesatnya perkembangan
teknologi menuntut penyesuaian perubahan yang berjalan dengan cepat agar tujuan
organisasi dapat tetap tercapai.
Pemanfaatan teknologi digital diwujudkan dalam transformasi layanan publik. Agar tetap dapat
mengikuti perubahan dan tetap memberikan pelayanan prima, kemampuan beradaptasi menjadi
kunci untuk dalam transformasi digital ini.

5
http://jurnalilmiahtp2013.blogspot.com/2013/12/pengaruh-teknologi-terhadap-gaya-hidup.html
6
https://www.menpan.go.id/site/berita-terkini/pentingnya-digital-leadership-dalam-transformasi-teknologi

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 8


Selanjutnya disampaiakn oleh Menpan RB bahwa dapat beradaptasi dengan perubahan teknologi
digital ini dilakukan dalam bentuk empat tahapan;
1. Membangun kesadaran atau awareness untuk melakukan perubahan dengan memahami
teknologi.
2. Menyusun strategi dan rencana aksi terkait dengan teknologi yang cocok untuk digunakan
dalam proses transformasi digital.
3. memiliih sumber daya manusia yang tepat untuk menyukseskan perubahan teknologi yang
dilanjutkan dengan perubahan budaya kerja berbasis teknologi.
4. perubahan digital yang dapat dilakukan secara berkelanjutan dengan menumbuhkan budaya
inovasi dan kolaborasi dengan komunitas digital.
Dalam satu dekade terakhir, para pemimpin dalam menghadapi eskalasi perubahan teknologi
yang sangat pesat baik dalam penyelenggaraan pelayanan penmerintahan maupun kegiatan
bisnis yang keterjangkauannya sudah di luar batas-batas negara, akibatnya, pendekatan
kepemimpinan tradisional tidak lagi dirasa efektif untuk mengelola dan memimpin bisnis untuk
mencapai tujuan organisasi. Ada kebutuhan untuk melampaui kepemimpinan tradisional dan
menggunakan gaya kepemimpinan baru.
Kepemimpinan berarti interaksi antara pemimpin dan pengikutnya di mana pemimpin membimbing
dan mengawasi pengikutnya untuk melakukan pekerjaan. Jadi, kepemimpinan berarti
memengaruhi orang-orang untuk bekerja mencapai tujuan organisasi, kelompok, atau mungkin
juga tujuan pribadi pemimpin. Dengan perkembangan dan inovasi dalam teknologi informasi dan
komunikasi (TIK), seperti pengembangan e-commerce dan internet, gaya kepemimpinan baru
telah muncul yang disebut e-leadership.
Istilah e-leadership atau kepemimpinan elektronik diperkenalkan oleh Avolio,7 e-leadership terjadi
dalam konteks e-environment di mana pekerjaan dilakukan melalui teknologi informasi terutama
melalui internet. Dalam konteks ini tidak hanya komunikasi tetapi pengumpulan dan penyebaran
informasi antara pengikut dan pemimpin juga terjadi melalui media elektronik. Di sini para
pemimpin disebut e-leader atau pemimpin virtual. Pendekatan kepemimpinan yang digunakan
oleh para pemimpin virtual, disebut e-leadership.

1. Tantangan yang Dihadapi oleh E-Leader


Pemimpin virtual harus berkomunikasi dengan orang-orang melalui media elektronik secara
efektif. Padahal tanpa komunikasi tatap muka, sangat sulit untuk memercayai seseorang. Jadi,
membangun kepercayaan dengan pengikut dalam komunikasi virtual adalah tantangan besar bagi
pemimpin karena komunikasi tatap muka tidak terjadi di antara mereka. Juga sangat sulit bagi
pemimpin untuk menginspirasi orang-orang, memotivasi dan mengilhami mereka untuk
melakukan pekerjaan dengan baik dalam situasi virtual karena dia tidak dapat melihat reaksi dan
ekspresi mereka tentang arahan dan bimbingannya.
Kalaupun komunikasi virtual dapat dilakukan secara efektif, pemimpin virtual masih harus
berusaha keras mengarahkan dan membimbing orang-orang dari jarak jauh. Hal ini yang
menciptakan tantangan besar bagi pemimpin untuk menciptakan budaya virtual kolaboratif. Yaitu
budaya yang membantunya didengar oleh semua pengikut sehingga mereka dapat berkoordinasi
dengan dia untuk mencapai tujuan bersama. Membangun iklim sosial melalui TIK sehingga para
pengikutnya berkoordinasi satu sama lain dan bekerja dengan cara yang lebih bertanggung jawab
secara sosial dengan mengingat yang lain.
Merujuk hasil studi Oxford Economics dan SAP8 organisasi yang mengadopsi
digital leadership cenderung mampu mendapatkan hasil bisnis yang jauh lebih baik. Hal tersebut
dapat dilihat dari aspek kinerja finansial, kepuasan karyawan hingga pengambilan keputusan,
maka pelaksanaan layanan dan tata Kelola aparatur pemerintah desa di era digital diharapkan
dapat:

7
Avolio, B. J., Kahai, S., & Dodge, G. E. (2000). E-leadership: Implications for theory, research, and practice. The Leadership
Quarterly, 11(4), 615–668. https://doi.org/10.1016/S1048-9843(00)00062-X
8
https://www.kuncie.com/posts/kepemimpinan-di-era-digital

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 9


1. Melakukan efisiensi dalam tata laksana administrasi pemerintahan
2. Apatur desa Merasa Dilibatkan dan Lebih Puas dengan Pekerjaannya
3. meningkatkan Loyalitas Lebih staf dan aparatur desa.
4. membantu seorang pemimpin untuk mengambil keputusan yang objektif.
5. Lebih Inklusif dan Beragam, dimana Institusi pemerintahan desa dapat melibatkan berbagai
kepentingan dan golongan dalam hal pelayanan.
6. Mampu Mengambil Keputusan dengan Lebih Baik, banyak memanfaatkan data dalam
pengambilan keputusan. Seorang digital leader memiliki visi yang jelas dan paham bagaimana
teknologi dan data dapat membantu mencapai visi tersebut. Tidak hanya itu, mereka juga tahu
bagaimana cara menggunakannya untuk meraih tujuan perusahaan.

2. Kualitas yang Dibutuhkan E-Leader


Nangki susanti munir (2023)9 mengemukakan suatu Studi mendalam mengenai e-
leadership menunjukkan adanya lima perbedaan prinsip dengan kepemimpinan tradisional yang
berdampak pada kebutuhan keterampilan atau kemampuan yang khusus.
1) Pertama adalah jenis komunikasi. Dalam kepemimpinan tradisional komunikasi tatap
muka terjadi antara pemimpin dan para pengikutnya tetapi dalam kasus komunikasi e-
leadership komunikasi terjadi melalui media elektronik seperti internet, antara pemimpin
dan para pengikutnya. Media komunikasi tersebut bisa yang relatif ‘tradisional’ seperti
email, bisa juga dengan memanfaatkan aplikasi whatsapp (WA) dan LINE, bahkan direct
message dalam aplikasi instagram.
2) Keanggotaan . Dalam hal pemimpin kepemimpinan tradisional dan pengikutnya adalah
anggota utama tetapi dalam kasus pemimpin e-leadership disebut pemimpin virtual dan
pengikut disebut pengikut virtual. Karena bersifat virtual, emosi dan respons psikologis
antara pengikut dan pemimpin sulit ditangkap.
3) aspek kualitas keanggotaan. Kualitas keduanya sama tetapi para anggota dalam e-
leadership harus memiliki pengetahuan tentang teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
yang baru dan modern, sesuatu yang tidak diperlukan dalam kasus kepemimpinan
tradisional.
4) kebutuhan akan tempat. Dalam kepemimpinan tradisional, kantor atau tempat tertentu
diperlukan untuk melakukan pekerjaan oleh pemimpin dan pengikutnya. Tetapi dalam e-
leadership, kantor di lokasi tertentu tidak diperlukan, mereka dapat berkomunikasi satu
sama lain bahkan dari jarak satu tempat ke tempat lain, dari satu negara ke negara lain.
5) ketersediaan dan orientasi kerja anggota. Dalam hal kepemimpinan tradisional semua
anggota hanya tersedia selama jam kantor tetapi anggota e-leadership tersedia bahkan di
luar jam kerja, 24 jam sehari 7 hari seminggu. Oleh sebab itu pemimpin virtual harus
memiliki orientasi 24x7 - mereka harus dapat bekerja kapan saja 24 jam sehari dan 7 hari
seminggu.

3. Saran Calon e-Leader


Memerhatikan perbedaan antara pendekatan kepemimpinan tradisional dan e-leadership, ada
dua hal yang dapat dilakukan bagi para (calon) e-leader agar dapat memimpin dengan efektif.
1) Mendapatkan pelatihan yang tepat. Yaitu pelatihan untuk memberikan pengetahuan
tentang teknologi informasi dan komunikasi terbaru karena TIK adalah basis untuk e-
leadership. Wujud pelatihan e-leadership bagi aparatur desa dilakukan dengan metode
pembelajaran LMS dimana, bentuk pelatihan ini akan sangat memengaruhi
efektivitas e-leadership dalam hal pelayanan dan tata Kelola pemerintahan di desa.

9 Kelompok Keahlian Transformasi Stratejik dan Inovasi PPM Manajemen Corporate Strategy, Transformation, and Innovation -
Consultant. Central Queensland University University of Indonesia

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 10


2) tetap menggunakan media komunikasi tatap muka dalam e-leadership. Memang
benar bahwa komunikasi tatap muka tidak diperlukan bagi pemimpin virtual untuk
memandu pengikutnya. Namun tanpa interaksi tatap muka, bisa sulit bagi e-
leader untuk melihat ekspresi dan reaksi para pengikut tentang instruksinya.
3) Terakhir, perlu disadari bahwa walaupun menggunakan media elektronik, tidak
berarti e- leadership hanya pas dengan gaya kepemimpinan otokratik yang
berorientasi pada tugas. Pemimpin virtual, justru perlu berorientasi pada orang (people-
oriented) dan sekaligus memiliki orientasi teknis (technically-minded) yang kuat.

4. LMS Pembelajaran Aparatur Desa


Sistem pembelajaran ber-platform digital interaktif melalui Learning Management System (LMS),
dipilih Kemendagri untuk fleksibilitas pengembangan kapasitas aparatur desa, tanpa perlu dibatasi
ruang dan waktu.
Sampai tahun 2021, tercatat capaian pelaksanaan pelatihan bagi aparatur desa dengan metode
konvensional, sudah menjangkau peserta sebanyak 150.403 orang. Padahal, jika dibandingkan
dengan data Profil Desa dan Kelurahan (Prodeskel), jumlah aparatur pemerintahan desa meliputi
Kades sebanyak 74.962 orang, perangkat desa sebanyak 899.532 orang, dan BPD sebanyak
524.727 orang. Belum lagi bila ditambah dengan pelatihan Pembinaan Teknis Pemerintahan Desa
(PTPD) dengan total 2.779 aparatur desa.
Penggunaan metode pelatihan yang masih konvensional, menurut Dr. Paudah M.Si (2021)10,
menjadi penghambat sehingga, diperlukan bentuk pelatihan aparatur desa berbasis digital, yang
diharapkan lebih mampu menjangkau seluruh aparatur kepala desa.
Selain itu, Paudah juga menekankan perlunya dukungan dan kolaborasi aktor-aktor dalam
peningkatan kapasitas aparatur desa, baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
yang terdiri dari provinsi/kabupaten/kota, kecamatan, balai pelatihan, dan aktor nonpemerintah
yang kredibel dalam peningkatan kapasitas.
Pembelajaran berbasis digital disebut dengan LMS Pemdes dan dapat diakses melalui
https://lmspemdes.kemendagri.go.id/. Harapannya dengan LMS akan memudahkan akses
pembelajaran dan pengetahuan untuk menambah kualitas perangkat desa guna menjalankan tata
kelola pemerintahan desa yang baik,” tegas Paudah, Direktur Fasilitasi Pengembangan Kapasitas
Aparatur Desa (FPKAD) Kemendagri, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (17/2/2022).
Pembelajaran dan pelatihan aparatur desa ini, diharapkan akan efektif dan efisien, dalam
menghasilkan peserta yang pada akhirnya akan memiliki tiga kemampuan, yaitu kemampuan
dasar, kemampuan manajerial, dan kemampuan teknis. Selain itu, juga akan ada apresiasi
(reward) bagi aparatur desa dengan kinerja baik.
Learning Management System atau selanjutnya ditulis LMS merupakan sebuah inovasi
Pemerintah Pusat dalam hal ini Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa Kementerian Dalam
Negeri sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 114
Tahun 2021 tentang Kementerian Dalam Negeri bahwa Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan
Desa mempunyai tugas dalam pelaksanaan pembinaan umum dan koordinasi, fasilitasi serta
pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penataan desa, penyelenggaraan
administrasi pemerintahan desa, pengelolaan keuangan dan aset desa, produk hukum desa,
pemilihan kepala desa, aparatur desa, pelaksanaan penugasan urusan pemerintahan,
kelembagaan desa, kerja sama pemerintahan, serta pelaksanaan pemantauan evaluasi dan
pelaporan desa.
Oleh karena itu, sebagai bentuk upaya peningkatan kapasitas, kualitas pelayanan pelatihan dan
hasil pelatihan bagi aparatur desa, Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa akan
memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam bentuk platform LMS, dimana terdapat
beberapa fitur seperti materi pelatihan (modul, bahan tayang, dan lain-lain), media pelaksanaan
ujian pre-test dan post-test berbasis CAT (Computer Assisted Test), media evaluasi terhadap
peserta, daftar penyelenggara pelatihan serta media komunikasi antara peserta, pengajar dan
penyelenggara. Ke depannya LMS akan sepenuhnya berfungsi sebagai media fasilitasi berbagai

10 Sekertaris Dirjen PPMD – Kemendagri https://tvdesanews.id/ini-metode-pembelajaran-digital-untuk-aparatur-desa/

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 11


kegiatan pelatihan / pengembangan kompetensi berbasis elektronik serta sebagai sarana dalam
memonitoring dan mengevaluasi pelaksanaan pelatihan-pelatihan bagi aparatur Desa terutama
bagi penyelenggara pelatihan maupun peserta pelatihan / bimbingan teknis yang efektif, efisien
serta akuntabel.
Platform LMS tersebut dirancang untuk mendukung administrasi, dokumentasi, pelacakan,
pelaporan, dan implementasi program peningkatan kapasitas. Ini akan dimanfaatkan oleh setiap
aparatur desa (Kepala Desa dan perangkat, anggota BPD, dan Pengurus LKD/LAD) untuk
mengakses materi pembelajaran, mengelola kegiatan dan prestasi belajar, mengikuti forum
pembelajaran, dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan mereka lebih jauh melalui
pembelajaran lanjutan.
Platform LMS dirancang untuk mendukung digitalisasi pembelajaran, pengembangan kapasitas,
pengelolaan konten atau modul digital dan untuk menyampaikan program pembelajaran yang
efisien dalam rangka meningkatkan kompetensi inti dari pengguna.
Pelatihan berbasis platform Learning Management System yang ditetapkan dalam Design Konsep
Pengembangan Kapasitas Aparatur Desa Berbasis Platform Learning Management Sistem ini
berbasis kepada desa-desa
LMS akan menyediakan pustaka konten/ modul termasuk dalam bentuk video, grafik, manual
teknis, poster, infografis, tutorial, webinar dll sebagai materi/ bahan pelatihan. LMS akan
mendukung e-Learning secara mandiri, pembelajaran campuran e-Learning dengan modul yang
dibawakan oleh instruktur, serta pembelajaran berbasis video conference.
Dasboard pada platform LMS akan memberikan data waktu secara real time kepada pemerintah
kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, dan pusat tentang kapasitas aparatur desa di bawah
yurisdiksi mereka, mengidentifikasi kebutuhan pengembangan kapasitas dan merencanakan
pelatihan online / offline / campuran. Platform LMS akan melacak progress atau kemajuan
pembelajaran seseorang, kinerja, pencapaiannya dan menyarankan pelatihan-pelatihan lainnya
yang diperlukan berdasarkan pembelajaran sebelumnya. Dalam LMS juga akan disediakan fitur
atau fungsi obrolan atau media diskusi dimana peserta didik dapat berinteraksi dengan instruktur
mereka. LMS juga akan menyediakan FAQ atau pertanyaan-pertanyaan dasar atau yang sering
diajukan pengguna LMS.
Asih setyawati (2021)11 mengemukakan faktor penghambat ; Pendorong dan Rekomendasi
penggunaan model LMS atau pembelajaran Jarak jauh (PJJ) berupa :
(1). Faktor Penghambat mencakup:
a. rendahnya budaya belajar,
b. supervisi yang lemah,
c. persepsi yang rendah atas relevan PJJ dengan pekerjaan,
d. perbedaan antara apa yang tercatat di dalam sistem dengan apa yang ditemukan di
lapangan, dan
e. masalah-masalah teknis seperti jaringan, dan literasi digital.

(2). Faktor Pendorong mencakup:


a. aspek inovatif dari sistem belajar,
b. penghematan biaya,
c. kemungkinan untuk belajar di mana saja dan kapan saja,
d. peluang untuk kolaborasi lintas daerah tanpa batasan jarak, dan
e. adaptabilitas peserta dan widyaiswara.

(3). Desain pengembangan LMS yang dihasilkan harus memenuhi dua factor utama utama yaitu:
a. Faktor Internal terdiri dari; fleksibilitas, konsistensi, efisiensi, monev, dan fungsi.
b. Faktor Eksternal terdiri dari; Kompetensi individu, sosial, budaya, dan teknis dari
eksternal penyelenggara.

Demi mewujudkan model sistem manajemen pembelajaran ini, maka Dirjen PPMD
Kemendagri melalui program P3PD pada tahun 2020-2024 akan menyipakan
11 Asih Setiawati; Badan Riset dan Inovasi Nasional ; Jurnal Bestari 2021 ISSN 2745-7001 Vol. 2 No. 1, September 2021, P.1-22

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 12


penyelenggaraan pembelajaran berbasis LMS dengan tahapan-tahapan diantaranya
adalah:
1) Penyusunan regulasi dan penguatan kelembagaan dalam rangka pengembangan
Kapasitas Aparatur Desa Berbasis Platorm LMS.
2) Pembangunan jejaring kerja dengan para pihak (Pemerintah, Pemda, Lembaga
Penyedia Pelatihan, Perguruan Tinggi, maupun para ahli di bidang pendidikan,
pelatihan dan pembelajaran)
3) Pembangunan sistem standarisasi dan sertifikasi sebagai aspek penjaminan mutu
dalam penyelenggaraan Pengembangan Kapasitas Aparatur Desa Berbasis
platform LMS
4) Pengelolaan sumberdaya yang meliputi SDM, pendanaan, infrastruktur
pendukung, dan manajemen data dan informasi.
5) Pembangunan sistem Manajemen Pengembangan Kapasitas Aparatur Desa
Berbasis Platform LMS.

Terdapat dua aspek utama sebagai penekanan utama dalam pengembangan kapasitas
aparatur desa berbasis LMS ini, yaitu:
1) aspek / bidang umum / administrasi dan manajemen yang akan memberikan
penguasaan pengetahuan dan keterampilan dalam pelayanan teknis yang sifatnya
umum untuk menunjang tugas pokok aparatur desa.
2) adalah aspek / bidang substantif untuk memberikan keterampilan dan pengetahuan
teknis dalam pelaksanaan tugas pokok sesuai kedudukan / jabatan pelaku aparatur
desa.
Modul pelatihan nantinya yang akan digunakan adalah modul-modul yang disusun dan
diterbitkan oleh Ditjen bina Pemerintahan Desa Berikut. Modul yang akan dikembangkan
nantinya akan menjadi materi dan bahan belajar utama yang akan digunakan di keseluruhan
proses balajar bagi Aparatur Desa.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 13


Kepemimpinan modern yang mengutamakan fungsi-fungsi manajerial
yang kuat
1. Konsep dan Defenisi
Kepemimpinan (leadership) merupakan proses dalam memengaruhi, memotivasi, dan membuat
orang lain untuk berkontribusi terhadap kesuksesan dan efektivitas suatu organisasi atau
perusahaan dalam mencapai tujuan-tujuannya. Ada empat jenis kepemimpinan yang paling sering
diterapkan, yaitu kepemimpinan yang demokratis, kepemimpinan yang otokratis, kepemimpinan
yang bersifat afiliatif, dan kepemimpinan yang visioner. (lihat Wikipedia)12 yang diabstraksikan
dalam tulisan ini yaitu;
1) Kepemimpinan demokratis adalah suatu jenis kepemimpinan dimana seorang pemimpin
mendelegasikan otoritasnya dan mengajak para pengikutnya untuk berpartisipasi dalam
proses pengambilan keputusan. Seorang pemimpin yang demokratis merupakan seorang
pendengar yang baik bagi para pengikutnya dan seorang pekerja tim yang baik, serta
mampu memengaruhi dan berkolaborasi dengan tim yang dipimpinnya. Dengan adanya
gaya kepemimpinan seperti ini, tiap masukan dari anggota tim dihargai dan komitmen
dalam kerja tim dapat dirasakan melalui adanya partisipasi yang aktif dari tiap anggota.
Dalam hal ini, seorang pemimpin bisnis dapat menerapkan gaya kepemimpinan ini untuk
mendapatkan saran yang berguna dari para pekerjanya.
2) Kepemimpinan otokratis, yaitu suatu gaya kepemimpinan dimana seorang pemimpin
memiliki kekuasaan absolut dan tanggung jawab penuh dalam memimpin timnya. Seorang
pemimpin yang autokratis memimpin dengan memberikan perintah kepada anggotanya,
memberikan ancaman kepada para bawahannya, dan memiliki kontrol yang ketat terhadap
organisasi yang dipimpin. Selain itu, pemimpin yang otokratis selalu memonitor
berjalannya aktivitas kerja secara terus-menerus. Dengan gaya kepemimpinan yang
otokratis, seorang pemimpin bisnis dapat mengontrol perusahaannya dengan ketat. Gaya
kepemimpinan ini layak digunakan ketika perusahaan sedang menghadapi krisis.
3) kepemimpinan afiliatif, yaitu jenis kepemimpinan dimana seorang pemimpin memberikan
saran-saran yang efektif dan mendorong anggota timnya untuk lebih aktif dalam
memberikan ide dan pendapat. Pemimpin seperti ini memiliki beberapa karakteristik, yaitu
mementingkan harmoni antar para anggota timnya, berempati terhadap sesama,
meningkatkan semangat para anggotanya, dan membantu dalam menyelesaikan konflik
antar anggota tim. Pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan seperti ini menciptakan
harmoni dalam tim dengan membantu membangun hubungan anta para anggotanya.
Seorang pemimpin perusahaan dapat menerapkan gaya kepemimpinan seperti ini untuk
memotivasi tim saat berada di saat sulit maupun untuk mempererat hubungan antar
anggotanya.
4) kepemimpinan visioner, yaitu jenis kepemimpinan dimana pemimpin menginspirasi dan
memotivasi para anggota timnya, berpegang teguh pada visi yang ditetapkan, dan
mendorong para anggotanya untuk menjalankan tugas-tugasnya sejalan dengan tujuan
besar yang ingin dicapai bersama. Seorang pemimpin yang visioner menginspirasi
sesamanya dan percaya terhadap visi yang ingin dicapainya dan memiliki empati terhadap
anggota tim. Seorang pemimpin yang visioner mengomunikasikan secara jelas mengenai
bagaimana untuk mencapai visi tersebut dan mengapa semua usaha dalam tim (baik
perusahaan maupun organisasi lainnya) diperlukan dalam mencapai visi tersebut..

Diskusi mengenai teori kepemimpinan telah digagas oleh Max Weber (1864-1920) dengan
mengemukakan tiga model kepemimpinan, yaitu (1) kepemimpinanbirokrasi, (2) kepemimpinan
karismatik, dan (3) kepemimpinan tradisional. Sebagaimana bagan berikut:

12
https://id.wikipedia.org/wiki/Kepemimpinan#:~:text=Kepemimpinan%20merupakan%20sebuah%20bidang%20rise
t,%2C%20tim%2C%20atau%20seluruh%20organisasi.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 14


Pembagian model kepemimpinan ini didasarkan pada legitimasi pada implementasi kekuasaan
dalam organisasi. Menurut Weber (1947), bahwa setiap pemimpin tentu memiliki salah satu di
antara ketiga karakteristik kepemimpinan tersebut

2. Kepemimpinan Birokrasi
Dalam dunia birokrasi kita mengenal beberapa tipologi kepemimpinan atau lebih dikenal dengan
Kepemimpinan birokrasi didasarkan pada keyakinan terhadap ‘legalitas’ pola-pola aturan normatif,
dan hak yang diberikan kepada penguasa berdasarkan aturan tersebut untuk melakukan
perintah.
Dalam bukunya, Weber (1947) mengingatkan bahwa kepemimpinan birokrasi cenderung untuk
berubah menjadi kepemimpinan tradisional (feudal) karena kekuasaan mutlak yang diperolehnya
(Boje & Dennehy, 2006). Kalau sudah demikian, perilakunya pun berubah menjadi seperti seorang
raja kecil yang menuntut loyalitas total dari anak- buahnya, mengembangkan sistem nepotisme,
dan berorientasi pada politik kekuasaan.
Di negara-negara yang memiliki karakteristik patron-client yang kental, sebagaimana diindikasikan
oleh Soebhan (2000), fenomena disfungsi perilaku kepemimpinan semacam itu banyak
ditemukan. Di Indonesia, kecenderungan kepemimpinan feodalistik di lingkungan birokrasi
tumbuh subur pada era Orde Baru, dan sayangnya hingga kini budaya ini masih belum bisa
dihilangkan13.
Kepemimpinan birokrasi melahirkan sistim yang transaksional yang disebut juga birokrasi
transaksional model Weber, ini pada umumnya memiliki karakteristik diilustrasikan pada gambar
berikut14:

13
STIA LAN Bandung dapat di akses pada: https://doi.org/10.24258/jba.v2i2.18
14
Addopsi anwaruddin 2006

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 15


Sisi positif dari model kepemimpinan birokrasi tranksasional ini terletak pada efisiensi di dalam
pelaksanaan kerja, karena kejelasan pembagian kerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
masing-masing staf dalam organisasi, standarisasi pedoman dan aturan kerja, dan konsistensi
terhadap tata aturan yang telah ditetapkan. Di samping itu, kepemimpinan birokrasi
juga menjamin pencapaian tujuan jangka pendek dan kemudahan dalam pengawasan
dan pengelolaan pegawai.
Sementara sisi negatifnya adalah kepemimpinan yang berorientasi pada kekuasaan yang
hierarkis, tiadanya pemberdayaan pegawai dan pembagian kewenangan dalam pengambilan
keputusan, kondisi yang kurang kondusif karena penerapa komunikasi top-down dan formalitas
hubungan atasan-bawahan, dan loyalitas berlebihan pada atasan

3. Model Kepemimpinan Birokrasi Transformasional


Konsep kepemimpinan transformasional pertamakali dikemukakan oleh James Mc Gregor Burns
pada tahun 197815, dan selanjutnya dikembangkan oleh Bernard Bass dan para behaviourists
lainnya yang mendefinisikan kepemimpinan transformasional sebagai ‘kemampuan yang dimiliki
seorang pemimpin untuk mempengaruhi anak buahnya, sehingga mereka akan percaya,
meneladani, dan menghormatinya.’
Kompetensi transformasi seorang pemimpin mungkin dapat diukur dari kemampuannya dalam
membangun sinergi dari seluruh pegawai melalui pengaruh dan kewenangannya sehingga lebih
berhasil dalam mencapai visi dan misi organisasinya. Proses perubahan yang dilakukan
pemimpin transformasional, menurut Bass, dapat dilakukan dengan cara: (1) meningkatkan
kesadaran pegawai terhadap nilai dan pentingnya tugas dan pekerjaan; (2) mengarahkan
mereka untuk fokus pada tujuan kelompok dan organisasi, bukan pada kepentingan pribadi;
dan (3) mengembangkan potensi mereka seoptimal mungkin.
Implementasi kepemimpinan transformasional ini bukan hanya tepat dilakukan di

15
https://studiousguy.com/burns-transformational-leadership-theory/

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 16


lingkungan birokrasi, tetapi juga di berbagai organisasi yang memiliki banyak tenaga potensial dan
berpendidikan. Secara organisasional, Leithwood dan Jantzi (1990)16 menulis bahwa penerapan
model kepemimpinan ini sangat bermanfaat untuk: (1) membangun budaya kerjasama dan
profesionalitas di antara para pegawai, (2) memotivasi pimpinan untuk mengembangkan diri, dan
(3) membantu pimpinan memecahkan masalah secara efektif.
Berdasarkan berbagai diskusi dan referensi (lihat Wikipedia)17, di bawah ini terangkum sepuluh
prinsip kepemimpinan transformasi dalam lingkup birokrasi pemerintahan dengan karakteristik
sebagaimana di ilustrasikan pada bagan berikut18:

Dengan demikian, jelaslah bahwa kepemimpinan transformasional dapat memberikan berbagai


pengaruh positif terhadap pegawai, pemimpin, dan organisasi. Dalam era globalisasi seperti
sekarang ini, yang membutuhkan kerjasama dari seluruh komponen organisasi untuk
memecahkan berbagai masalah strategis, model kepemimpinan semacam itu tampaknya tepat
untuk diterapkan dalam lingkungan birokrasi. Budaya kerjasama yang terbentuk dapat merubah
sikap mereka terhadap perkembangan organisasi dan peningkatan kinerja, dan perhatian yang
ditunjukkan oleh pimpinan juga akan menciptakan iklim yang kondusif dalam organisasi. Pada
akhirnya, seperti diasumsikan Erik Rees (2006)19, model kepemimpinan ini akan bermuara
pada peningkatan kondisi ekonomi, sosial, budaya kerja, dan spiritual seluruh komponen
organisasi.
Untuk mendukung visi pemerintah dalam menciptakan kepemerintahan yang baik dan
bertanggungjawab, kepemimpinan birokrasi unggulan harus berorientasi pada perwujudan good
governance, terutama di lingkungan organisasinya. Sebagaimana diamanatkan dalam UU No.
28/1999, seorang pemimpin birokrasi wajib untuk menerapkan azas-azas kepastian hukum (rule
of law), tertib penyelenggaraan negara (good government), mengutamakan kepentingan umum
(public needs), keterbukaan (transparency), proporsionalitas (proportional), profesionalitas
(profesionalism), dan akuntabilitas (accountability) hal ini

Memiliki kemampuan saja tidak cukup untuk mengembangkan kepemimpinan birokrasi unggulan,
karena kompetensi yang dibutuhkan perlu dilengkapi dengan sikap keteladanan (PP 101/2000).

16
https://media.neliti.com/media/publications/publications/256472-kepemimpinan-transformasional-kepala-sek-
9d9af885.pdf
17
https://id.wikipedia.org/wiki/Kepemimpinan
18
Adopsi anwaruddin 2006
19
https://ejournal.uksw.edu/scholaria/article/download/1592/889

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 17


Di antara berbagai karakteristik kepemimpinan, empat sikap yang diperlukan dalam
pengembangan model kepemimpinan birokrasi unggulan adalah (1) jujur (transparent, siddiq), (2)
dapat dipercaya (trustable, amanah), (3) komunikatif (communicative, tabligh), dan (4) cerdas
(smart, fathonah).

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 18


PB.3. KEWIRAUSAHAAN DAN PENGEMBANGAN BUMDESA

KEWIRAUSAHAAN DESA

A. Pengertian Kewirausahaan
Secara sederhana, kewirausahaan adalah kegiatan membangun usaha untuk menciptakan
sebuah produk atau jasa. lebih jelas lagi, kewirausahaan merupakan kemampuan untuk
menciptakan dan mengelola sesuatu yang baru melalui proses kreatif dan inovatif yang dijadikan
dasar, kiat, serta sumber daya untuk memecahkan suatu masalah dan menemukan peluang untuk
memperbaiki kehidupan. Selain itu, terdapat pula definisi kewirausahaan menurut para ahli seperti
berikut:
1. Joko Untoro
Menurut Joko Untoro, kewirausahaan adalah suatu keberanian yang dimiliki seseorang dalam
melakukan berbagai upaya agar kebutuhan hidup bisa terpenuhi, menggunakan kemampuan dan
juga memanfaatkan potensi yang dimiliki agar bisa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk
diri sendiri dan orang lain.
2. Ahmad Sanusi
Ahmad Sanusi mengartikan kewirausahaan sebagai suatu nilai yang terwujud elalui tindakan
untuk dijadikan sumber daya, kita, siasat, tenaga penggerak, tujuan, roses, dan hasil bisnis.
3. Eddy Soeryanti Soegoto
Selanjutnya, menurut Eddy Soeryanti Soegoto, definisi kewirausahaan adalah saha kreatif
seseorang yang dilakukan berdasar inovasi agar muncul sesuatu yang baru dan berbeda dari yang
lain, mempunyai nilai tambah, bermanfaat, menyediakan lapangan kerja, dan memiliki hasil yang
berguna untuk orang lain.
4. Schumpeter
Kemudian, Schumpeter menjelaskan bahwa kewirausahaan dipandang sebagai kombinasi baru,
termasuk melakukan hal-hal baru yang sudah dilakukan dengan cara baru. Kombinasi baru
tersebut meliputi pengenalan barang baru, metode produksi baru, pembukaan pasar baru, serta
sumber pasokan baru.
5. Rumelt
Menurut Rumelt, kewirausahaan merupakan penciptaan bisnis baru yang berarti tidak persis
menduplikasi bisnis yang sudah ada, tetapi memiliki beberapa unsur kebaruan.
Berdasarkan definisi kewirausahaan menurut para ahli di atas, dapat dikatakan bahwa inti dari
kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui
proses kreatif dan inovatif.

B. Konsep Kewirausahaan

Sebelum mempraktikan kewirausahaan, terdapat dua konsep dasar kewirausahaan yang perlu
kamu perhatikan dan miliki. Konsep tersebut dijelaskan oleh Mardia, dkk dalam buku
kewirausahaan sebagai berikut:

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 19


Peluang Usaha
Peluang usaha merupakan suatu kesempatan yang dimiliki oleh semua orang yang memiliki jiwa
kreativitas dalam dirinya untuk memulai usaha. Dengan menerapkan konsep ini, kamu bisa
melakukan usaha dengan memanfaatkan berbagai macam sumber daya untuk mencapai suatu
tujuan.
Kemampuan Merespon Peluang
Dalam melakukan kegiatan wirausaha, kamu membutuhkan kemampuan untuk merespon
peluang usaha yang ada. Respon tersebut dapat berupa tindakan-tindakan yang menghasilkan
bisnis baru yang produktif dan inovatif, serta menjawab peluang usaha yang ada.
Setelah memahami konsep dari kewirausahaan, agar kegiatan wirausaha yang kamu lakukan
dapat berjalan lancar dan memberikan manfaat, kamu juga perlu mengetahui berbagai tujuan
kewirausahaan.

C. Tujuan Kewirausahaan

➢ Dalam kegiatan kewirausahaan, terdapat beberapa tujuan yang perlu dicapai,


yaitu:
➢ Mewujudkan ide kreatif dan inovatif seseorang dalam bidang usaha.
➢ Menciptakan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan masalah yang berkaitan
dengan bidang usaha.
➢ Mengembangkan ide serta cara baru dalam memanfaatkan peluang usaha.
➢ Meningkatkan jumlah wirausahaaan yang berkualitas.
➢ Mendukung munculnya usaha-usaha kecil.
➢ Membuka lapangan pekerjaan.
➢ Menyebarkan semangat untuk berinovasi.
➢ Menanamkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kewirausahaan. Agar
tujuan-tujuan di atas dapat tercapai, sebagai wirausahawan, kamu perlu memiliki
sifat-sifat yang menjadi ciri khas dari kewirausahaan.

D. Sifat-Sifat Kewirausahaan
Sifat-sifat kewirausahaan sangat penting untuk dipahami dan diterapkan, sebab nantinya hal ini
akan mempermudah kamu dalam membangun suatu usaha. Berikut sifat-sifat yang harus kamu
miliki sebagai seorang wirausahawan:

1. Kreatif dan inovatif


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa inti dari kewirausahaan adalah menciptakan
sesuatu yang baru. Makanya, dalam berwirausaha, kamu membutuhkan kemampuan untuk
berpikir kreatif dan inovatif. Ditambah lagi, seiring berkembangnya zaman, kebutuhan dan
keinginan konsumen akan turut berubah.
2. Komitmen tinggi
Supaya usahamu dapat berjalan dengan lancar, kamu perlu memiliki komitmen yang tinggi. Selain
itu, komitmen juga dibutuhkan agar usahamu dapat terus berkembang sehingga bisa bersaing di
pasaran.
3. Kejujuran
Kewirausahaan yang kamu jalankan harus didasari dengan sifat jujur. Sebagai contoh, kamu
nggak perlu melebih-lebihkan manfaat yang akan dirasakan pembeli apabila membeli produkmu.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 20


Justru jika kamu bersikap jujur dalam berwirausaha, pembeli akan semakin tertarik dengan produk
yang kamu jual.
4. Kemandirian
Dalam berwirausaha, tentunya ada keputusan yang harus kamu ambil dengan cepat dan tepat.
Inilah yang membuat kamu harus memiliki sifat kemandirian, agar tidak bergantung dengan orang
lain saat mengambil suatu keputusan.
5. Kedisiplinan
Sifat terakhir yang harus kamu miliki adalah kedisiplinan. Melalui sifat disiplin, kamu akan
berusaha menjalankan usaha dengan lebih maksimal. Selain itu, sifat ini juga akan mempermudah
kamu dalam manajemen waktu, bekerja sesuai target, dan lain-lain.
E. Jenis-Jenis Kewirausahaan
Di Indonesia sendiri, terdapat tiga jenis kewirausahaan yang kerap dijalani oleh masyarakat, yaitu:

1. Bisnis startup
Bisnis startup merupakan jenis kewirausahaan yang banyak diminati oleh masyarakat Indonesia.
Untuk membangun startup, hal pertama yang dibutuhkan adalah akses digital dan jaringan
internet. Sebab, kedua hal tersebut dapat mempermudah kegiatan wirausaha yang dilakukan. Di
Indonesia sendiri, jenis bisnis startup yang sedang marak dikembangkan adalah startup edukasi,
startup perdagangan, dan juga startup game. Sebagai gambaran, salah satu startup edukasi yang
ada di Indonesia yaitu Quipper. Kemudian untuk startup perdagangan ada Shopee dan Tokopedia,
sementara untuk startup yang bergerak di bidang game adalah Agate Studio.
2. Industri kreatif
Selain bisnis startup, industri kreatif juga merupakan jenis kewirausahaan yang memiliki
perkembangan pesat di Indonesia. Untuk memulai kewirausahaan di bidang industri kreatif, kamu
bisa memanfaatkan daya kreativitas yang kamu miliki. Di samping itu, kamu juga wajib
menciptakan inovasi menarik yang bisa menjawab kebutuhan banyak orang. Misalnya, dengan
mengembangkan usaha di bidang desain, periklanan, film, kerajinan tangan, dan masih banyak
lagi.
3. Retail
Retail merupakan jenis kewirausahaan yang menjual produk atau jasa kepada konsumen individu
atau konsumen sendiri untuk digunakan secara pribadi, artinya tidak dijual kembali. Saat
menjalankan bisnis retail, kamu bisa menjual produkmu secara offline maupun online dengan
memanfaatkan media sosial dan marketplace. Beberapa contoh usaha di bidang retail di
antaranya adalah menjual peralatan rumah tangga, kebutuhan fashion, makanan, dan lain-lain.

F. Prinsip Wirausaha Sukses


Banyak orang berpendapat bahwa menjadi seorang wirausaha adala jawaban menuju
kesuksesan, apalagi dewasa ini gelombang krisis ekonomi melanda hampir seluruh penjuru dunia
sehinga menimbulkan keterpurukan ekonomi di berbagai Negara termasuk Indonesia. Oleh
karena itu untuk mengatasi krisis adalah menggerakkan roda ekonomi dengan berwirausaha.
Salah satu kunci untuk membuka peluang usaha adalah berani memulai untuk berwirausaha
sebab pada dasarnya setiap orang memiliki jiwa wirausaha dalam dirinya masing-masing.
Jangan takut gagal banyak yang berpendapat bahwa untuk berwirausaha di analogikan dengan
impian seseorang untuk berenang. Walaupun teori mengenai berbagai gaya berenang sudah
dikuasai dengan baik dan literature sudah lengkap, tidak ada gunanya kalau tidak diikuti dengan

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 21


menyebur ke dalam air/praktek. Demikian dengan wirausaha tidak ada gunanya berteori kalau
tidak terjun berwirausaha, sehingga mengalami sendiri, dan sekali lagi jangan takut gagal.
Semangat: dari nasihat Harvey Mckey yang menjadi penghargaan terbesar bagi wirausahawan
bukanlah tujuannya, melainkan lebih kepada proses atau perjalanannya. Dari saran ini maka
bersemangatlah dalam usaha anda, pasti kedepannya akan berhasil.
Kreatif dan inovatif: kreatifitas dan inovasi adalah modal utama bagi seorang wirausaha. Seorang
wirausaha tidak boleh berhenti berkreasi dan berinovasi dalam segala hal.
Bertindak dengan penuh perhitungan dalam mengambil resiko-resiko ada dimanapun berada,
sering kali kita menghindar dari resiko yang satu, tetapi menemui resiko lainnya. Namun yang
harus di pertimbangkan adalah perhitungkan dengan sebaik-baiknya sebelum memutuskan
sesuatu, terutama dalam bisnis yang tingkat resikonya tinggi. Sering kali yang menjadi
pertimbangan utama dalam berusaha terutama dalam pengambilan keputusan bukan hanya pada
seberapa besar manfaat/keuntungan yang diperoleh, tapi pada seberapa besar kita mampu
menanggung resiko dan seberapa besar kita mampu menanggung kerugian atas konsekuensi dari
sebuah keputusan.
Sabar, ulet dan tekun: prinsip lain yang tidak kalah penting dalam berusaha adalah kesabaran dan
ketekunan, meskipun harus menghadapi berbagai bentuk permasalahan, percobaan dan kendala,
bahkan diremehkan oleh orang lain. Dengan kesabaran biasanya akan memahami dengan baik
bagaimana mengatasi permasalahan yang timbul, sehingga mampu memecahkan dan
menghadapinya dengan baik dan optimal.
Harus optimis. Optimis adalah modal usaha yang cukup penting bagi usahawan, sebab kata
optimis merupakan sebuah prinsip yang dapat memotivasi kesadaran kita, sehingga apapun
usaha yang kita lakukan harus optimis bahwa usaha yang kita jalankan akan sukses. Dengan
optimis, kita akan semakin yakin bahwa yang kita kerjakan akan berhasil dengan baik.
Ambisius: seorang wirausaha harus berambisi apapun jenis usaha yang dijalankanya.
Pantang menyerah adalah bagian yang harus dilakukan kapanpun waktunya. Entah dalam kondisi
mendukung atau bahkan saat usaha kita mengalami kemunduruan.
Peka terhadap pasar prinsip peka terhadap pasar atau dapat membaca peluang pasar adalah
prinsip mutlak yang harus di lakukan oleh seorang wirausahawan, baik pasar di tingkat lokal,
regional maupun internasional. Peluang sekecil apapun harus di identifikasi dengan baik sehingga
dapat mengambil peluang pasar tersebut dengan baik

Berbinis dengan standar etika: prinsip bahwa setiap pebisnis harus senantiasa memegang standar
etika yang berlaku secara universal. Yang menjadi perhatian adalah standar etika yang berlaku di
setiap negara dikenali dengan baik dan disesuaikan dengan budaya bangsa bersangkutan.
Indonesia memikiki undang-undang perlindungan konsumen yang dapat dipakai sebagai salah
satu pegangan dalam etika berbisnis.
Mandiri prinsip kemandirian harus menjadi panduan dalam berwirausaha. Mandiri dalam banyak
hal adalah kunci penting agar kita dapat menghindari ketergantungan dari pihak-pihak atau para
pemangku kepentingan atas usaha kita.
Jujur menurut pytagoras kejujuran adalah mata uang yang akan laku dimana-mana, jujur kepada
pemasok dan pelanggan atau kepada seluruh pemangku kepentingan perusahaan adalah prinsip
wirausaha yang harus di nomor satukan dalam berusaha.

G. Membangun Karakter Wirausaha Desa

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 22


Terbitnya UU Desa memimpikan kehidupan desa yang otonom dalam mengelola pemerintahan,
pembangunan, kemasyarakatan, dan pemberdayaan. Pada PP Nomor 43 Tahun 2014 yang
diubah melalui PP Nomor 47 Tahun 2015 telah menyebutkan jika kini desa mempunyai wewenang
untuk mengatur sumber daya dan arah pembangunan. Berlakunya regulasi tentang desa
membuka harapan bagi masyarakat desa untuk berkembang dan maju. Hal tersebut menjadi
momentum untuk mendorong lahirnya desa dengan tata kelola yang lebih akuntabel dan
transparan, masyarakat desa yang partisipatif, dan perekonomian desa yang menghidupi.
Perekonomian desa seringkali dinilai lambat dibanding ekonomi perkotaan. Penataan ekonomi
perdesaan perlu segera dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya desa secara optimal
dengan cara yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat dalam mencapai
kesejahteraan secara berkelanjutan. Salah satu solusi penting yang mampu mendorong gerak
ekonomi desa adalah membangun dan mengembangkan karakter kewirausahaan bagi
masyarakat desa.
Dalam pembangunan dan pengembangan karakter kewirausahaan masyarakat desa, golongan
kaum muda perlu mendapat perhatian khusus, selain dengan kondisi Zaman Now, pertimbangan
yang lain adalah kaum muda senantiasa menjadi incaran sebagai segmen yang potensial.
Peran pemuda tidak dapat dikesampingkan, sebagai kelompok sosial yang aktif bergerak secara
dinamis bersama masyarakat. Pada prakteknya di lapangan, pemuda dapat berperan diberbagai
aspek seperti politik, ekonomi, sosial, maupun kebudayaan. Akan tetapi perubahan sosial ekonomi
yang diakibatkan salah satunya dari ilmu pengetahuan dan teknologi, sedikit banyak telah
merubah kehidupan pemuda zaman Now.
Tingginya lonjakan urbanisasi tentu saja disumbang dari banyaknya pemuda yang lebih senang
untuk berkarir diperkotaan. Desa masih dianggap tidak memberikan lapangan kerja yang
representatif sehingga mayoritas pemuda lebih senang untuk berkarir di luar desa. Padahal peran
pemuda desa sangatlah strategis, kita mungkin mengenal Karang Taruna yang merupakan
organisasi representasi pemuda di desa.
Selain itu Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) merupakan salah satu lembaga ekonomi desa
yang semestinya dihadirkan untuk dapat menggaet pemuda dengan cara memberikan ruang bagi
pemuda untuk berkontribusi dalam mengembangkan jiwa-jiwa kewirausahaannya.

BUMDesa dapat digunakan untuk mengelola potensi desa seperti pengembangan wisata desa,
jasa pelayanan umum, peternakan, pertanian, dll. Dan hal itu perlu ide-ide brilian, dan tangan-
tangan kreatif pemuda dalam mengembangkannya. Sehingga apabila karakter kewirausahaan
pemuda sudah berkembang diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi perekonomian
desa
Membangun karakter kewirausahaan pemuda, memang bukan pekerjaan yang mudah, selain
kesadaran, peran pemerintah desa sebagai fasilitator dalam memberdayakan pemuda sangatlah
penting, pemeritah desa harus menciptakan inovasi dan ruang yang besar guna mengembangkan
perekonomian desa, salah satunya adalah mendukung kewirausahaan pemuda, baik itu dari segi
pelatihan, permodalan, dan jaringan. Apalagi di era digital zaman now peluang-peluang ekonomi
sangatlah besar.

H. Identifikasi Peluang Usaha Desa yang dapat dikembangkan.


Cara Mengidentifikasi Peluang Usaha
Ketika Anda diminta untuk sebutkan cara mengidentifikasi peluang usaha, tidak perlu bingung
karena dalam pembahasan ini semua ini akan dibahas tuntas. Sebab, analisis usaha tidak bisa
dilakukan sembarangan. Lalu bagaimana cara mengidentifikasi peluang usaha yang bisa
dilakukan? Inilah beberapa cara yang bisa dilakukan, yaitu sebagai berikut:

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 23


1. Melakukan Analisis SWOT
Langkah pertama yang dapat dilakukan untuk melakukan analisis usaha yaitu dengan melakukan
analisis SWOT yang mencakup kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan yang nantinya akan
dihadapi ketika usaha Anda berjalan. Analisis SWOT akan membantu Anda dalam melihat potensi
apa yang sekiranya dapat dikembangkan di usaha yang Anda jalani.
Namun tidak hanya potensi saja, dengan melakukan analisis SWOT Anda juga bisa melihat apa
yang menjadi kelemahan dari usaha yang dilakukan, dan bagaimana cara mengantisipasinya agar
usaha Anda bisa tetap bertahan. Lalu, peluang dan hambatan yang akan menjadi tantangan untuk
usaha Anda baik di masa kini dan masa depan.
Misalnya, Anda menjalankan bisnis menjual es doger di daerah perkotaan, pastinya usaha itu
memiliki kelebihan dengan lebih mudah ditemukan oleh konsumen, kelemahannya bisa berupa
kompetitor yang banyak, kemudian hambatannya bisa sangat sepi ketika hujan karena pastinya
setiap konsumen akan berpikir dua kali untuk minum es ketika musim hujan tiba. Dengan
melakukan analisis SWOT, Anda bisa melihat cara yang bisa digunakan untuk lepas dari
hambatan itu, seperti misalnya beralih menjual minuman hangat sementara waktu.
2. Mengantisipasi ancaman dengan inovasi
Langkah berikutnya untuk menganalisis usaha yaitu menyiapkan diri Anda atas segala ancaman
yang mungkin terjadi dari setiap pemecahan masalah yang telah diambil. Supaya diri Anda lebih
siap lagi terhadap kemungkinan ancaman yang akan timbul, Anda bisa melakukan tindakan
pencegahan atau mitigasi dengan menerapkan banyak inovasi baru yang nantinya bisa membantu
usaha yang digeluti dapat bertahan di segala kondisi, baik itu yang terburuk sekalipun.

3. Menentukan Target Pasar yang akan Dijadikan Sasaran


Ketika Anda hendak menjalankan suatu usaha, sangat wajib untuk menentukan target pasar lebih
dulu. Apalagi setiap bisnis biasanya punya target pasar yang berbeda, ada yang targetnya bisa
mengarah ke setiap kalangan, ada juga yang harus dibagi menjadi beberapa kategori, baik itu
minat, usia hingga pekerjaan. Ketika Anda sudah menetapkan target pasar, maka hal berikutnya
yang harus dilakukan yaitu membuat sebuah konten promosi dan pemasaran yang disesuaikan
dengan target pasar yang telah ditentukan. Contohnya, Anda memilih bisnis menjual es doger
yang bisa dinikmati oleh seluruh kalangan, tetapi memang untuk kalangan dengan rentang usia
tertentu mungkin tidak ditargetkan. Dengan adanya segmentasi pasar yang sudah dibuat
sebelumnya, maka akan lebih memudahkan Anda untuk menyasar ke target utama sehingga
diketahui cara yang tepat untuk menarik minat mereka akan membeli es doger yang dijual.
4. Melakukan perhitungan anggaran
Langkah berikutnya yaitu melakukan perhitungan anggaran. Benar sekali, perhitungan anggaran
sangat penting untuk dilakukan, karena dalam sebuah bisnis akan terjadi banyak proses, dari
mulai produksi hingga produk bisa sampai ke tangan konsumen. Berkaca dari hal itu, dibutuhkan
yang namanya perhitungan anggaran agar Anda tahu berapa jumlah biaya yang dibutuhkan.
Apabila Anda sudah melakukan perhitungan biaya untuk proses produksi, maka hal berikutnya
yaitu melakukan perhitungan laba yang akan menjadi target. Besaran labanya boleh bervariasi
rentangnya, mulai dari 30%-100% yang ditetapkan berdasarkan HPP. Selanjutnya, jangan lupa
untuk menghitung biaya pemasaran yang diposkan lebih khusus dalam upaya untuk menjaring
pasar yang lebih luas jangkauannya. Berikutnya yaitu menghitung biaya yang dibutuhkan untuk
memperlancar proses distribusi seperti pengiriman, dan biaya untuk maintenance database dari
konsumen yang sebelumnya sudah membeli produk atau jasa yang ditawarkan. Agar Anda bisa
lebih mudah dalam menghitung anggaran yang dibutuhkan, disarankan untuk memakai sistem
akuntansi yang lebih memudahkan banyak proses, mulai dari pembukuan, bagaimana anggaran
dikelola, pencocokan setiap transaksi dan pemantauan setiap stok produk.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 24


5. Merancang dan mengeksekusi promosi
Langkah analisis usaha berikutnya yaitu merancang dan mengeksekusi kegiatan promosi yang
sudah dikonsep secara matang. Usahakan setiap kegiatan promosi yang direncanakan harus
tepat sasarannya sehingga biaya pemasaran dan promosi yang nantinya harus dikeluarkan tidak
sia-sia pengeluarannya. Sebab, promosi dan pemasaran yang dilakukan memiliki tujuan untuk
menaikkan angka penjualan dari yang nilai laba yang sebelumnya sudah ditargetkan. Jangan
sampai Anda tidak mengonsep secara matang promosi dan pemasaran yang dilakukan karena itu
tidak akan membuat Anda mendapatkan hasil yang maksimal, dan bisa jadi malah mengalami
kerugian.

6. Meminta kritik dan saran pada konsumen


Langkah berikutnya yaitu meminta saran dan kritik dari setiap konsumen anda. Mengapa cara ini
harus dilakukan? Karena dengan cara ini setiap konsumen anda akan merasa diperhatikan dan
hal itu akan membuat bisnis anda jadi lebih bernilai. Tidak mungkin sebuah bisnis bisa bertahan
lama dan adanya dukungan dari pelanggan setia. Itulah mengapa dengan saran dan kritik yang
disampaikan oleh konsumen anda akan sangat membantu untuk lebih mengembangkan bisnis.
Tidak hanya itu, kritik dan saran juga akan lebih meningkatkan customer engagement yang
nantinya bisa membuat brand awareness bisnis Anda jadi lebih meningkat di mata masyarakat.

7. Melihat kemampuan yang dimiliki


Salah satu penyebab suatu usaha mengalami kegagalan yaitu karena pemiliknya tidak memahami
dengan baik produk yang mereka luncurkan. Padahal hal ini sangat penting untuk dilakukan,
namun tidak semua pebisnis menyadarinya. Biasanya, salah satu penyebab mengapa seorang
pebisnis tidak memahami bisnis mereka dengan baik yaitu karena pemahaman dan pengetahuan
mereka soal bisnis sangat minim, hingga akhirnya produk yang dihasilkan kurang maksimal.
8. Melihat dukungan yang dimiliki
Hal selanjutnya ini bisa dilihat pada saat pemilik bisnis meluncurkan produk yang mereka miliki.
Ingat, dukungan menjadi salah satu faktor penentu yang penting dan akan sangat menentukan
keberhasilan pada suatu bisnis. Dukungan yang dimaksud disini yaitu dukungan yang bisa
membantu untuk meningkatkan nilai jual dan popularitas dari bisnis itu sendiri. Maka dari itu,
jangan anggap remeh persoalan ini.
9. Mempertimbangkan jangka waktu produk terjual
Berikutnya yaitu mempertimbangkan waktu yang dibutuhkan untuk menjual produk yang sudah
dirilis, apakah waktunya jangka pendek atau jangka panjang. Itulah mengapa anda harus
mengenali waktu-waktu tertentu yang bisa memiliki potensi besar untuk menjual produk anda agar
cepat habis pada saat diluncurkan.
10. Melakukan evaluasi di setiap bulan
Langkah terakhir yaitu melakukan evaluasi untuk setiap bulannya. Evaluasi yang dilakukan
mencakup proses produk, pemasaran, distribusi, kritik dan saran, hingga penjualan dalam langka
mempertahankan eksistensi dari usaha yang dijalankan. Evaluasi yang dilakukan setiap bulannya
akan menjadi tolak ukur mengenai efektivitas dari proses bisnis yang sejauh ini telah dilakukan,
sehingga anda dapat melihat bagaimana hasil yang dihasilkan dari setiap proses yang diterapkan
pada bisnis yang anda geluti.
Tujuan Analisis Usaha

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 25


Jika anda bertanya mengapa analisis usaha sangat diperlukan dalam memulai suatu usaha,
karena analisis usaha memiliki tujuan dalam mengidentifikasi apa yang menjadi kebutuhan bisnis
yang digeluti serta menentukan solusi apa yang akan diambil untuk menyelesaikan permasalahan
bisnis yang dihadapi. Analisis usaha bisa dijadikan sebagai acuan setiap pengusaha ketika
hendak mengambil keputusan yang berkaitan dengan usaha yang dijalankan. Keputusan yang
diambil bisa berdasarkan hasil analisis dan data yang telah menunjukkan bagaimana peluang dan
risiko-risiko yang akan timbul di masa depan. Analisis usaha juga akan membantu anda dalam
menunjukkan apa yang menjadi kelebihan dan kekuatan dari bisnis yang dilakoni. Selain itu, dari
hasil analisis anda juga bisa melihat kekurangan dan kelemahan bisnis, sehingga anda bisa
menyiapkan solusi pada saat terjadi masalah dan lain sebagainya. Maka dari itu, banyak yang
dikatakan kalau analisis usaha bisa menjadi peta strategi yang akan digunakan untuk bersaing
dalam dunia bisnis.
J. Penyebab Gagalnya Menangkap Peluang Usaha
Ada beberapa penyebab mengapa seorang pengusaha gagal menangkap peluang bisnis,
diantaranya yaitu:
Hanya semangat di awal namun tidak bisa mempertahankannya sampai akhir, dan sangat mudah
putus asa hingga menyerah pada saat tidak berhasil apa yang diinginkan.
Memulai bisnis hanya karena ikut-ikutan saja dan bukan keinginan sendiri.
Tidak ada dedikasi alias tidak dilakukan sepenuh hati pada saat sedang merintis bisnis.
Tidak ada perencanaan keuangan yang baik.
Manajemen tidak memiliki pengalaman yang cukup.
Lokasi usaha yang dipilih tidak strategis.
Bisnis tidak dikendalikan dengan konsisten atau kurang teliti.
Penagihan utang oleh manajemen yang tidak tegas.
Tidak yakin bisnis yang digeluti akan sukses.
Itulah informasi mengenai cara mengidentifikasi peluang usaha yang sangat mudah dipahami dan
bisa dipraktikkan dengan mudah, bukan? Jika sudah memiliki keyakinan yang besar untuk
memulai bisnis, maka jangan ditunda dan langsung lakukan.

Daftar Pustaka:
By Content Writer, 17 November 2020, 10 cara Mengidentifikasi Peluang Usaha saat memulai
suatu usaha.
Hari Murti, 12 Prinsip Wira Usaha Sukses yang harus anda ketahui “Penting”
Asep Jajuli, 5 Oktober 2018, Mengembangkan Karakter Kewirausahaan Pemuda Desa
Kartika, Ray Septianis. 2013. Peluang Mengembangkan Kewirausahaan Desa Berbasis Potensi
Desa (Studi Deskriptif di Desa Karang Rejo, Kecamatan Negeri Katon, Kabupaten Pesawaran,
Kampung Suka Jawa, Kecamatan Bumi Ratu, Kabupaten Lampung Tengah dan Desa Sidoasri,
Kecamatan Candi Puro, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung). Artikel jurnal
binapraja,10 November 2013, diunduh dari www.binaprajajournal.com.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 26


I. PENDIRIAN DAN PENGEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA DAN
BADAN USAHA MILIKI DESA BERSAMA

Rujukan Regulasi: PP No.11 Tahun 2021 Tentang Badan Usaha Milik Desa, dan Peraturan Menteri
Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigran No. 3 Tahun 2021, Tentang Pendataan,
Pemeringkatan, Pembinaan, Pengembangan, dan Pengadaan Barang / Jasa BUM Desa/BUM Desa
Bersama

1. Pendahuluan

Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) pertama kali diatur secara resmi oleh Pemereintah melalui
Pemeraturan Pemerintah No 72 Tahun 2005, tentang Desa. Pada pasal 78, ayat 1, disebukak;
Dalam meningkatkan pendapatan masyarakat dan Desa, Pemerintah Desadapat mendirikan
BadanUsaha MilikDesa sesuai dengan kebutuhan dan potensi Desa. Pembentukan Badan Usaha
Milik Desa ditetapkan dengan Peraturan Desa berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
Bentuk Badan Usaha Milik Desa harus berbadan hukum. Badan Usaha Milik Desa adalah usaha
desa yang dikelola oleh Pemerintah Desa.

Kemudian lahirlah Undang-Undang No.6 Tahun 2014, Tentang Desa, yang mengatur lebih lanjut
mengenai BUMDES tersebut. Pada Bab X, Pasal 87, sebutkan; Desa dapat mendirikan Badan
Usaha Milik Desa yang disebut BUM Desa. BUM Desa dikelola dengan semangat kekeluargaan
dan kegotongroyongan. BUM Desa dapat menjalankan usaha di bidang ekonomi dan/atau
pelayanan umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selanjutnya, pada
Pasal 88 disebutkan, Pendirian BUM Desa disepakati melalui Musyawarah Desa, kemudian
ditetapkan dengan Peraturan Desa. Untuk lebih operasionalnya Undang Undang No. 6 Tahun
2014, maka Pemerintah pengeluarkan aturan pelaksananya, melaui Peraturan Pemerintah No. 43
Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang No 6 Tahun 2014, Tentang Desa,
sebagaimana telah dilakukan revisi dengan Kelaurnya PP No. 47 Tahun 2015, Tentang
Peruhanan Atas Peraturan Pemerintah No 43 Tahun 2014, tentang Desa.

Peraturan Pemerinrah No. 43 Tentang Desa; Pasal 132 ayat 1 menyebutkan Desa dapat
mendirikan BUM Desa. Pendirian BUM Desa dilakukan melalui musyawarah Desa dan ditetapkan
dengan peraturan Desa. Organisasi pengelola BUM Desa terpisah dari organisasi Pemerintahan
Desa.

Kemudian PP 43 mengalami revisi dengan keluarnya PP No. 47 Tahun 2015. PP 47 Tahun 2015
menyebutkan: “Ketentuan Pasal 135 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 135 (1)
Modal awal BUM Desa bersumber dari APB Desa. (2) Modal BUM Desa terdiri atas: a. penyertaan
modal Desa; dan b. penyertaan modal masyarakat Desa. (3) Kekayaan BUM Desa yang
bersumber dari penyertaan Modal Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan
kekayaan Desa yang dipisahkan. (4) Penyertaan modal Desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a berasal dari APB Desa. (5) Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah
daerah kabupaten/kota dapat memberikan bantuan kepada BUM Desa yang disalurkan melalui
APB Desa”.

“Ketentuan ayat (1) dan ayat (5) Pasal 136 diubah dan ayat (4) Pasal 136 dihapus, sehingga Pasal
136 berbunyi sebagai berikut: Pasal 136 (1) Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
disepakati melalui musyawarah Desa. (2) Anggaran dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memuat paling sedikit nama, tempat kedudukan, maksud dan tujuan, modal, kegiatan usaha,
jangka waktu berdirinya BUM Desa, organisasi pengelola, serta tata cara penggunaan dan
pembagian keuntungan. (3) Anggaran rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memuat paling sedikit hak dan kewajiban, masa bakti, tata cara pengangkatan dan pemberhentian
personel organisasi pengelola, penetapan jenis usaha, dan sumber modal. (4) Dihapus. (5)
Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa”

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 27


Berdasarkan PP 43 Tahun 2014 dan revisinya dengan PP 47 tahun 2015, Kementerian Desa
Menyusun Peraturan Menteri Desa PDTT No. 4 Tahun 2015 Tentang; PENDIRIAN,
PENGURUSAN DAN PENGELOLAAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK DESA. Pada
Bab I, Pasal 1, ayat 2, disebutkan bahwa “Badan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut BUM
Desa, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui
penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola
aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa

Permendes No. 4 Tahun 2015 mengatur cukup lengkap tentang BUMDES, mulai dari Pendirian,
Pengurus dan Pengelolaan, Permodala, Jenis Usha, sampai pada Pertanggungjawaban
BUMDES. Permendes inilah yang menjadi acuan pendiriaan BUMDES, sampai lahirnya Peraturan
Pemerintah No. 11 Tahun 2021 Tentang Badan Usaha Miliki Desa. PP ini adalah merupakan
aturan Pelaksanaan Ketentuan Pasal 117 dan Pasal 185 huruf b Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2O2O tentang Cipta Kerja, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Badan Usaha
Milik Desa. Undang Undang Cipta Kerja ini sekaligus mengakhiri polemic tentang Badan Hukum
Usaha BUMDES, yang sudah berlangsung sejak era PP 72 tahun 2005.

Membaca secara cermat PP No.11 Tahun 2021 Tentang Badan Usaha Milik Desa, terdapat
perbedaan yang mendasar bila dibandingkan dengan aturan BUMDES sebelumnya, khususnya
terkait dengan prangkat organisasi. Pasal 15, menyebutkan: Perangkat Organisasi BUM
Desa/BUM Desa bersama terdiri atas:
a. Musyawarair Desa/Musyau'ar.ah Antar Desa;
b. penasihat;
c. pelaksana operasional; dan
d. pengawas

Musyawarah Desa/Musyawarah Antar Desa merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam


BUM Desa/BUM Desa bersama. Pelaksanaan Musyawarah Desa/Musya'warah Antar Desa
dihadiri oleh badan permusyawaratan desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang
pelaksanaannya diatur dalam Anggaran Dasar.

Musyawarah Desa/ Musyawarah Antar Desa berwenang:


1) Menetapkan pendirian BUM Desa/ BUM Desa Bersama.
2) Menetapkan Anggaran Dasar BUM Desa/BUM Desa bersama dan pqrubahannya.
3) Membahas dan memutuskan jr.rmlah, pengorganisasian, hak dan kewajiban, serta
kewenangan pihak penerima kuasa lungsi kepenasihatan pada BUM Desa
4) Mernbahas dan menyepakati penataan dan pergiliran penasihat BUM Desa Bersama.
1) Mengangkat dan memberhentikan secara tetap pelaksana operasional BUM Desa/BUM
Desa Bersama.
2) Mengangkat pengawas BUM Desa/BUM Desa bersama;
3) Mengangkat sekrctaris dan bendahara BUM Desa/BUM Desa bersama
4) memberikan persetujuan atas perryertaan modal pada BUM Desa/BUM Desa Bersama.
5) Memberikan persetujuan atas rancangan rencana program kerja yang diajukan oleh
pelaksana operasional setelah ditelaah pengawas Can penasihat.
6) Memberikan persetujuan atas pinjaman BUIVI Desa/BUM Desa bersama dcngan jumlah
tertentu sebagaimana ditetapkan dalam Anggaran Dasar BUM Desa/BUM Desa Bersama.
7) Memberikan persetujuan atas kerja sama BUM Desa/BUM Desa bersama dengan nilai,
jumlah investasi, dan/atau bentuk kerja sama tertentu dengan pihak lain sebagaimana
ditetapka.n dalam Anggaran Dasar BUM Desa/BUM Desa Bersama.
8) Menetapkan pembagian besaran laba bersih BUM Desa/BUM Desa Bersama.
9) Menetapkan tujuan penggunaan laba bersih BUIU Desa/BUM Desa Bersama.
10) Memutuskan penugasan Desa kepada BUM Desa/ BUM Desa ber sama untuk
melaksanakan kegiatan tertentu.
11) Memutuskan penutupan Unit Usaha BUM Desa/BUM Des Bersama.
12) Menetapkan prioritas penggunaan pembagian hasil Usaha BUM Desa/BUM Desa
bersanra dan/atau Unit Usaha BUM Desa/BUM Desa bersama yang diserahkan kepada
Desa
13) Menerima laporan tahunan BUM Desa/BUM Desa bersama dan menyatakan pembebasan
tanggung jawab penasihat, pelaksana operasional, dan pengawas.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 28


14) Memballas dan memutuskan penutupan kerugian BUM Desa/EUM Desa bersama dengan
Aset BUM Desa/BUM Desa Bersama.
15) Membahas dan memutuskan bentuk pertanggungjawaban yang harus dilaksanakan oleh
penasihat, pelaksana operasional, dan/atau pengawas dalam hai terjadi kerugian BUM
Desa/BUM Desa bersama yang diakibatkan oleh unsur kesengajaan atau kelalaian;
16) Memutuskan untuk menyelesaikan kerugian secara proses hukum dalam hal penasihat,
pelaksana operasional, dan atau pengawas tidak menunjukkan iktikad baik melaksanakan
pertanggungjawaban.
17) Memutuskan penghentian seluruh kegiatan operasional BUM Desa/BUM Desa bersama
karena keadaan tertentu.
18) Menunjuk penyelesai dalam rangka penyelesaian seluruh kewajiban dan pembagian harta
atau kekayaan hasil penghentian kegiatan Usaha BUM Desa/BUM Desa Bersama.
19) Meminta dan menerima pertanggungjawaban penyelasi.
20) Memerintahkan pengawas atau menunjuk auditor independen untuk melakukan audit
iuvestigatif dalam hal terctapat inCikasi kesalahan dan/atau kelalaian dalam pengelolaan
BUM Desa/BUM Desa bersama.

Begitu luasnya kewenagan Msuyawarah Desa dalam pendirian dan pengelolaan BUMDES
menunjukkan bahwa peran serta masyarakat dalam pendirian BUM Desa/BUM Desa Bersama
sangat besar.

2. Tujuan Pendirian BUM Desa/BUM Desa Bersama

BUM Desa/BUM Desa Bersama bertujuan: agar Desa dapat melakukan kegiatan ursaha
ekonomi melalui pengelolaan usaha, serta pengembangan investasi dan procluktivitas
perekonomian, dan potensi Desa. Melakukan kegiatan pelayanan umum melalui penyediaan
barang dan/atau jasa serta pemenuhan kebutuhan umurn masyarakat Desa, dan mengelola
lumbung pangan Desa. Dengan demikian Desa akan memperoleh keuntungan atau laba
bersih bagi peningkatan pendapatan asli Desa serta mcngembangkan sebesar-hesarnya
manfaat atas surnber daya ekonomi masyarakat Desa. Untuk itu pernanfaatan Aset Desa guna
menciptakan nilai tanbah atas Aset Desa; dan mengembangkan ekosistem ekonomi digital di
Desa perlu dilakukan.

Untuk mmewujudkan tujuan pendirian BUM Desa/BUM Desa bersama, pengelolaan BUM
Desa/BUM Desa bersama dilaksanakan berdasarkan semangat kekeluargaan dan
kegotongroyongan dengan prinsip: profesional; terbuka dan bertal-rggung jawab; partisipatif;
prioritas sumber daya lokal; dan berkelanjutan.

Pencapaian tujuan BUM Desa/BUM Desa Bersarna tersebut, dilakukan melalui


pengembangan fungsi BUM Desa/BUM Desa bersama meliputi: konsolidasi produk barang
dan/atau jasa masyarakat Desa; produksi barang dan/atau jasa; penampung, pembeli,
pemasaran produk masyarakat Desa; inkubasi usaha masyarakat Desa; stimulasi dan
dinamisasi usaha ekonomi masyarakat Desa; pelayanan kebutuhan dasar dan umum bagi
masyarakat Desa; peniugkatan kemanfaatan dan nilai ekonomi kekayaan budaya, religiositas
dan sumberdaya alam, serta peningkatan nilai tambah set Desa dan pendapatan asli Desa.

3. Pendirian BUM Desa/BUM Desa Bersama

Tatacara pendirian BUM Desa/BUM Desa Bersama diatur pada pasal Pasal 7 PP 11 Tahun
2021 sebagai berikut:

1) BUM Desa didirikan oleh 1 (satu) Desa berdasarkan Musyawarah Desa dan
pendiriannya ditetapkan dengan Peraturan Desa.
2) BUM Desa bersama diclirikan oleh 2 (dua) Desa atau lebih berdasarkan Musyawarah
Antar Desa dan pendiriannya ditetapkan dengan Peraturan Bersama Kepala Desa.
3) BUM Desa bersama didirikan berdasarkan kesamaan potensi, kegiatan usaha, atau
kedekatan wilayah.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 29


4) Pendirian BUM Desa bersama tidak terikat pada batas wilayah administratif.
5) Pendirian BUM Desa bersanra dilakukan Desa Cengan Desa lain secara
langsung.tanpa mempertimbangkan ada atau tidaknya BUM Desa di Desa masing-
masing.
6) Peraturan Desa dan Peraturan Bersama Kepala Desa pailing sedikit memuat:
penetaparr pendirian BUM Desa/BIJM Desa bersama; Anggaran Dasar BUM
Desa/BUM Desa bersama; dan penetapan besarnya penyertaan modal Desa dan/atau
rrrasyarakat Desa dalam rangka pendirian BUll Desa/B'UM Desa bersama.

BUM Desa/BUM Desa Bersama memperoleh status badan hukum pada saat diterbitkannya
sertifikat pendaftaran secara elektronik dari menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia. Dalam hal BUM Desa/BUM Desa
Bersama memiliki Unit Usaha BUM Desa/ BUM Desa bersama, kedudukan badan hukum unit
usaha tersebut terpisah ctari BUM Desa/BUM Desa bersama sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Untuk rnemperoleh status badan hukum, Pemerintah Desa melakukan pendaftaran BUM
Desa/BUM Desa bersarna kepada Menteri melaluri sistem informasi Desa. Hasil pendaftaran
BUM Desa/BUM Desa bersama terintegrasi dengan sistem administrasi badan hukum pada
kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi
manusia. Hasil pendaftaran BUM Desa/BUM Desa bersama menjadi dasar Menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang hukum dan hak asasi manusia untuk
menerbitkan sertifikat pendaftaran badan hukum BUM Desa/BUM Desa Bersama. Ketentuah
mengenai pendaftaran BUM Desa/BUM Desa Bersama diatur dengan Peraturan Menteri.

Pendirian BUM Desa/BUM Desa Bersama didasarkan pada pertimbangan:


• kebutuhan masyarakat;
• pemdcahan masalah bersama
• kelayakan usaha;
• model bisnis, tata keIola, bentuk organisasi dan jenis usaha, serta pengetahuan dan
teknologi; dan
• visi pelestarian, orientasi keberlanjutan, dan misi pelindungan nilai religiositias, adat
istiadat, perilaku sosial, dan kearifan local.

4. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

Anggaran Dasar BUM Desa/BUM Desa bersama dan perubahannya dibahas dan ditetapkan
melalui Musyawarah Desa/ Musyawarah Antar Desa. Anggaran Dasar BUM Desa/BUM Desa
Bersama paling sedikit mernuat: nama; tempat kedudukan, maksud dan tujuan pendirian;
modal, jenis usahra di bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum; nama dan jumlah
penasihat, pelaksana operasional, dan pengawas; hak dan kewajiban, tugas, tanggung jawab
dan wewenang serta tata cara pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian penasihat,
pelaksana- operasional, dan/atau pengawas; dan ketentuan pokok penggunaan dan
pembagian dan/atau pelaksanaan dan pemanfaatan hasil usaha.

Uraian lebih lanjut mengenai anggaran dasar dan anggaran rumahtangga BUM Desa/BUM
Desa Bersama dapat dilihat pada PP 11 tahun 2021, mulai dari Pasal 11 sampai dengan Pasal
13.

5. Organisasi dan Pegawai

Organisasi BUM Desa/BUM Desa bcrsama terpisah dari Pemerintah Desa. Struktur
Organisasi BUM Desa/BUM Desa Bersama terdiri atas: Musyawarah Desa/Musyau'ar.ah
Antar Desa; Penasihat; Pelaksana operasional; dan Pengawas.

Uraian lebih lanjut mengenai Organisasi dan Pegawai BUM Desa/BUM Desa Bersama dapat
dilihat pada PP 11 tahun 2021, mulai dari Pasal 14 sampai dengan Pasal 38.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 30


6. Rencana Program Kerja

Pelaksana operasional menyusun rancangan rencana program kerja BUM Desa/BUM Desa
bersama sebelum dimulainya tahun bukuyang akan datang. Rancangan rencana program
kerja BUM Desa/BUM Desa bersama disampaikan kepada penasihat dan pengawas untuk
ditelaah.

