Anda di halaman 1dari 39

PEDOMAN PENYELENGGARAAN

PUSAT PELAYANAN KESELAMATAN TERPADU

PUBLIC SAFETY CENTER(PSC) 119

Direktorat JenderalPelayananKesehatan
DirektoratPelayananKesehatan Rujukan
2019
Daftar Isi

KataPengantar …………………………………………………………………… ii
Sambutan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan…………………….. iii
Tim Penyusun……………………………………………………………………. iv
BAB I Pendahuluan…………………………………………………………….. 1
A. Latar Belakang.………………………………………………………….. 1
B. Tujuan……………………………………………………………….. 2
C. Ruang Lingkup…..……………………………………………………. 3
D. Sasaran……………………….…………………………….………. 4
E. Dasar Hukum…………………………………………………….……….. 4
BAB II Pusat Pelayanan Keselamatan Terpadu/Public Safety Center 4
A. Maksud dan Tujuan………………………………………………….. 5
B. Fungsi ……………………………………………………………………
C. Prinsip Pelayanan……………………………………………………..
D. Panggilan Kegawatdaruratan……………………………………….
E. Penyelenggaraan……………………………………………………….
1. Tahapan Pembentukan……………………………………………
2. Ketenagaan…………………………………………………………..
3. Sarana dan Prasarana…………………………………………….
4. Peralatan Kesehatan ……………………………………………...
5. Pengorganisasian ………………………………………………….
6. Pembiayaan………………………………………………………….
7. Identitas ……………………………………………………………..
F. Registrasi ……………………………………………………………….
BAB III Pembinaan
A. Kementerian Kesehatan ………………………………………………..
B. Dinas Kesehatan Provinsi……………………………………………..
C. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota…………………………………..
BAB IV Monitoring dan Evaluasi .………………………………………......
A. Laporan Rutin
B. Laporan Tahunan
BAB V PENUTUP ……….……………………………………………………. 91
Lampiran …………………………………………………………………………. 92
Kata pengantar

Puji dan Syukur kita panjatkan kepada Allah SWT berkat rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga Pedoman Penyelenggaraan PSC 119(PSC 119)
telah selesai disusun. Pedoman ini berisi tentang petunjuk teknis dalam
mengimplementasikan Layanan Kegawadaruratan Medis dari Pra Fasilitas
Pelayanan Kesehatan melalui PSC 119.
Dalam upaya mewujudkan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
Terpadu119 telah dibentuk sistem yang terintegrasi yang di mulai dari pra
fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes), interfasyankes dan antar
fasyankes yaitu Layanan Emergensi Medik 119 melalui National Command
Center 119 dan Public Safety Center 119. Callcenter 119 bertujuan
mempermudah akses pelayanan pasien / korban gawat darurat. Dengan
adanya Call center 119, maka diharapkan akan memberikan kemudahan
kepada masyarakat mendapat pertolongan pada saat terjadi kasus kegawat
daruratan.
PSC 119 sebagai ujung tombak pelayanan kegawatdaruratan pra
rumah sakit di Kabupaten/Kota diharapkan dapat bersinergi dengan
seluruh jejaring fasilitas pelayanan kesehatan dan membangun jaringan
dengan seluruh pemangku kepentingan dalam menyelenggarakan
pelayanan kegawatdaruratan medis pra rumah sakit bagi masyarakat yang
membutuhkan.
Terimakasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah ikut dan
berkontribusi dalam penyusunan pedomanini. Semoga P e d o m a n ini dapat
bermanfaat bagi D inas Kesehatan Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia.

Jakarta, 2019

Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan

dr. Tri Hesty Widyastoeti,SpM,MPH


Sambutan
Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan

Pendekatan layanan Pra-Fasilitas Pelayanan Kesehatan


(Fasyankes) seperti yang tercantum di dalam Instruksi Presiden nomor
4 tahun 2013 mengamanahkan setiap kabupaten/kota harus
membentuk 1 (satu) Public Safety Center (PSC 119) yang berfungsi
sebagai pusat koordinasi layanan kegawatdaruratan di tiap daerah.
Berjejaring dengan National Command Center (NCC) 119, PSC 119
kabupaten / Kota memberikan tindakan pertolongan pertama
kegawatdaruratan medis, baik melalui algoritma gawat darurat medis
maupun tindakan penyelamatan di tempat kejadian serta pengiriman
bantuan petugas dan ambulans dan rujukan pasien ke fasyankes
terdekat.
PSC 119 merupakan wadah koordinasi untuk memberikan
pelayanangawatdarurat secara cepat, dan tepatbagimasyarakatselama
24jamseharisecara terusmenerus.FungsiPSC119 adalah
memberikanpanduantindakanawal(firstaid),mengirimbantuanpetugas
kesehatan dan ambulan, mengevakuasipasien ke fasilitas pelayanan
kesehatan (fasyankes) terdekatdanmengoordinasikan dengan fasyankes
tersebut.
Diharapkandengan adanyaPedoman Penyelenggaraan PSC
119(PSC 119) akan menjadikan standar yang sama dalam kegiatan
pelayanan kegawatdaruratan medis pra fasyankes.Akhirkata,semoga
pedoman ini dapat bermanfaat bagi seluruh Dinas Kabupaten/Kota
di seluruh Indonesia. Terima Kasih. Wassalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta
Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan,

