DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... 2
PB 1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR ..................................................... 3
SPB.1.1 Perkenalan Dan Pengorganisasian Peserta ...........................................3
SPB.1.2 Tujuan Pelatihan Dan Ungkapan Harapan Peserta .............................4
PB 2 KEPEMIMPINAN ....................................................................................................... 5
PB.3. KEWIRAUSAHAAN DAN PENGEMBANGAN BUMDESA.............................. 19
PB.4. PENGELOLAAN KEUANGAN DESA ................................................................. 39
SPB.4.1. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Desa ..............................................39
PB.5. KELEMBAGAAN PKK DAN POSYANDU .......................................................... 47
PB.6. KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA ..................... 66
SPB.6.1. Kewenangan Desa dan Kelembagaan Desa .......................................66
Kelembagaan Desa ..................................................................................................68
SPB.6.2. Administrasi Pemerintahan Desa dan Laporan Kepala Desa...........74
PB. 6 PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA........................................................ 78
SPB.6.1 Penyusunan RPJM Desa .........................................................................78
SPB.5.2 Penyusunan RKPDesa Dan DU-RKP Desa .......................................166
PB .7. PENYUSUNAN PERATURAN DESA ............................................................. 107
SPB 7.1 Kaidah Penyusunan Peraturan Di Desa ..............................................107
SPB 7.2 Tehnik Penulisan Peraturan Di Desa ...................................................133
PB. 8 MENATA KELEMBAGAAN BPD ....................................................................... 150
1. TujuanPerkenalan
a. Salingmengenal antara peserta dengan peserta, peserta dengan
fasilitatorataupelatih, dan peserta dengan panitiapenyelenggara.
b. Menjalinhubungankekeluargaan dan keakraban di antara peserta, fasilitator, dan
panitiapenyelenggara.
2. ManfaatPerkenalan
a. Salingmengenalidentitaspribadimasing-masingpeserta.
b. Menciptakankeakrabandankekeluargaan.
c. Menciptakansuasanagembira.
d. Mencairkan kekakuan suasana dan perilaku antara peserta.
e. Menciptakan kerjasama dan saling menghargai.
3. Cara Perkenalan
Perkenalan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara dan berbagai permainan. Hal
ini sangat tergantung pada waktu yang tersedia. Makin sempit waktu yang tersedia maka
perkenalan perlu dilakukan lebih singkat dan sederhana, demikian juga sebaliknya. Dalam
situasi pandemi saat ini maka metode perkenalan harus memperhatikan protokol
kesehatan. Salah satu contoh “Permainan Mencari Kelompok”.
4. Pada saat melakukan perkenalan, fasilitator melibatkan seluruh peserta melalui aktivitas
permainan yang mendorong keterbukaan dan mencairnya suasana. Namun, pembatasan
waktu perlu dilakukan agar tidak berlarut-larut. Hindari pertanyaan yang bersifat
menyelidiki atau pribadi. Fasilitator disarankan untuk memperhatikan kecenderungan
perilaku umum peserta seperti pemalu, berbicara lugas, santai atau membosankan,
sehingga memudahkan dan membantu fasilitator dalam menentukan metode
pembelajaran dan menciptakan suasana kondusif di kelas.
SEKSI PENEGAK
DISIPLIN SEKSI PEMANASAN SEKSI PELAPORAN
JABATAN TUGAS
Ketua : 1. Memimpin Kepengurusan Kelas
Seksi : 1. Melaporkan hasil-hasil kesepakatan kelas (fc. materi, foto bersama, buku kenangan)
Pelaporan 2. Melaporkan keg. Panitia (akomodasi, konsumsi, kebersihan,dll)
1. Tujuan Pelatihan
2.
a. Menunjukkan respek fasilitator pada peserta (misalnya dengan terlebih dahulu
menanyakan latar belakang peserta lalu mengapresiasi keikutsertaan mereka).
b. Mengurangi potensi permasalahan, karena kurangnya apresiasi kepada peserta.
c. Mengenal satu sama lain (antara peserta dengan peserta, peserta dengan fasilitator atau
pelatih, dan peserta dengan panitia penyelenggara).
d. Menjalin hubungan kekeluargaan dan keakraban diantara peserta, fasilitator, dan panitia
penyelenggara.
Memahami kemampuan awal peserta menjadi bagian penting dari keseluruhan proses
pelatihan. Mengawali sesuatu dengan benar lebih penting daripada memperbaikinya pada
saat proses berjalan. Fasilitator harus mempu mengidentifikasi kemampuan apa saja
(pengetahuan, keterampilan, pengalamandan nilai-nilai) yang berkaitan dengan tema
pelatihan. Hal ini sangat penting untuk memahami kondisi dan kapasitas awal peserta
sehingga mempermudah dalam menetapkan mulai dari mana urutan penyajian dimulai dan
metode apa yang sesuai.
2 Empat Konsesus Dasar Negara dalam Gerakan nasional bela negara, www.kemhan.go.id/pothan Modul Pembinaan Kesadaran
Bela Negara
3
https://www.beritasatu.com/nasional/454790/pancasila-dengan-kearifan-lokalnya-terbukti-ampuh-bentengi-
nkri#:~:text=Dikatakan%2C%20Pancasila%20sebagai%20ideologi%20negara,
sosial%20bagi%20seluruh%20rakyat%20Indonesia.
4
https://iveybusinessjournal.com/publication/followership-the-other-side-of-leadership/
Kepemimpinan digital atau digital leadership diperlukan dalam proses transformasi digital
yang tengah berjalan saat ini untuk mengawal perubahan dan pemanfaatan teknologi dengan
cepat di berbagai sektor, termasuk sektor pemerintahan. Hadirnya pemimpin digital dapat
mendorong percepatan transformasi di dalam organisasi. untuk melakukan transformasi teknologi,
seorang digital leader harus mampu menggunakan aset digital untuk membuat keputusan yang
cepat dan tepat. Selain itu, digital leader juga harus mampu berinovasi dan berkolaborasi dengan
unsur organisasi atau stakeholder lain untuk menemukan solusi.
Hasnah rosyida dkk (2013)5 telah mengemukakan bahwa manusia tidak pernah lepas dari
teknologi. Perkembangan teknologi yang pesat pada masa ini telah menjadikan beberapa
perubahan dalam tatanan kehidupan masyarakat,terutama pada negara-negara berkembang.
Yang dulunya masyarakaat hidup dengan bentuk yang tradisional kini berubah kebentuk yang
modern.Karena dalam kehidupan kita di masa mendatang,sektor teknologi informasi dan
telekomunikasi merupakan sektor yang sangat dominan. Siapapun yang handal teknologi maka
dia akan menjadi seorang pemimpin dalam dunianya. Teknologi sangat berperan dalam berbagai
bidang.
Sehingga teknologi sekarang sudah merupakan suatu keharusan bagi masyarakat, agar
kita tidak ketertinggalan dari segala aspek dan perkembangan dunia. Keberadaan teknologi
sebenarnya merupakan sesuatu yangberdampak positive bagi masyarakat, karna dengan adanya
teknologi lebih memudahkan masyarakat dari segi informasi, komunikasi dan transportasi. Hanya
saja terkadang masyarakat yang kurang bisa memanfaatkan teknologi dengan baik, sehingga
keberadaan teknologi malah memunculkan efek negative. Perkembangan tekhnologi di Indonesia
pada masa sekarang ini tidak hanya berkembang pada masyarakat Kota saja, akan tetapi sudah
mulai masuk kebeberapa daerah atau pulau-pulau di sekitaran wilayah Indonesia. Mereka yang
berada di daerah-daerah tersebut sudah mulai mengakses beberapa teknologi baik itu dari segi
komunikasi, informasi, transportasi maupun pekerjaan ,
"Digital leader juga mempunyai tanggung jawab dalam membimbing dan menginisiasi
rekan kerjanya agar dapat memanfaatkan teknologi informasi dalam rangka mewujudkan
transformasi digital. Dengan hadirnya kepemimpinan digital, maka pemimpin mampu untuk
mendayagunakan aset digital yang dimiliki oleh pegawainya untuk dapat mencapai tujuan
organisasi. Pemimpin digital juga dapat memanfaatkan teknologi digital yang dihubungkan dengan
proses bisnis masing-masing instansi pemerintah dalam melakukan transformasi layanan.
Merujuk pada kemenpan RB6 Digital leadership atau yang dikenal juga dengan sebutan e-
Leadership merupakan kepemimpinan digital yang timbul akibat dari berkembangnya lingkungan
berbasis elektronik atau e-Environment. Terdapat empat karakteristik yang membedakan
kepemimpinan biasa dengan e-Leadership. Yaitu:
1. kemampuan komunikasi, dimana digital leader telah mampu berkomunikasi secara efektif
menggunakan perangkat media sosial untuk terus terkoneksi dengan anggota di dalam
maupun luar organisasi.
2. memiliki kemampuan berpikir dan bekerja sama tanpa adanya batasan waktu, ruang, dan
rintangan budaya dimana pengawasan dan interaksi tatap muka tidak lagi diperlukan.
3. memiliki kemampuan dalam memantau dan mengelola pekerjaan dengan efektif secara
virtual.
4. kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan teknologi. Pesatnya perkembangan
teknologi menuntut penyesuaian perubahan yang berjalan dengan cepat agar tujuan
organisasi dapat tetap tercapai.
Pemanfaatan teknologi digital diwujudkan dalam transformasi layanan publik. Agar tetap dapat
mengikuti perubahan dan tetap memberikan pelayanan prima, kemampuan beradaptasi menjadi
kunci untuk dalam transformasi digital ini.
5
http://jurnalilmiahtp2013.blogspot.com/2013/12/pengaruh-teknologi-terhadap-gaya-hidup.html
6
https://www.menpan.go.id/site/berita-terkini/pentingnya-digital-leadership-dalam-transformasi-teknologi
7
Avolio, B. J., Kahai, S., & Dodge, G. E. (2000). E-leadership: Implications for theory, research, and practice. The Leadership
Quarterly, 11(4), 615–668. https://doi.org/10.1016/S1048-9843(00)00062-X
8
https://www.kuncie.com/posts/kepemimpinan-di-era-digital
9 Kelompok Keahlian Transformasi Stratejik dan Inovasi PPM Manajemen Corporate Strategy, Transformation, and Innovation -
Consultant. Central Queensland University University of Indonesia
(3). Desain pengembangan LMS yang dihasilkan harus memenuhi dua factor utama utama yaitu:
a. Faktor Internal terdiri dari; fleksibilitas, konsistensi, efisiensi, monev, dan fungsi.
b. Faktor Eksternal terdiri dari; Kompetensi individu, sosial, budaya, dan teknis dari
eksternal penyelenggara.
Demi mewujudkan model sistem manajemen pembelajaran ini, maka Dirjen PPMD
Kemendagri melalui program P3PD pada tahun 2020-2024 akan menyipakan
11 Asih Setiawati; Badan Riset dan Inovasi Nasional ; Jurnal Bestari 2021 ISSN 2745-7001 Vol. 2 No. 1, September 2021, P.1-22
Terdapat dua aspek utama sebagai penekanan utama dalam pengembangan kapasitas
aparatur desa berbasis LMS ini, yaitu:
1) aspek / bidang umum / administrasi dan manajemen yang akan memberikan
penguasaan pengetahuan dan keterampilan dalam pelayanan teknis yang sifatnya
umum untuk menunjang tugas pokok aparatur desa.
2) adalah aspek / bidang substantif untuk memberikan keterampilan dan pengetahuan
teknis dalam pelaksanaan tugas pokok sesuai kedudukan / jabatan pelaku aparatur
desa.
Modul pelatihan nantinya yang akan digunakan adalah modul-modul yang disusun dan
diterbitkan oleh Ditjen bina Pemerintahan Desa Berikut. Modul yang akan dikembangkan
nantinya akan menjadi materi dan bahan belajar utama yang akan digunakan di keseluruhan
proses balajar bagi Aparatur Desa.
Diskusi mengenai teori kepemimpinan telah digagas oleh Max Weber (1864-1920) dengan
mengemukakan tiga model kepemimpinan, yaitu (1) kepemimpinanbirokrasi, (2) kepemimpinan
karismatik, dan (3) kepemimpinan tradisional. Sebagaimana bagan berikut:
12
https://id.wikipedia.org/wiki/Kepemimpinan#:~:text=Kepemimpinan%20merupakan%20sebuah%20bidang%20rise
t,%2C%20tim%2C%20atau%20seluruh%20organisasi.
2. Kepemimpinan Birokrasi
Dalam dunia birokrasi kita mengenal beberapa tipologi kepemimpinan atau lebih dikenal dengan
Kepemimpinan birokrasi didasarkan pada keyakinan terhadap ‘legalitas’ pola-pola aturan normatif,
dan hak yang diberikan kepada penguasa berdasarkan aturan tersebut untuk melakukan
perintah.
Dalam bukunya, Weber (1947) mengingatkan bahwa kepemimpinan birokrasi cenderung untuk
berubah menjadi kepemimpinan tradisional (feudal) karena kekuasaan mutlak yang diperolehnya
(Boje & Dennehy, 2006). Kalau sudah demikian, perilakunya pun berubah menjadi seperti seorang
raja kecil yang menuntut loyalitas total dari anak- buahnya, mengembangkan sistem nepotisme,
dan berorientasi pada politik kekuasaan.
Di negara-negara yang memiliki karakteristik patron-client yang kental, sebagaimana diindikasikan
oleh Soebhan (2000), fenomena disfungsi perilaku kepemimpinan semacam itu banyak
ditemukan. Di Indonesia, kecenderungan kepemimpinan feodalistik di lingkungan birokrasi
tumbuh subur pada era Orde Baru, dan sayangnya hingga kini budaya ini masih belum bisa
dihilangkan13.
Kepemimpinan birokrasi melahirkan sistim yang transaksional yang disebut juga birokrasi
transaksional model Weber, ini pada umumnya memiliki karakteristik diilustrasikan pada gambar
berikut14:
13
STIA LAN Bandung dapat di akses pada: https://doi.org/10.24258/jba.v2i2.18
14
Addopsi anwaruddin 2006
15
https://studiousguy.com/burns-transformational-leadership-theory/
Memiliki kemampuan saja tidak cukup untuk mengembangkan kepemimpinan birokrasi unggulan,
karena kompetensi yang dibutuhkan perlu dilengkapi dengan sikap keteladanan (PP 101/2000).
16
https://media.neliti.com/media/publications/publications/256472-kepemimpinan-transformasional-kepala-sek-
9d9af885.pdf
17
https://id.wikipedia.org/wiki/Kepemimpinan
18
Adopsi anwaruddin 2006
19
https://ejournal.uksw.edu/scholaria/article/download/1592/889
KEWIRAUSAHAAN DESA
A. Pengertian Kewirausahaan
Secara sederhana, kewirausahaan adalah kegiatan membangun usaha untuk menciptakan
sebuah produk atau jasa. lebih jelas lagi, kewirausahaan merupakan kemampuan untuk
menciptakan dan mengelola sesuatu yang baru melalui proses kreatif dan inovatif yang dijadikan
dasar, kiat, serta sumber daya untuk memecahkan suatu masalah dan menemukan peluang untuk
memperbaiki kehidupan. Selain itu, terdapat pula definisi kewirausahaan menurut para ahli seperti
berikut:
1. Joko Untoro
Menurut Joko Untoro, kewirausahaan adalah suatu keberanian yang dimiliki seseorang dalam
melakukan berbagai upaya agar kebutuhan hidup bisa terpenuhi, menggunakan kemampuan dan
juga memanfaatkan potensi yang dimiliki agar bisa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk
diri sendiri dan orang lain.
2. Ahmad Sanusi
Ahmad Sanusi mengartikan kewirausahaan sebagai suatu nilai yang terwujud elalui tindakan
untuk dijadikan sumber daya, kita, siasat, tenaga penggerak, tujuan, roses, dan hasil bisnis.
3. Eddy Soeryanti Soegoto
Selanjutnya, menurut Eddy Soeryanti Soegoto, definisi kewirausahaan adalah saha kreatif
seseorang yang dilakukan berdasar inovasi agar muncul sesuatu yang baru dan berbeda dari yang
lain, mempunyai nilai tambah, bermanfaat, menyediakan lapangan kerja, dan memiliki hasil yang
berguna untuk orang lain.
4. Schumpeter
Kemudian, Schumpeter menjelaskan bahwa kewirausahaan dipandang sebagai kombinasi baru,
termasuk melakukan hal-hal baru yang sudah dilakukan dengan cara baru. Kombinasi baru
tersebut meliputi pengenalan barang baru, metode produksi baru, pembukaan pasar baru, serta
sumber pasokan baru.
5. Rumelt
Menurut Rumelt, kewirausahaan merupakan penciptaan bisnis baru yang berarti tidak persis
menduplikasi bisnis yang sudah ada, tetapi memiliki beberapa unsur kebaruan.
Berdasarkan definisi kewirausahaan menurut para ahli di atas, dapat dikatakan bahwa inti dari
kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui
proses kreatif dan inovatif.
B. Konsep Kewirausahaan
Sebelum mempraktikan kewirausahaan, terdapat dua konsep dasar kewirausahaan yang perlu
kamu perhatikan dan miliki. Konsep tersebut dijelaskan oleh Mardia, dkk dalam buku
kewirausahaan sebagai berikut:
C. Tujuan Kewirausahaan
D. Sifat-Sifat Kewirausahaan
Sifat-sifat kewirausahaan sangat penting untuk dipahami dan diterapkan, sebab nantinya hal ini
akan mempermudah kamu dalam membangun suatu usaha. Berikut sifat-sifat yang harus kamu
miliki sebagai seorang wirausahawan:
1. Bisnis startup
Bisnis startup merupakan jenis kewirausahaan yang banyak diminati oleh masyarakat Indonesia.
Untuk membangun startup, hal pertama yang dibutuhkan adalah akses digital dan jaringan
internet. Sebab, kedua hal tersebut dapat mempermudah kegiatan wirausaha yang dilakukan. Di
Indonesia sendiri, jenis bisnis startup yang sedang marak dikembangkan adalah startup edukasi,
startup perdagangan, dan juga startup game. Sebagai gambaran, salah satu startup edukasi yang
ada di Indonesia yaitu Quipper. Kemudian untuk startup perdagangan ada Shopee dan Tokopedia,
sementara untuk startup yang bergerak di bidang game adalah Agate Studio.
2. Industri kreatif
Selain bisnis startup, industri kreatif juga merupakan jenis kewirausahaan yang memiliki
perkembangan pesat di Indonesia. Untuk memulai kewirausahaan di bidang industri kreatif, kamu
bisa memanfaatkan daya kreativitas yang kamu miliki. Di samping itu, kamu juga wajib
menciptakan inovasi menarik yang bisa menjawab kebutuhan banyak orang. Misalnya, dengan
mengembangkan usaha di bidang desain, periklanan, film, kerajinan tangan, dan masih banyak
lagi.
3. Retail
Retail merupakan jenis kewirausahaan yang menjual produk atau jasa kepada konsumen individu
atau konsumen sendiri untuk digunakan secara pribadi, artinya tidak dijual kembali. Saat
menjalankan bisnis retail, kamu bisa menjual produkmu secara offline maupun online dengan
memanfaatkan media sosial dan marketplace. Beberapa contoh usaha di bidang retail di
antaranya adalah menjual peralatan rumah tangga, kebutuhan fashion, makanan, dan lain-lain.
Berbinis dengan standar etika: prinsip bahwa setiap pebisnis harus senantiasa memegang standar
etika yang berlaku secara universal. Yang menjadi perhatian adalah standar etika yang berlaku di
setiap negara dikenali dengan baik dan disesuaikan dengan budaya bangsa bersangkutan.
Indonesia memikiki undang-undang perlindungan konsumen yang dapat dipakai sebagai salah
satu pegangan dalam etika berbisnis.
Mandiri prinsip kemandirian harus menjadi panduan dalam berwirausaha. Mandiri dalam banyak
hal adalah kunci penting agar kita dapat menghindari ketergantungan dari pihak-pihak atau para
pemangku kepentingan atas usaha kita.
Jujur menurut pytagoras kejujuran adalah mata uang yang akan laku dimana-mana, jujur kepada
pemasok dan pelanggan atau kepada seluruh pemangku kepentingan perusahaan adalah prinsip
wirausaha yang harus di nomor satukan dalam berusaha.
BUMDesa dapat digunakan untuk mengelola potensi desa seperti pengembangan wisata desa,
jasa pelayanan umum, peternakan, pertanian, dll. Dan hal itu perlu ide-ide brilian, dan tangan-
tangan kreatif pemuda dalam mengembangkannya. Sehingga apabila karakter kewirausahaan
pemuda sudah berkembang diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi perekonomian
desa
Membangun karakter kewirausahaan pemuda, memang bukan pekerjaan yang mudah, selain
kesadaran, peran pemerintah desa sebagai fasilitator dalam memberdayakan pemuda sangatlah
penting, pemeritah desa harus menciptakan inovasi dan ruang yang besar guna mengembangkan
perekonomian desa, salah satunya adalah mendukung kewirausahaan pemuda, baik itu dari segi
pelatihan, permodalan, dan jaringan. Apalagi di era digital zaman now peluang-peluang ekonomi
sangatlah besar.
Daftar Pustaka:
By Content Writer, 17 November 2020, 10 cara Mengidentifikasi Peluang Usaha saat memulai
suatu usaha.
Hari Murti, 12 Prinsip Wira Usaha Sukses yang harus anda ketahui “Penting”
Asep Jajuli, 5 Oktober 2018, Mengembangkan Karakter Kewirausahaan Pemuda Desa
Kartika, Ray Septianis. 2013. Peluang Mengembangkan Kewirausahaan Desa Berbasis Potensi
Desa (Studi Deskriptif di Desa Karang Rejo, Kecamatan Negeri Katon, Kabupaten Pesawaran,
Kampung Suka Jawa, Kecamatan Bumi Ratu, Kabupaten Lampung Tengah dan Desa Sidoasri,
Kecamatan Candi Puro, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung). Artikel jurnal
binapraja,10 November 2013, diunduh dari www.binaprajajournal.com.
Rujukan Regulasi: PP No.11 Tahun 2021 Tentang Badan Usaha Milik Desa, dan Peraturan Menteri
Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigran No. 3 Tahun 2021, Tentang Pendataan,
Pemeringkatan, Pembinaan, Pengembangan, dan Pengadaan Barang / Jasa BUM Desa/BUM Desa
Bersama
1. Pendahuluan
Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) pertama kali diatur secara resmi oleh Pemereintah melalui
Pemeraturan Pemerintah No 72 Tahun 2005, tentang Desa. Pada pasal 78, ayat 1, disebukak;
Dalam meningkatkan pendapatan masyarakat dan Desa, Pemerintah Desadapat mendirikan
BadanUsaha MilikDesa sesuai dengan kebutuhan dan potensi Desa. Pembentukan Badan Usaha
Milik Desa ditetapkan dengan Peraturan Desa berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
Bentuk Badan Usaha Milik Desa harus berbadan hukum. Badan Usaha Milik Desa adalah usaha
desa yang dikelola oleh Pemerintah Desa.
Kemudian lahirlah Undang-Undang No.6 Tahun 2014, Tentang Desa, yang mengatur lebih lanjut
mengenai BUMDES tersebut. Pada Bab X, Pasal 87, sebutkan; Desa dapat mendirikan Badan
Usaha Milik Desa yang disebut BUM Desa. BUM Desa dikelola dengan semangat kekeluargaan
dan kegotongroyongan. BUM Desa dapat menjalankan usaha di bidang ekonomi dan/atau
pelayanan umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selanjutnya, pada
Pasal 88 disebutkan, Pendirian BUM Desa disepakati melalui Musyawarah Desa, kemudian
ditetapkan dengan Peraturan Desa. Untuk lebih operasionalnya Undang Undang No. 6 Tahun
2014, maka Pemerintah pengeluarkan aturan pelaksananya, melaui Peraturan Pemerintah No. 43
Tahun 2014, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang No 6 Tahun 2014, Tentang Desa,
sebagaimana telah dilakukan revisi dengan Kelaurnya PP No. 47 Tahun 2015, Tentang
Peruhanan Atas Peraturan Pemerintah No 43 Tahun 2014, tentang Desa.
Peraturan Pemerinrah No. 43 Tentang Desa; Pasal 132 ayat 1 menyebutkan Desa dapat
mendirikan BUM Desa. Pendirian BUM Desa dilakukan melalui musyawarah Desa dan ditetapkan
dengan peraturan Desa. Organisasi pengelola BUM Desa terpisah dari organisasi Pemerintahan
Desa.
Kemudian PP 43 mengalami revisi dengan keluarnya PP No. 47 Tahun 2015. PP 47 Tahun 2015
menyebutkan: “Ketentuan Pasal 135 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 135 (1)
Modal awal BUM Desa bersumber dari APB Desa. (2) Modal BUM Desa terdiri atas: a. penyertaan
modal Desa; dan b. penyertaan modal masyarakat Desa. (3) Kekayaan BUM Desa yang
bersumber dari penyertaan Modal Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan
kekayaan Desa yang dipisahkan. (4) Penyertaan modal Desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a berasal dari APB Desa. (5) Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah
daerah kabupaten/kota dapat memberikan bantuan kepada BUM Desa yang disalurkan melalui
APB Desa”.
“Ketentuan ayat (1) dan ayat (5) Pasal 136 diubah dan ayat (4) Pasal 136 dihapus, sehingga Pasal
136 berbunyi sebagai berikut: Pasal 136 (1) Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
disepakati melalui musyawarah Desa. (2) Anggaran dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memuat paling sedikit nama, tempat kedudukan, maksud dan tujuan, modal, kegiatan usaha,
jangka waktu berdirinya BUM Desa, organisasi pengelola, serta tata cara penggunaan dan
pembagian keuntungan. (3) Anggaran rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memuat paling sedikit hak dan kewajiban, masa bakti, tata cara pengangkatan dan pemberhentian
personel organisasi pengelola, penetapan jenis usaha, dan sumber modal. (4) Dihapus. (5)
Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa”
Permendes No. 4 Tahun 2015 mengatur cukup lengkap tentang BUMDES, mulai dari Pendirian,
Pengurus dan Pengelolaan, Permodala, Jenis Usha, sampai pada Pertanggungjawaban
BUMDES. Permendes inilah yang menjadi acuan pendiriaan BUMDES, sampai lahirnya Peraturan
Pemerintah No. 11 Tahun 2021 Tentang Badan Usaha Miliki Desa. PP ini adalah merupakan
aturan Pelaksanaan Ketentuan Pasal 117 dan Pasal 185 huruf b Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2O2O tentang Cipta Kerja, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Badan Usaha
Milik Desa. Undang Undang Cipta Kerja ini sekaligus mengakhiri polemic tentang Badan Hukum
Usaha BUMDES, yang sudah berlangsung sejak era PP 72 tahun 2005.
Membaca secara cermat PP No.11 Tahun 2021 Tentang Badan Usaha Milik Desa, terdapat
perbedaan yang mendasar bila dibandingkan dengan aturan BUMDES sebelumnya, khususnya
terkait dengan prangkat organisasi. Pasal 15, menyebutkan: Perangkat Organisasi BUM
Desa/BUM Desa bersama terdiri atas:
a. Musyawarair Desa/Musyau'ar.ah Antar Desa;
b. penasihat;
c. pelaksana operasional; dan
d. pengawas
Begitu luasnya kewenagan Msuyawarah Desa dalam pendirian dan pengelolaan BUMDES
menunjukkan bahwa peran serta masyarakat dalam pendirian BUM Desa/BUM Desa Bersama
sangat besar.
BUM Desa/BUM Desa Bersama bertujuan: agar Desa dapat melakukan kegiatan ursaha
ekonomi melalui pengelolaan usaha, serta pengembangan investasi dan procluktivitas
perekonomian, dan potensi Desa. Melakukan kegiatan pelayanan umum melalui penyediaan
barang dan/atau jasa serta pemenuhan kebutuhan umurn masyarakat Desa, dan mengelola
lumbung pangan Desa. Dengan demikian Desa akan memperoleh keuntungan atau laba
bersih bagi peningkatan pendapatan asli Desa serta mcngembangkan sebesar-hesarnya
manfaat atas surnber daya ekonomi masyarakat Desa. Untuk itu pernanfaatan Aset Desa guna
menciptakan nilai tanbah atas Aset Desa; dan mengembangkan ekosistem ekonomi digital di
Desa perlu dilakukan.
Untuk mmewujudkan tujuan pendirian BUM Desa/BUM Desa bersama, pengelolaan BUM
Desa/BUM Desa bersama dilaksanakan berdasarkan semangat kekeluargaan dan
kegotongroyongan dengan prinsip: profesional; terbuka dan bertal-rggung jawab; partisipatif;
prioritas sumber daya lokal; dan berkelanjutan.
Tatacara pendirian BUM Desa/BUM Desa Bersama diatur pada pasal Pasal 7 PP 11 Tahun
2021 sebagai berikut:
1) BUM Desa didirikan oleh 1 (satu) Desa berdasarkan Musyawarah Desa dan
pendiriannya ditetapkan dengan Peraturan Desa.
2) BUM Desa bersama diclirikan oleh 2 (dua) Desa atau lebih berdasarkan Musyawarah
Antar Desa dan pendiriannya ditetapkan dengan Peraturan Bersama Kepala Desa.
3) BUM Desa bersama didirikan berdasarkan kesamaan potensi, kegiatan usaha, atau
kedekatan wilayah.
