PERENCANAAN KAWASAN

STRATEGIS PROVINSI

BY DHEA FARADILA
PENGERTIAN KAWASAN
STRATEGIS PROVINSI
Kawasan strategis provinsi adalah
wilayah yang secara geografis, ekonomis,
dan sosial memiliki nilai penting dalam
pembangunan suatu provinsi, sering
ditandai oleh keberadaan sumber daya
ekonomi yang vital, infrastruktur yang
berkembang, serta peran strategis
dalam keamanan dan pertahanan
negara.
 TUJUAN PERENCANAAN KAWASAN
STRATEGIS PROVINSI
1. PENGEMBANGAN EKONOMI : MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI DI
KAWASAN STRATEGIS DENGAN MENGIDENTIFIKASI DAN MEMANFAATKAN
POTENSI EKONOMI YANG ADA, SEPERTI INDUSTRI, PERTANIAN, ATAU
PARIWISATA.
2. INFRASTRUKTUR YANG BERKELANJUTAN : MEMBANGUN DAN MENINGKATKAN
INFRASTRUKTUR YANG MENDUKUNG PERTUMBUHAN EKONOMI DAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT, SEPERTI JARINGAN TRANSPORTASI, ENERGI,
DAN TELEKOMUNIKASI.
3. PENINGKATAN KUALITAS HIDUP MASYARAKAT : MEMASTIKAN BAHWA
PERENCANAAN KAWASAN STRATEGIS BERKONTRIBUSI PADA PENINGKATAN
KUALITAS HIDUP PENDUDUK, DENGAN MENYEDIAKAN AKSES KE PENDIDIKAN,
LAYANAN KESEHATAN, PERUMAHAN, DAN FASILITAS PUBLIK LAINNYA.
4. KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM : MELIBATKAN STRATEGI YANG
BERKELANJUTAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM UNTUK
MEMINIMALKAN DAMPAK LINGKUNGAN DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN
EKOSISTEM.
5. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT: MENDORONG PARTISIPASI AKTIF MASYARAKAT
DALAM PROSES PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS,
SERTA MEMASTIKAN BAHWA MANFAATNYA DAPAT DIRASAKAN SECARA MERATA.
 LANJUTAN
1. PENINGKATAN KEAMANAN DAN PERTAHANAN : MENETAPKAN LANGKAH-
LANGKAH UNTUK MENINGKATKAN KEAMANAN DAN PERTAHANAN DI KAWASAN
TERSEBUT, KHUSUSNYA JIKA KAWASAN ITU MEMILIKI NILAI STRATEGIS DALAM
KONTEKS PERTAHANAN NASIONAL.
2. PENARIKAN INVESTASI DAN PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA : MENARIK
INVESTASI DAN MENDORONG PEMBENTUKAN LAPANGAN KERJA BARU UNTUK
MENDUKUNG PERTUMBUHAN EKONOMI DAN MENGURANGI TINGKAT
PENGANGGURAN.
3. PENINGKATAN DAYA SAING : MENINGKATKAN DAYA SAING KAWASAN DI
TINGKAT NASIONAL DAN INTERNASIONAL DENGAN MEMANFAATKAN
KEUNGGULAN KOMPARATIF YANG DIMILIKINYA.
4. PENGELOLAAN RISIKO BENCANA : MEMASUKKAN STRATEGI PENGELOLAAN
RISIKO BENCANA DALAM PERENCANAAN UNTUK MENGURANGI DAMPAK
BENCANA ALAM ATAU KEJADIAN LUAR BIASA LAINNYA.
5. PENGEMBANGAN INOVASI DAN TEKNOLOGI : MENDORONG PENGEMBANGAN
INOVASI DAN PENERAPAN TEKNOLOGI UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI DAN
PRODUKTIVITAS DI KAWASAN TERSEBUT.
 MANFAAT PERENCANAAN
KAWASAN STRATEGIS PROVINSI
1. OPTIMALISASI PENGEMBANGAN WILAYAH : MEMUNGKINKAN PENGELOLAAN
DAN PENGEMBANGAN WILAYAH SECARA TERORGANISIR, MENGIDENTIFIKASI
POTENSI DAN PELUANG YANG DIMILIKI KAWASAN STRATEGIS UNTUK
PERTUMBUHAN EKONOMI DAN SOSIAL YANG LEBIH OPTIMAL.
2. PENGEMBANGAN EKONOMI YANG BERKELANJUTAN : MERANCANG STRATEGI
UNTUK MEMANFAATKAN POTENSI EKONOMI YANG ADA DALAM KAWASAN,
MENCIPTAKAN LAPANGAN KERJA BARU, DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN
MASYARAKAT SECARA BERKELANJUTAN.
3. INFRASTRUKTUR YANG BERKUALITAS : MENDUKUNG PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR YANG BERKUALITAS TINGGI, SEPERTI JARINGAN
TRANSPORTASI, ENERGI, DAN TELEKOMUNIKASI, YANG ESENSIAL UNTUK
PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT.
4. PENINGKATAN KUALITAS HIDUP MASYARAKAT : MENJAMIN PENYEDIAAN
LAYANAN DASAR SEPERTI PENDIDIKAN, KESEHATAN, PERUMAHAN, DAN
FASILITAS UMUM LAINNYA, SEHINGGA MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP
PENDUDUK DI KAWASAN TERSEBUT.
5. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT : MELIBATKAN MASYARAKAT DALAM PROSES
PERENCANAAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN, MEMBERIKAN KESEMPATAN
KEPADA MEREKA UNTUK BERPARTISIPASI AKTIF DALAM PEMBANGUNAN DAN
MEMASTIKAN MANFAATNYA DIRASAKAN OLEH SEMUA LAPISAN MASYARAKAT.