dr. Bambang Wibowo, Sp.OG (K), MARS


TIM PENYUSUN

PSC 119 Provinsi


PSC 119 KAB/KOTA
Peserta Pertemuan Pembahasan
PSC 119 AGD Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang terjangkau dan
berkualitas bagi masyarakat merupakan target yang harus dicapai.
Salah satu penguatan akses pelayanan kesehatan adalah dengan
Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) yang
bertujuan memberikan pertolongan pertama pada kasus
kegawatdaruratan dibidang kesehatan.SPGDT berpedoman pada
respon cepat yang menekankan time saving is life and limb saving,
yang melibatkan pelayanan oleh masyarakat, tenaga
kesehatan,pelayanan ambulans gawatdarurat dan sistem komunikasi.
SPGDT mulai dikenal sejak Deklarasi Makassar tahun 2000
yang bersamaan dengan puncak acara Hari Kesehatan Nasional ke-
36. Dimana salah satu poin yang terdapat di dalam Deklarasi
Makasar tersebut adalah memasyarakatkan SPGDT sehari-haridan
bencana secara efektif dan efisien.Tujuan utama dari pencanangan
Deklarasi Makasar tersebut adalah terciptanya Safe Community
yang berarti masyarakat yang sehat, aman dan sejahtera,melalui
terselenggaranya pelayanan kesehatan PraFasilitas Pelayanan
Kesehatan.
SPGDT diIndonesia atau yang di negara lain disebut
EMS(Emergency Medical Services) perlu terus ditingkatkan kualitas
baik akses dan mutu layanannya. Untuk itu Kementerian Kesehatan
membentuk Pusat Komando Nasional /National Command Center
(NCC 119) dan di Kabupaten/Kota dibentuk PSC 119/Public Safety
Center (PSC 119). PSC 119 merupakan bagian utama dari rangkaian
kegiatan SPGDT pra-fasyankes yang berfungsi melakukan pelayanan
kegawatdaruratan dengan menggunakan algoritma kegawatdaruratan
dan tindakan pertolongan pertama di lokasi kejadian yang
diharapkan dapat menjamin respon cepat dan tepat untuk
menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan sebelum dirujuk ke
Fasyankes terdekat.
Pedoman ini diharapkan berguna bagi Dinas Kesehatan
provinsi dan Kabupaten/Kota dalam menyelenggarakan pelayanan
gawat darurat medis sehari pra fasyankes diwilayahnya masing -
masing.

B. Tujuan
Tersedianya Pedoman bagi Pemerintah Daerah Provinsi dan
Kabupaten/Kota dalam pembentukan dan penyelenggaraan
pelayanan kegawatdaruratan melalui PSC 119

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari pedoman ini yaitu panduan bagi Dinas Kesehatan
Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam melaksanakan pembentukan dan
penyelenggaraan PSC 119 di daerah masing – masing.

D. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Inpres No. 4 Tahun 2013 Tentang Program Dekade Aksi
Keselamatan Jalan
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 001 Tahun 2012 tentang
Sistem RujukanPelayanan Kesehatan Perorangan
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19 tahun 2016 tentang
SistemPenanggulangan Gawat Darurat Terpadu
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 47 tahun 2018
tentangPelayanan Kegawatdaruratan
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 882 Tahun 2009
tentang Pedoman Evakuasi Medik
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 462 Tahun 2002 tentang
Safe Community
BAB II
PUBLIC SAFETY CENTER (PSC 119)
PUSAT PELAYANAN KESELAMATAN TERPADU

Pusat Pelayanan Keselamatan Terpadu/Public Safety Center yang


selanjutnya disebut PSC 119 adalah pusat pelayanan yang menjamin
kebutuhan masyarakat dalam hal-hal yang berhubungan dengan
kegawatdaruratan medis yang berada di kabupaten/kota yang merupakan
ujung tombak pemberi pelayanan untuk mendapatkan respon cepat dan
tepat selama 24 jam secara terus menerus kepada masyarakat yang
membutuhkan.PSC berfungsi sebagai pemberi pelayanan Korban/Pasien
Gawat Darurat dan/atau pelapor melalui proses triase (pemilahan kondisi
Korban/Pasien Gawat Darurat), pemandu pertolongan pertama (first aid),
pengevakuasi Korban/Pasien Gawat Darurat dan pengordinasi dengan
fasilitas pelayanan kesehatan.
PSC 119 Provinsi dapat dibentuk untuk memperkuat dan
mengoptimalkan pelayanan PSC 119 Kabupaten/Kota diwilayahnya dan
dapat menjadi pusat panggilan dengan kode akses 119 dan meneruskan
panggilan kepada seluruh PSC 119 Kab/Kota atau fasyankes terdekat.
Kegawatdaruratan yang dilayani adalah kejadian gawat darurat
medis sehari-hari, seperti kecelakaan lalu lintas, kegawatdaruratan ibu
dan anak, kejadian/sakit mendadak yang menimpa masyarakat seperti
serangan jantung/ serebrocardiovaskuler, dan berbagai macam trauma
baik korban akibat tindak kriminal, kebakaran, kerusuhan sosial, dan
lain sebagainya.

A. Tujuan
Tersedianya pedoman bagi pemerintah daerah Provinsi Kab/Kota
dalam pembentukan dan penyelenggaraan PSC 119
B. Fungsi
PSC 119 merupakan unit pelayanan kesehatan pra fasyankes bagi
masyarakat yang mengalami kegawatdaruratan yang berfungsi untuk:
1. Melaksanakan pelayanan yang cepat, cermat, dan tepat dalam
penanganan korban kegawatdaruratan Prafasyankes, baik medis
sehari-hari maupun dibutuhkan saat dalam keadaan bencana.
2. Melaksanakan proses evakuasi korban ke fasilitas kesehatan
terdekat.