BUM Desa/BUM Desa Bersama memperoleh status badan hukum pada saat diterbitkannya
sertifikat pendaftaran secara elektronik dari menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia. Dalam hal BUM Desa/BUM Desa
Bersama memiliki Unit Usaha BUM Desa/ BUM Desa bersama, kedudukan badan hukum unit
usaha tersebut terpisah ctari BUM Desa/BUM Desa bersama sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Untuk rnemperoleh status badan hukum, Pemerintah Desa melakukan pendaftaran BUM
Desa/BUM Desa bersarna kepada Menteri melaluri sistem informasi Desa. Hasil pendaftaran
BUM Desa/BUM Desa bersama terintegrasi dengan sistem administrasi badan hukum pada
kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi
manusia. Hasil pendaftaran BUM Desa/BUM Desa bersama menjadi dasar Menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang hukum dan hak asasi manusia untuk
menerbitkan sertifikat pendaftaran badan hukum BUM Desa/BUM Desa Bersama. Ketentuah
mengenai pendaftaran BUM Desa/BUM Desa Bersama diatur dengan Peraturan Menteri.
Anggaran Dasar BUM Desa/BUM Desa bersama dan perubahannya dibahas dan ditetapkan
melalui Musyawarah Desa/ Musyawarah Antar Desa. Anggaran Dasar BUM Desa/BUM Desa
Bersama paling sedikit mernuat: nama; tempat kedudukan, maksud dan tujuan pendirian;
modal, jenis usahra di bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum; nama dan jumlah
penasihat, pelaksana operasional, dan pengawas; hak dan kewajiban, tugas, tanggung jawab
dan wewenang serta tata cara pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian penasihat,
pelaksana- operasional, dan/atau pengawas; dan ketentuan pokok penggunaan dan
pembagian dan/atau pelaksanaan dan pemanfaatan hasil usaha.
Uraian lebih lanjut mengenai anggaran dasar dan anggaran rumahtangga BUM Desa/BUM
Desa Bersama dapat dilihat pada PP 11 tahun 2021, mulai dari Pasal 11 sampai dengan Pasal
13.
Organisasi BUM Desa/BUM Desa bcrsama terpisah dari Pemerintah Desa. Struktur
Organisasi BUM Desa/BUM Desa Bersama terdiri atas: Musyawarah Desa/Musyau'ar.ah
Antar Desa; Penasihat; Pelaksana operasional; dan Pengawas.
Uraian lebih lanjut mengenai Organisasi dan Pegawai BUM Desa/BUM Desa Bersama dapat
dilihat pada PP 11 tahun 2021, mulai dari Pasal 14 sampai dengan Pasal 38.
Pelaksana operasional menyusun rancangan rencana program kerja BUM Desa/BUM Desa
bersama sebelum dimulainya tahun bukuyang akan datang. Rancangan rencana program
kerja BUM Desa/BUM Desa bersama disampaikan kepada penasihat dan pengawas untuk
ditelaah.
Hasil telaahan rancangan rencana program keda BUM Desa/BUM Desa Bersama diputuskan
dalam Musyawarah Desa/Musyawarah Antar Desa sebagai rencana program kerja BUM
Desa/BUM Desa bersama. Dalam hal pelaksana operasional tidak menyusun rancangan
rencana program kerja BUM Desa/BUM Desa bersama, berlaku rencana program kerja BUM
Desa/BUM Desa bersama tahun sebelumnya.
Rencana program kerja BUM Desa/BUM Desa Bersarna paling sedikit memuat:
a. Sasaran usaha, strategi usaha, kebijakan, dan program kerja/kegiatan BUM
Desa/BUM Desa bersarna.
b. Anggaran BUM Desa/BUM Desa bersama yang dirinci atas setiap anggaran program
kerjalkegiatan.
c. Hal lain yang memerlukan keputusan Musyawarah Desa/ Mr"rsyawarah Antar Desa.
Seluruh atau sebagian besar kepemilikan modal BUM Desa/BUM Desa Bersama dimiliki
oleh Desa atau bersama Desa-Desa. Besaran kepemilikan modal BUM Desa/BUM Desa
bersama dinyatakan dalam Anggaran Dasar BUM Desa/BUM Desa Bersama.
Modal BUM Desa/BUM Desa bersama terdiri atas:
1) penyertaan modal Desa;
2) penyertaan modal masyarakat Desa; dan
3) bagian dari laba usaha yang ditetapkan dalam Musyarvarah Desa/Musyawarah
Anrar Desa untuk menambah modal.
Modal awal BUM Desa/BUM Desa bersama dapat berasal dari: penyertaan modal Desa:
dan penyertaan modal Desa dan penyertaan modal nrasyarakat Desa. Penyertaan modal
Desa bersumber dari APB Desa atau APB Desa masing-masing Desa, yang ditetapkqn
dengan Peraturan Desa atau Peraturan Bersama Kepala Desa. Penyertaan modal
masyarakat Desa dapat berasal dari lembaga berbadan hukum, lembaga tidak berbadan
hukum, orang perseorangan, gabungan orang dari Desa dan/atau Desa-Desa setemlrat.
Penyertaan modal Desa dan/atau masyarakat Desa dapat dilakukan untuk: modal awal
pendirian BUMDesa/BUM Desa bersama; dan/atau penambahan modal BUM Desa/ BUM
Desa bersama. Penyertaan modal Desa berupa: uang; dan/atau barang selain tanah dan
bangrunan. Sementara penyertnan rnodal masyarakat Desa berupa: uang; dan/atau
barang baik tanah dan bangunan maupun bukan tanah dan bangunan. Penyertaan modal
Desa dan penyerteian modal masyarakat Desa dibahas dan diputuskan dalam
Musyawerah Desa dan/atau Musyawarah Antar Desa.
Penyertaan modal Desa dan/atau masyarakat Desa untuk penambahan modal BUM
Desa/BUM Desa Bersama digunakan untul; pengembangan kegiatair Usaha BUM
Desa/BUM Desa bersama dan/atau lnit Usaha BUM Desa/BUIM Desa bersama;
penguatan struktur permodalan dan peningkatan kapasitas usaha; dan/atau penugasan
Desa kepada BUM Desa/BUM Desa bersama untuk melaksanakan kegatan tertentu.
Penyertaan modal yang berasal dari Desa dan/atau masyarakat Desa disalurkan langsung
kepada BUM Desa/BUM Desa bersama paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak
keputusan Musyawarah Desa/ Musyawarah Antar Desa. Penyaluran langsung penyertaan
modal kepada BUM Desa/BUM Desa bersarna dalam bentuk uang ditempatkan dalam
rekening BUM Desa/BUM Desa bersama. Penyaluran langsung penyertaan modal kepada
Dalam hal terdapat kebutuhan penambahan modal BUM Desa/BUM Desa bersama,
pelaksana operasional menyampaikan rencana kebutuhan kepada penasihat dan
pengawas. Rencana penambahan moclal BUM Desa/BUM Desa bersama disampaikan
kepada Musyawarah Desa/Musyawarah Antar Desa setelah dilakukan analisis keuangan
oleh penasihat, pelaksana operasional, dan pengawas BUM Desa/BUM Desa bersarna,
serta setelah tersedianya rencana kegiatan. Rencana penambahan modal BUM
Desa/BUM Desa bersama dibahas dan diputuskan dalam Musyawarah Desa/ Musyawarah
Antar Desa. Penambahan modal BUM Desa/BUM Desa bersama dalam perubahan
Peraturan Desa atau Peraturan Bersama Kepala Desa mengenai Anggaran Dasar BUM
Desa/BUM Desa bersama.
Aset BUM Desa/BUM Desa Bersama bersumber dari: penyertaan modal; bantuan tidak
mengikat termasuk hibah; hasil usaha; pinjaman; dan/atau sumber lain yang sah.
Perkembangan dan keberadaan Aset BUM Desa/BUM Desa bersama dilaporkan secara
berkala dalam laporan keuangan. BUM Desa/BUM' Desa bersama melakukan pengelolaan
Aset BUM Desa/BUM Desa bersama berdasarkan kaidah bisnis yang sehat.
BUM Desa/BUM Desa Bersama dapat melakukan pinjaman yang dilakukan dengan
memenuhi prinsip transparan, akuntabel, efisien dan efektif, serta kehati-hatian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pinjaman BUM Desa/BUM Desa bersama dapat dilakukan kepada lembaga keuangan,
Pemerintah Pusal, Pemerintah Daerah, dan surnber dana dalam negeri lainnya dengan
ketentuan:
1) Pinjaman digunakan untuk pengembangarr usaha dan/atau pembentukan Unit
Usaha BUM Desa/BUM Desa Bersama.
2) Jangka waktu kewajiban pembayaran kembali pokok pinjarnan, bunga, dan biaya
lain dalam kurun waktu yang tidak melebihi sisa rnasa jabatan direktur.
3) Memiliki laporan keuangan yang sehat paling sedikit 2 (dua) tahun berturut-turut.
4) Tidak mengakibatkan perubahan proporsi kepemilikan modal.
BUM Desa/BUM Desa Bersama dapat memiliki dan/atau membentuk Unit Usaha BUM
Desa/BUM Desa bersama sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam
hal Unit Usaha BUM Desa/BUM Desa Bersama tersebut memiliki fungsi strategis serta
berhubungan dengan hajat hidup orang banyak dan kesejahteraan umum, sebagian besar
rnodal unit usaha tersebut harus dimiliki oleh BUM Desa/RUM.Desa Bersama. BUM
Untuk memperoleh keuntungan funans:al dan memberikan manfaat kepada masyarakat, Unit
Usaha BUM Desa/BUM Desa Bersama dapat melakukan kegiatan sebagai berikut:
a. Pengelolaan sumber daya dan potensi baik alam, ekonomi, budaya, scsial, religi,
pengeLahrlan, keterampilan, dan tata cara hidup berbasis kearifan local di masyarakat.
b. Industri pengolahan berbasis sumber daya local.
c. Jaringan distribusi dan perdagangan.
d. layanan jasa keuangan.
e. Pelayanan umum prioritas kebutuhan dasar termelitrk pangan, elektrifika-ul: sanitasi,
danpermukiman.
f. Perantara barang/jasa termasuk distribusi dan keagenan.
g. Kegiatan lain yang memenuhi kelayakan.
BUM Desa/BUM Desa bersama dapat melakukan penutupan Unit Usaha BUM Desa/BUM
Desa bersama, dalam iial rebagai berikut:
a. Terjadi penurunan kinerja atau mengalami kegagalan;
b. Terdapat indikasi bahwa Unit Usaha BUM Desa/BUM Desa bersama menyebabkan
pencemaran danlatdu kerusakan bagi lingkungan dan kerugian masyarakat Desa.
c. Terjadi penyimpangan atau pengelolaan tidak sesuai anggaran dasar dan anggaran runralr
tangga Unit Usaha BUM Desa/BUM Desa Bersama.
d. Sebab lain isepakati dalam Musyawarah Desa/ Musyawarah Antar Desa; dan/atau
e. Sebab lain berdasarkan putusan pengadilan dan/atau sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Ketentuan mengenai penutupan Unit Usaha BUM Desa/BUM Desa Bersanra sesuai dengaq
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Aset Desa yang dikelola, dipakai-sewa, dipinjam, dan diambil manfaatnya, pada saat
penutupan Unit Usaha BUM Desa/BUM Desa Bersama tersebut tidak dapat dijadikan jaminan,
ganti rugi, pemenuhan kewajiban atau prestasi lain yang menjadi tanggung jawab hukum Unit
Usaha BUM Desa/BUM Desa Bersama.
Pengadaan barang dan/atau jasa pada BUM Desa/BUM Desa bersama dilaksanal dengan
memperhatikan prinsip transparansi, akuntabilitas, efisiensi, dan profesionalitas. Pelaksanaan
pengadaan barang dan/atau jasa pada RUM Desa/BUM Desa bersama dipublikasikan melaiui
media yang dapat dijangkau oleh masyarakat Desa. Ketentuan mengenai pedoman
pengadaan barang dan/atau jasa pada BUiv{ Desa/BLJM Desa bersama akan diatur dengan
Peraturan Menteri.
10. Kerjasama
BUM Desa/RUM Desa Bersarna dalam menjalankan usaha di bidang ekonomi dan/atau
pelayarran umurn dapat melakukan kerja sama dengan pihak lain. Kerja sama tersebut terdiri
atas: kerja sama usaha; dan kerjasama nonusaha. Kerja sama hanrus saling menguntungkan
dan melindungi kepentingan Desa dan masyarakat Desa serta para pihak yang bekerja sama,
Pihak lain yang dimasud adalah paling sedikit meliputi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
Pemerintah Desa, dunia usaha atau koperasi, lembaga nonpemerintah, lembaga pendidikan,
dan lembaga sosial budaya, yang dimiliki warga negara atau badan hukum Indonesia, dan
BUM Desa/BUM Desa Bersama lain.
Kerja sama usaha termasuk tidak terbatas berupa kerja sama dengan Pemerintah Desa dalam
bidang pemanfaatan Aset Desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai pengelolaan Aset Desa. Dalam kerja sama usaha tersebut, BUM Desa/BUM Desa
bersama dilarang menjadikan atau meletakkan beban kewajiban atau prestasi apapun untuk
pihak lain termasuk untuk penutupan risiko kerugian dan/atau jaminan pinjaman atas Aset
Kerja sama usaha BUM Desa/BUM Desa Bersama dengan pihak lain berupa pengelolaan
bersama sumber daya dilakukan setelah mempertimbangkan kedudukan hokum, status
kepemilikan clan/atau penguasaarl objek tersebut berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Rencana kerja sama usaha diajukan oleh pelaksana operasional untuk mendapat persetujuan
penasihat dan pengawas atau Musyarvarah Desa/Musyavrarah Antar Desa sesuai
kervenangannya yang diatur dalam Anggaran Dasal'BUM Desa/BUM Desa bersama. Kerja
sama nonusaha tersebut dilakukan dalam bentuk paling sedikit alih teknologi, ilmu
pengetahuan, seni dan kebudayaan, dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia.
Rcncana kerja sama nonusaha diajukan oleh pelaksana operasional untuk mendapat
persetujuan penasihat dan pengawas.
11. Pertanggungjawaban
Pelaksana operasional wajib rlenviapkan laporan berkala yang mernuat pelaksanaan rencana
program kerja BUM Desa/BUM Desa Bersama. Laporan berkala tersebut meliputi laporan
semesteran dan laporan tahunan. Laporan semesteran disampaikan kepada penasehat.
a. Laporan posisi keuangan sernesteran dan perhitungan laba rugi semesteran serta
penjelasannya.
b. Rrincian srasalah yang timbul selama 1 semester yang mempengaruhi kegiatan
Desa/BUM Desa bersama
a. Perhitungan tahunan yang terdiri atas laporan posisi keuangan akhir tahun buku yang
baru berakhir dan perhitungan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan serta
penjelasannya.
b. Laporan posisi keuangan dan perhitungan laporan laba rugi konsolidasi dari Unit Usaha
BUM Desa/BUM Desa bersarna.
c. Laporan mengenai keadaan dan jalannya BUM Desa/BUM Desa bersama serta hasil
yang telah dicapai.
d. Kegiatan utama BUM Desa/BUM Desa. bersama dan perubahan selama tahun buku.
e. Rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang memengaruhi kegiatan BUM
Desa/BUM Desa Bersama.
f. Laporan mengenai tugas pengurusan oleh pelaksana operasional, pengawasan oleh
pengawas, dan pemberian nasihat oleh penasihat yang telah dilaksanakan selama
tahun buku yang baru berakhir.
Hasil Musyawarah Desa darr/atau Musyawarah Antar Desa dipublikasikan melalui alat media
massa dan penyebaran informasi publik yang mudah diakses masyarakat desa. Musyawarah
Desa memutuskan penerimaan laporan tahunan BUM Desa/BUM Desa bersarna tersebut,
serta memutuskan penggunaan hasil Usaha BUM Desa/BUM Desa Bersama yang menjadi
bagian Desa. Penerimaan laporan tahunan BUM Desa/BUM Desa Bershma oleh
Musyawarah Desa/Musyawarah Antar Desa membebaskan tanggung jawab penasihat,
pelaksana operasional, dan pengawas atas pelaksanaan tugas dan wewenang dalam tahun
buku yang berakhir.
Hasil Usaha BUM Desa/BUM Desa bersama merupakan pendapatan yang diperoleh dari hasil
kegiatan usaha dikurangi dengan pengeluaran biaya dalam 1 (satu) tahun buku. Pembagian
hasil Usaha BUM Desa/BUM Desa bersama yang diserahkan kepada Desa menjadi
pendapatan Desa yang prioritas penggunaannya dapat ditetapkan secara khusus dan
disepakati dalam musvawarah Desa/ Musyawarah antar Desa. Ketentuan mengenai
pembagian hasil usaha BUMDesa/BUM Desa Bersama kepada masing-masing penyerta
modal diatur dalanr Anggaran Dasar BUM Desa/BUM Desa bersarna.
13. Kerugian
Dalam hal hasil pemeriksaan/audit menemukan kerugian BUM Desa/BUM Desa bersama,
penasihat, pelaksana operasional, dan atau pengawas bertanggung jawab penuh secara
pribadi atas, kerugian BUM Desa/BUM Desa Bersama.
Dalam hal kerugian BUM Desa/BUM Desa Bersama diakibatkan oleh unsur kesengajaan atau
kelalaian penasihat, pelaksana operasional, dan/atau pengawas maka Musyawarah
Desa/Musyawarah Antar Desa membahas dan memutuskan bentuk pertaniggungjawaban
yang harus dilaksanakan oleh penasihat, pelaksana operasional, dan/atau pengawas
berdasarkah semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan.
Penghentian kegiatan Usaha BUM Desa/BUM Desa Bersama merupakan penghentian seluh
kegiatan operasional BUM Desa/BUM Desa Bersama termasuk seluruh Usaha BUM
Desa/BUM Desa bersama yang dimiliki karena keadaan tertentu yang diputuskan melalui
Musyawarah Desa/Musyawarah Antar Desa dan ditetapkan dalam Peraturan Desa/Peraturan
Bersama Kepala Desa. Keadaan tertentu yang dimaksud adalah meliputi:
a. Mengalami kerugian terus menerus yang tidak dapat diselamatkan.
b. Mencemarkan lingkrrngan
c. Dinyatakan pailit.
d. sebab lain yang sah.
Penghentian kegiatan Usaha BUM Desa/BUM Desa bersama didasarkan pada hasil analisis
investasi Usaha BUM Desa/BUM Desa bersama, penilaian kesehatan dan hasil evaluasi
kinerja BUM Desa/BUM Desa bersarna. Penghentian kegiatan Usaha BUM Desa/BUM Desa
bersama dilakukan melalui penutupan Usatra BUM Desa/BUM Desa bersama. Penghentian
kegiatan Usaha BUM Desa/BUM Desa bersama diikuti dengan penyelesaian seluruh
kewajiban dan pembagian harta atau kekayaan hasil penghentian kegiatan Usaha BUM
Desa/BUM Desa bersama kepada masing-masing benyerta modal dan kreditur sesuai
ketentuan perundang-udangan yang berlaku.
Dalam rangka penyelesaian seluruh kewajiban dan pembagian harta atau kekayaan hasil
penghentian kegiatan Usaha BUM Desa/BUIM Desa bersama ditunjuk penyelesai melalui
Musyawarah Desa dan/atau Musyawarah Antar Desa. Aapabila Musyawarah Desa dan/atau
Musyawarah Antar Desa tidak menunjuk penyelesai, pelaksana operasional bertindak selaku
penyelesai. Penyelesai yang dimaksud ditetapkan dalam keputusan penasihat. Selama
proeses penyelesaian, BUM Desa/BUM Desa bersama tetap ada dengan sebutan BUM
Desa/BUM Desa bersarna dalam penyelesaian.
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dapat memberikan insentif dan kemudahan
perpajakan serta retribusi bagi BUM Desa/BUM Desa bersama sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Menteri melakukan pendataan dan pemeringkatan BUM Desa/BUM Desa bersama. Hasil
pendataan dan pemeringkatan menjadi dasar untuk evaluasi, pembinaan, dan pengembangan
BUM Desa/BUM Desa bersama.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pendataan dan pemeiringkatan BUM Desa/BUM Desa
bersama diatur dengan Peraturan Menteri Desa PDTT.
Lihat Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigran No. 3
Tahun 2021, Tentang Pendataan, Pemeringkatan, Pembinaan, Pengembangan, dan
Pengadaan Barang / Jasa BUM Desa/BUM Desa Bersama
Berikut adalah pengertian/ definisi keuangan desa dan pengelolaan keuangan desa merujuk
pada Permendagri Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.
Keuangan Desa
Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapatdinilai dengan
uang serta segala sesuatu berupa uang dan barangyang berhubungan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.
Pengelolaan Keuangan
PP Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun2014 tentang Desa, PP
Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan PP Nomor 43 Tahun 2014, PP Nomor 11 Tahun 2021 tentang
Perubahan PP Nomor 43 Tahun 2014 dan PP Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber
dari APBN, PP Nomor 22 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas PP Nomor 60 Tahun 2104 tentang Dana
Desa yang bersumber dari APBN dan PP Nomor 8 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua PP Nomor 60
Tahun 2014
Peraturan Bupati
Peraturan Desa
Asas adalah nilai-nilai yang menjiwai Pengelolaan Keuangan Desa. Asas dimaksud
melahirkan prinsip-prinsip yang menjadi dasar dan harus tercermin dalam setiap
tindakan Pengelolaan Keuangan Desa. Asas dan prinsip tidakberguna bila tidak
terwujud dalam tindakan. Sesuai Permendagri Nomor 20 Tahun 2018 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa, keuangan desa dikelola berdasarkan asas-asas
sebagai berikut:
a. Transparan
Fatal....
Tidak adanya transparansi dalam pengelolaan keuangan desa
dapat dilihat dari tidak tertata dan tidak disiplin dalam pencatatan
administrasi keuangan, adanya aliran dana tertentu (Non
budgeter/dana taktis/dana yang tidak masuk dalam anggaran),
yang hanya diketahui segelintir orang, merahasiakan informasi,
dan ketidaktahuan masyarakat akan dana-dana tersebut, akan
memberikan keleluasaan terjadinya penyimpangan/
penyelewengan oleh oknum aparat yang berakibat fatal bagi
masyarakat desa bersangkutan.
Dengan demikian, asas transparan menjamin hak semua pihak untuk mengetahui
seluruh proses dalam setiap tahapan serta menjamin akses semua pihak terhadap
informasi terkait Pengelolaan Keuangan Desa. Pemerintah Desa pro aktif dan
memberikan kemudahan bagi masyarakat maupun lembaga masyarakat desa
tersebut dapat mengakses/ mendapatkan/mengetahui informasi tentang
Pengelolaan Keuangan Desa oleh aparatur desa.
b. Akuntabel
c. Partisipatif
Mempunyai pengertian bahwa setiap tindakan dilakukan dengan
mengikutsertakan keterlibatan masyarakat baik secara langsung maupun tidak
langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan
aspirasinya.Pengelolaan Keuangan Desa, dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggugjawaban wajib
1 Januari
dengan mengikutisampai dengan
siklus sebagai tanggal
berikut: 31 Desember.
PERENCANAAN PENGANGGARAN
PELAKSANAAN
P KEGIATAN PENATA
/ WALIKOTA
TENTANG TATA
V. Wewenang dan Tugas PKPKD dan PPKD dalam Pengelolaan Keuangan Desa
F. Pembagian tugas Kaur dan Kasi sebagai pelaksana kegiatan dan anggaran
dilakukan berdasarkan bidang tugas masing-masing dan ditetapkan dalam RKP
Desa.
G. Kaur dan Kasi dalam melaksanakan tugas dapat dibantu oleh tim yang
melaksanakan kegiatan pengadaan barang/jasa yang karena sifat dan jenisnya
tidak dapat dilakukan sendiri.
Tim berasal dari unsur perangkat desa (pelaksana kewilayahan), lembaga
kemasyarakatan desa, yang terdiri atas:
1. Ketua.
2. Sekretaris.
3. Anggota.
A. Ruang Lingkup
1. Ketentuan Dasar
Permendagri No 20 tahun 2018 mengatur hal-hal subtansi kebencanaan dan
keadaan luar, dimana keadaan luar biasa dapat terjadi dikarenakan :
a. Adanya bencana
b. Perubahan kebijakan yang mendasar dari pemerintah/pemerintah daerah
terkait dengan penambahan dan/atau pengurangan dalam Pendapatan Desa
tahun berjalan
c. Adanya keadaan yang menyebabkan estimasi penerimaan dan/atau
pengeluaran dalam APBDes mengalami kenaikan atau penurunan lebih besar
dari 50% (lima puluh persen)
2. Pengertian dan Kriteria dan Penggunaan Anggaran
a. Bencana
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik
oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda dan dampak psikologis. Berdasarkan potensi
penyebabnya, bencana dikelompokkan menjadi 3 jenis, yakni :
1) Bencana Alam, merupakan bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain gempa bumi,
tsunami, gunung meletus, banjir, tanah longsor dll
2) Bencana Non Alam, merupakan bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau serangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal
tekhnologi, gagal modernisasi, epidemi dan wabah penyakit.
3) Bencana Sosial, merupakan bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia meliputi konflik
sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat dan teror.
b. Keadaan Darurat
c. Keadaan Mendesak
1) Resiko kematian
2) Resiko sakit berat dan/atau cacat permanen
3) Resiko putus sekolah
4) Resiko tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan hidup keluarga yang
diakibatkan oleh suatu keadaan luar biasa yang ditetapkan oleh
Pemerintah untuk penggunaan Dana Desa
B. Perencanaan
1. Perencanaan Reguler
Perencanaan kegiatan bidang penanggulangan bencana, keadaan darurat, dan
mendesak desa adalah proses perencanaan yang tidak terlepas dari proses
perencanaan pembangunan tahunan (RKP Desa) yang dilakukan secara
reguler, namun terdapat beberapa perbedaan langkah dalam penyusunannya
yakni:
a. Tim penyusun RKP Desa melakukan identifikasi potensi bencana,
kerusakan sarana prasarana sosial dasar maupun kebutuhan yang bersifat
sosial dasar yang mungkin terjadi di desa
b. Tim penyusun RKP Desa menyusun kebutuhan anggaran untuk bidang ini
dalam sebuah dokumen proposal yang menjabarkan latar belakang, tujuan,
C. Pelaksanaan
c. Keadaan Mendesak
Tahapan pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana berlaku mutatis
mutandis terhadap pelaksanaan penanganan keadaan mendesak dengan
resiko tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan hidup keluarga yang
diakibatkan adanya suatu keadaan luar biasa yang ditetapkan oleh
Pemerintah untuk penggunaan Dana Desa.
D. Penatausahaan
b. Pada Tanggal 27 Desember 1972 Menteri Dalam Negeri mengirimkan Surat Kawat
Nomor : Sus 3/6/12 Kepada Gubernur Jawa Tengah untuk Merubah nama Pendidikan
Kesejahteraan Keluarga menjadi Pembinaan Kesejahteraan Keluarga, tembusan
Disampaikan Kepada Gubernur Seluruh Indonesia.
d. Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1982, Tim Penggerak
PKK Pusat dibentuk dan dipimpin oleh Istri Menteri Dalam Negeri Pada Tahun 1982.
Sebagai langkah selanjutnya, diadakan pemantapan Gerakan Pkk baik tentang
pengelolaan dan pengorganisasiannya maupun program kerja dan administrasi
melalui Pelatihan, Orientasi, Rakon Dan Rakernas.
e. Kemudian pada sidang Umum MPR Tahun 1983, berdasarkan Tap MPR Nomor
II/MPR/1983 tentang GBHN, Pembinaan Kesejahteraan Keluarga ditetapkan sebagai
salah satu wahana untuk Meningkatkan Peranan Wanita Dalam Pembangunan. Pada
tahun 1984 Menteri Dalam Negeri menerbitkan Surat Keputusan Nomor 28 Tahun
1984 tentang Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) yang menetapkan tentang
pengertian, Tujuan, Sasaran, Fungsi, Tugas Gerakan PKK Dan ketentuan Atribut-
atributnya.
b. b.Sesuai dengan era reformasi dan GBHN 1999 adanya perubahan paradigma baru
pembangunan serta Otonomi Daerah berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun
1999. Tim Penggerak PKK Pusat menyelenggarakan rapat Kerja Nasional Luar Biasa
PKK pada tanggal 31 Oktober sampai dengan 2 November 2000 di Bandung. Hasil
Kesepakatan Rakernaslub PKK tersebut selanjutnya ditetapkan menjadi Keputusan
Menteri Dalam Negeri Dan Otonomi Daerah Nomor 53 Tahun 2000 Tentang Gerakan
Pemberdayaan Dan Kesejahteraan Keluarga (PKK).
a. Memasuki siklus perubahan dunia baru yang dimulai tahun 2000 dengan sebutan
populer era milenium. Pada Tahun 2013 pemerintah mengeluarkan kebijakan
mengenai Gerakan PKK yang Menggantikan Kepmendagri Dan Otoda Nomor 53
Tahun 2000 Tentang Gerakan Pemberdayaan Dan Kesejahteraan Keluarga (PKK),
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 tentang
Pemberdayaan Masyarakat melalui Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan
Keluarga dengan muatan pengaturannya terdiri dari 8 Bab dan 20 Pasal dengan
pengaturan yang sangat krusial antara lain:
c. Oleh sebab itu diperlukan penguatan dukungan pemerintah terhadap Gerakan PKK
tersebut. Untuk mewujudkan dukungan pemerintah, maka diperlukan kebijakan yang
dapat mendorong keterlibatan semua unsur baik pemerintah, masyarakat dan pihak-
pihak terkait lainnya berupa Peraturan Presiden. Dengan materi muatan berisi materi
yang diperintahkan oleh Undang-Undang, materi untuk melaksanakan Peraturan
Pemerintah, materi untuk melaksanakan penyelenggaraan kekuasaan
pemerintahan, atau kesosongan hukum/aturan.
d. Wujud dukungan nyata pemerintah melalui Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2017
tentang Gerakan PKK, merupakan apresiasi tinggi dari Presiden sebagai kepala
Pemerintahan dalam mendukung Gerakan PKK.
e. Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2017 tentang Gerakan PKK terdiri dari 5 Bab,
19 Pasal, dan 23 Ayat, dengan muatan subtansi pengaturan lebih konprehensif yang
belum diatur oleh aturan sebelumnya. antara lain:
1. Perencanaan Gerakan PKK
2. Pelaksanaan Gerakan PKK
3. Pelaporan Gerakan PKK
4. Peran serta Masyarakat
f. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang mengamanatkan Lembaga Kemasyarakatan
Desa dan Lembaga Adat Desa dibentuk oleh Pemerintah Desa berdasarkan pedoman
yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri yang selanjutnya dituagkan kedalam
Permendagri Nomor 18 Tahun 2018 tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKD)
dan Lembaga Adat Desa (LAD)
Dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pelaksanaan 10 Program Pokok PKK, telah
ditetapkan berbagai kebijakan dan program yang dilaksanakan oleh TP PKK Pusat dan
TP PKK Daerah, antara lain:
1. Penjabaran dari 10 Program Pokok PKK, terdapat Program Unggulan yang memang
merupakan ciri khas Gerakan PKK untuk mencapai visi dan misinya, yang mutlak
dilaksanakan oleh seluruh jajaran Tim Penggerak PKK Pusat dan Daerah sampai
dengan Kelompok-kelompok PKK dan Dasawisma sesuai dengan peran, fungsi, dan
kapasitasnya masing-masing. Program Unggulan ini dikategorikan sebagai program
prioritas.