 LANJUTAN
1. KONSERVASI LINGKUNGAN DAN SUMBER DAYA ALAM : MENGINTEGRASIKAN
PRINSIP-PRINSIP KEBERLANJUTAN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM
DAN LINGKUNGAN, SEHINGGA MENGURANGI DAMPAK NEGATIF TERHADAP
EKOSISTEM DAN MEMASTIKAN KEBERLANJUTAN LINGKUNGAN.
2. PENINGKATAN KEAMANAN DAN PERTAHANAN : MENINGKATKAN KEAMANAN
DAN PERTAHANAN DI KAWASAN YANG MEMILIKI NILAI STRATEGIS,
MENJADIKANNYA LEBIH TAHAN TERHADAP POTENSI RISIKO ATAU ANCAMAN.
3. PENARIKAN INVESTASI : MENCIPTAKAN IKLIM INVESTASI YANG KONDUSIF,
MENARIK INVESTASI DARI SEKTOR SWASTA, DAN MERANGSANG
PERTUMBUHAN EKONOMI SERTA PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA.
4. PENGEMBANGAN INOVASI DAN TEKNOLOGI : MENDORONG PENGEMBANGAN
INOVASI DAN PENERAPAN TEKNOLOGI UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI,
PRODUKTIVITAS, DAN DAYA SAING KAWASAN DALAM ERA GLOBALISASI.
5. PENGELOLAAN RISIKO BENCANA : MENETAPKAN STRATEGI PENGELOLAAN
RISIKO BENCANA YANG EFEKTIF UNTUK MEMINIMALKAN DAMPAK BENCANA
ALAM DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN PEMBANGUNAN.
6. PENINGKATAN DAYA SAING : MENINGKATKAN DAYA SAING KAWASAN DI
TINGKAT NASIONAL DAN INTERNASIONAL, MENCIPTAKAN LINGKUNGAN YANG
MENARIK BAGI BISNIS DAN INVESTASI.
KRITERIA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS PROVINSI DARI
SUDUT KEPENTINGAN PERTUMBUHAN EKONOMI LANJUTAN
1. INFRASTRUKTUR UTAMA:
TRANSPORTASI: KETERSEDIAAN JARINGAN TRANSPORTASI YANG BAIK, SEPERTI JALAN RAYA,
KERETA API, PELABUHAN, DAN BANDARA, SANGAT PENTING UNTUK MENDUKUNG ALIRAN
BARANG DAN ORANG.
ENERGI: KETERSEDIAAN SUMBER DAYA ENERGI YANG ANDAL DAN TERJANGKAU, SEPERTI LISTRIK
DAN BAHAN BAKAR, UNTUK MENDUKUNG KEGIATAN INDUSTRI.
2. SUMBER DAYA ALAM:
KEANEKARAGAMAN SUMBER DAYA ALAM: KAWASAN YANG KAYA AKAN SUMBER DAYA ALAM
SEPERTI PERTANIAN, PERTAMBANGAN, HUTAN, DAN PERIKANAN DAPAT MENJADI FOKUS UNTUK
PENGEMBANGAN EKONOMI.
KETERSEDIAAN AIR DAN TANAH YANG BAIK: KETERSEDIAAN AIR BERSIH DAN TANAH SUBUR
MENJADI FAKTOR PENTING UNTUK SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI.
3. PASAR DAN KONSUMEN:
POTENSI PASAR: KAWASAN YANG MEMILIKI AKSES MUDAH KE PASAR LOKAL DAN REGIONAL
DAPAT MENDUKUNG PERTUMBUHAN SEKTOR EKONOMI.
PERTUMBUHAN PENDUDUK: KAWASAN DENGAN PERTUMBUHAN PENDUDUK YANG STABIL ATAU
TINGGI DAPAT MENCIPTAKAN PASAR KONSUMEN YANG POTENSIAL.
4. KEBERLANJUTAN LINGKUNGAN:
PERTIMBANGAN LINGKUNGAN: PEMILIHAN KAWASAN YANG MEMPERTIMBANGKAN
KEBERLANJUTAN LINGKUNGAN, MISALNYA DENGAN MENJAGA KESEIMBANGAN EKOSISTEM DAN
MENGURANGI DAMPAK NEGATIF TERHADAP LINGKUNGAN.
 LANJUTAN
1. PENDIDIKAN DAN SUMBER DAYA MANUSIA:
AKSES PENDIDIKAN BERKUALITAS: KETERSEDIAAN LEMBAGA PENDIDIKAN BERKUALITAS DAN
TENAGA KERJA YANG TERAMPIL DAPAT MENINGKATKAN DAYA SAING EKONOMI KAWASAN.
PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA: PROGRAM PELATIHAN DAN
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PEKERJA DI
BERBAGAI SEKTOR.
2. KETERSEDIAAN FASILITAS UMUM:
FASILITAS KESEHATAN: KETERSEDIAAN FASILITAS KESEHATAN YANG MEMADAI DAPAT
MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA.
FASILITAS PENDIDIKAN: KEBERADAAN SEKOLAH, PERGURUAN TINGGI, DAN PUSAT PENELITIAN
DAPAT MENDUKUNG INOVASI DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI.
3. DUKUNGAN PEMERINTAH DAN KEBIJAKAN:
KEBIJAKAN INVESTASI: KAWASAN YANG MENDUKUNG INVESTASI MELALUI BERBAGAI INSENTIF
DAN KEMUDAHAN BISNIS DAPAT MENARIK LEBIH BANYAK INVESTOR.
KERJASAMA PEMERINTAH DAN SWASTA: KETERLIBATAN AKTIF PEMERINTAH DAN KERJASAMA
DENGAN SEKTOR SWASTA DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI KAWASAN.