C. Prinsip Pelayanan
Prinsip-prinsip yang digunakan dalam pelaksanaan pelayanan PSC
119 adalah:
1. Waktu respon yang cepat
2. Akses komunikasi yang mudah digunakan dengan waktu yang
seefisien dan seefektif mungkin
3. Rujukan cepat dan tepat pasien, waktu korban dengan tepat
dilokasi kejadian dan dirujuk ke Fasyankes yang tepat sesuai
dengan keadaan korban dengan sebaik mungkin

D. Panggilan Kegawatdaruratan
Layanan 119 merupakan kolaborasi nasional antara Pemerintah
Pusat dengan Pemerintah Daerah, dimana terjadi integrasi layanan
antara NCC 119 yang berada di Kantor Kementerian Kesehatan
dengan PSC 119 yang berada di tiap Kabupaten/Kota. Alur layanan
119 dimulai saat NCC 119 menerima panggilan dari masyarakat di
seluruh Indonesia selama 24 jam, dimana semua panggilan akan
diteruskan secara langsung/dispatch dari NCC 119 ke PSC 119
Kabupaten/Kota yang terintegrasi dan berada diwilayah terdekat
dengan korban atau pasien dan selanjutnya PSC 119 akan menangani
sekaligus menindaklanjuti laporan gawat darurat yang dibutuhkan.
PSC 119 yang menggunakan nomor lokal, aplikasi atau operator
tertentu akan menerima panggilan melalui NCC 119 dan daerah yang
belum ada PSC 119 maka panggilan akan diteruskan ke fasyankes
terdekat.
PSC 119 berjejaring dengan fasilitas pelayanan kesehatan terdekat
dengan lokasi kejadian untuk mobilisasi ataupun merujuk pasien
guna mendapatkan penanganan gawat darurat. PSC 119 dapat
dilaksanakan secara bersama-sama dengan jejaring seperti fasilitas
kesehatan terdekat (Klinik, Puskesmas, Rumah Sakit) maupun
jaringan seperti unit teknis lain seperti layanan antar jemput
ambulans, pemadam kebakaran, kepolisian, BPBD/ badan
penanggulangan bencana daerah, dan instansi terkait lainnya.

Gambar1.1 AlurLayanan NCC-PSC 119


Alur Layanan NCC ke PSC 119 sebagai berikut :

1. Alur kerja NCC 119


NCC 119 mempunyai fungsi sebagai pemberi informasi dan
panduan terhadap penanganan kasus kegawardaruratan serta
meneruskan setiap informasi yang diterima kepada PSC 119 untuk
kemudian ditindaklanjuti sesuai standar prosedur yang ada
dimasing- masing PSC 119.
Dalam menjalankan fungsinya, NCC 119 memiliki alur kerja
sebagai berikut:
a. Panggilan masuk dari seluruh Indonesia ke nomor tunggal 119
dan masuk ke NCC, bisa berupa kasus terkait
gawatdaruratmedis, non-medis maupun non-emergensi.
b. Diterima oleh petugas NCC yang bertugas di hari itu,
didampingi oleh supervisor (dokter)
c. Memilah panggilan emergensi dan non emergensi serta non
katagori. Panggilan emergensi terdiri dari emergensi medis dan
non medis medis dan yang lain dikelompokkan menjadi
panggilan non emergensi maupun non kategori
d. Panggilan emergensi yang masuk ditentukan prioritasnya.
e. Jika telah ditentukan prioritasnya, dilakukan identifikasi
panggilan dan jika korban membutuhkan tata laksana,
diberikan algoritma bantuan medis beserta bantuan hidup
dasar/ BHD.
f. Meneruskan panggilan (dispatch) ke PSC 119, jejaring
(fasyankes) atau melakukan prosedur dispatch khusus.
g. Dokumentasi, pelaporan, monitoring dan evaluasi.

2. Alur kerja PSC 119


PSC 119 diselenggarakan 24 jam sehari secara terus
menerus dalam memberikan pelayanan gawatdarurat secara cepat,
tepat dan cermat bagi masyarakat.
Dalam menjalankan fungsinya, PSC 119 memiliki alur kerja
sebagai berikut:
a. Panggilan yang masuk dari terusan dari NCC 119 atau nomor
lokal / nomor seluler / Aplikasi terintegrasi dengan kode akses
119 akan diterima oleh petugas PSC 119 yang bertugas
b. Petugas akan memilah panggilan emergensi dan non emergensi
serta non katagori. Panggilan emergensi terdiri dari emergensi
medis dan non medis medis dan yang lain dikelompokkan
menjadi panggilan non emergensi maupun non kategori
c. Panggilan emergensi yang masuk ditentukan prioritasnya.
d. Jika telah ditentukan prioritasnya, dilakukan identifikasi
panggilan dan jika korban membutuhkan tata laksana,
diberikan algoritma bantuan medis beserta bantuan hidup
dasar/ BHD.
e. Meneruskan panggilan (dispatch) ke jejaring (fasyankes) atau
melakukan prosedur dispatch khusus.
f. Dokumentasi, pelaporan, monitoring dan evaluasi

Mekanisme kerja:

a. Panggilan diterima oleh agent PSC 119 yang bertugas,


dilakukan panduan untuk identifikasi sekaligus pertolongan
pertama melalui algoritma, kemudian diambil suatu
keputusan apakah panggilan yang masuk tersebut akan
ditindak lanjuti atau tidak.
b. Jika korban membutuhkan tata laksana, PSC 119
mengirimkan ambulans beserta Tim medis maupun
menghubungi jejaring atau instansi terkait di daerah PSC
119 tersebut.
c. Memberikan pertolongan pertama di lokasi kejadian,
melakukan evakuasi pasien dan membawa ke fasilitas
pelayanan kesehatan terdekat yang memadai.
d. Jika PSC 119 menerima hasil panggilan terusan(dispatch),
maka data informasi panggilan maupun kegawatdaruratan
yang sudah dikumpulkan dalam proses identifikasi oleh
agent NCC, dapat dilihat pada i n f o r m a s i yang terkirim
melalui sistem SPGDT.
e. JikaPSC1 1 9 menerimapanggilan langsung yang masuk
melalui nomorlokal maupunekstension-nya, maka
prosedurnya mengikuti prosedur NCC 119.
(identifikasi,algoritma bantuan medis, BHD)

B. Katagori Layanan
Semua panggilan masuk dibagi menjadi tiga kategori besar
utama yaitu emergensi, non-emergensi, non-kategori. Berdasarkan
fungsi dan tujuan awal dari pembentukan NCC-PSC 119 sebagai
layanan kegawatdaruratan medis, maka kategori yang menjadi
lingkup kerjanya dalah emergensi medis (trauma dan non-trauma).
Meskipun seperti itu, kategori di luar emergensi medis, memiliki
prosedur layanan yang tetap harus dijalankan oleh pengelola layanan
dalam hal ini petugas yang berjaga/agent.