2. Program Unggulan dimaksud, adalah:
a. Pola Asuh Anak dan Remaja dengan penuh cinta dan kasih sayang dalam
Keluarga.
b. Pemberdayaan Ekonomi Keluarga.
c. Pemanfaatan lahan melalui Program Halaman Asri Teratur Indah dan Nyaman
(Hatinya) PKK
d. Hidup Bersih Sehat di dalam Keluarga dan Lingkungan dengan PHBS dan perilaku
Cerdik (cek kesehatan secara teratur, enyahkan asap rokok, rajin olahraga, diet
seimbang, istirahat cukup, dan kelola stress).
3. Dalam melaksanakan 10 Program Pokoknya, agar TP PKK senantiasa dapat
bersinergi dengan program kerja dari beberapa unsur Kementerian dan Lembaga
selaku Pembina TP PKK.
4. Dalam rangka mengefektifkan sasaran dan pencapaian Program Kerja PKK, maka TP
PKK Pusat menetapkan adanya bidang-bidang dalam pelaksanaan 10 Program
Pokok PKK, yaitu:
a. Bidang Pembinaan Karakter Keluarga
Upaya pembinaan karakter dalam kehidupan keluarga penuh cinta dan kasih
sayang dengan menanamkan sikap prilaku berbudaya dan berkepribadian
Indonesia melalui keteladanan orang tua dan orang yang dituakan, melalui
LEMBAR BACAAN 4
A. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2018 Tentang
Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Adat Desa
BAB IV HUBUNGAN KERJA LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN
LEMBAGA ADAT DESA
Pasal 12
1. Hubungan kerja LKD dan LAD dengan Pemerintah Desa bersifat kemitraan.
2. Hubungan kerja LKD dan LAD dengan Badan Permusyawaratan Desa bersifat
konsultatif.
3. Hubungan kerja LKD dan LAD dengan Lembaga Kemasyarakatan lainnya di Desa
bersifat koordinatif.
B. Peraturan Menter! Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2020 Tentang
Peraturan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2017 Tentang Gerakan
Pemberdayaan Dan Kesejahteraan Keluarga
LEMBAR BACAAN 6
d. Melalui bahasan di atas, terlihat bahwa RPJMN dan RPJMD adalah dua hal yang
saling berhubungan dan harus sinkron satau sama lain. Berikut gambaran mengenai
proses perencanaan pembangunan pusat dan daerah.
e. RPJMD adalah dokumen perencanaan Daerah untuk periode 5 (lima) tahun. Rencana
Pembangunan Tahunan Daerah yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah
Daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan Daerah
untuk periode 1 (satu) tahun. Pasal 263 ayat 2 UU No. 23 Tahun 2014 RPJPD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan penjabaran dari visi, misi,
arah kebijakan, dan sasaran pokok pembangunan Daerah jangka panjang untuk 20
(dua puluh) tahun yang disusun dengan berpedoman pada RPJPN dan rencana tata
ruang wilayah. Pasal 263 ayat 3 UU No. 23 Tahun 2014 RPJMD merupakan
penjabaran dari visi, misi, dan program kepala daerah yang memuat tujuan, sasaran,
strategi, arah kebijakan, pembangunan Daerah dan keuangan Daerah, serta program
Perangkat Daerah dan lintas Perangkat Daerah yang disertai dengan kerangka
pendanaan bersifat indikatif untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang disusun dengan
berpedoman pada RPJPD dan RPJMN.
f. Tahun 2015, Indonesia memasuki tahap ketiga dalam rencana menengahnya yang
tertuang dalam RPJMN 2015-2019. Bertepatan dengan ini juga, Indonesia memiliki
presiden baru dan kemudian memiliki rumusan kerja untuk masa kerjanya yang
tertuang dalam Nawa Cita, f.sehingga RPJMN 2015-2019 dapat dijabarkan sebagai
berikut:
h. RPJP Nasional digunakan selama 20 tahun dan diterjemahkan oleh kementerian atau
lembaga terkait hingga ketingkat daerah. RPJP kemudian dibagi menjadi RPJM baik
nasional, tingkat pusat/kemeterian atau lembaga, hinggga ke daerah. RPJMN pada
tingkat kementerian atau lembaga juga diterjemahkan sebagai rencana strategis atau
Renstra kementerian/ lembaga. Renstra kementerian atau lembaga inilah yang pada
tingkat daerah diterjemahkan masing-masing oleh SKPD dalam bentuk renstra SKPD.
1) Pendapatan Desa
Semua penerimaan uang melalui rekening desa yang merupakan hak desa dalam 1
(satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh desa.
a. Pendapatan Desa berasal dari Pendapatan Asli Desa, yakni:
a) Hasil usaha
b) Hasil aset
c) Swadaya
d) Partisipasi dan gotong-royong;
e) dan lain-lain pendapatan asli desa yang sah.
a. kewenangan adalah kemampuan yuridis dari orang atau badan hukum publik.
Batasan ini memerlukan penjelasan. Kewenangan badan hukum publik harus
dibedakan kewenangan dari wakil untuk mewakili badan. Hak dan kewajiban yang
diberikan kepada wakil harus dibedakan dari hak dan kewajiban yang diberikan
kepada badan hukum publik.
b. kewenangan dari badan hukum publik tidak hanya hak dari badan berdasarkan
hukum publik, tapi juga kewajiban berdasarkan hukum publik. Jika berbicara hak dan
kewajiban, hal itu mengandung arti bahwa orang melihat kewenangan semata-mata
sebagai hak, sebagai kuasa. Dalam pada itu, hal menjalankan hak berdasarkan
hukum publik sedikit banyak selalu terikat kepada kewajiban berdasarkan hukum
publik sesuai asas umum pemerintahan yang baik. Memperhatikan hubungan yang
tidak terputus ini antara hak dan kewajiban yang berdasarkan hukum publik, saya
mengartikan kewenangan dari badan itu sebagai keseluruhan hak dan kewajiban
yang terletak pada badan hukum publik itu, sehingga harus dibedakan: (1) pemberian
kewenangan: pemberian hak kepada dan pembebanan kewajiban terhadap badan
badan hukum publik (attribusi/delegasi); (2) pelaksanaan kewenangan: menjalankan
hak dan kewajiban publik yang berarti mempersiapkan dan mengambil keputusan;
dan (3) akibat hukum dari pelaksanaan kewenangan keseluruhan hak dan/atau
kewajiban yang terletak pada rakyat/burger, kelompok rakyat dan badan.
Selanjutnya Sutarto (1985: 142) menegaskan bahwa setiap pejabat yang diserahi tugas
mempunyai tangung jawab agar tugasnya dapat dilaksanakan dengan baik. Tangung
jawab adalah keharusan pada seorang pejabat untuk melaksanakan secara selayaknya
segala sesuatu yang telah dibebankan kepadanya. Tanggung jawab demikian itu hanya
dapat dipenuhi apabila pejabat yang bersangkutan mempunyai wewenang tertentu dalam
2. Kewenangan Desa berdasarkan hak asal usul paling sedikit terdiri atas:
a. sistem organisasi masyarakat adat;
b. pembinaan kelembagaan masyarakat;
c. pembinaan lembaga dan hukum adat;
d. pengelolaan tanah kas Desa; dan
e. pengembangan peran masyarakat Desa.
Kelembagaan Desa
a. Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 2014, terdapat 6 (enam) lembaga desa, yakni:
(a) Pemerintah Desa (Kepala Desa dan Perangkat Desa); (b) Badan
Permusyawaratan Desa; (c) Lembaga Kemasyarakatan; (d) Lembaga Adat (e)
Kerjasasama Antar Desa; dan (f) Badan Usaha Milik Desa.
2. Kepala Desa
Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal
pelantikan dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan
berikutnya.
3. Perangkat Desa
Perangkat Desa bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya. Perangkat Desa diangkat oleh Kepala Desa setelah dikonsultasikan
dengan Camat atas nama Bupati/Walikota. Dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya, perangkat Desa bertanggung jawab kepada Kepala Desa.
a. Lembaga Adat Desa dapat dibentuk oleh Pemerintah Desa dan masyarakat Desa.
b. Pembentukan LAD dengan memenuhi persyaratan:
1) berasaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2) aktif mengembangkan nilai dan adat istiadat setempat yang tidak
bertentangan dengan hak asasi manusia dan dipatuhi oleh masyarakat;
3) berkedudukan di Desa setempat; keberadaannya bermanfaat dan
dibutuhkan masyarakat Desa;
4) memiliki kepengurusan yang tetap;
5) memiliki sekretariat yang bersifat tetap; dan
6) tidak berafiliasi kepada partai politik.
2. Kerjasama antar desa dilaksanakan oleh Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD)
Pengertian desa menurut Permendagri No. 84 Tahun 2015 tentang Struktur Organisasi
dan Tata Kerja Pemerintah Desa, desa merupakan sekumpulan masyarakat hukum yang
memiliki batas wilayah dan wewenang dalam mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan pengertian Pemerintah dan Pemerintahan
Desa merupakan dua istilah yang sering dianggap memiliki arti yang sama. Namun,
sebenarnya kedua istilah tersebut memilki arti yang berbeda.
3. Pendanaan
a. ADMINISTRASI UMUM
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2016
TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DESA
A. ADMINISTRASI UMUM
A.1 BUKU PERATURAN DI DESA
NOMOR JENIS PERATURAN NOMOR DAN TANGGAL URAIAN TANGGAL NOMOR DAN NOMOR DAN TANGGAL NOMOR DAN TANGGAL
TENTANG KESEPAKATAN TANGGAL DIUNDANGKAN DALAM DIUNDANGKAN DALAM KET.
URUT DI DESA DITETAPKAN SINGKAT
PERATURAN DESA DILAPORKAN LEMBARAN DESA BERITA DESA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sesuai ketentuan umum pasal 1, Permendagri Nomor 114 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pembangunan Desa, menyatakan perencanaan pembangunan desa
adalah proses tahapan kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah desa
dengan melibatkan BPD dan unsur masyarakat secara partisipatif guna
pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan desa.
Tentang kewenangan desa yang menjadi dasar perencanaan desa kemudian
dipertegas dalam pasal 34 PP No. 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa yaitu;
1. Kewenangan desa berdasarkan hak asal usul paling sedikit terdiri atas;
sistem organisasi masyarakat adat; pembinaan kelembagaan masyarakat;
pembinaan lembaga dan hukum adat; pengelolaan tanah kas Desa; dan
pengembangan peran masyarakat Desa.
Sebelum Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa lahir, desa telah
mengenal sistem perencanaan pembangunan partisipatif. Acuan atau landasan
hukumnya waktu itu adalah UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Kewajiban desa membuat perencanaan pembangunan dipertegas melalui PP
No.72 Tahun 2005 tentang Pemerintahan Desa sebagai regulasi teknis turunan dari
UU No. 32 Tahun 2004 tersebut.
Kelahiran UU No. 6 Tahun 2014 berupaya menyempurnakan sistem perencanaan
desa partisipatif sebelumnya. Berbeda dengan sistem perencanaan desa di bawah
rezim UU No. 32 Tahun 2004, UU No. 6 Tahun 2014 memberikan kewenangan
kepada desa untuk mengurus rumah tangganya sendiri membuat perencanaan
pembangunan sesuai dengan kewenanganya. Di sini, minimal ada dua
kewenangan yaitu kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal
berskala desa. Selain itu, dengan perubahan masa kepemimpinan kepala desa dari
lima tahun menjadi enam tahun, periode perencanaan pembangunan pun berubah
dari lima tahunan menjadi enam tahunan.
Bahkan untuk menangkal praktik pasar proyek pembangunan di desa, pada pasal
79 ayat (4) UU No. 6 Tahun 2014 menegaskan bahwa Peraturan Desa tentang
RPJM Desa dan RKP Desa sebagai produk (output) perencanaan menjadi satu-
satunya dokumen perencanaan di desa. Pihak lain di luar pemerintah desa yang
hendak menawarkan kerjasama ataupun memberikan bantuan program
pembangunan harus mempedomani kedua produk perencanaan desa tersebut.
Pasal tersebut menyimpan harapan bahwa di masa mendatang, desa tidak lagi
menjadi obyek atau hanya menjadi lokasi proyek dari atas tapi menjadi subyek dan
arena bagi orang desa menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan,
pemberdayaan dan kemasyarakatan. Dengan kata lain, desa membangun bukan
membangun desa.
Pada pasal 78 ayat (92) UU No. 6 Tahun 2014 disebutkan bahwa pembangunan
desa meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Pada tahap
perencanaan, pasal 79 kemudian menjelaskan “pemerintah desa menyusun
perencanaan pembangunan desa sesuai dengan kewenangannya dengan
mengacu pada perencanaan pembangunan kabupaten/kota”. Lalu perencanaan
apa saja yang termasuk dalam perencanaan pembangunan desa? Pada pasal 79
ayat (2) kemudian menyebutkan ada dua yaitu;
RKP
SEKALA
KUOTA
Dalam rangka upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-
besarnya kesejahteraan masyarakat desa sesuai ketentuan umum Pasal 1
Permendagri No. 114 Tahun 2014, maka desa harus memiliki rencana
pembangunan berjangka dan terukur. Sesuai Pasal 4 Permendagri No. 114 Tahun
2014, Perencanaan pembangunan Desa disusun secara berjangka meliputi:
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu 6 (enam)
tahun; dan Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana
Kerja Pemerintah Desa, merupakan penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka
waktu 1 (satu) tahun dan ditetapkan dengan Peraturan Desa. Kemudian diperkuat
dalam Pasal 115 PP No. 43 Tahun 2014 yang menyebutkan bahwa Perencanaan
pembangunan desa menjadi pedoman bagi Pemerintah Desa dalam menyusun
rancangan RPJM Desa, RKP Desa, dan Daftar Usulan RKP Desa.
Tujuan dan manfaat penyusunan RPJM desa dan RKP Desa adalah sebagai
berikut:
RPJM Perenc
Desa Kab/Kota
RKP
Desa
Pelaksana
an
APB Pengawas
Desa
Berdasarkan kewenangan desa yang cukup luas, maka pasal 120 Permendgari No.
114 Tahun 2014 memberi kesempatan bahwa RPJM Desa dan/atau RKP Desa
dapat diubah. Perubahan RPJM Desa dan RKP Desa dilakukan dalam hal:
Perubahan RPJM Desa dan/atau RKP Desa tersebut dibahas dan disepakati dalam
musyawarah perencanaan pembangunan desa dan selanjutnya ditetapkan dengan
peraturan desa.
c. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa)
Hal penting yang perlu dilakukan dalam rangka menyiapkan dokumen RPJM
Desa yang mampu menyajikan data/informasi yang logis dengan perencanaan
desa adalah melakukan kajian desa secara partisipatif. Melalui PNPM Mandiri
dan program lainnya, masyarakat relatif sudah banyak mengenal tentang
Data desa meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya
pembangunan, dan sumber daya sosial budaya yang ada di Desa. Hasil
penyelarasan data Desa dituangkan dalam format data desa. Format data desa
menjadi lampiran laporan hasil pengkajian keadaan desa. Hasil penyelarasan
data Desa menjadi bahan masukan Musyawarah Desa dalam rangka
penyusunan perencanaan pembangunan Desa.
Berikut ini beberapa teknik yang banyak dikenal dalam rangka mengumpulkan
data/ informasi pendukung untuk membuat dokumen RPJM Desa dengan
menggunakan pendekatan Participatory Rural Appraisal (PRA). Teknik di
bawah ini hanya sebagai contoh saja, dan tentu harus dikembangkan di
lapangan sesuai kebutuhan dan pengalaman setiap desa.
a) Sejarah Desa
Dengan teknik ini masyarakat diajak melihat dan menyimak kembali
sejarah desanya misalnya berkait dengan asal usul terbentuknya desa,
keadaan atau peristiwa penting bagi desa termasuk refleksi atas program-
program pembangunan yang pernah masuk dan mempengaruhi
kehidupan desa. Dengan belajar pada sejarah desa, pemerintah desa
maupun warga diharapkan mendapatkan pembelajaran tentang
kewenangan desa baik yang berdasarkan hak asal usul maupun
kewenangan lokal berskala desa. Dengan merefleksikan program-
program yang pernah ada, masyarakat mengetahui keunggulan,
kelemahan, model pengelolaan ataupun kemanfaatan program itu sendiri
bagi desa. Sehingga akan memberikan pembelajaran bagi pengelolaan
program-program desa berikutnya.
b) SKETSA DESA
Pengertian : Gambar desa (sketsa desa) adalah gambaran desa secara
kasar/umum tentang keadaan sumber daya fisik desa ( alam maupun
buatan )
c) KALENDER MUSIM
Langkah-langkah pembuatan
➢ Penjelasan : tujuan, cara pembuatan dan cara pengkajian
➢ Ajak peserta membuat kalender musim di kertas dinding/koran,
tanah/lantai
➢ Siapkan formulir dan simbol-simbol
➢ Meminta kesepakatan peserta tentang simbol
➢ Tulis/gambar hasil kesepakatan
✓ Membahas masalah, keadaan dan kegiatan yang selalu terjadi
berulang
✓ Catat masalah, keadaan dan kegiatan pada kolom masalah,
keadaan dan kegiatan
✓ Memeriksa kembali hasil dari analisa kalender musim berupa
daftar masalah dan potensi dari kalender musim desa yang
tertuang dalam format 2 (F2).
c) BAGAN KELEMBAGAAN
Tujuannya adalah
➢ Mengetahui jumlah lembaga yang berperan di desa
➢ Mengetahui jumlah penduduk pria dan wanita
➢ Mengetahui besarnya manfaat lembaga bagi masyarakat
➢ Mengetahui sering tidaknya hubungan antara lembaga di desa dengan
masyarakat
Teknik ini dikenal dengan sebutan diagram venn. Teknik ini digunakan untuk
menggambarkan jenis-jenis organisasi (formal maupun informal) yang
berperan dalam berbagai kegiatan/program di desa dan kemudian diguanakn
untuk mendiskusikan permasalahan dan potensi dari setiap lembaga agar
meningkatkan perannya dalam upaya-upaya pembangunan desa. Diagram
venn berupaya memfasilitasi diskusi masyarakat dalam mengidentifikasi
pihak/aktor yang berkait secara langsung maupun tak langsung dengan
permasalahan yang dihadapi, serta menganalisa dan mengkaji perannya,
kepentingan dan manfaatnya untuk masyarakat. Lembaga yang dikaji meliputi
lembaga-lembaga lokal, lembaga-lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga
swasta (termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat) dan orang-orang yang
berpengaruh. Hasil dari analisa Bagan kelembagaan berupa daftar masalah
dan potensi dari bagan kelembagaan desa yang tertuang dalam format 3 (F3).
4) PENGELOMPOKAN MASALAH
Hasil dari (F4) dianalisa untuk menentukan peringkat tindakan yang tertuang
dalam format 5 (F5).
a. Tokoh adat
b. Tokoh agama
c. Tokoh masyarakat
d. Tokoh pendidikan
e. Kelompok tani
f. Kelompok nelayan
g. Kelompok perajin
h. Kelompok perempuan
i. Kelompok pemerhati dan pelindungan anak
j. Kelompok masyarakat miskin
k. Kelompok-kelompok masyarakat lain sesuai dengan kondisi sosial
budaya masyarakat Desa.
Tim penyusun RPJM Desa melaporkan kepada kepala Desa hasil pengkajian
keadaan Desa. Kepala Desa menyampaikan laporan kepada Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) setelah menerima laporan dalam rangka
penyusunan rencana pembangunan desa melalui Musyawarah Desa.
RPJM DESA
Kegiatan :
3. Pengkajian a. Penyelarasan Data Desa meliputi:
Data Desa SDA, SDM, SDP, dan SDSOSBUD dan pengkajian P3MD.
b. Penggalian gagasan Dusun atau masyarakat.
c. Laporan hasil kajian keadaan desa
a. Penetapan RPJMDes
• Kepala Desa mengarahkan Tim penyusun RPJM Desa melakukan
perbaikan dokumen rancangan RPJM Desa berdasarkan hasil
kesepakatan musyawarah perencanaan pembangunan Desa.
• Rancangan RPJM Desa menjadi lampiran rancangan peraturan
Desa tentang RPJM Desa.
• Kepala Desa menyusun rancangan peraturan Desa tentang RPJM
Desa.
• Rancangan peraturan Desa tentang RPJM Desa dibahas dan
disepakati bersama oleh kepala Desa dan BPD untuk ditetapkan
menjadi Peraturan Desa tentang RPJM Desa.
b. Perubahan RPJMDes dalam hal :
• Terjadi KLB
• Perubahan mendasar kebijakan pemerintah, Pemda
Prov. Kab/Kota
7. Penetapan dan
Perubahan
RPJMDes
FORM F1
DAFTAR
MASALAH Daftar gagasan
SKETSA DAN Dusun/Kelompok
POTENSI
DESA
DARI SKETSA
DESA
Rekapitulsai Rencana
F4 F5 F6 F7 Kegiatan Pembangunan Desa
FORM F2
DAFTAR
MASALAH PENENTUAN PENENTUAN
PENGELOM- PENGKAJIAN
DAN POKAN PERINGKAT
Rancangan RPJM Desa
KALENDER PERINGKAT
POTENSI MASALAH TINDAKAN
MUSIM DARI MASALAH TINDAKAN
KALENDER PEMECAHAN
MUSIM
RPJM Desa
FORM F3
DAFTAR RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN KABUPATEN/ KOTA YANG MASUK KE DESA
DES : ………………………………………………………………………………………………………………….………….....
KECAMATAN: ………………………………………………………………………………………………………………….………….....
KABUPATEN: ………………………………………………………………………………………………………………….………….....
PROVINSI : ………………………………………………………………………………………………………………….………….....
SKPD Pengelola
Lokasi Kegiatan Pagu Dana
No Program/ Kegiatan Program/ Volume Satuan
(Dusun/RT/RW) (Rp.)
Kegiatan
( …………………………………………………… ) ( …………………………………………………… )
DESA : ……………………………………………………………………………………
KECAMATAN : …………………………………………………………………………………...
KABUPATEN : …………………………………………………………………………………...
PROVINSI : …………………………………………………………………………………...
( …………………………………………………… ) ( …………………………………………………… )
Keterangan:
Diisi dengan data sekunder dari data Potensi Desa, Profil Desa, Monografi Desa, Data kependudukan
catatan sipil, data pendidikan dll yang relevan
D = SDA dalam Desa
K = SDA terkait Kawasan Perdesaan/ Wilayah Antar Desa
DES : ……………………………………………………………………………………………………
KECAMATAN : ……………………………………………………………………………………………………
KABUPATEN : ……………………………………………………………………………………………………
PROVINSI : ……………………………………………………………………………………………………
( ………………………………) ( ……………………………………)
Keterangan:
D = SDA dalam Desa
K = SDA terkait Kawasan Perdesaan/ Wilayah Antar Desa
DES : ……………………………………………………………………………………………
KECAMATAN : …………………………………………………………………………………………...
KABUPATEN : ……………………………………………………………………………………………
PROVINSI : …………………………………………………………………………………………...
( …………………………… ) ( ……………………………… )
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2022, halaman 100
DAFTAR SUMBER DAYA SOSIAL BUDAYA
DESA : ………………………………………………………………………
KECAMATAN : ………………………………………………………………………
KABUPATEN : ………………………………………………………………………
PROVINSI : ………………………………………………………………………
( …………………………… ) ………………………………… )
Contoh
Gambaran Umum Desa Puja Bangsa
Desa Puja bangsa adalah realitas yang unik. Di dalamnya tumbuh beragam warna
manusia dari berbagai ras dan budaya. Aneka ragam warna ras dan budaya ini,
sepertinya menambah riuh rendah kehidupan Desa Puja bangsa menjadi sangat berarti.
realitas kehidupan warga masyarakat Desa Puja bangsa nyaris tanpa gejolak yang
berarti, tidak pernah terjadi konflik-konflik sosial yang krusial ataupun pertikaian antar ras
dan budaya, Inilah satu fakta yang harus disangga dan dijaga oleh seluruh warga
masyarakat Desa Puja bangsa.
Desa Puja bangsa tercatat memiliki luas wilayah 2.840.859.000 m2, yang terdiri dari
210,136.000 m2 pemukiman, 400.000.000 m2 persawahan, 51.000 m2 perkebunan,
250.000 m2 pemakaman, sisanya berupapekarangan, taman, perkantoran dan
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2022, halaman 101
prasarana umum lainnya, Dengan jarak tempuh ke ibu kota kecamatan sejauh 14 Km,
ibu kota kabupaten 23 Km, ibu kota provinsi 60 Km dan ibu kota negara 1.200 Km.
Batas Wilayah Administrasi Desa Puja bangsa di sebelah Utara berbatasan dengan desa
Do’a Ibu, di sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sidodadi, di sebelah Selatan
berbatasan dengan Desa Mekarsari, di sebelah Barat berbatasan dengan Desa
Cigondewah Hilir.
Geografis Desa puja bangsa berupa dataran tinggi yang subur dan terdapat banyak
tumbuhan bambu. Rata-rata penduduknya mendapatkan penghasilan dari sektor
pertanian, kebon dan Peternakan, sebagian kecil warga desa puja bangsa menjadi
pedagang kecil dan buruh tani serta terdapat beberapa usaha kerajinan kecil berbahan
dasar bambu.
Desa Puja bangsa terbagi menjadi 4 Dusun, 12 RW dan 58 RT sangat mungkin terjadi
gesekan antar warga desa, jika seluruh warga dan aparatur desa tidak saling bahu
membahu menjaga Desa Puja bangsa, akan sulit tercipta harmonisasi yang sudah
berjalan dengan baik. Maka krisis kehidupan harus diatasi bersama sebagai bagian
integral menjaga pembangunan Desa Puja bangsa.
Tentu saja, menjaga harmoni di berbagai sisi bagi seluruh warga masyarakat Desa Puja
bangsa mutlak diperlukan. Hal ini mengingat jumlah penduduk Desa Puja bangsa
semakin hari semakin bertambah. Jumlah penduduk pada tahun 2017 tercatat 20.080
jiwa terdiri 10.052 jiwa laki-laki dan 10.028 jiwa perempuan dengan tingkat pertumbuhan
penduduk cukup tinggi, berkisar 4,41 % selama 2017. Desa Puja bangsa dikatakan
daerah cukup padat, dimana tiap kilometer persegi rata-rata dihuni 7.088 jiwa. Realitas
ini, mau tidak mau, mendesak seluruh komponen di Desa Puja bangsa agar mampu
melakukan kontrol di berbagai bidang kehidupan, sehingga harmonisasi kehidupan dapat
terjaga. Sedangkan jumlah warga miskin tercatat sebanyak 4.620 jiwa
POTENSI DESA
Fenomena Puja bangsa sebagai wilayah yang berlatar belakang budaya dan pertanian
serta pariwisata berupa air terjun dan sungai, hal ini mengundang mata publik untuk
menengok dan menggali potensi-potensi yang tumbuh subur untuk dikembangkan.
MASALAH DESA
Salah satu masalah yang dihadapi oileh warga desa adalah sulitnya akses menuju
pasar/kota serta minim nya sarana dan prasarana desa pendisikan dan kesehatan yang
menyebabkan biaya pendidikan dan kesehatan menjadi mahal sehingga angka putus
sekolah dan angka kematian ibu melahirkan menjadi cukup tinggi di desa Puja Bangsa
ini. Tentunya, kondisi di atas, perlu diantisipasi dan diberdayakan agar dapat diatasi
dengan memanfaatkan sebesar-besar nya potensi-potensi yang ada di desa Puja
Bangsa.