Hasil telaahan rancangan rencana program keda BUM Desa/BUM Desa Bersama diputuskan
dalam Musyawarah Desa/Musyawarah Antar Desa sebagai rencana program kerja BUM
Desa/BUM Desa bersama. Dalam hal pelaksana operasional tidak menyusun rancangan
rencana program kerja BUM Desa/BUM Desa bersama, berlaku rencana program kerja BUM
Desa/BUM Desa bersama tahun sebelumnya.

Rencana program kerja BUM Desa/BUM Desa Bersarna paling sedikit memuat:
a. Sasaran usaha, strategi usaha, kebijakan, dan program kerja/kegiatan BUM
Desa/BUM Desa bersarna.
b. Anggaran BUM Desa/BUM Desa bersama yang dirinci atas setiap anggaran program
kerjalkegiatan.
c. Hal lain yang memerlukan keputusan Musyawarah Desa/ Mr"rsyawarah Antar Desa.

7. Kepemilikan, Modal, Aset, dan Pinjaman BUM Desa/BUM Desa Bersam

a. Modal BUM Desa/BUM Desa Bersama

Seluruh atau sebagian besar kepemilikan modal BUM Desa/BUM Desa Bersama dimiliki
oleh Desa atau bersama Desa-Desa. Besaran kepemilikan modal BUM Desa/BUM Desa
bersama dinyatakan dalam Anggaran Dasar BUM Desa/BUM Desa Bersama.
Modal BUM Desa/BUM Desa bersama terdiri atas:
1) penyertaan modal Desa;
2) penyertaan modal masyarakat Desa; dan
3) bagian dari laba usaha yang ditetapkan dalam Musyarvarah Desa/Musyawarah
Anrar Desa untuk menambah modal.

Modal awal BUM Desa/BUM Desa bersama dapat berasal dari: penyertaan modal Desa:
dan penyertaan modal Desa dan penyertaan modal nrasyarakat Desa. Penyertaan modal
Desa bersumber dari APB Desa atau APB Desa masing-masing Desa, yang ditetapkqn
dengan Peraturan Desa atau Peraturan Bersama Kepala Desa. Penyertaan modal
masyarakat Desa dapat berasal dari lembaga berbadan hukum, lembaga tidak berbadan
hukum, orang perseorangan, gabungan orang dari Desa dan/atau Desa-Desa setemlrat.

Penyertaan modal Desa dan/atau masyarakat Desa dapat dilakukan untuk: modal awal
pendirian BUMDesa/BUM Desa bersama; dan/atau penambahan modal BUM Desa/ BUM
Desa bersama. Penyertaan modal Desa berupa: uang; dan/atau barang selain tanah dan
bangrunan. Sementara penyertnan rnodal masyarakat Desa berupa: uang; dan/atau
barang baik tanah dan bangunan maupun bukan tanah dan bangunan. Penyertaan modal
Desa dan penyerteian modal masyarakat Desa dibahas dan diputuskan dalam
Musyawerah Desa dan/atau Musyawarah Antar Desa.

Penyertaan modal Desa dan/atau masyarakat Desa untuk penambahan modal BUM
Desa/BUM Desa Bersama digunakan untul; pengembangan kegiatair Usaha BUM
Desa/BUM Desa bersama dan/atau lnit Usaha BUM Desa/BUIM Desa bersama;
penguatan struktur permodalan dan peningkatan kapasitas usaha; dan/atau penugasan
Desa kepada BUM Desa/BUM Desa bersama untuk melaksanakan kegatan tertentu.

Penyertaan modal yang berasal dari Desa dan/atau masyarakat Desa disalurkan langsung
kepada BUM Desa/BUM Desa bersama paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak
keputusan Musyawarah Desa/ Musyawarah Antar Desa. Penyaluran langsung penyertaan
modal kepada BUM Desa/BUM Desa bersarna dalam bentuk uang ditempatkan dalam
rekening BUM Desa/BUM Desa bersama. Penyaluran langsung penyertaan modal kepada

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 31


BUM Desa/BUM Desa bersama dalam bentuk barang dicatat dalam laporan keuangan
BUM Desa/BUI\yI Desa bersama.

Dalam hal terdapat kebutuhan penambahan modal BUM Desa/BUM Desa bersama,
pelaksana operasional menyampaikan rencana kebutuhan kepada penasihat dan
pengawas. Rencana penambahan moclal BUM Desa/BUM Desa bersama disampaikan
kepada Musyawarah Desa/Musyawarah Antar Desa setelah dilakukan analisis keuangan
oleh penasihat, pelaksana operasional, dan pengawas BUM Desa/BUM Desa bersarna,
serta setelah tersedianya rencana kegiatan. Rencana penambahan modal BUM
Desa/BUM Desa bersama dibahas dan diputuskan dalam Musyawarah Desa/ Musyawarah
Antar Desa. Penambahan modal BUM Desa/BUM Desa bersama dalam perubahan
Peraturan Desa atau Peraturan Bersama Kepala Desa mengenai Anggaran Dasar BUM
Desa/BUM Desa bersama.

b. Aset BUM Desa/BUM Desa Bersama

Aset BUM Desa/BUM Desa Bersama bersumber dari: penyertaan modal; bantuan tidak
mengikat termasuk hibah; hasil usaha; pinjaman; dan/atau sumber lain yang sah.

Perkembangan dan keberadaan Aset BUM Desa/BUM Desa bersama dilaporkan secara
berkala dalam laporan keuangan. BUM Desa/BUM' Desa bersama melakukan pengelolaan
Aset BUM Desa/BUM Desa bersama berdasarkan kaidah bisnis yang sehat.

BU Desa/BUM Desa Bersama dapat menerima bantuan dari Pemerintah Pusat,


Pemerintah Daerah, dan/atau pihak lain yang tidak mengikat. Bantuan tersebut menjadi
Aset BUM Desa/BUM Desa Bersama. Bantuan Per,rerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
disalurkan langsung kepada BUM Desa/BUM Desa bersama dan dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan penrndang-undangan. Bantuan pihak lain disalurkan
langsung kepada BUM Desa/BUM Desa bersama dan dilaksanakan sewaktu-waktu sesuai
dengan kesepakatan para pihak dengan BUM Desa/BUM Desa bersama.

c. Pinajaman BUM Desa/BUM Desa Bersama

BUM Desa/BUM Desa Bersama dapat melakukan pinjaman yang dilakukan dengan
memenuhi prinsip transparan, akuntabel, efisien dan efektif, serta kehati-hatian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pinjaman BUM Desa/BUM Desa bersama dapat dilakukan kepada lembaga keuangan,
Pemerintah Pusal, Pemerintah Daerah, dan surnber dana dalam negeri lainnya dengan
ketentuan:
1) Pinjaman digunakan untuk pengembangarr usaha dan/atau pembentukan Unit
Usaha BUM Desa/BUM Desa Bersama.
2) Jangka waktu kewajiban pembayaran kembali pokok pinjarnan, bunga, dan biaya
lain dalam kurun waktu yang tidak melebihi sisa rnasa jabatan direktur.
3) Memiliki laporan keuangan yang sehat paling sedikit 2 (dua) tahun berturut-turut.
4) Tidak mengakibatkan perubahan proporsi kepemilikan modal.

Rencana pinjaman diajukan oleh pelaksana operasional untuk mendapat persetujuan


penasihat dan pengawas atau musyawarah Desa/Musyawarah Antar Desa sesuai dengan
kewenanganya yang diatur dalam Anggaran Dasar BUM Desa/BUM Desa Bersama.

8. Unit Usaha BUM Desa/BUM Desa Bersama

BUM Desa/BUM Desa Bersama dapat memiliki dan/atau membentuk Unit Usaha BUM
Desa/BUM Desa bersama sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam
hal Unit Usaha BUM Desa/BUM Desa Bersama tersebut memiliki fungsi strategis serta
berhubungan dengan hajat hidup orang banyak dan kesejahteraan umum, sebagian besar
rnodal unit usaha tersebut harus dimiliki oleh BUM Desa/RUM.Desa Bersama. BUM

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 32


Desa/EIUM Desa Bersama dapat memiliki modal di luar Unit Usaha BUM Desa/BUM Desa
Bersama setelah mendapat persetujuan Musyawarah Desa/ Musyawarah Antar Desa.

Untuk memperoleh keuntungan funans:al dan memberikan manfaat kepada masyarakat, Unit
Usaha BUM Desa/BUM Desa Bersama dapat melakukan kegiatan sebagai berikut:
a. Pengelolaan sumber daya dan potensi baik alam, ekonomi, budaya, scsial, religi,
pengeLahrlan, keterampilan, dan tata cara hidup berbasis kearifan local di masyarakat.
b. Industri pengolahan berbasis sumber daya local.
c. Jaringan distribusi dan perdagangan.
d. layanan jasa keuangan.
e. Pelayanan umum prioritas kebutuhan dasar termelitrk pangan, elektrifika-ul: sanitasi,
danpermukiman.
f. Perantara barang/jasa termasuk distribusi dan keagenan.
g. Kegiatan lain yang memenuhi kelayakan.

BUM Desa/BUM Desa bersama dapat melakukan penutupan Unit Usaha BUM Desa/BUM
Desa bersama, dalam iial rebagai berikut:
a. Terjadi penurunan kinerja atau mengalami kegagalan;
b. Terdapat indikasi bahwa Unit Usaha BUM Desa/BUM Desa bersama menyebabkan
pencemaran danlatdu kerusakan bagi lingkungan dan kerugian masyarakat Desa.
c. Terjadi penyimpangan atau pengelolaan tidak sesuai anggaran dasar dan anggaran runralr
tangga Unit Usaha BUM Desa/BUM Desa Bersama.
d. Sebab lain isepakati dalam Musyawarah Desa/ Musyawarah Antar Desa; dan/atau
e. Sebab lain berdasarkan putusan pengadilan dan/atau sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Ketentuan mengenai penutupan Unit Usaha BUM Desa/BUM Desa Bersanra sesuai dengaq
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Aset Desa yang dikelola, dipakai-sewa, dipinjam, dan diambil manfaatnya, pada saat
penutupan Unit Usaha BUM Desa/BUM Desa Bersama tersebut tidak dapat dijadikan jaminan,
ganti rugi, pemenuhan kewajiban atau prestasi lain yang menjadi tanggung jawab hukum Unit
Usaha BUM Desa/BUM Desa Bersama.

9. Pengadaan Barang dan Jasa

Pengadaan barang dan/atau jasa pada BUM Desa/BUM Desa bersama dilaksanal dengan
memperhatikan prinsip transparansi, akuntabilitas, efisiensi, dan profesionalitas. Pelaksanaan
pengadaan barang dan/atau jasa pada RUM Desa/BUM Desa bersama dipublikasikan melaiui
media yang dapat dijangkau oleh masyarakat Desa. Ketentuan mengenai pedoman
pengadaan barang dan/atau jasa pada BUiv{ Desa/BLJM Desa bersama akan diatur dengan
Peraturan Menteri.

10. Kerjasama

BUM Desa/RUM Desa Bersarna dalam menjalankan usaha di bidang ekonomi dan/atau
pelayarran umurn dapat melakukan kerja sama dengan pihak lain. Kerja sama tersebut terdiri
atas: kerja sama usaha; dan kerjasama nonusaha. Kerja sama hanrus saling menguntungkan
dan melindungi kepentingan Desa dan masyarakat Desa serta para pihak yang bekerja sama,

Pihak lain yang dimasud adalah paling sedikit meliputi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
Pemerintah Desa, dunia usaha atau koperasi, lembaga nonpemerintah, lembaga pendidikan,
dan lembaga sosial budaya, yang dimiliki warga negara atau badan hukum Indonesia, dan
BUM Desa/BUM Desa Bersama lain.

Kerja sama usaha termasuk tidak terbatas berupa kerja sama dengan Pemerintah Desa dalam
bidang pemanfaatan Aset Desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai pengelolaan Aset Desa. Dalam kerja sama usaha tersebut, BUM Desa/BUM Desa
bersama dilarang menjadikan atau meletakkan beban kewajiban atau prestasi apapun untuk
pihak lain termasuk untuk penutupan risiko kerugian dan/atau jaminan pinjaman atas Aset

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 33


Desa yang dikelola, didayagrnakan, dan diamhii manfaat tertentu. Selain kerja sama usaha,
BUM Desa/BUM Desa bersama dapat melakukan kerja sama usaha dengan pihak lain berupa
kerja sama usaha termasuk namun tidak terbatas dalam bentuk pengelolaan bersama surnber
derya.

Kerja sama usaha BUM Desa/BUM Desa Bersama dengan pihak lain berupa pengelolaan
bersama sumber daya dilakukan setelah mempertimbangkan kedudukan hokum, status
kepemilikan clan/atau penguasaarl objek tersebut berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Rencana kerja sama usaha diajukan oleh pelaksana operasional untuk mendapat persetujuan
penasihat dan pengawas atau Musyarvarah Desa/Musyavrarah Antar Desa sesuai
kervenangannya yang diatur dalam Anggaran Dasal'BUM Desa/BUM Desa bersama. Kerja
sama nonusaha tersebut dilakukan dalam bentuk paling sedikit alih teknologi, ilmu
pengetahuan, seni dan kebudayaan, dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia.
Rcncana kerja sama nonusaha diajukan oleh pelaksana operasional untuk mendapat
persetujuan penasihat dan pengawas.

11. Pertanggungjawaban

Pelaksana operasional wajib rlenviapkan laporan berkala yang mernuat pelaksanaan rencana
program kerja BUM Desa/BUM Desa Bersama. Laporan berkala tersebut meliputi laporan
semesteran dan laporan tahunan. Laporan semesteran disampaikan kepada penasehat.

Laporan semesteran paling sedikit memuat:

a. Laporan posisi keuangan sernesteran dan perhitungan laba rugi semesteran serta
penjelasannya.
b. Rrincian srasalah yang timbul selama 1 semester yang mempengaruhi kegiatan
Desa/BUM Desa bersama

Laporan tahunan disampaikan kepada Musyawarah Desa/Musyawarah Antar Desa setelah


ditelaah oleh penasihat dan pengawas. Laporan tahunan tersebut paling sedikit memuat:

a. Perhitungan tahunan yang terdiri atas laporan posisi keuangan akhir tahun buku yang
baru berakhir dan perhitungan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan serta
penjelasannya.
b. Laporan posisi keuangan dan perhitungan laporan laba rugi konsolidasi dari Unit Usaha
BUM Desa/BUM Desa bersarna.
c. Laporan mengenai keadaan dan jalannya BUM Desa/BUM Desa bersama serta hasil
yang telah dicapai.
d. Kegiatan utama BUM Desa/BUM Desa. bersama dan perubahan selama tahun buku.
e. Rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang memengaruhi kegiatan BUM
Desa/BUM Desa Bersama.
f. Laporan mengenai tugas pengurusan oleh pelaksana operasional, pengawasan oleh
pengawas, dan pemberian nasihat oleh penasihat yang telah dilaksanakan selama
tahun buku yang baru berakhir.

Selain laporan berkala tersebut, pelaksana operasional sewaktu-waktu dapat memberikan


laporan khusus kepada pengawas dan/atau Musyawarah Desa/Musyawarah Antar Desa.

Hasil Musyawarah Desa darr/atau Musyawarah Antar Desa dipublikasikan melalui alat media
massa dan penyebaran informasi publik yang mudah diakses masyarakat desa. Musyawarah
Desa memutuskan penerimaan laporan tahunan BUM Desa/BUM Desa bersarna tersebut,
serta memutuskan penggunaan hasil Usaha BUM Desa/BUM Desa Bersama yang menjadi
bagian Desa. Penerimaan laporan tahunan BUM Desa/BUM Desa Bershma oleh
Musyawarah Desa/Musyawarah Antar Desa membebaskan tanggung jawab penasihat,
pelaksana operasional, dan pengawas atas pelaksanaan tugas dan wewenang dalam tahun
buku yang berakhir.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 34


12. Pembagian Hasil Usaha

Hasil Usaha BUM Desa/BUM Desa bersama merupakan pendapatan yang diperoleh dari hasil
kegiatan usaha dikurangi dengan pengeluaran biaya dalam 1 (satu) tahun buku. Pembagian
hasil Usaha BUM Desa/BUM Desa bersama yang diserahkan kepada Desa menjadi
pendapatan Desa yang prioritas penggunaannya dapat ditetapkan secara khusus dan
disepakati dalam musvawarah Desa/ Musyawarah antar Desa. Ketentuan mengenai
pembagian hasil usaha BUMDesa/BUM Desa Bersama kepada masing-masing penyerta
modal diatur dalanr Anggaran Dasar BUM Desa/BUM Desa bersarna.

13. Kerugian

Terhadap laporan keuangan BUM Desa/BUM Desa bersama dilakukan pemeriksaan/audit


oleh pengawas. Pelaksanaan pemeriksaan dapat dilakukan dengan menunjuk dan meminta
bantuan auditor independen. Dalam hal terdapat indikasr kesalahan dan/atau kelalaian dalam
pengelolaan BUM Desa/BUM Desa bersama, dapat dilakukan audit investigatif atas perintah
Musyawarah Desa/Musyawarah Antar Dcsa.

Dalam hal hasil pemeriksaan/audit menemukan kerugian BUM Desa/BUM Desa bersama,
penasihat, pelaksana operasional, dan atau pengawas bertanggung jawab penuh secara
pribadi atas, kerugian BUM Desa/BUM Desa Bersama.

Penasihat, pelaksa operaSional, dan/atau pengawas tidak dapat dipertanggung-jawabkan


atas kerugian apabila dapat membuktikan:

a. Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atetu kelalaiannya.


b. Telah melakukan wewenang dan tugasnya dengan iktikad baik dan kehati-hatian untuk
kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan BUM Desa/BUM Desa Bersama
dan/atau be.dasarkan keputusan Musyawarah Desa/ Musyarvarah Antar Desa.
c. Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas
tindakan yang mengakibatkan kerugian.
d. Telah mengambii tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut.

Dalam hal kerugian BUM Desa/BUM Desa Bersama diakibatkan oleh unsur kesengajaan atau
kelalaian penasihat, pelaksana operasional, dan/atau pengawas maka Musyawarah
Desa/Musyawarah Antar Desa membahas dan memutuskan bentuk pertaniggungjawaban
yang harus dilaksanakan oleh penasihat, pelaksana operasional, dan/atau pengawas
berdasarkah semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan.

Dalam hal penasihat, pelaksarra operasionai, dan/atau pengawas tidak menunjukkan


iktikad baik melaksanakan pertanggungjawaban tersebut, maka Musyawarah
Desa/Musyawarah Antar Desa memutuskan untuk menyelesaikan kerugian secara proses
hukum.

Apabila hasii pemeriksaan/audit menemukan kerugian murni sebagai kegagalan usaha


dan tidak disebabkan unsur kesengajaan atau kelalaian penersihat, pelaksana
operasional, dan/atau pengawas, kerugian diakui sebagai beban BUM Desa/BUM Desa
bersama. Dalam hal BUM Desa/BUNI Desa bersama tidak dapat menutupi kerugian
dengan aset dan kekayaan yang dimilikinya, maka pernyataan dan akibat kerugian,
dibahas dan diputuskan melalui Musyarvarah Desa/ Musyawarah Antar Desa.

Berdasarkan hasil Musyawarah Desa/Musyawarah Antar Desa, dapat diambil pilihan


kebijakan:

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 35


a. Dalam hal BUM Desa/BUM Desa bersama tidak memiliki kreditur, Aset BUM
DesaiBUM Desa bersama dikembalikan kepada penyerta modal dan dilakukan
penghentian kegiatan Usaha BUM Desa/BUM Desa Bersama
b. Mengajukan permohonan pailit kepada pengadilan niaga.
c. Merestrukturisasi. keuangan BUM Desa/BUM Desa bersama;
d. Menutup sebagian Usaha BUM Desa/BUM Desa Bersama, serta melakukan
reorga-nisasi BUM Desa/BUM Desa Bersama.
e. Kebijakan lain yang sesuai berdasarkan semangat kekeluargaan dan
kegotongroyongan.

14. Penghentian Kegiatan Usaha BUM Desa/BUM Desa Bersama

Penghentian kegiatan Usaha BUM Desa/BUM Desa Bersama merupakan penghentian seluh
kegiatan operasional BUM Desa/BUM Desa Bersama termasuk seluruh Usaha BUM
Desa/BUM Desa bersama yang dimiliki karena keadaan tertentu yang diputuskan melalui
Musyawarah Desa/Musyawarah Antar Desa dan ditetapkan dalam Peraturan Desa/Peraturan
Bersama Kepala Desa. Keadaan tertentu yang dimaksud adalah meliputi:
a. Mengalami kerugian terus menerus yang tidak dapat diselamatkan.
b. Mencemarkan lingkrrngan
c. Dinyatakan pailit.
d. sebab lain yang sah.

Penghentian kegiatan Usaha BUM Desa/BUM Desa bersama didasarkan pada hasil analisis
investasi Usaha BUM Desa/BUM Desa bersama, penilaian kesehatan dan hasil evaluasi
kinerja BUM Desa/BUM Desa bersarna. Penghentian kegiatan Usaha BUM Desa/BUM Desa
bersama dilakukan melalui penutupan Usatra BUM Desa/BUM Desa bersama. Penghentian
kegiatan Usaha BUM Desa/BUM Desa bersama diikuti dengan penyelesaian seluruh
kewajiban dan pembagian harta atau kekayaan hasil penghentian kegiatan Usaha BUM
Desa/BUM Desa bersama kepada masing-masing benyerta modal dan kreditur sesuai
ketentuan perundang-udangan yang berlaku.

Dalam rangka penyelesaian seluruh kewajiban dan pembagian harta atau kekayaan hasil
penghentian kegiatan Usaha BUM Desa/BUIM Desa bersama ditunjuk penyelesai melalui
Musyawarah Desa dan/atau Musyawarah Antar Desa. Aapabila Musyawarah Desa dan/atau
Musyawarah Antar Desa tidak menunjuk penyelesai, pelaksana operasional bertindak selaku
penyelesai. Penyelesai yang dimaksud ditetapkan dalam keputusan penasihat. Selama
proeses penyelesaian, BUM Desa/BUM Desa bersama tetap ada dengan sebutan BUM
Desa/BUM Desa bersarna dalam penyelesaian.

Penyelesai mempunyai hak, wewenang, dan kewajiban sebagai berikut:


a. Melakukan segala perbuatan hukum untuk dan atas nama BUM Desa/BUM Desa
bersama dalam penyelesaian.
b. Mengumpulkan segala keterangan yang diperlukan.
c. Mengundang pelaksana operasional SUM Desa/BUM Desa bersama, baik senciiri-
selrdiri maupun Bersama-sama;
d. Memperoleh, memeriksa, dan menggunakan segala catatan dan arsip BUM Desa/BUM
Desa bersama;
e. Menetapkan dan melaksanakan segala kewajiban pembavaran yang didahulukan dari
pembayaran utang lalnnya.
f. Menggunakan sisa kekayaan BUM Desa/BUM Desa Bersama untuk menyelesaikan
sisa kewajiban BUM Desa/ BUM Desa Bersama.
g. Membagikan sisa hasil penyelesaian kepada penyerta modal.
h. Membuat berita acara penyelesaian.

Penyelesaian dilaksanakan setelah dikeluarkan keputusan penghentian kegiatan Usaha


BUM Desa/BUM Desa bersama oleh Musyawarah Desa/ Musvawarah Antar Desa.
Penyelesai bertanggung jawab kepada Musyawarah Desa/ Musyarvarah Arrtar Desa.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 36


Dalam hal terjadi penghentian kegiatan Usaha BUM Desa/BUM Desa bersama, penyerta
modal hanya menanggung kerugian sebesar modal yang disertakan.
Penghentian kegiatan Usaha BUM Desa/BUM Desa bersama harus dilaporkan kepada
Menteri guna pemutakhiran data. Penghentian kegiatan Usaha BUM Desa/BUM Desa
bersama tidak berakibat pada penghapusan entitas BUM Desa/BUM Desa bersama
sebagai badan hukum.

BUM Desa/BUM Desa bersama dapat dioperasionalisasikan kembali melalui:


a. Penyertaan modal baru
b. Penataan Organisasi BUM Desa/BUM Desa bersama
c. Pembentukan usaha baru
d. Tindakan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pengoperasionalan kembali BUM Desa/BUM Desa bersama ditetapkan dengan Peraturan


Desa atau Peraturan Bersama Kepala Desa, dan dilaporkan kepada Menteri guna
pemutakhiran data.

15. Perpajakan dan Retribusi

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dapat memberikan insentif dan kemudahan
perpajakan serta retribusi bagi BUM Desa/BUM Desa bersama sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

16. Pendataan, Pemeringkatan, Pembinaan, dan Pengembangan BUM Desa/BUM Desa


Bersama

Menteri melakukan pendataan dan pemeringkatan BUM Desa/BUM Desa bersama. Hasil
pendataan dan pemeringkatan menjadi dasar untuk evaluasi, pembinaan, dan pengembangan
BUM Desa/BUM Desa bersama.

Ketentuan lebih lanjut mengenai pendataan dan pemeiringkatan BUM Desa/BUM Desa
bersama diatur dengan Peraturan Menteri Desa PDTT.

Lihat Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigran No. 3
Tahun 2021, Tentang Pendataan, Pemeringkatan, Pembinaan, Pengembangan, dan
Pengadaan Barang / Jasa BUM Desa/BUM Desa Bersama

17. Ketentuan Lain-Lain

Pada Pasal 73 disebutkan ketentuan lain-lain sebagai berikut:


a. Pengelola kegiatan dana bergulir masyarakat eks program nasional pemberdayaan
masyarakat mandiri perdesaan wajib dibentuk menjadi BUM Desa bersarna paling
larna 2 (dua) tahun terhitung sejak PeraLuran Pemerintah ini diundangkan.
b. Modal BUM Desa bersama tersebut bersumber dari modal bersama Desa-Desa dan
modal masyarakat Desa.
c. Modal masyarakat Desa berasal dari keseluruhan aset yang dikelola pengelola
kegiatan dana bergulir masyarakat eks program nasional pembedayaan masyarakat
mandiri perdesaan yang status kepemilikannya merupakan kepernilikan bersama
masyarakat Desa dalam 1 (satu) kecamatan eks program nasional pemberdayaan
masyarakat.
d. BUM Desa bersama dapat membentuk Unit Usaha BUM Desa bersama sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
e. Keuntungan yang diperoleh dari BUM Desa bersama yang merupakan porsi
pengelolaan asset eks program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri
perdesaan digunakan sebesar-besarnya untuk penanggulangan kemiskinan.
f. Pelaksanaan program dan/atau kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat,
pemerintah Daerah, dan pihak lain yang melibatkan masyarakat Desa dan memiliki
dampak, potensi, dan kelembagaan yang terkait dengan pengembangan BUM
Desa/BUM Desa bersarna, berkoordinasi dengan BUM Desa/BUM Desa bersarna.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 37


g. Dalam hal hasil pelaksanaan program dan/atau kegiatan tersebut, dapat dikelola oleh
BUM Desa/BUM Desa bersama sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan potensi pengelolaan mendatangkan manfaat bagi masyarakar Desa
dan/atau BUM Desa/BUM Desa bersama, rencana pengelolaan hasil pelaksanaan
program dan/atau kegiatan diputuskan dalam Musvarrvarah Desa/ Musyawarah Antar
Desa.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 38


PB.4. PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

SPB.4.1. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Desa

I. Pengertian Kebijakan Pengelolaan Keuangan Desa


Pengertian Pengelolaan Keuangan Desa

Berikut adalah pengertian/ definisi keuangan desa dan pengelolaan keuangan desa merujuk
pada Permendagri Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

Keuangan Desa

Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapatdinilai dengan
uang serta segala sesuatu berupa uang dan barangyang berhubungan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.
Pengelolaan Keuangan

Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi


perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, danpertanggungjawaban
keuangan Desa.

II. Dasar Hukum dan Ketentuan Pengelolaan Keuangan Desa

Semua uang yang dipergunakan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa


adalah uang negara dan uang rakyat, yang harus dikelola berdasarkanpada hukum
dan atau peraturan yang berlaku, yakni sebagai berikut:

UU Nomor 6 Tahun 2014tentang


Desa

PP Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun2014 tentang Desa, PP
Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan PP Nomor 43 Tahun 2014, PP Nomor 11 Tahun 2021 tentang
Perubahan PP Nomor 43 Tahun 2014 dan PP Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber
dari APBN, PP Nomor 22 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas PP Nomor 60 Tahun 2104 tentang Dana
Desa yang bersumber dari APBN dan PP Nomor 8 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua PP Nomor 60
Tahun 2014

Permendagri Nomor 20 Tahun 2018

tentang Pengelolaan Keuangan Desa dan Permendagri No 73 Tahun 2020


tentang Pengawasan Pengelolaan Keuangan Desa

Peraturan Bupati

Peraturan Desa

Peraturan Kepala Desa

Serta peraturan lain yang terkait, antara lain:

▪ UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik


▪ Permendagri Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa.
▪ Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2016 tentang Kewenangan Desa.
▪ Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 39


Indonesia tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa sesuaitahun fiskal.
▪ Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia tentang Tata Cara Pengalokasian,
Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, Dan Evaluasi Dana Desa.

III. Asas Pengelolaan Keuangan Desa

Asas adalah nilai-nilai yang menjiwai Pengelolaan Keuangan Desa. Asas dimaksud
melahirkan prinsip-prinsip yang menjadi dasar dan harus tercermin dalam setiap
tindakan Pengelolaan Keuangan Desa. Asas dan prinsip tidakberguna bila tidak
terwujud dalam tindakan. Sesuai Permendagri Nomor 20 Tahun 2018 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa, keuangan desa dikelola berdasarkan asas-asas
sebagai berikut:

a. Transparan

Terbuka - keterbukaan, dalam arti segala kegiatan dan informasi terkait


Pengelolaan Keuangan Desa dapat diketahui dan diawasi oleh pihak lain
yangberwenang. Tidak ada sesuatu hal yang ditutup-tutupi (disembunyikan)
atau dirahasiakan. Hal itu menuntut kejelasan siapa, melakukan apa serta
bagaimana melaksanakannya.

Fatal....
Tidak adanya transparansi dalam pengelolaan keuangan desa
dapat dilihat dari tidak tertata dan tidak disiplin dalam pencatatan
administrasi keuangan, adanya aliran dana tertentu (Non
budgeter/dana taktis/dana yang tidak masuk dalam anggaran),
yang hanya diketahui segelintir orang, merahasiakan informasi,
dan ketidaktahuan masyarakat akan dana-dana tersebut, akan
memberikan keleluasaan terjadinya penyimpangan/
penyelewengan oleh oknum aparat yang berakibat fatal bagi
masyarakat desa bersangkutan.

Dengan demikian, asas transparan menjamin hak semua pihak untuk mengetahui
seluruh proses dalam setiap tahapan serta menjamin akses semua pihak terhadap
informasi terkait Pengelolaan Keuangan Desa. Pemerintah Desa pro aktif dan
memberikan kemudahan bagi masyarakat maupun lembaga masyarakat desa
tersebut dapat mengakses/ mendapatkan/mengetahui informasi tentang
Pengelolaan Keuangan Desa oleh aparatur desa.

b. Akuntabel

Setiap tindakan atau kinerja pemerintah/lembaga pemerintah dalam mengelola


keuangan desa dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak-pihak yang memiliki
hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan akan pertanggungjawaban
(LAN, 2003). Sehingga, pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran harus
dapat dipertanggungjawabkan dengan baik, dari proses perencanaan,
pelaksanaan hingga pertanggungjwaban

c. Partisipatif
Mempunyai pengertian bahwa setiap tindakan dilakukan dengan
mengikutsertakan keterlibatan masyarakat baik secara langsung maupun tidak
langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan
aspirasinya.Pengelolaan Keuangan Desa, dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggugjawaban wajib

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 40


melibatkan masyarakat dan para pemangku kepentingan di desa, khususnya
kelompok miskin dan marjinal sebagai penerima manfaat dari program/kegiatan
pembangunan di Desa, serta memperhatikan aspek kesetaraan gender.

d. Tertib dan disiplin anggaran

Pengelolaan anggaran harus dilaksanakan secara konsisten dengan pencatatan


atas penggunaannya sesuai dengan prinsip akuntansi keuangan di desa. Hal ini
dimaksudkan bahwa pengelolaan keuangan desa harus sesuai dengan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

IV. Siklus Tahapan Pengelolaan Keuangan Desa

Pengelolaan Keuangan Desa merupakan rangkaian kegiatan yang berlangsung

APB Desa merupakan dasar pengelolaan keuangan Desa


dalam masa 1 (satu) tahun anggaran yang dimulai tanggal

1 Januari
dengan mengikutisampai dengan
siklus sebagai tanggal
berikut: 31 Desember.

PERENCANAAN PENGANGGARAN
PELAKSANAAN

P KEGIATAN PENATA

A RPJM DESA Penganggaran


Pendapatan PELAPORAN
R PERTANGUNG
JAWABAN
T PAD Buku kas
I APBN umum
S Bagi hasil pajak/restribusi Buku bantu
I ADD pajak
RKP DESA Bantuan Buku bank
P Hibah Buku Panjar
PERATURAN
Pendapatan lain-lain Pertama
RAK
Belanja Laporan DESA
Realisasi
APB Desa
APB DESA PERATURAN BUPATI

/ WALIKOTA
TENTANG TATA

V. Wewenang dan Tugas PKPKD dan PPKD dalam Pengelolaan Keuangan Desa

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 tentang


Pengelolaan Keuangan Desa dijelaskan bahwa:

A. Kepala Desa adalah Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa


(PKPKD) dan mewakili Pemerintah Desa dalam kepemilikan kekayaan milik desa
yang dipisahkan. Kepala Desa sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan
keuangan desa mempunyai kewenangan:

1. Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APB Desa.


2. Menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang milik Desa.
3. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APB Desa.
4. Menetapkan Pelaksana Pengelolaan Keuangan Desa (PPKD).
5. Menyetujui Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA), Dokumen Pelaksanaan
Perubahan Anggaran (DPPA), dan Dokumen PelaksanaanAnggaran Lanjutan
(DPAL).

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 41


6. Menyetujui Rencana Anggaran Kas (RAK) Desa.
7. Menyetujui Surat Permintaan Pembayaran (SPP).

Dalam melaksanakan kekuasaan pengelolaan keuangan Desa, kepala Desa


menguasakan sebagian kekuasaannya kepada perangkat Desa selaku PPKD.
Pelimpahan sebagian kekuasaan PKPKD kepada PPKD ditetapkan dengan
keputusan kepala Desa.

B. PPKD berasal dari unsur Perangkat Desa, terdiri dari:


1. Sekretaris Desa
2. Kaur dan Kasi
3. Kaur Keuangan

C. Sekretaris Desa selaku koordinator Pelaksana Pengelolaan Keuangan Desa


mempunyai tugas:
1. Mengoordinasikan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan APB Desa.
2. Mengoordinasikan penyusunan rancangan APB Desa dan rancangan
perubahan APB Desa.
3. Mengoordinasikan penyusunan Rancangan Peraturan Desa tentang APB
Desa, perubahan APB Desa, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APB
Desa.
4. Mengoordinasikan penyusunan rancangan peraturan kepala Desa tentang
Penjabaran APB Desa dan Perubahan Penjabaran APB Desa.
5. Mengoordinasikan tugas‐tugas perangkat desa lain yang menjalankan
tugas PPKD.
6. Mengoordinasikan penyusunan laporan keuangan desa dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APB Desa.

Selain melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas, Sekretaris Desa


mempunyai tugas:
1. Melakukan verifikasi terhadap DPA, DPPA, dan DPAL.
2. Melakukan verifikasi terhadap RAK Desa.
3. Melakukan verifikasi terhadap bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran
APB Desa.

D. Kaur dan Kasi bertugas sebagai pelaksana kegiatan anggaran, sesuai


tugasnya.

E. Kaur dan Kasi mempunyai tugas DPA, yang terdiri dari

1. Rencana kegiatan dan anggaran desa.


2. Rencana kerja kegiatan desa.
3. Rencana Anggaran Biaya (RAB)

F. Pembagian tugas Kaur dan Kasi sebagai pelaksana kegiatan dan anggaran
dilakukan berdasarkan bidang tugas masing-masing dan ditetapkan dalam RKP
Desa.

G. Kaur dan Kasi dalam melaksanakan tugas dapat dibantu oleh tim yang
melaksanakan kegiatan pengadaan barang/jasa yang karena sifat dan jenisnya
tidak dapat dilakukan sendiri.
Tim berasal dari unsur perangkat desa (pelaksana kewilayahan), lembaga
kemasyarakatan desa, yang terdiri atas:
1. Ketua.
2. Sekretaris.
3. Anggota.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 42


Pembentukan tim diusulkan pada saat penyusunan RKP Desa melaluiKeputusan
Kepala Desa.

H. Kaur Keuangan dalam PPKD melaksanakan fungsi kebendaharaan. Kaur


Keuangan mempunyai tugas:
1. Menyusun RAK Desa; dan
2. Melakukan penatausahaan yang meliputi menerima, menyimpan,
menyetorkan/membayar, menatausahakan dan mempertanggung- jawabkan
penerimaan pendapatan desa dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan
APB Desa.

I. Kaur Keuangan dalam melaksanakan fungsi kebendaharaan memiliki Nomor


Pokok Wajib Pajak (NPWP) Pemerintah Desa.

VI. Kebijakan dalam Pengelolaan Keuangan Desa Bidang Penanggulangan Bencana,


Keadaan Darurat dan Mendesak Desa

A. Ruang Lingkup

1. Ketentuan Dasar
Permendagri No 20 tahun 2018 mengatur hal-hal subtansi kebencanaan dan
keadaan luar, dimana keadaan luar biasa dapat terjadi dikarenakan :
a. Adanya bencana
b. Perubahan kebijakan yang mendasar dari pemerintah/pemerintah daerah
terkait dengan penambahan dan/atau pengurangan dalam Pendapatan Desa
tahun berjalan
c. Adanya keadaan yang menyebabkan estimasi penerimaan dan/atau
pengeluaran dalam APBDes mengalami kenaikan atau penurunan lebih besar
dari 50% (lima puluh persen)
2. Pengertian dan Kriteria dan Penggunaan Anggaran
a. Bencana
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik
oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda dan dampak psikologis. Berdasarkan potensi
penyebabnya, bencana dikelompokkan menjadi 3 jenis, yakni :
1) Bencana Alam, merupakan bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain gempa bumi,
tsunami, gunung meletus, banjir, tanah longsor dll
2) Bencana Non Alam, merupakan bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau serangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal
tekhnologi, gagal modernisasi, epidemi dan wabah penyakit.
3) Bencana Sosial, merupakan bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia meliputi konflik
sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat dan teror.

b. Keadaan Darurat

Penyelenggaraan kegiataan keadaan darurat merupakan upaya


penanggulangan keadaan darurat yang disebabkan karena adanya kerusakan
dan/atau terancamnya penyelenggaraan pembangunan sarana dan prasarana
akibat kenaikan harga yang menyebabkan terganggunya pelayanan dasar
masyarakat. Berdasarkan hal tersebut maka kegiatan keadaan darurat dapat
dilaksanakan untuk suatu kondisi yang terjadi karena:

1) Adanya kerusakan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat


yang diakibatkan bukan karena bencana
2) Adanya ancaman tidak terselesaikannya pembangunan sarana dan

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 43


prasarana pelayanan dasar untuk masyarakat yang diakibatkan harga
barang/jasa jauh lebih tinggi dari nilai yang ditetapkan.

c. Keadaan Mendesak

Penyelenggaraan kegiatan keadaan mendesak merupakan upaya pemenuhan


kebutuhan primer dan pelayanan dasar masyarakat miskin yang mengalami
kedaruratan. Dimana hal ini dimaksudkan untuk suatu keadaan buruk dan
kemalangan yang tidak disangka sangka terjadi pada penduduk miskin secara
individual dan jika tidak ditangani segera akan mengakibatkan :

1) Resiko kematian
2) Resiko sakit berat dan/atau cacat permanen
3) Resiko putus sekolah
4) Resiko tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan hidup keluarga yang
diakibatkan oleh suatu keadaan luar biasa yang ditetapkan oleh
Pemerintah untuk penggunaan Dana Desa

3. Tata Cara Penggunaan Anggaran

Tata cara penggunaan anggaran bidang penanggulangan bencana, keadaan


darurat dan mendesak desa adalah sebagai berikut :

a. Untuk penanganan terhadap penanggulangan bencana dan mendesak yang


apabila ditunda akan menimbulkan resiko kematian dan/atau sakit berat atas
perintah Kepala Desa, Kaur Keuangan dapat mengeluarkan uang dengan
SPP Panjar yang diajukan oleh Kaur/Kasi PKA
b. Kaur/Kasi PKA kemudian menyusun RAB untuk pemenuhan kebutuhan
penanganan keadaan sebagaiman dimaksud diatas dan diajukan kepada
Kepala Desa melalui Sekretaris Desa.
c. Sekretaris Desa melakukan verifikasi terhadap RAB yang diusulkan
d. Kepala desa melalui surat keputusan menyetujui RAB pelaksanaan kegiatan
anggaran belanja tak terduga sesuai dengan verifikasi yang dilakukan oleh
sekretaris desa
e. Untuk penanganan terhadap penanggulangan bencana, keadaan darurat,
dan mendesak desa yang tidak menimbulkan resiko kematian dan/atau sakit
berat proses pengeluaran anggaran tetap melalui tahapan sebagaimana
angka 2), 3) dan 4)
f. Pelaksanaan kegiatan untuk penanggulangan bencana, keadaan darurat,
dan mendesak desa dipertanggungjawabkakn melalui Rapat Kerja
Pemerintah Desa yang melibatkan BPD dan dituangkan dalam Berita Acara
paling lambat 1 bulan setelah pelaksanaan
g. Kepala Desa melaporkan pengeluaran anggaran belanja tak terduga kepada
Bupati/Walikota melalui camat paling lambat 1 bulan sejak keputusan Kepala
Desa ditetapkan.

B. Perencanaan

1. Perencanaan Reguler
Perencanaan kegiatan bidang penanggulangan bencana, keadaan darurat, dan
mendesak desa adalah proses perencanaan yang tidak terlepas dari proses
perencanaan pembangunan tahunan (RKP Desa) yang dilakukan secara
reguler, namun terdapat beberapa perbedaan langkah dalam penyusunannya
yakni:
a. Tim penyusun RKP Desa melakukan identifikasi potensi bencana,
kerusakan sarana prasarana sosial dasar maupun kebutuhan yang bersifat
sosial dasar yang mungkin terjadi di desa
b. Tim penyusun RKP Desa menyusun kebutuhan anggaran untuk bidang ini
dalam sebuah dokumen proposal yang menjabarkan latar belakang, tujuan,

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 44


output dan kebutuhan anggaran untuk bidang ini
c. Proposal disusun secara sederhana karena pada kegiatan pada masing-
masing sub bidang pada bidang ini tidak dijabarkan, tapi nama kegiatan
mengikuti nomenklatur sub bidang dan tidak diperlukan desain dan rencana
anggaran biaya (RAB) sebagaimana kegiatan pada 4 bidang lainnya.
d. Perencanaan anggaran bidang ini tidak perlu dilakukan perangkingan
namun dilakukan verifikasi terhadap kebutuhan anggarannya
e. Dokumen perencanaan bidang ini menjadi bagian dari rancangan RKP Desa
yang proses penyusunan dan pengesahannya mengikuti proses reguler.

2. Perencanaan dalam Keadaan Luar Biasa


Perubahan dalam keadaan luar biasa dilakukan melalui proses perubahan RKP
Desa dan perubahan APB Desa yang dilakukan dalam waktu yang bersamaan
akibat tidak cukupnya alokasi anggaran pada bidang ini. Adapun dalam tahapan
perubahan RKP Desa dan APB Desa, Kepala Desa akan melakukan hal-hal
sebagai berikut :
a. Melakukan koordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota yang mempunyai
kewenangan terkait dengan kejadian khusus atau mengumpulkan dokumen
perubahan mendasar atas kebijakan pemerintah, pemerintah daerah
provinsi dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota
b. Mengkaji ulang kegiatan pembangunan dalam RKP Desa dan APB Desa
yang terkena dampak terjadinya peristiwa khusus atau yang terkena
dampak terjadinya perubahan mendasar atas kebijakan pemerintah,
pemerintah daerah provinsi dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota
c. Menyusun rancangan kegiatan yang disertai Desain dan RAB
d. Menyusun rancangan Peraturan Desa mengenai RKP Desa perubahan
beserta lampirannya dan rancangan Peraturan Desa mengenai APB Desa
Perubahan
e. Menyelenggarakan Musyawaran Perencanaan Pembangunan Desa
(musrenbang desa) yang diadakan secara khusus untuk kepentingan
pembahasan dan penyepakatan Peraturan Desa mengenai RKP Desa
Perubahan dan Peraturan Desa mengenai APB Desa Perubahan

C. Pelaksanaan

1. Penetapan Kondisi Bencana, Keadaan Darurat dan Mendesak Desa


Penetapan terhadap kondisi bencana, keadaan darurat dan mendesak desa pada
dasarnya merupakan suatu penilaian subyektif dari Pemerintah Desa dengan
memperhatikan ketentuan sebagai berikut :
a. Penetapan kondisi bencana, keadaan darurat dan mendesak berpedoman
kepada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. Mengikuti kebijakan Pemerintahan dan/atau Pemerintah Daerah yang
menetapkan suatu keadaan luar biasa yang terkait dengan status bencana
c. Pemerintah Desa tidak dapat menetapkan pelaksanaan kegiatan yang
menghasilkan output Bantuan Langsung Tunai (BLT) kecuali adanya
kebijakan dari Pemerintah karena adanya keadaan luar biasa
d. Penetapan dilakukan melalui Surat Keputusan (SK) Kepala Desa
e. SK Kepala Desa menjadi dasar pelaksanaan kegiatan untuk
penanggulangan bencana, keadaan darurat dan mendesak desa

2. Pelaksanaan Kegiatan Anggaran


a. Penanggulangan Bencana,
Sebelum melaksanakan kegiatan penanggulangan bencana yang
berhubungan dengan pengadaan barang/jasa Pemerintah Desa melakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Identifikasi Kegiatan Prioritas
2) Persiapan Kegiatan/Pengadaan
3) Pelaksanaan Kegiatan/Pengadaan

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 45


b. Keadaan Darurat
Dalam kondisi adanya kerusakan sarana prasaran pelayanan dasar
masyarakat yang disebabkan bukan karena bencana, tahapan yang harus
dilakukan adalah :
1) Identifikasi Kebutuhan
2) Rapat Kerja Pemerintah Desa
3) Pelaksanaan Kegiatan

c. Keadaan Mendesak
Tahapan pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana berlaku mutatis
mutandis terhadap pelaksanaan penanganan keadaan mendesak dengan
resiko tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan hidup keluarga yang
diakibatkan adanya suatu keadaan luar biasa yang ditetapkan oleh
Pemerintah untuk penggunaan Dana Desa.

D. Penatausahaan

Alur penatausahaan kegiatan bidang penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan


pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat desa
berlaku mutatis mutandis terhadap penatausahaan kegiatan pada bidang
penanggulangan bencana, keadaan darurat dan mendesak desa. Penatausahaan
dilakukan dengan 2 cara yakni dengan manual dan melalui aplikasi SISKEUDES.

E. Pelaporan dan Pertanggungjawaban

Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran bidang penanggulangan


bencana, keadaan darurat dan mendesak desa merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan APB Desa yang
terdiri dari :

1. Laporan Pelaksanaan APB Desa Semester Pertama;


2. Laporan Pertanggungjawaban Realisasi APB Desa

Selain pelaporan diatas, Pemerintah Desa diwajibkan menyampaikan laporan


pelaksanaan kegiatan bidang penanggulangan bencana, keadaan darurat dan
mendesak desa berdasarkan aturan/kebijakan pemerintah yang dikeluarkan untuk
pelaksanaan penanganan suatu keadaan luar biasa yang berhubungan dengan
bencana, keadaan darurat dan mendesak desa yang ditetapkan
Pemerintah/Pemerintah Daerah.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 46


PB.5. KELEMBAGAAN PKK DAN POSYANDU

SEJARAH GERAKAN PKK

Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) sebagai gerakan pembangunan


masyarakat bermula dari seminar Home Economic di Bogor tahun 1957. Sebagai tindak
lanjut dari seminar tersebut, pada tahun 1961 panitia penyusunan tata susunan pelajaran
pada Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Kementerian Pendidikan bersama
kementerian-kementerian lainnya menyusun 10 segi kehidupan keluarga. Gerakan PKK
dimasyarakatkan berawal dari kepedulian istri gubernur Jawa Tengah pada tahun 1967
(Ibu Isriati Moenadi) setelah melihat keadaan masyarakat yang menderita busung lapar.
Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui 10 segi pokok keluarga
dengan membentuk Tim Penggerak PKK di semua tingkatan, yang keanggotaan timnya
secara relawan dan terdiri dari tokoh/pemuka masyarakat, para isteri kepala dinas/jawatan
dan isteri kepala daerah s.d tingkat desa dan kelurahan yang kegiatannya didukung
dengan anggaran pendapatan dan belanja daerah.
Pada tanggal 27 Desember 1972 mendagri mengeluarkan surat kawat no. Sus 3/6/12
kepada seluruh gubernur kdh tk. I Jawa Tengah dengan tembusan gubernur kdh seluruh
Indonesia, agar mengubah nama pendidikan kesejahteraan keluarga menjadi pembinaan
kesejahteraan keluarga. Sejak itu gerakan PKK dilaksanakan di seluruh Indonesia dengan
nama Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), dan tanggal 27 Desember ditetapkan
sebagai "hari kesatuan gerak PKK" yang diperingati pada setiap tahun.
Dalam era reformasi dan ditetapkannya TAP MPR no. IV/MPR/1999 tentang GBHN 1999-
2004, serta pelaksanaan otonomi daerah berdasarkan undang-undang no.22 tahun 1999
dan undang-undang no.25 tahun 1999, tetapi PKK pusat tanggap dengan mengadakan
penyesuaian-penyesuaian yang disepakati dalam rakernaslub PKK tanggal 31 Oktober
s.d 2 November 2000 di Bandung dan hasilnya merupakan dasar dalam perumusan
keputusan menteri dalam negeri dan otonomi daerah no. 53 tahun 2000, yang selanjutnya
dijabarkan dalam pedoman umum gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga
(PKK).
Pada Tahun 2000 Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah menerbitkan Permendagri
Otda No 53 Tahun 2000 yang berisi Pedoman Umum Gerakan Pembersayaand an
Kesejahteraan Keluarga. Permendagri Otda ini dicabut melalui Permendagri No 1 Tahun
2013 yang mengamanatkan Pemberdayaan Masyarakat melalui Gerakan Pemberdayaan
dan Kesejahteraan Keluarga serta penggantian nama dari Gerakan Pembinaan
Kesejahteraan Keluarga menjadi Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga.
Guna memberikan landasan hukum bagi Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan
Keluarga dikeluarkanlah Perpres No 99 Tahun 2017 Tentang … Ditegaskan di dalamnya
bahwa Gerakan Pemberdayaan Keluarga sudah tidak sesuai dengan perkembangan
jaman. Karena itu diganti menjadi Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga
untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat.
Seiring dengan perjalanan pelaksanaan Undang-undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa,
regulasi turunannya yang mengatur tentang keterlibatan PKK di dalam pembangunan

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 47


desa adalah Permendagri No 18 Tahun 2018 tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa
(LKD) dan Lembaga Adat Desa (LAD).
Menteri Dalam Negeri pada Rapat Konsultasi PKK Tahun 2019 menegaskan bahwa
Gerakan PKK merupakan salah satu gerakan sosial kemasyarakatan. Karenanya
perencanaan program dan kegiatan PKK harus selaras dengan prioritas program dan
kegiatan nasional maupun daerah.
Dalam kerangka menindaklanjuti Perpres 99 Tahun 2017 diterbitkanlah Permendagri
Nomor 36 Tahun 2020. Di dalamnya mengamanatkan bahwa Petunjuk Teknis
Pengelolaan Gerakan PKK berpedoman pada Rencana Induk Gerakan PKK sebagai
dasar penyusunan Strategi Gerakan PKK.
Berdasarkan hasil Rapat Kerja Nasional Gerakan PKK tahun 2021, Menteri Dalam Negeri
mengeluarkan Kepmendagri No 411.4-4946 Tahun 2021. Kepmendagri ini berisi
pengesahan Keputusan Ketua Umum TP PKK tentang Hasil Rapat Kerja Nasional IX PKK
Tahun 2021. Di dalamnya juga ditegaskan bahwa Kepmendagri mengesahkan dan
memberlakukan:
1. Rencana Induk Gerakan PKK Tahun 2021-2024
2. Strategi Gerakan PKK
3. Petunjuk Teknis Tata Keloma Kelembagaan PKK

Adapun hasil Rapat Kerja Nasional IX PKK Tahun 2021 adalah:


1. Rancangan besar gerakan PKK tahun 2021- 2024 adalah:
Menciptakan “Gerakan Nasional Keluarga Pelopor Perubahan” melalui Pembinaan
karakter keluarga, Pendidikan dan peningkatan ekonomi keluarga, penguatan
ketahanan keluarga, serta kesehatan keluarga dan lingkungan.
2. Rencana Induk dan Strategi Gerakan PKK Tahun 2021-2024 menekankan kepada 4
agenda prioritas, yaitu:
1) Ketahanan ekonomi
2) Revolusi mental
3) Memperkuat pelayanan dasar
4) Lingkungan hidup.
3. Agenda gerakan PKK 2020-2024 tersebut diimplementasikan setiap tahun melalui 10
(sepuluh) Program Pokok PKK dan dilaksanakan oleh tiap Tim Penggerak PKK di
semua tingkatan baik pusat maupun daerah. Isu Utama yang harus dilakukan adalah:
1) Penanganan Pandemi Covid-19,
2) Penurunan angka stunting
3) Penguatan ekonomi masyarakat.
4. Visi Gerakan PKK:
“Terwujudnya keluarga pelopor perubahan dalam pemenuhan SDM berkualitas
melalui Ketahanan Ekonomi, Revolusi Mental, Lingkungan Hidup dan Pelayanan
Dasar”.
5. Misi Gerakan PKK:
1) Mewujudkan keluarga yang berkarakter melalui Pola Asuh Anak dan Remaja
(PAAR)

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 48


2) Mewujudkan keluarga yang terdidik, terampil dan berkemampuan
3) Mewujudkan Ketahanan keluarga mel pemenuhan pangan, sandang, perumahan
4) Mewujudkan derajat Kesehatan keluarga
5) Mewujudkan pengelolaan Gerakan PKK melalui penerapan Sistim Informasi
Manajemen (SIM) PKK

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 49


KEBIJAKAN PEMERINTAH
TENTANG GERAKAN PKK

I. Kebijakan Gerakan PKK Masa Orde Baru

a. Pemberdayaan dan Kesejahteraan keluarga (PKK) yang merupakan gerakan


pembangunan masyarakat bermula dari seminar home economic di bogor pada tahun
1957, dengan menghasilkan rumusan 10 segi kehidupan keluarga. kemudian
ditindaklanjuti oleh kementerian pendidikan, pengajaran dan kebudayaan pada tahun
1961 yang menetapkan 10 segi kehidupan keluarga sebagai kurikulum pendidikan
kesejahteraan keluarga yang diajarkan di sekolah-sekolah dan pendidikan
masyarakat (penmas).

b. Pada Tanggal 27 Desember 1972 Menteri Dalam Negeri mengirimkan Surat Kawat
Nomor : Sus 3/6/12 Kepada Gubernur Jawa Tengah untuk Merubah nama Pendidikan
Kesejahteraan Keluarga menjadi Pembinaan Kesejahteraan Keluarga, tembusan
Disampaikan Kepada Gubernur Seluruh Indonesia.

c. Untuk Mencapai Keluarga Sejahtera dengan tidak membeda-bedakan golongan,


agama, partai dan lain-lain. Hal ini menarik perhatian pemerintah yang selanjutnya
gerakan pembinaan kesejahteraan keluarga (pkk) diatur dan dibina oleh Kementerian
Dalam Negeri. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 28 Tahun 1980, tentang
perubahan LSD menjadi Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (Lkmd) Dan Pkk
Sebagai Seksi Ke 10 Di LKMD.

d. Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1982, Tim Penggerak
PKK Pusat dibentuk dan dipimpin oleh Istri Menteri Dalam Negeri Pada Tahun 1982.
Sebagai langkah selanjutnya, diadakan pemantapan Gerakan Pkk baik tentang
pengelolaan dan pengorganisasiannya maupun program kerja dan administrasi
melalui Pelatihan, Orientasi, Rakon Dan Rakernas.

e. Kemudian pada sidang Umum MPR Tahun 1983, berdasarkan Tap MPR Nomor
II/MPR/1983 tentang GBHN, Pembinaan Kesejahteraan Keluarga ditetapkan sebagai
salah satu wahana untuk Meningkatkan Peranan Wanita Dalam Pembangunan. Pada
tahun 1984 Menteri Dalam Negeri menerbitkan Surat Keputusan Nomor 28 Tahun
1984 tentang Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) yang menetapkan tentang
pengertian, Tujuan, Sasaran, Fungsi, Tugas Gerakan PKK Dan ketentuan Atribut-
atributnya.

II. Kebijakan Gerakan PKK Masa Reformasi

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 50


a. Pada masa reformasi setelah tahun 1998, sejalan dengan penguatan demokratisasi,
aspek pemberdayaan dari, oleh dan untuk masyarakat mengemuka. Hal ini direspons
dengan penguatan arah kelembagaan menjadi Pemberdayaan dan Kesejahteraan
Keluarga (PKK). Dalam proses selanjutnya, strategi gerakan masyarakat
dikembangkan untuk mempertajam proses peningkatan kesejahteraan keluarga.

b. b.Sesuai dengan era reformasi dan GBHN 1999 adanya perubahan paradigma baru
pembangunan serta Otonomi Daerah berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun
1999. Tim Penggerak PKK Pusat menyelenggarakan rapat Kerja Nasional Luar Biasa
PKK pada tanggal 31 Oktober sampai dengan 2 November 2000 di Bandung. Hasil
Kesepakatan Rakernaslub PKK tersebut selanjutnya ditetapkan menjadi Keputusan
Menteri Dalam Negeri Dan Otonomi Daerah Nomor 53 Tahun 2000 Tentang Gerakan
Pemberdayaan Dan Kesejahteraan Keluarga (PKK).

III. Kebijakan Pemerintah Masa Milenium

a. Memasuki siklus perubahan dunia baru yang dimulai tahun 2000 dengan sebutan
populer era milenium. Pada Tahun 2013 pemerintah mengeluarkan kebijakan
mengenai Gerakan PKK yang Menggantikan Kepmendagri Dan Otoda Nomor 53
Tahun 2000 Tentang Gerakan Pemberdayaan Dan Kesejahteraan Keluarga (PKK),
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 tentang
Pemberdayaan Masyarakat melalui Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan
Keluarga dengan muatan pengaturannya terdiri dari 8 Bab dan 20 Pasal dengan
pengaturan yang sangat krusial antara lain:

a) Perubahan Dewan Penyantun menjadi Pembina.


b) Dukungan Penyelenggaraan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan PKK
didaerah Gubernur, Bupati/Walikota melalui OPD yang membidangi
Pemberdayaan Masyarakat dalam memfasilitasi pelaksanaan Pembinaan dan
Penguatan Kelembagaan. Kemudian untuk pelaksanaan 10 Program Pokok PKK
bermitra dengan OPD terkait yang bersifat teknis di daerah masing-masing. Hal
tersebut mengingat pendanaan yang selama ini dilakukan, cenderung
dilimpahkan semua pada OPD yang membidangi Pemberdayaan Masyarakat.
c) Selanjutnya tidak menggunakan pendanaan melalui hibah dari pemerintah pusat
dan pemerintah daerah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Sedangkan hibah dari luar pemerintahan masih diperkenanankan selama tidak
bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku.
d) Penggunaaan dana yang berasal dari APBN, APBD, dan APB Desa
dimaksudkan agar dapat dipertanggungjawabkan secara akuntabel serta
optimalisasi kinerja dari OPD yang terukur sebagai pemangku dana/anggaran
dalam memfasilitasi pelaksanaan program dan kegiatan PKK.
e) Memberdayakan Masyarakat agar lebih berdaya (Mandiri) dalam mengatasi
permasalahan diri dan lingkungannya melalui Peningkatan Kapasitas, Dengan
menghindari pemberian langsung kepada masyarakat yang sifatnya hanya
sementara.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 51


b. Penguatan Gerakan PKK dapat mempercepat proses peningkatan kesejahteraan
keluarga. Untuk mewujudkan gerakan nasional PKK, dalam rangka mewujudkan
Kesejahteraan Keluarga di Indonesia yang merata dan bersendikan kearifan lokal.
Dengan gerakan pemberdayaan yang terencana, terpadu dan terstruktur akan
mempercepat pencapaian Kesejahteraan Keluarga.

c. Oleh sebab itu diperlukan penguatan dukungan pemerintah terhadap Gerakan PKK
tersebut. Untuk mewujudkan dukungan pemerintah, maka diperlukan kebijakan yang
dapat mendorong keterlibatan semua unsur baik pemerintah, masyarakat dan pihak-
pihak terkait lainnya berupa Peraturan Presiden. Dengan materi muatan berisi materi
yang diperintahkan oleh Undang-Undang, materi untuk melaksanakan Peraturan
Pemerintah, materi untuk melaksanakan penyelenggaraan kekuasaan
pemerintahan, atau kesosongan hukum/aturan.

d. Wujud dukungan nyata pemerintah melalui Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2017
tentang Gerakan PKK, merupakan apresiasi tinggi dari Presiden sebagai kepala
Pemerintahan dalam mendukung Gerakan PKK.
e. Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2017 tentang Gerakan PKK terdiri dari 5 Bab,
19 Pasal, dan 23 Ayat, dengan muatan subtansi pengaturan lebih konprehensif yang
belum diatur oleh aturan sebelumnya. antara lain:
1. Perencanaan Gerakan PKK
2. Pelaksanaan Gerakan PKK
3. Pelaporan Gerakan PKK
4. Peran serta Masyarakat
f. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang mengamanatkan Lembaga Kemasyarakatan
Desa dan Lembaga Adat Desa dibentuk oleh Pemerintah Desa berdasarkan pedoman
yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri yang selanjutnya dituagkan kedalam
Permendagri Nomor 18 Tahun 2018 tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKD)
dan Lembaga Adat Desa (LAD)

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 52


LEMBAR BACAAN 3

KEBIJAKAN 10 PROGRAM POKOK PKK


DAN PROGRAM PRIORITAS

10 Program Pokok PKK


1. Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
2. Gotong Royong
3. Pangan
4. Sandang
5. Perumahan dan Tata Laksana Rumah Tangga
6. Pendidikan dan Keterampilan
7. Kesehatan
8. Pengembangan Kehidupan Berkoperasi
9. Kelestarian Lingkungan Hidup
10. Perencanaan Sehat

Dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pelaksanaan 10 Program Pokok PKK, telah
ditetapkan berbagai kebijakan dan program yang dilaksanakan oleh TP PKK Pusat dan
TP PKK Daerah, antara lain:
1. Penjabaran dari 10 Program Pokok PKK, terdapat Program Unggulan yang memang
merupakan ciri khas Gerakan PKK untuk mencapai visi dan misinya, yang mutlak
dilaksanakan oleh seluruh jajaran Tim Penggerak PKK Pusat dan Daerah sampai
dengan Kelompok-kelompok PKK dan Dasawisma sesuai dengan peran, fungsi, dan
kapasitasnya masing-masing. Program Unggulan ini dikategorikan sebagai program
prioritas.
2. Program Unggulan dimaksud, adalah:
a. Pola Asuh Anak dan Remaja dengan penuh cinta dan kasih sayang dalam
Keluarga.
b. Pemberdayaan Ekonomi Keluarga.
c. Pemanfaatan lahan melalui Program Halaman Asri Teratur Indah dan Nyaman
(Hatinya) PKK
d. Hidup Bersih Sehat di dalam Keluarga dan Lingkungan dengan PHBS dan perilaku
Cerdik (cek kesehatan secara teratur, enyahkan asap rokok, rajin olahraga, diet
seimbang, istirahat cukup, dan kelola stress).
3. Dalam melaksanakan 10 Program Pokoknya, agar TP PKK senantiasa dapat
bersinergi dengan program kerja dari beberapa unsur Kementerian dan Lembaga
selaku Pembina TP PKK.
4. Dalam rangka mengefektifkan sasaran dan pencapaian Program Kerja PKK, maka TP
PKK Pusat menetapkan adanya bidang-bidang dalam pelaksanaan 10 Program
Pokok PKK, yaitu:
a. Bidang Pembinaan Karakter Keluarga
Upaya pembinaan karakter dalam kehidupan keluarga penuh cinta dan kasih
sayang dengan menanamkan sikap prilaku berbudaya dan berkepribadian
Indonesia melalui keteladanan orang tua dan orang yang dituakan, melalui

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 53


pengembangan anak sejak usia dini secara holistik integratif dengan menerapkan
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sosial dan semangat gotong royong.
b. Bidang Pendidikan dan Peningkatan Ekonomi Keluarga
Berperanserta dalam upaya peningkatan Pendidikan untuk mewujudkan
Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas dalam usaha memenuhi kebutuhan
pendidikan dasar melalui wajib belajar 12 Tahun, dan pemberian ketrampilan
keluarga dalam upaya peningkatan dan pemberdayaan ekonomi keluarga melalui
pengembangan ekonomi kreatif dan Usaha Mikro Kecil, serta pengembangan
kehidupan berkoperasi.
c. Bidang Penguatan Ketahanan Keluarga
Mengembangkan dan memanfaatkan potensi dan sumberdaya keluarga dalam
rangka pemenuhan kebutuhan keluarga dan diversifikasi pangan lokal,
pemanfaatan sumberdaya alam, melalui teknologi tepat guna dengan pemanfaatan
lahan pekarangan. Cinta dan bangga menggunakan dan memanfaatkan produk
dalam negeri, serta mewujudkan rumah sehat dan layak huni.
d. Bidang Kesehatan Keluarga dan Lingkungan.
Meningkatkan derajat kesehatan keluarga dan lingkungan dengan menerapkan
Hidup Bersih Sehat, mencegah dan menanggulangi penyakit menular dan tidak
menular, berperanserta dalam upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka
Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKBa), berpartisipasi dalam
pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), melestarikan lingkungan
hidup, Keluarga Berencana, dan perencanaan sehat.
5. Implementasi dan penjabaran lebih lanjut dari kegiatan pada lingkup Bidang,
dilakukan oleh Pokja-pokja TP PKK Pusat sesuai dengan tugas dan fungsinya
masing-masing.
6. Pada unsur Tim Penggerak PKK di daerah, fungsi Bidang melekat pada tugas dan
fungsi para Wakil Ketua selaku koordinator Pokja-Pokja. Sedangkan implementasi
atau pelaksanaan kegiatan dalam lingkup Bidang-bidang dimaksud dilakukan oleh
masing-masing Pokja sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing.

LEMBAR BACAAN 4

TUGAS DAN FUNGSI KELEMAGAAN DESA

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 54


Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2018 Tentang
Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Adat Desa

BAGIAN KEDUA TUGAS DAN FUNGSI


A. Pasal 4 ayat 1: LKD bertugas:
a. melakukan pemberdayaan masyarakat Desa;
b. ikut serta dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan; dan
c. meningkatkan pelayanan masyarakat Desa.
B. Pasal 4 ayat 2: Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, LKD mengusulkan program dan kegiatan kepada Pemerintah Desa.
C. Pasal 5: Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, LKD
memiliki fungsi:
a. menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat;
b. menanamkan dan memupuk rasa persatuan dan kesatuan masyarakat;
c. meningkatkan kualitas dan mempercepat pelayanan Pemerintah Desa kepada
masyarakat Desa;
d. menyusun rencana, melaksanakan, mengendalikan, melestarikan, dan
mengembangkan hasil pembangunan secara partisipatif;
e. menumbuhkan, mengembangkan, dan menggerakkan prakarsa, partisipasi,
swadaya, serta gotong royong masyarakat;
f. meningkatkan kesejahteraan keluarga; dan
g. meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 55


LEMBAR BACAAN 5

HUBUNGAN KERJA PKK DENGAN KELEMBAGAAN


DESA LAINNYA

A. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2018 Tentang
Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Adat Desa
BAB IV HUBUNGAN KERJA LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN
LEMBAGA ADAT DESA
Pasal 12
1. Hubungan kerja LKD dan LAD dengan Pemerintah Desa bersifat kemitraan.
2. Hubungan kerja LKD dan LAD dengan Badan Permusyawaratan Desa bersifat
konsultatif.
3. Hubungan kerja LKD dan LAD dengan Lembaga Kemasyarakatan lainnya di Desa
bersifat koordinatif.

B. Peraturan Menter! Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2020 Tentang
Peraturan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2017 Tentang Gerakan
Pemberdayaan Dan Kesejahteraan Keluarga

BAB III PEMBENTUKAN TIM PENGGERAK PEMBERDAYAAN DAN


KESEJAHTERAAN KELUARGA
Pasal 24: Hubungan kerja TP PKK di seluruh jenjang meliputi:
1. Hubungan kerja antar TP PKK di semua jenjang bersifat konsultatif dan koordinatif
dengan tetap memperhatikan hubungan hirarkis;
2. Hubungan kerja antara TP PKK dengan pemerintah, lembaga kemasyarakatan
yang memiliki kepedulian terhadap PKK, bersifat kemitraan;
3. Hubungan kerja antara TP PKK dengan pembina bersifat konsultatif dan
koordinatif;
4. Hubungan kerja antara TP PKK Desa/Kelurahan dengan lembaga kemasyarakatan
Desa atau sebutan lain, bersifat konsultatif, koordinatif dan kerjasama; can
5. Hubungari kerja aritara TP PKK dengan dunia usaha, lembaga donor dalam dan
luar negeri bersifat kemitraan.

LEMBAR BACAAN 6

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 56


TUGAS FUNGSI PKK DESA
DALAM PEMBANGUNAN DESA

Penggunaan dana desa merupakan kewenangan desa. Karena itulah secara


kelembagaan, PKK sebagai bagian dari LKD harus terlibat aktif menyampaikan aspirasi
masyarakat melalui forum musyawarah dusun hingga Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Desa (Musrenbang Desa).
Sebagai salah satu wadah partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan,
pemerintahan, kemasyarakatan, dan pemberdayaan keberadaan PKK menjadi semakin
penting dan strategis karena menjadi mitra pemerintah dalam mendukung program kerja
pemerintah. Selain melalui 10 Program Pokok PKK, peran penting PKK secara
kelembagaan didalam pembangunan desa adalah terkait dengan fungsi Kader PKK.
Kader PKK adalah seseorang yang mau, mampu, dan memahami, serta melaksanakan
10 Program Pokok PKK. Karena itulah, setiap orang atau individu yang ada di dalam
struktur PKK mulai dari pusat hingga desa termasuk dasa wisma dapat disebut sebagai
kader. Kader PKK disebut sebagai agen perubahan sekaligus aktor pembangunan yang
sangat penting dalam mendampingi masyarakat.
Dalam PKK, pemberdayaan masyarakat berawal dari masalah desa. Dengan fungsi yang
melekat sebagai penyuluh, motivator dan penggerak masyarakat, fasilitator, perencana,
pelaksana dan pengendali sekaligus pembina dan pembimbing Gerakan PKK, membuat
PKK Desa harus mengambil peran penting bersama dengan lembaga lain dalam
pembangunan desa. Setiap Kader PKK diharapkan dapat menciptakan atau memudahkan
terbukanya akses agar masyarakat lebih berperan aktif dalam kegiatan pembangunan.
TP PKK Desa, Pokja, Kelompok PKK Dusun/Lingkungan, RW maupun RT diharapkan ikut
berperan aktif pada saat rapat, musyawarah dusun dan desa, forum perencanaan di
tingkat kelompok, dusun dan desa maupun pada pelaksanaan Musyawarah Perencanaan
dan Pembangunan Desa (Musrenbang Desa). Agar dapat berperan aktif, dibutuhkan
upaya meningkatkan rasa percaya diri dan keberanian dalam menyuarakan kebutuhan
masyarakat serta kemampuan mendorong terwujudnya demokratisasi dan transparansi di
tingkat masyarakat.
Kader PKK Desa harus dibekali pengetahuan dan keterampilan dalam kaitannya dengan
Pembangunan Desa seperti perencanaan dan penganggaran desa. Peran maksimal di
dalam pembangunan desa dapat dilaksanakan dengan pelaksanaan tugas:
a. Menggerakkan partisipasi menggali dan mengembangkan potensi masyarakat
terutama perempuan serta kelompok rentan lainnya di desa (lansia, anak, disabilitas,
kelompok minoritas) seperti:
1) Mengusulkan agenda Musyawarah Perempuan dalam rangkaian proses
Perencanaan Pembangunan desa dengan mengundang POSYANDU, PAUD,
BKB GSI, dan kelompok perempuan lainnya yang ada di desa
2) Pembinaan kelompok ekonomi dan pendataan kelompok-kelompok masyarakat
sasaran
3) Memunculkan berbagai inovasi dan kegiatan yang dilakukan lewat partisipasi
dan pemberdayaan keluarga

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 57


b. Terlibat aktif dalam memanfaatkan ruang partisipasi dalam pembangunan desa
seperti:
1) Pengkajian Keadaan Desa
2) Musyawarah Dusun
3) Musyawarah Khusus Perempuan
4) Tahap perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian serta pengawasan
pembangunan desa
5) Mengikuti proses penyusunan dokumen RPJMdes, RKPDes dan APBDes
Pemantauan pelaksanaan pembangunan desa
6) Mendorong sinkronisasi dan integrasi program dan kegiatan PKK dengan
rencana pembangunan desa serta meningkatkan pelayanan masyarakat desa
7) Mengusulkan sub bidang yang terkait dengan pembinaan kelembagaan
masyarakat untuk mendukung operasional dan anggaran kegiatan penguatan
kapasitas kelembagaan PKK baik untuk TP PKK Desa, Pokja maupun Kelompok
dan Dasa Wisma
c. Membantu sosialisasi berbagai program kebijakan pemerintah
d. Berpartisipasi dalam pelaksanaan program instansi yang berkaitan dengan
kesejahteraan keluarga di desa/kelurahan

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 58


LEMBAR BACAAN 7

PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA


DAN SUMBER PENDANAANNYA

I. Konsep dan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Daerah dan Desa

a. Landasan hukum yang menjadi dasar untuk penyusunan perencanaan pembangunan


pusat dan daerah adalah Undang-undang No.25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-undang No.23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah.

b. Undang-undang No. 25 Tahun 2004 tentang SPPN Bab II pasal 2 menjelaskan


mengenai tujuan SPPN adala untuk menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan
sinergi baik antar daerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun
antara pusat dan daerah. Ditegaskan kemudian pada pasal 5 yang berbunyi bahwa
RPJMD harus memperhatikan RPJP Daerah dan RPJMN.

c. Sedangkan Undang-undang no.23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah Pada


bagian Kedua mengenai Perencanaan Pembangunan Daerah di Pasal 263
menyatakan bahwa Penyusunan RPJMD harus berpedoman pada RPJPD dan
RPJMN. Disusul pasal 264 menyatakan tentang RPJMD dapat disesuaikan dengan
terhadap kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat. Selanjutnya pasal 269
dan pasal 271 berbunyi tentang proses evaluasi RPJMD Provinsi dan RPJMD
Kabupaten/Kota yang dapat dilakukan uji kesesuaian dengan RPJMN atau RPJMD
Provinsi untuk Kabupaten.

d. Melalui bahasan di atas, terlihat bahwa RPJMN dan RPJMD adalah dua hal yang
saling berhubungan dan harus sinkron satau sama lain. Berikut gambaran mengenai
proses perencanaan pembangunan pusat dan daerah.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 59


RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Presiden yang
penyusunannya berpedoman pada RPJP Nasional, yang memuat strategi pembangunan
Nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga dan lintas
Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi
makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah
kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka
pendanaan yang bersifat indikatif.

e. RPJMD adalah dokumen perencanaan Daerah untuk periode 5 (lima) tahun. Rencana
Pembangunan Tahunan Daerah yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah
Daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan Daerah
untuk periode 1 (satu) tahun. Pasal 263 ayat 2 UU No. 23 Tahun 2014 RPJPD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan penjabaran dari visi, misi,
arah kebijakan, dan sasaran pokok pembangunan Daerah jangka panjang untuk 20
(dua puluh) tahun yang disusun dengan berpedoman pada RPJPN dan rencana tata
ruang wilayah. Pasal 263 ayat 3 UU No. 23 Tahun 2014 RPJMD merupakan
penjabaran dari visi, misi, dan program kepala daerah yang memuat tujuan, sasaran,
strategi, arah kebijakan, pembangunan Daerah dan keuangan Daerah, serta program
Perangkat Daerah dan lintas Perangkat Daerah yang disertai dengan kerangka
pendanaan bersifat indikatif untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang disusun dengan
berpedoman pada RPJPD dan RPJMN.

f. Tahun 2015, Indonesia memasuki tahap ketiga dalam rencana menengahnya yang
tertuang dalam RPJMN 2015-2019. Bertepatan dengan ini juga, Indonesia memiliki
presiden baru dan kemudian memiliki rumusan kerja untuk masa kerjanya yang
tertuang dalam Nawa Cita, f.sehingga RPJMN 2015-2019 dapat dijabarkan sebagai
berikut:

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 60


g. Hubungan perencanaan nasional, pusat, dan daerah dalam periode jangka panjang
(20 tahun) yang kemudian dijabarkan dalam perencanaan menengah (RPJMN) (5
tahun) adalah sebagai berikut:

h. RPJP Nasional digunakan selama 20 tahun dan diterjemahkan oleh kementerian atau
lembaga terkait hingga ketingkat daerah. RPJP kemudian dibagi menjadi RPJM baik
nasional, tingkat pusat/kemeterian atau lembaga, hinggga ke daerah. RPJMN pada
tingkat kementerian atau lembaga juga diterjemahkan sebagai rencana strategis atau
Renstra kementerian/ lembaga. Renstra kementerian atau lembaga inilah yang pada
tingkat daerah diterjemahkan masing-masing oleh SKPD dalam bentuk renstra SKPD.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 61


i. Berikut RPJPN Indonesia tahun 2005-2025 yang digunakan sebagai acuan
pembangunan diseluruh kementerian atau lembaga maupun ditingkat daerah

II. Sumber-sumber Pendanaan Pembangunan

a. Sumber pembiayaan pembangunan merupakan pengalokasian dana yangdigunakan


untuk pembangunan kegiatan ekonomi, sosial, fisik, dll. Sumber pembiayaansendiri
dibedakan menjadi dua, yaitu: sumber pembiayaan konvensional dan
sumber pembiayaan non konvensional. Sumber pembiayaan konvensional diperoleh
daripemerintah, yaitu dari anggaran pemerintah seperti APBN/APBD, pajak,
retribusi.Sedangkan sumber pembiayaan non-konvensional diperoleh dari gabungan
danapemerintah, swasta, dan masyarakat. Misalnya: zakat, dana pensiun, tabungan
masyarakat.
b. Definisi anggaran, atau biasa disebut dengan pembiayaan publik di atas, dapat
digunakan baik dalam lingkup rumah tangga maupun daerah/negara. Anggaran
terbagi menjadi 2, yaitu Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). APBN dikeluarkan oleh
pemerintah pusat atas persetujuan DPR. Sedangkan APBD dikeluarkan oleh
pemerintah daerah melalui persetujuan DPRD.
c. Sistem anggaran di Indonesia menggunakan sistem anggaran daerah dan terpusat.
Pada saat berlangsungnya masa orde baru sistem anggaran di Indonesia merupakan
system anggaran terpusat, dimana semua anggaran yang ada tercantum dalam
APBN. Pada era reformasi, yakni sekitar tahun 1999 diberlakukan kebijakan otonomi
daerah yang pada akhirnya mengharuskan pemerintah daerah untuk memiliki buku
anggarannya sendiri atau biasa disebut APBD. APBN sendiri disahkan oleh
Kementrian Keuangan sedangkan APBD disahkan oleh Kementerian Dalam Negeri.
Karena Indonesia menggunakan system anggaran terpusat dan sistem anggaran
daerah maka sistem anggaran di Indonesia disebut sistem anggaran yang terpadu.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).


APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui
oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat
rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1 Januari -

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 62


31 Desember). APBN, perubahan APBN, dan pertanggungjawaban APBN setiap tahun
ditetapkan dengan Undang-Undang.

Anggaran Pendapatan, dan Belanja Daerah (APBD).


APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah di Indonesia yang disetujui
oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Tahun anggaran APBD meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai
dengan tanggal 31 Desember.
1). Anggaran Pendapatan, terdiri atas;
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang meliputi
1) Pajak Daerah
2) Retribusi Daerah
3) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah, dan
4) Penerimaan lainnya.
b. Bagian Dana Perimbangan, yang meliputi”
1) Dana Bagi Hasil
2) Dana Alokasi Umum (DAU), dan
3) Dana Alokasi Khusus (DAK)
4) Lain-lain pendapatan yang sah seperti:
- Dana Hibah
- Dana Darurat
- Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya
- Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
- Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya dan
- Pendapatan Lain-Lain.

2) Anggaran Belanja, yang digunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas


pemerintahan di daerah. Pembiayaan, yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayar
kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran
yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.

3) Fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah


a) Fungsi otorisasi bermakna bahwa anggaran daerah menjadi dasar untuk
merealisasi pendapatan, dan belanja pada tahun bersangkutan. Tanpa
dianggarkan dalam APBD sebuah kegiatan tidak memiliki kekuatan untuk
dilaksanakan.
b) Fungsi perencanaan bermakna bahwa anggaran daerah menjadi pedoman bagi
manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 63


c) Fungsi pengawasan mengandung makna bahwa anggaran daerah menjadi
pedoman untuk menilai keberhasilan atau kegagalan penyelenggaraan
pemerintah daerah.
d) Fungsi alokasi mengandung makna bahwa anggaran daerah harus diarahkan
untuk menciptakan lapangan kerja, mengurangi pengangguran, dan pemborosan
sumberdaya, serta meningkatkan efisiensi, dan efektifitas perekonomian daerah.
e) Fungsi distribusi memiliki makna bahwa kebijakan-kebijakan dalam
penganggaran daerah harus memperhatikan rasa keadilan, dan kepatutan.
f) Fungsi stabilitasi memliki makna bahwa anggaran daerah menjadi alat untuk
memelihara, dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian
daerah

4) Sumber Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah


a) Retribusi
b) Pajak Bumi dan Bangunan
c) Pajak Cukai
d) Pajak Penghasilan (Personal Income Taxes)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa).


APB Desa, sebagaimana Permendagri Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa. APBDesa terdiri
dari pendapatan desa, belanja desa dan pembiayaan. Rancangan APBDesa dibahas
dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa. Kepala Desa bersama Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) menetapkan APBDesa setiap tahun dengan Peraturan
Desa.

1) Pendapatan Desa
Semua penerimaan uang melalui rekening desa yang merupakan hak desa dalam 1
(satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh desa.
a. Pendapatan Desa berasal dari Pendapatan Asli Desa, yakni:
a) Hasil usaha
b) Hasil aset
c) Swadaya
d) Partisipasi dan gotong-royong;
e) dan lain-lain pendapatan asli desa yang sah.

b. Pendapatan Desa berasal dari transfer yakni:


a) Dana Desa
b) Bagian dari Hasil Pajak Daerah Kabupaten/Kota dan Retribusi Daerah
c) Alokasi Dana Desa (ADD)
d) Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi dan
e) Bantuan Keuangan APBD Kabupaten/Kota.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 64


c. Pendapatan Desa berasal dari Pendapatan Lain-lain, yakni:
a) Hibah dan Sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat dan
b) Lain-lain pendapatan desa yang sah.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 65


PB.6. KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA

SPB.6.1. Kewenangan Desa dan Kelembagaan Desa

A. Pengertian Kewenangan dan Kewenangan Desa Adat

Dalam prespektif hukum publik, Stroink (2006:4) menguraikan makna kewenangan


(authority) dalam 3 (tiga) dimensi pokok, yakni:

a. kewenangan adalah kemampuan yuridis dari orang atau badan hukum publik.
Batasan ini memerlukan penjelasan. Kewenangan badan hukum publik harus
dibedakan kewenangan dari wakil untuk mewakili badan. Hak dan kewajiban yang
diberikan kepada wakil harus dibedakan dari hak dan kewajiban yang diberikan
kepada badan hukum publik.

b. kewenangan dari badan hukum publik tidak hanya hak dari badan berdasarkan
hukum publik, tapi juga kewajiban berdasarkan hukum publik. Jika berbicara hak dan
kewajiban, hal itu mengandung arti bahwa orang melihat kewenangan semata-mata
sebagai hak, sebagai kuasa. Dalam pada itu, hal menjalankan hak berdasarkan
hukum publik sedikit banyak selalu terikat kepada kewajiban berdasarkan hukum
publik sesuai asas umum pemerintahan yang baik. Memperhatikan hubungan yang
tidak terputus ini antara hak dan kewajiban yang berdasarkan hukum publik, saya
mengartikan kewenangan dari badan itu sebagai keseluruhan hak dan kewajiban
yang terletak pada badan hukum publik itu, sehingga harus dibedakan: (1) pemberian
kewenangan: pemberian hak kepada dan pembebanan kewajiban terhadap badan
badan hukum publik (attribusi/delegasi); (2) pelaksanaan kewenangan: menjalankan
hak dan kewajiban publik yang berarti mempersiapkan dan mengambil keputusan;
dan (3) akibat hukum dari pelaksanaan kewenangan keseluruhan hak dan/atau
kewajiban yang terletak pada rakyat/burger, kelompok rakyat dan badan.

c. Kewenangan berdasarkan hukum publik sebagai dasar tindakan badan yang


memang terletak dalam hukum publik.

Dalam prespektif Administrasi Negara, kewenangan (authority) adalah hak seorang


pejabat untuk mengambil tindakan yang diperlukan agar tugas serta tanggung jawabnya
dapat dilaksanakan dengan baik (Sutarto, 1985: 141). Dalam dimensi organisasi
pemerintahan, senantiasa terjadi pelimpahan atau penyerahan wewenang dari organisasi
pemerintahan tingkat atas kepada organisasi pemerintahan tingkat bawahnya dan/atau
pelimpahan atau penyerahan wewenang dari pimpinan tingkat atas kepada bawahannya.
Oleh karena itu, Sutarto (1985: 142) menyatakan bahwa pelimpahan wewenang berarti
penyerahan sebagian hak untuk mengambil tindakan yang diperlukan agar tugas dan
tanggungjawabnya dapat dilaksanakan dengan baik dari pejabat yang satu kepada
pejabat yang lain. Jadi tegas bahwa pelimpahan wewenang itu bukan penyerahan hak
dari atasan kepada bawahan, melainkan penyerahan hak dari pejabat kepada pejabat.

Selanjutnya Sutarto (1985: 142) menegaskan bahwa setiap pejabat yang diserahi tugas
mempunyai tangung jawab agar tugasnya dapat dilaksanakan dengan baik. Tangung
jawab adalah keharusan pada seorang pejabat untuk melaksanakan secara selayaknya
segala sesuatu yang telah dibebankan kepadanya. Tanggung jawab demikian itu hanya
dapat dipenuhi apabila pejabat yang bersangkutan mempunyai wewenang tertentu dalam

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 66


bidang tugasnya. Dengan tiada kekuasaan/ kewenangan itu, tanggung jawab tidak dapat
dilaksanakan dengan sepantasnya.

Berdasarkan Permendagri Nomor. 44 Tahun 2016 Kewenangan Desa adalah


kewenangan yang dimiliki Desa meliputi kewenangan berdasarkan hak asal-usul,
kewenangan lokal berskala Desa, kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota serta
kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

B. Jenis Kewenangan Desa

1. Kewenangan Desa meliputi:

a. kewenangan berdasarkan hak asal usul;


b. kewenangan lokal berskala Desa;
c. kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi,
atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan
d. kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

2. Kewenangan Desa berdasarkan hak asal usul paling sedikit terdiri atas:
a. sistem organisasi masyarakat adat;
b. pembinaan kelembagaan masyarakat;
c. pembinaan lembaga dan hukum adat;
d. pengelolaan tanah kas Desa; dan
e. pengembangan peran masyarakat Desa.

3. Kewenangan lokal berskala desa paling sedikit terdiri atas:


a. pengelolaan tambatan perahu;
b. pengelolaan pasar Desa;
c. pengelolaan tempat pemandian umum;
d. pengelolaan jaringan irigasi;
e. pengelolaan lingkungan permukiman masyarakat Desa;
f. pembinaan kesehatan masyarakat dan pengelolaan pos pelayanan terpadu;
g. pengembangan dan pembinaan sanggar seni dan belajar;
h. pengelolaan perpustakaan Desa dan taman bacaan;
i. pengelolaan embung Desa;
j. pengelolaan air minum berskala Desa; dan
k. pembuatan jalan Desa antarpermukiman ke wilayah pertanian.

Selain kewenangan sebagaimana dimaksud diatas Pemerintah Daerah


Kabupaten/Kota dapat melakukan identifikasi dan inventarisasi kewenangan lokal
berskala Desa lainnya dengan mengikutsertakan Pemerintah Desa.

Berdasarkan hasil identifikasi dan inventarisasi kewenangan lokal berskala Desa


sebagaimana dimaksud Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menetapkan
kewenangan lokal berskala Desa lainnya dengan memperhatikan situasi, kondisi,
dan kebutuhan. Kewenangan Desa berskala lokal diatur dan diurus oleh Desa.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 67


4. Kewenangan yang ditugaskan dari Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota kepada Desa sebagaimana dimaksud terdiri atas:
a. penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
b. pelaksanaan Pembangunan Desa;
c. pembinaan kemasyarakatan Desa; dan
d. pemberdayaan masyarakat Desa.

Kewenangan penugasan sebagaimana dimaksud diurus oleh Desa sesuai ketentuan


peraturan perundang-undangan.

C. Kriteria Kewenangan Desa

1. Kriteria kewenangan Desa berdasarkan hak asal-usul antara lain:


a. merupakan warisan sepanjang masih hidup;
b. sesuai perkembangan masyarakat;
c. sesuai prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Kriteria kewenangan lokal berskala Desa antara lain:


a. sesuai kepentingan masyarakat Desa;
b. telah dijalankan oleh Desa;
c. mampu dan efektif dijalankan oleh Desa;
d. muncul karena perkembangan Desa dan prakarsa masyarakat Desa; dan
e. program atau kegiatan sektor yang telah diserahkan ke Desa.

3. Kriteria kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi,


atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota antara lain:
a. sesuai kebutuhan dan kemampuan sumber daya manusia di Desa;
b. memperhatikan prinsip efisiensi dan peningkatan akuntabilitas;
c. pelayanan publik bagi masyarakat;
d. meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
e. mendorong prakarsa dan partisipasi masyarakat; dan
f. meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat.

4. Kriteria kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah


Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan antara lain:
a. urusan pemerintahan umum dan tugas pembantuan;
b. sesuai dengan prinsip efisiensi;
c. mempercepat penyelenggaraan pemerintahan; dan
d. kepentingan nasional yang bersifat khusus dan strategis.

Kelembagaan Desa

A. Jenis-Jenis Lembaga Desa

a. Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 2014, terdapat 6 (enam) lembaga desa, yakni:
(a) Pemerintah Desa (Kepala Desa dan Perangkat Desa); (b) Badan
Permusyawaratan Desa; (c) Lembaga Kemasyarakatan; (d) Lembaga Adat (e)
Kerjasasama Antar Desa; dan (f) Badan Usaha Milik Desa.

b. Dalam menyelenggarakan pembangunan Desa, Desa mendayagunakan lembaga


lembaga seperti yang disebut pada poin 1 di atas pelaksanaan fungsi
penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan
kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 68


c. Masing-masing lembaga desa tersebut memiliki kedudukan, tugas dan fungsi tertentu
dalam konstruksi penyelenggaraan pemerintahan desa, yakni: (a) Kedudukan suatu
lembaga desa mencerminkan peran yang akan diemban oleh lembaga desa tersebut;
dan (b) tugas dan fungsi setiap lembaga desa merupakan derivasi atau uraian lebih
lanjut dari kewenangan desa, sehingga seluruh kewenangan desa dapat
diselenggarakan secara efektif oleh lembaga-lembaga desa tersebut.

B. Kedudukan, Tugas, Fungsi Kelembagaan Desa dan Pemerintahan Desa

1. Kedudukan Pemerintah Desa

a. Pemerintah Desa berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan


desa, yang bersama-sama dengan Badan Permusyawaratan Desa
menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa.
b. Kedudukan Pemerintah Desa tersebut menempatkan Pemerintah Desa sebagai
penyelenggara utama tugas-tugas pemerintahan desa dalam rangka pemberian
pelayanan kepada masyarakat, pemberdayaan masyarakat, dan pembangunan
masyarakat desa.
c. Dengan kedudukan Pemerintah Desa seperti ini, maka Pemerintah Desa terdiri
dari: (a) Kepala Desa selaku Kepala Pemerintahan Desa; dan (b) Perangkat Desa
selaku perangkat pembantu tugas-tugas Kepala Desa.
d. Sedangkan “Perangkat Desa” terdiri dari: (a) unsur staf (Sekretariat Desa); (b)
unsur lini (pelaksana teknis lapangan); dan (c) unsur kewilayahan (para Kepala
Dusun).
e. Konstruksi Pemerintah Desa seperti ini sejalan dengan pendapat Taliziduhu
Ndraha (1996:25), yang menyatakan bahwa struktur organsiasi Pemerintah Desa
terdiri atas ketiga unsur-unsur organisasi, yakni: (a) unsur kepala, yaitu Kepala
Desa; (b) unsur pembantu kepala atau staf; (c) unsur pelaksana (teknis) fungsional
dan teritorial.
f. Di antara unsur kepala (Kepala Desa), unsur pembantu kepala atau staf
(Sekretaris Desa dan para Kepala Urusan), unsur pelaksana teknis fungsional
(para Kepala Seksi), dan unsur pelaksana territorial (Kepala Dusun), senantiasa
ditata dalam satu kesatuan perintah (dari Kepala Desa) dan terdapat hubungan
kerja sesuai pembagian kerja yang jelas di antara unsur-unsur organisasi
Pemerintah Desa tersebut, sehingga tidak terjadi tumpang tindih tugas serta
terciptanya kejelasan tanggung jawab dari setiap orang yang ditugaskan pada unit-
unit kerja Pemerintah Desa.

2. Kepala Desa

a. Kedudukan Kepala Desa


Kepala Desa berkedudukan sebagai Kepala Pemerintahan Desa.

b. Tugas dan Wewenang Kepala Desa:


1. Kepala Desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa, melaksanakan
Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan
masyarakat Desa (UU. No. 6/2014 Pasal 26 ayat 1).
2. Kepala Desa sebagai Kepala Pemerintahan Desa yang selanjutnya pada ayat
2 Pasal 26 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa menyebutkan
: Dalam melaksanakan tugas tersebut, Kepala Desa mempunyai wewenang:
(1) memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan
yang ditetapkan bersama BPD; (2) mengajukan rancangan peraturan desa; (3)
menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD;
(4) menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB
Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD; (5) membina kehidupan

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 69


masyarakat desa; (6) membina perekonomian desa; (7) mengoordinasikan
pembangunan desa secara partisipatif; (8) mewakili desanya di dalam dan di
luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan; dan (9) melaksanakan wewenang
lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

c. Kewajiban Kepala Desa

Dalam melaksanakan tugas dan wewenang, Kepala Desa mempunyai


kewajiban:

• memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-


Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta
mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
• meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
• memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat;
• melaksanakan kehidupan demokrasi;
• melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dan bebas dari
Kolusi, Korupsi dan Nepotisme;
• menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan desa;
• menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundang-undangan;
• menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik;
• melaksanakan dan mempertanggung-jawabkan pengelolaan keuangan
desa;
• melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa;
• mendamaikan perselisihan masyarakat di desa;
• mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa;
• membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat
istiadat;
• memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa; dan
• mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan
hidup.

d. Larangan Bagi Kepala Desa

Kepala desa dilarang:

• menjadi pengurus partai politik;


• merangkap jabatan sebagai Ketua dan/atau Anggota BPD, dan lembaga
kemasyarakatan di desa bersangkutan;
• merangkap jabatan sebagai Anggota DPRD;
• terlibat dalam kampanye pemilihan umum, pemilihan presiden, dan
pemilihan kepala daerah;
• merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat, dan
mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain;
• melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme, menerima uang, barang
dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau
tindakan yang akan dilakukannya;
• menyalahgunakan wewenang; dan
• melanggar sumpah/janji jabatan.

3. Kedudukan Keuangan Kepala Desa

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 70


• Kepala Desa penghasilan tetap setiap bulan dan/atau tunjangan lainnya
sesuai dengan kemampuan keuangan desa.
• Penghasilan tetap dan/atau tunjangan lainnya yang diterima Kepala Desa
ditetapkan setiap tahun dalam APB-Desa.
• Penghasilan tetap Kepala Desa paling sedikit sama dengan Upah
Minimum Regional Kabupaten/Kota.
• Ketentuan lebih lanjut mengenai kedudukan keuangan Kepala Desa diatur
dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota, yang sekurang-kurangnya
memuat: (1) rincian jenis penghasilan; (2) rincian jenis tunjangan; dan (c)
penentuan besarnya dan pembebanan pemberian penghasilan dan/atau
tunjangan.

4. Masa Jabatan Kepala Desa

Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal
pelantikan dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan
berikutnya.

3. Perangkat Desa

Perangkat Desa terdiri atas:


a. sekretariat Desa;
b. pelaksana kewilayahan; dan
c. pelaksana teknis.

Perangkat Desa bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya. Perangkat Desa diangkat oleh Kepala Desa setelah dikonsultasikan
dengan Camat atas nama Bupati/Walikota. Dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya, perangkat Desa bertanggung jawab kepada Kepala Desa.

4. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

a. Badan Permusyawaratan Desa mempunyai fungsi:


• membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama
Kepala Desa;
• menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa; dan
• melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa.

b. Badan Permusyawaratan Desa mempunyai tugas:


(1). menggali aspirasi masyarakat; (2). menampung aspirasi masyarakat; (3).
mengelola aspirasi masyarakat; (4). menyalurkan aspirasi masyarakat; (5).
menyelenggarakan musyawarah BPD; (6). menyelenggarakan musyawarah
Desa; (7). membentuk panitia pemilihan Kepala Desa; (8). menyelenggarakan
musyawarah Desa khusus untuk pemilihan Kepala Desa antarwaktu; (9).
membahas dan menyepakati rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa;
(10). melaksanakan pengawasan terhadap kinerja Kepala Desa; (11).
melakukan evaluasi laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
(12). menciptakan hubungan kerja yang harmonis dengan Pemerintah Desa
dan lembaga Desa lainnya; dan (13). melaksanakan tugas lain yang diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 71


c. Anggota Badan Permusyawaratan Desa, adalah:
Anggota Badan Permusyawaratan Desa merupakan wakil dari penduduk Desa
berdasarkan keterwakilan wilayah yang pengisiannya dilakukan secara
demokratis.
1) Masa keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa selama 6 (enam) tahun
terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah/janji.
2) Anggota Badan Permusyawaratan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat dipilih untuk masa keanggotaan paling banyak 3 (tiga) kali secara
berturut-turut atau tidak secara berturut-turut.

d. Badan Permusyawaratan Desa berhak:


1. mengawasi dan meminta keterangan tentang penyelenggaraan
Pemerintahan Desa kepada Pemerintah Desa;
2. menyatakan pendapat atas penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan masyarakat Desa; dan
3. mendapatkan biaya operasional pelaksanaan tugas dan fungsinya dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

e. Anggota Badan Permusyawaratan Desa berhak:


1. mengajukan usul rancangan Peraturan Desa;
2. mengajukan pertanyaan;
3. menyampaikan usul dan/atau pendapat;
4. memilih dan dipilih; dan
5. mendapat tunjangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

5. Lembaga Kemasyarakatan Desa

a. dibentuk atas prakarsa Pemerintah Desa dan masyarakat.


b. Pembentukan LKD dengan memenuhi persyaratan:
1. berasaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. berkedudukan di Desa setempat;
3. keberadaannya bermanfaat dan dibutuhkan masyarakat Desa;
4. memiliki kepengurusan yang tetap;
5. memiliki sekretariat yang bersifat tetap; dan
6. tidak berafiliasi kepada partai politik.

c. Ketentuan lebih lanjut mengenai Pembentukan LKD diatur dengan Peraturan


Desa.
d. Tugas Lembaga Kemasyarakatan Desa antara lain :
1. Melakukan pemberdayaan masyarakat desa;
2. Ikut serta merencanakan dan melaksanakan pembangunan desa;
3. Meningkatkan pelayanan masyarakat desa.

e. Fungsi Lembaga Kemasyarakatan Desa antara lain:


1. menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat;
2. menanamkan dan memupuk rasa persatuan dan kesatuan masyarakat;

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 72


3. meningkatkan kualitas dan mempercepat pelayanan Pemerintah Desa kepada
masyarakat Desa;
4. menyusun rencana, melaksanakan, mengendalikan, melestarikan, dan
mengembangkan hasil pembangunan secara partisipatif;
5. menumbuhkan, mengembangkan, dan menggerakkan Prakarsa, partisipasi,
swadaya, serta gotong royong masyarakat;
6. meningkatkan kesejahteraan keluarga; dan
7. meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

f. Jenis Lembaga Kemasyarakatan Desa terdiri atas:


1. Rukun Tetangga;
2. Rukun Warga;
3. Permberdayaan Kesejahteraan Keluarga;
4. Karang Taruna;
5. Pos Pelayanan Terpadu; dan
6. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat.

6. Lembaga Adat Desa

a. Lembaga Adat Desa dapat dibentuk oleh Pemerintah Desa dan masyarakat Desa.
b. Pembentukan LAD dengan memenuhi persyaratan:
1) berasaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2) aktif mengembangkan nilai dan adat istiadat setempat yang tidak
bertentangan dengan hak asasi manusia dan dipatuhi oleh masyarakat;
3) berkedudukan di Desa setempat; keberadaannya bermanfaat dan
dibutuhkan masyarakat Desa;
4) memiliki kepengurusan yang tetap;
5) memiliki sekretariat yang bersifat tetap; dan
6) tidak berafiliasi kepada partai politik.

c. Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan LAD ditetapkan dengan


Peraturan Desa.
d. LAD bertugas membantu Pemerintah Desa dan sebagai mitra dalam
memberdayakan, melestarikan, dan mengembangkan adat istiadat sebagai
wujud pengakuan terhadap adat istiadat masyarakat Desa.
e. Dalam melaksanakan tugas, LAD berfungsi:

1) melindungi identitas budaya dan hak tradisional masyarakat hukum


adat termasuk kelahiran, kematian, perkawinan dan unsur kekerabatan
lainnya;
2) melestarikan hak ulayat, tanah ulayat, hutan adat, dan harta dan/atau
kekayaan adat lainnya untuk sumber penghidupan warga, kelestarian
lingkungan hidup, dan mengatasi kemiskinan di Desa;
3) mengembangkan musyawarah mufakat untuk pengambilan keputusan dalam
musyawarah Desa;
4) mengembangkan nilai adat istiadat dalam penyelesaian sengketa pemilikan
waris, tanah dan konflik dalam interaksi manusia;
5) pengembangan nilai adat istiadat untuk perdamaian, ketentraman dan
ketertiban masyarakat Desa;
6) mengembangkan nilai adat untuk kegiatan kesehatan, pendidikan
masyarakat, seni dan budaya, lingkungan, dan lainnya; dan

7. Mengembangkan kerja sama dengan LAD lainnya.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 73


▪ Jenis dan kepengurusan LAD yang menyelenggarakan fungsi ditetapkan
dengan Peraturan Desa. Peraturan Desa berpedoman pada Peraturan Bupati/
Peraturan Wali Kota.
▪ Hubungan Kerja Lembaga Kemasyarakatan Desa Dan Lembaga Adat Desa
1) Hubungan kerja LKD dan LAD dengan Pemerintah Desa bersifat
kemitraan.
2) Hubungan kerja LKD dan LAD dengan Badan Permusyawaratan Desa
bersifat konsultatif.
3) Hubungan kerja LKD dan LAD dengan Lembaga
Kemasyarakatan lainnya di Desa bersifat koordinatif.

8. Kerjasama Antar Desa

1. Kerjasama antar desa meliputi:

a. Pengembangan Usaha Bersama yang dimiliki desa untuk mencapai nilai


ekonomis yang berdaya saing;
b. Kegiatan kemasyarakatan, pelayanan, pembagunan desa, dan pemberdayaan
masyarakat antar desa;
c. Bidang keamanan dan ketertiban.

2. Kerjasama antar desa dilaksanakan oleh Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD)

SPB.6.2. Administrasi Pemerintahan Desa dan Laporan Kepala Desa

1. Pengertian Administrasi Pemerintahan Desa

Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, tentu saja terdapat kegiatan administrasi.


Administrasi dapat diartikan dalam dua arti, yaitu arti luas dan arti sempit. Administrasi
dalam arti luas adalah seluruh proses kerja sama antara dua orang atau lebih dalam
mencapai tujuan dengan memanfaatkan sarana prasarana tertentu secara berdaya guna
dan berhasil guna. Sedangkan dalam arti sempit, administrasi adalah kegiatan yang
meliputi mencatat, surat menyurat, pembukuan ringan, ketik mengetik, agenda dan
sebagainya yang bersifat teknis ketatausahaan.
Berdasarkan beberapa pengertian mengenai administrasi diatas, dapat disimpulkan
bahwa administrasi adalah proses kerja sama antara dua orang atau lebih untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan dalam arti sempit, administrasi merupakan
kegiatan ketatausahaan.

Pengertian desa menurut Permendagri No. 84 Tahun 2015 tentang Struktur Organisasi
dan Tata Kerja Pemerintah Desa, desa merupakan sekumpulan masyarakat hukum yang
memiliki batas wilayah dan wewenang dalam mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan pengertian Pemerintah dan Pemerintahan
Desa merupakan dua istilah yang sering dianggap memiliki arti yang sama. Namun,
sebenarnya kedua istilah tersebut memilki arti yang berbeda.

Penyelenggaraan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan, tingkat perkembangan


pemerintahan desa, dan kompleksitas permasalahan yang dihadapi didalam pencatatan
data dan informasi berbagai kegiatan. Dapat disimpulkan bahwa administrasi
pemerintahan desa merupakan arti sempit dari administrasi yaitu pada pencatatan data
dan informasi.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 74


2. Ruang Lingkup Administrasi Pemerintahan Desa

Kegiatan administrasi di desa, dibagi menjadi beberapa ruang lingkup untukmemudahkan


dalam pelaksanaan administrasi. Berdasarkan Permendagri No. 47 Tahun 2016, ruang
lingkup administrasi pemerintahan desa dibagi menjadi lima, yaitu administrasi umum,
administrasi penduduk, administrasi keuangan, administrasi pembangunan, dan
administrasi lainnya. kelima administrasi tersebut, memiliki fungsi dan cakupannya
masing-masing.

Administrasi umum merupakan kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai


kegiatan-kegiatan pemerintahan desa dimuat dalam administrasi umum. Administrasi
umum memiliki beberapa bentuk, yaitu : (1) Buku Peraturan di Desa; (2) Buku Keputusan
Kepala Desa; (3) Buku Inventaris dan Kekayaan Desa; (4) Buku Aparat Pemerintah
Desa; (5) Buku Tanah Kas Desa; (6) Buku Tanah di Desa; (7) Buku Agenda; (8) Buku
Ekspedisi; dan (9) Buku Lembaran Desa dan Buku Berita Desa.

Selanjutnya, administrasi penduduk merupakan kegiatan pencatatan data dan informasi


mengenai kependudukan di desa baik mengenai penduduk sementara, penambahan
dan pengurangan penduduk maupun perkembangan penduduk dimuat dalam
administrasi penduduk. Administrasi penduduk memiliki beberapa bentuk, yaitu : (1)
Buku Induk Penduduk; (2) Buku Mutasi Penduduk Desa; (3) Buku Rekapitulasi Jumlah
Penduduk; (4) Buku Penduduk Sementara; dan (5) Buku Kartu Tanda Penduduk dan
Buku Kartu Keluarga.

Administrasi keuangan merupakan kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai


pengelolaan keuangan desa dimuat dalam administrasi keuangan. Administrasi
keuangan memiliki beberapa bentuk, yaitu : (1) Buku APB Desa; (2) Buku Rencana
Anggaran Biaya; (3) Buku Kas Pembantu Kegiatan; (4) Buku Kas Umum; (5) Buku Kas
Pembantu; (6) dan Buku Bank Desa.

3. Pendanaan

Pembiayaan penyelenggaraan administrasi pemerintahan desa dibebankan


kepada:

➢ Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;


➢ Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi;
➢ Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota;
➢ Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa; dan
➢ Sumber lain yang sah dan tidak mengikat.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 75


LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2016
TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DESA

a. ADMINISTRASI UMUM

LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2016
TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DESA

A. ADMINISTRASI UMUM
A.1 BUKU PERATURAN DI DESA
NOMOR JENIS PERATURAN NOMOR DAN TANGGAL URAIAN TANGGAL NOMOR DAN NOMOR DAN TANGGAL NOMOR DAN TANGGAL
TENTANG KESEPAKATAN TANGGAL DIUNDANGKAN DALAM DIUNDANGKAN DALAM KET.
URUT DI DESA DITETAPKAN SINGKAT
PERATURAN DESA DILAPORKAN LEMBARAN DESA BERITA DESA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Mengetahui ……. , ……, ………


Kepala Desa,………………………. Sekretaris Desa ……………………..

………… ……… ………


………… ……… ………

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 76


Cara Pengisian:
Kolom 1: Diisi dengan nomor secara berurut sesuai dengan banyaknya
Peraturan Desa, Peraturan Bersama atau Peraturan Kepala Desa
yang dicatat.
Kolom 2: Diisi dengan jenis peraturan di Desa yaitu Peraturan Desa,
Peraturan Bersama atau Peraturan Kepala Desa
Kolom 3: Diisi dengan nomor dan tanggal, bulan, tahun ditetapkannya
Peraturan Desa, Peraturan Bersama Kepala Desa atau Peraturan
Kepala Desa.
Kolom 4: Diisi dengan judul/penamaan Peraturan Desa, Peraturan Bersama
Kepala Desa atau Peraturan Kepala Desa.
Kolom 5: Diisi secara jelas dan singkat tentang materi pokok pada Peraturan
Desa, Peraturan Bersama Kepala Desa atau Peraturan Kepala Desa yang
telah ditetapkan
Kolom 6: Diisi Tanggal, Bulan, dan Tahun dari kesepakatan pemerintah desa
dan BPD (khusus untuk peraturan Desa)
Kolom 7: Diisi dengan nomor surat pengantar dan tanggal, bulan dan tahun
pelaporan kepada Bupati/Walikota.
Kolom 8: Diisi dengan tanggal dan nomor sesuai dengan diundangkannya
dalam lembaran desa.
Kolom 9: Diisi dengan tanggal dan nomor sesuai dengan diundangkannya
dalam Berita Desa
Kolom 10: Diisi dengan catatan-catatan lain yang dianggap perlu.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Penguatan BPD Tahun 2023, halaman 77


PB. 6 PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

SPB.6.1 Penyusunan RPJM Desa

a. Pengertian dan Prinsip

Sesuai ketentuan umum pasal 1, Permendagri Nomor 114 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pembangunan Desa, menyatakan perencanaan pembangunan desa
adalah proses tahapan kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah desa
dengan melibatkan BPD dan unsur masyarakat secara partisipatif guna
pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan desa.
Tentang kewenangan desa yang menjadi dasar perencanaan desa kemudian
dipertegas dalam pasal 34 PP No. 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa yaitu;
1. Kewenangan desa berdasarkan hak asal usul paling sedikit terdiri atas;
sistem organisasi masyarakat adat; pembinaan kelembagaan masyarakat;
pembinaan lembaga dan hukum adat; pengelolaan tanah kas Desa; dan
pengembangan peran masyarakat Desa.

2. Kewenangan lokal berskala desa paling sedikit terdiri atas kewenangan:


pengelolaan tambatan perahu; pengelolaan pasar Desa; pengelolaan
tempat pemandian umum; pengelolaan jaringan irigasi; pengelolaan
lingkungan permukiman masyarakat Desa; pembinaan kesehatan
masyarakat dan pengelolaan pos pelayanan terpadu; pengembangan dan
pembinaan sanggar seni dan belajar; pengelolaan perpustakaan Desa dan
taman bacaan; pengelolaan embung Desa; pengelolaan air minum
berskala Desa; dan pembuatan jalan Desa antar permukiman ke wilayah
pertanian.

Kewenangan tersebut mengindikasikan bahwa rencana pembangunan


desa tidak hanya bersifat fisik dan infrastruktur seperti yang terjadi selama
ini, tetapi menyangkut juga pelayanan publik, ekonomi
dan pengembangan kelembagaan serta pemberdayaan masyarakat dan
desa. Membuat perencanaan program dan kegiatan bukanlah
mengumpulkan daftar keinginan masyarakat desa. Bukan pula sekadar
membuat daftar usulan tanpa alasan yang logis mengapa kegiatan tersebut
penting menjadi agenda program pembangunan desa. Karenanya penting
bagi para perencana kebijakan pembangunan desa memperhatikan
prinsip- prinsip perencanaan desa sebagai berikut;

1) Belajar dari pengalaman dan menghargai perbedaan,


2) Berorientasi pada tujuan praktis dan strategis,
3) Keberlanjutan,
4) Penggalian informasi desa dengan sumber utama dari masyarakat
desa,
5) Partisipatif dan demokratis,
6) Pemberdayaan dan kaderisasi,
7) Berbasis kekuatan,

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Penguatan BPD Tahun 2023, halaman 78


8) Keswadayaan,
9) Keterbukaan dan pertanggungjawaban,

b. Kebijakan Pemerintah dan Landasan Hukum (Document and Regulation)

Sebelum Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa lahir, desa telah
mengenal sistem perencanaan pembangunan partisipatif. Acuan atau landasan
hukumnya waktu itu adalah UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Kewajiban desa membuat perencanaan pembangunan dipertegas melalui PP
No.72 Tahun 2005 tentang Pemerintahan Desa sebagai regulasi teknis turunan dari
UU No. 32 Tahun 2004 tersebut.
Kelahiran UU No. 6 Tahun 2014 berupaya menyempurnakan sistem perencanaan
desa partisipatif sebelumnya. Berbeda dengan sistem perencanaan desa di bawah
rezim UU No. 32 Tahun 2004, UU No. 6 Tahun 2014 memberikan kewenangan
kepada desa untuk mengurus rumah tangganya sendiri membuat perencanaan
pembangunan sesuai dengan kewenanganya. Di sini, minimal ada dua
kewenangan yaitu kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal
berskala desa. Selain itu, dengan perubahan masa kepemimpinan kepala desa dari
lima tahun menjadi enam tahun, periode perencanaan pembangunan pun berubah
dari lima tahunan menjadi enam tahunan.
Bahkan untuk menangkal praktik pasar proyek pembangunan di desa, pada pasal
79 ayat (4) UU No. 6 Tahun 2014 menegaskan bahwa Peraturan Desa tentang
RPJM Desa dan RKP Desa sebagai produk (output) perencanaan menjadi satu-
satunya dokumen perencanaan di desa. Pihak lain di luar pemerintah desa yang
hendak menawarkan kerjasama ataupun memberikan bantuan program
pembangunan harus mempedomani kedua produk perencanaan desa tersebut.
Pasal tersebut menyimpan harapan bahwa di masa mendatang, desa tidak lagi
menjadi obyek atau hanya menjadi lokasi proyek dari atas tapi menjadi subyek dan
arena bagi orang desa menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan,
pemberdayaan dan kemasyarakatan. Dengan kata lain, desa membangun bukan
membangun desa.
Pada pasal 78 ayat (92) UU No. 6 Tahun 2014 disebutkan bahwa pembangunan
desa meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Pada tahap
perencanaan, pasal 79 kemudian menjelaskan “pemerintah desa menyusun
perencanaan pembangunan desa sesuai dengan kewenangannya dengan
mengacu pada perencanaan pembangunan kabupaten/kota”. Lalu perencanaan
apa saja yang termasuk dalam perencanaan pembangunan desa? Pada pasal 79
ayat (2) kemudian menyebutkan ada dua yaitu;

a. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) untuk jangka


waktu 6 tahun;
b. Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja
Pemerintah Desa (RKP Desa), merupakan penjabaran dari RPJM Desa untuk
jangka waktu satu tahun.
RPJM Desa pada hakikatnya adalah rencana enam tahunan yang memuat visi dan
misi kepala desa terpilih yang dituangkan menjadi visi misi desa, sehingga warga
dapat mengetahui arah kebijakan pembangunan desa, arah kebijakan keuangan
desa, dan kebijakan umum desa. Sementara RKP Desa merupakan penjabaran
dari RPJM Desa untuk jangka waktu satu tahun dan dibedakan antara 2 jenis
kegiatan perencanaan; 1). Kegiatan yang akan didanai APB Desa, terutama

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Penguatan BPD Tahun 2023, halaman 79


berdasarkan kewenangan lokal skala desadan 2). Kegiatan yang tidak mampu
dibiayai melalui APB Desa dan bukan merupakan kewenangan lokal skala desa
seperti kegiatan yang mencakup kawasan perdesaan yang perlu diusulkan melalui
mekanisme Musrenbang Kecamatan hingga kabupaten.
Tabel 1. Jenis Perencanaan Desa

Jenis Perencanaan Nama Forum Nama Dokumen Ditetapkan oleh


Desa yang Membahas /Keputusan yang Peraturan Hukum
nya Dihasilkan

Perencanaan enam Rencana Pembangunan Peraturan Desa


tahunan desa jangka Menengah Desa (Perdes) tentang
Musyawarah Desa (RPJM Desa) RPJM Desa
RPJM Desa

Rencana Kerja Pemerintah


Desa (RKP Desa)
Perencanaan tahunan Musyawarah Desa Peraturan Desa
desa tentang RKP Desa

Sumber: Murtiono dan Wulandari (2014)


Kemudian, apa hubungannya antara RPJMD Kabupaten dengan RPJM Desa, RKP
Desa dan APB Desa? Sebagaimana telah diatur pada pasal 79 UU No. 6 Tahun
2014 tentang Desa, maka antara RPJM Desa dan RPJMD Kabupaten haruslah
terkonsolidasi satu sama lain. Dalam arti RPJM Desa harus mengacu pada program
prioritas dan visi misi daerah, RPJMD Kabupaten juga harus mau menjadikan
RPJM Desa sebagai acuan penyusunan RPJMD. Sehingga akan dicapai arah
kebijakan pembangunan yang saling mendukung, karena pendekatan dari bawah
bertemu dengan arah kebijakan pembangunan yang diinisasi dari atas. Berikut ini
skema hubungan antara RPJMD, RPJM Desa, RKP Desa dan APB Desa.

RKP

SEKALA

KUOTA

APBD RKPD FORUM

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Penguatan BPD Tahun 2023, halaman 80


3. Pelaku, Peran dan Tanggungjawab (Actors, Roles, and Resposibilities)

Siapa saja pelaku yang seharusnya berperan dan bertanggungjawab demi


mendukung keberhasilan membuat perencanaan desa. Ada adagium yang
menyatakan “perencanaan desa yang baik adalah setengah perjalanan keberhasilan
desa mencapai visi dan misi desa”. Tapi, pada hakikatnya keberhasilan
pembangunan tidak bisa semata-mata disandarkan pada pemerintah desa tapi juga
elemen desa lainnya baik dari pelaku ekonomi desa ataupun warga desa pada
umumnya (civil society) seperti masyarakat petani, buruh, ibu-ibu rumah tangga,
keluarga buruh migran, perempuan dan laki-laki, apalagi yang miskin. Maka dari itu
desa sebagai kesatuan masyarakat hukum, sudah selayaknya semua elemen di desa
berpartisipasi dalam proses perencanaan pembangunan desa.
Beberapa hal yang perlu disiapkan oleh pemerintah diantaranya membentuk dan
membuat Surat Keputusan untuk tim atau kelompok kerja perencanaan desa yang
terdiri dari perwakilan pemerintah desa dan masyarakat, membuat jadwal Musdes
perencanaan, menginventarisasi calon peserta Musdes, hasil evaluasi pelaksanaan
RPJM Desa dan RKP Desa tahun sebelumnya, membuat petunjuk pelaksanaan
(juklak) dan petunjuk teknis (juknis) Musdes Perencanaan, serta mengumpulkan
bahan pendukung dari kabupaten seperti RPJMD serta pagu indikatif penerimaan
desa yang bersumber dari Dana Desa (DD) maupun Alokasi Dana Desa (ADD).

1. Tujuan, Manfaat, dan Siklus Perencanaan Pembangunan Desa

a. Tujuan dan Manfaat Penyusunan RPJM Desa dan RKP Desa

Dalam rangka upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-
besarnya kesejahteraan masyarakat desa sesuai ketentuan umum Pasal 1
Permendagri No. 114 Tahun 2014, maka desa harus memiliki rencana
pembangunan berjangka dan terukur. Sesuai Pasal 4 Permendagri No. 114 Tahun
2014, Perencanaan pembangunan Desa disusun secara berjangka meliputi:
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu 6 (enam)
tahun; dan Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana
Kerja Pemerintah Desa, merupakan penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka
waktu 1 (satu) tahun dan ditetapkan dengan Peraturan Desa. Kemudian diperkuat
dalam Pasal 115 PP No. 43 Tahun 2014 yang menyebutkan bahwa Perencanaan
pembangunan desa menjadi pedoman bagi Pemerintah Desa dalam menyusun
rancangan RPJM Desa, RKP Desa, dan Daftar Usulan RKP Desa.
Tujuan dan manfaat penyusunan RPJM desa dan RKP Desa adalah sebagai
berikut:

1) Tujuan Dan Manfaat Penyusunan RPJM Desa:


▪ Sebagai pedoman dalam menyusun RKP Desa, sehingga menjamin
konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan serta
monitoring dan evaluasi.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Penguatan BPD Tahun 2023, halaman 81


▪ Mewujudkan perencanaan pembangunan yang sesuai kebutuhan dan
keadaan setempat dan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan kualitas hidup masyarakat.
▪ Menciptakan rasa memiliki dan tanggungjawab bersama terhadap
program pembangunan.
▪ Memelihara dan mengembangkan hasil-hasil pembangunan
(keberlanjutan).
▪ Mendorong dan menumbuh kembangkan partisipasi dan keswadayaan
dalam pembangunan.
Sebagai ruang interaksi antara masyarakat dengan pemerintah supra
desa.

2) Tujuan Dan Manfaat Penyusunan RKP Desa:

▪ Dasar dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa


(APB Desa).
▪ Acuan dalam menyusun rencana operasional dan pelaksanaan
pembangunan desa dalam 1 tahun.
▪ Menciptakan rasa memiliki dan tanggungjawab bersama terhadap
program pembangunan yang akan dijalankan dalam 1 tahun.
▪ Sebagai bahan dalam melakukan evaluasi pelaksanaan pembangunan
tahunan,
▪ Sebagai ruang pembelajaran bersama warga dan Pemerintahan Desa.
▪ Memastikan bahwa dana desa yang direncanakan dan digunakan
bermanfaat untuk pembagunan desa.

b. Siklus dan Jadwal Penyusunan RPJM Desa dan RKP Desa

Pasal 114 PP No. 43/2014 menyebutkan bahwa perencanaan pembangunan desa


disusun berdasarkan hasil kesepakatan dalam musyawarah Desa yang
dilaksanakan paling lambat pada bulan Juni tahun anggaran berjalan. Sedangkan
Pasal 116 menyebutkan bahwa dalam menyusun RPJM Desa dan RKP Desa,
Pemerintah Desa wajib menyelenggarakan musyawarah perencanaan
pembangunan desa secara partisipatif yang diikuti oleh BPD dan unsur masyarakat
desa.
Rancangan RPJM Desa dan rancangan RKP Desa dibahas dalam musyawarah
desa perencanaan pembangunan.
Adapun siklus perencanaan pembangunan desa seperti bagan berikut:
RPJM Desa disusun dengan mempertimbangkan kondisi objektif Desa dan prioritas
pembangunan kabupaten/kota dan ditetapkan dalam jangka waktu paling lama 3
(tiga) bulan terhitung sejak pelantikan kepala Desa.
RKP Desa disusun oleh Pemerintah Desa sesuai dengan informasi dari pemerintah
daerah kabupaten/kota berkaitan dengan pagu indikatif Desa dan rencana kegiatan
Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota.
RKP Desa mulai disusun oleh Pemerintah Desa pada bulan Juli tahun berjalan dan
ditetapkan dengan peraturan Desa paling lambat akhir bulan September tahun
berjalan. Kemudian RKP Desa akan menjadi dasar penetapan APB Desa.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Penguatan BPD Tahun 2023, halaman 82


Pasal 119 Permendagri No. 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan
Desa menyatakan bahwa Pemerintah Desa dapat mengusulkan kebutuhan
pembangunan desa kepada pemerintah daerah kabupaten/kota. Usulan kebutuhan
pembangunan desa tersebut harus mendapatkan persetujuan bupati/walikota.
Usulan tersebut harus dihasilkan dalam musyawarah perencanaan pembangunan
desa. Jika Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten/kota menyetujui usulan tersebut, maka akan dimuat dalam RKP Desa
tahun berikutnya.

RPJM Perenc
Desa Kab/Kota

RKP
Desa

Laporan & Siklus


Pertangjwbn APB
Perencanaan Desa
RKP Desa & APB

Pelaksana
an
APB Pengawas
Desa

Berdasarkan kewenangan desa yang cukup luas, maka pasal 120 Permendgari No.
114 Tahun 2014 memberi kesempatan bahwa RPJM Desa dan/atau RKP Desa
dapat diubah. Perubahan RPJM Desa dan RKP Desa dilakukan dalam hal:

a. Terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik, krisis


ekonomi, dan/atau kerusuhan sosial yang berkepanjangan; atau
b. Terdapat perubahan mendasar atas kebijakan Pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, dan/atau pemerintah daerah
kabupaten/kota.

Perubahan RPJM Desa dan/atau RKP Desa tersebut dibahas dan disepakati dalam
musyawarah perencanaan pembangunan desa dan selanjutnya ditetapkan dengan
peraturan desa.
c. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa)

Dalam rangka perencanaan pembangunan desa, Kepala Desa menyelenggarakan


penyusunan RPJM Desa paling lambat 3 (tiga) bulan setelah pelantikan Kepala
Desa. Guna penyusunan perencanaan dimaksud dengan mengikutsertakan unsur
masyarakat Desa dan mempertimbangkan kondisi objektif desa serta prioritas
program dan kegiatan kabupaten/kota.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Penguatan BPD Tahun 2023, halaman 83


Adapun langkah kegiatan dilakukan dengan tahapan, sebagai berikut:

1) PEMBENTUKAN TIM PENYUSUN RPJM DESA.


Dalam pembentukan Tim Penyusun RPJM Desa, Kepala Desa membentuk tim
penyusun RPJM Desa. Tim terdiri dari:
a) Kepala Desa selaku pembina.
b) Sekretaris Desa selaku ketua.
c) Ketua lembaga pemberdayaan masyarakat selaku sekretaris.
d) Anggota yang berasal dari perangkat Desa, lembaga pemberdayaan
masyarakat, kader pemberdayaan masyarakat Desa, dan unsur
masyarakat lainnya.
Jumlah tim paling sedikit 7 (tujuh) orang dan paling banyak 11 (sebelas) orang.
Tim penyusun mengikutsertakan perempuan. Tim penyusun ditetapkan
dengan Keputusan Kepala Desa. Tim penyusun RPJM Desa melaksanakan
kegiatan sebagai berikut:
a) Penyelarasan arah kebijakan pembangunan Kabupaten/ Kota.
b) Pengkajian keadaan Desa.
c) Penyusunan rancangan RPJM Desa.
d) Penyempurnaan rancangan RPJM Desa.

2) PENYELARASAN ARAH KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN


KABUPATEN/KOTA

Penyelarasan arah kebijakan dilakukan untuk mengintegrasikan program dan


kegiatan pembangunan Kabupaten/Kota dengan pembangunan Desa.
Penyelarasan arah kebijakan dilakukan dengan mengikuti sosialisasi dan/atau
mendapatkan informasi tentang arah kebijakan pembangunan kabupaten/kota.
Informasi arah kebijakan pembangunan kabupaten/kota sekurang-kurangnya
meliputi:

a) Rencana pembangunan jangka menengah daerah kabupaten/kota.


b) Rencana strategis satuan kerja perangkat daerah.
c) Rencana umum tata ruang wilayah kabupaten/kota.
d) Rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten/kota.
e) rencana pembangunan kawasan perdesaan.

Kegiatan penyelarasan dilakukan dengan cara mendata dan memilah rencana


program dan kegiatan pembangunan Kabupaten/Kota yang akan masuk ke
Desa. Rencana program dan kegiatan dikelompokkan menjadi bidang
penyelenggaraan pemerintahan Desa, pembangunan Desa, pembinaan
kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.Hasil pendataan
dan pemilahan dituangkan dalam format data rencana program dan kegiatan
pembangunan yang akan masuk ke Desa dan menjadi lampiran hasil
pengkajian keadaan Desa.

3) PENGKAJIAN KEADAAN DESA.

Hal penting yang perlu dilakukan dalam rangka menyiapkan dokumen RPJM
Desa yang mampu menyajikan data/informasi yang logis dengan perencanaan
desa adalah melakukan kajian desa secara partisipatif. Melalui PNPM Mandiri
dan program lainnya, masyarakat relatif sudah banyak mengenal tentang

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Penguatan BPD Tahun 2023, halaman 84


metode/teknik untuk menggali, mengumpulkan data /informasi tentang kondisi,
permasalahan, dan potensi desa untuk menentukan program prioritas
desa.Teknik/metode tersebut misalnya rembug warga (musyawarah warga),
bahtsul masail (analisis masalah) yang biasanya banyak dilakukan warga NU,
majelis tarjih (analisis masalah) sebagaimana diterapkan di lingkungan
organisasi Muhamadiyah. Di kalangan aktivis berkembang model Participatory
Rural Appraisal (PRA), lokakarya (workshop), seminar hasil kajian
desa/wilayah, diskusi kelompok terbatas (focus group discussion) dengan
berbagai instrument untuk identifikasi data dan informasi serta analisis
asset/potensi desa. Ada pula yang menerapkan teknik jejak pendapat (polling),
misalnya melalui short massage service (SMS) dan survei.
Pengkajian keadaan Desa dilakukan dalam rangka mempertimbangkan
kondisi objektif Desa yang meliputi kegiatan sebagai berikut:

1) Penyelarasan Data Desa;


Penyelarasan data Desa dilakukan melalui kegiatan:

a. Pengambilan data dari dokumen data Desa


b. Pembandingan data Desa dengan kondisi Desa terkini

Data desa meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya
pembangunan, dan sumber daya sosial budaya yang ada di Desa. Hasil
penyelarasan data Desa dituangkan dalam format data desa. Format data desa
menjadi lampiran laporan hasil pengkajian keadaan desa. Hasil penyelarasan
data Desa menjadi bahan masukan Musyawarah Desa dalam rangka
penyusunan perencanaan pembangunan Desa.
Berikut ini beberapa teknik yang banyak dikenal dalam rangka mengumpulkan
data/ informasi pendukung untuk membuat dokumen RPJM Desa dengan
menggunakan pendekatan Participatory Rural Appraisal (PRA). Teknik di
bawah ini hanya sebagai contoh saja, dan tentu harus dikembangkan di
lapangan sesuai kebutuhan dan pengalaman setiap desa.
a) Sejarah Desa
Dengan teknik ini masyarakat diajak melihat dan menyimak kembali
sejarah desanya misalnya berkait dengan asal usul terbentuknya desa,
keadaan atau peristiwa penting bagi desa termasuk refleksi atas program-
program pembangunan yang pernah masuk dan mempengaruhi
kehidupan desa. Dengan belajar pada sejarah desa, pemerintah desa
maupun warga diharapkan mendapatkan pembelajaran tentang
kewenangan desa baik yang berdasarkan hak asal usul maupun
kewenangan lokal berskala desa. Dengan merefleksikan program-
program yang pernah ada, masyarakat mengetahui keunggulan,
kelemahan, model pengelolaan ataupun kemanfaatan program itu sendiri
bagi desa. Sehingga akan memberikan pembelajaran bagi pengelolaan
program-program desa berikutnya.
b) SKETSA DESA
Pengertian : Gambar desa (sketsa desa) adalah gambaran desa secara
kasar/umum tentang keadaan sumber daya fisik desa ( alam maupun
buatan )

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Penguatan BPD Tahun 2023, halaman 85


Sketsa Desa sebagai alat kajian adalah alat untuk menggali masalah –
masalah yang berhubungan dengan keadaan sumber daya pembangunan
dan potensi yang tersedia untuk mengatasi masalah.
Hal-hal yang perlu digambar dalam sketsa desa adalah
1) Batas desa
2) Sumber daya alam, seperti : sungai, danau, laut, hutan, batu dan bukit
3) Penggunaan lahan, misalnya: Lahan utk tanaman padi, palawija,dan
perkebunan.
4) Lahan utk penggembalaan ternak
5) Tanah kas desa
6) Sumber daya buatan ( prasarana dan sarana ) seperti jalan , jembatan,
sarana pengairan, sekolah, balai desa, posyandu, rumah penduduk,
kantor desa , rumah ibadah, dll.

Langkah-langkah membuat sketsa desa adalah sebagai berikut:


1) Menjelaskan tujuan pembuatan sketsa desa dan cara membuatnya
2) Pemandu harus mengetahui keadaan desa melalui sumber-sumber
tertulis (profil desa, peta desa, potensi) terkait masalah maupun potensi
yang ada.
3) Penyepakatan simbol-simbol atau tanda-tanda untuk menggambarkan
sumber daya
4) Pembuatan sketsa desa : di tanah/lantai, kertas dinding/koran, papan
tulis dll
5) Mulailah menggambar dengan hal-hal yang palin dikenal misalnya :
balai desa, sarana ibadah, prasarana jalan dll.

Masyarakat atau peserta musyawarah desa melalui Sketsa desa diajak


mengenal secara lebih mendalam terhadap desa baik secara fisik maupun non
fisik dengan cara membuat sketsa atau gambardesa. Hasilnya tidaklah hanya
mencerminkan citra geografis desa tapi dapat pula berupa masalah sosial,
ekonomi, pendidikan, kesehatan, keamanan, fisik dan non fisik antar dusun.
Dengan teknik menggambar desa ini, masyarakat desa diharapkan; 1)
memahami berbagai jenis dan jumlah/kapasitas sumber daya dari dan di
masing-masing dusun; 2) mampu menggali/menjaring masalah yang ada di
tingkat dusun terutama yang berkaitan dengan pemenuhan hak dasar
(Permasalahan Pengembangan Wilayah, Sosial budaya dan Ekonomi); 3)
masyarakat dapat menyamakan presepsi dan kesepakatan atas masalah dan
potensi desa yang perlu diprioritaskan. Hasil dari Sketsa Desa berupa daftar
masalah dan potensi dari potret sketsa desa yang tertuang dalam format 1 (F1).

c) KALENDER MUSIM

Kalender musim adalah alat untuk mengetahui masa-masa kritis dalam


kehidupan masyarakat yaitu saat-saat dirasakannya masalah yang
menyangkut kebutuhan dasar dan terjadi cukup parah dan berulang.
Tujuan
➢ Mengetahui masalah – masalah yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan dasar kesejahteraan

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Penguatan BPD Tahun 2023, halaman 86


➢ Mengetahui masa – masa kritis bagi kehidupan masyarakat
Informasi yang dapat dihimpun
➢ Masalah kebutuhan dasar masyarakat
➢ Masalah kegiatan masyarakat
➢ Masa kritis pada musim tertentu

Langkah-langkah pembuatan
➢ Penjelasan : tujuan, cara pembuatan dan cara pengkajian
➢ Ajak peserta membuat kalender musim di kertas dinding/koran,
tanah/lantai
➢ Siapkan formulir dan simbol-simbol
➢ Meminta kesepakatan peserta tentang simbol
➢ Tulis/gambar hasil kesepakatan
✓ Membahas masalah, keadaan dan kegiatan yang selalu terjadi
berulang
✓ Catat masalah, keadaan dan kegiatan pada kolom masalah,
keadaan dan kegiatan
✓ Memeriksa kembali hasil dari analisa kalender musim berupa
daftar masalah dan potensi dari kalender musim desa yang
tertuang dalam format 2 (F2).

c) BAGAN KELEMBAGAAN

Lembaga di desa adalah sekumpulan orang atau profesi yang


memberikan pelayanan kepada masyarakat (baik formal maupun non
formal)
Bagan kelembagaan Adalah :
➢ suatu gambaran keadaan peranan (manfaat) lembaga bagi
masyarakat
➢ Alat untuk menggali masalah yang berhubungan dengan peranan
(manfaat) lembaga bagi masyarakat.

Tujuannya adalah
➢ Mengetahui jumlah lembaga yang berperan di desa
➢ Mengetahui jumlah penduduk pria dan wanita
➢ Mengetahui besarnya manfaat lembaga bagi masyarakat
➢ Mengetahui sering tidaknya hubungan antara lembaga di desa dengan
masyarakat

Jenis informasi yang diperoleh:


➢ Lembaga kunci di masyarkat
➢ Gambaran peran/manfaat lembaga bagi masyarakat
➢ Hubungan lembaga dengan masyarakat
➢ Peranan pria dan wanita dalam lembaga

Langkah-langkah pembuatan diagram kelembagaan.


➢ Siapkan bahan
➢ Jelaskan maksud, tujuan dan langkah pembuatan

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Penguatan BPD Tahun 2023, halaman 87


➢ Tanyakan lembaga yang berperan
➢ Bandingkan daftar lembaga dengan sketsa desa
➢ Memilih dan meyepakati ukuran lingkaran
➢ Tulis lembaga yang dipilih kedalam lingkaran
➢ Bahas manfaat masing-masing lembaga
➢ Buat gambar bagan kelembagaan
➢ Bandingkan jumlah anggota lembaga pria dan wanita dari masing-masing
lingkaran
➢ Bahas bagan kelembagaan tersebut dengan mewawancarai
➢ Tulis masalah dan potensi
➢ Tempelkan gambar bagan kelembagan dan formulirnya

Teknik ini dikenal dengan sebutan diagram venn. Teknik ini digunakan untuk
menggambarkan jenis-jenis organisasi (formal maupun informal) yang
berperan dalam berbagai kegiatan/program di desa dan kemudian diguanakn
untuk mendiskusikan permasalahan dan potensi dari setiap lembaga agar
meningkatkan perannya dalam upaya-upaya pembangunan desa. Diagram
venn berupaya memfasilitasi diskusi masyarakat dalam mengidentifikasi
pihak/aktor yang berkait secara langsung maupun tak langsung dengan
permasalahan yang dihadapi, serta menganalisa dan mengkaji perannya,
kepentingan dan manfaatnya untuk masyarakat. Lembaga yang dikaji meliputi
lembaga-lembaga lokal, lembaga-lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga
swasta (termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat) dan orang-orang yang
berpengaruh. Hasil dari analisa Bagan kelembagaan berupa daftar masalah
dan potensi dari bagan kelembagaan desa yang tertuang dalam format 3 (F3).

4) PENGELOMPOKAN MASALAH

Langkah-langkah Pengelompokan Masalah


a. Ajak peserta musyawarah untuk membandingkan masalah dari 3 formulir
F1, F2, F3 dan satu persatu masalah diperiksa untuk dicari kebenarannya
b. Tulis satu per satu masalah yang sudah dikaji dan diyakini kebenarannya
dalam formulir F4.

5) PENENTUAN PRIORITAS MASALAH

Merupakan proses kegiatan mengkaji berat ringannya masalah dan menyusun


urutan sesuai kemampuan dan kondisi masyarakat
Tujuan penentuan prioritas masalah:
a) Memilih dan menentukan secara tepat masalah yang dilakukan dengan
segera
b) Mengetahui mendesak tidaknya suatu masalah bagi masyarakat untuk
segera dipecahkan
c) Diperoleh daftar urutan masalah untuk masukan penyusunan
perencanaan pembangunan
d) Menumbuhkan kesatuan pemahaman tentang urutan masalah yang ada
di desanya

Tahapan penentuan prioritas masalah

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Penguatan BPD Tahun 2023, halaman 88


1. Menentukan dan menyepakati kriteria penilaian, Misalnya :
- Dirasakan oleh orang banyak
- Sangat Mendesak
- Menghambat peningkatan kesejahteraan
- Dukungan Potensi
2. Menentukan dan menyepakati Bobot Nilai, misalnya rentang nilai 1– 5
5 : Sangat Tinggi
4 : Tinggi
3 : Cukup Tinggi
2 : Kurang Tinggi
1 : Tidak Tinggi

Tentukan prioritas dengan cara membandingkan masalah satu dengan


masalah yang lain dengan menggunakan kriteria yang telah disepakati.
Yang harus dipahami tentang kriteria:
a) Kriteria yang digunakan hendaknya bebas/ independen satu sama lain
b) Bertambah banyak kriteria yang digunakan hasil pemilihan akan semakin
baik atau tajam, tetapi proses pemilihan akan bertambah rumit dan lama
c) Kriteria hendaknya tajam dan spesifik, contoh : sangat mendesak

Cara menentukan prioritas masalah:


a) Membuat Format Tabel skor
b) Hamparkan dihadapan peserta
c) Kaji dan bandingkan masalah satu dengan masalah yang lain dengan
kriteria yang ada dan beri skor 1 – 5
d) Seluruh masalah dibandingkan dengan satu kriteria terlebih dahulu setelah
selesai baru lakukan dengan kriteria yang lain dan seterusnya
e) Setelah selesai jumlahkan nilai dari masing-masing masalah
f) Urutkan Prioritas berdasarkan pada nilai tertinggi hingga terendah
g) Kalau terjadi ada masalah yang memperoleh skor sama, kajilah kembali
kriteria yang mempunyai nilai sama.

Hasil dari (F4) dianalisa untuk menentukan peringkat tindakan yang tertuang
dalam format 5 (F5).

6) PENGKAJIAN TINDAKAN PEMECAHAN MASALAH


Langkah –langkah dalam pengkajian tindakan masalah adalah sebagai berikut:
a. Menguraikan masalah untuk mencari penyebab-penyebabnya.
b. Menguraikan potensi yang dapat mendukung pemecahan penyebab
masalah
c. Membandingkan masalah serta penyebabnya dengan potensi yang
tersedia
d. Menghitung dan mempertimbangkan berbagai kegiatan yang dapat
dilakukan untuk pemecahan masalah.
e. Memilih kegiatan yang dianggap paling dapat memecahkan masalah.

Tujuan dari pengkajian tindakan pemecahan masalah adalah :

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Penguatan BPD Tahun 2023, halaman 89


a. Mengetahui penyebab masalah mendasar
b. Mengetahui potensi yang dapat memecahkan penyebab masalah secara
tepat
c. Memilih tindakan yang tepat untuk memecahkan masalah
Hasil dari penentuan peringkat masalah (F5) dianalisa untuk menentukan
pengkajian tindakan pemecahan masalah yang tertuang dalam format 6 (F6).

7) PENENTUAN PERINGKAT TINDAKAN


Untuk menentukan urutan peringkat tindakan tidak cukup dengan
kesepakatan-kesepakatan, tetapi perlu didukung dengan criteria atau ukuran
yang dapat membantu untuk memperkuat kesepakatan yang partisipatif.
Kriteria yang dimunculkan pada formulir penentuan peringkat tindakan
haruslah dirumuskan secara baik, tidak tumpang tindih, jelas mengukurnya dan
besar pengaruhnya terhadap tindakan yang diukur.
Setelah kriteria penentuan peringkat tindakan disepakati, bobot skor masing-
masing kriteria (1-5, 1-10, 1-20, dll). Dan yang sangat penting untuk
diperhatikan adalah dalam pembobotan tersebut harus jelas apa yang
dimaksud dengan bobot 1,2,3….. dan seterusnya sehingga pemberian bobot
akan bersifat obyektif.
Hasil dari pengkajian tindakan pemecahan masalah (F6) dianalisa untuk
menentukan peringkat tindakan yang tertuang dalam format 7 (F7).
PENGGALIAN GAGASAN MASYARAKAT
Penggalian gagasan masyarakat dilakukan untuk menemukenali potensi dan
peluang pendayagunaan sumber daya desa, dan masalah yang dihadapi desa.
Hasil penggalian gagasan menjadi dasar bagi masyarakat dalam merumuskan
usulan rencana kegiatan. Usulan rencana kegiatan meliputi Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, Pembangunan Desa, Pembinaan Kemasyarakatan Desa,
dan Pemberdayaan Masyarakat Desa. Penggalian gagasan dilakukan secara
partisipatif dengan melibatkan seluruh unsur masyarakat Desa sebagai sumber
data dan informasi. Pelibatan masyarakat desa dapat dilakukan melalui
musyawarah dusun dan/atau musyawarah khusus unsur masyarakat.
Unsur masyarakat antara lain:

a. Tokoh adat
b. Tokoh agama
c. Tokoh masyarakat
d. Tokoh pendidikan
e. Kelompok tani
f. Kelompok nelayan
g. Kelompok perajin
h. Kelompok perempuan
i. Kelompok pemerhati dan pelindungan anak
j. Kelompok masyarakat miskin
k. Kelompok-kelompok masyarakat lain sesuai dengan kondisi sosial
budaya masyarakat Desa.

Penggalian gagasan dilakukan dengan cara diskusi kelompok secara terarah


misalnya dengan menggunakan sketsa Desa, kalender musim dan bagan

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Penguatan BPD Tahun 2023, halaman 90


kelembagaan Desa sebagai alat kerja untuk menggali gagasan masyarakat.
Tim penyusun RPJM Desa dapat menambahkan alat kerja dalam rangka
meningkatkan kualitas hasil penggalian gagasan. Dalam hal terjadi hambatan
dan kesulitan dalam penerapan alat kerja, tim penyusun RPJM Desa dapat
menggunakan alat kerja lainnya yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan
masyarakat Desa.
Tim penyusun RPJM Desa melakukan rekapitulasi usulan rencana kegiatan
pembangunan Desa berdasarkan usulan rencana kegiatan. Hasil rekapitulasi
dituangkan dalam format usulan rencana kegiatan. Rekapitulasi usulan
rencana kegiatan menjadi lampiran laporan hasil pengkajian keadaan Desa.

2) Penyusunan Laporan Hasil Pengkajian Keadaan Desa.


Tim penyusun RPJM Desa menyusun laporan hasil pengkajian keadaan desa.
Laporan dituangkan dalam berita acara yang dilampiri dokumen:
a. Data desa yang sudah diselaraskan
b. Data rencana program pembangunan kabupaten/kota yang akan masuk
ke Desa
c. Data rencana program pembangunan kawasan perdesaan
d. Rekapitulasi usulan rencana kegiatan pembangunan desa dari dusun
dan/atau kelompok masyaraka

Tim penyusun RPJM Desa melaporkan kepada kepala Desa hasil pengkajian
keadaan Desa. Kepala Desa menyampaikan laporan kepada Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) setelah menerima laporan dalam rangka
penyusunan rencana pembangunan desa melalui Musyawarah Desa.

8) PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DESA MELALUI


MUSYAWARAH DESA.

Badan Permusyawaratan Desa menyelenggarakan musyawarah Desa


berdasarkan laporan hasil pengkajian keadaan desa yang dilaksanakan
terhitung sejak diterimanya laporan dari Kepala Desa. Musyawarah Desa
membahas dan menyepakati sebagai berikut:

1) Laporan hasil pengkajian keadaan Desa.


2) Rumusan arah kebijakan pembangunan Desa yang dijabarkan dari visi
dan misi kepala Desa.
3) Rencana prioritas kegiatan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
Pembangunan Desa, Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa.
Pembahasan rencana prioritas kegiatan dilakukan dengan diskusi kelompok
secara terarah yang dibagi berdasarkan bidang penyelenggaraan
pemerintahan desa, pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa,
dan pemberdayaan masyarakat desa yang dilakukan secara terarah untuk
membahas sebagai berikut:

1) Laporan hasil pengkajian keadaan Desa


2) Prioritas rencana kegiatan Desa dalam jangka waktu 6 (enam) tahun
3) Sumber pembiayaan rencana kegiatan pembangunan Desa
4) Rencana pelaksana kegiatan Desa yang akan dilaksanakan oleh
perangkat Desa, unsur masyarakat Desa, kerjasama antar Desa, dan/atau
kerjasama Desa dengan pihak ketiga.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Penguatan BPD Tahun 2023, halaman 91


Hasil kesepakatan dalam musyawarah Desa dituangkan dalam berita acara.
dan hasil kesepakatan tersebut menjadi pedoman bagi pemerintah Desa dalam
menyusun RPJM Desa.

9) PENYUSUNAN RANCANGAN RPJM DESA;


Penyusunan rancangan RPJM Desa dimulai dengan:

1) Tim penyusun RPJM Desa menyusun rancangan RPJM Desa


berdasarkan berita acara.
2) Rancangan RPJM Desa dituangkan dalam format rancangan RPJM Desa.
3) Tim penyusun RPJM Desa membuat berita acara tentang hasil
penyusunan rancangan RPJM Desa yang dilampiri dokumen rancangan
RPJM DESA.
4) Berita acara disampaikan oleh tim penyusun RPJM Desa kepada kepala
Desa.
5) Kepala Desa memeriksa dokumen rancangan RPJM Desa yang telah
disusun oleh Tim Penyusun RPJM Desa.
6) Tim penyusun RPJM Desa melakukan perbaikan berdasarkan arahan
kepala Desa dalam hal kepala Desa belum menyetujui rancangan RPJM
Desa.
7) Dalam hal rancangan RPJM Desa telah disetujui oleh kepala Desa,
dilaksanakan musyawarah perencanaan pembangunan Desa.

10) PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DESA MELALUI


MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA;

Kepala Desa menyelenggarakan musyawarah perencanaan pembangunan


Desa yang diadakan untuk membahas dan menyepakati rancangan RPJM
Desa. Musyawarah perencanaan pembangunan Desa diikuti oleh Pemerintah
Desa, Badan Permusyawaratan Desa, dan unsur masyarakat.
Selain unsur masyarakat, musyawarahperencanaan pembangunan Desa
dapat melibatkan unsur masyarakat lain sesuai dengan kondisi sosial budaya
masyarakat.
Musyawarah perencanaan pembangunan Desa dilaksanakan untuk
membahas dan menyepakati rancangan RPJM Desa dan hasil kesepakatan
musyawarah perencanaan pembangunan Desa dituangkan dalam berita
acara.

11) PENETAPAN DAN PERUBAHAN RPJM DESA.

