Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ETIKA PROFESI KEPENDIDIKAN

Dosen Pengampu : Istanto S.Pd.I.,M.Pd

Disusun Oleh :

1. Adzar Hilman tsani (G000220166)

2. Ifsya gita Afrianzi (G000220119)

3. Ilham Ahmad (G000220122)

4. Umar Muhtar Al Ghozali (G00022048)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

TAHUN 2023
BERITA ACARA

NIM Nama Judul


G000220120 Aulia Hanna Sayidah Teori Konstrustifistik
G000220132 Ayu Agustina Eka Putri Teori Kognitifistik
G000220134 Anita Isnaini Teori Behavioristik
G000220139 Ulil Nur Hidayati Teori Sosial
G000220149 Rosa Melinda Teori Humanistik
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Guru merupakan kunci keberhasilan pembelajaran. Interaksi positif antara guru
dengan peserta didik dalam pembelajaran sangat berpengaruh terhadap hasil belajar
mengajar. Oleh karena itu guru perlu memperhatikan kebutuhan, kekurangan, keinginan
peserta didik, dan memberikan dorongan kepadanya. Keinginan, kenyamanan, dan
semangat siswa merupakan hal yang sangat penting bagi keberhasilan pembelajaran.
Semangat merupakan pendorong bagi siswa untuk mengetahui dan meningkatkan rasa
ingin tahu siswa, sehingga siswa mau lebih rajin belajar untuk mendapatkan apa yang
menjadi keinginannya. Minat dan semangat siswa sangat berperan penting dalam
pencapaian tujuan pembelajaran.
Guru merupakan penanggungjawab kegiatan proses pembelajaran di dalam kelas.
Proses pembelajaran di kelas sering kali menghadapi banyak permasalahan. Salah
satunya adalah kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Keaktifan siswa
merupakan sebuah bentuk interaksi antara peserta didik dengan pendidik dalam
pembelajaran di kelas. Mulyasa (2002: 32 dalam
http://www.buatskripsi.Com/2011/02/alasan-pentingnya-keaktifan-siswa-dalam.html)
pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidaktidaknya
sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam
proses pembelajaran. Hamalik (2008: 27) menyatakan bahwa dalam proses pendidikan di
sekolah, tugas utama guru adalah mengajar sedangkan tugas utama setiap siswa adalah
belajar. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan suatu hasil atau
tujuan.1

1
Nathaniel E Helwig, Sungjin Hong, and Elizabeth T Hsiao-wecksler, “No 主観的健康感を中心とした在宅高
齢者における 健康関連指標に関する共分散構造分析 Title,” n.d., 1–7.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian permasalahan guru
2. Apa permasalahan guru secara umum yang sering dialami?
3. Apa permasalahan guru secara khusus?
4. Bagaimana solusi terhadap permasalahan guru?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian permasalahan guru
2. Untuk mengetahui permasalahan guru secara umum
3. Untuk mengetahui permasalahan guru secara khusus
4. Untuk mengetahui solusi terhadap permasalahan guru
PEMBAHASAN

A. Pengertian Permasalahan Guru


Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kata problematika berasal dari kata
problematic yaitu masalah Problema/problematika adalah kesenjangan antara harapan
dan kenyataan yang diharapkan dapat menyelesaikan atau mengurangi kesenjangan
itu. Guru salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut
berperan dalam usaha pembentukan sumberdaya manusia yang potensional guru
merupakan salah satu unsur bidang kependidikan harus berperan serta secara aktif dan
menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan
masyarakat yang semakin berkembang dengan Syariat Islam. Guru tidak semata-mata
sebagai “pengajar” tetapi juga sebagai pendidik” dan sekaligus sebagai pembimbing
yang memberikan pengarahan dan tuntunan siswa dalam pembelajaran Guru adalah
orang yang beraktivitas menjalankan fungsi-fungsi pendidikan. Berdasarkan definisi
di atas dapat disimpulkan bahwa problematika guru adalah permasalahan yang
dihadapi guru yang belum dapat diselesaikan untuk melaksanakan tugas mendidik
agar mampu mencapai tujuan pendidikan.2