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2022, halaman 102
Form F1
Sketsa Desa dan Daftar Masalah dan Potensi dari Sketsa Desa
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2022, halaman 103
Form F2
Gambar Kalender Musin dan Daftar Masalah dan Potensi dari Kalender Musim
Form F3
Bagan Kelembagaan dan Daftar Masalah dan Potensi dari Bagan Kelembagaan
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2022, halaman 104
Form F4
Pengelompokan Masalah
No Masalah Potensi
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2022, halaman 105
Form F5
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. dua dusun
Kekurangan air 3 3 5 5 21 3
bersih 5
2. Musim kemarau 3 3 5 4 5 20 5
gagal panen
3. Banyak penyakit 2 5 2 3 5 17 7
Ispa pada musim
II Pancaroba
4. Jalan desa di RW 5 5 5 5 5 25 2
dua rusak berat
sepanjang 1200m
5. Lingkungan
perumahan 3 3 3 3 5 17 8
penduduk RW 07
tidak sehat
1. LK tidak Nampak 3 3 2 5 5 18 6
kegiatan nya
III 2. Kegiatan kelompok
tani dusun damai 3 3 3 3 5 17 9
macet
1. Kegiatan kelompok
3 2 2 2 5 14 10
tani dusun damai
macet
IV 2. KUD Kurang
bermanfaat dalam 4 4 4 4 5 21 4
pemasaran hasil
pertanian
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2022, halaman 106
Form F6
Pengkajian Tindakan Pemecahan Masalah
1 2 3 4 5 6
I 1. Pemdes dan BPD 1. Jumlah laptop/ PC 1. Perangkat desa dan 1. Pengadaan sarana 1. Pengadaan
Kurang dalam terbatas BPD lengkap laptop/PC laptop/PC
Pelayanan kepada 2. BPD kurang 2. Perangkat mampu 2. Pertemuan khusus 2. Pertemuan
Masyarakat dikenal masyarakat mengoperasionalkan BPD bersama khusus BPD
komputer masyarakat per bersama
RW masyarakat
II 1. Dua dusun 1. air sungai tidak 1. Sungai 1. Agar dibuat sarana 1. Agar dibuat
Kekurangan air layak kosumsi air bersih sarana air
bersih 2. Mata Air jauh dari 2. Mata Air perpipaan dari bersih
pemukiman mata air perpipaan
2. Musim kemarau 3. Batu Pasir 2. Membuat MCK dari mata
gagal panen umum air
4. Swadaya
3. Banyak penyakit Masyarakat
Ispa pada musim
Pancaroba 1. air irigasi kering 1. Irigasi tersier 1. Membuat embung 1. Menambah
musim kemarau untuk pengairan jaringan
4. Jalan desa di RW 2. tidak seluruh lahan 2. Luas Lahan lahan masyarakat irigasi
dua rusak berat warga terlayani Persawahan 2. Menambah tersier
sepanjang 1200m oleh saluran irigasi jaringan irigasi
3. Kelompok Tani tersier
5. Lingkungan
perumahan 4. KUD
penduduk RW 07
tidak sehat
1. Pada saat kering 1. Puskesmas 1. Sosialisasi PHBS 1. Perbaikan
jalan berdebu Pembantu untuk masyarakat saluran air
2. Saat hujan banyak 2. Perbaikan saluran Lingkungan
air yang tergenang 2. Posyandu air di Lingkungan Pemukiman
3. Masyarakat buang Pemukiman
sampah 3. Bidan Desa
sembarangan
4. Kebun Obat
Keluarga
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2022, halaman 107
Alternatif Tindakan Tindakan Yang
No Masalah Penyebab Potensi
pemecahan Maslah layak
1 2 3 4 5 6
III 1. LK tidak Nampak 1. LK tidak punya 1. Pengurus Lengkap 1. Pelatihan bagi LK 1. Pelatihan
kegiatan nya rencana kerja dan 2. Tenaga pengurus 2. Bimbingan tenis bagi LK
anggaran potensial bagi LK
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2022, halaman 108
Form F7
1 2 3 4 5 6 7
1. Pengadaan Laptop/PC 5 3 5 13 8
2. Pertemuan khusus
BPD bersama
masyarakat per RW
5 5 5 15 2
II 4. Perbaikan jalan 5 5 5 15 4
sepanjang 1200 m di
RW dua
1. Pelatihan bagi 5 4 5 14 6
kelompok tani
2. Perombakan strutrur 5 5 5 15 5
organisasi KUD
IV
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2022, halaman 109
FORMULIR
DAFTAR GAGASAN DUSUN / KELOMPOK
Desa : …………………………………………………..
Kecamatan : …………………………………………………..
Kabupaten : …………………………………………………..
Provinsi : …………………………………………………..
1 Agar dibuat sarana air bersih Dusun RW.03 3.500 M 300 350 599
perpipaan dari mata air dan RW.05
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2022, halaman 110
Rekapitulasi Usulan Rencana Kegiatan Pembangunan Desa
Desa : …………………………………………………..
Kecamatan : …………………………………………………..
Kabupaten : …………………………………………………..
Provinsi : …………………………………………………..
No Usulan Rencana Kegiatan Sub Bidang Rencana Perkiraan Satuan Penerima Manfaat
Berdasarkan Bidang Lokasi Volume
LK PR A-RTM
1. Pelatihan bagi LK
Desa 3 Paket 55 90 112
3. Menambah jaringan irigasi Pertanian dan 4 Dusun/12 4.800 M 8.500 9.800 10.020
tersier Peternakan RW
V PENANGGULANGAN
BENCANA, KEADAAN
DARURAT DAN MENDESAK
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2022, halaman 111
1. Penanggulangan Bencana
2. Keadaan Darurat
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2022, halaman 112
Formulir
RANCANGAN RPJM DESA
TAHUN………………………………………….
Desa : …………………………………………………..
Kecamatan : …………………………………………………..
Kabupaten : …………………………………………………..
Provinsi : …………………………………………………..
No Bidang/Jenis Kegiatan Lokasi Perkiraan SASARAN Waktu Pelaksanan Perkiraan Biaya dan Perkiraan Pola Pelaksanaan
(RT/RW/Dusun) Volume Manfaat Sumber Pembiayaan
Bidang Sub Bidang Jenis Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Jumlah (Rp) Sumber Swakelola Kerjasama Kerjasama
Kegiatan 1 2 3 4 5 6 Antar pihak ke-3
Desa
a b c D E F G H I j K L m N o P q r s
1 Penyelenggaraan a Sarana dan Pengadaan Desa 1 paket V V V 35.000.000 ADD V
Pemrintahan Desa prasarana sarana
pemerintahan laptop/PC
desa bagi
pemerintah
desa
b Tata Praja Pertemuan Desa 12 RW 20.080 V V V V V V 30.000.00 ADD V
Pemerintahan, khusus BPD orng
Perencanaan, bersama
Keuangan, dan masyarakat
Pelaporan per RW
JUMLAH PER BIDANG I 65.000.000
2 Pembangunan a Sub Bidang sarana air RW 03 dan RW. 3.500 m 650 orang V 150.000.000 DD V
Desa Kawasan bersih 05
Permukiman perpipaan dari
mata air
b Sub Bidang Perbaikan RW.09, RW.10, 3 paket 1.380 V 30.000.000 DD V
Kawasan Lingkungan RW.12 orang
Pemukiman Pemukiman
c Sub Bidang Perbaikan RW.12 1.200 m 1.280 V 160.000.000 DD V
Pekerjaan jalan orang
Umum dan sepanjang
Penataan 1200 m di RW
Ruang dua
d Sub Bidang Perbaikan RW.07 350 m 465 orang V 20.000.000 DD V
Kawasan saluran Air
Permukiman limbah di
RW.07
e Sub Bidang Sosialisasi RW.07 1 paket 405 KK V 5.000.000 ADD V
Kesehatan PHBS kepada
Kepala
Keluarga RW.
07
JUMLAH PER BIDANG II 810.000.000
3 Pembinaan a Sub Bidang Pelatihan bagi Desa 3 Paket 145 orang V 15.000.000 DD V
Kemsayarakat Kelembagaan LK
Masyarakat
JUMLAH PER BIDANG III 15.000.000
4 Pemberdayaan a Sub Bidang Pelatihan bagi Dusun 2 dan 6 Paket 135 orang V 60.000.000 DD V
masyarakat Pertanian dan kelompok tani Dusun 3
Peternakan
b Sub Bidang Perombakan Desa 1 Unit 20.080 V 5.000.000 ADD V
Koperasi, Usaha strutrur
Mikro Kecil dan organisasi
Menengah UMKM
(UMKM)
c Sub Bidang Menambah 4 Dusun/12 RW 4.800 m 18.300 V 450.000.000 DD V
Pertanian dan jaringan irigasi
Peternakan tersier
JUMLAH PER BIDANG IV 70.000.000
(………………………) (…………………………….)
Monitoring Perencanaan Pembangunan Desa
Kegiatan yang sering terlupa setelah atau bahkan suatu kegiatan berlangsung
adalah memonitor dan mengevaluasi kegiatan tersebut. Kebanyakan dari kita lebih
cepat puas dan bangga ketika kegiatan sudah berjalan ataupun sudah terlaksana.
Tapi tidak mengetahui apakah target atau substansi tujuan dari kegiatan tersebut
tercapai atau tidak. Karena itu tim perencana desa hendaknya mengoptimalkan
fungsi baik sebagai penyelenggara kegiatan ataupun sebagai pelaku yang
memonitor dan mengevaluasi atas kegiatanyang dilaksanakan.
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 115
Pasal 78 Permendagri No. 114 Tahun 2014 memberi ruang tentang pengaduan
dan penyelesaian masalah. Kepala Desa mengoordinasikan penanganan
pengaduan masyarakat dan penyelesaian masalah dalam pelaksanaan kegiatan
pembangunan desa. Koordinasi penanganan pengaduan masyarakat dan
penyelesaian masalah, meliputi kegiatan:
▪ Penyediaan kotak pengaduan masyarakat
▪ Pencermatan masalah yang termuat dalam pengaduan masyarakat
▪ Penetapan status masalah
▪ Penyelesaian masalah dan penetapan status penyelesaian masalah
3. Hasil Monitoring
Tanggal : …………………………………
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 116
Dilaksanakan Tidak Keterangan
No. Kegiatan/ Dokumen yang dipantau / Ada dilaksanakan/ (penjelasan
dokumen tidak ada bila tidak
dokumen dilaksanaka
n)
5 Musyawarah Desa penyusunan RPJM
Desa
6 Rancangan RPJM Desa
7 Musyawarah perencanaan
pembangunan desapenyusunan RPJM
Desa
8 Musyawarah Desa penyusunan RKP Desa
9 Dokumen pagu indikatif desa
10 Rancangan RKP Desa
11 Proposal Teknis dan kelengkapannya
12 Verifikasi dan pemeriksaan proposal teknis
13 Daftar usulan RKP Desa
14 Berita acara tentang hasil
penyusunanrancangan RKP
Desa
15 Berita acara Rancangan RKP Desa
melalui musyawarah perencanaan
pembangunan desa
................................,
Mengetahui .................................
,Kepala
Desa Tim Pemantau Masyarakat
........................................................ ........................................................
Keterangan pengisian:
▪ Untuk kegiatan, isi dilaksanakan atau tidak dilaksanakan Untuk dokumen/data, isi ada atau
tidak ada dokumen
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 117
Secara tegas di Pasal 3 Undang-undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa menyatakan
bahwa pengaturan desa di antaranya dilakukan berasaskan partisipasi (huruf j) dan
pemberdayaan (huruf k). Partisipasi di sini tidak hanya diartikan kehadiran secara fisik
(demokrasi prosedural) namun juga menekankan pada partisipasi untuk menyuarakan
kepentingan dan kebutuhan, memanfaatkan akses dan kontrol dalam pembuatan
kebijakan publik di desa serta mengedepankan, menghargai dan menjunjung tinggi hak-
hak kelompok-kelompok yang selama ini terpinggirkan dari pembangunan seperti orang
miskin, perempuan, kaum minoritas (demokrasi substansial).
Keterlibatan seluruh komponen masyarakat desa dalam hal ini harus diartikan sebagai
partisipasi aktif, kritis dan inklusif. Aktif tidak hanya menghadiri berbagai pertemuan
dari rangkaian penyusunan rencana pembangunan desa (mobilisasi), namun juga aktif
dalam memberikan berbagai sumbangan pemikiran, ide, pengalaman. Kritis dalam hal
ini adalah sikap dan cara pikir yang lebih mengedepankan kepentingan dan kebutuhan
bersama seluruh masyarakat sehingga perdebatan, dialog dan keputusan yang diambil
betul-betul merupakan hasil analisa yang menyeluruh dan menyentuh akar persoalan.
Keikutsertaan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan desa diatur dalam
pasal 80 Undang-undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa yang menyebutkan bahwa
penyelenggaraan perencanaan pembangunan desa dalam bentuk musyawarah
perencanaan pembangunan desa harus mengikutsertakan masyarakat desa.
Permendagri No. 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa, menyatakan
perencanaan pembangunan desa adalah proses tahapan kegiatan yang
diselenggarakan oleh pemerintah desa dengan melibatkan BPD dan unsur masyarakat
secara partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa dalam
rangka mencapai tujuan pembangunan desa. Sejalan dengan itu, desa harus didorong
menjadi self governing community yang berarti bahwa perencanaan pembangunan desa
akan semakin memperkuat hak dan kewenangan desa sekaligus mengoptimalkan
sumber-sumber kekayaan desa (aset desa) sebagai kekuatan utama membangun desa.
Saat ini, azas partisipatif hampir selalu menjadi hal pokok dan syarat wajib dalam setiap
proses pengambilan keputusan atau pembuatan kebijakan publik. Namun begitu, dalam
penerapannya, kata partisipasi terjebak pada keterlibatan (perwakilan) kelompokatau
tokoh masyarakat “terpilih” sehingga pada akhirnya justru proses tersebut meninggalkan
keterlibatan kelompok lemah dan terpinggirkan. Karena tidak terlibat, maka hampir bisa
dipastikan pengalaman dan kebutuhan mereka tidak terwakili dan berdampak pada
produk-produk pembangunan seperti layanan dan fasilitas publik yangtidak bisa diakses
oleh mereka. Proses memberdayakan masyarakat miskin dan terpinggirkan untuk
mengambil keuntungan dari peluang pembangunan ini dikenal dengan pendekatan
inklusi sosial. Pendekatan ini memastikan setiap orang memiliki kesempatan yang sama
dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka dan bahwa
mereka menikmati akses yang sama ke pasar, layanan dan ruang politik baik secara
sosial dan fisik. Inklusi sosial bahkan dinyatakan sebagai prinsip utama Bank Dunia
mengakhiri kemiskinan ekstrim pada tahun 2030 dan mempromosikan kemakmuran
bersama.
Inklusif mengacu pada semua orang yang hidup di suatu komunitas. Pembahasan
mengenai inklusivitas dalam kaitannya dengan pembangunan, harus terlebih dahulu
memastikan keberadaan komponen yang ada dalam masyarakat dengan melakukan
identifikasi berbagai kelompok kepentingan (profesi, status sosial, kelompok umur,
tingkat kesejahteraan, kemampuan (ability), jenis kelamin, keterampilan). Untuk
memastikan pembangunan yang inklusif, maka perlu diperhatikan aspek partisipasi aktif
terutama kelompok rentan, yang selama ini terpinggirkan (ter-marginalisasi) dari proses
pembangunan. Mulai dari penilaian kebutuhan, perencanaan kegiatan, pengambilan
keputusan, penyusunan anggaran. Orang miskin, perempuan, lansia,anak-anak/remaja,
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 118
disabilitas, kelompok minoritas harus dipastikan dapat mengikuti proses perencanaan
pembangunan, melakukan monitoring dan evaluasi serta memastikan keberlanjutan
program atau kegiatan. Tidak hanya memastikan keterlibatan mereka, hal lain yang
juga sangat penting adalah akses mereka terhadap pelayanan, fasilitas dan informasi
publik.
Pendekatan Inklusi sosial berarti memastikan kelompok masyarakat yang selama ini
mengalami stigma dan termarjinalisasi dapat diterima, dilibatkan dan diperlakukan
sama pentingnya dengan warga lain. Suara mereka didengarkan, pengalaman mereka
menjadi pertimbangan serta kebutuhan mereka menjadi salah satu prioritas mengingat
selama ini mereka hampir tidak tersentuh dan kurang merasakan manfaat
pembangunan. Dengan demikian proses inklusi sosial harus ditujukan untuk
membangun relasi sosial dan solidaritas, membuka akses dan penerimaan kepada
semua warga negara tanpa kecuali dengan sukarela dan tanpa paksaan. Orang miskin,
perempuan, lansia, anak-anak/remaja, disabilitas, kelompok minoritas harus juga
dianggap sebagai asset sumber daya manusia desa yang pemikiran, pengalaman,
pengetahuan, ide serta keterampilan mereka sama dibutuhkannya dengan kelompok
lain di desa yang selama ini menjadi “kelompok utama” di desa.
Adapun penerapana PRG dan ARG fokus pada program dan kebijakan dalam rangka:
a. Penugasan prioritas pembangunan desa yang mendukung prioritas pembangunan.
b. Pelayanan kepada masyarakat (service delivery) berdasarkan pencapaian
StandarPelayanan Minimal (SPM) dan/atau
c. Pencapaian visi dan misi pembangunan desa.
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 119
Perlu ditegaskan di sini pula bahwa PRG adan ARG bukan fokus pada perencanaan dan
penyediaan anggaran dengan jumlah tertentu untuk pengrausutamaan gender saja.
Lebih luas dari itu adalah bagaimana perencanaan dan anggaran keseluruhan dapat
memberikan manfaat yang adil untuk perempuan dan laki-laki. PRG dan ARG
merupakan penyusunan perencanaan dan anggaran guna menjawab secara adil
kebutuhan setiap warga negara, baik perempuan maupun laki-laki (keadilan dan
kesetaraan gender).
Peluang integrasi isu gender dapat tercermin dalam:
a. Proses perencanaan partisipatif di mana perempuan dan laki-laki terlibat dan
menyampaikan aspirasi serta kebutuhan mereka secara aktif.
b. Dokumen perencanaan, baik secara tersurat maupun tersirat dalam rumusan
kondisi desa, visi dan misi, isu strategis, sasaran, program atau kegiatan
pemerintah desa yang berkomitmen untuk mengurangi kesenjangan gender.
c. Program dan kegiatan khusus pemberdayaan perempuan.
d. Indikator dan target yang terpilah.
e. Target dan indikator yang berfokus pada isu-isu terkait gender tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
- Eko, Sutoro, dkk, Desa Membangun Indonesia, Forum Pengembangan
PembaharuanDesa (FPPD), 2014
- Aliansi untuk Pengurangan Risiko Bencana Inklusif, Memadukan Pengurangan
Risiko Bencana Inklusif dalam Perencanaan Pembangunan. Panduan Training,
2013
- Perkumpulan Inisiatif, ABCD Perencanaan Desa, 2011.
- Saraswati, Tumbu, Pengarusutamaan Gender Dalam Kebijakan Pembangunan
dalam http://www.komnasperempuan.go.id/pengarusutamaan-gender-dalam-
kebijakan- pembangunan/ diunduh pada: Senin, 23/05/2016: 12: 25
- Undang-undang No 6 Tahun 2014 Tentang Desa
DASAR HUKUM
Undang-Undang Nomor. 6/2014 tentang Desa yang memandatkan bahwa tujuan
pembangunan Desa adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa dan
kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan
kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana Desa, pengembangan potensi
ekoNomormi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara
berkelanjutan. Yang dimaksud dengan berkelanjutan adalah pembangunan Desa untuk
pemenuhan kebutuhan saat ini dilakukan tanpa mengorbankan pemenuhan
kebutuhan generasi Desa di masa depan.
Permendagri Nomor.114 Tahun 2014 Pasal 68: (1) Pelaksanaan kegiatan pembangunan
Desa dilakukan tanpa merugikan hak-hak rumah tangga miskin atas aset lahan/tanah,
bangunan pribadi dan/atau tanaman yang terkena dampak kegiatan pembangunan Desa;
(2) Pelaksanaan kegiatan pembangunan Desa sebagaimana dimaksud, dilakukan dengan
cara: (a) peralihan hak kepemilikan atas lahan/tanah melalui jual beli; dan (b.) pemberian
ganti rugi atas bangunan pribadi dan/atau tanaman; (3) Pembiayaan yang dibutuhkan dalam
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 120
rangka perlindungan hak-hak rumah tangga miskin sebagaimana dimaksud diatas dilakukan
melalui APB Desa. (4) Penentuan besaran ganti rugi sebagaimana dimaksud diatur sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
PermenDesaPDTT Nomor.21 Tahun 2020 Pasal 64: (1) Pelaksanaan kegiatan
Pembangunan Desa tanpa merugikan hak masyarakat miskin atas aset lahan atau tanah,
bangunan pribadi dan/atau tanaman yang ada diatasnya yang terkena dampak kegiatan
Pembangunan Desa. (2) Kegiatan Pembangunan Desa yang menimbulkan dampak bagi
masyarakat perlu dilaksanakan dengan pemberian ganti kerugian yang layak dan adil. (3)
Pemberian ganti kerugian yang layak dan adil sebagaimana dimaksud diatas dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
pengadaan tanah untuk kepentingan umum. (4) Penentuan harga atas lahan atau tanah
dalam peralihan hak kepemilikan dan pemberian ganti rugi ditetapkan sesuai dengan harga
pasar. (5) Pendanaan yang dibutuhkan dalam rangka perlindungan hak masyarakat miskin
sebagaimana dimaksud diatas menjadi bagian dalam komponen rencana anggaran dan
biaya kegiatan.
Kebijakan “safeguard” atau “perlindungan” lingkungan hidup dan sosial yang tertuang dalam
dokumen Environment and Social Management Framework (ESMF) merupakan suatu
upaya dari Program Penguatan Pemerintahan dan Pembangunan Desa (P3PD) dalam
melakukan pencegahan, pengelolaan, dan penanganan risiko terjadinya potensi
dampak yang mungkin terjadi sebagai akibat adanya kegiatan yang didanai oleh
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Kebijakan perlindungan tidak hanya
dimaksudkan untuk menghindarkan dampak lingkungan dan sosial yang merugikan sebagai
akibat adanya suatu kegiatan yang didanai oleh APBDes, tetapi juga untuk meminimalkan
risiko dampak negatif tersebut. Jika dampak-dampak negatif tidak dapat dihindarkan,
pengelola APBDes harus merencanakan dan melaksanakan langkah-langkah
penanggulangan, perbaikan, dan kompensasi apabila diperlukan.
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 121
mengandung B3 seperti olie, sisa cat, sisa pestisida; sampah an-organic seperti sisa
bahan bangunan, plastik, dll.
Upaya pengelolaan lingkungan dalam pelaksanaan pembangunan sebagaimana
Lampiran 11 ESMF: Peraturan Praktik Lingkungan
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 122
kepala rumah tangga perempuan, dan sebagainya) sebagai dasar pelaksanaan
program/kegiatan pembangunan Desa dan pemberdayaan masyarakat Desa
yang bersifat afirmatif;
❖ pelatihan, sosialisasi, komunikasi, informasi dan edukasi tentang pencegahan
dan penanganan kekerasan pada perempuan dan anak, termasuk tindak
pidana perdagangan orang.
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 123
❖ pembersihan lingkungan perumahan yang terkena bencana alam;
❖ rehabilitasi dan rekonstruksi lingkungan perumahan yang terkena bencana alam;
dan
❖ sarana prasarana untuk mitigasi dan penanggulangan bencana yang lainnya sesuai
dengan kewenangan Desa dan diputuskan dalam musyawarah Desa.
(………………………………..) (……………………………………)
Mengetahui
a/n Pemerintah Kabupaten
Camat ……..
nama dan tandatangan
(………………………………..)
Saksi-saksi: nama dan tandatangan Ahli Waris: nama dan tandatangan
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 124
1. ………………….. (…………………….) 1. …………………… (…………………….)
2. ………………….. (…………………….) 2. …………………… (…………………….)
3. ………………….. (…………………….) 3. …………………… (…………………….)
Keterangan: Salinan asli surat ini akan disimpan oleh pemberi hibah tanah dan oleh Pemerintah
Desa.
Nama :
Nomor. KTP :
Pekerjaan :
Alamat :
Sebagai pemilik tanah yang sah berdasarkan Surat Bukti Hak yang sah Nomormor ....... Tanggal
........atau Bukti sah lainnya dari ....... (sebutkan) dengan ini menyatakan bahwa saya mengizinkan
tanah saya digunakan oleh Pemerintah Desa …….. (sebutkan) untuk digunakan pekerjaan konstruksi
... dari Tahun …. s/d Tahun … untuk kepentingan masyarakat umum.
Lokasi tanah :
Luas tanah dipinjamkan :
Ukuran tanah yang tersisa :
Ukuran tanah eksisting :
Status kepemilikan tanah :
(sebutkan batas tanah dan status kepemilikan tanah serta peta bidang tanah
dengan tanda pada orientasi yang jelas)
Pernyataan ini dibuat dengan sepatutnya tanpa tekanan apapun dan harus digunakan sebagaimana
mestinya.
Tempat dan tanggal perjanjian
(………………………………..) (……………………………………)
Mengetahui
a/n Pemerintah Kabupaten
Camat ……..
nama dan tandatangan
(………………………………..)
Saksi-saksi: nama dan tandatangan Ahli Waris: nama dan tandatangan
1. …………………… (…………………….) 1. …………………. (…………………….)
2. …………………… (…………………….) 2. …………………. (…………………….)
3. …………………… (…………………….) 3. …………………. (…………………….)
Lampiran: Peta Situs tanah yang akan disumbangkan dan foto
Keterangan: Salinan asli surat ini akan disimpan oleh pemberi izin dan oleh Pemerintah Desa.
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 125
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama :
Nomor. KTP :
Pekerjaan :
Alamat :
Sebagai pemilik tanah yang sah berdasarkan Surat Bukti Hak yang sah Nomormor ....... Tanggal
........atau Bukti sah lainnya dari (tolong tentukan) dengan ini menyatakan bahwa saya mengizinkan
tanah saya untuk dilalui fasilitas ......... yang akan dibangun/dikembangkan oleh Pemerintah Desa
…….. (sebutkan) dan dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat umum.
Lokasi tanah :
Luas tanah yang akan dilalui :
Penggunaan tanah eksisting :
Status kepemilikan tanah :
(sebutkan batas tanah dan status kepemilikan tanah serta peta bidang tanah dengan tanda pada
orientasi yang jelas)
Pernyataan ini dibuat dengan sepatutnya tanpa tekanan apapun dan harus digunakan sebagaimana
mestinya.
(………………………………..) (……………………………………)
Mengetahui
a/n Pemerintah Kabupaten
Camat ……..
nama dan tandatangan
(………………………………..)
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 126
Lampiran: Peta Situs tanah yang akan disumbangkan dan foto
Keterangan: Salinan asli surat ini akan disimpan oleh pemberi izin dan oleh Pemerintah Desa.
(Untuk rencana kegiatan yang tidak memerlukan UKL/UPL – berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor.16/2012)
Nama :
Pekerjaan :
Alamat :
Nomormor Telepon :
Nama Kegiatan :
Alamat Kegiatan :
Nomormor Telepon :
Jenis Kegiatan :
Tujuan Kegiatan :
Jumlah Biaya/Modal :
(1) Menjaga ketertiban umum dan selalu menjaga hubungan baik dengan masyarakat sekitar.
(2) Menjaga kebersihan, kebersihan, dan ketertiban lokasi proyek.
(3) Bertanggung jawab atas segala kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh usaha
dan/atau kegiatan proyek.
(4) Bersedia dipantau untuk dampak lingkungan dari bisnis dan/atau kegiatan proyek kami oleh pejabat yang
berwenang.
(5) Bertanggung jawab sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, jika kita gagal memenuhi
komitmen yang disebutkan di atas.
Catatan:
1.
2.
3. dll
1.
2.
3. dll.
SPPL ini berlaku efektif sejak tanggal diterbitkan sampai dengan selesainya kegiatan usaha dan/atau proyek kami. Jika proyek
mengalami perubahan lokasi, Desain, proses, jenis bahan baku dan/atau bahan pendukung, SPPL ini harus direvisi.
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 127
Tanggal, Bulan, Tahun
(………………………………..)
Nomormor registrasi dari Badan/Dinas Lingkungan Hidup
setempat
Tanggal
Penerima
Subproyek tipikal dengan potensi dampak negatif dan tindakan mitigasi dirangkum dalam
tabel berikut:
Jalan/jembatan yang terletak di - Mengubah alinyemen untuk mengurangi kemiringan yang curam
lahan kritis yang peka terhadap erosi bila memungkinkan
dan longsor - Membangun pekerjaan sipil untuk menstabilkan lereng
samping – pemasangan terasering atau dinding penahan
- Menggunakan perawatan vegetatif untuk menstabilkan lereng
samping atau mencegah erosi
- Menggunakan perlakuan khusus untuk mengatasi masalah air
tanah, seperti saluran air
- Pemantauan dan inventarisasi risiko erosi secara teratur
Saluran air yang tersumbat (karena - Pekerjaan O&M harus membersihkan saluran pembuangan
Desain dan pemeliharaan) secara berkala
menghentikan aliran air dan - Batu bata atau parit beton lebih disukai karena air cepat
berdampak pada kesehatan dipindahkan (parit tanah mengalir tetapi membutuhkan lebih
masyarakat banyak ruang dan kurang stabil, parit tanah juga
membutuhkan lebih banyak perawatan)
- Penggunaan lereng alami karena tahan terhadap erosi
Toilet Umum, Sanitasi, dan Air Minum – Risiko Kesehatan pada kegiatan berikut:
Ketinggian air sumur gali hampir sama - Periksa arah aliran air tanah; sumur harus ditempatkan di
dengan sumur resapan, sumur terlalu hulu
dekat dengan WC dan septic tank - Bangun rendaman sejauh mungkin dari sumur gali (minimal 10
m)
- Membangun sistem drainase yang tepat untuk menjauhkan air
limbah dari sumur gali
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 128
Potensi Dampak Negatif Tindakan Mitigasi
Sumur di toilet: ini tidak dapat - Bangun baskom di setiap ruang toilet dan isi dari sumur dengan
diterima karena berisiko tinggi saluran pipa atau wadah
kontaminasi - Jaga agar toilet tetap bersih dan terpisah dari sumur
Pipa saluran pembuangan yang - Mengubur pipa saluran pembuangan sampai ke septic tank
diletakkan di permukaan tanah dapat - Pasang pipa ventilasi dan akses lubang got di septic tank
menjadi rapuh karena sinar UV
matahari dan juga dapat
dirusak oleh orang yang menginjaknya
atau benturan lainnya
Struktur tangki septik yang tidak lengkap Peralatan minimal untuk septic tank terdiri dari:
1. Akses lubang got dengan penutup yang dapat dikunci
2. Pipa masuk
3. Dinding pembatas penyekat
4. Pipa luapan
5. Pipa ventilasi
(Mematuhi SNI - 2398 – 2002 tentang sistem tangki septik)
Bangunan MCK umum yang tidak Semua elemen penting dari MCK harus disertakan:
lengkap (Mandi/mandi, Cuci/cuci, 1. Toilet
Kakus/toilet) 2. Ventilasi toilet
3. Baskom air dengan faucet dan outlet bawah
4. Slab dengan tepi terangkat untuk area cuci umum
5. Keran untuk mengisi ember
6. Takik ke parit untuk kelebihan air dan mengalir
langsung ke parit/saluran air yang ada
Limbah yang mengandung kotoran - Saluran pembuangan yang membawa kotoran manusia harus
manusia membawa patogen dan harus dibuang ke instalasi pengolahan atau tangki septik
diolah sebelum dibuang ke tanah atau - Tangki septik atau tangki pengendapan jenis lain juga akan
aliran air terbuka mengolah sebagian limbah
Lindi dan bau dari pengelolaan limbah - Melakukan pemilahan sampah untuk memisahkan sampah
padat domestik sementara harus organik dan aNomorrganik
diolah agar tidak mencemari aliran air - Tampung lindi di lantai bundling yang disemen dan dialirkan ke
tanah atau permukaan tangki pengendapan sebelum dibuang
- Menutupi sampah organik untuk pengomposan lebih cepat dan
mencegah bau
Larangan
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 129
1. Menebang pohon di luar area konstruksi yang disepakati.
2. Ambil benda-benda bersejarah yang ditemukan di area konstruksi.
3. Membuang sampah atau limbah konstruksi sembarangan.
4. Buang polutan seperti minyak, cat, solar, di lingkungan (tanah, saluran air).
5. Membakar limbah dan/atau sisa tanaman dari lahan yang dibuka.
6. Gunakan bahan yang mengandung asbes.
7. Gunakan kayu dengan asal yang tidak jelas untuk konstruksi.
8. Kayu yang boleh digunakan hanya kayu yang legal/ dilengkapi oleh SKAU.
Pengelolaan sampah
1. Penyediaan tempat penampungan sampah sementara dan pembersihan
harian di lokasi proyek.
