A. Pendahuluan
Kesehatan dan kesejahteraan jiwa merupakan hal penting untuk
diperhatikan dan diupayakan oleh berbagai pihak, terutamna oleh para tenaga
professional di bidang kesehatan kota hingga tingkat puskesmas. Dalam
rangka meningkatkan dan mengembangkan kualitas pelayanan bagi pasien
jiwa di Puskesmas, maka pelayanan kesehatan mental atau jiwa yang
menyeluruh menjadi salah satu syarat untuk menjamin tercapainya
kebutuhan pasien gangguan jiwa.
Keberhasilan pelayanan terhadap pasien dengan gangguan jiwa sangat
ditentukan oleh pendampingan terhadap pasien, keluarga dan masyarakat dan
lintas sektor terkait melalui kegiatan kunjungan rumah dan edukasi terhadap
keluarga. Adapun Kunjungan rumah pasien jiwa yang terintegrasi dalam
Pelayanan Kesehatan Jiwa Masyarakat adalah mengunjungi tempat tinggal
pasien jiwa dan bertemu dengan keluarga untuk mendapatkan berbagai
informasi penting yang diperlukan dalam rangka membantu paien dalam
proses penyembuhan, serta melakukan penyuluhan / edukasi kesehatan
fisik / mental / sosial kepada keluarga terkait dengan kebutuhan pasien
selama menjalani perawatan kesehatan dan dukungan keluarga dalam
pengobatan pasien. Kunjungan rumah merupakan alternatf yang cukup baik
untuk dilakukan sebagai salah satu upaya membantu proses perubahan
respon yang lebih adaptif.
Upaya Pelayanan Kesehatan Jiwa Masyarakat tidak hanya mencakup bagi
Masyarakat yang sudah terdiagnosa Masalah Kejiwaan / Gangguan Kejiwaan,
namun juga sebagai Langkah Pencegahan / Preventif dan Promotif /
Pendidikan Kesehatan Tentang Masalah Kejiwaan, agar Masyarakat dengan
Masalah Kejiwaan diharapkan dapat Mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai kebutuhan dan masyarakat lainnya yang dalam keadaan sehat dapat
ikut serta mendukung langkah-langkah upaya pelayanan kesehatan jiwa
masyarakat seperti Menjadi Kader Kesehatan Jiwa di masyarakat atau
membantu melakukan penanganan Rujukan.
B. Latar Belakang
Menurut Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS)
2022, 15,5 juta (34,9 persen) remaja mengalami masalah mental dan 2,45 juta
(5,5 persen) remaja mengalami gangguan mental. Dari jumlah itu, hanya 2,6
persen yang mengakses layanan konseling, baik emosi maupun perilaku.
Dalam upaya mendukung capaian sasaran program kesehatan masyarakat,
telah ditetapkan Perjanjian Kinerja yang ditandatangani Direktur Kesehatan
Jiwa dengan Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat, dengan sasaran
kegiatan pembinaan kesehatan jiwa adalah meningkatnya upaya kesehatan
jiwa.
Dalam Upaya Pelayanan Kesehatan Jiwa Masyarakat Untuk mencapai
sasaran kegiatan diukur melalui 3 (tiga) indikator kinerja kegiatan yaitu :
(1) Persentase penduduk usia ≥ 15 tahun dengan risiko masalah kesehatan
jiwa yang mendapatkan skrining
(2) Persentase penyandang gangguan jiwa yang memperoleh layanan di
Fasyankes
(3) Jumlah penyalahguna napza yang mendapatkan pelayanan rehabilitasi.
Dari 3 (tiga) indikator kinerja kegiatan, terdapat 2 ( dua) indikator baru
yaitu :
a. Persentase penduduk usia ≥ 15 tahun dengan risiko masalah
kesehatan jiwa yang mendapatkan skrining dan
b. Persentase penyandang gangguan jiwa yang memperoleh layanan
di Fasyankes sedangkan indikator
c. Jumlah penyalahguna napza yang mendapatkan pelayanan
rehabilitasi medis merupakan indikator lama yang sebelumnya
telah tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21
Tahun 2020 Tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
Tahun 2020-2024.
Pelaksanaan Pelayanan Keswa NAPZA ini dilakukan secara Profesional,
Eduikatif, Displin, dan Inovatif, hal itu sesuai dengan Tata Nilai yang dimiliki
UPTD Puskesmas Sukagalih, yaitu :
P : Profesional
E : Edukatif
D : Disiplin
(UL)
I : Inovatifn
Berdasarkan Informasi di atas sangat diperlukan Pelayanan Kesehatan
Jiwa dan Pelayanan Kesehatan Bagi Pengguna NAPZA di Tingkat Puskesmas,
guna mengurangi jumlah kejadian Masalah Gangguan Jiwa dan Masalah
Gangguan Penyakit Mental akibat Penggunaan NAPZA.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Sebagai Upaya Peningkatan Kesehatan Jiwa di Masyarakat
b. Sebagai Upaya Pencegahan Masalah kesehatan Jiwa
c. Sebagai Upaya Pencegahan dan Penanganan Masalah NAPZA
2. Tujuan Khusus
a. Terpaparnya deteksi dini gangguan jiwa kepada masyarakat dan
remaja sehingga mencegah gangguan jiwa ringan tidak menuju kearah
gangguan jiwa berat,
b. Terpaparnya informasi kesehatan jiwa kepada pasien dan keluarga
agar menambah pengetahuan dan terbangun pandangan dan sikap
yang positif
c. Berkurangnya dampak sosial akibat penyakit gangguan jiwa seperti
menurunnya stigma, diskriminasi, isolasi dan tertanganinya kasus
pasung.-Terbangunnya sistem rujukan yang baik sehingga pelayanan
kesehatan jiwadapat berkesinambungan
d. Terlaksananya pembinaan kepada keluarga yang mempunyai anggota
keluarga dengan gangguan jiwa (ODGJ) dan terlaksananya
pengawasan minum obat secara teratur terhadap orang dengan
GANGGUAN JIWA (ODGJ)
e. Terlaksananya Pembinaan masalah NAPZA di Seluruh Sekolah Binaan
Wilayah Kerja
● Melakukan Skrining di
● Melakukan Skrining
● Mendokumentasikan
Medis
● Melakukan dokumentasi
hasil kunjungan
di Log Book,
● Melaporkan ke Dinas
1 Skrining Masalah
● Semua Unit Terkait
● Kader Kesehatan
Mental dan NAPZA
melakukan Skrining Jiwa yang telah
kesehatan mental dilatih ikut serta
dan NAPZA melakukan
terhadap skrining mental
sasarannya sesuai bagi warganya
usia
F. Sasaran
Sasaran Pada Upaya Pelayanan Kesehatan Jiwa dan NAPZA Masyarakat ini
terbagi ke beberapa Indikator dengan sasarannya masing-masing, yaitu :
a. Skrining Kesehatan Mental Usia >+ 15 Tahun : 14.241 / Tahun
b. Pelayanan Kesehatan ODGJ (SPM) : 26 / Tahun (dengan Prevalensi 0,2
dari Total Penduduk).
c. Upaya Pelayanan Napza : 238 / Tahun
G. Jadwal Kegiatan
Bulan
No Kegiatan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
1 Skrining √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
2 Edukasi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3 Pendataan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
4 Kunjungan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
5 Pencatatan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
dan
Pelaporan
KESWA NAPZA
UPTD PUSKESMAS SUKAGALIH
TAHUN 2023