B. Permasalahan guru secara umum


a. permasalahan kualitas dan kuantitas guru

Masalah guru menjadi sorotan, karena guru merupakan ujung tombak dari
setiap kebijakan atau yang berkaitan dengan pendidikan. Gurulah yang akan
melaksanakan secara operasional segala bentuk pola, gerak, dan geliatnya. Perubahan
dalam dunia pendidikan. Ketika berbagai model pembelajaran yang berkaitan dengan
kurikulum misalnya, gurulah yang sangat berperan dalam melaksanakanya.
Mengingat peran besar guru tersebut, guru dituntut untuk memberikan perhatian
sebesar-besarnya kepada pengembangan mutu pendidikan. Tapi persoalanya, keadaan
guru sendiri belum banyak mendukung kearah itu baik menyangkut kualitas,

2
Tahar Rachman, “Problematika Guru,” Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 2018, 10–
27.
profesionalisme, kuantitas, maupun kesejahteraanya. Bedasarkan studi yang dilakukan
Balitbang Pendidikan Nasional (Ace Suryadi, 2004), bahwa guru yang berkualitas
adalah SDM yang dituntut untuk memiliki status profesional baik sebagai pendidik
maupun sebagai pengelola pendidikan. Dalam studi tersebut ditemukan bahwa
profesionalisme SDM memiliki tiga karakteristik utama yaitu, kemampuan
profesional (professional capacity), upaya profesional (professional effort), dan
pencurahan perhatian terhadap profesinya (time devotion).3

b. Permasalahan adminitrasi

Banyak terjadi kesalahan dalam sekolah ketika kurang diperhatikannya


administrasi pendidikan seperti kurangnya penunjang yang memadai, kurangnya
manajemen yang diterapkan dalam sekolah, kurangnya dana, dan kurangnya kerja
sama sekolah lain. Oleh karena itu, tenaga kerja yang ada dalam sekolah perlu
memahami atau mengetahui administrasi entah dari fungsi manfaat kegunaanya dalam
penyelenggaraan di sekolah.4

c. Permasalahan kurikulum

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,


membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan
menengah (Meaty H, Idris, 2015). Guru adalah orang yang beraktivitas menjalankan
fungsi-fungsi pendidikan, keberhasilan guru merupakan keberhasilan Pendidikan
(Nazarudin Rahman, 2014). Guru sangat penting dan berpengaruh untuk keberhasilan
peserta didiknya. Problematika Guru Dalam Menerapkan Kurikulum Merdeka ,
Windayanti, Mihrab Afnanda, Ria Agustina, Emanuel B S Kase, Muh Safar, Sabil
Mokodenseho 2061 Kemudian adanya kebijakan baru yang dapat membebaskan
institusi pendidikan sehingga memberi dorongan kepada siswa agar dapat berinovasi
dan mengembangkan pemikiran secara kreatif. Kurikulum ini memberikan ruang yang
sangat luas bagi seorang guru guna mengembangkan pembelajaran yang bermutu agar

3
Risma Nuraeni et al., “No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標に関する共分
散構造分析 Title,” Diponegoro Journal of Accounting 2, no. 1 (2017): 2–6,
http://i-lib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?dataId=2227%0A???%0Ahttps://ejournal.unisba.ac.id/index.php/
kajian_akuntansi/article/view/3307%0Ahttp://publicacoes.cardiol.br/portal/ijcs/portugues/2018/v3103/pdf/
3103009.pdf%0Ahttp://www.scielo.org.co/scielo.php?scri.
4
Admin Web, “No Title,” Kendala Administrasi Pendidikan Dan Solusinya, 2023,
https://adminsekolah.net/kendala-administrasi-pendidikan-dan-solusinya/.
dapat menghasilkan generasi yang terdidik, dan dapat bersaing secara globlal
sehingga meningkatkan kualitas pendidikan (Hasibuan, 2022). Salah satu guru yang
mengakui bahwa ada harapan besar terhadap telah diterapkannya Kurikulum
Merdeka, yakni terwujudnya anak didik yang berakhlak mulia, jujur, cerdas, unggul,
inovatif, kreatif, berkarakter Indonesia, berdaya saing tinggi, dan memiliki spirit
nasionalisme kebangsaan yang bagus serta mampu beradaptasi dengan kehidupan
global. Guna mewujudkan harapan tersebut diperlukan peran dari kepala sekolah.
Sebagai pemimpin pembelajaran untuk mampu menggerakkan semua komponen yang
ada di sekolah sebagai agen perubahan yang menjadi sentral adalah memberikan
pelayanan prima kepada peserta didik, sehingga mereka dapat berkembang secara
optimal. Disamping itu Kurikulum Merdeka salah satu program yang sangat yang
berbeda dengan Kurikulum sebelumnya yaitu Proyek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila (P5), sehingga siswa mampu merancang suatu proyek/riset tentang
pemecahan atau solusi dari persoalan dari yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari
(bernalar kritis).5