2. Sampah yang terkumpul harus dibuang di TPA resmi (bukti atau lokasi TPA
harus dilaporkan).
3. Limbah minyak dan limbah berbahaya lainnya (termasuk tanah yang
terkontaminasi dan tumpahan minyak) harus tetap tertutup dan terpisah
dari limbah lainnya. Ini jenis limbah harus diangkut oleh pengangkut
berlisensi ke fasilitas pembuangan berlisensi.
4. Setelah pekerjaan selesai, semua puing-puing dan sisa bahan konstruksi
harus disingkirkan dari lokasi proyek/ dibersihkan.
5. Kotoran pekerja: sisa makanan, toilet harus dikelola dengan baik.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
1. Kontraktor mematuhi semua peraturan yang berlakudi Indonesia dan SOP
yang berlaku bagi pekerja.
2. Semua pekerja dilengkapi dengan alat pelindung diri yang memadai yaitu
helm pelindung (hard hat), pakaian kerja/rompi, sepatu bot, sarung tangan,
pelindung mata, dan lain-lain sesuai dengan jenis pekerjaan yang
dilakukan.
3. Persyaratan bagi pekerja dan pengunjung di lokasi untuk menggunakan
peralatan keselamatan/pelindung yang memenuhi standar.
4. Kontraktor harus memelihara peralatan yang dapat membahayakan
keselamatan kerja.
5. Kontraktor harus rutin melakukan kegiatan pemeriksaan K3 baik formal
maupun informal.
6. Kontraktor menyediakan peralatan K3 seperti tangga susun, pagar
pengaman, alat pemadam kebakaran, peralatan K3, rambu K3
B. Pengelolaan dan 7. Pagar pengaman dibangun di sekitar lokasi konstruksi.
Pemantauan 8. Jika terjadi kecelakaan kerja/bencana harus dilaporkan kepada
Lingkungan direksi/pimpinan dan dokumentasi.
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 130
Lingkungan / ECOP yang ditentukan oleh Pemrakarsa Proyek.
4. Pelaksanaan pengelolaan dampak lingkungan dan sosial pekerjaan
konstruksi sesuai dengan Rencana Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan dan Sosial.
5. Laporan bulanan pekerjaan konstruksi dan pelaksanaan pengelolaan
dampak lingkungan dan sosial yang dilakukan oleh pelaksana konstruksi.
Pelaksanaan pengelolaan dampak lingkungan dan sosial pekerjaan
konstruksi sesuai dengan matriks yang diambil dari UKL-UPL atau dokumen
SPPL atau Dokumen Pengelolaan Lingkungan lainnya
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 131
FORMULIR DAFTAR PERIKSA KODE PRAKTIK LINGKUNGAN (ECOP)
1. UMUM
B. PEMANTAUAN LINGKUNGAN
Memastikan bahwa aktivitas kerja dilakukan dengan cara yang tidak merusak lingkungan dan memelihara lingkungan.
2. LARANGAN
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 133
3. DEBU DAN POLUSI
4. KEBISINGAN
5. PENGELOLAAN SAMPAH
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 134
Nomor. Kriteria Ya Tidak Tidak perlu Rekomendasis diberikan
Dasar Hukum:
Instruksi Menteri Tenaga Kerja Nomor. 2/M/BW/BK/1984 tentang Pengesahan
Alat Pelindung Diri
a. Peralatan keselamatan kerja: alat pelindung diri: pakaian kerja/
rompi, sepatu bot, helm, sarung tangan, pelindung mata dll, tersedia
b. Persyaratan bagi pekerja dan pengunjung di lokasi untuk menggunakan peralatan
keselamatan/pelindung yang memenuhi standar
c. Apakah pemeliharaan peralatan yang dapat membahayakan keselamatan kerja
dilakukan?
d. Apakah perusahaan melakukan kegiatan inspeksi terhadap pelaksanaan K3 baik
formal maupun informal secara berkala?
e. Apakah tersedia peralatan lingkungan seperti tangga susun, pagar pengaman,
alat pemadam kebakaran, peralatan K3, rambu K3?
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 135
Nomor. Kriteria Ya Tidak Tidak perlu Rekomendasis diberikan
Catatan: Setiap item pemantauan harus dilengkapi dengan foto/dokumentasi yang sesuai
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 136
8. SANKSI:
Apabila kontraktor terbukti melakukan pelanggaran terhadap SOP ini maka akan
diberikan teguran tertulis sampai dengan 3 kali dan apabila pelanggaran tersebut
berulang maka kegiatan proyek dapat dihentikan dan kontrak dapat dihentikan.
2. Garis besar PS. Penilaian Sosial setidaknya akan mencakup hal-hal berikut:
a. Deskripsi Kegiatan sub-proyek
b. Informasi tentang lokasi Kegiatan Subproyek dan kondisi komunitas budaya
c. Karakteristik Sosial EkoNomormi Masyarakat Adat yang terkena dampak
i. Karakteristik Umum IP
ii. Karakteristik khusus IP
• Lembaga Sosial Budaya
• Kondisi EkoNomormi dan Sumber Mata Pencaharian Penduduk Desa
• Praktek budaya
• Dll.
iii. Penilaian pemangku kepentingan
d. Proses konsultasi selama Penilaian Sosial yang mencerminkan konsultasi bebas,
didahulukan dan diinformasikan yang mengarah pada dukungan luas dari komunitas
Masyarakat Adat yang terkena dampak pada kegiatan sub-proyek yang diusulkan.
e. Temuan dan potensi dampak kegiatan subproyek (positif dan merugikan).
i. Potensi negatif apa pun (berikan contoh)
• Dominasi ekoNomormi oleh pihak luar
• Pengalihan hak ulayat
• …
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 137
ii. Usulan Mitigasi (berikan contoh)
• Mitigasi terkait dominasi pihak luar
• …
iii. Potensi dampak positif dan upaya untuk memaksimalkan dampak tersebut
f. Usulan Rencana Aksi dalam bentuk Tabel yang berisi (untuk dimasukkan dalam Draft
IPP):
i. Rencanakan untuk memaksimalkan dampak positif
ii. Isu negatif sebagai temuan dari studi yang perlu mitigasi
iii. Langkah-langkah mitigasi
iv. Kegiatan Subproyek dalam kerangka mitigasi
v. Lokasi dimana dampak dan mitigasi akan dilakukan
vi. Kerangka konsultasi untuk mempersiapkan dan mengimplementasikan IPP
vii. Lembaga yang bertugas menyiapkan dan melaksanakan IPP
viii. Jadwal pelaksanaan
ix. Anggaran
x. Sumber anggaran
xi. Keterangan (hal-hal lain yang perlu dicantumkan dalam laporan)
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 138
LAMPIRAN 13: FORMAT RENCANA MASYARAKAT ADAT (IPP)
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 139
4. ESTIMASI BIAYA DAN RENCANA PEMBIAYAAN
Dalam bentuk tabel yang berisi informasi tentang: jenis kegiatan, penanggung jawab,
timeline/milestones, biaya, sumber pendanaan, dan keterangan.
5. PENGATURAN KELEMBAGAAN UNTUK MELAKSANAKAN IPP
• Badan-badan yang bertanggung jawab untuk mengelola pelaksanaan
Rencana Masyarakat Adat
• Instansi (seperti TPK) yang bertanggung jawab untuk melaporkan dan
memantau pelaksanaan Rencana Masyarakat Adat
• Pengaturan pemantauan pelaksanaan Rencana Masyarakat Adat oleh
Masyarakat Adat yang terkena dampak
6. MEKANISME PENANGGULANGAN KELUHAN YANG DAPAT DIAKSES OLEH
MASYARAKAT YANG TERDAMPAK
• Mekanisme penanganan keluhan seperti yang disarankan oleh hasil
Kajian Sosial
7. PEMANTAUAN PROYEK, EVALUASI, DAN PELAPORAN
PELAKSANAAN IPP
Termasuk pengaturan untuk konsultasi gratis, didahulukan, dan diinformasikan dengan
Masyarakat Adat yang terkena dampak
• Menjelaskan Rencana Kerja pemantauan pelaksanaan MA dan Mekanisme
Pelaporan.
• Pemantauan kemajuan implementasi IPP
• Monitoring proses implementasi IPP
• Pelaporan pelaksanaan (laporan kepada siapa, format apa yang digunakan, dan
batas waktu penyampaian laporan).
LAMPIRAN
Melampirkan dokumen asli atau salinan yang relevan dengan IPP, misalnya:
• Informasi tentang kegiatan sub-proyek (Peta)
• Tabel yang berisi Data Dasar IP
• Risalah Rapat Sosialisasi dan Konsultasi
• Risalah Kesepakatan tentang Skema Kompensasi (jika ada) berdasarkan konsultasi
• Dokumentasi lain yang relevan
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 140
sebagaimana mestinya.
Konsultasi
• Pemerintah Desa, TPK harus mendorong MA untuk berpartisipasi aktif dalam diskusi
selama pertemuan konsultasi.
• Keseluruhan tanya jawab dan rekomendasi/kesimpulan harus dituangkan dalam
Risalah Rapat ini.
Ringkasan pertemuan:
• …….
• ……
Perwakilan menyetujui Risalah
Nama Anggota
No. Posisi pekerjaan Tanda tangan
Komunitas
1 Kepala Suku
2 Kepala Desa
3 Kepala Dusun
4
5
Lampiran
2. Tujuan. Cakupan, frekuensi dan tingkat keterlibatan yang diperlukan oleh proses
konsultasi harus sepadan dengan risiko dan dampak buruk proyek yang teridentifikasi
serta dengan pertimbangan-pertimbangan yang diungkapkan oleh Masyarakat yang
terkena dampak. PADIATAPA dibangun berdasarkan proses yang disepakati bersama
antara masyarakat yang terkena dampak dan pelaku proyek. PADIATAPA memilki
setidaknya dua tujuan:
a. Menyediakan sebuah platform untuk melakukan proses konsultasi dengan itikad
baik dan dengan cara yang memberikan peluang bagi masyarakat adat yang
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 141
terkena dampak untuk mengungkapkan keprihatinan dan pandangan mereka
tentang pembagian manfaat pembangunan, risiko, dampak, dan langkah-langkah
mitigasi dan mencari cara untuk memaksimalkan manfaat budaya dan sosial
yang dapat mereka terima.
b. Menyediakan mekanisme dua arah bagi aparat Desa terutama TPK untuk terlibat
dengan masyarakat adat dan organisasinya, termasuk dewan adat, kelompok
masyarakat untuk mempertimbangkan dan menanggapi pandangan dan
peritmbangan yang diungkapkan oleh masyarakat adat yang terkena dampak
sebelum pelaksanaan proyek.
4. Kerangka Partisipasi Masyarakat perlu dibangun atas pendekatan yang sensitif gender
dan inklusif antar generasi. PADIATAPA yang efektif dibangun di atas proses dua arah
yang harus:
a. Libatkan anggota masyarakat yang terkena dampak serta badan dan organisasi
perwakilan mereka yang diakui dengan itikad baik.
c. Mulailah sejak awal proses identifikasi risiko dan dampak lingkungan dan sosial
dan lanjutkan secara berkelanjutan saat risiko dan dampak muncul.
e. Fokus pada keterlibatan inklusif pada mereka yang terkena dampak langsung
daripada mereka yang tidak terkena dampak langsung;
g. Didokumentasikan
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 142
5. Dalam memutuskan apakah akan melanjutkan sub-proyek, PTPD, PD dan PLD
memastikan berdasarkan penilaian sosial dan FPIC apakah Masyarakat Adat yang
terkena dampak memberikan dukungan luas mereka kepada proyek. Jika ada dukungan
seperti itu, TPK harus mempersiapkan:
d. Setiap kesepakatan formal yang dicapai dengan Masyarakat Adat yang terkena
dampak dan/atau organisasi perwakilan mereka.
6. PIU dan Bank Dunia akan meninjau proses dan hasil konsultasi yang dilakukan oleh
aparat Desa dan TPK dengan pengawasan dari fasilitator (PD dan PLD) untuk
memastikan bahwa Masyarakat Adat yang terkena dampak telah memberikan
dukungan luas mereka terhadap proyek. PIU tidak akan merekomendasikan Desa atau
TPK untuk melanjutkan pemrosesan proyek jika tidak dapat memastikan bahwa
dukungan tersebut ada.
Pertimbangan Persyaratan
Strategi dan prinsip - Kerangka Partisipasi Masyarakat untuk mengarusutamakan
proyek tentang FPIC;
keterlibatan - Manual Operasional Proyek tentang FPIC;
- Ketentuan anggaran dan personel;
- Jadwal konsultasi dan dokumentasi pendukung lainnya.
Identifikasi pemangku - Analisis pemangku kepentingan sebagai bagian dari
kepentingan dan Penilaian Sosial;
analisis
Pertunangan - Rencana konsultasi, konsultasi publik dan rencana
Komunitas pengungkapan, dan
rencana keterlibatan pemangku kepentingan;
- Jadwal dan catatan keterlibatan masyarakat termasuk
diskusi dan konsultasi dengan anggota masyarakat dan
mereka
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 143
Pertimbangan Persyaratan
perwakilan.
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 144
LAMPIRAN 16: DAFTAR KABUPATEN DENGAN POTENSI KEBERADAAN MASYARAKAT
ADAT
1 Kalimantan Barito Selatan, Barito Timur, Barito Utara, Gunung Mas, Kapuas,
Tengah Katingan,
Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Lamandau, Murung
Raya, Sukamara
2 Maluku Utara Halmahera Barat, Halmahera Selatan, Halmahera Timur,
Halmahera Utara, Kepulauan Sula
3 Jawa Timur Banyuwangi, Bojonegoro, Bondowoso, Magetan, PoNomorrogo,
Sumenep. Trenggalek,
Tulungagung
4 Jambi Bungo, Merangin, Muaro Jambi, Sarolagun, Tanjung Jabung
Timur, Tebo
5 Sulawesi Barat Majene, Mamasa, Mamuju Utara, Mamuju
6 Lampung Tidak ada Masyarakat Adat yang teridentifikasi
7 Bengkulu Bengkulu Selatan, Bengkulu Utara, Kaur, Lebong, Seluma
8 Jawa barat Ciamis, Cianjur, Garut, Majalengka, Sukabumi, Sumedang,
Tasikmalaya
9 Jawa Tengah Cilacap, Demak, Pati, Semarang
10 Kalimantan Bengkayang, Kapuas Hulu, Landak, Melawi, Pontianak,
Barat Sambas, Sanggau, Sekadau, Sintang
11 Utara Bolaang Mongondow, Kep. Sangihe, Kep. Talaud, Minahasa
Sulawesi Selatan, Minahasa Utara
12 Sulawesi Bantaeng, Barru, Bulukumba, Enrekang, Luwu Utara, Luwu,
Selatan Maros, Palopo, Sidenreng Rappang, Soppeng, Tanah Toraja,
Wajo
13 Nusa Barat Bima, Dompu, Lombok Barat, Sumbawa Barat, Sumbawa
Tenggara
14 Timur Nusa Alor, Belu, Ende, Flores Timur, Kupang, Lembata, Manggarai
Tenggara Barat, Sikka, Sumba Barat, Sumba Timur, Timor Tengah
Selatan, Timor Tengah Utara
15 Bali Bangli, Karangasem
16 Bangka Bangka Barat, Bangka Selatan, Bangka Tengah, Bangka Timur,
Belitung Belitung
17 Banten Lebak, Pandeglang
18 gorontalo Boalemo, Bone Bolango, Gorontalo
19 Kalimantan Balangan, Banjar, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah,
Selatan Kota Baru, Tabalong, Tanah Bumbu, Tanah Laut, Tapin
20 Timur Berau, Kutai Barat, Kutai Kertanegara, Kutai Timur, Pasir
Kalimantan
21 Kepulauan Bintan, Karimun, Lingga
Riau
22 Maluku Buru, Kepulauan Aru, Maluku Tengah, Maluku Tenggara Barat,
Seram Bagian Barat
23 Riau Bengkalis, Indragiri Hilir, Indragiri Hulu, Kep. Meranti, Pelalawan,
Rokan Hilir, Rokan Hulu, Siak
24 Pusat Banggai Kepulauan, Banggai, Donggala, Morowali, Parigi
Sulawesi Moutong, Poso, Tojo Una-Una, Toli-Toli
25 Selatan Bombana, Buton, Kolaka Utara, Kolaka, Konawe Selatan,
TimurSulawesi Konawe, Muna, Wakatobi
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 145
26 Sumatera Barat Kepulauan Mentawai, Lima Puluh Kota, Pasaman
27 Selatan Banyuasin, Lahat, Muara Enim, Musi Banyuasin, Musi Rawas,
Sumatera Ogan Ilir, Ogan
Komering Ilir, Ogan Komering Ulu, OKU Selatan
28 Sumatera Deli Serdang, Humbang Hasundutan, Langkat, Mandailing Natal,
Utara Nias Selatan, Pakpak Bharat, Serdang Bedagai, Simalungun,
Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, Toba
Samosir
29 DI Yogyakarta Tidak ada Masyarakat Adat yang teridentifikasi
1. Definisi. Penemuan tak terduga (a Chance Find) adalah temuan materi arkeologi,
sejarah, budaya, dan sisa-sisa yang ditemukan secara tak terduga selama konstruksi
atau pelaksanaan proyek. Prosedur penemuan tak terduga adalah prosedur khusus
proyek yang harus dipenuhi jika warisan budaya yang sebelumnya tidak diketahui
ditemukan selama kegiatan proyek. Prosedur tersebut umumnya mencakup
persyaratan untuk melapor kepada otoritas terkait tentang benda atau situs yang
ditemukan oleh para ahli warisan budaya; memagari area temuan atau situs untuk
menghindari kerusakan lebih lanjut; melakukan penilaian terhadap benda atau situs
yang ditemukan oleh para ahli warisan budaya; mengidentifikasi dan
mengpelaksanaankan tindakan yang sesuai dengan persyaratan Bank Dunia dan
hukum Indonesia; dan melatih personel proyek dan pekerja proyek tentang prosedur
penemuan tak terduga. Dalam kesepakatan dengan kontraktor, harus ada ketentuan
dan pedoman mengenai tindakan yang harus diambil jika artefak dan struktur ini
ditemukan di dalam lokasi sub-proyek.
2. Tujuan.
a. Untuk melindungi sumber daya budaya fisik dari dampak negatif kegiatan proyek
dan mendukung pelestariannya.
b. Untuk mempromosikan pembagian manfaat secara adil dari penggunaan PCR.
c. Amankan situs untuk mencegah kerusakan atau kehilangan benda yang dapat
dilepas. Dalam kasus barang antik yang dapat dipindahkan atau sisa-sisa sensitif,
penjaga malam harus diatur sampai otoritas lokal yang bertanggung jawab atau
Departemen Kebudayaan Kabupaten/Provinsi, atau Institut Arkeologi setempat jika
tersedia untuk mengambil alih;
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 146
d. Melarang setiap pengambilan barang oleh pekerja atau pihak lain;
g. Segera beri tahu otoritas lokal yang bertanggung jawab dan Institut Arkeologi terkait
(dalam waktu 24 jam atau kurang);
h. Otoritas lokal yang bertanggung jawab akan bertugas melindungi dan melestarikan
situs sebelum memutuskan prosedur yang sesuai selanjutnya. Ini akan
membutuhkan evaluasi awal dari temuan yang akan dilakukan oleh Institut Arkeologi
setempat. Signifikansi dan pentingnya temuan harus dinilai menurut berbagai
kriteria yang relevan dengan warisan budaya; yang mencakup nilai-nilai estetika,
sejarah, ilmiah atau penelitian, sosial dan ekoNomormi;
i. Keputusan tentang bagaimana menangani temuan harus diambil oleh otoritas yang
bertanggung jawab. Ini dapat mencakup perubahan dalam tata letak subproyek
(seperti ketika menemukan peninggalan budaya atau arkeologi yang tidak dapat
dipindahkan) konservasi, pelestarian, restorasi dan penyelamatan;
l. Pekerjaan konstruksi di lokasi dapat dilanjutkan hanya setelah izin diberikan dari
otoritas lokal yang bertanggung jawab mengenai perlindungan warisan; dan
4. Persyaratan. TPK harus memasukkan prosedur penemuan tak terduga dalam Rencana
Kerja atau kontrak masyarakat.
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 147
pembangunan infrastruktur skala kecil di Desa. Untuk itu Pemerintahan Desa (Pelaksana
Kegiatan) harus menyiapkan Rencana K3L, termasuk prosedur kesiagaan bencana untuk
kegiatan pembangunan infrastruktur skala kecil di Desa yang akan dilakukan secara
swakelola, atau dilaksanakan oleh pihak ketiga (Kontraktor).
Pedoman ini disusun berdasarkan aturan hukum yang berlaku di Indonesia, di antaranya: UU
Nomor.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja; Undang Undang Nomormor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan; Perpu Nomor.2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja; Peraturan
Pemerintah RI Nomormor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja; Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Nomor. 10 Tahun 2021 tentang Pedoman Sistem Keselamatan Konstruksi; Pedoman
Praktis K3 di Bidang Konstruksi, ILO; dan Safety and Health in construction an International
Labour Organisation code of practice.
1.1. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari pembuatan Rencana K3L (RK3L) ini adalah sebagai acuan bagi pelaksana
kegiatan Swakelola dan Kontraktor pelaksana pembangunan infrastruktur skala kecil di
Desa dalam menerapkan Sistem Managemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dan
Pengelolaan Lingkungan selama pekerjaan pembangunan. Penerapan RK3L bertujuan
untuk :
1. Meningkatkan efektivitas perlindungan Keselamatan, Kesehatan kerja, dan
Perlindungan Lingkungan yang terencana, terukur dan terintegrasi.
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan
melibatkan unsur pelaksana swakelola, Kontraktor, dan pekerja/buruh.
3. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efesien untuk mendorong
produktivitas.
5. Potensi bahaya adalah kondisi atau keadaan baik pada orang, peralatan, mesin,
pesawat, instalasi, bahan, cara kerja, sifat kerja, proses produksi dan lingkungan
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 148
yang berpotensi menimbulkan gangguan, kerusakan, kerugian, kecelakaan,
kebakaran, peledakan, pencemaran dan penyakit akibat kerja.
6. Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja,
bahan, proses maupun lingkungan kerja.
7. Risiko K3L adalah ukuran kemungkinan kerugian terhadap keselamatan umum,
harta benda, jiwa manusia dan lingkungan yang dapat timbul dari sumber bahaya
tertentu yang terjadi pada pekerjaan pembangunan.
8. Monitoring dan Evaluasi K3L adalah kegiatan pemantauan dan evaluasi terhadap
kinerja penyelenggaraan K3L yang meliputi pengumpulan data, analisa, kesimpulan
dan rekomendasi perbaikan penerapan K3L.
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 149
1. Membangun dan memelihara Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan, dan Pengelolaan
Lingkungan kerja berkelanjutan serta sumber daya yang relevan
2. Membangun tempat kerja dan pekerjaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan
persyaratan lainnya terkait K3L
3. Memberikan pendidikan ataupun pelatihan terkait Keselamatan dan Kesehatan, dan
Pengelolaan Lingkungan kerja kepada tenaga kerja untuk meningkatkan kinerja K3L
Yang Berkomitmen:
Petugas K3 Ketua Tim Swakelola Kegiatan ………..
Desa …………………….
( ……………………………………. ) ( ……………………………………. )
Contoh Kebijakan K3L untuk kegiatan yang dilaksanakan pihak ketiga (Kontraktor):
( ……………………………………. ) ( ……………………………………. )
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 150
2.2. Organisasi K3L
Contoh Struktur organisasi
Nama Petugas K3
Penanggung Jawab Lapangan K3L
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 151
CONTOH TABEL IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA, PENILAIAN, DAN PENGENDALIAN RESIKO
Penilaian Resiko
Potensi Pengendalian
Nomor Pekerjaan Sub jenis pekerjaan Alat/bahan Resiko
Bahaya Resiko
Frekuensi Keparahan Kategori
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 153
a. Alat Pelindung Diri
Pelaksana kegiatan harus menyediakan alat pelindung diri berdasarkan hasil
identifikasi jenis pekerjaan. Alat pelindung diri termasuk diantaranya helm, masker,
kaCamata, sumbat telinga, disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang akan dilakukan.
b. Perlengkapan K3
Pelaksana Kegiatan harus menyediakan Perlengkapan K3 sesuai kebutuhan dan
kondisi kerja di lapangan. Secara umum perlengkapan K3 dapat terdiri dari:
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 154
CONTOH PROSEDUR K3 20
PROSEDUR K3 - KESELAMATAN TEMPAT KERJA
1. Ketentuan Umum
a. Semua upaya pencegahan harus dilakukan untuk:
i. Memastikan bahwa semua tempat kerja adalah aman dan bebas dari risiko
kesehatan dan keselamatan pekerja
ii. Melindungi pekerja dan orang yang ada di sekitar lokasi konstruksi dari semua
bahaya yang timbul dari kegiatan konstruksi.
b. Semua lubang dan daerah lain yang berpotensi bahaya pada pekerja harus diberi tanda
dengan jelas.
20
Contoh ini diterjemahkan dari safety and health in construction in ILO code of practice. Redaksinya harus
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing kegiatan
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 155
i. Hanya boleh menggunakan instalasi listrik dan peralatan, termasuk lampu portabel,
yang dilengkapi dengan proteksi yang aman.
ii. Tidak boleh ada percikan api atau sejenisnya.
iii. Harus ada tanda dilarang merokok
iv. Sampah, kain atau sisa-sisa yang mengandung bahan atau gas berbahaya yang bisa
menyala secara spontan harus dikeluarkan dari ruangan ke tempat yang aman
sesegera mungkin.
v. Ventilasi yang memadai harus disediakan.
e. Material mudah terbakar seperti bekas kemasan, abu gergaji, sampah berminyak dan
ampas kayu atau plastik tidak boleh dibiarkan terakumulasi di tempat kerja, dan harus
disimpan dalam wadah metal yang tertutup di tempat yang aman.
f. Inspeksi regular harus dilakukan di tempat yang mempunyai risiko kebakaran. Dalam hal
ini termasuk di sekitar peralatan pemanas, instalasi listrik dan konduktor, tempat
penyimpanan bahan yang mudah terbakar, pengelasan dan pemotongan.
g. Pengelasan, percikan dari pemotongan dan pekerjaan lain yang menggunakan panas
hanya dikerjakan dengan perintah pengawas yang kompeten setelah upaya pencegahan
yang diperlukan telah dilakukan untuk mengurangi risiko kebakaran.
j. Semua supervisor dan sejumlah pekerja harus dilatih menggunakan alat pemadam api,
sehingga terdapat jumlah staf yang telah dilatih pada semua jam kerja.
k. Pekerja juga harus dilatih mengenai jalur-jalur evakuasi. Bila diperlukan, tanda-tanda visual
harus dipasang untuk menunjukkan arah untuk keluar bila terjadi kebakaran. Jalan keluar
harus dipastikan terbuka sepanjang waktu dan tidak terhalang oleh tumpukan barang dan
sejenisnya.
l. Lokasi konstruksi harus mempunyai peralatan untuk menyampaikan peringatan bila terjadi
kebakaran. Peringatan tersebut harus bisa terdengar ke semua tempat kerja. Sebuah
rencana evakuasi yang efektif harus disusun sehingga semua orang dapat dievakuasi
dengan cepat tanpa menimbulkan kepanikan, dihitung dan semua proses konstruksi
dihentikan.