KRITERIA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS PROVINSI DARI
SUDUT KEPENTINGAN FUNGSI DAN DAYA DUKUNG
LINGKUNGAN HIDUP
1. KEANEKARAGAMAN HAYATI:
KONSERVASI EKOSISTEM: MEMILIH KAWASAN YANG MEMILIKI EKOSISTEM YANG BERAGAM DAN
KAYA BIODIVERSITAS UNTUK MENDUKUNG KEBERLANJUTAN HAYATI.
PERLINDUNGAN SPESIES LANGKA: KAWASAN DENGAN KEBERADAAN SPESIES LANGKA ATAU
TERANCAM PUNAH MEMERLUKAN PERLINDUNGAN KHUSUS.
2. KUALITAS UDARA DAN AIR:
PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DAN AIR: MENILAI TINGKAT PENCEMARAN UDARA DAN AIR,
SERTA MEMASTIKAN LANGKAH-LANGKAH KONTROL UNTUK MENJAGA KUALITAS UDARA DAN AIR
YANG BAIK.
KAWASAN RESAPAN AIR: MENENTUKAN KAWASAN YANG MEMILIKI FUNGSI RESAPAN AIR YANG
BAIK UNTUK MENJAGA SIKLUS HIDROLOGI DAN KETERSEDIAAN AIR.
3. TATA RUANG DAN PENGGUNAAN LAHAN:
PENGELOLAAN PENGGUNAAN LAHAN: MERENCANAKAN PENGGUNAAN LAHAN YANG
BERKELANJUTAN, TERMASUK KAWASAN LINDUNG, PERTANIAN BERKELANJUTAN, DAN ZONA HIJAU.
PENCEGAHAN DEGRADASI LAHAN: MEMILIH KAWASAN YANG MEMILIKI TANAH YANG RELATIF TIDAK
TERDEGRADASI ATAU DAPAT DIPULIHKAN DENGAN UPAYA KONSERVASI.
4. ANAJEMEN LIMBAH:
PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DAN CAIR: MENENTUKAN KAWASAN YANG MEMILIKI SISTEM
MANAJEMEN LIMBAH YANG EFEKTIF DAN RAMAH LINGKUNGAN.
 LANJUTAN
DAUR ULANG DAN PEMANFAATAN LIMBAH: MENDORONG PRAKTIK DAUR ULANG DAN
PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK MENGURANGI DAMPAK NEGATIF TERHADAP LINGKUNGAN.
1. ENERGI TERBARUKAN:
POTENSI ENERGI TERBARUKAN: MEMPERTIMBANGKAN KAWASAN YANG MEMILIKI POTENSI BESAR
UNTUK PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI TERBARUKAN SEPERTI TENAGA SURYA, ANGIN, DAN
HIDRO.
EFISIENSI ENERGI: MENDORONG PENGGUNAAN TEKNOLOGI YANG RAMAH LINGKUNGAN DAN
UPAYA EFISIENSI ENERGI.
2. PENGELOLAAN HUTAN:
KONSERVASI HUTAN: MEMILIH KAWASAN DENGAN HUTAN YANG SEHAT DAN BERFUNGSI UNTUK
KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN MENGURANGI EMISI KARBON.
PENGELOLAAN HUTAN BERKELANJUTAN: MENERAPKAN PRAKTIK PENGELOLAAN HUTAN YANG
BERKELANJUTAN UNTUK MEMPERTAHANKAN EKOSISTEM HUTAN.
3. KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU:
PEMBENTUKAN TAMAN DAN RUANG TERBUKA HIJAU: MEMPRIORITASKAN PEMBENTUKAN TAMAN
DAN RUANG TERBUKA HIJAU SEBAGAI AREA RESAPAN AIR, RUANG REKREASI, DAN HABITAT SATWA
LIAR.
PENGHUBUNG EKOLOGIS: MEMASTIKAN ADANYA JALUR PENGHUBUNG EKOLOGIS YANG
MEMUNGKINKAN PERGERAKAN SATWA DAN MEMPERTAHANKAN KEANEKARAGAMAN GENETIK.
4. PENDIDIKAN LINGKUNGAN:
PROGRAM PENDIDIKAN LINGKUNGAN: MENDORONG PROGRAM PENDIDIKAN LINGKUNGAN UNTUK
MENINGKATKAN KESADARAN DAN PEMAHAMAN MASYARAKAT TERHADAP PERLINDUNGAN
LINGKUNGAN.
KRITERIA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS PROVINSI DARI SUDUT
KEPENTINGAN FUNGSI DAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN HIDUP
1. KAWASAN LINDUNG DAN KONSERVASI:
IDENTIFIKASI KAWASAN EKOSISTEM PENTING: MENETAPKAN KAWASAN-KAWASAN YANG
MERUPAKAN HABITAT ALAMI UNTUK FLORA DAN FAUNA YANG PENTING UNTUK
KEANEKARAGAMAN HAYATI.
ZONA KONSERVASI: MENETAPKAN ZONA KONSERVASI UNTUK MELESTARIKAN EKOSISTEM YANG
RENTAN ATAU TERANCAM.
2. KUALITAS AIR DAN SUMBER DAYA AIR:
PERLINDUNGAN SUMBER AIR BERSIH: MENETAPKAN KAWASAN YANG MEMILIKI SUMBER AIR BERSIH
DAN MENERAPKAN LANGKAH-LANGKAH UNTUK MELINDUNGI KUALITAS AIRNYA.
ZONA RESAPAN AIR: MEMPRIORITASKAN KAWASAN SEBAGAI ZONA RESAPAN AIR UNTUK
MENDUKUNG SIKLUS HIDROLOGI DAN MENJAGA KETERSEDIAAN AIR TANAH.