1) Penetapan RPJM Desa


Kepala Desa mengarahkan Tim penyusun RPJM Desa melakukan perbaikan
dokumen rancangan RPJM Desa berdasarkan hasil kesepakatan musyawarah
perencanaan pembangunan Desa.Rancangan RPJM Desa menjadi lampiran
rancangan peraturan Desa tentang RPJM Desa.Kepala Desa menyusun
rancangan peraturan Desa tentang RPJM Desa.Rancangan peraturan Desa
tentang RPJM Desa dibahas dan disepakati bersama oleh kepala Desa dan
Badan Permusyawaratan Desa untuk ditetapkan menjadi Peraturan Desa
tentang RPJM Desa.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Penguatan BPD Tahun 2023, halaman 92


2) Perubahan RPJM Desa
Kepala Desa dapat mengubah RPJM Desa dalam hal :
a. Terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik, krisis
ekonomi, dan/atau kerusuhan sosial yang berkepanjangan
b. Terdapat perubahan mendasar atas kebijakan pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, dan/atau pemerintah daerah
kabupaten/kota

Perubahan RPJM Desa dibahas dan disepakati dalam musyawarah


perencanaan pembangunan Desa dan selanjutnya ditetapkan dengan
peraturan Desa.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Penguatan BPD Tahun 2023, halaman 93


TAHAPAN PENYUSUNAN RPJM DESA DAN DAFTAR USULAN

RPJM DESA

1. Tim 7 – 11 orang (harus ada perempuan)


1.Pembentukan ▪ Kepala Desa selaku pembina;
tim Penyusun ▪ Sekretaris Desa selaku ketua;
RPJM Desa ▪ Ketua LPM sebagai sekretaris; dan
▪ Anggota (perangkat desa, LPM, dan unsur masyarakat.
2. Ditetapkan dengan keputusan Kepala Desa

Informasi arah kebijakan pembangunan kab/kota minimal meliputi:


2. Penyelarasan
Kebijakan 1. RPJMDaerah Kab/Kota
pembangunan 2. Rencana strategis SKPD
kabupaten 3. Rencana umum Tata ruang Kab/kota
4. Rencana rinci Tata ruang kab/kota
5. Rencana Pembangunan Kawasan pedesaan

Kegiatan :
3. Pengkajian a. Penyelarasan Data Desa meliputi:
Data Desa SDA, SDM, SDP, dan SDSOSBUD dan pengkajian P3MD.
b. Penggalian gagasan Dusun atau masyarakat.
c. Laporan hasil kajian keadaan desa

Musyawarah Desa membahas dan menyepakati sebagai berikut:

4. Penyusunan a. Laporan hasil pengkajian keadaan desa


RPJMDes b. Visi dan misi kepala desa
melalui Musdes c. Rencana prioritas kegiatan (4 bidang) untuk waktu 6 tahun
d. Sumber pembiayaan.
e. Pelaksanaan kegiatan
f. Dilaksanakan oleh BPD

Penyusunan rancangan RPJM Desa dimulai dengan:

1) Tim penyusun RPJM Desa menyusun rancangan RPJM Desa


berdasarkan berita acara.
2) Rancangan RPJM Desa dituangkan dalam format rancangan
RPJM Desa.
5. 3) Tim penyusun RPJM Desa membuat berita acara tentang hasil
Penyusunan penyusunan rancangan RPJM Desa yang dilampiri dokumen
Rancangan rancangan RPJM DESA.
RPJMDes 4) Berita acara disampaikan oleh tim penyusun RPJM Desa kepada
kepala Desa.
5) Kepala Desa memeriksa dokumen rancangan RPJM Desa yang
telah disusun oleh Tim Penyusun RPJM Desa.
6) Tim penyusun RPJM Desa melakukan perbaikan berdasarkan
arahan kepala Desa dalam hal kepala Desa belum menyetujui
rancangan RPJM Desa.
7) Dalam hal rancangan RPJM Desa telah disetujui oleh kepala
Desa, dilaksanakan musyawarah perencanaan pembangunan
Desa.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Penguatan BPD Tahun 2023, halaman 94


a. Diselenggarakan oleh Kepala Desa
6.Penyusunan b. Membahas dan menyepakati rancangan RPJMDes dan hasil
RPJMDes melalui kesepakatan musyawarah perencanaan pembangunan Desa
Musrenbangdes dituangkan dalam berita acara.
c. Peserta: perangkat desa, BPD dan tokoh masyarakat sesuai
dengan kondisi sosial budaya masyarakat.

a. Penetapan RPJMDes
• Kepala Desa mengarahkan Tim penyusun RPJM Desa melakukan
perbaikan dokumen rancangan RPJM Desa berdasarkan hasil
kesepakatan musyawarah perencanaan pembangunan Desa.
• Rancangan RPJM Desa menjadi lampiran rancangan peraturan
Desa tentang RPJM Desa.
• Kepala Desa menyusun rancangan peraturan Desa tentang RPJM
Desa.
• Rancangan peraturan Desa tentang RPJM Desa dibahas dan
disepakati bersama oleh kepala Desa dan BPD untuk ditetapkan
menjadi Peraturan Desa tentang RPJM Desa.
b. Perubahan RPJMDes dalam hal :
• Terjadi KLB
• Perubahan mendasar kebijakan pemerintah, Pemda
Prov. Kab/Kota

7. Penetapan dan
Perubahan
RPJMDes

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Penguatan BPD Tahun 2023, halaman 95


ALUR PENYUSUNAN RPJM DESA MELALUI PROSES PENGKAJIAN KEADAAN DESA

PENGKAJIAN KEADAAN PENYUSUNAN DOKUMEN


PEMILIHAN TINDAKAN
DESA RENCANA

FORM F1

DAFTAR
MASALAH Daftar gagasan
SKETSA DAN Dusun/Kelompok
POTENSI
DESA
DARI SKETSA
DESA

Rekapitulsai Rencana
F4 F5 F6 F7 Kegiatan Pembangunan Desa
FORM F2

DAFTAR
MASALAH PENENTUAN PENENTUAN
PENGELOM- PENGKAJIAN
DAN POKAN PERINGKAT
Rancangan RPJM Desa
KALENDER PERINGKAT
POTENSI MASALAH TINDAKAN
MUSIM DARI MASALAH TINDAKAN
KALENDER PEMECAHAN
MUSIM
RPJM Desa

FORM F3

DAFTAR RKP Desa


BAGAN MASALAH
DAN
KELEM- POTENSI
BAGAAN DARI BAGAN
KELEMBAGA DU-RKP Desa
AN

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2022, halaman 96


A. FORMAT PERENCANAAN
I. FORMAT DAFTAR RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN KABUPATEN/KOTA YANG MASUK KE DESA

DAFTAR RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN KABUPATEN/ KOTA YANG MASUK KE DESA

DES : ………………………………………………………………………………………………………………….………….....
KECAMATAN: ………………………………………………………………………………………………………………….………….....
KABUPATEN: ………………………………………………………………………………………………………………….………….....
PROVINSI : ………………………………………………………………………………………………………………….………….....

SKPD Pengelola
Lokasi Kegiatan Pagu Dana
No Program/ Kegiatan Program/ Volume Satuan
(Dusun/RT/RW) (Rp.)
Kegiatan

Desa …………………, tanggal …., …., ….


Mengetahui, Ketua Tim Penyusun RPJM Desa
Kepala Desa

( …………………………………………………… ) ( …………………………………………………… )

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2022, halaman 97


DAFTAR SUMBER DAYA ALAM

DESA : ……………………………………………………………………………………
KECAMATAN : …………………………………………………………………………………...
KABUPATEN : …………………………………………………………………………………...
PROVINSI : …………………………………………………………………………………...

No Uraian Sumber Daya Alam Volume Satuan


CONTOH
1 Material batu kali dan Kerikil 400.000 m3
2 Pasir urug 700.000 m3
3 Lahan Tegalan 11.128 Ha
4 Lahan Persawahan 1.104 Ha
5 Lahan Hutan 35.000 Ha
6 Sungai 8.124 Ha
7 Tanaman Perkebunan : Cengkeh, Lada, Kopi, Panili 6.500 Ha
8 Air terjun 4 bh
9

Desa ………….…, tanggal …., …., ….


Mengetahui Ketua Tim Penyusun RPJM Desa
Kepala Desa

( …………………………………………………… ) ( …………………………………………………… )

Keterangan:
Diisi dengan data sekunder dari data Potensi Desa, Profil Desa, Monografi Desa, Data kependudukan
catatan sipil, data pendidikan dll yang relevan
D = SDA dalam Desa
K = SDA terkait Kawasan Perdesaan/ Wilayah Antar Desa

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2022, halaman 98


DAFTAR SUMBER DAYA MANUSIA

DES : ……………………………………………………………………………………………………
KECAMATAN : ……………………………………………………………………………………………………
KABUPATEN : ……………………………………………………………………………………………………
PROVINSI : ……………………………………………………………………………………………………

No Uraian Sumber Daya Manusia (SDM) Jumlah Satuan


CONTOH
1 Penduduk dan keluarga
a.Jumlah penduduk laki-laki orang
b. Jumlah penduduk perempuan orang
c. Jumlah keluarga keluarga
2 Sumber penghasilan utama penduduk
a. Pertanian, perikanan, perkebunan
b. Pertambangan dan penggalian
c. Industri pengolahan (pabrik, kerajinan, dll)
d. Perdagangan besar/eceran dan rumah makan
e. Angkutan, pergudangan, komunikasi
f. Jasa
g. Lainnya (air, gas, listrik, konstruksi, perbankan, dll)
3 Tenaga kerja berdasarkan latar belakang pendidikan
a. Lulusan S-1 keatas 8 orang
b. Lulusan SLA 252 orang
c. Lulusan SMP 574 orang
d. Lulusan SD 2294 orang
e. Tidak tamat SD/ tidak sekolah 29 orang
4 …..

Desa …………………, tanggal …., …., ….


Mengetahui Ketua Tim Penyusun RPJM Desa
Kepala Desa

( ………………………………) ( ……………………………………)
Keterangan:
D = SDA dalam Desa
K = SDA terkait Kawasan Perdesaan/ Wilayah Antar Desa

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2022, halaman 99


DAFTAR SUMBER DAYA PEMBANGUNAN

DES : ……………………………………………………………………………………………
KECAMATAN : …………………………………………………………………………………………...
KABUPATEN : ……………………………………………………………………………………………
PROVINSI : …………………………………………………………………………………………...

No Uraian Sumber Daya Pembangunan Jumlah Satuan


CONTOH
1 Aset prasarana umum
a. Jalan
b. Jembatan
….
2 Aset Prasarana pendidikan
a. Gedung Paud
b. Gedung TK
c. Gedung SD
d. Taman Pendidikan Alqur'an
…..
3 Aset prasarana kesehatan
a. Posyandu
b. Polindes
c. MCK
d. Sarana Air Bersih
….
4 Aset prasarana ekonomi
a. Pasar desa
b. Tempat Pelelangan Ikan
….
5 Kelompok Usaha Ekonomi Produktif
a. Jumlah kelompok usaha
b. Jumlah kelompok usaha yang sehat
….
6 Aset berupa modal
a. Total aset produktif
b. Total pinjaman di masyarakat

7 …

Desa ………, tanggal …., …., ….


Mengetahui Ketua Tim Penyusun RPJM Desa
Kepala Desa

( …………………………… ) ( ……………………………… )

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2022, halaman 100
DAFTAR SUMBER DAYA SOSIAL BUDAYA

DESA : ………………………………………………………………………
KECAMATAN : ………………………………………………………………………
KABUPATEN : ………………………………………………………………………
PROVINSI : ………………………………………………………………………

No Uraian Sumber Daya Sosial Budaya Jumlah Satuan

Desa ……, tanggal …., …., ….


Mengetahui Ketua Tim Penyusun RPJM Desa
Kepala Desa

( …………………………… ) ………………………………… )

Keterangan : Sumber daya sosial diisi dengan budaya-budaya yang


dimiliki dan berkembang, seperti kegiatan-kegiatan Gotong-
royong, peringatan-peringatan hari-hari tertentu yang
masih dilakukan serta pengembangan dari kegiatan/
festifal seni-budaya lainya .

Contoh
Gambaran Umum Desa Puja Bangsa

Desa Puja bangsa adalah realitas yang unik. Di dalamnya tumbuh beragam warna
manusia dari berbagai ras dan budaya. Aneka ragam warna ras dan budaya ini,
sepertinya menambah riuh rendah kehidupan Desa Puja bangsa menjadi sangat berarti.
realitas kehidupan warga masyarakat Desa Puja bangsa nyaris tanpa gejolak yang
berarti, tidak pernah terjadi konflik-konflik sosial yang krusial ataupun pertikaian antar ras
dan budaya, Inilah satu fakta yang harus disangga dan dijaga oleh seluruh warga
masyarakat Desa Puja bangsa.

Desa Puja bangsa tercatat memiliki luas wilayah 2.840.859.000 m2, yang terdiri dari
210,136.000 m2 pemukiman, 400.000.000 m2 persawahan, 51.000 m2 perkebunan,
250.000 m2 pemakaman, sisanya berupapekarangan, taman, perkantoran dan

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2022, halaman 101
prasarana umum lainnya, Dengan jarak tempuh ke ibu kota kecamatan sejauh 14 Km,
ibu kota kabupaten 23 Km, ibu kota provinsi 60 Km dan ibu kota negara 1.200 Km.

Batas Wilayah Administrasi Desa Puja bangsa di sebelah Utara berbatasan dengan desa
Do’a Ibu, di sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sidodadi, di sebelah Selatan
berbatasan dengan Desa Mekarsari, di sebelah Barat berbatasan dengan Desa
Cigondewah Hilir.

Geografis Desa puja bangsa berupa dataran tinggi yang subur dan terdapat banyak
tumbuhan bambu. Rata-rata penduduknya mendapatkan penghasilan dari sektor
pertanian, kebon dan Peternakan, sebagian kecil warga desa puja bangsa menjadi
pedagang kecil dan buruh tani serta terdapat beberapa usaha kerajinan kecil berbahan
dasar bambu.

Desa Puja bangsa terbagi menjadi 4 Dusun, 12 RW dan 58 RT sangat mungkin terjadi
gesekan antar warga desa, jika seluruh warga dan aparatur desa tidak saling bahu
membahu menjaga Desa Puja bangsa, akan sulit tercipta harmonisasi yang sudah
berjalan dengan baik. Maka krisis kehidupan harus diatasi bersama sebagai bagian
integral menjaga pembangunan Desa Puja bangsa.

Tentu saja, menjaga harmoni di berbagai sisi bagi seluruh warga masyarakat Desa Puja
bangsa mutlak diperlukan. Hal ini mengingat jumlah penduduk Desa Puja bangsa
semakin hari semakin bertambah. Jumlah penduduk pada tahun 2017 tercatat 20.080
jiwa terdiri 10.052 jiwa laki-laki dan 10.028 jiwa perempuan dengan tingkat pertumbuhan
penduduk cukup tinggi, berkisar 4,41 % selama 2017. Desa Puja bangsa dikatakan
daerah cukup padat, dimana tiap kilometer persegi rata-rata dihuni 7.088 jiwa. Realitas
ini, mau tidak mau, mendesak seluruh komponen di Desa Puja bangsa agar mampu
melakukan kontrol di berbagai bidang kehidupan, sehingga harmonisasi kehidupan dapat
terjaga. Sedangkan jumlah warga miskin tercatat sebanyak 4.620 jiwa

POTENSI DESA
Fenomena Puja bangsa sebagai wilayah yang berlatar belakang budaya dan pertanian
serta pariwisata berupa air terjun dan sungai, hal ini mengundang mata publik untuk
menengok dan menggali potensi-potensi yang tumbuh subur untuk dikembangkan.

MASALAH DESA
Salah satu masalah yang dihadapi oileh warga desa adalah sulitnya akses menuju
pasar/kota serta minim nya sarana dan prasarana desa pendisikan dan kesehatan yang
menyebabkan biaya pendidikan dan kesehatan menjadi mahal sehingga angka putus
sekolah dan angka kematian ibu melahirkan menjadi cukup tinggi di desa Puja Bangsa
ini. Tentunya, kondisi di atas, perlu diantisipasi dan diberdayakan agar dapat diatasi
dengan memanfaatkan sebesar-besar nya potensi-potensi yang ada di desa Puja
Bangsa.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2022, halaman 102
Form F1
Sketsa Desa dan Daftar Masalah dan Potensi dari Sketsa Desa

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2022, halaman 103
Form F2
Gambar Kalender Musin dan Daftar Masalah dan Potensi dari Kalender Musim

Form F3
Bagan Kelembagaan dan Daftar Masalah dan Potensi dari Bagan Kelembagaan

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2022, halaman 104
Form F4

Pengelompokan Masalah

No Masalah Potensi

Penyelenggaraan a. Pemdes dan BPD 1. Perangkat lengkap


Pemerintahan Kurang dalam Pelayanan 2. Sarana Memadai
kepada Masyarakat
Pelaksanaan Pembangunan 1. Dua dusun Kekurangan 1. Sungai
Desa air bersih 2. Mata Air
2. Musim kemarau gagal 3. Batu Pasir
panen 4. Swadaya Masyarakat
3. Banyak penyakit Ispa 1. Irigasi tersier
pada musim Pancaroba 2. Luas Lahan Persawahan
4. Jalan desa di RW dua 3. Kelompok Tani
rusak berat sepanjang 4. KUD
1200m 1. Puskesmas Pembantu
5. Lingkungan perumahan 2. Posyandu
penduduk RW 07 tidak 3. Bidan Desa
sehat 4. Kebun Obat Keluarga
1. Batu
2. Pasir
3. Tenaga Gotong Royong
1. LK Desa dan PKK
2. Kader Desa
3. Puskesmas Pembantu
Pembinaan kemasyarakatan 1. LK tidak Nampak 1. Pengurus Lengap
kegiatan nya 2. Tenaga pengurus potensial
Pemberdayaan Masyarakat 1. Kegiatan kelompok tani a. Lembaga Ada
dusun damai macet b. Pengurus Lengkap
2. KUD Kurang bermanfaat 1. Ada Program Pelatihan
dalam pemasaran hasil 2. Ada Kredit Bunga Rendah
pertanian

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2022, halaman 105
Form F5

Penentuan Peringkat Masalah


N Masalah KRITERIA Jumlah Uruta
o Nilai n
Dirasakan Sangat Menghambat Sering Tersedia Pering
oleh Parah Peningk. Terjadi Potensi untuk kat
Banyak Pendapatan Memecahkan
Orang

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Pemdes dan BPD


Kurang dalam
I 5 5 5 5 5 25 1
Pelayanan kepada
Masyarakat

1. dua dusun
Kekurangan air 3 3 5 5 21 3
bersih 5

2. Musim kemarau 3 3 5 4 5 20 5
gagal panen

3. Banyak penyakit 2 5 2 3 5 17 7
Ispa pada musim
II Pancaroba

4. Jalan desa di RW 5 5 5 5 5 25 2
dua rusak berat
sepanjang 1200m

5. Lingkungan
perumahan 3 3 3 3 5 17 8
penduduk RW 07
tidak sehat

1. LK tidak Nampak 3 3 2 5 5 18 6
kegiatan nya
III 2. Kegiatan kelompok
tani dusun damai 3 3 3 3 5 17 9
macet

1. Kegiatan kelompok
3 2 2 2 5 14 10
tani dusun damai
macet
IV 2. KUD Kurang
bermanfaat dalam 4 4 4 4 5 21 4
pemasaran hasil
pertanian

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2022, halaman 106
Form F6
Pengkajian Tindakan Pemecahan Masalah

Alternatif Tindakan Tindakan Yang


No Masalah Penyebab Potensi
pemecahan Maslah layak

1 2 3 4 5 6

I 1. Pemdes dan BPD 1. Jumlah laptop/ PC 1. Perangkat desa dan 1. Pengadaan sarana 1. Pengadaan
Kurang dalam terbatas BPD lengkap laptop/PC laptop/PC
Pelayanan kepada 2. BPD kurang 2. Perangkat mampu 2. Pertemuan khusus 2. Pertemuan
Masyarakat dikenal masyarakat mengoperasionalkan BPD bersama khusus BPD
komputer masyarakat per bersama
RW masyarakat

II 1. Dua dusun 1. air sungai tidak 1. Sungai 1. Agar dibuat sarana 1. Agar dibuat
Kekurangan air layak kosumsi air bersih sarana air
bersih 2. Mata Air jauh dari 2. Mata Air perpipaan dari bersih
pemukiman mata air perpipaan
2. Musim kemarau 3. Batu Pasir 2. Membuat MCK dari mata
gagal panen umum air
4. Swadaya
3. Banyak penyakit Masyarakat
Ispa pada musim
Pancaroba 1. air irigasi kering 1. Irigasi tersier 1. Membuat embung 1. Menambah
musim kemarau untuk pengairan jaringan
4. Jalan desa di RW 2. tidak seluruh lahan 2. Luas Lahan lahan masyarakat irigasi
dua rusak berat warga terlayani Persawahan 2. Menambah tersier
sepanjang 1200m oleh saluran irigasi jaringan irigasi
3. Kelompok Tani tersier
5. Lingkungan
perumahan 4. KUD
penduduk RW 07
tidak sehat
1. Pada saat kering 1. Puskesmas 1. Sosialisasi PHBS 1. Perbaikan
jalan berdebu Pembantu untuk masyarakat saluran air
2. Saat hujan banyak 2. Perbaikan saluran Lingkungan
air yang tergenang 2. Posyandu air di Lingkungan Pemukiman
3. Masyarakat buang Pemukiman
sampah 3. Bidan Desa
sembarangan
4. Kebun Obat
Keluarga

1. Kondisi jalan tanah 1. Batu 1. Perbaikan jalan 1. Perbaikan


yang selalu becek 2. Pasir sepanjang 1200 m jalan
saat musim hujan 3. Tenaga Gotong di RW dua sepanjang
2. banyak kendaraan Royong 1200 m di
rosa 4 yang RW dua
melewati jalan

1. Saat hujan banyak 1. LK dan PKK 1. Perbaikan saluran 1. Perbaikan


air yang tergenang 2. Kader Desa Air limbah di saluran Air
2. Masyarakat buang 3. Puskesmas 2. Sosialisasi PHBS limbah di
sampah pembantu Kepala Keluarga RW 07
sembarangan RW. 07 2. Sosialisasi
PHBS bagi
Kepala
Keluarga
RW 07

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2022, halaman 107
Alternatif Tindakan Tindakan Yang
No Masalah Penyebab Potensi
pemecahan Maslah layak

1 2 3 4 5 6

III 1. LK tidak Nampak 1. LK tidak punya 1. Pengurus Lengkap 1. Pelatihan bagi LK 1. Pelatihan
kegiatan nya rencana kerja dan 2. Tenaga pengurus 2. Bimbingan tenis bagi LK
anggaran potensial bagi LK

IV 1. Kegiatan kelompok 1. Kelompok tani 1. Lembaga Ada 1. Pelatihan bagi 1. Pelatihan


tani dusun damai tidak punya 2. Pengurus Lengkap kelompok tani bagi
macet rencana kerja 2. Pengadaan kelompok
2. Pengurus lembaga Pembina untuk tani
2. KUD Kurang dalam tani tidak tau apa kelompok tani
pemasaran hasil yang harus
pertanian dikerjakan

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2022, halaman 108
Form F7

Penentuan Peringkat Tindakan

Tindakan Yang layak Pemenuhan Dukungan Dukunan potensi Jumlah peringkat


Kebutuhan peningkatan Mengatasi Maslah
No Orang Banya Pendapatan Nilai Tindaan

1 2 3 4 5 6 7

1. Pengadaan Laptop/PC 5 3 5 13 8
2. Pertemuan khusus
BPD bersama
masyarakat per RW

5 5 5 15 2

1. Agar dibuat sarana air 5 5 5 15 1


bersih perpipaan dari
mata air
2. Menambah jaringan 3 3 3 9 10
irigasi tersier

3. Perbaikan saluran air 5 3 5 13 7


di Lingkungan
Pemukiman

II 4. Perbaikan jalan 5 5 5 15 4
sepanjang 1200 m di
RW dua

5. Perbaikan saluran Air 5 5 5 15 3


limbah di RW. 07

III Pelatihan bagi LK 4 4 4 12 9

1. Pelatihan bagi 5 4 5 14 6
kelompok tani

2. Perombakan strutrur 5 5 5 15 5
organisasi KUD

IV

3. Sosialisasi PHBS bagi 3 2 2 7 11


Kepala keluarga

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2022, halaman 109
FORMULIR
DAFTAR GAGASAN DUSUN / KELOMPOK

Desa : …………………………………………………..

Kecamatan : …………………………………………………..

Kabupaten : …………………………………………………..

Provinsi : …………………………………………………..

No Gagasan Kegiatan Lokasi Perkiraan Satuan Penerima manfaat


Kegiatan Volume
LK PR A-RTM

1 Agar dibuat sarana air bersih Dusun RW.03 3.500 M 300 350 599
perpipaan dari mata air dan RW.05

2 Pertemuan khusus BPD bersama Desa 12 RW 10.052 10.082 4.620


masyarakat per RW

3 Perbaikan saluran Air limbah di RW. 07 350 M 200 265 300


RW.07

4 Perbaikan jalan sepanjang 1200 m RW.02 1200 M 500 780 900


di RW dua

5 Perombakan strutrur organisasi Desa 1 Unit 10.052 10.028 4.620


KUD

6 Pelatihan bagi kelompok tani Dusun 2 dan 6 Kelompok 45 90 115


Dusun 3

7 Perbaikan saluran air di RW. 09 Rw.10 3 paket 600 780 1.100


Lingkungan Pemukiman RW.12

8 Pengadaan Laptop/PC bagi Desa 3 unit


pemerintah desa

9 Pelatihan bagi LK Desa 3 Paket 55 90 112

10 Menambah jaringan irigasi tersier 4 Dusun/12 RW 4.800 M 8.500 9.800 10.020

11 Sosialisasi PHBS Kepada Kepala RW. 07 405 KK 405 405 400


Keluarga RW. 07

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2022, halaman 110
Rekapitulasi Usulan Rencana Kegiatan Pembangunan Desa
Desa : …………………………………………………..

Kecamatan : …………………………………………………..

Kabupaten : …………………………………………………..

Provinsi : …………………………………………………..

No Usulan Rencana Kegiatan Sub Bidang Rencana Perkiraan Satuan Penerima Manfaat
Berdasarkan Bidang Lokasi Volume
LK PR A-RTM

I BIDANG Sarana dan


PENYELENGGARAAN prasarana
PEMERINTAHAN pemerintahan
desa
1. Pengadaan Laptop/PC Desa 3 unit

2. Pertemuan khusus BPD Tata Praja RW 12 RW 10.052 10.028 4.620


bersama masyarakat per Pemerintahan,
RW Perencanaan,
Keuangan,
dan Pelaporan

II PEMBANGUNAN DESA Kawasan


Permukiman
1. Agar dibuat sarana air
bersih perpipaan dari mata
air Dusun RW.03 3.500 M 300 350 599
dan RW.05

2. Perbaikan saluran air di Kawasan RW. 09 3 paket 600 780 1.100


Lingkungan Pemukiman Permukiman Rw.10 RW.12

3. Perbaikan jalan sepanjang Pekerjaan RW.02 1200 M 500 780 900


1200 m di RW dua Umum dan
Penataan
Ruang

4. Perbaikan saluran Air Kawasan RW. 07 350 M 200 265 300


limbah di RW.07 Permukiman

5. Sosialisasi PHBS kepada Kesehatan RW. 07 405 KK 405 405 400


Kepala Keluarga RW. 07

III PEMBINAAN Kelembagaan


KEMASYARAKATAN Masyarakat

1. Pelatihan bagi LK
Desa 3 Paket 55 90 112

IV PEMBERDAYAAN Pertanian dan


MASYARAKAT Peternakan
Dusun 2 dan 6 Kelompok 45 90 115
1. Pelatihan bagi kelompok Dusun 3
tani
2. Pelatihan bagi pengurus Koperasi, Desa 1 Unit 10.052 10.028 4.620
UMKM UMKM

3. Menambah jaringan irigasi Pertanian dan 4 Dusun/12 4.800 M 8.500 9.800 10.020
tersier Peternakan RW

V PENANGGULANGAN
BENCANA, KEADAAN
DARURAT DAN MENDESAK

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2022, halaman 111
1. Penanggulangan Bencana

2. Keadaan Darurat

3.Keadaan Mendesak Desa

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2022, halaman 112
Formulir
RANCANGAN RPJM DESA

TAHUN………………………………………….
Desa : …………………………………………………..

Kecamatan : …………………………………………………..

Kabupaten : …………………………………………………..

Provinsi : …………………………………………………..
No Bidang/Jenis Kegiatan Lokasi Perkiraan SASARAN Waktu Pelaksanan Perkiraan Biaya dan Perkiraan Pola Pelaksanaan
(RT/RW/Dusun) Volume Manfaat Sumber Pembiayaan
Bidang Sub Bidang Jenis Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Jumlah (Rp) Sumber Swakelola Kerjasama Kerjasama
Kegiatan 1 2 3 4 5 6 Antar pihak ke-3
Desa
a b c D E F G H I j K L m N o P q r s
1 Penyelenggaraan a Sarana dan Pengadaan Desa 1 paket V V V 35.000.000 ADD V
Pemrintahan Desa prasarana sarana
pemerintahan laptop/PC
desa bagi
pemerintah
desa
b Tata Praja Pertemuan Desa 12 RW 20.080 V V V V V V 30.000.00 ADD V
Pemerintahan, khusus BPD orng
Perencanaan, bersama
Keuangan, dan masyarakat
Pelaporan per RW
JUMLAH PER BIDANG I 65.000.000
2 Pembangunan a Sub Bidang sarana air RW 03 dan RW. 3.500 m 650 orang V 150.000.000 DD V
Desa Kawasan bersih 05
Permukiman perpipaan dari
mata air
b Sub Bidang Perbaikan RW.09, RW.10, 3 paket 1.380 V 30.000.000 DD V
Kawasan Lingkungan RW.12 orang
Pemukiman Pemukiman
c Sub Bidang Perbaikan RW.12 1.200 m 1.280 V 160.000.000 DD V
Pekerjaan jalan orang
Umum dan sepanjang
Penataan 1200 m di RW
Ruang dua
d Sub Bidang Perbaikan RW.07 350 m 465 orang V 20.000.000 DD V
Kawasan saluran Air
Permukiman limbah di
RW.07
e Sub Bidang Sosialisasi RW.07 1 paket 405 KK V 5.000.000 ADD V
Kesehatan PHBS kepada
Kepala
Keluarga RW.
07
JUMLAH PER BIDANG II 810.000.000
3 Pembinaan a Sub Bidang Pelatihan bagi Desa 3 Paket 145 orang V 15.000.000 DD V
Kemsayarakat Kelembagaan LK
Masyarakat
JUMLAH PER BIDANG III 15.000.000
4 Pemberdayaan a Sub Bidang Pelatihan bagi Dusun 2 dan 6 Paket 135 orang V 60.000.000 DD V
masyarakat Pertanian dan kelompok tani Dusun 3
Peternakan
b Sub Bidang Perombakan Desa 1 Unit 20.080 V 5.000.000 ADD V
Koperasi, Usaha strutrur
Mikro Kecil dan organisasi
Menengah UMKM
(UMKM)
c Sub Bidang Menambah 4 Dusun/12 RW 4.800 m 18.300 V 450.000.000 DD V
Pertanian dan jaringan irigasi
Peternakan tersier
JUMLAH PER BIDANG IV 70.000.000

5 Penanggulangan a Penanggulangan 5.000.000 DD


Bencana, Keadaan Bencana ADD
Darurat dan b Keadaan 5.000.000 DD
Mendesak Desa Darurat ADD
c Keadaan 5.000.000 DD
Mendesak Desa ADD
JUMLAH PER BIDANG V 15.000.000
JUMLAH TOTAL 975.000.000

Mengetahui: ……………………., Tanggal ………………

Kepala Desa Disusun oleh:

Tim Penyusun RPJM Desa

(………………………) (…………………………….)
Monitoring Perencanaan Pembangunan Desa

1. Pentingnya Masyarakat Melakukan Monitoring Perencanaan Pembangunan


Desa

Kegiatan yang sering terlupa setelah atau bahkan suatu kegiatan berlangsung
adalah memonitor dan mengevaluasi kegiatan tersebut. Kebanyakan dari kita lebih
cepat puas dan bangga ketika kegiatan sudah berjalan ataupun sudah terlaksana.
Tapi tidak mengetahui apakah target atau substansi tujuan dari kegiatan tersebut
tercapai atau tidak. Karena itu tim perencana desa hendaknya mengoptimalkan
fungsi baik sebagai penyelenggara kegiatan ataupun sebagai pelaku yang
memonitor dan mengevaluasi atas kegiatanyang dilaksanakan.

Monitoring ini juga memungkinkan untuk melibatkan masyarakat dan menjadi


bagian dalam proses pemberdayaan masyarakat desa sesuai Pasal 84
Permendagri No. 114 Tahun 2014, bahwa Masyarakat Desa berhakmelakukan
pemantauan terhadap pelaksanaan Pembangunan Desa. Artinya bahwa
Pemberdayaan masyarakat, dilakukan melalui pengawasan dan pemantauan
penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan pembangunan Desa yang dilakukan
secara partisipatif oleh masyarakat Desa. Secara mandiri masyarakat dan
Pemerintah Desa harus mengembangkan proses monitoring dalam rangka
memantau target dan berbagi perubahan yang sudah terjadi di masyarakat.

2. Mekansime Monitoring dalam Siklus Perencanaan Pembangunan Desa

Pemantauan pembangunan Desa oleh masyarakat Desa dilakukan pada tahapan


perencanaan pembangunan Desa dan tahapan pelaksanaan pembangunan Desa.
Pemantauan tahapan perencanaan, dilakukan dengan cara menilai penyusunan
RPJM Desa dan RKP Desa, Pemantauan perencanaan pembangunan desa
menggunakan Form -1 tentang Pemantauan Perencanaan Pembangunan Desa.
Pemantauan tahapan pelaksanaan, dilakukan dengan cara menilai antara lain:
pengadaan barang dan/atau jasa, pengadaan bahan/material, pengadaan tenaga
kerja, pengelolaan administrasi keuangan, pengiriman bahan/material,
pembayaran upah, dan kualitas hasil kegiatan pembangunan Desa.

Bupati/walikota melakukan pemantauan dan pengawasan perencanaan dan


pelaksanaan pembangunan desa dengan cara:
a. memantau dan mengawasi jadwal perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan Desa;
b. menerima, mempelajari dan memberikan umpan balik terhadap laporan
realisasi pelaksanaan APB Desa;
c. mengevaluasi perkembangan dan kemajuan kegiatan
perencanaanpembangunan Desa; dan
d. memberikan pembimbingan teknis kepada pemerintah Desa.
Jika terjadi keterlambatan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan desa,
sebagai akibat ketidakmampuan dan/atau kelalaian pemerintahDesa,
bupati/walikota akan:
1) menerbitkan surat peringatan kepada kepala desa;
2) membina dan mendampingi pemerintah desa dalam hal mempercepat
perencanaan pembangunan desa untuk memastikan APB Desa
ditetapkan 31 Desember tahun berjalan;
3) membina dan mendampingi pemerintah desa dalam hal mempercepat
pelaksanaan pembangunan desa untuk memastikan penyerapan APB
Desa sesuai peraturan perundang-undangan.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 115
Pasal 78 Permendagri No. 114 Tahun 2014 memberi ruang tentang pengaduan
dan penyelesaian masalah. Kepala Desa mengoordinasikan penanganan
pengaduan masyarakat dan penyelesaian masalah dalam pelaksanaan kegiatan
pembangunan desa. Koordinasi penanganan pengaduan masyarakat dan
penyelesaian masalah, meliputi kegiatan:
▪ Penyediaan kotak pengaduan masyarakat
▪ Pencermatan masalah yang termuat dalam pengaduan masyarakat
▪ Penetapan status masalah
▪ Penyelesaian masalah dan penetapan status penyelesaian masalah

Penanganan pengaduan dan penyelesaian masalah berdasarkan ketentuan:


▪ Menjaga kerahasiaan identitas pelapor
▪ Mengutamakan penyelesaian masalah di tingkat pelaksana kegiatan
▪ Menginformasikan kepada masyarakat desa perkembangan
penyelesaianmasalah
▪ Melibatkan masyarakat desa dalam menyelesaikan masalah
▪ Mengadministrasikan bukti pengaduan dan penyelesaian masalah

Penyelesaian masalah dilakukan secara mandiri oleh desa berdasarkan kearifan


lokal dan pengarusutamaan perdamaian melalui musyawarah desa. Jika
musyawarah desa menyepakati masalah dinyatakan selesai, hasil kesepakatan
dituangkan dalam berita acara musyawarah desa.

3. Hasil Monitoring

Hasil pengawasan dan pemantauan pembangunan desa, menjadi dasar


pembahasan musyawarah desa dalam rangka pelaksanaan pembangunan desa.
Hasil pemantauan tersebut, dituangkan dalam format hasil pemantauan
pembangunan desa. Jika hal tersebut tetap berjalan, maka siklus pembangunan
desa akan berjalan baik karena pembelajaran dan pengalaman pengelolaan
program maupun visi yang harus diusung bersama masyarakat desa secara
kolektif.

PEMANTAUAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

Tanggal : …………………………………

Desa : ………………………………… Kabupaten/Kota : …………………………………

Kecamatan: ………………………………… Provinsi : …………………………………

Dilaksanakan Tidak Keterangan


No. Kegiatan/ Dokumen yang dipantau / Ada dilaksanakan/ (penjelasan
dokumen tidak ada bila tidak
dokumen dilaksanaka
n)
1 Data rencana program dan
kegiatan pembangunan yang akan
masuk ke Desa
2 Pendataan potensi dan masalah di Desa
3 Dokumen rekapitulasi gagasan dusun
4 Laporan hasil pengkajian keadaan Desa

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 116
Dilaksanakan Tidak Keterangan
No. Kegiatan/ Dokumen yang dipantau / Ada dilaksanakan/ (penjelasan
dokumen tidak ada bila tidak
dokumen dilaksanaka
n)
5 Musyawarah Desa penyusunan RPJM
Desa
6 Rancangan RPJM Desa
7 Musyawarah perencanaan
pembangunan desapenyusunan RPJM
Desa
8 Musyawarah Desa penyusunan RKP Desa
9 Dokumen pagu indikatif desa
10 Rancangan RKP Desa
11 Proposal Teknis dan kelengkapannya
12 Verifikasi dan pemeriksaan proposal teknis
13 Daftar usulan RKP Desa
14 Berita acara tentang hasil
penyusunanrancangan RKP
Desa
15 Berita acara Rancangan RKP Desa
melalui musyawarah perencanaan
pembangunan desa
................................,
Mengetahui .................................
,Kepala
Desa Tim Pemantau Masyarakat

........................................................ ........................................................
Keterangan pengisian:

▪ Untuk kegiatan, isi dilaksanakan atau tidak dilaksanakan Untuk dokumen/data, isi ada atau
tidak ada dokumen

PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA


BERPERSPEKTIF GENDER DAN INKLUSI SOSIAL

Undang-undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa mendorong kepastian penerapan


prinsip kewenangan asal usul dan kewenangan lokal berskala desa diatur dan diurus
sendiri oleh desa. Dalam implementasinya undang-undang ini telah melahirkan
berbagai jargon yang menjadi perspektif sekaligus semangat. Jargon tersebut antara
lain adalah “satu desa, satu rencana dan satu anggaran.” Perspektif dan semangat ini
sesungguhnya mendorong desa agar memiliki kesadaran bahwa hak kewenanganuntuk
mengambil keputusan dimiliki sebagai hak yang melekat. Secara mandiri desa dapat
merencanakan kebutuhan pembangunan sesuai dengan konteks dan kepentingan
masyarakat, diputuskan bersama sebagai bentuk keputusan lokal. Keputusan yang
bersifat kolektif yang pada prosesnya melibatkan seluruh komponen masyarakat di desa
seperti ini merupakan jantung kemandirian desa.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 117
Secara tegas di Pasal 3 Undang-undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa menyatakan
bahwa pengaturan desa di antaranya dilakukan berasaskan partisipasi (huruf j) dan
pemberdayaan (huruf k). Partisipasi di sini tidak hanya diartikan kehadiran secara fisik
(demokrasi prosedural) namun juga menekankan pada partisipasi untuk menyuarakan
kepentingan dan kebutuhan, memanfaatkan akses dan kontrol dalam pembuatan
kebijakan publik di desa serta mengedepankan, menghargai dan menjunjung tinggi hak-
hak kelompok-kelompok yang selama ini terpinggirkan dari pembangunan seperti orang
miskin, perempuan, kaum minoritas (demokrasi substansial).

Keterlibatan seluruh komponen masyarakat desa dalam hal ini harus diartikan sebagai
partisipasi aktif, kritis dan inklusif. Aktif tidak hanya menghadiri berbagai pertemuan
dari rangkaian penyusunan rencana pembangunan desa (mobilisasi), namun juga aktif
dalam memberikan berbagai sumbangan pemikiran, ide, pengalaman. Kritis dalam hal
ini adalah sikap dan cara pikir yang lebih mengedepankan kepentingan dan kebutuhan
bersama seluruh masyarakat sehingga perdebatan, dialog dan keputusan yang diambil
betul-betul merupakan hasil analisa yang menyeluruh dan menyentuh akar persoalan.
Keikutsertaan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan desa diatur dalam
pasal 80 Undang-undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa yang menyebutkan bahwa
penyelenggaraan perencanaan pembangunan desa dalam bentuk musyawarah
perencanaan pembangunan desa harus mengikutsertakan masyarakat desa.

Permendagri No. 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa, menyatakan
perencanaan pembangunan desa adalah proses tahapan kegiatan yang
diselenggarakan oleh pemerintah desa dengan melibatkan BPD dan unsur masyarakat
secara partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa dalam
rangka mencapai tujuan pembangunan desa. Sejalan dengan itu, desa harus didorong
menjadi self governing community yang berarti bahwa perencanaan pembangunan desa
akan semakin memperkuat hak dan kewenangan desa sekaligus mengoptimalkan
sumber-sumber kekayaan desa (aset desa) sebagai kekuatan utama membangun desa.

Saat ini, azas partisipatif hampir selalu menjadi hal pokok dan syarat wajib dalam setiap
proses pengambilan keputusan atau pembuatan kebijakan publik. Namun begitu, dalam
penerapannya, kata partisipasi terjebak pada keterlibatan (perwakilan) kelompokatau
tokoh masyarakat “terpilih” sehingga pada akhirnya justru proses tersebut meninggalkan
keterlibatan kelompok lemah dan terpinggirkan. Karena tidak terlibat, maka hampir bisa
dipastikan pengalaman dan kebutuhan mereka tidak terwakili dan berdampak pada
produk-produk pembangunan seperti layanan dan fasilitas publik yangtidak bisa diakses
oleh mereka. Proses memberdayakan masyarakat miskin dan terpinggirkan untuk
mengambil keuntungan dari peluang pembangunan ini dikenal dengan pendekatan
inklusi sosial. Pendekatan ini memastikan setiap orang memiliki kesempatan yang sama
dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka dan bahwa
mereka menikmati akses yang sama ke pasar, layanan dan ruang politik baik secara
sosial dan fisik. Inklusi sosial bahkan dinyatakan sebagai prinsip utama Bank Dunia
mengakhiri kemiskinan ekstrim pada tahun 2030 dan mempromosikan kemakmuran
bersama.

Inklusif mengacu pada semua orang yang hidup di suatu komunitas. Pembahasan
mengenai inklusivitas dalam kaitannya dengan pembangunan, harus terlebih dahulu
memastikan keberadaan komponen yang ada dalam masyarakat dengan melakukan
identifikasi berbagai kelompok kepentingan (profesi, status sosial, kelompok umur,
tingkat kesejahteraan, kemampuan (ability), jenis kelamin, keterampilan). Untuk
memastikan pembangunan yang inklusif, maka perlu diperhatikan aspek partisipasi aktif
terutama kelompok rentan, yang selama ini terpinggirkan (ter-marginalisasi) dari proses
pembangunan. Mulai dari penilaian kebutuhan, perencanaan kegiatan, pengambilan
keputusan, penyusunan anggaran. Orang miskin, perempuan, lansia,anak-anak/remaja,

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 118
disabilitas, kelompok minoritas harus dipastikan dapat mengikuti proses perencanaan
pembangunan, melakukan monitoring dan evaluasi serta memastikan keberlanjutan
program atau kegiatan. Tidak hanya memastikan keterlibatan mereka, hal lain yang
juga sangat penting adalah akses mereka terhadap pelayanan, fasilitas dan informasi
publik.

Pendekatan Inklusi sosial berarti memastikan kelompok masyarakat yang selama ini
mengalami stigma dan termarjinalisasi dapat diterima, dilibatkan dan diperlakukan
sama pentingnya dengan warga lain. Suara mereka didengarkan, pengalaman mereka
menjadi pertimbangan serta kebutuhan mereka menjadi salah satu prioritas mengingat
selama ini mereka hampir tidak tersentuh dan kurang merasakan manfaat
pembangunan. Dengan demikian proses inklusi sosial harus ditujukan untuk
membangun relasi sosial dan solidaritas, membuka akses dan penerimaan kepada
semua warga negara tanpa kecuali dengan sukarela dan tanpa paksaan. Orang miskin,
perempuan, lansia, anak-anak/remaja, disabilitas, kelompok minoritas harus juga
dianggap sebagai asset sumber daya manusia desa yang pemikiran, pengalaman,
pengetahuan, ide serta keterampilan mereka sama dibutuhkannya dengan kelompok
lain di desa yang selama ini menjadi “kelompok utama” di desa.

Dalam banyak studi sosial, orang miskin, perempuan, lansia, anak-anak/remaja,


disabilitas, kelompok minoritas yang berjenis kelamin perempuan, mengalami
diskriminasi dan dampak yang relatif lebih tinggi dari pada yang berjenis kelamin laki-
laki yang diakibatkan oleh persoalan gender. Perlu ditegaskan di sini bahwa, berbeda
dengan jenis kelamin yang ditentukan oleh aspek-aspek fisiologis, gender merupakan
pengertian yang dibentuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan, adat istiadat, dan perilaku
sosial masyarakat. Oleh karena itu, pengertian gender tidak bersifat universal,
melainkan tergantung pada konteks sosial yang melingkupinya. Perempuan miskin
sering tidak dilibatkan atau tidak mau terlibat dalam berbagai kesempatan atau peluang
dalam pembangunan karena dikondisikan oleh lingkungan sosial dan budaya.
Perempuan penyandang disabilitas merasakan dampak yang lebih buruk jika (misalnya)
pembangunan sarana fisik tidak memperhatikan dan mempertimbangkan keterbatasan
spesifik mereka. Perempuan kepala keluarga yang secara sosial diposisikan harus
memenuhi peran domestik (rumah tangga) sekaligus juga harus memenuhi kewajiban
peran publik mereka (pencari nafkah utama bagi keluarga) juga memiliki pengalaman,
dan kebutuhan yang berbeda dari laki-laki kepala keluarga. Karena itu sangat penting
mempertimbangkan penyusunan perencanaan pembangunan yang mengakomodasi
masalah dan kebutuhan laki-laki dan perempuan yang secara sosial memang
diposisikan berbeda.

Perencanaan pembangunan yang memperhatikan, memasukan pengalaman aspirasi,


kebutuhan potensi dan penyelesaian permasalahan perempuan dan laki-laki dalam
proses penyusunan kebijakan dan program pembangunan desa dikenal sebagai
Perencanaan Responsif Gender (PRG). Istilah lain terkait ini adalah Anggaran Responsif
Gender (ARG), yakni anggaran yang responsif terhadap kebutuhan perempuan dan laki-
laki dan memberikan dampak/manfaat yang setara bagi perempuan dan laki-laki. Syarat
utama untuk melaksanakan PRG dan ARG adalah kemauan politik dan komitmen dari
pembuat kebijakan publik (dalam hal ini kepala pemerintahan termasuk kepala desa).

Adapun penerapana PRG dan ARG fokus pada program dan kebijakan dalam rangka:
a. Penugasan prioritas pembangunan desa yang mendukung prioritas pembangunan.
b. Pelayanan kepada masyarakat (service delivery) berdasarkan pencapaian
StandarPelayanan Minimal (SPM) dan/atau
c. Pencapaian visi dan misi pembangunan desa.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 119
Perlu ditegaskan di sini pula bahwa PRG adan ARG bukan fokus pada perencanaan dan
penyediaan anggaran dengan jumlah tertentu untuk pengrausutamaan gender saja.
Lebih luas dari itu adalah bagaimana perencanaan dan anggaran keseluruhan dapat
memberikan manfaat yang adil untuk perempuan dan laki-laki. PRG dan ARG
merupakan penyusunan perencanaan dan anggaran guna menjawab secara adil
kebutuhan setiap warga negara, baik perempuan maupun laki-laki (keadilan dan
kesetaraan gender).
Peluang integrasi isu gender dapat tercermin dalam:
a. Proses perencanaan partisipatif di mana perempuan dan laki-laki terlibat dan
menyampaikan aspirasi serta kebutuhan mereka secara aktif.
b. Dokumen perencanaan, baik secara tersurat maupun tersirat dalam rumusan
kondisi desa, visi dan misi, isu strategis, sasaran, program atau kegiatan
pemerintah desa yang berkomitmen untuk mengurangi kesenjangan gender.
c. Program dan kegiatan khusus pemberdayaan perempuan.
d. Indikator dan target yang terpilah.
e. Target dan indikator yang berfokus pada isu-isu terkait gender tertentu.

DAFTAR PUSTAKA
- Eko, Sutoro, dkk, Desa Membangun Indonesia, Forum Pengembangan
PembaharuanDesa (FPPD), 2014
- Aliansi untuk Pengurangan Risiko Bencana Inklusif, Memadukan Pengurangan
Risiko Bencana Inklusif dalam Perencanaan Pembangunan. Panduan Training,
2013
- Perkumpulan Inisiatif, ABCD Perencanaan Desa, 2011.
- Saraswati, Tumbu, Pengarusutamaan Gender Dalam Kebijakan Pembangunan
dalam http://www.komnasperempuan.go.id/pengarusutamaan-gender-dalam-
kebijakan- pembangunan/ diunduh pada: Senin, 23/05/2016: 12: 25
- Undang-undang No 6 Tahun 2014 Tentang Desa

PERLINDUNGAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL

DASAR HUKUM
Undang-Undang Nomor. 6/2014 tentang Desa yang memandatkan bahwa tujuan
pembangunan Desa adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa dan
kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan
kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana Desa, pengembangan potensi
ekoNomormi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara
berkelanjutan. Yang dimaksud dengan berkelanjutan adalah pembangunan Desa untuk
pemenuhan kebutuhan saat ini dilakukan tanpa mengorbankan pemenuhan
kebutuhan generasi Desa di masa depan.
Permendagri Nomor.114 Tahun 2014 Pasal 68: (1) Pelaksanaan kegiatan pembangunan
Desa dilakukan tanpa merugikan hak-hak rumah tangga miskin atas aset lahan/tanah,
bangunan pribadi dan/atau tanaman yang terkena dampak kegiatan pembangunan Desa;
(2) Pelaksanaan kegiatan pembangunan Desa sebagaimana dimaksud, dilakukan dengan
cara: (a) peralihan hak kepemilikan atas lahan/tanah melalui jual beli; dan (b.) pemberian
ganti rugi atas bangunan pribadi dan/atau tanaman; (3) Pembiayaan yang dibutuhkan dalam

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 120
rangka perlindungan hak-hak rumah tangga miskin sebagaimana dimaksud diatas dilakukan
melalui APB Desa. (4) Penentuan besaran ganti rugi sebagaimana dimaksud diatur sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
PermenDesaPDTT Nomor.21 Tahun 2020 Pasal 64: (1) Pelaksanaan kegiatan
Pembangunan Desa tanpa merugikan hak masyarakat miskin atas aset lahan atau tanah,
bangunan pribadi dan/atau tanaman yang ada diatasnya yang terkena dampak kegiatan
Pembangunan Desa. (2) Kegiatan Pembangunan Desa yang menimbulkan dampak bagi
masyarakat perlu dilaksanakan dengan pemberian ganti kerugian yang layak dan adil. (3)
Pemberian ganti kerugian yang layak dan adil sebagaimana dimaksud diatas dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
pengadaan tanah untuk kepentingan umum. (4) Penentuan harga atas lahan atau tanah
dalam peralihan hak kepemilikan dan pemberian ganti rugi ditetapkan sesuai dengan harga
pasar. (5) Pendanaan yang dibutuhkan dalam rangka perlindungan hak masyarakat miskin
sebagaimana dimaksud diatas menjadi bagian dalam komponen rencana anggaran dan
biaya kegiatan.
Kebijakan “safeguard” atau “perlindungan” lingkungan hidup dan sosial yang tertuang dalam
dokumen Environment and Social Management Framework (ESMF) merupakan suatu
upaya dari Program Penguatan Pemerintahan dan Pembangunan Desa (P3PD) dalam
melakukan pencegahan, pengelolaan, dan penanganan risiko terjadinya potensi
dampak yang mungkin terjadi sebagai akibat adanya kegiatan yang didanai oleh
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Kebijakan perlindungan tidak hanya
dimaksudkan untuk menghindarkan dampak lingkungan dan sosial yang merugikan sebagai
akibat adanya suatu kegiatan yang didanai oleh APBDes, tetapi juga untuk meminimalkan
risiko dampak negatif tersebut. Jika dampak-dampak negatif tidak dapat dihindarkan,
pengelola APBDes harus merencanakan dan melaksanakan langkah-langkah
penanggulangan, perbaikan, dan kompensasi apabila diperlukan.

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL, SERTA MITIGASI BENCANA


Upaya pengelolaan lingkungan dalam kegiatan pembangunan, sebagai berikut:
1. Tidak membangun diatas lahan hutan lindung, bantaran sungai, sempadan pantai, dan
tempat-tempat yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah.
2. Memetakan dampak lingkungan yang akan/mungkin terjadi dalam setiap kegiatan.
Potensi dampak negative dan tindakan mitigasi untuk kegiatan tipikal seperti jalan,
jembatan, drainase, toilet umum, sanitasi, dan air minum sebagaimana Lampiran 10
ESMF: Potensi Dampak Negatif dan Tindakan Mitigasi
3. Merencanakan (termasuk pembiayaannya) upaya yang akan dilakukan untuk
mengatasi dampak lingkungan yang akan/mungkin terjadi pada setiap kegiatan.
Format pernyataan komitmen melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
(SPPL) dari pemrakarsa kegiatan, sebagaimana Lampiran 9 ESMF: FORMAT
“Pernyataan Komitmen Melaksanakan Pengelolaan Dan Pemantauan
Lingkungan” (SPPL)
4. Tidak mempergunakan bahan bangunan dari hasil illegal logging, galian C illegal, dan
bahan bangunan yang berdampak negative kepada Kesehatan.
5. Mengurangi menggunakan pupuk kimia dan pestisida dalam kegiatan pertanian
6. Membuatkan sarana pengolahan limbah yang akan dihasilkan selama pembangunan
dan saat operasional bangunan, seperti limbah padat dan cair dari Kamar Mandi;
pembuatan drainase untuk menghindari genangan air; penyediaan tempat pembuangan
sampah.
7. Mengelola sampah-sampah yang dihasilkan kegiatan pembangunan seperti sampah

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 121
mengandung B3 seperti olie, sisa cat, sisa pestisida; sampah an-organic seperti sisa
bahan bangunan, plastik, dll.
Upaya pengelolaan lingkungan dalam pelaksanaan pembangunan sebagaimana
Lampiran 11 ESMF: Peraturan Praktik Lingkungan

Upaya pengelolaan sosial dalam kegiatan pembangunan sebagai berikut:


1. Memetakan pengadaan lahan untuk kegiatan pembangunan. Dan merencanakan
(termasuk pembiayaannya) pengadaan lahan.
Formulir pengadaan lahan untuk kegiatan pembangunan sebagaimana Lampiran 5:
Format Surat Pernyataan Hibah Tanah; Lampiran 6 ESMF: Format Pernyataan Izin
Penggunaan Tanah; dan Lampiran 7 ESMF: Format Pernyataan Izin Melewati
Tanah
2. Memetakan dampak sosial yang akan/mungkin terjadi dalam setiap kegiatan.
3. Merencanakan upaya yang akan dilakukan untuk mengatasi dampak sosial yang
akan/mungkin terjadi dalam setiap kegiatan.

Upaya Mitigasi Bencana dalam kegiatan pembangunan sebagai berikut:


1. Menempatkan bangunan prasarana umum pada lokasi yang sesuai Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW).
2. Tidak menempatkan bangunan prasarana umum yang akan dibangun pada tempat yang
rawan bencana seperti banjir, tanah longsor, abrasi pantai, dll. Lakukan koordinasi
dengan Dinas/Instansi terkait di Kabupaten untuk mengetahui lokasi yang layak untuk
menempatkan bangunan prasarana umum.
Jika terpaksa menempatkan prasarana umum di lokasi rawan banjir, perlu direncanakan
ketinggian lantai dasar bangunan dan jalan akses ke dan dari bangunan harus lebih
tinggi dari ketinggian muka banjir tertinggi di lokasi tersebut.
3. Merencanakan konstruksi bangunan prasarana umum berketahanan terhadap bencana
yang mungkin terjadi di wilayah tersebut seperti gempa, angin puting beliung.
4. Merencanakan bangunan pendukung jalan seperti pelindung tebing dari longsoran,
gorong-gorong, drainase jalan dengan pertimbangan teknis yang seksama.

Upaya pengarusutamaan Perlindungan Lingkungan dan Sosial, serta Mitigasi


Bencana dalam Perencanaan Pembangunan Desa sebagai berikut:

I. Memprioritaskan menu Kegiatan Perlindungan Sosial dalam Prioritas Penggunaan


Dana Desa (PermenDesaPDTT Nomor.8 Tahun 2022 tentang Prioritas Pembangunan
Desa Tahun 2023), yakni:
1. Peningkatkan keterlibatan masyarakat secara menyeluruh dalam pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat Desa:
❖ kegiatan pelayanan dasar untuk kelompok marginal dan rentan yaitu
perempuan, anak, warga lanjut usia, suku dan masyarakat adat terpencil,
penghayat kepercayaan, warga difabel, kelompok masyarakat miskin, dan
kelompok rentan lainnya;
❖ penyelenggaraan forum warga untuk penyusunan usulan kelompok marginal
dan rentan yaitu perempuan, anak, warga lanjut usia, suku dan masyarakat adat
terpencil, penghayat kepercayaan, warga difabel, kelompok masyarakat miskin,
dan kelompok rentan lainnya;
❖ pemberian bantuan hukum untuk kelompok marginal dan rentan yaitu:
perempuan, anak, warga lanjut usia, suku dan masyarakat adat terpencil,
penghayat kepercayaan, warga difabel, kelompok masyarakat miskin, dan
kelompok rentan lainnya;
❖ pendataan penduduk rentan (misalnya anak dengan kebutuhan khusus, difabel,

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 122
kepala rumah tangga perempuan, dan sebagainya) sebagai dasar pelaksanaan
program/kegiatan pembangunan Desa dan pemberdayaan masyarakat Desa
yang bersifat afirmatif;
❖ pelatihan, sosialisasi, komunikasi, informasi dan edukasi tentang pencegahan
dan penanganan kekerasan pada perempuan dan anak, termasuk tindak
pidana perdagangan orang.

2. penanggulangan kemiskinan terutama kemiskinan ekstrem melalui:


❖ penurunan beban pengeluaran antara lain pemberian bantuan sosial dan
jaminan sosial bagi masyarakat miskin, usia lanjut, dan difabel yang belum
mendapatkan jaminan sosial dari pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah.
❖ peningkatan pendapatan antara lain pemberdayaan usaha mikro kecil dan
menengah, pengembangan ekoNomormi lokal, dan penyediaan akses
pekerjaan.
❖ penyediaan lapangan pekerjaan termasuk melalui Padat Karya Tunai Desa.
❖ meminimalkan wilayah kantong kemiskinan dengan mendekatkan akses
layanan dasar yang sesuai kewenangan Desa antara lain
membangun/mengembangkan pos pelayanan terpadu, pos kesehatan Desa,
pendidikan anak usia dini, meningkatkan konektivitas antarwilayah Desa antara
lain membangun jalan Desa, dan jembatan sesuai kewenangan Desa.
❖ Bantuan pembangunan, perbaikan, atau rehabilitasi rumah layak huni dan sehat
untuk warga miskin dan warga miskin ekstrem.
3. Bantuan Langsung Tunai Dana Desa untuk mendukung percepatan penghapusan
kemiskinan ekstrem.

II. Memprioritaskan menu Kegiatan Perlindungan Lingkungan dalam Prioritas

Penggunaan Dana Desa (PermenDesaPDTT Nomor.8 Tahun 2022 tentang Prioritas


Pembangunan Desa Tahun 2023)
1. Dalam rangka pencapaian SDGs:
❖ Desa peduli lingkungan: (SDGs Desa 7): Desa berenergi bersih dan terbarukan;
(SDGs Desa 13): Desa tanggap perubahan iklim; (SDGs Desa 14): Desa peduli
lingkungan laut; dan (SDGs Desa 15): Desa peduli lingkungan darat
2. Dalam rangka pemulihan ekoNomormi nasional sesuai kewenangan Desa:
❖ pengelolaan hutan Desa;
❖ pengelolaan hutan adat;
❖ Pengelolaan sampah
❖ pemanfaatan potensi wilayah hutan dan optimalisasi perhutanan sosial;
❖ pemanfaatan tekNomorlogi tepat guna yang ramah lingkungan dan
berkelanjutan.

III. Memprioritaskan menu Kegiatan Mitigasi Bencana dalam Prioritas Penggunaan


Dana Desa (PermenDesaPDTT Nomor.8 Tahun 2022 tentang Prioritas Pembangunan
Desa Tahun 2023)

Kegiatan Mitigasi dan penanganan bencana alam berupa: Pengadaan, pembangunan,


pengembangan dan pemeliharaan sarana prasarana penanggulangan bencana alam
dan/atau kejadian luar biasa lainnya:
❖ pembuatan peta potensi rawan bencana di Desa;
❖ alat pemadam api ringan di Desa;
❖ pertolongan pertama pada kecelakaan untuk bencana;
❖ pembangunan jalan evakuasi;
❖ penyediaan penunjuk jalur evakuasi;
❖ kegiatan tanggap darurat bencana alam;
❖ penyediaan tempat pengungsian;

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 123
❖ pembersihan lingkungan perumahan yang terkena bencana alam;
❖ rehabilitasi dan rekonstruksi lingkungan perumahan yang terkena bencana alam;
dan
❖ sarana prasarana untuk mitigasi dan penanggulangan bencana yang lainnya sesuai
dengan kewenangan Desa dan diputuskan dalam musyawarah Desa.

LAMPIRAN 5: FORMAT SURAT PERNYATAAN HIBAH TANAH


Saya/Kami yang bertanda tangan di bawah ini di bawah ini:
Nama :
Nomor. KTP :
Pekerjaan :
Alamat :
Sebagai pemilik tanah yang sah berdasarkan Surat Bukti Hak Nomormor ……….,
Tanggal….. atau Bukti lain yang sah dari ……….. (sebutkan), dengan ini menyatakan
bahwa saya/kami setuju untuk menyumbangkan tanah dan/atau aset lainnya kepada
Pemerintah Desa ………. (sebutkan) untuk digunakan dalam pembangunan dari
…………………. untuk kepentingan masyarakat umum.
Kegiatan Proyek
Lokasi dari tanah :
Ukuran donasi tanah :
Ukuran sisa tanah :
Nilai sumbangan lainnya aktiva:
Yang ada penggunaan lahan :
Status kepemilikan tanah :
(sebutkan batas tanah dan status kepemilikan tanah serta peta bidang tanah
dengan penandaan pada orientasi yang jelas)
Pernyataan ini dibuat dengan sepatutnya tanpa ada tekanan dari siapapun.
Tempat, tanggal perjanjian bersama ini ditandatangani

Pemberi Hibah Penerima Hibah


Nama, meterai, tandatangan Kepala Desa………….
nama dan tandatangan

(………………………………..) (……………………………………)
Mengetahui
a/n Pemerintah Kabupaten
Camat ……..
nama dan tandatangan
(………………………………..)
Saksi-saksi: nama dan tandatangan Ahli Waris: nama dan tandatangan

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 124
1. ………………….. (…………………….) 1. …………………… (…………………….)
2. ………………….. (…………………….) 2. …………………… (…………………….)
3. ………………….. (…………………….) 3. …………………… (…………………….)

Lampiran: Peta Situs tanah yang akan disumbangkan dan foto

Keterangan: Salinan asli surat ini akan disimpan oleh pemberi hibah tanah dan oleh Pemerintah
Desa.

LAMPIRAN 6: FORMAT PERNYATAAN IZIN PENGGUNAAN TANAH

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Nomor. KTP :

Pekerjaan :

Alamat :
Sebagai pemilik tanah yang sah berdasarkan Surat Bukti Hak yang sah Nomormor ....... Tanggal
........atau Bukti sah lainnya dari ....... (sebutkan) dengan ini menyatakan bahwa saya mengizinkan
tanah saya digunakan oleh Pemerintah Desa …….. (sebutkan) untuk digunakan pekerjaan konstruksi
... dari Tahun …. s/d Tahun … untuk kepentingan masyarakat umum.
Lokasi tanah :
Luas tanah dipinjamkan :
Ukuran tanah yang tersisa :
Ukuran tanah eksisting :
Status kepemilikan tanah :
(sebutkan batas tanah dan status kepemilikan tanah serta peta bidang tanah
dengan tanda pada orientasi yang jelas)

Pernyataan ini dibuat dengan sepatutnya tanpa tekanan apapun dan harus digunakan sebagaimana
mestinya.
Tempat dan tanggal perjanjian

Pemberi Izin Penerima Izin


Nama, meterai, tandatangan Kepala Desa ………
nama dan tandatangan

(………………………………..) (……………………………………)

Mengetahui
a/n Pemerintah Kabupaten
Camat ……..
nama dan tandatangan
(………………………………..)
Saksi-saksi: nama dan tandatangan Ahli Waris: nama dan tandatangan
1. …………………… (…………………….) 1. …………………. (…………………….)
2. …………………… (…………………….) 2. …………………. (…………………….)
3. …………………… (…………………….) 3. …………………. (…………………….)
Lampiran: Peta Situs tanah yang akan disumbangkan dan foto
Keterangan: Salinan asli surat ini akan disimpan oleh pemberi izin dan oleh Pemerintah Desa.

LAMPIRAN 7: FORMAT PERNYATAAN IZIN MELEWATI TANAH

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 125
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama :

Nomor. KTP :

Pekerjaan :

Alamat :
Sebagai pemilik tanah yang sah berdasarkan Surat Bukti Hak yang sah Nomormor ....... Tanggal
........atau Bukti sah lainnya dari (tolong tentukan) dengan ini menyatakan bahwa saya mengizinkan
tanah saya untuk dilalui fasilitas ......... yang akan dibangun/dikembangkan oleh Pemerintah Desa
…….. (sebutkan) dan dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat umum.
Lokasi tanah :
Luas tanah yang akan dilalui :
Penggunaan tanah eksisting :
Status kepemilikan tanah :
(sebutkan batas tanah dan status kepemilikan tanah serta peta bidang tanah dengan tanda pada
orientasi yang jelas)
Pernyataan ini dibuat dengan sepatutnya tanpa tekanan apapun dan harus digunakan sebagaimana
mestinya.

Tempat dan tanggal perjanjian

Pemberi Izin Penerima Izin


Nama, tandatangan, meterai Kepala Desa ………
nama dan tandatangan

(………………………………..) (……………………………………)

Mengetahui
a/n Pemerintah Kabupaten
Camat ……..
nama dan tandatangan
(………………………………..)

Saksi-saksi: nama dan tandatangan Ahli Waris: nama dan tandatangan


1. ………………… (…………………….) 1. …………………. (…………………….)
2. ………………… (…………………….) 2. …………………. (…………………….)
3. ………………… (…………………….) 3. …………………. (…………………….)

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 126
Lampiran: Peta Situs tanah yang akan disumbangkan dan foto

Keterangan: Salinan asli surat ini akan disimpan oleh pemberi izin dan oleh Pemerintah Desa.

LAMPIRAN 9: FORMAT “PERNYATAAN KOMITMEN MELAKSANAKAN PENGELOLAAN DAN


PEMANTAUAN LINGKUNGAN” (SPPL)

(Untuk rencana kegiatan yang tidak memerlukan UKL/UPL – berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor.16/2012)

Kami yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Pekerjaan :

Alamat :

Nomormor Telepon :

Sebagai penanggung jawab pengelolaan lingkungan hidup :

Nama Kegiatan :

Alamat Kegiatan :

Nomormor Telepon :

Jenis Kegiatan :

Volume Kegiatan/ Kapasitas Produksi :

Memiliki izin kegiatan/ usaha :

Tujuan Kegiatan :

Jumlah Biaya/Modal :

Selanjutnya, kami menyatakan bahwa kami mampu dan berkomitmen untuk:

(1) Menjaga ketertiban umum dan selalu menjaga hubungan baik dengan masyarakat sekitar.
(2) Menjaga kebersihan, kebersihan, dan ketertiban lokasi proyek.
(3) Bertanggung jawab atas segala kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh usaha
dan/atau kegiatan proyek.
(4) Bersedia dipantau untuk dampak lingkungan dari bisnis dan/atau kegiatan proyek kami oleh pejabat yang
berwenang.
(5) Bertanggung jawab sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, jika kita gagal memenuhi
komitmen yang disebutkan di atas.
Catatan:

Dampak lingkungan yang sudah (akan?) terjadi:

1.

2.

3. dll

Langkah-langkah yang akan diambil untuk mengelola dampak lingkungan:

1.

2.

3. dll.

SPPL ini berlaku efektif sejak tanggal diterbitkan sampai dengan selesainya kegiatan usaha dan/atau proyek kami. Jika proyek
mengalami perubahan lokasi, Desain, proses, jenis bahan baku dan/atau bahan pendukung, SPPL ini harus direvisi.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 127
Tanggal, Bulan, Tahun

Kepala Desa ……………

nama dan tandatangan

(………………………………..)
Nomormor registrasi dari Badan/Dinas Lingkungan Hidup
setempat
Tanggal
Penerima

LAMPIRAN 10: POTENSI DAMPAK NEGATIF DAN TINDAKAN MITIGASI

Subproyek tipikal dengan potensi dampak negatif dan tindakan mitigasi dirangkum dalam
tabel berikut:

Potensi Dampak Negatif Tindakan Mitigasi

Subproyek Jalan, Jembatan dan Drainase


Erosi dari pemotongan dan - Batasi pemindahan tanah ke periode kering
penimbunan jalan baru dan - Perlindungan permukaan tanah yang paling rentan dengan mulsa
sedimentasi sementara pada saluran
drainase alami
- Perlindungan saluran drainase dengan tanggul, atau
penghalang kain/geo-tekstil
- Pemasangan bak sedimentasi, pembibitan atau
penanaman permukaan yang mudah tererosi sesegera
mungkin
- Seleksi keselarasan yang mengurangi gangguan lingkungan
- Melakukan perawatan dan perbaikan tepat waktu
Pembuatan badan air tergenang di Gunakan langkah-langkah untuk menghindari penciptaan habitat
lubang galian, tambang, dll. Cocok (misalnya perbaikan lansekap, re-vegetasi, pengarsipan atau
untuk perkembangbiakan nyamuk dan drainase)
vektor penyakit lainnya

Jalan/jembatan yang terletak di - Mengubah alinyemen untuk mengurangi kemiringan yang curam
lahan kritis yang peka terhadap erosi bila memungkinkan
dan longsor - Membangun pekerjaan sipil untuk menstabilkan lereng
samping – pemasangan terasering atau dinding penahan
- Menggunakan perawatan vegetatif untuk menstabilkan lereng
samping atau mencegah erosi
- Menggunakan perlakuan khusus untuk mengatasi masalah air
tanah, seperti saluran air
- Pemantauan dan inventarisasi risiko erosi secara teratur
Saluran air yang tersumbat (karena - Pekerjaan O&M harus membersihkan saluran pembuangan
Desain dan pemeliharaan) secara berkala
menghentikan aliran air dan - Batu bata atau parit beton lebih disukai karena air cepat
berdampak pada kesehatan dipindahkan (parit tanah mengalir tetapi membutuhkan lebih
masyarakat banyak ruang dan kurang stabil, parit tanah juga
membutuhkan lebih banyak perawatan)
- Penggunaan lereng alami karena tahan terhadap erosi
Toilet Umum, Sanitasi, dan Air Minum – Risiko Kesehatan pada kegiatan berikut:
Ketinggian air sumur gali hampir sama - Periksa arah aliran air tanah; sumur harus ditempatkan di
dengan sumur resapan, sumur terlalu hulu
dekat dengan WC dan septic tank - Bangun rendaman sejauh mungkin dari sumur gali (minimal 10
m)
- Membangun sistem drainase yang tepat untuk menjauhkan air
limbah dari sumur gali

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 128
Potensi Dampak Negatif Tindakan Mitigasi

Sumur di toilet: ini tidak dapat - Bangun baskom di setiap ruang toilet dan isi dari sumur dengan
diterima karena berisiko tinggi saluran pipa atau wadah
kontaminasi - Jaga agar toilet tetap bersih dan terpisah dari sumur
Pipa saluran pembuangan yang - Mengubur pipa saluran pembuangan sampai ke septic tank
diletakkan di permukaan tanah dapat - Pasang pipa ventilasi dan akses lubang got di septic tank
menjadi rapuh karena sinar UV
matahari dan juga dapat
dirusak oleh orang yang menginjaknya
atau benturan lainnya
Struktur tangki septik yang tidak lengkap Peralatan minimal untuk septic tank terdiri dari:
1. Akses lubang got dengan penutup yang dapat dikunci
2. Pipa masuk
3. Dinding pembatas penyekat
4. Pipa luapan
5. Pipa ventilasi
(Mematuhi SNI - 2398 – 2002 tentang sistem tangki septik)
Bangunan MCK umum yang tidak Semua elemen penting dari MCK harus disertakan:
lengkap (Mandi/mandi, Cuci/cuci, 1. Toilet
Kakus/toilet) 2. Ventilasi toilet
3. Baskom air dengan faucet dan outlet bawah
4. Slab dengan tepi terangkat untuk area cuci umum
5. Keran untuk mengisi ember
6. Takik ke parit untuk kelebihan air dan mengalir
langsung ke parit/saluran air yang ada

Limbah yang mengandung kotoran - Saluran pembuangan yang membawa kotoran manusia harus
manusia membawa patogen dan harus dibuang ke instalasi pengolahan atau tangki septik
diolah sebelum dibuang ke tanah atau - Tangki septik atau tangki pengendapan jenis lain juga akan
aliran air terbuka mengolah sebagian limbah

Lindi dan bau dari pengelolaan limbah - Melakukan pemilahan sampah untuk memisahkan sampah
padat domestik sementara harus organik dan aNomorrganik
diolah agar tidak mencemari aliran air - Tampung lindi di lantai bundling yang disemen dan dialirkan ke
tanah atau permukaan tangki pengendapan sebelum dibuang
- Menutupi sampah organik untuk pengomposan lebih cepat dan
mencegah bau

LAMPIRAN 11: PERATURAN PRAKTIK LINGKUNGAN


A. Persyaratan Tanggung jawab umum
Khusus Lainnya 1. Mematuhi semua persyaratan peraturan yang relevan di Indonesia (Permen
PUPR Nomor. 22/2018 tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
Permen PUPR Nomor. 29/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis
Bangunan Gedung; dan Permen PUPR Nomor. 10/2021 Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan Konstruksi).
2. Mempekerjakan dan melatih staf yang memenuhi syarat yang sesuai untuk
bertanggung jawab atas K3.
3. Selama konstruksi,apabila ditemukan benda-benda bersejarah atau
purbakala harus dilaporkan kepada direksi/pimpinan.
4. Selalu menjaga area konstruksi bebas dari hal-hal yang membahayakan
pekerja dan lingkungan sekitar.
5. Mematuhi semua aturan keselamatan dan keamanan dalam Desain
bangunan. Contoh: ventilasi, jalur evakuasi, tanda evakuasi, instalasi
pengelolaan sampah/ IPAL, jalur untuk penyandang disabilitas, dll.

Larangan

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 129
1. Menebang pohon di luar area konstruksi yang disepakati.
2. Ambil benda-benda bersejarah yang ditemukan di area konstruksi.
3. Membuang sampah atau limbah konstruksi sembarangan.
4. Buang polutan seperti minyak, cat, solar, di lingkungan (tanah, saluran air).
5. Membakar limbah dan/atau sisa tanaman dari lahan yang dibuka.
6. Gunakan bahan yang mengandung asbes.
7. Gunakan kayu dengan asal yang tidak jelas untuk konstruksi.
8. Kayu yang boleh digunakan hanya kayu yang legal/ dilengkapi oleh SKAU.

Debu dan polusi


1. Kontraktor menggunakan air pada interval tertentu untuk membasahi area
berdebu, terutama saat kering dan berangin.
2. Genset yang digunakan tidak menghasilkan asap hitam/ tebal.
3. Gunakan kendaraan yang layak (SIM/KIR masih berlaku).
Kebisingan
1. Upayakan untuk mengurangi dan mengendalikan kebisingan.
2. Kegiatan konstruksi hanya dijadwalkan pada pagi hari (8 pagi hingga 6 sore).
3. Pekerjaan yang dilakukan setelah jam kerja harus diberitahukan terlebih
dahulu kepada masyarakat sekitar proyek minimal satu minggu
sebelumnya.