d. permasalahan pengelolaan kelas


masalah-masalah yang ada maka guru yang baik dalam mengelola kelas, harus dapat
menyelesaikan masalah-masalah yang ada di dalam kelas tersebut. Menurut Mudasir
masalah-masalah dalam manajemen kelas terbagi dua yaitu, kasus yang terjadi di
dalam kelas dan pengelompokkan masalah dalam pengelolaan kelas. 13 Masalah-
masalah manajemen kelas dan cara mengatasi masalah tersebut ialah sebagai berikut
Kasus yang terjadi di dalam kelas :

a. Tingkat penguasaan materi oleh siswa di dalam kelas. Guru dalam mengatasi
masalah materi ini hendaknya memperhatikan materi atau bahan ajar yang akan
disampaikan apakah relevan dengan tujuan yang hendak dicapai dan guru hendaknya
mengulang penjelasan untuk memperkuat materi yang telah disampaikan.

b. Fasilitas yang diperlukan. Fasilitas ini meliputi media, tempat, biaya dan yang
dapat memungkinkan siswa belajar dengan baik. Fasilitas menjadi masalah yang
cenderung tidak diperhatikan guru dalam memanajemen kelasnya, dan inilah yang
dapat memunculkan adanya masalah dalam proses belajar mengajar Dalam mengatasi
5
Windayanti Windayanti et al., “Problematika Guru Dalam Menerapkan Kurikulum Merdeka,” Journal on
Education 6, no. 1 (2023): 2056–63, https://doi.org/10.31004/joe.v6i1.3197.
masalah tersebut guru harus menggunakan fasilitasfasilitas yang dibutuhkan, seperti
media dan tempat yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar.

c. Kondisi siswa. Kondisi siswa juga menjadi persoalan penting di dalam kelas.
Karena kondisi peserta didik inilah yang akan membuat proses belajar mengajar di
dalam kelas menjadi berhasil atau sebaliknya. Dapat dicontohkan jika siswa bergairah
dalam belajar, cenderung proses belajar mengajar di dalam kelas menjadi kondusif,
sebaliknya jika siswa tidak bergairah dalam menerima pelajaran maka cenderung
proses belajar mengajar tidak efektif dan membuat siswa gaduh serta kurang
memperhatikan materi yang diajarkan. Dalam mengatasi masalah tersebut guru
sebaiknya memperhatikan materi atau bahan ajar, metode, media, dan strategi
pembelajaran