Gambar 1.2Pembagian Katagori Panggilan


Non emergensi dibagi lagi dengan medis dan non medis

E. Penyelenggaraan
Dalam penyelenggaraan pelayanan kegawatdaruratan pra rumah
sakit perlu dilakukan tahapan pembentukan PSC 119 di daerah. Untuk itu
diperlukan regulasi / kebijakan di Provinsi, Kabupaten/Kota bisa
berbentuk peraturan daerah, peraturan Gubernur/Bupati/Walikota atau
minimal SK
Ketenagaan
Ketenagaan yang diperlukan dalam PSC 119 antara lain:
 Koordinator
 Tenaga kesehatan (dokter, perawat, bidan) yang memiliki
keterampilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat
 Petugas Operator Call Center (tenaga kesehatan)
 Petugas pendukung lainnya (seperti IT, administrasi dan
Pengemudi ambulans yang dibekali dengan keterampilan
Bantuan hidup Dasar serta safety driving)
Minimal BHD dan dapat dilengkapi dengan sertifikat safety driving

Ke semua unsur diatas bekerja dalam satu tim Pelayanan Gawat Darurat
Terpadu. Dengan demikian, pada satu PSC 119 dapat dibentuk beberapa
tim, yang disiapkan untuk melayani beberapa kasus kegawatdaruratan
yang terjadi secara bersamaan baik pada satu maupun beberapa tempat
kejadian.
Sarana dan Prasarana
Kelengkapan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk
mengoperasionalkan PSC 119 tergantung dari penetapan tempat untuk
Pusat Pelayanan Keselamatan Terpadu. Bilamana ditetapkan pada satu
atap atau satu area pelayanan, maka yang perlu dipersiapkan antara lain:
1. Pos/bangunan/tempat aktifitas.
2. Ambulan gawat darurat Jejaring sistem komunikasi dan
informasi.
3. Sapras dan Alat Pendukung lainnya (lampiran, contoh : APD,
alat rescue)
Bilamana masih menggunakan tempat masing-masing pelaksana tugas,
perlu diatur/dijalin sistem komunikasi yang handal yang memungkinkan
adanya pergerakan yang sama bilamana ada kasus gawat darurat
dilapangan.

Tergantung pada luas area pelayanan yang ditetapkan, dapat diatur


penempatan sarana dan prasarana yang diarahkan untuk mendekatkan
dan mempercepat pelayanan ke masyarakat yang memerlukan. Titik-titik
penempatan sarana pelayanan harus tertuang pada peta wilayah sehingga
memudahkan untuk penggerakannya.

Peralatan Kesehatan
Peralatan kesehatan yang diperlukan antara lain:

1. Alat Medis
 Alat untuk penanganan kegawatdaruratan Airway, Breathing,
Circulation dan Disability, baik tingkat dasar maupun
lanjutan.
 Alat untuk penyelamatan (rescue), lengkap dengan collar neck
(alat fiksasi)
 Emergency Kit
2. Alat penunjang lain

Pengorganisasian
Pengorganisasian Pusat Pelayanan Keselamatan Terpadu didasarkan pada
peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah (provinsi, kabupaten
maupun kota) sebagai legalitas adanya Pusat Pelayanan Keselamatan
Terpadu.

STRUKTUR ORGANISASI
 PSC, sebagai pusat pelayanan yang menjamin kebutuhan
masyarakat dalam hal-hal yang berhubungan dengan
kegawatdaruratan di tingkat kabupaten/kota, dapat ditempatkan di
mana saja, antara lain :
─ melekat pada dinas kesehatan kabupaten/kota
─ Fasyankes
─ lokasi lain yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah.
 Struktur Organisasi
Struktur organisasi PSC di tiap daerah disesuaikan dengan
kemampuan dan kebutuhan dari masing-masing daerah tersebut.
Adapun struktur dasar dari organisasi PSCsekurang-kurangnya
terdiri dari :

Tiap daerah diberi kebebasan untuk mengembangkan struktur


organisasi tersebut dengan mempertimbangkan kekhususan dan
kemampuannya, sebagai contoh berikut :
STRUKTUR PELAKSANA
PUBLIC SAFETY CENTER119
WALIKOTA

KEPOLISIAN PEMADAM KEBAKARAN KEPALA DINAS PENANGGULANGAN PIHAK LAIN SESUAI


BENCANA KEBUTUUHAN
KESEHATAN

KETUAPELAKSANA
HARIAN
BADAN
ASURANSI

SEKRETARIAT

PEMBIAYAAN KOORDINATORTIMAMBULANS KOORDINATOROPERATOR


KOMUNIKASI

TIM AMBULANS (S) OPERATOR KOMUNIKASIRS

TIMAMBULANS (B) OPERATORKOMUNIKASI

LINTAS SEKTOR

Keterangan : garis koordinasi


garis komando
Sarana Dan Prasarana
1. Bangunan

Bangunan PSC

Persyaratan tata bangunan dan lingkungan PSC sebagaimana meliputi :


a. Peruntukan lokasi dan intensitas bangunan sesuai ketentuan peraturan
daerah setempat.
b. Desain bangunan Rumah Sakit, yang meliputi:
1) Bentuk denah bangunan Rumah Sakit simetris dan sederhana untuk
mengantisipasi kerusakan apabila terjadi gempa.