3. PENGELOLAAN LIMBAH DAN PENCEMARAN:
PENGELOLAAN LIMBAH RAMAH LINGKUNGAN: MENETAPKAN KAWASAN DENGAN SISTEM
PENGELOLAAN LIMBAH YANG RAMAH LINGKUNGAN DAN MENDORONG PRAKTIK DAUR ULANG.
PENCEGAHAN PENCEMARAN TANAH DAN AIR: MENERAPKAN LANGKAH-LANGKAH UNTUK
MENCEGAH PENCEMARAN TANAH DAN AIR OLEH LIMBAH INDUSTRI ATAU DOMESTIK.
4. PENGELOLAAN PENGGUNAAN LAHAN:
ZONASI PENGGUNAAN LAHAN: MENETAPKAN ZONA-ZONA YANG MEMPERTIMBANGKAN
KEBERLANJUTAN PENGGUNAAN LAHAN, SEPERTI ZONA PERTANIAN BERKELANJUTAN, HUTAN
LINDUNG, DAN KAWASAN PEMUKIMAN YANG RAMAH LINGKUNGAN.
PENGURANGAN DEFORESTASI: MENDORONG PRAKTIK PENGELOLAAN HUTAN YANG
BERKELANJUTAN UNTUK MENGURANGI DEFORESTASI.
 LANJUTAN
1. ENERGI TERBARUKAN DAN EFISIENSI ENERGI:
PEMBANGUNAN ENERGI TERBARUKAN: MEMPRIORITASKAN KAWASAN DENGAN POTENSI UNTUK
PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI TERBARUKAN SEPERTI TENAGA SURYA, ANGIN, DAN BIOMASSA.
INISIATIF EFISIENSI ENERGI: MENDORONG INISIATIF EFISIENSI ENERGI DI SELURUH SEKTOR,
TERMASUK TRANSPORTASI DAN INDUSTRI.
2. PENGELOLAAN HUTAN DAN KEHUTANAN:
HUTAN BERKELANJUTAN: MENETAPKAN KAWASAN DENGAN PRAKTIK PENGELOLAAN HUTAN
BERKELANJUTAN, TERMASUK PENANAMAN KEMBALI DAN PELESTARIAN HABITAT SATWA LIAR.
PENCEGAHAN KEBAKARAN HUTAN: MENGIDENTIFIKASI KAWASAN YANG RENTAN TERHADAP
KEBAKARAN HUTAN DAN MENGIMPLEMENTASIKAN LANGKAH-LANGKAH PENCEGAHAN.
3. KAWASAN TERBUKA HIJAU DAN RUANG TERBUKA PUBLIK:
PEMBENTUKAN RUANG TERBUKA HIJAU: MENCIPTAKAN KAWASAN TERBUKA HIJAU SEBAGAI
RUANG REKREASI, AREA RESAPAN AIR, DAN PENYANGGA EKOSISTEM PERKOTAAN.
PENGELOLAAN RUANG TERBUKA: MENETAPKAN STRATEGI PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU
UNTUK MEMPERTAHANKAN FUNGSI EKOLOGISNYA.
4. PARTISIPASI MASYARAKAT DAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN:
PENDIDIKAN DAN KESADARAN LINGKUNGAN: MENDORONG PROGRAM PENDIDIKAN DAN
KESADARAN LINGKUNGAN UNTUK MASYARAKAT SETEMPAT.
PARTISIPASI MASYARAKAT: MELIBATKAN MASYARAKAT DALAM PROSES PENGAMBILAN
KEPUTUSAN DAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN LINGKUNGAN.
KRITERIA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS PROVINSI DARI SUDUT
KEPENTINGAN FUNGSI DAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN HIDUP
1. KEANEKARAGAMAN HAYATI:
IDENTIFIKASI HABITAT PENTING: PENETAPAN KAWASAN YANG MELINDUNGI DAN
MEMPERTAHANKAN HABITAT PENTING BAGI KEANEKARAGAMAN HAYATI.
KONSERVASI SPESIES LANGKA: MEMPRIORITASKAN KAWASAN YANG MENJADI HABITAT BAGI
SPESIES LANGKA ATAU TERANCAM PUNAH.
2. KUALITAS AIR DAN SUMBER DAYA AIR:
PERTAHANKAN KUALITAS AIR: MEMILIH KAWASAN DENGAN SUMBER AIR BERSIH DAN MENJAGA
KUALITAS AIR MELALUI TINDAKAN KONSERVASI.
PERLINDUNGAN DAERAH RESAPAN AIR: MENETAPKAN DAERAH RESAPAN AIR UNTUK MENJAGA
KETERSEDIAAN AIR TANAH DAN MEMINIMALKAN EROSI.
3. PENGELOLAAN LIMBAH DAN PENCEMARAN:
PENGELOLAAN LIMBAH BERKELANJUTAN: MENDORONG PRAKTIK PENGELOLAAN LIMBAH YANG
RAMAH LINGKUNGAN DAN PENGURANGAN LIMBAH.
PENCEGAHAN PENCEMARAN TANAH DAN AIR: MENETAPKAN KEBIJAKAN UNTUK MENCEGAH
PENCEMARAN TANAH DAN AIR OLEH LIMBAH INDUSTRI ATAU DOMESTIK.
4. PENGELOLAAN PENGGUNAAN LAHAN:
ZONASI PENGGUNAAN LAHAN YANG BERKELANJUTAN: MENETAPKAN ZONA-ZONA YANG
MEMPERTIMBANGKAN KEBERLANJUTAN PENGGUNAAN LAHAN, TERMASUK KAWASAN LINDUNG
DAN PERTANIAN BERKELANJUTAN.