d. Teknik mengajar guru. Masalah teknik mengajar yang digunakan oleh guru inilah
menjadi masalah yang penting, dikarenakan jika guru pandai memilih dan
menggunakan teknik atau model-model strategi pembelajaran yang baik, cenderung
membuat kelas menjadi menarik. Untuk itu guru dituntut agar dapat menjadi pendidik
yang berkompetensi dalam bidangnya. 10. Pengelompokan masalah dalam
pengelolaan kelas Ada dua jenis masalah pengelolaan kelas, yaitu bersifat perorangan
atau individual dan yang bersifat kelompok. Perbedaan antara kedua jenis masalah itu
akan bermanfaat, terutama apabila guru ingin mengenali dan menangani
permasalahan yang ada di dalam kelas yang menjadi tanggung jawabnya. Dua
kategori masalah pengelolaan kelas yaitu sebagai berikut: a. Masalah individu atau
perorangan. Penggolongan masalah individual ini didasarkan atas anggapan dasar
bahwa tingkah laku manusia mengarah pada suatu pencapaian suatu tujuan yaitu
menjadi individu yang berguna, dan jika seorang individu gagal mengembangkan
kepercayaan dirinya terhadap rasa berharganya dia, maka akan ada penyimpangan
tingkah laku.16 Dan dalam konteks ini Dreikurs dan Casse membedakan empat
kelompok manajemen kelas yang bersifat individual, yaitu: tingkah laku menarik
perhatian orang lain, tingkah laku mencari kekuasaan, tingkah laku menuntut balas,
dan peragaan ketidak mampuan. Masalah individu ini menjadi sebuah penekanan
dalam memanajeman siswa, dan dalam mengatasi masalah tersebut perlu ada upaya
guru dalam meningkatkan motivasi dalam diri siswa yang bermasalah tersebut.
Sebagai contoh tingkah laku menarik perhatian orang lain, sikap individu seperti ini
dibutuhkan banyak perhatian dari seorang guru yaitu dengan cara memberikan
semacam motivasi, tugas yang mendidik, dan juga memberikan sebuah peranan
penting kepada siswa tersebut dalam proses belajar mengajar, seperti memberikan
kepercayaan untuk menjelaskan isi materi atau kesimpulan materi yang telah
disampaikan. b. Masalah kelompok Mudasir menyatakan bahwa ada tujuh masalah
pokok dalam kaitannya dengan pengelolaan kelas yaitu, kurangnya kekompakan,
kurang mampu mengikuti peraturan kelompok, reaksi negatif terhadap sesama
kelompok, penerimaan kelas (kelompok) atas tingkah laku yang menyimpang,
kegiatan anggota atau kelompok yang menyimpang dari ketentuan yang telah
ditetapkan, ketidak semangatan atau malas bekerja, dan tidak mampu menyesuaikan
diri terhadap lingkungan.18 Di dalam kelas terkadang juga terdapat masalah
kelompok, seperti kurang adanya kerja sama antara siswa, kurang mampu dalam
tugas-tugas kelompok, dan kurangnya memperhatikan lingkungan kelompok.
Masalah-masalah tersebut dapat diatasi oleh guru dengan memberikan model
pembelajaran yang menitik tekankan kepada proses kerja sama kelompok. Model
strategi pembelajaran yang dapat digunakan seperti strategi pembelajaran kooperatif,
yaitu sebuah strategi pendekatan dimana siswa harus menemukan,
mentransformasikan, dan memerikasa informasi yang ada secara kompleks.19
Pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif
dalam kelompok, dan strategi pembelajaran ini hendaknya mengondisikan dan
memberikan dorongan untuk dapat mengoptimalkan dan membangkitkan potensi
siswa dan menumbuhkan kreativitas anak.6
e. Permasalahan hubungan guru
Hubungan baik yang terjalin antara guru dengan murid adalah hubungan yang
professional dari guru dan karakter akademisi dari murid. Kedua belah pihak perlu
bersifat terbuka dan tak terbiaskan terhadap pendapat individual agar dapat melihat
satu atau lain hal secara objektif dan juga subjektif terhadap dasar-dasar negara.
Seorang guru memiliki suatu tuntutan tugas utama dari profesi mereka adalah untuk
berusaha mengembangkan segenap potensi siswa secara optimal agak siswa dapat
mandiri dan perkembang menjadi manusia yang cerdas, baik cerdas secara fisik,
intetelektual, sosial, emosional, moral dan sepiritual. Dalam melakukan pekerjaannya,