7. Pencahayaan
a. Bila pencahayaan alami tidak mencukupi untuk memastikan kondisi kerja yang aman,
pencahayaan tambahan, termasuk pencahayaan portable bila diperlukan, harus disediakan
di semua tempat kerja dan tempat lain di lokasi konstruksi yang mungkin dilewati pekerja.
b. Pencahayaan tambahan, sepanjang memungkinkan, tidak menghasilkan silau dan
bayangan yang mengganggu.
c. Bila diperlukan untuk mencegah bahaya, lampu-lampu harus dilindungi sedemikian rupa
supaya tidak pecah akibat benturan/jatuh.
d. Kabel untuk lampu-lampu portable harus mempunyai ukuran dan kualitas yang memadai
sesuai persyaratan daya dan mempunyai kekuatan mekanis yang sanggup menghadapi
kondisi operasi konstruksi
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 156
8. Ketentuan umum
a. Untuk mengurangi bahaya pada pekerjaan pada struktur atau kemiringan yang melebihi
ketinggian yang ditentukan undang-undang, upaya pencegahan harus dilakukan untuk
menghindari jatuhnya orang atau peralatan.
b. Tempat kerja yang tinggi, termasuk atap dengan ketinggian di atas 2 meter dari permukaan
tanah atau lantai, harus dilindungi pada semua sisinya yang terbuka dengan menyediakan
pagar pengaman dan sabuk keselamatan harus disediakan dan digunakan.
c. Pada tempat kerja yang tinggi termasuk atap harus disediakan akses dan tangga yang
aman.
d. Bila pagar pengaman tidak bisa diterapkan, pekerja di tempat kerja yang tinggi, termasuk
atap dimana terdapat risiko jatuh dari ketinggian di atas 2 meter, harus dilindungi dengan
jaring pengaman atau platform yang aman, atau dilengkapi dengan sabuk pengaman
(safety harness) yang terpasang dengan aman.
9. Pekerjaan Atap
a. Semua pekerjaan atap harus direncanakan dan diawasi dengan ketat.
b. Pekerjaan atap hanya boleh dikerjakan oleh pekerja yang sehat secara fisik dan psikologis
dan mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang memadai.
c. Pekerjaan atap tidak boleh dilakukan bila kondisi cuaca mengancam keselamatan pekerja.
d. Lantai kerja, jalan dan tangga ke atap harus dipasang secara aman pada struktur yang
kuat.
Tabel di bawah ini di isi lengkap, dicetak dan dipasang di lokasi kerja
Nomor. Lembaga Jabatan Nama dan Alamat
Nomor HP
1 ......... Petugas K3L
2 Rumah Sakit Dokter
Petugas Ambulan
3 Puskesmas
4 Polres
Polsek
5 BPBD
6 Camat
7 Kepala Desa
8 Pemadam Kebakaran
2.8. Pelatihan K3
Untuk meningkatkan pemahaman pekerja dan staf mengenai prosedur K3, pelaksana
kegiatan atau kontraktor harus menyelenggarakan pelatihan K3. Pelaksanaan pelatihan
juga dilaporkan setiap kuartal.
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 157
2.9. Laporan Kecelakaan
Kecelakaan serius yang menyebabkan pekerja terluka parah dan harus dirawat di rumah
sakit atau bahkan meninggal dunia, harus dilaporkan ke Kepala Desa dalam masa 1 x 24
jam.
❖ Gunakan formulir laporan kecelakaan kerja sebagaimana dibawah ini.
❖ Bila terjadi kecelakaan kerja, rencana dan prosedur K3 perlu dievaluasi dan
diperbaiki sehingga kecelakaan tidak berulang.
B. KORBAN
Nomor. Nama L/P Usia Bagian Cedera Penanganan Kategori
Kategori: Ringan: cedera ringan, dapat bekerja kembali; Sedang: memerlukan pertolongan medis/P3K; Berat: memerlukan
rujukan Puskesmas/Rumah Sakit, cacat sementara; Fatal: cacat permanen, kematian.
C. INVESTIGASI KECELAKAAN
Penyebab Langsung Penyebab Dasar
(Kondisi/Tindakan Bahaya) (Prosedur/Sarana/Kepatuhan)
Isi Jenis Tindakan dengan: Tindakan Perbaikan/Tindakan Pencegahan, Isi Rencana & Target dengan (tanggal)
pemenuhan, Isi Wewenang dengan: Bagian/Petugas yang berwenang untuk melaksanakan rencana tindakan.
Saksi Disusun Petugas Mengetahui
K3 Ketua Tim Swakelola / Direktur
Kontraktor
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 158
Dokumentasi & Catatan
A. Persyaratan Khusus
Larangan
1. Menebang pohon di luar area konstruksi yang disepakati.
2. Ambil benda-benda bersejarah yang ditemukan di area konstruksi.
3. Membuang sampah atau limbah konstruksi sembarangan.
4. Buang polutan seperti minyak, cat, solar, di lingkungan (tanah, saluran air).
5. Membakar limbah dan/atau sisa tanaman dari lahan yang dibuka.
6. Gunakan bahan yang mengandung asbes.
7. Gunakan kayu dengan asal yang tidak jelas untuk konstruksi.
8. Kayu yang boleh digunakan hanya kayu yang legal/ dilengkapi oleh SKAU.
Kebisingan
4. Upayakan untuk mengurangi dan mengendalikan kebisingan.
5. Kegiatan konstruksi hanya dijadwalkan pada pagi hari (8 pagi hingga 6 sore).
6. Pekerjaan yang dilakukan setelah jam kerja harus diberitahukan terlebih dahulu
kepada masyarakat sekitar proyek minimal satu minggu sebelumnya.
Pengelolaan sampah
1. Penyediaan tempat penampungan sampah sementara dan pembersihan harian di
lokasi proyek.
2. Sampah yang terkumpul harus dibuang di TPA resmi (bukti atau lokasi TPA harus
dilaporkan).
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 159
3. Limbah minyak dan limbah berbahaya lainnya (termasuk tanah yang terkontaminasi
dan tumpahan minyak) harus tetap tertutup dan terpisah dari limbah lainnya. Ini jenis
limbah harus diangkut oleh pengangkut berlisensi ke fasilitas pembuangan berlisensi.
4. Setelah pekerjaan selesai, semua puing-puing dan sisa bahan konstruksi harus
disingkirkan dari lokasi proyek/ dibersihkan.
5. Kotoran pekerja: sisa makanan, toilet harus dikelola dengan baik.
1. Rencana pengelolaan/mitigasi dampak lingkungan dan sosial yang telah disusun dan
digunakan sebagai dasar pelaksanaan konstruksi dapat beroperasi dan efektif sesuai
dengan Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial.
2. Memenuhi persyaratan lingkungan dan sosial.
3. Lengkapi semua daftar periksa dan laporan dan evaluasi Kode Praktik Lingkungan /
ECOP yang ditentukan oleh Pemrakarsa Proyek.
4. Pelaksanaan pengelolaan dampak lingkungan dan sosial pekerjaan konstruksi sesuai
dengan Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial.
5. Laporan bulanan pekerjaan konstruksi dan pelaksanaan pengelolaan dampak
lingkungan dan sosial yang dilakukan oleh pelaksana konstruksi.
6. Pelaksanaan pengelolaan dampak lingkungan dan sosial pekerjaan konstruksi sesuai
dengan matriks yang diambil dari UKL-UPL atau dokumen SPPL atau Dokumen
Pengelolaan Lingkungan lainnya
Pemantauan K3L dilakukan oleh wakil Pemberi Kerja (dalam hal ini Pemerintah Desa),
Pendamping, Konsultan RMC, dan Konsultan NMC.
Poin-poin pemantauan K3L sebagaimana Formulir pemantauan keselamatan, Kesehatan
kerja dan pengelolaan lingkungan dibawah ini.
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 160
FORMULIR PEMANTAUAN KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA DAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN (K3L)
Unit Kerja :
....................................................................................................
Judul Kegiatan :
....................................................................................................
Lokasi Kegiatan :
........................................................................................................
Rekomendasi
No Kriteria Ya Tidak Tidak perlu
diberikan
a. Apakah telah memenuhi semua
persyaratan peraturan yang relevan
di Indonesia (PP Nomor. 50 Tahun
2012 tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja; PerMen PU
Nomor. 29/2006 tentang Pedoman
Teknis Bangunan Gedung; Permen
PUPR Nomor. 10 Tahun 2021
tentang Pedoman Sistem
Keselamatan Konstruksi)
b. Apakah terdapat Papan Informasi
Kegiatan Konstruksi yang memuat
informasi Nama Proyek, Nama
Perusahaan Kontraktor Pelaksana,
Jenis Pekerjaan, Jangka Waktu
Pelaksanaan Pekerjaan, Nama
Perusahaan Konsultan Pengawas dan
Nomormor Kontak yang dapat
dihubungi untuk menyampaikan
pengaduan
c. Sudahkah Anda menerapkan
Rencana Pengelolaan Lingkungan
dan Sosial (ESMP) selama
masa konstruksi?
d. Memantau efektivitas
implementasi ESMP dan
menyimpan data pemantauan
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 161
Rekomendasi
No Kriteria Ya Tidak Tidak perlu
diberikan
g. Selama konstruksi, benda-benda
bersejarah harus dilaporkan kepada
kepala Pemrakarsa Proyek
h. Mematuhi semua aturan peraturan
keselamatan dan keamanan dalam
Desain bangunan. Contoh: ada
ventilasi, jalur evakuasi, tanda
evakuasi, instalasi pengelolaan
sampah/ IPAL, jalur untuk penyandang
disabilitas, dll.
i. Jika terdapat dampak lingkungan dan
sosial yang signifikan dan tidak ada
tindakan mitigasi yang dilakukan,
Kontraktor menghentikan kegiatan
konstruksi setelah menerima instruksi
dari Pemrakarsa Proyek, dan jika
diperlukan, mengusulkan dan
melaksanakan perbaikan dan
menerapkan metode konstruksi
alternatif untuk meminimalkan
dampak tersebut.
dampak lingkungan dan sosial.
PEMANTAUAN LINGKUNGAN
Memastikan bahwa aktivitas kerja dilakukan dengan cara yang tidak merusak
lingkungan dan memelihara lingkungan.
9. LARANGAN
No
Tidak Rekomendasi
mor Kriteria Ya Tidak
perlu diberikan
.
a. Menebang pohon di luar area konstruksi
yang disepakati.
b. Ambil benda-benda bersejarah yang
ditemukan di area konstruksi.
c. Membuang sampah atau limbah
konstruksi sembarangan.
d. Buang polutan seperti minyak, cat,
solar, di lingkungan (tanah, saluran
air).
e. Membakar limbah dan/atau sisa
tanaman dari lahan yang dibuka.
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 162
a. Penggunaan air pada interval
tertentu untuk membasahi area
berdebu, terutama saat kering dan
berangin
b Penggunaan genset yang tidak
menghasilkan asap tebal/hitam
c. Penyimpanan solar/ solar untuk
genset menggunakan tangki/ drum
dengan secondary containment
untuk mencegah dampak
tumpahan/ tumpahan di tanah
d. Gunakan kendaraan yang layak
(SIM/KIR masih berlaku)
11. KEBISINGAN
No
Tidak Rekomendasi
mor Kriteria Ya Tidak
perlu diberikan
.
a. Kegiatan konstruksi adalah hanya
dijadwalkan pada pagi hari (8 pagi
hingga 6 sore).
b. Pekerjaan yang dilakukan setelah
jam kerja harus diberitahukan
terlebih dahulu kepada masyarakat
sekitar proyek minimal satu minggu
sebelumnya.
No Tidak Rekomendasi
Kriteria Ya Tidak
mor. perlu diberikan
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 163
13. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
No
Tidak Rekomendasi
mor Kriteria Ya Tidak
perlu diberikan
.
a. Kontraktor mematuhi semua
peraturan yang berlaku di Indonesia
dan SOP sesuai ESMP untuk
pekerja
b. Semua staf dilengkapi dengan alat
pelindung diri yang sesuai, yaitu helm
pelindung (topi keras) dan pakaian
keamanan (pakaian visibilitas tinggi)
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 164
No
Tidak Rekomendasis
mor Kriteria Ya Tidak
perlu diberikan
.
g Apakah Perusahaan memiliki
sistem untuk mengukur, memantau
dan mengevaluasi kinerja Sistem
Manajemen Keselamatan?
Kesehatan Kerja dan hasilnya
dianalisis untuk menentukan
keberhasilan atau untuk
mengidentifikasi tindakan korektif?
h. Pendekatan apa yang dilakukan
perusahaan untuk meningkatkan
kesadaran tentang K3, misalnya:
dengan poster K3 (keselamatan),
slogan motivasi bekerja dengan
aman, reward and punishment?
i. Jika terjadi kecelakaan
kerja/bencana harus dilaporkan ke
direksi dan dibuat dokumentasinya?
15. SANKSI:
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 165
SPB.5.2 Penyusunan RKPDesa Dan DU-RKP Desa
I. Pengertian
Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 114 Tahun 2015 tentang Pedoman
Perencanaan Pembangunan Desa, Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) adalah
penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.
Daftar Usulan RKP Desa adalah penjabaran RPJM Desa yang menjadi bagian dari RKP
Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang akan diusulkan Pemerintah Desa kepada
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui mekanisme perencanaan pembangunan
daerah.
1. RPJM Desa
2. Hasil Musyawarah Desa dalam rangka Penyusunan Rencana Pembangunan
Desa
3. Data dan informasi dari Kabupaten/ Kota tentang:
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 166
pemerintah daerah kabupaten/kota yang masuk ke desa.
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 167
BPD menyelenggarakan Musdes dalam rangka penyusunan rencana
pembangunan desa.Hasil Musdes menjadi pedoman bagi pemerintah
desamenyusun rancangan RKP Desa dan daftar usulan RKP Desa.
Kapan Waktunya?
BPD menyelenggarakan Musdes, paling lambat bulan Juni tahun berjalan.
Apa saja yang dibahas dalam Musdes?
Musdes membahas hal-hal sebagai berikut:
1) Mencermati ulang dokumen RPJM Desa
2) Menyepakati hasil pencermatan ulang dokumen RPJM Desa
3) Membentuk tim verifikasi sesuai dengan jenis kegiatan dan
keahlianyang dibutuhkan
Tim verifikasi dapat berasal dari warga masyarakat desa dan/atau SKPD
kabupaten/kota. Hasil Musdes dituangkan dalam berita acara (lihat
Format Lampiran 1). Berita acara tersebut, menjadi pedoman Kepala
Desadalam menyusun RKP Desa.
c. Kapan waktunya?
Pembentukan tim penyusun RKP Desa dilaksanakan paling lambat bulan
Juni tahun sebelumnya dan melibatkan perwakilan masyarakat.
Apa saja tugas Tim?
Tim Kerja beberapa kali harus melakukan rapat-rapat tim baik untuk
melakukan evaluasi kegiatan RKP Desa tahun sebelumnya, hingga
kegiatan lainnyayaitu:
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 168
d. Pencermatan Pagu Indikatif Desa dan Penyelarasan Program/
Kegiatan Masuk ke Desa
Kapan dilakukan?
Data dan informasi tersebut diterima Kepala Desa dari kabupaten/kota
paling lambat bulan Juli setiap tahun sebelumnya. Setelah Juli, Tim
Penyusun RKP Desa mulai melakukan pencermatan.
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 169
menjadi dasar bagi tim penyusun RKP Desa dalam menyusun rancangan
RKP Desa.
Dalam rancangan RKP Desa, juga berisi prioritas program dan kegiatan
yang rencananya akandidanai dari berbagai sumber yaitu: 1) pagu indikatif
desa; 2) pendapatan asli desa; 3) swadaya masyarakat desa; 4) bantuan
keuangan dari pihak ketiga; dan 5) bantuan keuangan dari pemerintah
daerah provinsi, dan/atau pemerintah daerah kabupaten/ kota.
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 170
8) Peningkatan kualitas ketertiban dan ketenteraman masyarakat desa
berdasarkan kebutuhan masyarakat desa
9) Peningkatan kapasitas masyarakat dan lembaga kemasyarakatan desa
Pada tahap ini, Tim Penyusun RKP Desa juga menyusun daftar usulan pelaksana kegiatan
desa sesuai jenis rencana kegiatan. Pelaksana kegiatan dimaksud harus melibatkan
perempuan.
Pemerintah Desa dapat merencanakan pengadaan tenaga ahli di bidang pembangunan
infrastruktur untuk dimasukkan ke dalam Rancangan RKP Desa.Tenaga ahli di bidang
pembangunan infrastruktur tersebut dapat berasal dari warga masyarakat desa, SKPD
kabupaten/kota yang membidangi pembangunan infrastruktur; dan/atau tenaga
pendamping profesional.
Rancangan RKP Desa dituangkan dalam format rancangan RKP Desa(Lihat Lampiran –
4) dan dilampiri rencana kegiatan dan Rencana Anggaran Biaya. Proses ini selanjutnya
dibahas dalam PB Pengelolaan Keuangan Desa.
Jika ada kerjasama antar desa, maka rencana kegiatan dan Rencana Anggaran Biaya
harus disusun dan disepakati bersama para kepala desa yang melakukan kerja
samaantar Desa tersebut. Rencana kegiatan dan Rencana Anggaran Biaya diverifikasi
oleh tim verifikasi.
Pemerintah Desa dapat mengusulkan prioritas program dan kegiatanpembangunan desa
dan pembangunan kawasan perdesaan kepada Pemerintah, pemerintah daerah provinsi,
dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota yang disusun dalam usulan prioritas
program dan kegiatan dan dituangkan dalam Rancangan Daftar Usulan RKP Desa (Lihat
Lampiran – 5).
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 171
Rancangan daftar usulan RKP Desa, menjadi lampiran berita acara laporan tim penyusun
rancangan RKP Desa. Selanjutnya Tim penyusun RKP Desa membuat berita acara
tentang hasil penyusunan rancanganRKP Desa (Lihat Lampiran – 6) yang dilampiri
dokumen rancangan RKP Desa dan rancangan daftar usulan RKP Desa.Berita acara
tersebut disampaikan kepada Kepala Desa. Kemudian Kepala Desa akanmemeriksa
dokumen rancangan RKP Desa tersebut. Jika ada masukan dan perbaikan, maka tim
penyusun RKP Desa akan melakukan perbaikan dokumen rancangan RKP Desa.
Sedangkan jika Kepala Desa telah menyetujui, Kepala Desa menyelenggarakan
musyawarah perencanaan pembangunan Desa.
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 172
▪ Pencermatan Pagu Indikatif desa:
1) Rencana dana desa yang bersumber dari APBN;
2) Rencana ADD
3. Pencermatan
3) Rencana bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah
pagu indikatif
kab./kota;
desa &
penyelarasan 4) Rencana bantuan keuangan dari APBD provinsi dan Kab./Kota.
program/kegiatan ▪ Penyelarasan rencana program/kegiatan masuk ke desa (rencana
masuk ke Desa kerja pemerintah kab./kota, rencana program/kegiatan pemerintah,
pemerintah daerah prov.dan kab./kota,;hasil penjaringan aspirasi
masyarakat oleh DPRD kab./kota).
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 173
RKP Desa Kegiatan prioritas berdasarkan kewenangan lokal
Skala Desa dan mampu dikerjakan Desa.
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 174
masuk dalam kewenangan skala lokal Desa kepada Pemerintah,
pemerintah daerah provinsi dan/atau pemerintah daerah Kabupaten/Kota.
Usulan tersebut disusun oleh Tim Penyusun RKP Desa yang dituangkan
dalam rancangan Daftar Usulan RKP Desa dan menjadi lampiran berita
acara laporan Tim Penyusun rancangan RKP Desa.
Kepala Desa menyampaikan daftar usulan RKP Desa kepada
bupati/walikota melalui camat. Penyampaian daftar usulan RKP Desa
tersebut paling lambat 31 Desember tahun berjalan. Daftar usulan RKP
Desa tersebut, menjadi materi pembahasan di dalam musyawarah
perencanaan pembangunan kecamatan dan kabupaten/kota.
Bupati/walikota menginformasikan kepada pemerintah desa tentang hasil
pembahasan daftar usulan RKP Desa setelah diselenggarakannya
musyawarah perencanaan pembangunan di kecamatan pada tahun
anggaran berikutnya. Informasi tersebut diterima pemerintah desa paling
lambat bulan Juli tahun anggaran berikutnya. Untuk melengkapi
penyusunan Rancangan RKP Desa dan DURKP Desa, materi ini
dilengkapi dengan Lampiran 1 s.d. 7 sesuai dengan Lampiran
Permendagri No. 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa.
1. Pemerintah Desa;
2. BPD
3. Wakil pemerintah daerah Kabupaten/Kota
4. Perwakilan Dusun, RW dan RT
5. LPM, Unsur masyarakat lainnya, yaitu :
1) Peserta • Tokoh adat.
• Tokoh agama.
• Tokoh masyarakat; dan
• Perwakilan kelompok atau organisasi yang terkait di desa, termasuk
perwakilan kelompok perempuan dan rentan.
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 175
Penyampaian rancangan Peraturan Desa mengenai RKPDesa perubahan dan
Peraturan Desa mengenai APBDes Perubahan oleh Kepala Desa.
Pembahasan rancangan Peraturan Desa mengenai RKPDesa dan Peraturan
Desa mengenai APBDesa Perubahan.
Penyepakatan rancangan Peraturan Desa mengenai RKPDesa dan Peraturan
Desa mengenai APBDes Perubahan.
Penyampaian kesepakatan BPD terhadap rancangan Peraturan Desa
mengenai RKPDesa perubahan dan Peraturan Desa mengenai APBDes
Agenda Pokok Perubahan.
Penyampaian persetujuan wakil Pemerintah daerah kabupaten/kota terhadap
rancangan Peraturan Desa mengenai RKPDesa perubahan dan Peraturan
Desa mengenai APBDes Perubahan dan khususnya Peraturan Desa mengenai
APBDesa Perubahan.
Penandatanganan Peraturan Desa mengenai RKPDesa perubahan dan
Peraturan Desa mengenai APBDes Perubahan oleh Kepala Desa dan
disaksikan oleh Ketua BPD dan wakil pemerintah daerah yang hadir.
Penandatanganan Berita Acara Hasil Musrenbang Desa Khusus.
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 176
2. Menyusun rancangan Peraturan Kepala Desa mengenai Penjabaran
APBDesa Perubahan (simultan dengan penyusunan Ranperdes mengenai
APBDesa Perubahan).
3. Menetapkan rancangan Peraturan Kepala Desa mengenai Penjabaran
APBDesa menjadi Peraturan Kepala Desa mengenai Penjabaran APBDesa
Perubahan dan diundangkan ke dalam Berita Desa.
4. Menyampaikan Peraturan Desa mengenai RKPDesa Perubahan, Peraturan
Desa mengenai APBDesa Perubahan, dan Peraturan Kepala Desa
mengenai Penjabaran APBDesa Perubahan kepada Bupati/Walikota paling
lama 7 (tujuh) hari setelah ditetapkan.
5. Menyampaikan informasi mengenai RKPDesa Perubahan dan APBDesa
Perubahan kepada masyarakat melalui media informasi, dengan materi
berisi :
a) RKP Desa.
b) APB Desa.
c) Pelaksana Kegiatan Anggaran; dan
d) Alamat Pengaduan.
6. Melaksanakan kegiatan penanggulangan bencana dan/atau keadaan
darurat dan/atau mendesak Desa.
TAHAPAN
NO INPUT PROSES OUT PUT
KEGIATAN
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 177
TAHAPAN
NO INPUT PROSES OUT PUT
KEGIATAN
program/kegiatan masuk ke
desa;
b. pencermatan ulang dokumen
RPJM Desa;
c. penyusunan rancangan RKP
Desa; dan
d. penyusunan rancangan DU-RKP
Desa;
3 Pencermatan Pagu - pagu indikatif - Kepala Desa menyampaikan - Daerah Program
indikatif Desa dan Desa; dan informasi tentang pagu indikatif desa Kegiatan
Penyelarasan - rencana yang didapat dari kabupaten/kota Kab/Kota yang
program / kegiatan program/kegiat - Kepala Desa menyampaikan masuk ke Desa
kabupaten/Kota
an informasi rencana program
yang masuk ke
Pemerintah, pemerintah, pemerintah provinsi dan
desa
pemerintah kabupaten/kota yang akan masuk ke
daerah desa.
provinsi dan 2. Tim penyusun RKP Desa
pemerintah melakukan pencermatan pagu
daerah indikatif Desa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35 yang
kabupaten/kot meliputi:
a yang masuk a. Rencana dana desa yang
ke Desa bersumber dari APBN;
b. Rencana alokasi dana desa
(DD) yang merupakan bagian
dari dana perimbangan yang
diterima kabupaten/kota;
c. Rencana bagian dari hasil
pajak daerah dan retribusi
daerah kabupaten/kota; dan
d. Rencana bantuan keuangan
dari anggaran pendapatan dan
belanja daerah provinsi dan
anggaran pendapatan belanja
daerah kabupaten/kota
3. Tim penyusun penyelarasan
program/kegiatan yang masuk ke
Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) yang meliputi:
a. Rencana kerja pemerintah
kabupaten/kota;
b. Rencana program dan
kegiatan pemerintah,
pemerintah daerah provinsi,
pemerintah daerah
kabupaten/kota;
c. Hasil penjaringan aspirasi
masyarakat oleh dewan
perwakilan rakyat daerah
kabupaten/kota.
4. Hasil pencermatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
dituangkan ke dalam format pagu
indikatif Desa.
5. Hasil penyelarasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2)
dituangkan ke dalam format
kegiatan pembangunan yang
masuk ke Desa.
6. Berdasarkan hasil pencermatan
sebagaimana dimaksud pada ayat
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 178
TAHAPAN
NO INPUT PROSES OUT PUT
KEGIATAN
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 179
TAHAPAN
NO INPUT PROSES OUT PUT
KEGIATAN
n masyarakat
Desa
3. Rancangan
DU-RKP
Desa
7 Penetapan RKP 1. Berita Dibahas dan disepakati bersama oleh Peraturan Desa
Desa Acara Kepala Desa dan Badan tentang RKP Desa
Penyusuna Permusyawaratan Desa untuk ditetapkan
n menjadi peraturan Desa tentang RKP
Rancangan Desa
RKP Desa
melalui
Musyawara
h
Perencana
an
Pembangu
nan Desa
2. Rancangan
peraturan
Desa
tentang
RKP Desa
8 Perubahan RKP Dokumen 1. Kepala Desa menyelenggarakan Peraturan Desa
Desa perubahan musyawarah perencanaan tentang RKP Desa
mendasar atas pembangunan Desa yang perubahan
kebijakan diadakan secara khusus untuk
Pemerintah, kepentingan pembahasan dan
pemerintah penyepakatan perubahan RKP
daerah Desa
provinsi, 2. mengkaji ulang kegiatan
dan/atau pembangunan dalam RKP Desa
pemerintah yang terkena dampak terjadinya
daerah perubahan mendasar atas
kabupaten/kota kebijakan Pemerintah, pemerintah
daerah provinsi, dan/atau
pemerintah daerah
kabupaten/kota;
3. menyusun rancangan kegiatan
yang disertai rencana kegiatan
dan RAB; dan
4. menyusun rancangan RKP Desa
perubahan.
9 Daftar Usulan RKP Daftar usulan Kepala Desa menyampaikan daftar Informasi tentang
Desa RKP Desa usulan RKP Desa kepada hasil pembahasan
Bupati/Walikota melalui Camat paling daftar usulan RKP
lambat 31 Desember tahun berjalan Desa diterima oleh
pemerintah desa
setelah
diselenggarakan
musyawarah
perencanaan
pembangunan di
kecamatan pada
tahun anggaran
berikutnya.
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 180
CONTOH ISIAN FORMAT DALAM PENYUSUNAN RKP DESA
Tempat : Kusumanegara
Telah diadakan acara musyawarah Desa yang dihadiri oleh kepala Desa, unsur perangkat Desa, BPD, kelompok
masyarakat, sebagaimana daftar hadir terlampir.
Materi yang dibahas dalam musyawarah desa ini serta yang bertindak selaku unsur pimpinan musyawarah dan
narasumber adalah:
A. Materi
Pencermatan RPJM Desa 2020 – 2025 untuk dijabarkan di dalam RKP Desa 20..
Notulen :............................dari....................................
Narasumber :1..........................dari....................................
2..........................dari....................................
3...................dan seterusnya
Setelah dilakukan pembahasan terhadap materi, selanjutnya seluruh peserta musyawarah Desa menyepakati
beberapa hal yang berketetapan menjadi kesepakatan akhir dari musyawarah Desa dalam rangka penyusunan
RKP Desa
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 181
6. Rencana Anggaran Biaya
Kusumanegara, 20…
(......................................) (......................................)
(......................................)
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 182
(CONTOH)
DESA : KUSUMANEGARA
KECAMATAN : ..............
KABUPATEN : ..............
PROVINSI : ..............
Kusumanegara, 20…..
ANDI JUNAIDI
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 184
(CONTOH)
DESA : KUSUMANEGARA
KECAMATAN : ............
KABUPATEN : ............
PROVINSI : ............
Asal Program / Kegiatan Nama Program / Kegiatan Prakiraan Pagu Dana Prakiraan Pelaksana
No
(Rp)
1 2 3 4 5
1 Dari Pemerintah - - -
2 Dari Pemerintah Provinsi - - -
2 Pembangunan PAUD
3 Dan seterusnya.............. .............................................. ..................
Kusumanegara, 2020
Ketua Tim Penyusun
RKP Desa
ANDI JUNAIDI
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 185
CONTOH)
TAHUN : 20....
DESA : KUSUMANEGARA
KECAMATAN : ...................
KABUPATEN : ...................
PROVINSI : ...................
a b c d e f g h i j k l m n o p q
Jumlah
kegiatan....