 LANJUTAN
PENGHIJAUAN DAN REBOISASI: MENERAPKAN KEBIJAKAN PENGHIJAUAN DAN REBOISASI UNTUK
MENGATASI DEFORESTASI DAN MEMPERBAIKI EKOSISTEM.
1. ENERGI TERBARUKAN DAN EFISIENSI ENERGI:
PEMBANGUNAN ENERGI TERBARUKAN: MEMPROMOSIKAN PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI
TERBARUKAN SEPERTI TENAGA SURYA, ANGIN, DAN BIOMASSA.
INISIATIF EFISIENSI ENERGI: MENDORONG PENGGUNAAN TEKNOLOGI EFISIENSI ENERGI DAN
KAMPANYE UNTUK MENGURANGI KONSUMSI ENERGI.
2. KONSERVASI TANAH DAN KEHUTANAN:
PENGELOLAAN HUTAN BERKELANJUTAN: MENETAPKAN KAWASAN DENGAN PRAKTIK
PENGELOLAAN HUTAN BERKELANJUTAN UNTUK MENCEGAH DEFORESTASI.
PENCEGAHAN EROSI TANAH: MENERAPKAN LANGKAH-LANGKAH UNTUK MENCEGAH EROSI TANAH
DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN TANAH.
3. KAWASAN TERBUKA HIJAU DAN RUANG TERBUKA PUBLIK:
PEMBENTUKAN RUANG TERBUKA HIJAU: MENCIPTAKAN KAWASAN TERBUKA HIJAU SEBAGAI PARU-
PARU KOTA, RUANG REKREASI, DAN KORIDOR EKOLOGI.
PENGELOLAAN RUANG TERBUKA: MENETAPKAN STRATEGI PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU
UNTUK MEMPERTAHANKAN FUNGSINYA SEBAGAI HABITAT DAN DAERAH RESAPAN AIR.
4. PARTISIPASI MASYARAKAT DAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN:
PENDIDIKAN LINGKUNGAN: MENDORONG KESADARAN DAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN UNTUK
MASYARAKAT SETEMPAT DAN PIHAK-PIHAK TERKAIT.
PARTISIPASI MASYARAKAT: MELIBATKAN MASYARAKAT DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN
PELAKSANAAN PROGRAM-PROGRAM LINGKUNGAN HIDUP.
KRITERIA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS PROVINSI DARI SUDUT
KEPENTINGAN PERTAHANAN DAN KEAMANAN
1. POSISI GEOGRAFIS DAN STRATEGIS:
PENTINGNYA LOKASI GEOGRAFIS: MEMILIH KAWASAN YANG MEMILIKI POSISI GEOGRAFIS
STRATEGIS, SEPERTI PERBATASAN YANG MUDAH DIAWASI ATAU LOKASI YANG STRATEGIS UNTUK
TRANSPORTASI DAN LOGISTIK.
AKSES TERHADAP LAUT DAN UDARA: KEBERADAAN PELABUHAN DAN BANDARA YANG STRATEGIS
DAPAT MENJADI PERTIMBANGAN PENTING.
2. INFRASTRUKTUR PERTAHANAN:
PANGKALAN MILITER DAN FASILITAS PERTAHANAN: KETERSEDIAAN FASILITAS MILITER,
PANGKALAN UDARA, DAN PANGKALAN LAUT UNTUK MENDUKUNG OPERASI PERTAHANAN DAN
KEAMANAN.
JARINGAN KOMUNIKASI MILITER: INFRASTRUKTUR KOMUNIKASI YANG ANDAL DAN AMAN UNTUK
MENDUKUNG OPERASI MILITER DAN TINDAKAN KEAMANAN.
3. PERTAHANAN SUMBER DAYA STRATEGIS:
SUMBER DAYA ALAM DAN ENERGI: KAWASAN YANG KAYA AKAN SUMBER DAYA ALAM DAN
MEMILIKI AKSES KE ENERGI DAPAT MENJADI STRATEGIS UNTUK KEBERLANJUTAN OPERASI MILITER
DAN KEAMANAN.
SUMBER DAYA MANUSIA DAN KEAHLIAN: KEBERADAAN TENAGA KERJA YANG TERAMPIL DAN
MEMILIKI KEAHLIAN TERTENTU YANG PENTING UNTUK PERTAHANAN DAN KEAMANAN.
4. KETERSEDIAAN FASILITAS KRITIS:
FASILITAS INDUSTRI KRITIS: IDENTIFIKASI DAN MELIBATKAN FASILITAS INDUSTRI YANG KRITIS
UNTUK KEBERLANJUTAN EKONOMI DAN PERTAHANAN.
 LANJUTAN
FASILITAS KRITIS DALAM KEADAAN DARURAT: FASILITAS KESEHATAN DAN PENYEDIAAN AIR BERSIH
YANG DAPAT DIGUNAKAN DALAM SITUASI DARURAT DAN PERANG.
1. KEBERLANJUTAN EKONOMI DAN KEAMANAN:
DIVERSIFIKASI EKONOMI: KAWASAN YANG MEMILIKI EKONOMI YANG BERAGAM DAPAT
MENINGKATKAN KETAHANAN EKONOMI DAN KEAMANAN.
KEMANDIRIAN PANGAN: PERTIMBANGAN TENTANG KETERSEDIAAN DAN KEBERLANJUTAN PANGAN
UNTUK MENDUKUNG KEBERLANJUTAN OPERASI PERTAHANAN.