Pengelolaan sampah
1. Penyediaan tempat penampungan sampah sementara dan pembersihan
harian di lokasi proyek.
2. Sampah yang terkumpul harus dibuang di TPA resmi (bukti atau lokasi TPA
harus dilaporkan).
3. Limbah minyak dan limbah berbahaya lainnya (termasuk tanah yang
terkontaminasi dan tumpahan minyak) harus tetap tertutup dan terpisah
dari limbah lainnya. Ini jenis limbah harus diangkut oleh pengangkut
berlisensi ke fasilitas pembuangan berlisensi.
4. Setelah pekerjaan selesai, semua puing-puing dan sisa bahan konstruksi
harus disingkirkan dari lokasi proyek/ dibersihkan.
5. Kotoran pekerja: sisa makanan, toilet harus dikelola dengan baik.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
1. Kontraktor mematuhi semua peraturan yang berlakudi Indonesia dan SOP
yang berlaku bagi pekerja.
2. Semua pekerja dilengkapi dengan alat pelindung diri yang memadai yaitu
helm pelindung (hard hat), pakaian kerja/rompi, sepatu bot, sarung tangan,
pelindung mata, dan lain-lain sesuai dengan jenis pekerjaan yang
dilakukan.
3. Persyaratan bagi pekerja dan pengunjung di lokasi untuk menggunakan
peralatan keselamatan/pelindung yang memenuhi standar.
4. Kontraktor harus memelihara peralatan yang dapat membahayakan
keselamatan kerja.
5. Kontraktor harus rutin melakukan kegiatan pemeriksaan K3 baik formal
maupun informal.
6. Kontraktor menyediakan peralatan K3 seperti tangga susun, pagar
pengaman, alat pemadam kebakaran, peralatan K3, rambu K3
B. Pengelolaan dan 7. Pagar pengaman dibangun di sekitar lokasi konstruksi.
Pemantauan 8. Jika terjadi kecelakaan kerja/bencana harus dilaporkan kepada
Lingkungan direksi/pimpinan dan dokumentasi.

Pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan:


1. Rencana pengelolaan/mitigasi dampak lingkungan dan sosial yang telah
disusun dan digunakan sebagai dasar pelaksanaan konstruksi dapat
beroperasi dan efektif sesuai dengan Rencana Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan dan Sosial.
2. Memenuhi persyaratan lingkungan dan sosial.
3. Lengkapi semua daftar periksa dan laporan dan evaluasi Kode Praktik

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 130
Lingkungan / ECOP yang ditentukan oleh Pemrakarsa Proyek.
4. Pelaksanaan pengelolaan dampak lingkungan dan sosial pekerjaan
konstruksi sesuai dengan Rencana Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan dan Sosial.
5. Laporan bulanan pekerjaan konstruksi dan pelaksanaan pengelolaan
dampak lingkungan dan sosial yang dilakukan oleh pelaksana konstruksi.
Pelaksanaan pengelolaan dampak lingkungan dan sosial pekerjaan
konstruksi sesuai dengan matriks yang diambil dari UKL-UPL atau dokumen
SPPL atau Dokumen Pengelolaan Lingkungan lainnya

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 131
FORMULIR DAFTAR PERIKSA KODE PRAKTIK LINGKUNGAN (ECOP)

Unit Kerja : ................................................................................................................


Judul Kegiatan : ................................................................................................................
Lokasi Kegiatan : ................................................................................................................

TANGGUNG JAWAB LINGKUNGAN UNTUK KONTRAKTOR

1. UMUM

Nomor. Kriteria Ya Tidak Tidak perlu Rekomendasi diberikan

a. Apakah telah memenuhi semua persyaratan peraturan yang relevan


di Indonesia (PerMen PU Nomor. 45/2007; Nomor. 29/2006 tentang
petunjuk teknis bangunan gedung; dan Nomor. 05/2014 tentang
Sistem Manajemen K3)
b. Apakah terdapat Papan Informasi Kegiatan Konstruksi yang memuat
informasi Nama Proyek, Nama Perusahaan Kontraktor Pelaksana,
Jenis Pekerjaan, Jangka Waktu Pelaksanaan Pekerjaan, Nama
Perusahaan Konsultan Pengawas dan Nomormor Kontak yang dapat
dihubungi untuk menyampaikan pengaduan
c. Sudahkah Anda menerapkan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan
Sosial (ESMP) selama
masa konstruksi?

d. Memantau efektivitas implementasi ESMP dan menyimpan data


pemantauan
e. Membuat laporan bulanan data hasil pemantauan pelaksanaan
pengelolaan lingkungan kepada Pemrakarsa Proyek
f. Mempekerjakan dan melatih staf berkualifikasi yang sesuai untuk
bertanggung jawab atas K3
g. Selama konstruksi, benda-benda bersejarah harus dilaporkan kepada
kepala Pemrakarsa Proyek
Nomor. Kriteria Ya Tidak Tidak perlu Rekomendasi diberikan

h. Mematuhi semua aturan peraturan keselamatan dan keamanan dalam


Desain bangunan. Contoh: ada ventilasi, jalur evakuasi, tanda evakuasi,
instalasi pengelolaan sampah/ IPAL, jalur untuk penyandang disabilitas,
dll.
i. Jika terdapat dampak lingkungan dan sosial yang signifikan dan tidak
ada tindakan mitigasi yang dilakukan, Kontraktor menghentikan
kegiatan konstruksi setelah menerima instruksi dari Pemrakarsa
Proyek, dan jika diperlukan, mengusulkan dan melaksanakan
perbaikan dan menerapkan metode konstruksi alternatif untuk
meminimalkan dampak tersebut.
dampak lingkungan dan sosial.

B. PEMANTAUAN LINGKUNGAN

Memastikan bahwa aktivitas kerja dilakukan dengan cara yang tidak merusak lingkungan dan memelihara lingkungan.

2. LARANGAN

Nomor. Kriteria Ya Tidak Tidak perlu Rekomendasi diberikan


a. Menebang pohon di luar area konstruksi yang disepakati.
b. Ambil benda-benda bersejarah yang ditemukan di area konstruksi.
c. Membuang sampah atau limbah konstruksi sembarangan.

d. Buang polutan seperti minyak, cat, solar, di lingkungan (tanah, saluran


air).
e. Membakar limbah dan/atau sisa tanaman dari lahan yang dibuka.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 133
3. DEBU DAN POLUSI

Nomor. Kriteria Ya Tidak Tidak perlu Rekomendasi diberikan

a. Penggunaan air pada interval tertentu untuk membasahi area


berdebu, terutama saat kering dan berangin
b Penggunaan genset yang tidak menghasilkan asap tebal/hitam
c. Penyimpanan solar/ solar untuk genset menggunakan tangki/ drum
dengan secondary containment untuk mencegah dampak
tumpahan/ tumpahan di tanah
d. Gunakan kendaraan yang layak (SIM/KIR masih berlaku)

4. KEBISINGAN

Nomor. Kriteria Ya Tidak Tidak perlu Rekomendasis diberikan


a. Kegiatan konstruksi adalah hanya dijadwalkan pada pagi hari (8 pagi
hingga 6 sore).
b. Pekerjaan yang dilakukan setelah jam kerja harus diberitahukan
terlebih dahulu kepada masyarakat sekitar proyek minimal satu
minggu sebelumnya.

5. PENGELOLAAN SAMPAH

Nomor. Kriteria Ya Tidak Tidak perlu Rekomendasis diberikan

a. Penyediaan tempat penampungan sampah sementara dan


pembersihan harian di lokasi proyek.
b Sampah yang terkumpul harus dibuang di tempat pembuangan
sampah resmi (bukti atau lokasi TPA harus dilaporkan
c. Limbah minyak dan limbah berbahaya lainnya (termasuk tanah yang
terkontaminasi dan tumpahan minyak) harus tetap tertutup dan
terpisah dari limbah lainnya. Sampah jenis ini harus diangkut oleh
pengangkut berlisensi ke fasilitas pembuangan berlisensi.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 134
Nomor. Kriteria Ya Tidak Tidak perlu Rekomendasis diberikan

d. Setelah pekerjaan selesai, semua puing dan seterusnya konstruksi


material harus dipindahkan dari lokasi proyek/ dibersihkan.
e Kotoran pekerja: sisa makanan, toilet harus dikelola dengan baik.

6. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)


Nomor. Kriteria Ya Tidak Tidak perlu Rekomendasis diberikan
a. Kontraktor mematuhi semua peraturan yang berlaku di Indonesia dan
SOP sesuai ESMP untuk pekerja
b. Semua staf dilengkapi dengan alat pelindung diri yang sesuai, yaitu
helm pelindung (topi keras) dan pakaian keamanan (pakaian visibilitas
tinggi)
c Pagar pengaman telah dibangun di sekitar lokasi konstruksi

7. KETERSEDIAAN DAN PENGGUNAAN ALAT KESELAMATAN

Nomor. Kriteria Ya Tidak Tidak perlu Rekomendasis diberikan

Dasar Hukum:
Instruksi Menteri Tenaga Kerja Nomor. 2/M/BW/BK/1984 tentang Pengesahan
Alat Pelindung Diri
a. Peralatan keselamatan kerja: alat pelindung diri: pakaian kerja/
rompi, sepatu bot, helm, sarung tangan, pelindung mata dll, tersedia
b. Persyaratan bagi pekerja dan pengunjung di lokasi untuk menggunakan peralatan
keselamatan/pelindung yang memenuhi standar
c. Apakah pemeliharaan peralatan yang dapat membahayakan keselamatan kerja
dilakukan?
d. Apakah perusahaan melakukan kegiatan inspeksi terhadap pelaksanaan K3 baik
formal maupun informal secara berkala?
e. Apakah tersedia peralatan lingkungan seperti tangga susun, pagar pengaman,
alat pemadam kebakaran, peralatan K3, rambu K3?

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 135
Nomor. Kriteria Ya Tidak Tidak perlu Rekomendasis diberikan

f. Apakah perusahaan melakukan kegiatan/ rapat/ briefing terkait penerapan K3?

g Apakah Perusahaan memiliki sistem untuk mengukur, memantau dan


mengevaluasi kinerja Sistem Manajemen Keselamatan?
Kesehatan Kerja dan hasilnya dianalisis untuk menentukan keberhasilan atau
untuk mengidentifikasi tindakan korektif?

h. Pendekatan apa yang dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kesadaran


tentang K3, misalnya: dengan poster K3 (keselamatan), slogan motivasi bekerja
dengan aman, reward and punishment?
i. Jika terjadi kecelakaan kerja/bencana harus dilaporkan ke direksi dan dibuat
dokumentasinya?

Catatan: Setiap item pemantauan harus dilengkapi dengan foto/dokumentasi yang sesuai

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 136
8. SANKSI:

Apabila kontraktor terbukti melakukan pelanggaran terhadap SOP ini maka akan
diberikan teguran tertulis sampai dengan 3 kali dan apabila pelanggaran tersebut
berulang maka kegiatan proyek dapat dihentikan dan kontrak dapat dihentikan.

Dilaporkan oleh Konsultan Pengawas

Nama : Tanda tangan:


Telepon selular :
E-mail :

Diakui oleh Direktur Pekerjaan Konstruksi

Nama : Tanda tangan:


Telepon selular :
E-mail :

LAMPIRAN 12: PENILAIAN SOSIAL MASYARAKAT ADAT


1. Tujuan. Tujuan Penilaian Sosial (PS) adalah untuk mengevaluasi potensi dampak positif
dan negatif sub-proyek terhadap Penduduk Asli dalam hal Penduduk Asli berada di, atau
memiliki keterikatan kolektif pada wilayah proyek (berdasarkan penyaringan sesuai
dengan empat kriteria sebagaimana ditentukan dalam OP 4.10 Bank Dunia dan kriteria
tentang Masyarakat Adat dan/atau nilai-nilai lokal), dan untuk memeriksa alternatif sub-
proyek di mana dampak buruk mungkin signifikan. Luas, kedalaman, dan jenis analisis
dalam PS sebanding dengan sifat dan skala potensi dampak subproyek yang diusulkan
terhadap Penduduk Asli, apakah dampak tersebut positif atau merugikan. Dalam
melaksanakan PS, pemerintah Desa harus dibantu oleh PD, tim konsultan atau individu
yang merupakan ilmuwan sosial yang kualifikasinya, pengalaman, dan kerangka acuan
dapat diterima oleh PIU atau Pokja Kabupaten. Para ahli dari universitas lokal atau LSM
lokal yang telah bekerja dan berpengalaman bekerja dengan Masyarakat Adat didorong
untuk membantu pemerintah Desa.

2. Garis besar PS. Penilaian Sosial setidaknya akan mencakup hal-hal berikut:
a. Deskripsi Kegiatan sub-proyek
b. Informasi tentang lokasi Kegiatan Subproyek dan kondisi komunitas budaya
c. Karakteristik Sosial EkoNomormi Masyarakat Adat yang terkena dampak
i. Karakteristik Umum IP
ii. Karakteristik khusus IP
• Lembaga Sosial Budaya
• Kondisi EkoNomormi dan Sumber Mata Pencaharian Penduduk Desa
• Praktek budaya
• Dll.
iii. Penilaian pemangku kepentingan
d. Proses konsultasi selama Penilaian Sosial yang mencerminkan konsultasi bebas,
didahulukan dan diinformasikan yang mengarah pada dukungan luas dari komunitas
Masyarakat Adat yang terkena dampak pada kegiatan sub-proyek yang diusulkan.
e. Temuan dan potensi dampak kegiatan subproyek (positif dan merugikan).
i. Potensi negatif apa pun (berikan contoh)
• Dominasi ekoNomormi oleh pihak luar
• Pengalihan hak ulayat
• …

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 137
ii. Usulan Mitigasi (berikan contoh)
• Mitigasi terkait dominasi pihak luar
• …
iii. Potensi dampak positif dan upaya untuk memaksimalkan dampak tersebut
f. Usulan Rencana Aksi dalam bentuk Tabel yang berisi (untuk dimasukkan dalam Draft
IPP):
i. Rencanakan untuk memaksimalkan dampak positif
ii. Isu negatif sebagai temuan dari studi yang perlu mitigasi
iii. Langkah-langkah mitigasi
iv. Kegiatan Subproyek dalam kerangka mitigasi
v. Lokasi dimana dampak dan mitigasi akan dilakukan
vi. Kerangka konsultasi untuk mempersiapkan dan mengimplementasikan IPP
vii. Lembaga yang bertugas menyiapkan dan melaksanakan IPP
viii. Jadwal pelaksanaan
ix. Anggaran
x. Sumber anggaran
xi. Keterangan (hal-hal lain yang perlu dicantumkan dalam laporan)

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 138
LAMPIRAN 13: FORMAT RENCANA MASYARAKAT ADAT (IPP)

Template berikut menyajikan garis besar Rencana Masyarakat Adat. Template


dapat dikembangkan lebih lanjut berdasarkan kondisi lapangan dan sesuai
dengan karakteristik Kegiatan Proyek.

Judul Bab/Sub Bab Konten/Keterangan`


1. DESKRIPSI PROYEK
Ringkasan Deskripsi kegiatan sub-proyek (tentang batas wilayah, lokasi, jenis
pekerjaan, ukuran wilayah, wilayah pengaruh, dll.)
2. RINGKASAN PENILAIAN SOSIAL
2.1. Data Dasar tentang Masyarakat Adat
• Informasi dasar tentang karakteristik demografi, sosial, budaya, dan politik dari
komunitas MA, tanah dan wilayah yang secara tradisional dimiliki atau digunakan
atau ditempati secara adat dan sumber daya alam yang mereka andalkan
• Identifikasi pemangku kepentingan proyek utama dan elaborasi proses yang
sesuai secara budaya untuk berkonsultasi dengan Masyarakat Adat pada
setiap tahap siklus proyek
2.2. Ringkasan hasil konsultasi bebas, didahulukan, dan diinformasikan
dengan komunitas Penduduk Asli yang terkena dampak yang dilakukan selama
persiapan Kegiatan Proyek dan menghasilkan dukungan masyarakat luas
untuk Kegiatan Proyek
• Identifikasi potensi dampak negatif dan positif dari kegiatan sub-proyek dari
Masyarakat Adat yang terkena dampak di dalam wilayah pengaruh kegiatan
sub-proyek
• Pengembangan tindakan yang diperlukan untuk menghindari efek buruk atau
identifikasi tindakan untuk meminimalkan, mengurangi, atau mengkompensasi
efek tersebut dan memastikan bahwa Masyarakat Adat menerima manfaat
yang sesuai secara budaya dari kegiatan sub-proyek
• Mekanisme untuk mempersiapkan dan melaksanakan konsultasi publik dengan
Masyarakat Adat (konsultasi mengenai rancangan rencana kegiatan subproyek,
dll. yang relevan), meliputi: penentuan lokasi dan jadwal konsultasi,
sosialisasi/undangan, dll.
• Proses konsultasi publik
• Hasil/penyelesaian dan kesepakatan bersama yang diperoleh selama pertemuan
konsultasi.
• Jumlah dan perwakilan organisasi/lembaga yang dihadirkan oleh peserta rapat
konsultasi tersebut.
2.3. Kerangka kerja untuk memastikan konsultasi bebas, didahulukan, dan
diinformasikan dengan komunitas Masyarakat Adat yang terkena dampak selama
pelaksanaan proyek
3. RENCANA AKSI (INPUT DARI HASIL PENILAIAN SOSIAL)
3.1. Kegiatan bagi Masyarakat Adat untuk menerima manfaat sosial dan
ekoNomormi
3.2. Kegiatan untuk menghindari, meminimalkan, mengurangi, atau
mengkompensasi efek samping
3.3. Langkah-langkah untuk Meningkatkan Kapasitas Manajemen Proyek
3.4. Konsultasi dengan Masyarakat Adat yang terkena dampak tentang Draf IPP

Judul Bab/Sub Bab Konten/Keterangan

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 139
4. ESTIMASI BIAYA DAN RENCANA PEMBIAYAAN
Dalam bentuk tabel yang berisi informasi tentang: jenis kegiatan, penanggung jawab,
timeline/milestones, biaya, sumber pendanaan, dan keterangan.
5. PENGATURAN KELEMBAGAAN UNTUK MELAKSANAKAN IPP
• Badan-badan yang bertanggung jawab untuk mengelola pelaksanaan
Rencana Masyarakat Adat
• Instansi (seperti TPK) yang bertanggung jawab untuk melaporkan dan
memantau pelaksanaan Rencana Masyarakat Adat
• Pengaturan pemantauan pelaksanaan Rencana Masyarakat Adat oleh
Masyarakat Adat yang terkena dampak
6. MEKANISME PENANGGULANGAN KELUHAN YANG DAPAT DIAKSES OLEH
MASYARAKAT YANG TERDAMPAK
• Mekanisme penanganan keluhan seperti yang disarankan oleh hasil
Kajian Sosial
7. PEMANTAUAN PROYEK, EVALUASI, DAN PELAPORAN
PELAKSANAAN IPP
Termasuk pengaturan untuk konsultasi gratis, didahulukan, dan diinformasikan dengan
Masyarakat Adat yang terkena dampak
• Menjelaskan Rencana Kerja pemantauan pelaksanaan MA dan Mekanisme
Pelaporan.
• Pemantauan kemajuan implementasi IPP
• Monitoring proses implementasi IPP
• Pelaporan pelaksanaan (laporan kepada siapa, format apa yang digunakan, dan
batas waktu penyampaian laporan).
LAMPIRAN
Melampirkan dokumen asli atau salinan yang relevan dengan IPP, misalnya:
• Informasi tentang kegiatan sub-proyek (Peta)
• Tabel yang berisi Data Dasar IP
• Risalah Rapat Sosialisasi dan Konsultasi
• Risalah Kesepakatan tentang Skema Kompensasi (jika ada) berdasarkan konsultasi
• Dokumentasi lain yang relevan

LAMPIRAN 14: BERITA ACARA RAPAT KONSULTASI DENGAN MASYARAKAT ADAT

Nama aktifitas sub-proyek :


Tanggal/ Bulan/Tahun :
Waktu :
Tempat :

Sosialisasi/Diseminasi Informasi Kegiatan Proyek

• Manajemen Proyek harus melakukan penyebaran informasi kepada Masyarakat Adat


mengenai tujuan dan manfaat kegiatan sub-proyek secara rinci dan termasuk potensi
dampak positif dan negatif, fisik dan Nomorn-fisik akibat kegiatan sub-proyek. Batas
teritorial untuk lingkup dampak seperti itu secara khusus, harus ditentukan.
• Manajemen Proyek harus menginformasikan Rencana Masyarakat Adat.
• Manajemen Proyek harus menyediakan peta, Desain, dan materi terkait lainnya untuk
kegiatan subproyek.
• Disarankan agar sosialisasi dan konsultasi dilakukan dengan cara yang dapat diterima
secara budaya oleh komunitas Masyarakat Adat dan bahasa lokal digunakan,

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 140
sebagaimana mestinya.
Konsultasi

• Pemerintah Desa, TPK harus mendorong MA untuk berpartisipasi aktif dalam diskusi
selama pertemuan konsultasi.
• Keseluruhan tanya jawab dan rekomendasi/kesimpulan harus dituangkan dalam
Risalah Rapat ini.
Ringkasan pertemuan:

• …….
• ……
Perwakilan menyetujui Risalah

Nama Anggota
No. Posisi pekerjaan Tanda tangan
Komunitas
1 Kepala Suku
2 Kepala Desa
3 Kepala Dusun
4
5
Lampiran

• Daftar hadir lengkap


• Dokumentasi foto

LAMPIRAN 15: CATATAN PERSETUJUAN ATAS DASAR INFORMASI DI AWAL TANPA


PAKSAAN (PADIATAPA)

1. Masyarakat Adat atau Komunitas Adat mungkin rentan terhadap kehilangan,


keterasingan/ pemukiman kembali dari/atau eksploitasi sumber daya alam dan budaya.
Komunitas masyarakat adat seringkali berada di antara yang termiskin di antara yang
miskin di masyarakat dan terikat erat dengan pemukiman mereka, lahan dan sumber
daya alam di mana keberlangsungan penghidupan mereka bergantung. Seringkali,
lahan dan pemukiman ini secara tradisional dimiliki atau di bawah penggunaan adat dan
seringkali tidak diakui secara resmi oleh hukum nasional. Sebagai pengakuan atas
kerentanan ini, intervensi yang diperkenalkan melalui proyek yang bertujuan untuk
meningkatkan administrasi pertanahan dan mengatasi permukiman informal dapat
berpotensi mengasingkan dan/atau menggantikan Masyarakat Adat jika mekanisme
Persetujuan Atas Dasar Informasi di Awal Tanpa Paksaan (PADIATAPA/FPIC) untuk
mendapatkan dukungan luas tidak dibangun. dalam rancangan dan pelaksanaan
proyek.

2. Tujuan. Cakupan, frekuensi dan tingkat keterlibatan yang diperlukan oleh proses
konsultasi harus sepadan dengan risiko dan dampak buruk proyek yang teridentifikasi
serta dengan pertimbangan-pertimbangan yang diungkapkan oleh Masyarakat yang
terkena dampak. PADIATAPA dibangun berdasarkan proses yang disepakati bersama
antara masyarakat yang terkena dampak dan pelaku proyek. PADIATAPA memilki
setidaknya dua tujuan:
a. Menyediakan sebuah platform untuk melakukan proses konsultasi dengan itikad
baik dan dengan cara yang memberikan peluang bagi masyarakat adat yang

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 141
terkena dampak untuk mengungkapkan keprihatinan dan pandangan mereka
tentang pembagian manfaat pembangunan, risiko, dampak, dan langkah-langkah
mitigasi dan mencari cara untuk memaksimalkan manfaat budaya dan sosial
yang dapat mereka terima.
b. Menyediakan mekanisme dua arah bagi aparat Desa terutama TPK untuk terlibat
dengan masyarakat adat dan organisasinya, termasuk dewan adat, kelompok
masyarakat untuk mempertimbangkan dan menanggapi pandangan dan
peritmbangan yang diungkapkan oleh masyarakat adat yang terkena dampak
sebelum pelaksanaan proyek.

3. Prosedur. PADIATAPA harus berorientasi pada pengumpulan dukungan masyarakat


luas, yakni dukungan masyarakat luas terdiri dari kumpulan tanggapan anggota
masyarakat yang terkena dampak dan/atau perwakilan mereka yang diakui dalam
mendukung usulan proyek/ kegiatan proyek. Meskipun PADIATAPA tidak selalu
membutuhkan suara bulat dan dalam beberapa kasus keputusan dapat dicapai bahkan
dengan adanya individu atau kelompok dalam komunitas yang tidak setuju, PADIATAPA
memungkinkan proses yang terorganisir dan berulang di mana keputusan dan tindakan
yang diadopsi oleh proyek menyertakan pandangan dari Masyarakat Adat yang terkena
dampak mengenai masalah yang mempengaruhi mereka secara langsung.

4. Kerangka Partisipasi Masyarakat perlu dibangun atas pendekatan yang sensitif gender
dan inklusif antar generasi. PADIATAPA yang efektif dibangun di atas proses dua arah
yang harus:
a. Libatkan anggota masyarakat yang terkena dampak serta badan dan organisasi
perwakilan mereka yang diakui dengan itikad baik.

b. Menangkap pandangan dan keprihatinan laki-laki, perempuan dan segmen


masyarakat yang rentan termasuk orang tua, pemuda, pengungsi, anak-anak,
orang dengan kebutuhan khusus, dll tentang dampak, mekanisme mitigasi, dan
manfaat yang sesuai sebagaimana tercermin dalam Desain sub-proyek. Jika
perlu, forum atau keterlibatan terpisah perlu dilakukan berdasarkan preferensi
mereka.

c. Mulailah sejak awal proses identifikasi risiko dan dampak lingkungan dan sosial
dan lanjutkan secara berkelanjutan saat risiko dan dampak muncul.

d. Didasarkan pada pengungkapan sebelumnya dan diseminasi/sosialisasi


informasi yang relevan, transparan, objektif, bermakna, dan mudah diakses
yang dalam bahasa dan format yang sesuai secara budaya dan dapat dipahami
oleh Masyarakat Adat yang terkena dampak. Dalam merancang metode
konsultasi dan penggunaan media, perhatian khusus perlu diberikan untuk
memasukkan perhatian perempuan adat, pemuda, dan anak-anak serta akses
mereka terhadap peluang dan manfaat pembangunan.

e. Fokus pada keterlibatan inklusif pada mereka yang terkena dampak langsung
daripada mereka yang tidak terkena dampak langsung;

f. Memastikanbahwa proses konsultasi bebas dari manipulasi eksternal, campur


tangan, paksaan dan/atau intimidasi. Cara konsultasi dirancang harus
menciptakan lingkungan yang memungkinkan untuk partisipasi yang berarti,
jika dapat diterapkan. Selain bahasa dan media yang digunakan, waktu, tempat,
komposisi partisipasi perlu dipikirkan dengan cermat untuk memastikan setiap
orang dapat mengekspresikan pandangan mereka tanpa dampak.

g. Didokumentasikan

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 142
5. Dalam memutuskan apakah akan melanjutkan sub-proyek, PTPD, PD dan PLD
memastikan berdasarkan penilaian sosial dan FPIC apakah Masyarakat Adat yang
terkena dampak memberikan dukungan luas mereka kepada proyek. Jika ada dukungan
seperti itu, TPK harus mempersiapkan:

a. Bukti FPIC yang terdokumentasi serta langkah-langkah yang diambil untuk


menghindari dan meminimalkan risiko dan dampak merugikan dari Masyarakat
Adat yang terkena dampak. Ini termasuk daftar peserta, Nomortulen rapat dan
dokumentasi lainnya (misalnya foto, video, dll.);

b. Langkah-langkah tambahan, termasuk modifikasi Desain proyek, lokasi


alternatif, dan jika ada kompensasi untuk mengatasi efek buruk pada
Masyarakat Adat yang terkena dampak dan untuk memberi mereka manfaat
yang sesuai secara budaya dan sosial;

c. Rencana aksi dan rekomendasi untuk FPIC selama pelaksanaan proyek,


pemantauan, dan evaluasi, dan

d. Setiap kesepakatan formal yang dicapai dengan Masyarakat Adat yang terkena
dampak dan/atau organisasi perwakilan mereka.

6. PIU dan Bank Dunia akan meninjau proses dan hasil konsultasi yang dilakukan oleh
aparat Desa dan TPK dengan pengawasan dari fasilitator (PD dan PLD) untuk
memastikan bahwa Masyarakat Adat yang terkena dampak telah memberikan
dukungan luas mereka terhadap proyek. PIU tidak akan merekomendasikan Desa atau
TPK untuk melanjutkan pemrosesan proyek jika tidak dapat memastikan bahwa
dukungan tersebut ada.

7. Persyaratan. Untuk memastikan bahwa FPIC dapat dipastikan, persyaratan berikut


diperlukan untuk menentukan apakah:

a. Tingkat keterlibatan dengan cara yang memungkinkan partisipasi masyarakat


adat yang terkena dampak dapat diterima;

b. Tingkat dukungan dan perbedaan pendapat di antara Masyarakat Adat yang


terkena dampak untuk proyek diperhitungkan dalam pengambilan keputusan
dan pengembangan langkah-langkah mitigasi.

Pertimbangan Persyaratan
Strategi dan prinsip - Kerangka Partisipasi Masyarakat untuk mengarusutamakan
proyek tentang FPIC;
keterlibatan - Manual Operasional Proyek tentang FPIC;
- Ketentuan anggaran dan personel;
- Jadwal konsultasi dan dokumentasi pendukung lainnya.
Identifikasi pemangku - Analisis pemangku kepentingan sebagai bagian dari
kepentingan dan Penilaian Sosial;
analisis
Pertunangan - Rencana konsultasi, konsultasi publik dan rencana
Komunitas pengungkapan, dan
rencana keterlibatan pemangku kepentingan;
- Jadwal dan catatan keterlibatan masyarakat termasuk
diskusi dan konsultasi dengan anggota masyarakat dan
mereka

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 143
Pertimbangan Persyaratan
perwakilan.

Pengungkapan informasi - Rencana pengungkapan, termasuk jadwal


- Materi yang disiapkan untuk pengungkapan dan konsultasi;
- Rekam/risalah diskusi/konsultasi dengan anggota
masyarakat dan perwakilannya
Konsultasi Gratis, - Rekaman/risalah diskusi/konsultasi dengan anggota
Didahulukan, dan masyarakat dan perwakilannya;
Diinformasikan - Dokumentasi tindakan yang diambil untuk
menghindari/meminimalkan risiko dan dampak buruk pada
Masyarakat Adat yang terkena dampak berdasarkan
umpan balik masyarakat;
- Draf Rencana Aksi;
Konsultasi dengan - Rencana keterlibatan dan konsultasi publik
kelompok rentan - Rekam/risalah diskusi/konsultasi dengan anggota dan
perwakilan kelompok rentan
- Dokumentasi tindakan yang diambil untuk
menghindari/meminimalkan risiko dan dampak buruk pada
kelompok rentan berdasarkan umpan balik masyarakat
- Draf Rencana Aksi
Mekanisme penanganan - Struktur organisasi dan tanggung jawab serta prosedur
keluhan untuk mengelola keluhan;
- Catatan keluhan yang diterima, termasuk ungkapan
dukungan atau perbedaan pendapat;
- Rekam/risalah diskusi dengan anggota masyarakat
atau perwakilan terkait dengan penanganan keluhan.
Umpan balik kepada - Dokumentasi langkah-langkah mitigasi risiko
Masyarakat Adat yang - Rekam/risalah diskusi dengan anggota masyarakat
terkena dampak (untuk dan perwakilannya;
menunjukkan bahwa - Pelaporan yang sedang berjalan tentang implementasi
kekhawatiran dan Rencana Aksi;
rekomendasi telah - Revisi dalam kegiatan proyek/sub-proyek dan Rencana
diakomodasi dalam proyek Aksi;
dan alasan mengapa - Survei/rekaman wawancara dari Masyarakat Adat yang
rekomendasi tidak terkena dampak.
diakomodasi)
Ekspresi formal dukungan - Rekaman/risalah rapat/konsultasi publik dengan anggota
atau perbedaan pendapat masyarakat dan perwakilannya;
- Surat resmi/petisi tertulis dukungan/keberatan yang
diajukan oleh masyarakat dan/atau wakilnya;
Ungkapan dukungan atau - Foto, laporan media, surat pribadi atau akun pihak ketiga
keberatan secara informal (LSM, CBO, dll.)
Bukti konsultasi - Wawancara tatap muka dengan anggota/perwakilan
dengan itikad baik masyarakat dalam konsultasi;
- Kesepakatan yang dicapai dengan MA yang terkena
dampak (misalnya MoU, Letter of Intent, Pernyataan
Bersama, dll.)
- Rencana aksi, misalnya pembagian manfaat, rencana
pengembangan, dll.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 144
LAMPIRAN 16: DAFTAR KABUPATEN DENGAN POTENSI KEBERADAAN MASYARAKAT
ADAT

Nomor. Provinsi Kabupaten dengan Potensi Keberadaan Masyarakat Adat

1 Kalimantan Barito Selatan, Barito Timur, Barito Utara, Gunung Mas, Kapuas,
Tengah Katingan,
Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Lamandau, Murung
Raya, Sukamara
2 Maluku Utara Halmahera Barat, Halmahera Selatan, Halmahera Timur,
Halmahera Utara, Kepulauan Sula
3 Jawa Timur Banyuwangi, Bojonegoro, Bondowoso, Magetan, PoNomorrogo,
Sumenep. Trenggalek,
Tulungagung
4 Jambi Bungo, Merangin, Muaro Jambi, Sarolagun, Tanjung Jabung
Timur, Tebo
5 Sulawesi Barat Majene, Mamasa, Mamuju Utara, Mamuju
6 Lampung Tidak ada Masyarakat Adat yang teridentifikasi
7 Bengkulu Bengkulu Selatan, Bengkulu Utara, Kaur, Lebong, Seluma
8 Jawa barat Ciamis, Cianjur, Garut, Majalengka, Sukabumi, Sumedang,
Tasikmalaya
9 Jawa Tengah Cilacap, Demak, Pati, Semarang
10 Kalimantan Bengkayang, Kapuas Hulu, Landak, Melawi, Pontianak,
Barat Sambas, Sanggau, Sekadau, Sintang
11 Utara Bolaang Mongondow, Kep. Sangihe, Kep. Talaud, Minahasa
Sulawesi Selatan, Minahasa Utara
12 Sulawesi Bantaeng, Barru, Bulukumba, Enrekang, Luwu Utara, Luwu,
Selatan Maros, Palopo, Sidenreng Rappang, Soppeng, Tanah Toraja,
Wajo
13 Nusa Barat Bima, Dompu, Lombok Barat, Sumbawa Barat, Sumbawa
Tenggara
14 Timur Nusa Alor, Belu, Ende, Flores Timur, Kupang, Lembata, Manggarai
Tenggara Barat, Sikka, Sumba Barat, Sumba Timur, Timor Tengah
Selatan, Timor Tengah Utara
15 Bali Bangli, Karangasem
16 Bangka Bangka Barat, Bangka Selatan, Bangka Tengah, Bangka Timur,
Belitung Belitung
17 Banten Lebak, Pandeglang
18 gorontalo Boalemo, Bone Bolango, Gorontalo
19 Kalimantan Balangan, Banjar, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah,
Selatan Kota Baru, Tabalong, Tanah Bumbu, Tanah Laut, Tapin
20 Timur Berau, Kutai Barat, Kutai Kertanegara, Kutai Timur, Pasir
Kalimantan
21 Kepulauan Bintan, Karimun, Lingga
Riau
22 Maluku Buru, Kepulauan Aru, Maluku Tengah, Maluku Tenggara Barat,
Seram Bagian Barat
23 Riau Bengkalis, Indragiri Hilir, Indragiri Hulu, Kep. Meranti, Pelalawan,
Rokan Hilir, Rokan Hulu, Siak
24 Pusat Banggai Kepulauan, Banggai, Donggala, Morowali, Parigi
Sulawesi Moutong, Poso, Tojo Una-Una, Toli-Toli
25 Selatan Bombana, Buton, Kolaka Utara, Kolaka, Konawe Selatan,
TimurSulawesi Konawe, Muna, Wakatobi

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 145
26 Sumatera Barat Kepulauan Mentawai, Lima Puluh Kota, Pasaman
27 Selatan Banyuasin, Lahat, Muara Enim, Musi Banyuasin, Musi Rawas,
Sumatera Ogan Ilir, Ogan
Komering Ilir, Ogan Komering Ulu, OKU Selatan
28 Sumatera Deli Serdang, Humbang Hasundutan, Langkat, Mandailing Natal,
Utara Nias Selatan, Pakpak Bharat, Serdang Bedagai, Simalungun,
Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, Toba
Samosir
29 DI Yogyakarta Tidak ada Masyarakat Adat yang teridentifikasi

30 Kalimantan Nunukan, Bulungan, Malinau


Utara
*) Daftar nama dan lokasi MA di tingkat Desa dimasukkan dalam Studi Bank Dunia tentang
Penyaringan Masyarakat Adat (2010)

LAMPIRAN 17: PROSEDUR PENEMUAN TAK TERDUGA

1. Definisi. Penemuan tak terduga (a Chance Find) adalah temuan materi arkeologi,
sejarah, budaya, dan sisa-sisa yang ditemukan secara tak terduga selama konstruksi
atau pelaksanaan proyek. Prosedur penemuan tak terduga adalah prosedur khusus
proyek yang harus dipenuhi jika warisan budaya yang sebelumnya tidak diketahui
ditemukan selama kegiatan proyek. Prosedur tersebut umumnya mencakup
persyaratan untuk melapor kepada otoritas terkait tentang benda atau situs yang
ditemukan oleh para ahli warisan budaya; memagari area temuan atau situs untuk
menghindari kerusakan lebih lanjut; melakukan penilaian terhadap benda atau situs
yang ditemukan oleh para ahli warisan budaya; mengidentifikasi dan
mengpelaksanaankan tindakan yang sesuai dengan persyaratan Bank Dunia dan
hukum Indonesia; dan melatih personel proyek dan pekerja proyek tentang prosedur
penemuan tak terduga. Dalam kesepakatan dengan kontraktor, harus ada ketentuan
dan pedoman mengenai tindakan yang harus diambil jika artefak dan struktur ini
ditemukan di dalam lokasi sub-proyek.

2. Tujuan.
a. Untuk melindungi sumber daya budaya fisik dari dampak negatif kegiatan proyek
dan mendukung pelestariannya.
b. Untuk mempromosikan pembagian manfaat secara adil dari penggunaan PCR.

3. Prosedur. Jika kegiatan subproyek menemukan situs arkeologi, situs sejarah,


peninggalan dan benda-benda, termasuk kuburan dan/atau kuburan individu selama
penggalian atau konstruksi, harus:
a. Menghentikan kegiatan konstruksi di area penemuan tak terduga;

b. Menggambarkan dan memagari situs atau area yang ditemukan;

c. Amankan situs untuk mencegah kerusakan atau kehilangan benda yang dapat
dilepas. Dalam kasus barang antik yang dapat dipindahkan atau sisa-sisa sensitif,
penjaga malam harus diatur sampai otoritas lokal yang bertanggung jawab atau
Departemen Kebudayaan Kabupaten/Provinsi, atau Institut Arkeologi setempat jika
tersedia untuk mengambil alih;

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 146
d. Melarang setiap pengambilan barang oleh pekerja atau pihak lain;

e. Beri tahu semua personel subproyek (yaitu pekerja subproyek, TimPelaksana


Kegiatanatau TPK, lembaga lokal yang bertanggung jawab atas perlindungan
sumber daya budaya fisik) dari temuan dan mengambil tindakan pencegahan awal
perlindungan;

f. Catat kesempatan menemukan objek dan tindakan awal;

g. Segera beri tahu otoritas lokal yang bertanggung jawab dan Institut Arkeologi terkait
(dalam waktu 24 jam atau kurang);

h. Otoritas lokal yang bertanggung jawab akan bertugas melindungi dan melestarikan
situs sebelum memutuskan prosedur yang sesuai selanjutnya. Ini akan
membutuhkan evaluasi awal dari temuan yang akan dilakukan oleh Institut Arkeologi
setempat. Signifikansi dan pentingnya temuan harus dinilai menurut berbagai
kriteria yang relevan dengan warisan budaya; yang mencakup nilai-nilai estetika,
sejarah, ilmiah atau penelitian, sosial dan ekoNomormi;

i. Keputusan tentang bagaimana menangani temuan harus diambil oleh otoritas yang
bertanggung jawab. Ini dapat mencakup perubahan dalam tata letak subproyek
(seperti ketika menemukan peninggalan budaya atau arkeologi yang tidak dapat
dipindahkan) konservasi, pelestarian, restorasi dan penyelamatan;

j. Pelaksanaan keputusan otoritas mengenai pengelolaan temuan dikomunikasikan


secara tertulis oleh otoritas lokal terkait;

k. Langkah-langkah mitigasi dapat mencakup perubahan Desain/tata letak subproyek,


perlindungan, konservasi, restorasi, dan/atau pelestarian situs dan/atau objek;

l. Pekerjaan konstruksi di lokasi dapat dilanjutkan hanya setelah izin diberikan dari
otoritas lokal yang bertanggung jawab mengenai perlindungan warisan; dan

m. Pemrakarsa subproyek bertanggung jawab untuk bekerja sama dengan otoritas


lokal terkait untuk memantau semua kegiatan konstruksi dan memastikan bahwa
tindakan pelestarian yang memadai telah dilakukan dan karenanya situs warisan
dilindungi.

4. Persyaratan. TPK harus memasukkan prosedur penemuan tak terduga dalam Rencana
Kerja atau kontrak masyarakat.

PEDOMAN KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA, DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN


DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SKALA KECIL DI DESA
I. PENDAHULUAN

Pedoman Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Pengelolaan Lingkungan (K3L) dalam


pembangunan infrastruktur skala kecil di Desa ini disusun untuk membantu Pemerintahan
Desa dalam menyusun rencana dan prosedur K3L untuk masing-masing infrastruktur yang
akan dibangun.
Dalam dokumen ESMF, masalah K3L terkait dengan OP 4.10 (Pedoman Lingkungan,
Kesehatan dan Keselamatan Bank Dunia) yang telah disekapati berlaku pada semua

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 147
pembangunan infrastruktur skala kecil di Desa. Untuk itu Pemerintahan Desa (Pelaksana
Kegiatan) harus menyiapkan Rencana K3L, termasuk prosedur kesiagaan bencana untuk
kegiatan pembangunan infrastruktur skala kecil di Desa yang akan dilakukan secara
swakelola, atau dilaksanakan oleh pihak ketiga (Kontraktor).

Pedoman ini disusun berdasarkan aturan hukum yang berlaku di Indonesia, di antaranya: UU
Nomor.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja; Undang Undang Nomormor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan; Perpu Nomor.2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja; Peraturan
Pemerintah RI Nomormor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja; Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Nomor. 10 Tahun 2021 tentang Pedoman Sistem Keselamatan Konstruksi; Pedoman
Praktis K3 di Bidang Konstruksi, ILO; dan Safety and Health in construction an International
Labour Organisation code of practice.
1.1. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari pembuatan Rencana K3L (RK3L) ini adalah sebagai acuan bagi pelaksana
kegiatan Swakelola dan Kontraktor pelaksana pembangunan infrastruktur skala kecil di
Desa dalam menerapkan Sistem Managemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dan
Pengelolaan Lingkungan selama pekerjaan pembangunan. Penerapan RK3L bertujuan
untuk :
1. Meningkatkan efektivitas perlindungan Keselamatan, Kesehatan kerja, dan
Perlindungan Lingkungan yang terencana, terukur dan terintegrasi.
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan
melibatkan unsur pelaksana swakelola, Kontraktor, dan pekerja/buruh.
3. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efesien untuk mendorong
produktivitas.

1.2. DAFTAR ISTILAH


1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3L adalah segala
kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan, kesehatan tenaga kerja, dan
lingkungan lokasi kegiatan melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja, serta perlindungan lingkungan pada pekerjaan pembangunan
infrastruktur skala kecil di Desa.

2. Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Pengelolaan Lingkungan


adalah bagian dari sistem manajemen organisasi pelaksana Swakelola/Kontraktor
pekerjaan pembangunan infrastruktur skala kecil di Desa dalam rangka
pengendalian risiko K3L.

3. Pekerjaan pembangunan infrastruktur skala kecil di Desa adalah keseluruhan atau


sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta
pengawasan yang mencakup pembangunan/peningkatan/rehabilitasi jalan,
jembatan, embung, saluran irigasi, bangunan gedung, PLTMH, PLTS, instalasi
mekanikal dan elektrikal serta bangunan lainnya untuk mewujudkan suatu bangunan
atau bentuk fisik lain dalam jangka waktu tertentu.

4. Petugas K3L adalah petugas di dalam organisasi pelaksana Swakelola/Kontraktor


yang telah mengikuti pelatihan/bimbingan teknis SMK3 Konstruksi, dibuktikan
dengan surat keterangan mengikuti pelatihan/bimbingan teknis SMK3

5. Potensi bahaya adalah kondisi atau keadaan baik pada orang, peralatan, mesin,
pesawat, instalasi, bahan, cara kerja, sifat kerja, proses produksi dan lingkungan

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 148
yang berpotensi menimbulkan gangguan, kerusakan, kerugian, kecelakaan,
kebakaran, peledakan, pencemaran dan penyakit akibat kerja.

6. Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja,
bahan, proses maupun lingkungan kerja.
7. Risiko K3L adalah ukuran kemungkinan kerugian terhadap keselamatan umum,
harta benda, jiwa manusia dan lingkungan yang dapat timbul dari sumber bahaya
tertentu yang terjadi pada pekerjaan pembangunan.

8. Monitoring dan Evaluasi K3L adalah kegiatan pemantauan dan evaluasi terhadap
kinerja penyelenggaraan K3L yang meliputi pengumpulan data, analisa, kesimpulan
dan rekomendasi perbaikan penerapan K3L.

1.3. RUANG LINGKUP


Rencana K3L yang disusun oleh pelaksana swakelola/kontraktor kegiatan sekurang-
kurangnya terdiri dari:

1. Pembuatan Statemen (Pernyataan) Komitmen Kebijakan Keselamatan,


Kesehatan Kerja, dan Pengelolaan Lingkungan Kerja.
2. Membuat Organisasi Pelaksana K3L termasuk tugas dan tanggung jawabnya.
3. Identifikasi Potensi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko.
4. Penyediaan Sarana K3L.
5. Prosedur K3L dan Pembuatan Instruksi Kerja
6. Keadaan Darurat Kecelakaan dan Bencana.
7. Pelatihan K3L.
8. Laporan Kecelakaan Kerja

II. RENCANA KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA DAN PENGELOLAAN


LINGKUNGAN (K3L)

2.1. Kebijakan K3L


Kebijakan K3L memuat komitmen Pelaksana Swakelola/Kontraktor pada masalah
keselamatan, kesehatan kerja, dan pengelolaan lingkungan. Dokumen in harus
ditandatangani oleh Ketua Pelaksana Swakelola/ Manajemen Kontraktor dan
disampaikan sebagai lampiran kontrak. Contoh Kebijakan K3L sebagai berikut:

Contoh Kebijakan K3L untuk kegiatan yang dilaksanakan secara Swakelola:

KEBIJAKAN KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA, DAN PENGELOLAAN


LINGKUNGAN
Kami yang bertandatangan dibawah ini Pelaksana Swakelola Kegiatan ………….. (sebutkan judul
kegiatan), Desa …………….., Kabupaten …………… berkomitmen untuk:
1. Menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif bagi seluruh karyawan, pekerja,
dan orang lain (termasuk pihak ke-3 dan pengunjung) di tempat kerja.
2. Memenuhi semua peraturan perundang-undangan pemerintah yang berlaku dan persyaratan
lainnya yang berkaitan dengan penerapan Keselamatan, Kesehatan Kerja, Pengelolaan
Lingkungan (K3L) di tempat kerja
3. Melakukan perbaikan berkelanjutan terhadap Sistem Manajemen dan Kinerja K3L guna
meningkatkan Budaya K3L yang baik di tempat kerja.
Untuk mencapainya, kami akan:

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 149
1. Membangun dan memelihara Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan, dan Pengelolaan
Lingkungan kerja berkelanjutan serta sumber daya yang relevan
2. Membangun tempat kerja dan pekerjaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan
persyaratan lainnya terkait K3L
3. Memberikan pendidikan ataupun pelatihan terkait Keselamatan dan Kesehatan, dan
Pengelolaan Lingkungan kerja kepada tenaga kerja untuk meningkatkan kinerja K3L
Yang Berkomitmen:
Petugas K3 Ketua Tim Swakelola Kegiatan ………..
Desa …………………….

( ……………………………………. ) ( ……………………………………. )

Contoh Kebijakan K3L untuk kegiatan yang dilaksanakan pihak ketiga (Kontraktor):

KEBIJAKAN KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA, DAN PENGELOLAAN


LINGKUNGAN
Kami yang bertandatangan dibawah ini Manajemen Kontraktor kegiatan ………….. (sebutkan judul
kegiatan), Desa …………….., Kabupaten ……………, Surat Perintah Kerja (SPK) Nomormor:
………………….. berkomitmen untuk:
1. Menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif bagi seluruh karyawan, pekerja,
dan orang lain (termasuk pihak ke-3 dan pengunjung) di tempat kerja.
2. Memenuhi semua peraturan perundang-undangan pemerintah yang berlaku dan persyaratan
lainnya yang berkaitan dengan penerapan Keselamatan, Kesehatan Kerja, Pengelolaan
Lingkungan (K3L) di tempat kerja
3. Melakukan perbaikan berkelanjutan terhadap Sistem Manajemen dan Kinerja K3L guna
meningkatkan Budaya K3L yang baik di tempat kerja.
Untuk mencapainya, kami akan:
1. Membangun dan memelihara Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan, dan Pengelolaan
Lingkungan kerja berkelanjutan serta sumber daya yang relevan
2. Membangun tempat kerja dan pekerjaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan
persyaratan lainnya terkait K3L
3. Memberikan pendidikan ataupun pelatihan terkait Keselamatan dan Kesehatan, dan
Pengelolaan Lingkungan kerja kepada tenaga kerja untuk meningkatkan kinerja K3L
Yang Berkomitmen:
Petugas K3 Direktur CV/PT. ……………………

( ……………………………………. ) ( ……………………………………. )

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 150
2.2. Organisasi K3L
Contoh Struktur organisasi

Nama Ketua Tim Swakelola/Direktur Kontraktor

Penanggung Jawab Utama K3L

Nama Petugas K3
Penanggung Jawab Lapangan K3L

Pekerja Pembangunan Pekerja Pembangunan

2.3. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


1. Kontraktor/ Tim Swakelola mematuhi semua peraturan yang berlaku di Indonesia dan
SOP yang berlaku bagi pekerja.
2. Semua pekerja dilengkapi dengan alat pelindung diri yang memadai yaitu helm
pelindung (hard hat), pakaian kerja/rompi, sepatu bot, sarung tangan, pelindung mata,
dan lain-lain sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan.
3. Persyaratan bagi pekerja dan pengunjung di lokasi untuk menggunakan peralatan
keselamatan/pelindung yang memenuhi standar.
4. Kontraktor harus memelihara peralatan yang dapat membahayakan keselamatan
kerja.
5. Kontraktor harus rutin melakukan kegiatan pemeriksaan K3 baik formal maupun
informal.
6. Kontraktor menyediakan peralatan K3 seperti tangga susun, pagar pengaman, alat
pemadam kebakaran, peralatan K3, rambu K3
7. Pagar pengaman dibangun di sekitar lokasi konstruksi.
8. Jika terjadi kecelakaan kerja/bencana harus dilaporkan kepada direksi/pimpinan dan
dokumentasi.

2.4. Identifikasi Potensi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko


Pelaksana kegiatan harus melakukan identifikasi potensi bahaya berdasarkan jenis-jenis
pekerjaan yang akan dilakukan, dengan mempertimbangkan jenis pekerjaan,
bahan/material; peralatan, cara kerja; resiko yang mungkin terjadi; pengendalian risiko
(tempat kerja, peralatan, cara kerja, alat pelindung kerja, alat pelindung diri, rambu-
rambu; dan lingkungan kerja).
Ada beberapa metode identifikasi potensi bahaya. Berikut ini adalah contoh tabel
identifikasi potensi bahaya yang bisa dipakai. Tabel ini dapat disederhanakan bila perlu.
Pengisian disesuaikan dengan jenis kegiatan dan kondisi masing-masing kegiatan
pembangunan infrastruktur.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 151
CONTOH TABEL IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA, PENILAIAN, DAN PENGENDALIAN RESIKO

Penilaian Resiko
Potensi Pengendalian
Nomor Pekerjaan Sub jenis pekerjaan Alat/bahan Resiko
Bahaya Resiko
Frekuensi Keparahan Kategori

1 Jalan 1. Badan Jalan


2. Perkerasan Jalan
3. Bangunan pendukung
2 Jembatan 1. Pondasi/Bangunan Bawah
2. Bangunan Atas
3. Bangunan Pendukung
3 Bangunan Gedung 1. Pekerjaan Tanah
2. Pondasi, sloof
3. Kolom, balok, ring balok
4. Dinding, pintu, jendela
5. Atap dan Penutup Atap, Plafond
6. Instalasi Listrik
7. Instalasi Air Bersih dan Kotor
8. Bangunan/pekerjaan pendukung.
4 PLTMH 1. Bendung
2. Bangunan Intake
3. Instalasi Mesin

5 Bangunan Tempat 1. Pekerjaan tanah


Produksi
2. Pondasi, sloof
3. Kolom, Balok, Ring Balok
4. Dinding, Pintu, Jendela
5. Atap Penutup Atap
6. Instalasi Listrik
7. Instalasi Air Bersih dan Air Kotor
8. Pemasangan Mesin
6 Sumur Bor 1. Mobilisasi Alat
2. Pemasangan mesin Bor
3. Pengeboran
7 Dst.
Berikut adalah beberapa contoh identifikasi resiko bahaya kecelakaan, pengendalian, dan
pencegahan bahaya dalam kegiatan pekerjaan konstruksi :

a. Identifikasi resiko kecelakaan dan pencegahan:


Nomor. Resiko Kecelakaan Pencegahan
1. Jatuh ke air dan tenggelam Menggunakan jaket pelampung (life-jacket)
2. Jatuh dari ketinggian ❖ Menggunakan sabuk pengaman.
❖ Pemasangan jarring pengaman.
❖ Penggunaan scaffolding yang benar.
❖ Pemasangan pagar pengaman.
❖ Pemasangan rambu/tanda.
3. Tertimpa benda yang jatuh/ terbentur ❖ Memakai helm pengaman.
❖ Memasang jaring pengaman di atas
wilayah kerja.
❖ Memasang rambu/tanda.
4. Luka akibat aktivitas pekerjaan ❖ Memakai sarung tangan safety,
❖ Memakai sepatu safety
5. Terpapar debu ❖ Memakai masker dan kaCamata
pelindung
6. Kebakaran ❖ Dilarang merokok di tempat kerja
❖ Menyediakan alat pemadam kebakaran
di tempat strategis
7. Terjepit ❖ Menggunakan peralatan yang sesuai
❖ Memakai sarung tangan,
❖ Memakai sepatu.
8. Sengatan listrik ❖ Memakai sarung tangan karet
❖ Memakai sepatu karet.
9. Kebakaran lahan ❖ Menyediakan pemadam kebakaran
❖ Menggunakan pompa punggung atau
pompa penyemprot
❖ Menggunakan masker
Dst.

b. Pencegahan dan Penanggulangan Kecelakaan :


❖ Larangan merokok di tempat kerja
❖ Memastikan wilayah kerja yang rapi, bersih dan teratur (good
housekeeping)
❖ Pemasangan poster/himbauan tentang K3.
❖ Penggunaan APD kerja yang memadai (helm, sarung tangan, sepatu dll).
❖ Pemberian rambu-rambu petunjuk dan larangan.
❖ Pemasangan pagar pengaman di antara lantai dan tangga.
❖ Briefing setiap pagi kepada Mandor dan Sub yang terlibat.
❖ Menjaga kondisi jalan kerja agar tetap layak pakai.
❖ Penempatan material/bahan yang mudah terbakar atau berbahaya dengan
benar dan tidak terpapar matahari langsung.
❖ Perlu mendapat perhatian terhadap alat yang menimbulkan suara bising,
asap, debu, dan residu lainnya.
❖ Penyediaaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR).

2.5. Penyediaan Sarana K3


Berdasarkan hasil identifikasi potensi bahaya, Pelaksana Kegiatan harus menyediakan
Alat Pelindung Diri dan Perlengkapan K3 yang memadai.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 153
a. Alat Pelindung Diri
Pelaksana kegiatan harus menyediakan alat pelindung diri berdasarkan hasil
identifikasi jenis pekerjaan. Alat pelindung diri termasuk diantaranya helm, masker,
kaCamata, sumbat telinga, disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang akan dilakukan.

b. Perlengkapan K3
Pelaksana Kegiatan harus menyediakan Perlengkapan K3 sesuai kebutuhan dan
kondisi kerja di lapangan. Secara umum perlengkapan K3 dapat terdiri dari:

❖ Alat pemadam kebakaran (APAR : Alat Pemadam Api Ringan)


▪ Tempatkan di lokasi yang mudah diakses, dan terlindung dari sinar
matahari.
▪ Jadwalkan pelatihan penggunaan APAR untuk Supervisor dan pekerja.
❖ Rambu-rambu petunjuk keselamatan dan spanduk K3. Untuk mencegah
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada tempat yang berpotensi
menimbulkan bahaya bagi pekerja dan masyarakat sekitar maka
kontraktor harus memasang rambu-rambu peringatan dan larangan.
❖ Di setiap lokasi kegiatan konstruksi harus ada sarana sanitasi.
❖ Tempat Pengumpulan dan Pembuangan Sampah: Pengelolaan sampah
harus dilakukan dengan menyediakan tempat sampah yang memadai di
setiap lokasi kegiatan konstruksi.
❖ Perlengkapan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K).
▪ Kotak P3K lengkap dengan isinya ditempatkan di lokasi yang mudah
diakses
❖ Penyediaan Alat Komunikasi (HP, HT)

2.6. Prosedur K3 dan Pembuatan Instruksi Kerja

Prosedur K3 untuk jenis-jenis kegiatan tertentu dapat dikembangkan dari proses


identifikasi bahaya. Kontraktor yang terpilih dari proses procurement juga dapat
melengkapi prosedur K3 dengan menggunakan prosedur terkait yang telah mereka miliki.
Jenis-jenis kegiatan ini misalnya pekerjaan di ketinggian, pekerjaan dalam lubang,
pekerjaan listrik dll. Lebih lanjut dapat dilihat pada dokumen safety and health in
construction an ILO Code of Practice. Contoh prosedur dapat dilihat pada Lampiran 1.
Pelaksana kegiatan harus membuat instruksi kerja secara tertulis yang berisi jenis
pekerjaan, lokasi pekerjaan, lama bekerja, siapa yang akan mengerjakan dan prosedur
K3 yang terkait pelaksanaan pekerjaan tersebut.
Kontraktor yang melaksanakan pekerjaan harus membuat dokumentasi instruksi kerja
sebagai bagian dari laporan kepada pemberi tugas. Kontraktor dapat menggunakan
sistem dokumentasi yang telah mereka miliki.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 154
CONTOH PROSEDUR K3 20
PROSEDUR K3 - KESELAMATAN TEMPAT KERJA
1. Ketentuan Umum
a. Semua upaya pencegahan harus dilakukan untuk:
i. Memastikan bahwa semua tempat kerja adalah aman dan bebas dari risiko
kesehatan dan keselamatan pekerja
ii. Melindungi pekerja dan orang yang ada di sekitar lokasi konstruksi dari semua
bahaya yang timbul dari kegiatan konstruksi.
b. Semua lubang dan daerah lain yang berpotensi bahaya pada pekerja harus diberi tanda
dengan jelas.

2. Akses masuk dan keluar


a. Akses masuk dan keluar yang cukup dan aman di semua tempat kerja harus disediakan
dan diberi tanda yang jelas, serta dipelihara supaya selalu dalam keadaan aman.

3. Pemeliharaan dan kebersihan tempat kerja


a. Program pemeliharaan dan kebersihan tempat kerja harus ditetapkan dan dilaksanakan
secara terus menerus di setiap lokasi konstruksi, termasuk upaya untu:
i. Penyimpanan barang-barang dan peralatan
ii. Pembuangan sisa, sampah dan puing secara teratur
b. Barang-barang yang tidak diperlukan tidak boleh ditempatkan atau dibiarkan bertumpuk di
lokasi kerja sehingga menghambat jalan keluar dan masuk ke tempat kerja
c. Lokasi atau jalan kerja yang licin akibat air atau minyak, harus dibersihkan atau ditutupi
dengan pasir, abu, atau sejenisnya.

4. Pencegahan jatuhnya barang, orang atau robohnya struktur


a. Upaya pencegahan terjadinya hal di atas dengan menyediakan pagar atau penahan untuk
melindungi orang yang mungkin tertimpa oleh material atau peralatan yang jatuh saat
dinaikkan atau diturunkan.
b. Bila diperlukan untuk mencegah bahaya, struktur penahan yang kuat atau upaya
pencegahan lain harus dipakai untuk mencegah rubuhnya struktur atau bagian struktur
yang sedang ditegakkan, dipelihara, diperbaiki atau akan dihancurkan.
c. Semua lubang yang memungkinkan pekerja terjatuh ke dalamnya harus dipagari atau diberi
tanda yang memadai.

5. Pencegahan masuknya orang tanpa izin


a. Lokasi konstruksi di daerah yang ramai dan sepanjang lalu lintas kendaraan dan orang
harus dipagari untuk mencegah masuknya orang lain tanpa izin
b. Pengunjung tidak boleh diberi akses ke lokasi konstruksi kecuali didampingi oleh pekerja
yang ditunjuk atau kompeten dan diberikan alat pelindung diri yang memadai.
6. Pencegahan dan pemadaman kebakaran
a. Pelaksana pekerjaan harus semaksimal mungkin berupaya untuk:
i. Menghindari risiko kebakaran
ii. Secepat dan seefisien mungkin mengendalikan api bila terjadi kebakaran
iii. Mengevakuasi pekerja dengan cepat dan aman
b. Penyimpanan yang memadai dan aman harus disediakan untuk bahan (padatan, cairan
dan gas) yang mudah terbakar.
c. Merokok tidak diperbolehkan dan tanda “Dilarang Merokok” harus jelas terpasang di semua
tempat yang mempunyai bahan-bahan mudah terbakar.
d. Di tempat yang tertutup dan tempat lain dimana gas dan uap yang mudah terbakar dapat
menyebabkan bahaya:

20
Contoh ini diterjemahkan dari safety and health in construction in ILO code of practice. Redaksinya harus
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing kegiatan

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 155
i. Hanya boleh menggunakan instalasi listrik dan peralatan, termasuk lampu portabel,
yang dilengkapi dengan proteksi yang aman.
ii. Tidak boleh ada percikan api atau sejenisnya.
iii. Harus ada tanda dilarang merokok
iv. Sampah, kain atau sisa-sisa yang mengandung bahan atau gas berbahaya yang bisa
menyala secara spontan harus dikeluarkan dari ruangan ke tempat yang aman
sesegera mungkin.
v. Ventilasi yang memadai harus disediakan.

e. Material mudah terbakar seperti bekas kemasan, abu gergaji, sampah berminyak dan
ampas kayu atau plastik tidak boleh dibiarkan terakumulasi di tempat kerja, dan harus
disimpan dalam wadah metal yang tertutup di tempat yang aman.

f. Inspeksi regular harus dilakukan di tempat yang mempunyai risiko kebakaran. Dalam hal
ini termasuk di sekitar peralatan pemanas, instalasi listrik dan konduktor, tempat
penyimpanan bahan yang mudah terbakar, pengelasan dan pemotongan.

g. Pengelasan, percikan dari pemotongan dan pekerjaan lain yang menggunakan panas
hanya dikerjakan dengan perintah pengawas yang kompeten setelah upaya pencegahan
yang diperlukan telah dilakukan untuk mengurangi risiko kebakaran.

h. Tempat-tempat kerja, sepanjang memungkinkan secara teknis, akan dilengkapi dengan:


i. Alat pemadam api yang sesuai, mudah diakses dan mudah terlihat
ii. Penyediaan air dengan tekanan yang memadai
i. Alat pemadam api harus dipelihara dan diperiksa sesuai interval yang tepat oleh petugas
yang kompeten. Akses pada alat pemadam api seperti hidran dan APAR dan harus selalu
terbuka.

j. Semua supervisor dan sejumlah pekerja harus dilatih menggunakan alat pemadam api,
sehingga terdapat jumlah staf yang telah dilatih pada semua jam kerja.

k. Pekerja juga harus dilatih mengenai jalur-jalur evakuasi. Bila diperlukan, tanda-tanda visual
harus dipasang untuk menunjukkan arah untuk keluar bila terjadi kebakaran. Jalan keluar
harus dipastikan terbuka sepanjang waktu dan tidak terhalang oleh tumpukan barang dan
sejenisnya.

l. Lokasi konstruksi harus mempunyai peralatan untuk menyampaikan peringatan bila terjadi
kebakaran. Peringatan tersebut harus bisa terdengar ke semua tempat kerja. Sebuah
rencana evakuasi yang efektif harus disusun sehingga semua orang dapat dievakuasi
dengan cepat tanpa menimbulkan kepanikan, dihitung dan semua proses konstruksi
dihentikan.

m. Di lokasi konstruksi, tanda-tanda pemberitahuan harus jelas terpasang menyebutkan:


i. Lokasi alarm kebakaran terbakar
ii. Nama dan Nomormer telepon layanan darurat terdekat.

7. Pencahayaan
a. Bila pencahayaan alami tidak mencukupi untuk memastikan kondisi kerja yang aman,
pencahayaan tambahan, termasuk pencahayaan portable bila diperlukan, harus disediakan
di semua tempat kerja dan tempat lain di lokasi konstruksi yang mungkin dilewati pekerja.
b. Pencahayaan tambahan, sepanjang memungkinkan, tidak menghasilkan silau dan
bayangan yang mengganggu.
c. Bila diperlukan untuk mencegah bahaya, lampu-lampu harus dilindungi sedemikian rupa
supaya tidak pecah akibat benturan/jatuh.
d. Kabel untuk lampu-lampu portable harus mempunyai ukuran dan kualitas yang memadai
sesuai persyaratan daya dan mempunyai kekuatan mekanis yang sanggup menghadapi
kondisi operasi konstruksi

PROSEDUR K3 – PEKERJAAN DI KETINGGIAN

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 156
8. Ketentuan umum
a. Untuk mengurangi bahaya pada pekerjaan pada struktur atau kemiringan yang melebihi
ketinggian yang ditentukan undang-undang, upaya pencegahan harus dilakukan untuk
menghindari jatuhnya orang atau peralatan.
b. Tempat kerja yang tinggi, termasuk atap dengan ketinggian di atas 2 meter dari permukaan
tanah atau lantai, harus dilindungi pada semua sisinya yang terbuka dengan menyediakan
pagar pengaman dan sabuk keselamatan harus disediakan dan digunakan.
c. Pada tempat kerja yang tinggi termasuk atap harus disediakan akses dan tangga yang
aman.
d. Bila pagar pengaman tidak bisa diterapkan, pekerja di tempat kerja yang tinggi, termasuk
atap dimana terdapat risiko jatuh dari ketinggian di atas 2 meter, harus dilindungi dengan
jaring pengaman atau platform yang aman, atau dilengkapi dengan sabuk pengaman
(safety harness) yang terpasang dengan aman.
9. Pekerjaan Atap
a. Semua pekerjaan atap harus direncanakan dan diawasi dengan ketat.
b. Pekerjaan atap hanya boleh dikerjakan oleh pekerja yang sehat secara fisik dan psikologis
dan mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang memadai.
c. Pekerjaan atap tidak boleh dilakukan bila kondisi cuaca mengancam keselamatan pekerja.
d. Lantai kerja, jalan dan tangga ke atap harus dipasang secara aman pada struktur yang
kuat.

2.7. Keadaan Darurat Kecelakaan dan Bencana.

Siapkan prosedur kesiagaan bencana dengan mengikuti langkah-langkah berikut:


a. Identifikasi potensi bencana yang ada di lokasi kerja, termasuk berkonsultasi dengan
masyarakat setempat. Misalnya, kebakaran hutan, banjir bandang atau gempa bumi.
b. Buat Prosedur dan tahapan yang harus dilakukan dalam menghadapi kondisi darurat
termasuk penetapan personil yang bertanggung jawab, identifikasi tempat berkumpul
dan jalur evakuasi
c. Buat daftar Nomormor telpon yang diperlukan pada keadaan darurat.
d. Buat jadwal sosialisasi prosedur keadaan darurat bagi pekerja dan masyarakat.

Tabel di bawah ini di isi lengkap, dicetak dan dipasang di lokasi kerja
Nomor. Lembaga Jabatan Nama dan Alamat
Nomor HP
1 ......... Petugas K3L
2 Rumah Sakit Dokter
Petugas Ambulan
3 Puskesmas
4 Polres
Polsek
5 BPBD
6 Camat
7 Kepala Desa
8 Pemadam Kebakaran

2.8. Pelatihan K3
Untuk meningkatkan pemahaman pekerja dan staf mengenai prosedur K3, pelaksana
kegiatan atau kontraktor harus menyelenggarakan pelatihan K3. Pelaksanaan pelatihan
juga dilaporkan setiap kuartal.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 157
2.9. Laporan Kecelakaan

Kecelakaan serius yang menyebabkan pekerja terluka parah dan harus dirawat di rumah
sakit atau bahkan meninggal dunia, harus dilaporkan ke Kepala Desa dalam masa 1 x 24
jam.
❖ Gunakan formulir laporan kecelakaan kerja sebagaimana dibawah ini.
❖ Bila terjadi kecelakaan kerja, rencana dan prosedur K3 perlu dievaluasi dan
diperbaiki sehingga kecelakaan tidak berulang.

LAPORAN KECELAKAAN KERJA


Nama Kegiatan: …………………………………………………………………………………………
Pelaksana Kegiatan:
Tim Swakelola Kegiatan …………………………………………………… atau
Nama Kontraktor: …………………………………………………………….
A. INSIDEN
KroNomorlogi
Tanggal:
Waktu:
Kegiatan:
Lokasi:
Kerugian Aset/Material Kerugian
Lingkungan

B. KORBAN
Nomor. Nama L/P Usia Bagian Cedera Penanganan Kategori

Kategori: Ringan: cedera ringan, dapat bekerja kembali; Sedang: memerlukan pertolongan medis/P3K; Berat: memerlukan
rujukan Puskesmas/Rumah Sakit, cacat sementara; Fatal: cacat permanen, kematian.
C. INVESTIGASI KECELAKAAN
Penyebab Langsung Penyebab Dasar
(Kondisi/Tindakan Bahaya) (Prosedur/Sarana/Kepatuhan)

D. PERBAIKAN & PENCEGAHAN


Nomor. Jenis Tindakan Rencana & Target Wewenang

Isi Jenis Tindakan dengan: Tindakan Perbaikan/Tindakan Pencegahan, Isi Rencana & Target dengan (tanggal)
pemenuhan, Isi Wewenang dengan: Bagian/Petugas yang berwenang untuk melaksanakan rencana tindakan.
Saksi Disusun Petugas Mengetahui
K3 Ketua Tim Swakelola / Direktur
Kontraktor

Nama: Nama: Nama:


Tanggal: Tanggal: Tanggal:

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 158
Dokumentasi & Catatan

2.10. Pengelolaan Lingkungan

A. Persyaratan Khusus

Tanggung jawab umum

1. Mematuhi semua persyaratan peraturan yang relevan di Indonesia (Peraturan


Pemerintah RI Nomormor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja; PerMen PU Nomor. 29/2006 tentang Pedoman
Teknis Bangunan Gedung; Permen PUPR Nomor. 10 Tahun 2021 tentang Pedoman
Sistem Keselamatan Konstruksi).
2. Mempekerjakan dan melatih staf yang memenuhi syarat yang sesuai untuk
bertanggung jawab atas K3.
3. Selama konstruksi,apabila ditemukan benda-benda bersejarah atau purbakala harus
dilaporkan kepada direksi/pimpinan.
4. Selalu menjaga area konstruksi bebas dari hal-hal yang membahayakan pekerja dan
lingkungan sekitar.
5. Mematuhi semua aturan keselamatan dan keamanan dalam Desain bangunan.
Contoh: ventilasi, jalur evakuasi, tanda evakuasi, instalasi pengelolaan sampah/ IPAL,
jalur untuk penyandang disabilitas, dll.

Larangan
1. Menebang pohon di luar area konstruksi yang disepakati.
2. Ambil benda-benda bersejarah yang ditemukan di area konstruksi.
3. Membuang sampah atau limbah konstruksi sembarangan.
4. Buang polutan seperti minyak, cat, solar, di lingkungan (tanah, saluran air).
5. Membakar limbah dan/atau sisa tanaman dari lahan yang dibuka.
6. Gunakan bahan yang mengandung asbes.
7. Gunakan kayu dengan asal yang tidak jelas untuk konstruksi.
8. Kayu yang boleh digunakan hanya kayu yang legal/ dilengkapi oleh SKAU.

Debu dan polusi


1. Kontraktor menggunakan air pada interval tertentu untuk membasahi area berdebu,
terutama saat kering dan berangin.
2. Genset yang digunakan tidak menghasilkan asap hitam/ tebal.
3. Gunakan kendaraan yang layak (SIM/KIR masih berlaku).

Kebisingan
4. Upayakan untuk mengurangi dan mengendalikan kebisingan.
5. Kegiatan konstruksi hanya dijadwalkan pada pagi hari (8 pagi hingga 6 sore).
6. Pekerjaan yang dilakukan setelah jam kerja harus diberitahukan terlebih dahulu
kepada masyarakat sekitar proyek minimal satu minggu sebelumnya.

Pengelolaan sampah
1. Penyediaan tempat penampungan sampah sementara dan pembersihan harian di
lokasi proyek.
2. Sampah yang terkumpul harus dibuang di TPA resmi (bukti atau lokasi TPA harus
dilaporkan).

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 159
3. Limbah minyak dan limbah berbahaya lainnya (termasuk tanah yang terkontaminasi
dan tumpahan minyak) harus tetap tertutup dan terpisah dari limbah lainnya. Ini jenis
limbah harus diangkut oleh pengangkut berlisensi ke fasilitas pembuangan berlisensi.
4. Setelah pekerjaan selesai, semua puing-puing dan sisa bahan konstruksi harus
disingkirkan dari lokasi proyek/ dibersihkan.
5. Kotoran pekerja: sisa makanan, toilet harus dikelola dengan baik.

B. Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

Pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan:

1. Rencana pengelolaan/mitigasi dampak lingkungan dan sosial yang telah disusun dan
digunakan sebagai dasar pelaksanaan konstruksi dapat beroperasi dan efektif sesuai
dengan Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial.
2. Memenuhi persyaratan lingkungan dan sosial.
3. Lengkapi semua daftar periksa dan laporan dan evaluasi Kode Praktik Lingkungan /
ECOP yang ditentukan oleh Pemrakarsa Proyek.
4. Pelaksanaan pengelolaan dampak lingkungan dan sosial pekerjaan konstruksi sesuai
dengan Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial.
5. Laporan bulanan pekerjaan konstruksi dan pelaksanaan pengelolaan dampak
lingkungan dan sosial yang dilakukan oleh pelaksana konstruksi.
6. Pelaksanaan pengelolaan dampak lingkungan dan sosial pekerjaan konstruksi sesuai
dengan matriks yang diambil dari UKL-UPL atau dokumen SPPL atau Dokumen
Pengelolaan Lingkungan lainnya

III. PEMANTAUAN KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA DAN PENGELOLAAN


LINGKUNGAN

Pemantauan K3L dilakukan oleh wakil Pemberi Kerja (dalam hal ini Pemerintah Desa),
Pendamping, Konsultan RMC, dan Konsultan NMC.
Poin-poin pemantauan K3L sebagaimana Formulir pemantauan keselamatan, Kesehatan
kerja dan pengelolaan lingkungan dibawah ini.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 160
FORMULIR PEMANTAUAN KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA DAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN (K3L)

Unit Kerja :
....................................................................................................
Judul Kegiatan :
....................................................................................................
Lokasi Kegiatan :
........................................................................................................