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 186
Biaya dan Sumber
Bidang/jenis kegiatan Sifat Pola Pelaksanaan
Pembiayaan
Waktu
Sasaran/ Rencana
No Lokasi Vol Pelaksa- Kerja- Kerja-
manfaat Pelaksana
naan Sumb Swake sama sama
Bidang Sub Bidang Jenis Kegiatan B R L Jumlah (Rp)
er lola Antar Pihak Kegiatan
Desa Ketiga
a b c d e f g h i j k l m n o p q
Jumlah
kegiatan....
Bahan Bacaan Modul Pelatihan Aparatur Desa Tahun 2023, halaman 187
Jumlah kegiatan
.....
4 Pemberda Pertanian dan 1 Pelatihan KUSUMA- 2 kali Meningka 20.. 50,000,000- APB V
yaan Peternakan . peningkatan NEGARA tkan Desa
Masyaraka kapasitas kualitas
t Desa kelompok dan
tani keterampi
lan petani
Total kegiatan
.......
Total kegiatan
.......
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
(CONTOH)
TAHUN : 20...
DESA : KUSUMANEGARA
KECAMATAN : ...............
KABUPATEN : ...............
PROVINSI : ...............
Kusumanegara, 20..
Kepala Desa
103
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
(CONTOH)
a b c d E=bxd f
PENDAPATAN
Pendapatan Asli Desa
Hasil Usaha Desa
Pembayaran jasa listrik
Pembayaran Jasa PAM Desa
Hasil Pengolahan Kekayaan Desa 1 Tahun 10,000,000 10,000,000
Pasar Desa 1 Tahun 20,000,000 20,000,000
Lain-lain pendapatan asli desa 1 Tahun 25,000,000 25,000,000
Pembayaran pelayanan jasa
1 Tahun 15,000,000 15,000,000
Pemdes
Bagi Hasil Pajak
Bagi Hasil Pajak Kab. 1 Tahun 10,000,000 10,000,000
Bagi Hasil PBB
Bagi Hasil Retribusi 1 Tahun 5,000,000 5,000,000
Bagi Hasil Retribusi Pasar
Bagian Dana Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah
ADD 1 Tahun 457,500,000 457,500,000
Dana Desa Pusat 1 tahun 257,500,000 257,500,000
Bantuan Keuangan Pemerintah
1 Tahun 6,000,000 6,000,000
Propinsi, Kab, dan Desa lainnya
Bantuan Pemerintah Kab. 1 Tahun 10,000,000 10,000,000
Hibah
Hibah dari Kab
Hibah dari Badan/
lembaga/Organisasi swasta
Hibah dari Kelompok
masy/perorangan
Sumbangan pihak ketiga
Sumbangan dari perantau
JUMLAH PENDAPATAN 816,000,000
Kusumanegara, 20..
Mengetahui Tim Penyusun RKP Desa
Kepala Desa
104
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
(CONTOH)
DESA
: KUSUMANEGARA
KECAMATAN : .......... No. :............................
RAB
KABUPATEN Bidang : Penyelenggaraan
: .......... Pemerintahan Desa
PROVINSI Kegiata : Belanja Pegawai
: .......... n
Harga
Jumlah Total
URAIAN Volume Satuan Satuan Jumlah
Rp
Rp
a b c d E=bxd f
Belanja Pegawai
Belanja pegawai dan penghasilan
tetap
Penghasilan tetap Kepala Desa &
Aparatur Desa
-
Or 1 1,500,0
Kepala 1 X bln 12 Bulan 18,000,000
g 2 00
Desa
- Kaur Or 1 900,00
4 X bln 48 Bulan 43,200,000
Desa g 2 0
Or 1 650,00
- Kadus 4 X bln 48 Bulan 31,200,000
g 2 0
Jumlah 92,400,000
-
Tunjan
gan 1 Or 300,00
Ketua X 12 bln 12 Bulan 3,600,000
g 0
BPD
- 1 Or X 12 bln
Tunjan 0 g
gan
250,00
120 Bulan 30,000,000
0
Anggot
a BPD
JUMLAH 33,600,000
Belanja Tambahan Penghasilan
Aparatur Desa
105
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
Tamba
han
Pengha 1 Or 750,00
X 1 Bln 1 Tahun 750,000
silan g 0
Kades
Tamba
han
Pengha Or 300,00
4 X 1 Bln 4 Tahun 1,200,000
silan g 0
Kaur
Desa
Tamba
han
Pengha 4 Or 250,00
X 1 Bln 4 Tahun 1,000,000
silan g 0
Kadus
JUMLAH 2,950,000
Dan
seterusnya.......
..............
JUMLAH ......................
.
......................
JUMLAH BELANJA PEGAWAI
.
Kusumanegara, 20…
Mengetahui
Tim Penyusun RKP Desa
Kepala Desa
Kusumanegara
MUHAMMAD
AFIF ANDI JUNAIDI
106
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
23
Artinya hanya berlaku sesaat dan sekali saja yakni pada saat ditetapkannya produk hukum tersebut.
108
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
istilah perundang-undangan (legislation, wetgeving, atau gesetzgebung),
mempunyai beberapa pengertian berikut:
24
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, UII Press, Yogyakarta, 2003, hal. 99
25
Maria Farida Idrati Soeprapto, Ilmu Perundang-undangan, Kanisius, Yogyakarta, 1998, hal. 3.
26
A.Hamid S.Attamimi, Hukum tentang Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan Kebijaksanaan, Makalah Pidato Purna
Bakti, Fakultas Hukum UI, Jakarta, 20 September 1993
27
A.Hamid S.Attamimi, Perbedaan antara Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan Kebijakan, Makalah disampaikan pada
Pidato Dies Natalis PTIK ke-46, Jakarta 17 Juni 1992, hal. 3.
28
Penjelasan Pasal 1 angka 2 UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. sebagaimana telah diubah
berdasarkan UU No. 9 Tahun 2004
29
Di samping istilah Undang-Undang dalam arti materiil, dikenal juga istilah Undang-Undang dalam arti formal (wet in formele
zin) yaitu keputusan yang dibuat bersama-sama antara Presiden dengan Dewan Perwakilan Rakyat.
30
NE. Algra en HCJG Jansenn, Rechtsingang, Een Orientatie in het Recht, HD Tjeenk Willink bv., Groningen, 1974, hal. 59
109
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
31
SF. Marbun dan Moh. Mahfud, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, Liberty Yogyakarta, 1987, hal. 94
110
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
persoalan-persoalan yang selayaknya diatur oleh badan pembentuk
perundang-undangan yang lebih rendah.
112
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
ketentuan hukum atau perundang-undangan berlaku untuk seluruh wilayah
negara atau hanya untuk sebagian wilayah negara.
b. Lingkungan kuasa personel (zakengebied, material sphere), yaitu
menyangkut masalah atau persoalan yang diatur. Misalnya, apakah mengatur
persoalan perdata atau mengatur persoalan publik. Lebih sempit lagi, apakah
mengatur persoalan pajak ataukah mengatur persoalan kewarganegaraan,
dan lain sebaginya.
c. Lingkungan kuasa orang (personengebied, personal sphere), yaitu
menyangkut orang yang diatur, apakah berlaku untuk setiap penduduk atau
hanya untuk Pegawai Negeri atau hanya untuk kalangan anggota ABRI
saja, dan lain sebagainya;
d. Lingkungan kuasa waktu (tijdsgebied, temporal sphere), yang menunjukkan
sejak kapan dan sampai kapan berlakunya sesuatu ketentuan hukum atau
perundang-undangan.
a. Pengayoman.
Setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus berfungsi
memberikan pelindungan untuk menciptakan ketentraman masyarakat.
b. Kemanusiaan.
Setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan
pelindungan dan penghormatan hak asasi manusia serta harkat dan martabat
setiap warga negara dan penduduk Indonesia secara proporsional
c. Kebangsaan.
Setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan sifat
dan watak bangsa Indonesia yang majemuk dengan tetap menjaga prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
d. Kekeluargaan.
Setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan
musyawarah untuk mencapai mufakat dalam setiap pengambilan keputusan.
e. Kenusantaraan.
Setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan senantiasa
memperhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan Materi Muatan
Peraturan Perundang-undangan yang dibuat di daerah merupakan bagian dari
sistem hukum nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
g. Keadilan.
Setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan
keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara.
114
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
a. Dalam Hukum Pidana, misalnya, asas legalitas, asas tiada hukuman tanpa
b. Kesalahan, asas pembinaan narapidana, dan asas praduga tak bersalah; dalam
Hukum Perdata, misalnya, dalam hukum perjanjian, antara lain, asas
kesepakatan, kebebasan berkontrak, dan itikad baik.
Mengacu pada Pasal 7 ayat (1) UU No.12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan, Jenis dan hierarki Peraturan Perundang- undangan terdiri atas:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
b. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
c. Peraturan Pemerintah;
d. Peraturan Presiden;
e. Peraturan Daerah Provinsi; dan
f. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
115
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
Bagan 1
Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 111 Tahun 2014 tentang
Pedoman Teknis Penyusunan Peraturan di Desa, jenis peraturan di desa meliputi:
1) Peraturan Desa;
2) Peraturan Bersama Kepala Desa; dan
3) Peraturan Kepala Desa.
116
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
Peraturan Desa berisi materi pelaksanaan kewenangan desa dan penjabaran lebih
lanjut dari Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. Adapun Peraturan
bersama Kepala Desa berisi materi kerjasama desa. Sedangkan Peraturan Kepala
Desa berisi materi pelaksanaan peraturan desa, peraturan bersama kepala desa dan
tindak lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Selain
mengeluarkan produk hukum yang bersifat pengaturan, Kepala Desa juga.
117
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
Badan Permusyawaratan Desa juga memiliki tugas penting lain yaitu menyelenggarakan
Musyawarah Desa. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah
musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur
masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk
menyepakati hal yang bersifat strategis meliputi:
1) Penataan Desa
2) Perencanaan Desa
3) Kerja sama Desa
4) Rencana investasi yang masuk ke Desa
5) Pembentukan BUM Desa
6) Penambahan dan pelepasan Aset Desa
7) Kejadian luar biasa.
Musyawarah Desa dilaksanakan paling kurang sekali dalam 1 (satu) tahun dengan
dibiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
Peraturan Desa ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama
Badan Permusyawaratan Desa merupakan kerangka hukum dan kebijakan dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan Pembangunan Desa. Penetapan Peraturan
Desa merupakan penjabaran atas berbagai kewenanganyang dimiliki Desa mengacu
pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Sebagai sebuah
produk hukum, Peraturan Desa tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang lebih
tinggi dan tidak boleh merugikankepentingan umum, yaitu:
118
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
4) Terganggunya kegiatan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat desa
5) Diskriminasi terhadap suku, agama dan kepercayaan, ras, antargolongan, serta
gender.12
119
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
Kerja sama antar-Desa dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa melalui
kesepakatan musyawarah antar-Desa. Kerja sama antar-Desa dilaksanakan oleh badan
kerja sama antar-Desa yang dibentuk melalui Peraturan Bersama Kepala Desa.
Musyawarah antar-Desa sendiri membahas hal yang berkaitan dengan:
1) Pembentukan lembaga antar-Desa
2) Pelaksanaan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang dapat
dilaksanakan melalui skema kerja sama antar-Desa
3) Perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan program pembangunan antar-
Desa
4) Pengalokasian anggaran untuk Pembangunan Desa, antar-Desa, dan
Kawasan Perdesaan
5) Masukan terhadap program Pemerintah Daerah tempat Desa tersebut berada
6) Kegiatan lainnya yang dapat diselenggarakan melalui kerja sama antar-Desa.
120
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
Pelaksanaan kerja sama antar-Desa diatur dengan peraturan bersama kepala Desa.
Sedangkan pelaksanaan kerja sama Desa dengan pihak ketiga diatur dengan perjanjian
bersama.Peraturan bersama dan perjanjian bersama tersebut palingsedikit memuat:
1) Ruang lingkup kerja sama
2) Bidang kerja sama
3) Tata cara dan ketentuan pelaksanaan kerja sama
4) Jangka waktu
5) Hak dan kewajiban
6) Pendanaan
7) Tata cara perubahan, penundaan, dan pembatalan
8) Penyelesaian perselisihan.
Badan kerja sama antar-Desa terdiri atas Pemerintah Desa, anggota Badan
Permusyawaratan Desa, lembaga kemasyarakatan Desa, lembaga Desa lainnya,
dantokoh masyarakat dengan mempertimbangkan keadilan gender. Adapun susunan
organisasi, tata kerja, dan pembentukan badan kerja sama ditetapkan dengan
peraturan bersama kepala Desa. Secara organisasi, badan kerja samabertanggung
jawab kepada kepala Desa.
Perubahan atau berakhirnya kerja sama Desa harus dimusyawarahkan dengan
menyertakan para pihak yang terikat dalam kerja sama Desa.Kerja sama Desa
dapat berakhir apabila:
1) Terdapat kesepakatan para pihak melalui prosedur yang ditetapkan dalam
perjanjian
2) Tujuan perjanjian telah tercapai
3) Terdapat keadaan luar biasa yang mengakibatkan perjanjian kerja sama tidak dapat
dilaksanakan
4) Salah satu pihak tidak melaksanakan atau melanggar ketentuan perjanjian
5) Dibuat perjanjian baru yang menggantikan perjanjian lama
6) Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
7) Objek perjanjian hilang
8) Terdapat hal yang merugikan kepentingan masyarakat desa, daerah, atau nasional
9) Berakhirnya masa perjanjian.
Setiap perselisihan yang timbul dalam kerja sama Desa diselesaikan secara
musyawarah serta dilandasi semangat kekeluargaan. Apabila terjadi perselisihankerja
sama Desa dalam satu wilayah kecamatan, penyelesaiannya difasilitasi dan
diselesaikan oleh camat.Apabila terjadi perselisihan kerja sama Desa dalam wilayah
kecamatan yang berbeda pada satu kabupaten/kota difasilitasi dan diselesaikan
oleh bupati/walikota. Penyelesaian perselisihan tersebut bersifat final dan ditetapkan
dalam berita acara yang ditandatangani oleh para pihak dan pejabat yang memfasilitasi
penyelesaian perselisihan.
Sementara pada perselisihan dengan pihak ketiga yang tidak dapat terselesaikan
setelah dilakukan fasilitasi sesuai peraturan perundang-undangan, dilakukan
penyelesaian melalui proses hukum.
121
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
a. Kejelasan tujuan
b. Kelembagaan atau urgan pembentuk yg tepat
c. Kesesuaian antara jenis dan materi muatan
d. Dapat dilaksanakan
e. Kedayagunaan dan kehasilgunaan f. Kejelasan rumusan
g. Transparan
a. Peraturan Desa
b. Peraturan Bersama Kepala Desa
c. Peraturan Kepala Desa
Peraturan Kepala Desa berisi materi pelaksanaan peraturan desa, peraturan bersama
kepala desa dan tindak lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
a. Landasan Filosofis.
Landasan filosofis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan
bahwa peraturan yang dibentuk mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran,
dan cita hukum yang meliputi suasana kebatinan serta falsafah bangsa
Indonesia yang bersumber dari Pancasila dan Pembukaan Undang- Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
b. Landasan Sosiologis.
Landasan sosiologis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan
bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam
berbagai aspek. Landasan sosiologis sesungguhnya menyangkut fakta empiris
mengenai perkembangan masalah dan kebutuhan masyarakat dan negara. Dalam
peraturan desa, agar peraturan desa yang diterbitkan jangan sampai bertentangan
dengan nilai-nilai yang hidup di tengah- tengah masyarakat misalnya adat
istiadat, agama.
c. Landasan Yuridis.
Landasan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan
bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi permasalahan hukum atau mengisi
kekosongan hukum dengan mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan
122
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
diubah, atau yang akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan
masyarakat. Landasan yuridis menyangkut persoalan hukum yang berkaitan dengan
substansi atau materi yang diatur sehingga perlu dibentuk Peraturan Perundang-
Undangan yang baru. Beberapa persoalan hukum itu, antara lain, peraturan yang
sudah ketinggalan, peraturan yang tidak harmonis atau tumpang tindih, jenis
peraturan yang lebih rendah dari Undang- Undang sehingga daya berlakunya lemah,
peraturannya sudah ada tetapi tidak memadai, atau peraturannya memang sama
sekali belum ada.
12. Persiapan Penyusunan Peraturan Desa
Pemrakarsa rancangan peraturan desa adalah:
a. Pemerintah Desa
b. Usul Inisiatif BPD
13. Pembahasan
Rancangan peraturan desa dibahas secara bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD.
Muatan materi dilihat dari sudut pandang tujuan diterbitkannya sebuahPeraturan Desa
itu maka materi Peraturan Desa antara lain meliputi :
a. Menetapkan ketentuan-ketentuan yang bersifat mengatur
b. Menetapkan segala sesuatu yang menyangkut kepentingan masyarakat desa
c. Menetapkan segala sesuatu yang membebani keuangan desa dan masyarakat.
123
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
Tahap Penyebarluasan.
124
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
Penyebarluasan dilakukan oleh Pemerintah Desa dan BPD sejak penetapan
rencana penyusunan rancangan Peraturan Desa, penyusunan Rancangan
Peratuan Desa, pembahasan Rancangan Peraturan Desa, hingga
Pengundangan Peraturan Desa. Penyebarluasan dilakukan untuk memberikan
informasi dan/atau memperoleh masukan masyarakat dan para pemangku
kepentingan.
125
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
126
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
Tahap Penyusunan.
Penyusunan rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa dilakukan oleh Kepala
Desa pemrakarsa. Rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa yang telah disusun,
wajib dikonsultasikan kepada masyarakat desa masing-masing dan dapat
dikonsultasikan kepada camat masing-masing untuk mendapatkan
masukan.Masukan dari masyarakat desa dan camat tersebut digunakan Kepala
Desa untuk tindaklanjut proses penyusunan rancanan Peraturan Bersama Kepala
Desa.
Rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa yang telah dibubuhi tanda tangan
tersebut diundangkan dalam Berita Desa oleh Sekretaris Desa masing-masing desa.
Peraturan Bersama Kepala Desa mulai berlaku dan mempunyai kekuatan hukum
mengikat sejak tanggal diundangkan dalam Berita Desa pada masing- masing Desa.
Tahap Penyebarluasan.
Peraturan Bersama Kepala Desa disebarluaskan kepada masyarakat Desa masing-
masing. Metode penyebarluasan dapat menggunakan berbagai sarana yang
memudahkan masyarakat desa untuk mengaksesnya, misalnya melalui sarana
internet atau pengumuman di tempat strategis.
127
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
128
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
Rancangan RPJM Desa paling sedikit memuat penjabaran visi dan misi kepala
Desa terpilih dan arah kebijakan perencanaan pembangunan Desa dengan
memperhatikan arah kebijakan perencanaan pembangunan kabupaten/kota.
RPJM Desa mengacu pada RPJM kabupaten/kota yang memuat visi dan misi
kepala Desa, rencana penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, pemberdayaan masyarakat, dan
arah kebijakan pembangunan Desa.RPJM Desa disusun dengan
mempertimbangkan kondisi objektif Desa dan prioritas pembangunan
kabupaten/kota.RPJM Desa ditetapkan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga)
bulan terhitung sejak pelantikan kepala Desa.
129
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
Melalui kesepakatan dalam musyawarah pembangunan desa yang ditetapkan
dengan Peraturan Desa, RPJM Desa dapat diubah dalam hal:
Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) adalah penjabaran dari RPJM
Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.
RKP Desa merupakan penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka waktu 1 (satu)
tahun yang memuat rencana penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan
masyarakat Desa.RKP Desa paling sedikit berisi uraian:
RKP Desa disusun oleh Pemerintah Desa sesuai dengan informasi dari
pemerintah daerah kabupaten/kota berkaitan dengan pagu indikatif Desa dan
rencana kegiatan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah
daerah kabupaten/kota. RKP Desa mulai disusun oleh Pemerintah Desa pada
bulan Juli tahun berjalan dan ditetapkan dengan peraturan Desa paling lambat
akhir bulan September tahun berjalan yang menjadi dasar penetapan APB
Desa.
PP No. 43 tahun 2014 juga mengatur batasan peruntukan Belanja Desa yang
ditetapkan dalam APB Desa dengan perincian:
1) paling sedikit 70% (tujuh puluh perseratus) dari jumlah anggaran belanja
Desa digunakan untuk mendanai penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
131
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan masyarakat Desa; dan
2) paling banyak 30% (tiga puluh perseratus) dari jumlah anggaran belanja
Desa digunakan untuk:
a) Penghasilan tetap dan tunjangan kepala Desa dan perangkat Desa
b) Operasional Pemerintah Desa
c) Tunjangan dan operasional Badan Permusyawaratan Desa
d) Insentif rukun tetangga dan rukun warga.
132
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
a. PENAMAAN/JUDUL
Contoh :
TENTANG
TENTANG
133
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
(Judul Peraturan Bersama)
TENTANG
TENTANG
b. PEMBUKAAN
c. PENJELASAN
Kata frasa yang berbunyi ” Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa” merupakan kata yang
harus ditulis dalam Peraturan Desa, cara penulisannya seluruhnya huruf kapital, ditulis
dalam satu baris dan tidak diakhiri tanda baca.
Contoh :
b. JABATAN
Jabatan pembentuk Peraturan Desa, Peraturan Bersama Kepala Desa, Peraturan Kepala
Desa dan Keputusan Kepala Desa ditulis dengan huruf kapital, dan diakhiri dengan tanda
baca koma ( , )
Contoh :
c. KONSIDERANS
Konsiderans harus diawali dengan kata ” Menimbang ” yang memuat uraian singkat
mengenai pokok-pokok pikiran yang menjadi latar belakang, pertimbangan, landasan
yuridis, sosiologis dan filosofis dibentuknya Peraturan Desa, Peraturan Bersama Kepala
Desa, Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa
Jika konsideran terdiri dari lebih satu pokok pikiran, maka tiap-tiap pokok pikiran dirumuskan
pengertian dan tiap-tiap pokok pikiran diawali dengan huruf a,b,c dst dan diawali dengan
huruf kecil serta diakhiri dengan tanda titik koma ( ; )
Contoh :
135
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
Menimbang: a. ................................................................................................... ;
b. .................................................................................................. ;
c. .................................................................................................. ;
d. DASAR HUKUM
Dasar hukum diawali dengan kata ” Mengingat ” yang harus memuat dasar hukum bagi
pembuatan produk hukum. Pada bagian ini perlu dimuat pula jika ada peraturan perundang-
undangan yang memerintahkan dibentuknya peraturan desa, peraturan bersama kepala
desa, peraturan kepala desa dan keputusan kepala desa atau yang mempunyai kaitan
langsung dengan materi yang akan diatur. Dasar hukum dapat dibagi 2 yaitu :
Yang dapat dipakai sebagai dasar hukum hanyalah jenis peraturan perundang-undangan
yang tingkat derajatnya sama atau lebih tinggi dari produk hukum yang dibuat.
Catatan : Keputusan yang bersifat penetapan, Instruksi dan Surat Edaran tidak dapat
dipakai sebagai dasar hukum karena tidak termasuk jenis perundang-undangan
Dasar hukum dirumuskan secara kronologis sesuai dengan hierarki peraturan perundang-
undangan, atau apabila peraturan perundang-undangan tersebut sama tingkatannya, maka
dituliskan berdasarkan urutan tahun pembentukannya, atau apabila peraturan perundang-
undangan tersebut dibentuk pada tahun yang sama, maka dituliskan berdasarkan nomor
urutan pembuatan peraturan perundang-undangan tersebut.
Penulisan dasar hukum harus lengkap dengan lembaran negara Republik Indonesia,
tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia , Lembaran Daerah, dan Tambahan
Lembaran Daerah ( kalau ada ). Jika dasar hukum lebih dari satu peraturan perundang-
undangan, maka tiap dasar hukum diawali dengan angka arab 1,2,3 dst dan diakhiri dengan
tanda baca titik koma ( ; )
136
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
4.
5.
FRASA
Frasa ” Dengan Kesepakatan Bersama Badan Permusyawaratan Desa dan Kepala Desa ” Kata
frasa yang berbunyi ” Dengan Kesepakatan Bersama Badan Permusyawaratan Desa dan
Kepala Desa”, merupakan kalimat yang harus dicantumkan dalam Peraturan Desa, dan cara
penulisannya dilakukan sebagai berikut :
huruf kapital.
Contoh :
dan
MEMUTUSKAN
Kata ” Memutuskan ” ditulis dengan huruf kapital, dan diakhiri dengan tanda baca titik dua ( : ).
Peletakan kata MEMUTUSKAN adalah di tengah margin.
MENETAPKAN
137
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
Kata ” Menetapkan ” dicantumkan sesudah kata MEMUTUSKAN yang disejajarkan ke bawah
dengan kata ” Menimbang” dan ” Mengingat ”. Huruf awal kata ” Menetapkan ” ditulis dengan
huruf Kapital dan diakhiri dengan tanda baca titik dua ( : )
Contoh :
MEMUTUSKAN:
Contoh :
MEMUTUSKAN
BATANG TUBUH
Batang tubuh peraturan desa, peraturan bersama kepala desa dan peraturan kepala desa
memuat materi yang dirumuskan dalam bab dan pasal-pasal atau diktum-diktum yang bersifat
mengatur ( Regeling ), sedangkan jenis Keputusan Kepala Desa bersifat menetapkan (
Beschikking ), batang tubuhnya dirumuskan dalam diktum-diktum.
1. Batang Tubuh Peraturan Desa dan Peraturan Bersama Kepala Desa dan Peraturan Kepala
Desa memuat:
- Ketentuan Umum
- Ketentuan Penutup
2. Pengelompokkan materi dalam bab, bagian dan paragraf tidak merupakan keharusan.
Jika Peraturan Desa, Peraturan Bersama Kepala Desa dan Peraturan Kepala Desa
mempunyai materi yang ruang lingkupnya sangat luas dan mempunyai banyak pasal, maka
pasal - pasal tersebut dapat dikelompokkan menjadi bab, bagian dan paragraf.
pengelompokan dilakukan atas dasar kesamaan kategori atau kesatuan lingkup isi materi
138
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
1. Bab dengan pasal-pasal tanpa bagian dan paragraf
2. Bab dengan bagian dan pasal-pasal tanpa paragraf
3. Bab dengan bagian dan paragraf yang terdiri dari pasal-pasal
Bab diberi nomor urut dengan angka romawi dan judul bab semua ditulis dengan huruf kapital.
Contoh :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian diberi nomor urut dengan bilangan-bilangan yang ditulis dengan huruf kapital dan diberi
judul. Huruf awal kata Bagian, urutan bilangan dan judul bagian ditulis dengan huruf kapital,
kecuali huruf awal dari kata partikel yang tidak terletak pada awal frasa.
Contoh :
BAB II
Bagian Kedua
……………………………….
Paragraf diberi nomor urut dengan angka arab dan diberi judul.
Huruf awal dalam judul paragraf, dan huruf awal judul paragraf ditulis dengan huruf kapital,
sedangkan huruf lainnya setelah huruf pertama ditulis dengan huruf kecil
Contoh :
Bagian Kedua
Paragraf 1
( Judul Paragraf )
Pasal adalah satuan aturan yang memuat satu norma dan dirumuskan dalam satu kalimat.
Contoh :
Pasal 5
Materi Peraturan Desa lebih baik dirumuskan dalam banyak pasal yang singkat dan jelas dari
pada dalam beberapa pasal yang panjang dan memuat beberapa ayat, kecuali materi yg
menjadi pasal itu merupakan satu rangkaian yg tidak dapat dipisahkan.
139
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
Ayat adalah merupakan rincian dari pasal, penulisannya diberi nomor urut dengan angka arab
di antara tanda baca kurung tanpa diakhiri tanda baca. Satu ayat hanya mengatur satu hal dan
dirumuskan dalam satu kalimat
Contoh :
Pasal 22
(1) ……………………………………………………………….
(2) ……………………………………………………………….
(3) ……………………………………………………………….
1) Batang tubuh Peraturan Kepala Desa memuat semua materi yang akan dirumuskan
dalam pasal - pasal
a) Ketentuan Umum
d) Ketentuan penutup
3) Materi Peraturan Kepala Desa adalah merupakan pelaksanaan dari Peraturan Desa dan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
4) Tata cara perumusan dan penulisan materi muatan batang tubuh sama dengan tata cara
perumusan dan penulisan materi muatan Peraturan Desa
1) Batang Tubuh Keputusan Kepala Desa memuat semua materi muatan keputusan yang
dirumuskan dalam diktum-diktum.
2) Pengelompokkan dalam batang tubuh terdiri atas materi yang akan diatur.
Contoh :
KESATU : ……………………………………...............................................
KEDUA : ……………………………………...............................................
140
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
Dalam keputusan kepala desa tidak perlu ada ketentuan umum dan ketentuan peralihan
karena keputusan kepala desa yang bersifat penetapan adalah konkrit, individual dan final
PENUTUP
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perubahan peraturan desa, peraturan bersama kepala
desa, peraturan kepala desa dan keputusan kepala desa :
141
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
PERATURAN DESA..............(Nama Desa)
NOMOR...... TAHUN.....
TENTANG
NOMOR...... TAHUN.......