6
Irja Putra Pratama, “Manajemen Kelas (Peran Guru, Problem Dan Solusinya),” Iai Al-Azhar 1, no. 1 (2020):
232–45, https://e-journal.iai-al-azhaar.ac.id/index.php/tazkiroh/article/view/343%0Ahttps://e-journal.iai-al-
azhaar.ac.id/index.php/tazkiroh/article/download/343/255.
seorang guru terikat kepada Kode Etik Guru Indonesia (KEGI). Kode etik ini
mengikat guru demi menjaga nama baik profesi guru dan menjalin hubungan baik
antara guru dengan masyarakat luas. Kode Etik Guru Indonesia meliputi: 1. Menjaga
profesionalitas guru dalam tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, dan mengevaluasi kemajuan siswa. 2. Membimbing peserta didik untuk
memahami, menghayati dan mengamalkan hak dan kewajiban sebagai individu,
warga sekolah dan anggota masyarahat 3. Guru mengetahui bahwa setiap peserta
didik memiliki karakter berbeda dan masing-masing berhak atas layanan
pembelajaran. 4. Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan
menggunakannya untuk kepentingan proses pendiidkan. 5. Guru terus menerus
berusaha menciptakan, memelihara dan mengembangkan suasana sekolah yang
menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang efektif dan efisien Guru menjalin
hubungan peserta dengan didik yang dilandasi kasih sayang dan menghindarkan diri
dari tindak kekerasan fisik yang diluar batas kaidah pendidikan 8 Itu hanyalah
sebagian dari kode etik, karena tidak mungkin kami menyebutkan satu per satu.
Selengkapnya dalam kode etik, dapat dibaca di UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang
guru dan dosen. Hubungan antara murid dan guru dalam budaya Indonesia tidak
hanya ada di ruang kelas. Hubungan ini bahkan tidak berakhir ketika peserta didik
sudah tidak dalam naungan guru atau ketika guru sudah meninggalkan tugas.
Hubungan guru dengan murid ini masih akan berlangsung dan murid akan masih
memiliki sifat patuh terhadap guru meski sudah tidak memiliki ikatan formal lagi. 7

C. Permasalahan guru secara khusus


Adapun problematika guru dalam membentuk karakter peserta didik adalah
sebagai berikut:
a. Karakter religius
Problematika guru dalam membentuk karakter religius, salah satunya adalah
karena faktor lingkungan yang kurang mendukung. Apalagi dengan keluarga
yang mengalami broken home. Itu akan membuat peserta didik merasa tidak
mempunyai semangat karena tidak adanya keutuhan dalam keluarga, juga
tidak ada dorongan dan motivasi untuk si anak membentuk karakter
religiusnya. Problem guru yang lainnya yaitu masih ada peserta didik yang
belum lancar dalam membaca al-Qur‟an. Dan itu juga bisa karena pengaruh
7
Rachman, “Problematika Guru.”
dari lingkungan mereka. Selain itu, faktor dari guru pembimbing di sekolah
juga menjadi problem guru dalam membentuk karakter religius siswa.
Contohnya dalam kegiatan shalat Dhuha. Saat peserta didik akan melakukan
shalat Dhuha, biasanya mereka akan didampingi oleh guru pembimbingnya
untuk mengontrol kegiatan mereka. Jika guru pembimbing tidak bisa
menemaninya, dikhawatirkan peserta didik tidak melaksanakan kegiatan shalat
Dhuhany.
b. Karakter Disiplin
Problematika guru dalam membentuk karakter disiplin adalah terkadang masih
ada peserta didik yang „ngeyel‟. Kalau mereka melakukan kesalahan, mereka
tidak mau disalahi sendirian. Tidak langsung menerima tapi menyanggah
dahulu. Dan banyak protesnya. Dan membolos juga menjadi problem guru
dalam membentuk karakter disiplin siswa. Guru ingin anak-anak semuanya
bisa patuh, namun kenyataannya membutuhkan waktu yang panjang. Di saat
guru mencontohkan disiplin kepada peserta didik dan berharap mereka akan
ikut berdisiplin, itu belum tentu karena akan membutuhkan proses yang
panjang. Dalam menegakkan disiplin harusnya dimulai dari diri sendiri yang
memberikan contoh.