C. TANGGUNG JAWAB LINGKUNGAN UNTUK KONTRAKTOR/ TIM SWAKELOLA

Rekomendasi
No Kriteria Ya Tidak Tidak perlu
diberikan
a. Apakah telah memenuhi semua
persyaratan peraturan yang relevan
di Indonesia (PP Nomor. 50 Tahun
2012 tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja; PerMen PU
Nomor. 29/2006 tentang Pedoman
Teknis Bangunan Gedung; Permen
PUPR Nomor. 10 Tahun 2021
tentang Pedoman Sistem
Keselamatan Konstruksi)
b. Apakah terdapat Papan Informasi
Kegiatan Konstruksi yang memuat
informasi Nama Proyek, Nama
Perusahaan Kontraktor Pelaksana,
Jenis Pekerjaan, Jangka Waktu
Pelaksanaan Pekerjaan, Nama
Perusahaan Konsultan Pengawas dan
Nomormor Kontak yang dapat
dihubungi untuk menyampaikan
pengaduan
c. Sudahkah Anda menerapkan
Rencana Pengelolaan Lingkungan
dan Sosial (ESMP) selama
masa konstruksi?
d. Memantau efektivitas
implementasi ESMP dan
menyimpan data pemantauan

e. Membuat laporan bulanan data hasil


pemantauan pelaksanaan
pengelolaan lingkungan kepada
Pemrakarsa Proyek
f. Mempekerjakan dan melatih staf
berkualifikasi yang sesuai untuk
bertanggung jawab atas K3

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 161
Rekomendasi
No Kriteria Ya Tidak Tidak perlu
diberikan
g. Selama konstruksi, benda-benda
bersejarah harus dilaporkan kepada
kepala Pemrakarsa Proyek
h. Mematuhi semua aturan peraturan
keselamatan dan keamanan dalam
Desain bangunan. Contoh: ada
ventilasi, jalur evakuasi, tanda
evakuasi, instalasi pengelolaan
sampah/ IPAL, jalur untuk penyandang
disabilitas, dll.
i. Jika terdapat dampak lingkungan dan
sosial yang signifikan dan tidak ada
tindakan mitigasi yang dilakukan,
Kontraktor menghentikan kegiatan
konstruksi setelah menerima instruksi
dari Pemrakarsa Proyek, dan jika
diperlukan, mengusulkan dan
melaksanakan perbaikan dan
menerapkan metode konstruksi
alternatif untuk meminimalkan
dampak tersebut.
dampak lingkungan dan sosial.

PEMANTAUAN LINGKUNGAN

Memastikan bahwa aktivitas kerja dilakukan dengan cara yang tidak merusak
lingkungan dan memelihara lingkungan.

9. LARANGAN
No
Tidak Rekomendasi
mor Kriteria Ya Tidak
perlu diberikan
.
a. Menebang pohon di luar area konstruksi
yang disepakati.
b. Ambil benda-benda bersejarah yang
ditemukan di area konstruksi.
c. Membuang sampah atau limbah
konstruksi sembarangan.
d. Buang polutan seperti minyak, cat,
solar, di lingkungan (tanah, saluran
air).
e. Membakar limbah dan/atau sisa
tanaman dari lahan yang dibuka.

10. DEBU DAN POLUSI


No
Rekomendasi
mor Kriteria Ya Tidak Tidak perlu
diberikan
.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 162
a. Penggunaan air pada interval
tertentu untuk membasahi area
berdebu, terutama saat kering dan
berangin
b Penggunaan genset yang tidak
menghasilkan asap tebal/hitam
c. Penyimpanan solar/ solar untuk
genset menggunakan tangki/ drum
dengan secondary containment
untuk mencegah dampak
tumpahan/ tumpahan di tanah
d. Gunakan kendaraan yang layak
(SIM/KIR masih berlaku)

11. KEBISINGAN
No
Tidak Rekomendasi
mor Kriteria Ya Tidak
perlu diberikan
.
a. Kegiatan konstruksi adalah hanya
dijadwalkan pada pagi hari (8 pagi
hingga 6 sore).
b. Pekerjaan yang dilakukan setelah
jam kerja harus diberitahukan
terlebih dahulu kepada masyarakat
sekitar proyek minimal satu minggu
sebelumnya.

12. PENGELOLAAN SAMPAH

No Tidak Rekomendasi
Kriteria Ya Tidak
mor. perlu diberikan

a. Penyediaan tempat penampungan


sampah sementara dan pembersihan
harian di lokasi proyek.
b Sampah yang terkumpul harus
dibuang di tempat pembuangan
sampah resmi (bukti atau lokasi TPA
harus dilaporkan
c. Limbah minyak dan limbah
berbahaya lainnya (termasuk tanah
yang terkontaminasi dan tumpahan
minyak) harus tetap tertutup dan
terpisah dari limbah lainnya. Sampah
jenis ini harus diangkut oleh
pengangkut berlisensi ke fasilitas
pembuangan berlisensi.
d. Setelah pekerjaan selesai, semua
puingdan seterusnya konstruksi
material harus dipindahkan dari
lokasi proyek/ dibersihkan.
e Kotoran pekerja: sisa makanan, toilet
harus dikelola dengan baik.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 163
13. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
No
Tidak Rekomendasi
mor Kriteria Ya Tidak
perlu diberikan
.
a. Kontraktor mematuhi semua
peraturan yang berlaku di Indonesia
dan SOP sesuai ESMP untuk
pekerja
b. Semua staf dilengkapi dengan alat
pelindung diri yang sesuai, yaitu helm
pelindung (topi keras) dan pakaian
keamanan (pakaian visibilitas tinggi)

c Pagar pengaman telah dibangun di


sekitar lokasi konstruksi

14. KETERSEDIAAN DAN PENGGUNAAN ALAT KESELAMATAN


No
Tidak Rekomendasis
mor Kriteria Ya Tidak
perlu diberikan
.
Dasar Hukum:
Instruksi Menteri Tenaga Kerja
Nomor. 2/M/BW/BK/1984 tentang
Pengesahan Alat Pelindung Diri
a. Peralatan keselamatan kerja: alat
pelindung diri: pakaian kerja/
rompi, sepatu bot, helm,
sarung tangan, pelindung mata
dll, tersedia
b. Persyaratan bagi pekerja dan
pengunjung di lokasi untuk
menggunakan peralatan
keselamatan/pelindung yang
memenuhi standar
c. Apakah pemeliharaan peralatan
yang dapat membahayakan
keselamatan kerja dilakukan?
d. Apakah perusahaan melakukan
kegiatan inspeksi terhadap
pelaksanaan K3 baik formal maupun
informal secara berkala?
e. Apakah tersedia peralatan
lingkungan seperti tangga susun,
pagar pengaman, alat pemadam
kebakaran, peralatan K3, rambu K3?
f. Apakah perusahaan melakukan
kegiatan/ rapat/ briefing terkait
penerapan K3?

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 164
No
Tidak Rekomendasis
mor Kriteria Ya Tidak
perlu diberikan
.
g Apakah Perusahaan memiliki
sistem untuk mengukur, memantau
dan mengevaluasi kinerja Sistem
Manajemen Keselamatan?
Kesehatan Kerja dan hasilnya
dianalisis untuk menentukan
keberhasilan atau untuk
mengidentifikasi tindakan korektif?
h. Pendekatan apa yang dilakukan
perusahaan untuk meningkatkan
kesadaran tentang K3, misalnya:
dengan poster K3 (keselamatan),
slogan motivasi bekerja dengan
aman, reward and punishment?
i. Jika terjadi kecelakaan
kerja/bencana harus dilaporkan ke
direksi dan dibuat dokumentasinya?

Catatan: Setiap item pemantauan harus dilengkapi dengan foto/dokumentasi


yang sesuai

15. SANKSI:

Apabila Kontraktor/ Tim Swakelola terbukti melakukan pelanggaran terhadap


SOP ini maka akan diberikan teguran tertulis sampai dengan 3 kali dan apabila
pelanggaran tersebut berulang maka kegiatan proyek dapat dihentikan dan
kontrak dapat dihentikan.

Dilaporkan oleh Konsultan Pengawas/ Pendamping.

Nama : Tanda tangan:


Telepon selular :
E-mail :

Disetujui oleh Ketua Tim Swakelola/ Direktur Kontraktor

Nama : Tanda tangan:


Telepon selular :
E-mail :

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 165
SPB.5.2 Penyusunan RKPDesa Dan DU-RKP Desa

I. Pengertian
Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 114 Tahun 2015 tentang Pedoman
Perencanaan Pembangunan Desa, Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) adalah
penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.
Daftar Usulan RKP Desa adalah penjabaran RPJM Desa yang menjadi bagian dari RKP
Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang akan diusulkan Pemerintah Desa kepada
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui mekanisme perencanaan pembangunan
daerah.

II. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dan manfaat disusunnya RKP Desa adalah:


1. Sebagai dasar dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APB Desa).
2. Acuan dalam menyusun rencana operasional dan pelaksanaan pembangunan
desa dalam 1 tahun.
3. Menciptakan rasa memiliki dan tanggungjawab bersama terhadap program
pembangunan yang akan dijalankan dalam 1 tahun.
4. Sebagai bahan dalam melakukan evaluasi pelaksanaan
pembangunantahunan.
5. Sebagai ruang pembelajaran bersama warga dan Pemerintahan Desa.
6. Memastikan bahwa dana desa yang direncanakan dan digunakan bermanfaat
untuk pembangunan desa.

III. Bahan Pendukung dalam Penyusunan RKP Desa

Untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,


pelaksanaan dan pengawasan pembangunan desa berdasarkan Pasal 29 ayat (1) dan
(2), Pasal 31 ayat (2), Pasal 35 ayat (1) dan Pasall 36 ayat (1) Permendagri No 114 Tahun
2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa, bahan-bahan pendukung dalam
penyusunan RKP Desa dan DU-RKP Desa, meliputi:

1. RPJM Desa
2. Hasil Musyawarah Desa dalam rangka Penyusunan Rencana Pembangunan
Desa
3. Data dan informasi dari Kabupaten/ Kota tentang:

a) Pagu indikatif desa yang meliputi:


b) Rencana dana Desa yang bersumber dari APBN;
c) Rencana alokasi dana Desa (ADD) yang merupakan bagian dari dana
perimbangan yang diterima kabupaten/kota;
d) Rencana bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi
daerahkabupaten/kota; dan
e) Rencana bantuan keuangan dari anggaran pendapatan dan belanja daerah
provinsi dan anggaran pendapatan belanja daerahkabupaten/kota.
f) Rencana program/kegiatan pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 166
pemerintah daerah kabupaten/kota yang masuk ke desa.

IV. Mekanisme Penyusunan RKP Desa

Mekanisme penyusunan RKP Desa dilakukan dengan kegiatan yang meliputi:


1. Kapan mulai disusun?
Karena sifatnya tahunan, maka RKP Desa-pun disusun setiap tahun. RKP
Desa mulai disusun oleh pemerintah desa pada bulan Juli, kemudian ditetapkan
dengan Peraturan Desa paling lambat akhir bulan September untuk tahun
berikutnya. Sedangkan APB Desa harus diselesaikan pada bulan Desember.

2. Bagaimana proses-nya? – Mekanisme


Secara umum prosesnya mengikuti 3 tahapan besar yaitu 1). pra musyawarah
perencanaan pembangunan desa. Pemerintah desa melakukan berbagai
bersiapan mulai dari sosialisasi, pembentukan tim penyusunan RKP Desa dan
rapat-rapat kerja tim penyusun RKP Desa. Tujuannya; (1) melakukan evaluasi
kegiatan RKP Desa tahun sebelumnya, (2) melakukan analisis kegiatan dalam
RPJM Desa tahun ke-n untuk RKPDesa tahun ke-n, (3) analisis keadaan darurat,
(4) analisis prioritas kebijakan supra desa (kabupaten/kota) sesuai RPJM Desa
ataupun RKP Desa, (5)mendisain kegiatan dan rencana biaya serta 6) menyusun
draft Peraturan Desa tentang RKP Desa. 2). tahap pelaksanaan musyawarah
perencanaan pembangunan desa. Sebelum forum musyawarah, desa
menetapkan RKP Desa, kegiatan pembahasan yang perlu dioptimalkan pada
agenda ini adalah 1) laporan hasil evaluasi pelaksanaan pembangunan dan
keuangan desa tahun sebelumnya, 2) penyampaian rancangan materi RKP Desa
berdasarkan beberapa hasil analisis yang dilakukan tim penyusun, 3) input prioritas
kebijakan pembangunan dari kabupaten sesuai dengan prioritas RPJM Desa, serta
3). tahap pasca musyawarah perencanaan pembangunan desa. Hasil
peraturan desa tentang RKP Desa dilaporkan kepada bupati melalui camat dan
disosialisasikan kepada masyarakat desa. Bila dianggap perlu, prioritas usulan
program/kegiatan yang berkait dengan SKPD dapat dikirim langsung kepada SKPD
bersangkutan atau bisa juga melalui anggota DPRD dari daerah pemilihan desa
bersangkutan.

3. Siapa yang melakukan dan apa saja kegiatannya?


Kepala Desa menyusun RKP Desa dengan mengikutsertakan masyarakat desa.
Penyusunan RKP Desa, dilakukan dengan kegiatan yang meliputi:
a. Penyusunan perencanaan pembangunan Desa melalui Musdes;
b. Pembentukan tim penyusun RKP Desa;
c. Pencermatan pagu indikatif Desa dan penyelarasan program/kegiatan
masuk ke Desa;
d. Pencermatan ulang dokumen RPJM Desa;
e. Penyusunan rancangan RKP Desa;
f. Penyelenggaraan musyawarah perencanaan pembangunan Desa;
g. Perubahan RKP Desa; dan
h. Pengajuan daftar usulan RKP Desa.

4. Tahapan dan Teknik Penyusunan RKP Desa


Berdasarkan Permendagri 114/2014 Pasal 30 secara rinci disebutkan bahwa
penyusunan RKP Desa, dilakukan dengan kegiatan yang meliputi:
a. Musdes Penyusunan Perencanaan Pembangunan Desa

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 167
BPD menyelenggarakan Musdes dalam rangka penyusunan rencana
pembangunan desa.Hasil Musdes menjadi pedoman bagi pemerintah
desamenyusun rancangan RKP Desa dan daftar usulan RKP Desa.
Kapan Waktunya?
BPD menyelenggarakan Musdes, paling lambat bulan Juni tahun berjalan.
Apa saja yang dibahas dalam Musdes?
Musdes membahas hal-hal sebagai berikut:
1) Mencermati ulang dokumen RPJM Desa
2) Menyepakati hasil pencermatan ulang dokumen RPJM Desa
3) Membentuk tim verifikasi sesuai dengan jenis kegiatan dan
keahlianyang dibutuhkan

Tim verifikasi dapat berasal dari warga masyarakat desa dan/atau SKPD
kabupaten/kota. Hasil Musdes dituangkan dalam berita acara (lihat
Format Lampiran 1). Berita acara tersebut, menjadi pedoman Kepala
Desadalam menyusun RKP Desa.

b. Pembentukan Tim Penyusun RKP Desa

Tim Penyusun RKP Desa dibentuk oleh Kepala Desa berjumlah 7 – 11


orang dan harus mengikutsertakan perempuan. Dalam proses
pembentukannya tetap memperhatikan prinsip-prinsip partisipatif dan
inklusif. Tim ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa dan terdiri dari :

1. Kepala Desa selaku pembina


2. Sekretaris Desa selaku Ketua
3. Ketua lembaga pemberdayaan masyarakat sebagai sekretaris
4. Anggota yang meliputi: perangkat desa, lembaga pemberdayaan
masyarakat, kader pemberdayaan masyarakat desa, dan unsur
masyarakat.

c. Kapan waktunya?
Pembentukan tim penyusun RKP Desa dilaksanakan paling lambat bulan
Juni tahun sebelumnya dan melibatkan perwakilan masyarakat.
Apa saja tugas Tim?
Tim Kerja beberapa kali harus melakukan rapat-rapat tim baik untuk
melakukan evaluasi kegiatan RKP Desa tahun sebelumnya, hingga
kegiatan lainnyayaitu:

1) Pencermatan pagu indikatif desa dan penyelarasan


program/kegiatanmasuk ke desa.
2) Pencermatan ulang dokumen RPJM Desa.
3) Penyusunan rancangan RKP Desa.
4) Penyusunan rancangan Daftar Usulan RKP Desa.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 168
d. Pencermatan Pagu Indikatif Desa dan Penyelarasan Program/
Kegiatan Masuk ke Desa

Tugas Tim Penyusunan RKP Desa pertama adalah pencermatan pagu


indikatif desa dan penyelarasan program/ kegiatan yang masuk ke desa.
Kepala Desa harus mendapatkan data dan informasi dari kabupaten/kota
tentang:

1) Pagu indikatif desa (ADD dan Dana Desa).


2) Rencana program/kegiatan pemerintah, pemerintah daerah provinsi,
dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang masuk ke desa.

Kapan dilakukan?
Data dan informasi tersebut diterima Kepala Desa dari kabupaten/kota
paling lambat bulan Juli setiap tahun sebelumnya. Setelah Juli, Tim
Penyusun RKP Desa mulai melakukan pencermatan.

Apa saja yang harus dilakukan?


Pencermatan pagi indikatif desa yang dilakukan Tim Penyusun RKP Desa
meliputi:
1) Rencana dana desa yang bersumber dari APBN
2) Rencana alokasi dana desa (ADD) yang merupakan bagian dari
danaperimbangan yang diterima kabupaten/kotaRencana bagian dari
hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota
3) Rencana bantuan keuangan dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah provinsi dan anggaran pendapatan belanja daerah
kabupaten/kota
Tim penyusun RKP Desa melakukan penyelarasan rencana
program/kegiatan yang masuk ke desa, meliputi:
1) Rencana kerja pemerintah kabupaten/kota
2) Rencana program dan kegiatan pemerintah, pemerintah
daerahprovinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota
3) Hasil penjaringan aspirasi masyarakat oleh dewan perwakilan
rakyatdaerah kabupaten/kota

Hasil pencermatan kemudian dituangkan ke dalam format pagu indikatif


desa (Lihat Lampiran – 2).Hasil penyelarasan kemudian dituangkan ke
dalam format kegiatan pembangunan yang masuk ke desa (Lihat
Lampiran – 3).

Berdasarkan hasil pencermatan tersebut, tim penyusun RKP Desa


menyusun rencana pembangunan berdasarkan kewenangan lokal
berskala desa yang dituangkan dalam rancangan RKP Desa.

e. Pencermatan-Review Ulang RPJM Desa


Tim penyusunan RKP Desa mencermati skala prioritas usulan rencana
kegiatan pembangunan desa untuk 1 (satu) tahun anggaran berikutnya
sebagaimana tercantum dalam dokumen RPJM Desa.Hasil pencermatan

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 169
menjadi dasar bagi tim penyusun RKP Desa dalam menyusun rancangan
RKP Desa.

Penyusunan Rancangan RKP Desa dan Rancangan Daftar Usulan RKP


Desa

Sesuai Pasal 41 Permendagri No. 114 Tahun 2014 tentang Pedoman


Pembangunan Desa, dijelaskan bahwa rancangan RKP Desa memuat
rencana penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan
masyarakat Desa. Rancangan RKP Desa minimal berisi uraian tentang:
a. Evaluasi pelaksanaan RKP Desa tahun sebelumnya.
b. Prioritas program, kegiatan, dan anggaran desa yang dikelola oleh
desa yang merupakan kewenangan lokal berskala desa.
c. Prioritas program, kegiatan, dan anggaran desa yang dikelola melalui
kerja sama antar-desa dan pihak ketiga.
d. Rencana program, kegiatan, dan anggaran desa yang dikelola oleh
desa sebagai kewenangan penugasan dari Pemerintah, pemerintah
daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota.
e. Pelaksana kegiatan desa yang terdiri atas unsur perangkat desa
dan/atau unsur masyarakat desa.

Dalam rancangan RKP Desa, juga berisi prioritas program dan kegiatan
yang rencananya akandidanai dari berbagai sumber yaitu: 1) pagu indikatif
desa; 2) pendapatan asli desa; 3) swadaya masyarakat desa; 4) bantuan
keuangan dari pihak ketiga; dan 5) bantuan keuangan dari pemerintah
daerah provinsi, dan/atau pemerintah daerah kabupaten/ kota.

Untuk itu dalam penyusunan rancangan RKP Desa berpedoman kepada:


1) Hasil kesepakatan Musdes
2) Pagu indikatif desa
3) Pendapatan asli desa
4) Rencana kegiatan pemerintah, pemerintah daerah
provinsi, danpemerintah daerah kabupaten/kota
5) Jaring aspirasi masyarakat yang dilakukan oleh DPRD kabupaten/kota
6) Hasil pencermatan ulang dokumen RPJM Desa
7) Hasil kesepakatan kerjasama antar desa
8) Hasil kesepakatan kerjasama desa dengan pihak ketiga

Dalam menentukan prioritas program dan kegiatan, ditentukan dan


dirumuskan berdasarkan penilaian terhadap kebutuhan masyarakat desa
yang meliputi:
1) Peningkatan kapasitas penyelenggaraan pemerintahan desa
2) Peningkatan kualitas dan akses terhadap pelayanan dasar
3) Pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur dan
lingkunganberdasarkan kemampuan teknis dan sumber daya lokal
yang tersedia
4) Pengembangan ekonomi pertanian berskala produktif
5) Pemanfaatan teknologi tepat guna untuk kemajuan ekonomi
6) Pendayagunaan sumber daya alam
7) Pelestarian adat istiadat dan sosial budaya desa

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 170
8) Peningkatan kualitas ketertiban dan ketenteraman masyarakat desa
berdasarkan kebutuhan masyarakat desa
9) Peningkatan kapasitas masyarakat dan lembaga kemasyarakatan desa

Berikut ini contoh matriks atau alat untuk memandu kesepakatan


berdasarkan kriteria/indikator yang disepakati bersama,untuk
menghasilkan perencanaan prioritas desa.

Apa yang Kriteria/indikator yang


diprioritaskan Pertanyaan pembantu biasanya dipakai

“apa saja alasan yangmenentukan


- Mendesak (harus segera)
Permasalahanyang
prioritas masalah untuk - Genting (berdampak besar)
akan masuk ke
rencana kerjadesa dimasukkan ke rencana kerja - Dirasakan banyak orang
desa tahun ini?” kemanfaatannya
- Merupakan kewenangan desa
- Mampu menggunakan sumberdaya
yang ada
Permasalahanyang “apa saja alasan yangmenentukan
akan diusulkan ke prioritas masalah untuk - Permasalahan yang ada di desa tetapi
musrenbang diusulkan ke tidak ada di desa yang lain
kecamatan kecamatan?” - Permasalahan prioritas desa tetapidi luar
kewenangan desa
“apa saja yang penting - Nilai jual tinggi (meningkatkan
Jenis usaha dipertimbangkankalau pendapatan)
pertanian (komoditas kita menentukan jenis
pertanian) dan - Mudah dikembangkan
usaha/komoditas
perikanan lokal. - Biaya usaha murah
pertanian baru?”
- Tidak sulit perawatan/pengolahanpasca
produksi
- Peluang pemasaran

Pada tahap ini, Tim Penyusun RKP Desa juga menyusun daftar usulan pelaksana kegiatan
desa sesuai jenis rencana kegiatan. Pelaksana kegiatan dimaksud harus melibatkan
perempuan.
Pemerintah Desa dapat merencanakan pengadaan tenaga ahli di bidang pembangunan
infrastruktur untuk dimasukkan ke dalam Rancangan RKP Desa.Tenaga ahli di bidang
pembangunan infrastruktur tersebut dapat berasal dari warga masyarakat desa, SKPD
kabupaten/kota yang membidangi pembangunan infrastruktur; dan/atau tenaga
pendamping profesional.
Rancangan RKP Desa dituangkan dalam format rancangan RKP Desa(Lihat Lampiran –
4) dan dilampiri rencana kegiatan dan Rencana Anggaran Biaya. Proses ini selanjutnya
dibahas dalam PB Pengelolaan Keuangan Desa.
Jika ada kerjasama antar desa, maka rencana kegiatan dan Rencana Anggaran Biaya
harus disusun dan disepakati bersama para kepala desa yang melakukan kerja
samaantar Desa tersebut. Rencana kegiatan dan Rencana Anggaran Biaya diverifikasi
oleh tim verifikasi.
Pemerintah Desa dapat mengusulkan prioritas program dan kegiatanpembangunan desa
dan pembangunan kawasan perdesaan kepada Pemerintah, pemerintah daerah provinsi,
dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota yang disusun dalam usulan prioritas
program dan kegiatan dan dituangkan dalam Rancangan Daftar Usulan RKP Desa (Lihat
Lampiran – 5).

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 171
Rancangan daftar usulan RKP Desa, menjadi lampiran berita acara laporan tim penyusun
rancangan RKP Desa. Selanjutnya Tim penyusun RKP Desa membuat berita acara
tentang hasil penyusunan rancanganRKP Desa (Lihat Lampiran – 6) yang dilampiri
dokumen rancangan RKP Desa dan rancangan daftar usulan RKP Desa.Berita acara
tersebut disampaikan kepada Kepala Desa. Kemudian Kepala Desa akanmemeriksa
dokumen rancangan RKP Desa tersebut. Jika ada masukan dan perbaikan, maka tim
penyusun RKP Desa akan melakukan perbaikan dokumen rancangan RKP Desa.
Sedangkan jika Kepala Desa telah menyetujui, Kepala Desa menyelenggarakan
musyawarah perencanaan pembangunan Desa.

1) Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa Kepala

Desa menyelenggarakan Musyawarah Perencanaan PembangunanDesa yang diadakan


untuk membahas dan menyepakati rancangan RKP Desa. Musyawarah
diikutiPemerintah Desa, BPD, dan masyarakat. Masyarakat terdiri
atas; berbagai tokoh seperti adat; agama;masyarakat;pendidikan; berbagai perwakilan
kelompok profesi seperti tani; nelayan;perajin; kelompok perempuan; pemerhati dan
pelindungan anak; setaperwakilan kelompok masyarakat miskin. Selain unsur
masyarakat,musyawarah dapat melibatkan unsur masyarakat lain sesuai
dengankondisi sosial budaya masyarakat.
Hasil kesepakatan musyawarah perencanaan pembangunan desa, dituangkan dalam
berita acara (Lihat Lampiran – 7).Berdasarkan hasil kesepakatan tersebut, Kepala Desa
mengarahkan Tim penyusun RKPDesa melakukan perbaikan dokumen rancangan RKP
Desa.Rancangan RKP Desa menjadi lampiran rancangan peraturan desa tentang RKP
Desa.
Kepala Desa menyusun rancangan peraturan desa tentang RKP Desa. Rancangan
peraturan Desa tersebut dibahas dan disepakati bersama oleh Kepala Desa dan BPD
untuk ditetapkan menjadi peraturan Desa tentang RKP Desa.Mekanisme penyusuna dan
penetapan Peraturan Desa tentang RKP Desa, dibahas dalam materi Produk Hukum
Desa.

V. TAHAPAN PENYUSUNAN RKP DESA DAN DAFTAR USULAN RKP DESA

1. Musdes ▪ Mencermati ulang dokumen RPJM Desa & menyepakati hasil


penyusunan pencermatan,
perencanaan ▪ Membentuk tim verifikasi sesuai dengan jenis kegiatan dan
pembangunan keahlian yang dibutuhkan.
desa

Tim 7 – 11 orang (harus ada perempuan)


2. Pembentukan ▪ Kepala Desa selaku pembina;
tim Penyusun RKP ▪ Sekretaris Desa selaku ketua;
Desa ▪ Ketua LPM sebagai sekretaris; dan
▪ Anggota (perangkat desa, LPM, KPMD, dan unsur masyarakat.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 172
▪ Pencermatan Pagu Indikatif desa:
1) Rencana dana desa yang bersumber dari APBN;
2) Rencana ADD
3. Pencermatan
3) Rencana bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah
pagu indikatif
kab./kota;
desa &
penyelarasan 4) Rencana bantuan keuangan dari APBD provinsi dan Kab./Kota.
program/kegiatan ▪ Penyelarasan rencana program/kegiatan masuk ke desa (rencana
masuk ke Desa kerja pemerintah kab./kota, rencana program/kegiatan pemerintah,
pemerintah daerah prov.dan kab./kota,;hasil penjaringan aspirasi
masyarakat oleh DPRD kab./kota).

4. Pencermatan Skala prioritas usulan rencana kegiatan pembangunan desa untuk


ulang dokumen 1 (satu) tahun anggaran berikutnya yang tercantum dalamdokumen
RPJM Desa RPJM Desa.

▪ Berpedoman kepada: Hasil kesepakatan Musdes, pagu indikatifdesa,


PADes, Rencana kegiatan Pemerintah, Pemda prov., & Pemda
kab./kota, Jaring aspirasi masyarakat oleh DPRD kab./kota, hasil
5. Penyusunan pencermatan ulang dokumen RPJM Desa, hasil kesepakatan
rancangan RKP kerjasama antar desa, dan kesepakatankerjasama desa dengan pihak
Desa dan ketiga.
rancangan Usulan ▪ Rancangan RKP Desa paling sedikit berisi uraian:
RKP Desa a. evaluasi pelaksanaan RKP Desa tahun sebelumnya;
b. prioritas program, kegiatan, dan anggaran desa yang dikelola
oleh desa;
c. prioritas program, kegiatan, & anggaran desa yang dikelola
melalui kerja sama antar-desa dan pihak ketiga;
d. rencana program, kegiatan, dan anggaran desa yang dikelola
oleh desa sebagai kewenangan penugasan dari Pemerintah,
Pemda Prov. & Pemda Kab./Kota; dan
e. Pelaksana kegiatan desa (terdiri atas unsur perangkat desa &
atau unsur masyarakat desa).
▪ Diikuti oleh Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa,dan
unsur masyarakat.
▪ Rancangan RKP Desaa berisi prioritas program & kegiatan yang
didanai:
6. Penetapan RKP a. Pagu indikatif desa;
Desaa dan Daftar b. PADes;
Usulan RKP Desa
c. Swadaya masyarakat desa;
(Musrenbangdes)
d. Bantuan keuangan dari pihak ketiga;
e. Bantuan keuangan dari Pemda provinsi, dan/atau Pemda
kabupaten/kota.
▪ Prioritas program (a) peningkatan kapasitas penyelenggaraan
pemerintahan desa, (b) peningkatan kualitas & akses terhadap
pelayanan dasar, (c) pembangunan & pemeliharaan infrastruktur &
lingkungan berdasarkan kemampuan teknis & sumber daya lokal yg
tersedia, (d) pengembangan ekonomi pertanian berskala produktif, (e)
pemanfaatan teknologi tepat guna untuk kemajuan ekonomi; (f)
pendayagunaan SDA; (g) pelestarian adat istiadat dan sosial budaya
desa; (h) peningkatan kualitas ketertibanketenteraman masy.desa;
dan
▪ (i) peningkatan kapasitas masyarakat dan lembaga kemasyarakatan
desa.
7. RAPB Desa

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 173
RKP Desa Kegiatan prioritas berdasarkan kewenangan lokal
Skala Desa dan mampu dikerjakan Desa.

▪ Usulan prioritas program & kegiatan pembangunan


desa dan pembangunan kawasan perdesaan yang
tidak masuk dalam Kewenangan Skala Lokal Desa
Pengajuan diusulkan kepadaPemerintah, Pemda prov., dan/atau
DU-RKP Pemda kab./kota.
Desa ▪ Daftar Usulan RKP Desaa menjadi bahan
pembahasan melalui Musrenbang Kecamatan dan
kab./kota

1. Perubahan RKP Desa


Berdasarkan Pasal 49 Permendagri No. 114 Tahun 2014, RKP Desa dapat
diubah jika:
a. Terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik, krisis
ekonomi, dan/atau kerusuhan sosial yang berkepanjangan. Dalam hal
ini, kepala Desa melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
• Berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota yang
mempunyaikewenangan terkait dengan kejadian khusus.
• Mengkaji ulang kegiatan pembangunan dalam rkp desa yang
terkenadampak terjadinya peristiwa khusus.
• Menyusun rancangan kegiatan yang disertai rencana kegiatan
danRAB.
• Menyusun rancangan RKP Desa perubahan.
b. Terdapat perubahan mendasar atas kebijakan Pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, dan/atau pemerintah daerah
kabupaten/kota. Dalam hal ini, kepala Desa melaksanakan kegiatan
sebagai berikut:
• Mengumpulkan dokumen perubahan mendasar atas kebijakan
Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan/atau pemerintah
daerah kabupaten/kota.
• Mengkaji ulang kegiatan pembangunan dalam RKP Desa yang
terkena dampak terjadinya perubahan mendasar atas kebijakan
Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan/atau pemerintah
daerah kabupaten/kota.
• Menyusun rancangan kegiatan yang disertai rencana kegiatan
dan RAB.
• Menyusun rancangan RKP Desa perubahan.

Kepala Desa menyelenggarakan musyawarah perencanaan


pembangunan desa yang diadakan secara khusus untuk kepentingan
pembahasan dan penyepakatan perubahan RKP Desa tersebut yang
disesuaikan dengan terjadinya peristiwa khusus dan/atau terjadinya
perubahan mendasar atas kebijakan pemerintah, pemerintah daerah
provinsi, dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota.

2. Pengajuan Daftar Usulan RKP Desa

Pemerintah Desa dapat mengusulkan prioritas program dan kegiatan


pembangunan Desa dan pembangunan kawasan perdesaan yang tidak

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 174
masuk dalam kewenangan skala lokal Desa kepada Pemerintah,
pemerintah daerah provinsi dan/atau pemerintah daerah Kabupaten/Kota.
Usulan tersebut disusun oleh Tim Penyusun RKP Desa yang dituangkan
dalam rancangan Daftar Usulan RKP Desa dan menjadi lampiran berita
acara laporan Tim Penyusun rancangan RKP Desa.
Kepala Desa menyampaikan daftar usulan RKP Desa kepada
bupati/walikota melalui camat. Penyampaian daftar usulan RKP Desa
tersebut paling lambat 31 Desember tahun berjalan. Daftar usulan RKP
Desa tersebut, menjadi materi pembahasan di dalam musyawarah
perencanaan pembangunan kecamatan dan kabupaten/kota.
Bupati/walikota menginformasikan kepada pemerintah desa tentang hasil
pembahasan daftar usulan RKP Desa setelah diselenggarakannya
musyawarah perencanaan pembangunan di kecamatan pada tahun
anggaran berikutnya. Informasi tersebut diterima pemerintah desa paling
lambat bulan Juli tahun anggaran berikutnya. Untuk melengkapi
penyusunan Rancangan RKP Desa dan DURKP Desa, materi ini
dilengkapi dengan Lampiran 1 s.d. 7 sesuai dengan Lampiran
Permendagri No. 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa.

3. Tahapan Perubahan RKPDesa dan APBDesa:

Dalam proses perubahan RKPDesa dan APBDesa Kepala Desa melaksanakan


kegiatan sebagai berikut :

1. Melakukan koordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota yang mempunyai


kewenangan terkait dengan kejadian khusus atau mengumpulkan dokumen
perubahan mendasar atas kebijakan pemerintah, pemerintah daerah
provinsi, dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota;
2. Mengkaji ulang kegiatan pembangunan dalam RKP Desa dan APBDesa
yang terkena dampak terjadinya peristiwa khusus atau yang terkena
dampak terjadinya perubahan mendasar atas kebijakan Pemerintah,
Pemerintah daerah Provinsi, dan/atau pemerintah daerah Kabupaten/Kota;
3. Menyusun rancangan kegiatan yang disertai Desain dan RAB;
4. Menyusun rancangan Peraturan Desa mengenai RKP Desa perubahan,
beserta lampirannya dan rancangan Peraturan Desa mengenai APBDesa
Perubahan.
5. Menyelenggarakan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa
(Musrenbangdes) yang diadakan secara khusus untuk kepentingan
pembahasan dan penyepakatan Peraturan Desa mengenai RKP Desa
Perubahan dan Peraturan Desa mengenai APBDes Perubahan.

1. Pemerintah Desa;
2. BPD
3. Wakil pemerintah daerah Kabupaten/Kota
4. Perwakilan Dusun, RW dan RT
5. LPM, Unsur masyarakat lainnya, yaitu :
1) Peserta • Tokoh adat.
• Tokoh agama.
• Tokoh masyarakat; dan
• Perwakilan kelompok atau organisasi yang terkait di desa, termasuk
perwakilan kelompok perempuan dan rentan.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 175
Penyampaian rancangan Peraturan Desa mengenai RKPDesa perubahan dan
Peraturan Desa mengenai APBDes Perubahan oleh Kepala Desa.
Pembahasan rancangan Peraturan Desa mengenai RKPDesa dan Peraturan
Desa mengenai APBDesa Perubahan.
Penyepakatan rancangan Peraturan Desa mengenai RKPDesa dan Peraturan
Desa mengenai APBDes Perubahan.
Penyampaian kesepakatan BPD terhadap rancangan Peraturan Desa
mengenai RKPDesa perubahan dan Peraturan Desa mengenai APBDes
Agenda Pokok Perubahan.
Penyampaian persetujuan wakil Pemerintah daerah kabupaten/kota terhadap
rancangan Peraturan Desa mengenai RKPDesa perubahan dan Peraturan
Desa mengenai APBDes Perubahan dan khususnya Peraturan Desa mengenai
APBDesa Perubahan.
Penandatanganan Peraturan Desa mengenai RKPDesa perubahan dan
Peraturan Desa mengenai APBDes Perubahan oleh Kepala Desa dan
disaksikan oleh Ketua BPD dan wakil pemerintah daerah yang hadir.
Penandatanganan Berita Acara Hasil Musrenbang Desa Khusus.

Hasil Musrenbang Desa sebagaimana tersebut di atas harus ditindaklanjuti


Kepala Desa dengan langkah-langkah, sebagai berikut :

1. Pengundangan Peraturan Desa mengenai RKPDesa dan Peraturan Desa


mengenai APBDesa Perubahan dalam Lembaran Desa.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 176
2. Menyusun rancangan Peraturan Kepala Desa mengenai Penjabaran
APBDesa Perubahan (simultan dengan penyusunan Ranperdes mengenai
APBDesa Perubahan).
3. Menetapkan rancangan Peraturan Kepala Desa mengenai Penjabaran
APBDesa menjadi Peraturan Kepala Desa mengenai Penjabaran APBDesa
Perubahan dan diundangkan ke dalam Berita Desa.
4. Menyampaikan Peraturan Desa mengenai RKPDesa Perubahan, Peraturan
Desa mengenai APBDesa Perubahan, dan Peraturan Kepala Desa
mengenai Penjabaran APBDesa Perubahan kepada Bupati/Walikota paling
lama 7 (tujuh) hari setelah ditetapkan.
5. Menyampaikan informasi mengenai RKPDesa Perubahan dan APBDesa
Perubahan kepada masyarakat melalui media informasi, dengan materi
berisi :
a) RKP Desa.
b) APB Desa.
c) Pelaksana Kegiatan Anggaran; dan
d) Alamat Pengaduan.
6. Melaksanakan kegiatan penanggulangan bencana dan/atau keadaan
darurat dan/atau mendesak Desa.

A. Matrik Kegiatan Penyusunan RKP Desa Dan DU-RKP Desa

TAHAPAN
NO INPUT PROSES OUT PUT
KEGIATAN

1 Penyusunan - Dokumen - Dilaksanakan Oleh BPD - Berita Acara


Perencanaan RPJM Desa - Dihadiri oleh Kepala Desa, unsur Penyusunan RKP
Pembangunan - Dokumen RKP perangkat Desa, BPD, Toga, Toma, Desa melalui
Desa Melalui Desa tahun - Kelompok Masyarakat, Wakil musyawarah
Musyawarah Desa berjalan Permpuan, Wakil Masyarakat Miskin, desa
- Dokumen APB
Kelompok Rentan, dll. - Data hasil
Desa Tahun
Berjalan
- Membahas Evaluasi rencana pencermatan
pembangunan yang telah terlaksana dokumen RPJM
dan belum terlaksana sesuai dengan Desa
jenis dan jadwal yang ada pada - Daftar Nama Tim
dokumen RPJM Desa Penyusunan RKP
- Membentuk Tim Penyusun RKP dan Dan DU RKP
DU RKP Desa Desa
- Membentuk Tim Verifikasi - Daftar Nama Tim
Verifikasi
- Jadwal Kegiatan
Penyusunan RKP
dan DU RKP
Desa
2 Pembentukan Tim - Data Desa - Penjelasan Maksud dan Tujuan - SK Kepala Desa
Penyusun RKP dan Pembentukan Tim Penyusun RKP Tentang Tim
DU RKP Desa dan Penyusun RKP
- DU RKP Desa dan DU RKP
- Penjelasan Tugas dan Desa
Tanggungjawab Tim Penyusun RKP - Jadwal Kegiatan
dan Penyusunan RKP
- DU RKP Desa, yaitu meliputi: dan DU RKP
a. Pencermatan pagu indikatif desa
desa dan penyelarasan

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 177
TAHAPAN
NO INPUT PROSES OUT PUT
KEGIATAN

program/kegiatan masuk ke
desa;
b. pencermatan ulang dokumen
RPJM Desa;
c. penyusunan rancangan RKP
Desa; dan
d. penyusunan rancangan DU-RKP
Desa;
3 Pencermatan Pagu - pagu indikatif - Kepala Desa menyampaikan - Daerah Program
indikatif Desa dan Desa; dan informasi tentang pagu indikatif desa Kegiatan
Penyelarasan - rencana yang didapat dari kabupaten/kota Kab/Kota yang
program / kegiatan program/kegiat - Kepala Desa menyampaikan masuk ke Desa
kabupaten/Kota
an informasi rencana program
yang masuk ke
Pemerintah, pemerintah, pemerintah provinsi dan
desa
pemerintah kabupaten/kota yang akan masuk ke
daerah desa.
provinsi dan 2. Tim penyusun RKP Desa
pemerintah melakukan pencermatan pagu
daerah indikatif Desa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35 yang
kabupaten/kot meliputi:
a yang masuk a. Rencana dana desa yang
ke Desa bersumber dari APBN;
b. Rencana alokasi dana desa
(DD) yang merupakan bagian
dari dana perimbangan yang
diterima kabupaten/kota;
c. Rencana bagian dari hasil
pajak daerah dan retribusi
daerah kabupaten/kota; dan
d. Rencana bantuan keuangan
dari anggaran pendapatan dan
belanja daerah provinsi dan
anggaran pendapatan belanja
daerah kabupaten/kota
3. Tim penyusun penyelarasan
program/kegiatan yang masuk ke
Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) yang meliputi:
a. Rencana kerja pemerintah
kabupaten/kota;
b. Rencana program dan
kegiatan pemerintah,
pemerintah daerah provinsi,
pemerintah daerah
kabupaten/kota;
c. Hasil penjaringan aspirasi
masyarakat oleh dewan
perwakilan rakyat daerah
kabupaten/kota.
4. Hasil pencermatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
dituangkan ke dalam format pagu
indikatif Desa.
5. Hasil penyelarasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2)
dituangkan ke dalam format
kegiatan pembangunan yang
masuk ke Desa.
6. Berdasarkan hasil pencermatan
sebagaimana dimaksud pada ayat

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 178
TAHAPAN
NO INPUT PROSES OUT PUT
KEGIATAN

(3) dan ayat (4), tim penyusun


RKP Desa menyusun rencana
pembangunan berskala lokal
Desa yang dituangkan dalam
rancangan RKP Desa.
4 Pencermatan Ulang - Dokumen 1. Tim penyusunan RKP Desa
dokumen RPJM RPJM Desa mencermati skala prioritas usulan
rencana kegiatan pembangunan
Desa - Dokumen RKP Desa untuk 1 (satu) tahun
Desa tahun anggaran berikutnya
berjalan sebagaimana
- Dokumen APB 2. tercantum dalam dokumen RPJM
Desa Tahun Desa.
berjalan 3. Hasil pencermatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), menjadi
dasar Bagi tim penyusun RKP
Desa dalam menyusun rancangan
RKP Desa
5 Penyusunan 1. Pagu Tim Penyusun RKP dan DU RKP Desa 1. Berita Acara
Rancangan RKP Indikatif menyusun Dokumen: Penyusunan
Desa Desa Rancanan
2. Hasil 1. Evaluasi pelaksanaan RKP Desa RKP Desa
pencermat tahun sebelumnya; 2. Rancangan
an ulang 2. Prioritas program, kegiatan, dan RKP Desa
dokumen anggaran Desaa yang dikelola 3. proposal
RPJM oleh Desa; Teknis
Desa 3. Prioritas program, kegiatan, dan Kegiatan
3. Daftar anggaran Desa yang dikelola 4. Gambar
Rencana melalui kerja sama antar-Desa Rencana
Program dan pihak ketiga. Prasarana
Kegiatan 4. Rencana program, kegiatan, dan 5. Rencana
Pembangu anggaran Desa yang dikelola oleh Anggaran
nan Desa sebagai kewenangan Biaya
Kabupaten penugasan dari Pemerintah, 6. Hasil
yang pemerintah daerah provinsi, dan Pemeriksaan
masuk pemerintah daerah Dokumen
Desa kabupaten/kota; dan Proposal
5. Dafar Usulan pelaksana kegiatan Teknis dan
Desa yang terdiri atas unsur RAB
perangkat Desa dan/atau unsur 7. Daftar Usulan
masyarakat Desa. RKP Desa
6 Penyusunan RKP 1. Rancangan - Dilaksanakan oleh Kepala Desa dan 1. Berita Acara
Desa melalui RKP Desa diikuti oleh Pemerintah Desa, Badan Penyusunan
Musyawarah 2. Rancangan Rancangan
Permusyawaratan Desa, dan unsur
Perencanaan DU-RKP RKP Desa
Desa masyarakat. melalui
Pembangunan
- membahas dan menyepakati Musyawarah
Desa
rancangan RKP Desa dan DU RKP Perencanaan
Desa Pembanguna
n Desa
2. Rancangan
RKP Desa
membuat
rencana
penyelenggar
aan
Pemerintahan
Desa,
pelaksanaan
pembangunan
, pembinaan
kemasyarakat
an, dan
pemberdayaa

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 179
TAHAPAN
NO INPUT PROSES OUT PUT
KEGIATAN

n masyarakat
Desa
3. Rancangan
DU-RKP
Desa
7 Penetapan RKP 1. Berita Dibahas dan disepakati bersama oleh Peraturan Desa
Desa Acara Kepala Desa dan Badan tentang RKP Desa
Penyusuna Permusyawaratan Desa untuk ditetapkan
n menjadi peraturan Desa tentang RKP
Rancangan Desa
RKP Desa
melalui
Musyawara
h
Perencana
an
Pembangu
nan Desa
2. Rancangan
peraturan
Desa
tentang
RKP Desa
8 Perubahan RKP Dokumen 1. Kepala Desa menyelenggarakan Peraturan Desa
Desa perubahan musyawarah perencanaan tentang RKP Desa
mendasar atas pembangunan Desa yang perubahan
kebijakan diadakan secara khusus untuk
Pemerintah, kepentingan pembahasan dan
pemerintah penyepakatan perubahan RKP
daerah Desa
provinsi, 2. mengkaji ulang kegiatan
dan/atau pembangunan dalam RKP Desa
pemerintah yang terkena dampak terjadinya
daerah perubahan mendasar atas
kabupaten/kota kebijakan Pemerintah, pemerintah
daerah provinsi, dan/atau
pemerintah daerah
kabupaten/kota;
3. menyusun rancangan kegiatan
yang disertai rencana kegiatan
dan RAB; dan
4. menyusun rancangan RKP Desa
perubahan.
9 Daftar Usulan RKP Daftar usulan Kepala Desa menyampaikan daftar Informasi tentang
Desa RKP Desa usulan RKP Desa kepada hasil pembahasan
Bupati/Walikota melalui Camat paling daftar usulan RKP
lambat 31 Desember tahun berjalan Desa diterima oleh
pemerintah desa
setelah
diselenggarakan
musyawarah
perencanaan
pembangunan di
kecamatan pada
tahun anggaran
berikutnya.

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 180
CONTOH ISIAN FORMAT DALAM PENYUSUNAN RKP DESA

FORMAT BERITA ACARA PENYUSUNAN RKP DESA MELALUI MUSYAWARAH DESA


BERITA ACARA
PENYUSUNAN RKP DESA
MELALUI MUSYAWARAH DESA

Berkaitan dengan penyusunan RKP Desa di Desa Kusumanegara Kecamatan................................


Kabupaten/kota.....................Provinsi ........................... pada :

Hari dan Tanggal : Senin, 6 April 20...

Jam : 11.00 Wib/Wita/Wit

Tempat : Kusumanegara

Telah diadakan acara musyawarah Desa yang dihadiri oleh kepala Desa, unsur perangkat Desa, BPD, kelompok
masyarakat, sebagaimana daftar hadir terlampir.

Materi yang dibahas dalam musyawarah desa ini serta yang bertindak selaku unsur pimpinan musyawarah dan
narasumber adalah:

A. Materi
Pencermatan RPJM Desa 2020 – 2025 untuk dijabarkan di dalam RKP Desa 20..

Kriteria dan verifikasi RKP Desa 2020 meliputi :

1. Pagu Indikatif Desa

2. Daftar Rencana Program Kegiatan Pembangunan Kabupaten yang masuk desa

3. Rancangan RKP Desa Tahun 20...

4. Proposal Teknis Kegiatan

5. Gambar Rencana Prasarana

6. Rencana Anggaran Biaya

7. Pemeriksaan Dokumen Proposal Teknis dan RAB

8. Dafar Usulan RKP Desa

B. Pimpinan Musyawarah dan Narasumber


Pemimpin musyawarah :............................dari....................................

Notulen :............................dari....................................

Narasumber :1..........................dari....................................

2..........................dari....................................

3...................dan seterusnya

Setelah dilakukan pembahasan terhadap materi, selanjutnya seluruh peserta musyawarah Desa menyepakati
beberapa hal yang berketetapan menjadi kesepakatan akhir dari musyawarah Desa dalam rangka penyusunan
RKP Desa

1. Pagu Indikatif Desa

2. Daftar Rencana Program Kegiatan Pembangunan Kabupaten yang masuk desa

3. Rancangan RKP Desa Tahun 20…

4. Proposal Teknis Kegiatan

5. Gambar Rencana Prasarana

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 181
6. Rencana Anggaran Biaya

7. Pemeriksaan Dokumen Proposal Teknis dan RAB

8. Daftar Usulan RKP Desa

Demikian Berita Acara ini dibuat dan disahkan dengan penuh

Kusumanegara, 20…

Kepala Desa Ketua BPD

(......................................) (......................................)

Wakil Kelomp Masyarakat

(......................................)

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 182
(CONTOH)

PAGU INDIKATIF DESA TA. 20.....

DESA : KUSUMANEGARA

KECAMATAN : ..............

KABUPATEN : ..............

PROVINSI : ..............

Sumber Dana Indikatif

Alokasi Dana Desa Bantuan Keuangan


No Indikatif Program/ Kegiatan Desa Dana bagian dari
(bagian dana
Dana Desa (APBN) hasil pajak dan APBD Kabupaten/
perimbangan kab/ APBD Provinsi
retribusi Kota
kota)

I Penyelenggaraan Pemerintahan Desa - 250,000,000

1 Penghasilan tetap kepala Desa/


Aparatur desa
2 Operasional RT/ RW
3 Tunjangan kepala Desa/ Aparatur desa
4 Tunjangan BPD
5 Operasional BPD
6 Operasional Perkantoran
II Pelaksanaan Pembangunan Desa

1 Pengerasan jalan lingkungan 100,000,000 50,000,000 80,000,000


2 Pembangunan Gedung Posyandu 100,000,000 150,000,000
III Pembinaan Kemasyarakatan -
Sumber Dana Indikatif

Alokasi Dana Desa Bantuan Keuangan


No Indikatif Program/ Kegiatan Desa Dana bagian dari
(bagian dana
Dana Desa (APBN) hasil pajak dan APBD Kabupaten/
perimbangan kab/ APBD Provinsi
retribusi Kota
kota)

1 operasional & Pelaks. PKK Desa 12,000,000


2 Biaya operasional posyandu 9,000,000 6,000,000
3 Dan seterusnya.............
IV Pemberdayaan Masyarakat

1 Pelatihan kapasitas masyarakat 50,000,000


(kelompok tani)
2 Dan seterusnya.......

Kusumanegara, 20…..

Ketua Tim Penyusun RKP Desaa

ANDI JUNAIDI

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 184
(CONTOH)

DAFTAR RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN KABUPATEN/KOTA


YANG MASUK DESA

DESA : KUSUMANEGARA
KECAMATAN : ............
KABUPATEN : ............
PROVINSI : ............

Asal Program / Kegiatan Nama Program / Kegiatan Prakiraan Pagu Dana Prakiraan Pelaksana
No
(Rp)
1 2 3 4 5
1 Dari Pemerintah - - -
2 Dari Pemerintah Provinsi - - -

3 Dari Pemerintah Daerah 1 Pembangunan Jembatan Cor


Kabupaten

2 Pembangunan PAUD
3 Dan seterusnya.............. .............................................. ..................

Kusumanegara, 2020
Ketua Tim Penyusun
RKP Desa

ANDI JUNAIDI

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 185
CONTOH)

RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA ( RKP DESA)

TAHUN : 20....

DESA : KUSUMANEGARA

KECAMATAN : ...................

KABUPATEN : ...................

PROVINSI : ...................

Biaya dan Sumber


Bidang/jenis kegiatan Sifat Pola Pelaksanaan
Pembiayaan
Waktu
Sasaran/ Rencana
No Lokasi Vol Pelaksa- Kerja- Kerja-
manfaat Pelaksana
naan Sumb Swake sama sama
Bidang Sub Bidang Jenis Kegiatan B R L Jumlah (Rp)
er lola Antar Pihak Kegiatan
Desa Ketiga

a b c d e f g h i j k l m n o p q

1 Penyeleng penyelenggaraa 1 Penyediaan KUSUMA- 10 org/ Meningka 20… 127,800,000 APB V


garaan n belanja Penghasilan NEGARA thn tkan Desa
Pemerinta penghasilan Tetap dan kesejahter
han Desa tetap, Tunjangan aan Kades
tunjangan Kepala &
Desa/Perang aparatur
dan operasional
kat Desa Desa
pemerintahan
Desa

Jumlah
kegiatan....

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 186
Biaya dan Sumber
Bidang/jenis kegiatan Sifat Pola Pelaksanaan
Pembiayaan
Waktu
Sasaran/ Rencana
No Lokasi Vol Pelaksa- Kerja- Kerja-
manfaat Pelaksana
naan Sumb Swake sama sama
Bidang Sub Bidang Jenis Kegiatan B R L Jumlah (Rp)
er lola Antar Pihak Kegiatan
Desa Ketiga

a b c d e f g h i j k l m n o p q

2 Pelaksana Pekerjaan 1 Pemeliharaa KUSUMA- 4 km Memperla ..... 20… 350,000,000 APB V


an Umum dan n Jalan NEGARA ncar Desa
Pembangu Penataan Lingkungan transporta
nan Desa Ruang Permukiman/ si
Gang

Jumlah
kegiatan....

3 Pembinaa Kelembagaan 1 Biaya KUSUMA- 12 bulan Meningka 20.. 12,000,000 APB V


n Masyarakat . operasional NEGARA tkan Desa
Kemasyar & Pelaks. PKK kesejahter
akatan Desa aan
Desa Perempua
n

Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 187
Jumlah kegiatan
.....

4 Pemberda Pertanian dan 1 Pelatihan KUSUMA- 2 kali Meningka 20.. 50,000,000- APB V
yaan Peternakan . peningkatan NEGARA tkan Desa
Masyaraka kapasitas kualitas
t Desa kelompok dan
tani keterampi
lan petani

Total kegiatan
.......

5. Bidang a. Sub Penampungan KUSUMA- 1 kali Masyarak 20… 30.000.000,- APBde


Penanggul Bidang serta tempat NEGARA at sa
angan Penanggul mendapat
hunian
Bencana, angan hunian
Bencana sementara
Keadaan yang layak
Darurat,
dan b. Sub Rehab jalan 1 kali Melancark 50.000.000,- APBde
Bidang desa an akses s
Mendesak
Keadaan lalu lintas
Desa
Darurat
c. Sub Bantuan 2 kali Meningka 60.000.000,- APBD
Bidang langsung tunai tkan es
Keadaan kesejahter
Mendesak aan
masyarak
at

Total kegiatan
.......
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

(CONTOH)

XXV. FORMAT DAFTAR USULAN RKP DESA

DAFTAR USULAN RKP DESA

TAHUN : 20...

DESA : KUSUMANEGARA

KECAMATAN : ...............

KABUPATEN : ...............

PROVINSI : ...............

Bidang / Sub. Bidang/Jenis Kegiatan


Prakiraan Prakiraan
No Volu Sasaran/Man Waktu Biaya
Lokasi
me faat Pelaksan
Bidang Sub. Bidang Jenis Kegiatan
aan
Jumlah (Rp.)
1 Penyelenggaraan
pemerintahan desa - - - - - -
2 Pelaksanaan Pendidikan 1. Pembanguna KUSUMANEG 1 Meningkatka 20.. 50,000,000
Pembangunan Desa n PAUD ARA Unit/ n kualitas
thn Pendidikan
anak usia
dini
2. Dan
seterusnya....
............
3 Pembinaan Kebudayaan dan 1. Pengadaan KUSUMANEG 4 Meningkatka 20.. 200,000,000
Kemasyarakatan keagamaan sarana dan ARA paket n kegiatan
prasarana pemuda dan
Grup Seni pelestarian
Budaya adat istiadat
dan budaya
2. Dan
seterusnya....
....
4 Pemberdayaan Pertanian dan 1. Pelatihan KUSUMANEG 2 Meningkatka 20.. 150,000,000
Masyarakat peternakan Teknologi ARA kali/ n
Tepat Guna thn pengetahuan
dan
keterampilan
masyarakat
dalam
pengembang
an TTG
2. Dan
seterusnya....
....

Kusumanegara, 20..

Mengetahui Tim Penyusun RKP Desa

Kepala Desa

MUHAMMAD AFIF ANDI JUNAIDI

103
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

(CONTOH)

XXIII. FORMAT RENCANA ANGGARAN DAN BIAYA (RAB)


RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)
DESA :KUSUMANEGARA
KECAMATAN : ............ No. RAB :..............................
KABUPATEN :............ Bidang :............................
PROVINSI : ........... Kegiatan : Pendapatan Desa

Harga Satuan Jumlah Total


URAIAN Volume Satuan Jumlah
Rp Rp

a b c d E=bxd f
PENDAPATAN
Pendapatan Asli Desa
Hasil Usaha Desa
Pembayaran jasa listrik
Pembayaran Jasa PAM Desa
Hasil Pengolahan Kekayaan Desa 1 Tahun 10,000,000 10,000,000
Pasar Desa 1 Tahun 20,000,000 20,000,000
Lain-lain pendapatan asli desa 1 Tahun 25,000,000 25,000,000
Pembayaran pelayanan jasa
1 Tahun 15,000,000 15,000,000
Pemdes
Bagi Hasil Pajak
Bagi Hasil Pajak Kab. 1 Tahun 10,000,000 10,000,000
Bagi Hasil PBB
Bagi Hasil Retribusi 1 Tahun 5,000,000 5,000,000
Bagi Hasil Retribusi Pasar
Bagian Dana Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah
ADD 1 Tahun 457,500,000 457,500,000
Dana Desa Pusat 1 tahun 257,500,000 257,500,000
Bantuan Keuangan Pemerintah
1 Tahun 6,000,000 6,000,000
Propinsi, Kab, dan Desa lainnya
Bantuan Pemerintah Kab. 1 Tahun 10,000,000 10,000,000
Hibah
Hibah dari Kab
Hibah dari Badan/
lembaga/Organisasi swasta
Hibah dari Kelompok
masy/perorangan
Sumbangan pihak ketiga
Sumbangan dari perantau
JUMLAH PENDAPATAN 816,000,000

Kusumanegara, 20..
Mengetahui Tim Penyusun RKP Desa
Kepala Desa

MUHAMMAD AFIF ANDI JUNAIDI

104
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

(CONTOH)

RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)

DESA
: KUSUMANEGARA
KECAMATAN : .......... No. :............................
RAB
KABUPATEN Bidang : Penyelenggaraan
: .......... Pemerintahan Desa
PROVINSI Kegiata : Belanja Pegawai
: .......... n

Harga
Jumlah Total
URAIAN Volume Satuan Satuan Jumlah
Rp
Rp
a b c d E=bxd f
Belanja Pegawai
Belanja pegawai dan penghasilan
tetap
Penghasilan tetap Kepala Desa &
Aparatur Desa
-
Or 1 1,500,0
Kepala 1 X bln 12 Bulan 18,000,000
g 2 00
Desa

- Kaur Or 1 900,00
4 X bln 48 Bulan 43,200,000
Desa g 2 0
Or 1 650,00
- Kadus 4 X bln 48 Bulan 31,200,000
g 2 0
Jumlah 92,400,000
-
Tunjan
gan 1 Or 300,00
Ketua X 12 bln 12 Bulan 3,600,000
g 0
BPD

- 1 Or X 12 bln
Tunjan 0 g
gan
250,00
120 Bulan 30,000,000
0
Anggot
a BPD

JUMLAH 33,600,000
Belanja Tambahan Penghasilan
Aparatur Desa
105
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
Tamba
han
Pengha 1 Or 750,00
X 1 Bln 1 Tahun 750,000
silan g 0
Kades

Tamba
han
Pengha Or 300,00
4 X 1 Bln 4 Tahun 1,200,000
silan g 0
Kaur
Desa

Tamba
han
Pengha 4 Or 250,00
X 1 Bln 4 Tahun 1,000,000
silan g 0
Kadus

JUMLAH 2,950,000
Dan
seterusnya.......
..............

JUMLAH ......................
.
......................
JUMLAH BELANJA PEGAWAI
.

Kusumanegara, 20…

Mengetahui
Tim Penyusun RKP Desa
Kepala Desa
Kusumanegara

MUHAMMAD
AFIF ANDI JUNAIDI

106
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

PB .7. PENYUSUNAN PERATURAN DESA

SPB 7.1 Kaidah Penyusunan Peraturan Di Desa

1. Indonesia Sebagai Negara Hukum

Dalam rangka perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun


1945, maka dalam Perubahan Keempat pada tahun 2002, konsepsi Negara Hukum
atau “Rechtsstaat” yang sebelumnya hanya tercantum dalam Penjelasan UUD 1945,
dirumuskan dengan tegas dalam Pasal 1 ayat (3) yang menyatakan, “Negara
Indonesia adalah Negara Hukum.”
Dalam konsep Negara Hukum itu, diidealkan bahwa yang harus dijadikan panglima
dalam dinamika kehidupan kenegaraan adalah hukum, bukan politik ataupun
ekonomi. Karena itu, jargon yang biasa digunakan dalam bahasa Inggeris untuk
menyebut prinsip Negara Hukum adalah ‘the rule of law, not of man’. Yang disebut
pemerintahan pada pokoknya adalah hukum sebagai sistem, bukan orang per orang
yang hanya bertindak sebagai ‘wayang’ dari skenario sistem yang mengaturnya.
Gagasan Negara Hukum itu dibangun dengan mengembangkan perangkat hukum
itu sendiri sebagai suatu sistem yang fungsional dan berkeadilan, dikembangkan
dengan menata supra struktur dan infra struktur kelembagaan politik, ekonomi
dan sosial yang tertib dan teratur, serta dibina dengan membangun budaya dan
kesadaran hukum yang rasional dan impersonal dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Untuk itu, sistem hukum itu perlu dibangun (lawmaking)
dan ditegakkan (law enforcing) sebagaimana mestinya, dimulai dengan konstitusi
sebagai hukum yang paling tinggi kedudukannya21.
Sebagai negara hukum, segala aspek kehidupan dalam bidang kemasyarakatan,
kebangsaan, dan kenegaraan termasuk pemerintahan harus berdasarkan atas
hukum yang sesuai dengan sistem hukum nasional. Sistem hukum nasional
merupakan hukum yang berlaku di Indonesia dengan semua elemennya yang saling
menunjangsatu dengan yang lain dalam rangka mengantisipasi dan mengatasi
permasalahan yang timbul dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.22
Dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat fungsi hukum adalah untuk
tercapainya ketertiban umum dan keadilan. Ketertiban umum yang dimaksudadalah
suatu keadaan yang menyangkut penyelenggaraan kehidupan manusia sebagai
kehidupan bersama. Keadaan tertib yang umum menunjukkan suatu

21 Jimly Asshiddiqie, Gagasan Negara Hukum Indonesia, hal. 1,


http://jimly.com/makalah/namafile/57/Konsep_Negara_Hukum_Indonesia.pdf, diakses 12nApril 2015
22 Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan.
107
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
Keteraturan yang diterima secara umum sebagai suatu kepatutan, supayakehidupan
bersama tidak berubah menjadi anarki. Menurut Sjachran Basah, ada lima fungsi
hukum dalam kaitannya dengan kehidupan masyarakat, yaitu sebagai berikut:

• Direktif, sebagai pengarah dalam membangun suatu negara untuk membentuk


masyarakat yang hendak dicapai sesuai dengan tujuan kehidupan bernegara.
• Integratif, sebagai pembina kesatuan bangsa.
• Stabilitatif, sebagai pemelihara (termasuk di dalamnya hasil-hasil pembangunan)
dan penjaga keselarasan, keserasian, dan keseimbangan dalam kehidupan
bernegara dan bermasyarakat.
• Perfektif, sebagai penyempurna terhadap tindakan-tindakan administrasinegara,
maupun sikap tindak warga negara dalam kehidupan bernegara dan
bermasyarakat.
• Korektif, baik terhadap warga negara maupun administrasi negara dalam
mendapatkan keadilan.

2. Pengertian dan Konsep Dasar Peraturan Perundang-undangan

Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2011, maka definisi peraturan perundang-


undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat
secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat
yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam PeraturanPerundang-
undangan.
1) Berbentuk peraturan tertulis
Pada hakekatnya, hukum dikelompokkan ke dalam hukum tertulis berupa
peraturan perundang-undangan, dan hukum tidak tertulis berupa hukum
kebiasaan (hukum adat), norma agama, atau putusan hakim (yurisprudensi).
Oleh karenanya, peraturan perundang-undangan hanya merupakan sebagian
dari hukum yakni dalam arti hukum tertulis. Pengertian ini mengandung
makna masih diakui, perlu dihormati dan wajib ditaati ketentuan-ketentuan
hukum adat (kebiasaan) yang secara empiris berlaku dan berkembang dalam
kehidupan masyarakat. Misal, masih dikenal dan diakui keberadaan Lembaga
Subak di Bali, hak ulayat, dan sebagainya.

b. Pembentukannya harus dilakukan Lembaga Negara atau pejabat yang


berwenang. Pengertian ini mengandung makna suatu peraturan perundang-
undangan hanya sah secara hukum apabila dibuat oleh pejabat yang
berwenang membuatnya.

c. Mengikat secara umum.Isi peraturan perundang-undangan mengikat secara


umum, tidak mengikat orang tertentu (untuk hal-hal tertentu) saja. Ciri umum
ini dimaksudkan untuk membedakan dengan keputusan tertulis dari pejabat
berwenang, yang biasanya bersifat individual, konkret, dan einmalig23, yang
lebih dikenal sebagai “keputusan/penetapan” (beschikking). Pengertian
mengikat umum dalam peraturan perundang-undangan tidak harus dimaknai
sebagai mengikat semua orang, tetapi hanya untuk menunjukkan bahwa
peraturan perundang-undangan tidak berlaku terhadap peristiwa konkret atau
individu tertentu. Karena itu, tidak disebut sebagai ”sesuatu yang mengikat
umum” melainkan ”sesuatu yang mengikat secara umum”. Secara teoritis

23
Artinya hanya berlaku sesaat dan sekali saja yakni pada saat ditetapkannya produk hukum tersebut.
108
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
istilah perundang-undangan (legislation, wetgeving, atau gesetzgebung),
mempunyai beberapa pengertian berikut:

1. Sebagai proses pembentukan atau proses membentuk peraturan-


peraturan negara, baik di tingkat Pusat maupun Daerah24;
2. Segala peraturan negara yang merupakan hasil pembentukan peraturan-
peraturan, baik di tingkat Pusat maupun Daerah25;
3. Peraturan yang berkaitan dengan Undang-Undang, baik peraturan itu
berupa Undang-Undang sendiri, Undang-Undang Dasar yang memberi
delegasi konstitusional maupun peraturan di bawah Undang-Undang
sebagai atribusi atau delegasi dari Undang-Undang tersebut26. Atas dasar
atribusi dan delegasi kewenangan perundang-undangan, yang tergolong
peraturan perundang- undangan di Indonesia berdasarkan UUD 1945
sebelum diamandemen, adalah27: a. Undang-Undang, dan, b. Peraturan
perundangan yang lebih rendah daripada Undang-Undang, seperti:
4.
1) Peraturan Pemerintah;
2) Keputusan Presiden yang berisi peraturan;
3) Keputusan Menteri yang berisi peraturan;
4) Keputusan Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen yang
berisi peraturan;
5) Keputusan Direktur Jenderal Departemen yang dibentuk
dengan
6) Undang-Undang yang berisi peraturan;
7) Peraturan Daerah Provinsi;
8) Keputusan Gubernur Kepala Daerah yang berisi peraturan yang
melaksanakan ketentuan Peraturan Daerah Provinsi;
9) Peraturan Daerah Kabupaten dan Keputusan Bupati/Walikota Kepala
Daerah, yang berisi peraturan yang melaksanakan ketentuan
Peraturan Daerah Tingkat II.
10) Semua peraturan yang bersifat mengikat secara umum yang
dikeluarkan oleh Badan Perwakilan Rakyat bersama Pemerintah,
baik di tingkat Pusat maupun di Daerah, serta semua Keputusan
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, baik di tingkat Pusat
maupun Daerah28.

Peraturan perundang-undangan yang bersifat mengikat umum (algemeen


verbinden voorshrift) disebut juga dengan istilah Undang-Undang dalam
arti materiil (wet in materiele zin)29, yaitu semua hukum tertulis dari
Pemerintah yang mengikat umum (ieder rechtsvoorschrift van de
overheid met algemeen strekking)30.

24
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, UII Press, Yogyakarta, 2003, hal. 99
25
Maria Farida Idrati Soeprapto, Ilmu Perundang-undangan, Kanisius, Yogyakarta, 1998, hal. 3.
26
A.Hamid S.Attamimi, Hukum tentang Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan Kebijaksanaan, Makalah Pidato Purna
Bakti, Fakultas Hukum UI, Jakarta, 20 September 1993
27
A.Hamid S.Attamimi, Perbedaan antara Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan Kebijakan, Makalah disampaikan pada
Pidato Dies Natalis PTIK ke-46, Jakarta 17 Juni 1992, hal. 3.
28
Penjelasan Pasal 1 angka 2 UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. sebagaimana telah diubah
berdasarkan UU No. 9 Tahun 2004
29
Di samping istilah Undang-Undang dalam arti materiil, dikenal juga istilah Undang-Undang dalam arti formal (wet in formele
zin) yaitu keputusan yang dibuat bersama-sama antara Presiden dengan Dewan Perwakilan Rakyat.
30
NE. Algra en HCJG Jansenn, Rechtsingang, Een Orientatie in het Recht, HD Tjeenk Willink bv., Groningen, 1974, hal. 59

109
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Sebagai sebuah bentuk peraturan hukum yang bersifat in abstracto


ataugeneral norm, maka perundang-undangan mempunyai ciri mengikat
atau berlaku secara umum dan bertugas mengatur hal-hal yang bersifat
umum (general)31

Kata perundang-undangan apabila merupakan terjemahan wetgeving


berarti sebagai:

• perbuatan membentuk peraturan-peraturan negara tingkat pusat


atau tingkat daerah menurut tata cara yang ditentukan.
• keseluruhan peraturan-peraturan negara tingkat pusat dan tingkat
daerah.

3. Asas-Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Secara


Teoritis.

Asas peraturan perundang-undangan, termasuk produk hukum desa, secara


teoritis dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Asas Tingkatan Hirarki;

Suatu perundang-undangan isinya tidak boleh bertentangan dengan


isiperundang-undangan yang lebih tinggi tingkatan atau derajatnya.
Berdasarkan asas ini dapatlah dirinci hal-hal berikut:

1) Perundang-undangan yang lebih rendah derajatnya tidak dapat


mengubah atau mengesampingkan ketentuan-ketentuan perundang-
undangan yang lebih tinggi, tetapi yang sebaliknya dapat;
2) Perundang-undangan hanya dapat dicabut, diubah atau ditambah
oleh atau dengan perundang-undangan yang sederajat atau yang
lebih tinggi tingkatannya;
3) Ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang lebih
rendah
4) tingkatannya tidak mempunyai kekuatan hukum dan tidak mengikat
apabila bertentangan dengan perundang-undangan yang lebih tinggi
tingkatannya;
5) Ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang lebih tinggi tetap
berlaku dan mempunyai kekuatan hukum serta mengikat, walaupun
diubah, ditambah diganti atau dicabut oleh perundang-undangan yang
lebih rendah;
6) Materi yang seharusnya diatur oleh perundang-undangan yang lebih
tinggi tingkatannya tidak dapat diatur oleh perundang-undangan yang
lebih rendah, tetapi yang sebaliknya dapat. Namun demikian, tidak
tepat apabila perundang-undangan yang lebih tinggi mengambil alih
fungsi perundang- undangan yang lebih rendah. Apabila terjadi
demikian, pembagian wewenang mengatur dalam suatu negara
menjadi kabur. Di samping itu, badan pembentuk perundang-
undangan yang lebih tinggi tersebut akan teramat sibuk dengan

31
SF. Marbun dan Moh. Mahfud, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, Liberty Yogyakarta, 1987, hal. 94
110
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
persoalan-persoalan yang selayaknya diatur oleh badan pembentuk
perundang-undangan yang lebih rendah.

Asas-asas tersebut di atas penting untuk ditaati. Tidak ditaatinya


asas dimaksud akan menimbulkan ketidaktertiban dan
ketidakpastian dari sistem perundang- undangan, bahkan dapat
menimbulkan kekacauan atau kesimpangsiuran perundang-
undangan.

b. Peraturan Perundang-undangan tidak dapat Diganggu Gugat

Asas ini berkaitan dengan hak menguji perundang-undangan


(toetsingsrecht). Sebagaimana diketahui hak menguji perundang-undangan
ada 2 (dua) macam yakni:

1) Hak menguji secara materiel (materieletoetsingsrech) yaitu, menguji


materi atau isi dari perundang-undangan apakah bertentangan dengan
ketentuan- ketentuan perundang-undangan yang lebih tinggi
derajatnya.
2) Hak menguji secara formal (formele toetsingsrecht) yaitu menguji
apakah semua formalitas atau tata cara pembentukan sudah dipenuhi.
Dalam hal ini, materi atau isi peraturan perundang-undangan tidak
dapat diuji oleh siapapun, kecuali oleh badan pembentuk sendiri atau
badan yang berwenang yang lebih tinggi. Jadi yang dapat menguji
dan mengadakan perubahan hanyalah badan pembentuk peraturan
perundang-undangan itu sendiri atau badan yang berwenang yang
lebih tinggi.