TENTANG
Bab V
Pasal .. Dihapus
b. Apabila diantara pasal 14 dan 15 akan disisipkan pasal baru maka pada pasal baru itu
dituliskan dengan Pasal 14A
Contoh:
142
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
Ketentuan pencabutan dapat diletakkan di belakang (ketentuan Penutup)
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 88
Pada saat Peraturan Desa ini mulai berlaku, maka Peraturan Desa Kusuma Negara Nomor 2
tahun 2015 tentang APBDesa dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
Dalam bentuk seperti ini berarti walaupun peraturannya dicabut tetapi tidak sampai pada akar-
akarnya ( peraturan pelaksananya masih tetap berlaku )
PENJELASAN
1. Pembuatan peraturan desa, peraturan bersama kepala desa, peraturan kepala desa dan
keputusan Kepala Desa agar tidak menyandarkan argumentasi pada penjelasan tetapi
harus berusaha membuat peraturan desa, keputusan kepala desa yang dapat meniadakan
keragu-raguan;
2. Naskah penjelasan disusun bersama-sama dengan peraturan desa, peraturan bersama
kepala desa, peraturan kepala desa dan keputusan Kepala Desa yang bersangkutan;
3. Penjelasan berfungsi sebagai tafsiran atau materi tertentu;
4. Penjelasan tidak dapat dipakai sebagai dasar hukum untuk membuat peraturan;
5. Judul penjelasan sama dengan judul peraturan desa, peraturan bersama kepala desa, dan
peraturan kepala desa;
6. Penjelasan terdiri dari penjelasan umum dan penjelasan pasal yang pembagiannya dirinci
dengan angka romawi;
7. Penjelasan umum memuat uraian sistematis mengenai latar belakang pemikiran, maksud
dan tujuan penyusunan;
8. Materi penjelasan tidak boleh bertentangan dengan materi Peraturan Desa, Peraturan
Bersama Kepala Desa dan Peraturan Kepala Desa;
9. Materi penjelasan tidak boleh pengulangan semata dari materi Peraturan Desa, Peraturan
Bersama Kepala Desa dan Peraturan Kepala Desa;
10. Beberapa pasal yang tidak memerlukan penjelasan disatukan dan diberi keterangan cukup
jelas.
143
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
TENTANG
Menimbang: a. bahwa …;
b. bahwa …;
c. dan seterusnya …;
Mengingat: 1. …;
2. …;
3. dan seterusnya …;
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
…
Pasal …
BAB …
(dan seterusnya)
Pasal . . .
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Desa ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Desa … (Nama Desa).
Ditetapkan di …
144
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
pada tanggal …
KEPALA DESA…(Nama Desa),
tanda tangan
NAMA
Diundangkan di …
pada tanggal …
SEKRETARIS DESA … (Nama Desa),
tanda tangan
NAMA
TENTANG
Menimbang : a. bahwa.................................................................;
b. bahwa.................................................................;
c. dan seterusnya....................................................;
Mengingat : 1. ...........................................................................;
2. ...........................................................................;
3. dan seterusnya...................................................;
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
145
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
Dalam Peraturan Bersama ini yang dimaksud dengan:
BAB II
Bagian Pertama
............................................
Paragraf 1
Pasal ..
BAB ...
Pasal ...
BAB ...
KETENTUAN PERALIHAN (jika diperlukan)
BAB ..
KETENTUAN PENUTUP
Pasal ...
Peraturan Bersama ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bersama ini dengan
penempatannya dalam Berita Desa... (Nama Desa) dan Berita Desa... (Nama Desa)
Ditetapkan di ...
pada tanggal
KEPALA DESA..., (Nama Desa) KEPALA DESA..., (Nama Desa)
(Nama Tanpa Gelar dan Pangkat) (Nama Tanpa Gelar dan Pangkat)
(Nama Tanpa Gelar dan Pangkat) (Nama Tanpa Gelar dan Pangkat)
146
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
TENTANG
Menimbang : a. bahwa................................................;
b. bahwa................................................;
c. dan seterusnya..................................;
Mengingat : 1. ..........................................................;
2............................................................;
3. dan seterusnya..................................;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN KEPALA DESA TENTANG... (Judul Peraturan Kepala Desa).
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Kepala Desa ini yang dimaksud dengan:
BAB II
Bagian Pertama
............................................
Paragraf 1
Pasal ..
BAB ...
Pasal ...
BAB ...
KETENTUAN PERALIHAN (jika diperlukan)
BAB ..
KETENTUAN PENUTUP
Pasal ...
147
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
Peraturan Kepala Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Kepala Desa ini
dengan penempatannya dalam Berita Desa... (Nama Desa).
Ditetapkan di ...
pada tanggal
KEPALA DESA..., (Nama Desa)
(Nama Tanpa Gelar dan Pangkat)
Diundangkan di ...
pada tanggal ...
SEKRETARIS DESA..., (Nama Desa)
(Nama)
TENTANG
Mengingat : 1. ............................................................................;
2. ............................................................................;
3. dan seterusnya.....................................................;
Memperhatikan : 1. .....................................................................;
2. .....................................................................;
3. dan seterusnya..............................................;
(jika diperlukan)
MEMUTUSKAN:
148
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
Menetapkan:
KESATU :
KEDUA :
KETIGA :
KEEMPAT :
KELIMA : Keputusan Kepala Desa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di ...............
pada tanggal ...................
KEPALA DESA..., (Nama Desa)
(Nama Tanpa Gelar dan Pangkat)
149
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
150
Bahan Bacaan Pelatihan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) - 2023
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa
Panitia melakukan penjaringan dan penyaringan bakal calon anggota BPD dalam jangka waktu
6 (enam) bulan sebelum masa keanggotaan BPD berakhir.
Bakal calon anggota BPD yang memenuhi syarat ditetapkan sebagai calon anggota BPD.
Pemilihan calon anggota BPD paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum masa keanggotaan BPD
berakhir.
Dalam hal mekanisme pengisian keanggotaan BPD ditetapkan melalui proses pemilihan
langsung, panitia pengisian menyelenggarakan pemilihan langsung calon anggota BPD oleh
unsur masyarakat yang mempunyai hak pilih.
Dalam hal mekanisme pengisian keanggotaan BPD ditetapkan melalui proses
musyawarah perwakilan sebagaimana calon anggota BPD dipilih dalam proses musyawarah
perwakilan oleh unsur wakil masyarakat yang mempunyai hak pilih. Calon anggota BPD terpilih
adalah calon anggota BPD dengan suara terbanyak. Calon anggota BPD terpilih disampaikan
oleh panitia kepada Kepala Desa paling lama 7 (tujuh) hari sejak calon anggota BPD terpilih
ditetapkan panitia.
Calon anggota BPD terpilih sebagaimana dimaksud pada disampaikan oleh Kepala Desa
kepada Bupati/Wali kota melalui Camat paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya hasil
pemilihan dari panitia pengisian untuk diresmikan oleh Bupati/Wali kota.
Keputusan Bupati/Wali kota sebagaimana dimaksud mulai berlaku sejak tanggal pengucapan
sumpah dan janji anggota BPD.
Pengucapan sumpah janji anggota BPD dipandu oleh Bupati/Wali kota atau pejabat yang
ditunjuk paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkannya keputusan Bupati/Wali kota
mengenai peresmian anggota BPD.
Masa keanggotaan BPD selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pengucapan
sumpah/janji.
Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dipilih untuk masa
keanggotaan paling banyak 3 (tiga) kali secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut.
Anggota BPD sebelum memangku jabatannya bersumpah/berjanji secara bersama-sama
dihadapan masyarakat dan dipandu oleh Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk.
”Demi Allah/Tuhan, saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya
selaku anggota Badan Permusyawaratan Desa dengan sebaik- baiknya, sejujur-jujurnya, dan
seadil-adilnya; bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan
Pancasila sebagai dasar negara, dan bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta melaksanakan
segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-lurusnya yang berlaku bagi Desa,
Daerah, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
Pengucapan sumpah/janji jabatan anggota BPD didampingi oleh rohaniawan sesuai dengan
agamanya masing-masing
Dalam pengucapan sumpah/janji anggota BPD yang beragama:
a. Islam, diawali dengan frasa “Demi Allah saya bersumpah”;
b. Kristen Protestan dan Kristen Katolik, diawali dengan fras “Demi Tuhan saya
berjanji” dan diakhiri dengan frasa “Semoga Tuhan menolong saya”
c. Budha, diawali dengan frasa “Demi Hyang Adi Budha”; dan
d. Hindu, diawali dengan frasa “Om Atah Paramawisesa”.
Setelah pengucapan sumpah/janji dilanjutkan penandatanganan berita acara pengucapan
sumpah/janji.
Anggota BPD yang telah melaksanakan sumpah dan janji, mengikuti pelatihan awal masa tugas
yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.
Pemberhentian Anggota BPD
Dalam hal anggota BPD yang diberhentikan sementara sebagai pimpinan BPD, diikuti dengan
pemberhentian sebagai pimpinan BPD.
Dalam hal pimpinan BPD diberhentikan, pimpinan BPD lainnya memimpin rapat pemilihan
pimpinan BPD pengganti antarwaktu.
Anggota BPD yang berhenti antarwaktu digantikan oleh calon anggota BPD nomor urut
berikutnya berdasarkan hasil pemilihan anggota BPD. Dalam hal calon anggota BPD nomor
urut berikutnya meninggal dunia, mengundurkan diri atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai
calon anggota BPD, digantikan oleh calon anggota BPD nomor urut berikutnya.
Paling lama 7 (tujuh) hari sejak anggota BPD yang diberhentikan antarwaktu ditetapkan, Kepala
Desa menyampaikan usulan nama calon pengganti anggota BPD yang diberhentikan kepada
Bupati/Walikota melalui Camat.
Paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya usulan anggota BPD yang
diberhentikan antarwaktu Camat menyampaikan usulan nama calon pengganti anggota BPD
yang diberhentikan kepada Bupati/Walikota.
Bupati/Walikota meresmikan calon pengganti anggota BPD menjadi anggota BPD dengan
keputusan Bupati/Walikota paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak disampaikannya usul
penggantian anggota BPD dari Kepala Desa.
Peresmian anggota BPD mulai berlaku sejak pengambilan sumpah/janji dan dipandu oleh
Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk.
Masa jabatan anggota BPD antarwaktu melanjutkan sisa masa jabatan anggota BPD yang
digantikannya. Masa jabatan tersebut dihitung 1 (satu) periode. Penggantian antarwaktu
anggota BPD tidak dilaksanakan apabila sisa masa jabatan anggota BPD yang digantikan
kurang dari 6 (enam) bulan. Keanggotaan BPD kosong sampai berakhirnya masa jabatan
anggota BPD.
Laporan kinerja BPD merupakan laporan atas pelaksanaan tugas BPD dalam 1 (satu) tahun
anggaran. Laporan kinerja dibuat dengan sistematika:
a. dasar hukum;
b. pelaksanaan tugas; dan
c. penutup.
Laporan kinerja BPD dilaporkan secara tertulis kepada Bupati/Walikota melalui Camat serta
disampaikan kepada Kepala Desa dan forum musyawarah Desa secara tertulis dan atau lisan.
Laporan kinerja BPD sebagaimana disampaikan paling lama 4 (empat) bulan setelah selesai
tahun anggaran.
Laporan kinerja BPD yang disampaikan kepadaBupati/Walikota digunakan Bupati/Walikota
untuk evaluasi kinerja BPD serta pelaksanaan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan
Pemerintahan Desa.
Laporan kinerja BPD yang disampaikan pada forum musyawarah Desa merupakan wujud
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas BPD kepada masyarakat Desa.
I. Dasar Hukum
1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor …tahun … tentang
Badan Permusyawaratan Desa.
2. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota Nomor …Tahun ….
tentang Desa / Badan Permusyawaratan Desa
3. Surat keputusan Bupati/Walikota tentang peresmian
anggota BPD periode ….. sampai ……
4. Keputusan BPD Nomor …….tahun …. tentang Penetapan
kinerja BPD tahun anggaran ……..
Formulir-formulir
BUKU DATA ASPIRASI MASYARAKAT
NO HARI/ NAMA/LEMBAGA PIHAK ASPIRASI YANG TINDAK LNJUT
TANGGAL PENYAMPAI ASPIRASI DISAMPAIKAN
1 2 3 4 5
BPD melakukan evaluasi LKPPD paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak LKPPD
diterima. Berdasarkan hasil evaluasi BPD dapat:
a. Membuat catatan tentang kinerja kepala desa;
b. Meminta keterangan atau informasi;
c. Menyatakan pendapat; dan
d. Memberi masukan untuk penyiapan bahan musyawarah Desa.
Dalam hal Kepala Desa tidak memenuhi permintaan BPD, maka BPD tetap
melanjutkan proses penyelesaian evaluasi LKPPD dengan memberikan catatan
kinerja Kepala Desa. Pelaksanaan dan hasil evaluasi LKPPD menjadi bagian dari
laporan kinerja BPD
Utama
Desa Desa.
b. Transparan
Pengawasan harus dilakukan dalam lingkungan yang mendorong kebebasan
menyampaikan pendapat dan informasi yang bertanggung jawab. Hasil
pengawasan harus diketahui masyarakat luas terutama oleh pihak-pihak
yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan.
c. Partisipatif
Semua pelaku kegiatan, terutama masyarakat, bebas untuk menyampaikan dan
melaporkan kondisi objektif termasuk berbagai masalah yang ada serta
kontribusi untuk perbaikannya.
d. Akuntabel
Pelaksanaan pengawasan harus dapat dipertanggungjawabkan secara internal
maupun eksternal.
e. Berorientasi Solusi
Pelaksanaan pengawasan terutama terhadap hasil dan rekomendasi yang
disampaikan diorientasikan untuk menemukan solusi pelaksanaan yang lebih
baik lagi serta solusi atas masalah yang terjadi sebagai pijakan peningkatan
kinerja.
f. Terintegrasi
Sebelum menguraikan lebih lanjut tentang pengawsan kinerja Kepala Desa, maka
perlu difahami BPD terhadap dua hal penting yaitu mengenai pengawasan dan
kinerja Kepala Desa.
Pengawasan oleh BPD dilakukan mulai tahapan perencanaan, pelaksanaan
PERENCANAAN KEGIATAN
KEGIATAN
PENGAWASAN PELAKSANAAN
PELAPORAN KEGIATAN
RPJM Desa.
(meliputi tahapan : pembentukan tim penyusun, penyelarasan arah
pembangunan desa dan kabupaten/kota, pengkajian keadaan desa
(PKD), penyusunan laporan hasil PKD, musyawarah desa,
penyusunan rancangan awal RPJM Desa, musyawarah pernecanaan
pembangunan desa, penyusunan rancangan akhir RPJM Desa,
pembahasan dan penyepakatan rancangan Perdes RPJM Desa.
Penetapan dan pengundangan Peraturan Desa tentang RPJM Desa).
b) Membentuk dan menetapkan Tim Penyusun dengan SK Kepala
Desa.
c) Melakukan pembinaan dan pemantauan kegiatan PKD oleh Tim
Penyusun.
d) Menghadiri kegiatan PKD.
e) Memantau dan atau menghadiri rapat-rapat penyusunan
rancangan RPJM Desa oleh Tim Penyusun.
f) Memberikan dukungan fasilitasi penyelenggaraan Musyawarah
Desa.
g) Hadir dan atau mendampingi kegiatan Musyawarah Desa. h)
Melakukan evaluasi dan verifikasi rancangan RPJM Desa.
i) Memimpin penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Desa.
j) Melakukan verifikasi rancangan akhir RPJM Desa.
k) Menyusun dan menyampaikan rancangan Perdes tentang RPJM
Desa kepada BPD.
l) Membahas dan menyepakati rancangan Perdes RPJM Desa
bersama BPD.
m) Menetapkan Perdes tentang RPJM Desa.
n) Menyampaikan Perdes tentang RPJM Desa kepada Bupati/
Walikota melalui Camat.
o) Melakukan sosialisasi dan publikasi dokumen RPJM Desa
kepada masyarakat.
Jasa di Desa;
b) Desa memiliki instrumen administrasi pengelolaan keuangan desa.
A.2. Indikator Proses :
a) Penetapan kebijakan pelaksanaan kegiatan yang
memanfaatkan sumber daya alam setempat, tenaga kerja masyarakat
dan tenaga ahli yang membidangi;
b) Menetapkan Pelaksana Teknis Pengelola Keuangan Desa yang terdiri
dari : Sekretaris Desa, Kepala Seksi, dan Bendahara;
c) Menetapkan Pelaksana Kegiatan sesuai kebutuhan dan melibatkan
masyarakat dengan Keputusan Kepala Desa;
d) Memastikan Pelaksana Kegiatan memiliki renca kerja dan
terpantau;
e) Melakukan sosialisasi pelaksanaan kegiatan melalui
musyawarah desa;
f) Melaksanakan koordinasi pelaksanaan pembangunan desa yang
dilaksanakan oleh perangkat desa maupun lembaga
kemasyarakatan desa maupun oleh masyarakat desa.
g) Memberikan dukungan fasilitasi pembekalan kepada Pelaksana
Teknis Pengelola Keuangan Desa dan Pelaksana Kegiatan;
h) Memastikan, memantau dan mengorganisasikan kesiapan
dukungan administrasi pelaksanaan pembangunan kepada pelaksana
teknis kegiatan maupun tim pelaksana kegiatan;
i) Memantau dan memastikan pengadaan tenaga kerja oleh tim
pelaksana kegiatan menggunakan sumberdaya masyarakat desa;
j) Memantau dan memastikan kegiatan pengadaan barang dan
jasa sesuai dengan prosedur dan ketentuan serta
memanfaatkan sumber daya yang ada di desa;
k) Memantau dan mengendalikan pelaksanaan swadaya, gotong royng dan
hibah masyarakat tertib administrasi;
l) Melakukan rapat-rapat kerja dengan Tim Pelaksana Kegiatan;
m) Melakukan pemeriksaan kegiatan infrastruktur dan kegiatan lainnya;
n) Melakukan pengelolaan pengaduan mayarakat;
o) Menyelenggarakan musyawarah pelaksanaan kegiatan dalam
angka pelaporan dan pertanggungjawaban;
p) Mengorganisasikan dan mengendalikan laporan realisasai APB
Desa;
q) Mengupayakan pendampingan teknis dari SKPD terkait maupun
Tenaga Ahli untukkegiatan yang memerlukan keahlian teknis;
r) Memiliki rencana kerja pemeliharaan dan pelestarian kegiatan
bersama masyarakat.
s) Melakukan koordinasi kepada para pihak bila terjadi perubahan
kegiatan.
t) Menerbitkan keputusan Kepala Desa tentang perubahan
kegiatan.
1. Menetapkan Tujuan
Tujuan pengawasan harus dirumuskan dengan spesifik. Hal ini agar tidak
ada bias dalam pelaksanaan yang bisa menimbulkan tidak efektifnya
pelaksanaan. Terhadap masing-masing indikator kinerja yang Kepala Desa
yang mau dilakukan pengawasan, terlebih dahulu harus disusun tujuannya.
8. Pelaksanaan Pengawasan
Pelaksanaan pengawasan kinerja Kepala Desa oleh BPD dilakukan melalui
kegiatan Monitoring dan Evaluasi. Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa adalah usaha, tindakan, dan kegiatan yang ditujukan untuk menjamin
penyelenggaraan Pemerintahan Desa berjalan secara elisien dan efektif sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Kegiatan monitoring
merupakan kegiatan pengumpulan data dan informasi untuk melihat hasil kinerja
Kepala Desa dalam suatu rangkaian tahapan perencanaan, pelaksanaan dan
pelaporan penyelenggaraan pemerintahan desa. Evaluasi merupakan suatu
pernyataan kesimpulan terhadap hasil penilaian atas data dan informasi hasil
monitoring terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintahan desa.
Hasil evaluasi ini sebagai bahan umpan balik dan rekomendasi untuk perbaikan dan
atau peningkatan kinerja Kepala Desa.
Kegiatan pengawasan dilakukan secara terbuka, jujur dan objektif dalam hubungan
kerja harmonis dan saling menguatkan dalam semangat tata kelola pemerintahan
desa yang baik. Kalaupun ditemukan kekurangan atas penyelenggaraannya,
merupakan bagian koreksi untuk perbaikan sesegera mungkin dan lebih
meningkatkan kinerja pemerintahan desa.
Hasil evaluasi harus versifat kesimpulan penilaian atas capaian kinerja Kepala
Desa terhadap kegiatan yang sudah dilakukan pengawasan. Penilaian bersifat
kualitatif atas pemenuhan terhadap instrumen yang dihasilkan dalam kegiatan
monitoring. Secara kualitatif kesimpulan bisa berpa hasil baik, cukup, atau kurang
atau dalam kesimpulan lain seperti memadai, cukup memadai, dan kurang
memadai. BPD silahkan mengembangkan penilaian kualitatif tersebut sesuai
dengan kearifan lokalnya. Yang terpenting, BPD menyampaikan pendapat
sebagai kesimpulan akhir atas kinerja Kepala Desa sebagai bahan masukan,
evalauasi, koreksi dan peningkatan kinerja yang lebih baik lagi bagi pemenuhan
layanan kepada masyarakat desa.
Dari setiap hasil pengawasan yang telah dilakukan oleh BPD, agar segera dilakukan
umpan balik sekaligus menyampaikan rekomendasi kepada Kepala Desa.
Setelah hasil evaluasi selesai dilakukan, maka Pimpinan BPD menyampaikan
undangan kepada anggota dan Kepala Desa untuk musyawaah BPD dalam
rangka penyampaian hasil pengawasan. Dalam pertemuan tersebut, Kepala Desa
boleh membawa perangkatnya supaya terjadi umpan balik yang cukup.
Sekali lagi, musyawarah BPD kali ini dilakukan dalam semangat kekeluargaan yang
harmonis mengarah kepada upaya peningkatan kinerja penyelenggaraan
pemerintahan desa yang lebih baik. Praktek musyawarah
BPD mengacu pada ketentuan tata tertib BPD yang ada.
Setelah seluruh rangkaian pengawasan sampai pada kegiatan umpan balik dan
rekomendasinya selesai, BPD menyusun laporan hasil pengawasan. Laporan ini
akan menjadi bagian tak terpisahkan dalam Laporan Kinerja BPD Tahunan.
Kegiatan penysunan laporan mengikuti mekanisme kerja kelembagaan yang ada
di BPD.
Pemenuhan
No. Indikator Kinerja Catatan
Ya Tidak
I. Indikator Masukan:
1. Desa memiliki salinan Perbup tentang Pengadaan
Barang dan Jasa di Desa;
2. Desa memiliki instrumen administrasi pengelolaan
keuangan desa.
II. Indikator Proses:
1. Penetapan kebijakan pelaksanaan kegiatan yang
memanfaatkan sumber daya alam setempat,
tenaga kerja masyarakat dan tenaga ahli yang
membidangi;
2. Menetapkan Pelaksana Teknis Pengelola Keuangan
Desa yang terdiri dari : Sekretaris Desa, Kepala
Seksi, dan Bendahara;
3. Menetapkan Pelaksana Kegiatan sesuai kebutuhan
dan melibatkan masyarakat dengan Keputusan
Kepala Desa;
4. Memastikan Pelaksana Kegiatan memiliki renca
kerja dan terpantau;
5. Melakukan sosialisasi pelaksanaan kegiatan melalui
musyawarah desa;
6. Melaksanakan koordinasi pelaksanaan
pembangunan desa yang dilaksanakan oleh
perangkat desa maupun lembaga kemasyarakatan
desa maupun oleh masyarakat desa.
7. Memberikan dukungan fasilitasi pembekalan
kepada Pelaksana Teknis Pengelola Keuangan Desa
dan Pelaksana Kegiatan;
ada di desa;
11. Memantau dan mengendalikan pelaksanaan
swadaya, gotong royng dan hibah masyarakat tertib
administrasi;
12. Melakukan rapat-rapat kerja dengan Tim Pelaksana
Kegiatan;
13. Melakukan pemeriksaan kegiatan infrastruktur dan
kegiatan lainnya;
14. Melakukan pengelolaan pengaduan mayarakat;
15. Menyelenggarakan
kegiatan dalam rangka pelaporan dan
pertanggungjawaban;
16. Mengorganisasikan d an mengendalikan laporan
realisasai APB Desa;
17. Mengupayakan pendampingan teknis dari SKPD
terkait maupun Tenaga Ahli untukkegiatan yang
memerlukan keahlian teknis;
Pemenuhan
No. Indikator Kinerja Catatan
Ya Tidak
1. Desa memiliki Buku inventaris dan Aset Desa.
2. Melakukan inventarisasi aset desa.
3. Melakukan pengawasan dan pengendalian aset
desa.
4. Memiliki dokumen pencatatan atas penggunaan,
pemanfaatan, pengahapusan dan
pemindahtanganan aset desa.
5. Menetapkan kebijakan pengelolaan aset desa
melalui Peraturan Desa.
6. Menetapkan petugas pengelolan aset desa dari
perangkat desa.
7. Menetapkan petugas penerimaan desa.
8. Menetapkan status penggunaan aset desa
dengan Keputusan Kepala Desa.
9. Melakukan pengelolaan atas hasil pemanfaatan
aset desa secara transparan dan akuntabel dan dicatat
dalam pendapatan desa lainnya.
Pemenuhan
No. Indikator Kinerja Ya Tidak Catatan
1. Desa memiliki perencanaan tata ruang desa.
2. Desa memiliki Perdes tentang Tata Ruang Desa.
3. Desa memiliki data pemetaan potensi lengkap
sebagai dasar penyusunan rencana tata ruang
desa.
4. Penyusunan rencana dan Perdes tata ruang
desa melibatkan masyarakat desa.
5. Melakukan sosialisasi dan pembinaan kepada
masyarakat dalam rangka pelaksanaan tata
ruang desa.
6. Melakukan pembinaan dan pengendalian tata
ruang desa sesuai dengan kebijakan/Perdes tata
ruang desa.
Pemenuhan
No Indikator Kinerja Ya Tidak Catatan
I. Indikator Masukan:
1. Desa memiliki salinan Perbup tentang
Pengadaan Barang dan Jasa di Desa.
2. Desa memiliki instrumen administrasi
pengelolaan keuangan desa.
II. Indikator Proses:
Pemenuhan
No. Indikator Kinerja Catatan
Ya Tidak
1. Memimpin, mengkoordinasikan, dan memberi
bimbingan dan petunjuk pelaksanaan kegiatan
kepada perangkat desa;
2. Melakukan pembinaan masalah pertanahan;
3. Melakukan pembinaan ketentraman dan
ketertiban masyarakat serta melakukan upaya
perlindungan masyarakat;
4. Melakukan administrasi kependudukan dan
penataan dan pengelolaan wilayah.
5. Melakukan pembinaan kemasyarakatan, seperti
pelaksanaan hak dan kewajiban masyarakat,
partisipasi masyarakat, sosial budaya
masyarakat, keagamaan, dan ketenagakerjaan.
6. Melakukan upaya-upaya pemberdayaan
masyarakat, seperti tugas sosialisasi dan
motivasi masyarakat di bidang budaya,
ekonomi, politik, lingkungan hidup,
pemberdayaan keluarga, pemuda, olah raga,
dan karang taruna.
7. Melakukan pembinaan kepada lembaga
kemasyarakatan dan lembaga adat;
8. Melakukan pembinaan kerukunan umat
beragama;
9. Pembinaan masalah-masalah sosial dan budaya
masyarakat;
10. Menjaga hubungan kemitraan dengan lembaga
masyarakat dan lembaga lainnya;
11. Melakukan upaya-upaya kerjasama desa untuk
kesejahteraan masyarakat desa;
12. Melakukan pembinaan kegiatan BUM Desa;
13. Melakukan kegiatan-kegiatan koordinatif dan
hubungan kerja yang harmonis dengan
kelembagaan yang ada di desa.
Pemenuhan
No. Indikator Kinerja Catatan
Ya Tidak
1. Mengendalikan dan mengorganisasikan input
pelaporan yang disusun oleh perangkat maupun
tim teknis;
2. Melakukan validasi dan pemeriksaan bahan laporan
yang disampaikan oleh perangkat desa;
3. Menyampaikan laporan sesuai dengan format
standar yang diatur dengan peraturan
perundangan;
4. Menyampaikan laporoan yang valid didukung oleh
data-data yang dapat dipertanggungjawabkan;
5. Menyampaikan laporan sesuai dengan target waktu
yang telah ditetapkan oleh undang-undang.
6. Menyampaikan informasi kepada masyarakat desa
secara terbuka;
7. Melakukan publikasi laporan pada media-media
yang ada di masyarakat maupun dengan teknologi
informasi yang ada di desa;
8. Memberikan respon dan penyelesaian terhadap
pengaduan yang disampaikan masyarakat.
9. Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDesa Semester
Pertama;
10. Desa memiliki Laporan Realisasi Pelaksanaan
APBDesa Semester Akhir;
11. Desa memiliki Laporan Pertanggunggjawaban
Realisasai Pelaksanaan APBDesa;
12. Desa memiliki Laporan Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa;
13. Desa memiliki Laporan Keterangan
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
14. Desa memiliki Laporan Hasil Penanganan Masalah;
15. Desa memilki Laporan Akhir Masa Jabatan.
BULAN Ke
(sebelum akhir
NO KEGIATAN
masa jabata
Kades)
15 kepada Bupati/Walikota
NO BULAN Ke KEGIATA
Pembentukan panitia pemilihan
N kepala desa antar
waktu
1 1
Pengajuan
oleh BPD (15
pembiayaan
hari setelahpenyelenggaraan
pemberhentian) pemilihan
oleh
2 panitia kepada pejabat kepala desa (maksimum 30
hari)
Persetujuan biaya penyelenggaraan pemilihan
oleh
3 2 pejabat kepala desa (maksimum 30 hari sejak
Musyawarah desa
surat pengajuan panitia) daftar calon peserta
4 penetapan
musyawarah desa khusus
Pengumuman dan pendaftaran bakal calon kepala
5 3 desa
Penelitian
antar waktukelengkapan berkas calon kepala desa
6 4 antar
Persiapan
waktu pelaksanaan desa khusus
7 musyawarah
pemilihan kepala desa antar u
wakt
Musyawarah desa khsususpenetapan dan
pengesahan
bakal calon serta pemilihan dan penetapan calon
8 5
kepala desa antar waktu terpilih (maksimum 6 bulan
Pelaporan hasil pemilihan oleh panitia kepada
sejak pemberhentian)
BPD
9 6
(maksimumcalon
Pelaporan 7 hari kepala
setelahdesa
musyawarah desa terpilih
antar waktu khsusu)
oleh