c. Karakter Kreatif
Problematika guru dalam membentuk karakter kreatif guru ingin menggali sisi
seni peserta didik, tetapi yang menjadi problem adalah peserta didik yang suka
plin-plan dan berakhir menjadi tidak ingin berkreasi karena kemalasan dari
diri mereka. Karena malasnya anak-anak itu guru harus pandai-pandai
mengajak mereka. Juga ada faktor dari keluarga yang tidak mendukung. Dan
perlu waktu yang lama karena harus mendatangkan pelatih yang bagus untuk
membentuk karakter kreatif anak dalam kegiatan ekstrakurikuler.

d. Karakter Bersahabat
Problematika guru dalam membentuk karakter bersahabat yaitu masih ada di
antara peserta didik yang mempunyai „geng-geng‟ atau kelompok dalam
berteman. Itu akan mempengaruhi karakter mereka dalam bersahabat. Mereka
menjadi pemilih dalam berteman. Dan tak ingin berbaur dengan teman yang
lain. Karena merasa teman dalam kelompoknya saja sudah cukup. Perasaan
mereka yang berlebihan akan mengikis karakter bersahabat mereka.
e. Karakter Jujur
Problematika guru dalam membentuk karakter jujur adalah masih adanya
peserta didik yang belum bisa jujur dalam mengerjakan soal-soal mereka. Dari
mulai ulangan harian, UTS maupun UAS. Masih tengok kanan kiri dalam
mengerjakannya. Gelisah, karena mereka tidak siap dan tidak belajar
semalamnya atau dari jauh-jauh hari. Dan banyak peserta didik yang tidak
mau berterus terang kepada gurunya. Salah satunya juga karena peserta didik
melihat dari sosok yang dia temukan. Baik di masyarakat atau lingkungan.
Yang lebih utama pasti karena faktor diri sendiri. Yang kedua faktor teman.
Pengaruh teman sangat luar biasa. Contohnya, di kelas dia mau jujur tapi
karena pengaruh teman jadi dia tidak jujur. Dalam mengerjakan soal saja anak
ini inginnya jujur tapi temannya yang menjerumuskan. Nilainya jadi anjlok,
tapi temannya jadi bagus.8

D. Solusi terhadap permasalahan guru


a. Umum
1. Guru harus menyusun perencanaan pembelajaran secara benar.
Harus selalu diingat mengajar tanpa persiapan merupakan jalan pintas dan dapat
merugikan perkembangan peserta didik.

2. Pemilihan metode belajar yang harus disesuaikan dengan faktor-faktor yang


mempengaruhi pengunaannya.

b. Khusus

1. Guru perlu belajar untuk menangkap perilaku positif yang ditunjukan oleh para
peserta didik, lalu segera memberi hadiah atas perilaku tersebut dengan pujian dan
perhatian, disisi lain, guru harus memperhatikan perilaku-perilaku peserta didik
yang negatif, dan meniadakan perilaku-perilaku tersebut agar agar tidak terulang
Kembali.9
8
Fuji Islami, “Problematika Guru Dalam Membentuk Karakter Peserta Didik Di MTs Islamiyah Ciputat,”
Bachelor’s Thesis, 2017, 1–134.
9
“423208429-Permasalahan-Yang-Dihadapi-Guru-1 (1),” n.d.
2. Mendisiplinkan peserta didik ketika kondisi guru tenang, menggunakan disiplin
waktu, menghindari menghina peserta didik, memilih hukuman yang tepat, dan
menggunakan disiplin sebagai alat pembelajaran.

3. Guru seharusnya dapat mengidentifikasi perbedaan individual peserta didik, dan


menetapkan karakteristik umum yang menjadi cirri kelasnya, dari ciri-ciri
individual yang menjadi karakteristik umumlah seharusnya guru memulai
pembelajaran.

4. Guru harus menjadi pembelajar sepanjang hayat, yang senantiasa menyesuaikan


ilmu pengetahuan yang dimilikinya dengan perkembangan yang terjadi
dimasyarakat.

5. Guru harus bertindak adil terhadap peserta didik tanpa terkecuali, selalu bertindak
objektif untuk mengetahui benar kemampuan peserta didik tanpa ada kebohongan.