Namun, dalam perkembangannya, asas peraturan perundang-undangan


tidak dapat diganggu gugat tersebut sudah memiliki penyimpangan. Dalam
hal ini konsep judicial review meletakkan lembaga peradilan (misalnya
Mahkamah Agung, atau Mahkamah Konstitusi) dapat menjadi lembaga yang
menguji konstitusionalitas peraturan perundangan. Dalam konsep demikian
badan pembentuk peraturan perundangan menjadi positive legislator
sedangkan lembaga pelaksana judicial review bertindak sebagai negative
legislator.
Perlu diketahui, asas peraturan perundang-undangan tidak dapat diganggu
gugat tetap konsisten diterapkan di negara-negara yang menganut prinsip
kedaulatan parlemen (parliamentary sovereignty). Di negara-negara
demikian – seperti Inggris dan Perancis, sebagai perwujudan kedaulatan
parlemen, produk parlemen – termasuk undang-undang – dinyatakan tidak
dapat diganggu-gugat.

c. Peraturan Perundang-undangan yang Bersifat Khusus


Mengesampingkan Peraturan Perundang-undangan yang Bersifat Umum
(Lex Specialis Derogat Lex Generalis)
111
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Pada prinsipnya, peraturan perundang-undangan yang bersifat umum mengatur


persoalan-persoalan pokok dan berlaku secara umum pula. Selain ituada juga
peraturan perundang-undangan yang menyangkut persoalan pokok dimaksud,
tetapi pengaturannya secara khusus menyimpang dari ketentuan peraturan
perundang-undangan yang umum tersebut .
Kekhususan itu dikarenakan sifat hakikat dari masalah atau persoalan atau karena
kepentingan yang hendak diatur mempunyai nilai intrinsic yang khusus, sehingga
diperlukan pengaturan secara khusus pula. Sebagai contoh, di Indonesia terdapat
hukum pidana umum yang diatur dalam Kitab Undang- Undang Hukum Pidana
(KUHP) yang berlaku umum (berlaku bagi setiap penduduk). Sungguhpun
demikian, bagi golongan tertentu, dalam hal ini misalnya untuk militer, disebabkan
sifat hakikat tugasnya yang khusus yaitu bertempur dengan menggunakan
kekerasan (senjata), perlu bagi militer tersebut dalam beberapa hal mengenai
hukum pidana diatur secara khusus, menyimpang dari hukum pidana umum.
Masalah yang khusus dimaksud, antara lain misalnya apa yang dikenal dengan
tindak pidana desersi, yaitu perbuatan meninggalkan kesatuannya untuk selama-
lamanya tanpa izin atau tindak pidana melarikan diri dari pertempuran, dan lain
sebagainya. Olehkarenanya untuk kalangan militer ditetapkan Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana Militer (KUHPM) yang bersifat khusus di samping KUHP
yang bersifat umum.
Dalam KUHP telah diatur misalnya mengenai tindak pidana pencurian (Pasal
362 dan seterusnya), tetapi pencurian yang dilakukan oleh militer di dalam
kesatuan militer diatur pula dalam KUHPM (Pasal 140). Dengan demikian
terhadap militer yang melakukan pencurian dalam kesatuan militer berlaku 2 (dua)
ketentuan hukum, yaitu Pasal 362 KUHP dan Pasal 140 KUHPM. Dalam keadaan
tersebut yang digunakan atau berlaku adalah Pasal 140 KUHPM.
Perbedaannya adalah ancaman hukuman dalam Pasal 140 KUHPM lebih berat
daripada ancaman hukuman Pasal 362 KUHP. Jadi dalam hal ini Undang- Undang
yang bersifat khusus mengesampingkan Undang-Undang yang bersifatumum
dalam persaingannya dengan Undang-Undang yang bersifat umum tersebut.
Kekhususan dimaksud dapat dilihat dari rumusan Undang-Undang itu sendiri.
Misalnya, Pasal 1 KUHPM merumuskan tentang berlakunya KUHP (Undang-
Undang yang umum), kecuali jika ditetapkan secara khusus dalam KUHPM
menyimpang dari KUHP. Demikian juga mengenai hubungan hukum yangkhusus
dengan hukum yang umum dalam bidang perdata yaitu, antara hukum dagang
dengan hukum perdata, tercantum dalam rumusan Pasal 1 Kitab Undang- Undang
Hukum Dagang (KUHD) yang menyatakan bahwa KUH Perdata berlaku terhadap
persolan-persoalan yang diatur oleh KUHD, kecuali yang ditentukan menyimpang.

d. Peraturan Perundang-undangan tidak Berlaku Surut


Asas ini berkaitan dengan lingkungan kuasa hukum (geldingsgebied van het recht),
meliputi:
a. Lingkungan kuasa tempat (ruimtegebied, territorial sphere), yang
menunjukkan tempat berlakunya hukum atau perundang-undangan. Suatu

112
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
ketentuan hukum atau perundang-undangan berlaku untuk seluruh wilayah
negara atau hanya untuk sebagian wilayah negara.
b. Lingkungan kuasa personel (zakengebied, material sphere), yaitu
menyangkut masalah atau persoalan yang diatur. Misalnya, apakah mengatur
persoalan perdata atau mengatur persoalan publik. Lebih sempit lagi, apakah
mengatur persoalan pajak ataukah mengatur persoalan kewarganegaraan,
dan lain sebaginya.
c. Lingkungan kuasa orang (personengebied, personal sphere), yaitu
menyangkut orang yang diatur, apakah berlaku untuk setiap penduduk atau
hanya untuk Pegawai Negeri atau hanya untuk kalangan anggota ABRI
saja, dan lain sebagainya;
d. Lingkungan kuasa waktu (tijdsgebied, temporal sphere), yang menunjukkan
sejak kapan dan sampai kapan berlakunya sesuatu ketentuan hukum atau
perundang-undangan.

Asas “Peraturan Perundang-undangan tidak berlaku surut” berkaitan dengan


lingkungan kuasa waktu atau tijdsgebied atau temporal sphere sebagaimana
tersebut di atas. Peraturan perundang-undangan dibuat dengan maksud untuk
keperluan masa depan sejak peraturan perundang-undang tersebut diundangkan.
Tidaklah layak apabila materi yang ditentukan dalam peraturan perundang-
undangan diberlakukan untuk masa silam sebelum peraturan perundang-undangan
itu dibuat dan diundangkan. Karena apabila diberlakukan surut akan dapat
menimbulkan berbagai akibat yang tidak baik
e. Peraturan Perundang-undangan yang Baru Mengesampingkan Peraturan
Perundang-undangan yang Lama (Lex Posteriori Derogat Lex Priori)
Apabila ada suatu masalah yang diatur dalam suatu peraturan perundang- undangan
yang lama diatur pula dalam peraturan perundang-undangan yang baru, maka
ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang baru yang berlaku. Dalam hal
ini tentunya apabila ada perbedaan, baik mengenai maksud, tujuan maupun
maknanya.
Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2011, maka dalam membentuk Peraturan
Perundang-undanganharus dilakukan berdasarkan pada asas Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan yang baik, yang meliputi:
1) Kejelasan Tujuan.
Setiap Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus mempunyai
tujuan yang jelas yang hendak dicapai.
2) Kelembagaan Atau Pejabat Pembentuk Yang Tepat.
Setiap jenis Peraturan Perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga
negara atau pejabat Pembentuk Peraturan Perundang-undangan yang
berwenang. Peraturan Perundang-undangan tersebut dapat dibatalkan atau
batal demi hukum apabila dibuat oleh lembaga negara atau pejabat yang tidak
berwenang.
3) Kesesuaian Antara Jenis, Hierarki, Dan Materi Muatan.
Dalam pembentukan peraturan perundang-undangan harus benar-benar
memperhatikan materi muatan yang tepat sesuai dengan jenis dan hierarki
peraturan perundang-undangan.
4) Dapat Dilaksanakan.
Setiap Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus
memperhitungkan efektivitas Peraturan Perundang-undangan tersebut di
dalam masyarakat, baik secara filosofis, sosiologis, maupun yuridis
113
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
5) Kedayagunaan Dan Kehasilgunaan.
Setiap Peraturan Perundang-undangan dibuat karena memang benar- benar
dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara
6) Kejelasan Rumusan.
Setiap Peraturan Perundang-undangan harus memenuhi persyaratan teknis
penyusunan Peraturan Perundang-undangan, sistematika, pilihan kata atau
istilah, serta bahasa hukum yang jelas dan mudah dimengerti sehingga tidak
menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam pelaksanaannya.
7) Keterbukaan.
dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan mulai dari perencanaan,
penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan
bersifat transparan dan terbuka. Dengan demikian, seluruh lapisan masyarakat
mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan masukan
dalam Pembentukan Peraturan Perundang- undangan

Materi muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan asas:

a. Pengayoman.
Setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus berfungsi
memberikan pelindungan untuk menciptakan ketentraman masyarakat.

b. Kemanusiaan.
Setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan
pelindungan dan penghormatan hak asasi manusia serta harkat dan martabat
setiap warga negara dan penduduk Indonesia secara proporsional

c. Kebangsaan.
Setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan sifat
dan watak bangsa Indonesia yang majemuk dengan tetap menjaga prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

d. Kekeluargaan.
Setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan
musyawarah untuk mencapai mufakat dalam setiap pengambilan keputusan.

e. Kenusantaraan.
Setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan senantiasa
memperhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan Materi Muatan
Peraturan Perundang-undangan yang dibuat di daerah merupakan bagian dari
sistem hukum nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

f. Bhinneka Tunggal Ika.


Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus memperhatikan
keragaman penduduk, agama, suku dan golongan, kondisi khusus daerah serta
budaya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

g. Keadilan.
Setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan
keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara.

114
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

h. kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan.


Setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan tidak boleh memuat hal
yang bersifat membedakan berdasarkan latar belakang, antara lain: agama, suku,
ras, golongan, gender, atau status social

i. Ketertiban Dan Kepastian Hukum.


Setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus dapatmewujudkan
ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan kepastian hukum

j. Keseimbangan, Keserasian, Dan Keselarasan.


Setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan
keseimbangan, keserasian, dan keselarasan, antara kepentingan individu,
masyarakat dan kepentingan bangsa dan negara.

Selain mencerminkan asas tersebut, Peraturan Perundang-undangan tertentu dapat


berisi asas lain sesuai dengan bidang hukum Peraturan Perundang- undangan yang
bersangkutan. Antara lain:

a. Dalam Hukum Pidana, misalnya, asas legalitas, asas tiada hukuman tanpa
b. Kesalahan, asas pembinaan narapidana, dan asas praduga tak bersalah; dalam
Hukum Perdata, misalnya, dalam hukum perjanjian, antara lain, asas
kesepakatan, kebebasan berkontrak, dan itikad baik.

4. Jenis dan Hierarki Peraturan Perundang-undangan

Hierarki peraturan perundang-undangan adalah penjenjangan setiap jenis Peraturan


Perundang-undangan yang didasarkan pada asas bahwa Peraturan Perundang-
undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan Peraturan Perundang-
undangan yang lebih tinggi.

Mengacu pada Pasal 7 ayat (1) UU No.12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan, Jenis dan hierarki Peraturan Perundang- undangan terdiri atas:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
b. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
c. Peraturan Pemerintah;
d. Peraturan Presiden;
e. Peraturan Daerah Provinsi; dan
f. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

115
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

HIERARKI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Bagan 1

Berdasarkan pasal 8 UU No. 12 tahun 2011, jenis Peraturan Perundang-undangan


selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) mencakup peraturan yang
ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa
Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang
setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah
Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang
setingkat.

Peraturan Perundang-undangan ini diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan


hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang- undangan yang
lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan.

Dalam hal suatu Undang-Undang diduga bertentangan dengan Undang-Undang


Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pengujiannya dilakukan oleh Mahkamah
Konstitusi. Sedangkan dalam hal suatu Peraturan Perundang- undangan di bawah
Undang-Undang diduga bertentangan dengan Undang- Undang, pengujiannya
dilakukan oleh Mahkamah Agung.

5. Jenis dan Kedudukan Peraturan Di Desa dalam Sistem Hukum Nasional

Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 111 Tahun 2014 tentang
Pedoman Teknis Penyusunan Peraturan di Desa, jenis peraturan di desa meliputi:
1) Peraturan Desa;
2) Peraturan Bersama Kepala Desa; dan
3) Peraturan Kepala Desa.

116
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Peraturan Desa berisi materi pelaksanaan kewenangan desa dan penjabaran lebih
lanjut dari Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. Adapun Peraturan
bersama Kepala Desa berisi materi kerjasama desa. Sedangkan Peraturan Kepala
Desa berisi materi pelaksanaan peraturan desa, peraturan bersama kepala desa dan
tindak lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Selain
mengeluarkan produk hukum yang bersifat pengaturan, Kepala Desa juga.

Dapat menetapkan Keputusan Kepala Desa untuk pelaksanaan Peraturan di desa,


peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan dalam rangka pelaksanaan
kewenangan desa yang bersifat penetapan.Keputusan Kepala Desa adalah penetapan
yang bersifat konkrit, individual, dan final.

1. Peranan Badan Permusyawaratan Desa dalam Penyusunan Peraturan Di Desa

Badan Permusyawaratan Desa mempunyai fungsi:


2) membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa;
2) menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa; dan
3) melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa.

Anggota Badan Permusyawaratan Desa merupakan wakil dari penduduk Desa


berdasarkan keterwakilan wilayah yang pengisiannya dilakukan secara demokratis
dengan masa keanggotaan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pengucapan
sumpah/janji. Jumlah anggota Badan Permusyawaratan Desa ditetapkan dengan
jumlah gasal, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 9 (sembilan) orang,
dengan memperhatikan wilayah, perempuan, penduduk, dan kemampuan Keuangan
Desa.

Adapun mekanisme musyawarah Badan Permusyawaratan Desa sebagai berikut:

I. Musyawarah Badan Permusyawaratan Desa dipimpin oleh pimpinan Badan


Permusyawaratan Desa;
1) Musyawarah Badan Permusyawaratan Desa dinyatakan sah apabila dihadiri
oleh paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota Badan
Permusyawaratan Desa;
2) Pengambilan keputusan dilakukan dengan cara musyawarah guna mencapai
mufakat;
3) Apabila musyawarah mufakat tidak tercapai, pengambilan keputusan dilakukan
dengan cara pemungutan suara;
4) Pemungutan suara sebagaimana dimaksud dalam huruf d dinyatakan sah
apabila disetujui oleh paling sedikit ½ (satu perdua) ditambah 1 (satu) dari jumlah
anggota badan permusyawaratan desa yang hadir; dan
5) Hasil musyawarah badan permusyawaratan desa ditetapkan dengan keputusan
badan permusyawaratan Desa dan dilampiri notulen musyawarah yang dibuat
oleh sekretaris Badan Permusyawaratan Desa.

117
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Badan Permusyawaratan Desa juga memiliki tugas penting lain yaitu menyelenggarakan
Musyawarah Desa. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah
musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur
masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk
menyepakati hal yang bersifat strategis meliputi:
1) Penataan Desa
2) Perencanaan Desa
3) Kerja sama Desa
4) Rencana investasi yang masuk ke Desa
5) Pembentukan BUM Desa
6) Penambahan dan pelepasan Aset Desa
7) Kejadian luar biasa.
Musyawarah Desa dilaksanakan paling kurang sekali dalam 1 (satu) tahun dengan
dibiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

7. Kewenangan Bupati/Walikota melakukan Evaluasi dan Klarifikasi


Peraturan Desa
Berdasarkan Pasal 112 UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota membina danmengawasi
penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Adapun Pembinaan dan pengawasan yang
dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota meliputi:
1) Memberikan pedoman pelaksanaan penugasan urusan Kabupaten/Kota yang
dilaksanakan oleh Desa
2) Memberikan pedoman penyusunan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa
3) Memberikan pedoman penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif
4) Melakukan fasilitasi penyelenggaraan Pemerintahan Desa
5) Melakukan evaluasi dan pengawasan Peraturan Desa. Evaluasi disini termasuk juga
melakukan pembatalan terhadap Peraturan Desa.

Peraturan Desa ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama
Badan Permusyawaratan Desa merupakan kerangka hukum dan kebijakan dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan Pembangunan Desa. Penetapan Peraturan
Desa merupakan penjabaran atas berbagai kewenanganyang dimiliki Desa mengacu
pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Sebagai sebuah
produk hukum, Peraturan Desa tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang lebih
tinggi dan tidak boleh merugikankepentingan umum, yaitu:

1) Terganggunya kerukunan antarwarga masyarakat


2) Terganggunya akses terhadap pelayanan publik
3) Terganggunya ketenteraman dan ketertiban umum

118
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
4) Terganggunya kegiatan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat desa
5) Diskriminasi terhadap suku, agama dan kepercayaan, ras, antargolongan, serta
gender.12

a. Evaluasi rancangan Peraturan desa ke Bupati/Walikota


Evaluasi adalah pengkajian dan penilaian terhadap rancangan Peraturan
Desa untuk mengetahui bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau
Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.
Rancangan Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa, pungutan, tata ruang, dan organisasi Pemerintah Desa yang telah
dibahas dan disepakati oleh Kepala Desa dan BPD, disampaikan oleh Kepala
Desa kepada Bupati/Walikota Melalui camat atau sebutan lain paling lambat 3
(tiga) hari sejak disepakati untuk dievaluasi. Dalam hal Bupati/Walikota tidak
memberikan hasil evaluasi dalam batas waktu, Peraturan Desa tersebut
berlaku dengan sendirinya.
Hasil evaluasi rancangan Peraturan Desa diserahkan oleh Bupati/Walikota
paling lama 20 (dua puluh) hari kerja terhitung sejak diterimanya rancangan
Peraturan tersebut oleh Bupati/Walikota. Dalam hal Bupati/Walikota telah
memberikan hasil evaluasi, Kepala Desa wajib memperbaikinya.
Kepala Desa memperbaiki rancangan peraturan desa paling lama 20 (dua
puluh) hari sejak diterimanya hasil evaluasi.Kepala Desa dapat mengundang
BPD untuk memperbaiki rancangan peraturan desa.Hasil koreksi dan
tindaklanjut disampaikan Kepala Desa kepada Bupati/Walikota melalui
camat.12 Penjelasan Umum UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa.
Dalam hal Kepala Desa tidak meninjaklanjuti hasil evaluasi, dan tetap
menetapkan menjadi Peraturan Desa, Bupati/Walikota membatalkan
Peraturan Desa dengan Keputusan Bupati/Walikota

b. Klarifikasi Peraturan Desa

Klarifikasi adalah pengkajian dan penilaian terhadap Peraturan di Desa untuk


mengetahui bertentangan dengan kepentingan umum, dan/atau Peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi.
Peraturan Desa yang telah diundangkan disampaikan oleh Kepala Desa
kepada Bupati/Walikota paling lambat 7 (tujuh) Hari sejak diundangkan untuk
diklarifikasi. Bupati/Walikota melakukan klarifikasi Peraturan Desa dengan
membentuk tim klarifikasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterima.
Hasil klarifikasi oleh Bupati/Walikota dapat berupa:

1) Hasil klarifikasi yang sudah sesuai dengan kepentingan umum,


dan/atau ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi

119
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

2) Hasil klarifikasi yang bertentangan dengan kepentingan umum


dan/atau ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.
Dalam hal hasil klarifikasi Peraturan Desa tidak bertentangan dengan
kepentingan umum, dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi Bupati/Walikota menerbitkan surat hasil klarifikasi yang
berisi hasil klarifikasi yang telah sesuai. Sedangkan dalam hal hasil
klarifikasi bertentangan dengan kepentingan umum, dan/atau ketentuan
peraturan perundang- undangan yang lebih tinggi Bupati/Walikota
membatalkan Peraturan Desa tersebut dengan Keputusan Bupati/Walikota.

8. Kerjasama Antar-Desa Menurut UU Desa dan Peraturan Pelaksanaannya


Berdasarkan Pasal 91 UU No. 6 Tahun 2014, Desa dapat mengadakan kerja sama
dengan Desa lain dan/atau kerja sama dengan pihak ketiga. Kerja sama antar-Desa
sendiri meliputi:
1) Pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa untuk mencapai nilai
ekonomi yang berdaya saing
2) Kegiatan kemasyarakatan, pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan
masyarakat antar-Desa
3) Bidang keamanan dan ketertiban.

Kerja sama antar-Desa dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa melalui
kesepakatan musyawarah antar-Desa. Kerja sama antar-Desa dilaksanakan oleh badan
kerja sama antar-Desa yang dibentuk melalui Peraturan Bersama Kepala Desa.
Musyawarah antar-Desa sendiri membahas hal yang berkaitan dengan:
1) Pembentukan lembaga antar-Desa
2) Pelaksanaan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang dapat
dilaksanakan melalui skema kerja sama antar-Desa
3) Perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan program pembangunan antar-
Desa
4) Pengalokasian anggaran untuk Pembangunan Desa, antar-Desa, dan
Kawasan Perdesaan
5) Masukan terhadap program Pemerintah Daerah tempat Desa tersebut berada
6) Kegiatan lainnya yang dapat diselenggarakan melalui kerja sama antar-Desa.

Dalam melaksanakan pembangunan antar-Desa, badan kerja sama antar-Desadapat


membentuk kelompok/lembaga sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan dalam pelayanan
usaha antar-Desa dapat dibentuk BUM Desa yang merupakan milik 2 (dua) Desa atau
lebih.
Selain kerjasama antar desa, Desa juga dapat mengadakan kerja sama dengan pihak
ketiga untuk mempercepat dan meningkatkan penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan masyarakat Desa. Kerja sama dengan pihak ketiga tersebut sebelumnya
perlu dimusyawarahkan dalam Musyawarah Desa.

120
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
Pelaksanaan kerja sama antar-Desa diatur dengan peraturan bersama kepala Desa.
Sedangkan pelaksanaan kerja sama Desa dengan pihak ketiga diatur dengan perjanjian
bersama.Peraturan bersama dan perjanjian bersama tersebut palingsedikit memuat:
1) Ruang lingkup kerja sama
2) Bidang kerja sama
3) Tata cara dan ketentuan pelaksanaan kerja sama
4) Jangka waktu
5) Hak dan kewajiban
6) Pendanaan
7) Tata cara perubahan, penundaan, dan pembatalan
8) Penyelesaian perselisihan.

Badan kerja sama antar-Desa terdiri atas Pemerintah Desa, anggota Badan
Permusyawaratan Desa, lembaga kemasyarakatan Desa, lembaga Desa lainnya,
dantokoh masyarakat dengan mempertimbangkan keadilan gender. Adapun susunan
organisasi, tata kerja, dan pembentukan badan kerja sama ditetapkan dengan
peraturan bersama kepala Desa. Secara organisasi, badan kerja samabertanggung
jawab kepada kepala Desa.
Perubahan atau berakhirnya kerja sama Desa harus dimusyawarahkan dengan
menyertakan para pihak yang terikat dalam kerja sama Desa.Kerja sama Desa
dapat berakhir apabila:
1) Terdapat kesepakatan para pihak melalui prosedur yang ditetapkan dalam
perjanjian
2) Tujuan perjanjian telah tercapai
3) Terdapat keadaan luar biasa yang mengakibatkan perjanjian kerja sama tidak dapat
dilaksanakan
4) Salah satu pihak tidak melaksanakan atau melanggar ketentuan perjanjian
5) Dibuat perjanjian baru yang menggantikan perjanjian lama
6) Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
7) Objek perjanjian hilang
8) Terdapat hal yang merugikan kepentingan masyarakat desa, daerah, atau nasional
9) Berakhirnya masa perjanjian.

Setiap perselisihan yang timbul dalam kerja sama Desa diselesaikan secara
musyawarah serta dilandasi semangat kekeluargaan. Apabila terjadi perselisihankerja
sama Desa dalam satu wilayah kecamatan, penyelesaiannya difasilitasi dan
diselesaikan oleh camat.Apabila terjadi perselisihan kerja sama Desa dalam wilayah
kecamatan yang berbeda pada satu kabupaten/kota difasilitasi dan diselesaikan
oleh bupati/walikota. Penyelesaian perselisihan tersebut bersifat final dan ditetapkan
dalam berita acara yang ditandatangani oleh para pihak dan pejabat yang memfasilitasi
penyelesaian perselisihan.
Sementara pada perselisihan dengan pihak ketiga yang tidak dapat terselesaikan
setelah dilakukan fasilitasi sesuai peraturan perundang-undangan, dilakukan
penyelesaian melalui proses hukum.

121
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

9. Asas Pembentukan Peraturan Desa

a. Kejelasan tujuan
b. Kelembagaan atau urgan pembentuk yg tepat
c. Kesesuaian antara jenis dan materi muatan
d. Dapat dilaksanakan
e. Kedayagunaan dan kehasilgunaan f. Kejelasan rumusan
g. Transparan

10. Jenis Peraturan Perundang-Undangan di Desa

a. Peraturan Desa
b. Peraturan Bersama Kepala Desa
c. Peraturan Kepala Desa

Peraturan di desa sebagaimana dilarang bertentangan dengan kepentingan umum,


dan/atau ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.
Peraturan Desa berisi materi pelaksanaan kewenangan desa dan penjabaran lebih
lanjut dari Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.

Peraturan bersama Kepala Desa berisi materi kerjasama desa.

Peraturan Kepala Desa berisi materi pelaksanaan peraturan desa, peraturan bersama
kepala desa dan tindak lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

11. Landasan Filosofis, Sosiologis, Dan Yuridis

a. Landasan Filosofis.
Landasan filosofis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan
bahwa peraturan yang dibentuk mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran,
dan cita hukum yang meliputi suasana kebatinan serta falsafah bangsa
Indonesia yang bersumber dari Pancasila dan Pembukaan Undang- Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
b. Landasan Sosiologis.
Landasan sosiologis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan
bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam
berbagai aspek. Landasan sosiologis sesungguhnya menyangkut fakta empiris
mengenai perkembangan masalah dan kebutuhan masyarakat dan negara. Dalam
peraturan desa, agar peraturan desa yang diterbitkan jangan sampai bertentangan
dengan nilai-nilai yang hidup di tengah- tengah masyarakat misalnya adat
istiadat, agama.
c. Landasan Yuridis.
Landasan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan
bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi permasalahan hukum atau mengisi
kekosongan hukum dengan mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan

122
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
diubah, atau yang akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan
masyarakat. Landasan yuridis menyangkut persoalan hukum yang berkaitan dengan
substansi atau materi yang diatur sehingga perlu dibentuk Peraturan Perundang-
Undangan yang baru. Beberapa persoalan hukum itu, antara lain, peraturan yang
sudah ketinggalan, peraturan yang tidak harmonis atau tumpang tindih, jenis
peraturan yang lebih rendah dari Undang- Undang sehingga daya berlakunya lemah,
peraturannya sudah ada tetapi tidak memadai, atau peraturannya memang sama
sekali belum ada.
12. Persiapan Penyusunan Peraturan Desa
Pemrakarsa rancangan peraturan desa adalah:
a. Pemerintah Desa
b. Usul Inisiatif BPD

13. Pembahasan

Rancangan peraturan desa dibahas secara bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD.
Muatan materi dilihat dari sudut pandang tujuan diterbitkannya sebuahPeraturan Desa
itu maka materi Peraturan Desa antara lain meliputi :
a. Menetapkan ketentuan-ketentuan yang bersifat mengatur
b. Menetapkan segala sesuatu yang menyangkut kepentingan masyarakat desa
c. Menetapkan segala sesuatu yang membebani keuangan desa dan masyarakat.

14. Tahapan Penyusunan Peraturan di Desa

1. Prosedur Penyusunan Peraturan Di Desa


a. Penyusunan Peraturan Desa
Tahap Perencanaan.
Perencanaan penyusunan rancangan Peraturan Desa ditetapkan oleh Kepala
Desa dan BPD dalam rencana kerja Pemerintah Desa. Selain itu, Lembaga
kemasyarakatan, lembaga adat dan lembaga desa lainnya di desa juga dapat
memberikan masukan kepada Pemerintah Desa dan atau BPD untuk rencana
penyusunan rancangan Peraturan Desa.
Tahap Penyusunan oleh Kepala Desa.
Penyusunan rancangan Peraturan Desa diprakarsai oleh Pemerintah
Desa.Rancangan Peraturan Desa yang telah disusun, wajib dikonsultasikan
kepada masyarakat desa (sesuai pasal 6 ayat 2 permendagri 111/2014) dan
dapat dikonsultasikan kepada camat untuk mendapatkan masukan. Rancangan
Peraturan Desa yang dikonsultasikan diutamakan kepada masyarakat
atau kelompok masyarakat yang terkait langsung dengan substansi materi
pengaturan.

123
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Masukan dari masyarakat desa dan camat digunakan Pemerintah Desa


untuktindaklanjut proses penyusunan rancangan Peraturan Desa.Rancangan
Peraturan Desa yang telah dikonsultasikan disampaikan Kepala Desa kepada
BPD untuk dibahas dan disepakati bersama.
Tahap Penyusunan Peraturan Desa oleh BPD.
Selain diprakarsai oleh Pemerintah Desa, BPD dapat menyusun dan
mengusulkan rancangan Peraturan Desa, kecuali untuk rancangan Peraturan
Desa tentang rencana pembangunan jangka menengah Desa, rancangan
Peraturan Desa tentang rencana kerja Pemerintah Desa, rancangan Peraturan
Desa tentang APB Desa dan rancangan Peraturan Desa tentang laporan
pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APB Desa.
Tahap Pembahasan.
BPD mengundang Kepala Desa untuk membahas dan menyepakati
rancangan Peraturan Desa.Dalam hal terdapat rancangan Peraturan Desa
prakarsa Pemerintah Desa danusulan BPD mengenai hal yang sama untuk
dibahas dalam waktu pembahasan yang sama, maka didahulukan
rancangan Peraturan Desa usulan BPD sedangkan Rancangan Peraturan
Desa usulan Kepala Desa digunakan sebagai bahan untuk dipersandingkan.
Rancangan Peraturan Desa yang belum dibahas dapat ditarik kembali oleh
pengusul.Rancangan Peraturan Desa yang telah dibahas tidak dapat ditarik
kembali kecuali atas kesepakatan bersama antara Pemerintah Desa dan
BPD.
Rancangan peraturan Desa yang telah disepakati bersama disampaikan oleh
pimpinan Badan Permusyawaratan Desa kepada kepala Desa untuk ditetapkan
menjadi peraturan Desa paling lambat 7 (tujuh) Hari terhitung sejak tanggal
kesepakatan.Rancangan peraturan Desa wajib ditetapkanoleh kepala Desa
dengan membubuhkan tanda tangan paling lambat 15 (lima belas) Hari terhitung
sejak diterimanya rancangan peraturan Desa dari pimpinan Badan
Permusyawaratan Desa.
Tahap Penetapan.
Rancangan Peraturan Desa yang telah dibubuhi tanda tangan disampaikan
kepada Sekretaris Desa untuk diundangkan.Dalam hal Kepala Desa tidak
menandatangani Rancangan Peraturan Desa tersebut, Rancangan Peraturan
Desa tersebut wajib diundangkan dalam Lembaran Desa dan sah menjadi
Peraturan Desa.
Tahap Pengundangan.
Sekretaris Desa mengundangkan peraturan desa dalam lembaran
desa.Peraturan Desa dinyatakan mulai berlaku dan mempunyai kekuatan hukum
yang mengikat sejak diundangkan.

Tahap Penyebarluasan.

124
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
Penyebarluasan dilakukan oleh Pemerintah Desa dan BPD sejak penetapan
rencana penyusunan rancangan Peraturan Desa, penyusunan Rancangan
Peratuan Desa, pembahasan Rancangan Peraturan Desa, hingga
Pengundangan Peraturan Desa. Penyebarluasan dilakukan untuk memberikan
informasi dan/atau memperoleh masukan masyarakat dan para pemangku
kepentingan.

Tahap Perencanaan, Penyusunan, Pembahasan, Penetapan,

Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Desa

125
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Proses Penyusunan Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa,


pungutan, tata ruang, dan organisasi Pemerintah Desa

126
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

2. Penyusunan Peraturan Bersama Kepala Desa


Tahap Perencanaan.
Perencanaan penyusunan rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa ditetapkan
bersama oleh dua Kepala Desa atau lebih dalam rangka kerja sama antar-
Desa.Perencanaan p e n y u s u n a n rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa
ditetapkan setelah mendapatkan rekomendasi dari musyawarah desa.

Tahap Penyusunan.
Penyusunan rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa dilakukan oleh Kepala
Desa pemrakarsa. Rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa yang telah disusun,
wajib dikonsultasikan kepada masyarakat desa masing-masing dan dapat
dikonsultasikan kepada camat masing-masing untuk mendapatkan
masukan.Masukan dari masyarakat desa dan camat tersebut digunakan Kepala
Desa untuk tindaklanjut proses penyusunan rancanan Peraturan Bersama Kepala
Desa.

Tahap Pembahasan, Penetapan dan Pengundangan


Pembahasan rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa dilakukan oleh 2(dua)
Kepala Desa atau lebih. Kepala Desa yang melakukan kerja sama antar- Desa
menetapkan Rancangan Peraturan Desa dengan membubuhkan tanda tangan
paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal disepakati.

Rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa yang telah dibubuhi tanda tangan
tersebut diundangkan dalam Berita Desa oleh Sekretaris Desa masing-masing desa.
Peraturan Bersama Kepala Desa mulai berlaku dan mempunyai kekuatan hukum
mengikat sejak tanggal diundangkan dalam Berita Desa pada masing- masing Desa.

Tahap Penyebarluasan.
Peraturan Bersama Kepala Desa disebarluaskan kepada masyarakat Desa masing-
masing. Metode penyebarluasan dapat menggunakan berbagai sarana yang
memudahkan masyarakat desa untuk mengaksesnya, misalnya melalui sarana
internet atau pengumuman di tempat strategis.

127
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Proses Penyusunan Peraturan Bersama Kepala Desa

3. Penyusunan Peraturan Kepala Desa


Penyusunan rancangan Peraturan Kepala Desa dilakukan oleh Kepala Desa. Materi
muatan Peraturan Kepala Desa meliputi materi pelaksanaan Peraturan di Desa dan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Proses penyusunan Peraturan
Kepala Desa dari segi prosedur lebih sederhana karena tidak memerlukan
persetujuan dari BPD. Adapun metode penyusunannya berlaku mutatis mutandis
dengan metode penyusunan peraturan perundang- undangan yang lain. Sebagai
tahap akhir, Peraturan Kepala Desa diundangkan dalam Berita Desa oleh Sekretaris
Desa.

128
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

5. Penyusunan Rancangan Perdes Prioritas

a. Penyusunan Rancangan Perdes tentang Rencana Pembangunan Jangka


Menengah Desa

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) adalah Rencana


Kegiatan Pembangunan Desa untuk jangka waktu 6 (enam) tahun. Perencanaan
pembangunan Desa disusun berdasarkan hasil kesepakatan dalam musyawarah
Desa yangwajib dilaksanakan paling lambat pada bulan Juni tahun anggaran
berjalan. Dalam menyusun RPJM Desa, Pemerintah Desa wajib
menyelenggarakan musyawarah perencanaan pembangunan Desa secara
partisipatif yang diikuti oleh Badan Permusyawaratan Desa danunsur
masyarakat Desa.

Rancangan RPJM Desa paling sedikit memuat penjabaran visi dan misi kepala
Desa terpilih dan arah kebijakan perencanaan pembangunan Desa dengan
memperhatikan arah kebijakan perencanaan pembangunan kabupaten/kota.

RPJM Desa mengacu pada RPJM kabupaten/kota yang memuat visi dan misi
kepala Desa, rencana penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, pemberdayaan masyarakat, dan
arah kebijakan pembangunan Desa.RPJM Desa disusun dengan
mempertimbangkan kondisi objektif Desa dan prioritas pembangunan
kabupaten/kota.RPJM Desa ditetapkan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga)
bulan terhitung sejak pelantikan kepala Desa.

Apa yang dimaksud dengan Kondisi objektif Desa?Maksudnya adalah kondisi


yang menggambarkan situasi yang ada di Desa, baik mengenai sumber daya
manusia, sumber daya alam, maupun sumber daya lainnya, serta dengan
mempertimbangkan, antara lain, keadilan gender, pelindungan terhadap anak,
pemberdayaan keluarga, keadilan bagi masyarakat miskin, warga disabilitas
dan marginal, pelestarian lingkungan hidup, pendayagunaan teknologi tepat
guna dan sumber daya lokal, pengarusutamaan perdamaian, serta kearifan lokal.

Melalui musyawarah perencanaan pembangunan Desa, Pemerintah Desa dapat


mengusulkan kebutuhan pembangunan Desa kepada pemerintah daerah
kabupaten/kota.Dalam hal tertentu, Pemerintah Desa dapat mengusulkan
kebutuhan pembangunan Desa kepada Pemerintah dan pemerintah daerah
provinsi.Usulan kebutuhan pembangunan Desa harus mendapatkan persetujuan
bupati/walikota. Jika usulan tersebut disetujui, maka usulan dimuat dalam RKP
Desa tahun berikutnya.

129
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
Melalui kesepakatan dalam musyawarah pembangunan desa yang ditetapkan
dengan Peraturan Desa, RPJM Desa dapat diubah dalam hal:

1) terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik, krisis


ekonomi, dan/atau kerusuhan sosial yang berkepanjangan; atau

2) terdapat perubahan mendasar atas kebijakan Pemerintah, pemerintah


daerah provinsi, dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota.

b. Rancangan Perdes tentang Rencana Kerja Pemerintah Desa

Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) adalah penjabaran dari RPJM
Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.

RKP Desa merupakan penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka waktu 1 (satu)
tahun yang memuat rencana penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan
masyarakat Desa.RKP Desa paling sedikit berisi uraian:

1) evaluasi pelaksanaan RKP Desa tahun sebelumnya;


2) Prioritas program, kegiatan, dan anggaran Desa yang dikelola oleh Desa
3) Prioritas program, kegiatan, dan anggaran Desa yang dikelola melalui kerja
sama antar-Desa dan pihak ketiga
4) Rencana program, kegiatan, dan anggaran Desa yang dikelola oleh Desa
sebagai kewenangan penugasan dari Pemerintah, pemerintah daerah
provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota
5) Pelaksana kegiatan Desa yang terdiri atas unsur perangkat Desa dan/atau
unsur masyarakat Desa.

RKP Desa disusun oleh Pemerintah Desa sesuai dengan informasi dari
pemerintah daerah kabupaten/kota berkaitan dengan pagu indikatif Desa dan
rencana kegiatan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah
daerah kabupaten/kota. RKP Desa mulai disusun oleh Pemerintah Desa pada
bulan Juli tahun berjalan dan ditetapkan dengan peraturan Desa paling lambat
akhir bulan September tahun berjalan yang menjadi dasar penetapan APB
Desa.

Dalam menyusun RKP Desa, Pemerintah Desa wajib menyelenggarakan


musyawarah perencanaan pembangunan Desa secara partisipatif yang diikuti
oleh Badan Permusyawaratan Desa dan unsur masyarakat Desa.

Melalui kesepakatan dalam musyawarah pembangunan desa yang ditetapkan


dengan Peraturan Desa, RKP Desa dapat diubah dalam hal:

1) Terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik,


krisis ekonomi, dan/atau kerusuhan sosial yang berkepanjangan
130
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
2) Terdapat perubahan mendasar atas kebijakan pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota.

d. Rancangan Perdes tentang APB Desa

Penting untuk dipahami bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 43tahun


2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU Desa, sumber pembiayaan pemerintah
desa dibagi berdasarkan kewenangan sebagai berikut:

1) Penyelenggaraan kewenangan Desa berdasarkan hak asal usul dan


kewenangan lokal berskala Desa didanai oleh APB Desa. Penyelenggaraan
kewenangan lokal berskala Desa selain didanai oleh APB Desa, juga dapat
didanai oleh anggaran pendapatan dan belanja negara dan anggaran
pendapatan dan belanja daerah.

2) Penyelenggaraan kewenangan Desa yang ditugaskan oleh Pemerintah


didanai oleh anggaran pendapatan dan belanja Negara yang dialokasikan
pada bagian anggaran kementerian/lembaga dan disalurkan melalui satuan
kerja perangkat daerah kabupaten/kota.

3) Penyelenggaraan kewenangan Desa yang ditugaskan oleh pemerintah


daerah didanai oleh anggaran pendapatan dan belanja daerah.

Gubernur menginformasikan rencana


Alokasi Dana Desa (ADD) adalah
bantuan keuangan yang bersumber dari
dana perimbangan yang
anggaran pendapatan dan belanja daerah
provinsi.Bupati/walikota diterima kabupaten/kota dalam
menginformasikan rencana ADD, bagian Anggaran Pendapatan dan
bagi hasil pajak dan retribusi Belanja Daerah kabupaten/kota
kabupaten/kota untuk Desa, serta setelah dikurangi Dana Alokasi
Khusus.
bantuan keuangan yang bersumber dari
anggaran pendapatan dan belanja daerah
kabupaten/kota.

Penyampaian informasi tersebut kepada kepala Desa dilakukan dalam jangka


waktu 10 (sepuluh) Hari setelah kebijakan umum anggaran dan prioritas serta
plafon anggaran sementara disepakati kepala daerah bersama dewanperwakilan
rakyat daerah. Selanjutnya Informasi dari gubernur dan bupati/walikota tersebut
dijadikan sebagai bahan penyusunan rancangan APB Desa.

PP No. 43 tahun 2014 juga mengatur batasan peruntukan Belanja Desa yang
ditetapkan dalam APB Desa dengan perincian:
1) paling sedikit 70% (tujuh puluh perseratus) dari jumlah anggaran belanja
Desa digunakan untuk mendanai penyelenggaraan Pemerintahan Desa,

131
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan masyarakat Desa; dan
2) paling banyak 30% (tiga puluh perseratus) dari jumlah anggaran belanja
Desa digunakan untuk:
a) Penghasilan tetap dan tunjangan kepala Desa dan perangkat Desa
b) Operasional Pemerintah Desa
c) Tunjangan dan operasional Badan Permusyawaratan Desa
d) Insentif rukun tetangga dan rukun warga.

Dalam proses penyusunannya, Rancangan peraturan Desa tentang APB Desa


disepakati bersama oleh kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa paling
lambat bulan Oktober tahun berjalan untuk kemudian disampaikan oleh kepala
Desa kepada bupati/walikota melalui camat atau sebutan lain paling lambat 3 (tiga)
Hari sejak disepakati untuk dievaluasi oleh Bupati/Walikota yang dalam
pelaksanaannya dapat didelegasikan kepada Camat.Peraturan Desa tentangAPB
Desa ditetapkan paling lambat tanggal 31 Desember tahun anggaran berjalan.

132
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

SPB 7.2 Tehnik Penulisan Peraturan Di Desa

1. KERANGKA STRUKTUR PERATURAN DESA, PERATURAN BERSAMA


KEPALA DESA DAN PERATURAN KEPALA DESA
a. PENAMAAN/JUDUL
b. PEMBUKAAN
c. BATANG TUBUH
d. PENUTUP
e. LAMPIRAN (BILA DIPERLUKAN)

a. PENAMAAN/JUDUL

1. Setiap Peraturan Desa dan Keputusan Desa mempunyai penamaan/judul


2. Penamaan/ judul Peraturan Desa dan Keputusan Kepala Desa memuat
keterangan mengenai jenis, nomor, tahun dan tentang nama peraturan atau
Keputusan yang diatur
3. Nama Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala
Desa dibuat singkat dan mencerminkan isi Peraturan Desa, Peraturan Kepala
Desa dan Keputusan Kepala Desa
4. Judul ditulis dengan huruf kapital tanpa diakhiri tanda baca.

Contoh :

• Jenis Peraturan Desa :

PERATURAN DESA...............(Nama Desa)

NOMOR 3 TAHUN 2015

TENTANG

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA TAHUN...........

• Jenis Peraturan Bersama Kepala Desa


PERATURAN BERSAMA KEPALA DESA... (Nama Desa)

DAN KEPALA DESA... (Nama Desa)

NOMOR ... TAHUN ...

NOMOR ... TAHUN ...

TENTANG

133
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
(Judul Peraturan Bersama)

• Jenis Peraturan Kepala Desa :

PERATURAN KEPALA DESA.............(Nama Desa)

NOMOR 2 TAHUN 2015

TENTANG

IURAN PEMBANGUNAN JEMBATAN DESA

• Jenis Keputusan Kepala Desa :

KEPUTUSAN KEPALA DESA.................(Nama Desa)

NOMOR 3 TAHUN 2015

TENTANG

TIM PENYUSUN RPJM DESA

b. PEMBUKAAN

Pembukaan pada Peraturan Desa terdiri dari :

a. Frasa “ Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa “


b. Jabatan Pembentuk Peraturan Desa
c. Konsiderans
- Menimbang
- Mengingat
d. Frasa “ Dengan kesepakatan bersama Badan Permusyawaratan Desa dan Kepala
Desa“
e. Memutuskan dan
f. Menetapkan

Pembukaan pada Peraturan Bersama Kepala Desa

a. Frasa “ Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa “


b. Jabatan pembentuk Paraturan Bersama Kepala Desa
c. Konsiderans
- Menimbang
d. Dasar Hukum
- Mengingat
e. Memutuskan; dan
f. Menetapkan

Pembukaan pada Peraturan Kepala Desa

a. Frasa “ Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa “


134
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

b. Jabatan pembentuk Paraturan Kepala Desa


c. Konsiderans
- Menimbang
b. Dasar Hukum
- Mengingat
c. Memutuskan; dan
d. Menetapkan

Pembukaan pada Keputusan Kepala Desa

a. Jabatan pembentuk paraturan kepala desa


b. Konsiderans
- Menimbang
c. Dasar Hukum
- Mengingat
- Memperhatikan (jika diperlukan)
d. Memutuskan dan
e. Menetapkan

c. PENJELASAN

a. FRASA ” Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa ”,

Kata frasa yang berbunyi ” Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa” merupakan kata yang
harus ditulis dalam Peraturan Desa, cara penulisannya seluruhnya huruf kapital, ditulis
dalam satu baris dan tidak diakhiri tanda baca.

Contoh :

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

b. JABATAN

Jabatan pembentuk Peraturan Desa, Peraturan Bersama Kepala Desa, Peraturan Kepala
Desa dan Keputusan Kepala Desa ditulis dengan huruf kapital, dan diakhiri dengan tanda
baca koma ( , )

Contoh :

KEPALA DESA KUSUMANEGARA,

c. KONSIDERANS

Konsiderans harus diawali dengan kata ” Menimbang ” yang memuat uraian singkat
mengenai pokok-pokok pikiran yang menjadi latar belakang, pertimbangan, landasan
yuridis, sosiologis dan filosofis dibentuknya Peraturan Desa, Peraturan Bersama Kepala
Desa, Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa

Jika konsideran terdiri dari lebih satu pokok pikiran, maka tiap-tiap pokok pikiran dirumuskan
pengertian dan tiap-tiap pokok pikiran diawali dengan huruf a,b,c dst dan diawali dengan
huruf kecil serta diakhiri dengan tanda titik koma ( ; )

Contoh :
135
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
Menimbang: a. ................................................................................................... ;

b. .................................................................................................. ;

c. .................................................................................................. ;

d. DASAR HUKUM

Dasar hukum diawali dengan kata ” Mengingat ” yang harus memuat dasar hukum bagi
pembuatan produk hukum. Pada bagian ini perlu dimuat pula jika ada peraturan perundang-
undangan yang memerintahkan dibentuknya peraturan desa, peraturan bersama kepala
desa, peraturan kepala desa dan keputusan kepala desa atau yang mempunyai kaitan
langsung dengan materi yang akan diatur. Dasar hukum dapat dibagi 2 yaitu :

1) Landasan yuridis kewenangan membuat peraturan desa, peraturan bersama kepala


desa, peraturan kepala desa dan keputusan kepala desa; dan
2) Landasan yuridis materi yang diatur

Yang dapat dipakai sebagai dasar hukum hanyalah jenis peraturan perundang-undangan
yang tingkat derajatnya sama atau lebih tinggi dari produk hukum yang dibuat.

Catatan : Keputusan yang bersifat penetapan, Instruksi dan Surat Edaran tidak dapat
dipakai sebagai dasar hukum karena tidak termasuk jenis perundang-undangan

Dasar hukum dirumuskan secara kronologis sesuai dengan hierarki peraturan perundang-
undangan, atau apabila peraturan perundang-undangan tersebut sama tingkatannya, maka
dituliskan berdasarkan urutan tahun pembentukannya, atau apabila peraturan perundang-
undangan tersebut dibentuk pada tahun yang sama, maka dituliskan berdasarkan nomor
urutan pembuatan peraturan perundang-undangan tersebut.

Penulisan dasar hukum harus lengkap dengan lembaran negara Republik Indonesia,
tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia , Lembaran Daerah, dan Tambahan
Lembaran Daerah ( kalau ada ). Jika dasar hukum lebih dari satu peraturan perundang-
undangan, maka tiap dasar hukum diawali dengan angka arab 1,2,3 dst dan diakhiri dengan
tanda baca titik koma ( ; )

contoh : Penulisan Dasar Hukum

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan


Peraturan perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor .... Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor .... ) ;

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor ....
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor .... ) ;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang……..;

Peraturan Menteri ....... Nomor ........ tentang


................................... ;

Peraturan Daerah Nomor...Tahun ...... \tentang ......


(Lembaran Daerah Tahun ...... Nomor
3. .....)........................................;

136
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

4.

5.

FRASA

Frasa ” Dengan Kesepakatan Bersama Badan Permusyawaratan Desa dan Kepala Desa ” Kata
frasa yang berbunyi ” Dengan Kesepakatan Bersama Badan Permusyawaratan Desa dan
Kepala Desa”, merupakan kalimat yang harus dicantumkan dalam Peraturan Desa, dan cara
penulisannya dilakukan sebagai berikut :

1. Ditulis sebelum kata MEMUTUSKAN;

2. Kata ” Dengan Kesepakatan Bersama ” hanya huruf awal kata ditulis

huruf kapital.

3. Kata “ dan ”, semuanya ditulis dengan huruf kecil;

4. Kata ” Badan Permusyawaratan Desa ” dan ” Kepala Desa ”

seluruhnya ditulis huruf kapital.

Contoh :

Dengan Kesepakatan Bersama

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA..................(Nama Desa)

dan

KEPALA DESA .............................(Nama Desa)

MEMUTUSKAN

Kata ” Memutuskan ” ditulis dengan huruf kapital, dan diakhiri dengan tanda baca titik dua ( : ).
Peletakan kata MEMUTUSKAN adalah di tengah margin.

MENETAPKAN

137
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
Kata ” Menetapkan ” dicantumkan sesudah kata MEMUTUSKAN yang disejajarkan ke bawah
dengan kata ” Menimbang” dan ” Mengingat ”. Huruf awal kata ” Menetapkan ” ditulis dengan
huruf Kapital dan diakhiri dengan tanda baca titik dua ( : )

Contoh :

Jenis Peraturan Desa :

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DESA.............(Nama Desa) TENTANG ANGGARAN


PENDAPATAN DAN BELANJA DESA TAHUN….

Contoh :

Jenis Keputusan Kepala Desa :

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA DESA.....................(Nama Desa) TENTANG TIM


PENYUSUN RPJM DESA

BATANG TUBUH

Batang tubuh peraturan desa, peraturan bersama kepala desa dan peraturan kepala desa
memuat materi yang dirumuskan dalam bab dan pasal-pasal atau diktum-diktum yang bersifat
mengatur ( Regeling ), sedangkan jenis Keputusan Kepala Desa bersifat menetapkan (
Beschikking ), batang tubuhnya dirumuskan dalam diktum-diktum.

1. Batang Tubuh Peraturan Desa dan Peraturan Bersama Kepala Desa dan Peraturan Kepala
Desa memuat:

- Ketentuan Umum

- Materi yang diatur

- Ketentuan Peralihan ( kalau ada )

- Ketentuan Penutup

2. Pengelompokkan materi dalam bab, bagian dan paragraf tidak merupakan keharusan.

Jika Peraturan Desa, Peraturan Bersama Kepala Desa dan Peraturan Kepala Desa
mempunyai materi yang ruang lingkupnya sangat luas dan mempunyai banyak pasal, maka
pasal - pasal tersebut dapat dikelompokkan menjadi bab, bagian dan paragraf.
pengelompokan dilakukan atas dasar kesamaan kategori atau kesatuan lingkup isi materi

URUTAN PENGGUNAAN KELOMPOK

138
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
1. Bab dengan pasal-pasal tanpa bagian dan paragraf
2. Bab dengan bagian dan pasal-pasal tanpa paragraf
3. Bab dengan bagian dan paragraf yang terdiri dari pasal-pasal

Tata cara penulisan Bab, Bagian, Paragraf , Pasal dan ayat.

Bab diberi nomor urut dengan angka romawi dan judul bab semua ditulis dengan huruf kapital.

Contoh :

BAB I

KETENTUAN UMUM

Bagian diberi nomor urut dengan bilangan-bilangan yang ditulis dengan huruf kapital dan diberi
judul. Huruf awal kata Bagian, urutan bilangan dan judul bagian ditulis dengan huruf kapital,
kecuali huruf awal dari kata partikel yang tidak terletak pada awal frasa.

Contoh :

BAB II

(……… JUDUL BAB……….)

Bagian Kedua

……………………………….

Paragraf diberi nomor urut dengan angka arab dan diberi judul.

Huruf awal dalam judul paragraf, dan huruf awal judul paragraf ditulis dengan huruf kapital,
sedangkan huruf lainnya setelah huruf pertama ditulis dengan huruf kecil

Contoh :

Bagian Kedua

(…….. Judul Bagian ………..)

Paragraf 1

( Judul Paragraf )

Pasal adalah satuan aturan yang memuat satu norma dan dirumuskan dalam satu kalimat.

Contoh :

Pasal 5

Materi Peraturan Desa lebih baik dirumuskan dalam banyak pasal yang singkat dan jelas dari
pada dalam beberapa pasal yang panjang dan memuat beberapa ayat, kecuali materi yg
menjadi pasal itu merupakan satu rangkaian yg tidak dapat dipisahkan.

139
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Ayat adalah merupakan rincian dari pasal, penulisannya diberi nomor urut dengan angka arab
di antara tanda baca kurung tanpa diakhiri tanda baca. Satu ayat hanya mengatur satu hal dan
dirumuskan dalam satu kalimat

Contoh :

Pasal 22

(1) ……………………………………………………………….

(2) ……………………………………………………………….

(3) ……………………………………………………………….

BATANG TUBUH PERATURAN KEPALA DESA

Peraturan Kepala Desa bersifat mengatur ( Regeling ) ;

1) Batang tubuh Peraturan Kepala Desa memuat semua materi yang akan dirumuskan
dalam pasal - pasal

2) Pengelompokkan dalm batang tubuh terdiri atas :

a) Ketentuan Umum

b) Materi yang diatur

c) Ketentuan peralihan ( kalau ada )

d) Ketentuan penutup

3) Materi Peraturan Kepala Desa adalah merupakan pelaksanaan dari Peraturan Desa dan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi

4) Tata cara perumusan dan penulisan materi muatan batang tubuh sama dengan tata cara
perumusan dan penulisan materi muatan Peraturan Desa

Keputusan Kepala Desa adalah bersifat penetapan ( Beschiking )

1) Batang Tubuh Keputusan Kepala Desa memuat semua materi muatan keputusan yang
dirumuskan dalam diktum-diktum.

2) Pengelompokkan dalam batang tubuh terdiri atas materi yang akan diatur.

Contoh :

KESATU : ……………………………………...............................................

KEDUA : ……………………………………...............................................

140
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
Dalam keputusan kepala desa tidak perlu ada ketentuan umum dan ketentuan peralihan
karena keputusan kepala desa yang bersifat penetapan adalah konkrit, individual dan final

PENUTUP

1. Rumusan tempat dan tanggal penetapan, diletakkan di sebelah kanan


2. Nama jabatan ditulis dengan huruf kapital, dan pada akhir kata diberi tanda baca koma
3. Nama lengkap pejabat yg menandatangani ditulis dgn huruf kapital tanpa gelar dan pangkat
4. Penetapan Peraturan Desa, Peraturan Bersama Kepala Desa, Peraturan Kepala Desa dan
Keputusan Kepala Desa hanya ditandatangani oleh Kepala Desa
5. Pengundangan Peraturan Desa dilakukam oleh Sekretaris Desa Dalam Lembaran Desa
6. Pengundangan Peraturan Bersama Kepala Desa dan Peraturan Kepala Desa oleh
Sekretaris Desa dalam Berita Desa

PERUBAHAN PERATURAN DESA, PERATURAN BERSAMA KEPALA DESA, PERATURAN


KEPALA DESA DAN KEPUTUSAN KEPALA DESA

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perubahan peraturan desa, peraturan bersama kepala
desa, peraturan kepala desa dan keputusan kepala desa :

1. Dilakukan oleh Pejabat yg berwenang membentuknya


2. Peraturan Desa diubah dengan Peraturan Desa, Peraturan Bersama Kepala Desa dengan
Peraturan Bersama Kepala Desa, Peraturan Kepala Desa dengan Peraturan Kepala Desa,
dan Keputusan Kepala Desa diubah dengan Keputusan Kepala Desa.

3. Perubahan terhadap Peraturan itu tanpa mengubah sistematika


4. Dalam penamaan disebut Peraturan Desa, Peraturan Bersama Kepala Desa, Peraturan
Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa mana yang diubah dan perubahan yg diadakan
itu adalah perubahan yang ke… .

Contoh : Perubahan APBDes

141
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
PERATURAN DESA..............(Nama Desa)

NOMOR...... TAHUN.....

TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN DESA.........(Nama Desa)

NOMOR.... TAHUN...... TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA

Contoh : Perubahan selanjutnya

PERATURAN DESA............(Nama Desa)

NOMOR...... TAHUN.......

TENTANG

PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DESA..........(Nama Desa) NOMOR ... TAHUN......


TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA PERIODE TAHUN
..S.D..TAHUN…

5. Dalam konsideran Menimbang Peraturan Desa, Peraturan Bersama Kepala Desa,


Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa yang diubah, harus dikemukakan
alasan-alasan atau pertimbangan-pertimbangan mengapa peraturan yang lama perlu
diadakan perubahan
6. Apabila Peraturan Desa, Peraturan Bersama Kepala Desa, Peraturan Kepala Desa dan
Keputusan Kepala Desa sudah mengalami perubahan substansi berulang kali sebaiknya
dicabut dan diganti dengan peraturan yang baru.
7. Apabila perubahan sifatnya besar-besaran sebaiknya dibentuk peraturan yang baru
8. Cara merumuskan perubahan dalam pasal-pasal :
a. Apabila suatu bab, bagian, pasal atau ayat akan dihapuskan, angka atau nomor pasal
itu hendaknya tetap dituliskan tetapi tanpa isi, hanya dituliskan “ dihapus “
Contoh :

Bab V

Pasal .. Dihapus

b. Apabila diantara pasal 14 dan 15 akan disisipkan pasal baru maka pada pasal baru itu
dituliskan dengan Pasal 14A

PENCABUTAN PERATURAN DESA, PERATURAN BERSAMA KEPALA DESA,


PERATURAN KEPALA DESA DAN KEPUTUSAN KEPALA DESA

PENCABUTAN DENGAN PERGANTIAN:

Ketentuan pencabutan dapat diletakkan di depan (dalam pembukaan) atau di belakang


(ketentuan Penutup)

Contoh:

142
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
Ketentuan pencabutan dapat diletakkan di belakang (ketentuan Penutup)

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 88

Pada saat Peraturan Desa ini mulai berlaku, maka Peraturan Desa Kusuma Negara Nomor 2
tahun 2015 tentang APBDesa dicabut dan dinyatakan tidak berlaku

Dalam bentuk seperti ini berarti walaupun peraturannya dicabut tetapi tidak sampai pada akar-
akarnya ( peraturan pelaksananya masih tetap berlaku )

PENJELASAN

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penjelasan:

1. Pembuatan peraturan desa, peraturan bersama kepala desa, peraturan kepala desa dan
keputusan Kepala Desa agar tidak menyandarkan argumentasi pada penjelasan tetapi
harus berusaha membuat peraturan desa, keputusan kepala desa yang dapat meniadakan
keragu-raguan;
2. Naskah penjelasan disusun bersama-sama dengan peraturan desa, peraturan bersama
kepala desa, peraturan kepala desa dan keputusan Kepala Desa yang bersangkutan;
3. Penjelasan berfungsi sebagai tafsiran atau materi tertentu;
4. Penjelasan tidak dapat dipakai sebagai dasar hukum untuk membuat peraturan;
5. Judul penjelasan sama dengan judul peraturan desa, peraturan bersama kepala desa, dan
peraturan kepala desa;
6. Penjelasan terdiri dari penjelasan umum dan penjelasan pasal yang pembagiannya dirinci
dengan angka romawi;
7. Penjelasan umum memuat uraian sistematis mengenai latar belakang pemikiran, maksud
dan tujuan penyusunan;
8. Materi penjelasan tidak boleh bertentangan dengan materi Peraturan Desa, Peraturan
Bersama Kepala Desa dan Peraturan Kepala Desa;
9. Materi penjelasan tidak boleh pengulangan semata dari materi Peraturan Desa, Peraturan
Bersama Kepala Desa dan Peraturan Kepala Desa;
10. Beberapa pasal yang tidak memerlukan penjelasan disatukan dan diberi keterangan cukup
jelas.

143
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

a. Bentuk Rancangan Peraturan Desa

KEPALA DESA ….. (Nama Desa)


KABUPATEN/KOTA........ (Nama Kabupaten/Kota)

PERATURAN DESA… (Nama Desa)


NOMOR … TAHUN …

TENTANG

(Nama Peraturan Desa)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DESA (Nama Desa),

Menimbang: a. bahwa …;
b. bahwa …;
c. dan seterusnya …;
Mengingat: 1. …;
2. …;
3. dan seterusnya …;

Dengan Kesepakatan Bersama


BADAN PERMUSYAWARATAN DESA … (Nama Desa)
dan
KEPALA DESA … (Nama Desa)

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN DESA TENTANG ... (Nama Peraturan Desa).

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

BAB II

Pasal …

BAB …
(dan seterusnya)
Pasal . . .

Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Desa ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Desa … (Nama Desa).

Ditetapkan di …

144
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
pada tanggal …
KEPALA DESA…(Nama Desa),
tanda tangan
NAMA

Diundangkan di …
pada tanggal …
SEKRETARIS DESA … (Nama Desa),

tanda tangan
NAMA

LEMBARAN DESA … (Nama Desa) TAHUN … NOMOR …

Bentuk Rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa

KABUPATEN/KOTA... (Nama Kabupaten/Kota)


PERATURAN BERSAMA KEPALA DESA... (Nama Desa)
DAN KEPALA DESA... (Nama Desa)

NOMOR ... TAHUN ...


NOMOR ... TAHUN ...

TENTANG

(Judul Peraturan Bersama)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


KEPALA DESA ... (Nama Desa) DAN

KEPALA DESA ..., (Nama Desa)

Menimbang : a. bahwa.................................................................;
b. bahwa.................................................................;
c. dan seterusnya....................................................;

Mengingat : 1. ...........................................................................;
2. ...........................................................................;
3. dan seterusnya...................................................;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN BERSAMA KEPALA DESA... (Nama Desa) DAN


KEPALA DESA... (Nama Desa) TENTANG ... (Judul Peraturan Bersama).

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

145
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
Dalam Peraturan Bersama ini yang dimaksud dengan:

BAB II
Bagian Pertama
............................................
Paragraf 1
Pasal ..

BAB ...
Pasal ...

BAB ...
KETENTUAN PERALIHAN (jika diperlukan)

BAB ..
KETENTUAN PENUTUP

Pasal ...
Peraturan Bersama ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bersama ini dengan
penempatannya dalam Berita Desa... (Nama Desa) dan Berita Desa... (Nama Desa)

Ditetapkan di ...
pada tanggal
KEPALA DESA..., (Nama Desa) KEPALA DESA..., (Nama Desa)

(Nama Tanpa Gelar dan Pangkat) (Nama Tanpa Gelar dan Pangkat)

Diundangkan di ... Diundangkan di ...

pada tanggal pada tanggal

SEKRETARIS DESA..., (Nama Desa) SEKRETARIS DESA..., (Nama Desa)

(Nama Tanpa Gelar dan Pangkat) (Nama Tanpa Gelar dan Pangkat)

BERITA DESA... (Nama Desa) TAHUN ... NOMOR ...

BERITA DESA... (Nama Desa) TAHUN ... NOMOR ...

146
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

b. Bentuk Rancangan Peraturan Kepala Desa

KEPALA DESA … (Nama Desa)


KABUPATEN/KOTA...... (Nama Kabupaten/Kota)

PERATURAN KEPALA DESA... (Nama Desa)


NOMOR ... TAHUN ...

TENTANG

(Judul Peraturan Kepala Desa)


DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DESA ..., (Nama Desa)

Menimbang : a. bahwa................................................;
b. bahwa................................................;
c. dan seterusnya..................................;

Mengingat : 1. ..........................................................;
2............................................................;
3. dan seterusnya..................................;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN KEPALA DESA TENTANG... (Judul Peraturan Kepala Desa).

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Kepala Desa ini yang dimaksud dengan:

BAB II
Bagian Pertama
............................................

Paragraf 1

Pasal ..

BAB ...
Pasal ...

BAB ...
KETENTUAN PERALIHAN (jika diperlukan)

BAB ..
KETENTUAN PENUTUP

Pasal ...

147
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
Peraturan Kepala Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Kepala Desa ini
dengan penempatannya dalam Berita Desa... (Nama Desa).

Ditetapkan di ...
pada tanggal
KEPALA DESA..., (Nama Desa)
(Nama Tanpa Gelar dan Pangkat)

Diundangkan di ...
pada tanggal ...
SEKRETARIS DESA..., (Nama Desa)

(Nama)

BERITA DESA... (Nama Desa) TAHUN ... NOMOR ...

Teknik Penyusunan Keputusan Kepala Desa

KEPUTUSAN KEPALA DESA


KABUPATEN/KOTA............(Nama Kabupaten/Kota)
KEPUTUSAN KEPALA DESA ... (Nama Desa)

NOMOR ... TAHUN ...

TENTANG

(Judul Keputusan Kepala Desa)


KEPALA DESA..., (Nama Desa)
Menimbang : a. bahwa...................................................................;
b. bahwa...................................................................;
c. dan seterusnya.....................................................;

Mengingat : 1. ............................................................................;
2. ............................................................................;
3. dan seterusnya.....................................................;

Memperhatikan : 1. .....................................................................;
2. .....................................................................;
3. dan seterusnya..............................................;
(jika diperlukan)

MEMUTUSKAN:
148
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
Menetapkan:

KESATU :
KEDUA :
KETIGA :
KEEMPAT :
KELIMA : Keputusan Kepala Desa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di ...............
pada tanggal ...................
KEPALA DESA..., (Nama Desa)
(Nama Tanpa Gelar dan Pangkat)

149
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

PB. 8 MENATA KELEMBAGAAN BPD

PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB BPD


Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 110 tahun 2016, Pasal 64
mengamanatkan bahwa BPD Harus menyusun Peraturan Tata tertib BPD yang dibahas
dan disepakati dalam musyawarah BPD. Peraturan tata tertib BPD paling sedikit memuat:
a. keanggotaan dan kelembagaan BPD;
b. fungsi, tugas, hak, kewajiban dan kewenangan BPD;
c. waktu musyawarah BPD;
d. pengaturan mengenai pimpinan musyawarah BPD;
e. tata cara musyawarah BPD;
f. tata laksana dan hak menyatakan pendapat BPD dan anggota BPD;
g. pembuatan berita acara musyawarah BPD.

Pengaturan mengenai waktu musyawarah sebagaimana meliputi:


a. pelaksanaan jam musyawarah;
b. tempat musyawarah;
c. jenis musyawarah;
d. daftar hadir anggota BPD.

Adapun pengaturan mengenai pimpinan musyawarah BPD meliputi:


a. penetapan pimpinan musyawarah apabila pimpinan dan anggota hadir
lengkap;
b. penetapan pimpinan musyawarah, apabila ketua BPD berhalangan hadir;
c. penetapan pimpinan musyawarah apabila ketua dan wakil ketua berhalangan hadir;
dan
d. penetapan secara fungsional pimpinan musyawarah sesuai dengan bidang
yang ditentukan dan penetapan penggantian anggota BPD antarwaktu.

Pengaturan mengenai tata cara musyawarah BPD meliputi:


a. tata cara pembahasan rancangan Peraturan Desa;
b. konsultasi mengenai rencana dan program Pemerintah Desa;
c. tata cara mengenai pengawasan kinerja Kepala Desa; dan
d. tata cara penampungan atau penyaluran aspirasi masyarakat.
Pengaturan mengenai tata laksana dan hak menyatakan pendapat BPD
meliputi:

a. pemberian pandangan terhadap pelaksanaan Pemerintahan Desa;

150
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

b. penyampaian jawaban atau pendapat Kepala Desa atas pandangan BPD;


c. pemberian pandangan akhir atas jawaban atau pendapat Kepala Desa; dan
d. tindak lanjut dan penyampaian pandangan akhir BPD kepada Bupati/Wali kota.

Pengaturan mengenai penyusunan berita acara musyawarah BPD meliputi:


a. penyusunan notulen rapat;
b. penyusunan berita acara;
c. format berita acara;
d. penandatanganan berita acara; dan e.
penyampaian berita acara.

PENGISIAN ANGGOTA BPD


Sesuai dengan Peremndagri nomor 110 tahun 2016 tentang BPD, Pengisian
Anggota BPD mengikuti kententuan sebagai berikut:
1. Anggota BPD merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah
dan keterwakilan perempuan yang pengisiannya dilakukan secara demokratis melalui
proses pemilihan secara langsung atau musyawarah perwakilan.
2. Jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah gasal, paling sedikit 5 (lima)
orang dan paling banyak 9 (sembilan) orang.
3. Penetapan Jumlah anggota BPD memperhatikan jumlah penduduk dan
kemampuan Keuangan Desa.
4. Wilayah merupakan wilayah dalam desa seperti wilayah dusun, RW atau RT.

Pengisian keanggotaan BPD dilakukan melalui:

1. Pengisian anggota BPD berdasarkan keterwakilan wilayah.


Pengisian anggota BPD berdasarkan keterwakilan wilayah dilakukan untuk memilih
calon anggota BPD dari unsur wakil wilayah pemilihan dalam desa. Unsur wakil
wilayah adalah masyarakat desa dari wilayah pemilihan dalam desa. Wilayah
pemilihan dalam desa adalah lingkup wilayah tertentu dalam desa yang telah
ditetapkan memiliki wakil dengan jumlah tertentu dalam keanggotaan BPD. Jumlah
anggota BPD dari masing-masing wilayah ditetapkan secara proporsional dengan
memperhatikan jumlah penduduk.

2. Pengisian anggota BPD berdasarkan keterwakil perempuan.


Pengisian anggota BPD berdasarkan keterwakilan perempuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 huruf b dilakukan untuk memilih 1 (satu) orang perempuan
sebagai anggota BPD. Wakil perempuan sebagaimana dimaksud adalah perempuan
warga desa yang memenuhi syarat calon anggota BPD serta memiliki kemampuan
dalam menyuarakan dan memperjuangan kepentingan perempuan. Pemilihan unsur
wakil perempuan sebagaimana dilakukan oleh perempuan warga desa yang memiliki
hak pilih.

Pengisian anggota BPD sebagaimana dimaksud dalam dilaksanakan oleh


panitia yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.
Panitia paling banyak berjumlah 11 (sebelas) orang yang terdiri atas unsur
Perangkat Desa paling banyak 3 (tiga) orang dan unsur masyarakat peling
banyak 8 (delapan) orang unsur Masyarakat paling banyak 8 (delapan) orang. Unsur
masyarakat merupakan wakil dari wilayah pemilihan.

Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023 105


Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Panitia melakukan penjaringan dan penyaringan bakal calon anggota BPD dalam jangka waktu
6 (enam) bulan sebelum masa keanggotaan BPD berakhir.
Bakal calon anggota BPD yang memenuhi syarat ditetapkan sebagai calon anggota BPD.

Pemilihan calon anggota BPD paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum masa keanggotaan BPD
berakhir.

Dalam hal mekanisme pengisian keanggotaan BPD ditetapkan melalui proses pemilihan
langsung, panitia pengisian menyelenggarakan pemilihan langsung calon anggota BPD oleh
unsur masyarakat yang mempunyai hak pilih.
Dalam hal mekanisme pengisian keanggotaan BPD ditetapkan melalui proses
musyawarah perwakilan sebagaimana calon anggota BPD dipilih dalam proses musyawarah
perwakilan oleh unsur wakil masyarakat yang mempunyai hak pilih. Calon anggota BPD terpilih
adalah calon anggota BPD dengan suara terbanyak. Calon anggota BPD terpilih disampaikan
oleh panitia kepada Kepala Desa paling lama 7 (tujuh) hari sejak calon anggota BPD terpilih
ditetapkan panitia.
Calon anggota BPD terpilih sebagaimana dimaksud pada disampaikan oleh Kepala Desa
kepada Bupati/Wali kota melalui Camat paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya hasil
pemilihan dari panitia pengisian untuk diresmikan oleh Bupati/Wali kota.

Persyaratan calon anggota BPD adalah:


a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang- Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan memelihara
keutuhan Negara Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika;
c. berusia paling rendah 20 (dua puluh) tahun atau sudah/pernah menikah;
d. berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat;
e. bukan sebagai perangkat Pemerintah Desa;
f. bersedia dicalonkan menjadi anggota BPD;
g. wakil penduduk Desa yang dipilih secara demokratis; dan h.
bertempat tinggal di wilayah pemilihan.

Peresmian Anggota BPD


Peresmian anggota BPD ditetapkan dengan keputusan Bupati/Wali kota paling lama 30 (tiga
puluh) hari sejak diterimanya laporan hasil pemilihan anggota BPD dari Kepala Desa.

Keputusan Bupati/Wali kota sebagaimana dimaksud mulai berlaku sejak tanggal pengucapan
sumpah dan janji anggota BPD.
Pengucapan sumpah janji anggota BPD dipandu oleh Bupati/Wali kota atau pejabat yang
ditunjuk paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkannya keputusan Bupati/Wali kota
mengenai peresmian anggota BPD.

Masa Keanggotaan BPD

Masa keanggotaan BPD selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pengucapan
sumpah/janji.
Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dipilih untuk masa
keanggotaan paling banyak 3 (tiga) kali secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut.
Anggota BPD sebelum memangku jabatannya bersumpah/berjanji secara bersama-sama
dihadapan masyarakat dan dipandu oleh Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk.

Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023 106


Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Susunan kata sumpah/janji anggota BPD sebagai

”Demi Allah/Tuhan, saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya
selaku anggota Badan Permusyawaratan Desa dengan sebaik- baiknya, sejujur-jujurnya, dan
seadil-adilnya; bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan
Pancasila sebagai dasar negara, dan bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta melaksanakan
segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-lurusnya yang berlaku bagi Desa,
Daerah, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

Pengucapan sumpah/janji jabatan anggota BPD didampingi oleh rohaniawan sesuai dengan
agamanya masing-masing
Dalam pengucapan sumpah/janji anggota BPD yang beragama:
a. Islam, diawali dengan frasa “Demi Allah saya bersumpah”;
b. Kristen Protestan dan Kristen Katolik, diawali dengan fras “Demi Tuhan saya
berjanji” dan diakhiri dengan frasa “Semoga Tuhan menolong saya”
c. Budha, diawali dengan frasa “Demi Hyang Adi Budha”; dan
d. Hindu, diawali dengan frasa “Om Atah Paramawisesa”.
Setelah pengucapan sumpah/janji dilanjutkan penandatanganan berita acara pengucapan
sumpah/janji.

Anggota BPD yang telah melaksanakan sumpah dan janji, mengikuti pelatihan awal masa tugas
yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.
Pemberhentian Anggota BPD

Anggota BPD berhenti karena:


a. meninggal dunia
b. mengundurkan diri; atau
c. diberhentikan.

Anggota BPD diberhentikan sebagaimana dimaksud pada apabila:


a. berakhir masa keanggotaan;
b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara
berturut-turut selama 6 (enam) bulan tanpa keterangan apapun;
c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai anggota BPD;
d. tidak melaksanakan kewajiban;
e. melanggar larangan sebagai anggota BPD;
f. melanggar sumpah/janji jabatan dan kode etik
g. dinyatakanbersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan ancaman pidana penjara 5 (lima)
tahun atau lebih;
h. tidak menghadiri rapat paripurna dan/atau rapat BPD lainnya yang menjadi
tugas dan kewajibannya sebanyak 6 (enam) kali berturut-turut tanpa alasan yang sah;
i. Adanya perubahan status Desa menjadi kelurahan, penggabungan 2 (dua) Desa atau
lebih menjadi 1 (satu) Desa baru, pemekaran atau penghapusan Desa;
j. Bertempat tinggal diluar wilayah asal pemilihan; dan/atau k.

Ditetapkan sebagai calon Kepala Desa.

Pemberhentian anggota BPD diusulkan oleh pimpinan BPD berdasarkan hasil


musyawarah BPD kepada Bupati/Walikota melalui Kepala Desa.

Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023 107


Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Kepala Desa menindaklanjuti usulan pemberhentian anggota BPD kepada


Bupati/Walikota melalui Camat paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya usul
pemberhentian.
Camat menindaklanjuti usulan pemberhentian anggota BPD kepada Bupati/Walikota paling
lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya usul pemberhentian.
Bupati/Walikota meresmikan pemberhentian anggota BPD paling lama 30 (tiga puluh) hari
sejak diterimanya usul pemberhentian anggota BPD.
Peresmian pemberhentian anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
ditetapkan dengan keputusan Bupati/Walikota.
Pemberhentian Sementara

Anggota BPD diberhentikan sementara oleh Bupati/Walikota setelah ditetapkan sebagai


tersangka dalam tindak pidana korupsi, terorisme, makar, dan/atau tindak pidana terhadap
keamanan negara.