2) Masa bangunan ……… Massa bangunan harus mempertimbangkan


sirkulasi udara dan pencahayaan.

3) Tata letak bangunan-bangunan (siteplan) dan tata ruang dalam


bangunan harus mempertimbangkan jumlah SDM yang bekerja,

4) Tinggi rendah bangunan harus dibuat tetap menjaga keserasian


lingkungan dan peil banjir.

5) Aksesibilitas di luar dan di dalam bangunan harus mempertimbangkan


kemudahan bagi semua orang

6) Bangunan Rumah Sakit harus menyediakan area parkir kendaraan


dengan jumlah area yang proporsional disesuaikan dengan peraturan
daerah setempat.

7) Perancangan pemanfaatan tata ruang dalam bangunan harus efektif


sesuai dengan fungsi-fungsi pelayanan

Bangunan PSC terdiri atas:


a. Ruang operator
b. Ruang kepala PSC
c. Ruang rapat/ aula
d. R. istirahat petugas
e. Pantry
f. Toilet
g. Pelataran parkir yang mencukupi (ambulans dan petugas)

Instalasi Mekanikal dan Elektrikal Pasal 20 Instalasi mekanikal dan elektrikal


pada Bangunan Rumah Sakit meliputi: a. Instalasi transportasi vertikal; b.
Instalasi sistem pencahayaan; c. Instalasi sistem kelistrikan; dan d. Instalasi
proteksi petir.
NO. Nama ruangan Persyaratan Ruangan Keterangan
1 Ruang operator Luas ruangan disesuaikan dengan
jumlah petugas dengan
perhitungan 3-5 m2/ petugas
Ruangan harus dijamin terjadinya
pertukaran udara baru alami
maupun mekanik
Intensitas cahaya cukup
2 Ruang rapat/ aula Luas ruangan disesuaikan dengan
jumlah petugas dengan
perhitungan 3-5 m2/ petugas

3 Ruang kepala PSC Luas ruan kerja kepala PSC


minimal 2x3 m.

4 R. istirahat Luas ruangan disesuaikan dengan Jumlah 2


petugas jumlah petugas

5 Pantry

6 Toilet Toilet petugas mengikuti


persyaratan toilet umum
7 Janitor/ ruang umum
petugas
kebersihan
2. Alat komunikasi (kode akses 119 dan atau nomor lokal)
a. Komunikasi masyarakat ke petugas PSC 119
b. Komunikasi antar petugas
c. Komunikasi PSC 119 dengan Fasyankes
d. Komunikasi PSC 119 dengan lintas sektor
3. Ambulans (mengikuti aturan terkait manajemen layanan ambulans)
Jenis Ambulans
Jenis Ambulans yang digunakan harus mempertimbangkan faktor
geografis, jarak tempuh, waktu, cuaca, dan tingkat transport pasien.
Ambulans dibagi menjadi 3 (tiga) jenis yaitu:
1. Ambulans Transportasi
a. Ambulans transportasi Darat;
b. Ambulans transportasi Air;
c. Ambulans transportasi Udara.
2. Ambulans Gawat Darurat
a. Ambulans Gawat Darurat darat
1. Ambulans Gawat Darurat roda 2
2. Ambulans Gawat Darurat roda 4 atau lebih
b. Ambulans Gawat Darurat Air
c. Ambulans Gawat Darurat Udara
3. Ambulans Jenazah atau Kereta Jenazah
Mobil Jenazah atau Kereta Jenazah adalah kendaraan yang digunakan
untuk mengangkut jenazah.