2. KERJASAMA REGIONAL:
KERJASAMA PERTAHANAN REGIONAL: MEMBANGUN KEMITRAAN DAN KERJASAMA DENGAN
KAWASAN SEKITARNYA UNTUK MENINGKATKAN KEAMANAN BERSAMA DAN TANGGAPAN
TERHADAP ANCAMAN BERSAMA.
HUBUNGAN DIPLOMATIK DAN MILITER: MEMPERTIMBANGKAN HUBUNGAN BAIK DENGAN NEGARA
TETANGGA DAN KEBERLANJUTAN KERJASAMA MILITER DAN DIPLOMATIK.
3. PENGELOLAAN KRISIS DAN BENCANA:
KESIAPSIAGAAN BENCANA: KAWASAN YANG MEMILIKI SISTEM KESIAPSIAGAAN BENCANA DAN
RESPONS CEPAT DAPAT MENJADI FAKTOR PENTING UNTUK KEAMANAN.
PUSAT PENANGANAN KRISIS: PUSAT KOMANDO DAN KONTROL UNTUK PENANGANAN KRISIS DAN
KEADAAN DARURAT.
4. KEBERLANJUTAN SISTEM KEAMANAN CYBER:
SISTEM KEAMANAN SIBER: MEMPERTIMBANGKAN KEAMANAN SIBER DAN KEBERLANJUTAN SISTEM
KOMUNIKASI DAN TEKNOLOGI INFORMASI.
PENCEGAHAN SERANGAN CYBER: KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR UNTUK MELINDUNGI DIRI DARI
SERANGAN SIBER DAN UPAYA PENCEGAHAN
TAHAPAN PERENCANAAN KAWASAN STRATEGIS
PROVINSI PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG
WILAYAH PROVINSI (RTRWP)
1. IDENTIFIKASI POTENSI DAN KONDISI WILAYAH : MENGUMPULKAN DAN MENGANALISIS
INFORMASI MENGENAI POTENSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN WILAYAH PROVINSI
UNTUK MEMAHAMI KONDISI SAAT INI DAN POTENSI PENGEMBANGAN DI MASA DEPAN.
2. PEMETAAN SUMBER DAYA DAN PENGGUNAAN LAHAN : MELAKUKAN PEMETAAN SUMBER
DAYA ALAM, LAHAN, DAN INFRASTRUKTUR UNTUK MENENTUKAN DISTRIBUSI DAN
KARAKTERISTIKNYA, MEMBANTU DALAM IDENTIFIKASI POTENSI PENGEMBANGAN DAN
PENGELOLAAN WILAYAH.
3. ANALISIS KEBUTUHAN DAN TANTANGAN : MENGANALISIS KEBUTUHAN PEMBANGUNAN
BERDASARKAN DINAMIKA POPULASI, EKONOMI, DAN SOSIAL, SERTA MENGIDENTIFIKASI
TANTANGAN YANG MUNGKIN MUNCUL, SEPERTI RISIKO BENCANA ATAU PERUBAHAN IKLIM.
4. PENYUSUNAN VISI DAN MISI PENGEMBANGAN WILAYAH : MENYUSUN VISI DAN MISI
PENGEMBANGAN WILAYAH PROVINSI SEBAGAI PANDUAN UTAMA DALAM PERENCANAAN,
DENGAN MEMPERTIMBANGKAN ASPIRASI MASYARAKAT DAN TUJUAN PEMBANGUNAN
NASIONAL.
5. PENENTUAN ARAH PENGEMBANGAN : MENETAPKAN ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH
PROVINSI DENGAN MERINCI PRIORITAS SEKTOR EKONOMI, INFRASTRUKTUR, DAN
PENGEMBANGAN RUANG YANG SESUAI DENGAN VISI DAN MISI YANG TELAH DITETAPKAN.
 LANJUTAN
1. PARTISIPASI PEMANGKU KEPENTINGAN : MELIBATKAN PARTISIPASI AKTIF DARI BERBAGAI
PEMANGKU KEPENTINGAN, SEPERTI PEMERINTAH DAERAH, MASYARAKAT, BISNIS, DAN
LEMBAGA TERKAIT, UNTUK MEMASTIKAN DIVERSITAS PERSPEKTIF DAN KEBUTUHAN LOKAL.
2. PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI (RTRWP) : MENYUSUN RTRWP
SEBAGAI DOKUMEN PERENCANAAN FORMAL YANG BERISI KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN TATA
RUANG UNTUK MENGATUR PENGEMBANGAN WILAYAH PROVINSI, TERMASUK KAWASAN
STRATEGIS YANG DIIDENTIFIKASI.
3. EVALUASI DAN PENYEMPURNAAN : MELAKUKAN EVALUASI PERIODIK TERHADAP RTRWP DAN
MELAKUKAN PENYESUAIAN ATAU PENYEMPURNAAN SESUAI DENGAN PERUBAHAN KONDISI,
KEBUTUHAN, ATAU ASPIRASI MASYARAKAT.
4. PENGAWASAN DAN PENERAPAN : MELAKUKAN PENGAWASAN DAN PENERAPAN RTRWP
UNTUK MEMASTIKAN BAHWA PENGEMBANGAN WILAYAH PROVINSI SESUAI DENGAN
KETENTUAN YANG TELAH DITETAPKAN DAN MENDUKUNG TUJUAN PEMBANGUNAN YANG
DIINGINKAN.
TAHAPAN PERENCANAAN KAWASAN STRATEGIS
PROVINSIPENETAPAN KAWASAN STRATEGIS
PROVINSI
1. IDENTIFIKASI POTENSI WILAYAH : TAHAPAN AWAL MELIBATKAN IDENTIFIKASI POTENSI
EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN DI BERBAGAI WILAYAH PROVINSI UNTUK
MENENTUKAN KAWASAN YANG MEMILIKI NILAI STRATEGIS.