Dalam hal anggota BPD yang diberhentikan sementara sebagai pimpinan BPD, diikuti dengan
pemberhentian sebagai pimpinan BPD.

Dalam hal pimpinan BPD diberhentikan, pimpinan BPD lainnya memimpin rapat pemilihan
pimpinan BPD pengganti antarwaktu.

Pengisian Anggota BPD Antarwaktu

Anggota BPD yang berhenti antarwaktu digantikan oleh calon anggota BPD nomor urut
berikutnya berdasarkan hasil pemilihan anggota BPD. Dalam hal calon anggota BPD nomor
urut berikutnya meninggal dunia, mengundurkan diri atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai
calon anggota BPD, digantikan oleh calon anggota BPD nomor urut berikutnya.

Paling lama 7 (tujuh) hari sejak anggota BPD yang diberhentikan antarwaktu ditetapkan, Kepala
Desa menyampaikan usulan nama calon pengganti anggota BPD yang diberhentikan kepada
Bupati/Walikota melalui Camat.

Paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya usulan anggota BPD yang

diberhentikan antarwaktu Camat menyampaikan usulan nama calon pengganti anggota BPD
yang diberhentikan kepada Bupati/Walikota.

Bupati/Walikota meresmikan calon pengganti anggota BPD menjadi anggota BPD dengan
keputusan Bupati/Walikota paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak disampaikannya usul
penggantian anggota BPD dari Kepala Desa.

Peresmian anggota BPD mulai berlaku sejak pengambilan sumpah/janji dan dipandu oleh
Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk.

Setelah pengucapan sumpah/janji dilanjutkan penandatanganan berita acara pengucapan


sumpah/janji.

Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023 108


Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Masa jabatan anggota BPD antarwaktu melanjutkan sisa masa jabatan anggota BPD yang
digantikannya. Masa jabatan tersebut dihitung 1 (satu) periode. Penggantian antarwaktu
anggota BPD tidak dilaksanakan apabila sisa masa jabatan anggota BPD yang digantikan
kurang dari 6 (enam) bulan. Keanggotaan BPD kosong sampai berakhirnya masa jabatan
anggota BPD.

MENYUSUN LAPORAN KINERJA BPD

Laporan kinerja BPD merupakan laporan atas pelaksanaan tugas BPD dalam 1 (satu) tahun
anggaran. Laporan kinerja dibuat dengan sistematika:
a. dasar hukum;
b. pelaksanaan tugas; dan
c. penutup.

Laporan kinerja BPD dilaporkan secara tertulis kepada Bupati/Walikota melalui Camat serta
disampaikan kepada Kepala Desa dan forum musyawarah Desa secara tertulis dan atau lisan.

Laporan kinerja BPD sebagaimana disampaikan paling lama 4 (empat) bulan setelah selesai
tahun anggaran.
Laporan kinerja BPD yang disampaikan kepadaBupati/Walikota digunakan Bupati/Walikota
untuk evaluasi kinerja BPD serta pelaksanaan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan
Pemerintahan Desa.
Laporan kinerja BPD yang disampaikan pada forum musyawarah Desa merupakan wujud
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas BPD kepada masyarakat Desa.

II. FORMAT LAPORAN KINERJA BPD

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA …….


KECAMATAN ……………………………
KABUPATEN …………...
Alamat:
……………………………………………………..……………………………………….

LAPORAN KINERJA BPD


Tahun anggaran …….

I. Dasar Hukum
1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor …tahun … tentang
Badan Permusyawaratan Desa.
2. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota Nomor …Tahun ….
tentang Desa / Badan Permusyawaratan Desa
3. Surat keputusan Bupati/Walikota tentang peresmian
anggota BPD periode ….. sampai ……
4. Keputusan BPD Nomor …….tahun …. tentang Penetapan
kinerja BPD tahun anggaran ……..

II. Pelaksanaan tugas BPD


1. Pengelolaan aspirasi masyarakat desa;
2. Penyusunan dan atau pembahasan peraturan desa;

Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023 109


Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
3. Penciptaan keadaan kondusif dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa;
4. Pelaksanaan tugas lain;
a. pemilihan kepala desa
b. pelaksanaan musyawarah desa
c. pelaksanaan musyawarah perencanaan pembangunan desa
d. pelaksanaan kerjasama antar desa e.
……………. dll.
5. Pelaksanaan pengawasan kinerja kepala desa.

6. Pelaksanaan Evaluasi laporan keterangan penyelenggaraan


pemerintahan desa;

Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023 110


Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Formulir-formulir
BUKU DATA ASPIRASI MASYARAKAT
NO HARI/ NAMA/LEMBAGA PIHAK ASPIRASI YANG TINDAK LNJUT
TANGGAL PENYAMPAI ASPIRASI DISAMPAIKAN

1 2 3 4 5

Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023 111


Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

MENGELOLA ASPIRASI MASYARAKAT


BPD melakukan penggalian aspirasi masyarakat langsung kepada
kelembagaan Desa dan masyarakat Desa termasuk kelompok masyarakat
miskin, masyarakat berkebutuhan khusus, perempuan, kelompok
marjinal. Penggalian aspirasi dilaksanakan berdasarkan keputusan
musyawarah BPD yang dituangkan dalam agenda kerja BPD. Pelaksanaan
penggalian aspirasi menggunakanpanduan kegiatan yang
sekurang- kurangnya memuat maksud, tujuan, sasaran, waktu dan
uraian kegiatan. Hasil penggalian aspirasi masyarakat Desa disampaikan
dalam musyawarah BPD.

BPD menampung aspirasi masyarakat di sekretariat BPD. Aspirasi masyarakat


diadministrasikan dan disampaikan dalam musyawarah BPD.

BPD mengelola aspirasi masyarakat Desa melalui pengadministrasian dan perumusan


aspirasi berdasarkan pembidangan yang meliputi bidang pemerintahan, pembangunan,
pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat Desa. Perumusan aspirasi
dilakukan dengan cara menganalisa dan merumuskan aspirasi masyarakat Desa untuk
disampaikan kepada Kepala Desa dalam rangka mewujudkan tata kelola
penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan kesejahteraan masyarakat Desa.
BPD menyalurkan aspirasi masyarakat dalam bentuk lisan dan atau tulisan. Penyaluran
aspirasi masyarakat dalam bentuk lisan misalnya penyampaian aspirasi masyarakat oleh
BPD dalam musyawarah BPD yang dihadiri Kepala Desa. Penyaluran aspirasi
masyarakat dalam bentuk tulisan misalnya penyampaian aspirasi melalui surat dalam
rangka penyampaian masukan bagi penyelenggaraan Pemerintahan Desa, permintaan
keterangan kepada Kepala Desa, atau penyampaian rancangan Peraturan Desa yang
berasal dari usulan BPD.

BPD melaksanakan Musyawarah BPD dalam rangka menghasilkan keputusan BPD


terhadap hal-hal yang bersifat strategis seperti musyawarah pembahasan dan
penyepakatan rancangan Peraturan Desa, evaluasi laporan keterangan penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, menetapkan peraturan tata tertib BPD, dan usulan pemberhentian
anggota BPD. Mekanisme, penyelenggaraan musyawarah BPD adalah sebagai berikut:
a. Musyawarah BPD dipimpin oleh pimpinan BPD
b. Musyawarah BPD dinyatakan sah apabila dihadiri oleh paling sedikit 2/3 (dua pertiga)
dari jumlah anggota BPD
c. Pengambilan keputusan dilakukan dengan cara musyawarah guna mencapai mufakat
d. Apabila musyawarah mufakat tidak tercapai, pengambilan keputusan dilakukan
dengan cara pemungutan suara
e. Pemungutan suara sebagaimana dimaksud dalam huruf d dinyatakan sah apabila
disetujui oleh paling sedikit 1/2w (satu perdua) ditambah 1 (satu) dari jumlah
anggota BPD yang hadir
Hasil musyawarah BPD ditetapkan dengan keputusan BPD dan dilampiri
notulen musyawarah yang dibuat oleh sekretaris BPD.

Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023 112


Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

PENGAWASAN KINERJA KEPALA DESA OLEH BPD

BPD melakukan pengawasan terhadap kinerja Kepala Desa. Pelaksanaan


pengawasan dilakukan melalui tahapan kegiatan:
a. Perencanaan kegiatan Pemerintah Desa;
b. Pelaksanaan kegiatan; dan
c. Pelaporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

Bentuk pengawasan BPD dalam perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan


penyelenggaraan pemerintahan Desa berupa monitoring dan evaluasi. Hasil
pelaksanaan pengawasan kinerja Kepala Desa menjadi bagian dari laporan kinerja
BPD.

BPD melakukan evaluasi laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa


(LKPPD) yang merupakan evaluasi atas kinerja Kepala Desa selama 1 (satu) tahun
anggaran. Pelaksanaan evaluasi dilakukan berdasarkan prinsip demokratis, responsif,
transparansi, akuntabilitas dan objektif.
Evaluasi pelaksanaan tugas Kepala Desa sebagaimana meliputi:
a. Capaian pelaksanaan RPJM Desa, RKP Desa dan APBDesa;
b. Capaian pelaksanaan penugasan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi
Dan
c. Pemerintah Kabupaten/Kota;
d. Capaian ketaatan terhadap pelaksanaan tugas sesuai peraturan
perundang- undangan; dan
e. Prestasi Kepala Desa.

BPD melakukan evaluasi LKPPD paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak LKPPD
diterima. Berdasarkan hasil evaluasi BPD dapat:
a. Membuat catatan tentang kinerja kepala desa;
b. Meminta keterangan atau informasi;
c. Menyatakan pendapat; dan
d. Memberi masukan untuk penyiapan bahan musyawarah Desa.

Dalam hal Kepala Desa tidak memenuhi permintaan BPD, maka BPD tetap
melanjutkan proses penyelesaian evaluasi LKPPD dengan memberikan catatan
kinerja Kepala Desa. Pelaksanaan dan hasil evaluasi LKPPD menjadi bagian dari
laporan kinerja BPD

Dalam rangka menciptakan hubungan kerja yang harmonis dengan


Pemerintah Desa dan lembaga Desa lainnya, BPD dapat mengusulkan kepada
Kepala Desa.

Untuk membentuk Forum Komunikasi Antar Kelembagaan Desa (FKAKD). FKAKD


terdiri dari unsur Ketua/Kepala kelembagaan Desa yang telah terbentuk. FKAKD,
ditetapkan dengan keputusan Kepala Desa dengan tugas menyepakati dan
menyelesaikan berbagai permasalahan aktual di desa.

Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023 113


Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Jadwal kegiatan utama BPD

No Kegiatan Utama Pelaksanaan Sumber

Perencanaan dan Penetapan APBDesa

1 Penilaian Kebutuhan Masyarakat Sebelum Juni Permendagri


114/2014
2 Musyawarah Desa Juni Permendagri
114/2014
3 Penyelenggaraan Musyawarah Juli - Permendagri
Perencanaan September 114/2014
4 Pembahasan RKPDesa September PP 43/2014
5 Pembahasan Rancangan APBDesa Oktober PP 43/2014
6 Penetapan APBDesa Desember PP 43/2014

Tugas BPD dalam kegiatan perencanaan pembangunan dan


keuangan Desa sesuai dengan jadwal dapat dilihat dalam tabel berikut
ini

No Kegiatan Pelaksanaan Tugas BPD

Utama

1 Penilaian Sebelum Juni Melaksanakan tugas BPD untuk menggali,


Kebutuhan
dan mengelola aspirasi masyarakat sebagai bahan
Masyarakat
musyawarah desa.

2 Musyawarah Juni • Menyelenggarakan dan memimpin musyawarah

Desa Desa.

• Memastikan prioritas program dan kegiatan


pembangunan yang dihasilkan dalam
3 Musyawarah Juli - Memastikan program dan kegiatan yang diputuskan
desa sesuai dengan kebutuhan masyarakat
Perencanaan September dalam musyawarah desa menjadi program dan
Pembanguna utama yang akan dibahas secara rinci dalam
Desa perencanaan pembangunan desa – (misanya RAB
calon pelaksana kegiatan).
4 Pembahasan September Memastikan Program dan Kegiatan yang tertuang
dalam RKPD sesuai dengan program dan kegiatan
RKPDesa
disepakati dalam Musyawarah Desa.
5 Pembahasan Oktober Memastikan Program dan Kegiatan yang tertuang
Rancangan RAPBDesa yang akan dibahas sesuai dengan
APBDesa kegiatan yang disepakati dalam Musyawarah Desa.

Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023 114


Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

6 Penetapan Desember Memastikan Program dan Kegiatan yang tertuang


APBD yang disepakati antara Kepala Desa dan BPD
APBDesa
dengan program dan kegiatan yang disepakati
Musyawarah Desa.

Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023 115


Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

1. Prinsip-Prinsip Pengawasan Kinerja Kepala Desa


Pelaksanaan pengawasan kinerja Kepala Desa oleh BPD harus diletakan dalam
semangat untuk menjaga tata kelola pemerintahan desa yang baik, transparan dan
akuntabel. Proses pelaksanaan kegiatan perlu didasarkan pada kejujuran, motivasi
dan keinginan yang kuat dari masing-masing pihak. Kegiatan pengawasan
sebagai bagian yang sangat penting untuk menjaga proses-proses
penyelenggaraan pemerintahan desa yang lebih baik lagi. Agar semangat
pengawasan sesuai dengan tujuannya, maka harus memenuhi prinsip-prinsip
pengawasan antara lain : objektif dan profesional, transparan, partisipatif, akuntabel,
berorientasi solusi, terintegrasi, dan berbasis indikator kinerja.

a. Objektif dan Profesional


Pelaksanaan pengawasan dlakukan secara profesional berdasarkan analisis
data yang lengkap dan akurat agar menghasilkan penilaian yang objektif dan
tepat dalam memberikan masukan terhadap pelaksanaan kegiatan. Informasi
harus dlakukan uji silang dengan sumber lain untuk menjamin akurasinya.
Informasi yang akurat dan berdasarkan fakta dari sumber terpercaya yang dapat
membantu untuk memperbaiki kinerja pelaksanaan sebuah kegiatan.

b. Transparan
Pengawasan harus dilakukan dalam lingkungan yang mendorong kebebasan
menyampaikan pendapat dan informasi yang bertanggung jawab. Hasil
pengawasan harus diketahui masyarakat luas terutama oleh pihak-pihak
yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan.

c. Partisipatif
Semua pelaku kegiatan, terutama masyarakat, bebas untuk menyampaikan dan
melaporkan kondisi objektif termasuk berbagai masalah yang ada serta
kontribusi untuk perbaikannya.

d. Akuntabel
Pelaksanaan pengawasan harus dapat dipertanggungjawabkan secara internal
maupun eksternal.

e. Berorientasi Solusi
Pelaksanaan pengawasan terutama terhadap hasil dan rekomendasi yang
disampaikan diorientasikan untuk menemukan solusi pelaksanaan yang lebih
baik lagi serta solusi atas masalah yang terjadi sebagai pijakan peningkatan
kinerja.

Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023 116


Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

f. Terintegrasi

Kegiatan pengawasan yang dilakukan BPD merupakan bagian dari pengawasan


pemerintah dan masyarakat dalam tata kelola pemerintahan yang baik.

g. Berbasis Indikator Kinerja

Pelaksanaan pengawasan dilakukan berdasarkan kriteria atau indikator kinerja,


baik indikator masukan, proses, keluaran, hasil maupun dampak terhadap
program/kegiatan/masyarakat.

Indikator masukan, digunakan untuk mengukur jumlah sumberdaya (dana,


SDM, sarana/prasaran, amterial lainnya) yang dipergunakan untuk mencapai
tujuan pembangunan desa.

Indikator proses, digunakan untuk menggambarkan perkembangan/


aktivitas yang dilakukan, terjadi dalam pelaksanaan pembangunan desa.

Indikator keluaran, digunakan untk mengaukur sejauh pelaksanaan kegiatan


terlaksana sesuai rencana.

Indikator hasil, digunakan untuk mengukur hasil nyata pelaksanaan


pembangunan desa.

Indikator dampak, digunakan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian


tujuan umum maupun khusus dari program pembangunan yang dilaksanakan di
desa.

Selain prinsip di atas, secara spesifik kegiatan pengawasan harus memenuhi


prisip-prinsip sebagai berikut :

1. Kejelasan tujuan dan hasil yang diperoleh dari monitoring dan


evaluasi;
2. Melibatkan berbagai pihak yang dipandang perlu dan
berkepentingan secara proaktif;
3. Mencakup seluruh objek pelaksanan agar dapat menggambarkan
secara utuh kondisi dan situasi sasaran monitoring dan evaluasi;
4. Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan
pada saat yang tepat;
5. Pelaksanaan pengawasan diketahui dan melibatkan para pihak
sebagai penyelanggara/pelaksana;
6. Dilaksanakan secara berkala dan berkelanjutan;
7. Berbasis indikator kinerja;
Efektif dan efisien

2. Kerangka Kerja Pengawasan

Sebelum menguraikan lebih lanjut tentang pengawsan kinerja Kepala Desa, maka
perlu difahami BPD terhadap dua hal penting yaitu mengenai pengawasan dan
kinerja Kepala Desa.
Pengawasan oleh BPD dilakukan mulai tahapan perencanaan, pelaksanaan

Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023 117


Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

sampai dengan pelaporan. Bentuk kegiatan pengawasan yang dilakukan berupa


monitoing dan evaluasi.
Kinerja Kepala Desa diukur dari aspek masukan, proses, capaian dan kualitas
proses dan capaian terhadap kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan
tugas, fungsi, kewenangan, hak dan kewajiban Kepala Desa. Ukuran kualitatif
dilakukan terhadap aspek-aspek transparansi, akuntabilitas, efektivitas, efisiensi,
profesionalisme, tatalaksana yang bersih dan bebas dari KKN, pelibatan
masyarakat luas terutama masyarakat miskin, berkebutuhan khusus, rentan dan
terpinggirkan, serta dampak dan manfaat kegiatan.

Beberapa hal yang menjadi kerangka kerja pengawasan adalah :


a. Objek pengawasan adalah mengangkut kinerja Kepala Desa;
b. Kinerja Kepala Desa yang diukur meliput pada tahapan perencanaan,
pelaksanaan dan pelaporan penyelenggaraan pemerintahan desa;
c. Kinerja Kepala Desa pada setiap tahapan penyelenggaraan
pemerintahan desa difokuskan tehadap aspek proses, hasil dan kualitas dari
proses dmaupun hasil;
d. Berpedoman pada indikator kinerja sebagai alat ukur terhadapmasukan,
proses, hasil, maupun kualitas proses dan hasil pada setiap kegiatan
dalam tahapan penyelenggaraan pemerintahan desa;
e. Untuk pedoman kerja masing-masing bidang dalam kelembagaan BPD dalam
memudahkan pencermatan sesuai dengan tugas bidang, dari indikator yang
ada bisa dilakukan pemilahan dan pengembangan sesuai dengan
kebutuhannya.

Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023 118


Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Gambar Diagram Kerangka Kerja Pengawasan

MASUKAN INDIKATOR KINERJA

PROSES INDIKATOR KINERJA

PERENCANAAN KEGIATAN

HASIL INDIKATOR KINERJA

KUALITAS INDIKATOR KINERJA

KEGIATAN
PENGAWASAN PELAKSANAAN

PELAPORAN KEGIATAN

3. Indikator Kinerja Kepala Desa


Kinerja Kepala Desa bisa diukur terhadap hal-hal yang menyangkut kedudukan,
tugas, fungsi, kewenangan dan kewajibannya sebagai Kepala Pemerintahan di
Desa. Secara umum, Kepala Desa sebagai pemimpin penyelenggaraan
Pemerintahan Desa bertugas menyelenggarakan pemerintahan desa,
melaksanakan pembangunan desa, melakukan pembinaan kemasyarakatan dan
pemberdayaan masyarakat desa.
Untuk melaksanakan tugas tersebut Kepala Desa memiliki fungsi-fungsi sebagai
berikut:
a. menyelenggarakan Pemerintahan Desa, seperti tata praja
Pemerintahan, penetapan peraturan di desa, pembinaan masalah
pertanahan, pembinaan ketentraman dan ketertiban, melakukan upaya
perlindungan masyarakat, administrasi kependudukan, dan
penataan dan pengelolaan wilayah.
b. melaksanakan pembangunan, seperti pembangunan sarana
prasarana perdesaan, dan pembangunan bidang pendidikan,
kesehatan.
c. pembinaan kemasyarakatan, seperti pelaksanaan hak dan kewajiban
masyarakat, partisipasi masyarakat, sosial budaya masyarakat,
keagamaan, dan ketenagakerjaan.
d. pemberdayaan masyarakat, seperti tugas sosialisasi dan motivasi
masyarakat di bidang budaya, ekonomi, politik, lingkungan hidup,
pemberdayaan keluarga, pemuda, olah raga, dan karang taruna.

Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023 170


Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

e. menjaga hubungan kemitraan dengan lembaga masyarakat dan lembaga


lainnya;

Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Desa diberi wewenang untuk :


a. Memimpin Penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
b. Mengangkat dan memberhentikan Perangkat Desa;
c. Memegang kekuasaan Pengelolaan Keuangan dan Aset Desa;
d. Menetapkan Peraturan Desa;
e. Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;
f. Membina kehidupan masyarakat desa;
g. Membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat desa;
h. Membina, meningkatkan dan mengintegrasikan perekonomian desa untuk
sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat desa;
i. mengembangkan sumber pendapatan desa;
j. mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan negara guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa;
k. mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat desa;
l. memanfaatkan teknologi tepat guna;
m. mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif;
n. mewakili desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk kuasa hukum
untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
dan
o. melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

4. Indikator Kinerja Kepala Desa pada Tahapan Perencanaan

Indikator kinerja Kepala Desa pada tahapan perencanaan merupakan indikator


terhadap pelaksanaan tugas-tugas Kepala Desa dalam tahapan perencanaan
penyelenggaraan pemerintahan desa. Perencanaan penyelenggaraan
pemerintahan desa paling tidak meliputi kegiatan perencanaan pembangunan
desa, perencanaan sumber-sumber penerimaan desa, dan perencanaan tata
ruang desa. Pengawasan oleh BPD dilakukan terhadap kinerja Kepala Desa pada
seluruh rangkaian proses, hasil, dan kualitas proses dan hasil perencanaan
penyelenggaraan pemerintahan desa.

A. Indikator Kinerja Kepala Desa pada Kegiatan Penyusunan


RPJMDesa:

A.1. Indikator Masukan:


a) Desa memiliki salinan dokumen RPJMD dan Renstra SKPD.
b) Desa memiliki dokumen penetapan Pagu Indikatif Desa yang
diterbitkan oleh Bupati.
c) Desa Memiliki jadwal penyusunan RPJM Desa.
A.2. Indikator Proses:
a) Kepala Desa memahami seluruh tahapan proses penyusunan

Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023 171


Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

RPJM Desa.
(meliputi tahapan : pembentukan tim penyusun, penyelarasan arah
pembangunan desa dan kabupaten/kota, pengkajian keadaan desa
(PKD), penyusunan laporan hasil PKD, musyawarah desa,
penyusunan rancangan awal RPJM Desa, musyawarah pernecanaan
pembangunan desa, penyusunan rancangan akhir RPJM Desa,
pembahasan dan penyepakatan rancangan Perdes RPJM Desa.
Penetapan dan pengundangan Peraturan Desa tentang RPJM Desa).
b) Membentuk dan menetapkan Tim Penyusun dengan SK Kepala
Desa.
c) Melakukan pembinaan dan pemantauan kegiatan PKD oleh Tim
Penyusun.
d) Menghadiri kegiatan PKD.
e) Memantau dan atau menghadiri rapat-rapat penyusunan
rancangan RPJM Desa oleh Tim Penyusun.
f) Memberikan dukungan fasilitasi penyelenggaraan Musyawarah
Desa.
g) Hadir dan atau mendampingi kegiatan Musyawarah Desa. h)
Melakukan evaluasi dan verifikasi rancangan RPJM Desa.
i) Memimpin penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Desa.
j) Melakukan verifikasi rancangan akhir RPJM Desa.
k) Menyusun dan menyampaikan rancangan Perdes tentang RPJM
Desa kepada BPD.
l) Membahas dan menyepakati rancangan Perdes RPJM Desa
bersama BPD.
m) Menetapkan Perdes tentang RPJM Desa.
n) Menyampaikan Perdes tentang RPJM Desa kepada Bupati/
Walikota melalui Camat.
o) Melakukan sosialisasi dan publikasi dokumen RPJM Desa
kepada masyarakat.

A.3. Indikator Hasil:


a) Terdapat visi dan misi Kepala Desa dengan rumusan yang jelas dan
selaras dengan visi misi kabupaten/kota.
b) Terdapat SK Kepala Desa tentang Tim Penyusun RPJM Desa. c)
Desa memiliki laporan hasil PKD dari Tim Penyusun.
d) Desa memilki Perdes tentang RPJMDesa.
A.4. Indikator Kualitas Proses dan Hasil:
a) Aktif mendorong peran serta warga masyarakat dan Lembaga
Kemasyarakatan dan Lembaga Adat Desa dalam proses penyusunan
RPJM Desa.
b) Mendampingi kegiatan PKD.
c) Terlibat aktif dalam rapat-rapat dengan Tim Penyusun.
d) Melakukan kerja-kerja koordinastif dengan berbagai pihak untuk
memastikan dokumen RPJM Desa berkualitas.

Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023 172


Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

B. Indikator Kinerja Kepala Desa pada Kegiatan Penyusunan


RKPDesa:

B.1. Indikator Masukan:


a) Desa memiliki salinan Renja SKPD.
b) Desa memiliki salinan Pagu Indikatif Desa.
c) Desa memiliki salinan Perbup tentang ADD, Dana Desa, dan
Kewenangan Desa.
d) Desa memiliki Perdes Kewenangan Desa. e)
Desa memiliki dokumen Profil Desa.

B.2. Indikator Proses:


a) Kepala Desa memahami seluruh tahapan proses penyusunan
RKP Desa.
(meliputi tahapan : musyawarah desa, pembentukan tim penyusun,
pencermatan pagu indikatif desa dan penyelarasan program kegiatan
yang masuk ke desa, pencermatan ulang dokumen RPJM Desa,
penyusunan rancangan RKP Desa, musyawarah pernecanaan
pembangunan desa, penyusunan rancangan akhir RKP Desa,
pembahasan dan penyepakatan rancangan Perdes RKP Desa.
Penetapan dan pengundangan Peraturan Desa tentang RPJM Desa,
Penyusunan Daftar Usulan RKP Desa).
b) Membentuk dan menetapkan Tim Penyusun dengan SK Kepala
Desa.
c) Melakukan pembinaan dan pemantauan tahapan kegiatan oleh
Tim Penyusun.
d) Memantau rapat-rapat penyusunan rancangan RKP Desa oleh
Tim Penyusun.
e) Memberikan dukungan fasilitasi penyelenggaraan Musyawarah
Desa.
f) Menghadiri kegiatan Musyawarah Desa.
g) Melakukan evaluasi dan verifikasi rancangan RKP Desa.
h) Memimpin penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Desa.
i) Melakukan verifikasi rancangan akhir RKP Desa.
j) Menyusun dan menyampaikan rancangan Perdes tentang RKP Desa
kepada BPD.
k) Membahas dan menyepakati rancangan Perdes RKP Desa bersama
BPD.
l) Menetapkan Perdes tentang RKP Desa.
m) Menyampaikan Perdes tentang RKP Desa kepada Bupati/
Walikota melalui Camat.
n) Melakukan sosialisasi dan publikasi dokumen RKP Desa kepada
masyarakat.
o) Dalam hal terjadi perubahan RKP Desa, dilakukan melalu
Musyawarah Oerencanaan Oembangunan Desa Khusus.

B.3. Indikator Hasil:

Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023 173


Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

a) Terdapat SK Kepala Desa tentang Tim Penyusun RKP Desa. b)


Desa memilki Perdes tentang RKP Desa.
c) Desa memiliki Daftar Usulan RKP Desa

B.4. Indikator Kualitas Proses dan Hasil:


a) Aktif mendorong peran serta warga masyarakat dan Lembaga
Kemasyarakatan dan Lembaga Adat Desa dalam proses penyusunan
RKP Desa.
b) Terlibat aktif dalam rapat-rapat dengan Tim Penyusun.
c) Melakukan kerja-kerja koordinastif dengan berbagai pihak untuk
memastikan dokumen RKP Desa berkualitas.

C. Indikator Kinerja Kepala Desa pada Kegiatan Perencanaan


Sumber-sumber Pendapatan Desa:
a) Desa memiliki Buku inventaris dan Aset Desa.
b) Melakukan inventarisasi aset desa.
c) Melakukan pengawasan dan pengendalian aset desa.

d) Memiliki dokumen pencatatan atas penggunaan, pemanfaatan,


pengahapusan dan pemindahtanganan aset desa.
e) Menetapkan kebijakan pengelolaan aset desa melalui Peraturan
Desa.
f) Menetapkan petugas pengelolan aset desa dari perangkat desa.
g) Menetapkan petugas penerimaan desa.
h) Menetapkan status penggunaan aset desa dengan Keputusan
Kepala Desa.
i) Melakukan pengelolaan atas hasil pemanfaatan aset desa secara
transparan dan akuntabel dan dicatat dalam pendapatan desa lainnya.
j) Aktif melakukan upaya-upaya kerjasama desa.
k) Memiliki rencana sumber pendapatan desa tahunan yang aktual
berdasarkan dokumen sumber yang dapat dipertanggungjawabkan.
l) Dalam penetapan kebijakan pengelolaan aset desa selalu
dibahas dalam musyawarah desa.
m) Dalam penetapan kebijakan pengelolaan aset desa selalu dibahas
dan dikonsultasikan dengan BPD.

D. Indikator Kinerja Kepala Desa pada Kegiatan Perencanaan Tata


Ruang Desa:

a) Desa memiliki perencanaan tata ruang desa.


b) Desa memiliki Perdes tentang Tata Ruang Desa.
c) Desa memiliki data pemetaan potensi lengkap sebagai dasar
penyusunan rencana tata ruang desa.
d) Penyusunan rencana dan Perdes tata ruang desa melibatkan
masyarakat desa.
e) Melakukan sosialisasi dan pembinaan kepada masyarakat dalam
rangka pelaksanaan tata ruang desa.
f) Melakukan pembinaan dan pengendalian tata ruang desa sesuai
dengan kebijakan/Perdes tata ruang desa.

E. Indikator Kinerja Kepala Desa pada Kegiatan Penyusunan APB Desa:

Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023 174


Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

E.1. Indikator Masukan:

a) Desa memiliki salinan dokumen sumber sebagai referensi


perhitungan biaya seperti Peraturan Bupati/Walikota tentang harga
satuan kabupaten, survai harga setempat di desa, analisa harga
satuan.
b) Desa memiliki dokumen RKP Desa dan dijadikan acuan.

E.2. Indikator Proses:


a) Memastikan Sekretaris Desa menyusun Rancangan APB Desa sesuai
dengan kegiatan yang telah ditetapkan dalam RKP Desa.
b) Melakukan pemeriksaan rancangan APB Desa yang disusun
Sekretaris Desa sesuai dengan pedoman dan dokumen acuan.
c) Menyampaikan rancangan APB Desa dan rancangan Perdes APB Desa
kepada BPD.
d) Melakukan pembahasan dan penyepakatan rancangan Perdes
APB Desa dengan BPD.
e) Menyampaikan rancangan Perdes APB Desa hasil pembahasan dan
penyepakatan dengan BPD kepada Bupati/Walikota melalui Camat
ntuk dievaluasi.
f) Melakukan tindklanjut sesuai hasil evaluasi Camat.
g) Melakukan penetapan Perdes APB Desa sesuai dengan hasil evaluasi
Camat.
h) Melakukan sosialisasi dan penyebarluasan informasi tentang
Perdes APB Desa.
E.2. Indikator Hasil:
a) Desa memiliki Perdes APB Desa sesuai dengan hasil
pembahasan dan penyepakatan bersama BPD dan hasil evaluasi
Camat.
b) Perdes APB Desa diterbitkan dan diundangkan dalam lembaran desa
paling lambat tanggal 31 Desember tahun berjalan.
c) Desa memiliki prosposal kegiatan dan RAB Detil untuk setiap
kegiatan dalam APB Desa.
E.2. Indikator Kualitas Proses dan Hasil:
a) Melakukan pengendalian penyusunan APB Desa sesuai dengan target
waktu dan dokuemn sumber.
b) Terbuka terhadap masukan dari masyarakat, BPD dan
kelembagaan desa lainya.
c) Melakukan publikasi APBDesa dalam media-media informasi
public

5. Indikator Kinerja Kepala Desa pada Tahapan Pelaksanaan

Indikator Kinerja Kepala Desa Tahapan Pelaksanaan merupakan indikator terhadap


pelaksanaan tugas-tugas Kepala Desa dalam tahapan pelaksanaan
penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Pelaksanaan penyelenggaraan
Pemerintahan Desa dalam hal ini adalah pelaksanaan sesuai APB Desa maupun
non-APB Desa.

A. Indikator Kinerja Kepala Desa pada Pelaksanaan APB Desa:


A.1. Indikator Masukan:
a) Desa memiliki salinan Perbup tentang Pengadaan Barang dan

Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023 175


Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Jasa di Desa;
b) Desa memiliki instrumen administrasi pengelolaan keuangan desa.
A.2. Indikator Proses :
a) Penetapan kebijakan pelaksanaan kegiatan yang
memanfaatkan sumber daya alam setempat, tenaga kerja masyarakat
dan tenaga ahli yang membidangi;
b) Menetapkan Pelaksana Teknis Pengelola Keuangan Desa yang terdiri
dari : Sekretaris Desa, Kepala Seksi, dan Bendahara;
c) Menetapkan Pelaksana Kegiatan sesuai kebutuhan dan melibatkan
masyarakat dengan Keputusan Kepala Desa;
d) Memastikan Pelaksana Kegiatan memiliki renca kerja dan
terpantau;
e) Melakukan sosialisasi pelaksanaan kegiatan melalui
musyawarah desa;
f) Melaksanakan koordinasi pelaksanaan pembangunan desa yang
dilaksanakan oleh perangkat desa maupun lembaga
kemasyarakatan desa maupun oleh masyarakat desa.
g) Memberikan dukungan fasilitasi pembekalan kepada Pelaksana
Teknis Pengelola Keuangan Desa dan Pelaksana Kegiatan;
h) Memastikan, memantau dan mengorganisasikan kesiapan
dukungan administrasi pelaksanaan pembangunan kepada pelaksana
teknis kegiatan maupun tim pelaksana kegiatan;
i) Memantau dan memastikan pengadaan tenaga kerja oleh tim
pelaksana kegiatan menggunakan sumberdaya masyarakat desa;
j) Memantau dan memastikan kegiatan pengadaan barang dan
jasa sesuai dengan prosedur dan ketentuan serta
memanfaatkan sumber daya yang ada di desa;
k) Memantau dan mengendalikan pelaksanaan swadaya, gotong royng dan
hibah masyarakat tertib administrasi;
l) Melakukan rapat-rapat kerja dengan Tim Pelaksana Kegiatan;
m) Melakukan pemeriksaan kegiatan infrastruktur dan kegiatan lainnya;
n) Melakukan pengelolaan pengaduan mayarakat;
o) Menyelenggarakan musyawarah pelaksanaan kegiatan dalam
angka pelaporan dan pertanggungjawaban;
p) Mengorganisasikan dan mengendalikan laporan realisasai APB
Desa;
q) Mengupayakan pendampingan teknis dari SKPD terkait maupun
Tenaga Ahli untukkegiatan yang memerlukan keahlian teknis;
r) Memiliki rencana kerja pemeliharaan dan pelestarian kegiatan
bersama masyarakat.
s) Melakukan koordinasi kepada para pihak bila terjadi perubahan
kegiatan.
t) Menerbitkan keputusan Kepala Desa tentang perubahan
kegiatan.

A.3. Indikator Hasil:


a) Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan yang tercantum dalam
APB Desa dan proposal kegiatan maupun RAB.
b) Seluruh pengelolaan keuangan desa tercatat dalam buku
administrasi keuangan desa.
c) Melakukan laporan rutin kepada Pemerintah Daerah untuk
kegiatan yang bersifat penugasan.

Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023 176


Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

d) Memiliki rencana kerja pemeliharaan kegiatan.


e) Berita Acara dan Surat Keputusan Kepala Desa tentang
perubahan kegiatan.

A.4. Indikator Kualitas Proses dan Hasil:


a) Pelaksanaan kegiatan menggunakan tenaga kerja dan alat
bahan yang ada di desa setempat.
b) Pelaksanaan kegiatan terbuka dan diketahui oleh masyarakat
desa.
c) Kualitas hasil pekerjaan memenuhi spek teknis yang
dipersyaratkan.
d) Seluruh transaksi keuangan desa tercata dalam adminsistrasi
dengan tertib dan mudah diakses.
e) Terdapat bukti hasil pemeriksaan oleh auditor.
f) Selalu dilakukan rapat evaluasi pelaksanaan kegiatan secara rutin
dan berkala.

B. Indikator Kinerja Kepala Desa pada Pelaksanaan Non-APB Desa:


a) Memimpin, mengkoordinasikan, dan memberi bimbingan dan
petunjuk pelaksanaan kegiatan kepada perangkat desa;
b) Melakukan pembinaan masalah pertanahan;
c) Melakukan pembinaan ketentraman dan ketertiban masyarakat serta
melakukan upaya perlindungan masyarakat;
d) Melakukan administrasi kependudukan dan penataan dan
pengelolaan wilayah.
e) Melakukan pembinaan kemasyarakatan, seperti pelaksanaan hak
dan kewajiban masyarakat, partisipasi masyarakat, sosial budaya
masyarakat, keagamaan, dan ketenagakerjaan.
f) Melakukan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat, seperti tugas
sosialisasi dan motivasi masyarakat di bidang budaya, ekonomi, politik,
lingkungan hidup, pemberdayaan keluarga, pemuda, olah raga, dan
karang taruna.
g) Melakukan pembinaan kepada lembaga kemasyarakatan dan lembaga
adat;
h) Melakukan pembinaan kerukunan umat beragama;
i) Pembinaan masalah-masalah sosial dan budaya masyarakat;
j) Menjaga hubungan kemitraan dengan lembaga masyarakat dan
lembaga lainnya;
k) Melakukan upaya-upaya kerjasama desa untuk kesejahteraan
masyarakat desa;
l) Melakukan pembinaan kegiatan BUM Desa;
m) Melakukan kegiatan-kegiatan koordinatif dan hubungan kerja yang
harmonsi dengan kelembagaan yang ada di desa.

6. Indikator Kinerja Kepala Desa pada Tahapan Pelaporan

Indikator Kinerja Kepala Desa Tahapan Pelaporan merupakan indikator terhadap


pelaksanaan tugas-tugas Kepala Desa dalam pelaporan penyelenggaraan
Pemerintahan Desa. Pelaksanaan penyelenggaraan Pemerintahan Desa dalam hal
ini adalah pelaksanaan pelaporan tahunan maupun akhir masa jabatan.

Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023 177


Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Tugas dan tanggungjawab Kepala Desa dalam pelaporan penyelenggaraan


pemerintahann desa meliputu :

1. Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDesa Semester Pertama;


2. Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDesa Semester Akhir;
3. Laporan Pertanggunggjawaban Realisasai Pelaksanaan APBDesa;
4. Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
5. Laporan Keterangan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
6. Laporan Hasil Penanganan Masalah;
7. Laporan Akhir Masa Jabatan.

Adapun indikator kinerja Kepala Desa pada tahapan pelaporan ini


diantaranya:
a) Mengendalikan dan mengorganisasikan input pelaporan yang disusun oleh
perangkat maupun tim teknis;
b) Melakukan validasi dan pemeriksaan bahan laporan yang disampaikan
oleh perangkat desa;
c) Menyampaikan laporan sesuai dengan format standar yang diatur
dengan peraturan perundangan;
d) Menyampaikan laporoan yang valid didukung oleh data-data yang dapat
dipertanggungjawabkan;
e) Menyampaikan laporan sesuai dengan target waktu yang telah
ditetapkan oleh undang-undang.
f) Menyampaikan informasi kepada masyarakat desa secara terbuka;
g) Melakukan publikasi laporan pada media-media yang ada di masyarakat
maupun dengan tekn0logi informasi yang ada di desa;
h) Memberikan respon dan penyelesaian terhadap pengaduan yang
disampaikan masyarakat.
i) Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDesa Semester Pertama;
j) Desa memiliki Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDesa Semester Akhir;
k) Desa memiliki Laporan Pertanggunggjawaban Realisasai Pelaksanaan
APBDesa;
l) Desa memiliki Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
m) Desa memiliki Laporan Keterangan Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa;
n) Desa memiliki Laporan Hasil Penanganan Masalah;
o) Desa memiliki Laporan Akhir Masa Jabatan.

BPD melakukaan kegiatan pengawasan kinerja Kepala Desa melalui mekanisme


yang terencana dan dilakukan secara kelembagaan. Mekanisme pelaksanaan
pengawasan meliputi kegiatan : menyusun rencana pengawasan, pelaksanaan
pengawasan yang mencakup kegiatan monitoring dan evaluasi, umpan balik hasil
pengawasan dan tindak lanjut hasil pengawasan.

7. Menyusun Perencanaan Pengawasan

Sebelum dilakukan kegiatan pengawasan, maka penting bagi BPD untuk


melakukan proses persiapan dengan baik. Penyusunan persiapan ini merupakan
penjabaran detail dari rencana kerja pengawasan tahunan yang disusun pada awal
tahun anggaran.

Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023 178


Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Penyusunan rencana pengawasan didasarkan atas prinsip yang telah dijelaskan


pada bab sebelumnya. Pelaksanaan sedapat mungkin dilakukan sesuai dengan
jadwal yang telah ditetapkan dan pada saat yang tepat. Agar pelaksanaan
pengawasan efektif dan efisien, maka perlu ditetapkan kejelasan tujuan dan hasil
yang akan diperoleh serta pelaksanaannya dilakukan secara objektif dan
terkoordinasi. Untuk mendapatkan informasi yang lengkap maka harus melibatkan
berbagai pihak yang dipandang perlu dan berkepentingan secara proaktif. Hal ini
dimaksudkan agar pelaksanaannya nanti dapat dipertanggungjawabkan baik secara
internal maupun eksternal.

Penyusunan rencana pengawasan mencakup seluruh objek pelaksanan kinerja


agar dapat menggambarkan secara utuh kondisi dan situasi sasaran.
Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan
pada saat yang tepat. Untuk pelaksanaan kinerja Kepala Desa yang yang dilakukan
dalam waktu relatif lama, maka pengawasan sebaiknya dilaksanakan secara
berkala dan berkelanjutan. Dari keseluruhan itu, maka penting bahwa pengawasan
ini juga dilakukan berbasis indikator kinerja Kepala Desa yang dapat diukur.
Kegiatan perencanaan pengawasan meliputi: penetapan tujuan pengawasan,
menetapkan indikator, menyusun instrumen pengawasan, pembagian tim,
penyampaian surat pemberitahuan kepada Kepala Desa.

1. Menetapkan Tujuan
Tujuan pengawasan harus dirumuskan dengan spesifik. Hal ini agar tidak
ada bias dalam pelaksanaan yang bisa menimbulkan tidak efektifnya
pelaksanaan. Terhadap masing-masing indikator kinerja yang Kepala Desa
yang mau dilakukan pengawasan, terlebih dahulu harus disusun tujuannya.

2. Menetapkan Indikator Kinerja Kepala Desa


Indikator kinerja Kepala Desa harus sesuai dengan kegiatan pada tahapan
penyelenggaraan pemerintahan desa yang akan dilakukan pengawasan.
Indikator kinerja sesuai dengan tugas dan tanggungjawab Kepala Desa terkait
dengan kegiatan yang akan dijadikan objek/fokus pengawasan. Indikator kinerja
akan dipergunakan sebagai bahan dalam menysun instrumen kerja
pengawasan oleh BPD, spesifik oleh masing- masing bidang dan anggota
bidang dalam kelembagaan BPD.

3. Menyusun Instrumen Pengawasan


Instrumen pengawasan kinerja Kepala Desa disusun sesuai dengan tahapan
penyelenggaraan pemerintahan desa yaitu perencanaan, pelaksanaan dan
pelaporan. Instrumen pengawasan merupakan penjabaran dari indikator kinerja
kepala desa yang akan diawasi. Instrumen dibuat dalam bentuk instumen
monitoring dan indtrumen evaluasi.

Instrumen monitoring hendaknya dibuat mudah, terukur dan menggambarkan


kinerja kepala desa secara utuh. Masing-masing anggota BPD harus memahami
instrumen yang dibuat, mengetahui sumber dokumen atau informasi yang
berhubungan termasuk komponen masyarakat yang akan dijadikan sumber
informasi melalui kegiatan wawancara misalnya. Sebagai referensi dan dapat

Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023 179


Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

dikembangkan lebih lanjut, instrumen monitoring dilampirkan pada bagian


lampiran petuunjuk teknis ini. Untuk fokus bidang, instumen bisa dilakukan
pengelompokan sesuai dengan dua bidang yang ada dalam kelembagaan BPD.

4. Menyampaikan Pemberitahuan kepada Kepala Desa


Setelah semua rangkaian persiapan selesai, Ketua BPD menyampaikan
pemberitahuan kepada Kepala Desa tentang akan dilaksakannya kegiatan
pengawasan oleh kelembagaan BPD. Sebaiknya surat berisi informasi tentang
tim anggota BPD yang akan melakukan pengawasan, lingkup kegiatan,
sasaran, dukungan data dan insformasi yang diperlukan termasuk pelibatan
masyarakat atau pihak lain seperti perangkat desa.

8. Pelaksanaan Pengawasan
Pelaksanaan pengawasan kinerja Kepala Desa oleh BPD dilakukan melalui
kegiatan Monitoring dan Evaluasi. Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa adalah usaha, tindakan, dan kegiatan yang ditujukan untuk menjamin
penyelenggaraan Pemerintahan Desa berjalan secara elisien dan efektif sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Kegiatan monitoring
merupakan kegiatan pengumpulan data dan informasi untuk melihat hasil kinerja
Kepala Desa dalam suatu rangkaian tahapan perencanaan, pelaksanaan dan
pelaporan penyelenggaraan pemerintahan desa. Evaluasi merupakan suatu
pernyataan kesimpulan terhadap hasil penilaian atas data dan informasi hasil
monitoring terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintahan desa.

Hasil evaluasi ini sebagai bahan umpan balik dan rekomendasi untuk perbaikan dan
atau peningkatan kinerja Kepala Desa.
Kegiatan pengawasan dilakukan secara terbuka, jujur dan objektif dalam hubungan
kerja harmonis dan saling menguatkan dalam semangat tata kelola pemerintahan
desa yang baik. Kalaupun ditemukan kekurangan atas penyelenggaraannya,
merupakan bagian koreksi untuk perbaikan sesegera mungkin dan lebih
meningkatkan kinerja pemerintahan desa.

9. Monitoring Kinerja Kepala Desa

Kegiatan monitoring merupakan implementasi atas hak BPD untuk menyatakan


pendapat sekaligus meminta keterangan. Kegiatan ini dilakukan dengan
menggunakan instrumen yang telah disusun sebelumnya. Kegiatan monitoring bisa
dilakukan dengan kegiatan observasi langsung maupun dengan dialog dan
wawancara dengan para pihak terkait.
Monitoring dalam tahapan perencanaan penyelenggaraan pemerintahan desa,
secara umum bisa difokuskan pada kegiatan penyusunan dokumen perencanaan
desa. Fokus monitoring meliputi kegiatan pada saat proses, hasil, kualitas dari
proses dan hasil pelaksanaan sebuah kegiatan yang terkait dengan kinerja Kepala
Desa. Hal yang berkaitan dalam kegiatan Musyawarah Desa dan Musrenbang
desa perencanaan, Kegiatan Pengkajian Keadaan Desa, Penyelarasan Arah
Pembangunan Desa, Penyusunan RPJMDesa dan RKPDesa, Penyusunan
APBDesa dan Penyusunan Peraturan Desa tentang RPJMDesa, RKPDesa dan
APBDesa.

Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023 180


Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Monitoring dalam tahapan pelaksanaan bisa difokuskan atas pelaksanaan


APBDesa maupun non-APBDesa tahun berjalan. Fokus monitoring meliputi
kegiatan tahapan, tata cara dan hasil dari sebuah kegiatan pelaksanaan APBDesa
maupun non-APBDesa termasuk dampak dan manfaat pembangunan bagi
masyarakat Desa.
Monitoring pada tahapan pelaporan Kepala Desa mengacu pada kewajiban Kepala
Desa dalam penyampaian laporan pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan
desa. Kinerja Pelaporan Kepala Desa dalam pelaksanaan APBDesa meliputi
kegiatan Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDesa Semester Pertama, Laporan
Realisasi Pelaksanaan APBDesa Semester Akhir, dan Laporan
Pertanggunggjawaban Realisasai Pelaksanaan APBDesa. Sedangkan pada setiap
akhir tahun anggaran, Kepala Desa memiliki kewajiban dalam hal Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan secara khusus menyampaikan Laporan
Keterangan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa kepada BPD. Bagi Kepala
Desa yang memasuki masa akhir tugasnya, maka berkewajiban untuk
menyampaikan Laporan Akhir
Masa Jabatan.

10. Melakukan Evaluasi

Kegiatan evaluasi merupakan implementasi atas hak BPD untuk menyatakan


pendapat atas penyelenggaraan pemerintahan desa. Kegiatan ini merupakan suatu
pernyataan kesimpulan terhadap hasil penilaian atas data dan informasi hasil
monitoring untuk perbaikan dan atau peningkatan kinerja Kepala Desa.

Dari setiap instrumen pengawasan yang dilakukan, langsung dibuatkan hasil


evaluasi untuk masing-masing indikator sebagai pernyataan pendapat BPD yang
akan disampaikan dan diumpan balikan kepada Kepala Desa. Penyusunan evaluasi
dilaksanakan dalam musyawarah internal BPD yang bisa dilakukan pendalaman
sebelumnya dalam musyawarah di masing- masing bidang.

Hasil evaluasi harus versifat kesimpulan penilaian atas capaian kinerja Kepala
Desa terhadap kegiatan yang sudah dilakukan pengawasan. Penilaian bersifat
kualitatif atas pemenuhan terhadap instrumen yang dihasilkan dalam kegiatan
monitoring. Secara kualitatif kesimpulan bisa berpa hasil baik, cukup, atau kurang
atau dalam kesimpulan lain seperti memadai, cukup memadai, dan kurang
memadai. BPD silahkan mengembangkan penilaian kualitatif tersebut sesuai
dengan kearifan lokalnya. Yang terpenting, BPD menyampaikan pendapat
sebagai kesimpulan akhir atas kinerja Kepala Desa sebagai bahan masukan,
evalauasi, koreksi dan peningkatan kinerja yang lebih baik lagi bagi pemenuhan
layanan kepada masyarakat desa.

11. Umpan Balik dan Rekomendasi

Dari setiap hasil pengawasan yang telah dilakukan oleh BPD, agar segera dilakukan
umpan balik sekaligus menyampaikan rekomendasi kepada Kepala Desa.
Setelah hasil evaluasi selesai dilakukan, maka Pimpinan BPD menyampaikan
undangan kepada anggota dan Kepala Desa untuk musyawaah BPD dalam
rangka penyampaian hasil pengawasan. Dalam pertemuan tersebut, Kepala Desa
boleh membawa perangkatnya supaya terjadi umpan balik yang cukup.

Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023 181


Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Sekali lagi, musyawarah BPD kali ini dilakukan dalam semangat kekeluargaan yang
harmonis mengarah kepada upaya peningkatan kinerja penyelenggaraan
pemerintahan desa yang lebih baik. Praktek musyawarah
BPD mengacu pada ketentuan tata tertib BPD yang ada.

12. Penyusunan Laporan Hasil Pengawasan

Setelah seluruh rangkaian pengawasan sampai pada kegiatan umpan balik dan
rekomendasinya selesai, BPD menyusun laporan hasil pengawasan. Laporan ini
akan menjadi bagian tak terpisahkan dalam Laporan Kinerja BPD Tahunan.
Kegiatan penysunan laporan mengikuti mekanisme kerja kelembagaan yang ada
di BPD.

Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023 182


Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Lampiran I. Indikator Kinerja Kepala Desa pada Tahapan Perencanaan


Pembangunan Desa
Tabel I.A. Indikator Kinerja Kegiatan Penysunan RPJMDesa
Pemenuhan
No Indikator Kinerja Ya Tidak Catatan
I. Indikator Masukan:
1. Desa memiliki salinan dokumen RPJMD dan
Renstra SKPD.
2. Desa memiliki dokumen penetapan Pagu Indikatif
Desa yang diterbitkan oleh Bupati.

3. Desa Memiliki jadwal penyusunan RPJM Desa.


II. Indikator Proses:

1. Kepala Desa memahami seluruh tahapan proses


penyusunan RPJM Desa

2. Membentuk dan menetapkan Tim Penyusun


dengan SK Kepala Desa.
3. Melakukan pembinaan dan pemantauan kegiatan
PKD oleh Tim Penyusun.
4. Menghadiri kegiatan PKD.
5. Memantau dan atau menghadiri rapat-rapat
penyusunan rancangan RPJM Desa oleh Tim
Penyusun.
6. Memberikan dukungan fasilitasi penyelenggaraan
Musyawarah Desa.
7. Hadir dan atau mendampingi kegiatan
Musyawarah Desa.
8. Melakukan eva luasi dan verifikasi rancangan
RPJM Desa.
9. Memimpin penyelenggaraan Musyawarah
Perencanaan Pembangunan Desa .
10. Melakukan verifikasi rancangan akhir RPJM Desa.
11. Menyusun dan menyampaikan rancangan Perdes
tentang RPJM Desa kepada BPD.

12. Membahas dan menyepakati rancangan Perdes


RPJM Desa bersama BPD.

13. Menetapkan Perdes tentang RPJM Desa.


14. Menyampaikan Perdes tentan g RPJM Desa

kepada Bupati/ Walikota melalui Camat.

Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023 183


Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

15. Melakukan sosialisasi dan publik asi dokumen


RPJM Desa kepada masyarakat.
16. Membentuk dan me net apkan Tim Penyusun
dengan SK Kepala Desa.
III. Indikator Hasil

1. Terdapat visi dan misi Kepala Desa dengan


rumusan yang jelas dan selaras dengan visi misi
kabupaten/kota.

2. Terdapat SK Kepala Desa tentang Tim Penyusun


RPJM Desa.
3. Desa memiliki laporan hasil PKD dari Tim
Penyusun.
4. Desa memilki Perdes tentang RPJMDesa
IV. Indikator Kualitas Hasil dan Proses:

1. Aktif mendorong peran serta warga masyarakat


dan Lembaga Kemasyarakatan dan Lembaga
Adat Desa dalam proses penyusunan RPJM Desa.

2. Mendampingi kegiatan PKD.


3. Terlibat aktif dalam rapat-rap at dengan Tim
Penyusun.
4. Melakukan kerja-kerja koordinastif dengan
berbagai pihak untuk memastikan dokumen RPJM Desa
berkualitas.

Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023 184


Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Tabel I.B. Indikator Kinerja Kegiatan Penysunan RKPDesa


Pemenuhan
No Indikator Kinerja Catatan
Ya Tidak
I. Indikator Masukan:
1. Desa memiliki salinan Renja SKPD.
2. Desa memiliki salinan Pagu Indikatif Desa.
3. Desa memiliki salinan Perbup tentang ADD,
Dana Desa, dan Kewenangan Desa.

4. Desa memiliki Perdes Kewenangan Desa.


5. Desa memiliki dokumen Profil Desa.
II. Indikator Proses:

1. Kepala Desa memahami seluruh tahapan proses


penyusunan RKP Desa

2. Membentuk dan menetapkan Tim Penyusun


dengan SK Kepala Desa.
3. Melakukan pembinaan dan pemantauan tahapan
kegiatan oleh Tim Penyusun.

4. Memantau rapat-rapat penyusunan rancangan


RKP Desa oleh Tim Penyusun.

5. Memberikan dukungan fasilitasi


penyelenggaraan Musyawarah Desa.
6. Menghadiri kegiatan Musyawarah Desa.
7. Melakukan evaluasi dan verifikasi rancangan
RKP Desa.

8. Memimpin penyelenggaraan Musyawarah


Perencanaan Pembangunan Desa.
9. Melakukan verifikasi rancangan akhir RKP Desa.
10. Menyusun dan menyampaikan rancangan
Perdes tentang RKP Desa kepada BPD.
11. Membahas dan menyepakati rancangan Perdes
RKP Desa bersama BPD.

12. Menetapkan Perdes tentang RKP Desa.


13. Menyampaikan Perdes tentang RKP Desa
kepada Bupati/ Walikota melalui Camat.
14. Melakukan sosialisasi dan publikasi dokumen
RKP Desa kepada masyarakat.

15. Dalam hal terjadi perubahan RKP Desa,


dilakukan melalu Musyawarah Oe rencanaan
Oembangunan Desa Khusus.

Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023 185


Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

16. Membentuk dan menetapkan Tim Penyusun


dengan SK Kepala Desa.
III. Indikator Hasil

1. Terdapat SK Kepala Desa tentang Tim Penyusun


RKP Desa.
2. Desa memilki Perdes tentang RKP Desa.
3. Desa memiliki Daftar Usulan RKP Desa
IV. Indikator Kualitas Hasil dan Proses:

1. Aktif mendorong peran serta warga masyarakat


dan Lembaga Kemasyarakatan dan Lembaga
Adat Desa dalam proses penyusunan RKP Desa.
2. Terlibat aktif dalam rapat-rapat dengan Tim
Penyusun.
3. Melakukan kerja-kerja koordinastif dengan
berbagai pihak untuk memastikan dokumen RKP
Desa berkualitas.

Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023 186


Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Tabel I.C. Indikator Kinerja Kegiatan Penysunan APBDesa

Pemenuhan
No. Indikator Kinerja Catatan
Ya Tidak
I. Indikator Masukan:
1. Desa memiliki salinan Perbup tentang Pengadaan
Barang dan Jasa di Desa;
2. Desa memiliki instrumen administrasi pengelolaan
keuangan desa.
II. Indikator Proses:
1. Penetapan kebijakan pelaksanaan kegiatan yang
memanfaatkan sumber daya alam setempat,
tenaga kerja masyarakat dan tenaga ahli yang
membidangi;
2. Menetapkan Pelaksana Teknis Pengelola Keuangan
Desa yang terdiri dari : Sekretaris Desa, Kepala
Seksi, dan Bendahara;
3. Menetapkan Pelaksana Kegiatan sesuai kebutuhan
dan melibatkan masyarakat dengan Keputusan
Kepala Desa;
4. Memastikan Pelaksana Kegiatan memiliki renca
kerja dan terpantau;
5. Melakukan sosialisasi pelaksanaan kegiatan melalui
musyawarah desa;
6. Melaksanakan koordinasi pelaksanaan
pembangunan desa yang dilaksanakan oleh
perangkat desa maupun lembaga kemasyarakatan
desa maupun oleh masyarakat desa.
7. Memberikan dukungan fasilitasi pembekalan
kepada Pelaksana Teknis Pengelola Keuangan Desa
dan Pelaksana Kegiatan;

8. Memastikan, memantau dan mengorganisasikan


kesiapan dukungan administrasi pelaksanaan
pembangunan kepada pelaksana teknis kegiatan
maupun tim pelaksana kegiatan;

9. Memantau dan memastikan pengadaan tenaga


kerja oleh tim pelaksana kegiatan menggunakan
sumberdaya masyarakat desa;

10. Memantau dan memastikan kegiatan pengadaan


barang dan jasa sesuai dengan prosedur dan
ketentuan serta memanfaatkan sumber daya yang

Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023 190


Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

ada di desa;
11. Memantau dan mengendalikan pelaksanaan
swadaya, gotong royng dan hibah masyarakat tertib
administrasi;
12. Melakukan rapat-rapat kerja dengan Tim Pelaksana
Kegiatan;
13. Melakukan pemeriksaan kegiatan infrastruktur dan
kegiatan lainnya;
14. Melakukan pengelolaan pengaduan mayarakat;
15. Menyelenggarakan
kegiatan dalam rangka pelaporan dan
pertanggungjawaban;
16. Mengorganisasikan d an mengendalikan laporan
realisasai APB Desa;
17. Mengupayakan pendampingan teknis dari SKPD
terkait maupun Tenaga Ahli untukkegiatan yang
memerlukan keahlian teknis;

18. Memiliki rencana kerja pemeliharaan Dan


pelestarian kegiatan bersama masyarakat.
musyawarah pelaksanaan
19. Melakukan koordinasi kepada para pihak bila
terjadi perubahan ke gi atan.
20. Menerbitkan keputusan Kepala Desa tentang
perubahan kegiatan.
III. Indikator Hasil

1. Desa memiliki Perdes APB Desa sesuai dengan hasil


pembahasan dan penyepakatan bersama BPD dan hasil
evaluasi Camat.

2. Perdes APB Desa diterbitkan dan diundangkan


dalam lembaran desa paling lambat tanggal 31
Desember tahun berjalan.

3. Desa memiliki prosposal kegiatan dan RAB Detil


kegiatan dalam APB Desa.
IV. Indikator Kualitas Hasil dan Proses:

1. Melakukan pengendalian penyusunan APB Desa


sesuai dengan target waktu dan dokumen sumber.
2. Terbuka terhadap masukan dari masyarakat, BPD
dan kelembagaan desa lainya.
3. Melakukan publikasi APBDesa dalam media-media
informasi publik

Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023 191


Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Tabel I.D. Indikator Kinerja Kegiatan Perencanaan Sumber Pendapatan Desa

Pemenuhan
No. Indikator Kinerja Catatan
Ya Tidak
1. Desa memiliki Buku inventaris dan Aset Desa.
2. Melakukan inventarisasi aset desa.
3. Melakukan pengawasan dan pengendalian aset
desa.
4. Memiliki dokumen pencatatan atas penggunaan,
pemanfaatan, pengahapusan dan
pemindahtanganan aset desa.
5. Menetapkan kebijakan pengelolaan aset desa
melalui Peraturan Desa.
6. Menetapkan petugas pengelolan aset desa dari
perangkat desa.
7. Menetapkan petugas penerimaan desa.
8. Menetapkan status penggunaan aset desa
dengan Keputusan Kepala Desa.
9. Melakukan pengelolaan atas hasil pemanfaatan
aset desa secara transparan dan akuntabel dan dicatat
dalam pendapatan desa lainnya.

10. Aktif melakukan upaya-upaya kerjasama desa.


11. Memiliki rencana sumber pendapatan desa
tahunan yang aktual berdasarkan dokumen
sumberyang dapat dipertanggungjawabkan.
12. Dalam penetapan kebijakan pengelolaan aset
desa selalu dibahas dalam musyawarah desa.
13. Dalam penetapan kebijakan pengelolaan aset
desa selalu dibahas dan dikonsultasikan dengan
BPD.

Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023 192


Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Tabel I.E. Indikator Kinerja Kegiatan Perencanaan Tata Ruang Desa

Pemenuhan
No. Indikator Kinerja Ya Tidak Catatan
1. Desa memiliki perencanaan tata ruang desa.
2. Desa memiliki Perdes tentang Tata Ruang Desa.
3. Desa memiliki data pemetaan potensi lengkap
sebagai dasar penyusunan rencana tata ruang
desa.
4. Penyusunan rencana dan Perdes tata ruang
desa melibatkan masyarakat desa.
5. Melakukan sosialisasi dan pembinaan kepada
masyarakat dalam rangka pelaksanaan tata
ruang desa.
6. Melakukan pembinaan dan pengendalian tata
ruang desa sesuai dengan kebijakan/Perdes tata
ruang desa.

Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023 193


Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Lampiran II. Indikator Kinerja Kepala Desa pada Tahapan Pelaksanaan


Pembangunan Desa
Tabel II.A. Indikator Kinerja Kegiatan Pelaksanaan APBDesa

Pemenuhan
No Indikator Kinerja Ya Tidak Catatan
I. Indikator Masukan:
1. Desa memiliki salinan Perbup tentang
Pengadaan Barang dan Jasa di Desa.
2. Desa memiliki instrumen administrasi
pengelolaan keuangan desa.
II. Indikator Proses:

1. Memastikan Sekretaris Desa menyusun


Rancangan APB Desa sesuai dengan
kegiatan
yang telah ditetapkan
2. Melakukan dalam
pemeriksaan RKP Desa.
rancangan APB
Desa
yang disusun Sekretaris Desa sesuai
3. dengan pedoman dan dokumen acuan.

4. Melakukan pembahasan dan penyepakatan


rancangan Perdes APB Desa dengan BPD.
5. Menyampaikan rancangan Perdes APB
hasil pembahasan dan penyepakatan dengan
Desa
BPD kepada Bupati/Walikota melalui Camat
ntuk dievaluasi.
6. Melakukan tindklanjut sesuai hasil evaluasi
Camat.
7. Melakukan penetapan Perdes APB Desa
sesuai
8. Menyampaikan rancangan
dengan hasil evaluasi
Melakukan dan APB
Camat.
sosialisasi Desa dan
penyebarluasan
rancangan
informasi Perdes APB Desa kepada BPD.
III. Indikator Hasil:

1. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan yang


tercantum dalam Desa dan proposal
kegiatan maupun
APB RAB.
2. Seluruh pengelolaan keuangan desa tercatat
dalam buku administrasi keuangan desa.
3. Melakukan laporan ruti n kepada Pemerintah
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023 194
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Daerah untuk kegiatan yang bersifat penugasan.


4. Memiliki rencana kerja pemeliharaan kegiatan.
5. Berita Acara dan Surat Keputusan Kepala Desa
tentang perubahan kegiatan.
IV. Indikator Kualitas Hasil dan Proses:

1. Pelaksanaan kegiatan menggunakan tenaga


kerja dan alat bahan yang a da di desa
setempat.
2. Pelaksanaan kegiatan terbuka dan diketahui
oleh masyarakat desa.
3. Kualitas hasil pekerjaan memenuhi spek teknis
yang dipersyaratkan.
4. Seluruh transaksi keuangan desa tercata dalam
adminsistrasi dengan tertib dan mudah diakses.
5. Terdapat bukti hasil pemeriksaan oleh auditor.
6. Selalu dilakukan rapat evaluasi pelaksanaan
kegiatan secara rutin dan berkala.

Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023 195


Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Tabel II.B. Indikator Kinerja Kegiatan Pelaksanaan Non-APBDesa

Pemenuhan
No. Indikator Kinerja Catatan
Ya Tidak
1. Memimpin, mengkoordinasikan, dan memberi
bimbingan dan petunjuk pelaksanaan kegiatan
kepada perangkat desa;
2. Melakukan pembinaan masalah pertanahan;
3. Melakukan pembinaan ketentraman dan
ketertiban masyarakat serta melakukan upaya
perlindungan masyarakat;
4. Melakukan administrasi kependudukan dan
penataan dan pengelolaan wilayah.
5. Melakukan pembinaan kemasyarakatan, seperti
pelaksanaan hak dan kewajiban masyarakat,
partisipasi masyarakat, sosial budaya
masyarakat, keagamaan, dan ketenagakerjaan.
6. Melakukan upaya-upaya pemberdayaan
masyarakat, seperti tugas sosialisasi dan
motivasi masyarakat di bidang budaya,
ekonomi, politik, lingkungan hidup,
pemberdayaan keluarga, pemuda, olah raga,
dan karang taruna.
7. Melakukan pembinaan kepada lembaga
kemasyarakatan dan lembaga adat;
8. Melakukan pembinaan kerukunan umat
beragama;
9. Pembinaan masalah-masalah sosial dan budaya
masyarakat;
10. Menjaga hubungan kemitraan dengan lembaga
masyarakat dan lembaga lainnya;
11. Melakukan upaya-upaya kerjasama desa untuk
kesejahteraan masyarakat desa;
12. Melakukan pembinaan kegiatan BUM Desa;
13. Melakukan kegiatan-kegiatan koordinatif dan
hubungan kerja yang harmonis dengan
kelembagaan yang ada di desa.

Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023 196


Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Lampiran III. Indikator Kinerja Kepala Desa pada Tahapan Pelaporan


Pembangunan Desa

Tabel III. Indikator Kinerja Kegiatan Pelaksanaan Pelaporan

Pemenuhan
No. Indikator Kinerja Catatan
Ya Tidak
1. Mengendalikan dan mengorganisasikan input
pelaporan yang disusun oleh perangkat maupun
tim teknis;
2. Melakukan validasi dan pemeriksaan bahan laporan
yang disampaikan oleh perangkat desa;
3. Menyampaikan laporan sesuai dengan format
standar yang diatur dengan peraturan
perundangan;
4. Menyampaikan laporoan yang valid didukung oleh
data-data yang dapat dipertanggungjawabkan;
5. Menyampaikan laporan sesuai dengan target waktu
yang telah ditetapkan oleh undang-undang.
6. Menyampaikan informasi kepada masyarakat desa
secara terbuka;
7. Melakukan publikasi laporan pada media-media
yang ada di masyarakat maupun dengan teknologi
informasi yang ada di desa;
8. Memberikan respon dan penyelesaian terhadap
pengaduan yang disampaikan masyarakat.
9. Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDesa Semester
Pertama;
10. Desa memiliki Laporan Realisasi Pelaksanaan
APBDesa Semester Akhir;
11. Desa memiliki Laporan Pertanggunggjawaban
Realisasai Pelaksanaan APBDesa;
12. Desa memiliki Laporan Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa;
13. Desa memiliki Laporan Keterangan
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
14. Desa memiliki Laporan Hasil Penanganan Masalah;
15. Desa memilki Laporan Akhir Masa Jabatan.

Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023 197


Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

PEMILIHAN KEPALA DESA

Keterkaitan BPD dalam pemilihan kepala desa yang masa


jabatannya berakhir diatur secara rinci dalam Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 112 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Kepala Desa. Menurut
peraturan tersebut peran BPD dalam pemilihan kepala desa dapat
dirinci sebagai berikut:
BPD membentuk Panitia Pemilihan Kepala Desa dalam jangka waktu
10 (sepuluh) hari setelah pemberitahuan akhir masa jabatan (pasal
7 huruf b)
BPD menyampaikan Panitia Pemilihan Kepala Desa secara tertulis
kepada Bupati/Walikota melalui camat (pasal 8).
BPD menghadiri kegiatan sebelum pemungutan suara dan pada
saat pemungutan suara (pasal 38)
BPD menghadiri dan menjadi saksi penghitungan suara di TPS
yang dilakukan oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa (pasal 41)
BPD menerima berita acara hasil penghitungan suara, surat suara,
dan alat kelengkapan administrasi pemungutan dan penghitungan
suara yang diserahkan oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa segera
setelah selesai penghitungan suara (pasal 41).
BPD menerima laporan hasil pemilihan kepala desa dari Panitia
Pemilihan Kepala Desa (pasal 44).
BPD menyampaikan calon Kepala Desa terpilih berdasarkan suara
terbanyak kepada Bupati/Walikota melalui Camat dengan tembusan
kepada Kepala Desa (pasal 44).

Pemilihan Kepala Desa antar Waktu

BPD membentuk Pantia Pemilihan Kepala Desa Serentak dan Panitia


Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu. Pembentukan panitia
ditetapkan dengan keputusan BPD yang terdiri dari perangkat Desa
dan unsur masyarakat. Jumlah anggota panitia disesuaikan dengan
beban tugas dan kemampuan pembiayaan. Panitia
bertanggungjawab kepada BPD. Dalam hal anggota panitia tidak
melaksanakan tugas dan kewajiban dapat diberhentikan dengan
keputusan BPD.

Panitia melakukan penjaringan dan penyaringan bakal calon Kepala Desa


antar waktu. Penyaringan bakal calon Kepala Desa menjadi calon Kepala
Desa, paling sedikit 2 (dua) orang dan paling banyak 3 (tiga) orang.
Jika jumlah bakal calon yang memenuhi persyaratan lebih dari 3
(tiga), panitia melakukan seleksi tambahan dengan menggunakan
kriteria memiliki pengetahuan mengenai Pemerintahan Desa, tingkat
pendidikan, usia dan persyaratan lain yang ditetapkan Bupati/Wali kota.
Jika bakal calon yang memenuhi persyaratan kurang dari 2 (dua)
orang, panitia memperpanjang waktu pendaftaran selama 7 (tujuh)
hari.

Jika bakal calon yang memenuhi persyaratan tetap kurang dari


2 (dua) setelah perpanjangan waktu pendaftaran, BPD menunda
pelaksanaan pemilihan Kepala Desa sampai dengan waktu yang
ditetapkan kemudian.

Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023


Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

BPD menyelenggarakan musyawarah Desa khusus untuk pemilihan


Kepala Desa antar waktu.

Penyelenggaraan musyawarah Desa khusus dilakukan untuk


mengesahkan calon Kepala Desa yang diajukan panitia serta memilih
dan pengesahan calon Kepala Desa terpilih. Forum musyawarah Desa
khusus menyampaikan calon Kepala Desa terpilih kepada panitia untuk
disampaikan kepada BPD. BPD menyampaikan calon Kepala Desa terpilih
kepada Bupati/Walikota paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya laporan
hasil pemilihan Kepala Desa dari panitia pemilihan.

Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023


Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Timeline Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Serentak

BULAN Ke
(sebelum akhir
NO KEGIATAN
masa jabata
Kades)

6 Pemberitahuan BPD kepada Kepala Desa tentang akhir


1 masa jabatan (6 bulan sebelum berakhir)

Pembentukan panitia pemilihan kepala desa oleh BPD


2 (10 hari setelah surat pemberitahuan)
Laporan akhir masa j abatan Kepala Desa kepada
3 5 Bupati/Walikota

Pengajuan rencana biaya penyelenggaraan oleh panitia


4 kepada Bupati/Walikota melalui Camat
Persetujuan re ncana biaya penyelenggaraan oleh
5 4 Bupati/Walikota

6 3 Pendaftaran dan penetapan daftar pemilih oleh panitaia

7 Penjaringan dan penyaringan bakal calon Kepala Desa

Penetapan dan pengumuman calon Kepala Desa yang


8 2 memenuhi syarat
Penetapan tata cara pelaksanaan dan tata cara
9 pelaksanaan kampanye
Fasilitasi penyediaan peralatan, perlengakapan dan
10 tempat pemungutan suara

11 Pelaksanaan pemungutan suara

Penetapan hasil rekapitulasi pemungutan suaran dan


12 pengumuman hasil pemilihan
Penetapan calon Kpela Desa terpilih oleh panitia
13 1
Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pemilihan oleh
14 panitia kepada B PD
Penyampaian nama calon Kepala Desa terpilih oleh BPD

15 kepada Bupati/Walikota

Pengesahan calon kepala desa terpilih menjadi Kepala


16 Desa dengan SK Bupati/Walikota
17 0 Pelantikan kepala desa terpilih oleh Bupati/Walikota

Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023


Timeline Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu

NO BULAN Ke KEGIATA
Pembentukan panitia pemilihan
N kepala desa antar
waktu
1 1
Pengajuan
oleh BPD (15
pembiayaan
hari setelahpenyelenggaraan
pemberhentian) pemilihan
oleh
2 panitia kepada pejabat kepala desa (maksimum 30
hari)
Persetujuan biaya penyelenggaraan pemilihan
oleh
3 2 pejabat kepala desa (maksimum 30 hari sejak
Musyawarah desa
surat pengajuan panitia) daftar calon peserta
4 penetapan
musyawarah desa khusus
Pengumuman dan pendaftaran bakal calon kepala
5 3 desa
Penelitian
antar waktukelengkapan berkas calon kepala desa
6 4 antar
Persiapan
waktu pelaksanaan desa khusus
7 musyawarah
pemilihan kepala desa antar u
wakt
Musyawarah desa khsususpenetapan dan
pengesahan
bakal calon serta pemilihan dan penetapan calon
8 5
kepala desa antar waktu terpilih (maksimum 6 bulan
Pelaporan hasil pemilihan oleh panitia kepada
sejak pemberhentian)
BPD
9 6
(maksimumcalon
Pelaporan 7 hari kepala
setelahdesa
musyawarah desa terpilih
antar waktu khsusu)
oleh

10 BPD kepada Bupati/Walikota (maksimum 7 hari


sejak laporan panitia)
Pengesahan pengangkatan calon kepala desa
antar

11 7 waktu terpilih dengan SK Bupati/Walikota


(maksimum kepala
Pelantikan 30 hari sejak
desa laporan
terpilih BPD)
oleh
Bupati/Walikota
12 8 (maksimum 30 hari sejak penerbitan SK
Bupati/Walikota)

Anda mungkin juga menyukai