A. Ambulans Transport
1. Penamaan Ambulans Transport adalah AMBULANS 119 (AT 119)
2. Ambulans Transportasi dapat dibedakan:
 Ambulans transportasi darat
 Ambulans transportasi Air
 Ambulans transportasi udara
3. Tujuan penggunaan
Pengangkutan dan membawa penderita yang memerlukan transportasi
dari lokasi ke layanan kesehatan atau antar layanan kesehatan dan
diperkirakan tidak akan timbul kegawatdaruratan selama dalam
perjalanan (tingkat transport pasien level 0-1).
4. Spesifikasi Teknis
1) Peralatan Medik
Ambulans Transport minimal mempunyai peralatan brankar,
oksigen, tempat infus, dan alat komunikasi.
2) Jenis Kendaraan Ambulans
a) Kendaraan Ambulans Transport darat
• Kendaraan Ambulans transport dapat berupa roda 4
(empat) dan atau lebih, jenis apa saja.
• Jenis Kendaraan yang difungsikan sebagai Ambulans dapat
menyesuaikan kondisi daerah.
b) Kendaraan Ambulans Transport Air
Ambulans Transportasi air dapat berupa kapal (boat) dan
Kapal laut (ship) atau speedboat
c) Kendaraan Ambulans Transport Udara
Ambulans udara dapat berupa helikopter maupun pesawat
terbang.
B. Ambulans Gawat Darurat
1. Ambulans gawat darurat dapat digunakan dalam pelayanan
kegawatdaruratan medis prafasyankes maupun antar fasyankes
yang merupakan rangkaian pelayanan kegawatdaruratan.
2. Penamaan Ambulans Gawat Darurat adalah AMBULANS GAWAT
DARURAT 119 (AGD 119)
3. Berdasarkan jenis transportasinya, Ambulans gawat darurat
dibedakan menjadi:
 Ambulans darat
 Ambulans air
 Ambulans udara
4. Berdasarkan tingkat kemampuan dalam layanan gawat darurat,
ambulans gawat darurat dibagi menjadi:
 Ambulan Basic Life Support (BLS)
 Ambulans Advanced Life Support (ALS)
5. Tujuan Penggunaan
a) Pertolongan Penderita Gawat Darurat Pra Fasyankes
b) Pengangkutan penderita gawat darurat yang sudah distabilkan
dari lokasi kejadian ke tempat tindakan defenitif dan transport
pasien dengan tingkat transport 2-3 antar fasyankes.
6. Spesifikasi Teknis Ambulans Gawat Darurat
1) Peralatan Medik
a) Ambulans Gawat Darurat dilengkapi dengan peralatan yang
dapat menangani gangguan Airway, Breathing, Circulation, dan
Disability. (lihat lampiran 3)
b) Semua peralatan medik harus dapat terkoneksi sambungan
AC/DC dan memiliki back up baterai.
2) Jenis Kenderaan Ambulans Gawat Darurat
a) Kendaraan Ambulans Gawat Darurat Darat
• Kendaraan Ambulans Gawat Darurat dapat berupa kendaraan
roda 2 atau roda 4/lebih jenis apa saja.
• Jenis Kendaraan yang difungsikan sebagai Ambulans dapat
menyesuaikan kondisi daerah.
b) Kendaraan Ambulans Gawat darurat Air
• Kendaraan Ambulans Gawat darurat Air dapat menggunakan
Kapal Laut (Ship),
c) Kendaraan Ambulans Gawat darurat Udara
• Kendaraan Ambulans Gawat darurat Udara dapat berupa
helikopter maupun pesawat terbang
Syarat umum Kendaraan Ambulans
1. Ambulans darat roda 4 dan atau lebih:
a) Kendaraan dengan suspensi lunak
b) Warna kendaraan sebaiknya sebagian besar putih dengan
beberapa tanda pengenal khusus yang dapat dibaca dari jarak 60
meter yang memantulkan cahaya.
c) Tulisan Ambulans di depan mobil dengan bacaan huruf terbalik
dan dapat memantulkan cahaya
d) Tulisan Ambulans dan nama instansi pemilik Ambulans di
bagian belakang dan samping kiri-kanan serta logo “Layanan
Emergensi Medik 119” atau “Transport “ pada bagian depan,
samping belakang kanan dan kiri serta kaca belakang Ambulans
dengan ukuran proporsional dan terlihat dengan jelas. (logo
layanan emergensi Medik 119 terlihat pada lampiran peraturan)
e) Lambang Emergensi di samping kanan kiri belakang dengan
ukuran proporsional dan terlihat dengan jelas (lambang
emergensi terlihat pada lampiran peraturan)
f) Tulisan sponsor hanya boleh diletakkan di samping belakang
dengan ukuran maksimal 10 kali 50 cm.
g) Pintu belakang dapat dilalui brankar atau stretcher dan petugas.
h) Lampu rotator berwarna merah terletak di tengah depan atap
kendaraan dan dapat terlihat dari belakang
i) Kendaraan dilengkapi sirine serta klakson
j) List Warna sepanjang samping kiri-kanan bagian bawah dengan
lebar 25 cm sebagai penanda Ambulans, yang terdiri dari:
 List Warna Merah untuk Ambulans Gawat Darurat
 List Warna Kuning untuk Ambulans Transport
 List warna Hijau untuk Puskesmas Keliling
 List Warna HItam untuk Ambulans Jenazah
2. Persyaratan umum Ambulans gawat darurat roda dua:
a) Kendaraan bermotor, minimal Silinder 100 cc atau lebih
b) Warna kendaraan putih
c) Tulisan Ambulans di bagian depan kendaraan dengan bacaan
huruf terbalik dan dapat memantulkan cahaya
d) Tulisan Ambulans dan nama instansi pemilik Ambulans di
bagian samping kiri-kanan kotak alat emergensi serta logo
“Layanan Emergensi Medik 119” di bagian belakang kotak alat
emergensi dan dengan ukuran proporsional dan terlihat dengan
jelas.
e) Tempat duduk 2 (dua) orang
f) Lampu rotator berwarna merah dan terletak di belakang
kendaraan
g) Radio komunikasi atau radio genggam
h) Motor dilengkapi dengan sirine serta klakson
i) Helm, Jaket dengan identitas dibuat dari bahan pemancar
cahaya.

6. Pembiayaan
Pembiayaan untuk operasional PSC dapat bersumber dari :
1. APBN
2. APBD
3. Dana Alokasi Khusus (DAK)
4. Dana Dekonsentrasi
5. Pihak ketiga (sponsorship/CSR)
6. Sumber pendanaan lain yang sah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan

7. Identitas PSC 119


A. Lambang dan Seragam
Dalam rangka keseragaman sekaligus bersosialisasi kepada
masyrakat tentang adanya system penganggulangan kegawatdaruratan
di Indonesia dengan mengggunakan 1 nomer tunggal,dan
melaksanakan penanganan kegawatdaruratan, dibutuhkan identitas
tersendiri dari PSC 119 dalam melaksanakan tugas masyarakat dapat
mengetahui dan mempersilakan petugas untuk melaksanakan
tugasnya. Sehingga dibentuklah lambang kegawatdaruratan serta
seragam yang dapat digunakan di masing-masing PSC 119 di seluruh
Indonesia.desain tersebut adalah sebagai berikut:

Lambang Kegawatdaruratan 119

Lambang kegawatdauratan 119 mempunyai bentuk Perisai yang mempunyai


makna melindungi diatasnya lambang kementerian Kesehatan
mencerminkan dibawah koordinasi Kementerian Kesehatan, angka 119 di
tengah menjelaskan nomor panggilan Kegawatdaruratan medis, Kombinasi
warna merah putih menggambarkan Indonesia.
Untuk identitas PSC prov, Kab/kota dalam bentuk lambang disesuaikan
daerah masing-masing dan untuk Indonesia memakai lambang yang sama

Desain Seragam PSC 119


Desain Baju Dinas Petugas PSC (Public Safety Center)119:

1. Warna Baju Hitam dan Benang Jahit warna hitam


2. Lengan Panjang dan Kancing di siku
3. Lengan Kanan : Logo Pemerintah Daerah
4. Lengan Kiri : Logo PSC Daerah
5. Bagian Depan :
- Kanan Atas : Nama Pemerintah Daerah dan List Kotak (Warna Hijau )
- Kiri Atas : Logo Kementerian Kesehatan (Warna Sesuai) dan Tulisan NCC dan
PSC (Warna Putih) serta 119 (Warna Merah)
- Kanan Kiri Bawah : 2 Kantong Depan Bawah (Untuk Perempuan)
6. Bagian Belakang :
- Atas : Logo 119
- Bawah : Tulisan Public Safety Center (warna Putih) dan 119 (warnamerah) serta Nama
PSC 119 Pemerintah Daerah (Warna Hijau)
Desain Seragam PSC 119 Laki - laki Desain Seragam PSC 119 Perempuan

Detail Seragam PSC 119

3 cm

8,5cm

7 cm
7 cm

List danTulisan Warna Hijau

9 cm

24 cm
BAB III

PEMBINAAN

Pembinaan dapat dilakukan sebagai tugas dan tanggung jawab mulai


dari Pemerintah Pusat sampai ke Pemerintah Daerah.

a. Pemerintah Pusat memiliki tugas dan tanggung jawab, yaitu :


1. Memfasilitasi pelaksanaan kegiatan pembentukan PSC 119 di
daerah
2. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan PSC 119
Provinsi, Kabupaten/Kota
3. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan
PSC 119 Provinsi, Kabupaten/Kota
4. Melakukan koordinasi dengan instansi kesehatan provinsi atau
kabupaten/kota terhadap Penyelenggaraan PSC 119
5. Menghimpun dan mengkompilasikan data dari PSC 119 Provinsi,
Kabupaten/Kota

b. Pemerintah Daerah Provinsi memiliki tugas dan tanggung jawab, yaitu:


1. Mengoordinasikan dan membentuk PSC 119 Provinsi bilamana PSC
119 Kabupaten/Kota diwilayahnya belum optimal dan ………….
2. Memfasilitasi pelaksanaan kegiatan pembentukan dan peningkatan
kapasitas serta kemampuan penyelenggaraan PSC 119 di
wilayahnya
3. Menghimpun data penyelenggaraan PSC 119 Kabupaten/Kota
4. Melakukan evaluasi terhadap Penyelenggaraan PSC 119 di
wilayahnya.

c. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota memilik tugas dan bertanggung


jawab, yaitu:
1. Melaksanakan penyelenggarakan PSC 119
2. Melakukan kerja sama dengan kabupaten/kota lain di dalam dan di
luar provinsi terdekat
3. Menguatkan kapasitas kelembagaan, peningkatan sumber daya
manusia dan pendanaan untuk penyelenggaraan PSC 119
4. Melaksanakan kegiatan pembentukan dan peningkatan kapasitas
serta kemampuan PSC 119
5. Melakukan pendataan dalam penyelenggaraan PSC 119
kabupaten/kota.

Dalam menyelenggaraan PSC 119, yang perlu dilakukan monitoring


dan evaluasi, terhadap :
(1) payung hukum dan regulasi
(2) lokasi
(3) SDM
(4) sarana, prasarana dan peralatan serta jaringan komunikasi
(5) Program kerja/SOP
(6) Jejaring kerja
(7) Anggaran yang dibutuhkan.

Terkait dengan pelaporan, setiap PSC 119 harus melakukan


 pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan PSC 119
 Pelaporan secara berkala setiap tahun melalui sistem pelaporan
kegiatan PSC 119 secara online dan memberikan tembusan
kepada Bupati/Walikota melalui Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Selanjutnya, Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota akan melakukan kompilasi laporan dan
menyampaikan hasil kompilasi laporan kepada Gubernur
melalui Dinas Kesehatan Provinsi. Sedangkan Dinas Kesehatan
Provinsi melakukan kompilasi laporan dan menyampaikan hasil
kompilasi kepada Menteri Kesehatan melalui Direktur Jenderal.
Menteri, Gubernur dan Bupati/ Walikota melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan PSC
119. Pembinaan dan pengawasan dilaksanakan melalui
monitoring dan evaluasi secara berkala untuk mewujudkan
sinergi, kesinambungan dan efektifitas pelaksanakan PSC 119
yang dilakukan secara berkala melalui koordinasi dan
pemantauan langsung
1. Sistem Pelaporan Data
a. dokumentasi
b. pelaporan, yang memuat data;
1. jumlah panggilan yang masuk (bulan/tahunan)
2. jumlah panggilan yang ditangani
3. jumlah pasien / korban yang dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan
4. rata-rata waktu respon petugas sampai ke lokasi kejadian
5. jumlah personil/SDM
6. jumlah ambulans

2. Pengembangan Pelayanan Call Center PSC 119


a. Penguatan Jejaring
b. Sistem Komunikasi
c. Kerjasama lintas sektor
d. Inovasi layanan
3. Penguatan Koordinasi dan jejaring dengan Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama dan Tingkat Lanjut

Koordinasi sangat diperlukan terutama dalam bantuan mobilisasi


ambulans serta rujukan berjenjang ke fasilitas pelayanan kesehatan yang
lebih tinggi. Seluruh fasilitas pelayan kesehatan membentuk tim atau
bagian yang bertanggung jawab untuk layanan pra rumah sakit
BAB IV

PENUTUP

Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota sesuai tugas dan


fungsinya diharapkan dapat melakukan pembinaan dan pengawasan dalam
mengoptimalkan layanan kegawatdaruratan medis di Wilayah kerjanya
masing – masing sesuai kemampuan yang dimiliki.