2. ANALISIS KONDISI DAN TANTANGAN : MENGANALISIS KONDISI EKSISTING DAN
MENGIDENTIFIKASI TANTANGAN YANG MUNGKIN DIHADAPI DI SETIAP WILAYAH PROVINSI,
TERMASUK RISIKO BENCANA, ASPEK KEAMANAN, DAN DINAMIKA SOSIAL-EKONOMI.
3. PEMETAAN SUMBER DAYA DAN INFRASTRUKTUR : MELAKUKAN PEMETAAN SUMBER DAYA
ALAM, LAHAN, DAN INFRASTRUKTUR YANG ADA UNTUK MEMAHAMI STRUKTUR WILAYAH
DAN MENENTUKAN KEBUTUHAN PENGEMBANGAN LEBIH LANJUT.
4. PENENTUAN KRITERIA KAWASAN STRATEGIS : MENETAPKAN KRITERIA-KRITERIA YANG
RELEVAN UNTUK MENILAI DAN MEMILIH KAWASAN STRATEGIS, SEPERTI POTENSI EKONOMI,
KEBERLANJUTAN LINGKUNGAN, AKSESIBILITAS, DAN PERAN DALAM PERTAHANAN DAN
KEAMANAN.
5. KONSULTASI DAN KETERLIBATAN PEMANGKU KEPENTINGAN : MELIBATKAN PEMANGKU
KEPENTINGAN, SEPERTI PEMERINTAH DAERAH, MASYARAKAT, DAN SEKTOR SWASTA,
DALAM PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MEMASTIKAN REPRESENTASI YANG
HOLISTIK.
 LANJUTAN
1. PENILAIAN DAMPAK LINGKUNGAN : MELAKUKAN PENILAIAN DAMPAK LINGKUNGAN UNTUK
MEMAHAMI KONSEKUENSI PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS TERHADAP EKOSISTEM
DAN LINGKUNGAN SEKITAR.
2. PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS : BERDASARKAN HASIL ANALISIS DAN KRITERIA YANG
TELAH DITETAPKAN, MENENTUKAN SECARA RESMI KAWASAN-KAWASAN YANG DIANGGAP
STRATEGIS UNTUK PENGEMBANGAN LEBIH LANJUT.
3. PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG : MENYUSUN RENCANA TATA RUANG YANG
MENGATUR PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS, MENCAKUP KEBIJAKAN-KEBIJAKAN,
PERUNTUKAN LAHAN, DAN STRATEGI PENGELOLAAN.
4. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT LOKAL : MENDORONG PARTISIPASI AKTIF MASYARAKAT
LOKAL DALAM IMPLEMENTASI DAN PENGELOLAAN KAWASAN STRATEGIS UNTUK
MEMASTIKAN PENERIMAAN DAN DUKUNGAN YANG BERKELANJUTAN.
5. PEMANTAUAN DAN EVALUASI : MELAKUKAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI TERUS-MENERUS
TERHADAP IMPLEMENTASI RENCANA TATA RUANG DAN DAMPAKNYA TERHADAP KAWASAN
STRATEGIS UNTUK MEMASTIKAN KEBERLANJUTAN DAN KESESUAIAN DENGAN
PERKEMBANGAN TERKINI.
TAHAPAN PERENCANAAN KAWASAN STRATEGIS
PROVINSI PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG
KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (RTRKSP)
1. IDENTIFIKASI POTENSI DAN KONDISI WILAYAH : LANGKAH AWAL MELIBATKAN
IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN DI WILAYAH PROVINSI
YANG AKAN DITETAPKAN SEBAGAI KAWASAN STRATEGIS.
2. ANALISIS KONDISI EKSISTING DAN TANTANGAN : MENGANALISIS KONDISI EKSISTING
DAN MENGIDENTIFIKASI TANTANGAN YANG MUNGKIN DIHADAPI, TERMASUK DINAMIKA
SOSIAL-EKONOMI, KEBERLANJUTAN LINGKUNGAN, DAN ASPEK KEAMANAN.
3. PEMETAAN SUMBER DAYA DAN INFRASTRUKTUR : MELAKUKAN PEMETAAN SUMBER
DAYA ALAM, LAHAN, DAN INFRASTRUKTUR YANG ADA UNTUK MEMAHAMI STRUKTUR
WILAYAH DAN MENENTUKAN KEBUTUHAN PENGEMBANGAN LEBIH LANJUT.
4. PENENTUAN KRITERIA KAWASAN STRATEGIS : MENETAPKAN KRITERIA-KRITERIA YANG
RELEVAN UNTUK MENILAI DAN MEMILIH KAWASAN STRATEGIS, SEPERTI POTENSI
EKONOMI, KEBERLANJUTAN LINGKUNGAN, AKSESIBILITAS, DAN DAMPAK TERHADAP
PERTAHANAN DAN KEAMANAN.
5. KONSULTASI DAN KETERLIBATAN PEMANGKU KEPENTINGAN : MELIBATKAN PEMANGKU
KEPENTINGAN, SEPERTI PEMERINTAH DAERAH, MASYARAKAT, DAN SEKTOR SWASTA,
DALAM PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MEMASTIKAN REPRESENTASI YANG
HOLISTIK.
 LANJUTAN
1. PENILAIAN DAMPAK LINGKUNGAN : MELAKUKAN PENILAIAN DAMPAK LINGKUNGAN
UNTUK MEMAHAMI KONSEKUENSI PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS TERHADAP
EKOSISTEM DAN LINGKUNGAN SEKITAR.
2. PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (RTRKSP) :
MENYUSUN RTRKSP SEBAGAI DOKUMEN PERENCANAAN FORMAL YANG BERISI
KEBIJAKAN-KEBIJAKAN, PERUNTUKAN LAHAN, DAN STRATEGI PENGELOLAAN UNTUK
MENGATUR PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS.
3. PENETAPAN ZONASI DAN PENGGUNAAN LAHAN : MENETAPKAN ZONASI DAN
PENGGUNAAN LAHAN YANG SESUAI DENGAN KARAKTERISTIK DAN TUJUAN
PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS, TERMASUK PENETAPAN ZONA EKONOMI,
KONSERVASI, DAN KETAHANAN PERTAHANAN.
4. PERANCANGAN INFRASTRUKTUR : MENGEMBANGKAN RENCANA INFRASTRUKTUR YANG
MENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS, SEPERTI JARINGAN
TRANSPORTASI, UTILITAS, DAN FASILITAS PENDUKUNG LAINNYA.
5. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT LOKAL : MENDORONG PARTISIPASI AKTIF MASYARAKAT
LOKAL DALAM IMPLEMENTASI DAN PENGELOLAAN KAWASAN STRATEGIS, SERTA
MEMASTIKAN PENERIMAAN DAN DUKUNGAN YANG BERKELANJUTAN.
6. PEMANTAUAN DAN EVALUASI : MELAKUKAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI TERUS-
MENERUS TERHADAP IMPLEMENTASI RTRKSP UNTUK MEMASTIKAN KEBERLANJUTAN,
KESESUAIAN DENGAN PERKEMBANGAN TERKINI, DAN KESESUAIAN DENGAN TUJUAN
STRATEGIS YANG TELAH DITETAPKAN.
 MANFAAT KAWASAN STRATEGIS
PROVINSI
1. Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan:
Kawasan strategis provinsi dapat menjadi katalisator untuk pertumbuhan ekonomi
yang berkelanjutan melalui pengembangan sektor-sektor industri, perdagangan, dan
jasa.
Investasi di kawasan tersebut dapat menciptakan lapangan kerja, meningkatkan
pendapatan masyarakat, dan mendiversifikasi struktur ekonomi.
2. Optimalisasi Pemanfaatan Sumber Daya Alam:
Pemanfaatan sumber daya alam yang efisien dan berkelanjutan dapat meningkatkan
produktivitas dan kontribusi kawasan terhadap perekonomian nasional.
Prinsip-prinsip keberlanjutan membantu melindungi sumber daya alam dan
mencegah eksploitasi yang berlebihan.
3. Peningkatan Infrastruktur dan Aksesibilitas:
Pengembangan kawasan strategis provinsi seringkali disertai dengan peningkatan
infrastruktur, seperti jaringan transportasi, pelabuhan, dan bandara.
Peningkatan aksesibilitas meningkatkan konektivitas dengan wilayah lain,
memfasilitasi perdagangan, dan mendukung pertumbuhan ekonomi.
4. Pemberdayaan Masyarakat Lokal:
Partisipasi masyarakat lokal dalam perencanaan dan pelaksanaan kawasan strategis
provinsi dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.
Pemberdayaan masyarakat melibatkan mereka dalam proses pengambilan
keputusan, pelibatan dalam proyek-proyek pengembangan, dan memberikan
manfaat langsung kepada mereka.
 LANJUTAN
1. Keberlanjutan Lingkungan Hidup:
Perencanaan kawasan strategis provinsi yang berfokus pada keberlanjutan
lingkungan membantu melindungi ekosistem, mempertahankan
keanekaragaman hayati, dan mengurangi dampak negatif terhadap
lingkungan.
Penerapan praktik-praktik ramah lingkungan mendukung pemeliharaan
lingkungan hidup untuk generasi mendatang.
2. Keamanan dan Pertahanan Nasional:
Penetapan kawasan strategis yang mempertimbangkan aspek pertahanan
dan keamanan membantu memperkuat ketahanan nasional.
Keberadaan infrastruktur strategis, pangkalan militer, dan pengelolaan
sumber daya strategis dapat mendukung upaya pertahanan nasional.
3. Peningkatan Kualitas Hidup:
Peningkatan infrastruktur, akses pendidikan, dan fasilitas kesehatan di
kawasan strategis provinsi dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Fokus pada pembangunan manusia dan pemberdayaan dapat menciptakan
lingkungan yang lebih inklusif dan adil.
4. Diversifikasi Ekonomi dan Resilensi:
Dengan mengembangkan sektor-sektor ekonomi yang beragam, kawasan
strategis provinsi dapat meningkatkan ketahanan ekonomi dan mengurangi
risiko kerentanan terhadap fluktuasi pasar tertentu.
Diversifikasi ekonomi dapat meningkatkan daya tahan kawasan terhadap
guncangan ekonomi global.
 KESIMPULAN
SECARA KESELURUHAN, PERENCANAAN
KAWASAN STRATEGIS PROVINSI MERUPAKAN
SUATU PROSES YANG KOMPLEKS DAN
HOLISTIK YANG MEMERLUKAN KESEIMBANGAN
ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI,
KEBERLANJUTAN LINGKUNGAN HIDUP, DAN
KEAMANAN NASIONAL. DENGAN
MEMPERHATIKAN FAKTOR-FAKTOR KUNCI
SEPERTI INFRASTRUKTUR, PARTISIPASI
MASYARAKAT, DAN KERJASAMA
ANTARSTAKEHOLDER, RENCANA INI DAPAT
MENJADI LANDASAN YANG KOKOH UNTUK
PENGEMBANGAN WILAYAH YANG BERDAYA
TAHAN DAN MEMBERIKAN MANFAAT JANGKA
PANJANG BAGI MASYARAKAT DAN NEGARA
SECARA KESELURUHAN.