6. Guru hendaknya tidak mencampur masalah pribadi dengan masalah


keprofesionalan guru karena hal tersebut akan mempengaruhi perkembangan dan
hasil belajar peserta didik.

c. Realita

1.Solusi permasalahan guru dapat melibatkan pendekatan yang holistik. Faktor-faktor


seperti peningkatan gaji, pelatihan profesional yang berkelanjutan, dukungan psikologis, dan
peningkatan fasilitas belajar dapat membantu meningkatkan kondisi kerja guru. Selain itu,
partisipasi aktif dalam pengambilan keputusan sekolah dan dialog terbuka antara guru, kepala
sekolah, dan pihak terkait lainnya dapat menjadi langkah positif
KESIMPULAN

Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan
membina anak didik, baik secara individual maupun klasikal, di sekolah maupun di luar
sekolah. Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi
belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses interaksi
edukatif. Sehingga kegiatan-kegiatan tersebut dapat menciptakan dan mempertahankan
konsisi yang optimal bagi terjadinya proses interaksi edukatif, misalnya penghentian tingkah
laku anak didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan
waktu penyelesaian tugas anak didik, atau penetapan norma kelompok yang produktif .Mutu
pendidikan adalah persoalan mikro di sekolah, bahkan perorangan. Hal ini bisa terwujud jika
proses pendidikan di sekolah benar-benar menjadikan siswa belajar dan belajar sebanyak
mungkin serta harus dilihat dari meningkatnya kemampuan belajar siswa secara mandiri.
Ada beberapa hal yang perlu dihidupkan dalam proses belajar mengajar, yaitu
perkembangan anak didik, Kemandirian anak, vitalisasi model hubungan demokratis,
vitalisasi jiwa eksploratif, kebebasan, menghidupkan pengalaman anak, kecerdasan
emosional dan Spiritual, keseimbangan pengembangan aspek personal dan sosial.

Daftar Pustaka

“423208429-Permasalahan-Yang-Dihadapi-Guru-1 (1),” n.d.

Helwig, Nathaniel E, Sungjin Hong, and Elizabeth T Hsiao-wecksler. “No 主観的健康感を


中心とした在宅高齢者における 健康関連指標に関する共分散構造分析 Title,”
n.d., 1–7.

Islami, Fuji. “Problematika Guru Dalam Membentuk Karakter Peserta Didik Di MTs
Islamiyah Ciputat.” Bachelor’s Thesis, 2017, 1–134.

Nuraeni, Risma, Sri Mulyati, Trisandi Eka Putri, Zulfandi Ramanda Rangkuti, Dudi Pratomo,
M Ak, S Ab, et al. “No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指
標に関する共分散構造分析 Title.” Diponegoro Journal of Accounting 2, no. 1 (2017):
2–6. http://i-lib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?dataId=2227%0A???%0Ahttps://
ejournal.unisba.ac.id/index.php/kajian_akuntansi/article/view/3307%0Ahttp://
publicacoes.cardiol.br/portal/ijcs/portugues/2018/v3103/pdf/3103009.pdf%0Ahttp://
www.scielo.org.co/scielo.php?scri.

Pratama, Irja Putra. “Manajemen Kelas (Peran Guru, Problem Dan Solusinya).” Iai Al-Azhar
1, no. 1 (2020): 232–45.
https://e-journal.iai-al-azhaar.ac.id/index.php/tazkiroh/article/view/343%0Ahttps://e-
journal.iai-al-azhaar.ac.id/index.php/tazkiroh/article/download/343/255.

Rachman, Tahar. “Problematika Guru.” Angewandte Chemie International Edition, 6(11),


951–952., 2018, 10–27.

Web, Admin. “No Title.” Kendala Administrasi Pendidikan Dan Solusinya, 2023.
https://adminsekolah.net/kendala-administrasi-pendidikan-dan-solusinya/.

Windayanti, Windayanti, Mihrab Afnanda, Ria Agustina, Emanuel B S Kase, Muh Safar, and
Sabil Mokodenseho. “Problematika Guru Dalam Menerapkan Kurikulum Merdeka.”
Journal on Education 6, no. 1 (2023): 2056–63. https://doi.org/10.31004/joe.v6i1.3197.

Anda mungkin juga menyukai