Akhirnya kami sampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya atas


tanggungjawab dan pengabdian dalam mendukung tercapainya akses
layanan emergensi medis pra fasilitas pelayanan kesehatan dan peningkatan
derajat kesehatan seluruh masyarakat Indonesia.
PROFIL PSC 119

1. NAMA PSC 119

2. ALAMAT PSC 119


A. Jalan
B. Nomor telp lokal
C. Nomor FAX
D. Website
E. Alamat Email
F. Media sosial

3. PIMPINAN PSC 119

4. NO KONTAK PSC 119

5. NO SK PEMBENTUKAN PSC 119

6. TANGGAL PEMBENTUKAN PSC 119

7. AMBULANS
A. DARAT
1. RODA 2
2. RODA 4
3. RODA > 4
B. AIR
1. SPEED BOAT
2. KAPAL LAUT
C. UDARA
1. PESAWAT
2. HELIKOPTER

8. TENAGA PSC
A. KOORDINATOR
B. PETUGAS KESEHATAN
C. OPERATOR
D. PENDUKUNG LAINNYA
Petunjuk Pengisian Registrasi Online PSC 119
Nomor dan tanggal registrasi by sistem
1. NAMA PSC 119
Diisi dengan nama PSC 119 kabupaten/Kota sesuai Surat Keputusan

2. ALAMAT PSC 119


Diisi sesuai alamat
a. Jalan :(cukup jelas)
b. Provinsi : pilihan provinsi
c. Kabupaten/kota : pilihan kabupaten/kota
d. Nomor telp lokal :(cukup jelas)
e. Nomor Faksimile : (cukup jelas)
f. Website : (cukup jelas)
g. Alamat email : (cukup jelas)
h. Media sosial dan Grup
Sebutkan, misal facebook, instagram, telegram, whatsapp dll
3.PIMPINAN PSC 119
Diisi dengan nama pimpinan dan gelar jika ada

4. Nomor Kontak PSC 119


Diisi dengan nomor HP

5. NOMOR SK PEMBENTUKAN PSC 119


Diisi dengan nomor SK yang tercantum

6. TANGGAL PEMBENTUKAN PSC 119


Diisi dengan tanggal pembentukan dalam SK
7. AMBULANS
a. DARAT
1. RODA 2
Sepeda dan sepeda motor dengan menyebutkan tahun
produksi/pengadaan serta jumlahnya

2. RODA 4
Mobil ambulans roda 4 dengan menyebutkan tahun
produksi/pengadaan serta jumlahnya
Pilihan :
ambulans transport
ambulans gawat darurat

3. RODA > 4
Mobil ambulans roda lebih dari 4 dengan menyebutkan tahun
produksi/ pengadaan serta jumlahnya
Pilihan :
ambulans transport
ambulans gawat darurat
b. AIR
1. SPEED BOAT
Sebutkan jumlah jika ada, jika tidak diisi dengan angka nol

2. Kapal Laut
Sebutkan jumlah jika ada, jika tidak diisi dengan angka nol

c. UDARA
1. PESAWAT
Sebutkan jumlah jika ada, jika tidak diisi dengan angka nol

2. HELIKOPTER
Sebutkan jumlah jika ada, jika tidak diisi dengan angka nol

8. TENAGA PSC
a. KOORDINATOR
disebutkan jumlahnya (orang)

b. PETUGAS KESEHATAN
diisi dengan :
jumlah dokter,
jumlah perawat,
jumlah bidan,
dan lain-lain jika ada misal SKM atau
c. Petuas Pendukung
(IT dan Operator atau pendukung lainnya)
disebutkan jumlahnya (orang)

d. Sopir ambulans
disebutkan jumlah orangnya
1. LAPORAN
3. JUMLAH PANGILAN YANG MASUK
4. JUMLAH PANGGILAN YANG JAWAB PETUGAS
5. JUMLAH PANGGILAN YANG PERLU TINDAKAN
6. JUMLAH PANGGILAN YANG PERLU RUJUKAN KE FASYANKES

PENGUATAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN SEBAGAI JEJARING


A. PUSKESMAS
B. RUMAH SAKIT
Denah Sederhana PSC

Area Parkir Umum & Ambulan

R. Pimpinan

Aula/ R. Rapat

R. Operator

R. petugas
Toilet Pantry
Contoh Desain Bangunan PSC
Kriteria Penilain PSC terbaik Kabupaten Kota
Administratif
a. SK tentang SPGDT
Perda
SK Tim
b. Pembiayaan
Sarana Prasarana
a. Bangunan
Milik Sendiri
Menyewa
Bergabung dengan instansi lain
Ada ruangan lain untuk menunjang aktifitas
b. Ambulans gadar/transportasi
Roda 4
Roda 2
Lainnya
c. Sistem komunikasi
No. Local
Hp
HT
Radiomedik
Aplikasi
Integrasi dengan NCC
SDM
a. Koordinator
b. Tim dengan Pelatihan Kegawatdaruratan
c. Agen/operator
d. Diklat
Pelayanan
a. Jenis Layanan
b. Jejaring
c. Alur dan SPO
d. Inovasi Layanan
Program Sosialisasi
a. Promosi
b. Media Sosial
Monitoring dan Evaluasi
Penghargaan
a. Dalam Negeri
b. Luar Negeri

Anda mungkin juga menyukai